Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

63
Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian

Transcript of Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Page 1: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian

Page 2: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pertanian konvensional dipandang tidak ramah lingkungan dan menghasilkan produk yang tidak sehat

Adanya kesadaran tentang perlunya kelestarian lingkungan hidup

Adanya kesadaran perlunya pola hidup sehat dengan menggunakan produk sehat

Page 3: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Sistem Pertanian Organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah.

Page 4: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pertanian Organik : suatu sistem produksi pertanian yang meminimalkan penggunaan input eksternal dan tidak menggunakan pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh dan bahan aditif sintetis lainnya.

Page 5: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat.

Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem.

Page 6: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lain yang dipergunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Page 7: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pangan Organik adalah pangan yang berasal dari suatu lahan pertanian organik yang menerapkan praktek pengelolaan yang bertujuan untuk memelihara ekosistem dalam mencapai produktivitas yang berkelanjutan, melakukan pengendalian gulma, hama, dan penyakit, melalui beberapa cara seperti daur ulang sisa tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan air, pengolahan lahan, dan penanaman serta penggunaan bahan hayati (pangan).

Page 8: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Produk Organik adalah suatu produk yang dihasilkan sesuai dengan standar sistem pangan organik termasuk bahan baku pangan olahan organik, bahan pendukung organik, tanaman dan produk segar tanaman, ternak dan produk peternakan, produk olahan tanaman, dan produk olahan ternak (termasuk non pangan).

Organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi organik dan disertifikasi oleh lembaga sertifikasi resmi.

Page 9: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Tujuan Ekonomi

Tujuan Sosial

Tujuan Ekologi

Page 10: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Menggunakan investasi

rendah, meningkatkan

nilai tambah ekonomi.

Memberikan kondisi kerja yang lebih baik,

Menjaga semua yang terlibat mendapatkan keuntungan yang layak dan adil

Page 11: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Menjamin pasokan pangan sehat dengan kualitas dan rasa lebih baik dalam jumlah yang cukup dan lestari

Menghargai budaya lokal, kesetaraan gender

Menjaga semua yang terlibat dalam pertanian organik mencapai kehidupan yang berkualitas, terpenuhi kebutuhan dasarnya

Page 12: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Mengembangkan sumberdaya lokal

terbarukan

Menjaga kelestarian lingkungan,

konservasi sumber daya alam,

keseimbangan ekosistem

Menghasikan produk dengan aman,

mengurangi polusi, meningkatkan

kesuburan tanah, menjaga

kesehatan air

Page 13: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Menjaga keanekaragaman hayati tumbuhan hewan dan mikroorganisme

Meningkatkan daur biologis

Menjaga keseimbangan dinamis antara pertanian dan peternakan

Page 14: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Untuk memproduksi pangan organik digunakan acuan : SNI 6729-2013 Sistem Pangan Organik

SNI 6729-2013 merupakan acuan tunggal nasional yang diakui internasional

Telah diberlakukan SNI 6729-2013

Telah diberlakukan PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 64/Permentan/OT.140/5/ 2013 TENTANG SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Page 15: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Mengatur pengawasan organik Indonesia;

Memberikan penjaminan dan perlindungan kepada masyarakat dari peredaran produk organik yang tidak memenuhi persyaratan;

Memberikan kepastian usaha bagi produsen produk organik;

Page 16: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Membangun sistem produksi pertanian organik yang kredibel dan mampu telusur;

Memelihara ekosistem sehingga dapat berperan dalam pelestarian lingkungan; dan

Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian.

Page 17: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Aspek yang perlu diperhatikan:

a. Ekosistem pertanian

b. Pemeliharaan kesuburan tanah

c. Keanekaragaman hayati ( keanekaragaman tanaman dan keseimbangan serangga dan musuh alami)

d. Teknik Budidaya Tanaman

Page 18: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Benih harus berasal dari tanaman secara alami (bukan rekayasa genetika) yaitu benih lokal atau benih hibrida yang sudah beradaptasi dengan iklim sehingga tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem

PENGOLAHAN TANAH

a. Memperkecil kerusakan tanah oleh traktor

b. Melakukan pengolahan tanah minimum

c. Memacu perkembangbiakan organisme tanah

d. Menjaga aerasi tanah tetap baik

Page 19: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Melakukan kegiatan penanaman multikultur

Melakukan rotasi tanaman secara bertahap

Memperhatikan kombinasi tanaman dalam suatu luasan lahan tertentu

Menanam tanaman sisipan dan pendamping

Menanam tanaman pagar, refugia,

Pengairan :

Menggunakan air bebas bahan kimia sintetik

Page 20: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Prinsip produksi pertanian organik harus telah diterapkan pada lahan yang sedang

berada dalam periode konversi dengan ketentuan sebagai berikut:

1. 2 tahun sebelum tebar benih untuk tanaman semusim; 2. tahun sebelum panen pertama untuk tanaman tahunan; 3. Tanpa periode konversi (zero convertion) untuk lahan

yang ditumbuhi tumbuhan liar (tidak dibudidayakan) tanpa asupan bahan kimia

sintetis b) Masa konversi dapat diperpendek berdasarkan

pertimbangan Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) namun tidak boleh kurang dari 12 bulan

untuk tanaman semusim dan 18 bulan untuk tanaman tahunan.

Page 21: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Masa konversi dihitung sejak lahan mulai dikelola secara organik dengan disertai bukti-bukti yang dapat diverifikasi (sejarah lahan, catatan produksi, rekaman pengawasan internal, dan lain-lain). Atau dimulai sejak tanggal diterimanya aplikasi permohonan sertifikasi organik kepada LSO.

Page 22: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 23: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movements) 2005, menetapkan prinsip-prinsip dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global.

Page 24: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia

Page 25: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia.

Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan

Page 26: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan.

Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam.

Page 27: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.

Page 28: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan.

Page 29: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.

Page 30: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya

Page 31: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat.

Page 32: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

OLEH

APRILIA IKE NURMALASARI, S.P.,M.Sc

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman

Program Studi Agroteknologi

Page 33: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Biopestisida merupakan salah satu komponen dalam pengelolaan hama dan penyakit. Biopestisida didefinisikan sebagai bahan yang berasal dari mahluk hidup (tanaman, hewan atau mikroorganisme) yang berkhasiat menghambat pertumbuhan dan perkembangan atau mematikan hama atau organisme penyebab penyakit.

Schumann and D’Arcy (2012) mendefinisikan biopestisida sebagai senyawa organik dan mikrobia antagonis yang menghambat atau membunuh hama dan penyakit tanaman. Biopestisida memiliki senyawa organik yang mudah terdegradasi di alam

Page 34: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati dan pestisida hayati.

Page 35: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002), pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung biotoksin

Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik.

Page 36: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu.

Di Indonesia, sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili (Kardinan, 1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam Sastrosiswojo (2002), jenis tanaman dari famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan paling banyak mengandung bahan insektisida nabati.

Page 37: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Kearifan nenek moyang kita bermula dari kebiasaan menggunakan bahan jamu (empon-empon = Jawa), tumbuhan bahan racun (gadung, ubi kayu hijau, pucung, jenu = Jawa), tumbuhan berkemampuan spesifik (mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai hewan/serangga, seperti awarawar, rawe, senthe), atau tumbuhan lain berkemampuan khusus terhadap hama/penyakit (biji srikaya, biji sirsak, biji mindi, daun mimba, lerak, dll).

Page 38: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

1. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak meracuni (non toksik).

2. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.

3. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.

4. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati.

5. Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara berkembang.

Page 39: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati merupakan hasil penggalian/pencarian dari beberapa desa pada enam provinsi di kepulauan Sumatera, yaitu Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Barat, Bangka-Belitung, dan Sumatera Utara. Pendekatan pencarian ini berdasarkan penggunaannya dalam pengendalian hama tanaman, hama ternak dan racun ikan secara tradisional oleh masyarakat

Page 40: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 41: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 42: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 43: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 44: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 45: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 46: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 47: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 48: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 49: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 50: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...
Page 51: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

SECARA SEDERHANA

Pembuatan pestisida nabati, yaitu dalam bentuk ekstrak secara sederhana (jangka pendek) dapat dilakukan oleh petani, dan penggunaannya biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak. Pembuatan secara sederhana ini berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah.

Page 52: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

SECARA LABORATORIUM

Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih dan hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama.

Pembuatan cara laboratorium berorientasi pada industri, membutuhkan biaya tinggi, sehingga produk pestisida nabati menjadi mahal, bahkan kadang lebih mahal daripada pestisida sintetis.

Page 53: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

A. Penggerusan, penumbukan, pembakaran atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu atau pasta.

B. Perendaman untuk produk ekstrak.

Pembuatan ekstrak ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1) Tepung tumbuhan + air

2) Tepung tumbuhan + air, kemudian dipanaskan/direbus

3) Tepung tumbuhan + air + deterjen

4) Tepung tumbuhan + air + surfaktan (pengemulsi) pestisida

5) Tepung tumbuhan + air + sedikit alkohol/metanol + surfaktan

C. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.

Page 54: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pemanfaatan tumbuhan penghasil pestisida nabati dalam pengendalian hama sudah banyak dilakukan, terutama di bidang pertanian dan perkebunan dan hasilnya efektif. Penggunaan suatu pestisida nabati akan lebih baik hasilnya atau lebih efektif apabila dipadukan dengan pestisida nabati lainnya. Aplikasinya dapat dilakukan secara pencampuran atau secara berselang-seling, misal ekstrak daun sirsak dan ekstrak biji mimba. Penggunaan pestisida nabati juga dapat dipadukan dengan musuh alami bila bahan pestisida nabati tersebut tidak beracun bagi musuh alami.

Page 55: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga (hama) maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman).

Formulasi Beuveria bassiana (isolat segunung) mampu mengendalikan hama kumbang moncong yang merupakan hama utama anggrek serta kumbang mawar dan kutu daun pada tanaman krisan.

Page 56: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Kelompok bakteri yang telah diteliti dan digunakan yaitu agen

hayati seperti genus Bacillus (B.polimyxa, B.Substilis,

B.thuringiensis), Pseudomonas (P.Fluorescens-pf), kelompok

cendawan (Trichoderma harzianum, dan Glicocladium sp).

Formulasi pestisida dari BALITHI yaitu Bio-PF mengandung

pf untuk mengendalikan penyakit layu bakteri dan cendawan,

rebah kecambah dan bercak daun yang disebabkan oleh

Fusarium sp.

Bio-GL mengandung Gliocladium spp untuk mengendalikan

penyakit tular tanah yang disebabkan oleh Phytium spp.

Page 57: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Prima-BF mengandung Bacillus sp dan pf untuk mengendalikan penyakit akar bengkak, layu fusarium, layu bakteri dan busuk daun.

Biopestisida menurut Sastroutomo (1992)

dapat dibedakan menjadi 3 yaitu bioherbisida, biofungisida, biointekstisida)

Bioinsektisida berasal dari mikroba yang digunakan sebagai insektisida misal B. thuringiensis.

Bioherbisida adalah pengendalian gulma dengan menggunakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus. Seperti DeVine yang berasal dari Phytophthora palmivora untuk Morrenia odorata (gulma pada tanaman jeruk)

Page 58: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Biofungisida yaitu digunakan untuk mengendalikan penyakit jamur. Biofungisida yang digunakan yaitu spora Trichordema sp. yang digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai.

Page 59: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Biopestisida berbentuk ekstrak dari bagian tanaman, bukan sintesis senyawa aktifnya sehingga membutuhkan volume yang besar sehingga kurang praktis dalam transportasi. Efektivitas biofungisida tidak bisa sama dengan fungisida kimia.

Page 60: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Keuntungan penggunaan biopestisida adalah ramah lingkungan karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya mudah luruh di alam (Schumann and D’Arcy 2012). Biopestisida tidak menimbulkan resistensi atau resurgensi sehingga tidak menimbulkan rasras baru pada mikroorganisme penyebab penyakit (Kardinan 2004). Senyawa dalam biopestisida tidak bersifat racun pada manusia, sehingga tidak menggangggu kesehatan pengguna (petani) dan konsumen.

Page 61: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

Biopestisida berpeluang dikembangkan di Indonesia karena terdapat beragam tanaman dan mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai bahan baku. Supaya biopestisida tersedia dari waktu ke waktu maka penanaman tanaman penghasil bahan nabati sampai menjadi bahan baku harus terus menerus dilakukan, atau pembiakan massal suatu predator, cendawan entomopatogen (B. bassiana, L. lecanii), atau antagonis penyebab penyakit (Trichoderma sp.), terutama di sentra produksi tanaman pangan. Supaya mudah didapatkan petani, maka biopestisida harus tersebar hingga ke desa dan mendapat pengawasan dari pihak kompeten.

Page 62: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...

FWI dan GFW. 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C. Global Forest Watch.

Kardinan, A. 1999. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sastrosiswojo, S. 2002. Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Penggunaan Biopestisida di Indonesia. Makalah pada Lokakarya Keanekaragaman Hayati Untuk Perlindungan Tanaman, Yogyakarta, Tanggal 7 Agustus 2002.

Whitmore, T.C., 1975. Tropical Rain Forests of the Far East. Clarendon Press. Oxford

Whitten T., S.J. Damanik, J. Anwar dan N. Hisyam, 1997. The Ecology of Sumatra. Periplus Editions (HK) Ltd. Singapore

Page 63: Aprilia Ike Nurmalasari, S.P., M,Sc Laboratorium Ekologi ...