APLIKASI METODE TRANSPORTASI DENGAN PROGRAM ...Aplikasi Metode Transportasi dengan Program Solver...

144
APLIKASI METODE TRANSPORTASI DENGAN PROGRAM SOLVER DALAM MEMINIMUMKAN BIAYA PENGIRIMAN PRODUK (STUDI KASUS PT. RAJAA TUNGGAL) skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika oleh Devie Kurnia Wijayanti 4150406510 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Transcript of APLIKASI METODE TRANSPORTASI DENGAN PROGRAM ...Aplikasi Metode Transportasi dengan Program Solver...

  • APLIKASI METODE TRANSPORTASI DENGAN

    PROGRAM SOLVER DALAM MEMINIMUMKAN

    BIAYA PENGIRIMAN PRODUK

    (STUDI KASUS PT. RAJAA TUNGGAL)

    skripsi

    disajikan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

    Program Studi Matematika

    oleh

    Devie Kurnia Wijayanti

    4150406510

    JURUSAN MATEMATIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2011

  • ii

    PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul

    Aplikasi Metode Transportasi dengan Program Solver dalam Meminimumkan

    Biaya Pengiriman Produk (Studi Kasus PT. Rajaa Tunggal)

    disusun oleh

    Devie Kurnia Wijayanti

    4150406510

    telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada

    tanggal 28 September 2011.

    Panitia:

    Ketua Sekretaris

    Dr. Kasmadi Imam S., M.S Drs. Edy Soedjoko, M.Pd

    NIP.195111151979031001 NIP. 195604191987031001

    Ketua Penguji

    Muhammad Kharis,S.Si., M.Sc

    NIP. 198210122005011001

    AnggotaPenguji/ Anggota Penguji/

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Dwijanto, M.S Drs. Mashuri, M.Si

    NIP. 195804301984031006 NIP.196708101992031003

  • iii

    PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari

    terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi

    sesuai peraturan perundang-undangan.

    Semarang, 28 September 2011

    Devie Kurnia W

    4150406510

  • iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO :

    Biarlah hidup sewajarnya mengalir, seperti angin yang berhembus tanpa alasan yang pantas untuk

    dijadikan penjelasan. (Devie)

    The good fighters of old first put themselves beyond the possibility of defeat, and then waited for an

    opportunity of defeating the enemy. (Sun Tzu)

    “Sesungguhnya do‟a itu dapat memberi manfaat untuk sesuatu yang telah terjadi dan yang belum

    terjadi. Maka wahai hamba Allah lakukanlah do‟a itu (HR.Tirmidzi)”.

    Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang

    tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam hal apapun. ( Oprah Winfrey)

    PERSEMBAHAN :

    Skripsi ini saya persembahkan untuk

    1. Bapak dan ibuku tercinta yang selalu menyayangi dan mendoakan

    dalam setiap langkahku, terimakasih atas kasih sayang, perhatian,

    do‟a serta segenap dukungan yang telah diberikan selama ini.

    2. Sahabat-sahabatku : ina, siska, liyung, d‟somplaks (lia, tri, nurul,

    zizah), asti, suny, alfi, terima kasih atas supportnya.

    3. Teman-teman Matematika Paralel Angkatan „06.

    4. Teman-teman kost ”Wisma Karya”, terima kasih atas

    dukungannya.

  • v

    PRAKATA

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

    rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    yang berjudul: “APLIKASI METODE TRANSPORTASI DENGAN

    PROGRAM SOLVER DALAM MEMINIMUMKAN BIAYA PENGIRIMAN

    PRODUK (STUDI KASUS PT. RAJAA TUNGGAL)” dengan baik dan lancar.

    Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati disampaikan terima kasih

    kepada yang terhormat :

    1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri

    Semarang yang telah memberikan izin kuliah dan segala fasilitas untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    2. Dr. Kasmadi Imam S., M.S selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang atas ijinnya untuk

    melakukan penelitian.

    3. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang

    telah mendorong dan mengarahkan selama menempuh studi.

    4. Dr. Dwijanto, M.S selaku Dosen Pembimbing I dengan penuh kesabaran

    memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

    5. Drs. Mashuri, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dengan penuh kesabaran

    memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

  • vi

    6. Muhammad Kharis,S.Si., M.Sc selaku Dosen Penguji yang memberikan

    bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

    7. Seluruh Dosen Matematika yang telah membimbing dan memberikan ilmunya

    kepada penulis.

    8. Kepala dan seluruh karyawan PT. Rajaa Tunggal atas izin penelitian yang

    telah diberikan.

    9. Keluarga, sahabat, dan teman-teman yang telah memberikan do‟a, semangat,

    dan dukungan.

    10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

    bisa disebutkan satu per satu.

    Mudah-mudahan apa yang dituangkan dalam skripsi ini dapat

    menambah informasi dan bermanfaat bagi semua pihak.

    Semarang, September 2011

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK

    Wijayanti, Devie Kurnia. 2011. “Aplikasi Metode Transportasi dengan Program

    Solver dalam Meminimumkan Biaya Pengiriman Produk (Studi Kasus PT. Rajaa

    Tunggal)”. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr.

    Dwijanto, MS. dan Pembimbing Pendamping Drs. Mashuri, M.Si.

    Kata kunci : transportasi, solver, biaya.

    Persoalan transportasi membahas masalah pendistribusian suatu komoditas

    atau produk dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan, dengan tujuan

    meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi. Oleh karena itu perlu

    dilakukan suatu usaha agar biaya pengiriman produk seminimal mungkin.

    Program solver merupakan salah satu software yang banyak digunakan untuk

    masalah optimasi misalnya dalam menyelesaikan masalah transportasi.

    PT. Rajaa Tunggal merupakan suatu perusahaan yang memproduksi rokok

    di Surakarta. Pada perusahaan tersebut biaya transportasi dari produk yang

    dikirimkan ke distributor belum efektif karena belum menggunakan metode

    transportasi yang sudah ada. Sehingga diperlukan analisa tentang sistem

    pendistribusian yang tepat dari sumber dan tujuan yang ada dengan alternatif jalur

    untuk rute yang dilewati mampu meminimumkan biaya pengiriman.

    Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode

    transportasi dengan program solver dalam meminimumkan biaya pengiriman

    produk di PT. Rajaa Tunggal dan apakah pembiayaan transportasi yang

    dikeluarkan PT. Rajaa Tunggal sudah optimum. Tujuan penelitian ini adalah

    untuk mengetahui penerapan metode transportasi dengan program solver dalam

    meminimumkan biaya pengiriman produk di PT. Rajaa Tunggal dan untuk

    mengetahui apakah pembiayaan transportasi yang dikeluarkan PT. Rajaa Tunggal

    sudah optimum.

    Metode penelitian ini adalah kajian teori menggunakan metode studi

    pustaka dan kajian terapan menggunakan metode komputerisasi untuk

    meminimasi biaya pengiriman produk dengan menggunakan program solver.

    Hasil analisis transportasi dengan program solver pada bulan November

    2010 diperoleh biaya pendistribusian untuk semua produk sebesar

    Rp 10.615.600,-. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

    sebesar Rp 12.722.600,-. Jadi, diperoleh selisih biaya pendistribusian sebesar

    Rp 2.107.000,- atau 16,51% dari total biaya yang dikeluarkan. Berarti biaya

    pendistribusian produk pada periode tersebut dapat diminimumkan.

    Simpulan dari penelitian ini adalah proses pendistribusian barang di PT.

    Rajaa Tunggal belum optimal dari segi biaya, namun pada kenyataannya

    perusahaan masih mempergunakan jalur transportasi yang sudah ditetapkan

    karena adanya pertimbangan dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses

    pendistribusian itu sendiri seperti efisiensi waktu pengiriman. Saran untuk

    perusahaan hendaknya dapat mengaplikasikan metode transportasi dengan

    program solver dengan adanya perubahan rute transportasi dari pabrik ke regional

    maupun dari regional ke kota tujuan agar diperoleh biaya yang minimum.

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    PRAKATA .................................................................................................. vi

    ABSTRAK .................................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

    BAB

    1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ………...…………………………………. 1

    1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………... 4

    1.3 Pembatasan Masalah …………………........................................... 5

    1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

    1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

    1.6 Sistematika Penulisan ….................................................................. 7

    2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9

    2.1 Riset Operasi ..................................................................................... 9

    2.2 Program Linear ................................................................................ . 12

    2.3 Biaya ................................................................................................ . 17

    2.4 Transportasi .................................................................................... . 21

  • ix

    2.4.1 Metode Transportasi ………………………………................... 24

    2.4.2 Prosedur Penyelesaian Metode Trasportasi …………………… 25

    2.4.3 Model Transportasi ................................................................... 26

    2.4.4 Keseimbangan Model Transportasi ... ...................................... 27

    2.4.5 Algoritma Transportasi ... ......................................................... 28

    2.4.5.1 Tabel Awal Matriks Tansportasi Denebula ... .............. 35

    2.4.5.2 Optimalitas Distribusi Denebula ... .............................. 50

    2.4.6 Model Transshipment ... ........................................................... 58

    2.5 Program Solver ................................................................................. 64

    2.5.1 Cara Menginstal Solver ............................................................ 64

    2.5.2 Cara Menjalankan Solver .......................................................... 66

    2.5.3 Program Solver untuk Menyelesaikan Masalah Transportasi.. 74

    2.6 Gambaran Umum Perusahaan .......................................................... 78

    3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 81

    3.1 Obyek Penelitian ............................................................................... 81

    3.2 Jenis Data .......................................................................................... 81

    3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 82

    3.4 Langkah-langkah Pengolahan Data .................................................. 82

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 86

    4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 86

    4.2 Pembahasan ..................................................................................... 108

    5. PENUTUP .............................................................................................. 111

    5.1 Simpulan .......................................................................................... 111

  • x

    5.2 Saran ................................................................................................. 112

    DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 113

    LAMPIRAN.................................................................................................. 114

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Contoh Biaya yang Diestimasi dan Penggerak biaya ............ 19

    Tabel 2.2 Variabel Bebas dan Variabel Terikat .................................... 21

    Tabel 2.3 Tabel Model Transportasi ..................................................... 26

    Tabel 2.4 Matriks Persoalan Transportasi ............................................. 30

    Tabel 2.5 Tabel Awal Matriks Transportasi Denebula ......................... 35

    Tabel 2.6 Metode NWC, seluruh kapasitas Yogyakarta didistribusikan

    ke Purwokerto ........................................................................ 36

    Tabel 2.7 Metode NWC, permintaan Purwokerto terpenuhi ................. 36

    Tabel 2.8 Metode NWC, Magelang memenuhi permintaan Purwokerto

    dan Semarang ........................................................................ 37

    Tabel 2.9 Metode NWC, permintaan Semarang terpenuhi .................... 38

    Tabel 2.10 Metode NWC, pemintaan Madiun terpenuhi ......................... 38

    Tabel 2.11 Metode NWC ......................................................................... 39

    Tabel 2.12 Tabel awal dengan biaya terkecil, C32 = 2 adalah Cij terkecil 40

    Tabel 2.13 Tabel awal metode biaya terkecil, C33 = 3 adalah Cij terkecil

    setelah X32 terpenuhi .............................................................. 40

    Tabel 2.14 Tabel awal metode biaya terkecil, setelah X11 terpenuhi, X21

    menjadi Cij terkecil selanjutnya ............................................. 41

    Tabel 2.15 Tabel awal metode biaya terkecil, C23 = 8 adalah 𝐶𝑖𝑗 terkecil

    setelah X32, X33, X11 dan X12 terpenuhi .................................. 42

    Tabel 2.16 Tabel awal dengan metode biaya terkecil .............................. 42

    Tabel 2.17 Matriks transportasi Denebula, VAM alokai pertama (penentuan

    selisih dua Cij terkecil) ........................................................... 45

    Tabel 2.18 Matriks transportasi Denebula, VAM alokasi pertama .......... 45

    Tabel 2.19 Matriks transportasi Denebula, VAM alokasi kedua ............. 46

    Tabel 2.20 Matriks transportasi Denebula, VAM alokasi ketiga ............. 47

    Tabel 2.21 Matriks transportasi Denebula, VAM alokasi keempat ......... 48

  • xii

    Tabel 2.22 Matriks transportasi Denebula, VAM alokasi kelima ............ 48

    Tabel 2.23 Matriks transportasi Denebula, VAM lengkap ...................... 49

    Tabel 2.24 MODI, U1 = 0 utuk menentukan V1 ....................................... 52

    Tabel 2.25 MODI, U1 = 0 dan C11 = 4, maka V1 = 4 ............................... 52

    Tabel 2.26 MODI, U2 = 2 karena V1 = 4 dan C21 = 6 .............................. 53

    Tabel 2.27 MODI, V3 = 6 karena U2 = 2 dan C23 = 8 .............................. 53

    Tabel 2.28 MODI, U3 = 3 karena V3 = 6 dan C33 = 3 .............................. 54

    Tabel 2.29 MODI, V2 = 5 karena U3 = 3 dan C32 = 2 .............................. 54

    Tabel 2.30 Tabel awal yang disusun dengan menggunakan metode sudut

    barat laut dan VAM diuji dengan MODI ............................... 55

    Tabel 2.31 Stepping Stone, pengujian sel 31 dan 32 ................................ 57

    Tabel 2.32 Stepping Stone, pengujian sel 21 ............................................ 57

    Tabel 2.33 Stepping Stone, pengujian sel 13 ............................................ 58

    Tabel 2.34 Unit Biaya Transportasi Perusahaan Teh Kembang .............. 60

    Tabel 2.35 Penyelesaian Optimal Kasus Perusahaan Teh Kembang ....... 62

    Tabel 2.36 Tabel Transportasi .................................................................. 63

    Tabel 2.37 Tabel Peyelesaian Pengiriman Kasus Teh Kembang ............ 64

    Tabel 2.38 Tabel Awal ............................................................................. 67

    Tabel 4.1 Tabel Jarak (KM) antara Pabrik, Regional dengan Kota

    Tujuan Pengiriman ............................................................ 88

    Tabel 4.2 Tabel Jumlah Permintaan Barang untuk Setiap Tujuan ( Bulan

    November 2010) .................................................................... 89

    Tabel 4.3 Tabel Biaya (rupiah) Pengiriman ke Tempat Tujuan ........... 90

    Tabel 4.4 Tabel Transportasi Gabungan untuk Semua Produk Rajaa

    Tunggal .................................................................................. 91

    Tabel 4.5 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program .

    Solver (Semua Produk Rajaa)................................................ 94

  • xiii

    Tabel 4.6 Tabel Transportasi Gabungan untuk Produk Rajaa Sejati .... 96

    Tabel 4.7 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program

    Solver (Produk Rajaa Sejati) ................................................. 97

    Tabel 4.8 Tabel Transportasi Gabungan untuk Produk DJ ................... 99

    Tabel 4.9 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program

    Solver (Produk DJ) ................................................................ 100

    Tabel 4.10 Tabel Transportasi Gabungan untuk Produk Kalisanga

    (K9) ....................................................................................... 102

    Tabel 4.11 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program .

    Solver (Produk K9) ................................................................ 103

    Tabel 4.12 Tabel Transportasi Gabungan untuk Produk Rajaa Sejati

    Premium ................................................................................ 105

    Tabel 4.13 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program .

    Solver (Produk Rajaa Sejati Premium) .................................. 106

    Tabel 4.14 Tabel Biaya Pengiriman ke Tempat Tujuan ......................... 108

    Tabel 4.15 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program .

    Solver (Semua Produk RAJAA) ............................................ 109

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 2.1 Flow Chart Algoritma Transportasi ................................... 29

    Gambar 2.2 Jaringan Perusahaan Teh kembang .................................... 59

    Gambar 2.3 Jaringan Transportasi yang Diturunkan dari Kasus Transit 62

    Gambar 2.4 Customize Quick Access Toolbar ........................................ 65

    Gambar 2.5 Menu Add-in ....................................................................... 65

    Gambar 2.6 Configuration Progress ....................................................... 66

    Gambar 2.7 Program Solver sudah ter-install ........................................ 66

    Gambar 2.8 Persiapan penyelesaian solver ............................................ 68

    Gambar 2.9 Penyelesaian solver ............................................................ 70

    Gambar 2.10 Add Constraint ................................................................... 71

    Gambar 2.11 Solver Option ..................................................................... 71

    Gambar 2.12 Solver Result ........................................................................ 72

    Gambar 2.13 Lembar Kerja Answer ........................................................ 73

    Gambar 2.14 Lembar Kerja Sensitivity .................................................... 73

    Gambar 2.15 Lembar Kerja Limits .......................................................... 74

    Gambar 2.16 Matriks Transportasi Awal ................................................. 75

    Gambar 2.17 Menu Solver ........................................................................ 76

    Gambar 2.18 Hasil Perhitungan dengan Solver ....................................... 77

    Gambar 4.1 Persiapan Tabel Awal pada Lembar Kerja Excel ................ 92

    Gambar 4.2 Solver Parameter ................................................................ 93

  • xv

    Gambar 4.3 Solver Options .................................................................... 93

    Gambar 4.4 Penyelesaian dengan Program Solver untuk Semua Produk

    Rajaa Tunggal .................................................................... 94

    Gambar 4.5 Penyelesaian untuk Produk Rajaa Sejati ............................. 97

    Gambar 4.6 Penyelesaian untuk Produk DJ ............................................ 100

    Gambar 4.7 Penyelesaian untuk Produk K9 ........................................... 103

    Gambar 4.8 Penyelesaian untuk Produk Rajaa Sejati Premium ............. 106

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    Lampiran 1 Tabel Jarak (KM) antara Pabrik, Regional dengan Kota

    Tujuan Pengiriman .............................................................. 114

    Lampiran 2 Tabel Jumlah Permintaan Barang untuk Setiap Tujuan ( Bulan

    November 2010) .................................................................... 115

    Lampiran 3 Tabel Biaya (rupiah) Pengiriman ke Tempat Tujuan ........... 116

    Lampiran 4 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program .

    Solver (Semua Produk Rajaa)................................................ 117

    Lampiran 5 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program

    Solver (Produk Rajaa Sejati) ................................................. 118

    Lampiran 6 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program

    Solver (Produk DJ) ................................................................ 120

    Lampiran 7 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program .

    Solver (Produk K9) ................................................................ 121

    Lampiran 8 Tabel Alokasi Pengiriman Barang Berdasarkan Program .

    Solver (Produk Rajaa Sejati Premium) .................................. 122

    Lampiran 9 Struktur Organisasi PT. Rajaa Tunggal ................................. 123

    Lampiran 10 Foto Pabrik PT. Rajaa Tunggal ............................................ 124

    Lampiran 11 Foto Produk PT. Rajaa Tunggal ............................................ 125

    Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian .............................................................. 126

    Lampiran 13 Surat Keterangan PT. Rajaa Tunggal ................................... 127

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi yang semakin

    canggih banyak sekali perusahaan yang berdiri dan bergerak di bidang jasa

    maupun manufaktur menyebabkan persaingan yang kompetitif. Untuk tetap

    bertahan dalam kondisi seperti ini, tentunya diperlukan suatu manajemen yang

    baik. Salah satunya yaitu permasalahan biaya pengiriman (penyaluran) produk

    atau barang ke konsumen yang mengalami kenaikan akibat kurs rupiah terhadap

    dollar.

    Masalah pendistribusian produk itu sendiri berkaitan langsung dengan

    masalah transportasi yang merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi

    karena tidak adanya koordinasi dalam pengiriman produk, sehingga

    memungkinkan terjadinya pembengkakan biaya pengiriman. Jadi, untuk itu perlu

    dilakukan suatu usaha agar biaya pengiriman produk seminimal mungkin.

    PT. Rajaa Tunggal merupakan suatu perusahaan yang memproduksi rokok

    di Surakarta. Kegiatan produksi PT. Rajaa Tunggal dilakukan di pabrik utama

    yang terletak di Dk. Jembangan Ds. Gagak Sipat Kec. Ngemplak Kab. Boyolali

    yang akan dipasarkan melalui distributor atau agen pemasaran lalu akan dikirim

    ke subdistributor dan kemudian dipasarkan ke konsumen. Perusahaan ini

    mempunyai beberapa perwakilan atau regional yang tersebar di beberapa daerah

  • 2

    di pulau Jawa. Perwakilan untuk wilayah Jawa bagian tengah yaitu Surakarta,

    Salatiga, Banyumas, Temanggung dan untuk wilayah Jawa bagian timur yaitu

    Ponorogo. Sedangkan daerah tujuan pengirimannya yaitu Surakarta, Boyolali,

    Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Salatiga, Blora, Rembang,

    Pati, Kendal, Banyumas, Cilacap, Temanggung dan Ponorogo.

    Perusahaan melakukan pengiriman berdasarkan jumlah permintaan daerah

    distributor. Jumlah permintaan tersebut tiap periodenya naik turun karena

    dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas, persaingan pasar, pendapatan

    masyarakat yang tidak tetap, selera konsumen, pemasaran dan lain-lain. Meskipun

    daerah pemasaran perusahaan semakin meluas tetapi adanya faktor-faktor tersebut

    dapat menyebabkan permintaan konsumen mengalami peningkatan pada periode

    tertentu dan penurunan pada periode lain.

    Untuk dapat memenuhi setiap permintaan daerah distributor yang dapat

    meningkat atau menurun setiap saat, pihak perusahaan harus dapat

    mengalokasikan produksinya secara optimal ke setiap daerah pemasaran dengan

    tepat waktu sehingga dapat menekan atau meminimumkan biaya transportasi yang

    dikeluarkan, hal ini dikarenakan di perusahaan tersebut belum digunakan metode

    transportasi yang sudah ada sehingga biaya transportasi yang dikeluarkan dari

    produk yang dikirimkan ke distributor belum efektif. Dengan demikian

    diperlukan analisa tentang sistem pendistribusian yang tepat dari sumber dan

    tujuan yang ada dengan alternatif jalur untuk rute yang dilewati mampu

    meminimumkan biaya pengiriman.

  • 3

    Riset Operasi adalah salah satu ilmu terapan praktis yang selalu diperlukan

    dalam peradaban, berkaitan dengan masalah optimalisasi, yaitu berkaitan dengan

    tujuan untuk memaksimumkan atau meminimumkan sesuatu. Optimalisasi dalam

    pembuatan keputusan ini dapat dicapai dengan menggunakan analisis kuantitatif

    yang mendasarkan pada pengalaman dan pertimbangan manajerial, dan analisis

    kuantitatif yang menggunakan teknik matematika dan statistik. Dalam riset

    operasi, optimalisasi tujuan pembuatan keputusan didasarkan pada analisis

    kuantitatif. Ada banyak metode analisis kuantitatif yang dapat digunakan, mulai

    dari yang sederhana hingga yang kompleks.

    Banyak model riset operasi yang sudah dikembangkan yang berhubungan

    dengan matematika. Salah satunya adalah program linear. Program Linear

    merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

    optimalisasi suatu model linier dengan keterbatasan-keterbatasan yang tersedia.

    Masalah program linear berkembang pesat setelah diketemukan oleh George

    Dantzig pada tahun 1947 (Dwijanto 2008:13).

    Program linear merupakan model dari riset operasi yang banyak digunakan

    dalam bidang industri, transportasi, perdagangan, ekonomi dan berbagai bidang

    lainnya. Tipe khusus persoalan program linier yang paling penting yaitu persoalan

    transportasi. Persoalan transportasi membahas masalah pendistribusian suatu

    komoditas atau produk dari sejumlah sumber (supply) kepada sejumlah tujuan

    (demand) dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi.

    Metode transportasi merupakan salah satu metode program linear untuk

    memecahkan permasalahan alokasi sumber daya organisasi (modal, waktu

  • 4

    penyelesaian pekerjaan, kapasitas mesin, bahan baku, tenaga kerja, dan lain

    sebagainya) yang terbatas. Seperti halnya metode program linear yang lain, hasil

    akhir dari metode transportasi adalah suatu solusi optimal dari fungsi tujuan

    dengan batas yang ada.

    Penggunaan software dalam menyelesaikan masalah optimasi sangatlah

    penting. Terutama bila melibatkan banyak iterasi dalam menemukan solusi

    optimum dari suatu masalah. Program Solver merupakan salah satu software yang

    banyak digunakan untuk masalah optimasi misalnya dalam menyelesaikan

    masalah transportasi.

    Program solver adalah program add in yang berada dibawah program

    excel. Program solver ini berisi perintah-perintah yang berfungsi untuk melakukan

    analisis terhadap masalah optimalisasi (Dwijanto 2008:49).

    Sehubungan dengan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil

    judul “Aplikasi Transportasi dengan Program Solver dalam Meminimumkan

    Biaya Pengiriman Produk (Studi Kasus PT. Rajaa Tunggal)”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan-permasalahan yang akan

    diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Bagaimana penerapan metode transportasi dengan program solver dalam

    meminimumkan biaya pengiriman produk di PT. Rajaa Tunggal?

    2. Apakah pembiayaan transportasi yang dikeluarkan PT. Rajaa Tunggal sudah

    optimum?

  • 5

    1.3 Pembatasan Masalah

    Mengingat banyak dan luasnya permasalahan serta agar tujuan

    pembahasan lebih terarah, maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan

    masalah sebagai berikut.

    1. Biaya transportasi untuk produk, dari tiap distributor sampai ke subdistributor.

    2. Jumlah kebutuhan dari tiap distributor dan permintaan dari tiap subdistributor

    telah ditentukan oleh perusahaan.

    3. Penelitian dilakukan pada distribusi wilayah Pulau Jawa bagian tengah dan

    timur.

    a. Agen : Surakarta, Salatiga, Banyumas, Temanggung, Ponorogo.

    b. Kota Tujuan : Surakarta, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar,

    Sukoharjo, Blora, Rembang, Salatiga, Kendal, Pati, Banyumas, Cilacap,

    Temanggung, Ponorogo.

    c. Armada kirim dari perusahaan (Truk Ekspedisi).

    4. Produk yang diteliti adalah produk Rokok Rajaa Sejati, DJ, Kalisanga, dan

    Rajaa Sejati Premium.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    1. Untuk mengetahui penerapan metode transportasi dengan program solver

    dalam meminimumkan biaya pengiriman produk di PT. Rajaa Tunggal.

  • 6

    2. Untuk mengetahui apakah pembiayaan transportasi PT. Rajaa Tunggal sudah

    optimum atau belum.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    1. Bagi Peneliti

    Manfaat yang bisa diambil bagi peneliti adalah peneliti dapat menambah

    wawasan, pengetahuan, dan mampu menerapkan ilmu-ilmunya, khususnya

    masalah transportasi dengan program solver, sehingga dapat memantapkan

    pemahaman mengenai teori-teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan

    serta mampu menerapkan ilmunya dalam kehidupan nyata.

    2. Bagi Perusahaan

    Manfaat yang bisa diambil bagi perusahaan adalah sebagai bahan referensi

    dan memberikan informasi kepada perusahaan dalam melakukan evaluasi untuk

    meningkatkan dan memperbaiki dalam sistem transportasi.

    3. Bagi Pembaca

    Manfaat yang bisa diambil bagi pembaca adalah menambah pengetahuan

    tentang masalah transportasi dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-

    hari.

  • 7

    1.6 Sistematika Penulisan

    Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

    bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

    Bagian awal, memuat halaman judul, halaman pengesahan, abstraksi, halaman

    motto dan persembahaan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar

    gambar.

    Bagian isi terdiri atas 5 bab, yaitu:

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan

    masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini berisi uraian singkat dari teori-teori yang mendukung penelitian ini

    meliputi masalah riset operasi, optimalisasi, metode transportasi, program solver,

    serta gambaran mengenai PT. Rajaa Tunggal.

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    Pada bab ini berisi tentang objek penelitian, teknik pengumpulan data, perumusan

    masalah, pemecahan masalah, dan penarikan kesimpulan.

    BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini berisi tentang deskripsi mengenai objek penelitian, data yang

    diperoleh dari hasil penelitian, dan pembahasan hasil.

    BAB 5 PENUTUP

    Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.

  • 8

    Bagian akhir memuat daftar pustaka sebagai acuan penulisan dan lampiran-

    lampiran yang mendukung kelengkapan skripsi.

  • 9

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Riset Operasi

    Istilah Riset Operasi pertama kali digunakan pada tahun 1940 oleh Mc

    Closky dan Trefthen di suatu kota kecil, Bowdsey, Inggris. Pada masa perang

    1939, pemimpin militer Inggris memanggil sekelompok ahli-ahli sipil dari

    berbagai disiplin dan mengkoordinasi mereka ke dalam suatu kelompok yang

    diserahi tugas mencari cara-cara efisien untuk menggunakan alat yang baru

    ditemukan yang dinamakan radar dalam suatu sistem peringatan dini menghadapi

    serangan udara. Kelompok ahli Inggris ini dan kelompok-kelompok lain

    berikutnya melakukan penelitian (research) pada operasi-operasi (operations)

    militer (Mulyono, 2004:1)

    Menurut teori evolusi managemen, Operation Research sebagai suatu

    bagian dari ilmu pengetahuan baru mulai berkembang sejak tahun 1945, yaitu

    pada saat Perang Dunia Kedua. Pendekatan kuantitatif yang digunakan di dalam

    penyelesaian suatu persoalan, dimana matematika dan statistica memegang

    peranan yang sangat dominan, telah menempatkan Operations Research secara

    teoritis sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang berakar ke Scientific Management

    yang dipelopori oleh Taylor pada abad XVII. Di Inggris, Operations Research

    dikenal sebagai Operational Research (Siswanto, 2007:3).

  • 10

    Pada masa Perang Dunia II, angkatan perang Inggris membentuk suatu

    team yang terdiri dari atas para ilmuwan untuk mempelajari persoalan-persoalan

    strategi dan taktik sehubungan dengan serangan-serangan yang dilancarkan musuh

    terhadap negaranya. Tujuan mereka adalah untuk menentukan penggunaan

    sumber-sumber kemiliteran terbatas, seperti radar dan bomber, dengan cara yang

    paling efektif. Karena team tersebut melakukan research (penelitian) terhadap

    operasi-operasi militer, maka muncullah nama ”(Military) Operation Research”

    (Penelitian Operational untuk masalah-masalah kemiliteran), yang semenjak

    kelahirannya telah ditandai dengan digunakannya pengetahuan ilmiah dalam

    usaha menentukan penggunaan sumber-sumber yang terbatas (Dimyati dan

    Dimyati, 2004:1).

    Dipicu oleh keberhasilan Riset Operasi di dalam operasi-operasi militer,

    berbagai bidang industri dan usaha secara bertahap menjadi tertarik dengan

    bidang baru ini. Paling sedikit ada dua faktor yang memainkan peranan penting di

    dalam perkembangan penerapan Riset Operasi yang sangat pesat di bidang

    industri (Siswanto, 2007:4).

    Setelah Perang Dunia II berakhir, Riset Operasi yang lahir di Inggris ini

    kemudian berkembang pesat di Amerika karena keberhasilan tim Riset Operasi

    dalam bidang militer ini telah menarik perhatian orang-orang industry.

    Sedemikian pesat perkembangannya sehingga kini Riset Operasi telah digunakan

    dalam hampir seluruh bidang (Dimyati dan Dimyati, 2004:1).

    Secara harfiah kata operations dapat didefinisikan sebagai tindakan-

    tindakan yang diterapkan pada beberapa masalah atau hipotesa. Sementara kata

  • 11

    research adalah suatu proses yang terorganisasi dalam mencari kebenaran akan

    masalah atau hipotesa tadi. Kenyatannya, sangat sulit mendefinisikan OR,

    terutama karena batas-batasnya tidak jelas. OR memiliki bermacam-macam

    penjelasan, namun hanya beberapa yang biasa digunakan dan diterima secara

    umum (Mulyono, 2004:2).

    Riset operasi meliputi ”riset mengenai operasi”. Nama ini menyatakan

    sesuatu mengenai pendekatan dan bidang aplikasi dari bidang ini. Maka, riset

    operasi diterapkan kepada masalah-masalah mengenai bagaimiana melaksanakan

    dan mengkoordinasikan operasi atau kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi

    (Hillier, 1990:4).

    OR adalah suatu metode untuk memecahkan masalah optimasi. Model lain

    dalam riset operasi selain program linear antara lain Pemrograman Dinamik,

    Analisis Jaringan, Rantai Markov, Teori Permainan, Pemrograman Non Linear,

    dan Pemrogaman Bilangan Bulat (Suyitno, 1997:1).

    Riset Operasi adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-

    masalah yang muncul dalam pengarahan dan pengelolaan dari suatu sistem besar

    manusia, mesin, bahan dan uang industri, bisnis, pemerintahan dan pertahanan.

    Pendekatan khusus ini bertujuan untuk membentuk suatu model ilmiah dari

    sistem, mengabungkan ukuran-ukuran faktor-faktor seperti kesempatan resiko,

    untuk meramalkan dan membandingkan hasil-hasil dari beberapa keputusan,

    strategi atau pengawasa. Tujuannya adalah membantu pengambilan keputusan

    menentukan kebijaksanaan dan tindakannya secara ilmiah (Operational Research

    Society of Great Britian) (Mulyono, 2004:2).

  • 12

    Dalam riset operasional, masalah optimasi dalam pengambilan keputusan

    diperoleh dengan menerapkan teknik matematika dan statistika. Model

    matematika yang digunakan dalam metode riset operasional bersifat

    menyederhanakan masalah dan membatasi faktor-faktor yang mungkin

    berpengaruh terhadap suatu masalah.

    Jika riset operasi akan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan,

    maka harus dilakukan lima langkah sebagai berikut.

    1. Memformulasikan persoalan.

    2. Mengobservasi sistem.

    3. Memformulasikan model matematis dari persoalan yang dihadapi.

    4. Mengevaluasi model dan menggunakannya untuk prediksi.

    5. Mengimplementasikan hasil studi.

    (Dimyati dan Dimyati, 2004:4-5)

    2.2 Program Linear

    Program linear (Linear Programming yang disingkat LP) merupakan salah

    satu teknik OR yang digunakan paling luas dan diketahui dengan baik. LP

    merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka

    untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau

    meminimumkan biaya. LP banyak diterapkan dalam membantu menyelesaikan

    masalah ekonomi, industri, militer, social dan lain-lain. LP berkaitan dengan

    penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri atas

    sebuah fungsi tujuan linear dan sistem kendala linear (Mulyono, 2004: 13).

  • 13

    George B. Dantzig diakui umum sebagai pioner LP, karena jasanya dalam

    menemukan metode mencari solusi masalah LP dengan banyak variable

    keputusan. Dantzig bekerja pada penelitian teknik matematik untuk memecahkan

    masalah logistic militer ketika ia dipekerjakan oleh angkatan udara Amerika

    Serikat selama Perang Dunia II. Penelitiannya didukung oleh ahli-ahli lain seperti:

    J. Von Neumann, L. Hurwicz dan T. C. Koopmans, yang bekerja pada subyek

    yang sama (Mulyono, 2004:14).

    Pemrograman linear memakai suatu model matematis untuk

    menggambarkan masalah yang dihadapi. Kata sifat „linear‟ berarti bahwa semua

    fungsi matematis dalam model ini harus merupakan fungsi-fungsi linear. Kata

    „pemrograman‟ disini merupakan sinonim untuk kata perencanaan. Maka,

    membuat pemrograman linear adalah membuat rencana kegiatan-kegiatan untuk

    memperoleh hasil yang optimal, ialah suatu hasil mencapai tujuan yang ditentukan

    dengan cara yang paling baik (sesuai model matematis) di antara semua alternatif

    yang mungkin (Hillier, 1990:27).

    Istilah Pemrograman Linear secara eksplisit telah menunjukkan

    karakteristiknya. Seluruh fungsi matematika model harus berupa fungsi

    matematika linear dan penyelesaian optimal diturunkan melalui teknik optimasi

    linear (Siswanto, 2007:24).

    Contoh untuk permasalahan yang memaksimumkan adalah masalah

    keuntungan, sedangkan contoh untuk permasalahan meminimumkan adalah

    masalah biaya, sediaan, dan lain-lain. Kendala-kendala yang sering dijumpai

    adalah keterbatasan bahan mentah, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Kendala-

  • 14

    kendala ini dapat diekspresikan dalam bentuk sejumlah persamaan atau

    pertidaksamaan linear dalam variabel atau peubahnya. Jadi fungsi yang akan

    dioptimumkan merupakan suatu penyelesaian atatu solusi layak yang mempunyai

    nilai fungsi tujuan yang dikehendaki. Nilai yang dikehendaki dapat berupa nilai

    terbesar yaitu fungsi tujuan berupa nilai maksimum sedangkan nilai terkecil yaitu

    fungsi tujuan berupa nilai minimum.

    Program linear yang diterjemahkan dari Linear Programming (LP) adalah

    suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang

    terbatas diantara aktifitas yang bersaing, dengan cara yang terbaik yang mungkin

    dilakukan (Dimyati dan Dimyati, 2004:17).

    Menurut Suyitno (1997:2), pemecahan masalah program linear melalui

    tahap-tahap.

    1. Memahami masalah di bidang yang bersangkutan,

    2. Menyusun model matematika,

    3. Menyelesaikan model matematika (mencari jawaban model),

    4. Menafsirkan jawaban model menjadi jawaban atas masalah yang nyata.

    Karakteristik-karakteristik yang biasanya digunakan dalam persoalan

    program linear adalah sebagai berikut.

    1. Variabel keputusan, adalah variabel yang menguraikan secara lengkap

    keputusan-keputusan yang akan dibuat atau berarti pula sebagai kumpulan

    variabel yang akan dicari untuk ditentukan nilainya.

    2. Fungsi tujuan, merupakan fungsi dari variabel keputusan yang akan

    dioptimumkan. Fungsi tujuan merupakan pernyataan matematika yang

  • 15

    menyatakan hubungan Z (nilai fungsi tujuan) dengan jumlah dari perkalian

    semua koefisien fungsi tujuan.

    3. Pembatas, merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa

    menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang. Koefisien

    dari variabel keputusan pada pembatas disebut koefisien teknis, sedangkan

    bilangan yang ada disisi kanan setiap pembatas disebut ruas kanan

    pembatas.

    4. Pembatas tanda, adalah pembatas yang menjelaskan apakah variabel

    keputusannya diasumsikan hanya berharga nonegatif atau variabel

    keputusan tersebut boleh berharaga positif atau negatif (tidak terbatas pada

    tanda).

    Tidak semua masalah optimasi dapat diselesaikan dengan metode program

    linear. Beberapa prinsip mendasari penggunaan metode program linear. Prinsip-

    prinsip utama dalam program linear adalah sebagai berikut.

    1. Adanya sasaran. Sasaran dalam model matematiaka masalah program linear

    berupa fungsi tujuan (fungsi objektif) yang akan dicari nilai optimalnya

    (maksimum/ minimum).

    2. Ada tindakan alternatif, artinya nilai fungsi tujuan dapat diperoleh dengan

    berbagai cara dan diantaranya alternatif itu memberikan nilai optimal.

    3. Adanya keterbatasan sumber daya. Sumber daya atau input dapat berupa

    waktu, tenaga, biaya, bahan, dsb. Pembatasan sumber daya disebut dengan

    kendala (constrains) pembatas.

  • 16

    4. Masalah harus dapat dituangkan dalam bahasa matematika yang disebut model

    matematika. Model matematika dalam program linear memuat fungsi tujuan

    dan kendala. Fungsi tujuan harus berupa fungsi linear dan kendala berupa

    pertidaksamaan atau persamaan linear.

    5. Antar variabel yang membentuk fungsi tujuan dan kendala ada keterikatan,

    artinya perubahan pada satu peubah akan mempengaruhi nilai peubah yang

    lain.

    Menurut Suyitno (1997:4), model matematika merupakan ungkapan suatu

    masalah dalam bahasa matematika. Sedangkan menurut Dimyati dan Dimyati

    (2004:3), model matematika adalah penggambaran dunia nyata melalui simbol-

    simbol matematis. Petunjuk untuk menyusun model matematika adalah sebagai

    berikut.

    1. Menentukan tipe dari masalah (maksimasi atau minimasi).

    Jika masalahnya menyangkut informasi tentang keuntunga, biasanya masalah

    memaksimumkan. Jika masalahnya berkaitan dengan biaya, biasanya masalah

    meminimumkan.

    2. Mendefinisikan variabel keputusan.

    Bilangan dari koefisien kontribusi digunakan untuk menentukan tipe masalah

    dan untuk membantu mengidentifikasi variabel keputusan.

    3. Merumuskan fungsi tujuan.

    Sesudah menentukan tipe masalah dan variabel keputusan, selanjutnya

    mengkombinasikan informasi ke rumusan fungsi tujuan.

  • 17

    4. Merumuskan kendala.

    Bagian yang paling sulit dalam memformulasikan masalah program linear

    adalah merumuskan kendala. Tahap ini lebih merupakan seni dari pada ilmu

    pengetahuan. Ada dua pendekatan dasar, yaitu:

    a. Pendekatan ruas kanan, merupakan besar maksimum dari sumber daya

    yang tersedia dalam masalah maksimum maupun minimum dari sumber

    daya yang tersedia dalam masalah minimum.

    b. Pendekatan ruas kiri, merupakan koefisien teknis dari daftar dalam tebel

    atau baris-baris, meletakkan semua nilai sebagai koefisien teknis dan

    daftarnya dalam baris dan kolom.

    5. Persyaratan nonnegatif.

    Persyaratan ini harus ada dalam model matematika, karena variabel keputusan

    biasanya mewakili banyak unit dari beberapa produksi atau sesuatu untuk

    diproduksi atau suatu pelayanan tertentu.

    2.3 Biaya

    Biaya/ Beban (Expense) adalah semua pengeluaran uang, pengorbanan

    atau pemakaian aktiva untuk memperoleh pendapatan atau hasil. Hal ini akan

    mengakibatkan berkurangnya aktiva bukan karena penarikan kembali modal oleh

    pemilik atau karena pembayaran utang kepada pihak lain (Kusmuriyanto,

    2005:12).

    Biaya sering kali didefinisikan sebagai penggunaan sumber daya yang

    mempunyai konsekuensi keuangan (Blocher, 2007:4).

  • 18

    Langkah pertama yang sangat penting untuk memperoleh keunggulan

    kompetitif adalah mengidentifikasi penggerak biaya utama dalam perusahaan atau

    organisasi. Penggerak biaya (cost driver) merupakan faktoryang memberi dampak

    pada perubahan tingkat biaya total. Perusahaan mengeluarkan biaya (cost) jika

    menggunakan sumber daya untuk tujuan tertentu. Contohnya, perusahaan yang

    memproduksi peralatan dapur, mempunyai biaya bahan baku (seperti logam dan

    baut), biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya.

    Seringkali biaya dikumpulkan ke dalam kelompok-kelompok tertentu,

    disebut dengan tempat penampungan biaya (cost pools). Ada banyak cara yang

    berbeda dalam mengelompokkan biaya-biaya individual. Objek biaya (cost object)

    adalah berbagai produk, jasa, atau unit organisasi di mana umumnya biaya

    dibebankan untuk beberapa tujuan manajemen.

    Informasi manajemen biaya sangat penting dalam merencanakan biaya dan

    mengambil keputusan (perencanaan untuk produk baru atau perluasan pabrik dan

    pengambilan keputusan lainnya). Namun demikian, kebutuhan mendasar dari

    perencanaan biaya yang efektif adalah untuk menggunakan estimasi biaya yang

    akurat dalam proses perencanaan.

    Estimasi biaya memfasilitasi manajemen strategi dengan dua cara utama.

    Pertama, estimasi biaya membantu memperkirakan biaya di masa yang akan

    datang dengan menggunakan penggerak biaya berdasarkan aktivtas, volume,

    struktural, atau pelaksanaan yang telah diidentifikasi telebih dahulu. Kedua,

    estimasi biaya membantu mengidentifikasi penggerak biaya utama suatu objek

  • 19

    dan mana dari penggerak-penggerak biaya yang paling berguna dalam

    memprediksi biaya.

    Langkah-langkah dari estimasi biaya, yaitu sebagai berikut.

    1. Menentukan objek biaya yang berkaitan dengan biaya yang diestimasi.

    2. Menentukan penggerak biaya.

    3. Mengumpulkan data yang konsisten dan akurat atas objek biaya dan

    penggerak biaya.

    4. Membuat grafik data.

    5. Memilih dan menggunakan metode estimasi yang tepat.

    6. Mengevaluasi keakuratan dari estimasi biaya.

    Beberapa contoh biaya yang diestimasi dan penggerak biayanya yang

    terkait adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.1 Contoh Biaya yang Diestimasi dan Penggerak biaya

    Biaya yang Diestimasi Penggerak Biaya

    Biaya bahan bakar untuk kendaraan Jarak tempuh

    Biaya pemanas ruangan untuk bangunan Suhu yang dipertahankan dalam bangunan

    Biaya pemeliharaan untuk bangunan pabrik Jam kerja mesin, jam kerja tenaga kerja

    langsung

    Biaya desain produk Jumlah desain, perubahan desain

    Terdapat tiga metode estimasi, yaitu sebagai berikut.

    1. Metode titik tinggi rendah (high-low method).

    2. Metode pengukuran kerja (work meansurement).

    3. Metode analisis regresi (regression analysis).

  • 20

    Metode-metode diurutkan dari yang paling rendah tingkat keakuratannya

    sampai yang paling tinggi keakuratannya. Namun, biaya dan usaha yang

    diperlukan untuk mengolah ketiga metode tersebut kebalikan urutannya.

    Pengembangan analisis regresi dimulai dengan memilih objek biaya, yang

    merupakan variabel terikat. Variabel terikat mungkin disajikan pada tingkat yang

    sangat luas (agregat), seperti total biaya pemeliharaan untuk seluruh perusahaan,

    atau bisa saja dalam tingkat yang terinci, seperti biaya pemeliharaan untuk setiap

    pabrik atau departemen.

    Pemilihan tingkat agregat tergantung pada tujuan dari estimasi biaya,

    ketersediaan dan keandalan data, serta pertimbangan biaya dan manfaat. Apabila

    tujuannya adalah keakuratan, maka sering kali analisis pada tingkat terinci yang

    dipilih.

    Untuk menentukan variabel bebas, perlu mempertimbangkan semua data

    keuangan, operasi, dan ekonomi lainnya yang mungkin relevan. Tujuannya adalah

    untuk memilih variabel (1) yang paling relevan, yaitu yang berubah ketika

    variabel terikat berubah; dan (2) bukan merupakan duplikasi variabel bebas

    lainnya. Tabel berikut menunjukkan beberapa variabel terikat dan variabel bebas.

  • 21

    Tabel 2.2 Variabel Bebas dan Variabel Terikat

    Variabel terikat

    Variabel Bebas

    Data Keuangan Data Operasi Indikator

    Ekonomi Lainnya

    - Penjualan - Beban

    penjualan

    - Ukuran took - Indeks tingkat

    harga

    - Variabel dummy

    untuk perubahan

    kebijakan kredit - Beban iklan - Jenis took - Indeks atas

    kondisi ekonomi local

    - Beban tenaga kerja - Tarif upah - Jumlah jam

    kerja

    - Indeks atas tarif

    upah local

    - Variabel tren

    - Penjualan - Variabel dummy untuk

    perubahan

    dalam bauran tenaga kerja

    - Variabel dummy untuk

    perubahan tarif

    pembayaran yang signifikan

    - Jumlah unit

    diproduksi

    - Jumlah

    karyawan

    - Beban utilitas - Penjualan - Temperatur harian rata-rata

    - Variabel dummy untuk

    perubahan yang

    signifikan pada tarif utilitas

    - Jumlah unit

    diproduksi

    - Variabel

    dummy untuk perubahan

    thermostat

    - Lama toko buka (dalam

    jam)

    - Beban umum gaji

    dan perlengkapan kantor, telepon,

    pencetakan dan

    duplikasi, serta perbaikan

    - Penjualan - Jenis took - Indeks tingkat

    harga local

    - Umur took

    - Total beban - Ukuran took - Variabel dummy untuk

    perubahan pada

    otomatisasi kantor

    - Aktiva tetap bersih

    - Jumlah karyawan

    2.4 Transportasi

    Pada umumnya, masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu

    produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju

    beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, pada biaya transportasi minimum.

    Karena hanya satu macam barang, suatu tempat tujuan dapat memenuhi

    permintaannya dari satu atau lebih sumber (Mulyono, 2004:114).

    Masalah transportasi adalah masalah yang khas dan penting dalam

    masalah ekonomi. Masalah transportasi disebut juga masalah Hitchcock. Pada

    tahun 1939 L. V. Kantorovich telah menyelidiki masalah transportasi, F. L.

  • 22

    Hitchcock pada tahun 1941, dan T. C. Koopmans pada tahun 1947 (Suyitno,

    1997:139).

    Secara khusus model transportasi berkaitan dengan masalah

    pendistribusian barang-barang dari pusat-pusat pengiriman atau sumber ke pusat-

    pusat penerimaan atau tujuan. Persoalan yang ingin dipecahkan oleh model

    transportasi adalah penentuan distribusi barang yang akan meminimumkan biaya

    total distribusi (Siswanto, 2007:265).

    Asumsi dasar model ini adalah bahwa biaya transportasi pada suatu rute

    tertentu proporsional dengan banyaknya unit yang dikirimkan. Definisi unit yang

    dikirimkan sangat tergantung pada jenis produk yang diangkut, yang penting,

    satuan penawaran dan permintaan akan barang yang diangkut harus konsisten.

    Masalah transportasi dapat diselesaikan dengan metode simpleks, sebab

    model matematika dari masalah transportasi merupakan keadaan khusus dari

    model matematika masalah PL. Kelemahan metode simpleks untuk

    menyelesaikan masalah transportasi adalah timbulnya masalah kemerosotan.

    Masalah transportasi dapat juga diselesaikan dengn algoritma transportasi.

    Adapun langkah-langkah algoritma transportasi sebagai berikut.

    1. Menyiapkan tabel untuk masalah transportasi.

    2. Menyusun program awal sehingga diperoleh penyelesaian fisibel.

    3. Menentukan biaya kesempatan dari sel-sel kosong.

    4. Menguji apakah program sudah optimal.

    5. Menyusun program perbaikan, apabila belum ditemukan program optimal.

  • 23

    Persoalan transportasi membahas masalah pendistribusian suatu komoditas

    atau produk dari sejumlah sumber (supply) kepada sejumlah tujuan (destination,

    demand), dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi

    (Dimyati dan Dimyati, 2004:128).

    Ciri-ciri khusus persoalan transportasi ini adalah sebagai berikut.

    1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.

    2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan setiap sumber dan yang

    diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu.

    3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan,

    besarnya sesuai dengan permintaan dan atau kapasitas sumber.

    4. Ongkos pengangkutan komoditas dari sumber ke suatu tujuan besarnya

    tertentu.

    Pengalokasian produk dari sumber ke tujuan bertujuan agar biaya

    pengangkutannya seminimal mungkin dari seluruh permintaan dari tempat tujuan

    dipenuhi. Asumsi sumber dalam hal ini adalah tempat asal barang yang hendak

    dikirim, sehingga dapat berupa pabrik, gudang, grosir, dan sebagainya. Sedangkan

    tujuan diasumsikan sebagai tujuan pengiriman barang. Dengan demikian

    informasi yang harus ada dalam masalah transportasi meliputi: banyaknya daerah

    asal beserta kapasitas barang yang tersedia untuk masing tempat, banyaknya

    tempat tujuan beserta permintaan (demand) barang untuk masing-masing tempat

    dan jarak atau biaya angkut untuk setiap unit barang dari suatu tempat asal ke

    tempat tujuan.

  • 24

    2.4.1 Metode Transportasi

    Metode transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengatur

    distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama atau sejenis

    ke tempat tujuan secara optimal. Distribusi ini dilakukan sedemikian rupa

    sehingga permintaan dari beberapa tempat tujuan dapat dipenuhi dari beberapa

    tempat asal yang masing-masing dapat memiliki permintaan atau kapasitas yang

    berbeda (Dwijanto, 2008:61).

    Metode transportasi membahas masalah pendistribusian suatu barang dari

    sejumlah sumber (supply) ke sejumlah tujuan (destination, demand), dengan

    tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi (Dimyati dan Dimyati,

    1999 : 128).

    Distribusi ini dilakukan sedemikian rupa sehingga permintaan dari

    beberapa tempat tujuan dapat dipenuhi dari beberapa tempat asal yang masing-

    masing dapat memiliki permintaan atau kapasitas yang berbeda-beda. Dengan

    menggunakan metode transportasi dapat diperoleh suatu alokasi distribusi barang

    yang dapat meminimalkan total biaya transportasi.

    Suatu perusahaan memerlukan pengelolaan data dan analisis kuantitatif

    yang akurat, cepat serta praktis dalam penggunaannya. Dalam perhitungan secara

    manual membutuhkan waktu yang lebih lama sementara pertimbangan efisiensi

    waktu dalam perusahaan sangat diperhatikan.

  • 25

    2.4.2 Prosedur Penyelesaian Metode Transportasi

    Dalam penyelesaian kasus transportasi, langkah-langkah untuk

    penyelesaian dengan metode transportasi adalah sebagai berikut.

    1. Langkah pertama di dalam metode transportasi adalah menyusun matriks

    transportasi. Langkah ini merupakan kunci keberhasilan kita dalam menyusun

    langkah berikutnya. Matriks transportasi menunjukan sumber dari mana

    barang berasal dan kemana tujuan dikirim.

    2. Langkah berikutnya adalah menyusun tabel awal. Pada tabel awal diisikan

    informasi biaya transportasi atau jarak dari suatu sumber ke suatu tujuan

    tertentu, besar kapasitas sumber, dan besar permintaan. Pada langkah ini,

    harus dipastikan bahwa besar kapasitas harus sama (seimbang) dengan besar

    permintaan. Apabila terdapat ketidakseimbangan maka harus dibuat sel

    dummy yang berisi besarnya ketidakseimbangan antara penawaran dan

    permintaan. Sel dummy dapat berupa sel baris atau sel kolom.

    3. Langkah ketiga adalah melakukan pengalokasian berdasarkan beberapa

    metode yang ada. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan baik

    secara manual maupun dengan menggunakan program komputer.

    4. Jika telah dilakukan pengalokasian dengan salah satu metode yang sesuai,

    langkah selanjutnya adalah melihat apakah alokasi tersebut sudah optimal atau

    belum. Jika alokasi telah optimal maka alokasi tersebut dapat dikatakan telah

    mencapai nilai yang paling menguntungkan. Sebaliknya jika belum optimal,

    maka perlu dilakukan revisi atau perbaikan untuk sel yang masih

    memungkinkan untuk direvisi atau diperbaiki.

  • 26

    2.4.3 Model Transportasi

    Model merupakan penyederhanaan suatu masalah dunia nyata (real world

    problem) melalui berbagai bentuk sehingga masalah tersebut mudah dipahami,

    dianalisis, dan diselesaikan. Bentuk model yang dikenal secara luas antara lain

    rumus (model matematis), prototype, peta, maket, diagram, skema, dan lain-lain.

    Menurut Arifin (2010:228), model transportasi merupakan suatu bentuk

    penyederhanaan dari permasalahan yang menyangkut suatu usaha meminimalkan

    biaya pengiriman (shipping) suatu komoditas dari sejumlah sumber ke sejumlah

    tujuan.

    Tabel untuk model transportasi atau tabel algoritma transportasi dapat

    disusun seperti Tabel 2.1 berikut :

    Tabel 2.3 Tabel Model Transportasi

    Keterangan :

    𝐴𝑖 : Tempat asal ke-𝑖

  • 27

    𝑇𝑗 : Tempat tujuan ke-𝑗

    𝑎𝑖 : Kapasitas (persediaan) barang di tempat asal ke-𝑖

    𝑡𝑗 : Permintaan tempat tujuan ke-𝑗

    𝑐𝑖𝑗 : Biaya pengiriman per unit barang dari tempat asal (𝑖) ke tempat tujuan (𝑗)

    𝑥 𝑖𝑗 : Banyaknya unit barang yang dikirim dari 𝐴𝑖 ke 𝑇𝑗

    Persyaratan samping adalah : ∑𝑎𝑖 = ∑𝑡𝑗 , 𝑖 = 1, 2, …𝑚; 𝑗 = 1, 2, …𝑛.

    Dengan demikian, formulasi program linearnya adalah sebagai berikut :

    Minimumkan : 𝒁 =

    m

    i

    n

    j

    ijij xc1 1

    Berdasarkan pembatas :

    m

    j

    iij ax1

    , 𝒊 = 𝟏, 𝟐, 𝟑, . . . , 𝒎

    n

    i

    jij tx1

    , 𝒋 = 𝟏, 𝟐, 𝟑, . . . , 𝒏

    0ijx untuk seluruh 𝒊 dan 𝒋.

    2.4.4 Keseimbangan Model Transportasi

    Suatu model transportasi dikatakan seimbang apabila total supply (sumber)

    sama dengan total demand (tujuan). Dengan kata lain dapat ditulis sebagai berikut.

    𝑎𝑖

    𝑚

    𝑖=1

    = 𝑡𝑗

    𝑛

    𝑗=1

    Dalam persoalan yang sebenarnya batasan ini tidak selalu terpenuhi atau

    dengan kata lain, jumlah supply yang tersedia mungkin lebih besar atau lebih kecil

    dari pada jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi, maka model persoalanya

  • 28

    disebut model yang tidak seimbang (unbalanced). Batasan di atas dikemukakan

    hanya karena menjadi dasar dalam pengembangan teknik transportasi. Namun,

    setiap persoalan transportasi dapat dibuat seimbang dengan cara memasukan

    variabel artificial (semu). Jika jumlah demand melebihi jumlah supply, maka

    dibuat suatu sumber dummy yang akan men-supply kekurangan tersebut, yaitu

    sebanyak ∑ 𝑗𝑡𝑗 − ∑ 𝑖𝑎𝑖.

    Sebaliknya, jika jumlah supply melebihi jumlah demand, maka dibuat

    suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak ∑ 𝑖𝑎𝑖 −

    ∑ 𝑗𝑡𝑗 . Biaya transportasi per unit (𝑐𝑖𝑗 ) dari sumber dummy ke seluruh tujuan

    adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber dummy

    tidak terjadi pegiriman. Begitu pula dengan biaya transportasi per unit (𝑐𝑖𝑗 ) dari

    semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.

    Jika pada suatu persoalan transportasi dinyatakan bahwa dari sumber ke 𝑘

    tidak dilakukan atau tidak boleh terjadi pengiriman ke tujuan 𝑙, maka nyatakanlah

    𝑐kl dengan suatu harga 𝑀 yang besarnya tidak terhingga. Hal ini dilakukan agar

    dari 𝑘 ke 𝑙 itu benar-benar tidak terjadi pendistribusian barang.

    2.4.5 Algoritma Transportasi

    Model transportasi, pada saat dikenalkan pertama kali, diselesaikan secara

    manual dengan menggunakan algoritma yang dikenal dengan algoritma

    transportasi. Flow chart algoritma transportasi ini dapat dilihat pada gambar

    berikut :

  • 29

    Gambar 2.1 Flow Chart Algoritma Transportasi

    Pertama, diagnosis masalah dimulai dengan pengenalan sumber, tujuan,

    parameter dan variabel.

    Kedua, seluruh informasi tersebut kemudian dituangkan ke dalam matriks

    transportasi. Dalam hal ini,

    - Bila kapasitas seluruh sumber lebih besar dari permintaan seluruh tujuan, maka

    sebuah kolom semu (dummy) perlu ditambahkan untuk menampung kelebihan

    kapasitas ini.

    - Bila kapasitas seluruh sumber lebih kecil dari seluruh permintaan tujuan, maka

    sebuah baris semu perlu ditambahkan untuk menyedikan kapasitas semu yang

    akan memenuhi kelebihan permintaan itu.

    Ketiga, setelah matriks transportasi terbentuk kemudian dimulai menyusun

    tabel awal. Ada tiga metode untuk menyusun tabel awal, yaitu :

    Awal

    Selesai Test Optimalisasi

    Menyusun Matriks Transportasi

    Menyusun Tabel Awal

    Alokasi

    Revisi

    Tidak

    Ya

  • 30

    1. Metode Sudut Barat Laut atau North West Corner Method (NWC)

    Sesuai nama aturan ini, maka penempatan pertama dilakukan di sel

    paling kiri dan paling atas (northwest) matriks kemudian bergerak ke kanan

    ke bawah sesuai permintaan dan kapasitas produksi yang sesuai.

    Tabel 2.4 Matriks Persoalan Transportasi

    tujuan (supply)

    1 2 3

    1

    c11 c12 c13

    a1 sumber

    (demand)

    x11 x12 x13

    2

    c21 c22

    c23

    a2

    x21 x22 x23

    b1 b2 b3

    Mulai dari pojok kiri atas, alokasikan sebesar x11 = min a1, b1 .

    Artinya: jika b1 < a1 maka x11 = b1; jika b1 > a1 maka x11 = a1. Kalau

    x11 = b1, maka selanjutnya yang mendapat giliran untuk dialokasikan adalah

    x12 sebesar min a1 − b1, b2 ; kalau giliran untuk dialokasikan adalah x21

    sebesar min b1 − a1, a2 . Demikian seterusnya.

    Besar alokasi ini akan mencukupi salah satu, kapasitas tempat asal baris

    pertama dan atau permukaan tempat tujuan dari kolom pertama. Jika

    kapasitas tempat asal pertama terpenuhi kita bergerak ke bawah menyusur

    kolom pertama. Di lain pihak, jka alokasi pertama memenuhi permintaan

    tempat tujuan di kolom pertama, kita bergerak ke kanan di baris pertama dan

    kemudian menentukan alokasi yang kedua atau yang memenuhi kapasitas

    tersisa dari baris satu atau memenuhi permintaan tujuan dari kolom dua dan

    seterusnya.

  • 31

    2. Metode Biaya Terkecil atau Least Cost Method

    Metode ini digunakan untuk persoalan transportasi berdimensi kecil, hal

    ini akan memberikan pengurangan waktu. Alokasi pertama dibuat terhadap

    sel yang berkaitan dengan biaya pengangkutan terendah. Sel dengan biaya

    terendah ini diisi sebanyak mungkin dengan mengingat persyaratan kapasitas

    produksi (origin) maupun permintaan tempat tujuan. Kemudian beralih ke sel

    termurah berikutnya dan mengadakan alokasi dengan memperhatikan

    kapasitas yang tersisa dari permintaan baris dan kolom. Dalam

    perhitungannya, metode ini membuat matriks sesuai dengan persyaratan.

    3. VAM atau Vogell’s Aproximation Method

    Metode VAM ini didasarkan atas “beda kolom” dan “beda baris” yang

    menentukan perbedaan antara dua biaya termurah dalam satu kolom atau satu

    baris. Setiap perbedaan dapat dianggap sebagai “penalty”, karena

    menggunakan rute termurah. Beda baris atau beda kolom berkaitan dengan

    penalty tertinggi, merupakan baris atau kolom yang akan diberi alokasi

    pertama. Alokasi pertama ini atau menghabiskan tempat kapasitas produksi,

    atau menghabiskan permintaan tujuan atau kedua-duanya.

    Ketiga metode di atas masing-masing berfungsi untuk menentukan alokasi

    distribusi awal yang akan membuat seluruh kapasitas sumber teralokasikan ke

    seluruh tujuan. Pada umumnya, metode biaya terkecil atau Least Cost Method

    akan memberikan solusi awal lebih baik (lebih rendah) dibanding dengan metode

    North West Corner, karena metode Least Cost menggunakan biaya per unit

    sebagai kriteria alokasi sementara metode North West Corner tidak. Akibatnya,

  • 32

    banyak iterasi tambahan yang diperlukan untuk mencapai solusi optimum lebih

    sedikit. Namun, dapat terjadi meskipun jarang, dimana solusi awal yang sama atau

    lebih baik dicapai melalui metode North West Corner.

    Keempat, setelah penyusunan tabel awal selesai maka sebagai langkah

    selanjutnya adalah pengujian optimalitas tabel untuk mengetahui apakah biaya

    distribusi total telah minimum. Ada dua macam model pegujian optimalitas

    algoritma transportasi, yaitu :

    1. Stepping Stone Method

    Metode Stepping Stone bekerja dengan mempertimbangkan “opportunity

    cost” dari sel kosong, yaitu berkurangnya biaya akibat pemindahan model

    pengangkutan bila mana sel kosong itu diisi satu barang.

    Langkah-langkah untuk menghitung 𝑂𝐶 sel kosong dengan

    menggunakan Metode Stepping Stone secara umum dapat dirumuskan

    sebagai berikut :

    (1) Membuat loop dari sel kosong yang akan dihitung 𝑂𝐶 nya

    (2) Misalkan sel (𝑟, 𝑘) adalah sel yang akan dihitung 𝑂𝐶 nya dan loopnya

    adalah (𝑟0, 𝑘0) − (𝑟0, 𝑘1) − (𝑟1, 𝑘1) − (𝑟1, 𝑘2) − (𝑟2, 𝑘2) − ⋯−

    (𝑟𝑝 , 𝑘𝑝) − (𝑟𝑝 , 𝑘0), maka

    𝑂𝐶 (𝑟, 𝑘) = − 𝐶𝑟0, 𝑘0 − 𝐶𝑟0, 𝑘1 + 𝐶𝑟1, 𝑘1 − 𝐶𝑟1, 𝑘2 + 𝐶𝑟2, 𝑘2 −

    … + 𝐶𝑟𝑝 , 𝑘𝑝 − 𝐶𝑟𝑝 , 𝑘0 .

    2. MODI atau Modified Distribution Method

    Jika pada penyelesaian metode Stepping Stone terlebih dahulu harus

    membuat loop, maka pada MODI tidak perlu membuat loop.

  • 33

    Untuk membahas metode ini perlu diperkenalkan beberapa istilah/

    singkatan yang akan digunakan untuk merumuskan masalah transportasi.

    Misalkan banyaknya tempat asal adalah m dan banyakya tempat tujuan

    adalah n, dan misalkan

    Oi = tempat asal ke i, dimana i = 1, 2, …, m

    Dj = tempat tujuan ke j, dimana j = 1, 2, …, n

    Cij = besarnya biaya satuan pengiriman barang dari Oi ke Dj

    Vi = bilangan baris, dimana i = 1, 2, …, m

    Uj = bilangan kolom, dimana j = 1, 2, …, n

    Kij = bilangan sel kosong

    Langkah-langkah membuat OC sel kosong, sebagai berikut :

    1. Menghitung Vi dan Uj berdasarkan sel yang telah terisi sehingga dengan

    hubungan Cij = Vi + Uj. Dimana pertama kali kita dapat memberikan

    sebarang bilangan pada salah satu Vi atau Uj.

    2. Menghitung Kij pada sel kosong dengan ketentuan Kij =Vi + Uj.

    3. Menghitung opportunity cost sel kosong dengan ketentuan OC = Kij - Cij.

    Kelima, atau langkah terakhir adalah revisi tabel bila dalam langkah

    keempat terbukti bahwa tabel belum optimal atau biaya distribusi total masih

    mungkin diturukan lagi. Dengan demikian, lagkah kelima ini tidak akan dilakukan

    apabila pada langkah keempat telah membuktikan bahwa tabel telah optimal.

    Contoh 1 :

    Denebula adalah sebuah perusahaan yang menghasilkan suatu jenis jamur.

    Usaha ini bermula dari sesesorang bernama Denebula di daerah Kaliurang,

  • 34

    Yogyakarta. Ketika usahaya semakin besar dan area penyemaian di daerah itu

    tidak mungkin diperluas, kedua anaknya mulai mencoba mengembangkan usaha

    serupa di daerah Bandungan, Magelang dan Tawangmangu, Surakarta.

    Permintaan terhadap jamur itu tidak hanya datang dari daerah sekitar yaitu

    Yogyakarta, Magelang dan Surakarta tetapai juga datang dari daerah Jawa Barat,

    Jawa Timur dan luar Jawa. Berhubung permintaan terus meingkat, Denebula

    kemudian menujuk ketiga anaknya yang lain utuk menjadi agen di Purwokerto

    untuk melayani daerah Jawa Barat, Semarang untuk melayani permintaan daerah

    luar Jawa dan Madiun untuk melayani permintaan daerah Jawa Timur. Permintaan

    ketiga agen tersebut untuk periode yang akan datang adalah,

    Agen Permintaan

    Purwokerto 5000 kg

    Semarang 4500 kg

    Madiun 5500 kg

    Kemampuan berproduksi ketiga pabrik jamur itu untuk periode yang akan

    datang adalah sebagai berikut:

    Pusat Penyamaian Kapasitas

    Yogyakarta 4000 kg

    Magelang 5000 kg

    Surakarta 6000 kg

    Selanjutnya diketahui pula biaya angkut per unit dari pusat-pusat

    penyemaian ke agen-agen, yaitu :

  • 35

    Pabrik

    Agen

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta 4 5 7

    Magelang 6 3 8

    Surakarta 5 2 3

    Bagaimana masing-masing pusat penyemaian harus mendistribusikan jamur

    agar memenuhi permintaan ke agen-agen dengan biaya yang paling minimum?

    (Siswanto, 2007:269)

    2.4.5.1 Tabel Awal Matriks Tansportasi Denebula

    Untuk menyelesaikan persoalan di atas, kita perlu menyusun tabel awal

    Matriks Transportasi Denebula

    Tabel 2.5 Tabel Awal Matriks Transportasi Denebula

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta X11

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang X21

    6

    X22

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta X31

    5

    X32

    2

    X33

    3

    6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

  • 36

    Berdasarkan uraian di atas, ada 3 metode untuk penyelesaian awal dalam

    masalah trasportasi, yaitu :

    1. Metode Sudut Barat Laut atau North West Corner Method (NWC)

    Metode Sudut Barat Laut atau North West Corner Method (NWC) adalah

    suatu metode untuk menyusun tabel awal dengan cara mengalokasikan

    distribusi barang mulai dari sel yang terletak pada sudut paling kiri atas,

    itulah sebabnya dinamakan metode sudut barat laut.

    Sel matriks 11 (baris = 1, kolom = 1), menurut metode NWC harus

    memperoleh alokasi terlebih dahulu karena terletak paling kiri atas. Di sel ini

    seluruh kapasitas Yogyakarta sebanyak 4000 kg didistribusikan ke

    Purwokerto, namun Purwokerto masih menghendaki tambahan distribusi

    sebesar 1000 kg agar permintaannya sebesar 5000 kg terpenuhi, lihat Tabel

    2.6.

    Kini, sel 21 menjadi sel yang terletak paling kiri atas setelah alokasi

    distribusi tidak mugkin lagi dilakukan di baris ke-1 karena seluruh kapasitas

    Yogyakarta telah dialokasikan ke Purwokerto. Alokasi maksimum di sel 21

    adalah 1000 kg, yaitu sesuai dengan permintaan maksimum Purwokerto pada

    kolom ke-1, lihat Tabel 2.7.

  • 37

    Tabel 2.6 Metode NWC, seluruh kapasitas Yogyakarta didistribusikan ke

    Purwokerto

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta 4000

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang X21

    6

    X22

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta X31

    5

    X32

    2

    X33

    3

    6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

    Tabel 2.7 Metode NWC, permintaan Purwokerto terpenuhi

    Sumber Tujuan

    Kapasitas Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta 4000

    4

    X12

    5

    X13

    7 4000

    Magelang 1000

    6

    X22

    3

    X23

    8 5000

    Surakarta X31

    5

    X32

    2

    X33

    3 6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

    Sel yang terletak paling kiri atas setelah alokasi distribusi tidak mungkin

    dilakukan pada baris dan kolom pertama adalah sel 22. Di sel ini alokasi

    distribusi maksimum adalah 4000 kg, yaitu sesuai dengan kapasitas

    maksimum Magelang sebanyak 5000 kg, lihat Tabel 2.8.

  • 38

    Tabel 2.8 Metode NWC, Magelang memenuhi permintaan Purwokerto dan

    Semarang

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta

    4000

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang

    1000

    6

    4000

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta

    X31

    5

    X32

    2

    X33

    3

    6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

    Setelah alokasi distribusi tidak mungkin lagi dilakukan pada baris

    pertama dan kedua serta kolom pertama, maka sel 32 kini berada pada posisi

    paling kiri atas. Oleh karena itu, alokasikan 500 kg agar permintaan

    Semarang sebesar 4500 kg terpenuhi ke sel ini, lihat Tabel 2.9.

    Tabel 2.9 Metode NWC, permintaan Semarang terpenuhi

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta

    4000

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang

    1000

    6

    4000

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta

    X31

    5

    500

    2

    X33

    3

    6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

  • 39

    Kini, sel 33 merupakan satu-satunya pilihan alokasi distribusi yang akan

    membuat sisa kapasitas Surakarta digunakan seluruhnya untuk memenuhi

    permintaan Madiun sebanyak 5500 kg, lihat Tabel 2.10.

    Tabel 2.10 Metode NWC, pemintaan Madiun terpenuhi

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta

    4000

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang

    1000

    6

    4000

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta

    X31

    5

    500

    2

    5500

    3 6000

    Permintaan 5000 4500 5500

    15000

    15000

    Langkah yang telah dilakukan pada Tabel 2.10 di atas merupakan

    langkah terakhir penyusunan tabel awal yang menggunakan metode sudut

    barat laut (NWC). Pada Tabel 2.11 menunjukkan seluruh pengisian sel-sel

    menurut metode sudut barat laut.

  • 40

    Tabel 2.11 Metode NWC

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta

    4000

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang

    1000

    6

    4000

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta

    X31

    5

    500

    2

    5500

    3 6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

    Biaya distribusi berdasar alokasi beban distribusi menurut metode sudut

    barat laut adalah :

    Sel Biaya x Beban Biaya

    (1,1) 4,- x 4000 16.000,-

    (2,1) 6,- x 1000 6.000,-

    (2,2) 3,- x 4000 12.000,-

    (3,2) 2,- x 500 1.000,-

    (3,3) 3,- x 5500 16.500,-

    Jumlah 51.500,-

    2. Metode Biaya Terkecil atau Least Cost Method

    Metode Biaya Terkecil ( Least Cost Method) adalah sebuah metode

    untuk menyusun tabel awal dengan cara pengalokasian distribusi barang dari

    sumber ke tujuan mulai dari sel yang memiliki biaya distribusi terkecil.

  • 41

    Pada Tabel 2.12, sel matriks 32 yang menunjukkan distribusi barang dari

    Surakarta ke Semarang memiliki biaya distribusi terkecil, yaitu Rp 2,- per kg.

    Oleh karena itu, harus dialokasikan distribusi barang sesuai dengan

    permintaan Semarang ke sel tersebut sebesar 4500 kg, sejauh agen di

    Surakarta bisa memenuhi permintaan itu. Karena agen Surakarta mampu

    memenuhi permintaan itu bahkan masih memiliki sisa kapasitas, maka

    permintaan itu seluruhnya dipenuhi oleh Surakarta.

    Tabel 2.12 Tabel awal dengan biaya terkecil, C32 = 2 adalah Cij terkecil

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta X11

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang X21

    6

    X22

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta X31

    5

    4500

    2

    X33

    3

    6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

    Sel 33 adalah sel yang memiliki biaya terkecil yaitu Rp 3,- setelah sel 32.

    Sel ini berada pada kolom permintaan Madiun sebesar 5500 kg, sedangkan

    sisa kapasitas agen Surakarta tinggal 1500 kg. Jadi, sisa permintaan ini

    digunakan untuk memenuhi sebagian permintaan Madiun, lihat Tabel 2.13.

  • 42

    Tabel 2.13 Tabel awal metode biaya terkecil, C33 = 3 adalah Cij terkecil setelah

    X32 terpenuhi

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta X11

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang X21

    6

    X22

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta X31

    5

    4500

    2

    1500

    3

    6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

    Sel berikutnya yang memiliki biaya terkecil adalah sel 11. Sel ini

    berkaitan dengan agen Yogyakarta yang memiliki kapasitas 4000 kg dan

    permintaan Purwokerto 5000 kg. Dalam hal ini, Yogyakarta jelas tidak

    mungkin mampu memenuhi seluruh permintaan Purwokerto. Oleh karena itu,

    harus dipilih alternatif agen lain yang memiliki biaya distribusi paling sedikit

    sama dengan biaya distribusi dari Yogyakarta ke Purwokerto.

    Pilihan sebenarnya jatuh ke agen Surakarta yang memiliki biaya

    distribusi Rp 5,-, namun karena seluruh kemampuan Surakarta telah

    digunakan untuk memenuhi Semarang dan Madiun maka pilihan dialihkan ke

    agen Magelang meskipun memiliki biaya distribusi yang sedikit lebih tinggi

    yaitu Rp 6,-, lihat Tabel 2.14. Jadi permintaan Purwokerto sebanyak 5000 kg

    akan dipenuhi oleh Yogyakarta sebanyak 4000 kg dan Magelang sebanyak

    1000 kg.

  • 43

    Tabel 2.14 Tabel awal metode biaya terkecil, setelah X11 terpenuhi, X21 menjadi

    Cij terkecil selanjutnya

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta

    4000

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang

    1000

    6

    X22

    3

    X23

    8

    5000

    Surakarta X31

    5

    4500

    2

    1500

    3 6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

    Kini tinggal permintaan Madiun yang belum terpenuhi. Satu-satunya

    alternatif yang bisa memenuhi permintaan itu adalah Magelang. Oleh karena

    itu, sel 23 harus dialokasikan distribusi 4000 kg untuk memenuhi permintaan

    Madiun. Jumlah ini tepat sama dengan kapasitas maksimum agen Magelang,

    yaitu 5000 kg. Lihat Tabel 2.15.

    Tabel 2.15 Tabel awal metode biaya terkecil, C23 = 8 adalah 𝑪𝒊𝒋 terkecil setelah

    X32, X33, X11 dan X12 terpenuhi

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta

    4000

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang

    1000

    6

    X22

    3

    4000

    8 5000

    Surakarta X31

    5

    4500

    2

    1500

    3 6000

    Permintaan 5000 4500 5500

    15000

    15000

  • 44

    Sampai pada langkah ini, proses penyusunan tabel awal Denebula dengan

    metode biaya terkecil telah selesai. Tabel 2.16 di bawah ini menunjukkan

    seluruh proses pengisian sel-sel yang memiliki 𝐶𝑖𝑗 terkecil.

    Tabel 2.16 Tabel awal dengan metode biaya terkecil

    Sumber Tujuan Kapasitas

    Purwokerto Semarang Madiun

    Yogyakarta 4000

    4

    X12

    5

    X13

    7

    4000

    Magelang 1000

    6

    X22

    3

    4000

    8 5000

    Surakarta X31

    5

    4500

    2

    1500

    3 6000

    Permintaan 5000 4500 5500 15000

    15000

    Biaya distribusi berdasar alokasi beban distribusi sementara menurut

    metode biaya terkecil adalah :

    Sel Biaya x Beban Biaya

    (1,1) 4,- x 4000 16.000,-

    (2,1) 6,- x 1000 6.000,-

    (2,3) 8,- x 4000 32.000,-

    (3,2) 2,- x 4500 9.000,-

    (3,3) 3,- x 1500 4.500,-

    Jumlah 67.500,-

  • 45

    3. Vogell’s Aproximation Method atau VAM

    Vogell’s Aproximation Method atau VAM adalah metode untuk

    penentuan tabel awal algoritma transportasi. Vogell’s Aproximation Method

    menentukan alokasi distribusi pada sel yang memiliki 𝐶𝑖𝑗 terkecil dan terletak

    pada baris atau kolom yang memiliki nilai terbesar dari selisih 𝐶𝑖𝑗 terkecil.

    Oleh karena itu, ada tiga tahap yang harus ditempuh pada setiap alokasi

    distribusi, yaitu :

    1. Penentuan selisih nilai dua Cij terkecil pada seluruh baris dan kolom.

    2. Pemilihan baris atau kolom yang memiliki nilai terbesar dari selisih dua

    Cij terkecil.

    3. Alokasi distribusi biaya maksimum paa baris atau kolom terpilih yang

    memiliki Cij terkecil.

    Ketiga tahap itu merupakan sebuah siklus yang berulang pada setiap

    penentuan alokasi distribusi hingga seluruh kapasitas sumber teralokasikan

    dan seluruh permintaan tujuan terpenuhi.

    1. Penentuan Selisih Nilai Dua Cij Terkecil

    Tahap pertama dalam penyusunan tabel awal dengan metode VAM adalah

    penentuan selisih nilai dua 𝐶𝑖𝑗 terkecil. Proses ini dilakukan utuk seluruh

    baris dan kolom. Pada baris pertama, dua 𝐶𝑖𝑗 terkecil adalah C11 = 4 dan

    C12 = 5; dengan demikian selisih dua 𝐶𝑖𝑗 itu adalah 5 − 4 = 1. Pada

    baris ke-2, dua 𝐶𝑖𝑗 terkecil adalah C21 = 6 dan C22 = 3; dengan demikian

  • 46

    selisih dua 𝐶𝑖𝑗 itu adalah 6 − 3 . Dengan cara yang sama, seluruh selisih

    nilai baris dan kolom itu bisa ditentukan, lihat Tabel 2.17.

    2. Pemilihan Nilai Terbesar dari Selisih Dua Cij Terkecil

    Setelah selisih dua 𝐶𝑖𝑗 terkecil pada seluruh baris dan kolom ditemukan,

    maka sebagai langkah berikutnya adalah pemilihan selisih nilai yang

    terbesar sebagai dasar alokasi. Pada Tabel 2.17, selisih nilai terbesar dari

    selu