APLIKASI FUNGI TERHADAP TANAMAN BAKAU Rhizophora …
Transcript of APLIKASI FUNGI TERHADAP TANAMAN BAKAU Rhizophora …
APLIKASI FUNGI TERHADAP TANAMAN BAKAU
(Rhizophora mucronata) DI PESISIR PANTAI PULAU
SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
MUHAMMAD RIZKY SYAHDANA
151201054
DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
APLIKASI FUNGI TERHADAP TANAMAN BAKAU
(Rhizophora mucronata) DI PESISIR PANTAI PULAU
SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD RIZKY SYAHDANA
151201054
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
30 Juli 2020
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Rizky Syahdana
NIM : 151201054
Judul Skripsi : Aplikasi Fungi Terhadap Tanaman Bakau (Rhizophora
mucronata) di Pesisir Pantai Pulau Sembilan Kecamatan
Pangkalan Susu Kabupaten Langkat
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan - pengutipan
yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain
dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas
sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Medan, Juli 2020
Muhammad Rizky Syahdana
151201054
ii Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRACT
MUHAMMAD RIZKY SYAHDANA. Applications Against Fungi Plant
Mangrove (Rhizophora mucronata) The Pulau Sembilan Coastal District of
Pangkalan Susu Langkat under academic guidance by YUNASFI and BUDI
UTOMO.
Mangrove forests have a role in the ecosystem that serves as a protection
against the pounding waves and currents, as a place of care, as a place to find
food, breed various species of marine life. The coastal area is the primary habitat
of the mangrove forests in Indonesia. The purpose of this research to study and
determine the effect of a fungus useful to increase the growth of mangrove species
R.mucronata. With this test are expected to increase mangrove growth and the
ongoing impact on the mangrove ecosystem. In the method of research using
experimental design is completely randomized design (CRD), as well as the
application of fungi on plant growth. The results showed that the fungi
significantly affect seedling growth R. mucronata that there are three types of
fungi such as Trichoderma sp, Aspergillus sp 1, Aspergillus sp 2, and a control
for comparison. Giving fungi provide high gain influence on crops R. mucronata
with an average height of 67.90 cm in the treatment of fungi Aspergillus sp. 2.
Diamaeter an average of 1.81 cm in the treatment of fungi Aspergillus sp. 2.
Added the average leaf width 12.77 cm in the treatment of fungi Aspergillus sp. 1.
The number of leaves on average the highest obtained by the fungus Trichoderma
sp many as 5 strands. It can be concluded that the use of fungi Aspergillus spp
contribute to growth of R. mucronata seedlings.
Keywords: fungi, growth, mangroves, Rhizophora mucronata.
Universitas Sumatera Utara
iv
ABSTRAK
MUHAMMAD RIZKY SYAHDANA. Aplikasi Fungi Terhadap Tanaman
Bakau (Rhizophora mucronata) di Pesisir Pantai Pulau Sembilan Kecamatan
Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Di bawah bimbingan akademik oleh
YUNASFI dan BUDI UTOMO.
Hutan mangrove mempunyai peranan dalam ekosistem yang berfungsi
sebagai pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus, sebagai tempat
asuhan, sebagai tempat mencari makan, berkembang biak berbagai jenis biota
laut. Wilayah pesisir merupakan habitat utama dari hutan mangrove di Indonesia.
Tujuan penelitian ini untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh fungi yang
berguna untuk peningkatan pertumbuhan bagi ekosistem mangrove jenis
R.mucronata. Dengan dilakukan uji ini diharapkan pertumbuhan mangrove
meningkat dan berdampak pada berlangsungnya ekosistem mangrove tersebut.
Dalam metode penelitian menggunakan rancangan percobaan yaitu Rancangan
Acak Lengkap (RAL), serta pengaplikasian fungi terhadap pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungi berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit R.mucronata yaitu ada tiga jenis fungi diantaranya
Trichoderma sp, Aspergillus sp 1, Aspergillus sp 2, dan kontrol sebagai
pembanding. Pemberian fungi memberikan pengaruh pertambahan tinggi terhadap
tanaman R. mucronata dengan tinggi rata rata 67,90 cm pada perlakuan fungi
Aspergillus sp. 2. Diamaeter rata-rata 1,81 cm pada perlakuan fungi Aspergillus
sp. 2. Pertambahan lebar daun rata-rata 12,77 cm pada perlakuan fungi
Aspergillus sp. 1. Jumlah daun rata-rata terbanyak diperoleh oleh fungi
Trichoderma sp sebanya 5 helai. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan fungi
Aspergillus spp berdampak baik bagi pertumbuhan bibit R. mucronata.
.
Kata kunci : fungi, mangrove, pertumbuhan, Rhizophora mucronata.
Universitas Sumatera Utara
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Desa Sukaraja, Kecamatan Air Putih,
Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 17
Mei 1997, dari Ayahanda Suparman dan Ibunda Almh. Sarida
Hanum. Penulis merupakan anak tunggal.
Penulis mengikuti pendidikan awal TK Syuhada
Sukaraja pada tahun 2002-2003. Pada tahun 2003 – 2009
penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri No. 058105 Sei
Bingai dan pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2009 - 2012 di
SMP Negeri 8 Binjai, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA
Negeri 3 Binjai pada tahun 2012 - 2015. Penulis melanjutkan pendidikan di
program studi Kehutanan Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan
memilih Departemen Budidaya Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis tergabung dalam organisasi BKM
Baytul Asyjaar Fakultas Kehutanan USU sebagai kepala divisi dana dan usaha
periode 2017 - 2018, organisasi Rain Forest Fakultas Kehutanan USU sebagai
staff divisi school visit dan pengabdian masyarakat periode 2016 - 2017, selain itu
penulis juga aktif dalam organisasi paguyuban Himpunan Mahasiswa Langkat
(HIMALA) sebagai anggota sosial dan lingkungan hidup periode 2018 - 2019,
serta organisasi luar kampus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) sebagai anggota divisi kaderisasi periode 2017 - 2018.
Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan
KHDTK Pondok Buluh dari tanggal 18 - 27 Juli 2017 dan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di KPH Yogyakarta dari tanggal 23 Juli 2018 - 23 Agustus 2018.
Universitas Sumatera Utara
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Aplikasi
Fungi Terhadap Tanaman Bakau (Rhizophora mucronata) di Pesisir Pantai Pulau
Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat”. Penulis mengucapkan
rasa terimakasih sebesar besarnya kepada :
1. Ayahanda Suparman dan Ibunda Almh. Sarida Hanum yang selalu memberikan
kasih sayang dari lahir hingga besar sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi serta dukungan moril dan material
kepada penulis selama melakukan penelitian sampai selesainya skripsi ini.
2. Dosen pembimbing saya yaitu Dr. Ir. Yunasfi, M.Si dan Dr. Budi Utomo, S.P.,
M.P, yang telah bersedia memberikan arahan serta masukan kepada penulis
untuk menyempurnakan skripsi ini.
3. Ketua dan Sekretaris Departemen Budidaya Hutan, Prof. Mohammad Basyuni,
S.Hut., M.Si., P.hD dan Dr. Deni Elfiati, SP., MP. Dan Seluruh Staf Pengajar
serta Seluruh Pegawai di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
4. Kepada Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si. Selaku dosen penguji I. Ridwanti Batubara,
S.Hut., MP. Selaku dosen penguji II dan Yunus Afiffudin S.Hut., M.Si selaku
dosen penguji III pada ujian akhir skripsi.
5. Ibu serta saudara penulis yaitu Ibu Adek Eka, Dayun Ifanda dan Dilla Silvia
yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Serta seluruh keluarga besar
yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada penulis dalam menulis
skripsi ini.
6. Kepada tim penelitian Dinda Dwi Utami Sirait, S.Hut, Elda Fitriyani Harahap,
S.Hut dan Dian Sartika Tampubolon, S.Hut yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.
Universitas Sumatera Utara
vii
7. Begitu pula tak lupa kepada seluruh rekan mahasiswa khususnya kepada rekan
HUT B 2015 dan Budidaya Hutan 2015 yang tak dapat disebut satu persatu
disini, yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Burhan dan Bapak
Taufik yang telah bersedia memberikan bantuan, penyediaan alat transportasi
dan kemudahan selama melakukan penelitian di Pulau Sembilan serta seluruh
masyarakat yang turut berpartisipasi selama penulis melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
PERNYATAAN ORIGINALITAS .......................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Mangrove .................................................................................. 4
Manfaat Mangrove ...................................................................................... 5
Deskripsi R. mucronata. .............................................................................. 6
Teknik Pembibitan ...................................................................................... 7
Faktor Pertumbuhan R. mucronata ............................................................. 7
Fungi ........................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 10
Alat dan Bahan ............................................................................................ 10
Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................................... 10
Prosedur Penelitian...................................................................................... 11
Pembuatan PDA ................................................................................ 11
Peremajaan PDA ................................................................................ 11
Penanaman Bibit R. mucronata ......................................................... 11
Aplikasi Fungi Pada Bibit R. mucronata ........................................... 11
Rancangan Percobaan ........................................................................ 12
Parameter-Parameter Bibit R. mucronata yang diukur...................... 13
Pengumpulan data .............................................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................ 14
Hasil pengamatan bibit R. mucronata ......................................................... 14
Pembahasan ................................................................................................. 17
Universitas Sumatera Utara
ix
Tinggi Bibit ....................................................................................... 17
Diameter Bibit .................................................................................. 19
Luas Daun .......................................................................................... 19
Jumlah Daun ...................................................................................... 20
Pemberian Fungi Pada Bibit R. mucronata ....................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. 23
Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24
LAMPIRAN ............................................................................................... 28
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Hasil pengamatan bibit R. mucronata 12 minggu setelah tanam ........ 14
2. Hasil laju pertumbuhan tinggi R. mucronata selama 12 minggu ......... 14
3. Hasil laju pertumbuhan diameter R. mucronata selama 12 minggu .... 15
4. Hasil laju pertumbuhan bibit R. mucronata selama 12 minggu ........... 18
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Peta lokasi penelitian di Pulau Sembilan ............................................. 9
2. Proses pengaplikasian fungi pada semai R. mucronata ....................... 12
3. Jenis fungi yang diaplikasuikan ke bibit R. mucronata ....................... 12
4. Fungi yang diaplikasikan bibit R. mucronata dilihat dari mikroskop . 13
5. Pengukuran Tinggi bibit R. mucronata ................................................ 15
6. Diameter bibit R. mucronta .................................................................. 16
7. Luas daun bibit R. mucronata .............................................................. 16
8. Jumlah daun bibit R. mucronata .......................................................... 17
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Data Pengukuran Tinggi Batang Bibit R. mucronata ........................ 29
2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Batang Bibit R. mucronata .................... 29
3. Data Pengukuran Diameter Batang Bibit R. mucronataa ................. 30
4. Analisis Sidik Ragam Diameter Batang Bibit R. mucronata ............... 30
5. Data Pengukuran Luas Daun Terlebar Bibit R. mucronata ............... 31
6. Analisis Sidik Ragam Luas Daun Bibit R. mucronata ......................... 31
7. Uji lanjutan (DMRT) Pada Luas Daun Bibit R. mucronata................. 32
8. Data Pengukuran Jumlah Daun Bibit R. mucronata ......................... 32
9. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Bibit R. mucronata ..................... 33
10. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 34
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perairan Indonesia dengan garis pantai lebih dari 80.000 km diduga
mempunyai hutan mangrove sangat luas yaitu 4,2 juta ha. Hutan mangrove
umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh
berkembang pada lokasi-lokasi yang mempunyai hubungan pengaruh pasang air
(pasang surut) yang merembes pada aliran sungai yang terdapat di sepanjang
pesisir pantai. Hutan mangrove mempunyai peranan dalam ekosistem yang
berfungsi sebagai pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus, sebagai
tempat asuhan, sebagai tempat mencari makan, berkembang biak berbagai jenis
biota laut, juga pohon mangrove sebagai tempat burung bersarang, dan berbagai
kehidupan lainnya (Tarigan, 2010).
Wilayah pesisir merupakan habitat utama dari hutan mangrove di
Indonesia. Wilayah ini dikenal sarat dengan keindahan dan sekaligus konflik
kepentingan, sehingga ekosistem di wilayah tersebut menghadapi berbagai
ancaman dan masalah perusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti
pekerjaan reklamasi pantai, pengeboman dan peracunan terumbu karang serta
pembangunan perumahan (Purnobasuki, 2011).
Bila dilihat dari aspek sosial ekonominya, hutan mangrove memiliki
manfaat yang relatif besar bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di
sekitarnya antara lain hutan mangrove bermanfaat sebagai penyedia keperluan
rumah tangga, misalnya sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Selain itu
mangrove juga berperan dalam keperluan industri, misalnya sebagai bahan baku
kertas, bahan baku penyamak kulit dan juga sebagai bahan baku kayu lapis.
Walaupun hutan mangrove memiliki fungsi ekologi dan manfaat sosial ekonomi
yang sangat penting, namun saat ini keberadaannya telah mengalami degradasi
akibat pemanfaatan yang kurang tepat, dan atau mengalami perubahan fungsi
(Warpur, 2016).
Namun sering kali, pemanfaatan hutan mangrove kurang
mempertimbangkan aneka produk dan jasa yang dapat dihasilkan. Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
2
hanya menilai hutan mangrove dari segi ekonominya saja, tanpa
memperhitungkan manfaat fisik dan ekologi dari hutan mangrove tersebut
(Ariftia dkk, 2014).
Terdapat kesalahan-kesalahan dalam memanfaatkan ekosistem mangrove,
seperti mengeksploitasi lahan hutan mangrove dan mengkonversinya menjadi
tambak, pemukiman, lahan pertanian, lahan perkebunan, industri dan/atau lainnya
dalam skala besar tanpa memikirkan keberlanjutan ekosistem pesisir itu serdiri.
Berbagai aktivitas manusia tersebut menyebabkan penurunan luas hutan
mangrove dan berakibat juga pada penurunan fungsi dan manfaat mangrove bagi
penduduk dan lingkungan sekitarnya. Untuk mengembalikan fungsi dan manfaat
mangrove yang rusak tersebut, maka diperlukan adanya upaya pengelolaan
melalui rehabilitasi dan konservasi mangrove. Kegiatan rehabilitasi dan
konservasi mangrove membutuhkan pengawasan dan pemeliharaan secara
berkelanjutan (Rusdianti dan Sunito, 2012).
Hutan mangrove saat ini banyak mengalami degradasi lahan, banyak
kawasan mangrove dialihfungsikan oleh masyarakat menjadi lahan tambak serta
tanaman kelapa sawit tanpa memperhitungkan dampak yang diakibatkan dari
perusakan kawasan mangrove. Hilangnya tanaman mangrove mengakibatkan
abrasi atau terkikisnya daratan di daerah pesisir, karena tanah tidak mampu
menahan hempasan ombak secara terus menerus. Vegetasi mangrove sangat
bermanfaat bagi lingkungan, biota laut, dan masyarakat sekitar pesisir pantai.
Melalui penelitian ini diharapkan pertumbuhan mangrove dapat meningkat secara
lestari dan berkelanjutan dengan pengaplikasian fungi sehingga masyarakat
sekitar dapat terbantu untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kayu, serta
membantu biota laut untuk bertahan hidup di kawasan mangrove.
Rehabilitasi atau pemulihan kembali kawasan hutan mangrove tidak
terlepas dari kesadaran masyarakat sekitar, pentingnya menanam kembali hutan
yang telah dirusak juga merupakan tanggung jawab bersama, penanaman
mangrove secara berkesinambungan banyak memberikan pengaruh terhadap
daerah pesisir pantai, hanya mangrove yang mampu menahan terkikisnya pantai
yang diakibatkan oleh terjangan ombak serta menjaga ekosistem laut.
Universitas Sumatera Utara
3
Pengaplikasian fungi sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman
mangrove, hal ini sesuai dengan pernyataan Tamara (2018) yakni jamur atau fungi
memiliki beberapa peran yang menguntungkan yaitu berperan penting dalam
siklus terutama siklus karbon, yang berperan bagi kelangsungan hidup seluruh
organisme. Selain fungi, kelompok mikroorganisme dan organisme lain seperti
bakteri, cacing, kepiting dan lain-lain, serta faktor lingkungan juga ikut
mengambil bagian dalam proses dekomposisi serasah tersebut. Fungi memainkan
peran penting dalam ekosistem mangrove terutama dalam hubungannya dengan
bakteri untuk mempercepat dekomposisi serasah daun.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh fungi
yang berguna untuk peningkatan pertumbuhan bagi ekosistem mangrove jenis
Rhizophora mucronata. Dengan dilakukan uji ini diharapkan pertumbuhan
mangrove meningkat dan berdampak pada berlangsungnya ekosistem mangrove
tersebut.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi mengenai pengaruh
dari berbagai jenis fungi yang bisa meningkatkan pertumbuhan pada bibit
Rhizophora mucronata.
Hipotesis
Aplikasi fungi Trichoderma sp, Aspergillus sp 1, Aspergillus sp 2
berpengaruh bagi pertumbuhan bibit Rhizophora mucronata.
Universitas Sumatera Utara
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ”Mangue”
dan bahasa Inggris ”grove” yang berarti komunitas tumbuhan yang tumbuh di
daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu jenis tumbuhan yang
menyusun komunitas tersebut. Mangrove adalah sekumpulan tumbuh-tumbuhan
Dicotyledoneae dan atau Monocotyledoneae terdiri atas jenis tumbuhan yang
mempunyai hubungan taksonomi sampai dengan taksa kelas (unrelated families)
tetapi mempunyai persamaan adaptasi morfologi dan fisiologi terhadap habitat
yang dipengaruhi oleh pasang surut (Putra, 2014).
Menurut Mulyadi dan Nur, (2010) hutan mangrove adalah hutan yang
tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove
bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di
darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang
menonjol yang disebut akar tunjang. Sistem perakaran ini merupakan suatu cara
adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Dalam
dua dekade ini keberadaan ekosistem mangrove mengalami penurunan kualitas
secara drastis. Saat ini mangrove yang tersisa hanyalah berupa komunitas-
komunitas mangrove yang ada disekitar muara sungai dengan ketebalan 10-100
meter, didominasi oleh Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Sonneratia
caseolaris yang semuanya memiliki manfaat sendiri. Misalkan pohon Avicennia
memiliki kemampuan dalam mengakumulasi (menyerap dan menyimpan dalam
organ daun, akar, dan batang) logam berat pencemar, sehingga keberadaan
mangrove dapat berperan untuk menyaring dan mereduksi tingkat pencemaran
diperairan laut, dan manfaat ekonomis seperti hasil kayu serta bermanfaat sebagai
pelindung bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan.
Pohon bakau (Rhizophora mucronata) dikenal sebagai tumbuhan
mangrove yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap sifat-sifat dasar
ekosistem mangrove. Sifat-sifat dasar ekosistem mangrove meliputi tingkat
Universitas Sumatera Utara
5
pelumpuran yang tinggi, kadar oksigen yang rendah, salinitas (kandungan garam)
yang tinggi, dan pengaruh daur pasang surut air laut. Sehingga ekosistem ini
sangat ekstrim sekaligus sangat dinamis dan termasuk yang paling cepat berubah,
terutama di bagian terluarnya. Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan
seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove yang biasanya
berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke
bagian pedalaman yang relatif kering. Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp)
biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Jenis tanaman
bakau (R. mucronata) tumbuh di atas tanah lumpur (Winata dan Yuliana, 2016).
Manfaat Mangrove
Mangrove atau yang sering disebut bakau memiliki beberapa manfaat bagi
kehidupan sekitarnya yaitu pemeliharaan keakeragaman fauna. Hutan mangrove
menyokong kehidupan hewan karena memberikan sumber makanan dan tempat
untuk hidup. Jenis-jenis biota yang dijumpai antara lain : Reptilia, ikan dan
hewan makrobentos. Habitat bagi burung. Beberapa jenis burung membutuhkan
ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan dan bersarang.
Bioakumulator logam berat. Tingginya kandungan logam berat Cu, Cd dan Zn di
dalam akar mangrove menunjukkan bahwa tumbuhan ini dapat mengakumulasi
logam berat didalam jaringan tubuhnya (Wijayanti, 2009).
Manfaat dari hutan mangrove baik dilihat dari segi ekologi, ekonomi
maupun sosialnya. Hutan mangrove mempunyai peranan yang besar bagi
kehidupan, diantaranya sebagai pelindung terhadap bencana alam, habitat satwa
langka, pegendapan lumpur dan lain-lain (Aflaha, 2014).
Mangrove mempunyai banyak manfaat lain, seperti fungsi ekologis yang
dapat digunakan sebagai pelindung pantai, penahan lumpur dan penangkap
sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan. Fungsi ekonomisnya adalah
dapat sebagai penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri,
dan tanaman itu sendiri menjadi sebagai sumber bibit bagi kehidupannya. Selain
itu, daun-daunnya dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan. Sedangkan
fungsi biologis mangrove dapat sebagai tempat hidup bagi biota laut, dan guguran
daunnya menjadi bahan makanan berbagai biota perairan (Tambunan dkk, 2005).
Universitas Sumatera Utara
6
Deskripsi Bakau (Rhizophora mucronata)
Menurut Puspayanti dkk, (2013) klasifikasi Rhizophora mucronata Lamk
adalah sebagai berikut. Rhizophora mucronata termasuk kedalam kingdom
Plantae atau tumbuhan, divisio Magnoliophyta atau tumbuhan berbunga, clasis
Magnoliopsida yaitu tumbuhan berbiji belah, ordo Myrtales berupa tumbuhan
pohon, familia Rhizophoraceae termasuk kedalam suku bakau-bakauan, genus
Rhizophora yang merupakan marga dari bakau tropis, serta spesies bakau
Rhizophora mucronata (Lamk). Tumbuhan dari suku Rhizophoraceae ini
berbatang pendek, bercabang banyak dengan akar tunjang. Batang menyilinder
hampir berwarna hitam atau kemerahan serta permukaan batang kasar. Akar
tumbuh melengkung, tetapi sebelum mencapai tanah biasanya masih bercabang
lagi. Akar tumbuh dari bagian batang yang agak tinggi bahkan dari dahan-
dahannya pun tumbuh akar-akar yang disebut akar udara. Daun tebal dan
berwarna hijau cerah yang berkelompok di ujung cabang atau ranting. Bagian
bawah daun terdapat bintik-bintik cokelat. Bunganya kecil-kecil, tebal dan
berwarna putih kekuningan. Buah memanjang seperti telur, berbiji satu dan
berwarna kecokelatan. Kulit tumbuhan ini banyak mengandung tanin.
Nama daerah Rhizophora mucronata adalah bakau, bakau hitam, bakau
gundul, bakau genjah dan bangko. Tanaman ini termasuk ke dalam Famili
Rhizophoraceae dan banyak ditemukan pada daerah berpasir serta daerah pasang
surut air laut. Tanaman bakau dapat tumbuh hingga ketinggian 35-40 m. Tanaman
bakau memiliki batang silindris, kulit luar berwarna cokelat keabu-abuan sampai
hitam, pada bagian luar kulit terlihat retak - retak (Priyanto, 2012).
R. mucronata merupakan jenis mangrove yang umumnya dijumpai,
karena penyebarannya yang luas. Jenis ini dapat tumbuh sampai setinggi 25
mater. Berdaun lebar dengan panjang mencapai 10 cm, berwarna pada bagian
atasnya dan hijau pada bagian bawahnya, tersusun dalam rumpun sampai ujung
tangkai. Bunganya berwarna putih dan berukuran kecil. Buahnya berbentuk
memanjang dengan ukuran mencapai 60 cm dan meruncing pada bagian
ujungnya. Kulit batang berwarna coklat sampai abu-abu gelap, dengan permukaan
yang kasar. Akar berbentuk akar tunjang yang keluar dari batang dan memiliki
lenti sel untuk pernapasan (Hiariey dan Kaihatu, 2012).
Universitas Sumatera Utara
7
Teknik Pembibitan
Perbenihan tanaman adalah suatu teknik agar dapat memproduksi benih
tanaman, baik benih vegetatif (bibit) maupun benih generatif sehingga tanaman
berproduksi secara optimal. Teknik pembenihan tanaman bertujuan untuk
menghasilkan individu keturunan tanaman yang mempertahankan sifat baik dari
induknya. Syarat lokasi untuk pembibitan adalah dekat sumber air dan airnya
tersedia sepanjang tahun (Nurwardani, 2008).
Dalam penanaman mangrove, kegiatan pembibitan dapat dilakukan dan
dapat tidak dilakukan. Apabila keberadaan pohon/buah mangrove di sekitar lokasi
penanaman banyak, kegiatan pembibitan dapat tidak dilakukan. Apabila
keberadaan pohon/buah di sekitar lokasi penanaman sedikit atau tidak ada,
kegiatan pembibitan sebaiknya dilaksanakan. Lokasi persemaian diusahakan pada
tanah lapang dan datar. Selain itu, hindari lokasi persemaian di daerah
ketam/kepiting atau mudah dijangkau kambing. Persemaian bibit mangrove
(khususnya Rhizophora spp., Ceriops spp., dan Bruguiera spp.) biasanya terletak
di lokasi yang terkena pasang surut. Dalam kondisi demikian maka penyiraman
tidak perlu dilakukan. Ukuran tempat persemaian tergantung pada kebutuhan
jumlah buah yang akan dibibitkan. Untuk tanaman mangrove, media tanam yang
dipergunakan adalah lumpur atau lumpur berpasir, diutamakan yang berasal dari
sekitar pohon induk (Yanti, 2011).
Pada pembibitan Rhizophora spp buah yang digunakan untuk pembibitan,
sebaiknya dipilih dari pohon mangrove yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang
baik, dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah
matang dari Rhizophora spp, dicirikan dengan warna buah hijau tua atau
kecoklatan, dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning atau merah. Media yang
digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak atau
sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya (Priyono, 2010).
Faktor Pertumbuhan R. Mucronata
Pertumbuhan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut
alwidakdo, dkk (2014) beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan mangrove di suatu lokasi adalah salinitas, suhu, tanah, dan hara.
Universitas Sumatera Utara
8
Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh bagi pertumbumbuhan
mangrove adalah kondisi salinitas. Menurut Maltatula, dkk (2019) salinitas
merupakan kandungan kadar garam dari suatu perairan yang dinayatakan dalam
per mil (%) atau garam perseribu air. Pada umumnya mangrove hidup di daerah
asin atau payau yang berkisar antara 11-25%. Salinitas merupakan faktor penting
dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Selain itu
Aksornkoae (1993) mengemukakan bahwa salinitas merupakan salah satu faktor
utama penentu sebaran hutan mangrove karena disebabkan oleh tingkat daya
tahan fisiologis.
Tanaman mangrove dipengaruhi oleh suhu, diantaranya adalah udara dan
suhu tanah. Suhu udara berpengaruh terhadap kelembaban dalam menentukan
evapotranspirasi dan konduktansi stomata serta pembentukan kayu. Suhu tanah
mempengaruhi pertumbuhan akar dan metabolisme tanah. Di antara faktor
lingkungan yang ada, suhu permukaan laut adalah variabel yang diduga paling
berkorelasi dengan suhu tanah karena genangan pasang surut dan juga diketahui
memiliki efek atenuasi terhadap suhu udara (Quisthoudt dkk, 2012).
Tanah dan unsur hara berpengaruh dalam pertumbuhan mangrove,
menurut Hossain dan Nuruddin (2016) kandungan unsur hara tanah dan
ketersediaannya merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
komposisi struktur dan produktivitas hutan mangrove, tanah bakau ditemukan
terbatas unsur hara terutama di N dan P, di tanah bakau N dianggap sebagai
nutrisi utama yang mempengaruhi komposisi spesies dan struktur hutan, meskipun
analisis yang lebih baru menemukan bahwa N dan P mempengaruhi struktur dan
komposisi dalam proporsi yang kurang lebih sama. Di bawah kondisi salinitas
tinggi di bakau, K juga sangat penting untuk regulasi osmotik. Ketersediaan K di
tanah mangrove bervariasi dan terdapat beberapa bukti keterbatasan K di beberapa
mangrove yang mempengaruhi struktur dan produktivitas hutan.
Fungi
Fungi pada umumnya adalah organisme yang berbentuk benang,
multiseluler tetapi ada beberapa yang terdiri atas uniseluler, tidak berklorofil, dan
belum mempuyai diferensiasi dalam jaringannya (Putri, 2013). Fungi merupakan
mikroorganisme yang melakukan proses dekomposisi. Hasil dari dekomposisi
Universitas Sumatera Utara
9
merupakan mineral dan unsur nutrien yang sangat dibutuhkan bagi ekosistem
mangrove, dan pertumbuhan mangrove itu sendiri. Ekosistem mangrove yang
baik akan menghasilkan detritus yang merupakan makanan bagi invertebrata
(Yahya dkk, 2014).
Fungi memiliki banyak keunikan yang memperkaya keanekaragaman jenis
mahluk hidup. Fungi merupakan organisme yang morfologi nya mirip dengan
tumbuhan namun fakta nya sangat berbeda dengan jenis tumbuhan. Tidak seperti
tumbuhan yang memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis,
fungi mengandalkan organisme lain untuk memperoleh nutrisi. Perbedaan
signifikan lainnya yaitu fungi memiliki kitin (substansi yang digunakan oleh
insekta dan crustase untuk membuat eksoskeleton) pada dinding selnya sedangkan
pada tumbuhan dinding sel nya disusun mengandung selulosa. Fungi memiliki
peran yang sangat penting pada proses dekomposisi dan siklus nutrien, membantu
pembentukan tanah stabil, fungi menbentuk interaksi dengan akar yang mana
sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup tumbuhan serta meningkatkan
sumber makanan bagi organisme lain (Witantri dkk, 2015).
Pemanfaatan berbagai jenis fungi yang diperkirakan berperan dalam
proses dekomposisi serasah daun mangove merupakan salah satu usaha yang
dapat digunakan untuk memanfaatkan potensi biologis yang terdapat pada
ekosistem mangrove (Yunasfi dkk, 2018).
Percobaan untuk mengisolasi fungi endofit dari daun tanaman bakau
(Rhizophora mucronata) dengan menggunakan metode sterilisasi permukaan.
Daun tanaman bakau (Rhizophora mucronata) diinokulasi atau ditempelkan
langsung ke dalam media PDA (Potato Dextrose Agar), kemudian diinkubasi pada
suhu ruang (27–29 ºC) selama 2-14 hari. Fungi dipilih melalui uji antagonisme
,uji yang digunakan untuk membuktikan bahwa mikroorganisme yang bersifat
antagonis dapat menghambat aktivitas mikroorganisme lain yang berada di tempat
berdekatan (Mariana, 2017).
Universitas Sumatera Utara
10
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan mangrove Desa Pulau Sembilan
Pangkalan Susu, dengan percobaan penyemaian bibit R. mucronata yang telah
diberi fungi. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan (Maret-
September 2018).
Alat dan Bahan Penelitian
Alat digunakan dalam penelitian dilapangan adalah gelas ukur, tabung
reaksi, califer, cawan Petri, tali rafiah, kayu pancang yang terbuat dari bambu,
spidol permanen, buku, pulpen, meteran, dan polybag. kemudian bahan yang
digunakan merupakan bibit Rhizophora mucronata yang memiliki ukuruan yang
relatif sama sebanyak 100 bibit, dan berbagai jenis fungi yang didapatkan dari
percobaan sebelumnya.
Gambaran Lokasi Penelitian
Pulau Sembilan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Luas Pulau Sembilan 24,00 km2 atau 8.84%
dari total luas kecamatan Pangkalan Susu. Terdapat ekosistem hutan mangrove
yang tumbuh mengelilingi pesisir Desa Pulau Sembilan. Peta lokasi penelitian di
Pulau Sembilan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Pulau Sembilan
Universitas Sumatera Utara
11
Prosedur Penelitian
a. Pembuatan PDA
Sebelum melakukan penanaman, dilakukan pembuatan media Potato
Dextrose Agar (PDA) terlebih dahulu untuk mendapatkan berbagai jenis fungi,
kentang dikupas dan ditimbang sebanyak 200 gram, kemudian dipotong dadu.
Kentang direbus dengan mencampurkan akuades sebanyak 1 Liter selama 10-15
menit, kemudian disaring dengan komposisi 20 gram dimasukkan ke dalam
filtrate hasil rebusan kentang, selanjutnya dimasak hingga mendidih dan diaduk
hingga tidak ada endapan. Kemudian media disterilisasikan agar tidak
terkontaminasi, dengan menggunakan autoklaf pada suhu 100o C selama 60 menit.
b. Peremajaan PDA
Media PDA dipanaskan hingga mencair, disiapkan cawan petri yang sudah
disterilisasi. Selanjutnya media PDA dituang ke dalam cawan petri hingga
permukaan cawan terisi. Fungi yang sebelumnya sudah diisolasi diambil dengan
ukuran persegi 1 cm × 1 cm sebagai tempat tumbuh fungi dan dimasukkan
kedalam cawan petri. Kemudian disimpan dan ditunggu sampai fungi tersebut
tumbuh dan berkembang selama 3-4 hari dan akan terlihat dengan jelas setelah 1
minggu.
c. Penanaman Bibit Rhizophora mucronata
Dipilih bibit Rhizophora mucronata sebanyak 100 bibit dengan ukuran
yang relatif sama, dilepaskan bibit dari polybag lakukan secara perlahan agar
tidak merusak perakaran bibit, ditanam bibit dengan jarak tanam 1 meter dan
ditanam masing masing 25 bibit untuk setiap plot. Kemudian dipasang ajir
disetiap sisi bibit agar tidak patah terkena hempasan pasang air laut.
d. Aplikasi Fungi Pada Bibit Rhizophora mucronata
Jenis fungi yang akan diaplikasikan adalah fungi Trichoderma sp,
Aspergillus sp 1 dan Aspergillus sp 2. Proses pemberian fungi yang diaplikasikan
pada bibit Rhizophora mucronata dapat dilihat pada gambar 2.
Universitas Sumatera Utara
12
Gambar 2. (a) Fungi di dalam cawan petri, (b) fungi dipotong 1 cm x 1cm, (c)
fungi dimasukkan ke dalam tabung reaksi, (d) Fungi dituang ke
perakaran bibit R. mucronata
Fungi yang telah disiapkan di media agar selanjutnya dipotong persegi
sebesar 1 cm × 1 cm. Kemudian potongan fungi dimasukkan kedalam tabung
reaksi berisi air steril sebanyak 10 ml dan aduk hingga air dan fungi tercampur
merata. Sebarkan cairan fungi tersebut ke seluruh bagian daerah perakaran bibit.
e. Rancangan Percobaan
Penanaman bibit Rhizhophora mucronata dilakukan di kawasan hutan mangrove
Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yaitu 4 perlakuan dengan 6
ulangan.
Pengumpulan data dilakukan setelah penanaman bibit dan pemberian fungi
di lapangan, selama waktu sebagai berikut :
a. Hari ke-15 c. Hari ke- 45 e. Hari ke-75
b. Hari ke-30 d. Hari ke-60 f. Hari ke-90
Adapun jenis fungi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan R. mucronata berasal dari percobaan sebelumnya yaitu :
a. Kontrol c. Aspergillus sp. 1
b. Trichoderma sp d. Aspergillus sp. 2
Untuk melihat berbagai jenis fungi yang diaplikasuikan ke bibit R. mucronata
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. (a) Trichoderma sp. (b) Aspergillus sp. 1. (c) Aspergillus sp.2
a d
a b c
b c
Universitas Sumatera Utara
13
Jenis fungi yang diaplikasikan ke bibit R. mucronata dilihat dari mikroskop dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. (a) Trichoderma sp. (b) Aspergillus sp. 1. (c) Aspergillus sp.2
Penetapan jenis-jenis fungi ini untuk mendapatkan reaksi pertumbuhan
Rhizophora mucronata, untuk setiap plot terdapat 25 bibit dengan 4 perlakuan
dengan jumlah 100 bibit yang di teliti dan dilapangan ditanam 2000 bibit.
Penelitian yang dilakukan bersifat ekperimental dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL).
Model linier pada rancangan acak lengkap adalah : Yij = µ + αi + ∑ij
Yij = Pengamatan pada perlakuan fungi ke-i dan ulangan ke-j
µ = Nilai rataan umum pengamatan
αi = Pengaruh faktor pemberian fungi ke-i; i= 1,2,……. t dan j= 1,2,……r
∑ij = Pengaruh galat pemberian fungi ke-i dan ulangan ke-j
f. Parameter-Parameter Bibit Rhizophora mucronata yang diukur
Parameter-parameter bibit Rhizophora mucronata yang diamati adalah
diameter batang, tinggi batang, jumlah daun, dan luas daun. Pengukuran tinggi
batang dilakukan dengan menggunakan meteran kain, pengukuran diameter
batang dan luas daun menggunakan meteran kain.
g. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer diambil langsung
dari lapangan, berupa hasil pengukuran yang dilakukan terhadap bibit Rhizophora
mucronata, data tinggi, data diameter, jumlah daun dan luas daun.
a b c
Universitas Sumatera Utara
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan dan pengukuran yang dilakukan terhadap bibit R. mucronata
selama 12 minggu menunjukkan perbedaan terhadap pertambahan tinggi,
diameter, luas daun, jumlah daun. Data pengamatan bibit R. mucronata dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Bibit R. mucronata 12 Minggu Setelah Tanam
Parameter Pengamatan Perlakuan
Kontrol Trichoderma sp Aspergillus sp.1 Aspergillus sp. 2 Satuan
Tinggi rata- rata
Diameter rata-rata
Luas daun rata - rata
Jumlah daun rata-rata
62,13 64,79 64,67 67,90 cm
1,77 1,70 1,69 1,81 cm
10,62 12,30 12,77 11,65 cm2
4 5 4 4 Helai
Tinggi Bibit
Dari pengukuran yang dilakukan selama 12 minggu, diperoleh data tinggi
bibit R. mucronata yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Pertambahan tinggi yang
terbesar terdapat pada bibit R. mucronata perlakuan Aspergillus sp. 2 dengan
tinggi rata-rata 67,90 cm sedangkan yang terendah pada bibit tanpa perlakuan
pemberian fungi dengan tinggi 62,13 cm, untuk hasil pertumbuhan tinggi bibit
bisa dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil laju pertumbuhan tinggi Rhizhopora mucronata selama 12 minggu
Pengamatan ke- Kontrol Trichoderma sp Aspergillus sp.1 Aspergillus sp.2
1 575,1 604,4 569,6 613,4
2 593,7 634 599 633,8
3 610,8 643,1 628,8 680,2
4 623,5 647,2 648,4 685,8
5 655 654,3 702 724,4
6 669,5 704,5 732,4 736,1
.
Universitas Sumatera Utara
15
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
1 2 3 4 5 6
Tin
ggi
(cm
)
Minggu ke-
Kontrol
Trichoderma
Aspergillus sp.1
Aspergillus sp.2
Grafik yang diperoleh untuk pertambahan tinggi setiap minggu dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Pertambahan Tinggi Bibit R. mucronata
Diameter Bibit
Pemberian fungi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit R.
mucronata. Pengukuran diameter tertinggi terdapat pada bibit R. mucronata yang
diberikan fungi Aspergillus sp. 2 perlakuan sebesar 1,81 cm. Sedangkan diameter
terkecil terdapat pada bibit yang diberi perlakuan fungi Aspergillus sp. 1 dengan
diameter 1,69 cm. Pada setiap bibit dapat dilihat adanya perubahan dan
pertambahan diameter yang dilakukan pengamatan sebanyak 6 kali yang dapat
dilihat pada Lampiran 3. Hasil laju pertumbuhan diameter Rhizhopora mucronata
selama 12 minggu bisa dilihat pada tabel 3. Adapun grafik yang dapat diperoleh
dari hasil pengamatan pada pertambahan diameter bibit R. mucronata yang
dilakukan pengamatan setiap 2 minggu sekali dapat dilihat pada Gambar 6.
Tabel 3. Hasil laju pertumbuhan diameter Rhizhopora mucronata selama 12
minggu.
Pengamatan ke- Kontrol Trichoderma sp Aspergillus sp.1 Aspergillus sp.2
1 15,3 14,4 13,9 15,4
2 16,9 16,2 15,9 16,8
3 17,3 17,2 17,1 17,7
4 17,8 17,6 17,6 18,4
5 18,8 18 18 19
6 20,5 18,8 18,7 21
Kontrol
Trichoderma sp
Universitas Sumatera Utara
16
Gambar 5. Grafik Pertambahan Diameter Bibit R. mucronata
Gambar 6. Grafik Pertambahan Diameter Bibit R. mucronata
Luas Daun
Luas daun dihitung berdasarkan kegiatan pengamatan yang dilakukan
secara langsung dilapangan dengan menggunakan alat kalifer untuk mengukur
luas daun bibit R. mucronata. Pemberian perlakuan berbagai jenis fungi
menunjukkan perbedaan luas daun yang berbeda pada setiap perlakuan. Diperoleh
luas daun tertinggi terdapat pada bibit R. mucronata yang diberi perlakuan fungi
Aspergillus sp. 1 sebesar 12,77 cm2. Sedangkan untuk luas daun terendah terdapat
pada bibit R. mucronata tanpa perlakuan fungi dengan luas daun 10,62 cm2.
Adapun hasil pengukuran luas daun R. mucronata dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Pertambahan Luas Daun Bibit R. mucronata
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Kontrol Trichoderma Aspergillus sp.
1
Aspergillus sp.
2
Luas
Dau
n (
cm2)
Perlakuan
Luas Daun
Kontrol
Trichoderma sp
Trichoderma sp
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
1 2 3 4 5 6
Dia
met
er (
cm)
Minggu ke-
Kontrol
Trichoderma
Aspergillus sp. 1
Aspergillus sp. 2Kontrol
Trichoderma sp
Universitas Sumatera Utara
17
Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung secara
langsung jumlah daun pada bibit R. mucronata yang tumbuh di lapangan. Dan hal
ini dilakukan seterusnya selama melakukan pengamatan. Jumlah daun terbanyak
yang diperoleh dari pengamatan sebanyak 5 helai daun pada bibit R. mucronata
yang diberi perlakuan fungi Trichoderma sp, sedangkan bibit R. mucronata yang
lain menunjukkan jumlah yang sama yaitu sebanyak 4 helai. Berdasarkan uji sidik
ragam yang dilakukan, jumlah daun berpengaruh nyata terhadap pemberian fungi
dalam meningkatkan kemampuan bibit R. mucronata untuk memperoleh helaian
daun. Pengukuran yang dilakukan terhadap jumlah daun dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Pertambahan Jumlah Daun Bibit R. mucronata
Pembahasan
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap bibit R. mucronata untuk
semua parameter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada pertumbuhan
bibit, baik penambahan diameter bibit, penambahan tinggi bibit, penambahan
diameter batang, luas daun maupun jumlah daun. Dari pengamatan yang telah
dilakukan, dapat diketahui nilai laju pertumbuhan bibit R. Mucronata dengan 6
kali pengamatan selama 12 minggu. Nilai laju pertumbuhan hanya dihitung pada
bentuk pertumbuhan vegetatif tanaman yang bersifat irreversible atau tidak dapat
kembali seperti semula, yaitu tinggi, diameter, luas daun, dan jumlah daun. Data
laju pertumbuhan dapat dilihat pada tabel 4.
0
1
2
3
4
5
6
Kontrol Trichoderma Aspergillus sp. 1 Aspergillus sp. 2
Jum
lah D
aun (
Hel
ai)
Perlakuan
Jumlah Daun
Trichoderma sp
Universitas Sumatera Utara
18
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Bibit R. mucronata selama 12 Minggu
Parameter Pengamatan Perlakuan
Kontrol Trichoderma sp Aspergillus Aspergillus Satuan
sp.1 sp. 2
Tinggi rata- rata 9,44 10,01 16,28 12,27 cm
Diameter rata-rata 0,52 0,44 0,48 0,56 cm
Luas daun rata-rata* 0,86 1,90 1,69 1,36 cm2
Jumlah daun rata-rata 2 4 5 8 Helai
Keterangan :*Berpengaruh nyata berdasarkan analisis sidik ragam pada taraf 5 % ada pengaruh
nyata antar perlakuan yang diberikan
Perhitungan nilai laju pertumbuhan dilakukan dengan mengurangkan nilai
pada data pengamatan terakhir dengan nilai pada pengamatan pertama.
Tinggi Bibit
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman (Lampiran 1) yang telah
dilakukan di lapangan dengan melakukan uji analisis sidik ragam bahwa aplikasi
pemberian fungi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman
(Lampiran 2). Tinggi bibit R. mucronata yang paling baik pertumbuhannya
diantara bibit R. mucronata lainnya yang diberikan perlakuan fungi adalah
tanaman dengan perlakuan fungi Aspergillus sp. 2 dengan tinggi tanaman 67,90
cm. Hal ini dikarenakan fungi-fungi tersebut memberikan peran dekomposisi
bahan organik untuk menambah tingkat nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
Menurut Marbun dkk, (2015) genus Aspergillus, Penicillium, Curvulariadan
beberapa genus lainnya seperti Trichoderma, Pseudomonas, Phanerochaeta,
Cellulomonas, dan Thermospora merupakan salah satu fungi perombak bahan
organik yang mengurai sisa-sisa tanaman khususnya yang mengandung
hemiselulosa, selulosa, dan lignin.
Fungi Aspergillus spp yang dihasilkan dari dekomposisi serasah
berdasarkan penelitian Sinuraya (2019) memiliki kemampuan yang tinggi dalam
melarutkan P. Unsur fosfor dibutuhkan oleh tanaman dalam proses merangsang
pertumbuhan tanaman, seperti pertumbuhan tinggi, dan meningkatkan ketahanan
terhadap rebah akibat goncangan air laut maupun angin.
Pertumbuhan tinggi bibit R. mucronata juga dipengaruhi oleh salinitas,
umur tanaman dan kondisi lingkungan lainnya. Dalam penelitian Syah, dkk
Universitas Sumatera Utara
19
(2012) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang bekerja dengan sangat komplek
dan berpengaruh terhadap penyebaran dan pertumbuhan mangrove termasuk di
dalamnya adalah salinitas dan pengeringan karena pasang surut, jenis R.
mucronata pertumbuhan yang paling baik diperoleh pada salinitas 0-15 ppt, serta
semakin tinggi umur tanaman maka semakin tinggi pula pertambahan tingginya.
Diameter Batang
Dari hasil pengamatan pertambahan diameter (Lampiran 3), yang telah
dilakukan di lapangan dengan melakukan uji analisis sidik ragam bahwa aplikasi
pemberian fungi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang
tanaman (Lampiran 4). Perolehan diameter tertinggi diperoleh dari bibit R,
mucronata yang diberi perlakuan fungi Aspergillus sp. 2 dengan nilai rata-rata
1,81 cm. Hal ini dikarenakan fungi Aspergillus memberikan nutrisi terhadap
tanaman yang berpengaruh terhadap diameter batang tanaman. Menurut
pernyataan Firman dan Arynantha (2003) fungi Aspergillus sp. memiliki potensi
sebagai penghasil glukosa oksidase dengan aktivitas yang cukup tinggi, semakin
banyak karbohidrat yang dihasilkan dan tersedia di dalam tanah maka laju
pertumbuhan sel-sel baru akan semakin meningkat dan dengan semakin banyak
sel-sel baru yang terbentuk maka pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan
dan pertambahan diameter batang akan meningkat.
Pemberian fungi Aspergillus memberikan pertambahan diameter yang baik
karena fungi Aspergillus memberikan unsur hara yang diperlukan tanaman. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Saraswati dan Sumarno (2018) bahwa fungi jenis
Aspergillus sp merupakan salah satu jenis fungi yang mampu menyediakan jenis
unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan pembelahan sel.
Dengan meningkatnya pembelahan sel maka mampu meningkatkan diameter
batang bibit tanaman tersebut.
Luas Daun
Berdasarkan hasil pengamatan pada luas daun (Lampiran 5), luas daun
yang paling tinggi adalah pada tanaman dengan perlakuan fungi Aspergillus sp. 1
yang telah diratakan dengan luas daun 12,77 cm2, sedangkan untuk luas daun
Universitas Sumatera Utara
20
terendah adalah pada tanaman dengan tanpa perlakuan dengan luas daun 10,62
cm2. Pada pengujian analisis sidik ragam (Lampiran 6) diketahui bahwa
pemberian fungi untuk meningkatkan luas daun bibit R. mucronata memberikan
pengaruh yang nyata. setelah dilakukannya uji lanjutan DMRT dengan taraf 5%
terhadap luas daun bibit R. mucronata, memiliki data nilai rata-rata perlakuan
yang yang berbeda, ini menunjukkan bahwa perlakuan berbeda nyata dengan
nilai yang signifikan (Lampiran 7). Laju pertumbuhan daun dipengaruhi juga oleh
pasang air laut, menurut Song (2011) dalam kehidupan tanaman air berperan
sebagai pelarut unsur-unsur hara yang terkandung dalam tanah, sehingga dapat
diambil oleh tanaman dengan mudah melalui akar dan diangkut ke bagian
tanaman yang membutuhkan (termasuk daun), dengan diberikan fungi Aspergillus
spp yang tetap tinggal di dalam tanah maka unsur hara semakin baik terhadap
pertambahan luas daun.
Perkembangan daun dipengaruhi Aspergillus spp yang mampu
menyediakan unsur hara bagi tanaman. Menurut Sihombing dkk, (2015) hal ini
dikarenakan oleh kemampuan fungi Aspergillus dalam menyediakan unsur hara
terutama unsur hara P yang dibutuhkan bibit dalam pertumbuhannya. Aspergillus
mempunyai kemampuan dalam melarutkan fosfat terikat dibandingkan dengan
bakteri sehingga mampumenyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhannya dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut.
Jumlah Daun
Daun merupakan bagian tanaman yang paling penting, hal ini dikarenakan
daun merupakan alat yang digunakan tanaman untuk memperoleh makanan selain
memanfaatkan akarnya dalam menyerap unsur hara. Pada pengamatan yang telah
dilakukan (Lampiran 8), jumlah daun terbanyak terdapat pada bibit R. mucronata
dengan perlakuan fungi Trichoderma spp dengan jumlah daun 5 helai, sedangkan
bibit R. mucronata yang lain menunjukkan jumlah yang sama yaitu sebanyak 4
helai. Selanjutnya dilakukan uji Analisis sidik ragam (Lampiran 9) diperoleh
bahwa pemberian fungi tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk
pertambahan jumlah daun R. mucronata. Untuk meningkatkan produktivitas,
tingginya fotosintesis yang menjadi pembentukan daun disebabkan oleh diameter
Universitas Sumatera Utara
21
bibit tersebut. Siahaan (2018), menyatakan bahwa semakin lebar diameter maka
xylem sebagai pengangkut zat hara dan air dari tanah menjadi semakin besar,
sehingga semakin banyak pula zat hara dan air yang diangkut. Hal ini dapat
berakibat kuantitas fotosintesis semakin tinggi yang menyebabkan pembentukan
daun akan semakin banyak.
Kondisi bibit banyak mengalami pertumbuhan yang lambat, dikarenakan
peralihan antara musim kemarau ke musim penghujan pada bulan Juli –
September yang menyebabkan serangan hama membuat pertumbuhan tidak
merata dengan baik. Terjadi pertambahan dan pengurangan jumlah daun setiap
pengamatan untuk masing-masing bibit R. mucronata. Menurut pernyataan Fahmi
dkk, (2010) bahwa pertambahan jumlah daun merupakan salah satu bentuk dari
pertumbuhan bibit R. mucronata dan pengguguran daun merupakan salah satu
bentuk adaptasi terhadap lingkungan.
Pertambahan jumlah daun sangat dipengaruhi oleh pemberian fungi
Trichoderma sp, karena mampu memberikan sifat positif bagi perakaran tanaman
dan sebagai penyubur tanah, dimana setiap helai daun mentranspirasikan sejumlah
air yang memerlukan akar untuk menyerap air dan hara dari dalam tanah. Menurut
Rizal, dkk (2019) menyebutkan bahwa Trichoderma sp merupakan
mikroorganisme yang dikenal luas sebagai penyubur tanah. Trichoderma sp
memberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman.
Pemberian Fungi Pada Bibit R. mucronata
Pemberian fungi memberikan manfaat yang baik bagi pertumbuhan bibit
R. mucronata. Bibit yang diberi perlakuan fungi lebih tinggi pertumbuhannya
daripada bibit tanpa perlakuan pemberian fungi. Pemberian fungi yang lebih
dominan adalah jenis fungi Aspergillus sp. 2. Fungi jenis Aspergillus spp banyak
ditemukan di lapisan tanah maupun serasah daun pada tegakan tumbuhan
mangrove jenis R. mucronata serta mudah untuk diisolasi. Menurut Lubis dkk,
(2017) jenis fungi Aspergillus spp diakui sebagai salah satu diantara beberapa
mikroorganisme atau fungi yang memiliki daerah penyebaran paling luas serta
berlimpah di alam, selain itu jenis fungi ini juga merupakan fungi yang paling
umum mengkontaminan pada berbagai substrat di daerah tropis maupun subtropis,
Universitas Sumatera Utara
22
pada umumnya Aspergillus spp ditemukan pada sampel serasah dedaunan. Selain
itu Hartanti (2015) juga mengemukakan bahwa Aspergillus spp telah banyak
diisolasi sebagai endofit dan beberapa di antaranya memiliki aktivitas sebagai
antimikroba, seperti yang diisolasi dari tumbuhan inang R. mucronata, hal ini
menunjukkan bahwa pemberian fungi jenis Aspergillus sp. 2 memberikan
manfaat yang baik bagi pertumbuhan R. muronata.
Pada penelitian sebelumnya pemberian fungi Aspergillus spp yang
diaplikasikan pada bibit Avicennia marina yang berlokasi di Belawan juga
menunjukkan hasil yang baik, meningkatnya pertumbuhan pada bibit setelah
diberikan fungi disebabkan karena tingkat nutrisi yang dibutuhkan tanaman
bertambah dengan adanya peran dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh
fungi tersebut. Fungi Aspergillus spp yang larut didalam air juga mampu
mengubah unsur P menjadi lebih baik untuk pertumbuhan bibit, menurut
Hutauruk dkk, (2015) dengan adanya aktivitas Aspergillus spp, mampu mengubah
P tidak tersedia menjadi tersedia. Aspergillus spp juga memiliki kemampuan
menghasilkan enzim urea reduktase dan fosfatase yang berperan dalam
penambatan N bebas dari udara dan pelarut P dari senyawa yang sukar larut.
Selain itu fungi tersebut mampu menghasilkan asam organik pelarut P, dengan
demikian pemberian fungi Aspergillus spp sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman mangrove.
Universitas Sumatera Utara
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Fungi yang diaplikasikan terhadap bibit R. mucronata memberikan
pengaruh dan meningkatkan pertumbuhan bibit R. mucronata. Kemampuan fungi
untuk meningkatkan pertumbuhan bibit berbeda-beda, Fungi yang dominan
meningkatkan pertumbuhan bibit ialah jenis fungi Aspergillus sp 2 yaitu pada
tinggi batang dengan nilai 67,90 cm dan diameter batang dengan nilai 1,81 cm.
Untuk luas daun tertinggi pada perlakuan fungi Aspergillus sp 1 dengan nilai
12,77 cm2, serta banyak daun tertinggi dengan perlakuan fungi Trichoderma sp
dengan nilai sebanyak 5 helai daun.
Saran
Sebaiknya dalam uji lanjutan pemanfaatan fungi terhadap tanaman bakau
dilakukan kombinasi untuk mempercepat laju pertambahan parameter sehingga
dapat direkomendasikan untuk program rehabilitasi kawasan lahan mangrove.
Universitas Sumatera Utara
24
DAFTAR PUSTAKA
Aflaha E. 2014. Manfaat Mangrove sebagai Pelestarian Lingkngan Hidup di Desa
Olaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong. GeoTadulako, 1 :
(2).
Aksornkoae S. 1993. Ecology and Management of Mangroves. IUCN. Bangkok,
Thailand.
Alwidakdo A, Azham Z, Kamarubayana L. 2014. Studi Pertumbuhan Mangrove
Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Tanjung Limau
Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Agrifor, 13(1):
11-18.
Ariftia RI, Qurniati R, dan Herwanti S. 2014. Nilai Ekonomi Total Hutan
Mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari, 2 (3): 19-28.
Fahmi K, Dahlan Z, Sarno. 2010. Tingkat Keberhasilan Hidup Bibit Mangrove
Rhizophora mucronata, R. apiculata dan Bruguiera gymnorrhiza di
Delta Upang Banyuasin Sumatera Selatan. Maspari Journal: Marine
Science Research, 1 (1): 69 - 72.
Firman AP dan Aryantha INP. 2003. Eksplorasi dan Isolasi Enzim Glukosa
Oksidase Dari Fungi Inperfekti (genus penicillium dan aspergillus)
indigenus. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan, PERMI, Bandung,
Agust, 29-30.
Hartanti D. 2015. Isolasi dan Identifikasi Primer Jamur Endofit Dari Tumbuhan
Obat Nagasari (Mesua ferrea). PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia
(Pharmaceutical Journal of Indonesia), 12 (1): 21-24.
Hiariey LS dan Kaihatu MM. 2012. Teknik Pembibitan Mangrove (Rhizophora
mucronata dan Sonneratia alba) di Perairan Desa Passo Kecamatan
Teluk Ambon Dalam.
Hossain MD dan Nuruddin AA. 2016. Soil and Mangrove: a review. Journal of
Environmental Science and Technology, 9(2): 198.
Hutauruk M, Yunasfi, Basyuni M. 2015. Pemanfaatan Fungi Aspergillus Flavus,
A. Tereus dan Trichoderma Harzianum Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Bibit Rhizophora Apiculata Di Desa Pulau Sembilan
Kabupaten Langkat. Peronema Forestry Science Journal, 4 (4) : 142-
149.
Universitas Sumatera Utara
25
Lubis RF, Yunasfi, Fadhilah A. 2017. Kolonisasi Fungi pada Serasah Daun
Avicennia marina di Desa Nelayan Seberang Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera
Utara. AQUACOASTMARINE, 6 (2): 23-33.
Marbun L, Yunasfi, Mulya MB. 2015. Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus,
Aspergillus terreus, dan Trichoderma harzianum Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Bibit Avicennia marina. Peronema Forestry Science
Journal, 4 (3): 254-264.
Mariana I. 2017. Isolasi Dan Karakterisasi Fungi Endofit Yang Mempunyai
Aktivitas Antimikroba Dari Akar Rhizophora mucronata Lam.
Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Doctoral
dissertation, Widya Mandala Catholic University Surabaya).
Matatula J, Poedjirahajoe E, Pudyatmoko S. 2019. Sebaran Spasial Kondisi
Lingkungan Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Kota Kupang. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural
Resources and Environmental Management), 9(2): 467-482.
Mulyadi E dan Nur F. 2010. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai
Ekowisata. Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 2 (1): 11-18.
Nurwardani P. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih.
Departemen Pendidikan Nasional.
Priyanto RA. (2012). Aktivitas Antioksidan Dan Komponen Bioaktif Pada Buah
Bakau (Rhizophora Mucronata Lamk.). Departemen Teknologi Hasil
Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor.[Skripsi] Bogor.
Priyono A. 2010. Panduan Praktis Teknik Rehabilitasi Mangrove di Kawasan
Pesisir Indonesia. Semarang: KESEMAT.
Purnobasuki H. 2011. Ancaman terhadap hutan mangrove di Indonesia dan
langkah strategis pencegahannya. Buletin PSL Universitas Surabaya, 25
: 3 - 6.
Puspayanti NM, Tellu HA, Suleman SM. 2013. Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove
di Desa Lebo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong dan
Pengembangannya sebagai Media Pembelajaran. EJIP BIOL, 1:(1).
Putra AC. 2014. Strategi Pengembangan Ekowisata Melalui Kajian Ekosistem
Mangrove di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. (Doctoral dissertation,
Program Pascasarjana UNDIP).
Universitas Sumatera Utara
26
Putri AU. 2013. Kelautan, J. I., Ilmu, F., Dan, K., & Hasanuddin, U. Uji Potensi
Antifungi Ekstrak Berbagai Jenis Lamun Terhadap Fungi Candida
albicans.
Quisthoudt K, Schmitz N, Randin CF, Dahdouh GF, Robert EM, Koedam N.
2012. Temperature Variation Among Mangrove Latitudinal Range
Limits Worldwide. Trees, 26(6): 1919-1931.
Rizal S, Novianti D, Septiani M. 2019. Pengaruh Jamur Trichoderma sp Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum
L.). Indobiosains, 1 : (1).
Rusdianti K dan Sunito S. 2012. Konversi lahan hutan mangrove serta upaya
penduduk lokal dalam merehabilitasi ekosistem mangrove. J Sosiologi
Pedesaan, 6 (1) : 1 - 17.
Saraswati R dan Sumarno. 2015. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah Sebagai
Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan, 3: (1).
Siahaan IM. 2018. Laju Pertumbuhan Bibit Rhizophora apiculata pada Dua Lahan
Tambak Silvofishery di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan.
Sihombing IK, Yunasfi, Budi U. 2015. Pengaruh Fungi Aspergillus Flavus,
Aspergillus terreus, dan Trichoderma harzianum. Terhadap
Pertumbuhan Bibit Avicennia officinalis. Peronema Forestry Science
Journal, 4 (4) : 178-185.
Sinuraya AE. 2019. Aplikasi Berbagai Jenis Fungi Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Avicennia marina Berjarak 100 M dari Pinggir Laut di
Belawan dan Pulau Sembilan. [Skripsi]. Departemen Budidaya Hutan
Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan
Song AN, dan Banyo Y. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal ilmiah sains, 11 (2) : 166-173.
Syah C. 2011. Pertumbuhan Tanaman Bakau (Rhizophora mucronata) Pada
Lahan Restorasi Mangrove di Hutan Lindung Angke Kapuk Jakarta.
Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2 (1) : 1-10.
Tamara R. 2018. Aplikasi Berbagai Jenis Fungi Terhadap Pertumbuhan Avicennia
Marina yang Berjarak 200 m dari Garis Pantai di Belawan dan Pulau
Sembilan [Skripsi]. Departemen Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Tambunan R, Harahap RH, Lubis Z. 2005. Pengelolaan Hutan Mangrove di
Kabupaten Asahan (Studi Kasus Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Hutan Mangrove di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Asahan).
Universitas Sumatera Utara
27
Tarigan MS. 2010. Sebaran dan Luas Hutan Mangrove di Wilayah Pesisir Teluk
Pising Utara Pulau Kabaena Provinsi Sulawesi Tenggara. Makara
Journal of Science.
Warpur M. 2016. Struktur Vegetasi Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya di
Kampung Ababiaidi Distrik Supiori Selatan Kabupaten Supiori. Jurnal
Biodjati, 1 (1) : 19-26.
Wijayanti T. 2009. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata
Pendidikan. Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 1 : 15-25.
Winata A dan Yuliana E. 2016. Tingkat Keberhasilan Penanaman Pohon
Mangrove (Kasus: Pesisir Pulau Untung Jawa Kepulauan
Seribu). Jurnal Matematika Sains dan Teknologi, 17 (1) : 29-39.
Witantri RG, Al-Anshory D, Ridwan M, Arif M. 2015. Keanekaragaman
Makrofungi Di Wilayah Lereng Barat Gunung Lawu.
Yahya Y, Nursyam H, Risjani Y, Soemarno S. 2014. Karakteristik Bakteri di
Perairan Mangrove Pesisir Kraton Pasuruan (Characterization of
Bacteria Isolated from Mangrove Coastal Waters of Kraton,
Pasuruan). Ilmu Kelautan: Indonesian Journal of Marine Sciences, 19
(1): 35-42.
Yanti LA. 2011. Pertumbuhan Bibit Rhizophora mucronata Lamk Pada Berbagai
Intensitas Naungan.
Yunasfi, Patana P, Desrita D. 2018. Aplikasi Berbagai Jenis Fungi Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora mucronata di Desa Pulau
Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. ABDIMAS
TALENTA, 3 (2) : 273-281.
Universitas Sumatera Utara
28
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
29
Lampiran 1. Data Pengukuran Tinggi Batang Bibit R. mucronata
Perlakuan Ulangan Pengukuran Minggu ke-
1 2 3 4 5 6
Kontrol 1 67,3 70,5 72,7 73,9 77,5 78,2
2 61,3 62,5 63,5 64,5 66,4 66,6
3 56,2 60,4 62 62,7 64,2 68,5
4 51,1 52,7 53,4 55,6 64,3 65,6
5 61,3 62,1 63,3 64 64,7 66,1
6 62,6 64,5 64,9 64,9 66,3 68,2
7 50,8 52,7 56,5 60,6 61,4 62,2
8 49,8 51,5 51,8 52 64 65,1
9 66,1 68,1 72,2 73,1 73,3 73,8
10 48,6 48,7 50,5 52,2 52,9 55,2
Trichoderma sp 1 68,7 69,3 69,9 70,7 72 80,7
2 68 68,3 68,4 69,1 70,1 72,8
3 65,2 78,1 80,5 80,9 81,6 82,3
4 56 57,8 58,5 58,7 58,7 62,3
5 60,8 63,5 64 64,3 64,6 66,7
6 50,5 51 51,6 52,3 55 79
7 63,3 67,3 67,6 68,4 68,5 69
8 60,1 61,2 63,3 63,4 64,1 66,7
9 50,7 53,4 54,6 54,7 54,9 57
10 61,1 64,1 64,7 64,7 64,8 68
Aspergillus sp. 1 1 52,2 53,4 59,2 60,2 60,4 61,3
2 47,3 53,6 64,6 65,1 65,2 66,1
3 58,7 59,2 61,2 62,6 69,5 72,4
4 59,7 62,5 68,2 69,1 69,5 71,7
5 61,1 65,4 66,3 68,4 70 73,4
6 68 65,9 67,6 75,2 77,3 78,1
7 49,4 62,2 62,7 67,2 78,5 73,6
8 61,3 64,3 64,7 65,2 66 77
9 49,2 63,2 64,4 64,5 72,4 76,4
10 62,7 49,3 49,9 50 73,2 82,4
Aspergillus sp. 2 1 65,9 66,6 67,1 67,5 68,9 69,5
2 68,2 69,3 73,6 73,9 75,9 76
3 52,4 55 55,1 56,7 72,5 74,7
4 70 73,1 73,2 73,8 75,2 75,4
5 47,8 49,8 67,8 68,5 68,5 69,7
6 56,3 59,2 72,9 73,8 75,4 76,6
7 63,1 64,1 64,2 64,9 66,3 68,4
8 55,8 55,9 59,4 59,5 71,4 73,4
9 68,2 69,7 70,2 70,3 71,9 72,1
10 65,7 71,1 76,7 76,9 78,4 80,3
Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Batang Bibit R. mucronata
Sumber Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat F. hitung F. tabel
keragaman tengah
Perlakuan 3 167,2264 55.74212 1,566995 2,87
Galat 36 1280,614 35,57261
Total 39 1447,84
Universitas Sumatera Utara
30
Lampiran 3. Data Pengukuran Diameter Batang Bibit R. mucronata
Perlakuan Ulangan Pengukuran Minggu ke-
1 2 3 4 5 6
Kontrol 1 1,8 1,8 1,8 1,9 2,1 2,1
2 1,6 1,7 1,7 1,7 1,8 2,2
3 1,6 1,8 1,8 1,8 1,8 1,9
4 1,3 1,7 1,8 1,9 1,9 2,1
5 1,6 1,8 1,8 1,9 2 2,2
6 1,5 1,7 1,8 1,8 1,8 2,1
7 1,4 1,6 1,7 1,7 1,7 2
8 1,4 1,5 1,5 1,7 1,8 2
9 1,7 1,8 1,9 1,9 1,9 2,1
10 1,4 1,5 1,5 1,5 1,6 1,8
Trichoderma sp 1 1,5 1,6 1,7 1,7 1,8 2,1
2 1,6 1,7 1,7 1,9 1,9 2
3 1,3 1,8 2 2 2 2,1
4 1,4 1,6 1,7 1,7 1,8 1,8
5 1,4 1,4 1,5 1,6 1,7 1,7
6 1,4 1,5 1,7 1,7 1,8 1,8
7 1,3 1,7 1,7 1,8 1,8 1,9
8 1,5 1,7 1,8 1,8 1,8 1,9
9 1,4 1,6 1,6 1,6 1,6 1,7
10 1,6 1,6 1,8 1,8 1,8 1,8
Aspergillus sp. 1 1 1,4 1,5 1,4 1,5 1,6 1,8
2 1,4 1,5 1,7 1,9 1,7 1,8
3 1,4 1,6 1,7 1,7 1,8 1,9
4 1,5 1,7 1,9 1,8 2 2
5 1,4 1,7 1,8 1,9 2 2
6 1,3 1,7 1,9 2 2 2,1
7 1,3 1,4 1,5 1,5 1,6 1,8
8 1,5 1,5 1,8 1,8 1,8 1,8
9 1,6 1,6 1,6 1,7 1,7 1,7
10 1,1 1,7 1,8 1,8 1,8 1,8
Aspergillus sp. 2 1 1,4 1,6 1,6 1,7 1,7 1,8
2 1,5 1,6 1,7 1,8 1,8 1,9
3 1,5 1,6 1,6 1,7 1,8 1,9
4 1,5 1,6 1,8 1,8 1,9 2,2
5 1,5 1,6 1,7 1,8 1,8 2,3
6 1,5 1,7 1,8 1,8 1,8 2,1
7 1,4 1,7 1,8 1,8 1,9 2
8 1,6 1,7 1,7 1,9 2 2,3
9 1,8 1,8 1,9 2 2 2,2
10 1,7 1,9 2,1 2,1 2,3 2,3
Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Diameter Batang Bibit R. mucronata
Sumber Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat F. hitung F. tabel
keragaman tengah
Perlakuan 3 0,093076389 0,031025463 2,459416478 2,87
Galat 36 0,454138889 0,012614969
Total 39 0,54 7215278
Universitas Sumatera Utara
31
Lampiran 5. Data Pengukuran Luas Daun Bibit R. mucronata
Perlakuan Ulangan Pengukuran Minggu ke-
1 2 3 4 5 6
Kontrol 1 10,3 10,6 10,7 10,7 10,9 11,3
2 10,3 10,6 10,7 10,7 10,9 11,3
3 7,8 7,9 8 8,1 8,3 8,5
4 11,2 11,4 11,5 11,6 1,8 11,9
5 10,6 10,7 10,9 11,1 11,2 11,4
6 8,8 9 9,1 9,3 9,6 10,2
7 11,5 11,7 11,8 11,9 12,1 12,3
8 10,5 10,5 10,7 10,9 11,3 11,4
9 10,1 10,3 10,6 10,6 10,8 10,9
10 11,1 11,3 11,4 11,6 11,7 11,8
Trichoderma sp 1 13,1 13,5 13,9 14,2 14,5 14,8
2 9,9 10,1 10,3 10,6 10,8 11,4
3 12,3 12,4 12,9 13,2 13,5 13,5
4 10,6 11,3 11,8 12,3 12,4 12,7
5 11,4 11,5 11,8 12,2 12,6 12,9
6 9 10,8 11,3 11,6 11,8 12,4
7 12,3 12,5 13,3 13,7 13,9 14,3
8 11 11,1 11,6 11,9 11,9 12,1
9 11,3 12,7 13,4 13,5 13,7 14,5
10 11,6 11,7 12,1 12,6 12,8 12,9
Aspergillus sp. 1 1 8,4 8,6 8,9 9,3 9,5 9,8
2 14,2 14,5 14,8 14,9 15,1 15,1
3 12,5 12,7 12,7 12,7 12,9 13,4
4 12,3 12,6 13,2 13,5 13,7 13,9
5 11,1 11,4 13,9 14,3 14,4 14,8
6 13,5 13,8 14 14,2 14,4 14,7
7 11,3 11,7 12,2 12,5 12,7 12,9
8 11,5 12,3 12,7 12,9 13,2 13,5
9 11,7 11,9 12,9 13,2 13,4 13,6
10 11,8 12,2 12,5 12,9 13,3 13,5
Aspergillus sp. 2 1 11,4 11,9 12,3 12,5 12,7 13,2
2 12,3 12,5 12,7 12,9 13,1 13,1
3 11,5 11,7 11,9 12,1 12,2 12,5
4 11,7 12,3 12,6 12,7 12,8 13,3
5 8,5 8,7 8,9 9 9,2 9,5
6 8 8,2 8,7 8,9 9,3 9,7
7 11,3 11,4 11,7 11,9 12,4 12,7
8 11,7 11,9 12,1 12,3 12,6 12,8
9 11,3 11,5 11,7 11,9 12,5 12,7
10 12,1 12,3 12,8 13 13,7 13,9
Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Luas Daun Bibit R. mucronata
Sumber Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat F. hitung F. tabel
keragaman tengah
Perlakuan 3 26,04643 8,682143 5,0209104 2,87
Galat 36 62,2510933333 1,729197
Total 39 88,2975233333
Universitas Sumatera Utara
32
Lampiran 7. Uji Lanjutan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) Luas Daun Bibit R. mucronata
Perlakuan Jumlah daun DMRT 0,05
R. mucronata
Kontrol 106,15 abc
Aspergillus sp. 2 116,45 bc
Trichoderma sp 122,95 c
Aspergillus sp. 1 127,67 d
Lampiran 8. Pengukuran Jumlah Daun Bibit R. mucronata
Perlakuan Ulangan Pengukuran Minggu ke-
1 2 3 4 5 6
Kontrol 1 3 4 4 5 6 6
2 2 3 3 3 4 5
3 3 3 3 3 3 4
4 2 2 2 2 3 4
5 4 4 4 4 4 6
6 3 3 5 5 6 7
7 4 4 5 5 5 6
8 5 5 5 6 6 6
9 4 4 4 5 5 5
10 6 6 6 6 6 7
Trichoderma sp 1 4 4 4 4 4 4
2 2 2 2 2 2 2
3 5 5 6 6 6 6
4 6 6 6 6 6 6
5 6 6 6 6 4 4
6 6 6 4 4 4 4
7 2 2 2 2 2 2
8 4 4 4 4 4 4
9 5 5 6 6 6 6
10 4 4 4 4 4 4
Aspergillus sp. 1 1 2 2 2 2 2 2
2 5 5 6 6 6 6
3 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4
6 5 5 5 5 5 6
7 3 3 4 4 4 4
8 5 4 4 4 4 5
9 4 5 6 6 6 6
10 4 4 4 4 4 4
Aspergillus sp. 2 1 2 2 3 3 3 3
2 4 4 5 5 5 5
3 4 4 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5
5 2 2 2 2 2 2
6 2 2 2 2 2 2
7 3 3 3 3 3 3
8 3 3 3 3 3 3
9 6 6 6 6 6 6
10 4 5 7 7 8 9
Universitas Sumatera Utara
33
Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Bibit R. mucronata
Sumber Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat F. hitung F. tabel
keragaman tengah
Perlakuan 3 1,763888889 0,58796296 0,2980754 2,87
Galat 36 71,011111111111 1, 97253086
Total 39 72,7750000000001
Universitas Sumatera Utara
34
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian
Penanaman bibit R. mucronata Pemberian fungi pada bibit R.mucronata
Pengukuran bibit R. mucronata Bibit R. mucronata setelah tanam
Universitas Sumatera Utara