aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

9
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz APLIKASI KOLOID DALAM PROSES PENJERNIHAN AIR Makalah Kimia Dasar (kayaknyaa) Tahun 2008 yang stuck in the moment Lawlet a.k.a comics holic Ngeupload buat mengenang masa muda,,hehehe

Transcript of aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

Page 1: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz

APLIKASI KOLOID DALAM PROSES PENJERNIHAN AIR

Makalah Kimia Dasar (kayaknyaa)

Tahun 2008 yang stuck in the moment

Lawlet a.k.a comics holic

Ngeupload buat mengenang masa muda,,hehehe

Page 2: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

2

BAB I

PENDAHULUAN

“When drink the water remember the spring”1, kalimat tersebut

terpampang dalam sebuah papan pengumuman di samping alat setinggi 15 meter

berbentuk penyaring air yang terlihat di air terjun Iguacu di perbatasan Brasil-

Argentina, pada Sabtu, 22 Maret 2008 lalu. Aksi itu digagas oleh World Wildlife

Fund (WWF) untuk memperingati Hari Air se-Dunia sekaligus menekankan

pentingnya melindungi sumber air di tengah ancaman perubahan iklim.Tetapi apa

yang dilakukan bangsa kita di tengah issue global warming yang mengisyaratkan

bahwa alam kita sudah berubah, tak lain hanyalah meneguk terus SDA tanpa

memperhatikan lingkungan, tanpa tahu betapa rentanya alam kita.

Hari Air se-Dunia seakan menjadi pembuktian bahwa bangsa ini tidak

menghargai lingkungan, moral kita sudah mencapai titik nadir. Padahal setiap

orang mengetahui dengan pasti, bahwa bila menginginkan suatu perubahan harus

dimulai dari dirinya sendiri. Bangsa yang nasibnya naas ini seakan tak ambil

pusing dengan ‘spring’ yang merupakan modal sampai generasi yang akan

datang. Betapa tidak, fakta yang menunjukkan sungai Citarum yang merupakan

sumber air minum bagi DKI Jakarta, Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab.

Purwakarta, Kab. Bandung, Kota Bandung, dan Kab Cimahi ini berada pada

indeks pencemaran D, yaitu tercemar berat.2

Tercemarnya sungai-sungai di Indonesia, khususnya Sungai Citarum oleh

limbah industri dan rumah tangga merupakan pematik terjadinya penurunan mutu

air. Oleh karena itu, aplikasi koloid dalam proses penjernihan air sangat

diperlukan. Betapa tidak, bila tidak ada langkah pasti dan tidak ada

penanggulangan terhadap pencemaran ini dari pemerintah, bagaimana

masyarakat dapat memanfaatkan air sungai yang telah tercemar berat ini sebagai

sumber air baku? Apabila menunggu kesadaran masyarakat untuk menghentikan

‘budaya’ merusak lingkungan sepertinya tidak mungkin. Maka, untuk

1 http://www.pikiranrakyat.com2 Setiawan Wangsaatmaja(Pikiran Rakyat:edsisi 28 Januari 2008) hal 25

Page 3: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

3

menjadikan air yang tercemar layak diminum diterapkan pengolahan air bersih

pada PDAM.

Page 4: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

4

BAB II

APLIKASI KOLOID DALAM PROSES PENJERNIHAN AIR

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua

atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi

yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall.3 Bersifat homogen

berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain

yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak mengalami pengendapan. Sifat

homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa

(suspensi).

Sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk

mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan

bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid

banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam proses

penjernihan air.

Proses penjernihan air untuk mendapatkan air yang berkualitas telah

dilakukan oleh manusia beberapa abad yang lalu. Pada tahun 1771, di dalam edisi

pertama Encyclopedia Britanica telah dibicarakan fungsi filter (filtrasi) sebagai

sistem penyaring untuk mendapatkan air yang lebih jernih. Perkembangan

selanjutnya dari proses pengolahan air minum, telah menghasilkan bahwa

pembubuhan zat pengendap atau penggumpal (koagulan) dapat ditambahkan

sebelum proses penyaringan (filtrasi). Selanjutnya proses penggumpalan yang

ditambahkan dengan proses pengendapan (sedimentasi) dan penyaringan (filtrasi)

serta menggunakan zat-zat organik dan anorganik adalah merupakan awal dari

cara pengolahan air. Kini ilmu pengetahuan telah berkembang dengan cepatnya,

telah diciptakan/didesain sarana pengolahan air minum dengan berbagai sistem.

Sistem pengolahan air minum yang dibangun tergantung dari kualitas sumber air

bakunya, dapat berupa pengolahan lengkap atau pengolahan sebagian. Pengolahan

lengkap adalah pengolahan air minum secara fisik, kimia dan biologi.

3 http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_koloid

Page 5: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

5

Pengaplikasian pengolahan air secara lengkap ini diterapkan dalam industri

pengolahan air bersih (PDAM).

Pengolahan air bersih secara lengkap didasarkan pada sifat-sifat koloid4,

yaitu:

1. Adsorpsi

Adsorpsi adalah penyerapan ion atau penyerapan listrik pada permukaan

koloid (partikel-partikel koloid bermuatan listrik).

2. Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel koloid.

Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses penjernihan air antara lain :

1. Tawas (Al2(SO4)3)

2. Karbon Aktif

3. Klorin/Kaporit

4. Kapur Tohor

5. Pasir

Berikut bagan pengolahan air bersih pada PDAM:

4 Purba, Michael. 2002. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Page 6: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

6

Berikut uraian mekanisme kerja pengolahan air bersih pada bagan di atas:

1. Air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi

Dalam bak prasedimentasi ini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh

gravitasi.

2. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air dialirkan ke dalam bak ventury

Pada tahap ini dicampurkan Al2(SO4)3 (tawas) dan gas klorin (preklorinasi).

Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk

partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:

Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel

koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut

kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh

gravitasi, sehingga lumpur lebih mudah disaring. Selain itu, tawas yang

membentuk koloid Al(OH)3 dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat

pencermar seperti detergen dan pestisida. Sedangkan gas klorin berfungsi

sebagai pembasmi hama (desinfektan). Selanjutnya ditambahkan karbon aktif

(bila tingkat kekeruhan air baku tinggi). Karbon aktif ini berfungsi untuk

menghilangkan bau, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku.

3. Air baku dari bak ventury yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia

dialirkan ke dalam accelator

Dalam bak accelator terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain

menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara

gravitasi.

4. Air yang setengah bersih dari accelator dialirkan ke dalam bak saringan pasir

Dari bak pasir diperoleh air yang hampir bersih, karena sisa flok akan tertahan

oleh saringan pasir.

5. Air dalam bak pasir dialirkan ke dalam siphon

Di dalam siphon air yang hampir bersih ditambahkan kapur untuk menaikkan

pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan hama.

6. Air yang sudah memenuhi standar bersih dari bak siphon dialirkan ke

reservoar.

Page 7: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

7

7. Air siap dikonsumsi konsumen

Proses pengolahan air bersih pada industri pengolahan air bersih (PDAM)

yang telah diuraikan di atas disebut sebagai pengolahan air minum sistem

konvensional, seperti yang dipergunakan oleh hampir seluruh PDAM di

Indonesia. Proses itu disebut konvensional karena teknologi yang digunakan

dalam pengolahan air tersebut kurang maju. Selain itu, dengan banyaknya industri

yang tumbuh di sepanjang sungai terutama industri dengan tingkat pencemaran

berat seperti tektil, logam, kimia dan lain-lain, serta tingginya tingkat

pertumbuhan dan aktivitas manusia, telah mengakibatkan pencemaran pada

sungai-sungai yang merupakan sumber air baku utama bagi produksi air minum di

kota-kota besar, pengolahan air yang diterapkan oleh PDAM di Indonesia ini

dinilai masih belum bisa menghasilkan air yang layak bagi konsumen karena

pemurnian air belum 100% menghilangkan zat pencemar.

Page 8: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

8

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Untuk meningkatkan kualitas air baku yang tercemar limbah industri dan

limbah rumah tangga, pengaplikasian koloid dalam proses pengolahan air bersih

PDAM dinilai sangat penting. Pengolahan air bersih pada PDAM ini termasuk

pengolahan air secara lengkap, yakni pengolahan secara fisik, kimia, dan biologi.

Akan tetapi, pengolahan air yang diterapkan PDAM di Indonesia ini dinilai masih

konvensional. Maka dari itu, sungguh sangat mahal ongkos yang harus dibayar

jika sungai-sungai di Indonesia tercemar.

SARAN

Dikarenakan pengolahan air bersih PDAM di Indonesia masih

konvensional dan air yangdihasilkan belum ‘terbebas’ dari zat pencemar, untuk

mengatasi hal ini, sebaiknya PDAM di Indonesia mengembangkan:

1. Teknologi Pengolahan Air Sistem Maju (advanced system)

Salah satu negara yang telah mengembangkan advanced system adalah

Jepang. Teknologi ini mengkombinasikan sistem ozonasi dan penyerapan

dengan karbon yang diaktivasi secara Biologis (Biological Activated Carbon =

BAC). Sistem baru tersebut dapat menyisihkan bau apek, menjadi air yang

layak bagi konsumen. Selain itu proses ini mampu menyisihkan surfaktan

anionik, zat organik dan anorganik yang bersifat toxic (racun) sebesar 80%.

2. Perekayasaan peralatan sistem pengolahan air bersih dalam pembangunan

instalasi pengolahan air

Untuk mengurangi kadar logam berat yang terkandung dalam air diterapkan

sumur bor berkedalaman 200m yang diaplikasikan dari teknologi lingkungan

pertambangan. Prosesnya diawali dengan aerasi dan oksidari , kemudian

diikuti oleh koagulasi, flokulasi, pengendapan filtrasi, dan adsorpsi yang

dilakukan menggunakan kolom-kolom yang masing-masing berisi zeolit 1200

kg,pasir aktif 1200 kg, dan karbon aktif 625 kg.

Page 9: aplikasi koloid dalam proses penjernihan air

9

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 1990. Kimia Larutan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas. Jakarta : Binarupa Aksara.

Day, R.A dan Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Kimia% 201.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_koloid

http://sistemkoloid II.blogspot.com/

http://www.tekmira.esdm.go.id/kp/Lingkungan/rekayasaalat.asp

Keenan dkk. 1996. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Martin, Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Purba, Michael. 1997. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.

Purba, Michael. 2002. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Purba, Michael. 2003. Kimia 2000. Jakarta: Erlangga

Respati. 1981. Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Prineka Cipta.

Sudarmo, Unggul. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sutresna, Nana dan Dindin Solehudin. 2003. Kimia. Bandung: Grafindo Media

Pratama.

Sutresna, Nana. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 2. Bandung: Grafindo

Media Pratama.

Tim Kimia. 1994. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira.