ARAHAN PENANGANAN BANJIR DI KAWASAN...
Transcript of ARAHAN PENANGANAN BANJIR DI KAWASAN...
v
ARAHAN PENANGANAN BANJIR DI KAWASANPERKOTAAN KECAMATAN SAMPANG MELALUI
PENINGKATAN PELAYANAN DRAINASE
Nama Mahasiswa : Prana DutanegaraNRP : 3608100012Jurusan : Perencanan Wilayah Dan KotaDosen Pembimbing : Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc.
AbstrakPerkotaan Kecamatan Sampang sering mengalami banjir
yang sangat besar, disebabkan tingginya curah hujan pada hulusungai dan berkurangnya daya tampung Sungai Kemoning.Selain itu kondisi fisik saluran drainase yang rusak, kualitas dankinerja drainase yang buruk karena menumpuknya sampah dantidak setiap tempat terdapat saluran drainase semakinmemperparah wilayah ini dan mengganggu jalannya aktivitaskota.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian iniantara lain : analisis distribusi frekuensi dan overlay yangdigunakan untuk menentukan tipologi bahaya banjir. Selanjutnyadilakukan analisis Delphi guna menemukan variabelberpengaruh terhadap pelayanan drainase dan setelah itudilakukan analisis Expert Judgement untuk menghasilkan arahanmelalui variabel berpengaruh sesuai dengan tipologi kawasanbahaya banjir.
Dalam penelitian ini menghasilkan tipologi kawasan yangterdiri dari tiga tipologi, yaitu sangat bahaya, bahaya, dan cukupbahaya. Setelah itu menghasilkan variabel yang berpengaruhyaitu kepadatan lahan terbangun, kelengkapan fasilitaspersampahan, ketinggian kontur, sampah yang menumpuk disaluran drainase, ketersedian dan kondisi bozem, keterserdiaandan kondisi sistem pintu air, keterserdiaan dan kondisi pompa,dana rutin pemeliharaaan drainase, dana modal pengadaandrainase, aktif peran serta masyarakat, kegiatan masyarakat
vi
dalam memelihara drainase, peraturan dan standar prosedur,dan instansi pengelola drainase. Selanjutnya dihasilkan arahanmelalui variabel yang berpengaruh per tipologi kawasan bahayabanjir.
Kata Kunci: Bencana banjir, Pelayanan drainase, KecamatanPerkotaan Sampang
vii
REFERRALS HANDLING FLOODING IN URBAN DISTRICT OF SAMPANG THROUGH INCREASED
DRAINAGE SERVICES
Student : Prana Duta Negara NRP : 3608100012 Department : Perencanaan Wilayah dan Kota
FTSP-ITS Supervisor : Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc
Abstract
Urban District of Sampang often have very heavy floods, caused by heavy rainfall in the upper reaches of the river and reduced capacity of Kemoning river. In addition, the physical condition of drainage was damaged, quality and performance of drainage was poor due to large amounts of waste and there is not any drainage in every place disrupt the activities of the city.
The method of analysis that used in this study, include: analysis of the frequency distribution and overlay that is used to determine the flood hazard typology. Next, it used Delphi analysis to find variables that affect the drainage service, and then, it used the Expert Judgement analysis for generating leads through influential variables according to the typology of flood hazard areas.
in this study deliver the results that the region typology consisting of three types, namely the very dangers, dangers, and dangers enough. after that, it produces the variable that influence the land density, waste facilities, elevation contours, garbage in drainage channels and the availability and the condition of bozem, and the availability and the condition of the system door water pump, the fund routine of drainage maintenance, capital fund of drainage procurement, active community participation, community activities in maintaining drainage, regulations and standard procedures, and drainage management institutions.
viii
further analyzes through variables that influence referrals per typology of flood hazard areas.
Keywords: Drainage, Flood, District urban Sampang
13
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Catchment AreaMenurut istilah bidang Pekerjaan Umum, daerah tangkapan
air atau catchment area adalah suatu daerah yang dibatasi olehpembatas topografi berupa punggung-punggung bukit ataugunung yang menampung air hujan yang jatuh di atasnya dankemudian mengalirkannya melalui anak sungai dan sungai ke lautatau ke danau. Catchment Area diartikan juga sebagai daerahtangkapan air hujan yang merupakan daerah tempat hujanmengalir menuju ke saluran. Biasanya ditentukan berdasarkanperkiraan dengan pedoman garis kontur. Suatu area ataupundaerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannyaditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnyamerupakan suatu poligon tertutup, yang mana polanyadisesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti arahaliran air.
Daerah Aliran adalah semua daerah dimana semua airnyayang jatuh di daerah tersebut akan mengalir menuju ke dalamsuatu sungai yang dimaksudkan. Aliran air tersebut tidak hanyaberupa air permukaan yang mengalir di dalam alur sungai, tetapitermasuk juga aliran di lereng-lereng bukit yang mengalirmenuju alur sungai sehingga daerah tersebut dinamakan daerahaliran sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi,yang berarti ditetapkan berdasarkan air permukaan. Batas initidak ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaanair tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkatkegiatan pemakaian (Sri Harto, 1993). Konsep Daerah AliranSungai (DAS) merupakan dasar dari semua perencanaanhidrologi. Mengingat DAS yang besar pada dasarnya tersusun
14
dari DAS-DAS kecil, dan DAS kecil ini juga tersusun dari DAS-DAS yang lebih kecil lagi. Secara umum DAS dapat didefinisikansebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam sepertipunggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas buatan sepertijalan atau tanggul dimana air hujan yang turun di wilayah tersebutmemberi kontribusi aliran ke titik kontrol (outlet). Menurutkamus Webster, DAS adalah suatu daerah yang dibatasi olehpemisah topografi yang menerima hujan, menampung,menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danauatau ke laut. Komponen masukan dalam DAS adalah curah hujan,sedangkan keluarannya terdiri dari debit air dan muatan sedimen(Suripin, 2004).
Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliranpermukaan meliputi (Suripin, 2004) :
1. Luas dan bentuk DAS2. Topografi3. Tata guna lahanNama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang
bersangkutan dan dibatasi oleh titik kontrol, yang umumnyamerupakan stasiun hidrometri. Dalam praktek, penetapan batasDAS sangat diperlukan untuk menetapkan batas-batas DAS yangakan dianalisis. Penetapan ini mudah dilakukan dari petatopografi. Peta topografi merupakan peta yang memuat semuaketerangan tentang suatu wilayah tertentu, baik jalan, kota, desa,sungai, jenis tumbuh-tumbuhan, tata guna lahan lengkap dengangaris-garis kontur. Dari peta ditetapkan titik-titik tertinggi disekeliling sungai utama (main stream) yang dimaksud, danmasing-masing titik tersebut dihubungkan satu dengan yanglainnya sehingga membentuk garis utuh yang bertemu ujungpangkalnya. Garis tersebut merupakan batas DAS di titik kontroltertentu (Sri Harto, 1993).
15
Di daerah yang berbukit atau daerah yang kemiringantanahnya, cukup, masalah pembuangan/pengaliran airnya tidakbegitu sulit pemecahannya, karena perbedaan tingginya di daerahyang datar terutama di daerah pantai yang terkena pengaruhpasang surut, kadang-kadang tidak terdapat beda tinggi yang tidakcukup untuk mengalirkan teta dalam keadaan normal, pengaruhkemiringan yang landai dan kenaikan muka air laut dominan.Pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan untukperencanaan sistem darainase ini (kodoatie, 2005).
Berdasarkan teori diatas terdapat para pakar bahwa yangmenjadi karakteristik kawasan daerah tangkapan air. Menurut SriHarto, (1993) karakteristik kawasan banjir dipengaruhi olehkondisi topografi, menurut Pekerjaan Umum dipengaruhi olehtopografi, sedangkan menurut Suripin, (2004) mengemukakankarakteristik dipengaruhi oleh luas dan bentuk, topografi dan tataguna lahan.
Dalam penelitain ini, pembahasan untuk karakterisktikwilayah daerah tangkapan air adalah kondisi topografi.
2.2 Kebencanaan2.2.1 Definisi Bencana
Ada beberapa pengertian atau definisi tentang bencana,beberapa definisi cenderung merefleksi karakteristik berikut ini(Carter, 1991 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2006):
1. Gangguan atau kekacauan pada pola normal kehidupan.Gangguan atau kekacauan ini biasanya hebat, terjadi tiba-tiba, tidak disangka dan wilayah cakupan luas.
2. Dampak ke manusia seperti kehilangan jiwa, luka-luka, dankerugian harta benda.
3. Dampak ke pendukung utama struktur sosial dan ekonomiseperti kerusakan infrastruktur: sistem jalan, sistem air
16
bersih, listrik, komunikasi, dan pelayanan utilitas pentinglainnya.
Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana mendefinisikanbencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yangmengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupanmasyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ataufaktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkantimbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugianharta benda, dan dampak psikologis.
Bencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No. 24 tahun2007 mengelompokan bencana kedalam tiga kategori yaitu :1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan olehalam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunungmeletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan olehperistiwa atau rangkaianperistiwa non-alam yang antara lainberupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, danwabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan olehperistiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan olehmanusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atauantar komunitas masyarakat, dan teror.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitandengan bencana (Sukandarrumidi, 2010):
1. Bencana dapat terjadi sesuai dengan keadaan geografi dangeologi setempat. Gempa vulkanik dan vulkanisme terjadi didaerah ring of fire; gempa tektonik terjadi di daerah
17
subduksi; tsunami terjadi di daerah pantai; banjir terjadi didaerah aliran sungai; kebakaran hutan terjadi di daerahhutan; kekeringan terjadi di daerah dengan hutan rendah;tanah longsor terjadi di daerah gundul, dengan keadaangeologi tertentu dan curah hujan yang berlebihan.
2. Besaran korban yang ditimbulkan oleh bencana ditentukanoleh jumlah manusia yang bermukim di tempat sekitarsumber bencana. Makin banyak penduduk bermukim ditempat tersebut, kemungkinan korban bencana akan makinbanyak.
3. Munculnya bencana kadang-kadang dimulai dengan tanda-tanda awal, kadang-kadang datang secara tiba-tiba padasiang hari, sore, maupun malam.
4. Penanganan bencana memerlukan suatu tindakan yang cepatdan holistic.
2.2.2 BanjirBanjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi
kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenagidataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya (Yulaelawatidan Syihab, 2008). Sebagai langkah awal dalam penanggulanganbencana adalah identifikasi karakteristik bencana. MenurutHarjadi et. al (2007), ada dua pengertian mengenai banjir, yaitu:1. Aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal
sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanyagenangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air limpasantersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasimuka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air;
2. Gelombang banjir berjalan ke arah hilir sistem sungai yangberinteraksi dengan kenaikan muka air di muara akibat badai.
18
Peningkatan jumlah penduduk akan mengikuti dengankebutuhan lahan yang semakin besar. Artinya, pertambahanpenduduk meningkat kepadatan lingkungan fisik sehinggadibutuhkan lahan untuk bermukim. akibatnya juga dibutuhkanperubahan tata guna lahan untuk bermukim (Kodoatie, dkk,2002). Soemarwoto (1997) menyatakan bahwa kenaikankebutuhan perumahan yang disertai oleh belum diindahkannyaperaturan dan rendahnya kesadaran lingkungan, mengakibatkanmakin berkurangnya luas jalur hijau dan taman. Pengembanganlahan akan diikuti oleh penambahan lapisan kedap air sehinggapermukaan tanah yang kedap air pun bertambah, hal ini berakibatpada makin sedikitnya air hujan yang dapat meresap ke dalamtanah. Menurut Argyantoro, dkk. (2001), perubahan fungsi danperuntukan lahan akan mengurangi kapasitas infiltrasi danmeningkatkan kecepatan maupun volume limpasan permukaan.Hal ini mengakibatkan perubahan terhadap tingkat kebutuhansarana drainase perkotaan.
Banjir didefinisikan sebagai peristiwa terbenamnya daratanyang biasanya kering karena volume air yang meningkat (KamusBesar Bahasa Indonesia, 1990), atau didefinisikan sebagai jumlahbesar air yang menutupi wilayah yang biasanya kering, sebagaihasil dari aliran air sungai atau laut yang melebihi batasumumnya (Pedoman Pengendalian Banjir, DPU). Banjir jugadiartikan sebagai aliran yang relitif tinggi dan tidak tertampungoleh alur sungai atau saluran (SK SNI M-18-1989-F).
Berdasarkan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana2010-2014, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan dalamtiga kategori berdasarkan sumber airnya yaitu:1. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi
kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri darisistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia.
19
2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungaisebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombanglaut akibat badai.
3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatanmanusia seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunanpengendalian banjir.
Pada umumnya, banjir terjadi pada musim hujan. Banjir diwilayah DAS sangat tergantung pada waktu hujan, lama hujan,dan banyaknya curah hujan. Banjir di wilayah DAS dapatdiprediksi dengan tanda-tanda terjadi hujan lebat di wilayah DAShulu, air sungai menjadi keruh akibat proses erosi di bagian hulusungai, dan air sungai mulai menghanyutkan serasah atau ranting-ranting kayu.
Secara umum penyebab terjadinya banjir diklasifikasikandalam dua katagori, yaitu (Kodoatie, dkk., 2002) :1. Banjir disebabkan oleh sebab alami, seperti curah hujan yang
tinggi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai dan salurandrainase yang tidak memadai, dan pengaruh pasangsungai/laut.
2. Banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia, perubahankondisi daerah pengaliran aliran sungai, kawasan kumuh,sampah, kerusakan bangunan pengendalian banjir, sertaperencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat.
Sedangkan menurut Masduki (1998) penyebab banjirdibedakan berdasarkan kondisi saluran pengaliran, yaitu :1. Banjir makro
Terjadi akibat meluapnya saluran makro yaitu yangmempunyai daerah pengaliran yang besar dan melintasiDaerah Perencanaan Drainase (DPD) dengan ujung hulunyaberada di luar DPD (Masuki, 1988).
2. Banjir Mikro
20
Terjadi akibat terhalangnya outlet drainase dalam DPD olehnaiknya level permukaan badan air penerima karena banjirmakro (Masduki, 1988).
Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir,diantaranya (Kodoatie dan Sjarief, 2006) :1. Waktunya tergantung dari besarnya banjir, bisa lama atau
singkat. Pengertian ini bisa sesaat dalam hitungan menitnamun datangnya tiba-tiba, bisa menggenang atau membanjirisuatu wilayah dengan proses pelahan
2. Genangan bisa sesaat, berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu dan datangnya pun bisa cepat atau perlahan-lahan
3. Kecepatan datang secara perlahan-lahan atau langsung, bisamenjadi banjir bandang, bahkan dalam kondisi tertentu akibatdaya rusak air yang besar bisa berupa banjir air bercampurlumpur, batu besar dan kecil serta benda lainnya.
4. Pola banjirnya musiman5. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi,
dan sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya terisolasinyadaerah permukiman dan diperlukan evakuasi penduduk.
Pada pendapat lainnya, Yusadi (2007) mengemukakanbahwa karakteristik banjir dapat dilihat dari luas genangan, durasigenangan dan kedalaman genangan. Selain itu, Mislan (2011)berpendapat bahwa banjir dapat dikategorikan berbahayaberdasarkan (1) luas genangan (km2, hektar), (2) kedalaman atauketinggian air banjir (meter) (3) lamanya waktu genangan (jam,hari, bulan).
Dalam mengklasifikasikan karakteristik banjir, Yusadi(2007) menggunakan teknik data kuartil sehingga dapat diketahuiparamater karakteristik tersebut.
21
a. Luas GenanganLuas genangan didefinisikan sebagai luasan dataran yangtergenang air banjir. Adapun luas genangan dapat dibagimenjadi (1) luas genangan minimum (rendah), (2) Luasgenangan rata-rata (sedang) (3) Luas genangan maksimum(tinggi) (Yusadi, 2007).
b. Kedalaman GenanganYusadi (2007) mengemukakan dampak (gangguan) padakawasan permukiman akibat banjir dengan kedalamantertentu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1Dampak pada Kawasan Permukiman Akibat Banjir dengan
Kedalaman TertentuKedalamanGenangan
Keselamatan Jiwa
Kelayakantinggalsementaradi rumah
Keamananterhadapbarangberharga
Kesempatanuntukmenyelamatkanbarang berharga
H < 0,3 m Aman Masih bisa Masihaman
Dapatdiselamatkan
0,3 H < 0,5 m Sebagianbesar tidakaman,terutamaanak-anak
Tidak bisa Sebagianbesartidakaman
Sebagian besarsudah tidak bisadiselamatkan
H > 0,5 m Tidakaman
Tidak bisa Tidakaman
Tidak bisadiselamatkan
(Sumber: peedoman pengendalian banjir, Dep.PU,1996 dalam Soewignyo,2009)
c. Durasi GenanganSemakin lama suatu kawasan tergenang banjir, maka semakinmenimbulkan berbagai dampak negatif, termasuk kesehatan(Yusadi, 2007). Adapun klasifikasi durasi genangan menurut
22
Pedoman Pengendalian Banjir (dalam Soewignyo) dapatdibedakan sebagai berikut:
Tabel 2.2Klasifikasi Durasi Genangan
Durasi Genangan Lama Genangan (Jam)
Tidak lama 1 – 2Sedang 2 – 4Lama 4 - 8Sangat Lama > 8
(Sumber: peedoman pengendalian banjir,Dep.PU,1996 dalam Soewignyo, 2009)
Berdasarkan teori diatas pendapat para pakar bahwa yangmenjadi karakteristik banjir.Menurut Kodoatie dan Syarif, 2006karakteristik banjir terdiri dari waktu yang tergantung daribesarnya banjir, genangan, pola banjir yang masiman, dankecepatan datang secara perlahan-lahan atau langsung. Sedangkanmenurut Yusadi (2007) mengemukakan bahwa karakteristikbanjir dapat dilihat dari luas genangan, durasi genangan, dankedalaman genangan, yang dimana itu juga dikemukakan olehMislan (2011).
Dalam penelitian ini, pembahasan untuk karakteristik banjiradalah luas genangan, kedalaman genangan, dan durasi genangan.
2.3 Infrastruktur DrainaseMenurut Haryono (1999), drainase adalah suatu ilmu
tentang pengeringan tanah. Drainase (drainage) berasal dari katato drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air danmerupakan terminologi yang digunakan untuk menyatakansistem-sistem yang berkaitan dengan penanganan masalahkelebihan air, baik di atas maupun di bawah permukiman tanah.Pengertian drainase tidak terbatas pada teknis pembuangan air
23
yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannyadengana spek kehidupan yang berada di dalam kawasan diperkotaan. Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang beradadi kawasan kota sudah pasti dapat menimbulkan permasalahanyang cukup kompleks. Dengan semakin kompleksnyapermasalahan drainase perkotaan maka di dalam perencanaan danpembangunannya tergantung pada kemampuan masing-masingperencana. Dengan demikian di dalam proses pekerjaannyamemerlukan kerjasama dengan beberapa ahli di bidang lain yangterkait.
Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai artimengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secaraumum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihanair dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapatdifungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usahauntuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengansalinitas.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yangtidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-carapenanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan airtersebut (Suhardjono, 1948).
Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaanadalah suatu ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajianpada kawasan perkotaan, yaitu merupakan suatu sistempengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yangmeliputi pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah,rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer,instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhanlaut, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian darisarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air
24
permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif dan dapatmemberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satuunsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kotadalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih,dan sehat. Prasarana drainase di sini berfungsi untuk mengalirkanair permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawahpermukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu jugaberfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengantindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air danbanjir.
Drainase perkotaan terbagi menjadi dua, yaitu drainase airhujan (stormwater drainage) dan drainase air limbah (sewerdrainage). Drainase air hujan terletak di atas permukaan tanahdan drainase air limbah terletak di bawah permukaan tanah.Adanya pemisahan antara drainase air hujan dan air limbah inidikarenakan air hujan yang turun ke bumi masih dapat digunakanuntuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, karenatidak mengandung partikel-partikel atau zat-zat yang merugikan.Sedangkan untuk air limbah yang mengandung partikel-partikelatau zat-zat yang merugikan harus dibuat sistem drainasetersendiri di bawah permukaan tanah, agar tidak mengganggukelangsungan hidup makhluk hidup.
Berdasarkan fisiknya sistem drainase terdiri atas saluranprimer, sekunder, dan tersier.1. Sistem saluran primer
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran darisaluran sekunder dengan dimensi saluran relatif besar
2. Sistem saluran sekunderAdalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerimaaliran air dari saluran tersier dan limpasan air permukaan
25
sekitarnya, dan meneruskan aliran ke sauran primer. Dimensisaluran tergantung pada debit yang di alirkan.
3. Sistem saluran drainaseAdalah saluran drainase yang menerima air dari salurandrainase lokal.
Dalam penelitian ini, infrastruktur drainase merupakanobjek analisis, sehingga infrastruktur drainase yang dimaksuddalam penelitian adalah kondisi bangunan drainase. Kondisibangunan drainase yang berfungsi sebagai mengurangi danmembuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehinggadapat difungsikan secara optimal.
2.3.1 Aspek-aspek Yang Mempengaruhi PelayananInfrastruktur DrainaseDalam aspek teknis menurut Suripin (2002), faktor
topografi yang mempengaruhi erosi umumnya dinyatakan dalamkemiringan dan panjang lereng. Erosi akan meningkat sesuaidengan bertambahnya kemiringan dan panjang lereng. Topografisangat mempengaruhi kondisi drainase dan permukaan air.Akumulasi bahan organik biasanya terjadi jika keadaan drainasetanah jelek, sehingga tanah yang kekurangan oksisgen padakondisi ini akan mengawetkan bahan organik, terutama jika airtergenang. Pada daerah yang kemiringannya besar sering terjadierosi tanah secara terus menerus sehingga subsoil akan munculkepermukaan tanah. Akibatnya tanah-tanah pada kemiringan yangbesar akan memiliki solum tipis, kandungan bahan organik yangrendah bila dibandingkan dengan tanah-tanah bergelombang dandatar.
Pasaribu (2008) dalam thesisnya yang berjudul KonsepPengelolaan Drainase Kota Medan Secara Terpadu menjelaskanbahwa drainase perkotaan sebagai salah satu prasarana kota
26
memiliki keterkaitan dengan prasarana kota lainnya sehinggaapabila penangannya tidak terpadu maka sulit untuk menjagatingkat pelayanan yang baik.
Adapun aspek- aspek yang mempengaruhi lemahnyapelayanan drainase adalah (Kodoatie, 2005) :1) Sampah domestik yang banyak menumpuk sehingga
mengakibatkan pengurangan kapasitas dan penyumbatansaluran.
2) Kurangnya dana untuk pemeliharaan rutin.3) Drainase masih dipandang sebagai proyek yang menyulitkan
keterlibatan aktif masyarakat karena drainase sering dipandangtempat kumuh dan berbau.
4) Adanya pembangunan sistem lain yang tidak terpadu dan tidakmelihat keberadaan sistem drainase seperti jalan, kabel,Telkom, pipa PDAM.
Sedangkan menurut Suripin (2004), aspek yangmempengaruhi pelayanan infrastruktur drainase, yaitu :1. Aspek Teknis
Permasalahan yang dihadapi dalam implemenasipembangunan atau perbaikan sistem drainase di perkotaanadalaha) Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil
dibandingkan dengan daerah pedesaan.b) Pembebasan lahan dan relokasi penduduk lebih sulit
dilaksanakan dibandingkan dengan daerah pedesaan yangjarang penduduknya
c) Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkaitan denganadanya limbah domestik dan limbah industri
d) Diharapkan sistem drainase yang di bangun/diperbaikiharus sesuai dengan lingkungan perkotaan.
27
2. Aspek Ekonomi dan FinansialProyek adalah suatu kegiatan yang menggunakan modal ataufaktor produksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu sehinggamemberikan manfaat (benefit) setelah suatu jangka waktutertentu. Untuk mengetahui tingkat manfaat suatu investasi(proyek) perlu dilakukan evaluasi kelayakan proyek. Salahsatu bentuk evaluasi kelayakan proyek adalah analisisekonomi. Adapun hal-hal yang mempengaruhi aspek eknomidalam investasi proyek peningkatan drainase adalahpeningkatan nilai lahan, peningkatan kegiatan ekonomimasyarakat, peningkatan kesehatan lingkungan danmasyarakat, pengurangan gangguan lalu lintas, penghematanpemeliharaan jalan, pengurangan kerugian akibat genangan airatau banjir pada infrastruktur lain.
3. Aspek Sosial BudayaUntuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki darimasyarakat terhadap fasilitas yang akan dikembangkan perludiperhatikan aspek sosial budaya masyarakat. Hal ini perludilakukan untuk menghilangkan kesan pertentangan tujuanantara pihak pemerintah dan pihak masyarakat. Adapun hal-hal yang mempengaruhi aspek sosial budaya adalah kebiasaanmasyarakat dalam memelihara pengelolaan drainase,keterlibatan masyarakat dan peran serta masyarakat dalamkaitannya dengan pelayanan infrastruktur drainase.
4. Aspek Legalitas atau PerundanganUntuk dapat melaksanakan konsep penanganan banjir melaluipeningkatan pelayanan infrastruktur drainase diperlukanseperangkat peraturan dan ordonansi. Dalam ordonansitersebut harus meluputi filosofi manajemen air danimplementasinya ke dalam peningkatan teknis susunan
28
institusi finansial perilaku masyarakat yang di harapkan dansanksi pihak-pihak yang melanggar peraturan. Peraturan harusdisusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami olehpengelola dan masyarakat yang menjadi stakeholders.
5. Aspek KelembagaanOrganisasi atau lembaga pengelolaan infrastruktur perkotaanharus di bentuk tidak hanya pada kawasan perkotaan saja,tetapi juga diseluruh daerah aliran air. Institusi ini mempunyaitanggung jawab terhadap pengembangan rencana danprogram, persiapan dan implementasi sistem pembangunan,melakukan pengoperasian dan pemeliharaan, menajemenkeuangan, dan menjaga sistem pendukung pengambilankeputusan.
6. Aspek LingkunganUntuk menjamin kelangsungan suatu upaya peningkatanpelayanan infrastruktur drainase, perlu diperhatikan pula aspeklingkungan, baik lingkungan fisik, biologi, kimia, sehinggatidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkugan.
Menurut Situmorang (1999), pengelolaan sistem drainasedipengaruhi pula oleh pelaksanaan otonomi daerah yangdimaksudkan untuk pemberdayaan daerah, baik dalam mengelolapendapatan asli daerah maupun permasalahan yang ada di daerah.Salah satu permasalahan yang sering timbul didaerah adalahbanjir, baik di perkotaan, kawasan permukiman, maupun dipedesaan (areal pertanian), dimana memerlukan penanganansecara teknis maupun pendanaan yang besar, yang harusdilaksanakan oleh pemerintah dan peran serta masyarkat.
Selain itu peran masyarakat juga ikut mempengaruhi perandari sebuah infrastruktur, khususnya untuk drainase. Masyarakatyang dimaksud disini yaitu seluruh masyarakat yang ada baik dipedesaan, perkotaan, di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS)
29
maupun di hilir, kaya atau miskin, akademis atau non akedemis,bahkan semua insan yang mempunyai hubungan dengan air.Pelayanan manajemen dalam membangun saluran draianse akansangat berpengaruh pada kualitas draianse dan pelayanan dikemudian hari (Sobriyah dan Wignyosukarto, 2001).
Partisipasi masyarakat akan berpengaruh dalam setiaptahap pembangunan (sistem jaringan drainase) menurut PranotoSA (2005). Adapun aspek lain dapat diuraikan sebagi berikut :
1. Operasi dan biaya pemeliharaan2. Kurangnya lahan untuk pembangunan sistem drainase.3. Kesulitan teknis sering timbul pada pemeliharaan saluran
karena bagian atas sudah ditutup oleh bangunan sehinggapada waktu pengerukan tidak bisa dinormalisir seluruhsistem yang ada.
4. Monitoring dan evaluasi, memberikan data yang nyata dilapangan tentang dapak yang terjadi pasca pembangunan.
30
“Halaman ini sengaaja dikosongkan”
31
Tabel 2.3Sintesa Teori Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Pelayanan Infrastruktur Drainase
No AspekSumber Teori
Pasaribu (2008) Kodoatie (2005) Suripin (2004)Situmorang
(1999)Wignyosukarto
(2001)Pranoto (2005)
1 Teknis
Keterpaduandengan
infrastrukturyang lain
Pembangunansistem lain yang
tidak terpadu
Pembebasanlahan
-Pelayanan
manajemen proyekKeterbatasan lahan
Kondisitopografi
2 Ekonomi -Kurangnya dana
pemeliharaan rutin
Modal danpeningkatan nilai
lahan
Pendanaan yangbesar
-Operasi dan biaya
pemeliharaan
3 Sosial Budaya -Keterlibatanmasyarakat
Penilaian danevaluasi
masyarakat-
Peran sertamasyarakat
Partsisipasi masyarakat
4 Perundangan - -Perangkatperaturan
Pelaksanaanotonomi daerah
- -
5 Kelembagaan - -Lembagapengelola
infrastruktur- - -
6 Lingkungan -Sampah domestikyang menumpuk
Lingkungansebagai unsur
pendukung- -
Kondisi lingkungan yangmempersulit pemeliharaan
Sumber : Hasil Komparasi Teori, 2013
32
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
33
Dari komparasi teori-teori di atas, dapat diketahui bahwa tiapteori memberikan argumen yang berbeda pada tiap aspek. Kodoatie(2005), Suripin (2004), dan Pranoto (2005) memberikan argumenbahwa aspek yang mempengaruhi pelayanan infrastruktur drainasesebagian besar ada pada tiap aspek mulai dari aspek ekonomi sampaipada lingkungan, sedangkan menurut Pasaribu (2008), yangmempengaruhi pelayanan infrastruktur drainase hanya pada aspekteknis. Bahkan menurut Wignyosukarto (2001), aspek teknis berupapelayanan manajemen proyek dalam pembuatan infrastrukturdrainase juga ikut mempengaruhi. Menurut Sitomorang (1999),aspek perundangan yakni pelaksanaan otonomi daerah jugamempengaruhi bagus tidaknya pelayanan infrastruktur drainase.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi pelayanan infrastruktur drainase, makadefinisi tersebut disintesakan untuk mendapatkan aspek yangmempengaruhi perubahan pelayanan infrastruktur drainase. aspek-aspek tersebut dapat dijadikan acuan dalam penelitian yang akandilakukan terutama ketika menganalisis aspek-aspek yangmempengaruhi pelayanan infrastruktur drainase.
Sintesa yang didapat dari membandingkan definisi padatabulasi di atas adalah bahwa indikator yang mempengaruhipelayanan infrastruktur drainase dapat dilihat dari aspek ekonomi,sosial budaya, perundangan, kelembagaan, lingkungan.1) Aspek Teknis
Indikator dari aspek teknis yang mempengaruhi pelayanandrainasi adalah keterbatasan lahan, keterpaduan infrastruktur lain,dan kondisi topografi.
2) Aspek EkonomiIndikator dari aspek ekonomi yang mempengaruhi pelayananinfrastruktur drainase antara lain kurangnya dana pemeliharaanrutin, pendanaan yang besar, Operasi dan biaya pemeliharaan
34
3) Aspek Sosial BudayaIndikator dari aspek sosial budaya yang mempengaruhi pelayananinfrastruktur drainase antara lain keterlibatan masyarakat, peranserta masyarakat.
4) Aspek PerundanganIndikator dari aspek perundangan yang mempengaruhi pelayananinfrastruktur drainase, antara lain perangkat peraturan.
5) Aspek KelembagaanIndikator dari aspek kelembagaan yang mempengaruhi pelayananinfrastruktur drainase yakni lembaga pengelolaan infrastruktur
6) Aspek LingkunganIndikator dari aspek lingkungan yang mempengaruhi pelayananinfrastruktur drainase antara lain sampah domestik yangmenumpuk.
2.3.2 Dampak Buruknya Pelayanan Infrastruktur DrainaseDampak yang mungkin timbul dari tidak tersedianya drainase
(Suripin, 2004), antara lain :1. Genangan permanaen dalam saluran/waduk. Pada musim
kemarau pada umumnya hanya menampung air limbah, yangdebitnya tidak besar. Secara teoritis seharusnya tidak terjadigenangan, namun kenyataanya banyak saluran drainase di sekitarkita yang menggenang dan menjadi saran nyamuk. Ada duakemungkinan penyebabnya, yaitu timbunan sampah dan kotorandalam saluran, sedimentasi, serta dasar saluran yang naik turun.
2. Pencemaran air tanah. Pada musim kemarau, air di dalam saluranberasal dari limbah domestik dan limbah industri.
Menurut Haryo (2009), buruknya sistem drainase dapatmengakibatkan dampak negatif. Ketika hujan tiba, air bisa dipastikanmenggenang di sebagian jalanan. Akibatnya banjir tak terhindarkan,kemudian berimbas pada rusaknya fasilitas jalan umum. Seharusnyahal itu bisa ditanggulangi bila sistem drainase yang ada di kanan kiri
35
jalan berfungsi baik. Studi kasus dalam hal ini adalah salurandrainase di Kota Jakarta.
Selain itu, menurut Haryo (2009), buruknya drainase telahmerespon pemerintah untuk memperbaikinya, namun perbaikantersebut tidak diikuti oleh perbaikan jalan yang merupakaninfrastrukutur pendukung dari drainase sehingga seringkali perbaikantersebut bersifat tambal sulam dan menghabiskan anggaran yangtelah dianggarkan.
Operasi dan sistem pemeliharaan drainase menjadi tanggungjawab masyarakat perkotaan. Sampah merupakan masalah utamabagi kelancaran berfungsinya aliran pembuangan di saluran danpembangunan drainase. Kebiasaan masyarakat membuang sampahtidak pada tempatnya mengakibatkan saluran pembuangan padadrainase kota banyak menjadi tersumbat dan akhirnya masuk kesungai dan sungai pun penuh dengan sampah (Suripin, 2004).
Pada musim penghujan sampah ini akan mengganggu aliranair dan dapat merusak sarana dan prasarana jaringan drainase kotadan mengakibatkan air balik dan terjadi banjir. Banyaknya bangunanillegal diatas saluran juga merupakan hambatan kontrol dan kegiatanpemeliharaan terhadap saluran. Banyak bekisting pelat beton yangdibangun tidak dibongkar kembali setelah selesai sehingga sampahtersangkut dan akhirnya menyebabkan banjir (Sony, 2009).
Kondisi saluran drainase yang sangat buruk, seperti bangunansaluran yang masih alami dan pola jaringan yang bersifat alamiahkarena belum tertata dengan baik menyebabkan arah aliran darisaluran drainase industri dan permukiman bertemu di satu titik danlangsung menuju ke arah aliran drainase yang sama yaitu ke arahsungai-sungai di sekitar permukiman. Akibatnya, air pada salurandrainase yang telah tercemar mencemari air dan tanah di kawasanpermukiman di sekitar kawasan tersebut, termasuk sumber mata air.(Hadi dan Frisca, 2012).
Berdasarkan komparasi teori diatas, terdapat beberapa pakaryang menyatakan bahwa dampak dari buruknya pelayanan drainase
36
akan memberikan efek negatif pada kegiatan-kegiatan masyarakat.menurut Sony (2009) serta Hadi dan Frisca (2012), sepakatmengatakan bahwa dampak yang dihasilkan dari buruknya drainaseadalah pencemaran lingkungan berupa menumpuknya sampah didrainase dan pencemaran air tanah. Sedangkan menurut Suripin(2004), mengutarakan bahwa dampaknya berupa banjir danpencemaran air tanah. Haryo (2009) mengungkapkan bahwadampaknya adalah banjir dan pemborosan biaya pemeliharaan,karena prinsipnya pemeliharaan drianase adalah tambal sulam.
2.4 Pelayanan infrastruktur drainaseArahan peningkatan pelayanan sangat perlu diperlukan untuk
meningkatkan keefektifan dari fungsi infrastruktur drainase agardampak positif lebih besar dirasakan oleh masyarakat. Adapunarahan dalam peningkatan pelayanan sistem drainase (Yudha, 2010),ialah :
1. Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis2. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang besar3. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sedehana4. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada5. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan
pemeliharaannya.
Sedangkan menurut Suripin (2004), arahan dalam peningkatankualitas fungsi dari infrastruktur drainase adalah :1. Kebijakan penanganan drainase
a) Pemantapan keterpaduan penanganan pengendalian banjir dansektor/sub sektor terkait lainnya berdasarkan keseimbangantata air
b) Peningkatan pelibatan seluruh stakeholder berdasarakanhirarki sistem drainase
c) Peningkatan kapasitas kelembagaan, peraturan danperundangan
d) Pengembangan alternatif pembiayaan
37
2. Peningkatan pelibatan seluruh stakeholder berdasarkan hirarkisistem drainasea) Menentukan kewenangan, peran dan tanggung jawab
pemerintah, swasta dan masyarakatb) Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana drainasec) Menyiapkan prioritas dan tahapan pemanfaatan drainase
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan peraturan dan perundangana) Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelolab) Meningkatkan koordinasi antar instansi dan seluruh
stakeholderc) Meningkatkan pelayanan dan kualitas SDMd) Meningkatkan kelengkapan peraturan dan produk
hukum/NSPMe) Mendorong sistem pengawasan dan penerapan sanksi secara
konsisten4. Pengembangan alternatif pembiayaan
a) Mengembangkan sumber pembiayaan melalui retribusilingkungan
b) Menyamakan presepsi para pengambil keputusan
Kebijakan dan strategi terkait peningkatan infrastrukturdrainase (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor/PRT/M/2006)adalah:1. Penyelenggaraan/penanganan terpadu dengan sektor terkait
terutama pengendalian banjir, air limbah dan sampah.2. Mengoptimalkan sistem yang ada, disamping pembangunan baru.3. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dunia usaha dan
masyarakat.4. Mendorong pemkab pemkot dalam pembangunan S dan P
drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasionalserta meningkatkan tenaga kerja.
38
Menurut Hadi dan Frisca (2012), strategi dalam pengelolaaninfrastruktur drainase adalah sebagai berikut :1. Peningkatan aliran permukaan akibat perubahan tata guna lahan
harus dikendalikan secara terpadu oleh instansi terkait(kehutanan, pertanian, tata ruang).a) Penyiapan rencana induk sistem drainase yang terpadu antara
sistem drainase utama, lokasi dengan pengaturan danpengelolaan sungai.
b) Mengembangkan sistem drainase yang berwawasanlingkungan.
2. Optimalisasi prasrana dan sarana sitem drainase yang ada perlumendapat prioritas dan dukungan dari seluruh pemangkukepentingan (stakeholders). Baru ke tahap berikutnyapengembangan dan pembangunan baru.a) Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan saran dan
prasarana terbangun : kejelasan tanggung jawab danketersediaan SOP.
b) Menyiapkan prioritas optimalisasi sistem.c) Mengembangakan kampanye peningakatan peran masyarakat.d) Upaya menyadarkan dan mendorong masyarkat dalam
memelihara dan membersihkan lingkungan yang meliputioperasi dan pemeliharaan saluran drainase serta konsevasisumber daya air.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dansarana drainase, swasta/ dunia usaha dan peran serta masyarakat.a) Peningkatan koordinasi antar dinas salah satu penyebab
menurunnya fungsi drainase yang ada.b) Pengembangan kapasitas SDM. Peningkatan SDM yang
menangani sistem drainase perkotaan.4. Mendorong dan memfasilitasi pemerintah kabupaten /kota dalam
pengembangan sistem drainase yang efektif, efesien danberkelanjutan.a) Menyiapkan peraturan perundang-undangan.
39
b) Perkuatan institusi.c) Mengembangkan sumber pendanaan.d) Mendorong swasta/masyarakat ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan drainase.
Suripin (2004), Hadi dan Frisca (2012), masing-masingsepakat bahwa arahan peningkatan pelayanan infrastruktur drainasedapat dilakukan dengan peningkatan partisipasi masyarakat,kapasitas kelembagaan dan kelengkapan peraturan dan SOP. Namunmenurut Yudha (2010), peningkatan pelayanan infrastruktur drainasedapat melalui alternatif pembiayaan yang efisien dan kemudahanpemeliharaan infrastruktur. Namun dari beberapa sumber, mayoritaslebih mengarah kepada peningkatan kualitas dari elemen danstakholders untuk pemeliharaan draianse yang berkelanjutan sepertipeningkatan partisipasi masyarakat, kapasitas kelembagaan,kelengkapan peraturan SOP.
Dari komparasi teori tersebut, indikator dalam peningkatanpelayanan infrastruktur drainase adalah arahan, strategi daninstrumen peningkatan pelayanan infrastruktur drainase.
2.5 Sintesa Tinjauan PustakaDrainase yang berfungsi sebagai media pembuangan air dan
mengalirkan air dengan tujuan agar lahan di permukaan tidak terjadigenangan dan pencemaran lingkungan sehingga dapat dioptimalkan.Dampak yang dihasilkan dari buruknya infrastruktur drainase adalahbanjir. Adapun karakteristik banjir dapat dibedakan menjadi tigavariabel yaitu luas genangan, kedalaman genangan dan durasigenangan. Parahnya karakteristik banjir pada suatu kawasan akanmenimbulkan berbagai macam dampak negatif. Salah satupenanganan banjir adalah melalui peningkatan pelayanan drainase,yang dimana pelayanan drainase tersebut terdiri dari aspekteknis/fisik, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, aspek perundangandan aspek kelembagaan. Untuk aspek lingkungan digabung di dalamaspek teknis/fisik.
40
Sehingga dibutuhkan bentuk arahan penanganan banjir melaluipeningkatan pelayanan drainase. Dalam penelitian ini, didapatkanvariabel – variabel dari sumber teori yang dapat digunakan dalammenghasilkan arahan peningkatan pelayanan draianse. Adapunvariabel tersebut secara jelas, ditampilkan pada Tabel 2.4.
41
Tabel 2.4Sintesa Tinjauan Pustaka
No Sintesa Teori Aspek Indikator VariabelDaerah Tangkapan Air Kondisi Fisik Topogafi Kontur
Infrastruktur drainase Teknis Pelayanan Drainase Luas drainase
Banjir Banjir Karakteristik banjir
Luas Genangan
Kedalaman genangan
Durasi Genangan
Aspek-aspek yangmempengaruhi pelayananinfrastruktur drainase
Teknis/Fisik
Keterbatasan LahanKepadatan lahanterbangun
Keterpaduan infrastruktur lainSampah/infrastruktursampah
Kondisi topografi Kontur
Sampah domestik yang menumpukSampah yangmenumpuk disaluran drainase
EkonomiDana pemeliharaan
Dana rutinpemeliharaandrainase
Dana pengadaanDana modalpengadaan drainase
Sosial Budaya Peran serta masyarakat Aktifnya peran serta
42
No Sintesa Teori Aspek Indikator Variabelmasyarakat
Kebiasaan masyarakat dalam memelihara drainaseKegiatan masyarakatdalam memeliharadrainase
Perundangan Perangkat peraturanPeraturan danStandar Prosedur
KelembagaanLembaga pengelolaan infrastruktur drainase
Lembagapengelolaan drainase
Sumber : Hasil Kajian Teori, 2013
43
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan positivistik dengan
menggunakan metode theoritical analytic dan empirical analytic.Pendekatan tersebut digunakan dalam menguji empirik obyekspesifikasi, berpikir tentang empirik yang teramati, yang terukurdan dapat dieliminasikan serta dapat dimanipulasikan, dilepaskandari satuan besarnya (Muhadjir, 1990). Metode theoriticalanalytic menggunakan konstruksi teori untuk melandasipengembangan infrastruktur permukiman perkotaan untukmenunjang kegiatan ekonomi. Kemudian metode empiricalanalytic menjadikan teori sebagai batasan lingkup kemudianmengidentifikasi faktor empiris sebagai faktor yang jugaberpengaruh dalam peningkatan infrastruktur.
Dalam persiapan penelitian, terlebih dulu dirumuskan teoripembatasan lingkup, definisi secara teoritik, empirik yangberkaitan dengan identifikasi faktor peningkatan infrastrukturpermukiman perkotaan, dan penelitian yang pernah dikemukakan.Selanjutnya, teori-teori tersebut dirumuskan menjadi sebuahkonseptualisasi teoritik yang melahirkan variabel penelitian.Tahap yang terakhir adalah tahap generalisasi hasil, yangbertujuan menarik sebuah kesimpulan berdasarkan hasil analisisdan didukung dengan teori infrastruktur permukiman perkotaandan kenyataan empirik yang muncul dari hasil analisis.
3.2 Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah deskriptif yang bersifat
kualitatif-kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif ini diartikansebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
44
menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitianpada masa saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak ataukondisi faktual yang terjadi di lapangan. Data tersebut berasaldari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, serta dokumenresmi lainnya (Moloeng, 1998 dalam Endang, 2005).
Pada pendekatan kualitatif, peneliti membuat suatugambaran kompleks, laporan terinci dari pandangan responden,dan melakukan studi pada situasi yang dialami (Creswell, 1998).Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa jenis kualitatifmerupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptifdari situasi yang diamati (Moeloeng, 2007). Dalam penelitian ini,menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif terkait dengantujuan dari penelitian ini, yaitu merumuskan arahanpengembangan infrastruktur permukiman perkotaan untukmenunjang kegiatan ekonomi di Kecamatan Sampang yangmembutuhkan gambaran kompleks, terperinci, faktual, sertaakurat dalam melukiskan keadaan yang terjadi pada masa saat iniberdasarkan fakta-fakta yang tampak/kondisi faktual yang terjadidi Kecamatan Sampang.
3.3 Variabel PenelitianVariabel penelitian adalah faktor atau hal yang diteliti yang
memiliki ukuran, baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupunkualitatif.
45
Tabel 3.1Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
No Sasaran Aspek Indikator Variabel Definisi Operasional
1
Menentukanprioritaskawasanpenangananbanjir diPerkotaanKecamatanSampang sesuaidengan Tipologiwilayah
Kondisi Fisik Topografi Kontur
Tingkatan Tinggi rendahnya suatulahan berdasarkan kondisi geogafissuatu wilayah diukur dari permukaanair laut (dpal)
Banjir Karakteristik Banjir
Luas genangan Luas kawasan yang tergenang air
Kedalaman genanganKetinggian air yang menggenangikawasan
Durasi genanganSatuan waktu yang digunakan untukmengukur lamanya genangan
2
Menganalisavariabel-variabel yangberpengaruhpada pelayanandrainase.
Teknis
Keterbatasan LahanKepadatan lahanterbangun
Kepadatan lahan terbangun diPerkotaan Kecamatan Sampang,semakin pada pembangunan, makapembangunan untuk pembuatandrainse sermakin berkurang
Keterpaduaninfrastruktur lain
Kelengkapan fasilitaspersampahan
Pengelolaan sampah yang terdapat diPerkotaan Kecamatan Sampang
Kondisi Topografi Ketinggian Kontur Ketinggian kontur
46
No Sasaran Aspek Indikator Variabel Definisi Operasional
Sampah domestikyang menumpuk
Sampah yangmenumpuk di salurandrainase
Ada tidaknya sampah yang menyumbatsaluran drainase
EkonomiDana pemeliharaan
Dana rutinpemeliharaan
Jumlah dana yang digunakan untukpemeliharaan infrastruktur drainase
Dana pengadaan Dana modal pengadaanJumlah dana yang digunakan untukmembangun infrastruktur drainase
Masyarakat
Kebiasaanmasyarakat dalammemeliharadrainase
Adanya kegiatanmasyarakat dalammemelihara drainase
Kegiatan rutin masyarakat sepertigotong royong yang dilakukan untukpemeliharaan drainase
Peran sertamasyarakat
Aktifnya peran sertamasyarakat
Jenis keaktifan masyarakat dalammerawat, memelihara dan memberikanevaluasi pada infrastruktur drainase
Perundangan Perangkat peraturan
Peraturan dan StandarProsedur pengelolandan pengawasandrainase
Keefektifan peran peraturan danStandar Operasional sebagai pedomandalam mengelola dan mengawasifungsi infrastruktur drainase
KelembagaanInstansi pengelolaaninfrastrukturdrainase
Adanya Instansipengelolaaninfrastruktur drainase
Keefektifan peran instansi pengelolaaninfrastruktur drainase yang berfungsimengelola dan mengawasi fungsiinfrastruktur drainase
3Merumuskanarahanpenangan banjir
Output dariSasaran 2
Output dari Sasaran2
Output dari sasaran 2Pada sasaran 3 ini menggunakan hasildari sasaran sebelumnya untuk prosesanalisa
47
No Sasaran Aspek Indikator Variabel Definisi Operasionaldi KawasanPerkotaanKecamatanSampangmelaluipeningkatanpelayanandrainase
Sumber : Hasil Kajian Teori, 2013
48
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
49
3.4 Metode Penelitian3.4.1 Metode Penentuan Responden3.4.1.1 Analisis Stakeholders
Untuk dapat memperoleh informasi yang interpretatif makadiperlukan stakeholders utama yang memiliki kapasitas dankompetensi di dalam lingkup infrastruktur wilayah dan tata ruangwilayah khususnya di Perkotaan Kecamatan Sampang. Stakeholderyang dipilih haruslah memiliki kejelasan peran atau kontribusi dalambidang yang dibutuhkan pada penelitian ini (dalam hal ini adalahinfrastruktur yang dibutuhkan di wilayah penelitian), haruslahmemiliki kejelasan kapasitas apa yang mereka punya danstakeholder tersebut juga harus memiliki rasa kepedulian terhadapobyek atau bidang penelitian. Bentuk stakeholder mapping dapatdilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
Tabel 3.2Stakeholder Mapping
Pengaruh Rendah Pengaruh Tinggi
KepentinganRendah
Kelompok stakeholder yangpaling rendah prioritasnya
Kelompok yang bermanfaatuntuk merumuskan ataumenjembatani keputusan danopini
KepentinganTinggi
Kelompok Stakeholderyang penting namunbarangkali perlupemberdayaan
Kelompok Stakeholders yangpaling kritis
Sumber: Tools to Support Participatory Urban Decision Making Process (UNHabitat), 2001
50
Proses analisa Stakeholder bisa dilihat pada lampiran 1,dengan responden terpilih dari hasil analisa adalah :
Tabel 3.3Stakeholder Penelitian
No Stakeholder Dinas1 Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang2 Kepala Bidang Tata Ruang Bagian
Drainase PerkotaanBAPPEDA
3 Kepala Bidang Pengairan Dinas PU Pengairan4 Kepala Bidang Bencana BPBD5 Ahli infrastruktur drainase Akademisi6 Bapak Chandra Kirana Tokoh Masyarakat
Sumber : Penulis, 2013.
3.4.2 Metode Pengumpulan DataProses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
teknik survei data sekunder dan primer. Pengumpulan data sekunderbersumber dari dokumen yang dimiliki oleh instansi antara lain :Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sampang,Kantor Kecamatan Sampang, Badan Pusat Statistik, Dinas PekerjaanUmum, dan instansi lainnya. Pengumpulan data yang dilakukandalam penelitian ini menggunakan beberapa metode – metode yaitu :A. Metode Pengumpulan Data Primer
Survei primer adalah metode pengumpulan data denganmelakukan pengamatan secara langsung (observasi lapangan),wawancara serta kuesioner. Survei primer bertujuan untukmendapatkan gambaran kondisi lingkungan dan perubahan-perubahan yang terjadi dengan melihat dan mendengar fakta yangada tanpa harus mengambil sampel ataupun dengan mengambilsampel. Survei primer dilakukan sebagai upaya melengkapi datasekunder yang telah ada. Survei data primer terdiri atas wawancarayang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.Wawancara terstruktur digunakan saat analisis Delphi dalammengeksplorasi variabel-variabel yang didapat dari analisis Delphi.
51
Tabel 3.4Data dan Perolehan Data Primer
No Data Sumber Data Teknik PengambilanData
1Variabel-variabel yangmempengaruhi pelayananinfrastruktur drainase
Informasi danpendapat daristakeholders
wawancara
Sumber : Penulis, 2011
B. Metode Pengumpulan Data SekunderMetode pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan
data, informasi dan peta kepada sejumlah instansi dan literaturterkait. Pengumpulan data sekunder terdiri atas:
1) Survei InstansiSurvei instansi dilakukan untuk mengumpulkan data-datayang diperlukan seperti data sekunder atau data-data yangbersifat pelengkap. Pada penelitian ini survei instansidilakukan pada instansional yang memiliki relevansi denganpembahasan seperti Badan Perencanaan dan PembangunanDaerah Kabupaten Sampang, Badan Pusat Statistik, DinasPerkerjaan Umum, dan sumber-sumber lainnya.
2) Survei LiteraturStudi literatur atau kepustakaan dilakukan dengan meninjauisi dari literatur yang bersangkutan dengan tema penelitianini, di antaranya berupa buku, hasil penelitian, dokumenrencana tata ruang, tugas akhir, serta artikel di internet danmedia massa. Studi literatur dilakukan dengan membaca,merangkum dan kemudian menyimpulkan semua referensitentang peningkatan infrastruktur Permukiman. Adapunperolehan data sekunder secara rinci dapat dilihat padaTabel 3.5.
52
Tabel 3.5Data dan Perolehan Data Sekunder
No Jenis Data Sumber Data Instansi Penyedia Data1 Kondisi fisik
DrainaseProfil Drainase Bappeda
2 Kondisi FisikKecamatan Sampang
RDTRKKota Sampang
Cipta Karya dan Tata Ruang
3 Data Kependudukan Kecamatan Sampangdalam Angka
BPS (badan Pusat Statistik
4 Data Banjir danKondisi DAS
DAS BPBD
5 Kejadian BencanaBanjir
Laporan KejadianBencana
Dinas Pekerjaan Umum danPengairan
Sumber : Penulis, 2013
3.4.3 Teknik Analisis3.4.3.1 Menentukan tipologi kawasan penanganan bahaya banjir
di perkotaan Kecamatan SampangSasaran ini dimaksudkan untuk mencari tipologi kawasan
bahaya banjir di perkotaan kecamatan sampang. Dalam sasaran inimenggunakan alat analisis Distrubsi frekuensi dan Analisis Overlay.
Analisis distribusi frekuensi digunakan untuk melakukanpengelompokan data ke dalam beberapa kelas parameter dankemudian dihitung banyaknya pengamatan yang masuk ke dalamtiap kelas. Berikut ni adalah beberapa langkah dalam melakukananalisa distribusi frekuensi:
1. Mengurutkan data2. Menentukan jumlah/banyaknya intervel kelas yang
diperlukan atau dapat juga dengan menggunakan rumusSturges:
K : Jumlah Kelas IntervalN : Jumlah data
3. Menentukan rentangan/wilayah data (R) dengan rumus :R=Nilai data tertinggi-Nilai data terendah
K = 1 + 3,3logn
53
4. Membagi wilayah tersebut dengan banyaknya kelas untukmenduga lebar (c) dengan rumus:
R = Nilai data tertinggi-nilai data terendahK = Jumlah kelas intervalSebelum melakukan klasifikasi nilai parameter, perludilakukan penentuan jumlah interval kelas yang akandigunakan. Jumlah interval kelas ini akan menjadi standarjumlah interval untuk semua variabel dan hasil analisadalam penelitian agar hasil dari tiap tahapan overla dalampenelitian ini terstandar dan tidak bias. Analisa sturgessdigunakan dalam menentukan jumlah interval kelasdalam penelitian ini dengan jumlah data diasumsikanmengikuti jumlah desa/kelurahan, karena sebagian besardata dalam variabel penelitian dikelompokkan dalamkelompok administrasi. Berikut ini adalah analisastrurgess yang digunakan untuk menentukan jumlahinterval kelas dalam penelitian:
Jadi, jumlah interval kelas dalam penelitian ini adalahsebanyak 3 interval kelas. Jumlah interval ini juga sesuaidengan ketentuan visualisasi karakteristik bahaya dankerentanan dalam Pedoman Penyusunan RencanaPenanggulangan Bencana. Bakornas PenanggulanganBencana (2006, dalam Rosita, 2010: Hal.67) danbeberapa penelitian kajian studi terkait diantaranya,Vulnerability concepts in Hazard And Risk Assessment(Kumpulainen, 2006), Vulnerability Analysis and RiskAssessment for Seismic And Flood Hazard In Turialba
C = R/K
K = 1 + 3,33 log n ;n = jumlah desa = 7K = 1 + 3,33 Log 7K = 2,79 = 3
54
City, Costa Rica. NHS (Marfia dan Njagih), dan HazardVulnerability Analysis (McLaughlin, 2001)
Setelah dilakukan analisis diatas maka dilakukan analisisOverlay, yang dimana data Overlay yang didapatkan dari hasilAnalisis Distrubusi frekuensi. Bertujuan untuk mentipologikankawasan bahaya banjir berdasarkan varibel.
3.4.3.2 Menganalisa Variabel-Variabel yang Berpengaruh padaPelayanan DrainaseDalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pelayanan infrastruktur drainase di Kecamatan Sampangmenggunakan dua analisis, yaitu pertama adalah analisis deskriptifdan analisis delphi.1. Analisis Deskriptif
Dalam menganalisis faktor mempengaruhi pelayananinfrastruktur drainase dilakukan dengan menggunakan metodedeskriptif di mana variabel yang didapatkan dari hasil kajian pustakaakan dibandingkan dengan studi literatur dan kondisi eksisting diwilayah penelitian. Variabel yang memiliki kemiripan akandikelompokkan dan akan membentuk beberapa faktor yangmerupakan faktor mempengaruhi pelayanan infrastruktur drainase.
Variabel yang akan diolah dengan menggunakan analisisdeskriptif adalah :
a. Kepadatan lahan terbangunb. Kelengkapan fasilitas persampahanc. Ketinggian Konturd. Sampah yang menumpuk di saluran drainasee. Dana rutin pemeliharaanf. Dana modal pengadaang. Aktifnya peran serta masyarakath. Adanya kegiatan masyarakat dalam memelihara drainasei. Adanya kebijakan daerah terkait drainasej. Adanya instansi pengelolaan infrastruktur drainase
55
2. Analisis DelphiTeknik Delphi adalah metode yang banyak digunakan dan
diterima untuk mengumpulkan data dari pakar. Teknik ini dirancangsebagai proses komunikasi kelompok yang bertujuan untuk mencapaikonvergensi pendapat tentang masalah tertentu (Hsu dan Sandford,2007).
Teknik Delphi adalah proses iteratif yang dirancang untukmencapai konsensus di antara sekelompok ahli pada topik tertentu.Teknik Delphi adalah cara yang paling efektif untukmengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan rencanaimplementasi perkotaan rinci. Hal ini sangat berguna dalam situasi dimana tidak ada kriteria standar yang ada untuk evaluasi (Taleai danMansuorian, 2008).
Dalam penelitian ini, teknik Delphi digunakan untukmendapatkan kesepakatan dari para pakar mengenai faktor-faktoryang mempengaruhi pelayanan infrastruktur drainase di KecamatanSampang. Data yang dibutuhkan dalam analisis delphi ini adalahfaktor mempengaruhi pelayanan infrastruktur drainase KecamatanSampang.
3.4.3.3 Merumuskan Arahan Penanganan Banjir di Kawasanperkotaan Kecamatan Sampang Melalui peningkatanpelayanan drainaseDalam analisis arahan penanganan banjir melalui
peningkatan pelayanan drainase, teknik analisis yang digunakanadalah analisis deskriptif kualitatif dengan Expert Judgement.Setelah diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelayanandrainase maka dapat dirumuskan arahan penanganan banjir melaluipeningkatan pelayanan drainase.
Expert judegement tergantung pada pakar / ahli(pengetahuan, pengalaman, kepentingan), pengetahuan tentang topikdan diskusi antara ahli dan peneliti. Jadi menurut Cooke, expertjudgement merupakan suatu alat analisa yang sangat penting untukmerepresentasikan suatu ketidakmungkinan (Cooke,1991).
56
Dua metode pertama yang digunakan expert judgementdikembangkan oleh RAND Corporation di Amerika Serikat-setelahPerang Dunia II [Cooke, 1991] adalah Skenario Analysis dan metodeDelphi
Expert Judgement merupakan pendapat berdasarkan pakarpada pengetahuan dan pengelaman dari pada ahli/stakeholder untukmerespon suatu permasalahan. Analisa Expert Judgement dapatdigunakan karena memiliki tujuan untuk merumuskan suatukonsensus atau pemecahan permasalahan. Arahan yang ditanyakankepada ahli berdasarkan masalah dan kondisi empiri dari kawasanyang terdampak banjir, dalam pemberian arahan ahli akan diberi katakunci untuk diarahkan ke jenis arahan yang disarankan peneliti. Ahlibisa setuju atau tidak dengan kata kunci arahan sehingga didapatpendapat yang obyektif (Wikita, 1984:132).
Adapun tahapan dalam melakukan analisa Expert Judgmentsebagai berikut :
a. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan,menggambarkan dan mengidentifikasi input yang akandiberikan kepada ahli.
b. Tahap kedua memberikan hasil penentuan.c. Tahap ketiga mengumpulkan dan menganalisa hasil arahan.d. Tahap terakhir adalah menyimpulkan arahan untuk
meningkatkan pelayanan drainase di Kecamatan Sampanguntuk mengatasi banjir.
3.5 Tahapan PenelitianSecara umum tahapan penelitian dilakukan dalam lima tahap.
Adapun tahapan penelitian akan dijelaskan seperti di bawah ini :1) Perumusan Masalah
Infrastruktur sangat penting dalam pertumbuhan kota danwilayah, namun infrastruktur drainase di Kecamatan Sampangbeberapa ada yang rusak berat sehingga pelayanannya tidakoptimal. Hal tersebut dapat menyebabkan Kecamatan Sampang
57
menjadi kawasan yang rawan banjir, sehingga menyebabkankegiatan ekonomi di Kecamatan Sampang terganggu.
2) Tinjauan PustakaPada tahap ini dilakukan kegiatan mengumpulkan informasi yangberkaitan dengan penulisan yang berupa teori dan konsep, studikasus, dan hal-hal lain yang relevan. Dari studi literaturdidapatkan rumusan variabel-variabel penelitian yang menjadidasar dalam melakukan analisa.
3) Pengumpulan DataKebutuhan data disesuaikan dengan analisa dan variabel yangdigunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, pada tahap inidilakukan dua teknik pengumpulan data, yaitu survei sekunderyang terdiri dari survei instansi serta survei literatur dan surveiprimer melalui observasi dan wawancara dengan kuesioner.
4) AnalisaSetelah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian diperoleh,tahap selanjutnya yang dilakukan adalah proses analisis datatersebut. Analisis yang dilakukan mengacu pada teori yangdihasilkan dari studi literatur sehingga sesuai dengan desainpenelitian yang telah dibuat di awal.
5) Penarikan KesimpulanPenarikan kesimpulan merupakan menentukan jawaban atasrumusan permasalahan yang telah ditentukan sebelumnyaberdasarkan hasil dari proses analisa di atas. Dalam prosespenarikan kesimpulan ini, diharapkan dapat tercapai tujuan akhirpenelitian. Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses penelitianakan dirumuskan rekomendasi dari penelitian ini.
58
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
59
Tabel 3.6Teknik Analisa Data
No Sasaran Input Data Alat Analisis Output
a Ketinggian kontur
b Luas Genangan
c Ketinggian genangan
d Kedalaman Genangan
e Luas drainase
a. Kepadatan lahan terbangun
b.Kelengkapan fasilitas persampahan
c. Ketinggian Kontur
d.Sampah yang menumpuk di saluran drainase
e. Dana rutin pemeliharaan
f. Dana modal pengadaan
g.Aktifnya peran serta masyarakat
h. Adanya kegiatan masyarakat dalam memelihara drainase
i. Adanya kebijakan daerah terkait drainase
j. Adanya instansi pengelolaan infrastruktur drainase
3
Merumuskan arahan penanganbanjir di Perkotaan KawasanKecamatan Sampang Melaluipeningkatan pelayanan drainase.
Hasil dari sasaran dua Analisis Expert judgmentArahan penangan banjir di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Sampang melaluipeningkatan pelayanan drainase.
2Menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi banjir terkaitpelayanan drainase
Analisis DelphiFaktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pelayanan infrastruktur drainase.
1Menentukan tipologi kawasanpenanganan bahaya banjir diperkotaan Kecamatan Sampang
Mentipologikan tingkat kawasan bahayabanjir
Analisis Distribusi Frekuensi
Overlay: Overlay weighted
60
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
61
Gambar 3.1Tahapan Penelitian
InfrastrukturDrainase
Sasaran 3 :Merumuskan arahanpenanganan banjir diKawasan perkotaan
Kecamatan Sampang
Analisis GIS (overlay)dan analisis distribusi
frekuensi
Merumuskan arahan penanganan banjir di Kawasan Perkotaan KecamatanSampang melalui peningkatan pelayanan drainase
Analisis
Tinjauan Pustaka
Tujuan
Banjir di Kawasan perkotaan Kecamatan Sampang
Merumuskan arahan penanganan banjir di Kawasan perkotaanKecamatan Sampang melalui peningkatan pelayanan drainase
Karakteristikbanjir
Variabel-variabelyang
mempengaruhibanjir terkait
pelayananinfrastruktur
drainase
Karakteristikkawasandaerah
tangkapan air
Sasaran 1 : MenentukanTipologi Kawasan
Penanganan BahayaBanjir terkait pelayanan
drainase
Sasaran 2 :Menganalisa variabelyang mempengaruhi
banjir terkaitpelayanan drainaseberpengaruh pada
pelayanan drainase
AnalisisDelphi
AnalisisExpert
judgment
Pengumpulandata
62
“Halaman ini sengaja dikosongkan.”
63
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian4.1.1 Gambaran Umum Perkotaan Kecamatan Sampang
Wilayah penelitian berada pada Perkotaan KecamatanSampang. Secara administrasi Perkotaan Kecamatan Sampangyang dibagi menjadi 6 wilayah administrasi perkotaan KecamatanSampang dengan batas wilayah perkotaan meliputi :
Sebelah Utara : Desa Tanggumong, Desa Paseyan,dan Desa Panggung, KecamatanSampang;
Sebelah Selatan : Selat Madura Sebelah Timur : Desa Gunung Maddah, dan
Kecamatan Camplong Sebelah Barat : Desa Demongan Kecamatan
Pangerangan dan Kecamatan Torjun.
Luas seluruh wilayah administrasi di Kawasan PerkotaanKecamatan Sampang sebesar 2.477,32 Ha. Luas wilayah terbesaradalah Kelurahan Polagan sebesar 665,43 ha, dan luas wilayahterkecil adalah Kelurahan Dalpenang. Luas masing-masingDesa/Kelurahan di kawasan perkotaan dapat dilihat pada Tabel4.1
Tabel 4.1Persentase Luas Desa/Kelurahan
Kelurahan Luas Kelurahan(Ha) Prosentase %Polagan 665,43 9,05Banyuanyar 380,51 5,18Rongtengah 144,61 1,97Dalpenang 110,27 1,50
64
Kelurahan Luas Kelurahan(Ha) Prosentase %KarangDalem 437,59 5,95GunungSekar 315,07 4,29Tanggumong 423,84 5,76
Jumlah 2477,32 33,70Sumber: Kecamatan Sampang dalam angka, 2011
Gambar 4.1Presentasi Luas Desa/Kelurahan
Sumber: Kecamatan Sampang dalam angka, 2011
4.1.2 Curah HujanPada musim penghujan 2009/2010 rata-rata curah hujan di
Kecamatan Sampang adalah 208,5 mm. Curah hujan bulanandapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima) kelas yaitu : 10-15 mm(sangat ringan), 16-85 mm (ringan), 86-295 mm (sedang), 296-545 mm (lebat), dan 546-845 mm (sangat lebat). Berdasarkanklasifikasi tersebut maka rata-rata curah hujan bulanan padaKecamatan Sampang berada pada kategori hujan sedang (86-295mm). Namun dengan curah hujan sedang, pada wilayah PerkotaanKecamatan Sampang sudah tergenang banjir dengan rata-rata 1,3meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
65
Tabel 4.2Curah Hujan (mm) di Kecamatan Sampang pada Musim
Penghujan Oktober 2009-April 2010Bulan Curah Hujan
Oktober 301
Nopember 258Desember 262Januari 142Feberuari 279Maret 124
April 289Rata-rata 208,5
Sumber: Kabupaten Sampang dalam angka, 2011
Gambar 4.2Curah Hujan Kecamatan Sampang
Sumber: Kabupaten Sampang dalam angka, 2011
4.1.3 HidrologiDi wilayah penelitian dilalui oleh sungai yang cukup besar
dan mempunyai kondisi aliran yang bervariasi sesuai denganaliran berasaal dari utara menuju ke arah selatan (KaliKemoning/Kali Sampang). Pada umunya aliran sungai tersebutdimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan berbagai kepentinganpenduduk setempat seperti mengairi sawah, pembuangan/muara,
66
limbah, air hujan dan kepentingan-kepentingan lainnya kondisiyang ada saat ini pada sungai dan terjadi penumpukan sedimenpada daerah tertentu. Selanjutnya terjadi genangan sementara(banjir) yang terkonsentrasi di Kelurahan Dalpenang danKelurahan Rongtengah dengan ketinggian genangan berkisar 0,8-2,2 m. Genangan ini sementara terjadi 2-3 kali per tahun.
Untuk kedalaman air tanah di kawasan penelitian relatifdangkal yaitu 2-4 m dari permukaan tanah dengan kualitas airagak payau, bahkan pada daerah tertentu sudah mulai dipengaruhi oleh kapilaritas air laut sehingga rasanya menjadi asin.Sumber air yang ada di wilayah penelitian hanya sumber airRubaru di Kelurahan Banyuanyar, yang dimanfaatkan untuk airbaku/minum dengan wilayah pelayanan di bagian selatan.Sedangkan sumber air lainnya yang digunakan sebagai sumber airminum adalah sumber air Omben yang melayani wilayah bagianutara (Sumber: RP4D Kecamatan Sampang).
4.1.4 Kondisi Topografi4.1.4.1 Ketinggian Topografi
Di Kecamatan perkotaan Sampang terletak pada daerahpesisir pantau yang secara umum mempunyai ketinggian lahanberkisar 0-8%. Pada kawasn bagian timur agak berbukit danbagian utara agak bergelombang. Ketinggian lahan berada pada1,9-3,65 mdpl. Untuk wilayah tertinggi adalah KelurahanTanggumong dan lokasi terendah berada di KelurahanGunungsekar. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi ketinggiantopografi di wilayah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
67
Tabel 4.3Ketinggian Topografi dari atas permukaan laut perkotaan
Kecamatan SampangNo Kelurahan Tinggi (m)1 Polagan (-02)-102 Banyuanyar 0-743 Rongtengah 4-644 Dalpenang 4-435 KarangDalem (-02)-386 GunungSekar 2-147 Tanggumong 4-39
Sumber: Kabupaten Sampang dalam angka, 2011
4.1.4.2 Kelerengan TopografiKelerengan topografi pada wilayah penelitian tidak
menunjukkan adanya pebedaan kelerengan lahan yang menyolok.Hal ini terlihat dari klasifikasi kelerengan lahan yang sebagianbesar berada pada kalsifikasi kelerengan yang datar. Berikutadalah penjabaran tabel kelerengan topografi :
Tabel 4.4Kelerengan Topografi Kecamatan Sampang
No KelurahanKlasifikasi Kelerangan (ha)
0-8% 8-15% 15-45% >45%Datar Bergelombang Terjal -
1 Polagan 387,02 - - -2 Banyuanyar 167,098 - - -3 Rongtengah 132,75 - - -4 Dalpenang 97,594 - - -5 KarangDalem 239,4 - - -6 GunungSekar 411,975 - - -7 Tanggumong 326,486 - - -
Total 1762,323 - - -Sumber: Kabupaten Sampang dalam angka, 2011
68
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
69
Gambar 4.3Peta Ketinggian Kontur Kawasan Perkotaan Sampang
70
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
71
4.1.5 Kependudukan4.1.5.1 Jumlah Penduduk
Secara keseluruhan jumlah penduduk di kawasanperkotaan Sampang sebesar 51.332 jiwa. Jumlah pendudukterbesar berada di Kelurahan Gunung Sekar dan Rongtengah.Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk di kawasan perkotaandapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kelurahan
KelurahanJenis Kelamin (Jiwa)
JumlahLaki-Laki Perempuan
Polagan 2.136 2.471 4.607Banyuanyar 3.265 3.244 6.509Rongtengah 3.928 3.813 7.741Karang dalam 3.659 3.752 7.411Gunung sekar 6.445 6.329 12.774Dalpenang 3.118 3.199 6.317Tanggumong 2.941 3.032 5.973
Jumlah 25.492 25.840 51.332Sumber: Kecamatan Sampang dalam angka, 2011
Gambar 4.4Jumlah Penduduk Kecamatan Sampang
Sumber: Kecamatan Sampang dalam angka, 2011
72
Secara keseluruhan jumlah penduduk di kawasanperkotaan sampang sebesar 51.332 jiwa. Pada jumlahpenduduk laki-laki sebesar 25.492 jiwa sedangkan perempuansebesar 25.840 jiwa.
4.1.5.2 Kepadatan PendudukKepadatan penduduk Kawasan Perkotaan Sampang
paling besar berada di Kelurahan Dalpenang sebesar 6.446jiwa/km2. Sedangkan kepadatan terendah di kelurahanPolagan dengan kepadatan penduduk sebesar 1.190 jiwa/km2.Yang dapat di lihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6Kepadatan Penduduk Per Kelurahan
Kelurahan PendudukLuas(ha)
KepadatanPenduduk
Polagan 4.607 665,43 6,92Banyuanyar 6.509 380,51 17,10Rongtengah 7.741 144,61 53,53Karang dalam 7.411 437,59 16,93Gunung sekar 12.774 315,07 40,54Dalpenang 6.317 110,27 57,28Tanggumong 5.973 423,84 14,09
Jumlah 51.332 2477,32 206,41Sumber: Kecamatan Sampang dalam angka, 2011
73
Gambar 4.5Kepadatan Penduduk Kecamatan SampangSumber: Kecamatan Sampang dalam angka, 2011
4.1.5.3 Sosial KependudukanSosial kependudukan Kecamatan Perkotaan sampang
didominasi oleh penduduk lokal kecamatan tersebut, denganjenis mata pencaharian adalah pedagang, pegawai negeri sipildan petani, namun yang mendominasi adalah pedagang.
4.1.6 Sistem dan Pola Jaringan Utilitas/Prasarana4.1.6.1 Sistem Pematusan
Jaringan drainase di wilayah penelitian terdiri daridrainase terbuka dan tertutup yang bersifat permanen dan nonpermanen. Berfungsi sebagai saluran drainase primer adalahsungai yang banyak terdapat di wilayah penelitian, untuk jenissaluran drainase sekunder ini memiliki dimensi yangbervariasi dari yang berukuran lebar 0,25 m sampai lebih dari1 m, tergantung pada kondisi jalan dan lebar jalan.
Sungai Kamuning ini memiliki beberapa permasalahanantara lain morfologi sungainya yang berkelok-kelok,penampang sungai yang tidak mampu menampung debit
74
banjir dan juga posisi ketinggian sungai yang hampir sejajardengan daerah di sekelilingnya sehingga seringkali padamusim penghujan terjadi banjir di daerah Banyuanyar,Kelurahan Polagan, bahkan jika terjadi banjir besar satu KotaSampang bisa terkena bahayanya.
Di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang, drainaseutama dapat dikelompokkan menjadi 7 bagian, meliputi:1. Kali Sampang (primer drainase)2. Kali Madegan3. Kali Geluran4. Saluran Drainase Sekunder/saluran samping jalan5. Saluran Drainase Tersier6. Kolam penampungan banjir(bozem)
Ketersediaan saluran drainase di Perkotaan Sampangbelum cukup mampu mengatasi limpasan air hujan yangdatang tiap tahunnya. Selain disebabkan oleh tingginya curahhujan, sistem drainase di Kota Sampang belum teratur dantidak memadai. Secara teknis tidak memadainya salurandrainase disebabkan karena lubang inlet drainase terlalu kecil,kondisi saluran tertutup oleh sampah dan banyak sedimenpada saluran. Rusaknya saluran drainase juga merupakanpenyebab fungsi saluran drainase tidak optimal, seperti di Jl.Jaksa Agung Suprapto, Jl. Wachid Hasyim, dan Jl. TeukuUmar. Adapun peta jaringan drainase, yang dapat dilihat padaPeta 4.6
75
Gambar 4.6 Peta Saluran Drainase
76
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
77
Gambar 4.7Peta Bozem, Kali Kemuning, Madegan, dan Geluran
78
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
79
Gambar 4.8Tinggi Air Sungai Kamuning Saat Musim Hujan
Sumber : Survey Primer, 2013
Sumber : Survey Primer, 2013
Gambar 4.9Banjir di Pusat Kota Sampang
80
4.1.7 Fasilitas persampahanSampah pada kawasn perkotaan berasal dari sampah
pasra, permukiman, komersil, perkantoran dan industri.Sampah biasa ditangani dengan cara dibuang ke TPS, ditimbun atau di bakar.Hingga tahun 2007, kabupaten sampang mempunyai 2 unittempat pembuangan akhir (TPA) yang ada didukung oleh 14unit TPS, 1 unit trasfer depo seluas 0,05 ha dan saranpengangkut sampah. Sarana pengangkut sampah yangdioprasikan yakni 1 unit mini truck berkapasitas 2 m2 denganrotasi 1 x/hari, 4 unit dump truck besasr berkapasitas 4 m2dengan rotasi 1x/hari, 4 unit dump truck kecil berkapasitas4m3, dan 5 unit arm roll besar berkapasitas 6 m2 denganrotasi 1x/hari.
4.1.8 Dana Tentang drainasePemerintah Daerah Perkotaan Kecamatan Sampang
telah melakukan alokasi anggaran dana untuk kegiatanpemeliharaan dan kegiatan pengadaan saluran drainase.Berikut adalah penjabaran dana alokasi anggaran untukmasing-masing kegiatan drainase :
Tabel 4.7Penggunaan Dana Drainase di perkotaan Kecamatan SampangNo Tahun Kegiatan Dana1 2004 Normalisasi dan Kegitaan Rutin
saluranRp.259.224.300
2 2005 Pemeliharaan Rutin Saluran Rp.374.998.246
3 2006 Pemeliharaan Rutin danNormalisasi
Rp.275.000.000
Sumber : Masterplan Drainase Kota Sampang Tahun 2007
81
Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah KecamatanPerkotaan Sampang telah melakukan pemeliharaan danperbaikan terhadap kebutuhan saluran drainase. Pada tahun2004 total dana untuk kegiatan normalisasi sebesar Rp259.224.300, tahun 2005 sebesar Rp 374.998.246, dan padatahun 2006 sebesar Rp 275.000.000. Anggaran APBD yangterdapat di Kabupaten Sampang sebesar Rp904.201.099.770,00 dengan realisasi pendapatan KabupatenSampang pada tahun 2006 adalah 814.952.403.945,33.Prosentase penggunaan alokasi dana untuk drainase sebesar0,033%
4.1.9 Kepadatan Lahan TerbangunUntuk data penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:Tabel 4.8
Penggunaan Lahan TerbangunKelurahan Permukiman (ha)
Polagan 85,18Banyuanyar 55,2Rongtengah 56,25Karang dalam 55,18Gunung sekar 149,27Dalpenang 183,37Tanggumong 83,93
Jumlah 668,38
82
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
83
Gambar 4.10Peta Penggunaan Lahan
84
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
85
4.1.10 Kondisi Luas Genangan, Kedalaman Genangan,dan Durasi Genangan di Perkotaan KecamatanSampangKabupaten Sampang terdiri atas 14 Kecamatan, salah
satunya Kecamatan Sampang yang menjadi batas substansiwilayah penelitian. Kecamatan Sampang yang dimaksudadalah Perkotaan Kecamatan Sampang. Pada wilayahperkotaan ini terdapat luas genangan, kedalaman genangan,dan durasi genangan. Adapun data-data dapat dilihat padatabel di bawah.
Tabel 4.9Luas Genangan pada kecamatan Sampang
No KelurahanLuas
Genangan(ha)
Prosentase Luas genanganpermukiman perkotaan
yang terdampak banjir (%)1 Polagan 665.43 29.012 Banyuanyar 380.51 11.993 Rongtengah 144.61 39.504 Dalpenang 110.27 45.055 Karangdalem 437.59 9.916 Gunungsekar 315.07 100.537 Tanggumung 423.84 39.82
Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Luas genangan yang paling luas terdapat padakelurahan Gunungsekar. Dilihat dari prosentase luas genanganpermukiman perkotaan perluas wilayah yang paling besarterdapat di Kecamatan Dalpenang sebesar 40,85%. Untukmelihat luas ganangan dapat dilihat pada peta 4.10 dibawahini:
86
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
87
Gambar 4.11Peta Luas Genangan
88
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
89
Tabel 4.10Kedalaman Genangan
No Kelurahan Kedalaman (m)1 Polagan 12 Banyuanyar 0,63 Rongtengah 24 Dalpenang 2,25 Karangdalem 1,56 Gunungsekar 1,27 Tanggumung 0,8
Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Kedalaman genangan yang paling dalam terdapat diKelurahan Dalpenang. Adapun rata-rata kedalaman genanganyang terdapat di Perkotaan Kecamatan Sampang mencapai 1,3meter.
Tabel 4.11Durasi Genangan
No KelurahanDurasi
Genangan(jam)
1 Polagan ±142 Banyuanyar ±123 Rongtengah ±204 Dalpenang ±245 Karangdalem ±186 Gunungsekar ±167 Tanggumung ±12Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Durasi genangan yang paling lama terdapat padaKelurahan Dalpenang.
90
4.2 Menentukan Tipologi Kawasan Penanganan BahayaBanjir di Perkotaan Kecamatan Sampang
a. Lama GenanganMenurut pedoman penyusunan peta resiko dalam lestari
(2011) dijelaskan bahwa penyusunan peta resiko berdarkanvariabel lama genangan yang dijabarkan dalam rentang waktu,klasifikasi, dan skor tingkat bahaya yang dapat dilihat padatabel 4.12
Tabel 4.12Pedoman Penyusunan Peta Resiko
Variabel BesaranDeskripsi
Klasifikasi Skor
LamaGenangan
0-5 menit Tidak bahaya 15-10 menit Sedikit bahaya 2
10-30 menit Cukup bahaya 330-60 menit Bahaya 4>60 menit Sangat bahaya 5
Sumber : Pedoman Penyusunan peta resiko dalam restari,2011
Berikut ini adalah data lama genangan yang terdapat padawilayah penelitian. Yang dimana durasi genangan paling lamaterdapat pada Kelurahan Dalpenang, dengan durasi ±24jam,sedangkan Kelurahan yang mempunyai durasi genangan yangpaling rendah terdapat Kelurahan Tanggumung, yaitu sebesar±12 jam.
Tabel 4.13Data Penelitian Lama Genangan
No KelurahanDurasi
Genangan(jam)
1 Polagan ±142 Banyuanyar ±123 Rongtengah ±20
91
No KelurahanDurasi
Genangan(jam)
4 Dalpenang ±245 Karangdalem ±186 Gunungsekar ±167 Tanggumung ±12
Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Berdasarkan data di atas yang diadopsi dari pedomanpenyusunan peta resiko dalam Lestari (2011), maka semuadurasi genangan masuk dalam kategori bahaya, maka untukkepentingan penelitian durasi genangan tersebut dibagimenjadi 3 tingkat bahaya sesuai analisis Sturges berikutadalah proses analisis.
K : Jumlah Kelas IntervalN : Jumlah data
Setelah itu dilakukan pembagian tingkat bahaya danpenentuan interval pertingkat bahaya berdasarkan analisisfrekuensi distribusi, yang menggunakan rumus :
R = Nilai data tertinggi – Nilai data terendah
K = 1 + 3,33 log n ;n = jumlah desa = 7K = 1 + 3,33 Log 7K = 2,79 = 3
92
Hasil dari proses analisis di atas dapat dilihat pada tabeldi bawah ini:
Tabel 4.14Interval Lama Genangan
Tingkat Bahaya IntervalCukup Bahaya 12-15 jamBahaya 16-19 jamSangat bahaya 20-24 jam
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Setelah dilakukan analisis pembagian interval,selanjutnya dilakukan Skoring. Hasil Skoring dapat dilihatpada tabel di bawah ini:
Tabel 4.15Skor Tingkat Bahaya Lama Genangan
Kelurahan Skor Tingkat Bahaya
Banyuanyar 3Dalpenang 1
Gunungsekar 2Karangdalem 2
Polagan 3Rongtengah 1
Tanggumung 3Sumber: Hasil Analisis, 2014
Keterangan:1. Sangat bahaya2. Bahaya3. Cukup Bahaya
93
Gambar 4.12Peta Lama Genangan
94
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
95
b. Ketinggian GenanganMenurut pedoman penyusunan peta resiko dalam Lestari
(2011) dijelaskan bahwa penyusunan peta resiko berdarkanvariabel ketinggian genangan yang dijabarkan dalam rentangwaktu, klasifikasi, dan skor tingkat bahaya yang dapat dilihatpada tabel 4.16
Tabel 4.16Pedoman Penyusunan Peta Resiko
Variabel BesaranDeskripsi
Klasifikasi Skor
TinggiGenangan
0-25 cm Tidak bahaya 125-60 cm Sedikit bahaya 260-100 cm Cukup bahaya 3
100-200 cm Bahaya 4>200 cm Sangat bahaya 5
Sumber : Pedoman Penyusunan peta resiko dalam restari,2011
Berikut ini adalah data ketinggian genangan yang terdapatpada wilayah penelitian. Yang dimana ketinggian genanganpaling tinggi terdapat pada Kelurahan Dalpenang, denganketinggian 2,2 meter, sedangkan kelurahan yang mempunyaiketinggian genangan yang paling rendah terdapat KelurahanBanyuanyar, yaitu sebesar 0,6 meter.
Tabel 4.17Data Penelitian Ketinggian Genangan
No Kelurahan Kedalaman (m)1 Polagan 12 Banyuanyar 0,63 Rongtengah 24 Dalpenang 2,25 Karangdalem 1,56 Gunungsekar 1,27 Tanggumung 0,8
96
. Berdasarkan data di atas yang diadopsi dari pedomanpenyusunan peta resiko dalam Lestari, maka semua durasigenangan masuk dalam katagori bahaya, maka untukkepentingan penelitian durasi genangan tersebut dibagimenjadi 3 tingkat bahaya sesuai analisis Sturges. berikutadalah proses analisis:
K : Jumlah Kelas IntervalN : Jumlah data
Setelah itu dilakukan pembagian tingkat bahaya danpenentuan interval pertingkat bahaya berdasarkan analisisfrekuensi distribusi, yang menggunakan rumus :
R = Nilai data tertinggi – Nilai data terendah
Hasil dari proses analisis diatas dapat dilihat pada tabeldbawah ini
Tabel 4.18Interval Ketinggian Genangan
Tingkat Bahaya IntervalCukup Bahaya 0,6 - 1,14Bahaya 1,14 - 1,68Sangat bahaya 1,68 - 2,22
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Setelah dilakukan analisis pembagian interval,selanjutnya dilakukan Skoring. Hasil Skoring dapat dilihatpada tabel dibawah ini
K = 1 + 3,33 log n ;n = jumlah desa = 7K = 1 + 3,33 Log 7K = 2,79 = 3
97
Tabel 4.19Skor Ketinggian Genangan
KelurahanSkor Tingkat
Bahaya
Banyuanyar 3
Dalpenang 1
Gunungsekar 2
Karangdalem 2
Polagan 3
Rongtengah 2
Tanggumung 3
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Keterangan:1. Sangat bahaya2. Bahaya3. Cukup Bahaya
98
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
99
Gambar 4.13Peta Ketinggian Genangan
100
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
101
c. Luas GenanganBerikut ini adalah data luas genangan yang terdapat pada
wilayah penelitian. Yang dimana luas genangan paling tinggiterdapat pada Kelurahan Gunungsekar, dengan luas genangansebesar 100 m2, sedangkan Kelurahan yang mempunyai luasgenangan yang paling rendah terdapat KelurahanKarangdalem, sebesar 9,91 m2.
Tabel 4.20Data Penelitian Luas Genangan
No KelurahanLuas Genangan
(m2)1 Polagan 29,012 Banyuanyar 11,993 Rongtengah 39,54 Dalpenang 45,055 Karangdalem 9,916 Gunungsekar 1007 Tanggumung 39,82
Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Dilakukan penentuan tingkat bahaya dan interval. Untukpenentuan tingkat bahaya banjir menggunakan Sturges. Yangmenghasilkan tiga tingkatan.
Setelah itu dilakukan pembagian tingkat bahaya danpenentuan interval pertingkat bahaya berdasarkan analisisfrekuensi distribusi, yang menggunakan rumus :
R = Nilai data tertinggi – Nilai data terendah
K = 1 + 3,33 log n ;n = jumlah desa = 7K = 1 + 3,33 Log 7K = 2,79 = 3
102
Hasil dari analisis distribusi frekuensi dapat dilihat padatabel di bawah:
Tabel 4.21Interval Luas Genangan
Tingkat Bahaya IntervalCukup Bahaya 9 - 23,2 m2
Bahaya 39,5 - 69,5 m2
Sangat bahaya 69,5 - 101 m2
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Setalah dilakukan analisis pembagian intervalselanjutnya dilakukan skoring. Hasil skoring dapat dilihatpada tabel dibawah ini:
Tabel 4.21Skor Luas Genangan
No KelurahanSkor tingkat
bahaya1 Polagan 32 Banyuanyar 33 Rongtengah 34 Dalpenang 15 Karangdalem 36 Gunungsekar 17 Tanggumung 3
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Keterangan:1. Sangat bahaya2. Bahaya3. Cukup Bahaya
103
Gambar 4.14Peta Luas Genangan
104
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
105
d. TopografiTopografi di wilayah penelitian berdasarkan DKP (2011).
Untuk menentukan dan membagi tingkat bahaya berdasarkanDKP (2011) :
Skor TingkatBahaya
Ketinggian Kontur Tingkat Bahaya
Skor 5 0-2 m Sangat bahayaSkor 4 2-5 m bahayaSkor 3 5-10 m Cukup bahayaSkor 2 10-15 m Sedikit bahayaSkor 1 >15 m Tidak bahaya
Sumber: DKP, 2011
Kondisi topografi yang terdapat di perkotaan KecamatanSampang mulai dari (-02) sampai dengan 74 m dari dpal.
Tabel 4.22Data Topografi
No Kelurahan Kontur1 Polagan (-02)-10m2 Banyuanyar 0-74m3 Rongtengah 4-64m4 Dalpenang 4-34m5 Karangdalem (-02)-38m6 Gunungsekar 2-14m7 Tanggumung 4-39m
Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Berdasarkan kondisi topografi di atas, maka untukkepentingan penelitian ketinggian topografi tersebut dibagimenjadi 3 tingkat bahaya sesuai analisis Sturges.
K = 1 + 3,33 log n ;n = jumlah desa = 7K = 1 + 3,33 Log 7K = 2,79 = 3
106
Pembagian tingkat bahaya dan penentuan intervalpertingkat bahaya berdasarkan analisis frekuensi distribusi,yang menggunakan rumus :
R = Nilai data tertinggi – Nilai data terendah
Hasil dari analisis distribusi frekuensi dapat dilihat padatabel dibawah:
Tabel 4.23Interval Topografi
Tingkat Bahaya IntervalCukup Bahaya <7
Bahaya 7 - 15Sangat Bahaya >15
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Setelah dilakukan analisis pembagian interval,selanjutnya dilakukan Skoring. Hasil Skoring dapat dilihatpada tabel dibawah ini
Tabel 4.24Skor Topografi
Kelurahan Skor TingkatBahaya
Banyuanyar 3Dalpenang 1
Gunungsekar 2Karangdalem 1
Polagan 1Rongtengah 3
Tanggumung 3
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Keterangan:1. Sangat bahaya 2. Bahaya 3. Cukup Bahaya
107
Gambar 4.15Peta Topografi Genangan
108
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
109
e. Luas DrainaseLuas drainase yang terdapat di Perkotaan Kecamatan
Sampang telah dibagi per kelurahan. Untuk melihat hasilpembagian luas drainase yang sudah diprosentasekan dapatdilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.25Data Penelitian Luas Drainase
No Kelurahan Luas Drainase (m2)1 Banyuanyar 0,692 Dalpenang 0,063 Gunungsekar 10,494 Karangdalem 5,135 Polagan 0,516 Rongtengah 9,787 Tanggumung 0,97
Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Pada wilayah penelitian perkotaan kecamatan sampangmempunyai luas drainase dari 0,06-10,56%. Selanjutnyadilakukan analisis kuartil dan Sturges. Adapaun analisisSturges, yaitu:
Pembagian kuartil berdasarkan rumus :
R = Nilai data tertinggi – Nilai data terendah
Maka hasil pembagian tingkat bahaya dan interval dapatdilihat pada tabel di bawah ini
K = 1 + 3,33 log n ;n = jumlah desa = 7K = 1 + 3,33 Log 7K = 2,79 = 3
110
Tabel 4.26Interval Luas Drainase
Tingkat Bahaya IntervalCukup Bahaya 7,06-10,56%Bahaya 3,56-7,06%Sangat bahaya 0,06-3,56%
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Setelah dilakuksn analisis pembagian interval selanjutnyadilakukan skoring. Hasil skoring dapat dilihat pada tabeldibawah ini:
Tabel 4.27Skor Luas Drainase
Kelurahan Skor TingkatBahaya
Banyuanyar 1Dalpenang 1
Gunungsekar 3Karangdalem 2Polagan 1Rongtengah 3Tanggumung 1
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Keterangan:1. Sangat bahaya2. Bahaya3. Cukup Bahaya
111
Gambar 4.16Peta Luas Drainase
112
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
113
Gambar 4.17Peta Tipologi Kawasan Bahaya Banjir
114
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
115
Berdasarkan Peta diatas yang telah dilakukan analisisoverlay weighted dihasilkan kawasan tipologi berdasarkantingkat bahaya. Untuk Tipologi satu yang berkatagori sangatbahaya, didominasi pada Kelurahan Dalpenang (78,13%).Tipologi dua yang berkatagori bahaya terdapat di KelurahanTanggumung, Karangdalem, Gunung sekar, Polagan,Banyuanyar, dan Rongtengah. Sedangkan pada tipologi tigayang berkatagori cukup bahaya sebagian besar terdpat padaKelurahan Banyuanyar (36%) dan Kelurahan Tanggumung(32%).
4.3 Analisa Variabel yang Berpengaruh dalam PelayananDrainase di Perkotaan Kecamatan SampangVariabel yang berpengaruh dalam pelayanan drainase
pada Perkotaan Kecamatan Sampang didapatkan denganmenggunakan teknik analisis delphi. Melalui analisis delphi,memungkinkan peneliti untuk dapat mengeksplorasi pendapatmasing-masing responden terhadap setiap variabel yangdiajukan dalam pertanyaan.
Responden dalam analisis Delphi ini didapatkan darihasil teknik stakeholder mapping, dimana penelitimenggunakan kriteria responden untuk membantu dalammendapatkan responden yang memahami wilayah dan objekpenelitian. Selanjutnya responden tersebut berperan untukmenentukan variabel yang berpengaruh dalam pelayanandrainase di Perkotaan Kecamatan Sampang. Respondenanalisis Delphi dalam peneliian ini dapat dilihat pada tabel4.28
116
Tabel 4.28Responden Analisis Delphi
No Nama Responden Pekerjaan/Profesi1 Atik Himawan Kepala Bidang Cipta Karya Kabupaten
Sampang2 Barrul Alim Kepala Bidang BAPPEDA Kabupaten
Sampang3 Soeliman Kepala Bidang PU Pengairan4 Imam Sanusi Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Sampang5 Sri Akademisi6 Chandra Kirana Tokoh Masyarakat
Sumbe r: Hasil Analisis, 2014
4.3.1 Wawancara Eksplorasi Analisis DelphiDalam mengeksplorasi pendapat responden, peneliti
menggunakan kuesioner wawancara dan panduan diskusiuntuk membantu peneliti dalam proses wawancara.Penggunaan kuesioner wawancara tersebut memungkinkanresponden untuk dapat mengungkapkan pendapatnya secaralangsung dan lebih mendalam. Hal tersebut membantu penelitidalam menentukan kecenderungan pendapat respondenterhadap suatu variabel akan pengaruhnya pada pelayanandrainase di Perkotaan Kecamatan Sampang.
Hasil eksplorasi pendapat masing-masing respondendalam menentukan variabel yang berpengaruh pada pelayanandrainase di Perkotaan Kecamatan Sampang dapat dilihat padaLampiran B, sedangkan hasil eksplorasi pendapat respondensecara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.29 berikut.
117
Tabel 4.29Hasil Eksplorasi Analisa Delphi Tahap I117-118
Indikator VariabelResponden
R1 R2 R3 R4 R5 R6Keterbatasan Lahan Kepadatan lahan terbangun S S S S S SKeterpaduan infrastruktur lain Kelengkapan fasilitas persampahan S S TS S S SKondisi Topografi Kontur S S S S S SSampah Domestik Sampah yang menumpuk disaluran drainase S S S S S SDana Pemeliharaan Dana Rutin pemeliharaaan drainase S S S S S SDana Pengadaan Dana Modal pengadaan drainase S S S S S SPeran serta Masyarakat Aktif Peran serta masyarakat S S S S S SKebiasaan Masyarakat dalam memeliharadrainase
Kegiatan masyarakat dalam memeliharadrainase
S S S S S S
Perangkat Peraturan Peraturan dan Standart Prosedur S S S S S SInstansi Pengelola infrastruktur drainase Instansi pengelola drainase S S S S S S
118
Keterangan:S : SetujuTS: Tidak Setuju
R1: Ir. Atik Himawan R4: Drs. Imam Sanusi, M.Pd
R2: Ir M. Barrul Alim M.T R5: SriR3: Soeliman R6: Chandra Kirana
Berdasarkan hasil eksplorasi Delphi tahap 1 tersebuttelah disepakati 9 variabel yang memiliki pengaruh signifikanterhadap penelitian dan 1 variabel yang belum disepakati yaitukelengkapan fasilitas persampahan.
Dari hasil eksplorasi Delphi tahap 1, dapat disimpulkanbahwa variabel yang mengalami konsensus pendapat para ahliadalah :
1. Kepadatan lahan terbangun. Semua respondensetuju bahwa Kepadatan lahan terbangun merupakanvariabel yang berpengaruh terhadap pelayanandrainase di Perkotaan Kecamatan Sampang. Denganlahan yang semakin padat akan menyebabkan airhujan yang terserap ke dalam tanah semakin sedikitdan mengakibatkan drainase yang ada sebelumnyatidak bisa menampung air hujan tersebut. Drainaseyang sebelumnya mencukupi dimensinya semakinlama semakin tidak memenuhi untuk menampung airpada saat hujan. Sehingga akan mengakibatkangenangan air hujan yang lama.
2. Sampah yang menumpuk disaluran drainase.Semua responden setuju bahwa sampah yangmenumpuk disaluran drainase merupakan variabel
Tidak Konsensus
119
yang berpengaruh terhadap pelayanan drainase diPerkotaan Kecamatan Sampang. Sampah yangterdapat pada saluran drainase menghambat air yangada disaluran drainase. Sehingga kinerja drainasemenjadi tidak optimal.
3. Kontur. Semua responden setuju bahwa ketinggiankontur merupakan variabel yang berpengaruhterhadap pelayanan drainase di Perkotaan KecamatanSampang. Ketinggian kontur yang landai dan sungaisebagai drainase yang lebih tinggi dari wilayahpermukiman dapat mempengaruhi run off air.
4. Dana rutin pemeliharaan drainase. Semuaresponden setuju dana rutin pemeliharaan drainasemerupakan variabel yang berpengaruh terhadappelayanan drainase di Perkotaan KecamatanSampang. Dengan adanya dan pemeliharaan yangrutin penting bagi drainase di Sampang. Terutamapada saluran primer. Dimana biaya untuk pengerukanhanya bisa mencakup satu kali dalam setahun.
5. Dana modal pengadaan drainase. Semua respondensetuju dana modal pengadaan drainase merupakanvariabel yang berpengaruh terhadap pelayanandrainase di Perkotaan Kecamatan Sampang.Pembangunan dan rehabilitas drainase membutuhkandana yang tidak sedikit. Untuk memenuhi kapasitasdari adanya daya tampung drainase. Dan untukmemenuhi drainase yang diikuti perkembangankawasan, khususnya di Perkotaan KecamatanSampang.
6. Aktif peran serta masyarakat. Semua respondensetuju aktif peran serta masyarakat merupakan
120
variabel yang berpengaruh terhadap pelayanandrainase di Perkotaan Kecamatan Sampang.Masyarakat sampang terbiasa untuk membuangsampah sembarangan di saluran drainase, salahsatunya di sungai. Masyarakat ikut berperan aktifdalam menjaga drainase supaya tetap berfungsi baikakan mendukung kelangsungan drainase dalam jangkawaktu lama. Masyarakat minimal memahami untukmenjaga drainse di sekitar lingkungannya sendiri.Dengan adanya kondisi kontur yang ada di suatukawasan dapat dibuat dengan pemecahan masalahmelalui pembuatan pada fasilitas drainase gunamengatur kinerja drainase.
7. Kegiatan masyarakat dalam memelihara drainase.Semua responden setuju kegiatan masyarakat dalammemelihara drainase merupakan variabel yangberpengaruh terhadap pelayanan drainase diPerkotaan Kecamatan Sampang. Dengan adanyakebiasaan masyarakat maka masyarakat kansenantiasa menjaga lingkungannya, khususnya padalingkungan drainase. Jadi semua beban untuk menjagalingkungan drainase tidak hanya pada instansi terkaitsaja tetapi masyarakat ikut menjaga juga denganadanya kegiatan masyarakat dalam memeliharadrainase.
8. Peraturan dan perundangan prosedur. Semuaresponden setuju peraturan dan perundangan prosedurmerupakan variabel yang berpengaruh terhadappelayanan drainase di Perkotaan KecamatanSampang. Perlu adanya batasan kewenangan dalampenanganan drainase/saluran primer, sekunder dan
121
tersier pada masing-masing institusi dan upaya untukmengadopsi dan mengacu pada peraturan ituberpengaruh. Karena dalam SOP dan standarpelayanan sudah diatur disitu sebagai landasankedinasan melaksanakan tugas-tugasnya.
9. Instansi pengelola drainase. Semua respondensetuju instansi pengelola drainase merupakan variabelyang berpengaruh terhadap pelayanan drainase diPerkotaan Kecamatan Sampang. Untuk membagitugas sesuai dengan tupoksi dalam pelayanandrainase, agar tidak terjadi overload pada setiapinstansi pengelola. Dan diharapkan dengan adanyakoordinasi antar instansi pengelola dapat mengatasiperamasalahan banjir.
Selain itu terdapat stakeholder yang menyatakan bahwaada variabel lain yang berpengaruh selain variabel di atas,variabel tersebut antara lain kelengkapan dan kondisi bozem,ketersediaan dan kondisi pompa, dan ketersediaan dan kondisipintu air.
4.3.2 Wawancara Iterasi 1 Analisis DelphiSetelah didapatkan hasil eksplorasi analisis Delphi,
maka dilakukan pengembangan kuesinoer pada tahapselanjutnya. Variabel yang belum mencapai konsensus danpenambahan variabel pada tahap eksplorasi sebelumnyadijadikan basis dalam penyusunan kuesioner wawancara ditahap iterasi. Kuesioner wawancara Delphi pada tahap iterasiini pada dasarnya sama dengan kuesioner tahap 1, namunvariabel yang ditanyakan merupakan variabel yang belummencapai konsensus dan variabel baru.
122
Responden dalam tahap ini sama dengan respondendalam tahap sebelumnya. Pada tahap ini, diperlukanpenggalian pendapat responden terhadap variabel-variabelyang belum mencapai konsensus dan variabel tambahan.Pendapat masing-masing responden dalam tahap iterasi inidapat dilihat pada Lampiran B, sedangkan hasil iterasipendapat responden secara keseluruhan dapat dilihat padatabel 4.30.
Tabel 4.30Hasil Iterasi 1 Analisa Delphi
Indikator VariabelResponden
R1 R2 R3 R4 R5 R6Keterpaduaninfrastrukturlain
Kelengkapanfasilitaspersampahan
S S S S S S
KelengkapanFasilitasDrainase
Bozem S S S S S SPompa S S S S S SPintu Air S S S S S S
Sumber : Hasil Analisis, 2014
Keterangan:R1: Ir. Atik Himawan R4: Drs. Imam Sanusi,R2: Ir M. Barrul Alim M.T R5: SriR3: Soeliman R6: Chandra Kirana
S: SetujuTS: Tidak Setuju
Berdasarkan hasil di atas, analisis Delphi terkaitvariabel yang berpengaruh dalam pelayanan drainase diPerkotaan Kecamatan Sampang telah mencapai konsensus ditahap iterasi I, dimana satu variabel yang belum mencapaikonsensus pada putaran sebelumnya telah mencapaikonsensus pada putaran ini. Variabel kelengkapan fasilitas
123
persampahan harus ada di Perkotaan Kecamatan Sampang,guna meminimalisir sampah yang akan dibuang sembarangan,khususnya pada saluran drainase. Dan saluran drainase dapatberfungsi dengan baik/berfungsi secara optimal. Dan salurandrainase yang ada di Perkotaan Kecamatan Sampang harusmempunyai kelengkapan fasiltias drainase, seperti adanyabozem, pintu air, dan pompa. Yang mana fasilitas itu bergunauntuk membantu kinerja run off air bila terjadai banjir atauterjadi kelebihan debit pada waktu hujan atau terjadi limpasanair dari hulu. Untuk mengatur banjir.
Berikut merupakan hasil analisis Delphi terkait variabelyang berpengaruh dalam pelayanan drainase di PerkotaanKecamatan Sampang.
Tabel 4.31Variabel yang Berpengaruh dalam Pelayanan Drainase di
Perkotaan Kecamatan SampangVariabel Berpengaruh
AspekTeknis/Fisik
Kepadatan lahan terbangunKelengkapan fasilitas persampahanKetinggian konturSampah yang menumpuk disaluran drainaseKetersedian dan kondisi BozemKeterserdiaan dan kondisi sistem Pintu AirKeterserdiaan dan kondisi Pompa
Aspek Ekonomi Dana Rutin pemeliharaaan drainase
Dana Modal pengadaan drainaseAspek SosialBudaya
Aktif Peran serta masyarakatKegiatan masyarakat dalam memelihara drainase
AspekPerundangan
Peraturan dan Standart Prosedur
AspekKelembagaan
Instansi pengelola drainase
124
4.4 Arahan Penanganan Banjir di Kecamatan PerkotanSampang Melalui Peningkatan Pelayanan DrainaseExpert judegement tergantung pada pakar / ahli
(pengetahuan, pengalaman, kepentingan), pengetahuantentang topik dan diskusi antara ahli dan peneliti. Jadimenurut Cooke, expert judgement merupakan suatu alatanalisa yang sangat penting untuk merepresentasikan suatuketidakmungkinan (Cooke,1991).
Dua metode pertama yang digunakan expert judgementdikembangkan oleh RAND Corporation di Amerika Serikat-setelah Perang Dunia II [Cooke, 1991] adalah SkenarioAnalysis dan metode Delphi
Expert Judgement merupakan suatu analisaberdasarkan pada pendapat dan pengetahuan para ahli untukmerespon suatu permasalahan yang ada. Hasil dari ExpertJudgement tergantung pada pakar/ahli yang didasarkanpengetahuan dan pengalaman mereka. Analisa ExpertJudgement ini menggunakan kuesioner ke stakeholder terkaitarahan penanganan banjir di Perkotaan Kecamatan Sampang,melalui peningkatan pelayanan drainase tanpa melalui iterasi.
1. Tahap IMengidentifikasi variabel yang perlu dikembangkanuntuk di setiap tipologi-nya. Pada keseluruhan variabelterdapat 10 variabel yang mempengaruhi.
2. Tahap IIPada tahap II dilakukan eksplorasi mengenai arahanpenanganan banjir di Perkotaan Kecamatan Sampangmelalui peningkatan pelayanan drainase denganstakeholder. Menggunakan kuesioner berdasarkanvariabel yang mempengaruhi pelayanan drainase.
125
Tabel 4.32Stakeholder
No Stakeholder Dinas1 Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang2 Kepala Bidang Tata Ruang bagian
drainase perkotaanBAPPEDA
3 Kepala Bidang Pengairan Dinas PU Pengairan4 Kepala Bidang Bencana BPBD5 Ahli infrastruktur drainase Akademisi6 Bapak Chandra Kirana Tokoh Masyarakat
3. Tahap IIIPada Tahap III dilakukan analisa terhadap arahanpenanganan banjir melalui peningkatan pelayanandrainase dari jawaban jawaban atau pendapatstakeholder dengan mengekplor kondisi eksisting.Kondisi eksisting digunakan untuk pembuatan arahanuntuk setiap variabel pada tipologi area. Kompilasihasil analisa Expert Judgement dapat dilihat pada tabeldi bawah.Berdasarkan pada hasil expert judgements berikut ini
merupakan arahan peningkatan pelayanan drainase. Arahanini diiklasifikasikan menyesuaikan tipologis menurut rankingprioritas berdasarkan klasifikasi luas genangan, kedalamangenangan,durasi genangan dan kondisi topografi.
126
“Halaman ini sengaja dikosongkan.”
127
Tabel 4.33Kompilasi Hasil Analisa Expert Judgement
No. Variabel KarakteristikHasil diskusi Arahan
Tipologi1 Tipologi 2 Tipologi 31. Kepadatan
LahanTerbangun
Luasnya lahanterbangun yangmenyebabkanberkurangnya daerahresapan
Di perkotaan kecamatan sampang mempunyai luaskepadatan terbangun sebesar 668,38 ha. maka perludilakukan suatu penerapan peraturan zonasi untukmenetapkan kawsan tipologi.
Penerapan peraturan zonasi dengan menetapkan kawasan Tipologi 1menjadi kawasanpembangunan terlarang melalui pelarangan perijinan pendirian bangunanPenerapan peraturan zonasi dengan menetapkan kawasan tipologi 1, 2 dan 3 menjadi kawasanpembangunan berbatas melalui pembatasan perijinan pendirian bangunan.
2 KelengkapanFasilitasPersampahan
Kurang lengkapnyafasilitas pendukungpersampahan
Untuk memudahkan masyarakat Sampang dapatmembuang sampah pada tempatnya maka harusmempuyai kelengkapan fasilitas persampahan. Makaperlu dilakukan penyediaan fasilitas teknologi aplikatifuntuk penanganan sampah beserta dukungan sosialisasibagi masysrakat sekitar untuk menggunakanpersampahan secara benar
Penyediaan fasilitas maupun teknologi yang aplikatif untuk penanganan sampah besertadukungan sosialisasi bagi masyarakat sekitar untuk penggunaan fasilitas persampahan denganoptimal
3 KetinggianKontur
Mempunyaiketinggian konturyang berbeda beda,sehinggamembentukperbukitan tinggi
Di wilayahpenelitianmempunyaiketinggian kontur (-2) dpal.
Kondisi kontur sangat mempengaruhi sekali dalamtangkpan air. Kondisi kontur yang sangat rendah dapatmenyebabkan genangan air dan kondisi kontur yangtinggi dapat mengalirkan air ke daerah rendah,sehingga daerah yang rendah itu terjadi banjir.Maka dengan kondisi seperti itu harus dilakukannormalisasi kontur yang curam.Kondisi bangunan kontur yang terdapat di wilayahlandai/datar dapat di buat kontruksi bangunanpanggun,n khususnya pada bangunan permukiman.Karena daerah perkotaan sampang banyak sekalidaerah permukiman.Rata-rata kondisi sungai kemuning letakny lebih tinggidibangdingkan dengan dataran sehingga disepanjangpinggir aliran sungau dibuat pelengsengan atau tanggulyang kokoh, dan dbuat relitif tinggi. Untukmengantisipasi jika air sungai meluap.
Dilakukan penghijauan disekitar pelengsengan.Yang bertujuan membantu menyerap air danmengantisipasi terjadinya erosi dan tanah longsor.
Dilakukan normalisasi kontur/kondisi topografi sesuai dengan penggunaanya. Disepanjang pinggir aliran sungai mulai dari hulu sampai (tipologi2 dan 3)
dengan muarasungai Kemoning dibuat pelengsengan atau tanggul yang kokoh, relatiftinggi dan tidak mudah rusak. Jika debit (jumlah) air sungai banyak dan ketinggian airsungai semakin bertambah, maka airnya tidak akan meluber kemana-mana (tetap berada dialiran sungai).
Disekitar pelengsengan dilakukan penghijauan, bertujuan membuat indah, rindang danhijau kawasan sungai. bertujuan air akan diserap dan disimpan oleh tanaman, sehingga bisamengantisipasi secara dini peluang terjadinya erosi dan tanah longsor di sepanjang aliransungai
4 Ketersedian Efektivitas daya Di wilayah perkotaan kecamatan Sampang mempunyai Pembangunan Untuk tipologi 2 dan 3 tidak perlu dilakukan pembuatan bozem , karena
128
No. Variabel KarakteristikHasil diskusi Arahan
Tipologi1 Tipologi 2 Tipologi 3dan kondisiBozem
tampung bozem diperkotaaanKecamatanSampang kurangbaik.
jumlah prosentaseluas drainase yangsangat minim diwilayah tipologi 1
kontur yang tinggi mencapai 73m dan diperparahdengan porsentase jumlah prosentase darainase yangmasih sangat minim. Kondisi seperti ini bisamempengaruhi aliran air ke daerah yang landai, untukmengantisipasi masalah ini, maka perlut dilakukanpembangunan bozem di pinggiran kawasan yangmempunyai kawasan rawan banjir dan disesuikandengan daya tampung.
Bozem dengankapasitas dayatampung air yanglebih besar sesuaidengan kondisikontur ataukelerenganwilayah tipologipertama.
kodisi wilayah tersebut mempunyai ketinggian kontur yang tinggi danmempunyai prosentasi drainase yang luas
5 Ketersediaandan kondisisistem Pompa
Tidak adanya sistempompa
Di perkotaaan Kecamtan Sampang tidak memilikiketersediaan pompa air. Padahal ini salah satu saranauntuk membantu banjir dan mengalirkan air yangdimana air tidak dapat mengalir.Makanya perlu dilakukan pengadaan pompa pad asaluran drainase utama yang bermuara ke sungaikemuning.
Pengadaan pompa pada outfall saluran drainase utama yang brmuara di sungai Kamuning yangdisesuai dengan kebutuhan urutan tipolgi
6 Keterserdiaandan kondisipintu Air
Pintu air di beberapaoutlet saluran drainasekota sampang sudahtidak berfungsi lagi.
Salah satu prasarana-sarana drainase adaahketersediaan pintu air yang berguna untuk mengaturdan menahana aliran aliran. Jadi aliran air nanti tidaklangsung jatuh pada satu titik dan terjadi genanganbesar. Kondisi di wilayah penelitian keterserdiaanpompa air sudah ada, namun kondisinya sudah tidakberfungsi lagi, makanya perlu dilakukan perawatan danoptimalisasi pada pintu air yang telah dibangun ataudilakukan penambahan pintu air ditiap ujung salurandrainase yang bermuara ke saluran sungai besar.
Optimalisasipembuatan pintuair baru danrevitalisasi pintuair yang telahdibangun
Pembuatan pintu air baru dan revitalisasi pintu air yang telah dibangundan disesuaikan dengan kondisi arah aliran air
7 Sampah yangmenumpuk disalurandrainase
Terdapat banyaksampah pada salurandrainase
Sampah pasti sangat mempengaruhi kinerja drainase.Dan kondisinya masih terdapat sampah/ sedimentsediment yang menyumbat dan menumpuk disalurandraianse, maka dengan ini harus dilakukan normalisasipengerukan sampah dan pembersihan sediment yangada.
Normalisasi saluran drainase melalui pengerukan sampah secara berkala yang dilakukan olehmasyarakat dalam bentuk kerja bakti maupun oleh pemerintah sekaligus memperketat laranganpembuangan sampah disaluran drainase melalui pemberian disinsentif kepada masyarakatyang membuang sampah di saluran drainase dan insentif bagi masyarakat yang melakukanperawatan jaringan drainase
8 Kegiatanmasyarakatdalam
Kurangnyakesadaranmasyarakat dalam
Kebiasaan masyarakat sampang membuang sampahsembarangan dapat menyebabkan banjir karena kurangoptimalnya saluran drainase yang terdpat sampah dan
129
No. Variabel KarakteristikHasil diskusi Arahan
Tipologi1 Tipologi 2 Tipologi 3pemeliharaandrainase
memelihara drainase Masyarakat selalu
menganggap biasamembuang sampangsembarangan,padahal sampahsalah satu penyebabbanjir
sediment , makanya dengan ini perlu dilkukanpemberian insentif bagi masyarakat yang melalakukanperawatan jaringan drainase. Dan memperketatmembuat sampah sembarangan
9 Peran sertamasyarakat
Masyarakat kurangberperan aktif dalampengembangan salurandrainase
Mayarakat di perkotaan mempunyai kegiatan sendiri-sendiri dengan kesibukan sebagai masyarakatperkotaan. Dengan adalah kegiatan tersebut dapatmembuat masyarakat kurang perperan aktif dalammemelihara dan mengembangkan drainase, makadalam hal ini masyarakat perlu adanya penyuluhanterkait semua tentang kebersihan drainase dan drainase,Dan untuk memacu supaya masyarakat mau melakukankegiatan tersebut maka dilakukan penggalakkan lombakebersihan
- Penggalakan lomba kebersihan lingkungan- Penyuluhan terkait kebersihan drainase- Pentingnya menjaga kebersihan drainase
10 Dana rutinpemeliharandrainase
Dana pemeliharaanmenurun
Dana pemeliharaan yang terdapat di perkotaan untukdrainase kurang di prioritaskan yang berakibat danatersebut menurun khususnya pada bidan drainase,makanya dengan ini pemrintah perlu meningkatkandana APBD untuk pengemangan drainase dari segalahal.
Peningkatan dana APBD untuk pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sertaperawatan saluran drainase, diantaranya dalam bentuk rehabilitasi atau memperbesar salurandrainase
11 Dana modalpengadaandrainase
Keterbatasan danakarena prioritaspembangunan bukanpada infrastrukturdrainase sehinggakondisi salura semakinmemburuk
12 Peraturan danstandarprosedur
Tidak adanya standarprosedur pengelolaandan pengawasandrainase/kurangnyaketegasan peraturan
Tidak adanya standar prosedur pengelolaan danpengawasan drainase/kurangnya ketegasan peraturanmaka harus dilakukan Penyusunan peraturan danstandar prosedur pembangunan, pengembangan danpemeliharaan saluran drainase
Penyusunan peraturan dan standar prosedur pembangunan, pengembangan dan pemeliharaansaluran drainase
13 Instansipengelola
Kurangnya keseriusandari pemerintah diukur
Instansi pengelola drainase di perkotaan kecamatansampang kurang memperhatikan. Karena kondisi
Membuat model kerjasama dan koordinasi antar instansi dan masyarakat yang disusundalam suatu pedoman, peraturan dan perundangan
130
No. Variabel KarakteristikHasil diskusi Arahan
Tipologi1 Tipologi 2 Tipologi 3drainase dari lemahnya
koordinasi dan kerjasama antar dinas
drainase yang ada tidak mempengaruhi secara besarbahaya banjir. Dengan kondisi seperti ini harusnya adakerjasama dan koordinasi antar instansi dan masyarakatyang disusun dalam suatu pedoman.
Mendorong dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dengan memberi suatu wadah/badansehingga dapat megarahkan dan membina kreativitas produktivitas masyarakat yang adauntuk mendukung kegiatan pembangunan.
139
LAMPIRAN ATabel 1
Pemetaan Stakeholders Menurut Kepentingan dan PengaruhKelompokStakeholder
InterestStakeholderTerhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
Pengaruh(Influence)StakeholderterhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
DampakProgramterhadapInterest(+) (0) (-)
Kepentingan(Importance)StakeholderterhadapKesuksesanProgram 1 = little/no importance 2 =some importance 3= moderateimportance 4 =very importance 5= critical player
Pengaruh (Influence)Stakeholder terhadapProgram 1 = little/ noinfluence 2 = someinfluence 3 =moderate influence 4= significant influence5 = very influence
Dinas Cipta KaryaDan Tata Ruang
Perumus kebijakanteknis di bidang tatakota danpermukiman
Perumus kebijakanteknis di bidang tatakota dan permukiman,maka mampumemberikanpertimbanganmengenaipengembangan suatuinfrastruktur,
+ 5 5
140
KelompokStakeholder
InterestStakeholderTerhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
Pengaruh(Influence)StakeholderterhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
DampakProgramterhadapInterest(+) (0) (-)
Kepentingan(Importance)StakeholderterhadapKesuksesanProgram 1 = little/no importance 2 =some importance 3= moderateimportance 4 =very importance 5= critical player
Pengaruh (Influence)Stakeholder terhadapProgram 1 = little/ noinfluence 2 = someinfluence 3 =moderate influence 4= significant influence5 = very influence
khususnya padadrianse
BPBD Penanggulangan-dan Pencegahan
bencana
Penanggulangan-dan Pencegahan
bencana. Mampumengatasi bencana.
+ 5 5
Badan perencanaanpembangunandaerah
Melaksanakanpenyusunan danpelaksanaankebijakan daerahbidang perencanaanpembangunan
Mengkoordinasi danmemberipertimbangan dalamsuatu perencanaanpembangunan kota
+ 5 5
Dinas Pekerjaan Melaksanakan Mengkoordinasi dan + 5 5
141
KelompokStakeholder
InterestStakeholderTerhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
Pengaruh(Influence)StakeholderterhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
DampakProgramterhadapInterest(+) (0) (-)
Kepentingan(Importance)StakeholderterhadapKesuksesanProgram 1 = little/no importance 2 =some importance 3= moderateimportance 4 =very importance 5= critical player
Pengaruh (Influence)Stakeholder terhadapProgram 1 = little/ noinfluence 2 = someinfluence 3 =moderate influence 4= significant influence5 = very influence
Umum pengairan penyusunan danpelaksanaankebijakan yangberkaitan denganpengairan
memberipertimbanganmengenai pengairandi kecamatanperkotaan sampangSampang
Bina Marga Perumus kebijakanteknis di bidang binamarga danpematusan.
Mampu memberikanpertimbanganmengenai lingkungandari perkotaan sepertisarana dan prasarana.
+ 3 3
BLH KotaSampang
BLH mengetahuibanyak tentang
BLH mengetahuibanyak tentang
+ 3 3
142
KelompokStakeholder
InterestStakeholderTerhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
Pengaruh(Influence)StakeholderterhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
DampakProgramterhadapInterest(+) (0) (-)
Kepentingan(Importance)StakeholderterhadapKesuksesanProgram 1 = little/no importance 2 =some importance 3= moderateimportance 4 =very importance 5= critical player
Pengaruh (Influence)Stakeholder terhadapProgram 1 = little/ noinfluence 2 = someinfluence 3 =moderate influence 4= significant influence5 = very influence
lingkungan, sepertibagaimanamengendalikan danpemanfaatanlingkungan.
lingkungan, sepertibagaimanamengendalikan danpemanfaatanlingkungan.
Akademisi 1. Memilikipandangan idealterhadappelayanandrainaseperkotaan.
Mampu memberikaninformasi terkaitdengan pelayanandrainase
+ 5 5
Tokoh Masyarakat Masyarakat adalahorang-orang yang
Memberi aspirasi. + 5 5
143
KelompokStakeholder
InterestStakeholderTerhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
Pengaruh(Influence)StakeholderterhadapPerumusan Arahanpeningkatanpelayanan drainasedi perkotaanKecamatanSampang
DampakProgramterhadapInterest(+) (0) (-)
Kepentingan(Importance)StakeholderterhadapKesuksesanProgram 1 = little/no importance 2 =some importance 3= moderateimportance 4 =very importance 5= critical player
Pengaruh (Influence)Stakeholder terhadapProgram 1 = little/ noinfluence 2 = someinfluence 3 =moderate influence 4= significant influence5 = very influence
paling mengertidengan lingkungantempat tinggalmereka sendiri
Keterangan:Pengaruh Stakeholder0 = Tidak diketahui pengaruhnya1 = Agak berpengaruh2 = pengaruhnya kecil/ tidak ada3 = Berpengaruh
Pentingnya Aktivitas Stakeholder0 = Tidak diketahui kepentingannya1 = Kecil/ tidak penting2 = Agak penting3 = Penting
144
4 = Sangat berpengaruh5 = Sangat berpengaruh sekali
4 = Sangat penting5 = Sangat penting sekali
INFLUENCEOFSTAKEHOLDER
IMPORTANCE OF ACTIVITY TO STAKEHOLDERSLittle/ NoImportance
SomeImportance
ModerateImportance
Very bigImportance
Critical Player
Little/ NoInfluenceSome InfluenceModerateInfluence
Bina Marga BLH KotaSampang
SignificantInfluenceVery bigInfluence
Dinas CiptaKarya dan TataRuang
Tabel 2Pemetaan Stakeholder Berdasarkan Pengaruh (Influence) dan Kepentingan (Importance)
145
INFLUENCEOFSTAKEHOLDER
IMPORTANCE OF ACTIVITY TO STAKEHOLDERSLittle/ NoImportance
SomeImportance
ModerateImportance
Very bigImportance
Critical Player
Dinas BadanPemerintahDaerah Dinas PU
Pengairan Akademisi Tokoh
Masyarakat
Sumber: Hasil Analisis StakeHolder
146
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
147
LAMPIRAN B
KUESIONER ANALISIS DELPHIARAHAN PENANGANAN BANJIR DI KAWASANPERKOTAAN KECAMATAN SAMPANG MELALUIPENINGKATAN PELAYANAN DRAINASE
Prana DutaNegara3608100012Program Studi Perencanaan Wilayah dan KotaInstitut Teknologi Sepuluh Nopember2014
Bapak/Ibu/Saudara/i yang saya hormati,Sehubungan dengan penyusunan tugas akhir, saya Prana
DutaNegara selaku mahasisiwa mata kuliah Tugas Akhir ProgramStudi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi SepuluhNopember Surabaya, memohon kesediaan dariBapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenan menjadi responden dalampenelitian saya yang berjudul “Arahan Penanganan Banjir diKawasan Perkotaan Kecamatan Sampang MelaluiPeningkatan Pelayanan Drainase”. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk merumuskan arahan penanganan banjir di KawasanPerkotaan Kecamatan Sampang melalui peningkatan pelayanandrainase.
Latar Belakang PenelitianDi Kecamatan Perkotaan Sampang terdapat banjir yang
disebabkan oleh banyak faktor. Secara topografi KecamatanSampang mempunyai kemiringan lereng rata-rata antara 2-25%.
148
Topografi seperti ini sangat mendukung terjadinya proses erositanah yang pada intinya membawa sedimen-sedimen dari bagianhulu mengendap dibagian hilir dan didukung oleh kondisi hutanbagian hulu sudah di tebang, menyebabkan hutan gundul yangberakibat terjadinya lahan kritis dan percepatan erosi sehinggadengan adanya masalah yang disebabkan faktor diatas terjadipendangkalan sungai akibat sedimen-sedimen yang dibawa daribagian hulu dan mengendap dibagian hilir. Selain itu penyebabbanjir diperparah dengan tingginya curah hujan yang turun padahulu sungai.
Dilihat dari kondisi fisik drainase sebesar 34% dariseluruh drainase sekunder. Kondisi seperti ini, dapatmengakibatkan kualitas, kinerja dalam mengalirkan kelebihan airpermukaan menjadi kurang optimal. Kemudian diperparahdengan adanya tumpukan sampah dan kondisi drainase yangtertutup.
Pada aspek kelembagaan permasalahan yang dihadapikurangnya perawatan rutin dari instansi pemerintah yang terkait,tidak ada perhatian dari pihak pemerintah, dan kurangnya danapemeliharaan.
Oleh karena itu dibutuhkan identifikasi faktor-faktor yangmempengaruhi kurang optimalnya pelayanan drainase, sehinggadiperoleh arahan penanganan banjr di kawasan perkotanKecamatan Sampang melalui peningkatan pelayanan drainase
Tujuan Wawancara Dan Penyebaran KuesionerDalam mencapai tujuan penelitian, salah satu tahapan
yang dilakukan adalah menentukan variabel yang berpengaruhterhadap pelayanan drainase. Pertanyaan yang disusun dalamkuesioner ini merupakan variabel-variabel yang didapat dari hasilkajian pustaka yang dilakukan peneliti terkait dengan pelayanan
149
drainase. Oleh karenanya, kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i menjadiresponden dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikanjawaban dari pertanyaan-pertanyaan terkait variabel apa saja yangberpengaruh dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruhpada pelayanan drainase.
150
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
151
EKSPLORASI PENDAPAT RESPONDENKUESIONER ANALISIS DELPHI TAHAP I
Judul Penelitian:ARAHAN PENANGANAN BANJIR DI KAWASAN
PERKOTAAN KECAMATAN SAMPANG MELALUIPENINGKATAN PELAYANAN DRAINASE
Project Name :Project Number :Version : 1Exec in Charge : RPS
Nama Responden :Alamat :
RT: RW:Kecamatan:
Kelurahan/Desa: Kabupetan/Kota:No HP :Pekerjaan :Alamat E-mail :
Nama Interviewer :Tgl/bln/thn wawancara :Jam mulai :Jam selesai :Lama waktu wawancara:
Sesuai dengan tujuan wawancara dan kuesioner ini, menurutBapak/Ibu/Saudara/i apakah variabel berikut merupakan variabel
152
Aspek Teknis/Fisik
yang berpengaruh dalam pelayanan drainase di Kecamatanperkotaan Sampang?
Indikator: Keterbatasan LahanVariabel anggota 1: Kepadatan Lahan Terbangun
Dengan mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhipelayanan drainase salah satu indikator dari aspek teknis adalahketerbatasan lahan
Sebagai kawasan yang mempunyai pusat kegiatan lokal,jaringan drainase di Kabupaten Sampang harus mampumemenuhi kapasitas dalam menerima air yang berasal dari airhujan atau limpasan dari hulu. Lahan yang telah terbangunmempengaruhi penurunan space dalam membangun drainase.
Oleh karenanya, apakah variabel proporsi lahan tebangunmerupakan variabel yang berpengaruh pelayanan drainase diKecamatan perkotaan Sampang?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
Indikator: Keterpaduan infrastruktur lainVariabel: Kelengkapan Fasilitas Persampahan
Berdasarkan aspek yang mempengaruhi pelayanan drainasedari segi teknis adalah keterpaduan infrastruktur lain.
Pengukuran indikator keterpaduan infrastruktur lain dalampenelitian ini menggunakan variabel kelengkapan fasilitaspersampahan. Penggunaan indikator ini dimaksudkan untuk dapat
153
memberikan informasi tentang keterpaduan infrastruktur lainyang ada di Kecamatan perkotaan Sampang.
Oleh karenanya, apakah variabel kelengkapan infrastrukturlain merupakan variabel yang berpengaruh terhadap pelayanandrainase?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
Indikator: Kondisi TopografiVariabel: Ketinggian KonturKondisi topografi salah satu aspek teknis yang mempengaruhipelayanan drainase. Perkotaan Kecamatan sampang mempunyaikondisi topografi yang sangat rendah, sehingga aliran air yangmelimpas dari hulu atau perbukitan tinggi akan mengalir kedaerah rendah.
Oleh karena itu, apakah kondisi topografi berpengaruhterhadap pelayanan drainase di Kecamatan Sampang?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
Indikator: Sampah domestikVariabel: Sampah yang menumpuk di saluran drainase
154
Aspek Ekonomi
Sampah merupakan masalah utama bagi lancarnya aliranpembuangan di saluran dan pembangunan drainase. Kebiasaanmasyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya dansebagain besar dibuang pada saluran drainase mengakibatkansaluran drainase perkotaan sampang menjadi tersumbat, dan danbahkan dengan kondisi seperti ini juga akan berdampak padapenumpukan sampah pada sungai-sungai yang menjadi porosutama untuk mengalirkan limpahan air hujan. Penumpukan inilahyang menjadi salah sau pokok permasalahan meluapnya air darisungai ke permukiman warga yang menyebabkan banjir tahunandi setiap musim penghujan.
Oleh karena itu, apakah sampah yang menumpuk di salurandrainase merupakan variabel yang berpengaruh terhadappelayanan drainase di Kecamatan Sampang?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
Indikator: Dana PemeliharaanVariabel: Dana Rutin Pemeliharaan Drainase
Penyediaan dana rutin untuk pemeliharaan drainasemerupakan salah satu aspek yang berpengaruh dalampembangunan dan pemeliharaan sistem jaringan drainase,berdasarkan konsep dan strategi yang tertuang dalam masterplandrainase Kota Sampang, penyediaan dana menjadi salah satukonsep dan strategi dalam menangani permasalahn drainase.
155
Dengan adanya dukungan dana yang cukup untuk pembangunandan pemeliharaan jaringan drainase diharapakan dapat menjagafungsi jaringan drainase dengan baik. Namun apabila terdapatkekurangan dana untuk pemeliharaan rutin akan menyebabkanlemahnya pelayanan drainase
Oleh karena itu, apakah variabel dana rutin pemeliharaandrainase berpengaruh dalam pelayanan drainase?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
Indikator: Dana PengadaanVariabel: Dana modal Pengadaan drainase
Dana modal pengadaan drainase merupakan aspek yangmempengaruhi pelayanan infrastruktur drainase, karena suatuproyek membutuhkan modal atau faktor produksi untuk mencapaisuatu tujuan tertentu sehingga memberikan manfaat setelahjangka waktu tertentu.
Melihat dari kondisi eksisting yang ada, pembangunan salurandrainase di kawasan perkotaan Kecamatan Sampang sudahbanyak dikembangkan..
Oleh karena itu, apakah variabel dana modal pengadaandrainase berpengaruh dalam pelayanan drainase?
o Setuju o Tidak Setuju
156
Aspek Sosial Budaya
Alasan:
Indikator: Peran Serta MasyarakatVariabel: Aktif Peran Serta Masyarakat
Partisipasi masyarakat akan berpengaruh dalam setiap tahappembangunan dan pemeliharaan jaringan drainase yang bersifatberkelanjutan untuk meningkatkan keefektifan dari fungsiinfrastruktur drainase agar dampak positif lebih besar dirasakanoleh masyarakat itu sendiri.
Aktifnya masyarakat Kecamatan Sampang dalam merawat,memelihara dan memberikan evaluasi pada infrastruktur drainaseyang ada akan sangat mempengaruhi keberlanjutan drainase diKecamatan Sampang.
Oleh karena itu, apakah peran serta aktif masyarakatmerupakan variabel yang berpengaruh terhadap pelayanandrainase di Kecamatan Sampang?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
Indikator: Kebiasaan masyarakat dalam memeliharadrainaseVariabel: Kegiatan masyarakat dalam memelihara drainase
157
AspekPerundangan
Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki darimasyarakat terhadap fasilitas yang akan dikembangkan perludiperhatikan aspek sosial budaya masyarakat. Hal ini perludilakukan untuk menghilangkan kesan pertentangan tujuan antarapihak pemerintah dan pihak masyarakat. Adapun hal-hal yangmempengaruhi aspek sosial budaya adalah kebiasaan masyarkatdalam memelihara pengelolaan drainase, keterlibatan masyarakatdan peran serta masyarakat dalam kaitannya dengan pelayananinfrastruktur drainase.
Dengan melihat pentingnya peran serta masyarakat dalambentuk kegiatan-kegiatan rutin pengelolaan drainase serta melihatkondisi drainase di Kecamatan Sampang yang masih dibutuhkanperbaikan, maka peran serta masyarakat sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu, apakah adanya kegiatan masyarakat dalammemelihara drainase merupakan variabel yang berpengaruhterhadap pelayanan drainase di Kecamatan Sampang?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
Indikator: Perangkat PeraturanVariabel: Peraturan dan Standart Prosedur
Untuk dapat melaksanakan konsep penanganan banjir melaluipeningkatan pelayanan infrastruktur drainase diperlukanseperangkat peraturan dan prosedur penanganan yang terstruktur.Berdasarkan keputusan menteri pekerjaan umum nomor239/KPTS/1987 tentang pembagian tugas, wewenang dan
158
Aspek Kelembagaan
tanggung jawab pengaturan, pembinaan dan pengembangandrainase kota atau SNI 02-2406-1991 tentang perencanaan umumdrainase perkotaan . Hal ini bertujuan untuk dapat mengantisipasiterjadinya kegagalan dalam implemetasi pembangunan danpemeliharaan jaringan drainase. Harapannya dengan adanyaketentuan tersebut, maka institusi seharusnya mempunyaitanggung jawab yang lebih besar terhadap pengembangan danpelaksanaan rencana dan program tersebut serta dalampemeliharaannya.
Oleh karena itu, apakah variabel peraturan dan standarprosedur berpengaruh dalam pelayanan drainase?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
Indikator: Instansi pengelola infrastruktur drainaseVariabel: instansi pengelola drainase
Pada dasarnya setiap sektor harus ada institusi yangbertanggung jawab. Untuk memastikan bahwa rencana bisadilakukan dan di implementasikan. Institusi yang berwenangmenurut tupoksinya di kabupaten Sampang adalah dinas CiptaKarya dan Tata Ruang. Namun pada kondisi eksisting pelayanandrainase masih belum optimal, hal ini diindikasikan masihterdapat banjir yang belum tertangani di wilayah KecamatanSampang..
159
Oleh karena itu, apakah variabel institusi yang mempunyaitupoksi dalam pengelolaan drainase berpengaruh dalampelayanan drainase?
o Setuju o Tidak Setuju
Alasan:
160
LAMPIRAN C
Hasil Kompilasi Eksplorasi Analisis Delphi Tahap 1
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
KeterbatasanLahan
Kepadatanlahanterbangun
1 V “iya kepadatan lahanyang terbangun memangberpengaruh mas.Banyaknya jumlahbangunan yangterbangun menyebebkansusahnya pembangunandrinase baru”
2 V Dengan lahan yangsemakin padat akanmenyebabkan air hujanyang terserap ke dalamtanah semakin sedikitdan mengakibatkandrainase yang adasebelumnya tidak bisamenampung air hujantersebut. Otamatiskanpembangunan barudrainase akan susahmas, dengan tidakadanya lahan lagi“
3 V Sangat berpengaruh
161
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
mas...kalau bisaketerkaitan semuainfrastruktur itu salingberkaitan.Pembangunan lahanterbangun harusmenyediakan lahanuntuk pembuatandrainase. Disana hal initidak terlalu dipentingkan sehinggamenjadi masalah sepele.
4 V Berpengaruh sekalimas....semakin pedatbangunan menyebabkansusahnya pembangunanbaru drainase, denganini seharusnya dari awalharus ada kebijakanmasalah drainase, untukrunoff air”
5 V “Iya pengaruh sekalimas. Karena apabilasemakin banyak daerahterbangun di daerahtersebut, maka secaraotomatis kemampuandaya serap dan
162
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
kapasitasnya semakinberkurang. Dan dari halitu akan menimbulkangenangan yang apabilamasih diteruskan akanmenjadi banjir di daerahtersebut, makanyasetidaknya harus adalahan yang disediakanuntuk pembangunandrianse baru”
6 V “Pengaruh lah mas..penyediaan darinasebaru harus dilakuakan,apalagi di daerah yangpadat terbangun, yaguna kebaikankelancaran arah aliranair dan menampung airhujan ,ya sebagaimanafungsi drainase”
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
Keterpaduaninfrastrukturlain
Kelengkapanfasilitaspersampahan
1 V “Masalah sampah ya.Kalo melihat fasilitassampah, pasti semakinbaik fasilitasnya semakin
163
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
baik pula pengelolaansampahnya. Jadi menurutsaya itu jugaberpengaruh. Jikafasilitas persampahankurang, akanmenyebabkan masalah disaluran drainase yangbisa menyebabkan banjiryang relative lama”
2 V Berpengaruhmas...dengan semakinbaiknya fasilitaspersampahan akansemakin menurunkanjumlah sampah yangterbuang di drainase.Terutama ketika adabanjir, banjir akanmembawa sampah dalamjumlah yang banyak danakan semakinmenghambat drainaseyang ada
3 V Tidak berpengaruhmas..,.Sampah disampang sudah relatifbaik penanganannya
164
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
terutama yang terkaitdengan banjir hanyaberpegaruh jika sampahyang ada di sungaiKemuning itu menumukyang akhirnyamenghambat aliran air.
4 V “berpengaruhmas....kalau kondisifasilitas persampahanyalengkap atau bagus,kondisi lingkungan pastijuga akan baguskan..kedua..qlo tidak adaperlengkapan fasilitaspersampahan , bisa-bisananti sampahnyaterbuangsembarangankanmas...sehingga kualitasnylingkungan akanmenurun, terutama padadrainase”
5 V “ya pengaruh. Makanyaitu pentingnyapengelolaan sampah yangbaik mas. Semakin baikpengelolaannya maka
165
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
semakin membantukinerja penyerapan sistemdrainase juga”
6 “Ya berpengaruhmas....kalau tidak adakelengkapan fasilitapersampahan sampahotomatis terbuangdisembarang tempat,salah satunya di salurandrainase.”
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
KondisiTopografi
KetinggianKontur
1 V “ya berpengaruh mas, kalausemakin banyak daerahperbukitan dan perkotaankecamatan sampang daerahpaling rendah maka dapatmengakibatkan banjir.Sebenernya ini perludilakukan pengadaanfasilitas drainase mas,seperti pembuatan pintu air,atau dam yang bergunauntuk mengatur danmenahan limpisan darikontur yang lebih tinggi “
166
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS2 V “pengaruh mas, karena run
off air pasti akan mengalirdari daerah yang tinggi kedaerah yang rendah”
3 V “setuju mas, dengan adanyaketinggian kontur, bisamengetahuiketinggianmasing-masing wilayah”
4 V “Berpengaruh mas, diperkotaan kecamatanSampang mempunyaitopografi yang sangatrendah. Ini salah satupenyebab banjir”
5 V “ya mas setuju ituberpengaruh, karena bilakita mengetahui kondisitopografi suatu kawasandapat memberikan masukanbagaiaman cara mengatasilimpasan air dengan kondisitopografi yang bervariasi”
6 V “Berpengaruh mas, dapatmengetahui ketinggiankontur”
167
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
SampahDomestik
Sampahyangmenumpukdisalurandrainase
1 “iya mas itu berpengaruh,sampah yang tidak terkelolaatau menumpuk bisamenjadi salah satu alasankenapa banjir itu tidaksurut-surut apalagi kalausampah itu menyumbatsaluran drainase. DiSampang sampah pertanianjuga memiliki perananbesar dalam kaitannyadengan penyumbatandrainase”
2 V sampah yang menumpukakan menghambat lajupembuangan air hujan danmemperlama waktugenangan. Dengan adanyasampah yang tidak terkeloladengan baik dan terbawabanjir akan meyumbatsaluran drainase yang ada.
3 V Ya mempengaruhimas....Sampah yang ada disaluran drainasemenghambat air yang adadi saluran sekunder untuk
168
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
mengalir di saluran primer,dalam artian memeperlamamasa genangan, makasampah ini sangatberpengaruh sekali masbagi runoff air
4 V “ya ini juga berpengaruhmas....kalo limbahnyadibuang sembarangan ya,misalnya ke salurandrainase, otomatis kanterjadi penyumbatandrainase. Saluran drainaseyang tadinya berfungsidengan baik akan menjaditersumbat danmenyebabkan pendangkalanpada saluran drainase,menyebabkan banjir”
5 V “berpengaruh. Itu jugatergantung dari bagaimanapengelolaan sampahnya.Kalau sampah yangmenumpuk dibiarkan dantidak segera dibersihkan,semakin lama akan semakintertimbun sehingga bisamenghambat kinerja
169
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
drainasenya”6 V Berpengaruh
mas....drainase fungsinyauntuk mengalirkan air, kaloterdapat sampah yangmenumpuk pada salurandrainase, otomatis kinerjaakan terganggu. Dan itupastinya akanmempengaruhi mas...danbisa berdampak padapencemaran lingkungan..
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
DanaPemeliharaan
Dana Rutinpemeliharaaandrainase
1 V “Adanya dana rutinmemang memilikiperanan penting mas.Jika semakin sedikitdana yang bisadikucurkan untukpemeliharaan akanmenyebabkankurangnyapemeliharaan bagidrainase dansebaliknya. Namunsemuanya juga ada di
170
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
anggaran tahunanpastinya”
2 V “Setuju mas...danayang cukup untukpemeliharaan drainasesangat penting dalammenjaga drainse dalamwaktu yang relativelama. Dana yang cukupakan sangatmemepengauhi kinerjadrainse tiap tahunnya.Termasuk untuk biayapengerukan dansebagainya”
3 V “Ya setuju mas...danarutin untukpemeliharaan sangatpenting bagi drainase diSampang. Terutmapada saluran lrimeer.Dimana biaya untukpengerukan hanya bisamencakup satu kalidalam setahun.Sedangkan dibutuhkanlebih dari satu kali
171
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
pengerukan dalamsetahun”
4 V “Berpengaruhmas....memang inisangat butuh sekaliuntuk biaya perawatanrutin, mulai dariperawatan untukdrainase yang rusakdan sebagainya. Tapitetep sebenernya harusdi list juga drainaseyang butuh prioritaspenanganan dan yangtidak butuh prioritasyang bertujuan untukmengatasi masalahyang butuh penangananprioritas”
5 V “Pengaruh mas, kanpasti ada anggaranuntuk dana rutinpemeliharaan. Tapiapabila dana tersebuttidak mencukupi,sebenarnya bisamisalkan dilakukanperbaikan pada dana
172
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
turun selanjutnya. Tapimengundur perbaikanberdampak padakinerja juga”
6 V “ya berpengaruhmas....kalau danapemeliharaan ini tidakada otomatispemeliharaan ini akanterhenti, maka danapemeliharaan sangatperlu sekali untukmenjaga kondisidrainase tetap berfungsibaik”
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
DanaPengadaan
DanaModalpengadaandrainase
1 V Dana pengadaan danpengembangan drainasememang sangat penting mas.Mengingat semakin lamasemakin banyak airlimpasan yang harusditampung oleh drainase.Sehingga perlu adanyapenningkatan dari segidimensi dan kapasitas
173
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
drainase kedepannya.
2 V “Setuju juga mas....danapengembangan sangatmempengaruhi kapasitasdari daya tampung drainase,tentunya dengan drainaseyang cukup dan pengelolaanyang benar akanmemperlancar drainsedalam menampung airlimpasan”
3 V “Hal ini sangat penting mas,mengingat draisae yangsudah ada ternyata belumoptimal dan masih terjadbanjiri. Maka pengadaandrainase baru itu sangatperlu dilakukan”
4 V “Ya berpengaruh juga mas...kota kecamatan sampang itukan kedepannya pasti bakalberkembang mas..perkembangan jalan danperumahan akan bertambahdan diikuti denganpembangunan drainase jugakan, nah bisa diambil dari
174
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
dana pengadaan drainasemas”
5 V “Perlu mas, apalagi melihatdari kondisi saat ini yangmasih sering banjir. Tapi yakalau untuk pengadaanmemang tidak semudahpemeliharaan. Jadi ya tidakbisa saat ini juga langsungada dananya. Perlu prosesyang lumayan lama danrumit juga”
6 V “Ya bisa berpengaruhmas....karena seperti yangsaya tahu drainase tersieryang terdapat di daerahpermukiman tidakada/jarang. Itu kan bisadibantu/ditambahkandengan menggunakan danapengadaan untuk membuatkelengkapan fungsi drainasesemakin optimal.”
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
Peran sertaMasyarakat
AktifPeran serta
1 “Benar mas. Masyarakatadalah actor utama.
175
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
masyarakat Masyarakat harus mengertibetapa pentingnya drainasedan bagaimanamemeliharanya. Tidakmungkin semua drainasebisa tertangani oleh dinasyang terkait, tapimasyarakat juga harusturut serta dalammemelihara terutamadrainase yang adadiligkungan masyarakat”
2 V “Setuju mas....masyarakatsampan sudah mulaiterbiasa untuk tidakmembuang sampah disungai atau salurandrainase lainnya.Masyarakat yang ikutberperan aktif dalammenjaga drainase supayatetap berfungsi baik akanmendukung kelangsungandrainase dalam jangkawaktu lama. Masyarakatminimal memahami untukmenjaga drainse di sekitarlingkungannya sendiri”
176
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS3 V “Setuju mas...peran serta
aktif masyarakat dalampemeliharaan terutama, itusangat penting. Dimanakebiasaan masyarakat yangmembuang sampah disungai dan tidak merawatdrainase di sekitarlingkungannya itumempengaruhi banjir yangada di Sampang”
4 V “Berpengaruh jugamas....untuk menjagakondisi drainase dalammenjaga dan memeliharasaluran drainase”
5 V “Iya mas, peran serta aktifmasyarakat dalam merawatdrainase juga akanmengurangi banjir yangterjadi di Sampang. Jadisebenarnya dalam halpemeliharaan infrastrukturdi daerahnya itu tidakhanya pemerintah saja,tetapi masyarakat jugadiharapkan untuk ikutberperan aktif”
177
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS6 V “Ya setuju mas.... guna
masyarakat mengetahuikeadaan drainase yang adadan menjaga selalu kondisidrainase supaya berfungsibaik sesuai denganfungsinya”
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
KebiasaanMasyarakatdalammemeliharadrainase
Kegiatanmasyarakatdalammemeliharadrainase
1 V “benar mas....Adanyakegiatan masyarakatDalam kaitannya dengandrainase itu bisaberpengaruh, karena inijuga bisa membuat semakinsadar akan lingkungan.Kegiatan-kegiatan yangpositif dan rutin perludigalakkan mas”
2 V “Ya berpengaruhmas....kegiatan dalamkaitannya pemeliharaanyang melibatkanmasyarakat akan sangatberpengaruh terhadap baikapa tidaknya kualitasdrainase. Terutama
178
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
drainase sekunder yangada di lingkunganpermukiman sangat perluperhatian dari masyarakatsendiri. Kedinasanmenggalakkan kompetisikebersihan lingkungan tiaptahunnya”
3 V “Kegiatan untukmemelihara drainase bagimasyarakat itu pentingminimal masyarakat bisamemelihara drainase disekitar lingkungannya danmenjadi sadar untuk tidakmembuang sampah disaluran drainase”
4 “Ya saya setujumas..dengan adanyakegiatan masyarakat akanmeringankan pekerjaaninstitusi, jadi tidak hanyadari pihak pemerintah sajayang mengawasi danmerawat drainase, tetapipihak masyarakat jugamembantu dengan adanyakegiatan perawatan
179
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
drainase”5 V “Berpengaruh, dan
masyarakat merupakankunci utama dalampemeliharaan drainase.Apabila masyarakat sadaruntuk membuang sampahpada tempatnya saja, itusudah merupakan kegiatanpartisipasi denganmembantu dalampemeliharaan drainase”
6 V “Berpengaruh mas...dengan adanya kebiasaanmasyarakat makamasyarakat kan senantiasamenjaga lingkungannya,khususnya pada lingkungandrainase. Jadi semua bebanuntuk menjaga lingkungandrainase tidak hanya padainstansi terkait saja tetapimasyarakat ikut menjagajuga.”
180
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
PerangkatPeraturan
PeraturandanStandartProsedur
1 V “adanya perenacanaan dankonsep yang benar tentangpengelolaan drainase itumemang penting mas.Bagaimana pun jugapengelolaan drainase itumemang harus mengacupada pedoman yang benar.Hal ini juga penting dalamkaitannya denganpenanganan banjir. Harusada studi dan peraturan yangterarah bagaimanamengatasinya”
2 V “Ya setuju mas....upayauntuk mengadopsi danmengacu pada peraturan ituberpengaruh. Karena dalamSOP dan standar pelayanansudah diatur disitu sebagailandasan kedinasanmelaksanakan tugas-tugasnya. Namun memangmasih banyak daerah yangperlu ditangani dengan baikdrainasenya”
3 V “Acuan untuk pengelolaandrainase dari segi fungsinya
181
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
itu memang seharusnyamengacu pada standart yangada. Hal ini juga sudahdilaksanakan di drainaseSampang. Namun dalm segipemeliharaan, upaya yangdilakukan sebatas menanganipermasalahan yang ada.Misal neh mas..pengerukandan pembersihan drainasesekunder dilakukan oleh PUpengairan”
4 V “Berpengaruh jugamas...untuk menjaga kondisidrainase tetap padafungsinya”
5 V “Iya pengaruh. Peraturan itukan bisa menjadi acuan ataudasar serta standarpelayanan dan pengelolaandrainase. Jadi memangsudah seharusnya peraturantersebut ada. Supaya pihakpemerintah, masyarakat,maupun swasta kalau adatidak sembarangan untukmengambil alihpemeliharaan atau
182
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
melakukan pengelolaan yangtidak sesuai standar”
6 V “Menurut saya berpengaruhmas....dengan adanyaperaturan dapat mengaturdan menjaga fungsi drainaseyang sebagai mana sudahditetapkan dan dapatdiimplementasikan fungsidrainase sesuai denganperaturan yang telah ada”
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
InstansiPengelolainfrastrukturdrainase
Instansipengeloladrainase
1 V “Bener mas. Harus adapembagian tugas yang jelasjuga antar dinas yangterkait, sebagaimana yangada di Sampang juga sepertiitu. Dari segi teknis dansebagainya harus dikoordinasikan denganpembagian tugas yang jelasmas.Di sampang jugaalhamdulilah bisa berjalandengan baik, namun tentusaja harus lebih optimal lagi
183
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
kedepannya dalamkaitannya denganpengelolaan banjir”
2 V Ya setuju mas....adanyapembagian wewenang dalampengelolaan drainase itujelas berpengaruh. Karenakebersihan lingkungan tidaksepenuhnya menjaditanggung jawab masyarkattetapi pada daerah-daerahyang tidak trjangkau ataudrainase bukan padawilayah permukiman ituharus dikelola oleh dinasyang terkait
3 V Ya saya setuju mas...karenakewenangn terhadapdrianase sampang memangmilik cipta karya. Namundalam koordinasinya denganinstansi yang lain jugasangat perlu dilkukan,misalny dengan instansi kita.Jika atidak ada pemagiantugas yang jelas makaditakutkan terjadi overloadtugas pada satu instansi.
184
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
Misal PU pengairan hanyabisa melakukanpembeneahan 10% peadhalbaru 5 tahun rusak dan ada72 anak sungai yang harusdibenahi (daerah hulu).
4 V “Pengaruh mas....denganadanya instansi pengelolamaka fungsi dan keberadaandrainase akan selalu adadalam pengawasan pihaktinstansi yang terkait dengantupoksi”
5 V “Kelembagaan bisa dibilangmerupakan pihak intim yangberwenang untuk melakukansegala hal dalampemeliharaan danpengelolaan sistem drainase,termasuk pembuat regulasidan sebagainya. Merekajuga merupakan pihak yangmengkoordinasi segala yangberkaitan pada infrastrukturdaerah. Jadi apabilakelembagaan yang ada tidakbekerja sesuai dengantupoksinya, maka bisa
185
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
mempengaruhi kinerja dariinfrastruktur yang dalam halini adalah drainase”
6 V “Ya pastinya berpengaruhmas....untuk mengaturdrainase dan pembagiantugasnya sesuai dengantupoksinya, sehingga tidakterjadi overload untukpembagian tugas setiapinstansi pengelola”
186
LAMPIRAN D
EKSPLORASI PENDAPAT RESPONDENKUESIONER ANALISIS DELPHI TAHAP ITERASI/TAHAP 2
Judul Penelitian:ARAHAN PENANGANAN BANJIR DI
KAWASAN PERKOTAAN KECAMATANSAMPANG MELALUI PENINGKATAN
PELAYANAN DRAINASE
Project Name : Sustain MinLa – DELPHIProject Number :Version : 1Exec in Charge : RPS
Nama Responden :Alamat :
RT: RW:Kecamatan:
Kelurahan/Desa: Kabupetan/Kota:No HP :Pekerjaan :Alamat E-mail :Nama Interviewer :Tgl/bln/thn wawancara :Jam mulai :Jam selesai :Lama waktu wawancara:
187
Sesuai dengan tujuan wawancara dan kuesioner ini,menurut Bapak/Ibu/Saudara/i apakah variabel berikut merupakanvariabel yang berpengaruh dalam pelayanan drainase diKecamatan perkotaan Sampang?
Hasil Iterasi Analisis Delphi Tahap 2
Indikator VariabelTahapan
AlasanR S TS
Keterpaduaninfrastrukturlain
Kelengkapanfasilitaspersampahan
1 V “Berpengaruh tetapmas.. Jika fasilitaspersampahan kurang,akan menyebabkanmasalah di salurandrainase yang bisamenyebabkan banjiryang relative lama”
2 V “Tetap berpengaruhmas...untuk melengkapifasilitas infrasttruktur”
3 V “iya mas memangberpengaruh..kanketerpaduaninfrastruktur lain ituharus mempunyaikelengkapan fasilitaspersampahan jugaya..makanya tak pikir-pikir oh iya yakelengkapan fasilitaspersampahanmempengaruhi kinerja
188
Indikator VariabelTahapan
AlasanR S TS
drainase, cumanmenurut saya sampaisaat ini pengelolaanatau fasilitas sampahbaik-baik saja”
4 V ”kalau saya itukelengpakaninfrastruktru fasilitaspersampahn itu penting.Kalau hanya sekedarmelihat dari drainasesaya malah tidak bisaberjalan dengan baiknanti kinerja drainase,ndak bisa menjalankanfungsi drainase secaraoptimal kan. Kalau adaketerkataitan kanotomatis nanti kinerjadrainase pastiberkembang dansampah yang ada tidakmengganggu drainaseyang ada”
5 V “ya memangpengalaman kalau tidakmemperhatikanketerpaduan
189
Indikator VariabelTahapan
AlasanR S TS
infrastruktur lain akanmengakibatkan dampaknegatif, seperti banjir”
6 V “ya mempengaruhmas...jusru denganadanya keterpaduaninfrastruktur lain iniakan sangat membantusekali kinerja drainase,tidak ada kegiatan kerjasampai dua kali sangatterintergrasi”
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
KelengkapanFasilitasDrainase
Ketersediandan kondisiBozemPompanisasi
1 V “setuju mas, dapatmengurangi limpasan airyang mengalir daridaerah hulu”
2 V “berpengaruh mas,semakin banyaknyajumlah bozem yangtersedia akanmeminimalisir banjir”
3 V “pengaruh mas, sebagaipelengkapn fasilitasdrainase”
4 V “setuju mas, untuk
190
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
mengatur ataumengurangi banjir”
5 V “berpengaruh mas, gunamemecahkanpermasalahan banjir”
6 V “setujua mas, sebagaisarana untuk menunjangkebutuhanpenanggulangan banjir”
Tanggapan AlasanR S TS
KelengkapanFasilitasDrainase
Ketersediaandan kondisisystempompanisasi
1 V “berpengaruh mas,untuk melancarkanaliran air di kecamatanperkotaan sampang”
2 V “pengaruh, supaya untukmenyedot air yang didataran yang lebihrendah ke aliran sungai”
3 V “setuju, guna mencapaipemecahanpermasalahan banjir”
4 V “pengaruh mas, karenakalo dilihat dari segipompanisasi bisamembantu sistem run offair supaya menjadilancar”
191
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS5 V “setuju, guna
memperlancar run offair”
6 V “pengaruh mas, untukmengatasi meminimalisirbanjir kecamatanperkotaan Sampang”
Tanggapan AlasanR S TS
KelengkapanFasilitasDrainase
Keterserdiaandan kondisipintu Air
1 V Iya mas keberadaan pintuair berpengaruh mas.Kalo pintu air tidakterkelola dengan baik,otomatis penyaluran airlimpasan tidak lancar danterjadi genangan,makanya pemeliharaansecara rutin itu jugapenting
2 V Berpengaruh mas.Apalagi kalau pintu airitu kondisinya banyaksampah itu berbahayasekali danmengakibatkan genanganbanjir itu tidak cepatsurut.
3 V Iya mas bisa. Terutama
192
Indikator VariabelTanggapan
AlasanR S TS
pintu air di drainaseprimer ya mas. Itu harusdalam kondisi bagus danbebas penyumbatan
4 V Oh berpengaruh mas.Pintu air terutama disungai yang besarkapasitasnya itu harusterpelihara, tidak bolehada sampah dansejenisnya di pintu air
5 V Berpengaruh mas.Dengan pintu air yangtersedia dengan baik ituakan membantu dalampendistribusian airlimpasan dari daerahhulu. Juga bisa mengaturdebit arus air sungai
6 V Bener mas, pintu airmemang penting. Asaljangan banyak sampah..tapi secara umumkeberadaan pintu air itusangat berpengaruh
193
LAMPIRAN E
A. RESPONDEN 1No. Variabel Karakteristik Arahan
Tipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 31. Kepadatan Lahan
TerbangunLuasnya lahan terbangun yangmenyebabkan berkurangnya daerahresapan
Pengaturan zonasi padakawasan tipologi 1 yangberupa pembatasanuntuk pengadaanbangunan baru
Menzonasi pada kawasan tipologi 2 dan 3 untuk memberlakukanpembatasan pada pembangunan bangunan baru
Mengevaluasi danmerevisi pola danstruktur ruang
Penambahan RTH yang ada sekaligus sebagai tempat evakuasi
Pengkajian kembali ataurelokasi keberadaansumber potensi bahaya
Peremajaan kota atau pembangunan kembali kawasan kumuh
2 Kelengkapanfasilitaspersampahan
Kurang lengkapnya fasilitaspendukung persampahan
Optimalisasi fasilitas persampahan serta penggunaan fasilitas persampahan yang paling efektif danterencanaOptimasi penyediaan prasana dan fasilitas-fasilitas ketahanan terhadap potensi bahaya banjirMengembangkan peraturan insentif dan disinsentif untuk prasana persampahan
3 Ketinggian Kontur Mempunyai ketinggian kontur yangberbeda beda, sehingga membentukperbukitan tinggi
Penghijauan di sepanjang sempadan sungai kali kemuning untuk membentuk kontur antara sungaidengan daratanPenanaman pohon didaerah rawan banjir untuk membentuk kontur sebagai antisipasi awal, tujuannyauntuk menyerap aliran arus sungaiMempertahankn bentuk terrasiring yang dilengkapi dengan penanaman pohon untuk menaikkan erosi
4 Ketersedian dankondisi Bozem
Efektivitas daya tampung bozem diperkotaaan Kecamatan Sampangkurang baik.
Pembangunan bozem yangdisesuikan dengan kapasitastangkapan air
Mempertahankan bozem yangada
Mempertahankan bozem yang ada
Memprioritaskanpenambahan bozem
Pengkajian kembali kapasitasbozem di prioritas tipologi 2
Pengkajian kembali kapasitasbozem di prioritas tipologi 3
Penambahan bozem baruyang disesuaikan dengankapasitas kawasan tipologi
Penambahan bozem baru yangdisesuaikan dengan kapasitaskawasan tipologi 2
Penambahan bozem baru yangdisesuaikan dengan kapasitaskawasan tipologi 3
194
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
Ketersediaan dankondisi sistemPompanisasi
Tidak adanya sistem pompanisasi Optimalisasi dan revitalisasipompa yang ada
Optimalisasi pompa sesuaikebutuhan prioritas kawasan 2
Optimalisasi pompa sesuaikebutuhan prioritas kawasan 2
Optimalisasi dana untukpengadaan pompa dengankualitas terbaik
Mengembangkan danimplementasi mekanismepenyediaan pompa dalammengembangkan strategimitigasi sesuai kebutuhantipologi 2
Mengembangkan danimplementasi mekanismepenyediaan pompa dalammengembangkan strategi mitigasisesuai kebutuhan prioritas tipologi3
Pengadaan pompa baruterutama pada drainaseprimer
Pengadaan pompa baru terutamapada drainase primer dandrainase sekunder yang adadilingkungan sekitar penduduk
Pengadaan pompa baru terutamapada drainase primer dan drainasesekunder yang ada dilingkungansekitar penduduk serta melibatkanperanserta masyarakat dalampemeliharaannya
Keterserdiaan dankondisi pintu Air
Pintu air di beberapa outlet salurandrainase kota sampang sudah tidakberfungsi lagi.
Pembuatan pintu air baruselain adanya pintu air yangsudah ada
Pembuatan pintu air baru dan revitalisasi pintu air yang telah dibangunsesuai dengan kebutuhan kawasan prioritas 2 dan 3
Pembuatan pintu air denganbahan kualitas terbaiksupaya tahan dalam jangkawaktu lama
Memprioritaskan optimalisasi pada pintu air yang masih berfungsi
Mengembangkan teknologiterbaru dalam pembuatanpintu air
Bekerjasama dengan pihak professional untuk mengembangkan pintuair sesuai standar untuk tahan bencana
Sampah yangmenumpuk disaluran drainase
Terdapat banyak sampah padasaluran drainase
Pembersihan drainse terutama sungai kemuning dari sampah yang ada di sungai serta meningkatkanperan aktif masyarakat dalam pemeliharaan drainse
Kegiatanmasyarakat dalampemeliharaan
Kurangnya kesadaran masyarakatdalam memelihara drainase
Mengembangkan pelatihan dan pembinaan masyarakat dalam mempersiapkan diri akan terjadinyabencana
195
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
drainase Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui berbagai program yang efektif seperti penyuluhanAktif peran sertamasyarakat
Masyarakat kurang berperan aktifdalam pengembangan salurandrainase
- Mengadakan kompetisi rutin tentang kebersihan- Pengadaan himbauan yang teratur tentang penuyluhan dan pencerdasan masyarakat mengenai
mitigasi bencana
Dana rutinpemeliharandrainase
Dana pemeliharaan menurun Mengalokasikan dana yang lebih besar tiap tahunnya sesuai dengan prakiraan kebutuhan dana padatahun sebelumnya
Dana modalpengadaan drainase
Keterbatasan dana karena prioritaspembangunan bukan padainfrastruktur drainase sehinggakondisi salura semakin memburuk
Mempermudah ijin untuk pengajuan revisi anggaran tahunan
Adanya peningkatan anggaran mitigasi bencana dari tahun ke tahun
Peraturan danstandar prosedur
Tidak adanya standar prosedurpengelolaan dan pengawasandrainase/kurangny ketegasanperaturan
Pengadaan peraturan yang jelas dan terstruktur tentang drainase
Mengadakan study kelayakan dari usaha mitigasi pada drainase
Meningkatkan persyaratan peraturan/perijinan dan penertiban dengan dilandasi konsep mitigasibencana
Instansi pengeloladrainase
Kurangnya keseriusan daripemerintah diukur dari lemahnyakoordinasi dan kerja sama antardinas
Peningkatan koordinasi antar instansi yang terkait
Melibatkan semua elemen stakeholder terkait masyarakat pemerintah dan swasta dalampengelolaan drainse
Mengidentifikasi seluruh instansi yang terkait dengan mitigasi bencana, termasuk pihak non-pemerintah maupun swasta
Membentuk forum atau workshop mengenai mitigasi bencana untuk meningkatkan peran aktifseluruh pihak
196
B. RESPONDEN 2No. Variabel Karakteristik Arahan
Tipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 31. Kepadatan Lahan
TerbangunLuasnya lahan terbangun yangmenyebabkan berkurangnya daerahresapan
Adanya zonasi yangmenyebutkan bahwapada kawasan prioritas 1tidak boleh, atau bolehdibangun tapi dengansuatu batasan dan syarattertentu jika adapembangunan baru
Menetapkan zonasi untuk kawasan tipologi 1 dan 2 yang memnyebtukanbahwa adanya pembatasan yang jelas untuk pembangunan kedepannya
Pengkajian kembalitataguna lahan diKecamatan Sampang
Meminimalisir limpasan air hujan dengan memperbanyak lahan hijau
Mengidentifikasikembali sumber bencanabanjir
Mengevaluasi pola ruang di prioritas tipologi 2 dan 3
Kelengkapanfasilitaspersampahan
Kurang lengkapnya fasilitaspendukung persampahan
Adanya pengoptimalan fasilitas persamapahan dan tekonologi yang memadahi serta adanya dukunganmasyarakat.Pengadaan fasilitas persampahan berdasarkan jenisnyaMemberlakukan aturan ketat untuk menjaga fasilitas persampahan yang ada
Ketinggian Kontur Mempunyai ketinggian kontur yangberbeda beda, sehingga membentukperbukitan tinggi
Untuk kawasan sepanjang bantaran sungai yang terletak dikawasan permukiman perlu adanyapengendalian sempadan bangunan untuk mempertahankan fungsi sungai sebagai penampung aliranair hujanMelakukan konservasi dan penghijauan kawasan sekitar permukiman guna membantu menyerap air.
Sampang memiliki kondisi topografi yang rendah maka daerah yang mempunyai dataran tinggi harudilakukan normalisasi kontur sesuai dengan ketinggian kontur
Ketersedian dankondisi Bozem
Efektivitas daya tampung bozem diperkotaaan Kecamatan Sampangkurang baik.
Memelihara bozem secaraberkala
Meminimalisir kemungkinanhilangnya bozem akibatpembangunan
Meminimalisir kemungkinanhilangnya bozem akibatpembangunan
Mempertahankan bozemyang ada
Pengoptimalan bozem sesuaidengan kapasitas di prioritastipologi 2
Pengoptimalan bozem sesuaidengan kapasitas di prioritastipologi 3
Pengadaan bozem baruyang disesuaikan dengankebutuhan di kawasan
Pengadaan bozem baru yangdisesuaikan dengan kebutuhan dikawasan tipologi 2
mempertahankan bozem baruyang disesuaikan dengankebutuhan di kawasan tipologi 3
197
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
tipologi 1Ketersediaan dankondisi sistemPompanisasi
Tidak adanya sistem pompanisasi Optimalisasi pompa Penggunaan pompa sesusaidengan kebutuhan di kawasanprioritas tipologi 2
Penggunaan pompa sesuai dengankebutuhan di kawasan prioritastipologi 3
Optimalisasi pengadaanpompa
Optimalisasi pengadaan pompasesuai dengan kebutuhan dikawasan prioritas 2
OPtimalisasi pengadaan pompasesuai dengan kebutuhan dikawasan prioritas 3
Pengadaan pompa untuksaluran drainse terutamapada sungai Kemuningsesuai dengan kebutuhanpada kawasan 1
Pengadaan pompa untuk salurandrainse terutama pada sungaiKemuning sesuai dengankebutuhan pada tipologi 2
Pengadaan pompa untuk salurandrainse terutama pada sungaiKemuning sesuai dengankebutuhan pada tipologi 3
Keterserdiaan dankondisi pintu Air
Pintu air di beberapa outlet salurandrainase kota sampang sudah tidakberfungsi lagi.
Pintu yang lama dibenahiPengadaan pintu air barudan pengembangan pintu airpada lokasi strategisbencana
Pengadaan pintu air baru dan peremajaan pintu air yang sudah ada
Pembersihan dan perawatanpintu air secara berkala
Revitalisasi pintu air
Pengadaan pintu air sesuaistandar peraturan
Mendata dan mengkaji kebutuhan pintu air di kawasan tipologi 2 dan3
Sampah yangmenumpuk disaluran drainase
Terdapat banyak sampah padasaluran drainase
Pengadaan perawatan rutin pada drainase terutama sungai kemuning dengan melakukan pemeliharaanrutin dengan pengerukan dan mengadakan himbuan kepada masyarakat tentang pentingnyamembuang sampah pada tempatnya serta pemeliharaan drainase oleh dilingkungan masyarakat
Kegiatanmasyarakat dalampemeliharaandrainase
Kurangnya kesadaran masyarakatdalam memelihara drainase
Senantiasa melakukan himbauan kepada masyarakat terkait denngan mitigasi bencana banjir
Sering mengadakan kegiatan penyuluhanAktif peran sertamasyarakat
Masyarakat kurang berperan aktifdalam pengembangan salurandrainase
- Pengadaan kegiatan yang bersifat kompetisi- Penyuluhan dan dana insentif
Dana rutinpemeliharandrainase
Dana pemeliharaan menurun Penganggaran dana yang sesuai dengan kebutuhan untuk perawatan drainase secara berkelanjutantermasuk biaya perwatan dan pengembangan drainse baru
Dana modal Keterbatasan dana karena prioritas
198
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
pengadaan drainase pembangunan bukan padainfrastruktur drainase sehinggakondisi salura semakin memburuk
Menganggarkan dana yang lebih untuk kegiatan mitigasi bencana
Mempermudah ijin pengajuan dana mitigasi bencana
Peraturan danstandar prosedur
Tidak adanya standar prosedurpengelolaan dan pengawasandrainase/kurangny ketegasanperaturan
Pembuatan peraturan dan prosedur secara terperinci terkait drainse setelah melalui pengkajian drainsesecara seksama
Pembuatan peraturan dengan sanksi yang tegas dalam kaitannya dengan pengelolaan drainase
Menyertakan keharusan untuk mengelola drainse dengan baik bagi semua pihak terutama masyarakatsekitar drainase
Instansi pengeloladrainase
Kurangnya keseriusan daripemerintah diukur dari lemahnyakoordinasi dan kerja sama antardinas
Membentuk suatu pengkoordinasian antara instansi yang terkait dimana itu berisikan tentang SOP Membentuk kerjasama antara berbagai pihak, baik dari pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Mengembangkan prosedur koordinasi dari tiap pihak
Mengidentikasi seluruh pihak yang terkait dengan mitigasi bencana termasuk kelemahan dankekuatan guna pembagian tugas yang semakin baik
199
C. RESPONDEN 3No. Variabel Karakteristik Arahan
Tipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 31. Kepadatan Lahan
TerbangunLuasnya lahanterbangun yangmenyebabkanberkurangnyadaerah resapan
-Pelarangan/pembatasanpembangunan
-PeyusunanRDTR yangmengaturpenataan lahan
-Penetapanwilayah inisebagai daerahresapan
Diperbolehkan adanya pembangunan di wilayah ini, namun jumlahnya dibatasi, mengikuti keseuaianlahan.
Pembatasan bangunan yang disesuaikan dengang fungsi perkotaan
2. Kelengkapanfasilitaspersampahan
Kuranglengkapnyafasilitaspendukungpersampahan
Mendorong pemerintah untuk menyediakan fasilitas maupun teknologi penanganan sampah dan disertai dengan sosialisasibagi masyarakat sekitar untuk penyediaan fasilitas persampahan lainnya secara swadaya serta sosialisasi penggunaanfasilitas persampahan dengan optimal
3 Ketinggiankontur
Membuat kebijakan terkait penangan drainase terkait dengan kondisi topografi yang terjadi pada wilyah catchment area.
Normalisasi terkait dengan ketinggian kontur , mulai dari menanam pohon dan melakukan pengendalian banjir pada daerahdi kontur rendah
4 Ketersedian dankondisi Bozem
Efektivitas dayatampung bozem diperkotaaanKecamatanSampang kurangbaik.
Perawatan bozem-bozem yang sudah ada agar bermanfaat optimal, didukung dan pembangunan bozem yang baru yangmemiliki kapasitas daya tampung air yang lebih besar, khususnya diwilayah yang dianggap sebagai wilayah prioritas.Terlebih lagi, kebutuhan perawatan dan pembangunan bozem ini sebaiknya disesuaikan dengan kondisi topografi masing-masing wilayah
5. Ketersediaan dankondisi sistemPompanisasi
Tidak adanyasistempompanisasi
- Pemerintah menyusun anggaran khusus untuk menyediakan fasilitas pompa pada setiap daerah, dan khusus padakawasan prioritas, fasilitas pompa disediakan yang lebih banyak dibandingkan kawasan lainnya, serta perawatan bagipompa-pompa yang telah dibangun.
200
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
6. Keterserdiaandan kondisi pintuAir
Pintu air dibeberapa outletsaluran drainasekota sampangsudah tidakberfungsi lagi.
- Perbaikan padapintu air yangtelah terbangun
- Pembangunanpintu air baru
Pembuatan pintu air baru dan revitalisasi pintu air yang telah dibangun
7. Sampah yangmenumpuk disaluran drainase
Terdapat banyaksampah padasaluran drainase
Pengerukan saluran drainase untuk mencegah sedimentasi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat yang didukungdengan skema insentif dan disinsentif.
8. Kegiatanmasyarakatdalampemeliharaandrainase
Kurangnyakesadaranmasyarakat dalammemeliharadrainase
9 Dana rutinpemeliharandrainase
Danapemeliharaanmenurun
- Peningkatan anggaran daerah untuk pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan serta perawatan saluran drainase.- Membuat skema pembiayaan yang didukung pihak swasta dalam upaya pembangunan dan perawatan saluran
10. Dana modalpengadaandrainase
Keterbatasan danakarena prioritaspembangunanbukan padainfrastrukturdrainase sehinggakondisi salurasemakinmemburuk
11. Aktif peran sertamasyarakat
Masyarakatkurang berperanaktif dalampengembangansaluran drainase
- Pengadaan lomba kerbersihan lingkungan- Sosialisasi terkait upaya-upaya pencegahan banjir- Penyuluhan terkait kebersihan drainase
201
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
12. Peraturan danstandar prosedur
Tidak adanyastandar prosedurpengelolaan danpengawasandrainase/kurangnyketegasanperaturan
Penyusunan peraturan dan standar prosedur pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan saluran drainase
13. Instansipengeloladrainase
Kurangnyakeseriusan daripemerintah diukurdari lemahnyakoordinasi dankerja sama antardinas
Membangun kerjasama dan koordinas antar instansi dan
Menyusun peratursn perundangan terkait koordinasi antar instansi
Mendorong dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dengan memberi suatu wadah/badan sehingga dapat megarahkandan membina kreativitas produktivitas masyarakat yang ada untuk mendukung kegiatan pembangunan.
202
D. RESPONDEN 4No. Variabel Karakteristik Arahan
Tipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 31. Kepadatan Lahan
TerbangunLuasnya lahanterbangun yangmenyebabkanberkurangnyadaerah resapan
-Penyusunanrencana zonasidiwilayah inisebagai wilayahserapan
-Pembatasan ijinpendirianbangunan
Pemerintah mengatur ijin pendirian bangunan berbatas
2. Kelengkapanfasilitaspersampahan
Kuranglengkapnyafasilitaspendukungpersampahan
Pembangunan fasilitas beserta dukungan sosialisasi bagi masyarakat sekitar untuk penggunaan fasilitas persampahandengan optimal.
Penyediaan teknologi yang aplikatif untuk penanganan sampah
3 KetinggianKontur
Mempunyaiketinggian konturyang berbedabeda sehinggamembentukperbukitan tinggi.
Normalisasi kontur dengan cara menambah penghijauan di daerah tinggi guna membantu memperlambat arus air
Pembangunan bangunan penahan arus air disekitar kawasan permkiman guna menghindari air yang masuk ke dalamperkotaan secara cepat.
Ketersedian dankondisi Bozem
Efektivitas dayatampung bozemdi perkotaaanKecamatanSampang kurangbaik.
PembangunanBozem dengankapasitas dayatampung air yanglebih besar sesuaidengan kondisikontur ataukelerenganwilayah urutanprioritas tipologipertama.
PembangunanBozem dengankapasitas dayatampung air yangsesuai dengankondisi kontur ataukelerengan wilayahurutan prioritastipologi kedua.
Pembangunan Bozem dengan kapasitas daya tampung air yang sesuai dengankondisi kontur atau kelerengan wilayah urutan prioritas tipologi ketiga.
4 Ketersediaan dan Tidak adanya Pembangunan pompa pada outfall saluran drainase utama
203
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
kondisi sistemPompanisasi
sistempompanisasi
5. Keterserdiaandan kondisi pintuAir
Pintu air dibeberapa outletsaluran drainasekota sampangsudah tidakberfungsi lagi.
Perbaikan padapintu-pintu airyang ada
Pembuatan pintu air baru dan revitalisasi pintu air yang telah dibangun
6. Sampah yangmenumpuk disaluran drainase
Terdapat banyaksampah padasaluran drainase
Pembersihan sampah disaluran yang memiliki sampah yang menumpuk serta didukung pemberian insentif dan disinsentifbagi masyarakat
7. Kegiatanmasyarakatdalampemeliharaandrainase
Kurangnyakesadaranmasyarakat dalammemeliharadrainase
8. Dana rutinpemeliharandrainase
Danapemeliharaanmenurun
Pemerintah meningkatkan anggaran khusus untuk pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan saluran drainase Dan meningkatkan dana APBD untuk pembangunan infrastruktur Pendaan khusunya untuk pembiayaan operasional pemeliharaan
9. Dana modalpengadaandrainase
Keterbatasan danakarena prioritaspembangunanbukan padainfrastrukturdrainase sehinggakondisi salurasemakinmemburuk
10. Aktif peran sertamasyarakat
Masyarakatkurang berperanaktif dalam
- Penggalakan lomba kerbersihan lingkungan- Penyuluhan terkait kebersihan drainase
204
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
pengembangansaluran drainase
11. Peraturan danstandar prosedur
Tidak adanyastandar prosedurpengelolaan danpengawasandrainase/kurangnyketegasanperaturan
Penyusunan peraturan dan standar prosedur pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan saluran drainase
12. Instansipengeloladrainase
Kurangnyakeseriusan daripemerintah diukurdari lemahnyakoordinasi dankerja sama antardinas
Membuat model kerjasama dan koordinas antgar instansi dan masyarakat yang disusun dalam suatu pedoman, peraturandan perundangan
Mendorong dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dengan memberi suatu wadah/badan sehingga dapat megarahkan danmembina kreativitas produktivitas masyarakat yang ada untuk mendukung kegiatan pembangunan.
205
E. RESPONDEN 5No. Variabel Karakteristik Arahan
Tipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 31. Kepadatan Lahan
TerbangunLuasnya lahan terbangun yangmenyebabkan berkurangnya daerahresapan
Diperlukan penerapan berupa peraturan zonasi dengan penetapan tipologi kawasan sesuai denganTingkat bahaya yang telah ditetapkan kemudian ditentukan menjadi kawasan terbatas bangunan untukpendirian bangunan dan kawasan pembangunan berbatas.Pembangunan didaerah tipologi satu boleh dibangun asalkan mempunyai fungsi bangunan sebagaidaerah resapan
Kelengkapanfasilitaspersampahan
Kurang lengkapnya fasilitaspendukung persampahan
Diperlukan adanya penyediaan fasilitas persampahan serta sistem pengolaan sampah yang baiksehingga dapat mengoptimalkan kinerja dari saluran darinase itu sendiri.
Ketinggian Kontur Mempunyai ketinggian kontur yangberbeda beda, sehingga membentukperbukitan tinggi
Diperlukan pengadaan jaringan drainase sesuai dengan bentuk kontur yang dimiliki oleh masing-masing Tipologi
Ketersedian dankondisi Bozem
Efektivitas daya tampung bozem diperkotaaan Kecamatan Sampangkurang baik.
Diperlukan adanya pembangunan Bozem sesuai dengan kondisi kontur masing-masing Tipologi agarkinerja dari Bozem tadi tidak kurang pada kapasitas daya tampung airnya akibat tidak sesuai dengankontur yang dimiliki.
Ketersediaan dankondisi sistemPompanisasi
Tidak adanya sistem pompanisasi Melakukan penyesuaiansistem pompanisasi padawilayah prioritas pertama.
Melakukan penyesuaian sistempompanisasi pada wilayahTipologi kedua
Melakukan penyesuaian sistempompanisasi pada wilayah tipologiketiga
Pengadaan pompa padaoutfall saluran drainaseutama yang brmuara disungai Kamuning denganjumlah yang lebih banyakdibandingkan catchmentlainnya. Sesuai dengankebutuhan urutan prioritasTipologi 1.
Pengadaan pompa pada outfallsaluran drainase utama yangbermuara di sungai Kamuningsesuai dengan kebutuhan urutanTipologi kawasan 2.
Pengadaan pompa pada outfallsaluran drainase utama yangbermuara di sungai Kamuningsesuai dengan kebutuhan urutanTipologi kawasan 3.
Keterserdiaan dankondisi pintu Air
Pintu air di beberapa outlet salurandrainase kota sampang sudah tidakberfungsi lagi.
Pengembangan serta peningkatan sebagai upaya optimalisasikinerja pintu air
Sampah yangmenumpuk disaluran drainase
Terdapat banyak sampah padasaluran drainase
pemberian disinsentif kepada masyarakat yang membuang sampah disaluran drainase dan insentifbagi masyarakat yang melakukan perawatan jaringan drainase
206
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
Kegiatanmasyarakat dalampemeliharaandrainase
Kurangnya kesadaran masyarakatdalam memelihara drainase
Upaya peningkatan kesadaran masyarakat dengan cara seperti pengadaan program bersama berupakerja bakti atau lomba kebersihan, atau bisa juga berupa penyuluhan mengenai pentingnya perandrainase serta dampaknya terhadap lingkungan sehingga juga dapat meningkatkan keaktifanmasyarakat dalam ikut serta memelihara drainase.Aktif peran serta
masyarakatMasyarakat kurang berperan aktifdalam pengembangan salurandrainase
Dana rutinpemeliharandrainase
Dana pemeliharaan menurun
Diperlukan penambahan dana APBD sebagai anggaran untuk biaya pembangunan, pemeliharaan,serta pengelolaan saluran drainase.
Dana modalpengadaan drainase
Keterbatasan dana karena prioritaspembangunan bukan padainfrastruktur drainase sehinggakondisi salura semakin memburuk
Peraturan danstandar prosedur
Tidak adanya standar prosedurpengelolaan dan pengawasandrainase/kurangny ketegasanperaturan
Diperlukan pengadaan regulasi dan prosedur terkait dengan pelolaan sistem drainase sertapeningkatan pengawasan terhadap kinerja drainase sesuai dengan regulasi terkait.
Instansi pengeloladrainase
Kurangnya keseriusan daripemerintah diukur dari lemahnyakoordinasi dan kerja sama antardinas
Mendorong dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dengan memberi suatu wadah/badan sehinggadapat megarahkan dan membina kreativitas produktivitas masyarakat yang ada untuk mendukungkegiatan pembangunan.
Melakukan kerja sama untuk bisa menyusun peraturan terkait dengan draianse dan bahaya banjir
207
F. RESPONDEN 6No. Variabel Karakteristik Arahan
Tipologi 1 Tipologi 2 Tippologi 31. Kepadatan Lahan
TerbangunLuasnya lahan terbangun yangmenyebabkan berkurangnya daerahresapan
Penetapan berupa daerah pemabtasan bangunan untuk diadakan pembangunan pada Tipologi 1, sertadaerah terbatas untuk diadakan pembangunan di dalamnya pada Tipologi 2 dan Tipologi 3sesuaidengan skala prioritas dimana ketetapan tersebut dapat termasuk dalam peraturan zonasi.
Kelengkapanfasilitaspersampahan
Kurang lengkapnya fasilitaspendukung persampahan
Pengadaan dan penambahan fasilitas persampahan untuk mendukung kinerja drainase sertapeningkatan pelayanan dari sistem persampahan itu sendiri.
Ketinggian Kontur Mempunyai ketinggian kontur yangberbeda beda, sehingga membentukperbukitan tinggi
Pengadaan sistem drainase yang layak sesuai dengan tipologi untuk mengatasi tingkat permasalahanyang berbeda-beda dengan kontur yang berbeda pula yang dimiliki oleh masing-masing daerahtipologi
Ketersedian dankondisi Bozem
Efektivitas daya tampung bozem diperkotaaan Kecamatan Sampangkurang baik.
Pengadaan Bozem dengan kapasitas daya tampung air yang lebih untuk mendukung kinerja dariprasarana drainase pada masing-masing daerah tipologi sesuai dengan skala prioritas.
Ketersediaan dankondisi sistemPompanisasi
Tidak adanya sistem pompanisasi Pengadaan pompanisasi baru untuk kebutuhan mengatasi banjir yang disesuaikan dengan tinkatbahaya pertipologi
Pembuatan pompa diprioritas tipologi 1.
Pembuatan pompa ditipologikedua
Pembuatan pompa tipologi ke tiga
Keterserdiaan dankondisi pintu Air
Pintu air di beberapa outlet salurandrainase kota sampang sudah tidakberfungsi lagi.
Perbaikan fisik pintu air untuk mendukung sistem drainase serta pengadaan pintu air tambahanapabila pelayanannya masih belum tercukupi.
Sampah yangmenumpuk disaluran drainase
Terdapat banyak sampah padasaluran drainase
Dilakukan perawatan rutin pada sakuran drainase guna menjaga kebersihn pada saluran drainase.
Kegiatanmasyarakat dalampemeliharaandrainase
Kurangnya kesadaran masyarakatdalam memelihara drainase
Memberikan pencerahan kepada masyarakat akan pentingnya keaktifan masyarakat dalam ikut sertamemelihara serta dalam pengembangan prasarana drainase, sehingga secara tidak langsung juga dapatmeningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi.Aktif peran serta
masyarakatMasyarakat kurang berperan aktifdalam pengembangan salurandrainase
Dana rutinpemeliharan
Dana pemeliharaan menurun Permintaan anggaran tambahan pada APBD untuk pemelihataan dan pengadaan prasarana drainasemelihat dari kondisinya saat ini.
208
No. Variabel Karakteristik ArahanTipologi 1 Tipologi 2 Tippologi 3
drainaseDana modalpengadaan drainase
Keterbatasan dana karena prioritaspembangunan bukan padainfrastruktur drainase sehinggakondisi salura semakin memburuk
Peraturan danstandar prosedur
Tidak adanya standar prosedurpengelolaan dan pengawasandrainase/kurangny ketegasanperaturan
Pembuatan peraturan untuk standar prosedur pengelolaan dan pengawasan untuk menghindari adanyakesalahan dari masyarakat atau pihak pemerintah tanpa ada tindak lanjut dari pemegang peraturan.
Instansi pengeloladrainase
Kurangnya keseriusan daripemerintah diukur dari lemahnyakoordinasi dan kerja sama antardinas
Kerja sama antar pihak instansi Memberikan sosialisasi ke pada masyrakat dari pihak instansi
209
BIODATA PENULIS
Prana DutaNegara adalah namalengkap penulis yang dilahirkan diBaturaja, pada tanggal 04 april1990dan merupakan anak pertama dari tigabersaudara. Pendidikan formal yangtelah ditempuh penulis adalah SDN 22Baturaja (1996-2002), SMPN 4Palembang (2002-2005), dan SMANegeri 18 Palembang (2005-2008).Penulis yang hobi jalan-jalan dan
berolahraga mempunyai keinginan untuk memilikimembahagiakan orang tua ini akhirnya melanjutkan pendidikandi Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota – Fakultas TeknikSipil dan Perencanaan – Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) Surabaya melalui PMDK Mandiri.
Semasa perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasiantara lain mengikuti kegiatan UKM Basket ITS (2009/2010).Penulis selalu berprinsip bahwa “Semangat pantang menyerah”.Email pribadi penulis dapat diakses [email protected].
131
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil dari analisis bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan:1. Dalam Penentuan tipologi kawasan banjir menghasilkan
3 tipologi, yaitu sangat bahaya, bahaya, dan cukupbahaya. Dalam Penentu Untuk Tipologi satu yangberkatagori sangat bahaya didominasi pada kelurahanDalpenang (78,13%). Tipologi dua yang berkatagoribahaya terdapat di kelurahan tanggumung, karangdalem,Gunung sekar, Polagan, Banyuanyar, dan Rongtengah.Sedangkan pada tipologi tiga yang berkatagori cukupbahaya terdapat pada kelurahan Banyuanyar (36%) dankelurahan tanggumung (32%).
2. Variabel-Variabel yang berpengaruh dalam pelayanandrainase di perkotaan Kecamatan Sampang adalahsebagai berikut:Kepadatan lahan terbangun,Kelengkapan fasilitas persampahan, Ketinggian kontur,Sampah yang menumpuk disaluran drainase, Ketersediandan kondisi Bozem, Keterserdiaan dan kondisi sistemPintu Air, Keterserdiaan dan kondisi Pompa, Dana RutinPemeliharaan, Dana Modal pengadaan drainase, Peranserta masyarakat, Kegiatan masyarakat dalammemelihara drainase, Peraturan dan Standart Prosedur,Instansi pengelola drainase
3. Arahan penanganan banjir di Kawasan PerkotaanKecamatan Sampang melalui peningkatan pelayanandrainase berdasarkan tipologi:
132
Arahan Tipologi yang mempunyai Arahan sama:1) Kepadatan Lahan Terbangun:
Penerapan peraturan zonasi dengan menetapkankawasan Tipologi 1menjadi kawasanpembangunan terlarang melalui pelaranganperijinan pendirian bangunan Penerapan peraturanzonasi dengan menetapkan kawasan tipologi 1, 2dan 3 menjadi kawasan pembangunan berbatasmelalui pembatasan perijinan pendirian bangunan
2) Kelengkapan Fasilitas Persampahan Penyediaan fasilitas maupun teknologi yang
aplikatif untuk penanganan sampah besertadukungan sosialisasi bagi masyarakat sekitaruntuk penggunaan fasilitas persampahan denganoptimal
3) Ketinggian Kontur Dilakukan normalisasi kontur/kondisi topografi
sesuai dengan penggunaanya. Disepanjang pinggir aliran sungai mulai
dari hulu sampai (tipologi2 dan 3)dengan muarasungai Kemoning dibuatpelengsengan atau tanggul yang kokoh, relatiftinggi dan tidak mudah rusak. Jika debit (jumlah)air sungai banyak dan ketinggian air sungaisemakin bertambah, maka airnya tidak akanmeluber kemana-mana (tetap berada di aliransungai)
Disekitar pelengsengan dilakukan penghijauan,bertujuan membuat indah, rindang dan hijau
133
kawasan sungai. bertujuan air akan diserap dandisimpan oleh tanaman, sehingga bisamengantisipasi secara dini peluang terjadinyaerosi dan tanah longsor di sepanjang aliran sungai
4) Ketersediaan dan kondisi sistem Pompa Pengadaan pompa pada outfall saluran drainase
utama yang brmuara di sungai Kamuning yangdisesuai dengan kebutuhan urutan tipolgi
5) Sampah yang menumpuk di saluran drainase dankegiatan masyarakat dalam pemeliharaandrainase Normalisasi saluran drainase melalui pengerukan
sampah secara berkala yang dilakukan olehmasyarakat dalam bentuk kerja bakti maupun olehpemerintah sekaligus memperketat laranganpembuangan sampah disaluran drainase melaluipemberian disinsentif kepada masyarakat yangmembuang sampah di saluran drainase daninsentif bagi masyarakat yang melakukanperawatan jaringan drainase
6) Peran serta masyarakat Penggalakan lomba kebersihan lingkungan Penyuluhan terkait kebersihan drainase Pentingnya menjaga kebersihan drainase
7) Dana rutin pemeliharan drainase dan Dana modalpengadaan drainase Peningkatan dana APBD untuk pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan serta perawatansaluran drainase, diantaranya dalam bentukrehabilitasi atau memperbesar saluran drainase
134
8) Peraturan dan standar prosedur Penyusunan peraturan dan standar prosedur
pembangunan, pengembangan dan pemeliharaansaluran drainase
9) Instansi pengelola drainase Membuat model kerjasama dan koordinasi antar
instansi dan masyarakat yang disusun dalam suatupedoman, peraturan dan perundangan
Mendorong dan memfasilitasi partisipasimasyarakat dengan memberi suatu wadah/badansehingga dapat megarahkan dan membinakreativitas produktivitas masyarakat yang ada untukmendukung kegiatan pembangunan
Arahan Tipologi yang mempunyai Arahan tipologi 2 dantipologi 3:1. Ketersedian dan kondisi Bozem:
kodisi wilayah tersebut mempunyai ketinggiankontur yang tinggi dan mempunyai prosentasidrainase yang luas
2. Keterserdiaan dan kondisi pintu Air: Pembuatan pintu air baru dan revitalisasi pintu air
yang telah dibangun dan disesuaikan dengankondisi arah aliran air
5.2 SaranDari penelitian yang dilakukan, saran yang dapat
diberikan adalah:1. Dalam menangani banjir di perkotaan Kecamatan
Sampang, penanganan banjir melalui peningkatan
135
pelayanan drainase dapat dijadikan sebagai informasi awaldan masukan untuk pihak pemerintah
2. Diperlukan adanya studi lanjutan mengenai pengelolaandrainase secara terintegrasi dengan merumuskan konsepintegrasi yang tepat dalam pengembangan infrastrukturdrainase.
136
“Halaman ini sengaja dikosongkan”