aplikasi logam
description
Transcript of aplikasi logam
TINJAUAN PUSTAKA
Paduan logam (alloy) digunakan secara luas di bidang kedokteran gigi sebagai bahan
restorasi, perawatan ortodontik, prostodontik, bedah mulut dan endodontik. Secara alamiah,
hampir semua logam tidak terkecuali paduan logam baja nirkarat (Stainless Steel) akan
mengalami proses perkaratan (korosi) sebagai suatu reaksi elektrokimia dalam rangka mencapai
kesetimbangan termodinamika. Di dalam rongga mulut proses korosi terjadi karena reaksi logam
dengan saliva sebagai cairan elektrolit rongga mulut.
Logam campur paling sederhana adalah logam dimana atom-atom dari kedua logam
saling bercampur secara acak pada ruang geometri yang sama. Dengan mikroskop, butiran logam
campur ini dapat dilihat seperti butiran logam murni; strukturnya homogen karena hanya
terbentuk fase selama pemadatan. Kedua logam ini dinamakan pemadatan secara mutual pada
keadaan padat dan logam campur ini disebut larutan padat. Sebagaian besar logam emas yang
digunakan dalam kedokteran gigi didominasi tipe larutan pada, meskipun mengandung lebih dari
dua logam (Anusavice,2003).
Seperti komponen-komponen dari beberapa larutan cair, logam yang membentuk larutan
padat dapat tidak larut sempurna satu sama lainpada segala proporsi; logam ini mungkin larut
hanya sebagaian. Pada keadaan ini, fase intermediate juga ada yang tidak larut secara mutual
pada keadaan padat. Begitu batas terlampaui keadaan padat terdiri atas campuran dua atau lebih
fase padat yang berbeda. Beberapa logam campur yang bukan larutan padat adalah logam
campur eutatik, logam campur peritetik, senyawa antar logam dan kombinasinya
(Anusavice,2003).
Logam cor digunakan di laboratorium untuk membuat inlay, onlay, mahkota, jembatan
konvensional yang seluruhnya terdiri atas logam, jembatan logam-keramik, jembatan logam
resin, pasak endodontic, dan gigi tiruan sebagian lepasan rangka logam. Logam-logam ini harus
menunjukkan kecocokan biologis, mudah untuk dicairkan, dicor, dilas (disolder) dan dipoles,
mengalami sedikit penyusutan ketika memadat, bereaksi minimal terhadap bahan mold,
mempunyai ketahanan abrasi yang baik, berkekuatan tinggi dan terhadap tahan terhadap tekanan
(logam campur logam-keramik) serta tahan terhadap karat dan porosi. Pada umumnya, logam
campur emas konvensional Tipe 2 dan menjadi standar perbandingan bagi kinerja logam campur
cor lainnya (Anusavice,2003).
PEMBAHASAN
APLIKASI LOGAM DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI
Logam Campur Logam Dasar untuk Restorasi Logam Cor
Penelitian terhadap 1000 pemilik laboratorium gigi pada tahun 1978 mengungkapkan
bahwa hanya 29% dari mereka yang menggunakan logam campur Ni-Cr atau Co-Cr untuk
resotarasi logam cor. Pada tahun 1980 dan 1981, presentasi laboratorium yang menggunakan
logam campur logam dasar ini meningkat menjadi 66% dan 70% karena tidak stabilnya harga
logam mulia pada saat itu. Presentasi logam dasar yang digunakan di bidang kedokteran gigi
telah menurun sejak tahun 1981 dan 1995. Sebagian besar laboratorium gigi lebih memilih
logam campur Ni-Cr dibandingkan NI-Co-Cr.
Bagi pasien gigi kekhawatiran terbesar adalah kontak dengan nikel di dalam mulut,
terutama untuk pasien yang alergi terhadap unsure ini. Dermatitis akibat kontak dengan cairan
nokel sudah dilaporkan sejak tahun 1889. Penghirupan, penelanan, dan kontak kulit dengan nikel
atau logam campur yang mengandung nikel sering terjadi karena nikel ditemukan pada sumber-
sumber lingkungan seperti uadar, tanah, makanan serta benda-benda sintetis seperti koin,
peralatan dapur, dan perhiasan. Konsentrasi nikel di dalam udara relative rendah kecuali di
daerah di mana terdapat pencemaran lingkungan akibat pemrosesan nikel atau pembakaran
bahan bakar fosil.
Korosi paduan logam dental di dalam ronggga mulut
Efek yang kurang menguntungkan dari bahan logam dental adalah karena proses korosi,
yang berakibat terlepasnya ion-ion logam. Korosi ditandai dengan reaksi elektrokimia pada batas
fasa logam yang menyebabkan dibebaskannya ion-ion logam yang disebut kation.
Jumlah dan sifat kation-kation yang terlepas bermacam-macam tergantung pada jenis
paduan dan parameter lainnya, misalnya jenis korosi, komposisi dan sifat kimia elektrolit
misalnya pH, komposisi ion, saliva triuan, serum dan sebagainya, juga sangat berpengaruh
Paduan berbasis Nikel menunjukkan peningkatan korosi yang berarti dan pelepasan ion-
ion Ni setelah penyimpanan pada ph 1 atau 4, akan tetapi paduan logam high noble (sangat
mulia) dan noble (mulia) tidak terpengaruh oleh pH rendah. Paduan yang mengandung Ni dan
Cr, tanpa berilium lebih tahan terhadap korosi dari pada yang mengandung berilium.
Pada kondisi invivo berbagai faktor biologis dihasilkan oleh mikroorganisme oral atau
bahan yang terkandung dalam makanan akan menyebabkan terjadinya korosi. Interaksi antar
berbagai logam restorasi dan faktor-faktor khusus individual sangat berpengaruh terhadap korosi
di rongga mulut. Lebih lanjut korosi dapat dipercepat oleh sel-sel fagositik misalnya neutrofil.
Keausan merupakan faktor penting lain yang dapat mempercepat proses korosi invivo.
Khususnya karena pecahnya lapisan pelindung pasif. Jadi korosi dan keausan dapat bersamaan
terjadi di dalam lingkungan oral.
Penelitian berikutnya melaporkan bahwa kadar nikel di dalam saliva dan serum
meningkat signifikan setelah pemasangan restorasi ortodonsi permanen Dilaporkan bahwa
konsentrasi ambang ± 30 ppm nikel kemungkinan cukup untuk menyebabkan respon sitotoksik.
Akan tetapi, juga dinyatakan bahwa kontak Nikel dalam rongga mulut pada orang-orang yang
tidak sensitif mungkin akan menginduksi toleransi terhadap Nikel.
Sensitisasi Nikel dapat meningkat karena iritasi mekanis, luka mukosa oral, yang
semuanya itu dapat terjadi pada perawatan ortodonsi.2 Temperatur lingkungan dan durasi
pemaparan juga bisa menjadi faktor. Lesi-lesi stomatitis kontak mungkin bervariasi, dan bisa
dilihat secara klinis
Pelepasan ion logam tidak dapat diprediksi dari kemuliaan bahan ataupun dari komposisi
umum bahan paduan. Setiap produk harus dievaluasi secara individual perilaku korosinya dan
pelepasan komponen-komponen logamnya di dalam berbagai lingkungan
korosif.
Logam Campur untuk Restorasi Logam Penuh dan Vinir Resin
Pada tahun 1927, the bureau of standards ( sekarang the national institute of standards
and tecnology) menetapkan logam campur emas cor Tipe I sampai IV menurut fungsinya dalam
kedokteran gigi, dengan kekerasan yang meningkat dari Tipe I sampai ke Tipe IV. Berdasarkan
spesifikasi ADA No. 5 yang direvisi tahun 1989, empat logam campur berikut ini
diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya dan bukan menurut komposisinya
Tipe I (lunak) - inlai kecil, mudah diadaptasi (burnish), dan hanya mendapat sedikit
tekanan.
Tipe II (sedang) – inlai yang terkerna tekanan sedang, termasuk mahkota tiga perempat
yang tebal , abutmen, pontik, dan mahkota penuh.
Tipe III (keras) – Inlai yang terkena tekanan besar , termasuk mahkota tiga perempat
yang tipis, backing logam cor yang tipis, abutment, pontik, mahkota penuh, basis gigi
tiruan , serta gigi tiruan sebagian cekat yang pendek. Beberapa logam campur emas Tipe
III biasanya semakin keras dengan bertambahnya usia, terutama yang mengandung
tembaga sekurangnya 8% Wt.
Tipe IV (sangat keras) – inlai yang terkena tekanan yang sangat besar, termasuk lempeng
basis dan cengkeram gigi tiruan, gigi tiruan sebagian rangka logam, dan gigi tiruan
sebagian cekat yang panjang. Komposisi logam campur ini biasanya terdiri atas sebagian
besar emas atau perak; logam campur emas dapat mengeras menirit pertambahan usia
melelui teknik pemanasan yang sesuai.
Logam campur Tipe I dan II sering disebut sebagai logam campur inlai.
Perkembangan bahan-bahan restorasi langsung dan tidak langsung yang modern dan
berwarna seperti gigi telah menghapus penggunaan logam campur Tipe I dan II. Logam
campur tradisional Tipe III dan IV biasanya disebut logam campur mahkota dan
jembatan, meskipun logam campur Tipe IV kadang-kadang juga digunakan untuk
menerima tekanan besar, misalnya gigi tiruan sebagian lepasan rangka logam
Logam Campur Perak - Palladium. Logam campur ini berwarna putih dan
komposisinya didominasi perak, tetapi juga mempunyai kandungan palladium yang
cukup besar (25%) untuk menjadikan logam campur logam mulia dan meningkatkan
daya tahan terhadap karat dari peraknya. Logam campur ini dapat mengandung atau
tidak mengandung tembaga dan sejumlah kecil emas. Temperatur pengecorannya adalah
seperti logam campur emas kuning. Logam campur Ag-Pd yang bebas tembaga mungkin
menggandung 70% samapi 72% perak dan 25% palladium serta memiliki sifat fisik dari
logam campur emas Tipe III.
Logam campur ini tidak boleh dirancukan dengan logam campur Ag-Pd yang
dirancang untuk restorasi keramik
Logam Campur Nikel-kromium dan Kobalt-kromium. Logam campur ini digunakan
dalam restorasi logam-keramik dan gigi tiruan tiruan sebagian. Jarang di gunakan untuk
restorasi logam penuh.
Logam Campur Titanium. Logam ini dapat digunakan untuk restorasi logam penuh,
logam-keramik, maupun gigi tiruan sebagian lepasan rangka logam. karena tidak sering
digunakan untuk dua kegunaan pertama
Logam Campur Logam Sangat Mulia untuk Restorasi Logam-Keramik
Logam campur-keramik asli mengandung 88% emas dan terlalu lunak untuk
restorasi yang harus menahan tekanan, misalnya gigi tiruan sebagian cekat. karena tidak
ada bukti dari ikatan kimia antara logam campur dan porselen gigi, retensi mekanis dan
underkut digunakan untuk mencegah terlepasnya vinir keramik.
Penolakan utama dari penggunaan porselen gigi sebagai bahan restorasi adalah
rendahnya kekuatan tarik dan kekuatan gesernya. Meskipun porselen dapat menahan
kekuatan kompresi dengan cukup berhasil, desain substrukturnya tidak memungkinkan
bentuk-bentuk dimana kekuatan kompresi merupakan daya utamanya.