APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA...
Transcript of APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA...
APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA KERUNTUHAN
BENDUNGAN MUKA KUNING, BATAM
J U R NA L
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akhir
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST.)
Disusun oleh :
Sona Gusti Aniskurlillah
NIM. 105060400111023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2014
LEMBAR PERSETUJUAN
APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA KERUNTUHAN
BENDUNGAN MUKA KUNING, BATAM
J U R NA L
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akhir
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST.)
Disusun oleh :
SONA GUSTI ANISKURLILLAH
NIM. 105060400111023
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I
Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT
NIP. 19700721 200012 1 001
Dosen Pembimbing II
Dr. Runi Asmaranto, ST., MT
NIP. 19710830 200012 1 001
APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA KERUNTUHAN
BENDUNGAN MUKA KUNING, BATAM
Sona Gusti Aniskurlillah
1, Pitojo Tri Juwono
2, Runi Asmaranto
2
1Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
ABSTRAK Bendungan, selain membawa manfaat yang sangat besar, juga merupakan bangunan yang
berisiko tinggi. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2010 tentang Bendungan disebutkan
bahwa setiap bendungan harus dilengkapi dengan dokumen rencana tindak darurat dalam rangka
antisipasi penyelamatan jiwa dan harta benda apabila terjadi keruntuhan bendungan.
Simulasi analisa keruntuhan bendungan pada penelitian ini menggunakan program Zhong Xing
HY21. Disini, skenario keruntuhan terjadi akibat overtopping dan piping, sementara debit inflow yang
digunakan adalah Probability Maximum Flood (PMF). Dengan bantuan program tersebut, dapat
diketahui hidrograf outflow banjir dan peta genangan banjir yang akan terjadi jika bendungan
mengalami keruntuhan. Hubungan antara jarak dan elevasi muka air banjir serta jarak dan waktu
puncak banjir dapat digambarkan dengan persamaan empiris regresi yang didasari oleh hasil running
program Zhong Xing HY21.
Penelitian ini menghasilkan angka debit inflow maksimum sebesar 463,60 m3/detik dan debit
outflow maksimum 3454,88 m3/detik yang terjadi pada saat skenario overtopping. Selain itu, dampak
genangan banjir terluas adalah 18,94 km2, waktu datang banjir tercepat adalah 0,23 jam, waktu puncak
banjir tercepat adalah 1,17 jam, serta waktu surut banjir terlama adalah 24 jam. Kemudian, hubungan
antara jarak–waktu puncak banjir digambarkan dengan persamaan y = 7E-12
x4 - 5E
-08x
3 + 9E
-05x
2 -
0.0353x + 70.091 (y = waktu puncak dalam menit, x= jarak dalam meter) dan hubungan antara jarak–
elevasi muka air banjir digambarkan dengan persamaan y = 2E-12
x4 - 1E
-08x
3 + 3E
-05x
2 - 0.028x + 26.709
(y = elevasi muka air banjir maksimal dalam meter, x= jarak dalam meter). Dari peta genangan banjir,
ditentukan jalur dan lokasi evakuasi pada tiga titik, yaitu Kampung Aceh, Kompleks Batamindo, dan
Kompleks Panbil Industri yang ketiganya berada di Desa Muka Kuning, Kecamatan Sungai Beduk,
Batam.
Kata kunci : Keruntuhan Bendungan, Zhong Xing HY21, Overtopping, Piping, Evakuasi
ABSTRACT The dam construction has big advantages for human life, but it also comes with high risk. In
Government Ordinance Number 37, 2010 about dam has been noted that each dam should be equipped
with emergency action plan document. This regulation purpose to anticipate human safety and property
rescue if the dam collapse occurred.
In this research, dam breaks simulation was using Zhong Xing HY21 program with two
scenarios i.e. overtopping and piping. Inflow which used in simulation is Probability Maximum Flood
(PMF) discharge. The program helps us to know about flood outflow hydrograph and flood inundation
maps caused by dam breaks. The relation between distance and flood water level, also distance and time
peaks shown by empirical regression equation. It based on running result of Zhong Xing HY21 program.
The result of this research obtained maximum inflow discharge is 463,60 m3/second and
maximum outflow discharge is 3454,88 m3/second that occurs during overtopping scenarios. The widest
flood impacts reach 18,94 km2 and the fastest flood arrival time is 0,23 hours. Furthermore, the fastest
flood peak time is 1,17 hours and the longest flood recede time is 24 hours. Then, the relation of distance
and time peaks was described by equation y = 7E-12
x4 - 5E
-08x
3 + 9E
-05x
2 - 0.0353x + 70.091(y = time
peaks in minutes, x = distance in meters). The relation between distance and flood water level was
described by equation y = 2E-12
x4 - 1E
-08x
3 + 3E
-05x
2 - 0.028x + 26.709 (y = flood water level in meters, x
= distance in meters). Based on flood inundation maps, it determined evacuation route and location at
three points, i.e. Kampung Aceh, Kompleks Batamindo, and Kompleks Panbil Industri. These points are
located in Muka Kuning Village, Sei Beduk sub-district, Batam.
Keywords: Dam Breaks, Zhong Xing HY21, Overtopping, Piping, Evacuation
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Selain membawa manfaat yang besar
bendungan juga dapat menimbulkan yang besar
pula. Salah satu risiko yang dapat ditimbulkan
adalah jika bendungan mengalami keruntuhan.
Berdasarkan fakta tersebut maka pada
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010
tentang Bendungan, disebutkan bahwa setiap
bendungan harus dilengkapi dengan Dokumen
Rencana Tindak Darurat (RTD) dalam rangka
antisipasi penyelamatan jiwa dan harta benda,
apabila terjadi keruntuhan bendungan.
Bendungan Muka Kuning memiliki tinggi
16,75 m dan tampungan 9,66 juta m3. Daerah
hilir Bendungan Muka Kuning merupakan
daerah pemukiman padat penduduk dan daerah
industri yang memiliki peran vital dalam hal
ekonomi. Selain itu kondisi bendungan yang
telah lebih dari 10 tahun, jika tidak dirawat
dengan baik akan menambah potensi risiko
kegagalan bendungan. Berdasarkan latar
belakang itulah analisa keruntuhan Bendungan
Muka Kuning perlu dilakukan.
1.2 Identifikasi Masalah
Keruntuhan bendungan yang terjadi akan
mengakibatkan perambatan gelombang banjir
serta bahaya yang ditimbulkan dapat
mengancam kehidupan manusia dan harta
benda, mengingat di bagian hilir Bendungan
Muka Kuning terdapat banyak pemukiman
padat penduduk, industri dengan nilai ekonomi
tinggi, dan bangunan fasilitas umum. Hal ini
dikarenakan minimnya pengetahuan tentang
waktu tempuh banjir dan kedalaman banjir
sehingga peta daerah genangan banjir tidak
tersedia pula.
Parameter yang berpengaruh penting
terhadap banjir yang diakibatkan oleh
keruntuhan bendungan antara lain adalah
kedalaman puncak banjir (Hp), waktu tiba
gelombang banjir (Tb) dan waktu tiba puncak
banjir (Tp). Oleh jarena itu, untuk mengetahui
besarnya nilai parameter tersebut diperlukan
analisis penelusuran banjir sehingga dapat
mengetahui kedalaman maksimal, waktu banjir
puncak dan waktu tiba gelombang banjir. Dari
parameter-parameter tersebut dapat dibuat peta
daerah genangan banjir akibat keruntuhan
Bendungan Muka Kuning, sehingga akan
diketahui luasan genangan, waktu tiba banjir
dan jumlah desa yang terkena dampak
keruntuhan bendungan.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka
masalah-masalah yang akan dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peta genangan banjir yang
terjadi jika Bendungan Muka Kuning
mengalami keruntuhan dengan bantuan
software Zhong Xing HY21 ?
2. Berapakah waktu yang diperlukan
untuk datangnya banjir, waktu puncak,
dan waktu surut banjir ?
3. Bagaimana hubungan antara jarak,
waktu puncak banjir dan elevasi muka
air banjir jika Bendungan Muka
Kuning mengalami keruntuhan ?
4. Berapa desa yang akan tergenang jika
Bendungan Muka Kuning mengalami
keruntuhan dan bagaimana
karakteristik (kedalaman) banjirnya ?
5. Bagaimana rencana tindak darurat
(RTD)/jalur evakuasi bila terjadi banjir
akibat keruntuhan Bendungan Muka
Kuning ?
1.4 Maksud dan Tujuan
Dengan demikian maksud dan tujuan dari
penulisan ini adalah mengetahui sejauh mana
daerah rambatan banjir daerah hilir bendungan
setelah dilakukan simulasi keruntuhan
bendungan meliputi peta banjir, waktu datang
banjir, waktu surut banjir dan hidrograf banjir
sehingga dapat diterapkan untuk bendungan-
bendungan yang lain mengingat software
Zhong Xing HY21 merupakan software baru
dalam melakukan analisa keruntuhan
bendungan.
2 Tinjauan Pustaka
2.1 Curah Hujan Rancangan
Curah hujan rancangan yang akan
digunakan ditentukan berdasarkan hujan
maksimum boleh jadi (PMP) yang dihitung
dengan menggunakan Metode Hersfield
sebagai berikut: (Tim Penyusun BSN, 2004)
(2-1)
dengan :
XPMP : hujan banjir maksimum boleh jadi
: nilai rata-rata hujan/banjir
K : faktor koefisien Hersfield
S : standard deviasi
Hujan rancangan tersebut tidak seluruhnya
masuk kedalam badan sungai, oleh karena itu
untuk mendapatkan hujan efektif (netto), maka
digunakan formula dibawah ini :
(2-2)
dengan :
Rn : hujan efektif / netto (mm)
Rmax : hujan maksimum (mm)
C : koefisien limpasan
2.2 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Rumus yang digunakan dalam perhitungan
HSS Nakayasu adalah sebagai berikut :
(2-3)
dengan:
Qp : debit puncak banjir (m3/detik)
A : luas daerah pengaliran sampai outlet
Ro : hujan satuan (mm)
Tp : tenggang waktu dari waktu permulaan
sampai puncak banjir (jam)
T0,3 : waktu yang diperlukan oleh penurunan
debit, dari puncak sampai 30% dari debit
puncak (jam)
2.3 Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah
Pada rekayasa hidrologi, penelusuran banjir
merupakan teknik penting yang diperlukan
untuk mendapatkan penyelesaian lengkap
mengenai persoalan pengendalian banjir dan
prakiraan banjir. Selama proses penelusuran
banjir berlangsung, jumlah air yang disimpan
sementara didalam waduk disebut reduksi
banjir. Hidrograf outflow dari waduk akan
mempunyai puncak terendah tergantung pada
ukuran waduk dan besarnya kapasitas banjir
yang tersedia. Berikut ini adalah penyajian
gambar hidrograf inflow dan outflow dari hasil
penelusuran banjir pada waduk:
Gambar 2.1 Hidrograf Inflow dan Outflow
Hasil Penelusuran Banjir Pada Waduk
Prosedur penelusuran banjir pada
prinsipnya berdasar pada perhitungan
persamaan kontinuitas massa aliran sederhana
sebagai berikut:
Inflow – outflow = perubahan kapasitas
(2-4)
2.4 Aplikasi Zhong Xing HY21
HY21 merupakan perangkat lunak (Zhong
Xing HY21) berbasis sistem operasi windows
yang dibuat oleh Sinotech Engineering Group,
Taiwan. Salah satu fungsi perangkat lunak ini
adalah untuk mensimulasikan dan
memvisualisasikan rambatan banjir akibat
keruntuhan bendungan. Kemampuan Zhong
Xing HY21antara:
Kesanggupan untuk mensimulasikan
pengaruh alur sungai meandering dalam
dataran banjir yang lebar
Kesanggupan untuk mensimulasikan aliran
subkritis dan super kritis dalam routing yang
sama
Kesanggupan untuk menelusur (routing)
hidrograf tertentu menggunakan dynamic
routing dengan cepat dalam berbagai kondisi
skenario keruntuhan
Kesanggupan simulasi pengaruh backwater
dari kehancuran bendungan yang merambat
lewat pertemuan anak sungai dengan sungai
induknya
Kesanggupan untuk membuat animasi
perjalanan banjir beserta waktu tiba banjir,
waktu puncak banjir, waktu surut banjir dan
kedalaman banjir.
2.5 Analisa Keruntuhan Bendungan
Sebelum mengalami keruntuhan, kegagalan
bendungan biasanya diawali dengan adanya
rekahan. Sebenarnya mekanisme keruntuhannya
tidak begitu dipahami, baik untuk bendungan
urugan tanah maupun bendungan beton,
sehingga digunakan anggapan bahwa
bendungan runtuh secara total dan mendadak.
Pada umumnya, studi analisa keruntuhan
bendungan didasarkan pada dua skenario, yaitu
overtopping dan piping. Didalam analisa
keruntuhan bendungan digunakan beberapa
parameter –parameter sebagai input. Parameter
tersebut ditentukan sendiri oleh pengguna
program dengan mengikuti batasan-batasan
sebagai berikut: Parameter
Tipe Bend.
Bendungan
Urugan
Bendungan
Beton
Bendungan
Pelengkung
Lebar
rekahan
½ hingga 4
x tinggi
bendungan
Beberapa
kali lebar
monolit
Lebar total
bendungan
Lereng
samping
rekahan
0 sampai 1 0
Lereng
dinding lembah
Waktu
keruntuhan
(jam)
0,5 hingga 4 0,1 hingga
0,5
Mendekati
tiba-tiba (0,1
jam)
Elevasi muka
air waduk
pada
keruntuhan
1 sampai 5
ft di atas
puncak
bendungan
10 sampai
50 ft di atas
puncak
bendungan
10 sampai
50 ft di atas
puncak
bendungan
Sumber : Anonim, 1991
3 Metode Penelitian
3.1 Gambaran Lokasi Studi
Bendungan Muka Kuning terdapat pada
DAS Muka Kuning dengan luas DTA 973,73
ha. Secara topografis daerah tangkapan
Bendungan Muka Kuning memiliki kemiringan
relatif datar. Secara klimatologis DAS Muka
Kuning beriklim tropis dengan suhu minimum
udara antara 20,5°-33° C dengan kelembaban
udara 22% - 79% dan curah hujan rata-rata
sebesar 155 mm. Lokasi Bendungan Muka
Kuning dapat ditempuh dengan menelusuri
jalan perkotaan dari Bandara Hang Nadim ke
arah Tenggara sejauh kurang lebih 15 km
melalui Jl Hang Tuah– Jl. Sudirman – Jl.
Ahmad Yani – Jl. Letjen Suprapto.
3.2 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder. Data tersebut
diperoleh dari PT. Catur Bina Guna Persada.
Data-data tersebut adalah sebagai berikut:
Lengkung Kapasitas Waduk
Gambar 3.1 Lengkung Kapasitas Waduk
Bendungan Muka Kuning, Batam
Data curah hujan
Data topografi berupa digital elevation
model (.dem)
3.3 Urutan Pengerjaan
Proses pengerjaan penelitian ini terdiri dari
beberapa tahap berikut ini:
1. Analisa Hidrologi. Pada tahap ini
dilakukan analisis hujan maksimum boleh
jadi (PMP) menggunakan metode Hersfield
dan analisis debit banjir rancangan HSS
Nakyasu. Selain itu, dilakukan juga
penelusuran banjir melalui pelimpah
dengan debit rancangan PMF untuk
mengetahui elevasi maksimum air waduk
pada saat terjadi banjir dan meninjau
keamanan bendungan terhadap bahaya
overtopping.
2. Proses running program. Dikarenakan
program ini bukan merupakan freeware
maka running dilakukan di PT. Catur Bina
Guna Persada, Jakarta Selatan yang telah
memiliki lisensi program dari Sinotech
Engineering Group.
3. Analisis hasil running. Ini merupakan
tahap akhir yang bertujuan untuk
melakukan analisis perilaku banjir, yaitu
waktu tiba banjir, waktu puncak banjir,
waktu surut banjir, dan peta genangan
banjir, serta potongan profil banjir.
4. Hasil Penelitian
4.1 Analisa Hidrologi
Hujan maksimum boleh jadi (PMP) yang
dicari dengan metode Hersfield sesuai SNI
7746:2012 tentang Tata cara penghitungan
hujan maksimum boleh jadi dengan metode
Hersfield. Hasil perhitungan dengan metode
tersebut dijadikan acuan untuk menentukan
probability maximum flood (PMF) metode
Nakyasu.
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum Harian
Tahun Curah Hujan (mm)
1993 90,60
1994 125,00
1995 230,70
1996 84,10
1997 80,30
1998 148,20
1999 98,70
2000 141,70
2001 127,40
2002 228,00
2003 254,30
2004 239,00
2005 145,80
2006 246,30
2007 212,50
2008 117,40
2009 99,30
2010 94,10
2011 279,50
2012 91,70
Sumber : PT. Catur Bina Guna Persada
Dari data curah hujan diatas didapatkan
hasil probibility maximum precipitation (PMP)
sebagai berikut:
mm
mm
Gambar 4.1 Debit Banjir Rancangan PMF HSS
Nakayasu
Dari grafik didapatkan inflow maksimum
sebesar 463,605 m3/detik yang terjadi pada jam
ke-1,12.
4.2 Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah
Pelimpah Bendungan Muka Kuning
menggunakan pelimpah tipe bebas
(uncontrolled spillway) dengan lebar puncak 25
m pada elevasi +25 m.
Gambar 4.2 Hasil Penelusuran Banjir Melalui
Pelimpah
Pada saat banjir PMF terjadi elevasi muka air
waduk mencapai +26,84 m dengan outflow
maksimum 136,02 m3/detik.
4.3 Running Program Zhong Xing HY21
Didalam studi ini, boundary area yang
ditinjau adalah dari hilir bendungan muka
kuning sampai pada estuary dam Duriangkang.
Namun, untuk ekstraksi karakteristik banjir
yang terdiri dari kedalaman, kecepatan, debit,
dan elevasi muka air banjir serta waktu tempuh
banjir hanya ditinjau pada desa Muka Kuning,
Kecamatan Sei Beduk, Batam. Hal ini
dikarenakan desa tersebut merupakan kawasan
padat penduduk. Ekstraksi data pada desa Muka
Kuning akan dibagi kedalam beberapa titik,
yaitu: Muka Kuning Hulu, Muka Kuning Barat,
Muka Kuning Tengah, Muka Kuning Timur,
Muka Kuning Selatan, dan Muka Kuning Hilir.
Skenario keruntuhan bendungan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Overtopping. Bendungan dianggap
mengalami sliding sehingga puncak
bendungan turun menjadi +26,5 m yang
sebelumnya adalah +28,75 m
Piping Atas. Bendungan mengalami
piping yang dimulai pada elevasi muka
air normal +25 m.
Piping Tengah. Bendungan mengalami
piping yang dimulai pada bagian tengah
bendungan +19 m.
Piping Bawah. Bendungan dianggap
mengalami piping dengan elevasi pusat +
14 m.
4.4 Hasil Running Program Zhong Xing
HY21
Dari running yang dilakukan didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. Debit puncak banjir dan waktu
pengosongan waduk untuk berbagai
skenario:
Overtopping 3454,88 m3/detik
dengan waktu pengosongan waduk
17500 detik
Piping atas 3164,09 m3/detik
dengan waktu pengosongan waduk
25000 detik
Piping tengah 2705,42 m3/detik
dengan waktu pengosongan waduk
25000 detik
Piping bawah 2706,30 m3/detik
dengan waktu pengosongan waduk
25000 detik
2. Luasan genangan banjir untuk setiap
skenario keruntuhan:
Overtopping = 18,11 km2
Piping atas = 18,94 km2
Piping tengah = 18,92 km2
Piping bawah = 18,92 km2
3. Kedalaman banjir maksimal untuk setiap
titik ekstraksi karakteristik ditunjukkan
pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Grafik Kedalaman Banjir Piping Atas
4. Peta genangan banjir
Peta genangan banjir yang ditunjukkan dibawah ini merupakan peta genangan banjir akibat
skenario keruntuhan piping atas. Hal ini dikarenakan piping atas merupakan banjir dengan luasan
tertinggi.
Gambar 4.4 Peta Genangan Banjir
5. Jalur evakuasi rencana tindak darurat
Gambar 4.5 Jalur Evakuasi Rencana Tindak Darurat
6. Waktu tiba, waktu puncak, dan waktu surut banjir
Tabel 4.2 Waktu Tiba Banjir
Titik Ekstrak Data Jarak Dari Bendungan (m) Waktu Tiba Banjir
Kedalaman (m) Jam Menit
Ds. MK Hulu 594,13 0,57 34 0,79
Ds. MK Barat 1206,26 0,73 44 0,26
Ds. MK Tengah 1515,19 0,90 54 0,37
Ds. MK Timur 1967,97 1,00 60 0,17
Ds. MK Selatan 2432,84 1,10 66 0,11
Ds. MK Hilir 3004,97 1,30 78 0,08
Tabel 4.3 Waktu Puncak Banjir
Titik Ekstrak Data
Jarak Dari
Bendungan
(m)
Waktu Puncak
Banjir Kedalaman
(m)
El. MAB
Maksimum
(m) Jam Menit
Ds. MK Hulu 594,13 1,17 70 1,73 17,67
Ds. MK Barat 1206,26 1,57 94 7,94 18,01
Ds. MK Tengah 1515,19 1,57 94 5,37 18,02
Ds. MK Timur 1967,97 1,67 100 3,80 17,98
Ds. MK Selatan 2432,84 1,67 100 5,36 17,98
Ds. MK Hilir 3004,97 1,67 100 0,84 17,77
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Jarak, Elevasi M.A.B dan Waktu Puncak Banjir
Tabel 4.4 Waktu Surut Banjir
Titik Ekstrak Data Jarak Dari Bendungan (m) Waktu Surut Banjir
Kedalaman (m) Jam Menit
Ds. MK Hulu 594,13 24,00 1440 0,74
Ds. MK Barat 1206,26 24,00 1440 5,96
Ds. MK Tengah 1515,19 24,00 1440 3,37
Ds. MK Timur 1967,97 24,00 1440 1,84
Ds. MK Selatan 2432,84 24,00 1440 3,40
Ds. MK Hilir 3004,97 6,53 392 0,00
7. Bagan alir sistem peringatan dini keadaan darurat
Gambar 4.7 Bagan Alir Sistem Peringatan Dini Keadaan Darurat
8. Bagan alir pengakhiran keadaan darurat
Gambar 4.8 Bagan Alir Pengakhiran Keadaan Darurat
5 Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan pada
pembahasan sebelumnya maka didapat
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Luas genangan banjir terkecil adalah 18,11
km2 yang terjadi akibat skenario
keruntuhan overtopping dan luas genangan
maksimal sebesar 18,94 km2 yang terjadi
akibat skenario piping atas. Untuk
hidrograf outflow banjir maksimal adalah
sebesar 3454,88 m3/detik yang terjadi pada
skenario keruntuhan akibat overtopping.
2. Waktu datang banjir tercepat adalah 0,23
jam dan yang terlama 1,30 jam. Untuk
waktu puncak banjir yang tercepat adalah
1,17 jam dan yang terlama 1,67 jam.
Sedangkan untuk waktu surut banjir yang
tercepat adalah 6,53 jam dan yang terlama
adalah 24,00 jam.
3. Hubungan antara jarak, waktu puncak dan
elevasi muka air banjir (M.A.B) untuk
setiap skenario digambarkan dalam
persamaan berikut :
Jarak – waktu puncak :
y = 7E-12
x4 - 5E
-08x
3 + 9E
-05x
2 - 0.0353x
+ 70.091
dengan : y = waktu puncak (menit)
x = jarak (m)
Jarak – El. MAB :
y = 2E-12
x4 - 1E
-08x
3 + 3E
-05x
2 - 0.028x +
26.709
dengan : y = elevasi muka air banjir
maksimal (m)
x = jarak (m)
4. Jumlah desa yang akan tergenang jika
Bendungan Muka Kuning mengalami
keruntuhan adalah satu desa, yaitu Desa
Muka Kuning, Kecamatan Sungai Beduk,
Batam dengan kedalaman banjir maksimal
adalah 7,94 m yang terjadi pada Desa
Muka Kuning Barat.
5. RTD (Rencana Tindak Darurat) evakuasi
jika terjadi banjir akibat keruntuhan
Bendungan Muka Kuning mengacu pada
jalur evakuasi pada gambar 4.5 untuk
lokasi evakuasi ditentukan sebagai berikut:
• Titik pertama, lokasi evakuasi terdapat
pada Kampung Aceh, Desa Muka
Kuning, Kecamatan Sungai Beduk
yang diperuntukkan bagi penduduk di
hilir bendungan, dan Desa Muka
Kuning Hulu.
• Titik kedua, lokasi evakuasi terdapat
pada Kompleks Batamindo, Desa Muka
Kuning, Kecamatan Sungai Beduk
yang diperuntukkan bagi penduduk di
Desa Muka Kuning Timur, Desa Muka
Kuning Selatan, dan Desa Muka
Kuning Hilir.
• Titik ketiga, lokasi evakuasi terdapat
pada Kompleks Panbil Industri, Desa
Muka Kuning, Kecamatan Sungai
Beduk yang diperuntukkan bagi
penduduk Desa Muka Kuning Tengah
dan Desa Muka Kuning Barat.
5.2 Saran
Studi-studi dam break analysis perlu
diperbanyak pada setiap bendungan yang ada
dan juga studi yang telah dilaksanakan perlu
disosialisasikan kepada masyarakat sekitar
bendungan agar mengerti apa yang seharusnya
dilakukan bila terjadi keruntuhan bendungan.
Didalam penulisan studi ini data yang
digunakan merupakan data sekunder dan data
hipotetik sehingga studi ini hanya mengenalkan
sebuah metode yang dapat digunakan untuk
analisa keruntuhan bendungan. Untuk
diterapkan dalam keadaan nyata diperlukan
data-data primer agar akurasi hasil analisa dapat
lebih mendekati keadaan riil dilapangan.
Dimasa yang akan datang penulis juga
berharap adanya lisensi khusus untuk program-
program dam break simulation bagi keperluan
akademik seperti yang telah diterapkan pada
Autodesk Software, sehingga pengetahuan
tentang dam break analysis lebih mudah untuk
dipelajari. Selain itu adanya manual book yang
lengkap akan semakin memudahkan pengguna
untuk menggunakan program tersebut dengan
lebih baik dan sempurna.
6 Daftar Pustaka
Anonim. 1991. User’s Manual Boss Dambrk.
USA: Boss Corporation
Aryadi, Eric Virgiawan. 2012. Analisa
Keruntuhan Bendungan Gondang
Dengan Menggunakan Program Zhong
Xing HY21. Proposal Tesis tidak
dipublikasikan. Malang: Universitas
Brawijaya
Montarcih, Lily. 2010. Hidrologi Praktis.
Bandung : CV Lubuk Agung
Raudkivi, A. J. 1979. Hydrology: An Advanced
Introduction to Hydrological Processes
and Modelling. Oxford : Pergamon
Press
Republik Indonesia. 2010. Peraturan
Pemerintah Nomor 37 tentang
Bendungan. Jakarta : Sekretariat
Negara
Sinotech Engineering Group. 2011. Zhong Xing-
HY21 Users Manual
Tim Penyusun BSN. 2004. Tata Cara
Perhitungan Hujan Maksimum
Bolehjadi dengan Metode Hersfield
(RSNI T-02-2004). Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional