Apresiasi 4 drama

35
APRESIASI DRAMA Disusun untuk memenuhi Uji Kompetensi IV Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar Dosen Pengampu : Drs. Muhamammad Ismail Sriyanto, M.Pd Oleh : I’if Zuraifah K7111099 5B PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Transcript of Apresiasi 4 drama

Page 1: Apresiasi 4 drama

APRESIASI DRAMA

Disusun untuk memenuhi Uji Kompetensi IV

Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar

Dosen Pengampu : Drs. Muhamammad Ismail Sriyanto, M.Pd

Oleh :

I’if Zuraifah

K7111099

5B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: Apresiasi 4 drama

UNSUR INTRINSIK DRAMA

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri (Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra

hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika

orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur

yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.

Judul

Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk buku atau

bab dalam buku yang dapat menyiratkan isi buku tersebut. Judul suatu karya

drama juga merupakan kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul

isi karangan selalu berkaitan erat. Drama sebagai karya sastra dan merupakan

cabang seni tergolong sebagai karya fiksi. Sugiarta dalam Sudjarwadi (2004)

menjelaskan, judul pada karya fiksi bersifat manasuka, dapat diambil dari

nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita, dengan syarat sebaiknya

melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.

Tema

Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai

pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok

pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan

dapat menjadi sumber konflik-konflik.

Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran

didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau

menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai

premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk menentukan

tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yaitu

Page 3: Apresiasi 4 drama

tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema

minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).

Amanat 

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada

pembaca naskah atau penonton drama. Pesan ini tidak disampaikan secara

langsung, tapi lewat  naskah drama yang ditulisnya atau lakon drama itu

sendiri. Penonton atau pembaca harus menyimpulkan sendiri pesan moral apa

yang diperoleh dari membaca naskah atau menonton drama tersebut.

Plot/Alur

Alur/plot cerita atau jalan cerita ialah rangkaian peristiwa yang

membentuk suatu kesatuan cerita. Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau alur

dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi.

Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan

permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan

peleraian, dan tahapan akhir.

Alur menurut Akhmah Saliman (1996 : 24) adalah jaringan atau

rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga

akhir. Alur dalam drama dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan.

Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai

oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupakan babak yang

ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan.

Alur cerita ini dapat dibagi menjadi beberapa,  pengenalan,

pertikaian/konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan,  penyelesaian.

1. Pengenalan/Eksposisi. Pengenalan adalah bagian yang mengantarkan atau

memaparkan tokoh, menjelaskan latar cerita, dan gambaran peristiwa yang

akan terjadi. Pada tahap ini penonton diperkenalkan dengan tokoh-tokoh

drama beserta wataknya, dan fakta-fakta tertentu, baik secara eksplisit

maupun implisit

Page 4: Apresiasi 4 drama

2. Konflik. Konflik adalah persoalan-persoalan pokok yang mulai melibatkan

para pemain drama. Dalam tahap ini mulai ada  kejadian (insiden) atau

peristiwa yang merupakan dasar dari drama tersebut.

3. Komplikasi. Komplikasi merupakan tahap dimana insiden yang terjadi

mulai berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang semakin

banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait, tetapi semuanya

masih menimbulkan tanda tanya.

4. Klimaks. Klimaks adalah tahapan puncak dari berbagai konflik yang

terjadi dalam drama tersebut. Bila dilihat dari sudut pembaca naskah atau

penonton drama maka klimaks adalah puncak ketegangan. Bila dilihat dari

sudut konflik maka klimaks adalah titik pertikaian paling ujung antar

pemain drama.

5. Resolusi/Peleraian. Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan

keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas.

6. Penyelesaian. Penyelesaian merupakan tahap terakhir dari sebuah drama.

Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan cerita selesai.

Perwatakan/Karakter Tokoh

Perwatakan atau karakter tokoh adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa

seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis lakon

untuk diwujudkan oleh para pemain drama. Tokoh-tokoh drama disertai

penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan

keadaan kejiwaannya. Watak tokoh akan jelas terbaca dalam dialog dan

catatan samping. Watak tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis

kalimat, dan ungkapan yang digunakan.

Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya di

dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:

1. Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat

2. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik

3. Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu

Page 5: Apresiasi 4 drama

Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27) berdasarkan

fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam

juga, yaitu:

1. Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita

2. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau

protagonis

3. Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita

dalam alur cerita.

Tokoh-tokoh drama biasanya disertai penjelasan mengenai nama,

umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya. Watak

tokoh akan jelas terbaca dalam dialog dan catatan samping. Watak tokoh

dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis kalimat, dan ungkapan yang

digunakan.

Dialog

Ciri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk percakapan

atau dialog. Penulis naskah drama harus memerhatikan pembicaraan yang

akan diucapkan. Ragam bahasa dalam dialog antartokoh merupakan ragam

lisan yang komunikatif.

Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran

tokoh cerita. Dialog mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog

merupakan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog

berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog

juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh

cerita.

Ada dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi

(percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog

berarti pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapkan pemeran

utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian penutup pada karya drama

untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama tersebut.

Latar/Setting

Page 6: Apresiasi 4 drama

Menurut Akhmad Saliman (1996 : 66), latar adalah tempat terjadinya

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk

kepada tempat, tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian,

sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat

terjadinya peristiwa yang menjadi latar ceritanya.

Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar

memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk

menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan

terjadi (Nurgiyantoro, 1995).

Petunjuk Laku

Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca

atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau

perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Petunjuk laku sangat

diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang

tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras

lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan

menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Di dalam

dialog, petunjuk laku ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di

belakang kata atau kalimat yang menjadi petunjuk laku.

Bahasa 

Menurut Akhmad Saliman (1996: 68), bahasa yang digunakan dalam

drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana

komunikasi. Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah

kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan

pemilihan gaya bahasa (style).

Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah

drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti

(bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan

keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya,

dan pendidikan.

Page 7: Apresiasi 4 drama

Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk

menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di

antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang

pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada

dalam tata bahasa baku.

Interpretasi 

Penulis naskah drama selalu memanfaatkan kehidupan masyarakat

sebagai sumber gagasan dalam menulis naskah drama. Naskah yang

ditulisnya dapat dipertanggungjawabkan, terutama secara nalar. Artinya

ketika naskah drama tersebut dipentaskan akan terasa wajar, logis, tidak

janggal dan tidak aneh. Bahkan harus diupayakan menyerupai kehidupan

yang sebenarnya dalam masyarakat.

 

1.

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “KAMPUNG KARDUS”

A. Deskripsi Drama

“Kampung Kardus” merupakan drama pertama yang dipertunjukkan

oleh mahasiswa kelas 7A PGSD FKIP UNS pada hari Sabtu, 04 Januari 2014

di Taman Budaya Jawa Tengah Kota Surakarta. Dihadiri hampir mencapai

seratus penonton, drama ini mengangkat kisah para orang pinggiran yang

termarjinalkan. Menonjolkan kontradiksi kehidupan modern yang serba

mudah namun tidak berbanding lurus dengan kondisi ekonomi dan

kesejahteraan yang serba kurang. Kombinasi tata panggung, tata cahaya dan

tata musik menjadi daya tarik tersendiri bagi drama ini. Tak dipungkiri,

drama yang memiliki durasi satu jam ini pun membuat para penonton

berdecak kagum.

Page 8: Apresiasi 4 drama

B. Unsur Intrinsik Drama

Judul

Drama yang dipentaskan oleh mahasiswa kelas 7A PGSD FKIP

UNS ini berjudul “Kampung Kardus”. Singkat dan menarik. Sebuah judul

yang mampu menyentuh hati. Mengangkat kehidupan orang-orang yang

jauh dari sentuhan modernisasi.

Tema

Tema dari drama ini adalah kehidupan sosial para kaum pinggiran,

yaitu kehidupan para warga kampung kardus.

Plot/Alur

Drama “Kampung Kardus” menggunakan alur maju. Bisa

disimpulkan dari jalannya cerita/drama tersebut, yaitu :

a. Pengenalan/Eksposisi.

Pengenalan tokoh dalam drama “Kampung Kardus” diawali dengan

prolog lalu dengan dialog yang dipaparkan para pemainnya. Drama ini

dibuka dengan percakapan dua orang saudara yaitu Siti yang duduk di

sekolah dasar dan kakaknya, Ijah yang bekerja sebagai pemulung.

Dilanjutkan dengan keluh kesah Ijah dengan kehidupaannya yang

disambut ketidaksetujuan ibunya. Lalu percakapan tokoh lain yakni

Denok, Ijah dan dua orang temannya. Disusul munculnya tokoh-tokoh

lain yaitu seorang kontraktor, Pak Carik, Pak Lurah, Pak Paijo dan

istrinya dan Ibu Denok.

b. Konflik.

Berikut ini adalah konflik-konflik yang muncul pada drama

“Kampung Kardus” :

(a) Konflik bermula saat Denok berkeluh kesah tentang

kehidupannya yang tidak menunjukkan perubahan. Dia bersama

Ijah bertekad untuk merantau ke luar negeri. Namun hal tersebut

tidak mendapat persetujuan dari Ibu Denok dan Ibu Ijah.

Page 9: Apresiasi 4 drama

(b) Surti, yang sudah lama berpacaran jarak jauh mendapat surat dari

kekasihnya yang merantau. Berhubung Surti tidak bisa membaca,

Surti meminta Ijah membacakan isi surat tersebut. Surti menduga

bahwa isi surat tersebut adalah ungkapan kasih sayang kekasihnya

dan niat untuk melamar Surti. Namun, Surti terkejut dan

menangis saat Ijah membacakan isi surat tersebut. Kekasih Surti

meminta putus hubungan karena sudah mempunyai sosok lain

pengganti Surti.

(c) Seorang kontraktor berniat membangun real estate di atas tanah

Kampung Kardus. Lalu, sang kontraktor melakukan negosiasi

dengan Pak Carik (sekretaris desa). Pak Carik tertarik karena

jumlah nominal ganti rugi yang ditawarkan sangat menggiurkan.

c. Komplikasi

Konflik berlanjut ketika Pak Carik bercerita tentang rencana

pembangunan real estate tersebut kepada Pak Lurah. Pak Lurah

ternyata ingin mengambil keuntungan dari pembangunan real estate

itu dengan mengurangi nominal yang akan diberikan kepada

penduduk Kampung Kardus. Di sisi lain, Denok pergi dari rumah

hanya dengan meninggalkan sepucuk surat untuk ibunya. Dia berkata

keluar negeri untuk mencari kerja. Mengetahui hal itu, Ijah justru

melakukan hal yang sama. Pergi keluar negeri bermodal nekat.

d. Klimaks.

Klimaks dari drama ini saat Pak Lurah mengumpulkan penduduk

Kampung Kardus sehubungan dengan pengosongan Kampung Kardus

yang akan dibangun real estate. Karena ganti rugi yang dijanjikan

tidak sesuai, penduduk menolaknya. Karena satu-satunya penduduk

Kampung Kardus yang mengenyam pendidikan adalah Siti, Ibu Siti

mempercayakan Siti sebagai wakil penduduk Kampung Kardus untuk

menyuarakan ketidaksetujuan mereka atas kebijakan Pak Lurah.

Ternyata Siti justru berkonspirasi kepada Pak Lurah yang

Page 10: Apresiasi 4 drama

menyebabkan Kampung Kardus digusur. Siti pun dimarahi oleh

ibunya.

e. Resolusi/Peleraian

Resolusi ini terlihat pada adegan saat Denok pulang dari Korea,

Kampung Kardus tempat tinggalnya dulu kini hanyalah sebuah tanah

kosong. Yang tersisa hanya puing-puing bangunan semi permanen

mereka. Denok bertemu Siti. Siti pun menceritakan kronologi

penggusuran kampung mereka.

f. Penyelesaian.

Pada tahap ini, Siti merasa ditipu oleh janji manis Pak Lurah.

Akhirnya, Siti pun menyesali perbuatannya. Tinggalah dia dan Denok

yang menangis tersedu di atas tanah lapang bekas kampung mereka.

Perwatakan/Karakter Tokoh

Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya

di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:

1. Antagonis, tokoh utama berperilaku jahat. Dalam drama ini yang

menjadi tokoh antagonis adalah Siti dan Pak Lurah

2. Protagonis, tokoh utama berperilaku baik. Protagonis dalam drama ini

adalah Ibu Ijah.

3. Tritagonis, tokoh yang berperan sebagai tokoh pembantu. Dalam

drama ini yang menjadi tokoh tritagonis adalah Denok, Ibu Denok,

Surti dan Neneng, serta Pak Paijo dan istrinya.

Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27)

berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi

menjadi 3 macam juga, yaitu:

1. Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita.

Dalam drama “Rumah Kardus” dibawakan Siti.

2. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau

protagonis. Dalam drama tersebut adalah Pak Lurah dan Ibu Siti.

Page 11: Apresiasi 4 drama

3. Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita

dalam alur cerita. Di dalam drama ini ada Denok, Ibu Denok, Surti

dan Neneng, serta Pak Paijo dan istrinya.

Tokoh-tokoh drama tersebut memberikan penjelasan mengenai

identitasnya. Selain itu, watak tokoh drama terbaca dalam dialog, gerak-

gerik, suara, jenis kalimat, dan ungkapan yang digunakan.

Page 12: Apresiasi 4 drama

Dialog

Ada dua macam teknik dialog yag digunakan dalam drama ini,

yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam

bentuk prolog dan epilog. Prolog dalam drama ini disajikan dalam bentuk

gerak dan lagu berupa gambaran tentang warga kampung kardus. Epilog

berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau

menafsirkan maksud karya drama tersebut, dalam drama ini berupa kisah

akhir dari cerita yang berupa luapan perasaan bersalahnya Siti, kesedihan

Denok dan kewarasan Surti yang hilang. Drama ini menggunakan prolog

dan epilog yang dikemas secara menarik.

Latar/Setting

Latar tempatnya adalah pemukiman kumuh di Kampung Kardus.

Sedangkan latar waktunya kmayoritas pada siang hari.

Bahasa 

Bahasa yang dipilih pada umumnya adalah bahasa yang mudah

dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam

kehidupan keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan,

sosial budaya, dan pendidikan.

Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk

menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi

di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini

seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan

yang ada dalam tata bahasa baku. Hal tersebut juga berlaku dalam drama

“Rumah Kardus”. Dengan dialek Jawa yang kental serta kata-kata yang

tidak baku justru menjadi daya tarik tersendiri, tanpa mengesampingkan

pokok cerita.

Interpretasi 

Page 13: Apresiasi 4 drama

Dalam pementasan drama tersebut telah diperlihatkan bahwa akar

dari drama tersebut mengandung unsur cerita yang diangkat dari masalah

sosial yang kerap terjadi pada kehidupan sehari-hari.

Page 14: Apresiasi 4 drama

Amanat 

Menurut penulis, drama “Kampung Kardus” memberikan banyak

nasihat yang tersirat, diantaranya :

1) Hidup bukan hanya semata untuk mengejar harta.

2) Keserakahan akan merugikan diri sendiri dan sesama.

3) Untuk mencapai sebuah kesuksesan, memang banyak pengorbanan

yang dilakukan. Akan tetapi, ujung dari sebuah usaha dan doa adalah

takdir. Maka, bersyukur dengan nikmat-Nya adalah yang utama.

2.

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “PETUALANGAN SHERUNI”

A. Deskripsi drama

“Petualangan Sheruni” merupakan drama kedua yang dipertunjukkan

oleh mahasiswa kelas 7B PGSD FKIP UNS pada hari Sabtu, 04 Januari 2014

di Taman Budaya Jawa Tengah Kota Surakarta. Drama ini mengusung cerita

rakyat dari Jawa lengkap dengan logat dan atribut Jawa. Tata panggung,

lighting, tata suara dan tata busana sudah bagus. Berbeda dengan drama

sebelumnya yang mengantarkan penikmat drama pada jaman modern, drama

kedua ini justru membawa penonton ke masa lampau dan mengajak penonton

membayangkan kejadian tersebut dalam kenyataan. Drama “Petualangan

Sheruni” sukses mengundang tawa dan respon penonton. Cerita dikemas ke

dalam bentuk yang komunikatif dengan perpaduan yang pas.

B. Unsur Intrinsik Drama

Judul : Petualangan Sheruni

Seorang bayi perempuan yang ditemukan bocah gemblung di sungai

yang kemudian oleh Mbok Kedah diangkat menjadi anak dan diberi nama

Sheruni.

Page 15: Apresiasi 4 drama

Tema : Kesabaran

Selama hidupnya, Sheruni selalu sabar menghadapi perlakuan buruk

teman-temannya. Ia selalu sabar dan menerima bahkan tetap bersikap baik

kepada mereka dan akhirnya kejadian tersebut membawa ia pada kedua

orang tua kandung yang telah mencarinya selama 10 tahun.

Amanat

a. Konsisten dalam bersabar maka akan berbuah kebahagiaan.

b. Kawan bisa menjadi lawan dan lawan bisa pula menjadi kawan.

Siapapun mereka, tetaplah bersikap baik.

c. Persahabatan bukan tentang perbedaan namun penerimaan.

d. Penyesalan dan permintaan maaf selalu muncul di akhir.

Alur : Maju

Drama menceritakan mulai dari Sheruni saat masih bayi yang

ditemukan di sungai lalu 10 tahun kemudian belajar di padepokan desa

Suka Makmur. Ia bersama teman-temannya yang selalu bersikap kurang

baik mengikuti sayembara dari utusan untuk mencari buah kesemak emas.

Akhirnya Sheruni yang memenangkan dan mengantarkan ia pada kedua

orang tua kandungnya. Alur dibagi menjadi beberapa babak dan adegan :

babak yaitu yang ditandai oleh perubahan setting atau latar.

adegan merupakan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh.

Setiap pergantian babak biasanya di iringi musik dan lampu

dimatikan. Para pemain berada di sisi kiri atau kanan panggung untuk

memudahkan mereka masuk ke panggung. Pada pembukaan dan

penutupan drama, selalu ada tarian yang diiringi musik serta nyanyian oleh

pemain.

a. Pengenalan

Pengenalan tokoh dalam drama “Sheruni” diawali dengan

ditemukannya seorang bayi oleh bocah gemblung yang akhirnya bayi

tersebut diasuh oleh Mbok Kedah. 10 tahun berlalu, bayi kecil tumbuh

menjadi anak gadis bernama Sheruni yang berteman dengan Kumara,

Gendis, Kinanthi dan Sekar yang berperilaku buruk terhadapnya.

Page 16: Apresiasi 4 drama

Mereka diajar seorang guru. Muncul tokoh lain yaitu Utusan, Bu broto,

Pak Broto dan Ibu Peri.

b. Konflik

1. Konflik berawal dari ditemukan seorang bayi yang diberi nama

Seruni. Bu Broto dan Pak Broto sedih karena kehilangan anak.

2. Sheruni dihadapkan pada perlakuan buruk dari teman-temannya

se-padepokan.

c. Komplikasi

1. Saat Sheruni memimpin latihan atas perintah gurunya, ia selalu

diabaikan oleh teman-temannya bahkan ditinggalkan begitu saja.

2. Sheruni selalu disuruh ini dan itu oleh teman-temannya layaknya

pesuruh. Sempat ia menolak tapi dia diancam oleh Kumara yang

akan memecat Mbok Kedah jika Sheruni menolak menuruti

permintaannya.

d. Klimaks

Saat menjalankan tugas bersama teman-temannya yaitu mencari

buah kesemak emas, Kumara bersama Gendis dan Kinanthi

merencanakan untuk mencelakai Sheruni. Gendis dan Kinanthi

bersembunyi sedangkan Kumara pura-pura terluka dan tidak bisa

berjalan. Sheruni membantunya dan saat mereka berdua berjalan

tertatih, Gendis melesatkan anak panah kearah mereka berdua,

bukannya Sheruni yang celaka namun justru Kumara-lah yang terkena.

Saat semua sudah berkumpul, satu sama lain saling menyalahkan dan

bertengkar.

e. Resolusi

Kumara, Gendis, Sekar dan Kinanthi meminta maaf pada

Sheruni dan mereka mendapatkan buah kesemak yang mereka cari.

f. Penyelesaian

Mereka kembali ke padepokan dan memberikan buah kesemak

emas kepada gurunya. Di padepokan telah hadir utusan, Mbok Kedah,

Pak Broto dan Bu Broto. Utusan mengumumkan bahwa Sheruni telah

Page 17: Apresiasi 4 drama

memenangkan sayembara. Mbok Kedah memberitahu Sheruni bahwa

Bu Broto dan Pak Broto adalah orang tua kandungnya. Sheruni kaget

dan tak percaya begitu pula teman-temannya yang mengetahui ternyata

Sheruni anak dari orang terpandang. Mbok Kedah menceritakan

kejadian sebenarnya dan akhirnya Sheruni kembali pada orang tua

kandungnya.

Tokoh dan Penokohan

a. Tokoh

1) Antagonis : Kumara, Gendis, Sekar, Kinanthi

2) Protagonis : Sheruni, Mbok Kedah, Bu Broto, Pak Broto

3) Tritagonis : Bocah Gemblung, Guru, Ibu Peri, Utusan

b. Penokohan

1) Sheruni : penyabar, ikhlas menerima, pandai, tulus suka menolong

dan sayang Mbok Kedah. Sheruni tetap baik terhadap teman-

temannya yang bersikap buruk terhadapnya, ia tetap menyayangi

Mbok Kedah walaupun ia sudah tahu orang tua kandungnya.

2) Mbok Kedah : sayang terhadap Sheruni, ikhlas, baik. Mbok Kedah

mengasuh Sheruni sejak bayi dan menganggap Sheruni layaknya

anak kandung. Ia tetap menganggap Sheruni sebagai anaknya

walalupun harus mengembalikan Sheruni pada orang tua

kandungnya.

3) Bu Broto : rapuh, taat dan percaya pada suami. Bu Broto selalu

menangis merindukan anaknya yang hilang namun ia menuruti dan

mempercayai kata-kata Pak Broto agar selalu berdoa dan yakin

anaknya akan segera ditemukan.

4) Pak Broto : Tawakal, teguh dan yakin, berwibawa,

bertanggungjawab. Pak Broto bersemedi mencari wangsit atau

petunjuk mengenai anaknya dan meyakini anaknya segera

ditemukan.

5) Kumara : iri, dengki, jahat dan egois. Kumara memperlakukan

Sheruni dengan seenaknya bahkan ia berusaha mencelakai Seruni.

Page 18: Apresiasi 4 drama

6) Gendis : kemayu, feminin dan jahat. Gendis selalu bersolek dan

bertingkah kemayu namun dibalik sifat femininnya ia membantu

Kumara dalam mencelakai Sheruni.

7) Sekar : acuh tak acuh. Sekar tidak begitu peduli dengan Sheruni

maupun sikap temannya yang lain. Ia bertindak semaunya sendiri.

8) Kinanthi : konyol, jahat dan ceroboh. Kinanthi membantu Kumara

dalam mencelakai Sheruni. Tingkahnya konyol dan ceroboh.

9) Bocah Gemblung : gila. Gadis tersebut mengalami gangguan jiwa.

10) Guru : pandai dan peduli terhadap murid. Guru di padepokan

tempat Sheruni belajar sangat perhatian pada murid-muridnya,

beliau telaten dalam mengajarkan ilmu.

11) Utusan : lucu, konyol dan netral. Utusan dengan logat dan gayanya

yang lucu dan tidak memihak siapapun.

12) Ibu peri : peduli terhadap kesedihan hati pak Broto. Ibu peri

memberi petunjuk kepada Pak Broto mengenai anaknya yang

hilang.

Dialog

a. Prolog (Percakapan Pembuka)

Sebelum masuk ke cerita, seseorang menceritakan suasana dan

tempat cerita serta beberapa potong bagian cerita.

b. Epilog (Percakapan Akhir)

Di akhir drama, ibu peri memberi kesimpulan akhir cerita.

c. Monolog (Percakapan Satu Orang)

Monolog ada di setiap babak. Misalnya saat Pak Broto

bersemedi, Kumara yang berencana jahat atau saat Mbok Kedah

mencuci di sungai.

d. Dialog (Percakapan Antar 2 Orang atau Lebih)

Percakapan anatara dua orang atau lebih terjadi dalam setiap

babak dan sebagian merupakan dialog.

Page 19: Apresiasi 4 drama

Latar

a. Tempat : Desa Suka Makmur

b. Waktu : Suatu jaman yang tidak diketahui keberadaannya,

10 tahun kemudian.

c. Suasana :

Membingungkan : ketika Mbok Kedah mengambil bayi dari bocah

gemblung dan tidak tahu bayi itu milik siapa,

akhirnya dianggapnya sebagai anak.

Menyedihkan : Bu Broto menangis merindukan anaknya yang

hilang.

Lucu : Utusan datang dengan membawa pengumuman

penting dengan gaya nyentriknya dan setiap ibu

peri muncul dengan logat dan gaya bicara yang

konyol.

Menyeramkan : Sheruni dan teman-temannya masuk ke dalam

hutan dengan mengendap-endap waspada.

Mengharukan : Sheruni bertemu dengan orang tua kandungnya.

Membahagiakan : Sheruni memenangkan lomba sebagai murid

teladan.

Bahasa

Bahasa yang digunakan para pemain dalam drama adalah bahasa

Indonesia, bahasa dengan istilah gaul jaman sekarang dan bahasa Jawa.

Bahasa Indonesia yang digunakanpun tidak sepenuhnya baku, ada

beberapa bagian cerita yang pemainnya menggunakan bahasa Indonesia

tidak baku.

Interpretasi

Drama mengusung cerita rakyat yang berlatar budaya Jawa

beserta kehidupan orang Jawa dengan segala atribut serta unggah-ungguh

orang Jawa.

Page 20: Apresiasi 4 drama

3.

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “I NEED YOU”

A. Deskripsi Drama

“I Need You” adalah drama ketiga yang dipertunjukkan oleh

mahasiswa kelas 7C PGSD FKIP UNS pada hari Sabtu, 04 Januari 2014 di

Gedung Arena Teater Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Surakarta.

Pertunjukan drama terseut dihadiri oleh banyak penonton, terlihat dari kursi

penonton yang hanya sangat sedikit sekali terlihat kosong. Drama ini

mengangkat kisah tentang para hewan yang berkontroversi tentang keadaan

hutan, pemerintahan, dan masalah dengan pemburu.

B. Unsur Intrinsik Drama

Judul

Drama yang dipentaskan oleh mahasiswa kelas 7A PGSD FKIP

UNS ini berjudul “Rumah Kardus”. Singkat dan menarik. Sebuah judul

yang mampu menyentuh hati. Mengangkat kehidupan orang-orang yang

jauh dari sentuhan modernisasi.

Tema

Tema yang dari drama ini adalah kesetiakawanan. Tercermin

dalam usaha keras para hewan dalam menyelamatkan hewan-hewan

lainnya dari tangkapan para pemburu, meskipun hewan tersebut juga

merupakan hewan yang ingkar janji.

Plot/Alur

Pada umumnya, alur cerita ini dapat dibagi menjadi beberapa yaitu 

pengenalan, pertikaian/konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan, 

penyelesaian. Drama “I Need You” menggunakan alur maju.

a. Pengenalan/Eksposisi.

Page 21: Apresiasi 4 drama

Pengenalan tokoh dalam drama “I Need You” diawali dengan prolog

yang diucapkan oleh seseorang seolah-olah tokoh sedang membaca

buku cerita, yang kemudian tertidur hingga bermimpi tentang cerita

yang sedang dibacanya. Kemudian dilanjutkan dengan dialog para

pemainnya. Drama ini dibuka dengan pidato dari Sang Raja Hutan

(singa) di depan para hewan, yaitu 2 ekor kera, 2 ekor penguin, zebra,

jerapah dan kuda nil, atas terpilihnya singa menjadi raja yang ke

sekian kali, kemudian disusul janji sang raja untuk tidak memakan

daging karena hal tersebut termasuk memakan rakyatnya sendiri.

b. Konflik.

Konflik bermula saat sang Raja Singa tiba-tiba menerkam zebra ketika

terjadi kemelut antara para hewan. Namun tiba-tiba singa dan zebra

ditembak oleh pemburu hingga terkapar dan kemudian dibawa oleh

para pemburu.

c. Komplikasi.

Konflik berlanjut ketika setelah kejadian hilangnya Sang Raja

diketahui ternyata Raja Singa menerkam zebra, lantas rakyatpun

marah, mereka marah karena Raja Singa telah melanggar janjinya

sendiri yaitu dengan tidak memakan daging. Kemudian para rakyat

berunding dan saling mencalonkan diri untuk menjadi pengganti Raja

Singa sebagai pemimpin hutan. Akhirnya dipilihlah Kera Unyuk

sebagai pengganti raja dengan beberapa pertimbangan dan dipilih oleh

Burung Hantu sebagai penasehat kerajaan hutan.

d. Klimaks.

Klimaks dari drama ini dimulai ketika Jerapah marah karena Kera-lah

yang terpilih sebagai pemimpin hutan, padahal Jerapah merasa dirinya

lebih baik dari pada Kera. Lalu Jerapahpun pergi ke tengah hutan.

Tiba-tiba ia ditembak oleh pemburu dan dibawa pergi. Para hewan

yang mengetahui hal tersebut segera bergegas untuk menyelamatkan

Jerapah, namun Kera Unyuk bersikeras untuk berusaha sendirian

Page 22: Apresiasi 4 drama

menyelamatkan Jerapah. Saat Kera pergi sendirian ke tengah hutan,

tiba-tiba ia juga ditembak oleh para pemburu.

e. Resolusi/Peleraian.

Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan keluar

penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas.

Resolusi dari drama ini saat para hewan berkumpul untuk membangun

strategi dalam menghadapi para pemburu. Setelah rencana selesai,

para hewan memulai aksinya, mereka menjebak salah satu pemburu

dan dibawa ke tengah hutan. Kemudian pemburu lainnya diserang

beramai-ramai oleh para hewan hingga akhirnya kalah.

f. Penyelesaian.

Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan cerita selesai.

Pada tahap ini, para hewan akhirnya bebas dari para pemburu.

Merekapun membebaskan teman-teman mereka satu per satu dan

bergembira. Sang Raja Singa mengakui perbuatannya dan berjanji

untuk tidak memakan daging lagi.

Perwatakan/Karakter Tokoh

Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya

di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:

1) Antagonis, tokoh utama berperilaku jahat. Dalam drama ini yang

menjadi tokoh antagonis adalah Para Pemburu.

2) Protagonis, tokoh utama berperilaku baik. Protagonis dalam drama

ini adalah Raja Singa.

3) Tritagonis, tokoh yang berperan sebagai tokoh pembantu. Dalam

drama ini yang menjadi tokoh tritagonis adalah Burung Hantu,

Kuda Nil, Jerapah, Zebra, 2 ekor kera, dan 2 ekor penguin.

Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27)

berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi

menjadi 3 macam juga, yaitu:

Page 23: Apresiasi 4 drama

1) Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita.

Dalam drama “ I Need You”, tokoh sentral diperankan oleh

Singa dan Burung Hantu.

2) Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis

atau protagonis. Dalam drama tersebut adalah para pemburu serta

Jerapah.

3) Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap

penderita dalam alur cerita. Di dalam drama ini adalah Zebra, Kuda

Nil, 2 ekor Kera, dan 2 ekor Penguin.

Dialog

Drama ini menggunakan prolog dan epilog yang menarik, karena

dikemas dalam penyampaian yang berbeda seolah-olah drama tersebut

terjadi di dalam mimpi sang anak.

Latar/Setting

Latar tempat dari drama “I Need You” adalah sebuah hutan

belantara. Sedangkan latar waktunya mayoritas terjadi pada siang hari.

Bahasa 

Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk

menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi

di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini

seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan

yang ada dalam tata bahasa baku. Hal tersebut juga berlaku dalam drama

“I Need You”. Dengan dialek Jawa yang ercampur dengan bahasa

Indonesia yang cenderung medok serta menggunakan beberapa kosa kata

yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, namun tidak

mengesampingkan pokok cerita.

Interpretasi 

Penulis naskah drama selalu memanfaatkan kehidupan masyarakat

sebagai sumber gagasan dalam menulis naskah drama. Naskah yang

Page 24: Apresiasi 4 drama

ditulisnya dapat dipertanggungjawabkan, terutama secara nalar. Artinya

ketika naskah drama tersebut dipentaskan akan terasa wajar, logis, tidak

janggal dan tidak aneh. Bahkan harus diupayakan menyerupai kehidupan

yang sebenarnya dalam masyarakat.

Jadi meskipun drama “I Need You” termasuk fabel, namun cerita

yang disajikan tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari.

Amanat 

Menurut penulis, drama “I Need You” memberikan banyak nasihat

yang tersirat, yaitu :

1. Tindakan melanggar janji akan berakibat buruk di kemudian hari.

2. Rakyat harus tetap setia kepada pemimpinnya meskipun pemimpinnya

pernah berbuat kesalahan.

3. Harus saling memaafkan.

4. Saling tolong menolong untuk mencapai hasil yang lebih baik.

5. Menerima keputusan bersama dan tidak menganggap terbaik keputusan

sendiri.

6. Saling menghargai dan toleransi.