Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

17
ETIKA PROFESI Pelanggaran Kode Etik “Apotek Panel” DISUSUN OLEH : Hastuti (21762000) Herlin Susanti (12762000) Hanifah Ghanim (12762105) Ika Puspitasari (12762106) Ismi Faridah (12762107) Jasmi Harjo (21762000) Lazwardy Perdana Putra (12762000) Listiana Sari (21762000) PROGRAM PROFESI APOTEKER

Transcript of Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

Page 1: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

ETIKA PROFESI

Pelanggaran Kode Etik “Apotek Panel”

DISUSUN OLEH :

Hastuti (21762000)

Herlin Susanti (12762000)

Hanifah Ghanim (12762105)

Ika Puspitasari (12762106)

Ismi Faridah (12762107)

Jasmi Harjo (21762000)

Lazwardy Perdana Putra (12762000)

Listiana Sari (21762000)

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2012

Page 2: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

PENDAHULUAN

Apotek merupakan suatu sarana tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan dan sarana

tempat penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Tugas dan fungsi apotek adalah

tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang

melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,  pencampuran  dan penyerahan obat, dan

sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan

masyarakat secara meluas dan merata (Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980).

Penanggung jawab apotek adalah apoteker, yaitu sarjana farmasi yang telah lulus

ujian apoteker dan mengucapkan sumpah profesi. Apoteker berkewajiban menjamin pasien

yang berkunjung ke apotek mengerti dan memahami serta mematuhi cara menggunakan obat

sehingga diharapkan penggunaan obat secara rasional dapat ditingkatkan (Binfar Depkes RI,

2006). Pelayanan kefarmasian yang baik akan mendukung keberhasilan suatu terapi.

Keberhasilan terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat,

tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien untuk mengikuti terapi yang ditentukan.

Kepatuhan pasien antara lain ditentukan oleh pelayanan informasi obat yang diberikan

(Binfar Depkes RI, 2006).

       Salah satu fungsi dan tanggung jawab apoteker adalah memberikan informasi obat

kepada pasien yang berkunjung ke apotek untuk meningkatkan kepatuhan agar tujuan terapi.

Persepsi pengunjung apotek terhadap sehat-sakit berhubungan erat dengan perilaku pencarian

informasi pengobatan sehingga akan mempengaruhi efektivitas pelayanan   informasi obat di

apotek (Notoadmodjo, 2007).

        Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,

rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif dan terkini oleh apoteker kepada

pasien dan masyarakat yang membutuhkan. Tujuan informasi obat adalah meningkatkan

keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan resiko efek samping.

Manfaat pelayanan informasi bagi apoteker adalah menjaga citra profesi sebagai bagian dari

pelayanan kesehatan, mewujudkan pelayanan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi,

menghindari medication error dan pelayanan untuk menarik pelanggan dalam upaya

memasarkan pelayanan (Binfar, 2006)

Jalur Distribusi obat keras yang benar adalah dari pabrik obat -> PBF -> Apotek ->

Dokter. Dari PBF langsung ke dokter tanpa lewat Apotek menyalahi peraturan tentang jalur

Page 3: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

distribusi, maka terjalinlah kerjasama antara PBF dan Apotek untuk mendistribusikan obat-

obatan kepada Dokter, apotek menjadi perpanjangan tangan PBF yang disebut apotek panel.

Apotek panel adalah apotek yang bekerjasama dengan PBF dalam mendistribusikan

obat keras kepada pihak-pihak yang diinginkan oleh PBF yaitu : Dokter, Rumah sakit tanpa

apoteker, poliklinik tanpa apoteker, paramedik, toko obat, dan perorangan/freelancer. Dengan

praktek apotek panel ini, praktek dokter/praktek bidan/praktek perawat (yang tidak pernah

diakui memiliki kompetensi melakukan pekerjaan kefarmsian) mendapatkan obat dan

memberikan obat kepada pasien (dispensing)tanpa pengawasan dari seorang yang

berkompetensi dibidang layanan kefarmasian.

Persoalan apotek panel memang sudah lama menjadi penyakit kronis yang luput dari

pengawasan lembaga pemerintahan yang berwenang dan ditugaskan untuk itu seperti Balai

Pengawasan Obat danMakanan (BPOM) dan Kementrian Kesesehatan/ Dinas

Kesehatan.Sesungguhnya praktik apoteker panel ini sudah semakin parah dengan peredaran

uang mencapai 15 trilyun rupiah per tahun dari total peredaran obat 45 trilyun rupiah per

tahun (sekitar 25% darisemuapenjualanobat) di Indonesia.

Dari hal tersebut timbul pertanyaan, boleh atau tidak apotek panel itu? Apakah apotek panel

itu melanggar UU dan kode etik? Maka sebagai calon apoteker kita harus mengetahui

peraturan-peraturan yang mengatur tentang distribusi obat yang benar.

Page 4: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Macam-Macam Apotek Panel

Page 5: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)
Page 6: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

2. Sumpah Apoteker

1. Saya bersumpah/berjanji akan membaktikan hidup saya guna kepentingan

perikemanusiaan terutama di bidang kesehatan.

2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan

keilmuan saya sebagai apoteker.

3. Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kefarmasian saya

untuk sesuatu yang bertentangan dengan hokum perikemanusiaan.

4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan

tradisi luhur jabatan kefarmasian.

5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh

supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,

kepartaian atau kedudukan sosial.

6. Saya ikrar sumpah /janji ini dengan sungguh-sungguh dengan penuh keinsyafan.

3. Kode Etik Profesi

Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membatasi,mengatur,dan 

sebagai petunjuk bagi apoteker dalam menjalankan profesinya secara baik dan benar serta

tidak melakukan perbuatan tercela. Berdasarkan Permenkes No. 184 tahun 1995 pasal 18

disebutkan bahawa apoteker dilarang melakukan perbuatan yang melanggar kode etik

apoteker. Oleh karena itu apoteker harus memahami isi kode etik apoteker.

Kewajiban apoteker berdasarkan kode etik terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu :

1. Kewajiban apoteker terhadapa pasien

2. Kewajiban apoteker terhadap teman sejawat

3. Kewajiban apoteker terhadap sejawat petugas kesehatan lain.

BAB I

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari

keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan

kefarmasian.

Page 7: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

BAB IIIKEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10

Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan.

Pasal 11

Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi

ketentuan-ketentuan Kode Etik.

Pasal 12

Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama

yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian,

serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

4. PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan kefarmasian

Page 8: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

5. Per MenKes RI

Per Menkes RI No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan berbentuk

badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat

dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan

4. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan

sediaan farmasi dan alat kesehatan baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan,

atau pemindahtanganan;

BAB IV

PEREDARAN

Bagian Pertama

Umum

Pasal 6

Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan terdiri dari penyaluran dan penyerahan.

Pasal 7

Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan upaya

pemeliharaan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Pasal 8

(1) Setiap pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam rangka peredaran harus

disertai dengan dokumen pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

(2) Setiap pengangkut sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam rangka peredaran,

bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen pengangkutan sediaan farmasi dan alat

kesehatan.

Penyaluran

Pasal 15

(1) Penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh:

a. badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur dari Menteri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyalurkan sediaan farmasi

yang berupa bahan obat, obat dan alat kesehatan;

Page 9: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

b. badan usaha yang telah memiliki izin sebagai penyalur sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku untuk menyalurkan sediaan farmasi yang berupa obat

tradisional dan kosmetika.

Bagian Kelima

Penyerahan

Pasal 16

(1) Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilakukan untuk digunaka dalam

pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.

(2) Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk digunakan dalam pelayanan

kesehatan dilakukan berdasarkan:

a. resep dokter;

b. tanpa resep dokter.

Per Menkes RI Tentang Pedagang Besar Farmasi No. 918/Menkes/Per/X/1993

B A B V

TATA CARA PENYALURAN PERBEKALAN FARMASI

Pasal 14

1. Pedagang Besar Farmasi dilarang menjual perbekalan farmasi secaraeceran,

baik ditempat kerjanya atau ditempat lain.2. Pedagang Besar Farmasi

dilarang melayani resep Pasal 15

Pedagang Besar Farmasi dilarang melakukan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran

narkotika dan psikotropika tanpa izin khusus dari Menteri.

Pasal 16

Pedagang Besar Farmasi hanya melaksanakan penyaluran obat keras kepada Pedagang Besar Farmasi, apotik

dan rumah sakit serta institusi yang di izinkan berdasarkan. Surat Pesanan yang ditanda tangani

Apoteker Pengelola Apotik atau Apoteker penanggungjawab Pedagang Besar

Farmasi atau Apoteker penanggungjawab unit yang di izinkan oleh Menteri.

Page 10: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

Pasal 17

 1 . P e d a g a n g B e s a r F a r m a s i w a j i b m e m b u k u k a n d e n g a n l e n g k a p s e t i a

pengadaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi sehingga dapat

dipertanggungjawabkan setiap saat dilakukan pemeriksaan sesuaidengan ketentuan yang

dimaksud Pasal 9 ayat (4).

2. P e m b u k u a n d i m a k s u d a y a t ( 1 ) m e n c a k u p S u r a t

P e s a n a n , F a k t u r P e n e r i m a a n , F a k t u r P e n g i r i m a n d a n

P e n y e r a h a n , k a r t u p e r s e d i a a n digudang maupun di kantor Pedagang

Besar Farmasi

Distribusi Obat yang Benar

Pabrik Farmasi dapat menyalurkan hasil produksinya langsung ke PBF, Apotik, Toko

Obat dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.

(Permenkes 918/Menkes/Per/X/1993)

Apotik dilarang membeli atau menerima bahan baku obat selain dari PBF Penyalur

Bahan Baku Obat PT. Kimia Farma dan PBF yang akan ditetapkan kemudian.

(Permenkes 287/Menkes/SK/XI/76 ttg Pengimporan, penyimpanan dan penyaluran

bahan baku obat)

6. Edaran Larangan Praktek Panel

Page 11: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

PEMBAHASAN

Jalur Distribusi obat keras yang benar adalah dari pabrik obat -> PBF -> Apotek ->

Dokter. Dari PBF langsung ke dokter tanpa lewat Apotek menyalahi peraturan tentang jalur

distribusi, maka terjalinlah kerjasama antara PBF dan Apotek untuk mendistribusikan obat-

obatan kepada Dokter, apotek menjadi perpanjangan tangan PBF yang disebut apotek panel.

Praktik apotek panel merupakan praktik kerjasama antara salesman obat

(PedagangBesarFarmasi/PBF) yang berkepentingan menjual obat keras, apoteker yang diberi

kewenngan (oleh Negara melaluiperundang-undangan) memesan dan mendistribusikan obat

melalui surat pesanan( SP), dan praktik dokter, praktik bidan, praktik perawat yang

memerlukan obat tersebut untuk dijual kembali.

Apotek panel terjadi karena apoteker melupakan tanggung jawab profesinya demi

mendapatkan keuntungan dari adanya Apotek panel. Dampak dari apotek panel tersebut

antara lain :

Profesi lain akan tetap dispensing karena kebutuhan obatnya selalu terpenuhi.

Page 12: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

Peran apoteker dalam pharmaceutical care tidak ada.

Apotek tidak dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang semestinya (hanya bisa

menjual obat-obat bebas/otc dan tidak mendapatkan resep dari dokter), merugikan apotek

lain trutama apotek kecil yang terkadang pemiliknya adalah teman sejawat.

Masyarakat tidak mendapatkan KIE dengan benar terkait obat yang di dapatkan dari

profesi lain, DRP tidak dapat ditelusuri oleh dokter.

Tidak termonitornya sirkulasi peredaran obat, sehingga hal tersebut dilarang, karena

dimungkinkan adanya pelanggaran tata cara pendistribusian obat. Terhitung mulai tanggal 19

Juni 2011, Ikatan Apoteker Indonesia menyatakan praktek apotek panel dilarang dan bagi

apoteker yang masih melakukan praktik tersebut terancam sanksi pencabutan rekomendasi

izin praktek apotekernya. Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia mengambil sikap sebagai

berikut :

1. Melarang Praktik PANEL dalam segala bentuknya baik oleh apoteker dan atau Rumah

Sakit bersama dengan distributor (PBF).

2. Agar pengurus daerah dan atau pengurus cabang dapat merumuskan dan mengambil

langkah sistemik / strategic dalam rangka mencegah praktek PANEL.

3. MEngambil tindakan tegas kepada sejawat apoteker yang terbukti melakukan praktek

PANEL dengan sanksi maksimal pencabutan rekomendasi baik bagi apoteker/ Rumah

sakit maupun apoteker PBF.

Sebagai begian dari fungsi pembinaan anggota oleh asosiasi profesi

farmasis/apoteker di Indonesia untuk anggotanya di Seluruh Indonesia sebagaimana diakui

Negara dengan Peraturan PemerntahNomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefamasian,

tindakan dan sanksi tegas bagi apoteker memang diperlukan dan menjadi kebutuhan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Apotek panel terjadi karena apoteker melupakan tanggung jawab profesinya demi

mendapatkan keuntungan dari adanya Apotek panel.

2. Apotek panel sangat merugikan apotek lain terutama apotek kecil.

3. Apotek panel dilarang dan bagi apoteker yang masih melakukan praktik tersebut

terancam sanksi pencabutan rekomendasi izin praktek apotekernya

Saran

Page 13: Apotek Panel (Pelanggaran Kode Etik)

1. Praktik apotek dan bisnis farmasi harus ditertibkan.

2. Masih banyak praktik bisnis curang lainnya diseputaran bisnis farmasi yang perlu

dibenahi oleh pihak-pihak yang diberi kewenangan oleh negara untuk itu seperti

Badan/Balai POM dan Kementrian Kesehatan/ Dinas Kesehatan.

3. Diberikan sanksi yang tegas terhadap oknum-oknum yang melakukan apotek panel.

4. Apoteker lebih menjung tinggi kode etik profesi sehingga dapat menjauhkan diri dari

usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi

luhur jabatan kefarmasian serta meemperlakukan teman sejawat seperti dia inging

diperlakukan.