Aplikasi Teori Keperawatan Watson

33
TUGAS MATA KULIAH TEORI KEPERAWATAN APLIKASI TEORI KEPERAWATAN “PHILOSOPHY AND SCIENCE OF CARING” DARI JEAN WATSON DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH : AGUSTA DIAN E ATIEK MURHAYATI SITI APRILIANI TRI SUMARNI KUNTARYADI PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

Transcript of Aplikasi Teori Keperawatan Watson

Page 1: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

TUGAS MATA KULIAH

TEORI KEPERAWATAN

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN

“PHILOSOPHY AND SCIENCE OF CARING” DARI JEAN WATSON

DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH :

AGUSTA DIAN E

ATIEK MURHAYATI

SITI APRILIANI

TRI SUMARNI

KUNTARYADI

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2011

Page 2: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu dan praktik keperawatan adalah dua hal yang sangat perlu dikembangkan

oleh perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang professional. Perawat

yang berada pada tingkat praktisi, peneliti atau pendidik atau pada posisi lain

diharapkan untuk dapat mengembangkan usaha penerapan teori keperawatan yang

sudah ada dalam ke dalam praktik keperawatan yang baik dan benar.

Teori keperawatan yang telah ada sebenarnya dapat membantu mengarahkan

praktik keperawatan menuju asuhan keperawatan yang lebih baik. Namun saat ini

masih kurang usaha penerapan teori keperawatan tersebut. Akibatnya praktik

keperawatan saat ini hanya lebih mengarah pada praktik yang berdasarkan order dari

medis atau praktik yang berdasarkan rutinitas semata.

Berbagai teori telah banyak dihasilkan oleh pakar keperawatan dan telah

banyak dipublikasikan dalam bentuk buku-buku. Usaha yang perlu dilakukan perawat

dalam berbagai posisi saat ini adalah mempelajari lebih mendalam dan memahami

teori yang menurut mereka lebih mudah atau dapat diterapkan dalam praktik

keperawatan. untuk membantu memberikan gamabaran dalam usaha pengembangan

teori ke dalam praktik keperawatan, pada makalah ini penulis akan berusaha

memaparkan salah satu teori keperawatan, yaitu teori dari Jean Watson tentang

“Philosophy and Science of Caring” dan penerapan teori tersebut dalam kasus di

rumah sakit.

B. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Memberikan gambaran tentang teori Philosophy and Science of Caring dari Jean

Watson.

2. Memberikan contoh penerapan teori Philosophy and Science of Caring dari Jean

Watson dalam praktik keperawatan di rumah sakit.

3. Mendorong perawat untuk mengembangkan penerapan teori keperawatan dalam

praktik keperawatan.

Page 3: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

BAB II

ISI

A. TEORI JEAN WATSON

Margaret Jean Harman Watson dilahirkan di Southern West Virginia. Setelah

menamatkan pendidikan menengah atas di West Virginia, Watson melanjutkan

pendidikan ke Lewiss – Galle School of Nursing di Roanoke, Virginia. Selanjutnya

Watson melanjutkan pendidikan B.S. di Universitas Colorado dan mengambil S2 di

bidang keperawatan psikiatrik mental di tempat yang sama. Selanjutnya Watson

menamatkan pendidikan S3 di bidang Psikologi pendidikan di universitas yang sama.

Watson telah melakukan praktik keperawatan pribadi, konsultan klinik, peneliti, anggota

fakultas dan administrator pendidikan. Watson juga sebagai penulis berbagai artikel dan

buku. Riset yang dilakukannya berada dalam area Human caring and loss. Publikasi-

publikasi yang telah dihasilkan oleh Watson merefleksikan evolusi dari teorinya tentang

caring. Tulisan-tulisannya diarahkan menuju mendidik siswa keperawatan dan memberi

mereka dasar ontologi dan epistomologi untuk praksis mereka dan petunjuk penelitian.

Dasar teori Watson dipublikasikan awalnya pada tahun 1979 dengan judul

Nursing : The Philosophy and Science of Caring. Pada publikasinya yang kedua, tahun

1985 yang dirilis ulang tahun 1988, Watson menerangkan tentang Nursing: Human

Science and Human Care. Pertentangan dalam keperawatan antara teori dan praktik sudah

lama dikenal. Untuk mengurangi dikotomi ini. Watson mengusulkan Philosophy and

Science of Caring. Watson mengarahkan caring sebagai inti dalam praktik keperawatan.

Menurut Watson, caring adalah moral ideal yang lebih dari perilaku yang berorientasi

tugas dan meliputi aspek – aspek diluar tindakan caring yang aktual sebagai hubungan

transpersonal antara perawat dan klien. Tujuannya adalah untuk melestarikan kemuliaan

manusia dan kemanusiaan dalam sistem pelayanan kesehatan. Watson percaya

keperawatan professional dikembangkan melalui kombinasi kajian ilmu dan kemanusiaan

yang dan memuncak pada proses human care antara perawat dan klien yang yang

mengutamakan waktu dan ruang serta memiliki dimensi spiritual.

Berdasarkan pandangan Watson, tujuan keperawatan adalah untuk memfasilitasi

tujuan individu yaitu derajat yang lebih tinggi dari harmoni dalam pikiran, tubuh dan jiwa

yang menciptakan pengetahuan pribadi, arahan sendiri, penyembuhan sendiri dan proses

perawatan diri ketika keragaman meningkat. Watson menjembatani perbedaan antara

teori dan praktik melalui pengembangan Center for Human Caring dan program ND di

Universitas Colorado. Kedua hal ini memberi kesempatan untuk mengintegrasikan seni,

kemanusiaan, dan sosial serta ilmu perilaku ke dalam human care dan proses

penyembuhan. Watson mengakui hasil kerja Leininger dan Gadow sebagai latar belakang

Page 4: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

dalam bekerja. Dalam kerja selanjutnya, Watson menggunakan hasil kerja Maslow,

Heidegger, Erickson, Seyle dan Lazarus. Dalam mengembangkan kerangka kerjanya,

Watson menggambarkan dengan tajam ilmu pengerahuan dan kemanusiaan, menyediakan

orientasi fenomenologi, eksistensial dan spiritual (Tomey & Alligood, 1998).

Watson menambahkan penekanannya pada kualitas interpersonal dan

transpersonal yang kongruen, empati dan kehangatan pada pandangan Carl Rogers dan

penulis psikologi transpersonal lain. Rogers percaya bahwa dengan memahami klien akan

dapat menerima dirinya dan menuju hasil yang positif. Therapist dapat membantu melalui

mengklarifikasi dan menyatakan perasaan tentang apa yang menurut klien kurang jelas.

Untuk mencapai tujuan ini, therapist harus dapat memahami maksud, perasaan dan sikap

klien. Perhatian yang hangat dapat memfasilitasi pemahaman. Konsep lain dari teori

Rogers adalah bahwa hubungan terapeutik antara klien dan perawat lebih penting dalam

mencapai tujuan daripada menyatukan metode tradisional.

Watson percaya latar belakang seni liberal yang kuat juga penting untuk proses

asuhan yang holistik bagi klien. Watson percaya kajian tentang kemanusiaan dapat

mengembangkan pikiran dan meningkatkan kemampuan berpikir dan pertumbuhan

personal (Tomey & Alligood, 1998). Watson membandingkan status keperawatan saat itu

dengan mitos Danaides, yang mengisi panci yang rusak dengan air hanya untuk melihat

aliran air di tempat yang rusak. Sampai keperawatan menghubungkan teori dan praktik

melalui kombinasi kajian ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, dia percaya kerusakan

yang sama dapat diterangkan dalam dasar ilmiah dari ilmu keperawatan. Sebelas faktor

kuratif dari Yalom menstimulasi Watson untuk berpikir tentang psikodinamik dan

komponen manusia yang dapat diterapkan dalam keperawatan dan caring, dan hasilnya

sepuluh karatif faktor. Hasil kerja Watson dinamakan uraian, model konseptual, kerangka

kerja dan teori.

Pada bab ini penggunaan istilah teori dan kerangka kerja dapat saling

menggantikan. Watson mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan dalam sepuluh

faktor karatif. Masing – masing memilki komponen dinamika fenomena dinamik yang

relatif terhadap individu dalam hubungan yang didorong oleh keperawatan. Tiga faktor

interdependen pertama menyediakan dasar filosofi untuk ilmu caring.

Sepuluh faktor karatif itu adalah :

1. Pembentukan nilai – nilai sistem humanistik – altruistik. Nilai – nilai humanistik –

altruistik dipelajari sejak awal dalam hidup tapi dapat dipengaruhi oleh perawat

pendidik. Faktor ini dapat dijelaskan sebagai kepuasan melalui pemberian dan

perluasan rasa diri. Sistem nilai ini dimediasi oleh pengalaman hidup, belajar, dan

terpapar dengan kemanusiaan. Watson menduga bahwa caring didasarkan pada nilai

humanistik dan perilaku altruistik yang dapat dikembangkan melalui latihan melihat

pandangan diri seseorang, keyakinan, interaksi dengan berbagai budaya, dan

Page 5: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

pengalaman tumbuh seseorang. Semuanya penting untuk kedewasaan perawat

sendiri, yang akan meningkatkan perilaku altruistik kepada yang lain.

2. Pemantapan harapan kepercayaan. Faktor ini bersama nilai humanistik – altruistik

memfasilitasi peningkatan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif

dalam populasi klien. Ini juga menjelaskan tentang peran perawat dalam

pengembangan hubungan perawat – klien yang efektif dan dalam peningkatan

kesejahteraan dengan membantu klien mengadopsi perilaku mencari kesehatan.

3. Penanaman sensitifitas terhadap diri sesorang dan terhadap orang lain. Pengakuan

terhadap perasaan mengarahkan ke aktualisasi diri melalui penerimaan diri untuk

klien dan perawat. Jika perawat mengakui sensitifitas dan perasaannya, mereka

menjadi lebih sejati, autentik dan sensitif terhadap orang lain.

4. Pengembangan hubungan percaya-membantu. Perkembangan hubungan percaya -

membantu antara perawat dan klien penting untuk caring transpersonal. Hubungan

saling percaya dapat meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan

negatif. Ini melibatkan kongruen, empati, kehangatan yang tidak posesif, dan

komunikasi efektif. Kongruen melibatkan kenyataan, jujur, sejati dan autentik.

Empati adalah kemampuan menunjukkan dan sehingga memahami persepsi dan

perasaan orang lain dan mengkomunikasikan semua pemahamannya. Kehangatan

yang tidak posesif ditunjukkan dengan volume bicara yang sedang, rileks, mimik

terbuka, ekspresi wajah yang kongruen dengan komunikasi. Komunikasi efektif

adalah komponen kognitif, afektif, dan respon perilaku.

5. Peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif dan negatif. Berbagi perasaan

adalah pengalaman mengambil risiko untuk klien dan perawat. Perawat harus

mempersiapkan diri untuk perasaan positif dan negatif. Perawat harus mengakui

bahwa pemahaman intelektual dan emosional terhadap situasi berbeda – beda.

6. Penggunaan secara sistematik metode penyelesaian masalah ilmiah dalam

pengambilan keputusan. Penggunaan proses keperawatan membawa penyelesaian

masalah secara ilmiah ke dalam asuhan keperawatan, menghapus kesan tradisional

bahwa perawat sebagai pembantu dokter. Proses keperawatan sama untuk proses riset

yang sistematik dan terorganisir. Tanpa menggunakan metode penyelesaian masalah

secara sistematik, praktik yang efektif adalah kecelakaan jika baik dan bahaya jika

buruk. Metode penyelesaian masalah yang ilmiah hanya satu-satunya cara yang

mengijinkan untuk mengontrol dan memprediksi serta melakukan koreksi diri

sendiri.

7. Peningkatan belajar – mengajar interpersonal. Faktor ini adalah konsep penting untuk

keperawatan yang memisahkan caring dan curing. Hal ini mengijinkan klien

diinformasikan dan memindahkan tanggung jawab untuk kesejahteraan seseorang

dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar –

Page 6: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

mengajar yang didesain untuk membantu klien memberi perawatan diri sendiri,

menentukan kebutuhan personal, dan memberi kesempatan untuk pertumbuhan

personal mereka.

8. Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau korektif mental, fisik, sosiokultural,

dan lingkungan spiritual. Perawat harus mengakui pengaruh lingkungan internal dan

eksternal pada kesehatan penyakit individual. Konsep relevan dengan lingkungan

internal meliputi kesehatan mental dan spiritual, dan keyakinan sosiokultural

individu. Tambahan individual variabel epidemiologi meliputi kenyamanan, privasi,

keamanan, dan kebersihan serta lingkungan yang estetik.

9. Membantu dengan pemuasan kebutuhan manusia. Perawat mengakui kebutuhan

biofisik, psikofisik, psikososial, dan intrapersonal dirinya dan klien. Klien harus

memuaskan kebutuhan yang lebih rendah sebelum berusaha memenuhi kebutuhan

yang lebih tinggi.

Adapun urutan derajat kebutuhan menurut Watson yaitu:

a. Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan biofisik) →kebutuhan bertahan

hidup

kebutuhan makan dan minum, kebutuhan eliminasi, kebutuhan ventilasi

b. Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan psikofisik)→kebutuhan fungsional

hidup

kebutuhan aktifitas – inaktifitas, kebutuhan seksualitas

c. Kebutuhan derajat lebih tinggi (kebutuhan psikososial) →kebutuhan integratif

kebutuhan pencapaian, kebutuhan afiliasi

d. Kebutuhan derajat lebih tinggi (kebutuhan intrapersonal-

interpersonal)→kebutuhan mencari pertumbuhan

kebutuhan aktualisasi diri.

Sebagai contoh holistic care dalam kasus bulimia dan anoreksia adalah (George,

1995):

Hirarki Watson Aplikasi pada bulimia & anoreksia

- Kebutuhan lebih tinggi - hambatan aktualisasi diri (interpersonal) - rasa

sempurna yang tidak realistik tak tercapai

- Kebutuhan lebih tinggi - hambatan rasa pencapaian sekunder citra diri

(psikososial) - keterlibatan diri dalam batasan aktifitas afiliatif

- mungkin mengganggu hubungan seksual

- kebutuhan lebih rendah - menghapus/lapar diri mengurangi nutrisi sel

(psikofisik) - mengarah pada penurunan aktifitas

- gangguan citra tubuh mengganggu seksualitas

- kebutuhan lebih rendah - pembatasan makan dam minum

(biofisik)

Page 7: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

10. Mendukung untuk kekuatan eksistensial – fenomenologikal. Fenomenologi

menjelaskan data dari situasi segera yang membantu orang memahami fenomena

dalam pertanyaan. Psikologi eksistensial adalah ilmu eksistensi manusia yang

menggunakan analisis fenomenologikal. Watson mempertimbangkan faktor ini sulit

untuk dipahami. Hal ini meliputi pengalaman berpikir menjemukan menuju

pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan orang lain.

Watson percaya perawat memiliki tanggung jawab di luar sepuluh faktor karatif dan

memfasilitasi perkembangan klien dalam area promosi kesehatan melalui tindakan

preventif. Tujuan ini dicapai dengan mengajarkan klien perubahan personal untuk

meningkatkan kesehatan, memberi dukungan situasional, mengajarkan metode

penyelesaian masalah, dan mengenal kemampuan koping dan adaptasi terhadap

kehilangan. Menurut Watson, Asumsi utama ilmu caring dalam keperawatan adalah

:

a. Caring hanya dapat didemonstrasikan secara efektif dan dipraktikkan secara

interpersonal.

b. Caring berisi faktor karatif yang hasil dari kepuasan kebutuhan manusia yang

pasti.

c. Caring yang efektif meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu atau

keluarga.

d. Caring berespon terhadap menerima seseorang tidak hanya dia sekarang tapi

juga untuk menjadi apa dia.

e. Lingkungan caring menawarkan pertumbuhan potensial ketika membiarkan

orang memilih tindakan terbaik untuk dirinya pada waktu yang diberikan.

f. Caring lebih “heatlhtogenic” daripada curing. Praktik caring mengintegrasikan

pengetahuan biofisik dengan pengetahuan perilaku manusia untuk membuat

atau meningkatkan kesehatan dan memberi bantuan kepada siapa saja yang

sakit. Ilmu caring pelengkap ilmu curing.

g. Praktik caring adalah pusat dalam keperawatan.

Gaut mengidentifikasi tiga kondisi yang penting untuk caring yaitu :

1. Kesadaran dan pengetahuan tentang kebutuhan seseorang untuk perawatan.

2. Perhatian untuk bertindak dan tindakan berdasarkan pengetahuan.

3. Perubahan yang positif sebagai hasil dari caring, diputuskan hanya berdasarkan

kesejahteraan orang lain.

Watson menambahkan hasil kerja Gaut dengan dua kondisi tambahan yaitu dasar

komitmen nilai – nilai dan moral untuk merawat, dan keinginan untuk merawat

(Tomey&Alligood, 1998).

Dalam bukunya yang kedua Watson menuliskan bahwa pendidikan keperawatan dan

sistem pemberian pelayanan kesehatan harus berdasarkan nilai – nilai kemanusiaan

Page 8: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. Untuk mendefinisikan lebih jauh tentang

tanggung jawab sosial dan etik keperawatan dan menerangkan konsep human care,

Watson mengajukan sebelas asumsi yang berhubungan dengan nilai – nilai human care,

yaitu :

1. Peduli dan cinta berisi energi fisik utama dan universal.

2. Peduli dan cinta, sering tidak terlihat, adalah sudut pandang kemanusiaan kita,

makanan yang memenuhi kebutuhan kemanusiaan kita.

3. Kemampuan meneruskan ideal caring dan ideologi dalam praktik akan

mempengaruhi perkembangan masyarakat dan menentukan kontribusi

keperawatan terhadap masyarakat.

4. Caring terhadap diri kita sendiri adalah syarat untuk caring terhadap orang lain.

5. Secara historis, keperawatan memiliki human care dan sikap caring memandang

manusia dalam hal sehat – sakit.

6. Caring adalah pusat penyatuan fokus pada praktik keperawatan – inti dalam

keperawatan.

7. Caring pada tingkat manusia makin menurun dalam sistem pelayanan kesehatan.

8. Dasar caring dalam keperawatan ditinggikan oleh perkembangan tekonologi dan

paksaan institusional.

9. Isu penting dalam keperawatan saat ini dan masa depan adalah pelestarian dan

pencapaian human care.

10. Hanya melalui hubungan interpersonal human care dapat didemonstrasikan dan

dipraktikkan.

11. Kontribusi keperawatan secara sosial, moral, dan keilmuan terhadap kemanusiaan

dan masyarakat ada dalam komitmen untuk ideal human care dalam teori, praktik

dan riset.

Berdasarkan Watson, keperawatan tertarik dalam pemahaman kesehatan, penyakit,

dan pengalaman manusia. Dalam teorinya, Watson mencoba mendefinisikan hasil

aktifitas ilmiah dengan memperhatikan aspek hidup kemanusiaan. Watson berusaha

membuat keperawatan suatu interrelasi dari kualitas hidup, meliputi kematian dan

sepanjang hidup.

Watson percaya keperawatan berhubungan dengan promosi kesehatan dan

restorasi dan pencegahan penyakit. Kesehatan lebih dari sekedar tidak adanya penyakit,

adalah konsep yang dihindari karena ini subjektif alamiah. Kesehatan mengarah pada

kesatuan dan harmonis dalam pikiran, tubuh dan jiwa dan berhubungan dengan derajat

kongruen antara diri sendiri yang diamati dan diri sendiri yang dialami. Menurut Watson,

istilah menggambarkan faktor – faktor yang perawat gunakan untuk memberikan

perawatan ke klien. Watson menyatakan bahwa dengan berespon terhadap orang lain

Page 9: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

sebagai individu yang unik, orang yang caring akan memperhatikan perasaan orang lain

dan menerima keunikan orang lain.

Dengan menggunakan sepuluh faktor karatif perawat dapat memberikan

perawatan untuk berbagai klien. Masing-masing faktor karatif menggambarkan proses

caring bagaimana klien mencapai atau mempertahankan kesehatan atau kematian dengan

tenang. Di sisi lain, Watson menjelaskan curing sebagai istilah medis untuk mengatasi

penyakit. Dalam teorinya, Watson menjelaskan dasar premis ilmu keperawatan, yaitu :

1. Caring (dan keperawatan) berada dalam setiap masyarakat. Setiap masyarakat

memiliki orang yang peduli terhadap orang lain. Sikap caring dipindahkan melalui

budaya profesi sebagai jalan yang unik dari koping lingkungannya. Kesempatan bagi

perawat untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan mengikat dalam tingkat analisis

masalah yang lebih tinggi dan perhatian dengan pendidikannya dan praktik dilakukan

keperawatan dengan mengkombinasikan orintasi kemanusiaan dengan ilmu yang

relevan.

2. Sering terjadi pemisahan antara teori dan praktik atau antara aspek ilmiah dan artistik

dalam caring, terpisah karena pemisahan antara nilai keilmuan dan nilai kemanusiaan.

Dalam memperluas hasil kerja sebelumnya, Watson menambahkan komponen untuk

konteks teori ilmu perkembangan manusia, yaitu :

1. Filosofi kebebasan manusia, pilihan dan tanggung jawab.

2. Biologi dan psikologi holisme (orang yang tidak dapat dikurangi hubungannya

dengan yang lain atau alam).

3. Epistomologi yang mengijinkan tidak hanya untuk empiris tapi juga untuk

kemajuan estetik, nilai etik, intuisi dan penemuan proses.

4. Ontologi ruang dan waktu.

5. Konteks kejadian antar manusia, proses, dan hubungan.

6. Pandangan dunia keilmuan yang terbuka.

Watson melanjutkan kerjanya dengan lebih fokus pada proses human care, aspek

transpersonal dalam caring. Dasar premis yang disampaikan Watson adalah refleksi dari

aspek interpersonal-transpersonal–spiritual dalam kerjanya. Semua aspek ini

menunjukkan integrasi nilai dan keyakinannya tentang hidup manusia dan memberi dasar

untuk pengembangan lebih lanjut dari teorinya. Aspek-aspek ini yaitu (Tomey &

Alligood, 1998) :

1. Pikiran manusia dan emosinya adalah jendela jiwa.

2. Tubuh manusia dibatasi waktu dan ruang, tapi pikiran dan jiwa tidak dibatasi

secara fisik.

3. Akses ke tubuh, pikiran, dan jiwa manusia mungkin selama manusia dilihat dan

dirawat secara menyeluruh.

4. Semangat, daya tilik diri, atau jiwa dari orang ada di dalam dan untuk dirinya.

Page 10: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

5. Orang saling memerlukan dalam caring, jalan untuk mencintai.

6. Totalitas pengalaman pada berbagai kejadian menyusun lapang fenomena.

Kerangka kerja ditampilkan dalam bentuk logis yang berisi ide yang luas dan

menuju berbagai situasi dalam rentang sehat-sakit. Watosn mendefinikan caring berbeda

dengan curing yang memisahkan keperawatan dengan kedokteran. Konsep ini membantu

mengelompokkan batang tubuh ilmu keperawatan sebagai ilmu yang terpisah.

Perkembangan teori tahun 1979 mengarah pada menjelaskan manusia dari perawat dan

manusia dari klien. Penekanan lain pada eksistensial-fenomenologikal dan faktor

spiritual. Teori Watson mendasari dukungan terhadap teori disiplin lain seperti Rogers,

Erikson dan Maslow. Watson yakin dalam mendukung pendidikan keperawatan yang

melibatkan pengetahuan yang holistik dari berbagai disiplin dan menggabungkan

kemanusiaan, ilmu dan seni. Watson percaya peningkatan kebutuhan sistem pelayanan

kesehatan dan kebutuhan klien akan menuntut perawat untuk memiliki pendidikan yang

luas dan liberal. Ideal, isi, teori dari pendidikan liberal harus terintegrasi dalam

pendidikan keperawatan. Watson mempersatukan dimensi paradigma postmodern dengan

memindahkan seluruh teorinya tentang caring transpersonal. Teoritikal modern

berhubungan dengan konsep seperti mempertahankan keadaan yang tetap, adaptasi,

interaksi linier, dan praktik keperawatan berdasarkan masalah. Pendekatan postmodern

memindahkan keluar poin ini. Watson percaya keperawatan harus ditantang ke arah

konstruk-dan ko-konstruk kuno dan pengatahuan baru menuju tanggung jawab

kemanusiaan yang lebih jauh menjelaskan keperawatan untuk era yang baru.

Dalam praktik, institusi yang mencari pendekatan yang holistik dalam asuhan

keperawatan mengitegrasikan berbagai aspek komitmen teori Watson terhadap caring.

Contohnya jurnal keperawatan yang berhubungan dengan pemberian asuhan keperawatan

berisi peningkatan jumlah artikel yang merujuk pada Watson dan penggabungan

pentingnya caring sebagai domain penting dalam keperawatan (Tomey&Alligood, 1998).

Teori divalidasi dalam berbagai setting dan populasi. Setting klinik meliputi unit

perawatan kritis, NICU, dan unit perawatan lansia dan anak-anak. Populasi meliputi

wanita yang tidak menikah, wanita yang bayi di ICU, dan wanita yang berisiko secara

sosial, klien pasca MCI, klien onkologi, orang dengan AIDS, dan lansia. Hubungan caring

dengan administrasi keperawatan juga terus dikaji. Tingkat perawatan individu, lama

dirawat, dan peningkatan kompleksitas teknologi diidentifikasi sebagai hal yang mungkin

mempengaruhi dalam implementasi teori caring.

Dalam hal pendidikan, Watson aktif dalam menyusun kurikulum di universitas

Colorado. Kerangka kerjanya diajarkan dalam berbagai kurikulum keperawatan. Kritik

yang timbul antara lain penggunaan istilah yang tidak didefinisikan, ketidaklengkapan

perawatan terhadap subjek dalam menjelaskan sepuluh faktor karatif, dan hambatan

perhatian terhadap aspek patofisiologi dalam keperawatan (Tomey&Alligood, 1998).

Page 11: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

Watson menjelaskan semua aspek ini dalam pengantar buku keduanya, dimana Watson

menjelaskan perhatiannya untuk menjelaskan inti dari keperawatan – semua aspek yang

berhubungan dengan hubungan perawat-klien yang menghasilkan hasil terapetik – lebih

dari keteraturan dalam keperawatan - prosedur, tugas dan teknik yang digunakan berbagai

setting praktik. Dengan fokus ini, praktik keperawatan tidak dibatasi pada berbagai

kekhususan dalam keperawatan. Watson berharap hasil kerjanya akan membantu perawat

mengembangkan dasar-dasar nilai moral dan filosofis yang bermakna. Kajian kerangka

kerja Watson mengarahkan pembaca melalui pengalaman berpikir dalam menekankan

ketrampilan komunikasi, penggunaan pertumbuhan diri sendiri, perhatian pada perawat

dan klien, dan proses human caring dalam kesehatan dan penyembuhan manusia.

Dalam hal penelitian, Watson berusaha meneliti kerangka kerja dan sampai pada data

empiris yang mudah untuk teknik penelitian. Abstrak kerangka kerja ini sulit untuk

dipelajari secara kongkrit. Watson percaya sering terjadi jarak antara kualitas esensial

dengan subjek yang dipelajari dalam keperawatan dan metode riset yang digunakan.

Watson berharap riset keperawatan akan dapat menyatu dan menggali estetik, metafisik,

empiris, dan metodologi kontekstual. Riset dan praktik harus fokus pada hasil subjektif

dan objektif klien dan dalam menentukan apakah caring adalah inti dari keperawatan.

Pengembangan perilaku dan prediktor perubahan penting pengembangan lebih jauh dari

kerja ini.

B. TEORI WATSON DAN PARADIGMA KEPERAWATAN

Berikut ini pandangan Watson terhadap empat konsep sentral dalam paradigma

keperawatan. pandangan ini mempengaruhi Watson dalam mengembangkan teorinya.

Adapun pandangan Watson tersebut adalah :

1. MANUSIA

Meskipun tulisan awal Watson mengarah pada hasil kerjanya sebagai filisofi dan

ilmu caring, pada buku selanjutnya Watson dengan jelas menyatakan hasil

kerjanya menggambarkan teori keperawatan (George, 1995). Pada konteks ini,

Watson mengadopsi pandangan tentang manusia sebagai orang bernilai dalam dan

dirinya sendiri untuk dirawat, dihormati, diasuh, dipahami dan dibantu. Secara

umum pandangan filosofis manusia adalah diri yang teritegrasi penuh. Manusia

dipandang lebih besar dari dan berbeda dari jumlah bagian-bagiannya.

Watson percaya bahwa manusia lebih baik dipandang dalam kerangka konflik

perkembangan dan perhatian yang sistematik pada konflik perkembangan individu

dan keluarganya penting untuk pelayanan kesehatan. Semua konflik berdasarkan

model Erikson krisis psikososial titik balik yang mencakup keseluruhan siklus

hidup manusia. Sering terjadi semua konflik dapat menghapus reaksi stress yang

Page 12: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

memerlukan respon koping. Perawat harus memahami manusia ketika mereka

sakit, sehat atau sedang stress.

2. KESEHATAN

Meskipun WHO telah menyatakan bahwa sehat adalah keadaan positif fisik,

mental, sosial, Watson percaya bahwa faktor lain perlu dilibatkan. Watson

menambahkan tiga elemen yaitu (George, 1995):

a. Level yang tinggi dari seluruh fisik, mental, dan fungsi sosial.

b. Tingkat pertahahan adaptif umum dari fungsi harian.

c. Tidak adanya penyakit (atau adanya usaha yang mengarah supaya tidak

ada).

Watson menjelaskan bahwa secara tradisional dinamakan perawatan kesehatan

adalah mitos. Dinamakan perawatan kesehatan, diagnosa penyakit, perawatan

penyakit, dan resep obat adalah perawatan medis. Perawatan kesehatan yang

sebenarnya berfokus pada gaya hidup, kondisi sosial, dan lingkungan. Watson

menambahkan bahwa sehat mengarah pada kesatuan dan harmoni dalam pikiran,

badan dan jiwa. Sehat juga dihubungkan dengan derajat kesamaan antara

penerimaan diri dan pengalaman diri (George, 1995).

Satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan adalah stress atau aktifitas yang

berhubungan dengan stress yang berhubungan dengan gaya hidup, kondisi sosial

dan lingkungan. Sakit pada sisi lain bukan hanya penyakit, tapi juga

ketidakharmonisan antara badan, jiwa dan semangat yang mengarah ke stress.

Watson percaya individu sebaiknya menjelaskan kondisi kesehatan atau penyakit,

sejak dia menujukkan pandangan sehat sebagai keadaan subjektif dalam pikiran

orang.

3. LINGKUNGAN/MASYARAKAT

Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat dunia saat ini adalah

lingkungan sosial. Masyarakat memberi nilai-nilai yang menentukan bagaimana

seseorang sebaiknya berperilaku dan apa tujuan yang ingin dituju seseorang.

Semua nilai ini dipengaruhi oleh perubahan dalam arena sosial, budaya, spiritual

yang bekerja mempengaruhi persepsi orang dan dapat mengarah ke stress. Orang

juga memiliki kebutuhan instrinsik untuk memiliki, menjadi anggota kelompok

dan masyarakat secara menyeluruh. Lebih jauh lagi, masing-masing orang

memiliki kebutuhan untuk cinta, mencintai dan dicintai. Stress atau penyakit dapat

memisahkan orang dari semua yang memenuhi kebutuhan afiliatif atau afeksional.

Hal ini dalam praktik caring bahwa keperawatan dapat membantu dalam

memenuhi kebutuhan tersebut. Watson menjelaskan bahwa caring dan

keperawatan ada dalam setiap masyarakat. Setiap masyarakat memiliki beberapa

orang yang peduli dengan orang lain. Sikap caring tidak diturunkan dari generasi

Page 13: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

ke generasi melalui gen. Ini diturunkan melalui budaya profesi sebagai jalan yang

unik dari koping dengan lingkungannya (George, 1998).

4. KEPERAWATAN

Menurut Wason keperawatan adalah berhubungan dengan promosi kesehatan,

mencegah penyakit, caring dengan yang sakit, dan memulihkan kesehatan

(George, 1998). Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan sama seperti

perawatan penyakit. Watson lebih jauh menjelaskan keperawatan sebagai ilmu

manusia tentang orang dan pengalaman sehat-sakit yang dimediasi oleh

professional, ilmiah, estetik dan transaksi perawatan manusia yang etis.

Keperawatan dalam konteks ini didasarkan pada kemanusiaan sama seperti ilmu

alam.

Hubungan antara perawat dan klien berisi beberapa faktor unik yang didasarkan

pada harapan saling menguntungkan. Klien mengharapkan perawat mengikuti

apapun kemauan klien untuk perawatan tapi juga berharap perawat peduli dan

manusiawi. Perawat memiliki nilai caring tapi juga sering bersedia juga berkorban

yang bernilai untuk menyelesaikan tugas usia teknologikal. Berjuang dalam

praktik keperawatan akan mendorong kajian kemanusiaan dan pengetahuan yang

manusiawi, praktisi caring harus percaya akan kemuliaan dan usaha klien.

Keperawatan harus mendorong nilai-nilai yang dipegang sebagai suatu profesi dan

berisi semua nilai sebagai dasar membangun prioritas perawatan klien (George,

1995).

C. TEORI WATSON DAN PROSES KEPERAWATAN

Watson mengatakan proses keperawatan sama dengan langkah-langkah proses

penelitian ilmiah. Rasonalnya semua proses itu identik dengan usaha untuk memecahkan

masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Juga untuk menemukan menemukan solusi

terbaik. Watson mengerjakan dua proses yang dipadukan sebagai berikut (yang digaris

miring menujukkan proses riset digabungkan dengan proses keperawatan) :

1. Pengkajian

Pengkajian meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah: penggunaan

pengetahuan yang dapat diterapkan dari literatur. Meliputi pengetahuan konseptual

untuk formulasi dan konseptualisasi kerangka kerja untuk melihat dan mengkaji

masalah. Juga meliputi formulasi hipotesis tentang hubungan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah. Pengkajian juga meliputi mendefinikan variabel yang akan

diuji dalam pemecahan masalah

2. Perencanaan

Rencana membantu menentukan bagaimana variabel akan diuji atau diukur. Meliputi

pendekatan konseptual atau desain untuk pemecahan masalah yang merujuk pada

Page 14: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

asuhan keperawatan. Juga meliputi menentukan data apa yang akan dikumpulkan dan

siapa dan bagaimana data dikumpulkan.

3. Intervensi

Intervensi adalah tindakan langsung dan implementasi dari rencana. Meliputi

kumpulan data.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah metode dan proses untuk menganalisa data dan sama seperti

pengujian efek intervensi berdasarkan data. Meliputi interpretasi hasil, derajat hasil

positif yang terjadi, dan apakah hasil dapat digeneralisasikan di luar situasi tersebut.

Diluar hal diatas, menurut Watson, evaluasi mungkin juga membuat hipotesis

tambahan atau kemungkinan yang mengarah pada generasi teori keperawatan

berdasarkan masalah yang dipelajari dan solusi-solusinya.

D. ANALISA DAN KONKLUSI

Kekuatan hasil kerja Watson terletak pada tidak hanya membantu memberi

kualitas perawatan yang klien seharusnya terima dan tapi juga memberi perawatan yang

memuaskan jiwa untuk beberapa perawat masuk profesi. Karena ilmu keperawatan

bergerak dari biofisik melalui intrapersonal, masing-masing perawat menjadi ko-

partisipan aktif yang dalam perjuangan klien untuk menjadi aktualisasi diri.

Batasan mungkin menjadi isu yang sama. Hospitalisasi, lama dirawat, kemajuan

teknologi, membuat perawatan yang berkualitas dianggap tidak mungkin diberikan di

rumah sakit. Struktur birokraktik tidak dikenal untuk perhatian mereka terhadap sesuatu

diluar rasio untung-rugi. Reward dari dalam hanya untuk sebuah kerja yang teratur, bukan

untuk inti keperawatan yang dilakukan, sering menempatkan praktisi dalam posisi yang

tidak dapat dipertahankan. Perawat yang berada pada posisi struktural birokratik berfokus

pada penyelesaian tugas, apakah struktur di rumah sakit, departemen kesehatan,

perkumpulan perawat, atau tempat lain adalah subjek keterbatasan teori Watson.

Meskipun Watson mengakui kebutuhan biofisik dalam keperawatan, namun area ini

mendapat perhatian yang sedikit dalam tulisannya. Sepuluh faktor karatif terutama hanya

merencanakan kebutuhan psikososial (George, 1995).

E. PENERAPAN TEORI WATSON DALAM KASUS DI RUMAH SAKIT

Berikut ini akan diberikan sebuah contoh kasus. Pada kasus ini akan diterapkan

proses keperawatan berdasarkan teori Watson. Proses keperawatan pada kasus ini

didasarkan pada aplikasi teori Watson dalam George (1995). Empat derajat kebutuhan

digunakan dalam tahap pengkajian dan sepuluh faktor karatif digunakan dalam tahap

perencanaan dan implementasi. Diagosa keperawatan yang diangkat dan dibahas pada

aplikasi dalam kasus ini hanya satu saja dengan maksud sebagai proritas penyelesaian.

Diagnosa keperawatan lain dapat saja dirumuskan dan diselesaikan dengan menggunakan

Page 15: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

metode yang sama dengan diagnosa keperawatan yang dibahas dibawah ini. Adapun

kasus tersebut adalah :

Ny. S, 70 tahun dilarikan ke sebuah rumah sakit pemerintah oleh para tetangganya karena

sesak nafas dan batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya.

Ny. S tampak kurus, kulit kering, badan lemah dan muka pucat. Para pengantar

mengatakan selama ini Ny. S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny.

S termasuk kurang mampu. Ny. S sehari-hari bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang

akan dijual kepada pabrik pengolah plastik. Ny. S tinggal di rumah sempit dan kurang

ventilasi. Dari hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit didapatkan data tekanan darah

80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat Celcius, pernafasan 25 kali/menit,

dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 10 gr/dl,

Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan albumin diperiksa dengan hasil

3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.

Proses keperawatan menurut teori Watson untuk kasus Ny. S adalah :

Proses Keperawatan Aplikasi Teori

Pengkajian

Kebutuhan derajat lebih rendah

(Biofisik) Bagaimana Ny. S melihat dirinya?Apakah tinggi badan, berat badan, hasil

pemeriksaan fisik Ny. S normal?Apakah Ny. S cukup makan dan minum untuk

mempertahankan kondisi tubuh yang normal?Apakah pola eliminasi dan pernafasan Ny. S

normal?

Kebutuhan derajat lebih rendah

(Psikofisik) Apakah citra tubuh Ny. S positif?Apakah dia berpartisipasi dalam aktifitas

yang biasa pada seusianya?apakah evaluasi hasil nilai lab dalam batas normal?Bagaimana

kehidupan seksualitasnya?

Kebutuhan derajat lebih tinggi

(Psikososial) Apakah hubungan Ny. S dengan sesama memuaskan?Apakah kondisi

kurang mampu membuatnya terhambat?Apakah lingkungannya memfasilitasi

pertumbuhan dirinya?Apakah dia merasa dicintai dan mencintai?

Kebutuhan derajat lebih tinggi

(Intrapersonal) Bagaimana perasaan Ny. S tentang dirinya?Apakah Ny. S menyukai

dunianya? Apakah Ny. S merasa mencapai tujuannya?

Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret

yang tebal dan kental, usaha batuk efektif lemah.

Perencanaan dan Implementasi

Penggunaaan faktor karatif Membangun lingkungan caring melalui Pemahaman empatik.

Membangun hubungan saling melalui mendorong ekspresi perasaan tentang kondisi

tubuhnya. Gunakan kehangatan, empati, keserasian dalam membangun komunikasi

Page 16: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

terbuka. Tingkatkan pengajaran interpersonal dengan melibatkan klien dalam

perencanaan tindakan. Ajarkan klien bagaimana menghadapi konflik atau masalah.

Fasilitasi hubungan dengan masyarakat dengan meningkatkan otonomi. Bantu

mengekspesikan pandangan. kehidupan seksualitasnya. Dorong klien mengkaji interaksi

sosialnya dan mengembangkan kepuasan diri. Penekanan pada kepuasan diri lebih dari

sekedar kesempurnaan diri. Kaji fungsi respirasi, seperti suara nafas, rate, irama,

kedalaman dan penggunaan otot pernafasan. Catat kemampuan batuk efektif, karakter,

jumlah sputum, adanya hemoptisis. Tempatkan klien pada posisi semi fowler. Kaji klien

dengan latihan batuk dan nafas dalam. Keluarkan sekret dari mulut dan trakea. Suction

jika perlu. Pertahankan intake cairan 2500 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi.

Kolaborasi: beri udara/oksigen yang dilembabkan. Beri obat-obatan sesuai indikasi.

seperti mukolitik, bronkodilator. Siapkan atau Bantu dengan intubasi darurat.

Evaluasi Apakah hubungan saling percaya telah tercapai? Apakah Ny. S telah

menunjukkan tanda-tanda normal dalam area yang dikaji, biofisik, psikofisik, psikososial,

intrapersonal?

Apakah Ny. S telah belajar usaha untuk dapat menjalani hidup dengan sukses? Kriteria

evaluasi, jalan nafas paten, sekret dikeluarkan tanpa bantuan, menunjukkan perilaku

mempertahankan jalan nafas yang bersih, berpartisipasi dalam perawatan sesuai

kemampuan, mengidentifikasi komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu kelemahan teori Watson menurut

George (1995) adalah lebih menekankan pada kebutuhan psiksosial. Sebenarnya perawat

juga perlu memahami kebutuhan psiksosial klien, karena selama ini lebih perawat lebih

banyak berfokus hanya kepada kebutuhan biofisik klien. Meskipun demikian dalam teori

Watson juga terdapat pengkajian kebutuhan biofisik dan penyelesaian masalah dalam hal

pemuasan kebutuhan semua aspek termasuk biofisik. Namun untuk lebih saling

menguatkan, salah satu cara untuk menutupi kelemahan teori Watson ini dalam penerapan

teori ini di dalam praktik adalah dengan mengkombinasikan atau memodifikasi teori ini

dengan konsep atau teori lain yang lebih menekankan pada kebutuhan biofisik dan

kebutuhan lain sehingga dapat saling mengisi dan melengkapi. Setiap ahli teori memiliki

penekanan tersendiri dalam teori yang disampaikannya sesuai dengan latar belakang

kelimuan dan pengalamannya.. Penjelasan lebih rinci dalam penerapan teori Watson

untuk kasus diatas akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.

Page 17: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

BAB III

PEMBAHASAN

A. ANALISIS PENERAPAN TEORI

Teori Watson lebih menekankan caring dalam praktik keperawatan. Watson

percaya caring adalah inti dari praktik keperawatan. Selain itu Watson juga menekankan

bahwa praktik perawat yang professional adalah praktik yang menggabungkan ilmu, seni,

nilai kemanusiaan dan human care. Pada penerapan teori Watson pada kasus diatas semua

faktor ini berusaha untuk digabungkan dan diselaraskan dalam bentuk proses keperawatan

yang holistik.

Pada pengkajian terdapat empat derajat kebutuhan yang digunakan dalam teori

Watson. Pada kasus diatas, untuk kebutuhan derajat lebih rendah berupa kebutuhan

biofisik yang perlu dikaji dari klien adalah yang berhubungan dengan kebutuhan untuk

mempertahankan kehidupan yang berkaitan dengan makan, minum, eliminasi dan

ventilasi. Untuk itu perlu dikaji bagaimana klien memandang kondisi badannya, berapa

berat badan, tinggi badan, apakah seimbang keduanya. Perawat perlu melakukan

pemeriksaan fisik menyeluruh pada tubuh klien ,meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi pada berbagai sistem tubuh. Pemeriksaan fisik head to toe perlu dituntaskan.

Selain itu perawat perlu mengkaji pola makan dan minum klien, apakah asupan makan

klien cukup gizi, apakah asupan cairan klien cukup dan sesuai untuk berat badan dan

usianya. Perlu juga diketahui pola eliminasi dan respirasi klien, keluhan-keluhan terhadap

sistem-sistem tubuh klien perlu diketahui perawat. Perawat juga perlu mendapat informasi

yang cukup tentang kondisi di rumah dan lingkungan yang terkait dan mempengaruhi

fungsi fisiologis atau biofisik dari semua unsur tubuh klien.

Perawat memerlukan ilmu yang memadai untuk menilai apakah hasil pemeriksaan

yang telah dilakukannya terhadap klien menunjukkan hasil normal atau tidak. Disinilah

pentingnya perawat memiliki ilmu keperawatan yang tinggi dan analisis yang tajam.

Perawat harus memahami bahwa hubungan perawat-klien yang saling percaya dan

membantu perlu dikembangkan sejak kontak awal dengan klien. Perawat harus

menujukkan sikap caring sedini mungkin kepada klien. pada kasus diatas klien adalah

lansia, sehingga perawat perlu memahami konsep dasar tentang lansia dan kondisinya

supaya dapat melakukan pengkajan dengan lancar dan tepat.

Pengkajian selanjutnya berupa pengkajian kebutuhan derajat lebih rendah berupa

kebutuhan psikofisik. Kebutuhan ini menggambarkan kebutuhan fungsional dari diri klien

meliputi kebutuhan aktifitas-inaktifitas dan kebutuhan seksualitas. Pengkajian yang perlu

dilakukan pada bagian ini meliputi pandangan klien terhadap citra dirinya, apakah klien

berpartisipasi dalam aktifitas sesuai dengan usianya dan apakah hasil laboratorium

menunjukkan hasil yang normal atau tidak. Bagaimana pandangan dan kondisi kehidupan

Page 18: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

seksualitas klien. Juga perlu dikaji keterbatasan klien dalam melakukan aktifitas sesuai

usianya, apa yang telah dan dapat dilakukannya dan apa yang belum atau tidak dapat

dilakukannya.

Pada pengkajian kebutuhan derajat lebih tinggi yaitu kebutuhan psikososial, yang

perlu dikaji perawat berdasarkan teori Watson adalah yang terkait dengan kebutuhan

fungsional. Perawat yang bertugas merawat klien diatas perlu mengkaji apakah hubungan

klien dengan rekan seusianya memuaskan, apakah sesak nafas yang dialami menghambat

hidupnya. Selain itu apakah lingkungan sekitarnya memfasilitasi dirinya untuk menjalani

hidup dan mencapai tujuan serta dapat bergabung dengan lingkungan itu. Perlu juga dikaji

apakah klien merasa dapat mencintai dan dicintai.

Pada pengkajian kebutuhan derajat yang tertinggi menurut Watson yaitu

kebutuhan aktualisasi diri perawat perlu mengkaji bagaimana perasaan klien terhadap

dirinya, apakah klien menyukai dunia yang dijalaninya, dan apakah klien telah merasa

mencapai tujuan dirinya. Pada intinya pengkajian bagian ini ingin melihat sejauh mana

klien memandang dirinya telah atau belum mencapai aktualisasi diri dalam hidupnya.

Pada kasus diatas klien termasuk usia lansia yang mungkin memiliki pandangan

aktualisasi diri yang berbeda dengan klien yang lebih muda. Sekali lagi, diperlukan

pengetahuan perawat yang memadai dalam memandang dan menghadapi berbagai

keragaman klien sebagai makhluk yang unik.

Menurut Watson, setelah dilakukan pengkajian kemudian dibuat perencanaan dan

dilakukan implementasi dari rencana yang telah dibuat. Hasil pengkajian dianalisa untuk

kemudian dibuat perencanaan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Dari hasil pengkajian menyeluruh terhadap klien pada kasus diatas yaitu Ny.

S dapat dirumuskan salah satu diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan dengan sekret yang tebal dan kental, usaha, batuk efektif lemah.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, kemudian disusun rencana asuhan

keperawatan. Pada kasus ini, rencana asuhan keperawatan dikombinasikan antara rencana

tindakan berdasarkan teori Watson yang lebih menekankan pada aspek psikologis dan

rencana tindakan yang lebih menekankan pada biofisik yang diambil dari buku rencana

asuhan keperawatan Doenges dkk (1993). Untuk dapat menerapkan teori Watson dengan

efektif dan tepat, sepuluh faktor karatif dan asumsi Watson terhadap caring perlu menjadi

landasan yang kuat dalam impelementasi rencana asuhan keperawatan tersebut. Rincian

rencana keperawatan seperti yang telah dijabarkan pada proses keperawatan pada kasus

tersebut.

Setelah rencana tindakan diimplementasikan kemudian dilakukan evaluasi

terhadap hasil implementasi yang dilakukan perawat tersebut. Untuk mengevaluasi

ditetapkan kriteria evalusi dan hal-hal apa saja yang akan dievalusi. Hasil evalusi

selanjutnya akan dijadikan masukan untuk membuat perencanaan berikutnya. Dari hasil

Page 19: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

evaluasi ini bisa saja timbul rencana baru atau melanjutkan rencana sebelumnya. Ini

tergantung hasil evaluasi yang dilakukan perawat.

Hal penting yang perlu dipahamai dalam menerapkan teori Watson dalam praktik

keperawatan di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain adalah perlunya

kerjasama dari berbagai unsur dalam insitusi tersebut. Misalnya dalam membuat formulir

pengkajian, perencanaan dan implementasi dan evaluasi harus disesuaikan dengan yang

dipaparkan dalam teori Watson. Untuk itu perlu diskusi dan persamaan persepsi tentang

cara mengaplikasikan teori ini. Selain itu, seperti yang telah disampaikan sebelumnya,

sebaiknya penerapan teori ini juga dikombinasikan atau dimodifikasi dengan teori lain

sehingga akan menghasilkan bentuk aplikasi teori dalam praktik keperawatan yang lebih

komprehensif dan saling mengisi dan melengkapi kekurangan dari teori yang digunakan.

Perlu diketahui bahwa setiap ahli keperawatan yang menghasilkan teori keperawatan,

memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman serta kecenderungan yang berbeda-

beda sehingga teori yang dihasilkan juga akan cenderung pada latar belakang para ahli itu

masing-masing. Seperti teori Watson ini lebih menekankan pada aspek psikologis karena

Watson memiliki latar belakang pendidikan yang lebih kuat pada bidang keperawatan

psikologis-mental sehingga jika teorinya lebih menekankan pada aspek psikologis

keperawatan. Oleh karena itu perawat harus membiasakan diri untuk berdiskusi bersama

rekan sejawat dan bila perlu melibatkan para pakar untuk menentukan teori apa yang baik

dan sesuai untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi dan situasi institusi pelayanan tempat

perawat tersebut bekerja.

Page 20: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada dasarnya semua teori keperawatan yang telah diciptakan oleh para pakar

keperawatan adalah hasil yang baik karena telah melalui tahap-tahap metode ilmiah yang

sistematis. Teori yang mereka hasilkan juga telah melaui suatu proses panjang untuk

dapat diakui oleh komunitas keperawatan di seluruh dunia sebagai bagian dari teori

keperawatan. Hal yang perlu dilakukan oleh komunitas perawat terutama perawat di

Indonesia adalah terus berusaha menerapkan teori yang telah ada dalam praktik

keperawatan. Praktik keperawatan yang baik dan professional hanya praktik yang

didasarkan pada nilai-nilai perawat professional yang salah satunya tercermin dalam teori

keperawatan. Untuk itu salah satu cara meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan

keperawatan adalah dengan menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori

keperawatan, bukan praktik yang berdasarkan perintah atau order dokter, atau praktik

keperawatan yang hanya berdasarkan rutinitas semata. Inilah yang dinamakan Evidence

based practice, yang menjadi salah satu kunci berhasilnya perkembangan keperawatan di

luar negeri.

Jean Watson telah memberikan salah satu pilihan bagi perawat di Indonesia untuk

mulai menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori dengan menciptkan teori

yang telah diakui komunitas perawat di dunia, yaitu “Philosophy and Science of Caring”.

Sekarang semua kembali kepada diri perawat sendiri, apakah sudah siap dan mulai

berpikir untuk menerapkan teori yang telah ada di instistusinya. Kerjasama dan dukungan

dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menjadikan praktik keperawatan yang

professional dan berkualitas dapat diwujudkan.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk

meningkatkan pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada

sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat.

2. Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi, institusi

pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik keperawatan yang

berdasarkan teori dapat diwujudkan.

3. Perlu adanya wadah atau forum diskusi bagi perawat di masing-masing institusi

pelayanan atau komunitas perawat terdekat untuk bertukar pikiran tentang cara dan

bagaimana praktik keperawatan yang berdasarkan teori atau evidence based practice

dapat diwujudkan.

Page 21: Aplikasi Teori Keperawatan Watson

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E., Marilynn. et al. (1993). Nursing Care Plans. Guidelines for Planning and Documenting Patient Care. (3th ed). Philadelphia : F.A. Davis Company.

Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge : Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories. (2nd ed). Philadelphia : F.A Davis Company.

George, Julia B. (1995). Nursing Theories. The Base for Professional Nursing Practice. (4th ed). Connecticut : Appleton & Lange.

Kozier.B, Erb.G, Blais.K. (1997). Professional Nursing Practice Concepts and Perspective. (3th ed). California : Addison Wesley Longman,Inc.

Leddy Susan.K.L. (1998). Conceptual Bases of Professional Nursing. ( 4th ed). Philadelphia : Lippincot – Raven Publisher.

Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha R. (1998). Nursing Theorists and TheirWork. (4th ed). St Louis : Mosby-Year book Inc.