aplikasi penginderaan jauh untuk interpretasi dan estimasi potensi sumberdaya batubara

download aplikasi penginderaan jauh untuk interpretasi dan estimasi potensi sumberdaya batubara

of 13

Transcript of aplikasi penginderaan jauh untuk interpretasi dan estimasi potensi sumberdaya batubara

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK INTERPRETASI DAN ESTIMASI INTERPRETASI POTENSI SUMBER DAYA BATUBARA (Kasus di Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah) Faris Ade Irawan1, Hartono2, Sutikno3

INTISARIIndonesia telah menjadi eksportir batubara nomor dua terbesar di dunia setelah Australia sejak 2006 lalu, dengan volume ekspor 184 juta ton dan devisa yang diperoleh sebesar 3,4 miliar US $. Dengan naiknya harga BBM, pemerintah mulai mengkonversi energi PLN dari BBM ke batubara. PLN Kebutuhan batubara akan semakin besar dengan adanya rencana pemerintah membangun PLTU baru dengan kapasitas 13 ribu megawatt hingga tahun 2010, sehingga diperkirakan membutuhkan pasokan batubara hingga 90 juta ton/tahun untuk dalam negeri. Di Indonesia pada tahapan eksplorasi batubara paling awal, untuk mengidentifikasi daerah daerah yang secara geologis mengandung endapan daerah-daerah batubara, sebagian besar masih menggunakan metode terestris, dimana metode tersebut membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan cara cepat dan tepat untuk an mengidentifikasi dan mengestimasi potensi batubara dengan menggunakan citra penginderaan jauh dimana metode ini masih memerlukan pengkajian mendalam untuk mencapai tahap opera operasionalnya dalam survei batubara. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lokasi, luasan dan sebaran potensi sumber daya batubara berdasarkan interpretasi citra penginderaan jauh dan mengestimasi potensi sumberdaya batubara berdasarkan data hasil analisa digital citra penginderaan jauh dan survei lapangan. Metode analisa yang digunakan adalah interpretasi visual digital citra penginderaan jauh. Melalui pendekatan secara fotomorfik dan pendekatan fisiografis dihasilkan data spasial dengan tema parameter yang di digunakan dalam identifikasi lokasi potensi batubara, seperti struktur geologi, pola aliran dan litologi daerah penelitian, yaitu di Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Peta formasi batuan lokasi penelitian, dibuat melalui interpretasi citra satelit Landsat7 ETM+ tahun 2003 dengan memperhatikan variabel tersebut di atas dan panduan peta geologi skala 1 : 250.000 sebagai data sekunder. Peta indikasi potensi batubara dibuat melalui interpretasi DSM SRTM 90 m ta tahun 2000. Analisa yang dilakukan untuk menghasilkan lokasi potensi batubara ialah menumpangsusunkan peta formasi batuan dengan peta indikasi potensi batubara. Lokasi yang dijadikan potensi batubara adalah lokasi lokasi yang berada di formasi pembawa batuba (coal lokasi-lokasi batubara bearing formation) yaitu Formasi Warukin dan Formasi Montalat. Untuk menghitung estimasi potensi ) sumber daya (SD) batubara dari lokasi yang telah ditentukan, diperlukan data sekunder berupa data bor dan data singkapan (out crop di lokasi tersebut. Hasil perhitungan tersebut menghasilkan sumber out crop) . daya batubara terukur. Berdasarkan hasil interpretasi dan uji lapangan, dihasilkan 5 lokasi terduga berpotensi mengandung batubara, 4 lokasi yang terdapat batubara dan 1 lokasi yang tidak terdapat batubara. Luas daerah prospek batubara lokasi 1 hasil penelitian 109,008 Ha, lokasi 2 961,837 Ha, lokasi 3 336,200 Ha, lokasi 4 194,024 Ha yang dihitung berdasarkan luas deliniasi (zone) hasil interpretasi. (zone Perhitungan sumber daya dilakukan pada salah satu lokasi potensi batubara, yaitu daerah prospek batubara lokasi 2 dan didapat hasil estimasi batubara terukur sebesar 4.421.490,86 Ton.

Kata Kunci: Interpetasi, Estimasi, Sumber Daya :Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi 1. ,[email protected]/faris.irawan /[email protected] Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada 2. Guru Besar Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Yogyakarta 3. Guru Besar Fakultas Geografi, Uni Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

1

1. PENGANTAR Permintaan dipastikan terus terhadap meningkat batubara b hingga

4,05 juta ton dan batubara kalori tinggi sebesar 44,54 juta ton. pada Provinsi umumnya

Kalimantan menargetkan

Tengah mampu

beberapa tahun ke depan. Dengan naiknya harga BBM, pemerintah mulai

memproduksi

batubara sebanyak 5 juta ton per tahun mulai tahun 2007, menyusul segera

mengkonversi energi PLN dari BBM ke batubara. Untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas 10 ribu megawatt, dibutuhkan 30-40 juta ton 40 batubara/tahun. bara/tahun. Padahal, selama ini

berproduksinya

sejumlah

perusahaan perusaha

pertambangan batubara di wilayah itu dalam waktu dekat (Tarigan, 2007). Melihat prospeknya, dimasa

konsumsi domestik hanya sekitar 40 juta ton/tahun, sehingga dalam waktu 2,5 tahun akan ada kenaikan kebutuhan batubara kan sebanyak dua kali lipat. Kebutuhan

mendatang banyak perusahaan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ekplorasi dan eksploitasi batubara. Informasi yang

batubara akan semakin besar dengan adanya rencana pemerintah membangun PLTU baru dengan kapasitas 13 ribu megawatt diperkirakan hingga 2010 sehingga pasokan

penting bagi pengusaha batubara adalah mengetahui engetahui memahami lokasi potensi keberadaan batubara dan

tersebut.

Metode yang digunakan untuk survei batubara dan unsur-unsur terkait lainnya unsur selama ini adalah metode konvensional untuk melakukan survei lapangan atau yang sering disebut dengan tahap

membutuhkan

batubara hingga 90 juta ton/tahun untuk dalam negeri (Mulyono, 2006 ). Direktorat Energi dan Sumberdaya Mineral memperkirakan potensi batubara Indonesia mencapai 90 miliar ton lebih dan cadangan terbukti mencapai 5,3 miliar ton. Sementara tingkat produksi batubara

eksplorasi. Dengan metode seperti ini, lorasi. dibutuhkan waktu yang relatif lama dan proses survei yang panjang untuk meneliti lokasi batubara dan sebarannya. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Kabupaten Bario Selatan, Kecamatan Gunung Bintang Awai, dimana aksessibilitas di daerah ssibilitas penelitian tersebut cukup sulit, karena merupakan daerah dominan vegetasi rapat dan tertutup oleh hutan, serta akses jalan yang kurang mendukung untuk melakukan survei lapangan. Masalah Masalah-masalah di atas2

Indonesia baru mencapai rata ia rata-rata sekitar 200 juta ton per tahun. Merujuk pada data Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara tahun 2006, total cadangan batubara di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2005 sebesar 48,59 juta ton, terdiri dari batubara kalori sedang sebesarPublikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

yang terkait dengan survei lapan lapangan dan aksessibilitas tersebut dapat diatasi dengan teknologi penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh memberikan peluang yang lebih besar untuk melakukan

memuaskan

untuk

estimasi

potensi

batubara di daerah penelitian. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menentukan lokasi, luasan dan sebaran sumber daya batubara berdasarkan

identifikasi lokasi sebaran atau singkapan batubara sehingga mempersempit tahap survei eksplorasi. Data penginderaan jauh dapat

interpretasi citra penginderaan jauh yaitu pretasi citra Landsat 7 ETM+ tahun 2003 dan DSM SRTM 90 m tahun 2000, (2) mengestimasi potensi sumberdaya

memberikan efisiensi yang tinggi baik dari segi biaya maupun waktu, karena tidak membutuhkan banyak survei lapangan, kecuali untuk verifikasi atau kecocokkan lapangan sehingga survei-survei yang

batubara berdasarkan data hasil analisa digital citra penginderaan jauh dan survei lapangan. 3. CARA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menentukan lokasi dan untuk sebaran

dilakukan lebih terarah. Dalam hal ini data alam penginderaan jauh yang efektif adalah perolehan data topografi, yakni data yang memberikan gambaran tentang ciri ciri-ciri fisik geologi dan geomorfologi tertentu dari batubara, karena pendekatan untuk identifikasi batubara lebih mudah dikenal dikenali dengan pendekatan topografi tersebut. Data yang dapat memberikan gambaran tentang topografi ini adalah data Digital Surface Model (DSM) SRTM, yang

sumberdaya batubara dan mengestimasi potensi sumberdaya batubara berdasarkan data hasil analisa digital citra penginderaan jauh. Lokasi penelitian di wilayah

Kabupaten Barito Selatan, Kecamatan o Gunung Bintang Awai, dimana

aksessibilitas di daerah penelitian tersebut cukup sulit, karena merupakan daerah dominan vegetasi rapat dan tertutup oleh hutan, serta akses jalan yang kurang mendukung untuk melakukan survei

tersedia untuk seluruh wilayah Indonesia dengan resolusi yang cukup tinggi 90 m, serta data citra satelit Landsat7 ETM+ yang memiliki ketelitian spasial 30 m perekaman 5 Mei 2003, path 117 dan row 61. Kombinasi kedua data satelit tersebut diharapkan mampu memberikan hasil yang

lapangan. Masalah-masalah di atas yang masalah terkait dengan survei lapangan dan

aksessibilitas tersebut dapat diatasi dengan teknologi penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh memberikan peluang ginderaan

Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

3

yang

lebih

besar

untuk

melakukan

diagram

kerangka

pemikiran

secara

identifikasi lokasi sebaran atau singkapan batubara sehingga mempersempit tahap survei eksplorasi. Gambar 1, manampilkan

singkat, dari tahap awal penelitian hingga mencapai tujuan yang diharapkan.

DSM SRTM 30 m

Citra Satelit Ladsat7 ETM+

Data Sekunder (Peta Geologi Digital)

Identifikasi Indikasi Lokasi Potensi Batubara

1. 2. 3. 4.

Tutupan Lahan Struktur Litologi Pola Aliran

Informasi geologi lokasi penelitian: Formasi Batuan Regional,Batuan penyusun

Formasi Batuan Lokasi Penelitian Lokasi Batubara Singkapan Batubara

Potensi Lokasi Batubara

Estimasi Sumber daya

Potensi Sumber daya Batubara Gambar 1, Diagram Kerangka Pemikiran

Penentuan batubara dilakukan

lokasi

suberdaya proses+

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi koreksi citra, meliputi; penajaman, pembuatan komposit warna, , pengolahan data DSM SRTM, dan proses integrasi keduanya yaitu peleburan ( (fusion) citra Landsat7 ETM+ dan DSM SRTM. Pengolahan data tersebut bertujuan untuk kemudahan interpretasi lokasi potensi

melalui

intergrasi citra satelit Landsat7 ETM

resolusi 30 m dan DSM SRTM ketelitian 30 m yang sebelumnya dilakukan proses pengolahan citra secara digital untuk mengoptimalkan identifikasi dan

interpretasi lokasi sumber daya batubara batubara.

Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

4

batubara.

Pendekatan Batubara

Identifikasi

Potensi

mengandung

batubara, batubara

lebih

mudah

diamati menggunakan data Space Shuttle SRTM dibandingkan citra satelit Landsat7 ETM+. Ciri topografi batuan pembawa i batubara akan terlihat menonjol, berbentuk seperti bukit yang memanjang dan

Pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi endapan batubara yang terdapat di daerah berbukit dan bergunung menggunakan bantuan DSM

SRTM secara fotomorfik, dan pendekatan fisiografis yaitu menggunakan citra satelit Landsat7 ETM+ untuk interpretasi satuan batuan dan identifikasi formasi pembawa ormasi batubara (coal bearing formation di lokasi ormation) penelitian. Interpretasi mendeliniasi menggunakan visual dengan

berukuran tidak besar serta memiliki tekstur berupa torehan-torehan atau gerigi torehan yang tidak terlalu lebar. Jika suatu bukit mempunyai morfologi berupa perbukitan yang lancip dan kecil il-kecil maka tidak terduga mengandung batubara karena

materinya terlalu resisten biasanya di resisten, lapangan batuangamping. merupakan Batuan yang satuan diduga variabel-variabel variabel pendekatan fotomorfik

merupakan pembawa batubara berp berpola teratur dan biasanya pararel dengan lokasi lokasilokasi lainnya yang terindikasi ter

untuk menghasilkan kunci interpretasi berupa kenampakan lapisan batubara yang terlihat pada SRTM dan pendekatan fisiografi yaitu interpretasi citra satelit Landsat7 ETM+ untuk identifikasi litologi sehingga menghasilkan formasi batuan daerah penelitian dengan panduan peta geologi skalala 1 : 250.000. 3.1 Pendekatan Fotomorfik Sebagai dasar dalam melakukan interpretasi adalah unsur-unsur interpretasi unsur citra seperti pola, bentuk, tekstur selain itu tekstur, diperhatikan juga arah patahan dan lipatan. Suatu lokasi yang teridentifikasi teri

mengandung batubara. Kesulitan melakukan yang dihadapi adalah saat faktor

interpretasi

topografi lokasi penelitian yang tidak begitu menonjol, sehingga sangat optimal , jika interpretasi lokasi potensi batubara menggunakan data yang mengandung unsur ketinggian seperti SRTM. Selain itu, kelebihan menggunakan data SRTM

adalah tidak terganggu oleh tutupan awan dalam melakukan interpretsi dan dengan menggunakan perangkat lunak tertentu5

Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

seperti ER Mapper 7.0 dapat dilakukan pengaturan arah arah terbang pesawat, pengaturan nilai Azimuth dan Elevasinya (Gambar 2). 3.2 Pendekatan Fisiografis Batubara terbentuk dari proses batubara. Tekanan tersebut di atas dapat berupa sesar atau lipatan, sehingga struktur geologi lokasi berupa potensi sesar dan lipatan Citra

metamorfosa, dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuhan mati selanjutnya membentuk lapisan gambut. Endapan gambut yang terletak pada posisi stratigrafi yang lebih bawah tersebut akan mengalami pengaruh tekanan yang lebih besar akibat pembebanan endapan sedimen di atasnya ( (overburdent) dan akan menimbulkan panas. Akibat bertambahnya bobot lapisan di atasnya, lapisan gambut dapat berubah menjadi pisan

merupakan variabel dalam menentukan batubara.

penginderaan jauh, khususnya citra satelit Landsat7 ETM+ yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan mampu

mendeteksi adanya struktur geologi di lokasi penelitian.

uLokasi Estimasi

A

Lokasi Sampel

Gambar 2 : Contoh hasil proses sun shadding data Space Shuttle untuk identifikasi secara fotomorfik lokasi potensi batubara dari aspek geomorfologi Sumber : Pengolahan DSM SRTM menggunakan program ER Mapper 7.0

Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

6

Stratigrafi di daerah penelitian berhubungan dengan kedudukan batubara, sehingga tidak dapat dipisahkan dengan kondisi Tempat geologi pembentuk batubara. pada

didapati saat verifikasi lapangan memiliki ciri dan karakter yang berbeda berbeda-beda, baik dari segi warna, keras (kompak) batuan, maupun kualitas batubara itu sendiri seperti kandungan karbonnya. Hal ini dikarenakan perbedaan umur dari batubara tersebut, batubara yang terdapat di Formasi rsebut, Warukin adalalah batubara yang tergolong kualitas kurang baik atau batubara muda dengan ciri batubara yang rapuh dan gores coklat lebih rendah kualitasnya jika

pembentukan

batubara

umumnya mempunyai dasar yang kedap air dan lempung merupakan litologi yang relatif banyak dijumpai sebagai satuan dasar batubara. Selain struktur geologi, ra. litologi atau jenis batuan juga merupakan variabel penting dalam menentukan lokasi potensi batubara. Citra satelit Landsat7 ETM+ cocok digunakan untuk identifikasi litologi, karena kapasitas beberapa saluran yang mampu membedakan jenis batuan di an suatu lokasi. Pola aliran di daerah

dibandingkan batubara yang terdapat di Formasi Montalat t yang merupakan

batubara dengan kualitas sedang dengan ciri batubara yang kompak dan gores coklat kehitaman. Berdasarkan kolom stratigrafi, dinyatakan bahwa batubara yang terdapat di Formasi Montalat

penelitian juga merupakan variabel penting untuk identifikasi potensi batubara, karena pola aliran dapat digunakan dalam

merupakan batubara yang berumur Eosen sampai Oligosen adalah batubara yang dalah berumur tua dengan kualitas yang baik. 4. HASIL dan PEMBAHASAN Parameter yang dihasilkan melalui pendekatan fotomorfik dan pendekatan k fisiografis dianalisa dengan meng nalisa mengoverlay lokasi potensi batubara yang dihasilkan okasi dari pendekatan fotomor fotomorfik dan formasi

mengidentifikasi jenis batuan dan struktur geologi. Menurut Sutrisno, dkk (1994) dari (1994), Pusat Geologi Penelitian (P3G) dan Pengembangan , urutan

Bandung

statigrafinya Cekungan Barito dari tua ke muda di derah penelitian adalah Formasi Berai (Tomb), Formasi Montalat (Tomm), Formasi Warukin (Tmw). Batubara yang

Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

7

batuan hasil interpretasi citra Landsat7 ETM+. Berdasarkan keterangan peta

Semua emua

indikasi

lokasi

potensi

(Gambar 3), tidak semua lokasi dapat , dicapai untuk verifikasi adanya singkapan batubara karena kesulitan medan dan akses menuju lokasi tersebut. Hasil analisa dapat diasumsikan bahwa lokasi terindikasi

geologi lembar Buntok 1714, Kalimantan, skala 1 : 250.000, sumber daya batubara terdapat di Formasi Berai dan Formasi Montalat. Pada kenyataan di lapangan, batubara juga terdapat di Formasi Berai

batubara yang terdapat di Formasi Berai, kemungkinan besar tidak terdapat

Warukin. Sedangkan di Formasi gkan tidak ditemukan singkapan batubara. temukan

singkapan batubara karena terdapat di lapisan bawah satuan batugamping. apisan

Peta Indikasi Lokasi Potensi

Analisis/Tumpang Susun

Peta Formasi Batuan Peta Lokasi Potensi

Hasil

Gambar 3, Analisa variabel untuk menentukan lokasi batubara

Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

8

Lokasi Terindikasi Batubara

Tititk Sampel Lapangan

Tabel 1, Perbedaan Hasil Interpretasi dengan Hasil Verifikasi LapanganKoordinat UTM

Formasi di Lapangan

Hasil Interpretasi Citra

Data Hasil Survey Lapangan

1 Titik 1a 2 Titik 2a Titik 2b Titik 2c 3 Titik 3a Titik 3b 4 Titik 4a 5 Titik 5a 312206 mT 9849894 mU 301853 mT 9849409 mU 298870 mT 300042 mT 9848887 mU 9849583 mU 296273 mT 296211 mT 296449 mT 9842019 mU 9842994 mU 9844149 mU 293826 mT 9836528 mU

Formasi Warukin

Lokasi Batubara Lokasi Batubara

Formasi Montalat

Lokasi Batubara Lokasi Batubara Lokasi Batubara Lokasi Batubara

Formasi montalat

Lokasi Batubara Lokasi Batubara

Formasi Berai

Lokasi Batubara Batu Gamping

Formasi Montalat

Lokasi Batubara Lokasi Batubara

3.1 Estimasi Sumber Daya Batubara Data yang digunakan dalam

Sumber

daya

batubara

yang

dihitung adalah kelompok seam (lapisan) dari pengukuran PT. Palopo Indah Raya yang telah disesuaikan dengan lokasi potensi batubara hasil interpretsai citra yaitu daerah prospek ke 2 Formasi Montalat. Sehingga tidak semua seam . yang merupakan kuasa pertambangan

perhitungan sumber daya dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran yang

dilakukan oleh pihak Kuasa Pertambangan (KP) PT. Palopo Indah Raya pada tahun 2006, lokasi yang dijadikan konsesi

pertambangan sesuai dengan lokasi potensi batubara hasil interpretasi pada penelitian ini. Selain daerah konsesi yang sesuai dengan lokasi penelitian, data eksplorasi PT. Palopo Indah Raya dilengkapi data bor yang memungkinkan mendapatkan

perusahaan tersebut ditampilkan dalam penelitian ini tetapi hanya seam yang masuk di dalam deliniasi lokasi hasil interpretasi daerah prospek 2 Formasi Montalat.

perhitungan sumber daya teruk terukur. Rumus yang digunakan dalam perhitungan sumber daya batubara adalah sebagai berikut :Sumber daya Batubara (SD) = p x (d/sin ) x t x BJ x CF

Dimana : SD P d t BJ CF = Sumber daya Batubara (ton) = Panjang ke arah jurus ( (strike) (meter) = Kedalaman penambangan 40,45,50 meter dari level singkapan batubara singkapan = Tebal batubara - (meter) = Kemiringan lapisan batubara - (0) = Berat jenis batubara dianggap 1,30 gr/cm3 = Faktor korelasi keslahan dalam perhitungan dianggap 0,9

Dari formula di atas, dihitung besaran sumber daya setiap lapisan ( (seam), kemudian jumlah sumber daya dari setiap lapisan merupakan total sumber daya batubara.

Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

10

Tabel 2, Hasil Perhitungan Sumber daya di Lokasi 2 Daerah Prospek Batubara NO 1 2 3 COAL SEAM Kelompok seami PIR 93a Kelompok seami PIR 93b Kelompok seami PIR 91 COAL THICKS / T (M) 1,06 2,53 2,02 DIP / (..0) 17 23 15 SG 1,3 1,3 1,3 CF 0,9 0,9 0,9DISTANCE OF COAL / P

(M)

TONAGGE 1.233.329,746 1.901.900,556 1.286.260,557 4.421.490,859

5.815 5.021 2.817 Total

5. Penutup Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pengolahan Landsat7 data ETM+ citra melalui satelit citra

336,200 Ha, lokasi 4 194,024 Ha yang dihitung berdasarkan luas deliniasi (zone) hasil interpretasi ) interpretasi. 4. Perhitungan menggunakan sumber data daya sekunder

komposit warna semu ( (false color composite) kombinasi saluran 4,5 ) dan 7 pada struktur data RGB menghasilkan variabel-variabel variabel

dilakukan pada salah satu lokasi potensi batubara, yaitu daerah

prospek batubara lokasi 2 Formasi Montalat dan didapat hasil estimasi batubara 4.421.490,86 terukur ton. t sebesar Estimasi

untuk identifikasi potensi batubara dan data citra DSM SRTM

menghasilkan pemodelan topografi tiga dimensi (3D) yang membantu dalan identifikasi lokasi-lokasi lokasi

berdasarkan interpretasi fotomorfik lokasi 2 Formasi Montalat, dapat dianalogikan bahwa potensi

yang terindikasi potensi batubara, terutama sebarannya. 2. Melalui kepercayaan analisa tingkat lokasi, luasan dan

batubara di lokasi tersebut lebih besar, dua kali data lebih besar

dibandingkan

sekunder,

sehingga nilai sumber daya lokasi tersebut mencapai 8 juta ton lebih. 5. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Kalimantan tahun 1994 skala 1 : 250.000 pada kolom stratigrafi lokasi penelitian dinyatakan bahwa formasi pembawa batubar (coal batubara bearing formation adalah Formasi ring formation) Warukin, Formasi Montalat dan Formasi Berai. Pada saat uji

interpretasi lokasi

potensi batubara da dapat dicapai sebesar 80% yaitu dari 5 lokasi yang diduga duga berpotensi

mengandung batubara, 4 lokasi ditemukan batubara dan 1 lokasi tidak. Keempat lokasi tersebut tersebar tidak merata di formasi dak formasiformasi pembawa batubara yaitu Formasi Warukin terdapat 1 lokasi potensi dan Formasi Montalat

lapangan, di daerah sampel pada Formasi Berai, tidak ditemukan singkapan batubara. Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

terdapat 3 lokasi potensi batubara. 3. Luas daerah prospek batubara

lokasi 1 hasil penelitian 10 109,008 Ha, lokasi 2 961,837 Ha, lokasi 3 7Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

12

1. Kemungkinan ketelitian pemetaan akan lebih baik lagi, jika lokasi sampel yang diverifikasi lebih

3. Pemanfaatan data

citra dengan

resolusi spasial lebih detil, seperti citra satelit ALOS, ASTER

banyak dan tersebar merata pada ketiga formasi yang diteliti. 2. Diharapkan aplikasi analisa digital data penginderaan jauh berupa citra auh satelit Landsat7 ETM+ dan data DSM SRTM lebih luas lagi, dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi lokasi

AVNIR 15 M dan SRTM DSM 30/60 m memungkinkan untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi

potensi batubara yang lebih teliti. 4. Pelaksanaan penelitian akan lebih baik bila menggunakan data

sekunder yang lebih detail, berupa peta geologi dengan skala yang lebih besar (< 1:250.000).

berpotensi bahan tambang lainnya lainnya, tidak hanya batubara.

6. DAFTAR REFERENSI Bainton, C.S., 1975, Coal Formation in S., Indonesia. Proceedings regional

Palopo, PT., 2006. Laporan Eksplorasi Lengkap. Buntok. Sutirno, supritana, Rustandi, Sanyoto dan Hasan, 1994. Peta Geologi Lembar Buntok, Kalimantan, Pusat , Penelitian dan Pengembangan

Conference on the Geology and Mineral Resources of South East Asia, Jakarta, p. 1 23. Mulyono, J., 2006. Emas Hitam Sang Primadona, Artikel.

Geologi, Bandung. Standar Nasional Indonesia, Sumberdaya 1998. dan

http://www.swa.co.id/cetak.php. Tarigan, S., 2007. Produksi batubara Kalteng tahun ini Lima Juta Ton. Artikel. www.Kapanlagi.com www.Kapanlagi.com.

Klasifikasi

Cadangan Batubara Amandemen-1, Batubara, ICS 73.20.

Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

13