AQIDAH AKHLAK

365
KEMENTERIAN AGAMA RI Jln. Lapangan Banteng Barat No. 3 - 4 Telp. (021) 3812344, 3811642, 3811654 Pes.331 Fax: 34833981 JAKARTA Website: diktis.kemenag.go.id MODUL BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU (PLPG) KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 AQIDAH AKHLAK

description

pai aqidah akhlak

Transcript of AQIDAH AKHLAK

Page 1: AQIDAH AKHLAK

KEMENTERIAN AGAMA RI Jln. Lapangan Banteng Barat No. 3 - 4

Telp. (021) 3812344, 3811642, 3811654 Pes.331 Fax: 34833981 JAKARTA

Website: diktis.kemenag.go.id

MODUL BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU

(PLPG) KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2014  

AQIDAH AKHLAK

Page 2: AQIDAH AKHLAK

MODUL PLPG SERTIFIKASI GURU TAHUN 2014

AKIDAH AKHLAK

Page 3: AQIDAH AKHLAK

DAFTAR ISI

A. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

B. ISI MODUL

1. MODUL 1 : KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI

2. MODUL 2 : KURIKULUM 2013 UNTUK MATA PELAJARAN AKIDAH

AKHLAK DAN IMPLEMENTASINYA

a. Peta Konsep

Rasional dan elemen perubahan kurikulum Struktur Kurikulum SKL, KI, KD dan Strategi Prinsip-prinsip pembelajaran

b. Tujuan Pembelajaran

c. Strategi dan Media Pembelajaran

d. Uraian Materi

e. Rangkuman

f. Latihan (Tugas dan Bentuk soal pilihan ganda dan essay)

g. Daftar Pustaka

3. MODUL 3 : PTK UNTUK MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

a. Peta Konsep

Rasional dan elemen perubahan kurikulum Struktur Kurikulum SKL, KI, KD dan Strategi Prinsip-prinsip pembelajaran

b. Tujuan Pembelajaran

c. Strategi dan Media Pembelajaran

d. Uraian Materi

e. Rangkuman

f. Latihan

g. Daftar Pustaka

Page 4: AQIDAH AKHLAK

4. MODUL 4 : MATERI AKIDAH AKHLAK

a. Materi Akidah akhlak MI

b. Materi Akidah Akhlak MTs

c. Materi Akidah Akhlak MA

5. MODUL 5 : STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

a. Peta Konsep

Pendekatan Scientific Problem Based Learning Project Based Learning Contectual Discovery Inquiry

b. Tujuan Pembelajaran

c. Strategi dan Media Pembelajaran

d. Uraian Materi

e. Rangkuman

f. Latihan

g. Daftar Pustaka

6. MODUL 6 : PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR AKIDAH

AKHLAK

a. Peta Konsep Penilaian

Penilaian Autentik

Penilaian Portofolio Penilaian Kinerja Penilaian Projek Penilaian Tertulis Penilaian Diri

b. Tujuan Pembelajaran

c. Strategi dan Media Pembelajaran

d. Uraian Materi

e. Rangkuman

f. Latihan

g. Daftar Pustaka

Page 5: AQIDAH AKHLAK

7. MODUL 7 : PERANGKAT PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

a. Peta Konsep

Analisis buku guru dan siswa Silabus RPP Media Bahan Ajar

b. Tujuan Pembelajaran

c. Strategi dan Media Pembelajaran

d. Uraian Materi

e. Rangkuman

f. Latihan

g. Daftar Pustaka

C. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

D. GLOSARIUM

E. LAMPIRAN

Page 6: AQIDAH AKHLAK

MODUL I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU A. Peta Konsep

Materi Kebijakan Pengembangan Profesi Guru mencakup kebijakan umum pembinaan

dan pengembangan profesi guru; peningkatan kompetensi guru; penilaian kinerja guru; pengembangan karir guru; perlindungan dan penghargaan guru; dan etika profesi guru

B. Tujuan Pembelajaran

Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini dan mengikuti pembelajaran dalam PLPG, peserta dapat menunjukkan sikap positif, menguasai wawasan dan keterampilan yang terkait dengan : 1. Kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru, upaya peningkatan

kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan di lingkungan Kementerian Agama, serta etika profesi guru dalam pelaksanaan tugasya

2. Peningkatan kompetensi guru terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.

3. Penilaian kinerja guru terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.

4. Pengembangan karir guru terutama berkaitan dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.

5. Perlindungan dan penghargaan guru terutama berkaitan dengan konsep, prinsip atau asas, dan jenisjenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya.

6. Etika profesi guru terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.

C. Strategi dan Media Pembelajaran Strategi yang diterapkan dalam pendalaman materi kebijakan pengembangan

profesi guru dalam kegiatan PLPG program sertifikasi guru adalah melalui pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, mengerjakan latihan, tugas terstruktur, membuat ringkasan dan penjelasan dari narasumber atau instruktur dan melakukan refleksi. Media yang digunakan untuk menyampaikan materi kebijakan pengembangan profesi guru adalah bahan presentasi power point, gambar dan lembar kerja.

Kebijakan Pengembangan Profesi Guru

Etika profesi guru berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional,

Kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru, upaya peningkatan kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan

Peningkatan kompetensi guru terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.

Penilaian kinerja guru terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.

Pengembangan karir guru terkait dengan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.

Perlindungan dan penghargaan guru termasuk kesejahteraannya

Page 7: AQIDAH AKHLAK

D. Uraian Materi 1. Kebijakan Umum Pembinaan dan Pengembangan Guru 1.1. Latar Belakang Pemikiran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model-model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan, kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang. Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban. Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya.

Page 8: AQIDAH AKHLAK

Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti tersaji pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru

Page 9: AQIDAH AKHLAK

Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan pengembangan profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan, penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait. 1.2. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional

Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis Sekolah/Madrasah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani.

Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.

Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui oleh negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi.

Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang dapat disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.

Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan bahwa ke

Page 10: AQIDAH AKHLAK

depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidiklah yang “legal” direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit untuk bertugas pada Sekolah/Madrasah-Sekolah/Madrasah di Indonesia berkualitas di bawah standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk menjadi guru, yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum bisa langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus Sekolah/Madrasah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase prakondisi yang disebut dengan induksi.

Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap menjalani tugas-tugas profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di daerah pinggiran atau pada Sekolah/Madrasah-Sekolah/Madrasah yang nun jauh di sana, sangat mungkin akan menjadi tidak jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia menjadi mentor sebagai tandem itu. Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi sebagai telah memiliki kewenangan penuh, masih diperluan program induksi untuk memposisikan mereka menjadi guru yang benar-benar profesional.

Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia petama kali menginjakkan kaki di Sekolah/Madrasah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri.

Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di Sekolah/Madrasah dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang tidak dibahas secara detail di dalam buku ini.

Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.

1.3. Alur Pengembangan Profesi dan Karir

Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata. Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan

Page 11: AQIDAH AKHLAK

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan

pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan.

Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka terjamin.

Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan non kependidikan yang terakreditasi. Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga.

Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam melaksanakan pembinaan profesi dan karir guru.

Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru. Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.

Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam

Page 12: AQIDAH AKHLAK

sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala Sekolah/Madrasah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis.

Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar biasa.

1.4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan

Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian, kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekruitmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus. Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi.

Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya

Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.

Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan, perlindungan, kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama sistem penyediaan, rekruitmen,

Page 13: AQIDAH AKHLAK

pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus. 1.5. Kebijakan Pemerataan Guru

Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru di negeri tercinta ini. Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan ini ditandatangani tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012. Dalam peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain.

a. Kebijakan dan Pemerataan Guru

Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan bahwa: a. Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan

pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama.

b. Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah dalam hal penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah.

d. Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara.

e. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS.

f. Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing

.

Page 14: AQIDAH AKHLAK

b. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota a. Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur bertanggung jawab

dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau kekurangan guru PNS.

b. Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS.

c. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.

d. Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.

e. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan dan pemerataan antarkabupaten/kota dalam satu wilayah provinsi.

f. Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

g. Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan kepada Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan.

Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dalam kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya guru PNS. Oleh karena itu secara bersama-sama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menneg PAN dan RB, dan Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan masing-masing.Sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarpendidikan di kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur sesuai dengan masing-masing wilayahnya.

Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan pengawasan. Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan disajikan berikut ini. Secara Umum, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri. 1. Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru

PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

2. Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di lingkungan Kementerian Agama.

3. Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah kabupaten/kota.

Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dibebankan pada APBN, dan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan

Page 15: AQIDAH AKHLAK

antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi. Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota.

Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan berikut ini. 1. Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS

antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan. Kemudian Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun berjalan.

2. Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan. Kemudian Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan.

3. Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat bulan Mei tahun berjalan.

4. Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS dan informasi dari Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri Pendidikan Nasional melakukan evaluasi dan menetapkan capaian penataan dan pemerataan guru PNS secara nasional paling lambat bulan Juli tahun berjalan.

5. Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan.

Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: 1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh bantuan finansial

fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan di daerahnya.

2. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri memberikan penilaian kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 16: AQIDAH AKHLAK

2. Peningkatan Kompetensi Guru 2.1. Esensi Peningkatan Kompetensi Guru

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya.

Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial.

Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus berubah. Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.

Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning), kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari semakin bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama. Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan modern, perlu mengembangkan Sekolah/Madrasah sebagai sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar adalah mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya.

Page 17: AQIDAH AKHLAK

2.2. Prinsip-Prinsip dalam Peningkatan Kompetensi dan Karir Guru 1. Prinsip-prinsip Umum

Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam

proses pembelajaran. e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan

dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

2. Prinsip-pinsip Khusus Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan

menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan

indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik

profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. c. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator. e. Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti

perkembangan Ipteks. f. Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan jaman. g. Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui

proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional.

h. Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya.

i. Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.

j. Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.

k. Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.

l. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.

m. Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.

n. Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru;

o. Akuntabel , pembinaan dan pengembangan profesi dan kar ir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;

p. Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus mampu

Page 18: AQIDAH AKHLAK

memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.

q. Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.

2.3. Jenis Program Peningkatan Kompetensi Guru

Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.

2.3.1. Pendidikan dan Pelatihan a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan

secara internal di KKG/MGMP, Sekolah/Madrasah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.

b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru Sekolah/Madrasah kejuruan memerlukan pengalaman nyata.

c. Kemitraan Sekolah/Madrasah. Pelatihan melalui kemitraan Sekolah/Madrasah dapat dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan di Sekolah/Madrasah atau di tempat mitra Sekolah/Madrasah. Pembinaan melalui mitra Sekolah/Madrasah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.

d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau di propinsi.

e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di Balai Pendidikan dan Pelatihan dan atau Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Agama, P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.

f. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya.

g. Pembinaan internal oleh Sekolah/Madrasah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala Sekolah/Madrasah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.

Page 19: AQIDAH AKHLAK

h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.

2.3.2. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik sesuai

dengan masalah yang di alami di Sekolah/Madrasah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di Sekolah/Madrasah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya.

b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.

c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.

d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.

e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.

f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran).

g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.

2.3.3. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan mendasar yang terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih berorientasi praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.

Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB tersebut harus dilaksanakan sejak guru memiliki golongan kepangkatan III/a dengan melakukan pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari golongan kepangkatan IV/c ke IV/d guru wajib melakukan presentasi ilmiah. Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan pengembangan karir guru.

PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan

Page 20: AQIDAH AKHLAK

untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan Sekolah/Madrasah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru dan kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru, selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah/mad rasa h. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan guru yang profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK yang kuat, guru diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya.

Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di Sekolah/Madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini. 1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. 2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam memfasilitasi

proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa mendatang.

3. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.

4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. 5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.

Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama karirnya mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang.

Dengan PKB untuk guru, bagi Sekolah/Madrasah diharapkan mampu menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga Sekolah/Madrasah dapat menjadi wadah untuk peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang tua/masyarakat, PKB untuk guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di Sekolah/Madrasah akan memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Bagi pemerintah,PKB untuk guru dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam menunjang pembangunan pendidikan; sehingga pemerintah dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur.

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik.

PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2 menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan

Page 21: AQIDAH AKHLAK

keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya. Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di Sekolah/Madrasah, baik oleh guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu Sekolah/Madrasah. Kegiatan PKB melalui jaringan Sekolah/Madrasah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan kerjasama Sekolah/Madrasah antarnegara serta kerjasama Sekolah/Madrasah dan industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara lain dapat berupa: kegiatan KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke Sekolah/Madrasah lain, dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari Sekolah/Madrasah lain, komite Sekolah/Madrasah, dinas pendidikan, seksi bidang pendidikan kemennterian agama, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan.

Jika kegiatan PKB di Sekolah/Madrasah dan jaringan Sekolah/Madrasah belum memenuhi kebutuhan pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan Tinggi Balai DIklat, Pusdiklat atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual atau TIK. Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi dapat dilakukan oleh guru dan di Sekolah/Madrasah mereka sendiri. Beberapa program dimaksud disajikan berikut ini. 1.. Dilakukan oleh guru sendiri: a. menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya; b. menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll); c. mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran; d. membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan e. mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh. 2. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain: a. mengobservasi guru lain; b. mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar; c. mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching); e. bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap permasalahan

yang dihadapi di Sekolah/Madrasah; f. membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan g. merancang persiapan mengajar bersama guru lain. 3. Dilakukan oleh Sekolah/Madrasah : a. training day untuk semua sumber daya manusia di Sekolah/Madrasah (bukan hanya

guru); b. kunjungan ke Sekolah/Madrasah lain; dan c. mengundang nara sumber dari Sekolah/Madrasah lain atau dari instansi lain.

Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini. 1. Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Hak

tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan. 2. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak

merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh hari tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/ atau Sekolah/Madrasah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu, termasuk penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB.

3. Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin dan secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga

Page 22: AQIDAH AKHLAK

guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut. Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya.

4. Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Sebenarnya guru tidak bisa ‘dikembangkan’ oleh orang lain jika dia belum siap untuk berkembang. Pihak-pihak yang mendapat tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak-banyaknya dari guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah yang dihadapinya, pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb) sebelum memberikan masukan/saran.

5. Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus melibatkan guru secara aktif sehingga betul-betul terjadi perubahan pada dirinya, baik dalam penguasaan materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis pelatihan tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari.

Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktik-praktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis kebutuhan dan ketentuan tersebut mencakup antara lain: 1. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang

berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan (guru pendamping).

2. Guru pendamping tersebut berasal dari Sekolah/Madrasah yang sama dengan guru binaannya atau dipilih dari Sekolah/Madrasah lain yang berdekatan, apabila di Sekolah/Madrasahnya tidak ada guru pendamping yang memenuhi kompetensi.

3. Setiap Sekolah/Madrasah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat Sekolah/Madrasah, yaitu seorang guru yang berpengalaman. Sekolah/Madrasah yang mempunyai banyak guru boleh membentuk sebuah tim PKB untuk membantu Koordinator PKB, sedangkan Sekolah/Madrasah kecil dengan jumlah guru yang terbatas, terutama Sekolah/Madrasah, sangat dianjurkan untuk bekerja sama dengan Sekolah/Madrasah lain di sekitarnya. Dengan demikian, seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di beberapa Sekolah/Madrasah.

4. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/ Bidang Pendidikan Kementerian Agama menunjuk dan menetapkan seorang Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya pengawas yang bertanggung jawab untuk gugus Sekolah/Madrasah tertentu).

5. Sekolah/Madrasah, KKG/MGMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota harus merencanakan kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan visi dan misi Sekolah/Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

6. Sekolah/Madrasah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat Sekolah/Madrasah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi kualitas pembelajaran siswa. PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat dinilai angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.

a. Pengembangan Diri Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru

Page 23: AQIDAH AKHLAK

akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, seperti tugas sebagai kepala Sekolah/Madrasah, wakil kepala Sekolah/Madrasah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan.

Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan bersama untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.

Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah.

Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus berkualitas, dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di Sekolah/Madrasah secara sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang berupa diklat fungsional harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Sementara itu, kegiatan pengembangan diri yang berupa kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Jika guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah, laporan dan bukti fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan dan atau bidang pendidikan kementerian agama Kabupaten/Kota/Provinsi.

Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada guru-guru yang lain, minimal di Sekolah/Madrasah masing-masing, sebagai bentuk kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan dan pengembangan Sekolah/Madrasah secara menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.

b. Publikasi Ilmiah

Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu: a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau

nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang

Page 24: AQIDAH AKHLAK

diselenggarakan pada tingkat Sekolah/Madrasah, KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.

b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di Sekolah/Madrasah masing-masing. Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah dan disimpan di perpustakaan Sekolah/Madrasah. Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah, karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan atau bidang pendidikan kementerian agama setempat. c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku

yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan Sekolah/Madrasah tempat guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala Sekolah/Madrasah atau dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah.

c. Karya Inovatif Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan

baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi.

Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan PKB. 2.4. Uji Kompetensi

Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.

Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat, sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun keprofesian. Dengan demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.

2.4.1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan

Page 25: AQIDAH AKHLAK

kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masingmasing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu: a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,

emosional dan intelektual. b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang

diampu. d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan

kegiatan pengembangan yang mendidik. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan

evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2.4.2. Kompetensi Kepribadian

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, guru harus tetap te gar dalam melaksakan tugas sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah: a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta

didik dan masyarakat. c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa

percaya diri e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

2.4.3. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan Sekolah/Madrasah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para

Page 26: AQIDAH AKHLAK

guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama,

bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini. a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,

kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki

keragaman sosial budaya. d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau

bentuk lain.

2.4.4. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan

dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus. Keaktifan pesertadidik harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong pesertadidik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.

Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan prinsip-prinsip lainnya. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik belajar. Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini. a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata

pelajaran yang diampu. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang

pengembangan yang diampu. c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan

mengembangkan diri. Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru dilakukan uji kompetensi.

Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan materi pembelajaran setiap

Page 27: AQIDAH AKHLAK

guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan dari uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti yang

dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli. b. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan kesimpulan yang

relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda. c. Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan kondisi

peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi. d. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru, dimana mereka harus

diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal.

e. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau dengan mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit.

Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi dilakukan seperti berikut ini. 1. Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme sertifikasi maupun

bersamaan dengan penilaian kinerja. 3. Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya. 4. Melalui tes kinerja atau performance test. 5. Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas tertentu,

khusus untuk ranah pengetahuan. 6. Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi Latihan dan Renungan 1. Apa esensi peningkatan kompetensi guru? 2. Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru? 3. Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing jenis kompetensi guru! 4. Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru1 5. Apa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan? 6. Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru! 7. Apa esensi uji kompetensi guru? 8. Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru?

Page 28: AQIDAH AKHLAK

3. Penilaian Kinerja Guru 3.1. Latar Belakang dan Pengertian Penilaian Kinerja Guru

Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.

Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi guru. Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama. Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai masukan dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka cita‐cita pemerintah untuk menghasilkan ”insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi” lebih cepat direalisasikan.

Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi Sekolah/Madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.

Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji kompetensi. Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: (1) guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan, dan (2) guru yang belum memiliki standar kompetensi minimmal yang ditetapkan. Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang ditetapkan diberi kesempatan untuk mengikuti PK Guru. Sebaliknya, guru yang belum mencapai standar minimum yang ditetapkan, diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) melalui multimode, untuk kemudian mengikuti uji kompetensi.

Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang bersangkutan diberi peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK Guru adalah (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa. Guru yang sudah mengikuti PK Guru, akan dihitung angka kredit yang diperoleh atas kinerjanya pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan

Page 29: AQIDAH AKHLAK

fungsi Sekolah/Madrasah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.

Page 30: AQIDAH AKHLAK

Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan

yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru merupakan acuan bagi Sekolah/Madrasah untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, PK Guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsur‐unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya, khususnya pada empat fokus utama, seperti disebutkan di atas.

3.2. Persyaratan Penilaian Kinerja Guru

Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis bagi pendidik 1. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur

komponenkomponen tugas guru dalam melaksanakanpembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah/mad rasa h.

2. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi jika proses yang lakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.

3. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan relatif mudah dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua kondisi tanpa memerluka persyaratan

3.3. Prinsip Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

Prinsip‐prinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut. 1. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku. 2. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau,

Apa yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sehari‐hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah meliputi: a. disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), b. efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa),

DAMPAK

No INDI KATOR

1. Hasil Belajar Siswa (Nilai Rapor, UN dan Hasil Tes Standar Lainnya)

2, Karya Prestati f S iswa dalam berbaga i kompetis i Loka l , Nas iona l dan In ternasiona l

3, Kesinambungan Prestasi Siswa di PT atau bekerja me la lu i Pene l usu ran A lumni .

4. Rekognis i P ihak Ekste rna l terhadap kual i tas Siswa

INDIKATOR UTAMA

No. INDIKATOR 1. Disiplin Guru (waktu,ni lai,

kehadiran, ethos kerja)

Z Efisiensi dan Efektivitas pembeiajaran (Kapasitas transformasi i imu ke siswa)

3. Ke te l adanan Guru (berbicara, bersikap dan berperilaku)

4. Mot i vas i Be la ja r S i swa

Page 31: AQIDAH AKHLAK

c. keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan d. motivasi belajar siswa. 3. Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses harus memahami

semua dokumen yang terkait dengan sistem penilaian. Guru dan penilai harus memahami pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penilaian.

4. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun dengan memperhatikan hal‐hal berikut. a. Obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari‐hari. b. Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada semua guru yang

dinilai. c. Dapat dipertanggungjawabkan. d. Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara

berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir profesinya. e. Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan,

untuk memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan penilaian tersebut. f. Mudah tanpa mengabaikan prinsip‐prinsip lainnya. g. Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan. h. Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan proses, yakni

bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut. i. Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama seseorang menjadi

guru. j. Boleh diketahui oleh pihak‐pihak terkait yang berkepentingan.

3.4. Aspek yang Dinilai dalam Penilaian Kinerja Guru Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional mempunyai

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga dimungkinkan memiliki tugas‐tugas lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa subunsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut. 1. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata

pelajaran atau guru kelas, khususnya berkaitan dengan, (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.

2. Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Pelaksanaan tugas tambahan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka. Tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka meliputi: (1) menjadi kepala Sekolah/Madrasah per tahun; (2) menjadi wakil kepala Sekolah/Madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program keahlian/program studi atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala perpustakaan; atau (5) menjadi kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya. Tugas tambahan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, guru pembimbing program induksi, dan sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu tahun (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan sejenisnya).

Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang mengurangai jam mengajar tatap muka dinilai dengan menggunakan instrumen khusus yang dirancang berdasarkan kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut.

Page 32: AQIDAH AKHLAK

Tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar guru dihargai langsung sebagai perolehan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku. 3.5. Prosedur Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif), khususnya untuk pertamakalinya. PK Guru formatif digunakan untuk menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja guru ini dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri, Sekolah/Madrasah menyusun rencana PKB. Bagi guru‐guru dengan PK Guru di bawah standar, maka program PKB diarahkan untuk pencapaian standar kompetensi tersebut.

Sementara itu, bagi guru‐guru dengan PK Guru yang telah mencapai atau di atas standar, program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau memperbaharui pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif digunakan untuk menetapkan perolahan angka kredit guru pada tahun tersebut. PK Guru sumatif juga digunakan untuk menganalisis kemajuan yang dicapai guru dalam pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih di bawah standar, telah mencapai standar, atau melebihi standar kompetensi yang ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum penetapan angka kredit seorang guru.

Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru pembelajaran atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan penilaian PK Guru di tingkat Sekolah/Madrasah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan sebagaimana berikut. 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, hal‐hal yang harus dilakukan oleh penilai maupun guru yang akan dinilai, yaitu:

a. memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang diterapkan dan posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan pengembangan profesi guru;

b. memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan dalam bentuk indikator kinerja;

c. memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara penilaian yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua hasil pengamatan dan pemantauan, serta mengumpulkan dokumen dan bukti fisik lainnya yang memperkuat hasil penilaian; dan

d. memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru yang akan dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal pelaksanaannya.

2. Tahap Pelaksanaan Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai sebelum menetapkan nilai

untuk setiap kompetensi, yaitu: a. Sebelum pengamatan. Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang dinilai sebelum

dilakukan pengamatan dilaksanakan di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada pertemuan ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan diskusi tentang berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan pada saat pengamatan. Semua hasil diskusi, wajib dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi sebagai bukti penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah dapat dicatat dalam lembaran lain karena tidak ada format khusus yang disediakan untuk proses pencatatan ini.

b. Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran atau pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk masing‐masing penilaian kinerja. Untuk

Page 33: AQIDAH AKHLAK

menilai guru yang melaksanakan proses pembelajaran atau pembimbingan, penilai menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan.

Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas selama proses tatap muka tanpa harus mengganggu proses pembelajaran. Pengamatan kegiatan pembimbingan dapat dilakukan selama proses pembimbingan baik yang dilakukan dalam kelas maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu maupun kelompok. Penilai wajib mencatat semua hasil pengamatan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Jika diperlukan, proses pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh informasi yang akurat, valid dan konsisten tentang kinerja seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau pembimbingan.

Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, data dan informasi dapat diperoleh melalui pencatatan terhadap semua bukti yang teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masing‐masing kriteria penilaian. Bukti‐bukti ini dapat diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan pemangku kepentingan pendidikan (guru, komite Sekolah/Madrasah, peserta didik, dunia usaha dan dunia industri mitra). c. Setelah pengamatan. Pada pertemuan setelah pengamatan pelaksanaan proses

pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek tertentu yang masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua hasil pertemuan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Pertemuan dilakukan di ruang khusus dan hanya dihadiri oleh penilai dan guru yang dinilai. Untuk penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya dapat dicatat pada Format Penilaian Kinerja sebagai deskripsi penilaian kinerja.

3. Tahap Penilaian a. Pelaksanaan penilaian

Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan skala nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan skor 0, 1, atau 2 pada masing‐masing indikator untuk setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan kepada catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta bukti‐bukti berupa dokumen lain yang dikumpulkan selama proses PK Guru. Pemberian nilai untuk setiap kompetensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

1) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masing‐masing indikator setiap kompetensi. Pemberian skor ini dilakukan dengan cara membandingkan rangkuman catatan hasil pengamatan dan pemantauan di lembar format laporan dan evaluasi per kompetensi dengan indikator kinerja masing‐masing kompetensi

2) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format hasil penilaian kinerja guru untuk mendapatkan nilai total PK Guru. Untuk penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah / Madrasah, nilai untuk setiap kompetensi direkapitulasi ke dalam format rekapitulasi penilaian kinerja yang telah ditetapkan untuk mendapatkan nilai PK Guru. Nilai total ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala nilai sesuai Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009.

3) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai sesuai dengan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat ditetapkan sebutan dan persentase angka kreditnya sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1.

Page 34: AQIDAH AKHLAK

Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase Angka Kredit

Nilai Hasil PK Guru Sebutan Persentase Angka kredit

91 – 100 Amat baik 125%

76 – 90 Baik 100%

61 – 75 Cukup 75%

51 – 60 Sedang 50%

≤ 50 Kurang 25%

4) Setelah melaksanakan penilaian, penilai wajib memberitahukan kepada guru yang

dinilai tentang nilai hasil PK Guru berdasarkan bukti catatan untuk setiap kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai melakukan refleksi terhadap hasil PK Guru, sebagai upaya untuk perbaikan kualitas kinerja guru pada periode berikutnya.

5) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan hasil penilaian kinerja, maka keduanya menandatangani format laporan hasil penilaian kinerja guru tersebut. Format ini juga ditandatangani oleh kepala Sekolah/Madrasah.

6) Khusus bagi guru yang mengajar di dua Sekolah/Madrasah atau lebih (guru multi Sekolah/Madrasah), maka penilaian dilakukan di Sekolah/Madrasah induk. Meskipun demikian, penilai dapat melakukan pengamatan serta mengumpulkan data dan informasi dari Sekolah/Madrasah lain tempat guru mengajar atau membimbing.

b. Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang dinilai dapat mengajukan

keberatan terhadap hasil penilaian tersebut. Keberatan disampaikan kepada Kepala Sekolah/Madrasah dan/atau Dinas Pendidikan, Bidang Pendidikan Kementerian Agama yang selanjutnya akan menunjuk seseorang yang tepat untuk bertindak sebagai moderator. Dalam hal ini moderator dapat mengulang pelaksanaan PK Guru untuk kompetensi tertentu yang tidak disepakati atau mengulang penilaian kinerja secara menyeluruh. Pengajuan usul penilaian ulang harus dicatat dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai PK Guru dari moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru. Penilaian ulang hanya dapat dilakukan satu kali dan moderator hanya bekerja untuk kasus penilaian tersebut.

4. Tahap Pelaporan

Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK Guru formatif dilaporkan kepada kepala Sekolah/Madrasah/koordinator PKB sebagai masukan untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif dilaporkan kepada tim penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat pusat sesuai dengan kewenangannya. Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan evaluasi per kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung lainnya.

Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua instrumen, yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii) instrumen PK Guru pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Hasil PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan digabungkan dengan hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan sesuai persentase yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku.

Page 35: AQIDAH AKHLAK

3.6. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut Permenneg

PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Hasil konversi ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan sebutan hasil PK Guru dan persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional guru. Sebelum melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka kredit, tim penilai harus melakukan verifikasi terhadap hasil PK Guru. Kegiatan verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai dokumen (Hasil PK Guru yang direkapitulasi dalam Format Rekap Hasil PK Guru, catatan hasil pengamatan, studi dokumen, wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam Format Laporan dan Evaluasi per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang disampaikan oleh Sekolah/Madrasah untuk pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan dan dimungkinkan, kegiatan verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke Sekolah/Madrasah oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat.

Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Penghitungan angka kredit dapat dilakukan di tingkat Sekolah/Madrasah, tetapi hanya untuk keperluan estimasi perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi berdasarkan hasil perhitungan PK Guru yang dilaksanakan di Sekolah/Madrasah, selanjutnya dicatat dalam format penghitungan angka kredit yang ditanda‐tangani oleh penilai, guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala Sekolah/Madrasah. Bersama‐sama dengan angka angka kredit dari unsur utama lainnya (pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif) dan unsur penunjang, hasil perhitungan PK Guru yang dilakukan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan direkap dalam daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka kredit kenaikan jabatan fungsional guru. 1. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan yang relevan dengan

fungsi Sekolah/Madrasah. Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan Tabel 3.4. Berdasarkan

Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, perolehan angka kredit untuk pembelajaran atau pembimbingan setiap tahun bagi guru diperhitungkan dengan menggunakan rumus tertentu. Seorang Guru yang akan dipromosikan naik jenjang pangkat dan jabatan fungsionalnya setingkat lebih tinggi, dipersyaratkan harus memiliki angka kredit kumulatif minimal sebagai berikut. Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan Jabatan Fungsional Guru

Jabatan Guru Pangkat dan Golongan Ruang

Persyaratan Angka Kredit kenaikanpangkat dan jabatan

Kumulatif minimal

Kebutuhan Per jenjang

Penata Muda, III/a 100 50Guru Pertama Penata Muda Tingkat I, III/b 150 50

Penata, III/c 200 100Guru Muda Penata Tingkat I, III/d 300 100 Pembina, IV/a 400 150 Guru Madya Pembina Tingkat I, IV/b 550 150 Pembinaan Utama Muda, IV/c 700 150 Pembina Utama Madya, IV/d 850 200 Guru Utama Pembina Utama, IV/e 1.050

Page 36: AQIDAH AKHLAK

Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3 adalah jumlah angka kredit minimal yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan/pangkat; dan (2) Angka kredit pada kolom 4 adalah jumlah peningkatan minimal angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi. 2. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi

Sekolah/Madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru. Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan

fungsi Sekolah/Madrasah (Kepala Sekolah/Madrasah, Wakil Kepala Sekolah/Madrasah, Kepala Laboratorium, Kepala Perpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar tatap muka diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut. a. Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru dengan tugas

tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah perlu diubah terlebih dahulu ke skala 0 ‐ 100.

b. Masing‐masing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur pembelajaran / pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, kemudian dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%), Sedang (50%), atau Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009.

c. Angka kredit per tahun masing‐masing unsur pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung menggunakan rumus tertentu.

d. Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah dijumlahkan sesuai prosentasenya untuk memperoleh total angka kredit dengan perhitungan sebagai berikut: 1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah total angka kreditnya

= 25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah.

2) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala Sekolah/Madrasah total angka kreditnya = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah/Madrasah.

3) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sebagai kepala perpustakaan / laboratorium / bengkel atau ketua rogram keahlian; total angka kredit = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai Pustakawan/Laboran.

3. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah tetapi tidak mengurangi jam mengajar tatap muka guru Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain yang tidak mengurangi

jam mengajar tatap muka, langsung diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru pada periode tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan untuk seorang guru maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang diperoleh diperhitungkan sebagai berikut. a. Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, tim kurikulum,

pembimbing guru pemula, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 5% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun.

b. Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugas‐tugas sementara (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi, membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler, menjadi pembimbing penyusunan publikasi ilmiah dan karya inovatif, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun.

Page 37: AQIDAH AKHLAK

3.6. Penilai PK Guru 1. Kriteria Penilai

Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah/Madrasah. Apabila Kepala Sekolah/Madrasah tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai terlalu banyak), maka Kepala Sekolah/Madrasah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah/Madrasah dilakukan oleh Pengawas Sekolah/Madrasah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut. a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat guru/kepala

Sekolah/Madrasah yang dinilai. b. Memiliki Sertifikat Pendidik. c. Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang tugas Guru/Kepala

Sekolah/Madrasah yang akan dinilai. d. Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran. e. Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka. f. Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk menilai kinerja

Guru/Kepala Sekolah/Madrasah. Dalam hal Kepala Sekolah/Madrasah, Pengawas Sekolah/Madrasah, Guru Pembina,

dan Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda dengan guru yang akan dinilai maka penilaian dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah/Madrasah dan/atau Guru Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah/Madrasah lain atau oleh Pengawas Sekolah/Madrasah dari kabupaten/kota lain yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan memahami PK Guru. 2. Masa Kerja

Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah/Madrasah atau Dinas Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara berkala oleh Kepala Sekolah/Madrasah atau Dinas Pendidikan dengan memperhatikan prinsip‐prinsip penilaian yang berlaku. Untuk Sekolah/Madrasah yang berada di daerah khusus, penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah/Madrasah dan/atau Guru Pembina setempat. Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai adalah 5 sampai dengan 10 guru per tahun. 3.6. Sanksi

Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar prinsip‐prinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Diberhentikan sebagai guru atau kepala Sekolah/Madrasah dan/atau pengawas

Sekolah/Madrasah. 2. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan

semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan proses PK Guru.

3. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK Guru.

3.7. Tugas dan Tanggung Jawab Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan

PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan semangat otonomi daerah serta mengutamakan prinsip‐prinsip efisiensi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Keterkaitan tugas dan tanggung jawab pihak‐pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan Sekolah/Madrasah. Konsekuensi dari adanya keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak‐ pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung jawab masing‐masing pihak dirinci berikut ini.

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama

Page 38: AQIDAH AKHLAK

a. Menyusun dan mengembangkan rambu‐rambu pengembangan kegiatan PK Guru. b. Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru. c. Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru. d. Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK Guru tingkat pusat. e. Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru. f. Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara nasional. g. Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru kepada Dinas

Pendidikan, Kantor Kementerian Agama dan Sekolah/Madrasah sebagai umpan balik untuk ditindak lanjuti.

h. Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakan‐kebijakan terkait PK Guru.

2. Dinas Pendidikan Provinsi dan Kantor Wilayah Kementerian Agama a. Menghimpun data profil guru dan Sekolah/Madrasah yang ada di daerahnya berdasarkan

hasil PK Guru di Sekolah/Madrasah. b. Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk melatih penilai PK Guru tingkat

Kabupaten/Kota. c. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang berada di bawah kewenangan

provinsi dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Bidang Pendidikan Kantor Wilayah Kementerian Agama.

d. Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah yang ada di bawah kewenangannya.

f. Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK Guru yang ada di bawah kewenangannya.

g. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah yang ada di bawah kewenangannya.

h. Dinas Pendidikan Provinsi bersama‐sama dengan LPMP membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada Sekolah/Madrasah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang menangani bidang Pendidikan.

3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten//Kota

a. Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan Sekolah/Madrasah yang ada di wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di Sekolah/Madrasah.

b. Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota.

c. Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah yang ada di wilayahnya.

d. Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di Sekolah/Madrasah yang ada di wilayahnya.

e. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru yang berada di bawah kewenangannya dalam bentuk Keputusan.

f. Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru yang diajukan Sekolah/Madrasah.

g. Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah‐Sekolah yang ada di daerahnya.

h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru untuk menjamin pelaksanaan yang efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dan sebagainya.

i. Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah yang ada di wilayahnya dan mengirimkannya kepada Sekolah/Madrasah, dan/atau ke Dinas Pendidikan Provinsi/Bidang Pendidikan Kantor Wilayah masing‐masing.

Page 39: AQIDAH AKHLAK

4. Satuan Pendidikan a. Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru b. Menyusun program kegiatan sesuai dengan Rambu‐Rambu Penyelenggaraan PK Guru dan

prosedur operasional standar penyelenggaraan PK Guru. c. Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas Kabupaten/Kota dan atau

ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten//Kota. d. Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah disusun secara efektif, efisien,

obyektif, adil, akuntabel, dsb. f. Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan tugas. g. Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau ke Bidang

Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten/Kota jika terjadi permasalahan dalam pelaksanaan PK Guru.

h. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi, keuangan (jika ada) dan pelaksanaan program.

i. Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru untuk tahun berikutnya. j. Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat, Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota dan atau ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten/Kota, dan Pengawas Sekolah/Madrasah.

k. Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada Tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sesuai kewenangannya sebagai dasar penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung dan menetapkan angka kredit, terlebih dahulu melakukan verifikasi terhadap berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada kegiatan verifikasi jika diperlukan dan memang dibutuhkan tim penilai dapat mengunjungi Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah juga menyampaikan laporan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten/Kota..

l. Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada guru yang memperoleh hasil PK Guru di bawah standar yang ditetapkan.

Latihan dan Renungan 1. Mengapa penilaian kinerja guru perlu dilakukan secara kontinyu? 2. Apa tujuan utama penilaian kinerja guru? 3. Sebutkan dan jelaskan secara ringkat tiga persyaratan penilaian kinerja guru! 4. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas prinsip-prinsip penilaian kinerja guru! 5. Sebutkan tahap-tahap penilaian kinerja guru! 6. Apa yang Anda ketahui tentang konversi nilai kredit dalam kerangka penilaian kinerja

guru?

Page 40: AQIDAH AKHLAK

4. Pengembangan Karir Guru 4.1. Ranah Pengembangan Karir Guru

Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu.

Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV, seperti disajikan pada Gambar 4.1. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan.

Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah raga (PP Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.

Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa: kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP, publikasi buku pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi pengalaman lapangan pada pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus, dan/atau penghargaan atas prestasi atau dedikasi sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir, seperti disajikan pada Gambar 4.2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.

Page 41: AQIDAH AKHLAK

Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat, dan

(3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di dalam melaksanakan tugasnya. Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru. Kegiatan ini menjadi bagian intergral dari pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan. 4.2. Ranah Pengembangan Karir Guru

Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi profesi guru, serta guru secara pribadi. Secara umum kegiatan itu dimaksudkan untuk memotivasi, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembinaan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu: penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

a. Penugasan Guru

Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, guru melakukan kegiatan pokok yang mencakup: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.

Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat dilakukan di satu Sekolah/Madrasah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas Sekolah/Madrasah. Baik bertugas pada satu Sekolah/Madrasah atau lebih, guru dituntut melaksanakan tugas pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu: a. Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling

banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

b. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap.

c. Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima

Page 42: AQIDAH AKHLAK

puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. d. Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan

inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika paling sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

e. Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-guru yang: bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional. Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan tersebut secara efektif,

maka harus dilakukan pengaturan tugas guru berdasarkan jenisnya. Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan dengan melibatkan individu dan/atau institusi dengan ketentuan sebagai berikut. a. Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran

1) Kepala Sekolah/Madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat memenuhi beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban kerja tersebut, kepala Sekolah/Madrasah melaporkan kepada bidang pendidikan Kementerian Agama Provinsi/Kabupaten/Kota.

2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.

3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.

4) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.

5) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru pada Sekolah/Madrasah lain, baik negeri maupun swasta.

6) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru wajib memenuhi beban mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka pada satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru pada Sekolah/Madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk dapat memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu.

7) Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional apabila beban kerjanya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan Menteri Pendidikan Nasional atau Menteri Agama.

Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional, apabila beban mengajarnya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu atau sebagai guru bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari 150 peserta didik per tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan kementerian pendidikan. Hal ini masih dalam proses penelaahan yang saksama. Guru berhak dan wajib mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Kepala Sekolah/Madrasah wajib memberi kesempatan secara adil dan merata kepada guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. c. Guru dengan Tugas Tambahan

Page 43: AQIDAH AKHLAK

1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau konselor.

3) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau konselor.

4) Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program keahlian wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

5) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

6) Guru dengan tugas tambahan sebagai kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

7) Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran wajib melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

8) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan wajib melaksanakan tugas sebagai pendidik, dengan ketentuanberpengalaman sebagai guru sekurang-kurangnya delapan tahun atau kepala Sekolah/Madrasah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memiliki Sertifikat Pendidik, dan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan tugas pengawasan. Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan penugasan dalam aneka jenis. Di dalam PP No. 74 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh

pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penempatan guru pada jabatan struktural dimaksud dapat dilakukan setelah yang bersangkutan bertugas sebagai guru paling singkat selama delapan tahun. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural itu dapat ditugaskan kembali sebagai guru dan mendapatkan hak-hak guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya untuk memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan. Hak-hak guru dimaksud berupa tunjangan profesi dan tunjangan fungsional diberikan sebesar tunjangan profesi dan tunjangan fungsional berdasarkan jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan ditempatkan pada jabatan struktural.

b. Promosi Guru

Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi. Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala, kepala, pengawas Sekolah/Madrasah, dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru. Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.

c. Kenaikan Pangkat

Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang terrendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama. Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang

Page 44: AQIDAH AKHLAK

tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan sesuai dengan Permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru yang dapat dinilai dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau jabatan fungsional guru mencakup unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas: (a) pendidikan, (b) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, dan (c) pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).

1. Pendidikan

Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas: a. Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah.

Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas guru dan sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu:

1) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV; 2) 150 untuk Ijazah S-2; atau 3) 200 untuk Ijazah S-3.

Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai dengan sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka kredit yang diberikan adalah sebesar selisih antara angka kredit yang pernah diberikan berdasarkan gelar/ijazah lama dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua Sekolah/Madrasah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. b. Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi.

Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik keikutsertaan program induksi yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi sertifikat program induksi yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah yang bersangkutan.

2. Pengembangan Profesi Guru

Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama dengan pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan karya inovatif.

Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru), publikasi ilmiah (hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, dan buku teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru), karya inovatif (menemukan teknologi tepat guna; menemukan atau menciptakan karya seni; membuat atau memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya).

Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut:

Page 45: AQIDAH AKHLAK

a. Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kred it.

b. Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit.

c. Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 6 (enam) angka kredit.

d. Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi ilmiah.

e. Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN.

f. Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN.

g. Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengembangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 14 (empat belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.

h. Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengembangan diri sebesar 5 (lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 20 (dua puluh) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber ISBN.

i. Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama, golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada poin g diatas juga wajib melaksanakan presentasi ilmiah.

3. Unsur Penunjang Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini. a. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya. Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka kredit sebagai berikut.

1) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5; 2) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan 3) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.

Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua Sekolah/Madrasah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang membidangi pendidikan atau pejabat yang menangani kepegawaian serendah-rendahnya Eselon II. Bagi guru di lingkungan Kementerian Agama, surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut berasal dari pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Eselon II.

Page 46: AQIDAH AKHLAK

b. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya harus sesuai

dengan kriteria dan dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan tersebut di antaranya: 1) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ekstrakurikuler dan yang

sejenisnya 2) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat

nasional. 3) Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi 4) Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya 5) Menjadi tim penilai angka kredit 6) Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya.

c. Memperoleh penghargaan/tanda jasa Penghargaan/tanda jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh pemerintah

atau negara asing atau organisasi ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi yang dicapai seorang guru dalam pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan. Tanda jasa dalam bentuk Satya Lencana Karya Satya adalah penghargaan yang diberikan kepada guru berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu tertentu. Penghargaan lain yang diperoleh guru karena prestasi seseorang dalam pengabdiannya kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan. Prestasi kerja tersebut dicapai karena pengabdiannya secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba guru berprestasi tingkat nasional, diberikan angka kredit tambahan untuk kenaikan jabatan/pangkat. Latihan dan Renungan 1. Apa perbedaan utama antara pengembangan keprofesian dan pengembangan karir

guru? 2. Mengapa pengembangan keprofesian guru dikaitkan dengan jabatan fungsionalnya? 3. Apa perbedaan utama pengembangan guru yang belum S1/D-IV dan belum

bersertifikat pendidik dengan yang sudah memilikinya? 4. Sebutkan jenis-jenis pengembangan karir guru! 5. Apa perbedaan utama pengembangan keprofesian berbasis lembaga dengan yang berbasis

individu?

Page 47: AQIDAH AKHLAK

5. Perlindungan dan Penghargaan terhadap Guru 5.1. Latar Belakang dan Pengertian

Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan potensi bagi mereka untuk mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia secara nyaris tanpa batas akses geografis, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun demikian, kondisi ini yang menyebakan sebagian guru terbelenggu dengan fenomena sosial, kultural, psikologis, ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain.

Fenomena ini bersumber dari apresiasi dan pencitraan masyarakat terhadap guru belum begitu baik, serta perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan kesejahteraan, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka belum optimum. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa perlakuan yang cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah berlangsung sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran untuk terus mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan martabat yang jelas dan mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya Undang-Undang (UU) Nomomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan langkah maju untuk mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang perlindungan hukum bagi mereka. Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai mengemuka dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini diperbaharui dan kemudian diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu pernah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru meliputi perlindungan untuk rasa aman, perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan hukum bagi guru tersebut di atas kemudian diperbaharui, dipertegas, dan diperluas spektrumnya dengan diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah perlindungan terhadap guru meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI.

Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi perlindungan sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum ada rumusan komprehensif mengenai standar operasi dan prosedurnya. Atas dasar itu, perlu dirumuskan standar yang memungkinkan terwujudnya perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau HaKI bagi guru.

Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum, perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI yang diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai PNS maupun bukan PNS. Perlindungan hukum adalah upaya melakukan perlindungan kepada guru dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlindungan hukum atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain. Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan yang mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.

Adapun Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada guru mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain. Perlindungan HaKI adalah pengakuan atas kekayaan intelektual sebagai karya atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara melegitimasinya sesuai dengan peraturan perundangundangan. Perjanjian kerja

Page 48: AQIDAH AKHLAK

adalah perjanjian yang dibuat dan disepakati bersama antara penyelenggara dan/atau satuan pendidikan dengan guru. Kesepakatan kerja bersama merupakan kesepakatan yang dibuat dan disepakati bersama secara tripartit, yaitu penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, guru, dan Dinas Pendidikan atau Dinas Ketenagakerjaan pada wilayah administratif tempat guru bertugas. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma dalam bentuk konsultasi hukum oleh LKHB mitra, asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain kepada guru.

Sementara itu Advokasi adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka pemberian perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI bagi guru. Advokasi umumnya dilakukan melalui kolaborasi beberapa lembaga, organisasi, atau asosiasi yang memiliki kepedulian dan semangat kebersamaan untuk mencapai suatu tujuan. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa guru berdasarkan perundingan yang melibatkan guru LKBH mitra, asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain sebagai mediator dan diterima oleh para pihak yang bersengketa untuk membantu mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan.

Page 49: AQIDAH AKHLAK

5.2. Perlindungan Atas Hak-hak Guru Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang Hak Asasi

Manusia (HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Sesuai dengan politik hukum UU tersebut, bahwa manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat, kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan.

Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai HAM yang telah diterima oleh Indonesia. Di samping hak asasi manusia juga dikenal kewajiban dasar manusia yang meliputi: (1) kepatuhan terhadap perundang-undangan, (2) ikut serta dalam upaya pembelaan negara, (3) wajib menghormati hak-hak asasi manusia, moral, etika dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, sebagai wujud tuntutan reformasi (demokrasi, desentralisasi, dan HAM), maka hak asasi manusia dimasukkan dalam UUD 1945.

Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib memberikan perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya seperti berikut ini. 1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan

pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas. 2. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan

diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.

4. Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.

5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.

Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum bagi guru. Frasa perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait dengan upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya. 1. Perlindungan hukum

Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau tindakan semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi menimpanya dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa: a. tindak kekerasan, b. ancaman, baik fisik maupun psikologis

Page 50: AQIDAH AKHLAK

c. perlakuan diskriminatif, d. intimidasi, dan e. perlakuan tidak adil 2. Perlindungan profesi

Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hukubungan kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini. a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahlian, minat, dan

bakatnya. b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional

dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat Dewan Kehormatan Guru Indonesia. c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan kerja

bersama. d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar.

f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan. g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk:

mengungkapkan ekspresi, mengembangkan kreatifitas, dan melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam proses pendidikan

dan pembelajaran. h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta didik,

orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain. i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari pelbagai ancaman, tekanan,

dan rasa tidak aman. j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi:

substansi, prosedur, instrumen penilaian, dan keputusan akhir dalam penilaian.

k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi: penetapan taraf penguasaan kompetensi, standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan khusus. l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi: mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar keyakinan akademik, memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi profesi guru, dan bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.

m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan formal, meliputi: akses terhadap sumber informasi kebijakan, partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

formal, dan memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat yang lebih tinggi

atas dasar pengalaman terpetik dari lapangan. 3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait

Page 51: AQIDAH AKHLAK

dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas, yaitu: a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas harus

mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah daerah.

b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis dan fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat luas.

c. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap: resiko gangguan keamanan kerja, resiko kecelakaan kerja, resiko kebakaran pada waktu kerja, resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai

ketenagakerjaan. d. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orang tua peserta

didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain. e. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan akibat: kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain.

f. Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja, akibat: bahaya yang potensial, kecelakaan akibat bahan kerja, keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya, frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja, resiko atas alat kerja yang dipakai, dan resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.

4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundang-undangan,

antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan Undang-Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman. Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup: a. hak cipta atas penulisan buku, b. hak cipta atas makalah, c. hak cipta atas karangan ilmiah, d. hak cipta atas hasil penelitian, e. hak cipta atas hasil penciptaan, f. hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan; g. hak paten atas hasil karya teknologi 5.3. Jenis-jenis Upaya Perlindungan Hukum bagi Guru 1. Konsultasi

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI, guru dapat berkonsultasi kepada pihak-pihak yang kompeten. Konsultasi itu dapat dilakukan kepada konsultan hukum, penegak hukum, atau pihakpihak lain yang dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh guru tersebut.

Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu

Page 52: AQIDAH AKHLAK

yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang merupakan konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Konsultan hanya bersifat memberikan pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh kliennya. Keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut.

Misalnya, seorang guru berkonsultasi dengan pengacara pada salah satu LKBH, penegak hukum, orang yang ahli, penasehat hukum, dan sebagainya berkaitan dengan masalah pembayaran gaji yang tidak layak, keterlambatan pembayaran gaji, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan lain-lain. Pihak-pihak yang dimintai pendapat oleh guru ketika berkonsultasi tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan keputusan, melainkan sebatas memberi pendapat atau saran, termasuk saran-saran atas bentuk-bentuk penyelesaian sengketa atau perselisihan.

2. Mediasi

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pihak-pihak lain yang dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu memediasinya. Merujuk pada Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 tahun 1999, atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau perbedaan pendapat antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan dapat diselesaikan melalui bantuan “seorang atau lebih penasehat ahli” maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau perbedaan pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan iktikad baik. Kesepakatan tertulis antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan, dan wajib dilakasanakan dalam waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran. Mediator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak, dan mediator yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak.

3. Negosiasi dan Perdamaian

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang negosiasi kepada guru atau kelompok guru. Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999, pada dasarya para pihak, dalam hal ini penyelenggara/satuan pendidikan dan guru, berhak untuk menyelesaikan sendiri sengket yang timbul di antara mereka. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para pihak. Negosiasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara. Persetujuan harus dibuat secara tertulis dan tidak di bawah ancaman.

Namun demikian, dalam hal ini ada beberapa hal yang membedakan antara negosiasi dan perdamaian. Pada negosiasi diberikan tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari, dan penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan di antara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain adalah bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses persidangan maupun

Page 53: AQIDAH AKHLAK

setelah sidang peradilan dilaksanakan. Pelaksanaan perdamaian bisa di dalam atau di luar pengadilan.

4. Konsiliasi dan perdamaian

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang konsiliasi atau perdamaian. Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan di atas, konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam Undang Undang Nomor 30 tahun 1999. Konsiliasi atau perdamaian merupakan suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses litigasi, dalam setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, konsiliasi atau perdamaian tetap dapat dilakukan, dengan pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

5. Advokasi Litigasi

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan advokasi litigasi. Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan pekerjaan pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi. Seolah-olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum semata.

Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara hukum atau pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate dalam pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan menjadi lebih luas. Advocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to promote), menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan melakukan ‘perubahan’ secara terorganisir dan sistematis.

6. Advokasi Nonlitigasi

Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan advokasi nonlitigasi. Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi. Alternatif penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau dengan cara mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Dewasa ini cara penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang terlampau padat (overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time), biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap kepentingan umum, atau dianggap terlalu formalistis (formalistic) dan terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1) angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan bahwa masyarakat dimungkinkan memakai alternatif lain dalam melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian

Page 54: AQIDAH AKHLAK

ahli. 5.4. Asas Pelaksanaan Perlindungan Hukum, Profesi, K3 dan HaKI bagi Guru

Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan K3, dan perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan menggunakan asas-asas sebagai berikut: 1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar budaya, tingkat

pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru. 2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal dari guru atau

lembaga mitra, atau keduanya. 3. Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki manfaat bagi

peningkatan profesionalisme, harkat, martabat, dan kesejahteraan mereka, serta sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal.

4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru dilakukan dengan menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.

5. Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis atau mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

6. Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru terfokus pada pokok persoalan.

7. Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru dapat dilakukan dengan pendekatan formal, informal, litigasi, nonlitigasi, dan lain-lain.

5.5. Penghargaan dan Kesejahteraan Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk mendapatkan

penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan kepada guru yang berprestasi, berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus. Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan pendidikan, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan/atau internasional. Penghargaan itu beragam jenisnya, seperti satyalancana, tanda jasa, bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, jabatan fungsional, jabatan struktural, bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk penghargaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau biaya perjalanan untuk pemakaman guru yang gugur di daerah khusus. Guru yang gugur dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di daerah khusus, putera dan/atau puterinya berhak mendapatkan beasiswa sampai ke perguruan tinggi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah, baik berupa gaji maupun penghasilan lainnya. Guru memiliki hak atas gaji dan penghasilan lainya. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di luar gaji pokok, guru pun berhak atas tunjangan yang melekat pada gaji. Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan penggajian yang berlaku. Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberikan berdasarkan perjanjian kerja dan/atau kesepakatan kerja bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.

Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, serta peraturan lain yang menjadi ikutannya, memiliki hak atas aneka tunjangan dan kesejahteraan lainnya. Tunjangan dan kesejahteraan dimaksud mencakup tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan. Khusus berkaitan dengan jenis-jenis

Page 55: AQIDAH AKHLAK

penghargaan dan kesejahteraan guru disajikan berikut ini.

1. Penghargaan Guru Berprestasi Pemberian penghargaan kepada guru berprestasi dilakukan melalui proses pemilihan

yang ketat secara berjenjang, mulai dari tingkat satuan pendidikan, kecamatan dan/atau kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Pemilihan guru berprestasi dimaksudkan antara lain untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerjanya. Prestasi kerja tersebut akan terlihat dari kualitas lulusan satuan pendidikan sebagai SDM yang berkualitas, produktif, dan kompetitif.

Pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk memberdayakan guru, terutama bagi mereka yang berprestasi. Seperti disebutkan di atas, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa "Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan". Secara historis pemilihan guru berprestasi adalah pengembangan dari pemberian predikat keteladanan kepada guru melalui pemilihan guru teladan yang berlangsung sejak tahun 1972 hingga tahun 1997. Selama kurun 1998-2001, pemilihan guru teladan dilaksanakan hanya sampai tingkat provinsi. Setelah dilakukan evaluasi dan mendapatkan masukanmasukan dari berbagai kalangan, baik guru maupun pengelola pendidikan tingkat ka bu pate n/kota/provi nsi, maka pemilihan guru teladan diusulkan untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi pemilihan guru berprestasi.

Frasa “guru berprestasi” bermakna “prestasi dan keteladanan” guru. Sebutan guru berprestasi mengandung makna sebagai guru unggul/mumpuni dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru berprestasi merupakan guru yang menghasilkan karya kreatif atau inovatif antara lain melalui: pembaruan (inovasi) dalam pembelajaran atau bimbingan; penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan; penulisan buku fiksi/nonfiksi di bidang pendidikan atau sastra Indonesia dan sastra daerah; penciptaan karya seni; atau karya atau prestasi di bidang olahraga. Mereka juga merupakan guru yang secara langsung membimbing peserta didik hingga mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.

Pemilihan guru berprestasi dilaksanakan pertama kali pada tahun 2002. Penyelenggaraan pemilihan guru berprestasi dilakukan secara bertingkat, dimulai dari tingkat satuan pendidikan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional. Secara umum pelaksanaan pemilihan guru berprestasi berjalan dengan lancar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Melalui pemilihan guru berprestasi ini telah terpilih guru terbaik untuk jenjang TK/RA, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, atau yang sederajat.

Sistem penilaian untuk menentukan peringkat guru berprestasi dilakukan secara ketat, yaitu melalui uji tertulis, tes kepribadian, presentasi karya akademik, wawancara, dan penilaian portofolio. Guru yang mampu mencapai prestasi terbaik melalui beberapa jenis teknik penilaian inilah yang akan memperoleh predikat sebagai guru berprestasi tingkat nasional.

2. Penghargaan bagi Guru Berdedikasi di Daerah Khusus/Terpencil

Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian serius dari pemerintah. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun terakhir ini, pemberian penghargaan kepada mereka dilakukan secara rutin baik pada peringatan Hari Pendidikan Nasional maupun pada peringatan lainnya. Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat harkat dan martabat guru atas dedikasi, prestasi, dan pengabdian profesionalitasnya sebagai pendidik bangsa dihormati dan dihargai oleh masyarakat, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kedua, memberikan motivasi pada guru untuk meningkatkan prestasi, pengabdian, loyalitas dan dedikasi serta darma baktinya pada bangsa dan negara melalui pelaksanaan kompetensinya secara profesional sesuai kualifikasi masing-masing. Ketiga, meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam melaksanakan pekerjaan / jabatannya sebagai sebuah profesi, meskipun bekerja di daerah yang terpencil atau

Page 56: AQIDAH AKHLAK

terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami bencana alam; bencana sosial; atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain yang mengharuskan menjalani kehidupan secara prihatin.

Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil bukanlah merupakan suatu kegiatan yang bersifat seremoni belaka. Penghargaan ini secara selektif dan kompetitif diberikan kepada dua orang guru Daerah Khusus dari seluruh provinsi di Indonesia. Masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama diminta dan diharuskan menyeleksi dan mengirimkan dua orang guru daerah khusus, terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan yang berdedikasi tinggi untuk diberi penghargaan, baik yang berstatus sebagai guru pegawai negeri sipil (Guru PNS) maupun guru bukan PNS. Untuk dapat menerima penghargaan, guru berdedikasi yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil harus memenuhi kriteria umum dan khusus. Kriteria umum dimaksud antara lain beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; memiliki moralitas,kepribadian dan kelakuan yang terpuji; dapat dijadikan panutan oleh siswa, teman sejawat dan masyarakat sekitarnya; dan mencintai tugas dan tanggungjawabnya. Kriteria khusus bagi guru Daerah Khusus untuk memperoleh penghargaan antara lain, pertama, dalam melaksanakan tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi luar biasa,pengabdian, kecakapan,kejujuran, dan kedisiplinan serta mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi- fungsi profesionalnya dengan segala keterbatasan yang ada di daerah terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketiga, melaksanakan tugas sebagai guru di daerah khusus/terpencil sekurang-kurangnya selama lima tahun secara terus menerus atau selama delapan tahun secara terputus-putus. Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah menerima penghargaan yang sejenis di tingkat nasional. Kelima, responsif terhadap persoalan-persoalan yang aktual dalam masyarakat. Keenam, dengan keahlian yang dimilikinya membantu dalam memecahkan masalah sosial sehingga usahanya berupa sumbangan langsung bagi penanggulangan masalah-masala tersebut. Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporanserta integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam masyarakat.Kedelapan, menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan dalam masyarakat. 3. Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan

Sejalan dengan disahkannya Undang—Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru berprestasi dan berdedikasi memiliki hak atas penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasinya. Penghargaan tersebut diberikan kepada guru pada satuan pendidikan atas dasar pengabdian, kesetiaan pada lembaga, berjasa pada negara, maupun menciptakan karya yang luar biasa. Kriteria guru yang berhak menerima penghargaan Satyalancana Pendidikan, meliputi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan umum antara lain warga negara Indonesia; berakhlak dan berbudi pekerti baik; serta mempunyai nilai dalam DP3 amat baik untuk unsur kesetiaan dan sekurang-kurangnya bernilai baik untuk unsur lainnya. Persyaratan khusus meliputi, pertama, diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di tempat terpencil atau tertinggal sekurang-kurangnya selama lima tahun terus menerus atau selama delapan tahun terputus-putus. Kedua, diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di daerah perbatasan, konflik, dan bencana sekurang- kurangnya selama 3 tahun terus menerus atau selama 6 tahun terputus-putus. Ketiga, diutamakan yang bertugas selain di daerah khusus sekurang-kurangnya selama 8 tahun terus menerus dan bagi kepala Sekolah/Madrasah sekurangkurangnya bertugas 2 tahun. Keempat, berprestasi dan/atau berdedikasi luar biasa dalam melaksanakan tugas sekurang-kurangnya mendapat penghargaan tingkat nasional. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan organisasi/asosiasi profesi guru, kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan di berbagai sektor.

Page 57: AQIDAH AKHLAK

Keenam, tidak pernah memiliki catatan pelanggaran atau menerima sanksi sedang dan berat menurut peraturan perundang-undangan.

4. Penghargaan bagi Guru yang Berhasil dalam Pembelajaran

Tujuan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba sejenis dapat memotivasi guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya, khususnya dalam kemampuan perancangan, penyajian, penilaian proses dan hasil pembelajaran atau proses bimbingan kepada siswa; dan meningkatkan kebiasaan guru dalam mendokumentasikan hasil kegiatan pengembangan profesinya secara baik dan benar. Lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Pertama, sosialisasi melalui berbagai media, antara lain penyusunan dan penyebaran poster dan leaflet. Kedua, penerimaan naskah. Ketiga, melakukan seleksi, baik seleksi administrasi maupun seleksi terhadap materi yang ditulis.

Para finalis melaksanakan presentasi dan wawancara di hadapan dewan juri yang memiliki keahlian di bidang masing-masing. Sejalan dengan itu, aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut: penyusunan pedoman lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian naskah lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian penentuan nominasi pemenang lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penentuan pemenang lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; dan pemberian penghargaan pemenang lomba tingkat nasional.

Hasil yang dicapai dalam lomba tersebut adalah terhimpunnya berbagai pengalaman guru dalam merancang, menyajikan, dan menilai pembelajaran atau bimbingan dan konseling yang secara nyata mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, sehingga dapat dimanfaatkan oleh rekan guru yang memerlukan dicetak dalam bentuk buku yang berisi model-model keberbasilan dalam pembelajaran sebagai publikasi.

5. Penghargaan Guru Pemenang Olimpiade

Era globalisasi menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional. Sejalan dengan itu, guru-guru bidang studi yang termasuk dalam skema Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan salah satu diterminan utama peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Kegiatan OSN untuk Guru (ONS Guru) merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran matapelajaran yang tercakup dalam kerangka OSN. Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk Guru merupakan wahana bagi guru menumbuhkembangkan semangat kompetisi dan meningkatkan kompetensi profesional atau akademik untuk memotivasi peningkatan kompetensinya dalam rangka mendorong mutu proses dan luaran pendidikan. Tujuannya adalah (1) menumbuhkan budaya kompetitif yang sehat di kalangan guru; (2) meningkatkan wawasan pengetahuan, motivasi, kompetensi, profesionalisme, dan kerja keras untuk mengembangkan IPTEK; (3) membina dan mengembangkan kesadaran ilmiah untu mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi masa kini dan yang akan datang; (4) mengangkat status guru sebagai penyandang profesi yang terhormat, mulia, bermartabat, dan terlindungi; dan (5) membangun komitmen mutu guru dan peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran secara lebih merata.

Kegiatan OSN Guru dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari di tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai dengan tingkat nasional. Hadiah dan penghargaan diberikan kepada peserta OSN Guru sebagai motivasi untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dan kegiatan pendidikan lainnya. Hadiah bagi para pemenang tingkat kabupaten/kota dan tingkat provinsi pengaturannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kepada pemenang di tingkat nasional diberi hadiah dan penghargaan dari kementerian pendidikan.

Page 58: AQIDAH AKHLAK

7. Pembinaan dan Pemberdayaan Guru Berprestasi dan Guru Berdedikasi Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membimbing

peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga maupun masyarakat. Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas pembangunan nasional, kedudukan dan peran guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi era global. Untuk itu, kemampuan profesional guru harus terus menerus ditingkatkan.

Prestasi yang telah dicapai oleh para guru berprestasi perlu terus dijaga dan dikembangkan, serta diimbaskan kepada guru lainnya. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan pemilihan guru berprestasi, perlu dilaksanakan pembinaan dan pemberdayaannya agar pengetahuan dan wawasan mereka selalu berkembang sesuai dengan kemajuan ipteks. Program kerjasama peningkatan mutu pendidik antarnegara Asia, dalam hal ini dengan The Japan Foundation, misalnya, merupakan kelanjutan program-program yang telah dilaksanakan sebelumnya. Program kerjasama ini dilaksanakan untuk memberikan penghargaan kepada guru berprestasi dengan memberikan pengalaman dan wawasan tentang penyelenggaraan pendidikan dan budaya di negara maju seperti Jepang untuk dijadikan bahan pembanding dan diimplementasikan di tempat tugas mereka.Kontinuitas pelaksanaan program kerjasama ini sangat penting, karena sangat bermanfaat bagi para guru untuk meningkatkan pengetahuannya dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

8. Penghargaan Lainnya

Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama pendidikan antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi. Kerjasama antarnegara ini dilakukan, baik di kawasan Asia maupun di kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya. Melalui kerjasama ini, guru-guru berprestasi yang terpilih diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan singkat bidang keahlian atau teknologi pembelajaran, studi kebudayaan, studi banding, dan sejenisnya. Kerjasama ini antara lain telah dilakukan dengan negara-negara Asean, Jepang, Australia, dan lain-lain. Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah Konstitusi tingkat nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan jenjang. Penerima penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi secara berjenjang mulai dari tingkat Sekolah/Madrasah, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat nasional.

5.6. Tunjangan Guru

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas pertimbangan prestasi dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan demikian, penghasilan dimaksud merupakan hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan tonggak sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia. Menyusul lahirnya UU ini, pemerintah telah mengatur beberapa sumber penghasilan guru selain gaji

Page 59: AQIDAH AKHLAK

pokok, yaitu tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.

1. Tunjangan Profesi

Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional atau akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan sertifikat pendidik kepada mereka. Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat keprofesionalan guru.

Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menamanatkan bahwa "Pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat”. Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong dan memotivasi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya dalam melaksanakan tugas di Sekolah/Madrasah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai peserta didiknya. Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Guru yang sudah bersertifikat akan menerima tunjangan profesinya jika guru yang bersangkutan mampu membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam tatap muka per minggu dan persyaratan lainnya.

Guru akan menerima tunjangan profesi sampai yang bersangkutan berumur 60 tahun. Usia ini adalah batas pensiun bagi PNS guru. Setelah berusia 60 tahun guru tetap berhak mengajar di manapun, baik sebagai guru tidak tetap maupun guru tetap yayasan untuk Sekolah/Madrasah swasta, dan menyandang predikat guru bersertifikat, namun tidak berhak lagi atas tunjangan profesi. Meski guru memiliki lebih dari satu sertifikat profesi pendidik, mereka hanya berhak atas “satu” tunjangan profesi.

Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu. Hal ini bermakna, bahwa guru bukan PNS pun akan mendapat tunjangan yang setara dengan guru PNS dengan kualifikasi akademik, masa kerja, serta kompetensi yang setara atau ekuivalen. Bagi guru bukan PNS, tunjangan profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan disesuaikan jenjang jabatan dan kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi tersebut dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

2. Tunjangan Fungsional

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 17 ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi tunjangan fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di Sekolah/Madrasah yang diselenggarakan oleh masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan subsidi tunjangan fungsional ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat (3).

Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS seharusnya sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki. N amun saat ini baru diberikan tunjangan tenaga kependidikan berdasarkan pada golongan/ruang kepangkatan/jabatannya. Khusus mengenai besarnya subsidi tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS, agaknya memerlukan aturan tersendiri, berikut persyaratannya.

Page 60: AQIDAH AKHLAK

3. Tunjangan Khusus Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan

Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen Pemerintah untuk terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan guru dan dosen, di samping peningkatan profesionalismenya. Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan di di daerah khusus berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan setara dengan satu kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru di Daerah Khusus, sasaran dari program ini adalah guru yang bertugas di daerah khusus. Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksudkan dengan Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain. a. Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor geografis yang relatif sulit

dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil; dan daerah dengan faktor geomorfologis lainnya yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi maupun media komunikasi, dan tidak memiliki sumberdaya alam.

b. Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah daerah yang mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta tidak dilibatkan dalam kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan yang mengakibatkan daerah belum berkembang.

c. Daerah perbatasan dengan negara lain adalahbagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah negara di darat maupun di laut kawasan perbatasan berada di kecamatan; dan pulau kecil terluar dengan luas area kurang atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan Nasional.

d. Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di wilayah yang terkena bencana alam (gempa, longsor, gunung api, banjir, dsb) yang berdampak negatif terhadap layanan pendidikan dalam waktu tertentu.

e. Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi yang membahayakan guru dalam melaksanakan tugas dan layanan pendidikan dalam waktu tertentu.

f. Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam keadaan yang sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami bahaya, kelaparan dan sebagainya yang memerlukan penanggulangan dengan segera.

Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Penetapan Daerah Khusus ini rumit dan tentatif adanya. Sebagai “katup pengaman” sejak tahun 2007, pemerintah memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah Khusus atau Daerah Terpencil di 199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp 1.350.000 per bulan. Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi daerah yang ditempati sangat sulit, juga memotivasi guru untuk tetap mengajar di Sekolah/Madrasah tersebut. Pada sisi lain, pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia mengajar di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah terpencil diharapkan juga semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan khusus ini.

Page 61: AQIDAH AKHLAK

4. Maslahat Tambahan Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam rangka

implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh guru dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 19 ayat (2), dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan bagi guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk : (1) memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan guru dalam melaksanakan tugas; (2) memberikan penghargaan kepada guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya dalam dunia pendidikan; dan (3) memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik dan bermutu kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi. Dengan demikian, pemberian maslahat tambahan akan bermanfaat untuk: (i) mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi guru; (2) memberikan rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru; (3) merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten terhadap profesi guru hingga akhir masa bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. Latihan dan Renungan 1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan berikan contohnya? 2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan berikan contohnya? 3. Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan contohnya? 4. Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan berikan contohnya? 5. Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru! 6. Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru! 7. Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan penghargaan kepada guru atas

dasar prestasi kerja? 8. Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil

perlu diberi tunjangan khusus?

Page 62: AQIDAH AKHLAK

6. Etika Profesi 6.1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa

Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi oleh masyarakat sebagai “profesi kelas dua”. Idealnya, pilihan seseorang untuk menjadi guru adalah “panggilan jiwa” untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus.

Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.

Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam itu, guru profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara terus-menerus, memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri, mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional bercirikan seperti berikut ini. 1. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu. 2. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang

“seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial. 3. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna

etika kerja dan tata santun berhubunngan dengan atasannya. 4. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan

gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk merangsang pertumbuhan diri.

5. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan kebijakan bidang pendidikan.

6. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan dirinya.

7. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan mengatur dirinya.

8. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi perbaikan-diri.

9. Memiliki empati yang kuat. 10. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas

Sekolah/Madrasah, dan masyarakat. 11. Men unjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja. 12. Men unjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung. 13. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut

mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri. 14. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga

sosial dengan berbagai ragam perspektif. Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai

seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah

Page 63: AQIDAH AKHLAK

menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristikkarakteristik profesi seperti berikut ini. a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan

dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.

b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi “guru”, akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.

c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada klien. Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga akademik biasa.

d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik.

e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization. Istilah mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.

f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah di kelas, di lingkungan Sekolah/Madrasah, bahkan di luar Sekolah/Madrasah. Di dunia kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat sekalipun.

g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja.

h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi “malpraktik”, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggungjawab kepada komunita, terutama anak didiknya. Replika tanggungjawab ini menjelma dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.

i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini adalah standar gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa layanan darinya.

j. Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.

6.2. Definisi Etika Profesi

Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan Guru, pembinaan etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan

Page 64: AQIDAH AKHLAK

ini perlu didefinisikan. 1. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum

yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang profesi sejenis untuk mengembangkan profesionalitas anggotanya.

2. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan nasional.

3. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.

4. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau asosiasi profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran, pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru.

5. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar Sekolah/Madrasah.

6. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis untuk menciptakan kondisi agar guru berbuat sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang dalam proses pendidikan dan pembelajaran di Sekolah/Madrasah, serta menjalani kehidupan di masyarakat.

6.3. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan

bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru wajib: 1. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan 2. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik Guru dan

Ikrar atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing.

3. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan-peraturan dan disiplin yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing.

4. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif. 5. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi guru

dimana dia terdaftar sebagai anggota. 6. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar

sebagai anggota. 7. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia

terdaftar sebagai anggota. 8. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi profesi dimana

dia terdaftar sebagai anggota. 9. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru harus

memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan perundangundangan.

Page 65: AQIDAH AKHLAK

6.4. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi

yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika bekerja mereka harus menjunjung tinggi etika profesi. Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.

Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Penyandang profesu guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Dalam melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan profesi secara beretika. Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Disamping itu, guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja maupun tidak.

Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh Kode Etik. Kode Etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Kode Etik dimaksud merupakan standar etika kerja bagi penyandang profesi guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa “Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat independen.” Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.

Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.

Page 66: AQIDAH AKHLAK

6.5. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus menyadari

sepenuhnya, bahwa Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau nama lain sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru, merupakan pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami, menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat.

Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan normanorma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud. Dampak ikutannya adalah, proses pendidikan dan pembelajaran yang memenuhi kriteria edukatif berjalan secara efektif dan efisien di Sekolah/Madrasah.

Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.

KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa “semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini.” Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI sebagaimana dimaksud. Sangat mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati. Kalau memang demikian, itu pun selayaknya menjadi acuan guru dalam menjalankan tugas keprofesian.

1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga Sekolah/Madrasah, dan anggota masyarakat.

c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.

e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana

Page 67: AQIDAH AKHLAK

Sekolah/Madrasah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.

f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.

h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.

i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya.

j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil. k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan

hak-hak peserta didiknya. l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian

bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari

kondisikondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.

n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.

p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

2. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan

orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan. b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif

mengenai perkembangan peserta didik. c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang

bukan orangtua/walinya. d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi

dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan. e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan

kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya. f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya

berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.

g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

3. Hubungan Guru dengan Masyarakat a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien

dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan. b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan

meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan

Page 68: AQIDAH AKHLAK

martabat profesinya. e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat

berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.

f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.

g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.

h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Hubungan Guru dengan Sekolah/Madrasah dan Rekan Sejawat a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi

Sekolah/Madrasah. b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan

proses pendidikan. c. Guru menciptakan suasana Sekolah/Madrasah yang kondusif. d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar Sekolah/Madrasah. e. Guru menghormati rekan sejawat. f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat. g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan

dengan standar dan kearifan profesional. h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh

secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.

i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.

j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.

k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.

l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.

m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.

n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.

o. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbanganpertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.

q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

5. Hubungan Guru dengan Profesi a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi. b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan

bidang studi yang diajarkan. c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya. d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan

tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

Page 69: AQIDAH AKHLAK

e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.

f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya.

g. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.

h. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.

6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif

dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.

b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.

c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.

d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.

f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.

g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.

h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Hubungan Guru dengan Pemerintah a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan

bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.

b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya.

c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.

e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

F. Pelanggaran dan Sanksi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan pedoman sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru, karenanya, berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, Sekolah/Madrasah dan rekan seprofesi, organisasi atau asosiasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Untuk tujuan itu, Kode Eik Guru dikembangkan atas

Page 70: AQIDAH AKHLAK

dasar nilai-nilai dasar sebagai sumber utamanya, yaitu: (1) agama dan Pancasila; (2) kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (3) nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.

Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian. Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakana KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru. Guru yang melanggar KEGI dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan negara.

Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai disanksi karena tudingan melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi objektif. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap KEGI merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian sanksi oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.

Rekomendasi DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. Tentu saja, istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru. Selain itu, siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran KEGI wajib melapor kepada DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang. Tentu saja, setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum menurut jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan DKGI. Latihan dan Renungan 1. Apa esensi etika profesi guru? 2. Sebutkan karakteristik utama profesi guru! 3. Mengapa guru harus memiliki komitmen terhadap Kode Etik? 4. Mengapa UU No. 14 Tahun 2005 mewajibkan guru menjadi anggota organisasi

profesi? 5. Apa implikasi kewajiban menjadi anggota organisasi profesi bagi guru? 6. Apa peran DKGI dalam kerangka penegakan Kode Etik Guru?

Page 71: AQIDAH AKHLAK

6.Rangkuman Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik sekarang merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan, serta menjadi insan agamais. Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat minim. Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru yang sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi yang disadari pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi pembangunan masa depan bangsa.

Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan kegiatan sejenis bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi kependidikan itu sendiri. Frasa “tenaga kependidikan” ini sangat dikenal baik secara akademik maupun regulasi.

Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan dua jenis “profesi” atau pekerjaan yang saling mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja, tanpa dukungan tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional sekali pun tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru yang profesional sebagai aktor langsung di dalam dan di luar kelas, termasuk di laboratoium Sekolah/Madrasah.

Karenanya, ketika berbicara mengenai “profesi kependidikan”, semua orang akan melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di mana di dalamnya termasuk pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

Page 72: AQIDAH AKHLAK

menyelenggarakan pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam “rumpun pendidik”, kini telah memiliki definisi tersendiri.

Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini adalah sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu: (1) tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih; dan (3) pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala Sekolah/Madrasah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar Sekolah/Madrasah. Termasuk dalam jenis tenaga kependidikan adalah pengelola sistem pendidikan, seperti kepala kantor dinas pendidikan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Jika mau diperluas, tenaga kependidikan sesungguhnya termasuk tenaga administratif bidang pendidikan, dimana mereka berfungsi sebagai subjek yang menjalankan fungsi mendukung pelaksanaan pendidikan.

Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu: (1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan pelatih; (2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga teknis kependidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4) tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri atas kepala Sekolah/Madrasah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar Sekolah/Madrasah; dan (5) tenaga lain yang mengurusi masalahmasalah manajerial atau administratif kependidikan.

Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru, telah muncul beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru melalui Sensus Data Guru sangat diperlukan untuk merencanakan kebutuhan guru dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan proyeksi pemenuhan guru di masa mendatang. Hasil perhitungan dan rencana pemenuhan guru per kabupaten/kota perlu diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku yang dipublikasikan minimal setiap tiga tahun. Kedua, memperhitungkan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan (supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan guru dan produksi guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan guru dan rasio guru:murid dapat di pertahankan secara efektif dan optimal. Pada kondisi riil di Sekolah/Madrasah sebenarnya terjadi kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di Sekolah/Madrasah merasa teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus. Ketiga, merealisasikan pemerataan guru yang efektif dan efisien di semua satuan pendidikan di kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. Apalagi jika Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang Pemindahan Guru PNS yang masih dalam proses penyelesaian telah terbit, maka berangsur-angsur akan terjadi pemerataan guru. Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota dipindahkan ke kabupaten/kota lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung dengan tepat dan cermat kebutuhan fiskal negara terkait dengan agenda kesejahteraan guru yaitu pemberian tunjangan profesi guru, tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain. Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas pengembangan karir guru pascasertifikasi guru, yaitu: penilaian kinerja guru, peningkatan guru berkinerja rendah, pengembangan keprofesian guru berkelanjutan, dan pengembangan karier guru.

Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Beranjak dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan perhatian dan priotitas utama. 1. Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

Page 73: AQIDAH AKHLAK

2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara komprehensif berkaitan dengan:

a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru dengan mempertimbangkan kebutuhan satuan pendidikan.

b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan kualifikasi akademik dan bidang keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan.

d. Menata dan mend istribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara nasional melalui aspek pendanaan bidang pendidikan.

e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel.

f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan akuntabel

g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan dedikasinya dan memberikan perlindungan hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan intektual.

i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah. j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir guru. 3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan

gubernur/peraturan bupati/peraturan walikota/kepala kkantor wilayah kementerian agama provinsi

Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan perumusan kebijakan yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru sebagaimana dimaksud terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan.

Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana dijelaskan di muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu ditetapkan standar mahasiswa calon guru. Standar dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat, ciri-ciri fisik, dan sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh institusi penyedia calon guru dan/atau difilter melalui seleksi calon peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian, ke depan hanya seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan direkruit sebagai calon guru. Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, bidang keahlian, dan sebaran Sekolah/Madrasah. Dalam kaitannya dengan rekruitmen calon guru, sudah seharusnya menjadi kebijakan nasional yang tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karirnya. Atas dasar itu, kiranya diperlukan regulasi baru atau merevitalisasi manajemen guru yang mampu mensinergikan lembaga penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya.

Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru Indonesia bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Dalam melaksanakan tugas profesinya itu, guru Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan KEGI sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru membentuk Dewan kehormatan yang keanggotaan serta mekanisme kerjanya diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru. Dewan Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru.

Page 74: AQIDAH AKHLAK

Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.

Page 75: AQIDAH AKHLAK

Daftar Pustaka Dian Mahsunah, dkk. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun

2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Pendidikan Nasional. Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag

tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 Produk hukum yang berkaitan dengan Penilaian Kinerja, Pengembangan Keprofesian

Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan Uji Kompetensi Guru Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta, Bandung, 2010 -------, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke Profesional Madani, Media

Perhalindo, Jakarta, 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982

Page 76: AQIDAH AKHLAK

MODUL 2: KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

DAN IMPLEMENTASINYA

A. Peta Konsep

B. Tujuan Pelatihan

Peserta dapat:

1. Menjelaskan konsep dasar dan elemen perubahan Kurikulum 2013

2. Menjelaskan Landasan-Landasan Kurikulum 2013

3. Menjelaskan Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikurulum 2013

4. Menjelaskan Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2013

5. Menjelaskan Struktur, SKL, KI dan KD Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI, MTs dan MA

6. Menganalisis keterkaitan SKL, KI dan KD mata pelajaran Akidah Akhlak

C. Skenario Pelatihan

1. Pengantar, fasilitator menyampaikan pengantar tentang latarbelakang diimplementasikannya Kurikulum 2013

(15 menit ).

2. Diskusi kelompok dan presentasi, fasilitator membagi peserta ke dalam 6 kelompok. Peserta diminta untuk

mendiskusikan tentang konsep dan elemen perubahan kurikulum 2013, Landasan, Prinsip- prinsip

Pengembangan Kurikulum, Struktur Kurikulum, SKL, KI dan KD mata pelajaran Akidah Akhlak. Dengan

presentasi bergantian kelompok, fasilitator memandu untuk menyamakan persepsi. (85 menit).

3. Masing-masing peserta diminta menganalisis keterkaitan SKL, KI dan KD mata pelajaran Akidah Akhlak dan

mengembangkan indikatornya sesuai dengan bahan yang akan digunakan untuk ujian praktek (90 menit).

4. Refleksi, fasilitator memberikan refleksi dari hasil diskusi dan analisis peserta tentang SKL, KI dan KD mata

pelajaran Akidah Akhlak (30 menit).

Struktur SKL, KI dan KD Akidah Akhlak

Landasan-Landasan Kurikulum 2013

Konsep dasar dan elemen perubahan Kurikulum 2013

KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

Acuan Operasional Kurikulum

2013

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Page 77: AQIDAH AKHLAK

5. Penutup, fasilitator menutup sesi ini dengan menegaskan bahwa guru harus memahami urgensi perubahan

kurikulum sesuai dengan tuntutan zaman (10 menit).

D. Uraian Materi

1. Pendahuluan

a. Kerangka Umum

Kerangka dasar kurikulum Madrasah merupakan landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis dan yuridis

yang berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur kurikulum. Sedang struktur kurikulum Madrasah merupakan

pengorganisasian kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar dan kompetensi dasar pada setiap Madrasah.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam segala urusan

yang menjadi tanggung jawabnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, madrasah adalah salah satu bagian penting dari sistem pendidikan di

Indonesia. Lebih khusus lagi porsi bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang cukup besar, dimaksudkan

untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia.

b. Latar Belakang Pengembangan

1). Pengertian Kurikulum

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan

pembelajaran.

2). Rasional Pengembangan

a). Tantangan Pengembangan

Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan bagi umat Islam, agar dapat memahami secara benar ajaran

Islam sebagai agama yang sempurna (kaamil), kesempurnaan ajaran Islam yang dipelajari secara integral (kaaffah)

diharapkan dapat meningkatkan kualitas umat Islam dalam keseluruhan aspek kehidupanya. Agar ajaran Islam

dapat dipelajari secara efektif dan efisien, maka perlu dikembangkan kurikulum pendidikan agama Islam sesuai

dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Demikian pula dengan mata pelajaran Bahasa Arab yang sangat

diperlukan sebagai alat untuk mempelajari dan mendalami sumber-sumber primer dari Pendidikan Agama Islam

yang menggunakan Bahasa Arab terutama Al-Qur’an dan Hadis.

Selain adanya ketentuan legal-formal yang mengharuskan adanya perubahan dan penyempurnaan kurikulum,

Page 78: AQIDAH AKHLAK

masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia mengalami perubahan yang sangat cepat dan dalam dimensi

yang beragam terkait dengan kehidupan individual, masyarakat, bangsa dan umat manusia. Fenomena globalisasi

yang membuka batas-batas fisik (teritorial) negara dan bangsa dipertajam dan dipercepat oleh kemajuan teknologi,

terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan memperkuat dampak globalisasi dan kemajuan teknologi tersebut. Perubahan

yang terjadi dalam dua dasawarsa terakhir mengalahkan kecepatan dan dimensi perubahan yang terjadi dalam

kehidupan manusia di abad-abad sebelumnya. Perubahan tersebut telah menjangkau kehidupan manusia dari

tingkat global, nasional, dan regional serta dari kehidupan sebagai umat manusia, warga negara, anggota

masyarakat dan pribadi.

Perubahan dan penyempurnaan tersebut menjadi penting seiring dengan kontinuitas segala kemungkinan

yang terjadi berkaitan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya pada

tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan.

Rekonseptualisasi ide kurikulum merupakan penataan ulang pemikiran teoritik kurikulum berbasis

kompetensi. Teori mengenai kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi diarahkan kepada pikiran pokok

bahwa konten kurikulum adalah kompetensi, dan kompetensi diartikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu

(ability to perform) berdasarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal tersebut terumuskan dalam Kompetensi

Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Ketetapan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Agama memperlihatkan arah yang jelas

bahwa kurikulum baru yang dikembangkan perlu mempedulikan aspek-aspek potensi manusia yang terkait dengan

domain sikap untuk pengembangan soft-skills yang seimbang dengan hard-skills, seiring dengan ruh Pendidikan

Agama Islam itu sendiri.

Desain pengembangan kurikulum baru harus didasarkan pada pengertian bahwa kurikulum adalah suatu pola

pendidikan yang utuh untuk jenjang pendidikan tertentu. Desain ini menempatkan mata pelajaran sebagai organisasi

konten kurikulum yang terbuka dan saling mempengaruhi. Desain kurikulum yang akan digunakan untuk

mengembangkan kurikulum baru harus mampu mengaitkan antar konten kurikulum baik yang bersifat horizontal

maupun vertikal.

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan

internal maupun tantangan eksternal. Di samping itu, dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman, perlu

adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi.

Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban

belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.

b). Penyempurnaan Pola Pikir

Untuk memenuhi pengembangan kerangka berpikir yang sesuai dengan kebutuhan, maka kurikulum 2013

dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik

harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

Page 79: AQIDAH AKHLAK

2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-

peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari

siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin

diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);

5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat

pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak

(multidisciplines); dan

9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

c). Penguatan Tata Kelola

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan

Kurikulum 2013 diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013

dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif;

2) penguatan manajeman madrasah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala madrasah sebagai

pimpinan kependidikan (educational leader); dan

3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

d). Karakteristik Kurikulum

Kurikulum 2013 ini dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,

kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) madrasah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana

peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat

sebagai sumber belajar;

3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di

madrasah dan masyarakat;

4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar

mata pelajaran;

Page 80: AQIDAH AKHLAK

6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, di mana

semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam kompetensi inti;

7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan

memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

2. Landasan Kurikulum 2013.

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai

kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,

hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah dikembangkan

dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi

manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.

Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk

pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum

2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:

1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa

mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa

Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar

bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa

depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan

pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas

mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan

kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar

yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi

kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan

mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan

bangsa masa kini.

2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi anak

bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi

kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan

kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari

dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat

kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik.

Page 81: AQIDAH AKHLAK

3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui

pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran

adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata

pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

intelektual dan kecemerlangan akademik.

4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan

berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi

untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social

reconstructivism).

b. Landasan Teoritis Kurikulum

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education),

dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar

menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi,

standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan

prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis

kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluasluasnya bagi peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses

yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di madrasah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman

belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan

awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,

sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

c. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

3) Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);

Page 82: AQIDAH AKHLAK

4) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta

Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 142);

5) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia

Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;

6) Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal

Kementerian Agama;

7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah;

8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar

dan Menengah;

9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah;

10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

11) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

12) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;

13) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

14) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum

Sekolah /Madrasah

3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk

mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta

didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan nasional sesuai tujuan pendidikan, keragaman

karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak

Page 83: AQIDAH AKHLAK

diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib dan muatan lokal.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang

secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik

untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum satuan pendidikan dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan

(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya

kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu

memperhatikan keseimbangan antara hard skills dan soft skills pada setiap kelas antarmatapelajaran, dan

memperhatikan kesinambungan hard skills dan soft skills antarkelas.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan),

bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar

semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan kemampuan peserta

didik untuk belajar sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan

formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu

berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk membangun

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi

dan memberdayakan sejalan dengan Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Kepentingan nasional diwujudkan melalui kurikulum tingkat nasional, sedangkan

kepentingan daerah diwujudkan melalui kurikulum tingkat daerah.

4. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara

utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan

takwa serta akhlak mulia.

b. Kebutuhan kompetensi masa depan

Kemampuan-kemampuan yang perlu dikuasai generasi yang hidup di masa depan tidak lagi menitikberatkan

pada penguasaan materi dan berpikir rutin, karena kedua kemampuan itu telah dilakukan oleh komputer.

Kemampuan kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi, kreatif, berpikir jernih dan kritis

Page 84: AQIDAH AKHLAK

dengan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggungjawab,

toleran, hidup dalam masyarakat yang mengglobal, serta memiliki minat luas dalam kehidupan, kesiapan untuk

bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan rasa tanggungjawab terhadap lingkungan. Kurikulum

harus mampu menjawab tantangan ini sehingga perlu mengembangkan kemampuan-kemampuan ini dalam

proses pembelajaran.

c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta

didik

Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang

memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu,

kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,

emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.

d. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Masing-masing

daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.

Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan

kebutuhan pengembangan daerah.

e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan

bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.

Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.

f. Tuntutan dunia kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa

kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup

untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan

kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS)

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana

IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan

adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan.

Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan

perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

h. Agama

Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman, taqwa, serta akhlak mulia dan tetap

memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata

pelajaran ikut mendukung peningkatan iman, taqwa, dan akhlak mulia.

i. Dinamika perkembangan global

Page 85: AQIDAH AKHLAK

Kurikulum menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia

digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri

dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.

j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi

landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuhkankembangkan wawasan dan sikap

kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

k. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan

menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan

terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

l. Kesetaraan jender

Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku yang berkeadilan dengan memperhatikan

kesetaraan jender.

m. Karakteristik satuan pendidikan

Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.

5. Struktur Kurikulum

1. Kompetensi Inti Kurikulum

Sejalan dengan filosofi progresivisme dalam pendidikan, Kompetensi Inti ibaratnya adalah anak tangga yang

harus ditapaki peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang Madrasah Aliyah. Kompetensi Inti (KI)

meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui

Kompetensi Inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar (KD) pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi, Kompetensi Inti juga memiliki

multidimensi. Untuk kemudahan operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua.

Pertama, sikap spiritual yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang beriman dan

bertakwa. Kedua, sikap sosial yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang

berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi

dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Dalam hal ini mata pelajaran diposisikan sebagai sumber

kompetensi. Apapun yang diajarkan pada mata pelajaran tertentu pada suatu jenjang kelas tertentu hasil akhirnya

adalah Kompetensi Inti yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang kelas tersebut. Tiap mata pelajaran harus

tunduk pada Kompetensi Inti yang telah dirumuskan. Karena itu, semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari

pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap pembentukan Kompetensi Inti.

Page 86: AQIDAH AKHLAK

Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap mata pelajaran apa yang dapat dikontribusikannya dalam

membentuk kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Ibaratnya, Kompetensi Inti adalah pengikat

berbagai kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta berfungsi sebagai

integrator horizontal antar mata pelajaran. Dalam konteks ini, kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran

karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi Inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik,

sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur

pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan

pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar.

Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan kompetensi dasar satu kelas dengan kelas di

atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antar kompetensi

yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara kompetensi dasar satu mata pelajaran

dengan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu kelas yang sama sehingga terjadi proses

saling memperkuat.

Rumusan Kompetensi Inti dalam buku ini menggunakan notasi: 1) KI-1 untuk Kompetensi Inti sikap spiritual,

2) KI-2 untuk Kompetensi Inti sikap sosial, 3) KI-3 untuk Kompetensi Inti pengetahuan (pemahaman konsep), 4) KI-

4 untuk kompetensi inti keterampilan. Urutan tersebut mengacu pada urutan yang disebutkan dalam Undang-

undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa kompetensi terdiri dari

kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Selanjutnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah dirumuskan untuk jenjang satuan pendidikan

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) dipergunakan untuk

merumuskan kompetensi dasar (KD) yang diperlukan untuk mencapainya. Mengingat standar kompetensi lulusan

harus dicapai pada akhir jenjang. Sebagai usaha untuk memudahkan operasional perumusan kompetensi dasar,

diperlukan tujuan antara yang menyatakan capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas pada setiap jenjang

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun Madrasah Aliyah (MA). Capaian kompetensi pada

tiap akhir jenjang kelas dari Kelas I sampai VI, Kelas VII sampai dengan IX, Kelas X sampai dengan Kelas XII disebut

dengan Kompetensi Inti.

a. Tabel Kompetensi Inti Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Kelas I, II, III

KOMPETENSI INTI KELAS I KOMPETENSI INTI KELAS II

KOMPETENSI INTI KELAS III

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

Page 87: AQIDAH AKHLAK

dan guru.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kelas IV,V,VI

KOMPETENSI INTI KELAS IV

KOMPETENSI INTI KELAS V

KOMPETENSI INTI KELAS VI

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis,dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

Page 88: AQIDAH AKHLAK

KOMPETENSI INTI KELAS IV

KOMPETENSI INTI KELAS V

KOMPETENSI INTI KELAS VI

dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

b. Tabel Kompetensi Inti Madrasah Tsanawiyah (MTs)

KOMPETENSI INTI KELAS VII

KOMPETENSI INTI KELAS VIII

KOMPETENSI INTI KELAS IX

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

c. Tabel Kompetensi Inti Madrasah Aliyah (MA)

KOMPETENSI INTI KELAS X

KOMPETENSI INTI KELAS XI

KOMPETENSI INTI KELAS XII

Page 89: AQIDAH AKHLAK

KOMPETENSI INTI KELAS X

KOMPETENSI INTI KELAS XI

KOMPETENSI INTI KELAS XII

1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan,menganalisis pengetahuanfaktual, konseptual, proseduralberdasarkan rasa ingintahunyatentang ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, danhumaniora dengan wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradabanterkait penyebab fenomena dankejadian, serta menerapkanpengetahuan prosedural padabidang kajian yang spesifiksesuai dengan bakat danminatnya untuk memecahkanmasalah

3. Memahami, menerapkan, danmenganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif berdasarkanrasa ingin tahunya tentang ilmupengetahuan, teknologi, seni,budaya, dan humaniora denganwawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, danperadaban terkait penyebabfenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuanprosedural pada bidang kajianyang spesifik sesuai denganbakat dan minatnya untukmemecahkan masalah.

3. Memahami, menerapkan,menganalisis dan mengevaluasipengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitifberdasarkan rasa ingin tahunyatentang ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, danhumaniora dengan wawasankemanusiaan, kebangsaan,kenegaraan, dan peradaban terkaitpenyebab fenomena dan kejadian,serta menerapkan pengetahuanprosedural pada bidang kajianyang spesifik sesuai dengan bakatdan minatnya untuk memecahkanmasalah.

4. Mengolah, menalar, danmenyaji dalam ranah konkretdan ranah abstrak terkaitdengan pengembangan dariyang dipelajarinya di sekolahsecara mandiri, dan mampumenggunakan metoda sesuaikaidah keilmuan.

4. Mengolah, menalar, dan menyajidalam ranah konkret dan ranahabstrak terkait denganpengembangan dari yangdipelajarinya di sekolah secaramandiri, bertindak secara efektifdan kreatif, serta mampumenggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4. Mengolah, menalar, menyaji, danmencipta dalam ranah konkret danranah abstrak terkait denganpengembangan dari yangdipelajarinya di sekolah secaramandiri serta bertindak secaraefektif dan kreatif, mampumenggunakan metoda sesuaikaidah keilmuan.

a. Beban Belajar dan Struktur Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (MI)

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU

BELAJAR PER-MINGGU

I II III IV V VI

Kelompok A

1. Pendidikan Agama Islam

Page 90: AQIDAH AKHLAK

a. Al-Qur’an Hadis 2 2 2 2 2 2

b. Akidah Akhlak 2 2 2 2 2 2

c. Fikih 2 2 2 2 2 2

d. Sejarah Kebudayaan Islam - - 2 2 2 2

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 5 5 6 5 5 5

3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7

4. Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2

5. Matematika 5 6 6 6 6 6

6. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3

7. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3

Kelompok B

1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 34 36 40 43 43 43

b. Beban Belajar dan Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan

karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Madrasah

Tsanawiyah sebagaimana tabel berikut.

Tabel : Mata Pelajaran Madrasah Tsanawiyah

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR

PER MINGGU VII VIII IX

Kelompok A 1. Pendidikan Agama Islam a. AlQur'an Hadis 2 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2 2 c. Fiqih 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2 2. Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 3 3 3 3. Bahasa Indonesia 6 6 6 4. Bahasa Arab 3 3 3 5. Matematika 5 5 5 6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 8. Bahasa Inggris 4 4 4 Kelompok B 1. Seni Budaya 3 3 3 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3 3 3. Prakarya 2 2 2

Page 91: AQIDAH AKHLAK

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 46 46 46

c. Beban Belajar dan Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah (MA)

Beban belajar dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu selama satu semester. Beban belajar di Madrasah

Aliyah untuk kelas X, XI, dan XII sekurang-kurangnya masing-masing 51 jam per minggu. Durasi satu jam pelajaran

untuk Madrasah Aliyah adalah 45 menit.

Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, serta Peminatan Ilmu Bahasa

dan Budaya. satu semester terdiri atas 18 minggu, beban belajar ini terdiri atas Kelompok Mata Pelajaran Wajib A

dan B dengan durasi 33 jam pelajaran untuk kelas X dan 31 untuk kelas XI dan XII. Kelompok Mata Pelajaran

Peminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII. Sedangkan

Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman 6 jam pelajaran untuk kelas X dan 4 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII.

Angka-angka di atas adalah beban minimal, sehingga melalui pendekatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

pengelola dengan persetujuan komite dan orangtua peserta didik dapat menambah jam pelajaran sesuai

kebutuhan.

Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Agama satu semester terdiri atas 18 minggu, beban belajar ini terdiri atas

Kelompok Mata Pelajaran Wajib A dan B dengan durasi 33 jam pelajaran untuk kelas X dan 31 untuk kelas XI dan

XII. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jam pelajaran untuk

kelas XI dan XII. Sedangkan Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman 6 jam pelajaran untuk kelas X dan 4 jam

pelajaran untuk kelas XI dan XII. Angka-angka di atas adalah beban minimal, sehingga melalui pendekatan

kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengelola dengan persetujuan komite dan orangtua peserta didik dapat

menambah jam pelajaran sesuai kebutuhan.

Penambahan jam ini sejalan dengan perubahan proses pembelajaran peserta didik aktif, yaitu proses

pembelajaran yang mengedepankan pentingnya peserta didik mencari tahu melalui proses mengamati, menanya,

mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Proses pembelajaran semacam ini menghendaki kesabaran guru

dalam mengarahkan peserta didik sehingga mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa

yang sudah mereka pelajari di lingkungan madrasah dan masyarakat sekitarnya.

Tambahan jam pelajaran ini juga diperlukan supaya guru dapat mengamati lebih jelas kemajuan peserta

didiknya mengingat kompetensi yang diharapkan dari proses pembelajaran ini adalah kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Pengukuran kompetensi sikap dan keterampilan membutuhkan pengamatan yang

lebih lama dibandingkan dengan pengukuran kompetensi pengetahuan. Penilaian untuk ketiga macam kompetensi

ini harus berdasarkan penilaian proses dan hasil, antara lain melalui sistem penilaian otentik yang tentunya

membutuhkan waktu penilaian yang lebih lama.

Selanjutnya mata pelajaran sebagai unit organisasi kompetensi dasar yang terkecil, karena itu untuk

mencapai kebutuhan kompetensi lulusan diperlukan beberapa mata pelajaran. Mata pelajaran yang dipergunakan

sebagai sumber kompetensi dalam pencapaian kompetensi lulusan, posisi mata pelajaran dalam kurikulum,

distribusi mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per

minggu untuk setiap peserta didik dirumuskan sebagai Struktur Kurikulum.

Page 92: AQIDAH AKHLAK

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi

konten mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar

untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum merupakan

aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem

pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah sistem semester sedangkan

pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Struktur kurikulum sebagai gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang

pesprta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Lebih lanjut, struktur

kurikulum menggambarkan posisi belajar seorang peserta didik yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh

mata pelajaran yang tercantum dalam struktur, ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menentukan berbagai pilihan sesuai minat dan kemampuanya.

Struktur kurikulum Madrasah Aliyah terdiri atas: Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh

peserta didik Madrasa Aliyah. Kelompok mata pelajaran peminatan harus diikuti oleh peserta didik sesuai dengan

bakat, minat, dan kemampuannya. Mata pelajaran pilihan lintas minat, untuk tingkat Madrasah Aliyah Pemintaan

ilmu-ilmu Keagamaan dapat menambah dengan mata pelajaran kelompok peminatan ilmu-ilmu alam, sosial

ataupunn bahasa, demikian juga berlaku untuk peminatan IPA,IPS dan Bahasa. Adapun struktur kurikulum

Madrasah Aliyah sebagai berikut:

Struktur Kurikulum 2013: Peminatan Matematika dan Ilmu Alam Tingkat Madrasah Aliyah

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU

PER MINGGU X XI XII

Kelompok A (Wajib) 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur'an Hadis 2 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2 2 c. Fikih 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2

2. Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahasa Arab 4 2 2 5. Matematika 4 4 4 6. Sejarah Indonesia 2 2 2 7. Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib) 1. Seni Budaya 2 2 2 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3 3 3. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumalah Jam Kelompok A dan B Per Minggu 33 31 31 Kelompok C (Peminatan) Peminatan Matematika dan Ilmu Alam

1 Matematika 3 4 4

Page 93: AQIDAH AKHLAK

2 Biologi 3 4 4 3 Fisika 3 4 4 4 Kimia 3 4 4

Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4

Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu 51 51 51 Struktur kurikulum 2013: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Tingkat Madrasah Aliyah

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU

PER MINGGU X XI XII

Kelompok A (Wajib) 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur'an Hadis 2 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2 2 c. Fikih 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2

2. Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahasa Arab 4 2 2 5. Matematika 4 4 4 6. Sejarah Indonesia 2 2 2 7. Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B (Wajib) 1. Seni Budaya 2 2 2 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3 3 3. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 Jumalah Jam Kelompok A dan B Per Minggu 33 31 31 Kelompok C (Peminatan) Peminatan Ilmu-ilmu Sosial 1 Geografi 3 4 4 2 Sejarah 3 4 4 3 Sosiologi 3 4 4 4 Ekonomi 3 4 4 Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4

Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu 51 51 51

Struktur Kurikulum 2013: Peminatan Ilmu Bahasa Tingkat Madrasah Aliyah

MATA PELAJARAN Alokasi Waktu

Per Minggu X XI XII

Page 94: AQIDAH AKHLAK

Kelompok A (Wajib) 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur'an Hadis 2 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2 2 c. Fikih 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2 2. Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahasa Arab 4 2 2 5. Matematika 4 4 4 6. Sejarah Indonesia 2 2 2 7. Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B (Wajib) 1. Seni Budaya 2 2 2 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3 3 3. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu 33 31 31 Kelompok C (Peminatan) Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4 2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4 3 Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 4 4 Antropologi 3 4 4 Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman

Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4

Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu 51 51 51

Struktur Kurikulum 2013:Peminatan Ilmu-Ilmu Keagamaan Madrasah Aliyah

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU

PER MINGGU X XI XII

Kelompok A (Wajib) 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur'an Hadis 2 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2 2 c. Fikih 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahasa Arab 4 2 2 5. Matematika 4 4 4 6. Sejarah Indonesia 2 2 2 7. Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B (Wajib) 1. Seni Budaya 2 2 2 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3 3

Page 95: AQIDAH AKHLAK

3. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu 33 31 31 Kelompok C (Peminatan) Peminatan Ilmu-ilmu Keagamaan 1 Tafsir - Ilmu Tafsir 2 3 3 2 Hadis - Ilmu Hadis 2 3 3 3 Fiqih - Ushul Fikih 2 3 3 4 Ilmu Kalam 2 2 2 5 Akhlak 2 2 2 6 Bahasa Arab 2 3 3 Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4

Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu 51 51 51

6. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah

a. Pengertian Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

b. Tujuan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses,

standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

c. Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat

dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah,

Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.

d. Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-

masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan

monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari

monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan

di masa yang akan datang.

Kompetensi Lulusan Madrasah Ibtidaiyah

Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah Ibtidaiyah diharapkan memiliki

sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut;

Madrasah Ibtidaiyah

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Page 96: AQIDAH AKHLAK

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

Kompetensi Lulusan Madrasah Tsanawiyah

Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah Tsanawiyah diharapkan memiliki

sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut;

Madrasah Tsanawiyah

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.

Kompetensi Lulusan Madrasah Aliyah

Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah Aliyah diharapkan memiliki

sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut;

Madrasah Aliyah

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Page 97: AQIDAH AKHLAK

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

7. Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 di Madrasah

Sebagai rangkaian untuk mendukung Kompetensi Inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan

menjadi kompetensi-kompetensi dasar. Pencapaian Kompetensi Inti adalah melalui pembelajaran kompetensi dasar

yang disampaikan melalui mata pelajaran. Rumusannya dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran sebagai pendukung pencapaian.

Kompetensi Inti, kompetensi dasar dikelompokkan menjadi empat sesuai dengan rumusan Kompetensi

Inti yang didukungnya, yaitu:1). Kelompok kompetensi dasar sikap spiritual (mendukung KI-1) atau kelompok 1, 2).

Kelompok kompetensi dasar sikap sosial (mendukung KI-2) atau kelompok 2, 3). Kelompok kompetensi dasar

pengetahuan (mendukung KI-3) atau kelompok 3, dan 4). Kelompok kompetensi dasar keterampilan (mendukung

KI-4) atau kelompok 4.

Uraian kompetensi dasar yang rinci ini adalah untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti

sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. Melalui

Kompetensi Inti, tiap mata pelajaran ditekankan bukan hanya memuat kandungan pengetahuan saja, tetapi juga

memuat kandungan proses yang berguna bagi pembentukan keterampilannya. Selain itu juga memuat pesan

tentang pentingnya memahami mata pelajaran tersebut sebagai bagian dari pembentukan sikap. Hal ini penting

mengingat kompetensi pengetahuan sifatnya dinamis karena pengetahuan masih selalu berkembang.

Kemampuan keterampilan akan bertahan lebih lama dari kompetensi pengetahuan, sedangkan yang akan

terus melekat pada dan akan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Kompetensi dasar dalam kelompok

Kompetensi Inti sikap (KI-1 dan KI-2) bukanlah untuk peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak

dihafalkan, dan tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran

tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual sangat penting yang terkandung dalam materinya. Dengan kata lain,

kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI-1) dan individual-sosial (mendukung KI-2)

dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang

pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).

Untuk memastikan keberlanjutan penguasaan kompetensi, proses pembelajaran dimulai dari kompetensi

pengetahuan, kemudian dilanjutkan menjadi kompetensi keterampilan, dan berakhir pada pembentukan sikap.

Dengan demikian, proses penyusunan maupun pemahamannya (dan bagaimana membacanya) dimulai dari

Kompetensi Dasar kelompok 3. Hasil rumusan Kompetensi Dasar kelompok 3 dipergunakan untuk merumuskan

Kompetensi Dasar kelompok 4.

Page 98: AQIDAH AKHLAK

Hasil rumusan Kompetensi Dasar kelompok 3 dan 4 dipergunakan untuk merumuskan Kompetensi Dasar

kelompok 1 dan 2. Proses berkesinambungan ini untuk memastikan bahwa pengetahuan berlanjut ke ketrampilan

dan bermuara ke sikap sehingga ada keterkaitan erat yang mendekati linier antara kompetensi dasar pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

8. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Akidah Akhlak MI, MTs, MA

Di bawah ini contoh Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Akidah Akhlak

untuk MI, MTs dan MA

KELAS I SEMESTER GANJIL

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

1.1 Meyakini rukun iman. 1.2 Meyakini syahadatain. 1.3 Meyakini Allah SWT. Yang Esa (al-Apad) dan maha

Pencipta(al-Khwliq). 1.4 Menerima ketentuan hidup bersih, kasih sayang, dan rukun. 1.5 Menerima adab mandi dan berpakaian. 1.6 Menerima ketentuan menghindari hidup kotor.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

2.1 Membisakan berperilaku yang merefleksikan orang yang beriman.

2.2 Membiasakan berperilaku bertauhid. 2.3 Membiasakan hidup bersih, kasih sayang, dan rukun dalam

kehidupan sehari-hari. 2.4 Membiasakan perilaku adab mandi dan berpakaian. 2.5 Membiasakan diri untuk menghindari hidup kotor dalam

kehidupan sehari-hari. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan

cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

3.1 Mengenal enam rukun iman. 3.2 Mengenal dua kalimah syahadat sebagai bagian dari rukun

Islam yang pertama. 3.3 Mengenal sifat-sifat Allah SWT. yang terkandung dalam al-

Asmw’ al-ousnw (al-Apad dan al-Khwliq) melalui kisah Nabi Ibrahim a.s. mencari Tuhannya.

3.4 Memahami perilaku akhlak terpuji hidup bersih, kasih sayang, dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

3.5 Memahami adab mandi dan berpakaian. 3.6 Menjelaskan akhlak tercela hidup kotor dalam kehidupan

sehari-hari dan cara menghindarinya. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam

bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

4.1 Menunjukkan perilaku beriman kepada enam rukun iman. 4.2 Melafalkan dua kalimah syahadat dan artinya. 4.3 Melafalkan sifat-sifat Allah SWT. al-Apad dan al-Khwliq dan

maknanya. 4.4 Mendemonstrasikan tata cara berpakaian secara Islami. 4.5 Menunjukkan perilaku hidup bersih, kasih sayang, dan

rukun dalam kehidupan sehari-hari. 4.6 Menceritakan cara-cara menghindari hidup kotor dalam

kehidupansehari-hari.

KELAS I SEMESTER GENAP

Page 99: AQIDAH AKHLAK

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

1.1 Meyakini Allah SWT. melalui kalimat tayyibah (Basmalah). 1.2 Meyakini Allah SWT. sebagai ar-Rapmwn, ar-Raprm dan as-

Samr‘. 1.3 Menerima ketentua adab belajar, bermain, makan dan minum. 1.4 Menerima nilai keramahan dan sopan santun terhadap

orang tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari. 1.5. Menerima ketentuan untuk menghindari berbicara kotor dan

bohong/dusta, dalam kehidupan sehari-hari. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

2.1 Terbiasa membaca basmalah setiap memulai aktivitas. 2.2 Mencontoh sifat Allah ar-Rapmwn, ar- Raprm dan as-Samr‘. 2.3 Memiliki adab dalam belajar, bermain, makan dan minum. 2.4 Membiasakan sikap ramah dan sopan santun terhadap

orang tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari. 2.5. Membiasakan diri untuk menghindari akhlak tercela berbicara

kotor dan bohong/dusta, dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan

cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

3.1 Mengetahui kalimat tayyibah (Basmalah). 3.2 Mengenal sifat-sifat Allah SWT. yang terkandung dalam al-

Asmw’ al-ousnw (ar-Rapmwn, ar- Raprm dan as-Samr‘). 3.3 Memahami adab belajar, bermain, makan dan minum. 3.5 Memahami sikap ramah dan sopan santun terhadap orang

tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari. 3.6 Menjelaskan akhlak tercela berbicara kotor dan

bohong/dusta dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam

bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

4.1 Melafalkan kalimat tayyibah (Basmalah). 4.2 Melafalkan ar-Rapmwn, ar- Raprm dan as-Samr‘

dan artinya. 4.3 Menunjukkan adab belajar dan bermain secara Islami. 4.4 Mendemonstrasikan adab makan dan minum secara Islami. 4.4 Menyimulasikan sikap ramah dan sopan santun terhadap

orang tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari. 4.5 Menyajikan contohkan sikap berbicara kotor dan

bohong/dusta dalam kehidupan sehari-hari.

KELAS VII SEMESTER GANJIL

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianutnya

1.1. Menghayati nilai-nilai akidah Islam 1.2. Meyakini sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah,

ma‘ani, dan ma‘nawiyah, sifat-sifat mustahil, serta sifat jaiz Allah SWT.

1.3. Menghayati sifat ikhlas, taat, khauf, dan tobat dalam kehidupan sehari-hari

1.4. Menghayati adab salat dan zikir 1.5. Menghayati kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s. dan

umatnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku

jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2.1 Menampilkan perilaku orang yang mengimani akidah Islam dalam kehidupan sehari-hari

2.2 Menampilkan perilaku mengimani sifat-sifat Allah 2.3 Membiasakan perilaku ikhlas, taat, khauf, dan tobat dalam

kehidupan sehari-hari 2.4 Terbiasa menerapkan adab salat dan zikir 2.5 Mencontoh kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s. dan

umatnya

Page 100: AQIDAH AKHLAK

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 3. Memahami pengetahuan (faktual,

konseptual, danprosedural) berdasarkan rasa ingintahunyatentangilmupengetahuan, teknologi, seni, budayaterkaitfenomenadankejadiantampakmata

3.1. Memahami dalil, dasar, dan tujuan akidah Islam 3.2. Mengidentifikasi sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah,

salbiyah, ma‘ani, dan ma‘nawiyah beserta bukti/dalil naqli dan aqlinya, sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah SWT.

3.3. Memahami pengertian, contoh, dan dampak positif sifat ikhlas, taat, khauf, dan tobat

3.4. Memahami adab salat dan zikir 3.5. Menganalisis kisah keteladanan Nabi Sulaiman dan

umatnya 4. Mencoba, mengolah, danmenyaji dalam

ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, danmembuat) danranahabstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, danmengarang) sesuaidengan yang dipelajari di skolahdansumber lain yang samadalamsudutpandang/teori

4.1. Menyajikan fakta dan fenomena kebenaran akidah Islam 4.2. Menyajikan contoh fenomena-fenomena kehidupan yang

muncul sebagai bukti dari sifat wajib, mustahil, dan jaiz Allah SWT.

4.3. Menceritakan kisah-kisah yang berkaitan dengan dampak positif dari perilaku ikhlas, taat, khauf, dan tobat dalam fenomena kehidupan

4.4. Mensimulasikan adab salat dan zikir 4.5. Menceritakan kisah keteladanan Nabi Sulaiman dan

umatnya

KELAS VII SEMESTER GENAP

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghargaidanmenghayatiajaran

agama yang dianutnya

1.1. Meyakinisifat-sifat Allah SWT. melalui al-asmw' al-pusnw (al-‘Azrz, al-Gaffwr, al-Bwsih, an-Nwfi’, ar-Ra’yf, al-Barr, al-Fattwp, al-‘Adl, al-Qayyym)

1.2. Meyakini adanya malaikat-malaikat Allah dan makhluk gaib lainnya, seperti jin, iblis, dan setan dalam fenomena kehidupan

1.3. Menolak akhlak tercela riya’ dan nifaq 1.4. Menghayati adab membaca Al-Qur’an dan adab berdoa 1.5. Menghayati keteladanan Ashabul Kahfi

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

2.1. Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asmaa' al-husna (al-‘Azrz, al-Gaffwr, al-Bwsih, an-Nwfi’, ar-Ra’yf, al-Barr, al-Fattwp, al-‘Adl, al-Qayyym)

2.2. Memilikiperilaku beriman kepada malaikat Allah dan makhluk gaib lainnya seperti jin, iblis, dan setan dalam fenomena kehidupan

2.3. Membiasakan diri menghindari akhlak tercela riya’ dan nifaq

2.4. Terbiasa menerapkan adab membaca Al-Qur’an dan adab berdoa

2.5. Menghayati kisah keteladanan Ashabul Kahfi 3. Memahami pengetahuan (faktual,

konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3.1. Menguraikan al-asmaa’ al-husnaa (al-‘Azrz, al-Gaffwr, al-Bwsih, an-Nwfi’, ar-Ra’yf, al-Barr, al-Fattwp, al-‘Adl, al-Qayyym)

3.2. Mendeskripsikan tugas dan sifat-sifat malaikat Allah serta makhluk gaib lainnya, seperti jin, iblis, dan setan

3.3. Memahami akhlak tercela riya’ dan nifaq 3.4. Memahami adab membaca Al-Qur’an dan adab berdoa 3.5. Menganalisis kisah keteladanan Ashabul Kahfi

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,

4.1. Menyajikan fakta dan fenomena kebenaran sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asmw’ al-pusnw (al-‘Azrz, al-Gaffwr, al-Bwsih, an-Nwfi’, ar-Ra’yf, al-Barr, al-Fattwp, al-

Page 101: AQIDAH AKHLAK

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

‘Adl, al-Qayyym) 4.2. Menyajikan kisah-kisah dalam fenomena kehidupan tentang

kebenaran adanya malaikat dan makhluk ghaib lain selain malaikat

4.3. Mensimulasikan contoh perilaku riya’ dan nifaq serta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari

4.4. Menceritakan kisah keteladanan Ashabul Kahfi

KELAS X SEMESTER 1

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya 1.1. Meyakini prinsip-prinsip akidah Islam dalam kehidupan 1.2. Menghayati metode-metode peningkatan kualitas akidah

Islam dalam kehidupan 1.3. Menghayati nilai tauhid dengan benar 1.4 Menunjukkan sikap penolakan terhadap hal-hal yang

mengarah kepada perbuatan syirik dalam kehidupan sehari-hari

1.5. Meyakini pentingnya keimanan yang kuat setelah memahami ilmu kalam

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1. Menerapkan prinsip-prinsip akidah Islam dalam kehidupan 2.2.Terbiasa menerapkan metode-metode peningkatan kualitas

akidah Islam dalam kehidupan 2.3. Membiasakan diri bertauhid dengan benar 2.4 Berkomitmen membiasakan diri menghindari hal-hal yang

mengarah kepada perbuatan syirik dalam kehidupan sehari-hari

2.4 Mengamalkan ilmu kalam untuk memperbaiki sikap sosial di masyarakat

2.5. Menghargai perbedaan pendapatpara ulama ilmu kalam yang berpengaruh pada sikap keseharian

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, tehnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

3.1. Menganalisis prinsip-prinsip akidah Islam 3.2. menganalisis metode-metode peningkatan kualitas akidah

Islam 3.3. Membandingkan pengertian tauhrd dan istilah-istilah yang

terkait 3.4. Memahami pengertian, contoh dan dampak syirik 3.5. Memahami pengertian, ruang lingkup dan kedudukan ilmu

kalam dan kajian Islam

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

4.1. Menyajikan peta konsep prinsip-prinsip akidah Islam 4.2. Menyajikan berbagai konsep metode-metode peningkatan

kualitas akidah Islam 4.3. Menyajikan peta konseppengertian tauhrd dan istilah-istilah

yang terkait 4.4 Mensimulasikan praktik-praktik perbuatan syrik dalam

masyarakat 4.5. Menyusun peta konsep pengertian, ruang lingkup dan

kedudukan ilmu kalam dan kajian Islam

Page 102: AQIDAH AKHLAK

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

KELAS X SEMESTER 2

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya 1.1 Meyakini fenomena ketauhidan pada masa Nabi Adam a.s.

hingga masa Nabi Muhammad Saw. 1.2 Menolak bentuk penyimpangan umat-umat terdahulu dari

dakwah para Nabi 1.3 Menghayati perkembangan akidah pada masa Nabi

Muhammad Saw. dan masa sahabat 1.4 Menghayati faktor-faktor penyebab timbulnya aliran-aliran

ilmu kalam 1.5 Menerima fakta historis aliran Khawarij, tokoh-tokoh dan

doktrin-doktrinnya 1.6 Menerima fakta historis aliran Murji‘ah, tokoh-tokoh dan

doktrin-doktrinnya 1.7 Menerima fakta historis aliran Syi‘ah, tokoh-tokoh dan

doktrin-doktrinnya 1.8 Menerima fakta historis aliran Jabariyah dan Qadariyah,

tokoh-tokoh serta doktrin-doktrinnya 1.9 Menerima fakta historisaliran Mu‘tazilah, tokoh-tokoh dan

doktrin-doktrinnya 1.10 Menghayati aliran Asy‘ariyah, tokoh-tokoh dan doktrin-

doktrinnya 1.11 Menghayati aliran Maturidiyah, tokoh-tokoh dan doktrin-

doktrinnya 1.12 Menghayati perbedaan antara aliran-aliran ilmu kalam yang

satu dengan lainnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku

jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1. Terbiasa meneladani fenomena ketauhidan pada masa Nabi Adam a.s. hingga masa Nabi Muhammad Saw.

2.2. Menghindari bentuk penyimpangan umat-umatterdahulu dari dakwah para Nabi

2.3. Meneladani model penanamanakidah pada masa Nabi Muhammad Saw. dan masa sahabat

2.4. Menghindari faktor-faktor penyebab timbulnya aliran-aliran ilmu kalam dalamkehidupan sehari hari

2.5. Meneladani aspek positif aliran Khawarij dan menghindari aspek negatifnya

2.6. Meneladani aspek positif aliran Murji‘ah dan menghindari aspek negatifnya

2.7. Meneladani aspek positif aliran Syi‘ah dan menghindari aspek negatifnya

2.8. Meneladani aspek positif aliran Jabariyah dan Qadariyah dan menghindari aspek negatifnya

2.9. Meneladani aspek positif aliran Mu‘tazilah dan menghindari aspek negatifnya

2.10. Meneladani aspek positif aliran Asy‘ariyah 2.11. Meneladani aspek positif aliran Maturidiyah 2.12. Meneladani aspek positif perbedaan antara aliran-aliran

ilmu kalam yang satu dengan lainnyadan menghindari aspek negatifnya

Page 103: AQIDAH AKHLAK

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, tehnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

3.1 Membandingkan fenomena ketauhidan pada masa Nabi Adam a.s. hingga masa Nabi Muhammad Saw.

3.2 Mengidentifikasi bentuk penyimpangan umat-umat terdahulu dari dakwah para Nabi

3.3 Menganalisis perkembangan akidah pada masa Nabi Muhammad Saw.

3.4 Menganalisis perkembangan akidah pada masa sahabat 3.5 Mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab timbulnya

aliran-aliran ilmu kalam 3.6 Menganalisis aliran Khawarij, tokoh-tokoh dan doktrin-

doktrinnya 3.7 Menganalisis aliran Murji‘ah, tokoh-tokoh dan doktrin-

doktrinnya 3.8 Menganalisis aliran Syi‘ah, tokoh-tokoh dan doktrin-

doktrinnya 3.9 Menganalisis aliran Jabariyah dan Qadariyah, tokoh-tokoh

serta doktrin-doktrinnya 3.10 Menganalisis aliran Mu‘tazilah, tokoh-tokoh dan doktrin-

doktrinnya 3.11 Menganalisis aliran Asy‘ariyah, tokoh-tokoh dan doktrin-

doktrinnya 3.12 Menganalisis aliran Maturidiyah, tokoh-tokoh dan doktrin-

doktrinnya 3.13 Menganalisis perbedaan antara aliran-aliran ilmu kalam

yang satu dengan lainnya 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam

ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

1.1 Menceritakan fenomena ketauhidan pada masa Nabi Adam a.s. hingga masa Nabi Muhammad Saw.

1.2 Menceritakan bentuk penyimpangan umat-umat terdahulu dari dakwah para Nabi

1.3 Menceritakan perkembangan akidah pada masa Nabi Muhammad saw dan masa sahabat

1.4 Menceritakan faktor-faktor penyebab timbulnya aliran-aliran ilmu kalam dalam kehidupan sehari hari

1.5 Menyajikan peta konsep aliran Khawarij, tokoh-tokoh dan doktrin-doktrinnya

1.6 Menyajikan peta konsep aliran Murji‘ah, tokoh-tokoh dan doktrin-doktrinnya

1.7 Menyajikan peta konsep aliran Syi‘ah, tokoh-tokoh dan doktrin-doktrinnya

1.8 Menyajikan peta konsep aliran Jabariyah dan Qadariyah, tokoh-tokoh serta doktrin-doktrinnya

1.9 Menyajikan peta konsep aliran Mu‘tazilah, tokoh-tokoh dan doktrin-doktrinnya

1.10 Menyajikan peta konsep aliran Asy‘ariyah, tokoh-tokoh dan doktrin-doktrinnya

1.11 Menyajikan peta konsep aliran Maturidiyah, tokoh-tokoh dan doktrin- doktrinnya

1.12 Menyajikan peta konsep perbedaan antara aliran-aliran ilmu kalam yang satu dengan lainnya

Catatan: Untuk KI dan KD secara lengkap lihat di draf Permenag yang ada dalam CD.

Page 104: AQIDAH AKHLAK

9. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran

a. Tujuan dan Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI, MTs dan MA

Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang

rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan

suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian

contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai

manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,

serta Qada dan Qadar.

Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis

multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan

sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai

akidah Islam.

b) Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada

pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta

pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

a. Aspek akidah (keimanan) meliputi:.

1) Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah,

alhamdulillaah, subhanallaah, Allaahu Akbar, ta’awwudz, maasya Allah, assalaamu’alaikum,

salawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfaar.

2) Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahmaan, ar-

Rahiim, as- Samai’, ar-Razzaaq, al-Mughnii, al-Hamiid, asy-Syakuur, al-Qudduus, ash-Shamad,

al-Muhaimin, al-‘Azhiim, al- Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Baathin, al-Walii, al-Mujiib, al-Wahhiab,

al-’Aliim, azh-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam, al-Mu’min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, al-

Muhyi, al-Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir, al-Ghafuur, al-Afuww,

ash-Shabuur, dan al-Haliim.

Page 105: AQIDAH AKHLAK

3) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah, al-asma’ al-husna

dan pengenalan terhadap salat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

4) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir serta Qada dan

Qadar Allah)

b. Aspek akhlak meliputi:

a. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan

jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana,

rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan

patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian,

dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal.

b. Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan

jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka,

khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah,

fasik, dan murtad.

c. Aspek adab Islami, meliputi:

1) Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah,

berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.

2) Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.

3) Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, dan teman

d. Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut,

masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an,

Tsa’labah, Masithah, Abu Lahab, Qarun.. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat

terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi,

tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.

10. Tujuan dan Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah

Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan

dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan

tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-

Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan

dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma’ al-husna dengan menunjukkan ciri-

ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji

dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak

terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk

dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama

Page 106: AQIDAH AKHLAK

dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa

dan Negara Indonesia.

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:

1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan

sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai

akidah Islam.

b) Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman

kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyaar,

shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif,

produktif, dan pergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak,

takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah.

d. Aspek adab meliputi: Adab beribadah: adab Shalat, membaca Al Qur’an dan adab berdoa, adab

kepada kepada orang tua dan guru, adab kepada kepada, saudara, teman, dan tetangga, adab

terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan

e. Aspek kisah teladan meliputi: Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi

Ayub, Kisah Shahabat: Abu Bakar ra, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib

11. Tujuan dan Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah

Tsanawiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam akidah-akhlak sebagai

persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan/atau memasuki

lapangan kerja.

Pada aspek akidah ditekankan pada pemahaman dan pengamalan prinsip-prinsip akidah Islam, metode

peningkatan kualitas akidah, wawasan tentang aliran-aliran dalam akidah Islam sebagai landasan dalam

pengamalan iman yang inklusif dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang , konsep Tauhid dalam Islam

serta perbuatan syirik dan implikasinya dalam kehidupan. Aspek akhlak, di samping berupa pembiasaan dalam

menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga

mulai diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah memiliki kontribusi dalam memberikan

motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk

Page 107: AQIDAH AKHLAK

melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-Akhlak al-karimah ini

sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan

berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional

yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,

pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta

didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT;2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai

akidah Islam.

Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi:

1. Aspek akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode peningkatannya, al-asma’ al-husna, konsep

Tauhid dalam Islam, syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu kalam serta

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam (klasik dan modern),

2. Aspek akhlak terpuji meliputi: masalah akhlak yang meliputi pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan

tercela, metode peningkatan kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti husnuzh-zhan, taubat,

akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan

dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja; serta pengenalan tentang tasawuf.

3. Aspek akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan,

berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir, dan fitnah.

4. Aspek adab meliputi: adab kepada orang tua dan guru, adab membesuk orang sakit, Adab berpakaian,

berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, melakukan takziyah, Adab bergaul dengan orang yang

sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan lawan jenis, Adab membaca Al Qur’an dan berdoa.

5. Aspek Kisah meliputi: Kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS, Ulul Azmi, Kisah Shahabat:

Fatimatuzzahrah, Abdurrahman bin Auf, Abu Dzar al-Ghifari, Uwes al-Qarni, al-Ghazali, Ibn Sina, Ibn Rusyd

dan Iqbal

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Peminatan Ilmu-ilmu Agama

1. Akhlak

Ruang lingkup mata pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah peminatan Ilmu-Ilmu Keagamaan sebagai mata

pelajaran peminatan sebagai berikut:

a. Aspek akhlak terdiri atas: taubat,wara’,qona’ah,zuhud, amanah, Hak Asasi Manusia, mujahadah an nafsi,

musabaqah bil khairat, etos kerja, dinamis, inovatif dan kreatif, syukur, dermawan, tawakal dan ikhlas,

kewajiban manusia terhadap Allah, Rasul-Nya, diri sendiri, kedua orang tua, keluarga, pemaaf, jujur

ukhuwwah, tasamuh, sabar, ridla, dan istiqamah (disiplin).

Page 108: AQIDAH AKHLAK

b. akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan,

berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), ishraf, tabdzir, fitnah, riya’ takabbur, nifaq, fasik, dan

hasad, .serakah, tama’, bakhil, dan israf/tabdzir, dzalim, diskriminasi, ghadab, fitnah, namimah dan

ghibah.

c. Adab terdiri atas: adab membesuk orang sakit, takziyah dan ziarah kubur, menuntut ilmu, mengundang

dan memenuhi undangan , musyawarah dan adab salam, bergaul orang yang lebih tua, teman sebaya,

orang yang lebih muda dan dengan lawan jenis, adab di masjid, membaca al Qur’an, berdo’a,

berpakaian, berhias, musafir, bertamu dan menerima tamu.

d. Kisah teladan meliputi: kisah Abu Lahab dan istrinya, istri Nabi Luth, Luqman Hakim, Ashabul Kahfi dan

Maryam, Abu Bakar Ash Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Usman bin Affan ra, Ali Bin Abi Thalib kwUmar

bin Abdul Aziz dan Salahuddin Al Ayyubi.

e. Pengertian, sumber tasawuf dari Al-Qur’an dan al-Sunnah dan hubungan tasawuf dengan akhlak dan

syariat, pengertian maqamat, dan al-ahwal dalam tasawuf serta membandingkan tasawuf sunni dan

tasawuf falsafi serta tokoh-tokohnya, pokok ajaran tasawuf dari Hasan Basri, Rabi’ah al-Adawiyah, Dzun

Nun al-Misri, al Ghazali, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan Muhy al-Din Ibn `Araby, sejarah dan

pokok-pokok ajaran tarikat mu’tabarah (Qadiriyah, Rifa’iyah, Syaziliyah, Maulawiyah, Syatariyah,

Naqsabandiyah dan Suhrawardiyah), problematika masyarakat modern, relevansi dan peranan tasawuf

dalam kehidupan modern.

2. Ilmu Kalam

Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Kalam adalah mata pelajaran yang memberi bekal peserta didik untuk

memahami pemikiran ulama dalam hal berakidah yang benar dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-

hari. Ruang lingkup materi/bahan kajian pelajaran Ilmu Kalam meliputi:

a. Aspek Kesejarahan,Aspek kesejarahan ini meliputi sub-sub aspek: sejarah pertumbuhan dan

perkembangan ilmu kalam seperti aspek politik, ekonomi, geografis, munculnya aliran-aliran dalam ilmu

kalam dan ketokohan para pemimpinnya. Aliran-aliran kalam: Khawarij, Syi`ah, Jabariyah, Qadariyah,

Murji`ah, Salafiyah, Mu`tazilah, Ahlu Sunnah, Asy`ariyah, dan Maturidiyah.

b. Aspek Pemikiran, Aspek pemikiran dalam ilmu kalam: seperti batasan mukmin dan kafir, fungsi wahyu

dan akal, kekuasaan, perbuatan, keadilan, dan sifat-sifat Tuhan, kehendak, kekuasan dan perbuatan

manusia, serta pemikiran modern dalam teologi Islam.

c. Aspek Akidah,Aspek akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode peningkatannya, al-asma'al-

husna, macam-macam tauhid seperti tauhiid uluuhiyah, tauhiid rubuubiyah, tauhiid ash-shifat wa al-af’al,

tauhiid rahmaniyah, tauhiid mulkiyah dan lain-lain, syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian

dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam

(klasik dan modern).

E. Rangkuman

1. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah:

Page 109: AQIDAH AKHLAK

a. Landasan Yuridis adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

b. Landasan Teoritis kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar

dan teori pendidikan berbasis kompetensi.

c. Landasan Filosofis adalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Landasan Empiris adalah ditemukan banyak bukti empiris bahwa Indonesia berada pada level yang

rendah pada aspek prestasi pendidikannya.

2. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 adalah Berpusat pada potensi, beragam dan terpadu;

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; Relevan dengan kebutuhan

kehidupan; Menyeluruh dan berkesinambungan; Belajar sepanjang hayat; dan Seimbang antara

kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

3. Memahami Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2013 adalah Peningkatan iman dan takwa serta

akhlak mulia; Kebutuhan kompetensi masa depan; Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai

dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik; Keragaman potensi dan karakteristik

daerah dan lingkungan; Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; Tuntutan dunia kerja;

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS); Agama; Dinamika perkembangan global;

Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; Kondisi sosial budaya masyarakat setempat; Kesetaraan

jender; Karakteristik satuan pendidikan.

4. Ada 4 elemen perubahan dalam kurikulum 2013, yaitu: SKL, Standar Isi, Standar Proses dan Standar

Penilaian

F. Evaluasi

1. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang Landasan Yuridis penyempurnaan kurikulum 2013?

2. Sebutkan Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum 2013!

3. Sebutkan Acuan Operasional Kurikulum 2013!

4. Apa yang saudara ketahui tentang apa yang diinginkan pemerintah terhadap penyempurnaan kurikulum

2013?

5. Jelaskan Perbedaan antara SKL, KI dan KD dalam Kurikulum 2013!

6. Menurut Saudara, apakah penyempurnaan Kurikulum 2013 lebih ideal dan lebih dapat menjamin

peningkatan kualitas peserta didik daripada kurikulum 2006?

7. Jelaskan pola pikir pengembangan Kurikulum 2013?

G. DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. Dokumen Kurikulum 2013

Page 110: AQIDAH AKHLAK

Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian

Permenag (Draf Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di MI, MTs dan MA.

Page 111: AQIDAH AKHLAK

376 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

MODUL 3 PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Peta Konsep / Ruang Lingkup

B. Tujuan Pelatihan Peserta dapat :

1. Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan kelas 2. Menjelaskan prinsip penelitian tindakan kelas. 3. Menjelaskan Model-model PTK. 4. Menjelaskan Prosedur atau metodologi PTK 5. Menjelaskan Proposal PTK 6. Membuat proposal PTK

C. Skenario Pelatihan

1. Pengantar, fasilitator penyampaikan pengantar pentingnya guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas sebagai perbaikan pembelajaran dari masalah yang dihadapi peserta didik. ( 10 menit )

2. Diskusi kelompok dan presentasi, fasilitator membagi peserta ke dalam 6 kelompok. Peserta diminta untuk mendiskusikan tentang konsep, prinsip, manfaat dan pentingnya PTK. Hasil diskusi ditulis di kertas plano. Dengna presentasi bergantian kelompok, fasilitator memandu untuk menyamakan persepsi. ( 50 menit )

PENELITIAN TINDAKAN Model-Model PTK

Metodologi PTK

Sistematika Proposal PTK

Konsep Dasar PTK

Prinsip PTK

Page 112: AQIDAH AKHLAK

377 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

3. Diskusi kelompok dan presentasi, masih dengan kelompok yang sama peserta diminta untuk mendiskusikan tentang metodologi PTK.Hasil diskusi ditulis di kertas plano. Dengna presentasi bergantian kelompok, fasilitator memandu untuk menyamakan persepsi. ( 50 menit )

4. Brainstorming sistematika proposal, dengan melakukan brainstorming peserta diajak oleh fasilitator untuk menemukan sistematika proposal PTK ( 20 menit ).

5. Membuat proposal PTK, secara individu peserta diminta untuk membuat proposal PTK di kertas folio. Fasilitaor memfasilitasi pada masing-masing individu. ( 120 menit)

6. Refleksi, fasilitator memberikan refleksi dari proposal yang dibuat oleh peseta. ( 30 menit )

7. Penutup, fasilitator menutup sesi ini dengan menegaskan bahwa guru harus sering melakukan PTK di madrasahnya nanti ( 10 menit )

D. Materi

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan berasal dari istilah bahasa Inggris action research. Ini

merupakan perkembangan baru dalam penelitian, yang muncul sejak tahun 1940-an. Mulanya penelitian tindakan diterapkan dalam penelitian sosial, seorang psikolog sosial Kurt Lewin (1946) mengembangkaknnya dan kemudian diadopsi dalam kancah pendidikan (Syamsuddin, 2007 : 1991). Istilah educational action research dipakai oleh Kemmis untuk jenis penelitian tindakan pendidikan (Rochiati, 2008 : 4). Di Indonesia penelitian tindakan kelas mulai digerakkan sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan diusahakan oleh berbagai kalangan baik pemerintah maupun masyarakat. Berbagai perguruan tinggi seperti IKIP Jakarta, Bandung, Malang dan lain-lain melalui Program Pascasarjananya mengenalkan peneltitian tindakan kelas ini kepada guru-guru yang sedang melanjutkan studi.

Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang penelitian tindakan, Kemmis (1983) misalnya menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi (Syamsuddin, 2007 : 1991). Selanjutnya Kemmis dan Taggart (1985) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial serta dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka

Page 113: AQIDAH AKHLAK

378 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dapat memahami pengalaman mereka serta memahami bagaimana mempraktekan ini di lingkungan kerja mereka. Dengan kata lain penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisir suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

Sementara yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh seorang guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi, 2008 : 3-4) .

Penelitian tindakan kelas dikakukan untuk: 1. Meningkatkan kualitas pendidikan 2. Memperbaiki kualitas proses pembelajaran (Mc Niff, 1992) 3. Pengembangan ketrampilan guru bertolak dari kebutuhan dalam memecahkan

problem yang dihadapi di kelas (Borg, 1986). 4. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang disertai mekanisme

koreksi diri dari guru (built in self-correcting mechanism) untuk meningkatkan profesionalisme guru.

2. Fungsi dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Fungsi Penelitian Tindakan sebagaimana yang dikemukakan oleh Cohen dan Manion (1980) sebagaimana dikutip Syamsuddin, 2007 : 200 adalah: 1. Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan cara

diagnosis dalam situasi tertentu. 2. Sebagai alat dalam pelatiahan jabatan 3. Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovatif dalam

pengajaran. 4. Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antar guru di lapangan dan

peneliti akademis. Penelitian tindakan kelas apabila dilakukan dengan baik oleh guru akan menghasilkan manfaat bagi: 1. Terwujudnya inovasi pembelajaran 2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas. 3. Peningkatan profesionalisme guru

3. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Page 114: AQIDAH AKHLAK

379 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Mengacu pada Suharsimi Arikunto dkk. (2008: 6-12), prinsip penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

PTK dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin dengan harapan bahwa peneliti akan mendapatkan data dalam situasi wajar sehingga hasil PTK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses belajar mengajar

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja Pada dasarnya manusia bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi ada keinginan pada tiap diri manusia untuk menginginkan sesuatu yang lebih baik. PTK dilakukan oleh seorang guru bukan dalam konteks keterpaksaan atau permintaan dari pihak lain akan tetapi atas kesadaran dan inisiatif guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan berdampak pada peningkatan kualitas peserta didik.

3. SWOT (strength: kekuatan, weakness: kelemahan, opportunity: kesempatan, threat: ancaman) sebagai dasar berpijak. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subyek tindak diidentifikasi secara cermat. Dua unsur lain, yaitu kesempatan dan ancaman diidentifikasi dari pihak yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau subyek yang dikenai tindakan.

4. Upaya empiris dan sistemik Prinsip keempat ini merupakan penreapan dari prinsip ketiga.

5. Prinsip SMART Spesifik – khusus, tidak terlalu umum Managable – dapat dikelola, dilaksanakan Acceptable – dapat diterima lingkungan atau Achievable – dapat dicapai Realistic – operasional, tidak di luar jangkauan; dan Time-bound – diikat oleh waktu, terencana.

Sedangkan menurut Sukidin, dkk (2002: 19-21), prinsip-prinsip dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya sebagai pengajar,

2. Metode pengumpulan data yang akan digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru mampu menangani prosedur pengumpulan data dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.

3. Metodologi yang digunakan harus reliable 4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan

masalah yang cukup merisaukannya.

Page 115: AQIDAH AKHLAK

380 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

5. Dalam melaksanakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.

6. Permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaan tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Menurut Supardi, karakteristik Penelitian Tindakan Kelas adalah:

1. Inkuiri-reflektif Penelitian tindakan kelas menggunakan metode yang longgar, namun tetap menerapkan metodologi yang taat asa (disciplined inquiry) dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada obyektivitas. Proses dan temuan dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematis dan mendalam.

2. Kolaboratif Penelitian tindakan kelas tidak bisa dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas (dosen), tetapi harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan dan tidak bisa bersifat basa-basi.

3. Reflektif Berbeda dengan penelitian formal lainnya yang bersifat empiris-eksperimental, penelitian tindakan kelas bersifat reflektif karena dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-efektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan berikutnya.

Menurut Sukardi (2008:211-212), karakteristik penelitian tindakan adalah: 1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti

dalam kehidupan profesi sehari-hari 2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment berupa tindakan yang

terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subyek yang diteliti

3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif

4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.

Page 116: AQIDAH AKHLAK

381 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sedangkan menurut Priyono dalam makalahnya berjudul “Action Research sebagai Strategi Pengembangan Profesi Guru” (1999), karakteristik penelitian tindakan kelas adalah sebagi berikut: 1. Masalah yang dijadikan obyek penelitian muncul dari dunia kerja peneliti 2. Bertujuan memecahkan masalah untuk meningkatkan kualitas 3. Menggunakan data yang beragam 4. Langkah-langkahnya merupakan siklus 5. Mengutamakan kerja kelompok

5. Perbedaan Antara Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Formal Lainnya

Dimensi PTK Penelitian Formal

Motivasi Melakukan tindakan Mencari kebenaran

Sumber masalah Diagnosis of status Induction-deduction

Tujuan Mempraktekkan Memverifikasi dan menemukan pengetahuan umum

Keterlibatan peneliti

Guru/dosen, peneliti dari dalam

Peneliti dari luar, pengamat

Sampel Kasus tertentu Representative sample

Metodologi Bebas tapi tetap menjaga objektifitas

Mengikuti kaidah baku

Interpretasi temuan untuk memahami praktek tindakan melalui refleksi teori para praktisi

untuk menjelaskan dan membangun teori yang dilakukan para ilmuwan

Hasil akhir Proses pembalajaran yang lebih baik

Pengetahuan yang teruji

6. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

a. Ide Awal Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik berupa

penelitian positivisme, naturalistik, analisis isi maupun PTK selalu mengawali dengan gagasan – gagasan atau ide – ide, dan gagasan itu dimungkinkan yang dapat dikerjakan atau dilaksanakannya. Pada umumnya ide awal yang menggayut

Page 117: AQIDAH AKHLAK

382 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

di PTK ialah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan. Penerapan PTK berarti peneliti mau berbuat sesuatu demi terciptanya suatu perubahan dan perbaikan di dalam kelas.

b. Pra-survei

Pra-survei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan pra-survai karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.

c. Diagnosis

Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosa atau dugaan–dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasi PTK.

d. Perencanaan

Perencanaan dalam PTK dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan

umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk

menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK.

Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari

siklus per siklus. Oleh karenanya perencanaan khusus ini akan terjadi

pengulangan atau perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan di

antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik

atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.

Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan apabila kita

menyiapkan suatu kegiatan belajar-mengajar.

e. Implementasi Tindakan

Page 118: AQIDAH AKHLAK

383 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.

f. Pengamatan

Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk itu. Pada saat melakukan monitoring pengamat perlu mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

g. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan.

h. Penyusunan Laporan

Laporan hasil penelitian PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir.

i. Kepada Siapa Hasil PTK dilaporkan

Sebenarnya, PTK lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan utama PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Dengan demikian hasil pelaksanan PTK berupa terjadinya inovasi pembelajaran akan dilaporkan kepada diri si peneliti (guru sendiri). Guru perlu mengarsipkan langkah–langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktifitas PTK demi perbaikan proses pembelajaran yang dia lakukan di masa yang akan datang. Namun demikian, hasi PTK yang dilaksanakan tidak tertutup kemungkinan untuk diikuti oleh guru lain atau teman sejawat. Oleh karena itu guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalam suatu karya tulis ilmiah. Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman sejawat, pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya) guru akan memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan

Page 119: AQIDAH AKHLAK

384 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

kebanggaan akademis/ilmiah sebagai seorang ilmuwan. Hasil kerja guru akan merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, PTK yang pada awalnya dilaksanakan dalam skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutu, proses, dan hasil belajar siswa.

7. Model Penelitian Tindakan Kelas:

a. Model Kurt Lewin Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai

model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian, karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting) (Rochiati, 2008: 63). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

b. Model Spiral Stephen Kemmis dan Mc Taggart Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar

yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan (Rochiati W, 2008: 66). Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu,

Page 120: AQIDAH AKHLAK

385 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart

pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada gambar di atas, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan.

c. Model Elliot Elliot adalah seorang pendukung gerakan “guru sebagai peneliti”. Ia

mengembangkan model penelitian tindakan kelas yang telah dikembangkan oleh Kemmis. Namun, skema langkah-langkahnya lebih rinci dan berpeluang untuk lebih mudah diubah sehingga sebenarnya dia telah membuat suatu diagram yang lebih baik (Rochiati, 2008: 64), sebagaimana diuraikan dalam gambar berikut

Page 121: AQIDAH AKHLAK

386 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

d. Model Ebbut Model Ebbut diilhami oleh model yang dikemukakan Kemmis dan Elliot.

Ebbut kurang sependapat dengan interpretasi Elliot terhadap model Kemmis, bahwa Kemis menyamakan penelitiannya dengan hanya temuan biasa. Sebenarnya, Kemmis menunjukkan bahwa penelitian terdiri dari diskusi, menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang ada sehingga mengandung elemen-elemen analisis. Model Ebbut (Rochiati, 2008: 67) dapat digambarkan sebagai berikut:

Monitor dan Reconnaince

Tindakan 2 dst.

atau atau

atau

Tindakan 2 dst.

Revisi Rencana Menyeluruh

Tindakan 1

Ide Umum Amanded General

Idea

Reconnaince

Rencana Menyeluruh

Tindakan 2 dst.

Reconnaince

Rencana Menyeluruh

Page 122: AQIDAH AKHLAK

387 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

e. Model McKernan Model yang dikemukakan dikenal juga dengan model proses waktu (a time

proces model). Menurut McKernan (Rochiati, 2008: 69), dalam penelitian tidak

Ide Awal

Rencana Umum Langkah tind. 1 Langkah tind. 2 Langkah tind. 3

Implementasi Langkah tind I

Monitor Implementasi dan Efeknya

Penjelasan kegagalan untuk implemeasi Refisi rencana umum

Rencana diperbaiki Langkah tind. 1 Langkah tind. 2 Langkah tind. 3

Implementasi Langkah berikut

Jelaskan setiap implementasi dan efek Refisi ide umum

Rencana diperbaiki Langkah tind. 1 Langkah tind. 2Langkah tind. 3

Implementasi Langkah berikut

Monitor Implementasi dan Efeknya

Monitor Implementasi dan Efeknya

Temuan dan D A U R 1

D A U R 2

D A U R 3

Page 123: AQIDAH AKHLAK

388 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

perlu terikat oleh waktu, terutama untuk pemecahan masalah hendaknnya dilakukan secara rasional dan demokratis.

8. Sistematika Proposal PTK dan Teknik Pengembangannya Sistematika proposal PTK paling tidak terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

Judul Latar Belakang Masalah Permasalahan Cara Pemecahan Masalah Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan Rencana Penelitian: Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian Variabel yang diselidiki Rencana Tindakan Data dan cara pengumpulannya Indikator Kinerja Tim peneliti dan tugasnya

TINDAKAN DAUR 1 DAUR 2

Evaluasi Tindakan

Definisi masalah

Need Assessement

Hipotesis Ide Implementasi Tindakan

Penetapan

Develop action T 1

Evaluasi Tindakan

Definisi masalah

Need Assessement

Hipotesis Ide Implementasi Tindakan

Penetapan

Develop action T 2

Page 124: AQIDAH AKHLAK

389 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Jadwal Penelitian Rencana Anggaran Lampiran

a. Judul Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan

serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Judul PTK memuat unsur-unsur sebagai berikut: (1) Masalah, artinya judul menggambarkan masalah atau dengan kata lain masalah tergambar dalam judul. (2) Tindakan, dalam judul PTK harus dimunculkan solusi tindakan dari permasalahan yang diangkat. (3) Setting penelitian, judul penelitian juga perlu memuat setting mata pelajaran dan pokok bahasan atau kompetensi dasar yang hendak diberi solusi, waktu dan tempat (kelas, sekolah) yang dijadikan penelitian. Contoh judul PTK adalah sebagai berikut: Penerapan Cara Belajar Aktif Model Pencocokan Kartu Indeks untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sains Pokok Bahasan Bumi dan Alam Semesta pada Siswa Kelas III MI Ma’arif Sambiroto Sidoarjo Tahun 2009/2010.

b. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi

penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian-penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.

c. Permasalahan Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan

secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar di angkat dari masalah keseharian di kelas yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.

Page 125: AQIDAH AKHLAK

390 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

d. Cara Pemecahan Masalah Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Di samping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.

e. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas. Paparkan sasaran antara dan

akhir tindakan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif. Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.

Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.

f. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan Pada bagian ini diuraikan landasan substantif dalam arti teoritik dan/atau

metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik

Page 126: AQIDAH AKHLAK

391 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain di samping terhadap teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logik dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual agar hipotesis tindakan dapat dirumuskan. Namun begitu terdapat pendapat yang memandang kerangka teori ini bukan sebagai suatu keharusan, artinya bersifat tentatif saja atau bila dipandang perlu. g. Rencana Penelitian

1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantif permasalahan seperti Matematika kelas II SMP atau bahasa Inggris kelas III SMA, juga dikemukakan pada bagian ini.

2. Variabel yang diselidiki Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan

titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses penyelenggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) variabel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.

3. Rencana Tindakan Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan

pembelajaran, seperti : 1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK

yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di samping itu juga diuraikan alternatif – alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.

Page 127: AQIDAH AKHLAK

392 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.

3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.

4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.

4. Data dan cara pengumpulannya Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan

dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang digelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.

Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan), penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai sumber data.

Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.

5. Indikator Kinerja Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa, misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah

Page 128: AQIDAH AKHLAK

393 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tampak dan patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.

6. Tim peneliti dan tugasnya Pada bagian ini hendaknya dicantumkan nama–nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.

h. Jadwal Penelitian Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan

urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

i. Rencana Anggaran Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan finansial untuk tahap

persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.

j. Lampiran dan Lain – Lain Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK. Hal-hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian.

9. Penyusunan Laporan PTK Dalam menyusun laporan penelitian tindakan kelas, perlu mengikuti garis besar sistematika yang umum digunakan. Secara garis besar laporan dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pembukaan, bagian isi dan bagian penunjang. a. Bagian Pembukaan

Bagian pembukaan terdiri dari: 1. Halaman judul 2. Halaman pengesahan 3. Abstrak (jika perlu) 4. Kata pengantar 5. Daftar isi 6. Daftar lampiran 7. Daftar tabel (kalau ada)

b. Bagian Isi

Page 129: AQIDAH AKHLAK

394 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pada bagian isi laporan memuat lima bab penting. Bab dalam bagian isi adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Bagian penting dalam bab ini adalah Latar belakang masalah, pada bagian ini perlu dideskripsikan data faktual

awal yang menunjukkan terjadinya masalah, tempat/setting, pentingnya masalah dipecahkan dengan cara yang dilakukan. Masalah diuraikan untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar perlu diteliti dan nyata dan berada dalam kewenangan guru. Masalah diuraikan untuk ditunjukkan bahwa ia problematik/perlu/mendesak untuk dipecahkan, resiko kalau masalah tidak segera dipecahkan.

Rumusan masalah, yang dimaksud adalah rumusan masalah dalam kalimat pertanyaan. Namun ada pula yang berpendapat rumusan masalah dalam bentuk kalimat pernyataan.

Tujuan penelitian, peneliti menguraikan tujuan penelitian yang diinginkan baik tujuan umum maupun khusus sehingga tampak jelas indikator keberhasilannya. Indikator perlu ditulis karena akan menjadi target dari tindakan yang akan dilakukan.

Manfaat penelitian, di sini dikemukan manfaat bagi siswa, guru, maupun stakeholders lain.

Agar terdapat konsistensi, pada bab ini peneliti harus melihat kembali proposal yang pernah disusun dengan lebih rinci dan lengkap. Tidak dibenarkan bahwa laporan penelitian jauh berbeda dengan proposal yang pernah dirancang.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

Kajian teori dan pustaka diperlukan untuk memberi petunjuk bahwa suatu tindakan dibenarkan secara teoritis. Dalam penelitian tindakan kelas kajian teori tidak ditujukan untuk menguji teori yang sudah ada. Literatur yang dipergunakan dapat berupa tulisan “tangan kedua” atau dokumen sekunder. Tujuannya untuk memperkuat dasar teori yang ada pada bab ini. Cakupannya dapat berupa: 1. Teori-teori terkait yang memberi arah tentang variable permasalahan yang

dipecahkan serta variable tindakan yang digunakan untuk mengatasinya. 2. Argumen teoritis yang dikemukakan peneliti untuk menunjukkan bahwa

tindakan yang diambil didukung oleh referensi yang ada sehingga secara teoritis tindakan tersebut memiliki dukungan.

3. Action tertentu yang dimungkinkan dapat meningkatkan mutu KBM. Di sini dikemukakan kerangka berpikir yang menggambarkan langkah dan arah penelitian tindakan.

Page 130: AQIDAH AKHLAK

395 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

4. Hipotesis tindakan (jika diperlukan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini dikemukakan metodologi penelitian yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 1. Subjek penelitian 2. Setting penelitian (tempat) 3. Desain (rancangan penelitian atau cara pokok penelitian; siklus yang

dilakukan; alat, materi, dan media yang perlu dipersiapkan). 4. Jenis instrumen dan cara penggunaannya. 5. Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional artinya

berbasis pada akar penyebab masalah; dan feasible (dapat dilakukan dengan tidak ambisius), artinya tindakan didukung adanya materi, waktu, serta prasarana lain.

6. Cara pengamatan 7. Analisa data dan refleksi. Data yang dianalisis, cara analisis serta dampak

tindakan, kemajuan yang diperoleh, maupun kelamahan yang ditemukan. Kemukakan tahapan siklus berikutnya sesuai hasil analisis dan refleksinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi tentang: 1. Deskripsi setting penelitian, diberikan gambaran kondisi lapangan saat

tindakan dilakukan, secara kualitatif maupun kuantitatif tentang semua aspek yang dapat direkam pada waktu penelitian.

2. Hasil penelitian, disajikan data lengkap dari setiap siklus, sehingga memberikan gambaran yang jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi menyangkaut berbagai aspek konsentrasi penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan diberikan berbagai penjelasan dan analisis data.

3. Pembahasan, pembahasan hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua aspek konsentrasi penelitian dengan diformulasikan dalam bentuk tabel, grafik, serta dibahas setiap aspek yang diketahui adanya peningkatan, atau tidak adanya perubahan dengan berbagai alasan yang rasional dan logis. Jika dapat dikuatkan dengan teori yang relevan maka dapat meningkatkan kualitas pembahasan hasil penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini terdiri dari:

Page 131: AQIDAH AKHLAK

396 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Simpulan, dikemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, dengan memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitian.

2. Saran, ada dua macam saran (a) saran untuk penelitian lanjut, dan (b) saran penerapan hasil penelitian.

c. Bagian Penunjang

Bagian ini terdiri dari 1. Daftar pustaka 2. Lampiran-lampiran yang diperlukan 3. Lampiran instrumen penelitian

Rangkuman

1. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dan siswi dapat meningkat. Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk: b. Meningkatkan kualitas pendidikan c. Memperbaiki kualitas proses pembelajaran d. Pengembangan ketrampilan guru bertolak dari kebutuhan dalam memecahkan

problem yang dihadapi di kelas. e. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang disertai mekanisme

koreksi diri dari guru (built in self-correcting mechanism) untuk meningkatkan profesionalisme guru.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas adalah:

a. Inkuiri-reflektif Penelitian tindakan kelas menggunakan metode yang longgar, namun tetap menerapkan metodologi yang taat asa (disciplined inquiry) dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada obyektivitas. Proses dan temuan dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematis dan mendalam.

b. Kolaboratif Penelitian tindakan kelas tidak bisa dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas (dosen), tetapi harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan dan tidak bisa bersifat basa-basi.

Page 132: AQIDAH AKHLAK

397 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

c. Reflektif Berbeda dengan penelitian formal lainnya yang bersifat empiris-eksperimental, penelitian tindakan kelas bersifat reflektif karena dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-efektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan berikutnya.

3. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas Prinsip penelitian tindakan kelas, antara lain:

a. Tidak mengganggu proses atau kegiatan belajar mengajar b. Berangkat dari masalah guru c. Tidak terlalu menyita waktu d. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari segi

kemampuan maupun waktunya. e. Metodologi yang digunakan terencana dengan cermat f. Permasalahan benar-benar nyata g. Peneliti memperhatikan etika dan rambu-rambu penelitian h. Penelitian merupakan upaya berkelanjutan i. Penelitian yang menggunakan kelas, penelitian tidak semata-mata sebatas

kepentingan kelas tetapi dalam perspektif lingkup sekolah. 4. Sebelum melaksanakan PTK, seorang guru/peneliti harus melalui tujuh langkah

berikut, yaitu: [1] menemukan masalah; [2] melakukan identifikasi masalah; [3] menentukan "batasan masalah"; [4] menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama ternjadinya masalah; [5] merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan "hipotesis-hipotesis tindakan" sebagai pemecahan; [6] menentukan "pilihan hipotesis tindakan" pemecahan masalah; [7] merumuskan judul PTK.

5. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:

a. Model Kurt Lewin

b. Model Spiral Stephen Kemmis dan Mc Taggart

c. Model John Elliot

d. Model Ebbut 6. Sistematika proposal PTK paling tidak terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

a. Judul b. Latar Belakang Masalah c. Permasalahan d. Cara Pemecahan Masalah e. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

Page 133: AQIDAH AKHLAK

398 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

f. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan g. Rencana Penelitian:

1) Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian 2) Variabel yang diselidiki 3) Rencana Tindakan 4) Data dan cara pengumpulannya 5) Indikator Kinerja 6) Tim peneliti dan tugasnya

h. Jadwal Penelitian i. Rencana Anggaran

10. LATIHAN SOAL I. Pilihlah jawaban di bawah ini dengan tepat!

1. Suatu bentuk penelitian reflektif yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial serta dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat memahami pengalaman mereka serta memahami bagaimana mempraktekan ini di lingkungan kerja mereka disebut... a. Penelitian Kolektif b. Penelitian Tindakan Kelas c. Penelitian Kualitiatif d. Penelitian Kuantitatif

2. Berikut ini yang tidak termasuk manfaat penelitian tindakan kelas yaitu…

1) Mewujudkan inovasi pembelajaran 2) Mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas. 3) Meningkatkan profesionalisme guru 4) Menambah sarana dan prasarana bagi pelatihan guru

3. Dalam prosedur penelitian tindakan kelas, untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti maka diperlukan sebuah... 1) Pra-Survei 2) Refleksi 3) Diagnosis 4) Implementasi Tindakan

4. Perhatikan data-data dibawah ini: 1. Model Kimm Not 2. Model Charles 3. Model Sanders Pierce

Page 134: AQIDAH AKHLAK

399 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

4. Model Kurt Lewin 5. Model Spiral Stephen Kemmis dan Mc Taggart 6. Model John Elliot 7. Model Ebbut Yang termasuk model-model penelitian tindakan kelas, yaitu:... 1) 1, 2, 3, 4 2) 4, 5, 6, 7 3) 1, 3, 5, 7 4) 2, 4, 6, 7

5. Penelitian tindakan kelas tidak bisa dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas (dosen), tetapi harus berkolaborasi dengan guru karena penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan dan tidak bisa bersifat basa-basi. Hal ini menegaskan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang bersifat... 1) Reflektif 2) Kolaboratif 3) Inkuiri-Reflektif 4) Afektif

6. Berikut ini yang bukan termasuk contoh judul dari sebuah Penelitian Tindakan Kelas adalah... 1) Penerapan pendekatan Problem Based Learning (PBL) untuk

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran PAI pada materi zakat mall di kelas IV MI Al-Hidayah Bandung tahun pelajaran 2010/2011

2) Implementasi pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam pelajaran PAI pada materi puasa sunnah kelas VII Mts Negeri Kebonagung tahun pelajaran 2011/2012

3) Partisipasi Wanita Islam Terhadap Pembangunan Mental Agama Di Desa Tambung Kec. Pademawu Kab. Pamekasan Madura

4) Penerapan metode pembelajaran tematik dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI dalam pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji di kelas III SD Sumber Agung Mojokerto tahun pelajaran 2013/2014

7. Berikut ini disajikan data-data yang berkaitan dengan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas:

1) Halaman judul

2) Halaman pengesahan

3) Rumusan Masalah

Page 135: AQIDAH AKHLAK

400 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

4) Abstrak (jika perlu)

5) Kata pengantar

6) Daftar isi

7) Tujuan Masalah

8) Daftar lampiran

9) Manfaat Penelitian

10) Daftar tabel Yang termasuk bagian bab pendahuluan dalam sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas adalah... a. 3, 7, 9 b. 1, 2,3 c. 8, 9,10 d. 4, 5, 7

8. Berikut ini yang termasuk dalam prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas, kecuali... a. Mengganggu proses atau kegiatan belajar mengajar b. Berangkat dari masalah guru c. Tidak terlalu menyita waktu d. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari

segi kemampuan maupun waktunya. 9. Pernyataan-pernyataan dibawah ini yang tidak tepat dalam rencana

Penelitian Tindakan Kelas adalah... a. Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan psikologi untuk

tahap persiapan pelaksanan, penelitian, dan pelaporan b. Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang

menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir c. Menyebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa

dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita pada bagian setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian

d. Mencantumkan nama–nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.

10. Pada dasarnya PTK lebih bersifat individual. Hal ini memiliki arti bahwa tujuan utama PTK adalah... a. Sebagai self-improvement melalui self-evaluation dan self-reflection,

yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.

Page 136: AQIDAH AKHLAK

401 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

b. Upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.

c. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang disertai mekanisme koreksi diri dari guru (built in self-correcting mechanism) untuk meningkatkan profesionalisme guru.

d. Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan cara diagnosis dalam situasi tertentu.

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan tepat!

1. Jelaskan secara rinci karakteristik penelitian tindakan kelas menurut para pakar?

2. Kontribusi apa yang disumbangkan oleh karakteristik penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran?

3. Apakah seorang guru dapat bertindak secara obyektif dalam melakaukan penelitian tindakan kelas?

4. Apa kelebihan dan kelemahan penelitian yang dilakukan oleh guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas berdasarkan pada karakteristik yang ada?

5. Kontribusi apa yang disumbangkan oleh prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran?

6. Bagaimana bila guru melaksanakan penelitian tindakan kelas tanpa harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar penelitian tindakan kelas?

7. Jelaskan prosedur dan langkah-langkah menyusun proposal PTK 8. Uraikan tahapan melaksanakan PTK menurut Kurt Lewin dan John Elliot

Daftar Pustaka

Aqib, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya Arikunto, Suharsimi., Suharjono., Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi

Aksara. Jakarta. Bakri, Masykuri, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif, Tinjauan Teoritis dan

Praktis. Surabaya. Visi Press. Bogdan. Robert C., dan Biklen, Sari Knopp. 1982. Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Dirjan

Page 137: AQIDAH AKHLAK

402 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pendidikan Dasar dan Menegah. Koencoroningrat. 1999. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. Gramedia. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Muhadjir, Noeng. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. IKIP Yogyakarta. Miles, Matthew B, dan Huberman, A Michael. 1984. Qualitative Data Analysis-A

Sourcebook of New Methods. Thousands Oak: Sage Publications. Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia Susilo, Herawati., Husnul Khotimah., Yuyun Dwita Sari. 2008. Penelitian Tindakan

Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Bayumedia Publishing. Malang.

Sukidin. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Insan Cendikia. Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk

Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Remaja Rosdakarya. Bandung. .

Page 138: AQIDAH AKHLAK

401 DIKLAT PROFESI GURU LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas

Page 139: AQIDAH AKHLAK

1  

MODUL 4

MATERI AKIDAH AKHLAK

Page 140: AQIDAH AKHLAK

2  

A. Peta Konsep B. PETA KONSEP

B. Uraian Materi

1. Pengertian Akidah

Akidah secara etimologi berasal dari kata ‘aqd yang berarti ikatan.” اعتقدت كذا” Artinya saya

ber-i’tiqad begini. Maksudnya, saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Kata ‘aqd menurut Raghib

al-Asfahani adalah mengikat dua ujung dari sesuatu. Berbeda dengan kata ربط yg juga berarti

ikatan, karena ربط adalah ikatan yg mudah lepas, seperti ikatan sepatu sedangkan akidah adalah

ikatan yang kuat. Akidah adalah apa yang diyakini seseorang dan merupakan perbuatan hati.

Menurut Yusuf Qardawi Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap ke dalam hati

dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat kontrol bagi

tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jika kata Akidah diikuti dengan kata Islam, maka berarti

ikatan yang berdasarkan ajaran Islam. Hal tersebut sama dengan kata iman (keyakinan) yang

terpatri kuat dalam hati.

PETA KONSEP

TASAWUF DALAM ISLAM A. Pengertian dan Asal-

Usul Tasawuf B. Karakteristik

Tasawuf C. Tahapan Spiritual dan

Ajaran Pokok Tasawuf

D. Peran Tasawuf dalam kehidupan Modern

TEOLOGI ISLAM A. Pengertian, Ruang

Lingkup dan Fungsi Ilmu Kalam.

B. Aliran-Aliran: 1. Aliran Jabariah 2. Aliran Qadari’ah 3. Aliran Khawarij 4. Asy’ariyah 5. Aliran Mu’tazilah

C. Menghindari Dosa Besar dan Perilaku Tercela 1. Mabuk-Mabukan 2. Berjudi 3. Berzina 4. Mencuri 5. Narkiba

METODE-METODE PE NINGKATAN KUALITAS AKIDAH, TAUHID DAN AKHLAK A. Menerapkan prinsip-

prinsip akidah dalam kehidupan

B. Menerapkan metode-metode peningkatan kualitas akidah

dalam kehidupan C. Pengertian Tauhid,

Macam-macam Tauhid, Perilaku Orang yang bertauhid.

D. Pengertian, Menerapkan Metode-Metode Kualitas Akhlak.

E. Menerapkan Metode-Metode Kualitas Akhlak dalam Kehidupan.

Page 141: AQIDAH AKHLAK

3  

Akidah Islam mengandung arti ketertundukan hati, kepatuhan, kerelaan dan kejujuran dalam

menjalan perintah Allah swt. Oleh sebab itu akidah Islamiyah adalah keterkaitan antara hati,

ucapan dan perbuatan.

Akidah menurut syara’ Adalah iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para

RasulNya, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk. Ini juga dikenal dengan rukun iman. Oleh

karena itu keimanan dalam agama Islam merupakan dasar atau pondasi yang di atasnya dibangun

syariat Islam. Antara keimanan dan perbuatan atau akidah dan syariat keduanya saling berkaitan

erat, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya seperti dua sisi mata uang.

2. Sumber Akidah Islam

Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis, sehingga mayoritas ulama sepakat

bahwa rukun Iman berjumlah enam; Lima dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur’an sebagaimana

firmanNya dalam Surah al-Baqarah: 177

Artinya:

Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi……

Adapun rukun yang ke enam yaitu iman kepada qadar didasarkan kepada hadis nabi, ketika

beliau ditanya oleh Jibril tentang iman, maka Nabi menjawab

أن تؤمن با ومالئكته وكتبه ورسله واليوم األخر وتؤمن بالقدر خيره وشره Artinya:

Hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari kemudian dan hendaknya pula kamu beriman kepada qadar baik maupun buruk.

3. Tujuan Akidah Islam

Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, membawa dan mengandung misi keimanan

kepada Allah yang wajib disembah. Dalam rangka mengubah kehidupan manusia. Nabi Muhammad

saw. terus menerus menyeruh manusia agar mengikuti agama yang diturunkan Allah dan jangan

bercerai berai atau mengikuti agama lain. Oleh karena itu akidah Islam bertujuan yaitu:

Page 142: AQIDAH AKHLAK

4  

a. Menentukan orientasi kehidupan

Akidah Islam menentukan orientasi kehidupan yang benar kepada ummat Islam dalam

beringkah laku, mendorong mereka untuk melakukan amal kebajikan. Orintasi yang dimaksud

adalah niat yang ikhlas yang terkandung dalam setiap perbuatan manusia.

b. Mempertebal keyakinan

Akidah Islam yang menguatkan dan memantapkan keyakinan akan kebenaran ajaran Islam.

Islam diterima sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada

keraguan didalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (QS. AlBaqarah 2: 2-5).

c. Membangkitkan rasa ketuhanan

Manusia adalah makhluk religi yaitu makhluk yang memiliki naluri beragama, naluri

tersebut sejak ada semenjak manusia hidup, dapat tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi

dan pengaruh yang diterimanya. (QS. Al A’raf 7: 172).

Secara esensial manusia dibedakan karena amal ketakwaannya. Bukan karena keturunan,

warna kulit atau kewargaannya, bukan pula pangkat, harta dan jabatan yang disandangnya.

Keyakinan tersebut akan membuat manusia terlepas dari penindasan, perbuatan, karena itu

bertentangan dengan akidah Islam yang diyakininya.

d. Memberikan kepastian

Akidah Islam memberikan pedoman hidup yang pasti dan pegangan kuat, supaya dapat

membedakan mana yang baik yang harus dijalankannya, dan mana yang buruk yang harus dijauhi.

(QS. Al Baqarah 2: 185).

e. Berani berjuang

Akidah Islam akan mendorong manusia berani berjuang menegakkan kebenaran, berani

dalam pengertian bahwa seseorang mempunyai kesiapan untuk menyatakan kebenara. Kebenaran

sudah mendarah daging dalam kehidupannya. Dia rela terhina dihadapan manusia karena

menjunjung tinggi kebenaran.

f. Bertawakkal dan tenteram

Seseorang yang memiliki dan kuat akidahnya meyakini bahwa segala sesuatu akan terjadi

atau gagal karena kehendak dari Allah. Tugas utama manusia adalah bekerja, ikhtiar berdasarkan

ketetapan yang benar, sedangkan hasilnya diserahkan pada Allah atau bertawakkal.

4. Iman, Islam dan Ihsan

Di dalam Islam dan Iman terkumpul agama secara keseluruhan. Ketika Nabi saw. ditanya

oleh Jibril tentang 3 hal tersebut, Nabi memberikan jawaban yang berbeda, berikut uraiannya.

Page 143: AQIDAH AKHLAK

5  

Iman

Kita telah mengetahui jawaban Rasulullah dalam hadis jibril, Nabi saw. menjawab ada 6 yang

wajib dipercayai, tapi pada hadis yang lain beliau juga menyebut hal-hal lain sebagai Iman, seperti

akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya. Itu

semua adalah iman yang merupakan pembenaran batin.Tidak ada sesuatu yang mengkhususkan

iman untuk hal-hal yang bersifat batin belaka. Justru yang ada adalah dalil yang menunjukkan

bahwa amal-amal lahiriah juga disebut iman. Sebagiannya adalah apa yang telah disebut Rasulullah

sebagai Islam.

Beliau telah menafsirkan iman kepada utusan Bani Abdil Qais dengan penafsiran Islam yang

ada dalam hadis Jibril. Sebagaiman yang ada dalam hadis syu’abul iman (cabang-cabang iman).

Rasulullah bersabda, “Yang paling tinggi adalah ucapan, ‘La ilaha illallah’ dan yang paling rendah

menyingkirkan gangguan dari jalan. “pada hal apa yang terdapat diantara keduanya adalah amalan

lahiriah dan batiniah.

Sudah diketahui bersama bahwa beliau tidak memaksudkan hal-hal tersebut menjadi iman

kepada Allah tanpa disertai iman dalam hati, sebagimana telah dijelaskan dalam banyak dalil syar’i

tentang pentingnya iman dalam hati. Jadi, syiat-syiar atau amalan-amalan yang bersifat lahiriah

yang disertai dengan iman dalam dada itulah yang disebut iman. Dan makna iman mencakup

pembenaran hati dan amalan perbuatan, dan itulah istIslam (penyerahan diri) kepada Allah.

Islam

Rasulullah banyak menamakan beberapa hal dengan sebutan Islam, umpamanya: taslimul

qalbi (penyerahan hati), Salamatunnas minal lisan wal yad (tidak menyakiti orang lain dengan lisan

dan tangan), menberikan makan, serta ucapan yang baik. Semua perkara ini, yang disebut

Rasulullah sebagai Islam yang mengandung nilai penyerahan diri, ketundukkan dan kepatuhan yang

nyata.

Hukum Islam terwujud dan terbukti dengan dua kalimat syahadat, menegakkan shalat,

membayar zakat, puasa Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah. Ini semua adalah syiar-syiar

Islam yang paling tampak. Seseorang yang melaksanakannya berarti sempurnalah

penghambaannya. Apabila ia meninggalkannya berarti ia tidak tunduk dan berserah diri.

Lalu penyerahan hati, yakni ridha dan taat, dan tidak mengganggu orang lain, baik dengan

lisan atau tangan, ia menunjukkan adanya rasa ikatan ukhuwah imaniyah. Sedangkan tidak

menyakiti orang lain merupakan bentuk ketaatan menjalankan perintah agama, yeng memang

menganjurkan kebaikan dan melarang mengganggu orang lain serta memerintahkan agar

mendermakan dan mendorong serta mencintai perkara-perkara yang baik. Ketaatan seseorang

dengan berbagai hal tersebut juga hal lainnya adalah termasuk sifat terpuji,yakni jenis kepatuhan

Page 144: AQIDAH AKHLAK

6  

dan ketaatan, dan ia merupakan gambaran yang nyata tentang Islam. Hal-hal tersebut mustahil dapat

terwujud tanpa pembenaran hati (iman). Dan berbagai hal itulah yang disebut sebagai Islam.

Berdasarkan ulasan tersebut dapat dikatakan, sesungguhnya sebutan Islam dan iman apabila

bertemu dalam satu tempat maka Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan lahiriah, sedangkan iman

ditafsirkan dengan keyakinan-keyakinan batin. Tetapi, apabila dua istilah itu dipisahkan atau

disebut sendiri-sendiri, maka yang satu ditafsiri dengan yang lain. Artinya Islam itu ditafsiri dengan

keyakinan dan amal, sebagaimana halnya iman juga ditafsiri demikian.

Keduanya adalah wajib, ridha Allah tidak dapat diperoleh dan siksa Allah tidak dapt

dihindarkan kecuali dengan kepatuhan lahiriah disertai dengan keyakinan batiniah. Jadi tidak sah

pemisahan antara keduanya.

Seseorang tidak dapat menyempurnakan iman dan Islamnya yang telah diwajibkan atasnya

kecuali dengan mengerjakan perintah dan menjauhkan diri dari laranganNya. Sebagaimana

kesempurnaan tidak mengharuskan sampainya pada puncak yang dituju. Karena adanya bermacam-

macam tingkatan sesuai dengan tingginya kuantitas dan kualitas amal serta keimanan.

Ihsan

Kata ihsan berasal dari bahasa Arab, yaitu ahsana, yahsinu, ihasanan, yang artinya berbuat

baik atau berbuat kebaikan. Kata ihsan dalam al-Qur’an diulang sebanyak 12 kali, dengan arti yang

beraneka ragam. Di antaranya ada yang berarti berbuat baik atau kebaikan. (QS. Al-Baqarah, 2 :

178). Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (Q.S. An-Nahl, 16

: 90). Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu) : Janganlah kamu

menyembah Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak. Q.S. al-Baqarah, 2 :83).

Pada ayat-ayat tersebut kata ihsan selalu diartikan berbuat baik, dan dihubungkan dengan

berbagai masalah sosial, yaitu berbuat baik dalam bentuk mau memaafkan kesalahan orang lain,

dalam memimpin masyarakat atau memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan dalam

hubungannya dengan kedua orang tua. Dengan demikian kata ihsan lebih menunjukkan pada akhlak

yang mulia. Sedangkan arti ihsan sebagaimana digunakan dalam arti istilah adalah merasa

diperhatikan oleh Allah, sehingga ia tidak berani melakukan pelanggaran atau meninggalkan

perintah Tuhan.

5. Aliran Teologi dalam Islam

Teologi Islam atau ilmu kalam sebagai disiplin ilmu pengetahuan, baru muncul sekitar abad

ke-3 Hijrah. Hal ini sama sekali bukan berarti aspek akidah atau teologi tidak mendapat perhatian

dalam ajaran Islam atau ilmu-ilmu keIslaman, bahkan sebaliknya dalam agama Islam aspek akidah

merupakan inti ajarannya.

Page 145: AQIDAH AKHLAK

7  

Pada waktu itu umat Islam masih bersatu dalam segala persolan pokok akidah, bersatu dalam

memahaminya. Umat Islam waktu itu tidak pernah berkeinginan untuk mengungkit persoalan

akidah yang telah tertanam dan berakar kuat dihati umat Islam.

Umat Islam terus mengisi ruang sejarah yang terus berjalan hingga sejarah itu sendiri

melahirkan beberapa persoalan yang muncul kemudian yang harus dihadapi umat Islam, termasuk

dengan munculnya persoalan-persoalan dalam masalah teologi.

a. Masalah Status dan Nasib Pelaku Dosa Besar

Ketika Nabi Muhammad saw, masih hidup, semua persoalan agama dapat ditanyakan kepada

beliau secara langsung. Dan jawaban dari persoalan tersebut dapat diperoleh secara langsung dari

Rasulullah saw. Para sahabat dan kaum muslimin percaya dengan sepenuh hati, bahwa apa yang

diterima dan disampaikan oleh Nabi adalah berdasarskan wahyu Allah. Dengan demikian, tak ada

keraguan sedikitpun mengenai kebenarannya. Dalam masalah akidah atau teologi, umat Islam pada

masa Nabi saw, tidak terjadi perpecahan atau pengelompokan. Mereka semua bersatu dalam

masalah akidah sampai pada masa dua kepemimpinan khulafaur zrasyidin, yakni pada masa

pemerintahan khalifah Abu Bakur As-Siddiq dan Khalifah Umar bin Khattab. Karena pada masa

setelahnya umat Islam telah terusik nafsunya untuk mengambil pemahaman secara sepihak menurut

versi kelompoknya dalam masalah agama termasuk persoalan akidah atau teologi yang dalam

agama Islam merupakan ajaran yang pokok.

Persoalan teologi dalam umat Islam memang bukan merupakan persoalan yang muncul

sebagai persolan teologis. Namun persoalan-pesoalan teologi dalam umat Islam muncul

dikarenakan isu persoalan politik yang melahirkan persistiwa pembunuhan Usman bin Affan

sebagai khalifah umat Islam yang sah pada watu itu. Dan dalam peristiwa pembunuhan tersebut

yang terlibat langsung adalah umat Islam. Ternyata, persoalan pertama yang muncul dalam Islam

justru persoalan politik yang kemudian disusul persoalan teologi. Ketika Nabi saw. Wafat, yang

terpikir didalam kalangan umat (para sahabat) adalah siapa pengganti Rasulullah saw.? Dan

berlanjut sampai khalifah Usman yang terbunuh merupakan titik awal lahirnya permasalahan

teologi yang dipertentangkan. Dari peristiwa pembunuhan Usman yang menjadi permaslahan

adalah dosa apa yang telah diperbuat olehnya, dan bagaimana dosanya bagi orang-orang yang

membunuh beliau? Peristiwa pembunuhan itu sebenarnya merupakan peristiwa politik, yakni

sebagai tanggapan terhadap kebijaksanaan pemerintahan yang dijalankan pada waktu itu.

Pembicaraan masalah dosa tersebut semakin meningkat ketika terjadi perebutan kekuasaan

antara Ali dan Muawiyah dengan keputusan akhir adanya arbitrase (tahkim) Kelompok yang tidak

setuju adanya arbitrase, menganggap bahwa orang terlibat dalam persolan arbitrase, seperti Ali bin

Ali Thalib, Muawiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al Asy’ary dan lain-lain, dianggap kafir, karena

Page 146: AQIDAH AKHLAK

8  

telah mengambil hukum yang tidak berdasarkan Al-Qur’an. Karena Allah berfirman didalam Al-

Qur’an surat Al-Maidah ayat 44,

Artinya: “Barang siapa yang tidak memutuskan, menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka

itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah: 44)

Mereka (kaum Khawarij) berpendapat bahwa hal serupa itu tidak dapat diputuskan oleh

arbitrase manusia. Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang

ada dalam Al-Qur’an, la hukma illa lillah (Tidak ada hukum selain dari hukum Allah) atau La

Hukama Illa Allah (Tidak ada pengantara selain dari Allah) menjadi semboyan mereka.”

Kemudian pengertian kafir, semakin berkembang tidak hanya pada orang yang tidak

menentukan hukum berdasarkan Al-Qur’an tetapi juga kepada orang yang berbuat dosa besar.

Persoalan dosa besar mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuhan teologi selanjutnya. Persoalan

ini menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam. Pertama, aliran Khawarij, berpendapat bahwa

orang yang berdosa besar adalah kafir. Artinya keluar dari Islam (murtad) karena itu ia wajib

dibunuh. Kedua, aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar tetap mukmin,

bukan kafir. Adapun dosa yang dilakukannya terserah kepada Allah untuk diampuni atau tidak,

Ketiga, aliran Mu’tazilah, kaum ini tidak setuju dengan pendapat-pendapat diatas. Baginya orang

yang berdosa besar bukan kafir tetapi juga bukan mukmin. Orang yang melakukan dosa besar

mengambil posisi antara mukmin dan kafir. Terkenal dengan paham/istilah Manzilah baina al

Manzilataini.

b. Perbuatan Manusia dalam Kaitannya dengan Perbuatan Tuhan

Persoalan lain dalam masalah teologis berkaitan dengan persoalan perbuatan manusia dalam

kaitannya dengan perbuatan Tuhan. Pertanyaan di sekitar peroalan tersebut diantaranya apakah

manusia melakukan perbuatannya sendiri atau tidak? Apakah perbuatan yang dilakukan oleh

manusia terdapat campur tangan (interfensi) dari Tuhan yang mengatur alam raya ini berserta

seluruh isinya? Kalau Tuhan ikut campur tangan dalam perbuatan manusia, sampai sejauh mana

interfensi Tuhan tersebut: Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengusik para ulama kalam

(mutakallimin) untuk membahasnya.

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan para mutakallimin ini kemudian terbentuk aliran-

aliran/paham dalam persoalan teologi. Aliran-aliran teologi yang muncul berangkat dari latar

belakang persoalan-persoalan tersebut sebagaimana uraian berikut. Pertama, aliran Jabariyah yang

Page 147: AQIDAH AKHLAK

9  

dalam persoalan tersebut memahami bahwa manusia tidak berkuasa atas perbuatannya. Hanya Allah

sajalah yang menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusia. Semua amal perbuatan

itu adalah atas qudrat dan iradat-Nya. Manusia tidak mencampurinya sama sekali. Dalam paham

jabariyah, perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan sering digambarkan bagai bulu

ayam yang diikat dengan tali dan digantungkan di udara. Kemana angin bertiup kesanalah bulu

ayam itu terbang. Ia tidak mampu menentukan dirinya sendiri, tetapi terserah angin. Apabila

perbuatan manusia diumpamakan sebagai bulu ayam, maka angin itu adalah Tuhan yang

menentukan kearah mana dan bagaimana perbuatan manusia itu dilakukan.

Kadang-kadang manusia diumpamakan pula seperti wayang yang tidak berdaya. Bagaimana

dan ke mana ia bergerak terserah dalang yang memainkan wayang itu. Dalang bagi manusia adalah

“Tuhan”. Pahan Jabariyah sebagaimana dikemukakan diatas adalah paham yang dilontarkan oleh

Jahm bin Shafwan, tokoh utama Jabariyah. Aliran ini pun kadang-kadang disebut dengan aliran

Jahamiyah. Menurut paham ini Allah swt., membekali manusia sejak lahirnya dengan qudrat dan

iradat : suatu kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya sendiri dengan akal dan ajaran agama

sebagai pedoman dalam melakukan perbuatan-perbuatan tersebut.

Karena manusia bebas, merdeka, dan memiliki kemampuan mewujudkan perbuatan-

perbuatannya, ia harus mempertanggungjawabkan perbuatan itu dihadapan Allah swt. Jika ia

banyak melakukan yang baik, ia akan mendapat balasan berupa nikmat dan karunia yang besar.

Sebaliknya, jika perbuatan jahat yang banyak dikerjakan, ia akan disiksa. Karena perbuatan itu

diciptakan dan diwujudkan oleh manusia sendiri, wajar dan adil kalau Tuhan menyiksa atau

member pahala. Dari uraian singkat diatas terlihat bahwa menurut paham Qadariyah, Tuhan tidak

ikut campur tangan dalam perbuatan manusia. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan itu.

Jika perbuatan manusia diciptakan Tuhan seluruhnya, maka taklif tidak ada artinya. Pahala dan

siksa tidak berguna karena perbuatan itu dikerjakan bukan dengan kehendak dan kemauan sendiri.

Ketiga, aliran Asy’ariyah yang dalam persoalan ini lebih dekat dengan paham Jabariyah dari

pada kepada paham Mu’tazilah. Untuk menggambarkannya pahamnya mengenai perbuatan

manusia dalam kaitannya dengan perbuatan Tuhan, Asy’aryah menggunakan teori Al- Kasb.

c. Sifat-Sifat Tuhan

Persoalan lain yang muncul dalam toelogi Islam selain dua persoalan diatas adalah tentang

sifat Tuhan. Para mutakallimin dalam membahas persoalan tentang sifat Tuhan secara garis besar

dapat dibagi menjadi dua golongan pendapat yang berlawanan. Pertama, aliran Mu’tazilah yang

memahami dan membahas persoalan ini dengan berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat.

Mereka berargumen jika Tuhan mempunyai sifat, sifat itu mesti kekal seperti halnya dengan Zat

Tuhan. Namun jika demikian maka yang bersifat kekal bukan satu lagi, tetapi banyak. Jika Tuhan

Page 148: AQIDAH AKHLAK

10  

itu mempunyai sifat-sifat maka akan menyebabkan paham banyak yang kekal (Ta’aduddul qudama)

yang selanjutnya melahirkan paham syirik atau polytheisme sebagai suatu yang tidak mendapat

tempat didalam teolegi Islam.

Jadi, menurut Mu’tazilah Tuhan itu Esa, tidak mempunyai sifat-sifat sebagaimana pendapat

golongan lain. Apa yang dipandang sebagai sifat dalam pendapat golongan, bagi Mu’tazilah tidak

lain adalah Zat Allah sendiri. Untuk menyucikan keesaan Tuhan, golongan Mu’tazilah menafikan

sifat-sifat bagi Tuhan. Dengan cara demikian, golongan Mu’tazilah mengklaim dirinya sebagai

golongan Ahlut Tauhid wal’Adil. Allah itu benar-benar Esa tanpa ditambah apa-apa.

Kedua, aliran Asy’ariyah yang membahas persoalan sifat-sifat Tuhan dengan mengambil

sikap yang berlawanan dengan pendapat golongan pertama atau Mu’tazilah.

Ketiga, aliran Maturidiyah yang dalam hal ini berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-

sifat. Sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan yang terdapat dalam esensi Tuhan dan bukan

melalui sifat-sifat itu sendiri. Mereka selalanjutnya mengatakan bahwa Tuhan bersama-sama sifat-

Nya kekal, tetapi sifat-sifat itu sendiri tidaklah sama dengan kekelan Tuhan.

6. Akhlak

a. Definisi Akhlak

Perkataan akhlak secara etimologis, berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya

khuluqun ( خلق ) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan”Khalkun” ( خلق ) yang

berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “Khaliq” ( خالق ) yang berarti pencipta dan

“Makhluk” ( مخلوق) yang berarti diciptakan.

Pola bentuk defenisi “Akhlak” diatas muncul sebagai mediator yang menjembatani

komunikasi antar Khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan)secara timbal balik yang

kemudian disebut sebagai hablum minallah. Dari produk hablum minallah yang verbal, biasanya

lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablum minannas (pola

hubungan antar sesame makhluk).

Kemudian komentar dari Ibnu Athir dalam bukunya Annihayah menerangkan,

“Hakikat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya, dan lain sebagainya)”.

Identik dengan pendapat Ibnu Athir ini, Imam Al-Ghazali menyatakan.

“Bilamana orang mengatakan si A itu baik khalgunya dan khuluqnya, berarti si A baik sifat lahirnya dan sifat batinnya.

Page 149: AQIDAH AKHLAK

11  

Jadi, berdasarkan sudut pandang kebahasaan defenisi akhlak dalam pengertian sehari-hari

disamakan dengan “budi pekerti”, kesusilaan, sopan santun, tata karma (versi bahasa Indonesia)

sedang dalam Bahasa Inggrinya disamakan dengan istilah moral atau etic.

Begitupun dalam bahasa Yunani istilah “akhlak” dipergunakan istilah ethos atau ethikos atau

etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti “Etika adalah bahasa manusia untuk menakai

akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau

menjadi baik”. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Dalam sebuah kitab yang

ditulis oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:

األخالق هي صفات االنسان االدابية

Artinya:

“Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”

Memahami ungkapan tersebut bisa dimengerti sifat/potensi yang dibawah setiap manusia

sejak lahir: artinya, potensi tersebut sangat tergantung dari cara pembinaan dan pembentukannya.

Apabila pengaruhnya posotif, outputnya adalah akhlak mulia; sebaiknya apabila pembinaaannya

negatif, yang terbentuk adalah akhlak mazmumah (tercela).

Firman Allah surat Al-Syam: 8

Artinya:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kepasikan dan ketakwaannya”.

Berikut ini dikemukakan defenisi ‘akhlak” menurut beberapa pakar sebagai berikut:

1. Ibn Miskawaih

حال للنفس داعية هلا إىل أْفعاهلا مْن غْري فكر و روية

Artinya:

“Keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)

2. Iman Al-Ghazali

اخللق عبارة عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة و يسر من غري حاجة إىل فكر و روية

Artinya:

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbanganpikiran (lebih dulu).

3. Ahmad Amin

Page 150: AQIDAH AKHLAK

12  

ا هي املسماة باخللق عرف بعضهم اخللق بأنه عادة اإلرادة يعىن أن اإلرادة إذا اعتادت شيئا فعاندArtinya :

“Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”.

Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah

bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah

melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan

gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar

inilah yang bernama akhlak.

Akhlak darmawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari

kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini

adalah kehendak, dan kendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.

Betapapun semua definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak

berjauhan maksudnya, bahkan akrtinya berdekatan satu dengan yang lain. Sehingga Prof. K.H.

Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:

“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.

Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan di atas, Dr. M. Abdullah Darroz,

mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:

“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak yang berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pilihan yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”.

Selanjutnya menurut Abdullah Darroz, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai

menifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu:

1. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama sehingga menjadi

kebiasaan,

2. Perbuatan-perbuatan ini dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan karena

adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar, seperti paksaan dari orang lain yang

menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-inda, dan lain

sebagainya.

Beberapa kalangan pengkaji etika maupun akhlak seperti Poeddjawiyatna menklasifikasi

beberapa ukuran baik dan buruk seperti teori hedonisme, utilitarisme, vitalisme, sosialisme,

religeosisme dan humanisme, dengan uraian sebagai berikut;

Page 151: AQIDAH AKHLAK

13  

1. Hedonisme, yaitu sebuah aliran klasik dari Yunani yang menyatakan bahwa ukuran tindakan

kebaikan adalah done, yakni kenikmatan dan kepuasan rasa. Tokoh utama pandangan ini adalah

S. Freud.

2. Utilitarisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa yang baik adalah yang berguna. Karena ini

jika berbuatan itu dilakukan atas diri sendiri maka itu disebut individual, dan jika terhadap

kepentingan orang banyak disebut sosial.

3. Vitalisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa ukuran perbuatan baik itu adalah kekuatan

dan kekuasaan. Bahwa yang baik adalah mencermikan kekuatan dalam hidup manusia.

4. Sosialisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa baik nya sesuatu ditentukan oleh masyarakat.

Jadi, masyarakatlah yang menentukan baik dan buruknya tindakan seseorang bagi anggotanya.

5. religiosisme, aliran yang mengatakan bahwa baik dan buruk itu adalah sesuai dengan kehendak

Tuhan. Lantas, manakah yang menjadi kehendak Tuhan itu?, ini adalah tugas para theolog

dalam memberikan gambaran.

6. Humanisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa baik dan buruknya sesuatu itu adalah

sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, atau kemanusiaannya.

Dari sejumlah aliran dalam mengukur baik buruknya sesuatu di atas, bagi Islam tentu saja

memiliki sikap tersendiri. Islam berpandangan bahwa baik dan buruk itu adalah sesuai dengan

kehendak Allah. Meski demikian, tidak mudah menjawabnya, jika muncul pertanyaan yang

manakah yang dikehendaki Tuhan?. Sebagai antaran awal, guna menjawab pertanyaan ini, bahwa

kehendak Tuhan tentu saja adalah apa-apa yang difirmankan di dalam al-Qur’an dan ajaran praktis

para utusan-utusan-Nya, khususnya terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Lebih

dari itu, pemahaman tentang kebaikan dan keburukan, atau yang dikehendaki oleh Allah dan yang

tidak dikehendaki-Nya dapat pula diperoleh melalui akal, jiwa dan hati.

b. Objek Pembahasan Akhlak

Sebelum sampai kepada pembahasan inti tentang objek akhlak, sebaiknya perlu dipahami

dahulu apa sebenarnya ilmu akhlak itu.

Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia. Baik atau buruknya,

benar atau salahnya, sah atau batal, semua itu ditetapkan dengan mempergunakan ilmu akhlak

sebagai petunjuknya.

Ahmad Amin lebih mempertegas lagi dalam kitabnya Al-Akhlak dengan menyatakan:

ر و يبني معاملة الناس بعضهم بعضا، و يشرح الغاية الىت ينبغي أن يقصدها ما ىف أعماهلم علم يوضح معىن اخلري و الش و يبني السبيل لعمل ما ينبغي.

Artinya:

Page 152: AQIDAH AKHLAK

14  

“ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang harus diperbuat oleh sebagian manusia terhdapap sesamanyadan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dan perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus diperbuat”. Jadi, menurut definisi tersebut ilmu akhlak itu mengandung unsure-unsur sebagai berikut:

a. Menjelaskan pengertian baik dan buruk,

b. Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta bagaimana cara kita bersikap

atarsesama,

c. Menjelaskan mana yang patut kita perbuat,

d. Menunjukkan mana jalan lurus yang harus dilalui.

Berdasarkan beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlak, maka dapat dipahami

bahwa objek (lapangan/sasaran) pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-tindakan seseorang

yang dapat diberikan nilai baik/buruknya, yaitu perkataan dan perbuatan yang termasuk dalam

kategori perbuatan akhlak. Dalam hubungan ini, Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa “etika itu

menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan hukum baik atau buruk”. J.H.

Muirhead meyebutkan bahwa pokok pembahasan (subject matter) etika adalah penyelidikan tentang

tingkah laku dan sifat manusia. Muhammada Al-Ghazali mengatakan bahwa daerah pembahasan

ilmu akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan)

maupun kelompok (masyarakat).

Untuk jelasnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu dapat dibagi dalam tiga macam

perbuatan. Dari yang tiga ini ada yang masuk perbuatan akhlak dan ada yang tidak masuk perbuatan

akhlak.

1. Perbuatan yang dikehendaki atau disadari, pada waktu dia berbuat dan disengaja. Jelas,

perbuatan ini adalah perbuatan akhlak, bisa baik atau buruk, tergantung pada sifat

perbuatannya.

2. Perbuatan yang tidak dilakukan tidak dikehendaki, sadar atau tidak sadar diwaktu dia berbuat,

tetapi perbuatan itu diluar kemampuannya dan dia tidak bisa mencegahnya. Perbuatan demikian

bukan perbuatan akhlak. Perbuatan ini ada dua macam:

a. Reflex action, al-a’maalu-mun’akiyah

Umpamanya, seseorang keluar dari tempat gelap ketempat terang, matanya berkedip-kedip.

Perbuatan berkedip-kedip ini tidak ada hukumnya, walupun dia berhadap-hadapan dengan

seseorang yang seakan-akan dikedipi. Atau seseorang karena digigit nyamuk, dia

menamparkan pada yang digigit nyamuk tersebut.

b. Automatic action, al-a’maalul’aliyah

Model ini seperti halnya degup jantung, denyut urat nadi dan sebagainya.

Page 153: AQIDAH AKHLAK

15  

Perbuatan-perbuatan reflex actions dan automatic actions adalah perbuatan diluar

kemampuan seseorang, sehingga tidak termasuk perbatan akhlak.

3. Perbuatan yang samar-samar, tengah-tengah, mutasyabihat.

Yang dimaksud samar-samar/tengah-tengah, mungkin suatu perbuatan dapat dimasukkan

perbuatan akhlak tapi bisa juga tidak. Pada lahirnya bukan perbuatan akhlak, tapi mungkin

perbuatan tersebut termasuk perbuatan akhlak, sehingga berlaku hukum akhlak baginya, yaitu

bahwa perbuatan itu baik atau buruk. Perbuatan-perbuatan yang termasuk samar-samar,

umpamanya lupa, khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya. Terhadap

perbuatan-perbuatan tersebut ada hadis-hadis rasul yang menerangkan bahwa perbuatan-

perbuatan lupa, khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya, tidak termasuk

perbuatan akhak.

Selanjutnya, dalam menetapkan suatu perbuatan yang muncul dengan kehendak dan disengaja

hingga dapat dinilai baik apa buruk ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan: (1) situasi dalam

keadaan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja dan (2) pelaku tahu apa yang

dilakukan, yakni mengenai nilai baik buruknya. Oleh sebab itu, suatu perbuatan dapat dikatakan

baik buruknya manakala memenuhi syarat-syarat diatas. Kesengajaan merupakan dasar penilaian

terhadap tindakan seseorang. Sebagai contoh, seorang prajurit yang membunuh musuh dimedan

perang tidak dikatakan melakukan kejahatan, karena ia dipaksa oleh situasi perang. Seorang anak

kecil yang main api didalam rumah hingga berakibat rumah itu terbakar, tidak dapat dikatakan

bersalah, karena ia tidak tahu akibat perbuatannya itu. Dalam Islam factor kesengajaan merupakan

penentu dalam penetapan nilai tingkah laku/tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa

karena melanggar syariat, jika ia tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum Islam.

Erat kaitannya dengan permasalahan diatas Rasulullah saw. Telah memberikan penjelasan

bahwa kalaulah suatu tindakan itu dilakukan oleh seseorang yang didasari karena kelalaian (diluar

kontrol akal normal) atau karena dipaksa, betapapun ada ukuran baik/buruknya, tidak dihukumi

sebagai berdosa. Ini berarti diluar objek ilmu akhlak. Dalam hubungannya dengan problem di atas

Rasulullah saw. Telah mengeluarkan sabdanya yang diriwatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan

Hukum dari Umar bahwa Rasulullah saw. berdabda:

رفع القلم عن اجملنون املغلوب على عقله حىت يربأ و عن النائم حىت يستيقظ و عن الصيب حيت حيتلم.Artinya:

“Tidak berdosa seorang muslim karena tiga perkara: (1) orang gila hingga sembuh dari gilanya, (2) orang yang tidur hingga terbangun dan (3) seorang anak hingga ia dewasa”.

Berdasarkan hadis tersebut, perbuatan lupa atau khilaf tidak diberi hukum dan tidak termasuk

perbuatan akhlak. Perbuatan persebut umpamanya perbuatan diwaktu tidur dan yang dipaksa.

Page 154: AQIDAH AKHLAK

16  

Namun, menurut ayat Al-Qur’an, kita diperintahkan berdoa kepada Allah, untuk minta ampun, agar

Allah tidak menghukum dan menyiksa kita apabila kita berbuat lupa dah khilaf yang dianggap

salah, sehingga mendapat hukuman siksa. Jadi meskipun lupa atau khilaf termasuk perbuatan

akhlak. Dalam hal ini para ahli etika menyimpulkan bahwa perbuatan lupa dan khilaf dan

sebagainya ada dua macam:

a. Apabila perbuatan itu sudah dapat diketahui akibatnya atau patut diketahui akibat-akibatnya,

atau bisa juga diikhtiarkan untuk terjadi atau tidak terjadinya. Oleh karena itu, perbuatan

mutasyabih demikian disebut perbuatan ikhtiari atau ghair ta’adzur, sehingga dimasukkan

perbuatan akhlak. Umpamanya, kalau kita tahu bahwa dikhawatirkan kalau tidur akan berbuat

yang tidak diinginkan, maka hendaknya sebelum tidur kita harus menjauhkan benda-benda

yang membahayakan, senjata harus diamankan, api dipadamkan, pintu-pintu dikunci dan

sebagainya.

b. Apabila perbuatan ini tidak kita ketahui sama sekali dan diluar kemampuan manusia, walaupun

sudah diikhtiarkan sebelumya, tapi toh terjadi juga, perbuatan demikain disebut ta’adzury

(diluar kemampuan manusia). Perbuatan demikian tidak termasuk perbuatan akhlak.

Sebagaimana Rasulullah saw. Telah mengisyaraktkan sebagai berikut:

يه. ن الّله تعاىل حتاوزىل و عن امىت اخلطأ و النسيان و ما استكرهوا علإArtinya:

“Sesungguhnya Allah member maaf bagiku dari umatku yang khilaf, lupa dan terpaksa”.

c. Faedah Mempelajari Ilmu Akhlak

Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makluk hewani.

Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling

mulai, menjadi turun kemartabat hewani. Manusia yang telah lari dari sifat insaniyahnya adalah

sangat berbahaya dari binatang buas. Di dalam surat Al-Tiin ayat 4-6, Allah mengajarkan bahwa:

“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; kemudian

kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka); kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal saleh, amak bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya”.

Menurut Iman Al-Ghazali dalam bukunya Mukasyafatul Qulub, Allah telah menciptakan

makhluknya terdiri atas tiga kategori. Pertama, Allah menciptakan malaikat dan diberikan

kepadanya akal dan tidak diberikan kepadanya elemen nafsu (syahwat). Kedua, Allah menjadikan

bintang dan tidak dilengkapi dengan akal, tetapi dilengkapi dengan syahwat saja. Ketiga, Allah

menciptakan manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal dan syahwatn(nafsu). Oleh karena

itu, barang siapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya, maka hewan melata misalnya lebih

baik dari manusia. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya,

Page 155: AQIDAH AKHLAK

17  

derajatnya diatas malaikat. Sedangkan menurut Prof. John Oman, Morality without religion lacks

awide heaven to bearth in (moral tanpa agama kehialangan tempat yang luas untuk bernafas).

Akhlak sangatlah urgen bagi manusia. Urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia

dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat,

bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa atau bernegara. Akhlak adalah mustika hidup

yang membedakan makhluk manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak adalah manusia

yang telah “membinatang”, sangat berbahaya. Ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang

buas sendiri.

Jika akhlak telah lenyap dari diri masing-masing manusia, kehidupan ini akan kacau balau,

masyarakat menjadi berantakan. Orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, halal atau haram.

Dalam Al-Qur’an ada peringatan menjadi hukum besi sejarah (sunnatullah), yaitu firman Allah

dalam surat Al-Araf Ayat: 182

Artinya:

“(dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, akan kami lalaikan mereka dengan kesenangan-kesenangan dari jurusan yang mereka tidak sadari dan mengetahui)”.

Rasulullah saw. pun diutus diantara misinya membawa ummat manusia kepada akhlakul

karimah. Dalam sabdanya disebutkan:

إّمنا بعثت ألمتم مكارم األخالق

Artinya:

“Saya diutus (kedunai) ialah untuk menyempurnakan akhlak yang mulai”.

Syauqi Beik, penyair Arab yang ternkenal pernah memperingatkan bangsa Mesir:

و امنا االمم االخالق ما بقيت، و ان مهوا ذهبت اخالقهم ذهبوا

Artinya: “Bangsa itu hanya bisa bertahan selama mereka memiliki akhlak. Bila akhlak telah lenyap dari mereka, merekapun akan lenyap pula”.

Berdasarkan definisi ilmu akhlak, faedah mempelajari ilmu akhlak sebagai berikut:

a. Dapat menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan rutin yang dihadapi manusia

dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.

b. Dapat menjelaskan kepada orang sebab atau illat memilih perbuatan yang baik dan lebih

bermanfaat.

Page 156: AQIDAH AKHLAK

18  

c. Dapat membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak terperangkap kepada

keinginan-keinginan nafsu, bahkan mengarahkannya kepada hal yang positif dengan

menguatkan unsure iradah.

d. Manusia atau orang banyak mengerti benar-benar akan sebab-sebab melakukan atau tidak akan

melakukan sesuatu perbuatan, dimana dia akan memilih pekerjaan atau perbuatan yang nilai

kebaikannya lebih besar.

e. Mengerti perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan menghadapi perbuatan itu dengan

penuh minat dan kemauan.

f. Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam memvonis perilaku orang banyak dan tidak

akan mengekor dan mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan yang matang lebih dulu.

Sebenarnya dengan memahami ilmu akhlak itu bukanlah menjadi jaminan bahwa setiap yang

mempelajarinya secara otomatis menjadi orang yang berakhlak mulai, bersih dari berbagai sifat

tercelah. Ilmu akhlak ibarat dokter yang hanya memberikan penjelasan penyakit yang diderita

pasien dan memberikan obat-obat yang diperlukan untuk mengobatinya. Dokter menjelaskan apa

dan bagaimana memelihara kesehatan agar ia sembuh dari penyakitnya; memberikan saran-saran

dan peringatan bahaya-bahaya penyakit yang diderita pasiennya agar ia lebih berhati-hati menjaga

dirinya.

Jadi, tugas dokter bukan untuk menyembuhkan pasien, tetapi dia menjelaskan dengan

sesempurna mungkin mengenai penyakit dan gejala-gejala penyakit bila si pasien tidak

menghentikan merokok atau tidak meninggalkan minuman-minuman keras, misalnya, jadi,

kesempuhan suatu penyakit sangat tergantung kepada si pasien apakah setelah ia mendapat

keterangan dari dokter maukah dia menurutinya atau tidak. Jika dituruti, insya Allah dia ada

harapan terhindar dari penyakit atau penyakit yang sedang diderita itu akan berangsur-angsur hilang

dan dia menjadi sehat. Dengan demikian, faedah ilmu akhlak dapat dipahami bahwa sesungguhnya

ilmu akhlak tidak memberi jaminan seseorang menjadi baik dan sopan. Ilmu akhlak membuka mata

hati seseorang untuk mengetahui suatu perbuatan dapat dikatan baik atau buruk. Selain itu juga

memberikan pengertian apa faedahnya jika berbuat baik da apa pula bahayanya jika berlaku jahat.

1. Asal Usul Tasawuf

Berbicara tentang asal atau etimologi kata sufi, Harun Nasution menyebut beberapa teori,

yaitu dari kata : (1) suffah ( صفة ), yang berarti “pelana” (2) saf (صف) yang berarti “baris” ; (3) sufi

yang berarti “bulu domba atau wol”: (7) ,(صف) yang berarti “suci”; (4) suf ,(صوفي، صافي، صفى)

sophos, kota yunani yang berarti “hikmat”.

Page 157: AQIDAH AKHLAK

19  

Dari beragam teori seperti yang disebutkan diatas, teori keempatlah yang banyak diterima

sebagai asal kata sufi. Untuk memperkuat argumen ini, berikut akan dianalisis masing-masing asal

kata tersebut.

a. Dari segi niat maupun tujuan setiap ibadah kaum sufi, jelas bahwa hal itu tidak terlepas dari

niat suci untuk membersihkan jiwa dan mengabdi kepada Allah. Dari segi inilah sehingga ada

teori yang menyebut bahwa kata tasawuf berakar pada kata safa. Menurut Mir Valiudin, jika

teori ini diterima, maka bentuk yang tepat bukan sufi tapi safawi.

b. Sufi dikatakan berasal dari kata saff karena kaum sufi berada pada baris pertama didepan Allah.

Hal tersebut dilator belakangi oleh besarnya keinginan dan kecenderungan hati mereka

terhadap Allah serta tinggalnya bagian-bagian rahasia dalam diri mereka dihadapan-Nya.

Menurut Mir Valiudin, jika dilihat dari segi ini, maka bentuk yang tepat bukan sufi tapi saffi.

c. Teori yang menyebutkan bahwa kata sufi berasal dari kata suffah. Karena dihubungkan dengan

suatu tempat di Masjid Nabawai. Tempat tersebut didiamai sekelompok sahabat dan sangat

miskin dan tidak mempunyai tempat tinggal, terkenal dengan ahl al-suffah. Mereka adalah

orang-orang yang menyiapkan diri untuk berjihad berdakwah serta meninggalkan segala usaha

yang bersifat duniawi. Namun Mir Vauddin kembali menyanggah bahwa jika teori ini diterima,

maka bentuk yang tepat adalah suffi, bukan sufi.

d. Sebagai sarjana Eropa menyatakan bahwa kata sufi dari kata sophos (Yunani), dalam

pengertian sebagaimana pada kata teoshopy. teoshopy. Yang berarti “kebijaksanaan”. Menurut

Ibrahim Basyuni, pendapat ini kurang tepat, karena huruf sugma Yunani yang diarabkan,

semuanya diteransliterasikan dengan huruf sin ( س ) bukan dengan huruf sad ( ص ). Jadi, kata

sufi berasal dari kata Yunani, maka ia akan ditulis ي سوف bukan صوفي

e. Ada juga teori yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf, karena kaum sufi tidak

memakai pakaian halus dan indah, melainkan mereka hanya menggunakan pakaian untuk

menutupi ketelanjangannya dari kain yang kasar. Menurut al-Kalabadi. Jika akar kata ini dapat

diterima, maka ia tepat menurut gramatika bahasa Arab, sekaligus melingkupi semua makna

yang disebutkan sebelumnya.

2. Al-Maqamat

Sufi yang pertama kali membahas masalah jenjang perjalanan menuju kedekatan dengan

Tuhan (al-Makamat) adalah al-Haris ibn Asad al-Muhasibi (w.243 H), kemudian diikuti al-Surri al-

Saqati (w.257 H), kemudian diteruskan oleh Abu Sa’id al-Kharraz (w.277 H).

Adapun jenjang perjalanan yang dimaksud, para ulama tidak sepakat. Namun, secara garis

besar dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Al-Taubah

b. Al-Zuhd

Page 158: AQIDAH AKHLAK

20  

c. Al-Wara

d. Al-Faqr

e. Al-Tawakkal

f. Al-Sabr

g. Al-Rida

3. Al-Ahwal

Al-Ahwal adalah jamak dari kata al-hal, yang oleh kaum sufi diartikan sebagai situasi

kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah. Datangnya situasi dan kondisi seper ti

ini tidak menentu, terkadang datang dan perginya berlangsung secara cepat (lawaih), dan terkadang

pula dalam tempo yang cukup panjang dan lama (bawadih). Jika kondisi kejiwaan itu telah menjadi

kepribadian, maka itulah yang disebut al-ahwal.

Pada prinsipnya, al-ahwal adalah manifestasi dari al-maqamat yang dilalui sebelunya. Al-

maqamat adalah tingkatan pelatihan dalam membina sikap hidup dan hasilnya dapat dilihat dari

perilaku seseorang. Sedangkan kondisi al-ahwal bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dengan mata,

tetapi hanya dirasakan dan dipahami oleh orang yang mengalaminya.

Sebagaimana halnya dengan al-maqamat, para ulama juga berbeda pendapat tentang jumlah

dan formasi al-ahwal. Namun yang terpenting dan paling banyak penganutnya meliputi enam

formasi, yaitu:

a. Al-Maraqabah

b. Al-Khauf

c. Al-Raja

d. Al-Tuma’ninah

e. Al-Musyahadah

f. Al-Yaqin

Rangkuman

1. Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak

bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan

sehari-hari. Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis dan mempunyai tujuan yang

telah digariskan oleh kedua sumber tersebut. Iman ditafsirkan dengan amal batiniah sedangkan

Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan lahiriah sedangkan ihsan adalah melakukan perbuatan

baik.

2. Persoalan-persoalan teologi dalam Islam muncul dikarenakan isu politik. Aliran teologi dalam

Islam yang muncul antara lain : Khawarij, Syiah, Mu’tazilah, al-Asy’ariah, Murjiah dan lain-

Page 159: AQIDAH AKHLAK

21  

lain. Masalah yang diperdebatkan dalam teologi Islam antara lain nasib pelaku dosa besar,

perbuatan Tuhan dan sifat Tuhan.

3. Menurut bahasa akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Objek

pembahasan adalah semua perbuatan manusia sedangkan objek pembahasan ilmu akhlak ialah

tindakan-tindakan yang dapat diberikan nilai baik/buruk, yaitu perkataan dan perbuatan yang

termasuk kedalam kategori perbuatan akhlak. Ilmu akhlak bukanlah jaminan seseorang menjadi

orang yang berakhlak mulai bersih dari sifat tercela.

4. Banyak teori yang menyebutkan asal kata tasawuf yang paling dapat diterima ialah kata

tasuwuf yang bersal dari kata suff yang berarti bulu domba atau wol. Maqamat adalah terminal

atau jenjang yang harus dilalui seorang salik untuk dekat dengan Tuhan sedangkan ahwal

adalah keadaan kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia dari Allah. Ulama

berbeda pendapat mengenai jenjang atau urutan maqamat dan jumlah ahwal.

Latihan-latihan

Pililah salah satu jawaban yang paling tepat dari alternative jawaban berikut!

1. Menurut bahasa akidah berarti :

a. Ikatan

b. Kuat

c. Percaya

d. Yakin

2. Sinonim kata Akidah adalah :

a. Iman

b. Islam

c. Ihsan

d. Istihsan

3. Sumber akidah Islam adalah :

a. Al-Qur’an

b. Al-Hadis

c. Al-Qur’an dan al-Hadis

d. Ijma

4. Menurut al-Qur’an ada berapa rukun iman :

a. 2

b. 3

c. 5

d. 6

Page 160: AQIDAH AKHLAK

22  

5. Menurut al-Hadis rukun iman ada berapa :

a. 2

b. 3

c. 5

d. 6

6. Al-Qur’an yang berbicara tentang rukun iman adalah :

a. Surat al-Baqarah ayat 1-5

b. Surat al-Nisa ayat 7

c. Surat al-Imran ayat 77

d. Surat al-Baqarah ayat 177

7. Rukun iman yang keberapa yang ditambahkan oleh al-hadis

a. 1

b. 3

c. 5

d. 6

8. Tujuan akidah Islam kecuali :

a. Masuk surga

b. Membangkitkan rasa ketuhanan

c. Memberikan kepastian

d. Memberikan ketentraman

9. Menurut bahasa iman berarti :

a. Pembenaran hati

b. Pembenaran lisan

c. Anggota badan

d. Semuanya benar

10. Islam menurut bahasa berarti :

a. Percaya

b. Yakin

c. Tunduk dan patuh

d. Berbuat baik

11. Teologi Islam sebagai disiplin Ilmu pengetahuan muncul pada abad :

a. 2 H

b. 2 M

c. 3 H

d. 3 M

Page 161: AQIDAH AKHLAK

23  

12. Peperangan antara Ali dan Muawiah dikenal dengan perang :

a. Siffin

b. Jamal

c. Handaq

d. Badar

13. Ketika terjadi arbitrase (tahkim), muawiyah diwakili oleh :

a. Abu Musa al-Asy’ari

b. Abu Sofyan

c. Amr bin Ash

d. Husain

14. Dalil naqli yang dipergunakan oleh Khawarij untuk mengkafirkan pelaku arbitrase adalah

a. Al-Baqarah : 25

b. Al-Maidah : 23

c. Al-Maidah : 44

d. Al-Imaran : 5

15. Syiah secara bahasa berarti :

a. Lawan

b. Teman

c. Pengikut

d. Pembangkan

16. Mu’tazilah berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah :

a. Kafir

b. Mu’min

c. Murtad

d. Bukan mu’min bukan juga kafir

17. Aliran yang berpendapat bahwa manusia tidak berkuasa atas perbuatannya adalah

a. Qaderiah

b. Jabariyah

c. Khawarij

d. Murji’ah

18. Aliran yang berpendapat bahwa Tuhan tidak ikut campur dalam perbuatan manusia adalah

a. Qaderiah

b. Jabariyah

c. Khawarij

d. Murji’ah

Page 162: AQIDAH AKHLAK

24  

19. Tokoh utama aliran jabariyah adalah :

a. Jahm bin Shafwan

b. Hasan Basri

c. Husail

d. Wasil bin Atha

20. Pendapat aliran Asy’ariyah mengenai perbuatan Tuhan dekat dengan pendapat :

a. Mu’tazilah

b. Qadariyah

c. Jabariyah

d. Murjiah

21. Akhlak adalah bentuk jamak dari

a. Khuluqun

b. Khaliqun

c. Khalaka

d. Khalaqun

22. Dibawah ini adalah para pakar akhlak kecuali :

a. Ibn Maskawaih

b. Iman al-Gazali

c. Wasil bin Atha

d. Ahmad Amin

23. Yang termasuk perbuatan akhlak kecuali :

a. Jujur

b. Bohong

c. Dermawan

d. Perbuatan reflex

24. Yang tidak termasuk perbuatan akhlak adalah :

a. Automatic action

b. Lupa

c. Dipaksa

d. Semuanya benar

25. Ilmu akhlak mengandung unsur antara lain :

a. Menjelaskan pengertian baik dan buruk

b. Menjelaskan mana yang patut diperbuat

c. Menunjukkan jalan lurus yang harus dilewati

Page 163: AQIDAH AKHLAK

25  

d. Semuanya benar

26. Jika akhlak telah lenyap maka masyarakat akan jadi berantakan dijelaskan didalam al-

Qur’an :

a. Surat yasin : 80

b. Surat al-Kafirun : 2

c. Al-Ma’un : 5

d. Al-A’raf : 182

27. Syarat untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk adalah :

a. Semua perbuatan dapat dinilai baik dan buruk

b. Dilakukan dengan sengaja

c. Pelaku tidak tau apa yang dilakukannya

d. Semua benar

28. Perbuatan dapat dianggap akhlak apabila :

a. Semua perbuatan merupakan akhlak

b. Perbuatan tersebut sudah pernah dilakukan

c. Perbuatan tersebut dilakukan beulang-ulang kali sehingga menjadi kebiasaan

d. Semua salah

29. Yang termasuk perbuatan automatic action kecuali :

a. Perbuatan reflex

b. Perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran

c. Lupa

d. Denyut urat nadi

30. Ilmu akhlak menjamin seseorang untuk :

a. mengetahui perbuatan baik dan buruk

b. berakhlak mulai

c. masuk surga

d. semua benar

31. Tasawuf biasa juga disebut dengan istilah :

a. Mistisisme dalam Islam

b. Tarekat

c. Ma’rifat

d. Syariat

32. Secara bahasa arti tasawuf antara lain :

a. Suffah

b. Saf

Page 164: AQIDAH AKHLAK

26  

c. Suf

d. Semua benar

33. Dari beberapa teori tentang asal kata tasawuf yang paling mendekati kebenaran adalah :

a. Suf

b. Saf

c. Suffah

d. Sophos

34. Teori yang menyebutkan bahwa kata sufi berasal dari kata suffah karena dihubungkan

dengan:

a. Kedekatan dengan Nabi

b. Kedekatan dengan sahabat

c. Suatu tempat di Masjid Nabi

d. Semuanya salah

35. Suf berarti :

a. Domba

b. Bulu domba

c. Kambing

d. Selimut

36. Sufi yang pertama kali membahas masalah maqamat adalah :

a. Al-Haris Ibnu Asad al-Muhasibih

b. Ibrahim bin Adham

c. Al-Hallaj

d. Al-Gazali

37. Maqamat berarti :

a. Kuburan

b. Perjalanan

c. Peristerahatan

d. Jenjang atau terminal menuju kedekatan dengan Tuhan

38. Al-Ahwal adalah :

a. Terminal

b. Persinggahan

c. Jalan menuju Tuhan

d. Situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia dari Allah

39. Berikut ini maqamat sufi :

a. Taubat

Page 165: AQIDAH AKHLAK

27  

b. Wara’

c. Zuhud

d. Semuanya benar

40. Berikut ini ahwal sufi kecuali :

a. Al-Khauf

b. Al-Faqr

c. Al-Taubah

d. Al-Ridha

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Jelaskan pengertian akidah!

2. Sebutkan sumber dan tujuan akidah!

3. Jelaskan perbedaan antara iman dan Islam!

4. Jelaskan sebab munculnya aliran teologi dalam Islam!

5. Sebutkan permasalahan-permasalahan apa saja yang mendasari lahirnya aliran teologi

dalam Islam!

6. Jelaskan pendapat murjiah tentang pelaku dosa besar!

7. Jelaskan yang saudara ketahui tentang al-Manzilah Bainal Manzilatain!

8. Jelaskan pengertian akhlak!

9. Jelaskan perbedaan antara akhlak dan ilmu akhlak!

10. Sebutkan faedah ilmu akhlak!

11. Jelaskan pengertian tasawuf!

12. Jelaskan apa yang dimaksud maqamat dan ahwal!

13. Sebutkan maqamat dan ahwal sufi?

Balikan dan tindak lanjut

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat dibagian akhir

modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui

tingkat penguasan anda terhadap materi kegiatan belajar tersebut.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%

Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan :

90-100% = baik sekali

Page 166: AQIDAH AKHLAK

28  

80-89% = baik

70-79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% anda haruas mengulangi materi kegiatan belajar

selanjutnya. Jika masih dibawah 80% anda harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut,

terutama bagian yang belum dikuasai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin, Studi Agama; Normativisme dan Historisitas, Jokjakarta, Pustaka Pelajar, 1996

Azhari, Kautsar Noer, Tasawuf Perenial, Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2002

Abdullah, Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid 3, Jakarta, Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi

Arabia Jakarta, 2002

Basyuni, Ibrahim, Nasya’tal-Tshawwuf al-Islamy, Kairo, Dar al-Fikr, 1969

Hamka, Tasawwuf; Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1994

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Jokjakarta, LPPI UMY-Pustaka Pelajar, 2006

Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1998

Al-Anshari, Muhammad Abdul Haq, Sufism and Syari’ah; A Study syeh Ahmad Sirhindi’s Effort to

Reform Muslim, London, The Islamic Foundation, 1986

Poedjawiyatna, Etika; Filsafat tingkah Laku, Jakarta, Rineka Cipta, 1996

Sinaga, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004

Page 167: AQIDAH AKHLAK

29  

Page 168: AQIDAH AKHLAK

1

MODUL 5

STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

A. Peta Konsep

Discovery

Contex-

tual

Projek

Based

Learning

ProblemBase

Learning

Pendekat-

an

Scientific

Inquiry

Strategi Pembelajaran

Page 169: AQIDAH AKHLAK

2

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini anda sangat diharapkan dapat menggali

informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau

informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,

menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

C. Strategi dan Media Pembelajaran

Strategi dan media pembelajaran yang digunakan dalam modul ini berorientasi pada

kurikulum 2013, yakni: dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning. Dengan pendekatan

scientific

D. Uraian Materi

Sebelum membahas tentang pendekatan scientific, akan diuraikan beberapa

istilah yang terkait dengan pelaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu

model, pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik pembelajaran. Keenam

istilah tersebut memiliki perbedaan pengertian seperti yang diuraikan Kemp

tentang strategi pembelajaran.

Menurut Kemp (1995) Strategi pembelajaran dalam konsep adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efktif dan efisien. Sedangkan menurut and

Carey (1985) Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur

pembelajran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil

belajar pada siswa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau

sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk

padapandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Page 170: AQIDAH AKHLAK

3

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,

yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan

pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi

pembelajaran, metode pembelajaran, serta teknik dan taktik dalam

pembelajaran.Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap

usaha, yaitu :(1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi basil

(out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi

dan selera masyarakat yang memerlukannya. (2) Mempertimbangkan dan memilih

jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. (3)

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akandtempuh

sejak titik awal sampai dengan sasaran. (4) Mempertimbangkan dan menetapkan

tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf

keberhasilan (achievement) usaha.

Perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik

pembelajaran dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Model Pembelajaran Bentuk pembelajaran yang bergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khan oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran

PendekatanPembelajaran Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

Metode Pembelajaran Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembela-jaran, diantaranya: (1) ceramah;(2) demonstrasi; (3)

Page 171: AQIDAH AKHLAK

4

diskusi; (4)simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Tehnik Pembelajaran Cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasi-kan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.

Taktik Pembelajaran Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kernampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat)

Berdasarkan uraian perbedaan istilah-istilah pembelajaran di atas, hubungan

antara pendekatan, strategi, metode, serta tehnik dan taktik dalam pembelajaran

dapat divisualisasikan seperti pada gambar di bawah ini :

Page 172: AQIDAH AKHLAK

5

1. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran

a. Esensi Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena

itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.

Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses

kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para

ilmuan lebih mengedepankan pelararan

induktif (inductive reasoning) ketimbang

penalaran deduktif (deductive reasoning).

Penalaran deduktif melihat fenomena

umum untuk kemudian menarik simpulan

Pendekatan pembelajaran (Student or Teacher Centered)

Strategi pembelajaran (exposition-discoversi-learningorgroup-

individual learning)

Metode pembelajaran (ceramah, diskusi, simulasi,

Teknik dan teknik pembelajaran (spesifik, individual, unik)

Metode pembelajaran Metode

pembelajaran

Metode pembelajaran

Metode pembelajaran

Page 173: AQIDAH AKHLAK

6

yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi

spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran

induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas.

Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan

detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau

beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan

memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian

(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat

diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.

Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data

melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,

kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

b. Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya

dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa

pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah

15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada

pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih

dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70

persen.

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu

dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan

dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang

suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan

dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut

ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

Page 174: AQIDAH AKHLAK

7

a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik

terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang

menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan

tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau

materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

substansi atau materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung -

jawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem

penyajiannya.

Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah

yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal

berpikir kritis.

a. Intuisi.

Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat

irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang

dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering

juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan

secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya

Page 175: AQIDAH AKHLAK

8

didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun

demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.

b. Akal sehat.

Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses

pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan

peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan

mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.

c. Prasangka.

Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal

sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru,

peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu

kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-

hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal

sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau

prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah

menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan

subjektif guru dan peserta didik.

d. Penemuan coba-coba.

Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang

bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan

dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian,

dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya

bahkan mampu mendorong kreatifitas. Karena itu, kalau memang tindakan coba-

coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan,

sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik

mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget

komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang

menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya,

Page 176: AQIDAH AKHLAK

9

hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti

apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.

e. Berpikir kritis.

Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang

normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu

umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini

biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil

pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen

yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang

logis semata.

c. Pendekatan scientific

1. Konsep pendekatan scientific

a) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,

legenda, atau dongeng semata.

b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari

prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang

menyimpang dari alur berpikir logis.

c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran.

d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

e) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

materi pembelajaran.

f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 177: AQIDAH AKHLAK

10

g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya.

Langkah-langkah Pembelajaran Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap,

pengetahuan, dan keterampilan

gf

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta

didik “tahu mengapa.”

Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

peserta didik “tahu bagaimana”.

Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

peserta didik “tahu apa.”

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan

untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki

sikap (tahu mengapa)

Produktif Inovatif Kreatif Afektif

Keterampilan (tahu bagaimana)

Pengetahuan (tahu apa)

Page 178: AQIDAH AKHLAK

11

kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta

didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,

yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata

pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,

kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan

dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Untuk mata pelajaran, materi,

atau situasi tertentu, sangat mungkin

pendekatan ilmiah ini tidak selalu

tepat diaplikasikan secara prosedural.

Pada kondisi seperti ini, tentu saja

proses pembelajaran harus tetap

menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat

ilmiah dan menghindari nilai-nilai

atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan

ilmiah pembelajaran disajikan berikut

ini.

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan

media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah

pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini

biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga

relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan

pembelajaran.

Page 179: AQIDAH AKHLAK

12

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta

didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan

metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek

yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-

langkah seperti berikut ini:

Menentukan objek apa yang akan diobservasi

Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan

diobservasi

Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer

maupun sekunder

Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi

Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti

menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat

tulis lainnya.

Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan

peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk

keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.

Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan

pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan

observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak

melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa,

pada observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama

sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau

Page 180: AQIDAH AKHLAK

13

situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada

observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang

atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi

terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau

objek yang diobservasi.

Observasi partisakidah akhlaktif (particakidah akhlak observation). Pada

observasi partisakidah akhlaktif, peserta didik melibatkan diri secara langsung

dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini

paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi.

Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada

pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa,

misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan

“bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu

tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk

melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.

Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan

dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur

dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.

Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses

pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi

oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah

bimbingan guru.

Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka

proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang

harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik

membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas

subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.

Page 181: AQIDAH AKHLAK

14

Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik

dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain,

seperti: (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam

objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek

atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.

Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan

observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan

anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical

device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek,

objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk

mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotal berupa

catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar

biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanikal

berupa alat mekanik yang dapat dakidah akhlakkai untuk memotret atau merekam

peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang

diobservasi.

Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama

observasi pembelajaran disajikan berikut ini.

Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk

kepentingan pembelajaran.

Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau

situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi

yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum

obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan

menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan

sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

Page 182: AQIDAH AKHLAK

15

2. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan

dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru

bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar

dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia

mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan

dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu

dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan,

asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya:

Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-

ciri kalimat efektif!

a) Fungsi bertanya

Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu

tema atau topik pembelajaran.

Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan

untuk mencari solusinya.

Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi

pembelajaran yang diberikan.

Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan

pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan

bahasa yang baik dan benar.

Mendorong partisakidah akhlaksi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,

mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

Page 183: AQIDAH AKHLAK

16

Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau

gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam

hidup berkelompok.

Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam

merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati

satu sama lain.

b) Kriteria pertanyaan yang baik

Singkat dan jelas.

Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?

(2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus

narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih

jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.

Menginspirasi jawaban.

Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting

pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat

kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba

jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal

membangun kerukunan umat beragama?

Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang

diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.

Memiliki fokus.

Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan?

Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta

memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya

menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan

sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif

Page 184: AQIDAH AKHLAK

17

jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban.

Pertanyaan yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa

kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan

jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.

Bersifat probing atau divergen.

Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik

harus rajin belajar? (2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar

cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh

peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut

jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan

memiliki bobot kebenaran yang sama.

Bersifat validatif atau penguatan.

Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang

berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu

dimaksudkan untuk memvalidasi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta

didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban

yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka

memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.

Contoh:

Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?

Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang

bekerja.”

Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”

Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang

malas tidak produktif”

Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”

Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu

terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”

Page 185: AQIDAH AKHLAK

18

Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.

Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang

cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata.

Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat

sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.

Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.

Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan

tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang

menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari

sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang

lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata

kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

Merangsang proses interaksi.

Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana

menyenangkan pada diri peserta didik. Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan

pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan

jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa

orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola

bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.

c) Tingkatan Pertanyaan

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk

memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas

pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan

disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan

yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi

disajikan berikut ini.

Page 186: AQIDAH AKHLAK

19

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan

Kognitif yang lebih

rendah

Pengetahuan

(knowledge)

Apa...

Siapa...

Kapan...

Di mana...

Sebutkan...

Jodohkan atau pasangkan...

Persamaan kata...

Golongkan...

Berilah nama...

Dll.

Pemahaman

(comprehension)

Terangkahlah...

Bedakanlah...

Terjemahkanlah...

Simpulkan...

Bandingkan...

Ubahlah...

Berikanlah interpretasi...

Penerapan

(application

Gunakanlah...

Tunjukkanlah...

Buatlah...

Demonstrasikanlah...

Carilah hubungan...

Tulislah contoh...

Siapkanlah...

Klasifikasikanlah...

Page 187: AQIDAH AKHLAK

20

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan

Kognitif yang lebih

tinggi

Analisis

(analysis)

Analisislah...

Kemukakan bukti-bukti…

Mengapa…

Identifikasikan…

Tunjukkanlah sebabnya…

Berilah alasan-alasan…

Sintesis

(synthesis)

Ramalkanlah…

Bentuk…

Ciptakanlah…

Susunlah…

Rancanglah...

Tulislah…

Bagaimana kita dapat

memecahkan…

Apa yang terjadi seaindainya…

Bagaimana kita dapat

memperbaiki…

Kembangkan…

Evaluasi

(evaluation)

Berilah pendapat…

Alternatif mana yang lebih baik…

Setujukah anda…

Kritiklah…

Berilah alasan…

Nilailah…

Bandingkan…

Bedakanlah…

Page 188: AQIDAH AKHLAK

21

3. Menalar

a. Esensi Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan

peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan

situasi peserta didik harus lebih aktif dari guru akidah akhlak. Penalaran adalah

proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat

diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud

merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak

bermanfaat.

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan

terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.

Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum

2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau

pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan

mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk

kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-

peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa

lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan

berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal

sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada

koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara

pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.

Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara

efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola

ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan

kerdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori

asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah

asosiasi, yang juga dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike,

Page 189: AQIDAH AKHLAK

22

proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara

perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba. Thorndike

mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.

1) Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus

(S) dan respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu

dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan mengalami penguatan.

Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak menyenangkan, maka

perilaku peserta didik akan melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward

(akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku

peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan)

dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan

meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan

mengurangi atau menghilangkan perilakunya.

2) Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari dua

jenis, yang setelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia

menyadari bahwa latihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk

perilaku. Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat

jika sering digunakan atau berulang-ulang. Kedua, Law of Disuse, yaitu

hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan

berulang-ulang. Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan

menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan berulang tetap

dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi

perilakunya.

3) Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya

apakah sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk

dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya. Dalam proses

pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam keadaan siap dan

belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik

Page 190: AQIDAH AKHLAK

23

dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan

merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi. Prinsip-prinsip dasar dari

Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning

atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk

pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan

perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.

Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta

didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya

dalam menghubungkan S dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R

adalah:

a) Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan

motivasi peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik.

Guru harus benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap

menerima pelajaran dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya

pembelajaran pun perlu disiapkan secara baik dan saksama.

b) Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan

secara berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan

antara S dengan R makin intensif dan ekstensif.

c) Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan

R akan meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh

peserta didik dirasakan langsung oleh mereka dalam dalam dunia

kehidupannya.

Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan

kemamouan guru menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan

ganjaran. Teori S – S ini memang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan

mengenyampingkan peranan minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik.

a) Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan

dengan pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi

Page 191: AQIDAH AKHLAK

24

biasanya menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang

dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses

peniruan (imitation). Kemampuan peserta didik dalam meniru respons menjadi

pengungkit utama aktivitas belajarnya. Ada empat konsep dasar teori belajar

sosial (social learning theory) dari Bandura.

b) Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara

meniru perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan

pengalaman vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain

itu.

c) Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model

(attentional), mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran

pebelajar (retention), menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar

(reproduction), dan motivasi (motivation) ketika peserta didik berkeinginan

mengulang-ulang perilaku model yang mendatangkan konsekuensi-konsekuensi

positif dari lingkungan.

d) Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah

orang lain diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku-

perilaku tertentu.

e) Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik mengamati,

mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya

sendiri.

Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah

dan motivasi pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari

pembelajaran partisakidah akhlaktif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan

peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di

kelas.

Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas

pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan

dengan cara berikut ini.

Page 192: AQIDAH AKHLAK

25

a) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai

dengan tuntutan kurikulum.

b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas

utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai

contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari

yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan

tinggi).

d) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati

e) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki

f) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat

menjadi kebiasaan atau pelaziman.

g) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.

h) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan

memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

b. Cara menalar

Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran

induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan

menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang

bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari

kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan

yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada

observasi inderawi atau pengalaman empirik.

Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari

pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang

bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja

menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Page 193: AQIDAH AKHLAK

26

Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,

silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi

menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu

langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis,

sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.

4. Analogi dalam Pembelajaran

Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan

fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan

peserta didik adakalamua menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses

penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang

mempunyai kesamaan atau persamaan.

Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan

mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari

dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan

berikut ini.

Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena

atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan

bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena

atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan suatu ‘metode menalar’ yang sangat

bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada

persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau gejala khusus yang

diperbandingkan.

Analogi deklaratif merupakan suatu ‘metode menalar’ untuk menjelaskan atau

menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar,

dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena

ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila

dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui secara nyata dan dipercayai.

Contoh:

Page 194: AQIDAH AKHLAK

27

Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara

kepala sekolah, guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra

sekolah, dan peserta didik. Seperti halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan

hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

5. Hubungan Antar fenonena

Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan

antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu

akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta

didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya

hubungan sebab-akibat.

Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa

fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan yang

menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari

satu atau beberapa fakta tersebut.

Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang

disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri

dri tiga jenis.

Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang

menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang

berupa akibat.

Contoh:

Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit

yang bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.

Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang

menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang

merupakan penyebabnya.

Contoh :

Page 195: AQIDAH AKHLAK

28

Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan

Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antar peserta didik, yang disebabkan

oleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga

mengalami dekandensi moral secara massal.

Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1 –

akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang

pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua

menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.

Contoh:

Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu

menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga

muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang ikut

menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang

baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus

berlangsung secara siklikal.

6. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus

mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang

sesuai. Pada mata pelajaran akidah akhlak, misalnya, peserta didik harus memahami

konsep-konsep akidah akhlak dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta

didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan

tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah

untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan

tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2)

mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus

Page 196: AQIDAH AKHLAK

29

disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen

sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang

terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil

percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya

merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan peserta didik (2) Guru

bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu

memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk

pengarahan kegiatan peserta didik (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang

akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada peserta didik (7) Peserta

didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru

mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu

didiskusikan secara klasikal.

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba

dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga

tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.

a. Persiapan

1) Menentapkan tujuan eksperimen

2) Mempersiapkan alat atau bahan

3) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat

atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan

melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi

beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran

4) Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau

menghindari risiko yang mungkin timbul

5) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan

yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau

membahayakan.

Page 197: AQIDAH AKHLAK

30

b. Pelaksanaan

1) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati

proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap

kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil

dengan baik.

2) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi

secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-

masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

c. Tindak lanjut

1) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru

2) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik

3) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.

4) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama

eksperimen.

5) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat

yang digunakan

2. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem base learning)

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran

yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk

belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik

bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)

a. Kelebihan Problem base learning

1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta

didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan

pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta

didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan

Page 198: AQIDAH AKHLAK

31

2) Dalam situasi PBL, peserta didik/maha peserta didik mengintegrasikan

pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam

konteks yang relevan

3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif

peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,

dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

b. Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran

1) Konsep Dasar (Basic Concept)

Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill

yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik

lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat

tentang arah dan tujuan pembelajaran

2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan

peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota

kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara

bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat

3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang

sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang

tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang

relevan.

Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik

mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan

permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan

dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah

relevan dan dapat difahami.

4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Page 199: AQIDAH AKHLAK

32

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam

langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik

berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan

solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan

dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),

kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan

yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir

semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu

pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan

pengujian.

c. Contoh penerapan

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik

terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.

Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.

Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis

dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik

untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari

mereka.

Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman

belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks

lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta

didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh

pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar

merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka

Page 200: AQIDAH AKHLAK

33

mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi

pembelajaran.

Tahapan-tahapan Model Problem base learning

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1

Orientasi peserta didik kepada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

logistik yg dibutuhkan

Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2

Mengorganisasikan peserta didik

Membantu peserta didik mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Fase 3

Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

Fase 5

Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja

d. Sistem Penilaian

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),

kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan

yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir

semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu

pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan

pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft

skill, yaitu keaktifan dan partisakidah akhlaksi dalam diskusi, kemampuan

Page 201: AQIDAH AKHLAK

34

bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk

ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment.

Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang

sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan

belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran.

Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-

assessment) dan peer-assessment.

1) Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap

usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin

dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.

2) Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan

penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah

dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya

3. Model pembelajaran berbasis proyek (Project based learning)

a. Definisi/konsep

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah

metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta

didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk

menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan

masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan

komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan

memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan

pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam

sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam

kurikulum.

Page 202: AQIDAH AKHLAK

35

Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat

berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang

dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata,

hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

b. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based learning)

1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong

kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu

untuk dihargai.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-

problem yang kompleks.

4) Meningkatkan kolaborasi.

5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan

keterampilan komunikasi.

6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.

7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam

mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain

seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara

kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan

menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan

dunia nyata.

10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik

maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

c. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based learning)

1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak

Page 203: AQIDAH AKHLAK

36

3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana

instruktur memegang peran utama di kelas.

4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan

informasi akan mengalami kesulitan.

6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,

dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

d. Langkah-langkah Operasional

LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL

e. Sistem penilaian

1) Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus

diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu

investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,

pengolahan dan penyajian data.

PENENTUAN PERTANYAAN

MENDASAR

MENYUSUN PERENCANAAN

PROYEK

MENYUSUN JADWAL

EVALUASI PENGALAMAN

MENGUJI HASIL MONITORING

1 2 3

456

Page 204: AQIDAH AKHLAK

37

2) Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan

mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasi-

kan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1) Kemampuan pengelolaan; Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,

mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan

laporan.

2) Relevansi; Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan

tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian; Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,

dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan

terhadap proyek peserta didik.

4. Contextual

a. Latar belakang makro

1) Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional

maupun nasional

2) Kondisi pembelajaran di sekolah secara empiris

b. Latar belakang micro (kondisi empiris)

Berbicara mengenai PBM di sekolah seringkali membuat kita kecewa, apalagi

bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar.

Mengapa ?

1) Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi

ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataan-nya mereka tidak memahaminya.

2) Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang

mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan

dipergunakan/dimanfaatkan.

3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana

mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan

metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-

Page 205: AQIDAH AKHLAK

38

konsep yang berhubung-an dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya

dimana mereka akan hidup dan bekerja.

Permasalahannya adalah;

a) Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang

diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat

menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut ?

b) Bagaimana setiap individual pada mata pelajaran akidah akhlak sebagai bagian

yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh?

c) Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya

yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan

hubungan dari apa yang mereka pelajari ?

d) Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa,

sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkait-

kannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu

kesempatan selama hidupnya ?.

Beberapa permasalahan di atas merupakan “Tantangan yang dihadapi oleh

guru setiap hari dan merupakan tantangan bagi pengembang kurikulum”.

c. Pengayaan CTL (Contextual Teaching and Learning)

1) Pengajaran dan pembelajaran kontekstual

Suatu konsepsi:

a) Membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia

b) Memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2) Tujuh komponen CTL (Contextual Teaching and Learning)

a) Konstruktivisme;

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada

pengetahuan awal

Page 206: AQIDAH AKHLAK

39

Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan

menerima pengetahuan

b) Inquiry;

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman

Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

c) Questioning (bertanya);

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan

berpikir siswa

Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis

inquiry

d) Learning Community (masyarakat belajar)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar

Bekerjasama dengan orang lain lebih baik darakidah akhlakda belajar sendiri

Tukar pengalaman

Berbagi ide

e) Modeling (pemodelan)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar

Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

f) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa

Penilaian produk (kinerja)

Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

g) Reflection (refleksi)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari

Mencatat apa yang telah dipelajari

Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

d. Karakteristik pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning)

1) Kerjasama

Page 207: AQIDAH AKHLAK

40

2) Saling menunjang

3) Menyenangkan

4) Tidak membosankan

5) Belajar dengan bergairah

6) Pembelajaran terintegrasi

7) Menggunakan berbagai sumber

8) Siswa aktif

9) Sharing dengan teman

10) Siswa kritis, guru kreatif

11) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta,

gambar, artikel, humor dll

12) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa,

laporan hasil praktikum, karangan siswa dll.

5. Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)

a. Definisi/konsep

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai

proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam

bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama

dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil

pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada

ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya

dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada

siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai

pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara

aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan

kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah

kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.

Page 208: AQIDAH AKHLAK

41

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan

peserta didiknya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin,

atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa

dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membanding-

kan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan

serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

b. Keuntungan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-

keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci

dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan

berhasil.

4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatannya sendiri.

5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan

gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai

peneliti di dalam situasi diskusi.

8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah

pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses

belajar yang baru;

Page 209: AQIDAH AKHLAK

42

11) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

12) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan

gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai

peneliti di dalam situasi diskusi.

13) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah

pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

14) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

15) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses

belajar yang baru;

c. Kelemahan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)

1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir

atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,

sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori

atau pemecahan masalah lainnya.

3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan

dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya AKIDAH AKHLAK kurang fasilitas

untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan

ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

d. Langkah-langkah operasional

1) Langkah persiapan

Page 210: AQIDAH AKHLAK

43

a) Menentukan tujuan pembelajaran

b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,

dan sebagainya)

c) Memilih materi pelajaran.

d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-

contoh generalisasi)

e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas

dan sebagainya untuk dipelajari siswa

f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang

konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik

g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2) Pelaksanaan

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru

dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca

buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan

masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi

belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi

bahan.

b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda

masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan

dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

c) Data collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

Page 211: AQIDAH AKHLAK

44

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini

berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,

dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)

berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara

dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

d) Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah

data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,

observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara,

observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,

bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat

kepercayaan tertentu

e) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan

alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification

menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif

jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,

teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam

kehidupannya.

f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian

atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).

Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari

generalisasi

3) Sistem penilaian

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan

dengan menggunakan tes maupun non tes.

Page 212: AQIDAH AKHLAK

45

Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau

penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka

dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika

bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja

siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.

6. Inquiry

a. Definisi/konsep.

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu

(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

“its main concerns with students learning a generalized methode of problem

solving. That methode would include sensing a problem, articulating it, hypothesizing

a plausible solution, gathering data, testing hypotesis and drawing appropriate

conclusions” (Dorothy J. Skeel)

b. Ciri-ciri strategi pembelajaran inkuiri

Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan. Artinya, strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek

belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima

pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk

menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan

dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self belief). Dengan demikian, strategi

pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi

sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya

Page 213: AQIDAH AKHLAK

46

dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan

guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan

inkuiri.

Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam

strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi

pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang

dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat

mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat

mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi

pelajaran.

c. Prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri

1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir

2) Interaksi.

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi

antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa

dengan lingkungan.

3) Bertanya.

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru

sebagai “penanya”. Mengembangkan sikap kritis siswa dengan selalu

mempertanyakan segala fenomena yang ada.

4) Belajar untuk Berpikir.

Belajar adalah proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh

otak secara optimal

5) Keterbukaan.

Page 214: AQIDAH AKHLAK

47

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai

kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. secara

terbuka

d. Prosedur pembelajaran inkuiri

PROSEDUR PEMBELAJARAN INKUIRI

1) Orientasi;

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap

melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk

berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat

penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk

beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa

kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan

lancar.

2) Merumuskan masalah;

ORIENTASI

MERUMUSKAN MASALAH

MERUMUSKAN HIPOTEIS

MENGUMPULKAN DATA

MENGUJI HIPOTESIS

MERUMUSKAN KESIMPULAN

1 2

34

65

Page 215: AQIDAH AKHLAK

48

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan

yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki

dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada

jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari

jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui

proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai

upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan

sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir

yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.

Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman

wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu

yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional

dan logis.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru

dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong

siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji hipotesis

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,

Page 216: AQIDAH AKHLAK

49

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru

dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong

siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang

akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

e. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran inkuiri

1) Keunggulan

a) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar

mereka.

b) Dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang

menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya

pengalaman.

c) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih

bermakna.

2) Kelemahan

a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang

d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan

f. Model Pembelajaran Inkuiri

Page 217: AQIDAH AKHLAK

50

1) Inkuiri Dedukif

Inkuiri deduktif adalah model inkuiri yang permasalahannya berasal dari

guru. Siswa dalam inkuiri deduktif diminta untuk menentukan teori/konsep

yang digunakan dalam proses pemecahan masalah.

2) Inkuiri Induktif

Inkuiri induktif adalah model inkuiri yang penetapan masalahnya ditentukan

sendiri oleh siswa sesuai dengan bahan/materi ajar yang akan dipelajari

g. Metode pembelajaran inkuiri

1) Inkuiri Terbimbing

Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing, siswa

dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari

seorang guru.Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-

pertanyaan yang bersifat membimbing (Wartono 1999). Selain pertanyaan-

pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada

saat siswa akan melakukan percobaan, misalnya penjelasan tentang cara-cara

melakukan percobaan.

Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum

berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap

permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan

itu dikurangi seperti yang dikemukakan oleh (Hudoyono 1979) bahwa dalam

usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan

memerlukan pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan

bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru.

Walaupun siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi

tetapi pertolongan guru tetap diperlukan.

2) Inkuiri Bebas

Metode ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan

pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan

siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan

Page 218: AQIDAH AKHLAK

51

menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan

masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang

diperlukan.

3) Inkuri Bebas Modifikasi

Metode ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua strategi inkuiri

sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.

Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap

diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam

metode ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki

secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan metode ini menerima masalah

dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun

bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak

terstruktur.

h. Refleksi

Bagaimana kemungkinan penerapan metode Inkuiri di tempat kerja Anda,

dilihat dari:

1) Karakteristik siswa

2) Sumber dan lingkungan belajar

3) Kompetensi guru

4) Kurikulum sekolah

RANGKUMAN

1. Pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 yang diharapkan sesuai

dengan permendikbud no. 65 tahun 2013 adalah pendekatan Scientifiec

2. Pendekatan Scientific meliputi: mengamati, menanya, menalar, mencoba,

membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

3. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran

yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk

Page 219: AQIDAH AKHLAK

52

belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta

didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

4. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda

pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik

melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk

menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

5. Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai

proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran

dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

6. Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu

(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

LATIHAN

1. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: a. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan b. Spiritual, pengetahuan, dan keterampilan c. Sikap, pengetahuan, dan kognitif d. Sikap, dan keterampilan

2. Pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 adalah: a. Pendekatan based b. Pendekatan Scientifiec c. Model scientific d. Strategi scientific

3. Salah satu Kriteria Pendekatan Scientific adalah : a. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari

prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

b. interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif

c. Penjelasan guru, penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

Page 220: AQIDAH AKHLAK

53

d. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa tidak bebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

4. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik: a. “tahu mengapa.” b. “tahu bagaimana”. c. “tahu apa.” d. “tahu”

5. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik: a. “tahu mengapa.” b. “tahu bagaimana”. c. “tahu apa.” d. “tahu”

6. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik: a. “tahu mengapa.” b. “tahu bagaimana”. c. “tahu apa.” d. “tahu”

7. Langkah-langkah Operasional model pembelajaran berbasis masalah: a. Konsep Dasar (Basic Concept), Pembelajaran Mandiri (Self Learning),

Pendefinisian Masalah (Defining the Problem), Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge), Penilaian (Assessment)

b. Konsep Dasar (Basic Concept), Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge), Pendefinisian Masalah (Defining the Problem), Pembelajaran Mandiri (Self Learning), Penilaian (Assessment)

c. Konsep Dasar (Basic Concept), Pendefinisian Masalah (Defining the Problem), Pembelajaran Mandiri (Self Learning), Penilaian (Assessment), Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

d. Konsep Dasar (Basic Concept), Pendefinisian Masalah (Defining the Problem), Pembelajaran Mandiri (Self Learning), Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge), Penilaian (Assessment)

8. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah:

Page 221: AQIDAH AKHLAK

54

a. metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

b. metoda pembelajaran yang menggunakan alat peraga sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

c. metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

d. metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk proyek.

9. Salah satu Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah: a. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, Meningkatkan kolaborasi. b. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber. c. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan

keterampilan komunikasi. d. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, Meningkatkan kolaborasi,

Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks, Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber, dan Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi

10. Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan: a. inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. b. inkuiri (inquiry) dan Problem Posing c. Problem Solving d. inkuiri (inquiry)

Essay

1. apa yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran berbasis

masalah?

2. Apa itu model pembelajaran berbasis proyek?

3. Buatlah proses pembelajaran berbasis masalah ketika membelajarkan materi

Etika jual beli berdasarkan tuntunan quran surah al-muthaffifiin!

Page 222: AQIDAH AKHLAK

55

DAFTAR PUSTAKA

Ary Ginanjar Agustian. ESQ –Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga, 2002

Gordon Dryden & Jeannette Vos. Revolusi Cara Belajar I. Bandung: Kaifa, 2000

E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2005

-------------- Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2013. Materi pelatihan guru Implementasi

kurikulum 2013

Moedjiarto. Sekolah Unggul Metodologi untuk Meningkatkan Mutu. TT: Duta Graha

Pustaka, 2002

Patricia Crinton. Planning Intruction for Adult Learners. Kanada: Wall & Emerson,

1989

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006

Sudiyono, dkk.. Strategi Pembelajaran Partisitori di Perguuan Tinggi. Malang: UIN

Malang Press, 2006

H. Abudin Nata, Pengantar esikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2001

A. Lie, Cooerative Learning. Jakarta: PT Grasindo, 2002

Page 223: AQIDAH AKHLAK

MODUL 6 

PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 224: AQIDAH AKHLAK

a. Peta Konsep

           

b. Tujuan Pembelajaran 1. mendeskripsikan konsep penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes; dan 2. mendeskripsikan prinsip-prinsip penilaian pada pembelajaran Akidah Akhlak 3. mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil

belajar.

c. Strategi dan Media Pembelajaran

Strategi dan media pembelajaran yang digunakan dalam modul ini berorientasi pada kurikulum 2013, yakni: dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning. Dengan pendekatan scientific

d. Uraian Materi 1. Pengertian Penilaian dan Hasil Belajar

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi, yaitu pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menunjukkan keadaan individu (Allen & Yen, 1979). Menurut TGAT (1987), Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Definisi penilaian berkaitan dengan semua proses pembelajaran, seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi.

Menurut Griffin dan Nix (1991), pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku. Dapat perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarki ini menunjukkan bahwa setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.

Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi pembelajaran yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.

PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK 

PENILAIAN AUTENTIK 

PENILAIAN PORTOFOLIO  PENILAIAN KINERJA PENILAIAN TERTULISPENILAIAN PROYEK

Page 225: AQIDAH AKHLAK

2. Penilaian Autentik 1. Definsi dan Makna Asesmen Autentik

Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil

belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.

Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut ini dikemukakan beberapa definisi. Dalam American Librabry Association asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.

Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.

2. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013

Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.

Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran. Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta

Page 226: AQIDAH AKHLAK

mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.

Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.

Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

3. Asesmen Autentik dan Belajar Autentik

Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.

Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.

Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggung jawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, menyintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian.

Page 227: AQIDAH AKHLAK

Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini. 1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain

pembelajaran. 2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan

pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.

3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.

4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.

Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.

Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.

4. Jenis-jenis Asesmen Autentik

Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.

Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.

a. Penilaian kinerja

Para ahli menggunakan istilah performance assessment secara berbeda-beda dengan merujuk pada pendekatan penilaian berbeda pula. Menurut Fitzpat-rick dan Morison (1971)

Page 228: AQIDAH AKHLAK

tidak ada perbedaan yang sangat besar antara performance assessment dengan tes lain yang dilaksanakan di kelas. Trespeces (1999) menyatakan bahwa performance assessment adalah berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemontrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan dalam berbagai macam konteks.

Menurut Maertel (1992), performance assessment mempunyai dua karakteristik dasar yaitu, (1) peserta tes diminta untuk mendemontrasikan kemampuanya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya melakukan eksperimen, (2) produk dari performance assessment lebih penting dari pada perbuatannya (performance).

Untuk mengevalausi apakah penilaian kinerja (performance assessment) sudah dianggap berkualitas baik, maka paling tidak harus diperhatikan tujuh criteria yang dibuat oleh Popham (1995) kriteria-kri-teria tersebut antara lain adalah:

1. Generability artinya adalah apakah kinerja peserta tes (students performance) dalam melakukan tugas yang diberikan tersebut sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain? Semakin dapat digeneralisaikan tugas-tugas yang dibe-rikan dalam rangka penilaian keterampilan atau penialian kinerja tersebut atau semakin dappat dibandingkan dengan tugas yang lainnya, maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi peserta tes diberikan tugas dalam penilaian keterampilan yang berlainan.

2. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari?

3. Multiple Foci, artinya apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan?

4. Teachability, artinya tugas yang diberikan berupa tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau peni-laian kinerja adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru di kelas.

5. Fairness, artinya apakah tugas yang diberikan sudah adil untuk semua peserta tes. Jadi tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak bias untuk semua jenis kelompok.

6. Feasibility, artinya apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau kinerja memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, waktu, atau peralatannya?

7. Scorability, artinya apakah tugas yang diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable

Instrumen Penilaian Kinerja (Performance Assessment)

Pelaksanaan penilaian unjuk kerja dilakukan dengan mengamati unjuk kerja yang dilakukan peserta didik. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berikut: a. Daftar Cek (Check-list)

Daftar cek merupakan seperangkat instrumen evaluasi yang mencerminkan rangkaian tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta tes, yang merupakan indikator-indikator dari keterampilan yang akan diukur. Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Langkah-langkah dalam menyusun daftar cek adalah:

Page 229: AQIDAH AKHLAK

1) Menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diukur. 2) Menyusun indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. 3) Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subyek yang dinilai untuk melihat

pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, maka di beri tanda chek (√) atau tulis kata”ya” pada tempat yang telah disediakan.

Sebagai contoh akan dilakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta didik dalam mengamati etika proses jual beli di pasar berdasarkan tuntunan alqur’an.

Peserta didik dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu mengemukakan beberapa pendapat tentang kriteria etika proses jual beli berdasarkan tuntunan alquran. Setelah diperoleh indikator-indikatornya, kemudian disusun dalam bentuk daftar cek sebagai berikut.

Beri tanda chek (√) untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan peserta didik seperti yang diuraikan di bawah ini

Checklist Kemampuan mengamati etika proses jual beli di pasar

Nama Peserta didik :

Kelas/Smt :

Mata Pelajaran :

No. Aspek Yang Dinilai Penilaian

Ya Tidak

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

a. Skala Penilaian (Rating Scale)

Skala penilaian adalah alat penilaian yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi. Terstruktur maksudknya disusun dengan aturan-aturan tertentu dan secara sistematis. Perbuatan yang diukur menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna. Skala penilaian berisikan seperangkat pernyataan tentang karakteristik/kualitas dari sesuatu yang diukur dan secara fisik skala penilaian biasanya terdiri 2 bagian, yaitu pernyataan dan petunjuk penilaian. Petunjuk penilaian bisa berupa Angka (1, 2, 3, 4, 5), Huruf (A, B, C, D, E), atau Kategori Verbal (baik sekali, baik, cukup, kurang, kurang sekali). Langkah-langkah dalam menyusun skala penilaian adalah:

Page 230: AQIDAH AKHLAK

1) Menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diukur. 2) Menentukan skala yang digunakan, misalnya dengan menggunakan skala 5 dengan

rentangan: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 = sangat kurang. 3) Menyusun indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya.

Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun skala penilaian adalah:

1) Jumlah butir pernyataan/pertanyaan tidak terlalu banyak 2) Angka/huruf untuk seperangkat rating scale tertentu harus mempunyai arti tetap 3) Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna dan

dapat dibedakan secara jelas 4) Setiap pernyataan/pertanyaan hendaknya hanya mengukur satu karakteristik/satu

komponen 5) Bila rating scale akan mengukur suatu prosedur, maka hendaklah pernyataan/

pertanyaan disusun secara urut

Skala Penilaian

Kemampuan mengamati etika proses jual beli di pasar

Kelas/Semester :

Mata Pelajaran :

No. Nama Aspek Yang Dinilai Total

Skor A B C D

1.

2.

3.

Dst.

Keterangan:

A = Indikator I

B = Indikator II

C = Indikator III

D = Indikator IV Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya

dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

Page 231: AQIDAH AKHLAK

1. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.

3. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.

4. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi. 1. Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri

merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

3. Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

4. Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.

Page 232: AQIDAH AKHLAK

b. Penilaian fortopolio

Penilaian Portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah. Di beberapa negara maju, Portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian di kelas, daerah, maupun untuk penilaian secara nasional.

Penilaian portofolio didasarkan pada koleksi atau kumpulan pekerjaan yang diberikan guru kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketika guru melakukan kegiatan belajar mengajar portofolio siswa dibedakan antara tes dan koleksi yang dilakukan siswa. Melalui penilaian portofolio siswa dapat menunjukkan perbedaan kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dari waktu ke waktu dan atau dibandingkan dengan siswa yang lain.

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu.

Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri. Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Tujuan portofolio ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan jenis portofolio. Beberapa tujuan portofolio diantaranya adalah:

a. Menghargai perkembangan yang dialami siswa; b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung; c. Memberi perhatian pada hasil kerja siswa yang terbaik; d. Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran; e. Bertukar informasi dengan orang tua dan guru lain; f. Membina pertumbuhan konsep diri positif pada siswa; g. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.

Prinsip portofolio yang perlu diperhatikan dan dijadikan sebagai pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah antara lain;

a. Saling percaya antara guru dan siswa; b. Kerahasiahan bersama antara guru dan siswa; c. Milik bersama antara guru dan siswa; d. Kepuasan; e. Kesesuaian; f. Penilaian proses dan hasil;

Page 233: AQIDAH AKHLAK

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika merancang penilaian portofolio adalah seperti berikut

1) Menentukan tujuan apakah akan memantau proses atau mengevaluasi hasil akhir 2) Isi portofolio harus sesuai dengan tujuan yang akan dinilai. 3) Guru harus menentukan (seleksi) terhadap hasil kerja siswa, siapa yang menyimpan?

Dan yang mana harus disimpan? 4) Membedakan portofolio kelompok dan individual.

Teknik Penilaian Portofolio Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan

kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.

b) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.

c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.

d) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

e) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.

f) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.

g) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.

h) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

Page 234: AQIDAH AKHLAK

Contoh instrument portofolio Portofolio yang bisa digunakan untuk penilaian Akidah akhlak ada tiga jenis:

1) Documentation portofolio : memperlihatkan pertumbuhan dan kemajuan belajar siswa tentang hasil belajar yang teridentifikasi.

Format untuk jenis ini sebagai berikut:

No.

UNJUK KERJA TERBAIK

TINGKAT PENCAPAIAN

KETERANGAN / REFLEKSI

Kuan. Kual.

1 Kompetensi dasar 1

Memahami dan meyakini 10 sifat-sifat Wajib Allah swt.

2 Kompetensi dasar 2

Memahami dan meyakini 10 sifat-sifat Mustahil bagi Allah swt.

3 Kompetensi dasar 3, dst.

Memahami dan mengamalkan akhlak terpuji kepada Allah swt. , dst.

Catatan : * Pencapaian kuantitatif, misalnya skala nilai 0 – 100, 0 – 10, atau 0 – 4 (A,B,C,D,E)

Pencapaian kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, dan gagal.

Refleksi/keterangan merupakan komentar, kritik, saran atau catatan mengenai ketercapaian hasil yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya, siswa, atau pihak-pihak yang berkepentingan.

2) Proccess portofolio : mendokumenkan seluruh segi tahapan proses belajar. Format untuk jenis ini sebagai berikut:

No.

UNJUK KERJA TERBAIK

TINGKAT PENCAPAIAN

KETERANGAN / REFLEKSI

Kuan. Kual.

1 Tahap 1 Mampu menunjukkan pemahaman tentang 10 sifat-sifat wajib Allah swt.

Page 235: AQIDAH AKHLAK

2 Tahap 2 Mampu menunjukkan keyakinannya terhadap 10 sifat-sifat wajib Allah swt.

3 Tahap 3, dst.

Mampu menunjukkan pemahaman tentang akhlak terpuji (khauf, raja’, taubat, tawadlu’) kepada Allah swt.

3) Showcase portofolio : penguasaan siswa terhadap bukti hasil belajar selama waktu tertentu (tengah dan akhir semester).

Format untuk jenis ini sebagai berikut:

No.

UNJUK KERJA TERBAIK

TINGKAT PENCAPAIAN

KETERANGAN / REFLEKSI

Kuan. Kual.

1 Bulan ke 1 Kompetensi dasar 1 dan 2

2 Bulan ke 2 Kompetensi dasar 3 dan 4

3 Bulan ke 3, dst. Kompetensi dasar 5 dan 6, dst.

Ketiga jenis portofolio ini merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya dalam melakukan penilaian mata pelajaran pendidikan agama harus menggunakan ketiga jenis untuk mengetahui perkembangan keberhasilan proses pembelajaran, sekaligus untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa. Tahapan portofolio adalah:

1) Pengorganisasian dan perencanaan (membangun kesepakatan guru-siswa) 2) Pengumpulan informasi mengenai kemajuan belajar (produk) yang dihasilkan siswa 3) Refleksi, yaitu guru memberikan catatan akhir dari seluruh proses penilaian yang

dilalui siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya siswa berkaitan dengan

mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan di akhir satu unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya di bahas. Karya yang dinilai adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan mata pelajaran terkait.

c. Penilaian proyek

Penilaian proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena dalam penilaian proyek bersumber pada data primer atau skunder, evaluasi hasil dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam suatu bidang. Proyek juga dapat

Page 236: AQIDAH AKHLAK

memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan informasi.

Dalam kurikulum 2013 Penilaian pembelajaran dengan metode Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penilaian Proyek a. Pengertian

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam kurikulum, hasil belajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan proses suatu proyek, misalnya pada saat:

Merencanakan dan mengorganisasikan investigasi; Bekerja dalam tim Arahan diri.

Selain itu, hasil belajar ada yang lebih sesuai apabila dinilai pada produk suatu proyek, misalnya pada saat:

Mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi; Menganalisis dan menginterpretasikan data; dan Mengkomunikasikan hasil.

Karena keterampilan dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, mengevaluasi, dan menyajikan informasi adalah hal umum yang sangat penting, penilaian proyek dapat dilakukan pada semua level pendidikan. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: 1) Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

2) Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

b. Teknik Penilaian Proyek Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil

akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan

Page 237: AQIDAH AKHLAK

penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Contoh Teknik Penilaian Proyek Mata Pelajaran : Nama Proyek : Alokasi Waktu : Guru Pembimbing : Nama : NIS : Kelas :

No ASPEK SKOR (1 - 5) 1. PERENCANAAN :

a. Persiapan b. Rumusan Judul

2. PELAKSANAAN : a. Sistematika Penulisan b. Keakuratan Sumber

Data/Informasi c. Kuantitas Sumber Data d. Analisis Data e. Penarikan Kesimpulan

3. LAPORAN PROYEK : a. Performans b. Presentasi / Penguasaan

TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist. (Etika berjual beli)

Rubrik Tugas Otentik: Proyek Akidah Akhlak

No. Kriteria Kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Kreativitas 2 Kejelasan atau keterangan jawaban lengkap 3 Kebenaran jawaban 4 Kerjasama dengan sesama anggota kelompok 5 Keakuratan interpretasi jawaban/gambar 6 Penggunaan strategi benar dan tepat 7 Kerapian atau keindahan

                   

 

 

 

 

Page 238: AQIDAH AKHLAK

Tabel : Rubrik Penilaian Proyek

Nilai Kriteria

4 Menunjukkan kreatifitas yang tinggi dalam pemecahan masalah, kejelasan atau keterangan jawaban sangat lengkap, kebenaran jawaban masalah sangat tepat, kerjasama kelompok sangat baik, interpretasi jawaban masalah/gambar sangat akurat, penggunaan strategi benar dan tepat, kerapian atau keindahan sangat baik, tersedia laporan kerja dan disajikan dengan baik di depan kelas.

3 Menunjukkan kreatifitas yang cukup dalam pemecahan masalah, kejelasan atau keterangan jawaban cukup lengkap, kebenaran jawaban masalah cukup tepat, kerjasama kelompok cukup baik, interpretasi jawaban masalah/gambar cukup akurat, penggunaan strategi benar dan tepat, kerapian atau keindahan cukup baik, tersedia laporan kerja dan disajikan dengan cukup baik di kelas.

2 Menunjukkan kreatifitas yang rendah dalam pemecahan masalah, kejelasan atau keterangan jawaban cukup lengkap, kebenaran jawaban masalah cukup tepat, kerjasama kelompok cukup baik, interpretasi jawaban masalah/gambar kurang akurat, penggunaan strategi benar dan tepat, kerapian atau keindahan kurang baik, tersedia laporan kerja tetapi tidak disajikan di kelas.

1 Menunjukkan kreatifitas yang rendah dalam pemecahan masalah, kejelasan atau keterangan jawaban tidak lengkap, kebenaran jawaban tidak tepat, kerjasama kelompok kurang baik, interpretasi jawaban masalah/gambar tidak akurat, penggunaan strategi benar dan tepat, kerapian atau keindahan tidak baik, tidak tersedia laporan kerja dan tidak disajikan di depan kelas.

0 Tidak melakukan tugas proyek

d. Penilaian tertulis

Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau menyuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan menyuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab akibat. Menyuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumber daya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenaran yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tertulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks. Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan

memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar,

Page 239: AQIDAH AKHLAK

diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.

2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.

3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.

4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.

Penentuan dan Penyebaran Soal

Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini.

Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil

No

Kompetensi

Dasar

Materi

Jumlah soal tes tulis Jumlah soal

Praktik PG Uraian

1 1.1 ............ ........... 6 -- --

2 1.2 ............ ........... 3 1 --

3 1.3 ............ ........... 4 -- 1

4 2.1 ............ ........... 5 1 --

5 2.2 ............ ........... 8 1 --

6 3.1 ............ ........... 6 -- 1

7 3.2 ........... ........... -- 2 --

8 3.3 .......... ........... 8 -- --

Jumlah soal 40 5 2

Page 240: AQIDAH AKHLAK

Penyusunan Kisi-kisi

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis sekolah : ………………………

Jumlah soal : ………………………

Mata pelajaran : ………………………

Bentuk soal/tes : ..................

Kurikulum : … ……………………

Penyusun : 1. …………………

2. …………………

Alokasi waktu : ………………………

No.Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Kls/ smt

Materi pokok

Indikator soal

Nomor soal

Keterangan:

Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.

1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.

2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.

3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

Perumusan Indikator Soal

Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik:

1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,

Page 241: AQIDAH AKHLAK

2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,

3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).

Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).

Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal

Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.

1. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.

Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.

Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.

2. Penulisan Soal Bentuk Uraian

Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah

Page 242: AQIDAH AKHLAK

kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subyektivitas penskorannya.

Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 3

Skor

- Sesuai 3

- Cukup/sedang 2

- Tidak sesuai 1

- Kosong 0

Atau skala seperti berikut:

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 5 Skor

Skor

- Sangat Sesuai 5

- Sesuai 4

- Cukup/sedang 3

- Tidak sesuai 2

  5  4  3   2 1

 

  3  2 1

 

Page 243: AQIDAH AKHLAK

- Sangat tidak sesuai 1

- Kosong 0

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.

KARTU SOAL

Jenis Sekolah : ……………………............ Penyusun : 1. ……………………

Mata Pelajaran : ……………………........... 2. ……………………

Bahan Kls/Smt : ……………………............ 3. ……………………

Bentuk Soal : ……………………............ Tahun Ajaran : ……………………….

Aspek yang diukur : ……………………............

KOMPETENSI DASAR

BUKU SUMBER:

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI

NO SOAL:

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL

NO DIGUNAKAN UNTUK

TANGGALJUMLAH SISWA

TK DP PROPORSI PEMILIHASPEK

KET.

A B C D E OMT

Page 244: AQIDAH AKHLAK

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN

NO

SOAL KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.

Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator.

b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.

c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.

d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.

2. Konstruksi

a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.

b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.

d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.

3. Bahasa

a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.

b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).

c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.

d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.

3. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.

Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya

Page 245: AQIDAH AKHLAK

seperti berikut ini.

KARTU SOAL

Jenis Sekolah : ………………………………. Penyusun : 1.

Mata Pelajaran : ………………………………. 2.

Bahan Kls/Smt : ………………………………. 3.

Bentuk Soal : ……………………………….

Tahun Ajaran : ……………………………….

Aspek yang diukur : ……………………………….

KOMPETENSI DASAR

BUKU SUMBER

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI NO SOAL:

KUNCI :

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL

NO DIGUNAKAN UNTUK

TANGGAL JUMLAH SISWA

TK DP PROPORSI PEMILIH KET.

A B C D E OMT

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.

Perhatikan contoh berikut!

Page 246: AQIDAH AKHLAK

Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.

b. Pengecoh harus bertungsi

c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.

2. Konstruksi

a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan

b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.

c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.

d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

Muhammad SAW dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah.

Tahun Gajah jika disesuaikan dengan tahun Masehi adalah ……

Dasar pertanyaan

stimulus

Pokok soal (tem)

Pilihan jawaban

(Option)

(.) tanda akhir kalimat

(...) tanda ellipsis (pernyataan yang sengaja dihilangkan)

a. 470

b. 471

c. 570

Pengecoh

(distractor)

Kunci jawaban

Perhatikan pernyataan berikut

Page 247: AQIDAH AKHLAK

e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.

f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.

h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.

i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.

j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

3. Bahasa/budaya

a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.

b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta didik.

c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

Page 248: AQIDAH AKHLAK

RANGKUMAN

1. Pengukuran, Penilaian, dan evaluasi adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku.

2. Penilaian dalam kurikulum 2013 itu penilaian autentik, yaitu pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

3. Dalam kurikulum 2013, jenis-jenis penilaian autentik terdiri atas: 1. Penilaian kinerja 2. Penilaian Portofolio 3. Penilaian Proyek 4. Penilaian tertulis

LATIHAN

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat!

1. Istilah assesment merupakan sinonim dari a. Penskoran b. Penilaian atau pengukuran c. Pelaporan d. Pengolahan

2. Penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran disebut: a. Penilaian diri b. Penilaian kinerja c. Portofolio d. Penilaian Otentik

3. Penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau diluar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan disebut a. Penilaian Otentik b. Penilaian diri c. Penilaian berbasis portofolio d. Penilaian Kinerja

4. Yang dimaksudkan dengan penilaian unjuk kerja adalah …. a. Penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan teori b. Penugasan yang diberikan oleh guru untuk membuat hasil karya di luar waktu

pembelajaran c. Teknik penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan secara

langsung d. Tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik

dengan penguji secara lisan 5. Penilaian yang didasarkan pada koleksi atau kumpulan rekam jejak siswa dalam kurun

waktu tertentu disebut dengan penilaian: a. Portofolio b. Kinerja c. Produk

Page 249: AQIDAH AKHLAK

d. Presentation 6. Contoh kasus: dalam waktu 3 minggu susunlah laporan dengan topik “Hikmah berakhlak

terpuji dalam pergaulan” secara berkelompok. Informasi-informasi mengenai berakhlak terpuji dapat kalian peroleh dari buku, majalah, internet, dan dengan melakukan wawancara pada Ustadz/ah yang ada di daerahmu. Jangan lupa menyertakan sumber informasi pada laporan yang disusun. Apabila guru melakukan penilaian melalui tugas seperti tersebut diatas, maka penilaian itu disebut dengan: a. Portofolio b. Presentation c. Performance d. Projek

7. Teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman pengamatan yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, disebut… a. Rubrik b. Observasi c. Jurnal d. Angket

8. Jenis penilaian yang sesuai untuk menilai bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan disekolah mengenai “Peningkatan kedisiplinan” dan tanggapan siswa mengenai perubahan perilaku siswa dalam peningkatan kesadaran beribadah sunnah siswa. a. Produk b. Tugas c. Unjuk kerja d. Penilaian sikap

9. Hal-hal yang berhubungan dengan emosi atau perasaan dalam mengukur sikap termasuk dalam dimensi: a. Afeksi b. Kognisi c. Psikomotor d. Persepsi

Essay

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik? 2. Jelaskan apa itu penilaian proyek! 3. Bagaimanakah langkah-langkah penilaian unjuk kinerja? 4. Buatlah satu contoh rubrik unjuk kinerja!

Page 250: AQIDAH AKHLAK

Daftar Pustaka

Azwar, Syaifuddin. 2008. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2013. Materi pelatihan guru Implementasi kurikulum 2013

Mehrens, A. William & Lehmann, Irvin J. 1973. Measurement and Evaluation in Education and Psychology, New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran, , Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Peyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogjakarta: Mitra Cendekia

Nasar, 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan kontekstual, , Jakarta: Grasindo

Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, , Jakarta: Bumi Aksara.

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, , Jakarta: Grasindo.

Slameto.1988. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara.

Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan, , Surabaya: Usaha Nasional

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 251: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

1  

7. MODUL 7 : PERANGKAT PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK A. Peta Konsep

Modul mata diklat perangkat pembelajaran ini didesain dengan sistematika penulisan modul pada

umumnya dengan mengacu pada pencapaian kompetensi mata diklat perangkat pembelajaran Akidah

Akhlak. Modul mata diklat ini terdiri dari empat materi. Materi pertama berkaitan dengan analisis buku

guru dan buku siswa berdasarkan Kurikulum 2013. Materi kedua berkaitan dengan penyusunan silabus.

Materi ketiga berkaitan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi keempat

berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran. Materi kelima berkaitan dengan pengembangan

bahan ajar.

Lingkup kajian modul ini selanjutnya dapat dipetakan dalam peta konsep berikut.

.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat: (1) melakukan langkah-langkah

menganalisis buku guru dan siswa Kurikulum 2013 dengan tepat dan benar, (2) menyusun silabus

pembelajaran yang benar, (3) menyusun RPP yang benar, (4) mengembangkan media pembelajaran

yang tepat, (5) memilih bahan ajar yang tepat.

C. Strategi dan Media Pembelajaran

Strategi pembelajaran dalam diklat ini menggunakan empat pendekatan:

1. Pendekatan Scientifik,

2. Problem Base Learning,

3. Project Based Learning,

4. Contextual,

5. Discovery,

6. Inquiry,

PERANGKAT 

PEMBELAJARAN 

ANALISIS BUKU GURU 

DAN SISWA SILABUS  RPP  MEDIA  BAHAN AJAR 

Page 252: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

2  

Media pembelajaran yang digunakan Internet and Communication Technology (ICT) mencakup:

(1) pembelajaran berbasis internet dan (2) media slide powerpoint.

D. Uraian Materi

ANALISIS BUKU GURU DAN SISWA

Salah satu perbedaan antara Kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya adanya buku guru dan

buku siswa yang telah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.

Dalam Kata Pengantar buku guru maupun buku siswa dinyatakan bahwa buku siswa menjabarkan

usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai

dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, peserta didik dipacu untuk mencari dari

sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Pean guru sangat penting untuk

meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik denga ketersediaan dalam buku ini. Guru

dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang

bersumber dari lingkungan sosial dan alam. Guru sebagai pengendali utama di dalam proses

pembelajaran di kelas perlu mengamati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan

guru yang telah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan karena buku yang disediakan oleh

pemerintah disediakan untuk keperluan skala nasional. Dengan kata lain, buku tersebut dibuat secara

umum untuk kondisi siswa di Indonesia tentu belum mengakomodasi kebutuhan khusus di masing-

masing sekolah yang ada kemungkinan memiliki karakteristik.

Buku pegangan guru maupun buku siswa merupakan ‘dokumen hidup’ yang senantiasa

diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan keperluan zaman.

Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Dengan demikian,

sebelum menggunakan buku pegangan guru dan siswa di kelas, tentunya guru telah membaca dan

mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan jika terjadi

kekeliruan dan ketidaktapatan dalam buku tersebut dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut

mengatasinya lebih awal.

1. Komponen yang/dianalisis dalam Buku Guru dan Siswa

Beberapa hal yang diperlukan dalam melakukan analisis buku pegangan guru dan siswa sebagai

berikut:

a. Kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.

Buku yang hendak digunakan di kelas hendaknya sudah dicek kesesuaiannya dengan

kurikulum yang digunakan. Buku guru dan siswa yang telah disediakan pemerintah saat ini

Page 253: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

3  

untuk menunjang pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013. Oleh karena itu, buku pegangan

guru dan siswa yang akan dipergunakan perlu dianalisis apakah telah sesuai dengan standar

kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) yang telah

ditentukan. Jika masih ditemukan ada ketidaksesuaian, guru dapat menindaklanjutinya lebih

awal.

b. Kecukupan materi

Materi dalam buku pegangan guru dan siswa perlu dianalisis dari segi kecukupan materi yang

ditinjau dari segi cakupan konsep atau materi esensial, dan alokasi waktu yang

dibutuhkan/disediakan.

c. Kedalaman materi

Upaya melakukan analisis terhadap kedalaman materi, materi yang tertuang dalam buku

pegangan guru dan siswa perlu ditinjau dari pola pikir keilmuan dan karakteristik guru dan

siswa. Jika dianggap ada yang kurang sesuai dengan karakteristik guru dan siswa di sekolah,

diharapkan guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan tambahan-tambahan penjelasan

seperlunya.

d. Kebenaran materi

Analisi buku juga sekaligus melihat kebenaran materi, contoh, maupun latihan-latihan yang

dituliskan. Jika ditemukan ada materi, contoh, soal yang dituliskan dalam buku terjadi

kesalahan, baik kemungkinan salah dalam penulisan konsep maupun kesalahan ketik, guru

diharapkan sesegera mungkin untuk menindaklanjutinya. Tindaklanjut dapat berupa ralat

perbaikan yang segera disampaikan kepada siswa agar tidak berdampak lebih lanjut kepada

siswa (membuat siswa bingung/ragu).

e. Kesesuaian pendekatan yang digunakan

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, sehingga buku siswa perlu ditinjau dari

segi penerapan pendekatan scientific. Apakah penyajiannya telah memfasilitasi siswa untuk

melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang diharapkan dalam pendekatan scientific atau belum.

f. Kesesuaian penilaian

Bentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini penilaian authentik. Oleh karena

itu, buku pegangan guru dan siswa yang digunakan perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian

authentik tersebut.

Dari beberapa komponen hasil analisis yang telah dilakukan, jika masih ditemukan ada

ketidaksesuaian atau ketidaklengkapan, guru perlu menindaklanjutinya dengan membuat tambahan-

Page 254: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

4  

tambahan materi, contoh atau bentuk penilaian yang disarankan sesuai dengan karakteristik siswa

sekolah.

2. Pendekatan-pendekatan dalam analisis materi

1) Pendekatan Terhubung (connected) atau Pendekatan Sistemik, yakni suatu pendekatan yang

digunakan guru dalam mengorganisasi materi dengan mengaitkan sebagai satu kesatuan utuh

antara tema-subtema satu dengan tema-subtema yang lainnya dalam satu mata pelajaran.

2) Pendekatan Sistematik, yaitu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi

materi secara berurutan dalam satu tema materi pembelajaran.

3) Pendekatan Prosedural, yakni suatu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam

mengorganisasi materi dengan mempertimbangkan prosedur atau langkah-langkah yang harus

dikerjakan dalam suatu tugas pembelajaran. seperti menyusun materi dari yang sulit menuju

yang mudah atau sebaliknya, dari suatu contoh fakta ke suatu kon-sep teori atau sebaliknya, dari

suatu yang kongkrit ke suatu yang abstrak atau sebaliknya.

4) Pendekatan terjala (webbed), yaitu merupakan salah satu bentuk pendekatan terpadu

(integrated) atau tematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran

dengan cara mengaitkan dan memadukan beberapa tema dari berbagai mata pelajaran yang

relevan.

3. Format Analisis Buku Guru dan Siswa

Format Analisis Buku Guru

LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU

Judul buku : ..................................................................................................................... Kelas : .................................................................................................................... Jenjang : ..................................................................................................................... Tema/Topik : ..................................................................................................................... NO. ASPEK YANG DIANALISIS HASIL ANALISIS TINDAK

Page 255: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

5  

TIDAK SESUAI

SESUAI SEBAGIAN

SESUAI LANJUT HASIL

ANALISIS1. Kesesuaian dengan SKL 2. Kesesuaian dengan KI 3. Kesesuaian dengan KD 4. Kecukupan materi ditinjau

dari: a. Cakupan konsep/materi

esensial b. Alokasi waktu

5. Kedalaman materi pengayaan ditinjau dari: a. Pola pikir keilmuan b. Karakteristik siswa

6. Informasi pembelajaran sesuai standar proses

7. Penerapan Pendekatan Scientific

8. Penilaian Autentik dan Bahan Remedial Teaching

9. Kolom interaksi antara guru dengan orangtua

Format Analisis Buku Siswa

LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA

Judul buku : ..................................................................................................................... Kelas : .................................................................................................................... Jenjang : ..................................................................................................................... Tema/Topik : .....................................................................................................................

NO. ASPEK YANG DIANALISIS HASIL ANALISIS TINDAK

Page 256: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

6  

TIDAK SESUAI

SESUAI SEBAGIAN

SESUAI LANJUT HASIL

ANALISIS

1. Kesesuaian dengan SKL

2. Kesesuaian dengan KI

3. Kesesuaian dengan KD 4. Kecukupan materi ditinjau dari:

a. Cakupan konsep/materi esensial

b. Alokasi waktu

5. Kedalaman materi pengayaan ditinjau dari: a. Pola pikir keilmuan b. Karakteristik siswa

6. Penerapan Pendekatan Scientific 7. Penilaian Autentik yang tersedia

dalam buku siswa

4. Langkah-langkah dan Rubrik Penilaian

Langkah-langkah analisis buku guru dan siswa dan rubriknya dapat dilihat berikut ini:

a. Cermati format penilaian analisis buku guru atau buku siswa serta hasil analisis peserta yang

akan dinilai!

b. Berikan nilai pada setiap komponen sesuai dengan penilaian Anda terhadap hasil analisis

menggunakan rentang nilai sebagai berikut ini.

PERINGKAT NILAI KRITERIA

Amat Baik ( AB) 90 < A ≤ 100 Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa dilaksanakan

Baik (B) 75 < B < 90 Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis

Cukup (C) 60 < C < 75 Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis

Kurang (K) < 60 Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis

MATERI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1. Memahami dan Menjabarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Peraturan pemerintah Repuplik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang Standart Nasional

Pendidikan (SNP), dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

Page 257: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

7  

Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan

suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penjelasan tentang Standar Kompetensi lulusan disebutkan juga dalam peraturan Menteri

Pendidikandan Kebudayaan No. 54 tahun 2013 dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

2. Tujuan Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi,

standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

3. Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi.

4. Kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya

di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

5. Monitoring dan Evaluasi Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar

Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang

digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala

dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi

digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa

yang akan datang.

Standar Kompetensi Lulusan masing-masing jenjang mulai dari tingkat SD/MI/SDLB/Paket A,

SMP/MTS/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMK/MAK/ SMALB/Paket C dapatdilihat dalam tabel

berikut:

No. Dimensi SD/MI SMP/MTS SMA/MA/SMK

Page 258: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

8  

1. Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Memiliki perilaku yangmencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2. Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Memiliki pengetahuanfaktual, konseptual, danprosedural dalam ilmupengetahuan, teknologiseni, dan budaya denganwawasan kemanusiaankebangsaan, kenegaraandan peradaban terkaifenomena dan kejadianyang tampak mata.

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

3. Keterampilan Memiliki kemampuanpikir dan tindak yangproduktif dan kreatidalam ranah abstrakdan konkret sesuadengan yangditugaskan kepadanya.

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

2. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang

harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program. (PP.no.32 tentang SNP).

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus

dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang

Page 259: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

9  

pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek

sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta

didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan

kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar.

Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan

organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan

antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya

sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten

yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi

Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam

satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan

sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3),

dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari

Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.

Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung

(indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok

3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). (lihat Permendikbud no. 67, 68 dan 69

tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SD, SMP, SMA).

3. Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh

Peserta Didik melalui pembelajaran. (PP.32 tentang SNP). Kompetensi Dasar adalah merupakan

kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi

Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang

bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan

dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata

pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan

tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi

esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan

dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi

sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik

seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran

Page 260: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

10  

untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan

perenialisme.

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang

diturunkan dari Kompetensi Inti.

4. Menghitung RPE (Rencana Pekan Efektif)

1. Pengertian Pekan Efektif

Pekan efektif adalah hitungan hari-hari efektif yang ada pada tahun pelajaran berlangsung.

Untuk menyusun RPE yang harus dilihat dan diperhatikan adalah kalender akademik yang

sedang berlangsung yang menjadi pedoman sekolah dalam menetapkan jumlah minggu/pekan

efektifnya, Jadwal pelajaran definitifnya dan juga kalender atau almanak secara umum. (contoh

kalender akademik ada pada lampiran).

2. Cara menghitung pekan efektif

Untuk lebih memudahkan dalam menghitung jumlah pekan efektif dalam satu semester

sebaiknya menentukan terlebih dahulu jumlah hitungan hari hari efektifnya dalam satu

semester. Sebagai contoh format rincian hari efektif sebagai berikut:

RINCIAN HARI/PEKAN EFEKTIF

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Smt Hari Bulan

Jumlah Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

I

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Total

Smt Hari Bulan

Jumlah Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

II

Senin Selasa Rabu Kamis

Page 261: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

11  

Jumat Sabtu Total

RINCIAN PEKAN EFEKTIF (RPE)

Satuan Pendidikan :

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas / Semester : /

Alokasi Waktu : x Menit

a. Hari Mengajar ( )

Hari Juli Agu Sep Okt Nop Des Jan Jumlah

Jumlah pekan dalam semester

Nomor Urut Nama Bulan Jumlah Pekan 1. Juli 2. Agustus 3. September 4. Oktober 5. Nopember 6. Desember

Jumlah b. Banyaknya Pekan

No Bulan Banyak Pekan Banyak Jam 1. Juli 2. Agustus 3. September 4. Oktober 5. Nopember 6. Desember 7. Januari

Jumlah

3. Banyaknya Pekan Tidak Efektif

Pekan tidak efektif adalah banyaknya pekan yang terdapat dalam kalender pendidikan tetapi

tidak dapat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran/tatap muka terstruktur dalam

melaksanakan kegiatan pelaksanaan materi pembelajaran di kelas. Yang menentukan

Page 262: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

12  

banyaknya pekan tidak efektif adalah satuan pendidikan diselenggarakannya kegiatan

pembelajaran tersebut.

Sebagai contoh yang disepakati oleh sekolah X sebagai pekan tidak efektif:

Perayaan 17 Agustus

Ulangtahun sekolah, dll

Jumlah pekan efektif

4. Banyak Pekan Efektif

Jumlah semua Pekan dikurangi jumlah pekan tidak efektif=

Jumlah jam efektif

5. Distribusi Alokasi Waktu

Pembangian /pendistribusian jumlah pekan efektik ke dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran

selama semester berjalan. Komponen dalam distribusi alokasi waktu mencakup kegiatan sbb:

UTS : x 3 =

UAS : x 3 =

Uji Kompetensi : x 3 =

Cadangan : x 3 =

Tatap Muka : x 3 =

Pekan Efektif = jam pelajaran

6. Penyusunan Program Alokasi Waktu

Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru lebih dulu memprogramkan waktu

baik dalam pengalokasian waktu maupun waktu kegiatan belajar mengajar. Pengalokasian

waktu dimaksud dapat disusun dalam bentuk format program tahunan (prota) program

semester (promes) yang disesuaikan dengan kalender pendidikan yang telah dibuat lebih dulu.

Contoh format program semester ganjil

No KD Waktu Juli Agustus Sept. Okt.

Page 263: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

13  

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4

5. Silabus

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian

pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan

pembelajaran yang digunakan. (Permendikbud No.65 Tahun 2013).

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk tiap bahan kajian mata

pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: Identitas mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar,

materi Pokok/tema (untuk tingkat SD/MI), pembelajaran; penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran

tertentu.Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Silabus mencakup: (1) Identitas Mata Pelajaran, (2) Identitas Sekolah, (3) Kompetensi Inti, (4)

Kompetensi Dasar, (5) Materi Pokok, (6) Pembelajaran, (7) Penilaian, (8) Alokasi Waktu, dan (9)

Sumber Belajar. (Contoh silabus terlampir)

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran rinci dari suatu materi

pokok atau tema tertentu yang mencakup: data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; materi

pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

materi pembelajaran; metode pembelajaran; media, alat dan sumber belajar; langkah-langkah kegiatan

pembelajaran; dan penilaian.

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan peserta didik dalam upaya mencapai KD, sesuai

dengan standar proses pembelajaran. Setiap guru dalam satuan pendidikan berkewajiban menyusun

RPP matapelajaran yang diampunya, di bawah supervisi guru senior yang ditunjuk, kepala sekolah,

pengawas, atau dari LPTK yang relevan. RPP disusun sebelum awal tahun pelajaran, dan menjadi

bagian KTSP Alur RP.

RPP KI dan KD SILABUS

Page 264: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

14  

a. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP

1) Perbedaan individual peserta didikantara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,

bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,

kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau

lingkungan peserta didik.

2) Partisipasi aktif peserta didik.

3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,

kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

4) Pengembangan budaya membaca dan menulisyang dirancang untuk mengembangkan

kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai

bentuk tulisan.

5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjutRPP memuat rancangan program pemberian

umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduanantara KD, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu

keutuhan pengalaman belajar.

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas

aspek belajar, dan keragaman budaya.

8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif

sesuai dengan situasi dan kondisi.

b. Komponen dan Sistematika RPP

Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan Pemerintah Nomor

19/2005 Pasal 20, yang berbunyi: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, indikator, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil

belajar. Dengan demikian, RPP minimal harus memuat Tujuan Pembelajaran, Materi

Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Agar guru mendapatkan

manfaat dari RPP yang dikembangkannya, maka muatan minimal RPP tersebut perlu

dilengkapi dengan rincian langkah manajerial guru dalam pembelajaran.

Komponen RPP terdiri atas: (1) Identitas sekolah, (2) Mata pelajaran atau tema/sub tema, (3)

Kelas/semester, (4) Materi pokok, (5) Alokasi waktu, (6) Tujuan pembelajaran yang

Page 265: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

15  

dirumuskan berdasarkan KD, (7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (8)

Materi pembelajaran, (9) Metode pembelajaran, (10) Media pembelajaran, (11) Sumber

belajar, (12) Langkah-langkah pembelajaran, dan (13) Penilaian.

c. Langkah-langkah Pengembangan RPP

1) Mengkaji Silabus pada Kurikulum tingkat nasional

Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan

aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan

keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan

siswa secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan siswa ini

merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati

(observes), menanya (questions), mengumpulkan informasi, mengolah (associate) dan

mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam

bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat siswa

aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan

penilaiannya.

2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar

dengan mempertimbangkan: a) potensi peserta didik; b) relevansi dengan karakteristik

daerah, c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta

didik; d) kebermanfaatan bagi peserta didik; e) struktur keilmuan; f) aktualitas,

kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g) relevansi dengan kebutuhan peserta

didik dan tuntutan lingkungan; dan h) alokasi waktu.

3) Menentukan Tujuan

Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap

pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek:

Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan).

4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi dari KD

a. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh

perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan,

dan potensi daerah

c. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Page 266: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

16  

Prinsip pengembangan indikator adalah Urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan

Kontekstual. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, prilaku, dan

lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir,

dan bertindak secara konsisten.

5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan

proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar

memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah

sebagai berikut.

a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,

khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru,

agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus.

c) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah

guru dalam membuat siswa aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi

kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut

menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati

(observes), menanya (questions), mengumpulkan informasi, mengasosiasikan

(associates) dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan

menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa

pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan

dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan.

6) Penjabaran Jenis Penilaian

Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian

kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan

dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,

penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran siswa

Page 267: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

17  

didorong untuk menyajikan karya, maka portofolio merupakan cara penilaian yang harus

dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan

menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam

pengambilan keputusan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.

a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-

3 dan KI-4.

b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan

peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan

posisi seseorang terhadap kelompoknya.

c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan

dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan

kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui

kesulitan siswa.

d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa

perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang

pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi

peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.

e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam

proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas

observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik

wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.

7) Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu

efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah

kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan

waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang

beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.

8) Menentukan Sumber Belajar

Page 268: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

18  

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan

pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan

fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar cetak utama adalah Buku Babon

(Kurikulum tingkat nasional) dan Buku Suplemen (Kurikulum tingkat daerah). Oleh

karena peserta didik didorong untuk mencari informasi, maka internet juga menjadi

sumber.

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin, bentuk jamak dari “Medium” yang berarti “Perantara” atau

“Pengantar”, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan

kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan

bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media

pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat

bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–21 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan

digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat

bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan

internet.

Media Pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan

memanfaatkan teknologi informasi. Dalam sistem ini interaksi antara pengajar (guru) dan peserta

(murid) ajar tidak harus saling bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem

pendidikan konvensional, mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan

memanfaatkan suatu media yang disebut komputer.

2. Fungsi dan Kegunaan Media Pembelajaran

Ada beberapa fungsi media pembelajaran:

Page 269: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

19  

1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta

didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang

menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan

sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak

mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta

didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar –

gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin

dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang

disebabkan, karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak

terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f)

obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui

penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan

lingkungannya.

4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan

5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.

6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan

abstrak.

Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merinci tentang fungsi media

pembelajaran sebagai berikut:

1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir

2. Memperbesar perhatian siswa.

3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar

4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di

kalangan siswa.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu

6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.

7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi

dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Page 270: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

20  

3. Kegunaan Media Pembelajaran

Secara umum media mempunyai kegunaan:

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori &

kinestetiknya (self regulated learning).

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang

sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran adalah:

1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar

2) Pembelajaran dapat lebih menarik

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar

4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek

5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan

7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan

8) Peran guru berubah kearah yang positif

Adapun Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama yang

digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk

membantupembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, (2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu

pengetahuan (science), (3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran

(literacy).Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu

untukmenguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini posisi teknologi tidak

ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai: fasilitator, motivator, transmitter, dan evaluator. Sebagai

bagian dari pembelajaran, teknologi/ICT memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen,

komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008).

Moldstad (dalam Harsya W Bachtiar, 1984) menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis

ICT dalam proses pembelajaran akan dapat menimbulkan kondisi-kondisi positif, seperti:

1. Belajar lebih banyak terjadi jika media diintegrasikan dengan program instruksional yang

tradisional.

Page 271: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

21  

2. Jumlah belajar yang setara sering dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat dengan

menggunakan teknologi instruksional.

3. Program instruksional dengan menggunakan berbagai media yang didasarkan pada suatu

pendekatan sistem, seringkali memudahkan siswa dalam belajar secara lebih efektif.

4. Program-program multimedia dan atau tutorial audio untuk pembelajaran biasanya lebih disukai

siswa bila dibandingkan dengan pengajaran tradisional.

4. Prinsip Pengembangan Media Pembelajaran (ASSURE)

Model ASSURE adalah sebuah model pengembangan media yang dikembangkan oleh Heinich

dan kawan-kawan (1982) dalam mengembangkan perencanaan penggunaan dan pembuatan media yang

efektif. ASSURE merupakan kepanjangan dari huruf berikut ini:

A–Analyze leraner characteristic (menganalisis karakteristik siswa)

S –State objective (merumuskan tujuan)

S –Select or modify media (memilih dan memodifikasi media)

U–Utilize (menggunakan media)

R–Require learner response (meminta tanggapan siswa terhadap media yang digunakan

E–Evaluate (mengevaluasi seberapa jauh tingkat efektifitas penggunaan media

5. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran

Terdapat berbagai jenis dan karakteristik media belajar, diantaranya:

a. Media Grafis:

1) Gambar Atau Foto

Gambar atau foto yang baik untuk media pendidikan:

a) Autentik, yaitu gambar/foto tersebut jujur melukiskan situasi apa adanya.

b) Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok

dalam gambar.

c) Ukuran relatif, gambar atau foto bisa menyesuaikan dengan kondisi.

d) Mengandung perbuatan.

e) Harus mencapai tujuan pembelajaran.

f) Tidak setiap yang bagus merupakan media yang bagus.

2) Sketsa

3) Diagram

4) Bagan/Chart

Page 272: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

22  

Bagan yang baik: (1) dapat dimengerti, (2) sederhana, dan (3) dapat di-update.

5) Grafik

6) Kartun

7) Poster

8) Peta dan Globe

9) Papan Flanel

10) Papan Buletin

b. Media Audio:

1) Radio

2) Alat perekam pita magnetik

3) Laboratorium bahasa

c. Media Proyeksi Diam

1) Film bingkai

2) Film rangkai

3) Media transparansi

4) Proyektor tidak tembus pandang

5) Mikrofis

6) Film

7) Film gelang

8) Televisi

9) Video

10) Permainan dan simulasi

6. Media Teknologi Informasi dan Komunikasi

a. Situs internet arab

b. E-Kutub Arabiyah (e-book)

c. CD Multimedia Interaktif

d. Games online/offline

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial,

projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak

melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya

bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

Page 273: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

23  

7. Peranan Media dalam Pembelajaran

Peranan beberapa karakteristik tersebut sangan urgent dalam hasil belajar. Edgar Dale

memberikan gambaran dari hasil belajar melalui kerucut pengalamannya atau biasa dikenal corn of

experiences. Kerucut tersebut semakin kebawah semakin kongkrit hasil belajar para siswa.

1. Lambang Kata menempati kerucur yang paling atas yang bermakna bahwa apabila guru hanya

menyampaikan pesan maka hasil belajar hanyalah ruangan yang sempit.

2. Lambang Visual menempati urutan yang kedua, pada lambang visual hasil belajar lebih lebar yang

menandakan bahwa dengan belajar melalui Visualisasi, hasil belajar lebih banyak dibanding

dengan kata.

3. Gambar Tetap atau Rekaman, dan Radio menempati urutan yang berikutnya, hasil belajar lebih

banyak diperoleh.

4. Gambar Hidup menempati urutan beikutnya, hasil belajar lebih banyak daripada yang di atas.

5. Televisi. Hasil belajar semakin banyak diperoleh melalui layar televisi.

6. Pameran Museum, hasil belajar semakin banyak.

7. Darmawisata, demikian juga darmawisata akan mengahsilkan produk belajar lebih banyak.

8. Percontohan, melalui percontohan hasil yang didapatkan dalam belajar semakin banyak.

9. Pengalaman Dramatisasi. Melalui pengalaman dramatisasi hasil belajar semakin bertambah banyak.

10. Pengalaman Tiruan, demikian juga pengalaman tiruan, hasil belajar semakin bertambah banyak.

11. Pengalaman Langsung, melalui pengalaman langsung ini pembelajaran akan menghasilkan produk

pembelajaran yang efektif.

Kerucut pengalaman Edgar Dale

Page 274: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

24  

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik

bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau

kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan.

Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa

digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti:

biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

8. Konsep Dasar Sumber Belajarn; Perbedaan Sumber, Alat, dan Bahan

a. Sumber Belajar (Learning Resources)

Sumber belajar adalah segala daya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran untuk

kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian atau

secara keseluruhan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sumber belajar pengertian sempit misalnya buku-buku atau bahan-bahan cetak atau buku-buku

teks yang digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Sember belajar dalam

pengertian luas adalah sumber belajar yang dihasilkan oleh Edgar Dale dalam kerucut pengalamannya

(Cone of Experience)yaitu menyatkan bahwa pengalamannya itu adalah sumber belajar (Nana Sujana,

89:76) Sumber belajar tersebut menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala

sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar/sebagai media pengajaran ddengan tujuan

tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya.

Sumber belajar pada prinsipnya adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi

kemudahan dalam belajarnya. dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu

belajar mengajar, biasa disebut Learning resources by design (sumber belajar yang dirancang).

Misalnya buku, brosur, ensklopedi, film, video, tipe, slides, film strips, OHP. Semua perangkat

keras ini memang secara sengaja dirancang guna kepentingan kegiatan pengajaran.

2) Sumber belajar yang dimafaatkan guna memberi kemudhan kepada Seseorang dalam belajar

berupa segala macam sumber belajar yang ada disekeliling kita. Sumber belajar tersebut tidak

dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan pengajaran. Sumber belajar ini disebut learning

resources by ultilization. (Isbani, 87:6). Misalnya, pasar, toko, museum, toko masyarakat dan

sebagainya yang adanya dilingkungan sekitar seperti taman dan sebagainya yang adanya di

lingkungan sekitar seperti taman, gedung lembaga Negara, dan lain-lain. Segenap sumber belajar

yang dirancang maupun yang tidak dirancang diklasifikasikan sebagai orang, peralatan, teknik atau

Page 275: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

25  

metode dan kondisi atau lingkungan. Dalam prakteknya, segala macam sumber belajar, baik yang

dirancang maupun yang dimanfaatkan, tidak selalu harus dibedakan karena memang sulit untuk

diidentifikasikan secara tegas.

b. Klasifikasi Sumber Belajar

Klasifikasi Jenis-Jenis Sumber Belajar

JENIS SUMBER BELAJAR

PENGERTIAN CONTOH

DIRANCANG DIMANFAATKAN Pesan (Message) Informasi yang harus

disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide, fakta, pengertian data.

Bahan-bahan pelajaran. Cerita rakyat dongeng, nasihat.

Manusia (People) Orang yang menyimpang informasi atau menyalurkan informasi. Tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar.

Guru, aktor, siswa, pembicara pemain. Tidak termasuk teknisi ilmu Kurikulum.

Nara sumber, pemuka masyarakat, pimpinan kantor, responden.

Bahan (Materials) Sesuatu, bisa disebut media/software yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakian alat.

Transparansi, film, slides, tape, buku, gambar, lan lain-lain.

Rellef, candi arca, peralatan teknik.

Peralatan (Devide)

Sesuatu, bisa disebut media/hadware yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada dalam software.

OHP, Proyektor, slides, film, tape, buku, gambar, dan lain-lain.

Generator, mesin, alat-alat mobil.

Teknik/Metode (Technique)

Prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampaikan pesan.

Ceramah, diskusi sosiodrama, simulasi, kuliah,belajar mandiri.

Permainan sarasehan, percakapan biasa/spontan.

Lingkungan (Setting)

Situasi sekitar dimana pesan disalurkan/ditranmisikan

Ruang kelas, studio, perpustakaan, auditorium, aula.

Taman, kebun, pasar, museum, toko.

Klasifikasi lain yang bisa dilakukan terhadap sumber belajar sebagai berikut;

Page 276: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

26  

1) Sumber belajar tercetak; buku majalah, brosur, koran, poster denah, ensklopedi, kamus, booklet,

dan lain-lain.

2) Sumber belajar non cetak; film, slides, video, model, audiocassette, transparasi, reali, obyek, dan

lain-lain.

3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas; perpustakaan, ruang belajar, carrel, studio, lapangan olah

raga, dan lain-lain.

4) Sumber belajar berupa kegiatan; wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan

lain-lain.

5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat; taman, terminal pasar, toko, pabrik, museum,

dan lain-lain.

9. Komponen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sumber Belajar

Komponen adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam sumber belajar itu, dan bagian-bagian

itu merupkan satu kesatuan yang suli berdiri sendiri sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara

terpisah.

a. Komponen-komponen sumber belajar, antara lain:

1) Tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar.

2) Bentuk, format, atau keadaan fisik sumber belajar

3) Pesan yang dibawah oleh sumber belajar

4) Tingkat kesulitan atau koleksitas pemakian sumber belajar

b. Faktor-faktor yang berpengaruh kepada sumber belajar, antara lain:

1) Perkembangan teknologi

2) Nilai-nilai budaya setempat

3) Keadaan ekonomi pada umumnya

4) Keadaan pemakai

c. Fungsi/Peran Sumber Belajar

Fungsi/peranannya antara lain:

1. Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan

a. Membantu guru untuk menggunakan waktu dengan secara lebih baik dan efektif.

b. Meningkatkan laju kelancaran belajar

c. Mengurangi beban guru dalam penyajian informasi sehingga lebih banyak kesempatan dalam

pembinaan dan pengembangan airah belajar siswa.

Page 277: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

27  

2. Memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan;

a. Mengurangi fungsi control guru yang sifatnya kaku dan tradisional

b. Memberikan kesempatan pada siswa/murid untuk berkembang sesai dengan kemampuanya.

3. Memberikan dasar-dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan

a. Merencanakan program pendidikan secara lebih sistematis

b. Mengembangkan bahan pengajaran melalui upaya penelitian terlebih dahulu.

c. Meningkatkan pemantapan pengajaran dengan jalan

d. Meningkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media

e. Menyajikan informasi maupun data secara lebih mudah, jelas dan kongkrit. (isbani, 1987:10).

10. Pengembangan Media Pembelajaran

1. Langkah Pengembangan Media Pembelajaran

a) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar.

b) Mengkaji media yang cocok dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dan bagaimana cara

pencapaiannya.

c) Merumuskan strategi dan caranya.

d) Mengembangkan naskah atau isi pesan. Siapa yang akan menggunakan media pembelajaran? Apa

pesan pokok yang akan disampaikan? Apakah ada media yang sudah dipakai? Apakah ada sumber

informasi lain?

e) Memilih bentuk dan jenis media pembelajaran.

a. Media apa yang menjangkau peserta didik? Bentuk media seperti apa yang sesuai dengan

perkembangan peserta didik? Mempertimbangkan dana, waktu, dan hambatan.

f) Merancang dan menyelesaikan media pembelajaran. Bagaimana penyelesaian tugas. Apakah

semua tugas bisa diselesaikan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan.

g) Melakukan uji coba dan evaluasi. Sebelum media digunakan dalam proses belajar mengajar,

sebaiknya diuji cobakan terlebih dahulu dan dievaluasi kehandalannya.

h) Melakukan perbaikan.

i) Melakukan evaluasi penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Contoh Pengembangan Media Pembelajaran

a. Membuat sinopsis atau story board

Membuat storyboard merupakan langkah pembuatan desain pembelajaran, penulis merancang

seluruh skenario pembelajaran dan memperkirakan efek apa saja yang ditimbulkan dalam

pembentukan kompetensi yang diharapkan.

Page 278: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

28  

1) Menetapkankan jenis visual apa yang akan digunakan untuk mendukung isi materi

(tulisan,gambar diam atau animasi)

2) Video (kalau diperlukan)

3) Audio yang diperlukan (diam, sound effect khusus, suara latar belakang, musik dan narasi).

b. Membuat Flipchart

Flipchart (lembar balik) adalah salah satu media cetakan yang sangat sederhana dan efektif.

Keunggulan flipchart sebagai berikut:

1) Mampu memberi info ringkas dengan cara praktis

2) Media yang cocok untuk kebutuhan dalam ruangan atau luar ruangan

3) Bahan dan pembuatan murah

4) Mudah dibawa kemana-mana

5) Tidak membutuhkan ketrampilan baca tulis

6) Membantu mengingatkan pesan dasar bagi fasilitator/pengguna media

Bagaimana membuat flipchart?

• Tentukan tujuan dan penerapan flipchart

• Menentukan bentuk flipchart

• Sederhanakan informasi/pesan

• Merancang draft kasar pada skala kecil

• Memilih warna sesuai kesan yang diinginkan

• Memastikan pesan jelas dan dinamis

• Menentukan bentuk huruf , dan ukuran yang sesuai

• Ujicoba tata letak pada kalangan terbatas

Desain flipchart:

• Ukuran standar 60- 90 cm, atau sesuaikan dengan jumlah peserta

• Gunakan ilustasi foto/kartun yang sederhaan dan dikenal khalayak

• Penulisan Judul yang menonjol, gunakan huruf besar dan sederhana

• Pesan jelas dan ringkas, istilah disederhanakan

• Gunakan warna mencolok dan tebal.

c. Membuat Poster

Poster adalah media cetakan berbentuk 1 muka/halaman dengan ukuran berkisar antara 60 cm x

40 cm. Bahan poster, umumnya menggunakan kertas karton atau kertas artpaper dengan ketebalan

antara 120 -260 gr.

Page 279: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

29  

11. Manual Media Pembelajaran

Manual media pembelajaran merupakan deskripsi dari tata cara atau prosedur media tersebut

digunakan. Prosedur tersebut berisi tentang bagaimana media tersebut dibuat, digunakan di dalam

pembelajaran, dan sampai pada sebrapa jauh media tersebut benar-benar sebagai perantara dalam

proses pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa contoh manual media pembelajaran pada tingkat

SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA

a. Manual Media Pembelajaran untuk SD/MI

Mata Pelajaran : Aqidah

Materi : Iman Kepada Malaikat

Tingkat : SD/MI

Bahan : Kertas karton, manila, kertas lipat warna-warni, double tip, dan lem

Media : Kereta Malaikat

Langkah-langkah Penggunaan:

1. Buat 11 gerbong yang terdiri dari 1 kepala gerbong yang diberi tulisan “malaikat”, dan 10

gerbong dengan tulisan masing-masing nama malaikat yang berjumlah 10 yang wajib

diketahui!

2. Buat 11 gerbong yang terdiri dari 1 kepala gerbong yang diberi tulisan ”tugas-tigas

malaikat” dan 10 gerbong dengan tulisan masing-masing tugas malaikat yang wajib

diketahui!

3. Dalam proses pembelajaran siswa akan mencocokkan setiap gerbong dengan cara

menempel.

4. Dapat dilakukan dengan membuat beberapa gerbong agar terjadi kompetisi antar kelompok.

5. Setelah kelompok selesai mencocokkan, guru mereview, kelompok yang paling cepat

mencocokkan layak mendapat penghargaan.

6. Siswa dapat menemukan tugas dan sekaligus nama-nama malaikat.

Surabaya, ………………………………….

Guru Kelas,

_____________________________

NIP.

Page 280: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

30  

b. Manual Media Pembelajaran untuk SMP/MTs

Mata Pelajaran : Akhlaq

Materi : Akhlaq terpuji dan tercela

Tingkat : SMP/MTs

Bahan : Gambar-gambar akhlaq terpuji dan tecela, kertas karton, manila, kertas

warna, gunting, dan lem

Media : Pohon Akhlaq terpuji dan tercela

Langkah-langkah Penggunaan:

1. Pilih 10 gambar (sesuaikan jumlah kelas) yang mencerminkan akhlaq terpuji (gambar

pekerja keras, sekolah, menyeberangkan orang dan lain-lain)!

2. Pilih 10 gambar (sesuaikan jumlah kelas) yang mencerminkan akhlaq tercela (gambar

orang marah, mencopet, memukul dan lain-lain)!

3. Gunting karton menyerupai pohon dan buat juga batang pohon!

4. Tempel gambar-gambar tersebut dalam masing-masing karton!

5. Dalam proses belajar, masing-masing siswa atau secara berpasangan mendapat satu

pohon.

6. Mereka mendiskusikan tentang pohon yang telah mereka pegang, apakah pohon akhlaq

terpuji dan akhlaq tercela.

7. Hasil diskusi disampaikan dalam lembar kerja siswa.

8. Guru mereview proses pembelajaran.

9. Siswa dapat menemukan apa dan bagaimana contoh akhlaq terpuji dan akhlaq tercela.

Surabaya, ……………………………….

Guru Pengajar

_____________________________

NIP.

c. Manual Media Pembelajaran untuk SMA/MA

Mata Pelajaran : Fiqh

Materi : Merawat Janazah

Tingkat : SMA/MA

Page 281: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

31  

Bahan : Program flash animasi

Media : Flash Animasi Perawatan Janazah

Langkah-langkah Penggunaan:

1. Memanfaatkan program flash dalam perawatan Janazah (memandikan, menyalati,

mengkafani, dan menguburkan janazah.

2. Guru memperlihatkan tayangan melalui LCD perawatan Jenazah.

3. Siswa mempraktekkan tayangan tersebut.

4. Siswa menemukan bagaimana cara perawatan jenazah.

Surabaya, ……………………………….

Guru Pengajar

_____________________________

NIP.

12. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT

Pemanfaatan ICT dalam konteks pendidikan pada dasarnya lebih cenderung pada proses

pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran yang memanfaatkan ICT ini biasanya menggunakan

perangkat hardware dan software dalam aplikasinya seperti, perangkat komputer yang tersambung

dengan jaringan internet, LCD, projektor, CD pembelajaran, televisi, bahkan menggunakan web atau

situs-situs tertentu dalam internet. Dengan adanya jaringan internet ini seseorang dapat mengakses data

apa saja dengan melakukan browsing ke berbagai penyelia data (server) di berbagai belahan bumi ini.

Artinya dengan adanya internet ini masalah ruang tidak menjadi halangan. Sebagai misal kita dapat

mengakses data dari berbagai tempat di Amerika dengan memanfaatkan layanan Yahoo, hanya dalam

hitungan detik berbagai data berhasil kita akses.

Media pembelajaran berbasis ICT ini dapat digunakan dalam:

a. Pencarian Data Melaui Search Engine (Mesin Pencarian)

Search engine adalah salah satu fasilitas internet yang dijalankan melalui browser untuk

mencari informasi yang kita inginkan. Search engine menampung database situs-situs dari seluruh

dunia yang jumlahnya milyaran halaman web, cukup dengan memasukkan kata kunci-nya maka

search engine akan menampilkan beberapa link situs yang disertai dengan keterangan singkat.

c. Yahoo Mail dan Langkah-langkah Penggunaannya dalam Pembelajaran

Page 282: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

32  

Email adalah singkatan dari Electronic Mail atau jika dalam bahasa Indonesia adalah surat

elektronik. Melalui email kita dapat mengirim surat elektronik baik berupa teks maupun gabungan

dengan gambar, yang dikirimkan dari satu alamat email ke alamat lain di jaringan internet. Seperti

layaknya surat biasa pada umumnya, email berfungsi untuk mengirimkan surat atau pesan kepada

orang lain.

d. Pembuatan Blog Pembelajaran

Blog adalah situs web Anda yang mudah digunakan, fasilitas ini dapat dengan cepat

memposting pemikiran Anda, berinteraksi dengan orang lain, mempublikasikan karya, pengumuman

dan banyak lagi keuntungan lainnya. Karena mudah dan praktis Blok bisa digunakan tidak hanya untuk

kepentingan komunikasi tetapi juga digunakan sebagai media pembelajaran yang memungkin semua

orang bisa mengaskesnya. Penggunaan Blog dalam Pembelajaran bisa dijadikan media interaksi antara

guru dan pakar (guru); antara guru dan siswa, antar siswa dan siswa yang berkaitan dengan materi

pendidikan. Blog untuk kuliah maya, memuat:

Daftar mata kuliah

Silabus

Materi kuliah (ppt, pdf, doc, jpg, dll)

Referensi (e-book, url addres)

Pengumuman-pengumuman, tugas-tugas

Forum diskusi (milis, chating, instant messenger)

Profil dan kontak guru

Ujian

e. Media Pembelajaran Berbasis Slide Presentasi

a) Mengenal Program Power Point dan Manfaatnya dalam Pembelajaran

Microsoft Power Point adalah suatu software yang akan membantu dalam menyusun

sebuah presentasi yang efektif, professional, dan juga mudah. Microsoft Power Point

akan membantu sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika

dipresentasikan karena Microsoft Power Point akan membantu dalam pembuatan slide,

outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk

clip art yang menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor komputer.

Manfaat Program Power Point dalam Pembelajaran: (1) penyampaian materi pembelajaran

lebih menarik, (2) menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, dan (3) materi

pembelajaran disampaikan secara utuh melalui pointer-pointer materi.

b. Pengenalan Program Aplikasi Media Pembelajaran

Page 283: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

33  

Ada banyak program aplikasi berbasis ICT yang dapat digunakan dalam pembelajaran:

1) Program Al-Qur’an Flash

Program ini adalah mushaf al-Qur’an digital yang dapat dibaca dan dibuka seperti ketika

membaca mushaf al-Qur’an sebagaimana biasa yang dilengkapi dengan ayat-ayat yang

berwarna warni sebagai petunjuk hukum bacaan tajwid, program ini sangat berguna bagi

guru yang akan mengajarkan membaca al-Qur’an di kelas secara klasikal.

2) Program Al-Qur’an in Word

Program al-Qur’an in Word adalah program penulisan teks ayat al-Qur’an lengkap

dengan harakat dan terjemahannya dalam beberapa bahasa yang dipalikasikan pada

program MS. Word. Program ini sangat membantu bagi kita umat Islam yang ingin

menulis ayat al-Qur’an dengan mudah tanpa hawatir muncul kesalahan dalam penulisan

ayat karena menulis secara manual menggunakan MS. Word.

3) Program KV-Soft Flipbook

Program ini merupakan program pengembangan media pembelajaran berbasis e-book

karena dengan memahami program ini siapapun dapat membuat buku, kitab, mushaf

maupun gambar menjadi format buku elektronik yang bisa dibuka dan dibaca

menggunakan komputer. Kvisoft Flipbook Maker adalah jenis perangkat lunak

profesional untuk mengkonversi file PDF ke bentuk seperti buku. Halaman yang dapat

di tambah fungsi editing memungkinkan Anda untuk menanamkan video, gambar,

audio, hyperlink, hotspot dan objek multimedia ke halaman. Sehingga untuk membuat

halaman buku multimedia menjadi begitu mudah dengan software ini.

BAHAN AJAR

1. Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang

digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara umum Bahan Ajar adalah segala bentuk

bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan

ajar memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi melalui materi yang disajikan secara runtut dan

sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

(Marno 2011). Paulina Pannen (2001) menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi

Page 284: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

34  

pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses

pembelajaran. Meneurut Andi Prastowo (2011) menyatakan pemahaman bahan ajar sebagai segala

bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok

utuh dari kompetensi yang dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan

tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Yuniwati (2012) menyimpulkan, bahwa bahan ajar merupakan susunan sistematis dari berbagai

bentuk bahan pembelajaran (baik tertulis seperti buku pelajaran, modul, handout, LKS atau yang tidak

tertulis seperti maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif) yang di pakai atau digunakan sebagai

pedoman atau panduan baik oleh pendidik atau instruktur dalam rangka proses pembelajaran serta

memberikan materi kepada peserta didik.

Bahan ajar umumnya didesain dengan tujuan tertentu (by design) yakni disusun dengan

sistematika tertentu untuk keperluan pembelajaran dan dalam kerangka pencapaian kompetensi yang

diharapkan. Berbeda dengan buku teks pada umumnya yang merupakan sumber informasi yang

disusun dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu, dia tidak berorientasi pada proses

pembelajaran atau pencapaian kompetensi sebagaimana bahan ajar.

Perbedaan karakteristik antara bahan ajar dan buku teks antara lain dapat digambarkan di bawah

ini:

Bahan ajar Buku Teks

1. Menimbulkan minat baca 2. Ditulis dan dirancang untuk siswa 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran 4. Disusun berdasar kan pola belajar yang

fleksibel 5. Struktur berdasarkan kebutuhan siswa

dan kompetensi akhir yang akan dicapai. 6. Memberi kesempatan pada siswa untuk

berlatih 7. Mengakomodasi kesulitan siswa 8. Memberikan rangkuman 9. Gaya penulisan komunikatif dan semi

formal 10. Kepadatan berdasar kebutuhan siswa 11. Dikemas untuk proses instruksional 12. Mempunyai mekanisme untuk

mengumpulkan umpan balik dari siswa 13. Menjelaskan cara mempelajari bahan

ajar.

1. Mengasumsikan minat dari pembaca 2. Ditulis untuk pembaca (guru, dosen) 3. Dirancang untuk dipasarkan secara luas 4. Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional 5. Disusun secara linear 6. Stuktur berdasar logika bidang ilmu 7. Belum tentu memberikan latihan 8. Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa 9. Belum tentu memberikan rangkuman 10. Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif 11. Sangat padat 12. Tidak memilki mekanisme untuk mengumpulkan

umpan balik dari pembaca.

b. Manfaat Bahan Ajar dalam Sistem Pembelajaran

Page 285: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

35  

 

Sebagaimana disebutkan dalam Sisdiknas tahun 2003 bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi antara guru dengan siswa dan dengan sumber belajar dalam lingkungan pembelajaran.

Menurut sisdiknas tersebut ada tiga komponen penting dalam pembelajaran yaitu; guru, siswa dan

sumber atau bahan ajar. Kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik kalau tidak tersedia sumber

dan bahan ajar, untuk dapat membelajarkan siswa maka mutlak diperlukan bahan ajar, sehingga

memungkinkan siswa dapat belajar dimana dan kapan saja melalui sumber dan bahan ajar yang

disiapkan. Sebab itu kedudukan bahan ajar sangat penting sekali dalam proses pembelajaran. Hubungan

antara komponen tersebut seperti digambarkan di bawah ini:

Lingkungan Belajar

Dalam proses pembelajaran kedudukan bahan ajar sangat penting sekali, manfaat bahan ajar bagi

guru antara lain; (1) menghemat waktu mengajar, (2) menempatkan guru sebagai fasilitator dan (3)

menciptakan suasana pembelajaran lebih efisien & interaktif.

Sementara bagi siswa dapat; (1) mendorong siswa menjadi pembelajar mandiri; (2) memperluas

waktu belajar kapan saja bias; (3) bisa belajar tanpa guru; (4) dapat belajar dengan kecepatan masing-

masing; (5) dapat belajar dengan urutan yang dipilih sendiri dan membiasakan untuk membaca ilmu

pengetahuan.

Selanjutnya bahan ajar berfungsi untuk:

a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan

membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru

dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

Peserta  Pendidik 

Sumber /bahanBelajar 

Page 286: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

36  

b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a)

mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa

untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program

pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh

penelitian. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber

belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

d. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran

yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan

pengetahuan yang sifatnya langsung.

2. Jenis-jenis Bahan Ajar

Bahan ajar secara lebih sempit lagi dipahami sebagai materi pembelajaran (instructional

materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari

siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis

materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap

atau nilai.

Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat,

nama orang, dsb. Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau

bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-

lengannya).

Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar

konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”,

rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.

Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis

atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menjalankan ibadah sholat;

langkah-langkah berwudlu. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau

nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat

bekerja, dsb.

Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif

tersebut, perhatikan tabel di bawah ini.

Tabel 1 Klasifikasi Materi Pembelajaran Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip

Page 287: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

37  

No Jenis Materi Pengertian dan contoh

1. Fakta Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana. Contoh: Ka’bah terletak di makkah; Masjid terbesar di Asia bernama Istiqlah yang berada di Jakarta Negara Indonesia.

2. Konsep Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus. Contoh: Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana.

3. Prinsip Penerapan dalil, hukum, atau rumus. (Jika…maka….). Contoh: Jika kita berbuat kebaikan maka kita akan mendapat pahala dari Allah dan melalui ridloNya kita akan dimasukkan ke dalam surgaNya

4. Prosedur Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut. Contoh: Langkah-langkah melakukan wudlu ialah: 1. Niat 2. Membasuh Muka 3. Membasuk kedua tangan sampai ke siku 4. Mengusap rambut 5. Membasuk kedua kaki hingga mata kaki 6. Tertib

Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam

kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka

mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen

penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar.

Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan

pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta

lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan

ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio);

bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.

a. Bahan cetak (printed)

Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,

foto/gambar, model/maket. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak

tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang

dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaed yaitu : (a) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi,

Page 288: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

38  

sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang

dipelajari; (b) Biaya untuk pengadaannya relative sedikit; (c) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat

dengan mudah dipindah-pindahkan; (d) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi

individu; (e) Bahan tertulis relative ringan dan dapat dibaca di mana saja; (f) Bahan ajar yang baik akan

dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti manandai, mencatat, membuat sketsa;

(g) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, (h) Pembaca dapat

mengatur tempo secara mandiri

Adapun macam-macam bahan ajar cetak antara lain:

1) Handout: adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan

peserta didik. Handout biasanya diambil dari beberapa literature yang memiliki relevansi dengan

materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta

didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download

dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.

2) Buku: adalah adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Oleh pengarangnya isi

buku di dapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi

pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Buku sebagai

bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum

dalam bentuk tertulis.

3) Modul: adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara

mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala

komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna

kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul

memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih

cepat menyelesaikan satu atau lebih kompotensi dasar dibandingkan dengan peserta didik,

disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.

4) Lembar Kegiatan Siswa ( student work sheet): adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang

harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas

kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran

apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara

baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau refrensi lain yang terkait dengan materi

tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-

tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat

Page 289: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

39  

resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja

lapangan, misalnya survei tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.

Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran,

bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas

tertulis. Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang

memadai, karena sebuah lembar harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan

tercapainya atau tidaknya sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh peserta didik.

5) Brosur: adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem

atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid atau selebaran

cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus

besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat

dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang

harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena

bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur

didesain hanya memuat hanya satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan

menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.

6) Leaflet: adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar

terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan

menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar

juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih

kompetensi dasar.

7) Wallchart: adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna

menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat menarik bagi siswa maupun guru, maka

wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengeturan proporsi yang baik. Wallchart

biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini wallchart didesain

sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, wallchart harus memenuhi kriteria sebagai

bahan ajar antara lain harus memiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang

harus dikuasai oleh peserta didk, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara

menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang ular, tikus dan

lingkungannya.

8) Foto: merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasika sesuatu yang akan dijelaskan

dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan muda

karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada

Page 290: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

40  

anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama. Foto ini dapat mengatasi ruang dan

waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat yang lain dapat dilihat oleh orang yang berada jauh dari

tempat kejadian dalam bentuk setelah kejadian itu berlalu. Kalau kita memerlukan hasil yang hitam

putih pergunakanlah film hitam putih dan bila kita menghendaki hasil yang berwarna maka

gunakan film yang berwarna.

Beberapa alasan penggunaan foto sebagai media pengajaran sebagai berikut:

a) Bersifat konkrit, para siswa akan dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan

atau didiskusikan

b) Dapat mengatasi batas waktu dan ruang, melalui gambar dapat diperlihatkan kepada siswa

foto-foto benda yang jauh atau yang terjadi beberapa waktu lalu

c) Dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indra manusia. Misalnya benda-benda kecil

yang tak dapat dilihat dengan mata dan diperbesar sehingga dapat dilihat dengan jelas.

d) Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah

e) Mudah didapat dan murah biayanya, karenan dia mengandung nilai ekonomis dan

meringankan beban sekolah yang budgetnya terbatas

f) Mudah digunakan baik untuk perorangan maupun kelompok

b. Bahan ajar dengar (audio)

Bahan ajar dengan adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio)

seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

1) Kaset/piringan hitam/compact. Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-

ulang diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan jar. Bahan ajar

kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa tau pembelajaran musik. Bahan ajar kaset

tidak dapat berdiri sendiri, dalam penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya

seperti tape recorder dan lembar skenario guru.

2) Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio peserta

didik bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio

dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru merencanakan sebuah

program pembelajaran melalui radio. Misalnya mendengarkan berita siaran langsung suatu

kejadian atau fakta yang sedang berlangsung.

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual)

Page 291: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

41  

Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media audio

visual seperti video compact disk, film.

1) Video/film. Program video/film biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual

aids/audio visual media). Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap,

sehingga setaip akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi

dasar. Baik tidaknya program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis

kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi (dikenal dengan skenario) dari

sebuah program video atau film, skrip, pengambilan gambar dan proses editingnya.

2) Orang/Nara Sumber. Orang sebagai sumber belajar dapat juga diakatakan sebagai bahan ajar yang

dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat belajar misalnya karena orang

tersebut memiliki ketrampilan khusus tertentu. Melalui ketrampilannya seseorang dapat dijadikan

bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka rancangan tertulis diturunkan

dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang

baik pula. Dengan demikian, dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar tidak dapat berdiri

sendiri melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.

3) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material). Multimedia interaktif adalah kombinasi

dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya

dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi. Saat ini

sudah mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik juga

memudahkan bagi penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya bahan ajar

multimedia derancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaannya hingga penilaian.

3. Konsep Dasar Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Modul

a. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 1) Pengertian, Tujuan dan kegunaan LKS

Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang

harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas

kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa

saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secra baik

apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.

Lembar Kerja Siswa (LKS) Merupakan salah satu bahan pembelajaran. Secara umum LKS

merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana

Page 292: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

42  

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi

maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik

digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam

penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam proses belajar mengajar sering dimanfaatkan sebagai buku

latihan siswa yang didalamnya memuat: Ringkasan Materi, dan soal-soal latihan. Dengan adanya

ringkasan materi ini, siswa akan lebih mudah memahami materi, dan melalui soal-soal latihan dapat

membantu siswa memahami dan menguasai materi secara terbimbing (guidance) melalui soal-soal

yang diberikan baik berupa uraian singkat atau pilihan ganda.

Adapun ciri-ciri LKS adalah sebagai berikut:

1) LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai 100 halaman

2) LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan

tertentu

3) Didalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara umum, rangkuman pokok

bahasan, puluhan soal-soal pilihan ganda dan soal-soal isian.

Tujuan dari LKS yaitu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan untuk mengefektifkan

pelaksanaan belajar mengajar. Selain itu, LKS akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Guru

akan memiliki bahan ajar yang siap digunakan, sedangkan siswa akan mendapatkan pengalaman

belajar mandiri dan belajar memahami tugas tertulis yang tertuang dalam LKS.

Fungsi LKS antara lain bagi siswa LKS berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran yang didapat. Dan bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan

berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana

yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. Selain itu dengan adanya LKS siswa tidak perlu mencatat atau

membuat ikhtisar atau resume pada buku catatannya lagi, sebab dalam tiap LKS biasanya sudah

terdapat ringkasan seluruh materi pelajaran.

Berdasarkan fungsi lembar kerja di atas, guru sebagai pengelola proses belajar, kedudukannya

tidak dapat digantikan oleh adanya lembar kerja. Karena keberadaan lembar kerja siswa ini adalah

hanya membantu kemudahan dan kelancaran aktivitas pada saat proses belajar mengajar serta interaksi

antara guru dan murid. Sehingga tujuan utama proses belajar dapat tercapai atau berhasil.

Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif

terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan

hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS adalah dengan menerapkan metode SQ3R (survey, Question,

Read, Recite, Review atau mensurvei, membuat pertanyaan, membaca, meringkas, dan mengulang)

Page 293: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

43  

Pada kegiatan survey, siswa membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca

ringkasan materi jika ringkasan diberikan.

Pada tahap question, siswa diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka

jawab sendiri pada saat membaca materi yang diberikan.

Pada tahap read, siswa dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan

tanda-tanda khusus pada materi yang diberikan. Misalnya siswa diminta membubuhkan tanda

kurung pada ide utama, menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab

pertanyaan yang sudah disiapkan pada tahap question.

Recite menuntut siswa untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan siswa diminta

untuk meringkas materi dalam kalimat mereka sendiri.

Review dimaksudkan agar siswa sesegera mungkin melihat kembali materi yang sudah selesai

dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut. Dalam pengembangan LKS kita harus

berusaha memasukkan unsur-unsur SQ3R secara terintegrasi.

Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran sebagai

berikut.

1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.

3) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.

4) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

5) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan

belajar.

6) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui

kegiatan belajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40).

Ada dua macam lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.

1) Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur.

Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran,

sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaiakn pelajaran. LKS

merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi

dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan

kerja pada peserta didik.

2) Lembar Kerja Siswa Berstruktur.

Page 294: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

44  

Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang

untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit

atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS

telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam

kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi

bimbingan pada setiap siswa. (Indrianto, 1998:14-17).

2) Langkah-langkah menyusun LKS

1) Tahap Persiapan

Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Analisis kurikulum

Analisis kurikulum diamaksudkan untuk menentukan kompetensi mana yang memerlukan

bahan ajar LKS. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pokok, pengalaman belajar, dan indicator ketercapaian hasil belajarnya.

b) Menyusun peta kebutuhan LKS

Pada kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan

sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuen LKS ini sangat diperlukan dalam

menentukan prioritas penulisan.

c) Menentukan judul-judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar atau materi-materi pokok

yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS

apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dasar dapat

dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya

kompetensi dasar dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi

pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai

satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4MP, maka perlu dipikirkan

apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS. Judul LKS tidak harus sama dengan yang

tercantum dalam kurikulum, yang penting adalah bahwa kompetensi dasar yang harus dicapai

secara esensi tidak berubah. Penentuan judul akan menjadi lebih mudah apabila pengalaman

belajar siswa diuraikan terlebih dahulu.

d) Penulisan LKS

Penulisan LKS dibuat setelah silabus disusun, dimulai dengan analisis kurikulum:

(1) Rumusan kompetensi dasar LKS.

Page 295: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

45  

(2) Menentukan alat penilaian.

(3) Menyusun materi.

(4) Menentukan alat penilaian

Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:

Judul, mata pelajaran, semester, tempat

Petunjuk belajar

Kompetensi yang akan dicapai

Indikator

Informasi pendukung

Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja

Penilaian

2) Tahap Pelaksanaan (Langkah-langkah penulisan LKS)

Adapun langkah-langkah penulisan LKS adalah sebagai berikut:

a) Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai

b) Rumusan kompetensi dasar pada suatu LKS diambil dari rumusan yang sudah ada dalam

kurikulum atau dalam silabus yang mengacu pada Permendiknas no.22 tahun 2006.

c) Menentukan alat penilaian

d) Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan

pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada

penguasaan kompetensi.

e) Penyusunan Materi

f) Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat

berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan

dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal

hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam

LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih mendalam tentang

materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa

tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi.

Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam

kelompok diskusi dan berapa lama.

3) Langkah-langkah Mendesain LKS

Ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat mendesain LKS yaitu, a) tingkat

kemampuan membaca, b) pengetahuan siswa.

Page 296: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

46  

LKS didesain untuk dimanfaatkan siswa secara mandiri, dan Guru hanya berperan sebagai

fasilitator sehingga yang diharapkan berperan aktif dalam mempelajari materi yang ada dalam LKS

adalah siswa. Jika desain LKS yang kita kembangkan terlalu rumit bagi siswa, maka siswa akan

kesulitan dalam memahami LKS. Berikut ini beberapa batasan yang bisa dipakai untuk

menentukan desain LKS.

a) Ukuran, pergunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan instruksional yang telah

ditetapkan. Misalnya jika menginginkan siswa untuk mampu membuat bagan alur, maka

ukuran LKS sebaiknya A4 agar siswa cukup ruang dan leluasa untuk membuat bagan.

b) Kepadatan halaman. Usahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Halaman

yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian. Di samping itu,

pengorganisasian halaman juga perlu diperhatikan. Jika siswa sulit menentukan mana judul

dan mana subjudul dari materi yang diberikan dalam LKS, hal ini akan menimbulkan kesulitan

siswa untuk memahami materi secara keseluruhan. Hal ini bisa ditanggulangi dengan

memanfaatkan penggunaan huruf besar atau penomoran. Sebaiknya pemilihan pola penulisan

ini harus konsisten.

c) Kejelasan. Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diebrikan dalam LKS dapat dengan jelas

dibaca siswa. Sesempurna apa pun materi yang kita persiapkan tetapi jika siswa tidak dapat

membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberikan hasil yang optimal.

Rumaharto (dalam Hartati, 2002:22) menyebutkan bahwa LKS yang baik harus memenuhi

persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang

berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan

yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu

peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang

efektif

Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri,

percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar

mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada

tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada

tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud

memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu

penanaman konsep.

b. Modul

1) Pengertian, Tujuan dan Karakteristik Modul

Page 297: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

47  

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan

cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Di bawah ini ciri-ciri modul, antara lain:

1) Disusun secara sistematis dan menarik mencakup isi materi, metoda, dan evaluasi yang dapat

digunakan secara mandiri

2) Bahasaannya dibuat sederhana sesuai dengan tingkat berfikir siswa

3) Digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing individu secara efektif

dan efesien.

4) memiliki karakteristik stand alone yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain

5) bersahabat dengan user atau pemakai, membantu kemudahan pemakai untuk direspon atau diakses.

6) mampu membelajarkan diri sendiri.

7) Tujuan antara dan tujuan akhir modul harus dirumuskan secara jelas dan terukur,

8) Materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas, tersedia contoh-contoh, ilustrasi yang jelas

9) Tersedia soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya

10) Materinya up to date dan kontekstual,

11) Bahasa sederhana lugas komunikatif,

12) Terdapat rangkuman materi pembelajaran,

13) Tersedia instrument penilaian yang memungkinkan peserta diklat melakukan self assessment.

14) Mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri,

15) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta diklat,

16) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi

17) Dipergunakan untuk ORANG LAIN Bukan untuk PENULIS !!!

2) Tujuan Penulisan Modul

Tujuan penulisan modul antara lain adalah sebagai berikut :

1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat maupun

guru/instruktur.

3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti: (1) Meningkatkan motivasi dan gairah belajar

bagi siswa atau peserta diklat; (2) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi

langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya; (3) Memungkinkan siswa atau peserta

diklat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya; (4) Memungkinkan siswa atau peserta

diklat dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Page 298: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

48  

3) Karakteristik Modul

1. Self instructional Peserta diklat mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada

pihak lain.

2. Self Contained Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub

kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.

3. Stand alone Modul manual/multimedia yang dikembangkan tidak tergantung pada

media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.

4. Adaptif Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi.

5. User friendly Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat/akrab dengan

pemakainya

4) Bentuk Modul

a) Konsistensi dalam penggunaan:

• Font

• Spasi

• Tata letak (layout)

b) Format

• Format kolom tunggal atau multi

• Format kertas vertikal atau horisontal

• Icon yang mudah ditangkap

c) Organisasi

Tampilkan peta/bagan

Urutan dan susunan yang sistematis

Tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi yang menarik

Antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan susunan dan alur yang mudah dipahami

Judul, sub judul (kegiatan belajar), dan uraian yang mudah diikuti

d) Daya Tarik

Mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi

Menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf

tebal, miring, garis bawah atau warna.

Tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa.

Page 299: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

49  

e) Bentuk dan Ukuran Huruf

• Bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca

• Perbandingan huruf yang proporsional

• Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks

5) Prosedur Penyusunan Modul

Langkah-langkah penyusunan modul dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,

tahap penyusunan dan tahap validasi dan penyempurnaan.

Tahap Persiapan, langkah-langkahnya seperti di bawah ini:

Tahap Penyusunan, langkah-langkahnya seperti dalam gambar dibawah ini:

Tahap Validasi dan penyempurnaan, langkah-langkahnya sebagai berikut:

Page 300: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

50  

Sumber: Sosialisasi KTSP Departemen Pendidikan Nasional.

6) Kerangka Modul

Halaman Sampul Halaman Francis Kata Pengantar Daftar Isi Peta Kedudukan Modul Glosarium

I. PENDAHULUAN A. Deskripsi B. Prasarat C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan Bagi Peserta diklat 2. Peran Guru Antara Lain D. Kompetensi E. Tujuan Akhir

II. PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Peserta diklat B. Kegiatan Belajar

1. Kegiatan Belajar 1 a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran b. Uraian Materi c. Rangkuman d. Tugas e. Tes Formatif f. Kunci Jawaban Formatif g. Lembar Kerja 2. Kegiatan Belajar 2 3. Kegiatan Belajar n

III. EVALUASI

Page 301: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

51  

A. Kognitif Skill B. Psikomotor Skill C. Attitude Skill D. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standart E. Batasan Waktu Yang Telah Ditetapkan F. Kunci Jawaban

IV. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

7) Kiat Menyusun Modul

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun modul antara lain dibawah ini:

a. Menggunaan Ilustrasi dalam Modul. Ilustrasi dapat berupa: foto, gambar, grafik, tabel, kartun, dsb,

yang memiliki fungsi: Fungsi Ilustrasi, Fungsi deskriptif, Fungsi ekspresif, Fungsi Analitis, Fungsi

kuantitatif

b. Merumuskan Tujuan Akhir. Perumusan tujuan akhir berisi pernyataan pencapaian kompetensi

sesuai yang ada dalam kurikulum dan silabus. Rumusan tujuan tersebut harus memuat:

Kinerja yang diharapkan

Kriteria keberhasilan

Kondisi atau variable yang diberikan

Contoh Tujuan Akhir Modul. Peserta diklat dapat menyusun modul belajar (kinerja) berdasarkan

prosedur dan langkah-langkah yang benar (kriteria) dan dapat menggunakannya dalam kegiatan

pembelajaran (kondisi).

c. Tujuan kegiatan pembelajaran.

Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk mencapai satu indikator kompetensi pada

kompetensiu dasar setelah mengikuti satu satuan kegiatan belajar berisikan komponen:

kemampuan, kondisi, dan kriteria. Contoh tujuan kegiatan belajar peserta diklat dapat menerapkan

prosedur pengembangan materi dalam penyusunan RPP.

d. MenyusunTugas

Berisi instruksi untuk peserta diklat meliputi:

Tugas-tugas yang harus diketahui dan dikerjakan sesuai kriteria unjuk kerja

Kegiatan observasi untuk mengenal fakta,

Menyusun learning evidence indicator (indikator bukti belajar),

Melakukan kajian materi pada kegiatan belajar,

Tutorial dengan guru.

Page 302: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

52  

e. Menyusun Tes Formatif

Berisi tes tertulis sebagai bahan pertimbangan bagi peserta dan guru untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan kegiatan belajar yang telah dicapai sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan

berikut (lembar kerja).

4. Pemilihan dan Penyusunan Bahan Ajar PAI

Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran memilih atau

menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai

kompetensi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru terkait strategi pemilihan dan penyusunan

bahan ajar yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran PAI. Secara strategis guru harus

memperhatikan beberapa hal yaitu: (1) Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar; (2) Faktor pertimbangan

dalam memilih dan menyusun bahan ajar, (3) Alternatif tindakan strategis dalam memilih dan

menyusun bahan ajar; (4) Alternatif bentuk penyusunan bahan ajar (LKS dan Modul) (5) Pendekatan

pengembangan strategi pengembangan materi PAI.

a. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi

pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,

konsistensi, dan kecukupan. Pertama, Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran

hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal

fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan. Kedua, Prinsip

konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka

bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang

harus dikuasai siswa adalah pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara

mensucikan dari hadats dan najis, materi yang diajarkan juga harus meliputi pengertian thaharah

(bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis. Ketiga, Prinsip

kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa

menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu

banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk

mempelajarinya.

b. Faktor Pertimbangan dalam Memilih dan Menyusun Bahan Ajar

Page 303: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

53  

Ada beberapa kriteria yan dijadikan pertimbangan dalam memilih dan menyusun bahan ajar

secara umum dan bahan ajar PAI khususnya. Menurut Harjanto (1997: 222), materi pelajaran atau

bahan ajar berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi atau bahan ajar

tentu harus sejalan dengan ukuran-ukurran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum mata

pelajaran bersangkutan. Secara garis besar ada sejumlah kriteria pada tabel berikut:

Kriteria Sasaran

Akurat dan up to

date

Kemudahan

Kerasionalan

Essensial

Kebermaknaan

Keberhasilan

Keseimbangan

Kepraktisan

Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru dalam

bidang teknologi.

Untuk memahami prinsip, generalisasi, dan memperoleh data.

Mengembangkan kemampuan berpikir rasional, bebas, logis.

Untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan

Bermakna bagi siswa dan perubahan sosial.

Merupakan ukuran keberhailan untuk mempengaruhi tingkah laku siswa.

Mengembangkan pribadi peserta didik secara seimbang dan menyeluruh.

Mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Harjanto (1997), bahwa ada sejumlah kriteria pemilihan materi

pelajaran (bahan ajar) yang akan dikembangkan dalam sistem pembelajaran dan sekaligus menjadi

dasar penentuan strategi pembelajaran, yaitu: kriteria tujuan pembelajaran, materi/bahan ajar terjabar,

relevan dengan kebutuhan siswa, dan kesesuaian dengan kondisi masyarakat, mengandung segi-segi

etik, urutan yang sistematis dan logis, bersumber dari sumber yang baku.

1) Kriteria tujuan pembelajaran. Suatu materi/bahan ajar yang dipilih dimaksudkan untuk

mencapai tujuan terkait aspek tertentu (kognitif, afektif, atau psikomotor). Karena itu bahan ajar

yang dipilih tentu yang sejalan dengan tujuan tersebut. Contoh: tujuan pembelajaran adalah siswa

mampu mempraktikkan gerakan shalat dengan baik dan benar. Bahan ajar yang dipilih tentu yang

mendukung kemampuan peserta didik untuk mempraktikkan gerakan shalat, untuk ini jenis bahan

ajarnya dapat dipilih foto atau video yang menunjukkan gerakan shalat yang sempurna. Artinya

tidak cukup hanya bahan ajar sebentuk handout yang berisi uraian materi saja tetapi perlu

dilengkapi dengan foto atau gambar gerakan shalat yang sempurna).

2) Materi/bahan ajar terjabar. Perincian bahan ajar berdasarkan pada tuntutan indikator

kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan

Page 304: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

54  

terukur. Artinya ada keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi/bahan

ajar.

3) Materi relevan dengan kebutuhan Siswa. Kebutuhan pokok siswa adalah agar mereka dapat

berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena itu bahan ajar yang akan disajikan

hendaknya sesuai dengan upaya untuk mengembangkan pribadi siswa secara utuh, meliputi aspek

kognitif, nilai dan keterampilan. Artinya bahan ajar yang dikembangkan jangan hanya berorientasi

pada pengembangan aspek kognitif saja.

4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat. Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat

yang berguna dan mampu hidup mandiri. Karena itu bahan ajar yang dipilih hendaknya turut

membantu memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan siswa menjadi

manusia yang mudah menyesuaikan diri.

5) Bahan ajar mengandung segi-segi etik. Bahan ajar yang akan dipilih hendaknya

mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang

bakal mereka peroleh dari bahan ajar yang mereka terima di arahkan untuk mengembangkan

dirinya sebagai manusia yang etik, berkarakter sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang

berlaku di masyarakatnya.

6) Bahan ajar tersusun dalam lingkup dan urutan yang sistematik dan logis. Setiap bahan ajar

disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu kompetensi

dasar tertentu. Bahan ajar disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor

perkembangan psikologis siswa. Dengan demikian diharapkan isi bahan ajar akan lebih mudah

diserap peserta didik dan dapat diamati keberhasilannya segera.

7) Bahan ajar bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi pendidik yang ahli dan

masyarakat. Ketiga faktor tersebut perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar. Buku sumber

yang baku disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan kurikulum yang

berlaku. Guru yang ahli penting, karena sumber utama memang pendidik itu sendiri. Pendidik

dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada siswa berdasarkan

ukuran pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, terkait bahan ajar tertentu.

c. Alternatif Tindakan Strategis dalam Memilih dan Menyusun bahan Ajar

Strategi dapat dipahami dalam arti “...sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu” (Sanjaya:

2006, h.125). Ada beberapa hal yang yang merupakan bagian dari suatu rencana pengembangan dan

penyusunan bahan ajar, yaitu: mengenali unsur-unsur bahan ajar dan kriteria pemilihan bahan ajar yang

baik. Dua hal tersebut harus diperhatikan dan dipersiapkan serta direncanakan terlebih dahulu sebelum

menyusun bahan ajar.

Page 305: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

55  

a. Mengenali Unsur-Unsur Bahan Ajar

Menurut Zulfiani, dkk. (2009) Untuk membuat bahan ajar sesuai dengan tujuan yang

diharapkan maka perlu memperhatian unsur-unsur yang meliputi : (1) Petunjuk Belajar, merupakan

petunjuk atau pedoman yang perlu diketahui baik oleh siswa maupun pendidik meliputi materi yang

akan dibahas dalam proses pembelajaran; (2) Kompetensi Yang Akan Dicapai, bahwa agar proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik perlu penetapan standar kompetensi yang meliputi standar

materi atau standar isi (content standard) berisikan jenis, kedalaman, & ruang lingkup materi

pembelajaran yang harus dikuasi siswa serta standar pencapaian atau standar penampilan (performance

standard) berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa sesuai dengan pokok-pokok

pikiran yang dibahas sehingga jelas indikator pencapaian hasil dalam pembelajaran; (3) Informasi

Pendukung, merupakan informasi-informasi yang harus diketahui atau dijelaskan kepada siswa yang

dapat menambah wawasan maupun pengetahuan siswa. Dalam hal ini diperlukan kemauan dari siswa

untuk menambah wawasan, pengetahuan dengan mempelajari materi lain yang senada dengan materi

pokok yang dibahas dalam suatu pengajaran yang pada akhirnya menambah pemahaman siswa. Contoh

Foto/ Ilustrasi, Kotak Kecil (insert ) yang berfungsi untuk memperjelas materi yang perlu dipahami

oleh siswa; (4) Latihan-Latihan, merupakan tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik kepada siswa

dalam rangka mempraktikkan teori yang telah diberikan sehingga dengan pemberian latihan akan

menambah dan meningkatkan keterampilan siswa terhadap materi ajar yang diberikan dalam proses

pembelajaran; (5) Petunjuk Kerja atau Lembar Kerja adalah form / lembaran yang berisi catatan-

catatan sistematis atau tahapan-tahapan proses kegiatan sebagai langkah prosedural yang ditempuh

siswa dalam proses pembelajaran hal ini banyak dilakukan untuk materi praktik; (6) Evaluasi,

merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran artinya sebagai wahana atau sarana

mengukur penilaian terhadap pemahaman dan pekerjaan siswa. Proses evaluasi ini merupakan

komponen terakhir untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hasil evaluasi

yang baik maka dapat dipakai sebagai indikator keberhasilan dan efektifitas pembelajaran dan apabila

hasil pengukuran atau penilaian belum memuaskan maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses

pembelajaran dengan menerapkan pola atau strategi yang berbeda. Evaluasi dapat dilakukan

berdasarkan: unjuk kerja (performance); penugasan (proyek/project); hasil kerja(produk/product); tes

tertulis (paper & pen); portofolio (portfolio); penilaian sikap.

b. Mengenali Kriteria Bahan Ajar yang Baik

Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan

bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi

dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh

Page 306: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

56  

guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar

yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain,

pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.

Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa

dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran harus memenuhi

kriteria berikut:

1) Sesuai dengan topik yang dibahas

2) Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas.

3) Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana, sistematis,

sehingga mudah difahami.

4) Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih

mempermudah memahami isinya.

5) Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat

dipelajari terlebih dahulu oleh siswa.

6) Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa.

Selain kriteria di atas, bahan ajar yang baik harus selalu berorintasi pada kurikulum dan peta

pemikiran. Ketika menjalankan tugas mengajar pada pendidikan formal atau nonformal yang

penyelenggaraannya menggunakan kurikulum, maka rujukan utama dari bahan ajar yang disusun

adalah: Standar kompetensi lulusan (SKL), SK, dan KD; Standar sarana dan Buku pegangan utama

yang digunakan.

d. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Materi PAI

Materi atau bahan ajar merupakan kurikulum dalam makna sempit. Menurut Muhadjir (2000)

dikutip oleh Muhaimin (2010, h.139), bahwa “di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya ada empat

pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan subjek

akademis, pendekatan humanistis, pendekatan teknologis, dan pendekatan rekonstruksi sosial.”

Ada beberapa karakteristik PAI yang membedakannya dengan mata pelajaran lain. Karakteristik

ini perlu diperhatikan terkait pemilihan pendekatan dalam pengembangan materi PAI, sebagaimana

dikemukakan Muhaimin (2010), bahwa (1) PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap

kokoh dalam situasi dan kondisi apa pun; (2) PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-

nilai yang tertuang dalam Al Quran dan Hadis serta otentisitas keduanya sebagai sumber utama ajaran

Islam; (3) PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan keseharian; (4) PAI

berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus kesalehan sosial; (5) PAI

Page 307: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

57  

menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya serta aspek-aspek kehidupan

lainnya; (6) Substansi Pai mengandung entitas-entitas yang bersifat rasional dan supra rasional; (7) Pai

berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah dari sejarah dan kebudayaan (peradaban)

Islam; dan (8) dalam beberapa hal, PAI mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam,

sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah.

Muhaimin (2010) menyatakan bahwa dengan memperhatikan karakteristik PAI tersebut maka

pengembangan kurikulum atau materi PAI dapat menggunakan pendekatan eklektik, yaitu dapat

memilih yang terbaik dari keempat pendekatan yang dikemukakan terdahulu. \

1) Pendekatan Subjek Akademis

Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan

pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing Muhaimin (2010). Pendidikan agama Islam di sekolah

meliputi aspek Al Quran/Hadis, keimanan, akhlak, ibadah/muamalah, dan tarikh/sejarah umat Islam.

Aspek-aspek tersebut tergabung dalam suatu mata pelajaran PAI. Dengan demikian pengembangan

materinya harus mampu menjelaskan saling keterkaitan satu aspek materi dengan aspek materi lainnya.

Sehubungan dengan hal ini guru dapat menyusun sebentuk peta konsep materi PAI, yang berguna bagi

guru dalam memahami keterkaitan materi satu dengan lainnya serta mengarahkan pula dalam

pengembangan materinya.

Implikasinya dengan pengembangan materi PAI, bahwa sebelum menyusun materi atau bahan

ajar guru seharusnya mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan secara langsung maupun tidak

langsung dengan mata pelajaran PAI yang akan diajarkan pada tingkatan kelas tertentu. Untuk

memudahkan perancangan materi guru dapat menggunakan peta konsep. Peta konsep ini menampilkan

satu gambar tentang konsep-konsep materi yang tersusun sesuai sifat dan hubungan antara satu materi

pokok dengan materi pokok lainnya atau antara satu topik dengan topik lainnya tanpa mengindahkan

urutan atau sequence materi pokok yang tertera dalam kurikulum.

2) Pendekatan Humanistik

Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide “memanusiakan

manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang mausia untuk menjadi lebih human, untuk

mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar

pengembangan program pendidikan (Muhaimin: 2010). Implikasi konsep tersebut terhadap

pengembangan materi PAI adalah materi dikembangkan selayaknya memberi peluang dan kesempatan

serta memperhatikan pada pengembangan potensi peserta didik secara optimal, baik itu terkait potensi

kognitif maupun potensi psikologis dalam rangka mendidik karakter mereka. Sebagaimana

Page 308: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

58  

dikemukakan oleh Lickona (1991) dikutip oleh Muhaimin (2010), bahwa untuk mendidik karakter dan

nilai-nilai yang baik kepada peserta didik diperlukan pendekatan terpadu antara tiga komponen sebagai

berikut:

1) Moral Knowing, yang meliputi: (1) moral awareness; (2) knowing moral values; (3) perspective-

taking; (4) moral reasoning; (5) decision making; (6) self-knowledge.

2) Moral Feeling, yang meliputi: (1) conscience; (2) self-esteem; (3) emphaty; (4) loving the good;

(5) self-control; (6) humality.

3) Moral Action, mencakup: (1) competence; (2) will; (3) habit.

Sehubungan dengan komponen-komponen tersebut guru bertugas meramunya dalam suatu bahan

ajar yang mampu menghadirkan ketiaga nuansa pendidikan karakter yaitu dalam mengenal dimensi

moral, memahaminya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Artinya mampu menjadi

pakaian siswa dalam menyikapi hidup dan kehidupannya semenjak dini dengan harapan akan

membentuknya menjadi manusia dewasa yang ideal sesuai dengan harapan.

Upaya pembelajaran aktif harus dimulai dari pengembangan bahan ajarnya. Bahan ajar yang

dikembangkan hendaknya dilandasi prinsip (1) berpusat kepada siswa, (2) megembangkan kreativitas

peserta didik; (3) punya daya tarik sehingga mampu menggugah rasa ingin tahu siswa; (4)

mengembangkan keragama kemampuan yang bermuatan nilai; dan (5) menyediakan pengalaman

belajar bagi siswa.

3) Pendekatan Teknologis

Menurut Muhaomin (2010), pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program

pendidikan termasuk mengembangkan materi pelajaran bertolak dari analisis kompetensi yang

dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan

analisis tugas (job analysis) tersebut. Misalnya cara menjalankan shalat, haji, puasa, zakat, dan

seterunya. Pembelajaran PAI dikatakan menggunaka pendekatan teknologis jika menggunakan

pendekatan sistem. Pendekatan sistem menuntut siswa melaksanakan tugas-tugas tertentu, sehingga

proses dan rencana hasilnya dapat diprogram sedemikian rupa mulai dari perencanaan, proses sampai

mencapai hasil dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pendekatan ini punya keterbatasan, karena

dalam pembelajaran PAI tidak selamanya dapat menggunakan pendekatan teknologis. Pendekatan ini

hanya cocok untuk orientasi penguasaan materi dan keterampilan tertentu, namun tidak mampu

dimensi keyakinan dan kesadaran siswa dalam mengamalkan ajaran agama Islam.

Contoh penerapan pendekatan teknologis dalam materi ibadah shalat sebagai berikut:

1) Kompetensi Dasar: mampu melaksanakan shalat

Page 309: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

59  

2) Hasil belajar: (1) siswa mampu menjelaskan tata cara shalat yang benar; (2) siswa mampu

menghafal dan mempraktikkan bacaan shalat.

3) Indikator:

a) Menjelaskan pengertian shalat dan dalilnya

b) Menjelaskan syarat-syarat shalat

c) Menjelaskan rukun shalat

d) Menjelaskan sunnah shalat

e) Menjelaskan hal-hal yang membatalkan shalat

f) Melafalkan bacaan shalat dengan benar

g) Menghafal bacaan shalat

h) Mempraktikkan shalat

i) Mau melaksanakan shalat

j) Terbiasa melaksanakan shalat.

Sehubungan dengan rumusan KD dan hasilnya serta indikator pencapaiannya, dapat diketahui

pengorganisasian materinya. Organisasi materi tidak terbatas pada apa yang tertera susunannya, namun

dapat diubah oleh guru dengan memperhatikan karakteristik pokok bahasan dan sub pokok bahasan,

kendala dan karakteristik siswa, serta pengalaman guru. Menurut Muhaimin (2010) untuk dapat

mengorganisasi isi materi dengan baik, maka perlu dilakukan analisis tugas dan jenjang belajar sesuai

dengan pendekatan teknologis. Yang dimaksud dengan analisis tugas yaitu usaha mengidentifikasi

tugas pokok yang harus dilakukan siswa dalam mencapai hasil belajar dan indikator-indikatornya.

Analisis tugas ini sangat penting untuk menjawb hasil belajar dan indikator-indikator apa yang perlu

dipelajarinya. Sedangkan jenjang belajar ialah urutan dalam mempelajari tugas-tugas sehingga tercapai

kompetensi dasar dan hasil belajarnya. Selanjutnya dengan analisis tugas dan jenjang belajar tersebut

juga akan mempermudah dalam menentukan strategi penyampaian dan pengolahannya, sekaligus

mempermudah dalam menggunakan alat atau media yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan

pencapaian kompetensi dasar dan hasil belajar secara efektif dan efisien, serta penuh daya tarik.

4) Pendekatan Rekonstruksi Sosial

Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak

dari problem yang dihadapi dalam masyarakat., untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu dan

teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju

pembentukan masyarakat yang lebih baik. (Muhaimin: 2010).

Page 310: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

60  

Pendekatan tersebut berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial, dengan demikian siswa

perlu dibekali dan dibantu agar mampu berperan serta dalam pengembangan masyarakatnya. Dengan

demikian pengembangan materi pelajaran atau bahan ajar PAI perlu dikaitkan dengan problem-

problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Disamping itu juga memberi

peluang siswa untuk mempelajari materi secara berkelompok agar dapat mengembangkan kemampuan

bersosialisasi dan saling menghargai sesama, serta memupuk sikap sportifitas dan kreatifitas sebagai

modal dasar dalam kehidupan bermasyarakat. Khusus untuk pengembangan materi atau bahan ajar PAI

dapat dilakukan dengan cara mengamati berbagai persoalan yang relevan di masyarakat dengan materi PAI

yang akan dikembangkan. Dengan kata lain pengembangan materi PAI perlu memperhatikan nuansa

kontekstual di samping konseptual.

5. Langkah-Langkah Pemilihan dan Penyusunan Bahan Ajar PAI

a. Langkah-langkah Pemilihan Bahan Ajar

Setelah mengetahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah

pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama

mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-

jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber

bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar

Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut

perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis

materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut

memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.

2) Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran

Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat

dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek

kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur

(Reigeluth, 1987).

a) Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang,

peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.

Page 311: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

61  

b) Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.

c) Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.

d) Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-

langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.

e) Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi),

internalisasi, dan penilaian.

f) Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.

3) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar

Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula

jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai

standar kompetensi.

Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi,

langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam

standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi

apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis

materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan

kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah

berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau

kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk

keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran

atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan

materi fakta atau hafalan dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics),

sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.

Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan

adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita

ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah

pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:

1) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbul

atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan

adalah “fakta”.

Contoh:

Page 312: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

62  

Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah dakwah Rasulullah, nama-nama Para rasul ulum

azmi.

2) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu

definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh

objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang harus diajarkan

adalah “konsep”.

Contoh:

Seorang guru menunjukkan beberapa sifat-sifat yang ada pada diri manusia kemudian siswa

diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk sifat terpuji dan

mana yang termasuk sifat tercela.

3) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-

langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila “ya” maka materi yang harus

diajarkan adalah “prosedur”.

Contoh:

Langkah-langkah mengkafani jenazah; langkah-langkah melakukan wudlu; langkah-langkah

menjalankan ibadah haji, dsb.

4) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara

beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya

“ya”, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”. Seperti:

hubungan antara orang yang berbuat baik kepada sesama manusia dengan kebahagiaan hidup. Jika

kita berbuat baik dengan sesama manusia maka Allah akan membalas kebaikan kita dan kita akan

memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

5) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat

berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”,

maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. Seperti: Ali

belajar rajin dan kerja keras. Karena dengan rajin dan kerja keras dia akan memperoleh kesuksesan

dalam hidupnya. Ali memiliki sikap rajin dan kerja keras setelah di sekolah diajarkan pentingnya

sifat rajin dan kerja keras.

6) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik?

Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.

Seperti: Dalam pelajaran gerakan dalam solat, siswa diharapkan mampu melakukan gerakan-

Page 313: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

63  

gerakan dalam solat dengan benar. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah gerakan-

gerakan dalam solat.

4) Memilih sumber bahan ajar

Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar.

Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran,

majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dan sebagainya.

b. Penentuan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar

Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran

penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi

pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu

dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa

mempelajari materi pembelajaran.

1) Penentuan Cakupan Bahan Ajar

Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah

materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek

psikomotorik, sebab nantinya jika sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut

memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.

Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang

perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan

kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-

materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi

menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh

siswa. Sebagai contoh, materi tentang shalat diajarkan di SD, SLTP dan SMU, juga di perguruan tinggi,

namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin

tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek materi tentang shalat yang dipelajari dan

semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari.

Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau

memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi

dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang

telah ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada

siswa di bidang rukun shalat, maka uraian materinya mencakup: (1) penguasaan atas konsep tentang

Page 314: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

64  

rukun shalat; (2) menghafalkan doa’doa dalam shalat; dan selanjtnya (3) penerapan/mempraktikkan

shalat berdasarkan rukun shalat yang benar.

Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus

dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan

kompetensi dasar yang ingin dicapai.

2) Penentuan Urutan Bahan Ajar

Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari

atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran

mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam

mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum

dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.

Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan

melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.

a) Pendekatan prosedural. Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan

langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas.

Misalnya langkah-langkah berwudlu, langkah-langkah menghilangkan kotoran najis berat atau

mughaladzah.

b) Pendekatan hierarkis. Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan

yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus

dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)

Agar siswa dapat menjalankan sholat dengan benar dan memenuhi syarat dan rukunnya, maka pertama siswa harus mempelahari dan memahami dulu materi tentang thaharah atau tata cara bersuci terutama yang berkaitan dengan cara berwudlu. Kemudian siswa mempelajari syarat dan rukun shalat dengan bacaan-bacaan yang ada di dalamnya. Selanjutnya siswa mempraktikan gerakan-gerakan shalat dengan benar secara tertib.

a. Penentuan Sumber Bahan Ajar

Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari

sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari

koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran aktif dan berorientasi

Page 315: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

65  

pada standar proses PP. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19 ayat 1.

Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:

1) Buku teks

Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber

bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran

tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan

sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.

2) Laporan hasil penelitian

Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat

berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir.

3) Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)

Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk

digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan

pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.

4) Pakar bidang studi

Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat

dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan,

dsb.

5) Profesional

Kalangan profesional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan

misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang

berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di

perbankan.

6) Buku kurikulum

Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum

itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi

yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus

menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.

7) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.

a) Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan

ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa

Page 316: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

66  

popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan

sebagai sumber bahan ajar.

b) Internet

c) Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh

segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai

matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.

d) Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)

e) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata

pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui

siaran televisi.

f) Lingkungan (alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)

g) Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya,

teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk

mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita

dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.

Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau

terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan

pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku

pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks

yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang

telah dipilih untuk diajarkan.

Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi.

Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk

mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.

E. Rangkuman

1. Guru sebagai pengendali utama di dalam proses pembelajaran di kelas perlu mengamati terlebih

dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan guru yang telah disediakan pemerintah. Hal

ini dimaksudkan jika terjadi kekeliruan dan ketidaktapatan dalam buku tersebut. Beberapa hal yang

diperlukan dalam melakukan analisis buku pegangan guru dan siswa: (1) kesesuaian isi buku guru

dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD, (2) kecukupan materi, (3) kedalaman materi,

(4) kebenaran materi, (5) kesesuaian pendekatan yang digunakan, dan (5) kesesuaian penilaian.

Bentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini penilaian authentik. Buku pegangan

Page 317: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

67  

guru dan siswa yang digunakan perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian authentik tersebut. Dari

beberapa komponen hasil analisis yang telah dilakukan, jika masih ditemukan ada ketidaksesuaian

atau ketidaklengkapan, guru perlu menindaklanjutinya dengan membuat tambahan-tambahan

materi, contoh atau bentuk penilaian yang disarankan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah.

2. Silabus termasuk salah satu perangkat pembelajaran. Silabus merupakan acuan penyusunan

kerangka pembelajaran untuk tiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:

identitas mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/tema (untuk tingkat

SD/MI), pembelajaran; penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus dikembangkan

berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan

sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran rinci dari suatu materi

pokok atau tema tertentu yang mencakup: data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; materi

pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian

kompetensi; materi pembelajaran; metode pembelajaran; media, alat dan sumber belajar; langkah-

langkah kegiatan pembelajaran; dan penilaian. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan

peserta didik dalam upaya mencapai KD, sesuai dengan standar proses pembelajaran. RPP minimal

harus memuat Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber Belajar,

dan Penilaian.

4. Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan standar kompetensi lulusan (SKL)

digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian

pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, dan standar pembiayaan. Kompetensi inti (KI) adalah tingkat kemampuan untuk

mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik di setiap tingkat

kelas atau program. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam

bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan

pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang

dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan

psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata

pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard

skills dan soft skills. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu

berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2),

Page 318: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

68  

pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Kompetensi

dasar (KD) adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh Peserta

Didik melalui pembelajaran. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas

sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai

peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

5. RPP dapat dikembangkan melalui langkah-langkah: (1) mengkaji silabus pada kurikulum tingkat

nasional, (2) mengidentifikasi materi pembelajaran, (3) menentukan tujuan, (4) merumuskan

indikator pencapaian kompetensi dari KD, (5) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (6)

penjabaran jenis penilaian, (7) menentukan alokasi waktu, dan (8) menentukan sumber belajar.

6. Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Fungsi media pembelajaran: (1) mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki

oleh para peserta didik, (2) melampaui batasan ruang kelas, (3) media pembelajaran

memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, (4)

menghasilkan keseragaman pengamatan, (5) menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

realistis, (6) membangkitkan keinginan dan minat baru, (7) membangkitkan motivasi dan

merangsang anak untuk belajar, (8) memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang

konkrit sampai dengan abstrak, dan lain-lain.

7. Secara umum media mempunyai kegunaan: (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis,

(2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar,

interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, (4) memungkinkan anak belajar

mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya (self regulated

learning), (5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan

persepsi yang sama.

8. Media pembelajaran Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama

dalam kegiatan pembelajaran: (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk membantu

pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, (2) teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan

(science), (3) teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy).

Terdapat berbagai jenis dan karakteristik media belajar, diantaranya: (1) media grafis, (2) media

audio, (3) media proyeksi diam. Di samping itu, ada media teknologi informasi dan komunikasi

mencakup: (1) situs internet Arab, (2) E-Kutub Arabiyah (e-book), (3) CD Multimedia Interaktif,

dan (4) games online/offline.

Page 319: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

69  

9. Sumber belajar adalah segala daya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran untuk

kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian atau

secara keseluruhan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengembangan sumber belajar itu

terdiri dari dua macam. Pertama, sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau

dipergunakan untuk membantu belajar mengajar, seperti buku, brosur, ensklopedi, film, video,

tipe, slides, film strips, OHP. Kedua, sumber belajar yang dimafaatkan guna memberi kemudhan

kepada Seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada di sekeliling kita.

Sumber belajar tersebut tidak dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan pengajaran,

seperti pasar, toko, museum, toko masyarakat dan sebagainya.

j) Media pembelajaran dapat dikembangkan melalui langkah-langkah: (1) mengkaji standar

kompetensi dan kompetensi dasar, (2) mengkaji media yang cocok dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar dan bagaimana cara pencapaiannya, (3) merumuskan strategi dan caranya, (4)

mengembangkan naskah atau isi pesan, (5) memilih bentuk dan jenis media pembelajaran, (6)

merancang dan menyelesaikan media pembelajaran, (7) melakukan uji coba dan evaluasi, (8)

melakukan perbaikan, (9) melakukan evaluasi penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar.

k) Pemanfaatan ICT dalam konteks pendidikan pada dasarnya lebih cenderung pada proses

pembelajaran itu sendiri. Contoh pengembangan media pembelajaran, antara lain: (1) membuat

synopsis atau story board, (2) membuat flipchart, (3) membuat poster, dan lain-lain.

Pengembangan ICT juga dapat dilakukan untuk: (1) pencarian data melalui Search Engine (Mesin

Pencarian), (2) yahoo Mail, (3) pembuatan blog pembelajaran, dan lain-lain. Ada juga

pengembangan media pembelajaran berbasis slide presentasi, seperti power point dan program

aplikasi dalam pembelajaran, seperti: program Al-Qur’an Flas dan program Al-Qur’an in Word.

l) Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang

digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar didesain dengan tujuan tertentu

(by design) yakni disusun dengan sistematika tertentu untuk keperluan pembelajaran dan dalam

kerangka pencapaian kompetensi yang diharapkan. Kedudukan bahan ajar sangat penting dalam

proses pembelajaran. Manfaat bahan ajar bagi guru antara lain; (1) menghemat waktu mengajar,

(2) menempatkan guru sebagai fasilitator dan (3) menciptakan suasana pembelajaran lebih efisien

& interaktif. Sementara bagi siswa dapat; (1) mendorong siswa menjadi pembelajar mandiri; (2)

memperluas waktu belajar kapan saja bias; (3) bisa belajar tanpa guru; (4) dapat belajar dengan

kecepatan masing-masing; (5) dapat belajar dengan urutan yang dipilih sendiri dan membiasakan

untuk membaca ilmu pengetahuan.

Page 320: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

70  

m) Bahan ajar pada dasarnya semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan

pembelajaran. Secara umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan

cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar

interaktif. Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,

wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Bahan

ajar dengar adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio) seperti

kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar

yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti video compact disk, film.

n) Bahan ajar juga mencakup LKS dan modul. Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah

lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan

biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang

diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar

kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak

akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secra baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau

referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Fungsi LKS antara lain bagi siswa LKS

berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat. Bagi guru

LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta

mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri siswa.

Penulisan LKS Penulisan LKS dibuat setelah silabus disusun, dimulai dengan analisis kurikulum:

(1) rumusan kompetensi dasar LKS, (2) menentukan alat penilaian, (3) menyusun materi, (4)

menentukan alat penilaian. Struktur LKS secara umum: (1) judul, mata pelajaran, semester,

tempat, (2) petunjuk belajar, (3) kompetensi yang akan dicapai, (4) indicator, (5) informasi

pendukung, (6) tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, dan (7) penilaian.

o) Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan

cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Tujuan penulisan modul antara lain: (1)

memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, (2) mengatasi

keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat maupun guru/instruktur,

(3) dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. Langkah-langkah penyusunan modul dilakukan

melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap penyusunan dan tahap validasi dan

penyempurnaan.

p) Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru terkait strategi pemilihan dan penyusunan bahan ajar

yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran PAI: (1) prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar; (2)

Page 321: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

71  

faktor pertimbangan dalam memilih dan menyusun bahan ajar, (3) alternatif tindakan strategis

dalam memilih dan menyusun bahan ajar; (4) alternatif bentuk penyusunan bahan ajar (LKS dan

modul) (5) pendekatan pengembangan strategi pengembangan materi PAI. Beberapa prinsip yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Pertama, prinsip

relevansi, artinya materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya

dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kedua, prinsip konsistensi

(keajegan). Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, bahan ajar yang harus

diajarkan juga harus meliputi empat macam. Ketiga, prinsip kecukupan artinya materi yang

diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang

diajarkan. Pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.

q) Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pertama, pendekatan subjek

akademis. Pendekatan ini dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada

sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Kedua, pendekatan humanistis dalam pengembangan

kurikulum bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi

peluang mausia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar

filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Ketiga,

pendekatan teknologis. Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program

pendidikan termasuk mengembangkan materi pelajaran bertolak dari analisis kompetensi yang

dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan

analisis tugas (job analysis) tersebut. Keempat, pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun

kurikulum atau program pendidikan bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk

selanjutnya dengan memerankan ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan

kolaboratif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih

baik.

r) Langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi

aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) identifikasi jenis-

jenis materi pembelajaran, dan (3) memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi

dan kompetensi dasar.

s) Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran

penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi

pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak,

terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan

memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran. Urutan penyajian (sequencing) bahan

Page 322: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

72  

ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Materi

pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui

dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.

8) Sumber bahan ajar merupakan tempat bahan ajar dapat diperole(1) h. Berbagai sumber dapat

digunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi

dasar antara lain: (1) uku teks, (2) laporan hasil penelitian, (3) jurnal (penerbitan hasil penelitian

dan pemikiran ilmiah), (4) pakar bidang studi, (5) professional, (6) buku kurikulum, (7) penerbitan

berkala, (8) penerbitan berkala, (9) internet, dan lain-lain.

F. Latihan

Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah …

a. Buku diberikan kepada seluruh guru

b. Buku diberikan kepada seluruh siswa

c. Buku disiapkan oleh pemerintah pusat

d. Buku diberikan secara cuma-cuma

2. Di bawah ini yang bukan termasuk dalam komponen analisis buku siswa

a. Informasi pembelajaran sesuai standar proses

b. Kesesuaian isi buku dengan tuntutan SKL, KI, dan KD

c. Kesesuaian penilaian

d. Kebenaran materi

3. Aspek yang dianalisis dalam buku guru di antaranya kecukupan materi ditijau dari:

a. Pola pikir keilmuan

b. Karakteristik siswa

c. Alokasi waktu

d. Kemampuan guru

4. Ada beberapa alasan guru melakukan analisis terhadap buku pegangan guru dan siswa, yaitu:

a. Buku guru merupakan dokumen hidup

b. Buku siswa merupakan dokumen hidup

c. Buku guru dan siswa merupakan dokumen hidup

d. Kebutuhan dan keperluan zaman selalu dinamis

Page 323: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

73  

5. Seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh

peserta didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program,

atau menyelesaikan satu pendidikan disebut …

a. Standar Kompetensi Lulusan

b. Kompetensi

c. Kompetensi Inti

d. Kompetensi Dasar

6. Tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang

peserta didik dalam setiap tingkat atau program disebut …

a. Kompetensi Inti

b. Kompetensi Dasar

c. Standar Kompetensi Lulusan

d. Kompetensi

7. Kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan disebut …

a. Kompetensi

b. Standar Kompetensi Lulusan

c. Kompetensi Inti

d. Kompetensi Dasar

8. Kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui

pembelajaran disebut …

a. Kompetensi

b. Kompetensi Dasar

c. Kompetensi Inti

d. Standar Kompetensi Lulusan

9. Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru lebih dulu memprogramkan waktu.

Pengalokasian waktu dapat disusun dalam bentuk …

b. Program tahunan

c. Program semester

d. Program kokurikuler

e. Program tahunan dan semester

10. Acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk tiap bahan kajian mata pelajaran disebut …

a. Silabus

Page 324: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

74  

b. Rencana pelaksanaan pembelajaran

c. Kompetensi

d. Kompetensi Inti

11. Rencana pembelajaran rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu disebut …

a. Silabus

b. Rencana pelaksanaan pembelajaran

c. Kompetensi

d. Kompetensi Inti

12. Di bawah ini yang tidak termasuk dalam dalam komponen silabus adalah …

a. Kompetensi Inti

b. Kompetensi Dasar

c. Metode Pembelajaran

d. Sumber Belajar

13. Di bawah ini yang tidak termasuk komponen RPP dalam perencanaan pembelajaran adalah …

a. Materi Pokok

b. Alokasi Waktu

c. Tujuan pembelajaran

d. Tanda tangan kelapa sekolah

14. Rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran disebut …

a. Media pembelajaran

b. Alat pembelajaran

c. Perlengkapan pembelajaran

d. Sumber belajar

15. Penentuan alokasi waktu dalam setiap kompetensi dasar didasarkan pada:

a. Program tahunan

b. Program semester

c. Jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu

d. Silabus pembelajaran

16. Materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam

proses pembelajaran merupakan pengertian dari:

a. Bahan rujukan

b. Bahan ajar

c. Bahan cetak

Page 325: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

75  

d. Bahan interaksi

17. Di bawah ini yang tidak termasuk karakterisitik bahan ajar adalah …

a. Menimbulkan minat baca

b. Ditulis dan dirancang untuk siswa

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran

d. Di tulis untuk pembaca

18. Materi yang berkenaan dengan nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat,

nama orang, termasuk jenis materi

a. Konsep

b. Prinsip

c. Fakta

d. Prosedur

19. Materi yang berkenaan dengan dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar

konsep merupakan materi

a. Konsep

b. Prinsip

c. Fakta

d. Prosedur

20. Materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam

mengerjakan suatu tugas adalah materi jenis

a. Konsep

b. Prinsip

c. Fakta

d. Prosedur

21. Yang tidak termasuk manfaat bahan ajar bagi guru ...

a. Menghemat waktu mengajar

b. Membiasakan untuk membaca ilmu pengetahuan

c. Menempatkan guru sebagai fasilitator

d. Menciptakan suasana PBM lebih efisien & interaktif .

22. Yang tidak termasuk manfaat bahan ajar bagi siswa …

a. Bisa belajar tanpa guru

b. Dapat belajar dengan kecepatan masing-masing

c. Dapat belajar dengan urutan yang dipilih sendiri

Page 326: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

76  

d. Bisa menghemat waktu belajar

23. Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa

denda atau pidana. Contoh tersebut termasuk jenis materi

a. Konsep

b. Prinsip

c. Fakta

d. Prosedur

24. Di bawah ini termasuk wujud bahan ajar kecuali

a. Bahan ajar IT

b. Bahan cetak (printed)

c. Bahan ajar lihat-dengar (audio visual)

d. Bahan ajar interaktif.

25. Beberapa manfaat atau keuntungan dari bahan ajar kecuali

a. Biaya untuk pengadaannya relative sedikit

b. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti

manandai, mencatat, membuat sketsa

c. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri

d. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan jarak jauh

26. Bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik

pengertian dari

a. Buku

b. Handout

c. Brosur

d. LKS

27. Bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan merupakan pengertian dari

a. Modul

b. Handout

c. Buku

d. LKS

28. Buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau

dengan bimbingan guru pengertian dari

a. Buku

b. Handout

Page 327: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

77  

c. Modul

d. LKS

29. Dibawah ini macam-macam bahan ajar cetak keculai

a. Buku

b. Handout

c. Brosur

d. Radio

30. Kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio termasuk bahan ajar dengan

menggunakan

a. Visual

b. Audio

c. Interaktif

d. Audio visual

31. Video/film, orang/nara sumber termasuk bahan ajar dengan menggunakan

a. Visual

b. Audio

c. Interaktif

d. Audio visual

32. Di bawah ini yang tidak termasuk kriteria bahan ajar yang baik adalah …

a. Sesuai dengan topik yang dibahas

b. Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas

c. Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa

d. Menggunakan teknologi yang terbaru dalam proses pembelajaran

33. Rujukan utama dalam penyusunan bahan ajar berikut ini kecuali

a. Standar kompetensi lulusan (SKL),

b. SK, dan KD,

c. Buku pedoman/pegangan

d. Modul

34. Lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik merupakan

pengertian dari …

a. Buku

b. Handout

c. LKS

Page 328: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

78  

d. Brosur

35. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan buku latihan siswa didalamnya memuat …

a. Rencana pembelajaran guru

b. Ringkasan materi dan soal-soal latihan

c. Keseluruhan sumber belajar bagi siswa

d. silabus

36. Yang tidak termasuk ciri-ciri LKS di bawah ini …

a. LKS terdiri dari beberapa halaman

b. LKS dipergunakan oleh satuan pendidikan tertentu

c. Memuat pokok bahasan secara umum

d. LKS terdiri dari 100 halaman lebih

37. Yang tidak termasuk manfaat penggunaan LKS dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Melatih peserta didik untuk belajar mandiri

b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran

c. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep

d. Sebagai pedoman guru dalam melaksankan proses pembelajaran

38. Yang tidak termasuk fungsi LKS bagi guru sebagai berikut:

a. Melatih peserta didik untuk belajar mandiri

b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran

c. Menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya

d. Sebagai pedoman guru dalam melaksankan proses pembelajaran

39. Bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menarik yang mencakup isi materi, metode,

dan evaluasi merupakan pengertian dari …

a. Buku

b. Modul

c. Handout

d. LKS

40. Yang tidak termasuk tujuan penulisan modul adalah …

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera

c. Digunakan secara tepat dan bervariasi

d. Mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri

41. Salah satu karakteristik Modul …

Page 329: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

79  

a. Komprehensif

b. Adaptif

c. Interaktif

d. Humanistik

42. Yang tidak termasuk kiat-kiat dalam menyusun modul adalah …

a. Menggunakan ilustrasi dalam modul

b. Penggunaan syarat kalimat

c. Tujuan kegiatan pembelajaran

d. Tujuan penyusunan modul

43. Modul mempunyai kerangka dalam penulisan. Dibawah ini yang tidak termasuk kerangka

modul adalah …

a. Pendahuluan

b. Pembelajaran

c. Evaluasi

d. Analisis

44. Dibawah ini yang tidak termasuk prinsip-prinsip pemilihan materi pembelajaran adalah …

a. Relevansi,

b. Konsistensi

c. Komprehensif

d. Kecukupan.

45. Kriteria pokok pemilihan bahan/materi pembelajaran adalah

a. SKL

b. SK dan KD

c. Indikator

d. Tujuan pembelajaran

46. Berikut yang tidak termasuk langkah-langkah pemilihan bahan …

a. Memilih sumber bahan ajar

b. Memilih bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD

c. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar

d. Menyesuaikan dengan keinginan peserta didik

47. Dalam menentukan ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan aspek-aspek

penting. Yang tidak termasuk aspek penting itu …

a. Fleksibelitas

Page 330: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

80  

b. Keluasan

c. Kedalaman

d. Materi

48. Beberapa pendekatan yang dipakai dalam penentuan urutan bahan ajar adalah …

a. Pendekatan konsep

b. Pendekatan fakta

c. Pendekatan prinsip

d. Pendekatan prosedural

49. Prinsip relevansi artinya …

a. Keajegan

b. Keterkaitan

c. Memadai

d. Keteraturan

50. Prinsip konsistensi artinya …

a. Keajegan

b. Keterkaitan

c. Memadai

d. Keteraturan

51. Prinsip kecukupan artinya …

a. Keajegan

b. Keterkaitan

c. Memadai

d. Keteraturan

52. Berbagai jenis aspek standar kompetensi materi pelajaran dapat dibedakan menjadi jenis

materi …

a. Afektif, psikomotorik

b. Kognitif, afektif

c. Kognitif, afketif, psikomotorik

d. Kognitif, psikomotorik

53. Dengan mengacu pada kompetensi dasar kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita

ajarkan berupa …

a. Fakta, prinsip, psikomotor

b. Prosedur, psikomotor, konsep

Page 331: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

81  

c. Konsep, prosedur, fakta, psikomotr

d. Psikomotorik, fakta, prosedur, konsep, prinsip

54. Suatu pendekatan yang digunakan guru dalam mengorganisasi materi dengan mengaitkan

sebagai satu kesatuan utuh antara tema-subtema satu dengan tema-subtema yang lainnya

dalam satu mata pelajaran disebut …

a. Pendekatan sistemik

b. Pendekatan prosedural

c. Pendekatan terjala

d. Pendekatan organik

55. Suatu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi materi dengan

mempertimbangkan prosedur atau langkah-langkah yang harus di kerjakan dalam suatu tugas

pembelajaranbdisebut …

a. Pendekatan sistemik

b. Pendekatan prosedural

c. Pendekatan terjala

d. Pendekatan organik

56. Bentuk pendekatan terpadu (integrated) atau tematis yang digunakan oleh guru dalam

mengorganisasi materi pembelajaran dengan cara mengaitkan dan memadukan beberapa tema

dari berbagai mata pelajaran yang relevan disebut …

a. Pendekatan sistemik

b. Pendekatan prosedural

c. Pendekatan terjala

d. Pendekatan organik

57. Yang tidak termasuk strategi penyampaian bahan ajar oleh guru adalah …

a. Strategi urutan penyampaian simultan

b. Strategi urutan penyampaian suksesif

c. Strategi urutan penyampaian mekanisme

d. Strategi urutan penyampaian afektif

58. Menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara …

a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan

materi berikutnya secara mendalam pula

Page 332: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

82  

c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes

59. Menurut strategi urutan penyampaian suksesif, materi secara keseluruhan disajikan secara …

a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan

materi berikutnya secara mendalam pula

c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes

60. Menurut strategi urutan penyampaian fakta, materi secara keseluruhan disajikan secara …

a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b. Penyajian materi dengan lisan, tulisan, dan pemberian bantuan siswa untuk menghafal

c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes

61. Menurut strategi urutan penyampaian konsep, materi secara keseluruhan disajikan secara …

a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan

materi berikutnya secara mendalam pula

c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes

62. Menurut strategi urutan penyampaian materi pembelajaran prinsip, materi secara keseluruhan

disajikan secara …

a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan

materi berikutnya secara mendalam pula

Page 333: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

83  

c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d. Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-soal latihan,

pemberian umpan balik, pemberian tes

63. Menurut strategi urutan penyampaian materi prosedur, materi secara keseluruhan disajikan

secara …

a. Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi, pemberian latihan,

pemberian umpan balik, pemberian tes

b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan

materi berikutnya secara mendalam pula

c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d. Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-soal latihan,

pemberian umpan balik, pemberian tes

64. Menurut strategi urutan penyampaian materi aspek afektif, materi secara keseluruhan disajikan

secara …

a. Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi, pemberian latihan,

pemberian umpan balik, pemberian tes

b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan

materi berikutnya secara mendalam pula

c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan

contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d. Penciptaan kondisi, pemodelan, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran

65. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, ada yang tidak termasuk dalam

kegiatan siswa yaitu: …

a. Menghafal

b. Menganalisis

c. Menemukan

d. Memilih

66. Yang dimaksud dengan memilih dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa adalah …

a. Menghafal verbal dan menghafal parafrase

b. Menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta,

konsep, prinsip dan prosedur

Page 334: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

84  

c. Menggunakan, mengaplikasikan materi yang telah dipelajari

d. Memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

67. Suatu model pembelajaran yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar

mata pelajarannya dengan situasi nyata dan memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan

pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan

sebagai anggota masyarakat di mana siswa hidup merupakan pengertian dari

a. Pembelajaran humanistik

b. Pembelajaran behavioristik

c. Pembelajaran konstruktivistik

d. Pembelajaran kontekstual

68. Pembelajaran kontekstual dilandasi filsafat

a. Behaviorisme

b. Konstruktivistik

c. Humanistik

d. Progresif

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Mengapa guru perlu melakukan analisis terhadap buku pegangan guru dan siswa?

2. Sebutkan aspek-aspek yang dilakukan dalam analisis buku pegangan guru dan siswa!

3. Jelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan jika ditemukan ketidaksesuaian dan

ketidaktepatan beberapa hasil analisis yang telah dilakukan terhadap buku guru dan siswa?

4. Jelaskan perbedaan SKL, KI, dan KD dalam Kurikulum 2013!

5. Jelaskan cara menentukan pekan efektif dalam rencana pembelajaran?

6. Jelaskan perbedaan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)!

7. Sebutkan fungsi dan kegunaan media pembelajaran!

8. Sebutkan jenis dan karakteristik media pembelajaran!

9. Sebutkan langkah-langkah dalam pengembngan media pembelajaran!

10. Berikan contoh bentuk pengembngan media pembelajaran!

11. Sebutkan cara nembuat blog pembelajaran!

12. Sebutkan langka-langkah menyusun powerpoint!

13. Sebutkan program aplikasi dalam pembelajaran!

A. Balikan Dan Tindak Lanjut

Page 335: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

85  

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di hagian akhir modul

ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat

penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar tersebut.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%

Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan

belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan belajar

tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai.

G. Daftar Pustaka

Abdorrakhman Ginting. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Humaniora

Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan

Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.

Abdul Gafur (1987). Pengaruh Strategi Urutan Penyampaian, Umpan Balik, dan Keterampilan

Intelektual terhadap Hasil Belajar Konsep. Jakarta : PAU - UT.

Arsyad Azhar. (2005) Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Artikel Digital Learning. Sabtu, 22 Mei 2004. Error! Hyperlink reference not valid.didownload pada

tanggal 20 Mei 2007.

Asnawir dan Basyirudin, Usman. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers

Blanchard, Alan. (2001). Contextual Teaching and Learning. BEST: USA.

Bloom et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals.

New York: McKay.

Center for Civics Education (1997). National Standard for Civics and Governement. Calabasas CA:

CEC Publ.

CORD. 2001. What is Contextual Learning. World Wide Internet Publishing, Waco Texas.

Degeng, I. Nyoman S. (1989). Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud. Dikti.

Proyek P2LPTK.

Dick, W. & Carey L. (1978). The Systematic Desgin of Instruction. Illinois: Scott & Co. Publication.

Dick, W. & Carrey, L. 1985. The Systematic Design of Instruction. Glenview, Illinois: Scott, Foresman

Page 336: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

86  

dan Company.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan Pendidikan Menengah umum. Jakarta:

Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Direktorat Sekolah Menengah Pertama (2006). Pedoman Memiliah dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:

Direktorat Sekolah Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah (2010): Modul Pengembangan Pendidikan Islam

Pada Sekolah, Jakarta, Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama RI

Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, Teaching, and Evaluating: a Competency Approach.

Chicago: Nelson-Hall.

Fowler, J.W. (1995). Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Fraenkel, J.R. (1997). How to Teach About Values: An Analytic Approach. New Jersey: Englewood

Cliffs, Prentice-Hall, Inc.

Gagne, N. L. & Berliner, D. C. (l984). Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin Company.

Gagne, R. M. & Briggs, L. J. (l979). Prinsiples of In-structional Design. New York: Holt, Renehart

and Winston.

Gagne, R.M. (l967). The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-Based Education: a Process for the Improvement of

Education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.

Harjanto. (1997). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hardjito. (2002). Internet Untuk Pembelajaran. Di download pada tanggal 21 Mei 2007.

Hidayah, Isti, dkk. 2006. Workshop Pendidikan PAI 2. Semarang: Jurusan PAI UNNES.

Indrianto, Lis. (1998). Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa Dalam Pengajaran PAI Sebagai Upaya

Peningkatan Prestasi Belajar PAI. Semarang: IKIP Semarang.

Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of Teaching. New Jersey: Englewood Cliffs, Publ.

Kaufman, Roger A. (1992). Educational Systems Planning. New Jersey: Englewood Cliffs.

Kemp, Jerold (1977). Instructional Design: a Plan for Unit and Curriculum Development. New

Jersey: Sage Publication.

Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing Standard-Based Districs, Schools, and Classrooms.

Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum Development.

McAshan, H.H. (1989). Competency-Based Education and Behavioral Objectives. New Jersey:

Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs.

Muhaimin, 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung: Nuansa.

Muhaimin, (2005). Pengembangan Kurikulum, sekolah umum, madrasah dan perguruasn tinggi,

Page 337: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

87  

Bandung: Nuansa.

Muhaimin. (2010). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Nana Sudjana. (1991). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung: Sinar Baru.

Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for Instructional Systems Development. New York: Academic

Press.

Purwo Sutanto, Pengembangan Bahan Ajar, edukasi.kompasiana. com, diakses 14 Desember 2010

Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional Theories in Action: Lessons Illustrating Selected Theories

and Models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publ.

Russell, James D. (1984). Modular Instruction: a Guide to Design, Selection, Utilization and

Evaluation of Modular Materials. Minneapolis: Burgess Publishing Company.

Sardjono, Pendidikan (infopendidikankita.blogspot.com, diakses 14 September 2010

Sounders, John. (1999). Cotextually Based Learning: Fad or Proven Practice. CORD. Waco, Texas,

USA.

S.T. Vebrianto, (1985). Pengantar Pengajaran Modul, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.

Suyitno, Amin, dkk. (1997). Dasar dan Proses Pembelajaran PAI. Semarang: FMIPA Unnes.

Tarmizi Taher, (1996). Prospek Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dalam Pembangunan

Pendidikan Nasional..Ujungpandang: Ceramah Menteri Agama pada Konvensi Nasional

Pendidikan Nasional III, tanggal 4-7 Maret.

Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana.

Yaniawati, R. Poppy. (2000). Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran PAI Yang Berbasis

Kompetensi. http://www.jurnalkopertis4.org. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.

Zainuddin,M. (2008). Paradigma Pendidikan Terpadu: Menuju Pembentukan Generasi Ulul Albab

Malang, UIN Press,

GLOSARIUM

Abiotik : Tidak memiliki ciri hidup, tidak hidup

Aqil-baligh : Orang yang sudah bisa memberdakan baik dan buruk

Ayat kauniyah : Tanda-tanda keberadaan Allah yang ada di alam

semesta

Page 338: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

88  

Biotik : Mahluk hidup baik yang mikro maupun makro dan

prosesnya

Dedikasi : Pengabdian

Deskriptif : Gambar

Dimensi : Sudut pandang

Dinamis : Selalu bergerak

Dogmatis : Ajaran yang bersifat mutlak kebenarannya

Eksistensi : Keberadaan

Fleksibel : Seseuai dengan kondisinya

Feed back : Umpan balik

Formulasi : Rumusan

Ilahiyah : Ketuhanan Kognitif : Aspek Pengetahuan

Implementasi : Pelaksanaan

Innovatif : Selalu mengarah kemajuan

Integrasi : Penyatuan

Internalisasi : Pengahayatan terhadap suatu ajaran atau nilai

Loyalitas : Kesetiaan

Kompleks : Sesuatu yang bersifat menyeluruh

Konstruks : Membangun

Muallaf : Orang yang baru masuk Islam

Normatif : Sesuatu yang berdasar aturan, adat istiadat

Performances : Penampilan, apa yang tampak

Respon : Tanggapan

Sistematis : Teratur dan terkontrol

Transeden : Sesuatu yang utama atau hakiki

Ubudiyah : Bersifat peribadatan

Universal : Umum, Menyeluruh melingkupi seluruh dunia

Page 339: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

89  

oleh siswa

1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.

2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.

3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.

Untuk Buku Guru dan Buku Siswa

1. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan SKL, KI dan KD.

2. Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis.

Khusus untuk Buku Guru

Menganalisis kesesuaian isi buku guru dengan buku siswa ditinjau dari berbagai aspek.

Khusus untuk Buku Siswa

Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientific dan penialain autentik.

1. Kerjakanlah secara berkelompok!

2. Pelajari format Analisis Buku Guru dan Buku Siswa!

3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!

4. Cermatilah buku guru yang berisi strategi penyajian pembelajaran sesuai dengan buku siswa serta

informasi lainnya!

5. Cermatilah buku siswa sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!

6. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!

7. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut.

Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran!

Page 340: AQIDAH AKHLAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

90  

Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut yang

harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut!

Page 341: AQIDAH AKHLAK

Contoh Silabus PAI dan Budi Pekerti SD

SILABUS KELAS: 4

Nama Sekolah : SD Harapan Kita Bersama Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tema/SubTema : Beriman Pada Malaikat Kelas : IV (Empat) Semester : 1 (Ganjil)

Kompetensi Inti*

1. KI 1: Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.

3. KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku.

Page 342: AQIDAH AKHLAK

KI Kompetensi Dasar* Materi Pokok** Pedekatan

Pembelajaran*** Pendekatan

Penilaian**** Alokasi Waktu

Sumber Belajar

1. Menerima dan men-jalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Meyakini keberadaan malaikat-malaikat Allah SWT

Malaikat-malaikat Allah SWT dan tugas-tugasnya

Menyimak buku teks tentang malaikat-malaikat Allah SWT dan tugas-tugasnya

Menyimpulkan hasil menyimak tentang Malaikat-malaikat Allah SWT dan tugas-tugasnya

Menjelaskan hasil menyimak malaikat-malaikat Allah SWT dan tugas-tugasnya

Tugas Portofolio Tes

2 jp

Buku Teks Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013

Buku Pegangan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013

Page 343: AQIDAH AKHLAK

Contoh RPP PAI dan Budi Pekerti SD

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SD Harapan Kita Bersama Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tema/SubTema : Beriman Pada Malaikat Kelas : IV (Empat) Semester : 1 (Ganjil)

A. Materi Pokok Iman kepada Malaikat

B. Alokasi Waktu 1 x 4 jam pelajaran

C. Tujuan Pembelajaran Melalui model cooperative learning peserta didik dapat: 1. Mendefinisikan pengertian iman kepada malaikat Allah SWT. dengan benar. 2. Menyebutkan 10 nama-nama malaikat Allah dengan benar; 3. Menunjukkan dalil tentang keberadaan malaikat Allah SWT dengan tepat; 4. Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah dengan benar; 5. Menunjukkan bukti-bukti adanya malaikat Allah dengan tepat; 6. Menjelaskan hikmah beriman kepada malaikat Allah dengan cermat.

D. Kompetensi Dasar 1.5 Meyakini keberadaan malaikat -malaikat Alla h SWT

2.4 Memiliki sikap yang dipengaruhi oleh keimanan kepada para malaikat Allah SWT keimanan kepada para malaikat Allah SWT yang tercermin dari perilaku kehidupan sehari-hari.

3.1 Mengerti makna iman kepada malaikat-malaikat Allah berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan alam sekitar.

4.2.1 Melakukan pengamatan diri dan alam sekitar sebagai implementasi makna iman kepada malaikat-malaikat Allah

E. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.1.1 Mendefinisikan pengertian iman kepada malaikat Allah 3.1.2 Menyebutkan 10 nama malaikat Allah dengan 3.1.3 Menunjukkan dalil adanya malaikat Allah 3.1.4 Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah 4.2.1 Menunjukkan bukti-bukti adanya malaikat Allah 4.2.2 Menjelaskan hikmah beriman kepada malaikat Allah

F. Materi Pembelajaran 1. Pengertian iman kepada malaikat 2. Nama-nama malaikat 3. Dalil adanya malaikat

Page 344: AQIDAH AKHLAK

4. Sifat-sifat malaikat 5. Tugas malaikat 6. Bukti-bukti adanya malaikat

Beriman kepada Malaikat adalah meyakini bahwa malaikat itu adalah makhluk ciptaan Allah dan tidak boleh disembah yang memiliki sifat-sifat khusus seperti selalu mentaati perintah Allah, tidak mati, diciptakan dari cahaya dan memiliki tugas-tugas tertentu, dan seterusnya …

G. Metode Pembelajaran Metode: Kooperatif: Small Group Discussion,The Power of Two

H. Media Pembelajaran Multimedia Interaktif/CD Interaktif /Video Gambar/ Poster

I. Sumber Belajar Buku PAI dan Budi Pekerti PAI Kls I SD Al-Qur’an dan Terjemahnya

J. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu 1. Pendahuluan

a. Guru membuka pembelajaran dengan dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khusyu’;

b. Guru Memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur’an surah pendek pilihan dengan lancar dan benar (nama surat sesuai dengan program pembiasaan yang ditentukan sebelumnya);

c. Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran;

d. Guru menyapa peserta didik dengan memperkenalkan diri kepada peserta didik.

a. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan materi pokok iman kepada malaikat Allah;

b. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai;

c. Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, ,menanya, eksplorasi dan mengomunikasikan serta menyimpulkan

20 menit

2. Kegiatan Inti a. Mengamati

Peserta didik mengamati keberadaan malaikat melalui pencermatan terhadap fenomena orang yang selamat dari musibah melalui tayangan media ICT/gambar

Peserta didik Menyimak kisah keberadaan malaikat secara klasikal maupun individual.

b. Menanya Melalui motivasi guru peserta didik mengajukan pertanyaan

110 menit

Page 345: AQIDAH AKHLAK

No. Kegiatan Waktu tentang iman kepada malaikat Allah

Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan iman kepada malaikat

c. Explorasi Peserta didik diberikan kesempatan mengemukakan isi

tayangan video secara individu/kelompok Secara berkelompok mendiskusikan bukti adanya malaikat

yang terdapat pada kisah orang yang selamat dari musibah dalam tayangan video

Secara berpasangan peserta didik mendiskusikan tugas-tugas dan sifat-sifat malaikat Allah

d. Asosiasi Guru dan peserta didik bertanya jawab hasil diskusi

kelompok tentang hikmah beriman kepada malaikat Allah Guru dan peserta didik menghubungkan kisah orang yang

selamat dari musibah dengan keberadaan malaikat e. Komunikasi

Peserta didik menyampaikan hasil diskusi iman kepada malaikat secara kelompok

Peserta didik menanggapi hasil diskusi kelompok lain (melengkapi, mengkonfirmasi, menyanggah)

Peserta didik membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru

3. Penutup a. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan

pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;

b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara individu maupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai materi;

c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

10 menit

K. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

Tugas Mengisi rubrik tentang iman kepada malaikat Allah Menemukan bukti-bukti adanya malaikat Allah dari kisah kisah orang yang

selamat dari musibahdalam tayangan video Observasi

Page 346: AQIDAH AKHLAK

Mengamati pelaksanaan diskusi dengan menggunakan lembar observasi terkait dengan - Hikmah iman kepada malaikat Allah - Tugas dan sifat malaikat Allah

No Nama Peserta didik Aspek yang diamati

Keterangan 1 2 3 4 5

Aspek yang dinilai 1. Keaktifan 2. Kerjasama 3. Aktifitas berpendapat 4. Keberanian berpendapat 5. Kemampuan berbahasa Skor penilaian:

Skor perolehan Nilai = x 100

Skor Maksimal Kriteria Nilai A = 80 – 100 : Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik C = 60 – 69 : Cukup D = ‹60 : Kurang

Portofolio Membuat paparan tentang bukti-bukti adanya malaikat Allah Tes Tes tulis tentang nama,sifat dan tugas malaikat Allah Guru juga melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan mengamati kisah pada kolom “ayo berlatih”.

Page 347: AQIDAH AKHLAK

Rubrik Penilaian

No. Aspek *Nilai

1 2 3 4 1. Penguasaan materi 2. Penguasaan nilai-nilai 3. Keaktifan 4. Kesantunan

Catatan:

*4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Sedang 1 = Kurang baik Rentang Skor = Skor Maksimal – Skor Minimal

= 16 - 4 = 12/4 = 3

MK = 14 - 16 MB = 11 - 13 MT = 7 - 10 BT = 4 - 6

Keterangan: BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda

awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya

tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).

MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).

MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

Guru dapat mengembangkan soal berikut rubrik dan penskorannya sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Mengetahui,

Kepala SD.....

............................................... NIP. ......................................

......................, ......................................

Guru Mata Pelajaran PAI

................................................. NIP. ........................................

Page 348: AQIDAH AKHLAK

Contoh Pengembangan Media Pembelajaran dalam Bentuk Power Point

Membuat Slide Presentasi

New Blank Presentation Pada layar akan nampak slide berikut:

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membuat slide: 1) Membuat text

Membuat judul Klik pada tulisan "Click to add title" lalu ketikkan judul presentasi

Membuat textbox pada click to add text Klik icon Klik pada bagian dari slide yang ingin ditambahkan tulisan

Menggunakan Bullet and Numbering Klik area textbox yang ingin menggunakan Bullet and Numbering

lalu klik Format - Bullets and Numbering - pilih yang akan digunakan

Bila telah selesai maka klik di luar area textbox Membuat WordArt Klik Insert – Picture- WordArt atau cari icon Insert

WordArt pada Drawing Toolbar Pilih 1 model kemudian klik OK Muncul kotak dialog seperti di bawah ini, lalu ketikkan

tulisan yang diinginkan lalu klik OK

2) Menampilkan gambar Klik Insert- Picture lalu pilih Clip Art bila gambar yang ingin digunakan adalah

gambar yang disediakan oleh Microsoft Office atau pilih From File bila ingin menggunakan gambar koleksi pribadi (untuk memilih akan muncul kotak dialog open kemudian cari lokasi filenya sampai ditemukan filenya).

Atur sesuai keinginan lalu klik di bagian lain slide yang tidak ada gambar tersebut.

3) Memberikan Background

Page 349: AQIDAH AKHLAK

Klik kanan pada bagian slide yang kosong Pilih Background Muncul kotak dialog berikut

Pilih More Colors dengan menklik drop down untuk mengatur warna yang

diinginkan Pilih Fill Effect dengan menklik drop down untuk mengatur efek yang

diinginkan dengan memilih pola gradient/texture/pattern yang diinginkan Pilih Apply untuk memberi background pada 1 lembar slide yang sedang

dipilih itu saja atau Apply to All untuk memberi background pada seluruh slide 4) Menambah Slide Presentasi klik icon Menambah Slide Presentasi pada formatting toolbar Pilih salah satu tipe slide yang diinginkan Tekan delete pada Keybord

5) Memberi animasi Klik kanan tek atau objeknya Klik custume animation Pilih effect untuk memberikan animasi pada text atau objek yang dinginkan

dengan memilih icon add effect Atur Start berdasarkan pada saat apa animasi ini dilakukan Atur Direction berdasarkan arah yang diinginkan Atur Speed berdasarkan seberapa cepat animasi tersebut dilakukan Sesuaikan urutan tampilan animasi sesuai keinginan dengan mengatur order Tekan play untuk melihat tampilan

6) Menambahkan Slide Transition Klik bagian slide di luar textbox lalu klik kanan pilih Slide Transition atau klik Slide Show pada Menu Bar lalu pilih Slide Transition Lalu pilih jenis yang diinginkan pada tiap slide Sesuaikan komponen lainnya seperti pada pemberian animasi 7) Membuat tabel

Contoh Animasi 

Page 350: AQIDAH AKHLAK

Klik Insert pada Menu Bar lalu pilih table Isikan jumlah baris dan kolom tabel yang akan dibuat pada kotak dialog yang

muncul

Untuk melakukan pengesetan lebih lanjut terhadap tabel yang ada dapat dilakukan dengan men-"double click" tabel tersebut atau mengklik kanan pada bagian garis tabel tersebut dan memilik "Borders and Fill"

8) Membuat diagram Klik Insert pada Menu Bar lalu pilih chart. Secara otomatis akan nampak tampilan sebagai berikut:

Perubahan terhadap nama, jumlah, maupun data-data lain hanya

dengan mengganti isi dari tabel pada Datasheet tersebut dan secara otomatis diagramnya akan ikut berubah mengikuti data pada tabel Datasheet.

Bila sudah selesai klik di luar area Datasheet maka akan diperoleh grafik yang diinginkan (untuk mengeditnya kembali dapat dilakukan dengan me-"double click" diagram tersebut).

Untuk melakukan pengaturan lainnya dapat dilakukan dengan meng-klik kanan bagian-bagian diagram sehingga tampilannya akan dapat disesuaikan sesuai keinginan.

Page 351: AQIDAH AKHLAK

3D View (untuk mengatur posisi chart secara keseluruhan)

Chart Type (untuk mengatur jenis diagram yang diinginkan

Chart Option (untuk pemberian nama sumbu, legenda, label)

9) Menambahkan file video Klik Insert pada Menu Bar lalu klik Movies and Sounds lalu pilih yang diinginkan

seperti pada gambar berikut:

Page 352: AQIDAH AKHLAK

Setelah memilih file maka akan keluar kotak dialog apakah ingin movie langsung dijalankan atau harus di klik terlebih dahulu maka pilihlah sesuai kebutuhan.

10) Membuat Hyperlink

Klik kanan bagian yang ingin di Hyperlink lalu pilih Hyperlink Isikan alamat tujuan yang ingin dituju

11) Menampilkan Slide (Slide Show) Klik icon Slide Show

Hasil slide-slide yang telah dibuat akan ditampilkan sesuai dengan apa

yang telah diatur

Untuk keluar dari Slide Show tekan End Show

Icon Insert Video 

Materiyang 

dilinkkan ke video

Icon slide show 

Page 353: AQIDAH AKHLAK

Contoh Silabus PAI dan Budi Pekerti SD

SILABUS KELAS: 4

Nama Sekolah : SD Harapan Kita Bersama Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tema/SubTema : Beriman Pada Malaikat Kelas : IV (Empat) Semester : 1 (Ganjil)

Kompetensi Inti*

1. KI 1: Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.

3. KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku.

KI Kompetensi Dasar*

Materi Pokok*

*

Pedekatan Pembelajaran*

**

Pendekatan Penilaian**

**

Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

1. Menerima dan men-jalankan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Meyakini keberadaan malaikat-malaikat Allah SWT

Malaikat-malaikat Allah SWT dan tugas-tugasnya

Menyimak buku teks tentang malaikat-malaikat Allah SWT dan tugas-tugasnya

Menyimpulkan hasil menyimak tentang Malaikat-malaikat Allah SWT

Tugas Portofoli

o Tes

2 jp

Buku Teks Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud,

Page 354: AQIDAH AKHLAK

dan tugas-tugasnya

Menjelaskan hasil menyimak malaikat-malaikat Allah SWT dan tugas-tugasnya

2013 Buku

Pegangan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013

Contoh RPP PAI dan Budi Pekerti SD

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SD Harapan Kita Bersama Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tema/SubTema : Beriman Pada Malaikat Kelas : IV (Empat) Semester : 1 (Ganjil)

A. Materi Pokok Iman kepada Malaikat

B. Alokasi Waktu

Page 355: AQIDAH AKHLAK

1 x 4 jam pelajaran C. Tujuan Pembelajaran

Melalui model cooperative learning peserta didik dapat: 1. Mendefinisikan pengertian iman kepada malaikat Allah SWT. dengan benar. 2. Menyebutkan 10 nama-nama malaikat Allah dengan benar; 3. Menunjukkan dalil tentang keberadaan malaikat Allah SWT dengan tepat; 4. Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah dengan benar; 5. Menunjukkan bukti-bukti adanya malaikat Allah dengan tepat; 6. Menjelaskan hikmah beriman kepada malaikat Allah dengan cermat.

D. Kompetensi Dasar 1.5 Meyakini keberadaan malaikat -malaikat Alla h SWT

2.4 Memiliki sikap yang dipengaruhi oleh keimanan kepada para malaikat Allah SWT keimanan kepada para malaikat Allah SWT yang tercermin dari perilaku kehidupan sehari-hari.

3.1 Mengerti makna iman kepada malaikat-malaikat Allah berdasarkan pengamatan terhadap dirinya dan alam sekitar.

4.2.1 Melakukan pengamatan diri dan alam sekitar sebagai implementasi makna iman kepada malaikat-malaikat Allah

E. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.1.1 Mendefinisikan pengertian iman kepada malaikat Allah 3.1.2 Menyebutkan 10 nama malaikat Allah dengan 3.1.3 Menunjukkan dalil adanya malaikat Allah 3.1.4 Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah 4.2.1 Menunjukkan bukti-bukti adanya malaikat Allah 4.2.2 Menjelaskan hikmah beriman kepada malaikat Allah

F. Materi Pembelajaran 1. Pengertian iman kepada malaikat 2. Nama-nama malaikat 3. Dalil adanya malaikat 4. Sifat-sifat malaikat 5. Tugas malaikat 6. Bukti-bukti adanya malaikat

Beriman kepada Malaikat adalah meyakini bahwa malaikat itu adalah makhluk ciptaan Allah dan tidak boleh disembah yang memiliki sifat-sifat khusus seperti selalu mentaati perintah Allah, tidak mati, diciptakan dari cahaya dan memiliki tugas-tugas tertentu, dan seterusnya …

G. Metode Pembelajaran Metode: Kooperatif: Small Group Discussion,The Power of Two

H. Media Pembelajaran Multimedia Interaktif/CD Interaktif /Video

Page 356: AQIDAH AKHLAK

Gambar/ Poster I. Sumber Belajar

Buku PAI dan Budi Pekerti PAI Kls I SD Al-Qur’an dan Terjemahnya

J. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Kegiatan Waktu 1. Pendahuluan

a. Guru membuka pembelajaran dengan dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khusyu’;

b. Guru Memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur’an surah pendek pilihan dengan lancar dan benar (nama surat sesuai dengan program pembiasaan yang ditentukan sebelumnya);

c. Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran;

d. Guru menyapa peserta didik dengan memperkenalkan diri kepada peserta didik. a. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan materi pokok

iman kepada malaikat Allah; b. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai; c. Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,

,menanya, eksplorasi dan mengomunikasikan serta menyimpulkan

20 menit

2. Kegiatan Inti a. Mengamati

Peserta didik mengamati keberadaan malaikat melalui pencermatan terhadap fenomena orang yang selamat dari musibah melalui tayangan media ICT/gambar

Peserta didik Menyimak kisah keberadaan malaikat secara klasikal maupun individual.

b. Menanya Melalui motivasi guru peserta didik mengajukan pertanyaan tentang iman

kepada malaikat Allah Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan iman kepada malaikat

c. Explorasi Peserta didik diberikan kesempatan mengemukakan isi tayangan video

secara individu/kelompok Secara berkelompok mendiskusikan bukti adanya malaikat yang terdapat

pada kisah orang yang selamat dari musibah dalam tayangan video Secara berpasangan peserta didik mendiskusikan tugas-tugas dan sifat-sifat

malaikat Allah d. Asosiasi

Guru dan peserta didik bertanya jawab hasil diskusi kelompok tentang hikmah beriman kepada malaikat Allah

Guru dan peserta didik menghubungkan kisah orang yang selamat dari

110 menit

Page 357: AQIDAH AKHLAK

No. Kegiatan Waktu musibah dengan keberadaan malaikat

e. Komunikasi Peserta didik menyampaikan hasil diskusi iman kepada malaikat secara

kelompok Peserta didik menanggapi hasil diskusi kelompok lain (melengkapi,

mengkonfirmasi, menyanggah) Peserta didik membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru

3. Penutup a. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau

tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;

b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara individu maupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai materi;

c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

10 menit

K. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

Tugas Mengisi rubrik tentang iman kepada malaikat Allah Menemukan bukti-bukti adanya malaikat Allah dari kisah kisah orang yang

selamat dari musibahdalam tayangan video Observasi Mengamati pelaksanaan diskusi dengan menggunakan lembar observasi terkait

dengan - Hikmah iman kepada malaikat Allah - Tugas dan sifat malaikat Allah

No Nama Peserta didik Aspek yang diamati

Keterangan 1 2 3 4 5

Aspek yang dinilai

Page 358: AQIDAH AKHLAK

1. Keaktifan 2. Kerjasama 3. Aktifitas berpendapat 4. Keberanian berpendapat 5. Kemampuan berbahasa

Skor penilaian:

Skor perolehan Nilai = x 100

Skor Maksimal Kriteria Nilai A = 80 – 100 : Baik Sekali B = 70 – 79 : Baik C = 60 – 69 : Cukup D = ‹60 : Kurang

Portofolio Membuat paparan tentang bukti-bukti adanya malaikat Allah Tes Tes tulis tentang nama,sifat dan tugas malaikat Allah Guru juga melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan mengamati kisah pada kolom “ayo berlatih”. Rubrik Penilaian

No. Aspek *Nilai

1 2 3 4 1. Penguasaan materi 2. Penguasaan nilai-nilai 3. Keaktifan 4. Kesantunan

Catatan:

*4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Sedang 1 = Kurang baik Rentang Skor = Skor Maksimal – Skor Minimal

= 16 - 4 = 12/4

Page 359: AQIDAH AKHLAK

= 3 MK = 14 - 16 MB = 11 - 13 MT = 7 - 10 BT = 4 - 6

Keterangan: BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda

awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya

tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).

MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).

MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

Guru dapat mengembangkan soal berikut rubrik dan penskorannya sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Mengetahui,

Kepala SD.....

............................................... NIP. ......................................

......................, ......................................

Guru Mata Pelajaran PAI

................................................. NIP. ........................................

Page 360: AQIDAH AKHLAK

Contoh Pengembangan Media Pembelajaran dalam Bentuk Power Point

Membuat Slide Presentasi

New Blank Presentation Pada layar akan nampak slide berikut:

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membuat slide: 1) Membuat text

Membuat judul Klik pada tulisan "Click to add title" lalu ketikkan judul presentasi

Membuat textbox pada click to add text Klik icon Klik pada bagian dari slide yang ingin ditambahkan tulisan

Menggunakan Bullet and Numbering Klik area textbox yang ingin menggunakan Bullet and Numbering

lalu klik Format - Bullets and Numbering - pilih yang akan digunakan

Bila telah selesai maka klik di luar area textbox Membuat WordArt Klik Insert – Picture- WordArt atau cari icon Insert

Page 361: AQIDAH AKHLAK

WordArt pada Drawing Toolbar Pilih 1 model kemudian klik OK Muncul kotak dialog seperti di bawah ini, lalu ketikkan

tulisan yang diinginkan lalu klik OK

2) Menampilkan gambar Klik Insert- Picture lalu pilih Clip Art bila gambar yang ingin digunakan adalah

gambar yang disediakan oleh Microsoft Office atau pilih From File bila ingin menggunakan gambar koleksi pribadi (untuk memilih akan muncul kotak dialog open kemudian cari lokasi filenya sampai ditemukan filenya).

Atur sesuai keinginan lalu klik di bagian lain slide yang tidak ada gambar tersebut.

3) Memberikan Background Klik kanan pada bagian slide yang kosong Pilih Background Muncul kotak dialog berikut

Pilih More Colors dengan menklik drop down untuk mengatur warna yang diinginkan

Pilih Fill Effect dengan menklik drop down untuk mengatur efek yang diinginkan dengan memilih pola gradient/texture/pattern yang diinginkan

Pilih Apply untuk memberi background pada 1 lembar slide yang sedang dipilih itu saja atau Apply to All untuk memberi background pada seluruh slide

4) Menambah Slide Presentasi

klik icon Menambah Slide Presentasi pada formatting toolbar Pilih salah satu tipe slide yang diinginkan Tekan delete pada Keybord

5) Memberi animasi

Klik kanan tek atau objeknya Klik custume animation Pilih effect untuk memberikan animasi pada text atau objek yang dinginkan

Page 362: AQIDAH AKHLAK

dengan memilih icon add effect Atur Start berdasarkan pada saat apa animasi ini dilakukan Atur Direction berdasarkan arah yang diinginkan Atur Speed berdasarkan seberapa cepat animasi tersebut dilakukan Sesuaikan urutan tampilan animasi sesuai keinginan dengan mengatur order Tekan play untuk melihat tampilan

6) Menambahkan Slide Transition Klik bagian slide di luar textbox lalu klik kanan pilih Slide Transition atau klik Slide Show pada Menu Bar lalu pilih Slide Transition Lalu pilih jenis yang diinginkan pada tiap slide Sesuaikan komponen lainnya seperti pada pemberian animasi 7) Membuat tabel Klik Insert pada Menu Bar lalu pilih table Isikan jumlah baris dan kolom tabel yang akan dibuat pada kotak dialog yang

muncul

Untuk melakukan pengesetan lebih lanjut terhadap tabel yang ada dapat dilakukan dengan men-"double click" tabel tersebut atau mengklik kanan pada bagian garis tabel tersebut dan memilik "Borders and Fill"

8) Membuat diagram

Klik Insert pada Menu Bar lalu pilih chart. Secara otomatis akan nampak tampilan sebagai berikut:

Contoh Animasi 

Page 363: AQIDAH AKHLAK

Perubahan terhadap nama, jumlah, maupun data-data lain hanya dengan mengganti isi dari tabel pada Datasheet tersebut dan secara otomatis diagramnya akan ikut berubah mengikuti data pada tabel Datasheet.

Bila sudah selesai klik di luar area Datasheet maka akan diperoleh grafik yang diinginkan (untuk mengeditnya kembali dapat dilakukan dengan me-"double click" diagram tersebut).

Untuk melakukan pengaturan lainnya dapat dilakukan dengan meng-klik kanan bagian-bagian diagram sehingga tampilannya akan dapat disesuaikan sesuai keinginan.

3D View (untuk mengatur posisi chart secara keseluruhan)

Chart Type (untuk mengatur jenis diagram yang diinginkan

Page 364: AQIDAH AKHLAK

Chart Option (untuk pemberian nama sumbu, legenda, label)

9) Menambahkan file video

Klik Insert pada Menu Bar lalu klik Movies and Sounds lalu pilih yang diinginkan seperti pada gambar berikut:

Setelah memilih file maka akan keluar kotak dialog apakah ingin movie langsung dijalankan atau harus di klik terlebih dahulu maka pilihlah sesuai kebutuhan.

10) Membuat Hyperlink

Klik kanan bagian yang ingin di Hyperlink lalu pilih Hyperlink

Icon Insert Video 

Page 365: AQIDAH AKHLAK

Isikan alamat tujuan yang ingin dituju

11) Menampilkan Slide (Slide Show) Klik icon Slide Show

Hasil slide-slide yang telah dibuat akan ditampilkan sesuai dengan apa yang telah diatur

Untuk keluar dari Slide Show tekan End Show

Materiyang 

dilinkkan ke video

Icon slide show