Arah Kebijakan Pembangunan Nasional dan Prioritas Nasional ... · Arah Kebijakan Pembangunan...

49
Arah Kebijakan Pembangunan Nasional dan Prioritas Nasional di Provinsi DKI Jakarta dalam Rancangan Awal RKP Tahun 2019 Disampaikan dalam Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi DKI Jakarta DKI, 11 April 2018 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Transcript of Arah Kebijakan Pembangunan Nasional dan Prioritas Nasional ... · Arah Kebijakan Pembangunan...

Arah Kebijakan Pembangunan Nasional dan Prioritas Nasional di Provinsi DKI Jakarta

dalam Rancangan Awal RKP Tahun 2019

Disampaikan dalam Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi DKI Jakarta DKI, 11 April 2018

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

REPUBLIK INDONESIA

Outline

Pencapaian Pembangunan Nasional

Sasaran Ekonomi Makro

Pokok-Pokok RKP 2019

Isu Strategis Provinsi DKI Jakarta

KPBU Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019

Hasil Rakortek Renbang DKI Jakarta

3

2

2

4

5

1

6

REPUBLIK INDONESIA

Pencapaian Pembangunan Nasional 1

3

REPUBLIK INDONESIA

Pemerataan pembangunan menunjukkan perkembangan positif…

Ketimpangan menurun ditandai oleh koefisien gini yang semakin membaik

Tingkat kemiskinan menurun, menjadi 10,12 persen dan jumlah penduduk miskin berkurang menjadi 26,58 juta jiwa.

Tingkat pengangguran menurun menjadi 5,50 persen dan jumlah penganggur berkurang menjadi 7,04 juta orang.

Sumber: BPS 2014-2017

Tahun 2015

IPM Tahun 2016

69,55 70,18

Indeks Pembangunan Manusia membaik menjadi 70,18 pada tahun 2016.

Persentase penduduk miskin berkurang (persen)

Jumlah penduduk miskin berkurang (Juta Jiwa)

10,96 2014(Sept)

10,12

2017(Sept)

27,73 2014(Sept)

26,58

2017(Sept)

Tingkat Pengangguran Terbuka berkurang (persen)

5,94 2014 (Agustus)

5,50

2017 (Agustus)

0,413 0,406

0,414

0,402

0,394 0,391

0,37

0,38

0,39

0,40

0,41

0,42

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Susenas, September 2012-2017

Jumlah Pengangguran berkurang (juta jiwa)

7,24 2014 (Agustus)

7,04

2017 (Agustus)

4

REPUBLIK INDONESIA

Ekonomi Indonesia Menunjukkan Perbaikan Secara Bertahap… (1/2)

• Konsumsi rumah tangga di Q4-2017 membaik, walaupun masih sedikit di bawah 5,0%. Faktor penyebabnya:

Smart consumers: masyarakat Indonesia lebih memilih dalam berbelanja yang seperlunya.

Leissure consumers: lebih menyenangi aktivitas terkait rekreasi.

Saving behavior: lebih banyak menabung terutama kelompok menengah ke atas.

• Industri non-migas dalam dua kuartal terakhir tumbuh cukup baik

(Q3 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional).

Sumber: BPS (diolah)

Komponen 2016 2017

2017 I II III IV

Konsumsi Rumah Tangga 5,01 4,94 4,95 4,93 4,97 4,95

Konsumsi LNPRT 6,64 8,07 8,52 6,02 5,24 6,91

Konsumsi Pemerintah -0,14 2,69 -1,92 3,48 3,81 2,14

PMTB 4,47 4,77 5,34 7,08 7,27 6,15

Ekspor -1,57 8,41 2,80 17,01 8,50 9,09

Impor -2,45 4,81 0,20 15,46 11,81 8,06

Pertumbuhan Sektor

Pertanian 3,36 7,15 3,23 2,77 2,44 3,81

Pertambangan 0,95 -1,22 2,12 1,84 0,08 0,69 Industri 4,26 4,28 3,50 4,85 4,46 4,27

Industri Non Migas 4,43 4,80 3,93 5,46 5,14 4,84

Perdagangan 4,03 4,61 3,47 5,20 4,47 4,44

Transportasi & Pergudangan 7,45 8,06 8,80 8,88 8,21 8,49

Informasi dan Komunikasi 8,88 10,48 11,06 8,82 8,99 9,81

Jasa Keuangan & Asuransi 8,90 5,99 5,94 6,16 3,85 5,48

PDB 5,03 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07

Pertumbuhan Ekonomi (Persen, YoY)

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah kembali

4,9 5,0 5,1

2015 2016 2017

5

REPUBLIK INDONESIA

Sebaran Ekonomi

Wilayah Sedikit Bergeser ke Arah

Kawasan Timur Indonesia

Jawa 2016: 58,5% 2017: 58,5% Pertumbuhan: 2017: 5,6%

Sumatera 2016: 22,0% 2017: 21,7% Pertumbuhan: 2017: 4,3%

Maluku dan Papua 2016: 2,5% 2017: 2,4% Pertumbuhan: 2017: 2,4%

Sulawesi 2016: 6,0% 2017: 6,1% Pertumbuhan: 2017: 7,0%

Kalimantan 2016: 7,9% 2017: 8,2% Pertumbuhan: 2017: 4,3%

Bali dan NT 2016: 3,1% 2017: 3,1% Pertumbuhan: 2017: 3,7%

KONTRIBUSI PDRB PULAU TERHADAP PDB NASIONAL

Ekonomi Indonesia Menunjukkan Perbaikan Secara Bertahap… (2/2)

6

REPUBLIK INDONESIA

Isu Strategis Dalam Mencapai Pemerataan Pembangunan

Pengembangan Angkutan Barang Bersubsidi Tol Laut

Rasio Elektrifikasi

(Persen)

2017 810*) 95,35

Konsumsi Listrik per Kapita (kWh)

2017 810*) 1.011,5

Kapasitas Pembangkit (GW)

2017 60,49

Ketersediaan Energi Dan Pembangunan Pita Lebar Daerah Terpencil

Infrastruktur konektivitas untuk pemerataan antar wilayah

Pembangunan Bandara Baru

2015 2016 2017

2 Bandara

2 Bandara

3 Bandara

1.Anambas 2.Namniwel

1.Miangas 2.Morowali

1.Werur 2.Maratua 3.Koroway Batu

3 Rute

6 Rute

9 Rute

2015 2016 2017

Penyediaan Lintasan Kereta Api Perintis

3 Lintas

6 Lintas

2015 2016 2017

6 Lintas

Pembangunan Jalan Baru dan Jalan Tol

2015 2016 2017

Jalan Baru (kumulatif)

1.286 km

1. 845 km

2.393 km

2015 2016 2017*

132 km

176 km

332 km

Jalan Tol (kumulatif beroperasi)

810*)

Keterangan: Angka Kumulatif

Peringkat daya saing infrastruktur Indonesia meningkat dari 61 (2013/2014) ke 52 (2017/2018)

Sumber: Global Competitiveness Index, WEF, 2017-2018

Kumulatif

Kumulatif

*per November 2017

7

REPUBLIK INDONESIA

Sasaran Ekonomi Makro 2

8

REPUBLIK INDONESIA

2018** 2019

11,0 10,7-11,3

7,8 8,1-8,7

8,9 8,6-9,0

2018** 2019

0,4 0,8

3,4 6,2-6,6

6,9 6,9-7,2

5,4 (2018)**

5,4-5,8 (2019)

PERTUMBUHAN EKONOMI

Sisi Pengeluaran

Sisi Lapangan Usaha

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT

Konsumsi Pemerintah PMTB

Ekspor

Impor

Investasi dan konsumsi rumah tangga diharapkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran

Sumber: ** Prognosa/Estimasi Sementara 2018 dan Perhitungan Bappenas

REPUBLIK INDONESIA

Outlook dan Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Sisi Pengeluaran dan Sisi Produksi

Perdagangan

2018** 2019

5,0 5,0-5,1

2018** 2019

9,3 9,2-11,1

2018** 2019

5,4 2,8-3,7

2018** 2019

7,1 7,5-8,3

2018** 2019

4,0 6,0-7,3

2018** 2019

4,8 6,3-7,6

Pertanian Industri Pengolahan

2018** 2019

6,1 5,4-6,0

2018** 2019

5,1 5,1-5,6

2018** 2019

4,0 3,9-4,1

Jasa Keuangan

Infokom

Listrik

Konstruksi Transportasi

Pertambangan

9

REPUBLIK INDONESIA

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2019

• Momentum pemulihan ekonomi global dan perbaikan harga komoditas akan terus berlanjut di tahun 2018 dan 2019. • Pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan akan terus meningkat dengan tingkat inflasi dan nilai tukar yang

terkendali. • Pembangunan infrastruktur yang sudah mulai operasional akan memicu pertumbuhan ekonomi tahun 2019.

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2017 2018** 2019***

5,07 5,4 5,4-5,8

Inflasi (%)

2017* 2018** 2019***

3,61 3,5 2,5-4,5

2017 2018** 2019***

13.382 13.500 13.500-13.700

Nilai Tukar (Rp/USD)

Catatan: * Inflasi Y-o-Y ** Sasaran pada APBN 2018 *** Hasil rapat interdep asumsi makro 6 Februari 2018

10

REPUBLIK INDONESIA

Rasio Gini

0,38–0,39

Indeks Pembangunan Manusia

71,98 Pertumbuhan Ekonomi

5,4–5,8%

Tingkat Kemiskinan

8,5–9,5%

Sasaran Makro Pembangunan Tahun 2019

Tingkat Pengangguran Terbuka

4,8–5,2%

11

REPUBLIK INDONESIA

Pokok-Pokok RKP 2019 3

12

REPUBLIK INDONESIA

2019 adalah tahun terakhir pelaksanaan RPJMN 2015-2019. RKP 2019 fokus pada optimalisasi pemanfaatan seluruh sumber daya (pemerintah, swasta, perbankan)

untuk mengejar pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional dalam RPJMN.

RKP 2019 Kesinambungan Implementasi Money Follows Program

Menajamkan Integrasi

Sumber Pendanaan

Memastikan Pelaksanaan

Program

Menajamkan Prioritas Nasional

Belanja K/L, Belanja Non K/L, Belanja Transfer ke Daerah, PHLN,

BUMN, PINA dan Swasta

Pengendalian Dilakukan Sampai ke Level Proyek

(satuan 3)

RKP 2019

30 PP 24 PP

10 PN 5 PN

2018 2019

13

REPUBLIK INDONESIA

Tema dan Prioritas Nasional

“Pemerataan Pembangunan

untuk Pertumbuhan Berkualitas”

Pembangunan Manusia melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar

Pengurangan Kesenjangan antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan Kemaritiman

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi melalui Pertanian, Industri, serta Pariwisata dan Jasa Produktif Lainnya

Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, dan Sumber Daya Air

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan Pemilu

1 2 3 4 5

Prioritas Nasional

Tema

14

REPUBLIK INDONESIA

Lambatnya penurunan angka kemiskinan

Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Belum semua penduduk terutama kelompok miskin dan rentan mendapatkan pelayanan dasar

Belum terpadunya intervensi lintas sektor dalam mengatasi ketimpangan antarkelompok pendapatan

Isu Strategis Prioritas Nasional 1 Pembangunan Manusia melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar

15

16 16

REPUBLIK INDONESIA

Percepatan Pengurangan Kemiskinan

Pemerataan Layanan Pendidikan Berkualitas

Peningkatan Tata Kelola Layanan Dasar

Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Penguatan Pelaksanaan Bantuan Sosial Tepat Sasaran

Percepatan Penurunan Stunting

Penyediaan Afirmasi Pendidikan

Penguatan Integrasi Sistem Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil

Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Perumahan dan Permukiman Layak

Penyediaan Akses Infrastruktur Dasar Air Minum, dan Sanitasi Layak

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI PENGURANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PELAYANAN DASAR

1

2

3

4

5 PN

PP

KP

PRIORITAS NASIONAL 1

REPUBLIK INDONESIA

Belum meratanya pembangunan konektivitas dan jaringan logistik nasional dalam menunjang sektor unggulan

Tingginya harga logistik pada daerah-daerah dengan aksesibilitas sulit, termasuk Papua dan Papua Barat

Rendahnya aksesibilitas di daerah tertinggal dan perbatasan terhadap pusat pertumbuhan, layanan kesehatan, dan pendidikan

Kurangnya kesiapsiagaan aparat dan masyarakat terhadap bencana

Belum memadainya sarana dan prasarana sistem logistik perikanan

Isu Strategis Prioritas Nasional 2 Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan Kemaritiman

17

18 18

REPUBLIK INDONESIA

Peningkatan Konektivitas dan TIK

Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Desa

Peningkatan Sistem Logistik

Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat

Pengembangan Pelabuhan Hub dan Feeder Jalur Utama dan Subsidi Tol Laut

Penyelesaian Ruas Jalan Trans Papua dan Papua Barat, dan Konektivitas Antar Kabupaten/ Kota dan Kampung

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Perbatasan

Pengembangan Sistem Logistik dan Jaringan Pasar Komoditas Perikanan dan Pertanian

Penanggulangan Bencana

Penanganan Darurat dan Pemulihan Pascabencana

PENGURANGAN KESENJANGAN ANTARWILAYAH MELALUI PENGUATAN KONEKTIVITAS DAN KEMARITIMAN

1

2

3

4

5

PN

PP

KP

PRIORITAS NASIONAL 2

REPUBLIK INDONESIA

Rendahnya nilai tambah ekonomi dari pemanfaatan hasil pertanian, perikanan dan kehutanan

Belum optimalnya produktivitas tenaga kerja

Rendahnya nilai tambah dan daya saing produk industri

Rendahnya pemanfaatan Iptek dan hasil inovasi untuk peningkatan produktivitas dan penciptaan nilai tambah

Belum optimalnya penciptaan nilai tambah jasa produktif

Isu Strategis Prioritas Nasional 3 Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi melalui Pertanian, Industri, serta Pariwisata dan Jasa

Produktif Lainnya

19

20 20

REPUBLIK INDONESIA

Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Produk Pertanian

Peningkatan Nilai Tambah Pariwisata dan Jasa Produktif Lainnya

Pengembangan Iptek dan Inovasi untuk Meningkatkan Produktivitas

Percepatan Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Industri Pengolahan

Peningkatan Mutu, Sertifikasi, dan Standarisasi Hasil Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

Pengembangan 7 Kawasan Industri dan 6 KEK Industri/Logistik

Pengembangan 10 Kawasan Pariwisata, 4 KEK Pariwisata, dan Penguatan Destinasi Unggulan

Penguatan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Frontier

Percepatan Peningkatan Keahlian Tenaga Kerja

Pemantapan Sistem Sertifikasi Kompetensi

PENINGKATAN NILAI TAMBAH EKONOMI MELALUI PERTANIAN, INDUSTRI, SERTA PARIWISATA DAN JASA PRODUKTIF LAINNYA

1

2

3

4

5 PN

PP

KP

PRIORITAS NASIONAL 3

REPUBLIK INDONESIA

Produksi minyak dan gas bumi terus menurun, sementara kebutuhan energi terus meningkat

Harga pangan (khususnya beras) yang masih berfluktuatif dan cenderung meningkat

Penurunan kuantitas, kualitas dan aksesibilitas air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri

Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup masih tinggi

Isu Strategis Prioritas Nasional 4 Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, dan Sumber Daya Air

21

22 22

REPUBLIK INDONESIA

Peningkatan Produksi dan Pemenuhan Kebutuhan Energi

Peningkatan Kuantitas, Kualitas dan Aksesibilitas Air

Peningkatan Produksi, Akses dan Kualitas Konsumsi Pangan

Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

Penguatan Cadangan dan Stabilisasi Harga Pangan

Pemeliharaan dan Pemulihan Sumber Air dan Ekosistem

Peningkatan Daya Dukung SDA dan Daya Tampung Lingkungan

Rehabilitasi dan Pemulihan Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

PEMANTAPAN KETAHANAN ENERGI, PANGAN, DAN SUMBER DAYA AIR

1

2

3

4

PN

PP

KP

PRIORITAS NASIONAL 4

REPUBLIK INDONESIA

Isu Strategis Prioritas Nasional 5 Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan Pemilu

Tingginya angka kejahatan siber, narkoba, dan konvensional

Kerawanan pelaksanaan PEMILU dan netralitas ASN

Dinamika lingkungan yang dapat mengganggu kedaulatan bangsa dan negara

Belum optimalnya penegakan hukum dan pelaksanaan reformasi birokrasi

Perlunya penguatan diplomasi yang efektif

23

24 24

REPUBLIK INDONESIA

Kamtibmas dan Keamanan Siber

Pertahanan Wilayah Nasional

Efektivitas Diplomasi

Kesuksesan Pemilu

Penguatan Kelembagaan Siber serta Keamanan Ruang Siber

Pengamanan Pemilu

Pengamanan Kawasan Perbatasan dan Kedaulatan Negara

Penguatan Diplomasi Ekonomi dan Kerjasama Pembangunan Internasional

Kepastian Hukum dan Reformasi Birokrasi

Integrasi e-Government

STABILITAS KEAMANAN NASIONAL DAN KESUKSESAN PEMILU

e

1

2

3

4

5

PN

PP

KP

PRIORITAS NASIONAL 5

REPUBLIK INDONESIA

Isu Strategis Provinsi DKI Jakarta 4

25

REPUBLIK INDONESIA

Sumber utama pendorong pertumbuhan ekonomi: a. Sektor Informasi dan Komunikasi b. Sektor Perdagangan besar dan eceran c. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi d. Sektor Industri Pengolahan e. Sektor Jasa Perusahaan

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta

26

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011-2017

REPUBLIK INDONESIA

Industri

Pengolahan

Perdagangan Besar dan

Eceran

Kontruksi

13,62 %

16,77 %

13,27 % ❶

❷ ❸

Kab. Jakarta Selatan 22,29 %

Terhadap Pulau Jawa

28,70 %

Share Terbesar

1 Dari 6 Provinsi di

Pulau Jawa

Share Ekonomi Provinsi Terhadap Pulau dan Nasional

Rata-Rata Share Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011-2017

Terhadap Nasional

16,53 %

Share Terbesar

1 Dari 34 Provinsi secara Nasional

TERENDAH: Kab. Kepulauan Seribu 0,30 %

Kota Jakarta Pusat 24,48 %

Kota Jakarta Utara 18,94 %

❶ ❷

SHARE KABUPATEN / KOTA ❸ TERBESAR TAHUN 2016

❸ SEKTOR DENGAN SHARE TERBESAR TAHUN 2012 S/D 2016

27

REPUBLIK INDONESIA

Kab. Kepulauan Seribu

12,98 %

Kota Jakarta Pusat 3,78 %

Kota Jakarta Utara 5,59 %

Angka Kemiskinan Lebih Rendah Dibandingkan Angka Kemiskinan Nasional

❶ ❷

Pola Spasial Persentase Penduduk Miskin 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Angka Kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta jauh lebih rendah dibandingkan angka kemiskinan nasional, dan cenderung stabil.

Secara Spasial angka kemiskinan tertinggi pada tahun 2017 (Maret) terdapat di Kab. Kepulauan Seribu, Kota Jakarta Utara, dan Kota Jakarta Pusat, sedangkan

terendah di Kota Jakarta Selatan 3,14 %

28

Terendah : Kota Jakarta Selatan 3,14%

Angka Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2011-2017 (September)

REPUBLIK INDONESIA

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Kota Jakarta Timur 7,80 %

Kab. Kepulauan Seribu 7,33 %

Kota Jakarta Utara 7,67 %

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

❶ ❷ ❸

Pola Spasial TPT Tahun 2017 (Agustus)

TPT Provinsi DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan TPT nasional , serta cenderung menurun, meskipun pada tahun 2017 meningkat dari tahun sebelumnya.

Secara Spasial, TPT tertinggi pada tahun 2017 (Agustus) terdapat Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Utara, dan Kab. Kepulauan Seribu, sedangkan TPT terendah di

Kota Jakarta Barat 6,40 %

29

Perkembangan TPT Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2011-2017 (Agustus)

Terendah : Kota Jakarta Barat 6,40%

REPUBLIK INDONESIA

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Kab. Kepulauan Seribu 69,52

Kota Jakarta Pusat 80,22

Kota Jakarta Utara 78,78

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

❶ ❷

Pola Spasial IPM Tahun 2016

Secara spasial IPM terendah terdapat di Kab. Kepulauan Seribu, Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, sedangkan IPM tertinggi di Kota Jakarta Selatan

yakni 83,94

Kualitas SDM Provinsi DKI Jakarta jauh tinggi dibandingkan dengan IPM nasional dan meningkat setiap tahunnya, mesipun laju peningkatannya lebih lambat

dibandingkan laju peningkatan IPM nasional.

30

Perkembangan IPM Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2011-2016

Terendah : Kota Jakarta Selatan 83,94

REPUBLIK INDONESIA

Target Indikator Makro Pembangunan Provinsi DKI Proyeksi Tahun 2019

TINGKAT KEMISKINAN:

PROVINSI 2,68 %

NASIONAL 8,50 – 9,50 %

IPM:

PROVINSI -

NASIONAL 71,98

PERTUMBUHAN EKONOMI:

PROVINSI 5,93 %

NASIONAL 5,40 – 5,80 %

TINGKAT PENGANGGURAN:

PROVINSI 5,71 %

NASIONAL 4,80 – 5,20 %

GINI RASIO:

PROVINSI -

NASIONAL 0,38 – 0,39

Sumber: Kementerian PPN / Bappenas

31

REPUBLIK INDONESIA

Isu Keberlanjutan Perkotaan Jakarta Kontribusi besar perkotaan tidak diimbangi dengan keberlanjutan perkotaan

32 Sumber: BPS DKI Jakarta Tahun 2016, Kemenhub 2016, JICA, 2014

• PENDUDUK

(POPULASI)

• EKONOMI

(PDRB)

• ANGKUTAN (MODE SHARE)

• MOTORISASI

• MOBILITAS

(KECEPATAN)

10,1 Juta

1.924 Triliun

Mobil 38%

Motor 49%

Umum 13%

3,4 jt mobil

13,9 jt motor

5-10 km/jam

Jakarta 5% Populasi Nasional

Jabodetabek 12% Populasi Nasional

14% PDRB Nasional

Jabodetabek 20% PDRB Nasional

Pangsa angkutan umum terus berkurang (40%

2002, 21% 2011, 13% 2015)

Rata-rata 450 ribu kendaraan mobil dan motor

baru/tahun (DKI Jakarta, 2016)

2013-2016 Panjang jalan DKI tidak bertambah:

6.995 km sedangkan kemacetan semakin

parah

Parameter 2015

REPUBLIK INDONESIA

Sasaran dan Proyeksi Transportasi Perkotaan Jakarta 2030-2045

33

>50%

PENINGKATAN

PANGSA PASAR

ANGKUTAN

UMUM

PENERAPAN

KONSEP TOD

>70%

APLIKASI

TEKNOLOGI

>80% Stasiun

Pengembangan Angkutan Umum Massal: 1. Angkutan berbasis rel: LRT dan MRT

2. Angkutan berbasis jalan: BRT

3. Fasilitas NMT: Jalur sepeda dan Fasilitas Pejalan Kaki

Integrasi Perencanaan Transportasi dengan

Konsep TOD: 1. Integrasi simpul angkutan umum dengan pusat

komersil, perkantoran, dan perumahan

2. Penyediaan fasilitas antar moda TOD

Penetrasi Teknologi Dalam Transportasi: 1. Penggunaan energi terbarukan : Angkutan umum

mobil, dan sepeda motor listrik

2. Teknologi untuk manajemen pergerakan: ERP,

Multilane Free Flow Tol, Control Center Transportasi

REPUBLIK INDONESIA

Pengembangan Jaringan Angkutan Umum dan Transit Oriented Development (TOD)

34

Phase 1: North South

Utara - Selatan: Dengan 20 juta trip komuter di kawasan DKI Jakarta perhari, Angkutan Massal menjadi kebutuhan mendesak untuk dibangun.

Cibubur – Dukuh Atas – Bekasi Timur Menjadi metropolitan ketiga terbesar didunia setelah Tokyo, di Jabodetabek lebih dari 30 juta jiwa membutuhkan transportasi massal yang sangat handal.

Sumber: MRT Jakarta, 2016; Kemenhub, 2016

MRT Jakarta LRT Jabodebek

• 39,1 km dengan 16 stasiun • Estimasi penumpang

160.000 org/hari (2020) • Belum ada rencana konsep

TOD

• 23 km dengan 21 stasiun • Estimasi Penumpan 412.000 org/hari

(2020) • Fasilitas TOD di setiap stasiun

direncanakan belakangan • Melanjutkan pelayanan KA/Bus ke

pusat pemukiman

REPUBLIK INDONESIA

Transit Oriented Development (TOD) Mendukung Keberlanjutan Perkotaan

35

KONDISI SAAT INI

• Terjadi urban sprawling dimana masyarakat menengah ke bawah semakin

terpinggirkan akibat ketidak mampuan untuk mengakses hunian

dikarenakan harga tanah dan hunian yang tinggi di tengah kota.

• Masyarakat menengah kebawah semakin banyak menanggung beban

karena harus menanggung biaya transportasi akibat dari tinggal jauh dari

pusat aktivitas di tengah kota.

Pusat Kota

Urban Sprawling

KONDISI IDEAL

• Konsolidasi vertikal perlu didorong karena sangat efisien dalam pemanfaatan

lahan yang jumlahnya relatif tetap dihadapkan dengan kebutuhan akan

hunian yang terus meningkat.

• Pembangunan tersebut harus dapat dialokasikan pada lokasi yang

terkoneksi baik dengan transportasi publik dan pusat kegiatan ekonomi.

Stasiun/terminal

Transportasi Publik

Transportasi

Publik

Adanya penyesuaian

Koefisien Dasar

Bangunan (KDB)

dan Koefisien Lantai

Bangunan (KLB)

Pusat Kota

Konsep Pembangunan Vertikal dengan sistem ToD

(Transit Oriented Development)

“Transportasi dan tata ruang merupakan hal yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Urban sprawling menerus perlu

dihentikan dengan pengembangan Transit Oriented Development (TOD) terpadu dengan infrastruktur angkutan massal

perkotaan.”

Kerugian: Ketidak efisienan perjalanan; Dampak negatif pada daya dukung lingkungan (resepan air, energi)

REPUBLIK INDONESIA

Perumahan dan Kawasan Permukiman

36

Indikator Nasional Provinsi DKI Jakarta

2016 2017 2016 2017

1. Kepadatan hunian tidak layak (luas lantai perkapita < 7,2 m2)

9,30 8,45 29,43 24,67

2. Kondisi fisik bangunan tidak layak (Satu atau lebih dari atap, dinding dan lantai tidak layak)

17,51 16,85 57,57 50,76

Sumber: Diolah dari Susenas 2016 -2017

Rumah Tangga Berdasarkan Profil Hunian (%)

1 keluarga 84%

2 keluarga 12%

≥3 keluarga 4%

Jumlah Keluarga dalam Rumah Tangga Nasional Tahun 2016

1 keluarga 88%

2 keluarga 9%

≥3 keluarga 3%

Jumlah Keluarga dalam Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016

• Persentase hunian tidak layak berdasarkan kondisi luas lantai perkapita

DKI Jakarta pada tahun 2017 turun sebesar 4,75% dibandingkan

tahun 2016

• Persentase hunian tidak layak dilihat dari kondisi bangunan DKI Jakarta

pada tahun 2017 turun sebesar 6,81% dibandingkan tahun 2016

Sumber: Diolah dari Susenas 2016

REPUBLIK INDONESIA

Strategi: dari Penanganan (Upgrading) ke Pengentasan (Alleviation)

37

PENGENTASAN PENANGANAN stop the bleeding

Dari pembangunan infrastruktur dasar

kawasan kumuh eksisting

Fokus kepada upaya membangun urban

housing and settlement system untuk

menangani kumuh eksisting dan mencegah

kumuh baru di masa yang akan dating

(PENANGANAN+PENCEGAHAN)

Status tanah legal

Perumahan dan

Permukiman Kumuh

Status tanah ilegal

Kepadatan rendah

Kepadatan tinggi

Pemugaran

(on-site upgrading)

Peremajaan/Penataan ulang

(urban renewal)

Pemukiman kembali

(resettlement)

REPUBLIK INDONESIA

Lahan dan Air

38

Keterbatasan Lahan 04

Ancaman Banjir dan Rob 01 Keterbatasan Air Baku 02

Pencemaran Sungai dan

Teluk Jakarta 03

Faktor penyebab: Degradasi Catchment Area, Land

Subsidence, Sea Level Rises, buruknya kondisi drainase

perkotaan

Pada tahun 2050, diprediksi 35.61% daratan Jakarta

terendam air laut

Air sungai dari hulu hingga hilir dalam

kondisi buruk, baik kualitas fisik,

kualitas kimia maupun kualitas biologi

Belum optimalnya sistem pengelolaan

limbah perkotaan menyebabkan air

limbah masuk ke aliran sungai

Kebutuhan air bersih tahun 2017

mencapai 28 m3/detik, namun hanya

dapat terpenuhi sebesar 18 m3/detik.

Proyeksi kebutuhan pasokan air bersih

Kota Jakarta pada tahun 2030 sebesar

41,6 m3/detik

Jakarta membutuhkan ruang atau

lahan baru untuk pemukiman,

perkantoran, industri, pertanian,

infrastruktur, dan kegiatan usaha

lainnya

Garis pantai Teluk Jakarta telah

berubah akibat proses reklamasi

Land Subsidence di kawasan

perumahan lebih besar dibandingkan

kawasan pelabuhan

Garis Pantai Jakarta

Tahun 1740

Sumber : Diolah dari Heri Andreas (Geodesi ITB) dan Perpustakaan Nasional

REPUBLIK INDONESIA

Akses Penyediaan Air Minum di DKI JAKARTA

39

Jaringan Perpipaan (JP)

Akses Air Minum Layak Sumber : Susenas BPS (2017)

Sumber : SIMSPAM, PU (2017)

Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

TINGKAT KEHILANGAN AIR

47,47%

IDLE CAPACITY

6.255 L/dtk

POTENSI TAMBAHAN PELAYANAN

UNTUK

4 juta JIWA

53,37%

2,56% 0,02% 0,03% 0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Sumur Bor Sumur Terlindung

Mata Air Terlindung

Air Hujan

% C

AKU

PAN

RU

MA

H T

AN

GG

A

Dengan asumsi (kawasan perkotaan) 120 l/o/h maka

Kapasitas Terpasang adalah untuk 23,8 juta jiwa atau 2,3x Penduduk

Jakarta (10,17 juta Jiwa)

Total sambungan rumah (SR) yang terpasang adalah 840.000 SR (32%

rumah tangga Jakarta)

REPUBLIK INDONESIA

Akses Pengelolaan Air Limbah dan Sampah di DKI JAKARTA

40

90,42%

Air Limbah Sumber: BPS 2016, diolah Bappenas

Akses Layak

17,7%

(Bagian dari Akses Layak)

+151 ton/hari tinja langsung

terbuang ke lingkungan tanpa

terolah

Akses Aman

0,48% Buang Air Besar

Sembarangan (BABS) +

50 ribu orang

6,9% BABS “terselubung”

(penampungan tinja tidak layak

atau tidak ada penampungan)

+70 ribu orang

Pengelolaan Sampah Sumber: BPS 2016, diolah Bappenas

• 97,51% diangkut petugas dan dibuang ke TPS

• 1,89% dibuang sembarangan dan dibakar

Air Limbah Domestik

Sampah

+130 ton/hari sampah

ditangani dengan tidak baik

REPUBLIK INDONESIA

Strategi Pengembangan Layanan Air Minum, Air Limbah, dan Sampah

di DKI JAKARTA

41

Pengembangan sumber air alternatif, melalui: Peningkatan kualitas hasil pengolahan grey water dan black water

agar dapat digunakan kembali

Optimasi sumur resapan, sumur retensi dan lubang biopori

Penggunaan sumber air alternatif

Sumber : Grand Desain Air Minum DKI Jakarta (2018) dan Bappenas

Efisiensi pengelolaan penyediaan air minum, melalui: Penurunan tingkat kebocoran (NRW)

Pemanfaatan idle capacity

Penyediaan jaringan transmisi dan distribusi untuk air baku dan

air bersih

Gerakan penghematan konsumsi air oleh pelanggan dan

masyarakat

Optimalisasi pemanfaatan sumber air yang tersedia, melalui: Revitalisasi sarana tangkapan/pengumpul air baku

Normalisasi sungai

Kerjasama penanganan kuantitas dan kualitas air permukaan

dengan daerah berbatasan

Air Minum Air Limbah Domestik

Pembangunan dan Pengembangan sistem terpusat: 14 Zona Jakarta sewerage

Pembangunan sistem terpusat terdesentralisasi (skala

permukiman

Perbaikan layanan sistem setempat: Perbaikan tangki septik menjadi kedap air

Pengembangan sistem penyedotan lumpur tinja berkala (regular

desludging)

Sampah

Penanganan Sampah Perluasan cakupan layanan sampah

Pengawasan penanganan sampah tidak baik (dibuang

sembarangan, dibakar), disertai kampanye masif

Pengurangan Sampah Penyediaan sistem pengangkutan terpilah

Pengembangan sistem pemilahan sampah di tingkat rumah

tangga, lingkungan permukiman, dan terpusat.

REPUBLIK INDONESIA

KPBU Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019 5

42

REPUBLIK INDONESIA

43

PROYEK KPBU PROVINSI DKI JAKARTA

Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar.

Tender Preparation Studi Pendahuluan

Outline Business Case (OBC) Final Business Case

(FBC)

PERENCANAAN PERSIAPAN

Data per 27/03/2018

PQ Request for Proposal

Bid Award

PPP Agreement Signing

TRANSAksi

Financial Close

Identifikasi

Unsolicited Solicited

1. Light Rail Transit Fase 2 2. Mass Rapid Transit

Jakarta-Tangerang Selatan

3. Velodrome 4. Equistrian dan

pengembangan Ria-Rio 5. Kawasan Wisata Pulau

Seribu 6. Pengembangan Pasar

Tradisional (153 pasar di 5 Kota)

7. Perumahan dengan Harga terjangkau

1. Stadion Sepakbola Jakarta 2. Terowongan Terpadu 3. Instalasi Pengolahan Air

Limbah Zona 2 Muara Angke

4. Instalasi Pengolahan Air Limbah Zona 5 Sunter

5. Instalasi Pengolahan Air Limbah Zona 8 Muara Angke

6. Pipa Distribusi SPAM Jatiluhur

7. Saluran Ducting Multifungsi 8. Intermediate Treatment

Facility 9. Rumah Sakit Terpadu Tidak

Menular

1

1

1

1

1

1

1

2

2

2

2

1

1

1

3

3

1

3

4

5

2

Proyek-proyek KPBU Provinsi DKI Jakarta juga mendukung Program Prioritas Nasional:

Pengurangan kesenjangan antar Wilayah melalui Penguatan Konektivitas dan Kemaritiman.

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi melalui Pertanian, Industri, serta Pariwisata dan Jasa Produktif.

Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, dan Sumber Daya Air.

Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan Pemilu.

REPUBLIK INDONESIA

44

SARAN UNTUK PROYEK KPBU PROVINSI DKI JAKARTA

1. Simpul KPBU membentuk Tim Proyek unsolicited (proyek prakarsa Swasta) dan Tim Proyek solicited (proyek prakarsa Pemprov DKI).

2. Di setiap tim perlu ada pendampingan dari Independent Expert yang bertugas untuk mereview proposal unsolicited maupun menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam proses solicited.

3. Sehubungan dengan nomor 2 di atas, Pemprov DKI perlu menyiapkan anggaran.

4. Tim Proyek unsolicited dan Tim Proyek solicited ini menyusun jadwal dan rencana kerja untuk tiap tahapan KPBU dalam rangka mencapai financial close.

5. Simpul KPBU melakukan Monitoring dan Evaluasi atas pelaksanan jadwal dan rencana kerja tersebut.

6. Simpul KPBU dapat berkoordinasi dan meminta fasilitasi Kantor Bersama KPBU terkait dengan prioritisasi proyek, capacity building dan lain sebagainya.

REPUBLIK INDONESIA

Hasil Rakortek Renbang DKI Jakarta 6

45

REPUBLIK INDONESIA

Program Prioritas Percepatan Pengurangan Kemiskinan • N/A

Program Prioritas Pemerataan Layanan Pendidikan Berkualitas • N/A

46

Hasil Rakortek Renbang DKI Jakarta (1/3)

PN 1 Program Prioritas Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat • Sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah dalam

rangka pengendalian kuantitas penduduk • Pembinaan Pembangunan keluarga di seluruh tingkatan wilayah • Peningkatan Penggerakkan KB MKJP • Layanan Imunisasi Rutin di Kab/Kota • Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) • Pemberian PMT balita kurus dan Bumil KEK, TTD Ibu Hamil, vitamin A

Bufas dan Balita • Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

REPUBLIK INDONESIA

• N/A

• Pembuatan Digital Konten Biaya Perjalanan wisata di Kepulauan Seribu

• Peserta yang mengikuti pemagangan dalam negeri

• Perusahaan yang dinilai tingkat kinerjanya

• Pelaku hubungan industrial yang mendapatkan pelatihan teknik negosiasi

• Pengusaha dan SP/SB yang mendapatkan Bimbingan Teknis Pembuatan

Perjanjian Kerja Bersama

• N/A

47

Hasil Rakortek Renbang DKI Jakarta (2/3)

PN 2

PN 3

PN 4 • N/A PN 5

REPUBLIK INDONESIA

48

Penutup

• Pentingnya sinergi antara semua tingkat pemerintahan.

• Pelaksanaan rangkaian Musrenbang di Provinsi DKI Jakarta perlu difokuskan pada pelaksanaan pertemuan multi sektor dan kewilayahan untuk mendukung upaya sinergi perencanaan antara pusat dan daerah.

• Dalam pembahasan dengan masing-masing Kabupaten/Kota perlu diperhatikan: • Pendetailan perencanaan yang lebih fokus dan terintegrasi dengan

program/kegiatan prioritas nasional (lokus kegiatan/proyek berikut kesiapan yang diperlukan).

• Perkuat integrasi pendanaan, baik yang bersumber dari APBN, APBD dan swasta.

REPUBLIK INDONESIA

TERIMA KASIH

49