APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap...

12
409 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTERSIF Makmur, Hidayat Suryanto Suwoyo, dan Rachman Syah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No.129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Udang merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia. Komoditas ini sangat strategis dalam menopang perekonomian nasional melalui penciptaan devisa nasional, perluasan lapangan kerja dan usaha, serta peningkatan pendapatan pembudidaya. Tujuan aplikasi teknik feeding regime pada budidaya udang vaname super-intensif untuk mengetahui seberapa besar perannya dalam upaya efisiensi biaya pakan, produksi, beban limbah, dan kualitas udang yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya air Payau (BPPBP), Desa Punaga, Kabupaten Takalar, menggunakan dua petak tambak beton berukuran masing-masing 1000 m 2 /petak. Hewan uji yang digunakan adalah benur vaname PL-10 ditebar dengan kepadatan masing-masing 300.000 ekor/petak. Perlakuan yang diujikan dalam penelitian ini yaitu: (A) Pakan berprotein 40-37, (B) Campuran pakan berprotein 40-37% (DOC 0-60) dan pakan berprotein 35 (DOC 61-98). Pemberian pakan dilakukan secara manual (DOC 1-60) dan menggunakan automatic feeder (DOC 61-98) dengan dosis pakan yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan A, selama pemeliharaan udang vaname menghasilkan ukuran udang 82 ekor/ kg, lebih besar dibandingkan udang pada pakan B, yaitu 94 ekor/kg. Protein pada karkas udang yang diberi pakan A lebih tinggi dibandingkan pakan B, namun sebaliknya kandungan lemak karkas udang pakan A lebih rendah dibandingkan karkas udang di pakan B. Beban limbah N dan P pada kedua perlakuan masing- masing adalah 49,12-53,94 kgN/ton udang dan 14,96—17,10 kgP/ton udang. Udang yang diberi pakan protein tinggi menghasilkan 11 jenis asam amino yang memiliki kandungan asam amino lebih tinggi dibandingkan perlakuan B yang hanya 7 jenis asam amino. KATA KUNCI: feeding regime, udang vaname, super intensif PENDAHULUAN Udang merupakan komoditas utama dalam industrialisasi perikanan budidaya. Dalam periode 2010-2014, produksi udang diharapkan meningkat sebesar 74,75%, yaitu dari 400.000 ton menjadi 699.000 ton, Target produksi udang di tahun 2014 dihadapkan pada berbagai tantangan, satu diantaranya adalah manajemen budidaya yang mampu menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi. Untuk saat ini, udang vaname masih menjadi tumpuan yang strategis bagi upaya pencapaian target produksi udang dalam rangka industrialisasi perikanan budidaya. Budidaya udang vaname super-intensif pada tambak kecil menjadi orientasi sistem budidaya masa depan dengan konsep low volume high density. Teknologi budidaya ini memiliki ciri luasan petak tambak 1.000 m 2 , kedalaman air >2 m; padat penebaran tinggi, produktivitas tinggi, beban limbah minimal, dilengkapi dengan tandon air bersih dan petak pengolah limbah budidaya (Rachmansyah et al., 2014) Padat penebaran tinggi yang diaplikasikan dalam sistem budidaya superintensif memberikan konsekuensi pada beban limbah sebagai hasil samping kegiatan budidaya yang dapat mempengaruhi kelayakan habitat udang serta lingkungan hidup perikanan. Sementara kebutuhan pakan sebagai sumber energi dan nutrisi udang memberikan kontribusi sebesar 60-70% dari biaya produksi udang. Kedua aspek tersebut perlu dikelola secara efektif dan efisien agar produk udang yang dihasilkan berdaya saing tinggi. (Rachmansyah et al., 2013). Oleh karena itu, efisiensi pakan menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan daya saing produk sehingga lebih kompetitif dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Salah satu upaya efisiensi pakan dalam budidaya udang vaname super-intensif adalah dengan menerapkan feeding regime yang tepat dengan mensubstitusi pakan protein lebih rendah tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan biomassa serta kualitas udang yang

Transcript of APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap...

Page 1: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

409 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG VANAME(Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTERSIF

Makmur, Hidayat Suryanto Suwoyo, dan Rachman SyahBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No.129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Udang merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia. Komoditas ini sangat strategis dalammenopang perekonomian nasional melalui penciptaan devisa nasional, perluasan lapangan kerja dan usaha,serta peningkatan pendapatan pembudidaya. Tujuan aplikasi teknik feeding regime pada budidaya udangvaname super-intensif untuk mengetahui seberapa besar perannya dalam upaya efisiensi biaya pakan,produksi, beban limbah, dan kualitas udang yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi TambakBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya air Payau (BPPBP), Desa Punaga, Kabupaten Takalar,menggunakan dua petak tambak beton berukuran masing-masing 1000 m2/petak. Hewan uji yang digunakanadalah benur vaname PL-10 ditebar dengan kepadatan masing-masing 300.000 ekor/petak. Perlakuan yangdiujikan dalam penelitian ini yaitu: (A) Pakan berprotein 40-37, (B) Campuran pakan berprotein 40-37% (DOC0-60) dan pakan berprotein 35 (DOC 61-98). Pemberian pakan dilakukan secara manual (DOC 1-60) danmenggunakan automatic feeder (DOC 61-98) dengan dosis pakan yang telah ditentukan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pakan A, selama pemeliharaan udang vaname menghasilkan ukuran udang 82 ekor/kg, lebih besar dibandingkan udang pada pakan B, yaitu 94 ekor/kg. Protein pada karkas udang yang diberipakan A lebih tinggi dibandingkan pakan B, namun sebaliknya kandungan lemak karkas udang pakan Alebih rendah dibandingkan karkas udang di pakan B. Beban limbah N dan P pada kedua perlakuan masing-masing adalah 49,12-53,94 kgN/ton udang dan 14,96—17,10 kgP/ton udang. Udang yang diberi pakanprotein tinggi menghasilkan 11 jenis asam amino yang memiliki kandungan asam amino lebih tinggidibandingkan perlakuan B yang hanya 7 jenis asam amino.

KATA KUNCI: feeding regime, udang vaname, super intensif

PENDAHULUAN

Udang merupakan komoditas utama dalam industrialisasi perikanan budidaya. Dalam periode2010-2014, produksi udang diharapkan meningkat sebesar 74,75%, yaitu dari 400.000 ton menjadi699.000 ton, Target produksi udang di tahun 2014 dihadapkan pada berbagai tantangan, satudiantaranya adalah manajemen budidaya yang mampu menghasilkan tingkat produktivitas yangtinggi. Untuk saat ini, udang vaname masih menjadi tumpuan yang strategis bagi upaya pencapaiantarget produksi udang dalam rangka industrialisasi perikanan budidaya. Budidaya udang vanamesuper-intensif pada tambak kecil menjadi orientasi sistem budidaya masa depan dengan konsep lowvolume high density. Teknologi budidaya ini memiliki ciri luasan petak tambak 1.000 m2, kedalamanair >2 m; padat penebaran tinggi, produktivitas tinggi, beban limbah minimal, dilengkapi dengantandon air bersih dan petak pengolah limbah budidaya (Rachmansyah et al., 2014)

Padat penebaran tinggi yang diaplikasikan dalam sistem budidaya superintensif memberikankonsekuensi pada beban limbah sebagai hasil samping kegiatan budidaya yang dapat mempengaruhikelayakan habitat udang serta lingkungan hidup perikanan. Sementara kebutuhan pakan sebagaisumber energi dan nutrisi udang memberikan kontribusi sebesar 60-70% dari biaya produksi udang.Kedua aspek tersebut perlu dikelola secara efektif dan efisien agar produk udang yang dihasilkanberdaya saing tinggi. (Rachmansyah et al., 2013). Oleh karena itu, efisiensi pakan menjadi sangatpenting dalam upaya meningkatkan daya saing produk sehingga lebih kompetitif dengan tingkatkeuntungan yang lebih tinggi. Salah satu upaya efisiensi pakan dalam budidaya udang vanamesuper-intensif adalah dengan menerapkan feeding regime yang tepat dengan mensubstitusi pakanprotein lebih rendah tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan biomassa serta kualitas udang yang

Page 2: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

410Aplikasi feeding regime pada pemeliharaan udang vaname ..... (Makmur)

dihasilkan. Udang vaname memerlukan pakan berkadar protein antara 28-40%. Kombinasi pakanberprotein tinggi dengan pakan berprotein rendah yang tepat dapat meningkatkan efisiensi pakansampai 15-19% (Tahe et al., 2011; Mansyur et al., 2011). Tujuan aplikasi teknik feeding regime padabudidaya udang vaname super-intensif untuk mengetahui seberapa besar perannya dalam upayaefisiensi biaya pakan, produksi, beban limbah, dan kualitas udang yang dihasilkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan (ITP), Balai Penelitian dan PengembanganBudidaya Air Payau, (BPPBAP), yang berlokasi di Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang,Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dari bulan Agustus sampai dengan November 2014. Sebanyak 2petak tambak berukuran 1.000 m2 digunakan untuk menguji pakan yang berbeda kandungannutrisinya. Perlakuan yang diuji adalah (A) Pakan berprotein 40-37, (B) Campuran pakan berprotein40-37% (DOC 0-60) dan pakan berprotein 35 (DOC 61-98). Pemberian pakan dilakukan secara manual(DOC 1-60) dan menggunakan automatic feeder (DOC 61-98) dengan dosis pakan sebagai sepertitertera pada Tabel 1.

Persiapan tambak dilakukan dengan tahapan: pemagaran tambak, pemasangan saringan inlet,pemasangan papan skala ketinggian air, pemasangan sistem aerasi, pengeringan tambak, desinfeksi,pengisian air yang telah ditandon setinggi 100 cm, klorinasi air dosis 40 mg/L, aplikasi mineraldengan dosis 20 mg/L, pemupukan dengan urea 20 kg/petak dan SP-36 sebanyak 10 kg/petak,penumbuhan plankton selama satu minggu, kemudian aplikasi probiotik dan ketinggian air dinaikkansecara bertahap sampai 150 cm. Penebaran benur dilakukan setelah seminggu aplikasi probiotik.

Benur udang vaname PL-10 diperoleh dari unit perbenihan di Bali yang bersertifikat bebas WSSV,TSV dan IMNV. Adaptasi terhadap lingkungan tambak khususnya terhadap suhu dan salinitas dilakukansebelum benur ditebar di tambak. Padat penebaran adalah 300 ekor/m2. Pemasangan anco sebanyak4 buah setiap petak tambak ditujukan untuk memantau respon udang terhadap pakan yang diberikan.Selama pemeliharaan dilakukan pengelolaan air meliputi pembuangan air dan lumpur dari centraldrain dan pengisian air tambak sesuai jumlah yang dibuang (Tabel 2). Probiotik komersial diaplikasikanke tambak sesuai SOP. Teknik aplikasi probiotik selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 3.

Peubah yang diamati meliputi pertumbuhan udang dilakukan setiap 5 hari, sementara sintasan,produksi, FCR, retensi nutrien dihitung pada akhir penelitian. Parameter kualitas air meliputi suhu,salinitas, oksigen terlarut dan pH dipantau setiap hari di tambak menggunakan DO meter modelYSI650, sementara TSS, BOT, amoniak, nitrit, nitrat, fosfat, plankton, total bakteri dan vibrio diukursetiap dua minggu di laboratorium. Untuk mengetahui beban limbah budidaya (TN, TP, dan C organik),maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udangpada akhir pemeliharaan. Panen dilakukan pada pemeliharaan hari ke-98. Keragaman ukuran saatpanen dihitung dengan mengambil sampel sebanyak 3 kg, ditimbang bobot individu udang.

A B 1-10 40 40 300-50 4 08, 12, 16, 22

11-20 38 38 50-20 4 08, 12, 16, 2221-30 38 38 20-10 4 08, 12, 16, 2231-45 37 37 7,0-5,5 48 Setiap 30”46-60 37 37 5,5-4,0 48 Setiap 30”61-75 37 35 4,0-3,0 48 Setiap 30”76-90 37 35 3,0-2,5 48 Setiap 30”

91-105 37 35 2,5-2,0 48 Setiap 30”

Umur (hari)

Waktu pemberianKandungan protein

pakan (%)Dosis (%/BW)

Frekuensi

Tabel 1. Pengelolaan pakan udang selama pemeliharaan di tambak

Page 3: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

411 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

Data yang terkoleksi ditabulasi, ditampilkan dalam gambar dan dianalisis secara deskriptif.Sementara analisa biaya dihitung untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha serta efisiensi pakanyang diperoleh.

HASIL DAN BAHASAN

Manajemen pemberian pakan dalam budidaya udang di tambak intensif bertujuan untuk mereduksibiaya operasional dan meningkatkan produksi budidaya serta mengurangi limbah nutrient yangberasal dari leaching pakan (Carvalho & Nunes, 2006; Burford & Longmore, 2001). Primavera (1998)melaporkan bahwa pakan buatan memberikan kontribusi sebesar 92% dan 51%, 40% dari total inputnitrogen, fosfor dan bahan organik. Penelitian yang dilakukan oleh Carvalho & Nunes (2006)menunjukkan bahwa protein, lemak dan bahan organik pakan berkurang masing-masing sebesar5,51%, 1,37% dan 10,20% setelah terpapar dalam air selama delapan jam.

Optimalisasi manajemen pakan pada budidaya udang vaname skala intensif telah dilakukan melaluievaluasi strategi pemberian pakan yakni aplikasi tabel pakan, feeding tray dan kombinasi antarafeeding tray dan pakan alami (Martinez-Cordova et al., 1998). Dalam penelitian tersebut, Martinez-Cordova et al. (1998) merekomendasikan penggunaan feeding tray dalam penentuan jumlah pakan.

Umur (DOC) hari

Buang(cm)

Masuk(cm)

Tinggi air (cm)

Frekuensi Waktu

Awal penebaran 1501-15 175 0

16-30 5 5 200 1 06.0031-45 5 5 200 2 06.00, 17.0046-60 5 5 200 3 06.00; 17.00; 23.0061-75 5 5 200 3 Idem76-90 10 10 200 3 Idem

91-105 10 10 200 3 Idem106-120 10 10 200 3 idem

Tabel 2. Prosedur pembuangan dan pergantian air tambak selama pemeliharaan

Tabel 3. Aplikasi probiotik selama pemeliharaan udang

<7 Jul-14 >14Mineral X = (a x 0,0000044) + b x 0,00044) 1 dosis 1 dosis 1 dosis

X = Dosis (kg/ha) satu kali pemakaiana = Jumlah benurb = Luas kolam

Penumbuh fitoplankton

idem 1 dosis 1 dosis 0,5 dosis

Probiotik X = (a x 0,000154) + (b x 0,011) 0,5 dosis 1 dosis 1,25 dosisX = Dosis (kg/ha) satu kali pemakaiana = Jumlah benurb = Luas kolamX = (a x 0,0000013) + (b x 0,000132) 0,5 dosis 1 dosis 0,5 dosisX = Dosis (kg/ha) satu kali pemakaiana = Jumlah benurb = Luas kolam

Bahan pengkaya

DosisBobot udang (g)

Probiotik (Nitrosomonas)

Page 4: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

412Aplikasi feeding regime pada pemeliharaan udang vaname ..... (Makmur)

Selanjutnya dalam penelitian tersebut, penggunaan tabel pemberian pakan dapat menyebabkanoverfeeding tidak memperhitungkan keberadaan pakan alami yang merupakan pakan tambahan ditambak. Peran makanan alami sebagai pakan udang dalam tambak udang intensif, khususnya tambakdengan zero water exchanges dilaporkan oleh Campos et al. (2009) dan Godoi et al. (2012) di manamacro-inververtebra dan diatom menjadi salah satu sumber pakan alami udang di tambak.

Pola pertumbuhan udang vaname pada perlakuan pakan A kandungan protein 40-37% selamaproses budidaya memiliki pola pertambahan bobot yang lebih tinggi dibandingkan udang yangdiberi pakan B dengan kandungan protein 40-37% (DOC 1-60) kemudian dilanjutkan pakan protein35% pada DOC 61-98 (B) (Gambar 1). Artinya, pakan protein tinggi masih memberikan responspertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pakan protein rendah. Hal ini menjawab sebagianpendapat bahwa udang vaname memiliki kinerja pertumbuhan yang sama jika diberikan pakan baikprotein tinggi maupun rendah. Tingginya harga pakan akan memicu pembudidaya untuk mencarialternatif pakan yang ekonomis. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Martinez-Cordova (2002) yang memperoleh pertumbuhan yang tidak berbeda pada udang vaname yang diberipakan dengan kandungan protein tinggi (40%) dan protein rendah (25%) yakni masing-masing sebesar12,12 dan 12,93 g.

Jika dilihat dari pertambahan bobot harian udang vaname setelah hari ke-35 pemeliharaan (DOC-35) memperlihatkan pertambahan yang fluktuatif seiring dengan meningkatnya salinitas air tambak.Proses ganti kulit yang umumnya berlangsung sekitar lima hari sekali, mengalami kemunduran sampaisekitar sepuluh hari. Hal ini diindikasikan dengan naik turunnya pertambahan bobot harian udang(Gambar 2). Tingginya salinitas air yang mencapai 40 ppt mengakibatkan sebagian energi yangdiperoleh dari pakan dialokasikan untuk mengatur proses osmoregulasi sehingga mempengaruhienergi untuk pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Haliman dan Adijaya (2005)mengemukakan bahwa pada salinitas yang tinggi (di atas 40 ppt) sering terjadi pada musim kemaraumenyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat karena proses osmoregulasi terganggu. Padasalinitas yang tinggi pertumbuhan udang akan melambat karena energi lebih banyak terserap untukproses osmoregulasi. Kisaran salinitas optimal untuk udang vaname berkisar 15–30 ppt. Bray et al.(1994) melaporkan bahwa pertumbuhan udang vaname pada salinitas 5-15 ppt lebih tinggi secarasignifikan dibanding pada salinitas 49 ppt. Hurtado et al. (2006) mendapatkan pertumbuhan, sintasan,produksi, rasio konversi pakan udang vaname yang lebih baik pada salitas 30 ppt dibanding denganperlakuan 5 dan 50 ppt.

0

2

4

6

8

10

12

14

1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

Bobo

t (g

/eko

r)

Waktu pemeliharaan (hari)

A B

Gambar 1. Pertumbuhan udang vaname pola super intensif denganaplikasi manajemen pakan

Page 5: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

413 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

Pemberian pakan protein tinggi selama budidaya menghasilkan produksi sebesar 3.485 kg (A)dengan ukuran individu saat panen 82 ekor/kg. Produksi ini lebih tinggi dibandingkan perlakuan Byang mencapai 3.053 kg dengan ukuran individu saat panen 94 ekor/kg (Tabel 4). Meskipun sintasanrelatif sama, namun ukuran individu yang berbeda akan menyebabkan perbedaan di dalam produksibiomassa udang yang mencapai 432 kg. Subiyakto et al. (2009) melaporkan hasil budidaya udangvaname pola semi-intensif dengan metode resirkulasi tertutup medapatkan produksi sebesar produksi2.895 kg atau 9,6 ton/ha, berat udang 16,6 g , FCR 1,3 dan SR 96,5% pada petak A dan 3.025 kg atau10,0 ton/ha, dengan bobot udang 17,24 g, FCR 1,28 dan SR 97,4% pada petak B. Hopkins et al.(1994) melaporkan bahwa dari beberapa budidaya intensif udang vaname yang dilakukan menunjukkantidak ada perbedaan produksi udang yang dihasilkan dengan pemberian pakan dengan kandunganprotein berkisar 20-40%. Martinez-Cordova (2003) mengemukakan bahwa input protein tinggi selamaperiode pemeliharaan udang tidak selalu diperlukan untuk memperoleh produksi yang lebih baikuntuk udang vaname dan rostris. Pada udang vaneme, pakan protein rendah memberikan produksiterbaik dan penggunaan input protein yang lebih tinggi tampaknya tidak perlu jika produktivitasalami tinggi di dalam tambak. Tingkat masukan protein memiliki efek pada beberapa airparameterkualitas air, seperti amonia dan bahan organik.

Pemberian pakan protein rendah dibulan ketiga juga menghasilkan nilai FCR 1,75 yang lebihtinggi dibandingkan udang yang diberi pakan protein tinggi dengan nilai FCR 1,58. Artinya pakanprotein rendah kurang efisien, meskipun harga pakan lebih rendah. Dari percobaan ini diperolehselisih harga pakan mencapai Rp. 14.889.530,- dengan selisih harga jual udang mencapai Rp.43.421.286,- sehingga selisih pendapatan bersih sebesar Rp. 28.531.756,-. Dengan demikian,pemberian pakan protein tinggi selama budidaya masih menghasilkan tingkat keuntungan yanglebih tinggi dibandingkan pakan protein rendah. Menurut Boyd & Clay (2002), konversi pakan (feedconversion ratio, FCR) udang vaname antara 1,3-1,4. Martinez-Cordova (2002) mendapatkan rasiokonversi pakan pada udang vaname sebesar 1,64 yang diberi pakan dengan kandungan proteintinggi (40%) dan 1,68 yang diberi pakan dengan kandungan protein rendah (25%) selama 16 minggupemeliharaan. Hurtado et al. (2006) mengemukakan Pembelanjaan energi untuk osmoregulasiditunjukkan oleh FCR udang yang lebih rendah pada salinitas optimal (30 ppt) yangmengindikasikasikan penggunaan energi yang lebih baik untuk pertumbuhan.

Hasil analisis proksimat terhadap karkas udang vaname memperlihatkan bahwa terdapat perbedaankandungan protein sekitar 5,67% lebih tinggi di perlakuan A (66,39%) dibandingkan perlakuan B(60,72%) (Tabel 5). Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian energi udang didepositkan dalam bentuklemak yang mencapai 11,04% lebih tinggi dibandingkan perlakuan A sebesar 7,48%. Protein pakan

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

Pert

umbu

han

hari

an (g

/eko

r)

Waktu pemeliharaan

A B

Gambar 2. Pertumbuhan harian udang vaname pada aplikasi manajemenpakan

Page 6: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

414Aplikasi feeding regime pada pemeliharaan udang vaname ..... (Makmur)

yang rendah memungkinkan adanya asam amino esensial yang terbatas atau menjadi faktor pembatassehingga beberapa asam amino yang berlebih akan disentesis menjadi lemak tubuh.

Beban limbah nutrien N dan P yang dihasilkan akan seiring dengan total nutrien N dan P pakanyang dikonsumsi. Pada perlakuan B, nilai retensi N relatif sama, namun retensi P mencapai 20,12%lebih tinggi dibandingkan retensi P di perlakuan A (Tabel 6). Hal ini mengindikasikan bahwa bebanlimbah budidaya yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah total nutrien yang dikonsumsi dan tingkatretensi nutrien di dalam karkas udang. Perlakuan pakan protein tinggi (A) menghasilkan beban limbahN dan P masing-masing 53,93 kgN/ton udang dan 17,10 kgP/ton udang, lebih tinggi dibandingkanperlakuan B, masing-masing 49,12 kgN/ton udang dan 14,96 kgP/ton udang. Dengan demikian,pemberian pakan protein rendah menghasilkan beban limbah sekitar 20% lebih kecil dibandingkanperlakuan pakan protein tinggi. Di satu sisi, pemberian pakan protein tinggi dapat menghasilkanproduksi dan tingkat keuntungan yang lebih besar, namun disisi lain, juga menghasilkan beban

Tabel 4. Kinerja feeding regime pada pemeliharaan udang vaname pola superintensif

A BTanggal penebaran 05-Agust-14 05-Agust-14

Padat penebaran (ekr/petak) 300.000 300.000Feeding regime-   Pakan CP 40-37% DOC 1-98 DOC 1-60-   Pakan CP 35% - DOC 61-98DOC (hari) 98 98Produksi (kg) 3.485 3.053Size (ekr/kg) 82 94Sintasan (%) 95,26 95,67FCR 1,58 1,75Pakan (kg) 5.501 5.340Harga pakan (Rp) 81.911.540 67.022.010Nilai jual udang (Rp) 212.152.860 168.731.574Selisih produksi (kg)Selisih nilai jual udang (RP)Selisih harga pakan (Rp)Selisih nilai jual bersih (Rp)Biaya produksi udang (Rp/kg udang) 38.525 33.826

43243.421.28614.889.53028.531.756

Tabel 5. Analisis proksimat (%) udang vaname hasil aplikasimanajemen pakan

Parameter A BProtein kasar (%) 66,39 60,72Lemak kasar (%) 7,48 11,04Serat kasar (%) 7,67 7,87Kadar abu (%) 12,55 13,16BETN (%) 5,91 8,21P-Total (%) 1,04 1,3C organik (%) 10,28 10,71Catatan: Hasil analisa dihitung berdasarkan bobot kering

Page 7: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

415 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

limbah yang lebih besar. Menurut Sutanto (2005) bahwa untuk meningkatkan efisiensi dalam budidayaudang vaname salah satu hal yang perlu dilakukan yakni menggunakan pakan yang berkualitas baikdan berprotein rendah sehingga bisa mengurangi pencemaran/lebih ramah lingkungan, pengelolaanair lebih mudah, pertumbuhan lebih baik, FCR lebih rendah sehingga biaya pakan menjadi lebihrendah. Rachmansyah et al. (2014) mendapatkan beban limbah TN dan TP organik masing-masing50,12 gTN/kg udang dan 15,73 gTP/kg udang pada kepadatan udang 500 ekor/m2 dan pada kepadatanudang 600 ekor/m2 beban limbah masing-masing 43,09 gTN/kg udang dan 14,21 gTP/kg udang.

Dilihat dari karakteristik asam amino karkas udang hasil budidaya, diperoleh informasi bahwaterdapat 11 jenis asam amino yang kandungannya lebih tinggi di udang yang diberi pakan proteintinggi (A), sementara hanya 7 jenis asam amino yang tinggi kandungannya di perlakuan B (Tabel 7).Hal ini mengindikasikan bahwa profil asam amino pada udang yang diberi pakan protein tinggi,lebih baik dibandingkan udang yang diberi pakan protein rendah. Arginin, prolin, glutamat, danglisin merupakan jenis asam amino yang memiliki perbedaan nilai yang tinggi. Substansi rasa umamipada udang, bulu babi, kepiting, abalon, skallop dan lobster dihasilkan dari gabungan beberapaasam amino bebas seperti glisin, alanin, arginin, methionin, valin dan prolin serta ion-ion inorganiksodium, pottasium, chlorin dan asam phospharic (Komata, 1990).

Brown (2002) mengemukakan bahwa asam amino essensial yang paling berperan penting terhadappertumbuhan larva ikan dan udang adalah asam amino essensial valina, isoleusiana, leusina danlysina. Fungsi dari asam amino essensial valin antara lain yaitu valina menggantikan posisi asamglutamat yang kemampuan mengikat oksigen secara efektif. Fungsi asam amino essensial isoleusinaadalah sebagai penyusun protein, selanjutnya asam amino leusina adalah Ia mutlak diperlukan dalampertumbuhan larva ikan dan udang, yaitu menjaga kesetimbangan nitrogen, dan berperan dalammenjaga perombakan dan pembentukan protein. Fungsi asam amino essensial lysine adalah sebagaikerangka pembentuk vitamin B1, bersifat anti virus, membantu penyerapan kalsium, pembentukhormone antibody, menstimulasi selera makan, membantu dalam produksi carnitin mengubah asamlemak menjadi energi (Herawati, 2014).

Selama pemeliharaan udang, kondisi kualitas air masih berada pada ambang yang layak bagikehidupan dan pertumbuhan udang (Tabel 8), Parameter salinitas berada pada kondisi yang kurangideal, namun udang vaname cukup toleran terhadap rentang salinitas yang lebar.

Feeding regime A BPakan CP 40-37% DOC 1-98 DOC 1-60Pakan CP 35% - DOC 61-98Total pakan (kg) 5.501 5.340Produksi udang (kg) 3.485 3.053TN pakan (kg) 295,23 235,86TP pakan (kg) 70,11 57,16TN udang (kg) 107,33 85,97TP udang (kg) 10,5 11,51Retensi N (%) 36,33 36,42Retensi P (%) 14,98 20,12Beban limbah TN (kg) 187,97 149,97Beban limbah TP (kg) 59,6 45,66Beban limbah TN (gN/kg udang) 53,94 49,12Beban limbah TP (gP/kg udang) 17,1 14,96Rasio N pakan / N udang 2,75 2,74Rasio P pakan / P udang 6,67 4,97

Tabel 6. Beban limbah tambak udang vaname pada aplikasi manajemenpakan

Page 8: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

416Aplikasi feeding regime pada pemeliharaan udang vaname ..... (Makmur)

Parameter Unit A BValin mg/L 12832,46 10406,79Leusin mg/L 31285,81 39174,03Arginin mg/L 37601,15 6247,6Isoleusin mg/L 11795,83 13052,26Histidin mg/L 7425,11 6693,76Serin mg/L 18856,2 23655,82Prolin mg/L 30715,91 20352,78Glutamat mg/L 80185,75 69860,46Alanin mg/L 31896,82 21049,11Phenilalanin mg/L 18384,92 11188,99Aspartat mg/L 45073,33 40050,33Threonin mg/L 14185,47 23156,55Tirosin mg/L 16598,25 12790,69Lisin (Lysine HCl) mg/L 37506,27 32732,37Glisin mg/L 46657,39 10484,51Metionin mg/L 9116,75 10030,97Sistin (Cystein) mg/L 627,39 2284,5Triptophan mg/L 8085,91 8110,62

Tabel 7. Kandungan asam amino udang hasil aplikasi manajemen pakan

Tabel 8. Kualitas air tambak selama pemeliharaan udang vaname

A BSuhu air (oC) 23,60—29,60 (26,39±1,15) 24,10—29,80 (26,61±1,10)Salinitas (ppt) 36,51—39,88 (38,24±0,94) 37,27—40,52 (38,64±0,92)pH 6,00—9,73 6,70—9,49

(7,63±0,52) (7,73±0,49)Oksigen terlarut (mg/L) 1,60—16,10 2,80—15,90

(6,50±1,92) (7,23±1,87)Alkalinitas (mg/L) 157,56—197,96 125,24—161,60

(175,34±15,54) (152,71±15,75)Bahan Organik Total (mg/L) 42,53—75,70 41,46—62,53

(62,82±12,19) (54,67±9,24)TSS (mg/L) 3—108 4—97

(45,8±40,8) (34,0±38,1)TAN (mg/L) 0,23—63.52 0,18—32,58

(11,12±25,67) (5,71±13,16)NO3-N (mg/L) 0,16—26,53 0,10—24,72

(4,86±10,62) (6,58±10,51)NO2-N (mg/L) 0,02—0,47 0,03—0,08

(0,12±0,17) (0,05±0,02)PO4 (mg/L) 0,05—30,00 0,12—14,01

(7,96±12,81) (6,87±6,62)

Page 9: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

417 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

Hasil pengukuran suhu pada kedua petak tambak perlakuan relatif sama,dimana suhu berkisar23,60-29,800C. Suhu air pada petak A berkisar 23,6-29,60 dan petak B berkisar 24,10-29,80. MenurutBoyd (1990) bahwa temperatur yang umum untuk spesies daerah tropik yang memberikanpertumbuhan optimal berkisar 29–300C, sedangkan suhu yang dapat menyebabkan pertumbuhanrendah <26 – 280C dan batas tingkat lethal <10 – 150C. Suhu juga sangat mempengaruhipertumbuhan. Udang akan mati jika berada pada suhu dibawah 150C atau di atas 330C dalam waktu24 jam atau lebih. Sublethal stres terjadi pada 15–220C dan 30–330C. Suhu optimum untuk udangvaname adalah antara 23–300C (Wyban & Sweeny, 1991).

Hasil pengukuran salinitas petak A berkisar 36,51-39,88 ppt dan petak B berkisar 37,27-40,52..Menurut Lee Lee & Wickins (1993) salinitas yang direkomendasikan untuk udang vaname berkisar15-30 ppt.. Gunarto & Mansyur (2007) pada penelitian budidaya udang vaname tradisional plusdiperoleh bahwa udang vaname mampu tumbuh baik pada salinitas tinggi 30-53 ppt. Udang vanamedapat tumbuh baik/optimal pada kisaran kadar garam 15–25 ppt, bahkan beberapa penelitianmenunjukkan bahwa pada salinitas 5 ppt masih layak untuk pertumbuhannya. (Samocha &Lawrence,1993). Menurut Mc Grow & Scarpa (2002) bahwa udang vaname dapat hidup pada kisaranyang lebar dari 0,5–45 ppt.

Kisaran nilai pH air yang diperoleh selama penelitian berkisar 6,00–9,49. Hasil pengamatan inimenunjukkan bahwa pH air media budidaya udang tersebut masih dapat ditolerir oleh udang vaname.Menurut Suprapto (2005) bahwa kondisi pH air yang optimal untuk budidaya vannamei berkisar7,3–8,5 dengan torelansi 6,5–9. Wyban & Sweeny (1991) mengemukakan bahwa kisaran pH airyang cocok untuk budidaya udang vaname secara intesif sebesar 7,4–8,9 dengan nilai optimum 8,0.

Hasil pengukuran oksigen terlarut petak A berkisar 1,60-16,10 mg/L dengan rata-rata 6,50±1,92mg/L dan petak B berkisar 2,80-15,90 mg/L dengan rata-rata 7,23±1,87 mg/L. Clifford (1998)melaporkan bahwa level DO minimum untuk kesehatan udang 3,0 mg/L dan DO yang potensialmenyebabkan kematian adalah < 2,0 mg/L. Suprapto (2005) berpendapat bahwa nilai DO optimaluntuk budidaya vanamei > 3 mg/L dengan tolerasi 2 mg/L. Adiwijaya et al. (2003) mengemukakanbahwa kisaran optimal oksigen terlarut selama masa pemeliharaan berkisar 3,5–7,5 mg/L.

Kisaran nilai Bahan Organik Total (BOT) yang diperoleh selama penelitian berkisar 41,46–75,70mg/L, Nilai BOT yang diperoleh ini cukup tinggi. Budiardi (1998) mendapatkan nilai BOT di tambakKarawang berkisar 6,52–29,9 mg/L dengan rata-rata 22,47 mg/L dengan padat tebar benur 34–35ekor/m2. Adiwijaya et al. (2003) bahwa kisaran optimal bahan organik pada budidaya udang vaname< 55 mg/L.

Hasil pengamatan kandungan padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid/ TSS) yang didapatkanberkisar 3–108 mg/L, dengan rata-rata 45,8 ±40,8 mg/L pada petak A dan 4-97 mg/L dengan rata-rata 34,0±38,1. Rachmansyah et al. (2006) yang mendapatkan kadar TSS air tambak udang vanameberkisar 249,28±137,47 – 254,89±143,55 mg/L dan saluran pemasukan 128,11± 24,82. Hal inimenunjukkan bahwa selama proses budidaya dihasilkan material organik yang terakumulasi di dalamtambak dan menciri pada meningkatnya nilai TSS air tambak. Peningkatan nilai TSS dalam tambakdapat disebabkan oleh operasional kincir yang berlebih dan hembusan angin yang kencang danpengadukan dan pelarutan bahan organik dari dasar tambak sehingga dapat meningkatkan kekeruhandan siltasi. Menurut Soemardjati & Suriawan (2007) bahwa nilai TSS air sumber untuk budidayaudang vaname berkisar 25–500 mg/L.

Hasil pengukuran TAN pada tambak A berkisar 0,23—63.52 mg/L (11,12±25,67) pada petak Adan 0,18—32,58 mg/L (5,71±13,16) pada petak B. Menurut Samocha & Lawrence (1993) bahwakandungan amonia untuk juvenil udang vaname berkisar antara 0,4 – 2,31 mg/L. Lin & Chen (2001)melaporkan bahwa nilai LC50 amonia untuk juvenil udang vaname pada perendaman 24, 48, 72 dan96 jam, salinitas 35 ppt yakni 2,78; 2,18; 1,82 dan 1,60 mg/L. Suprapto (2005) mengemukakanbahwa kadar amonia yang masih dapat ditoleransi oleh udang vaname berkisar 0,1–0,5 mg/L.

Kandungan nitrat yang yang diperoleh sekitar 0,16—26,52 mg/L pada petak A dan pada petak Bberkisar 0,10—24,72 (6,58±10,51) mg/L. Nilai ini tergolong tinggi. Menurut Effendi (2000), Nitratadalah bentuk nitrogen utama diperairan alami dan sangat diperlukan oleh pertumbuhan akuatik

Page 10: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

418Aplikasi feeding regime pada pemeliharaan udang vaname ..... (Makmur)

(algae), sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Kandungan nitrat yang dibutuhkan untukpertumbuhan algae di perairan adalah 0,2–0,9 mg/L dan optimal pada kisaran 0,1–4,5 mg/L. SementaraClifford (1994) mengemukakan bahwa konsentrasi nitrat yang optimal untuk udang vaname berkisar0,4–0,8 mg/L.

Hasil pengamatan kandungan nitrat yang didapatkan pada kedua tambak berkisar 0,02–0,47 mg/L, pada petak A berkisar 0,02—0,47 dengan rata-rata 0,12±0,17 mg/L sedangkan pada petak Bberkisar 0,03—0,08 dengan rata-rata 0,05±0,02. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amoniadan nitrat melalui proses nitrifikasi, serta antara nitrat dan gas hidrogen melalui proses dinitrifikasi.Kisaran optimal nitrit untuk budidaya vaname yakni 0,01–0,05 mg/L (Adiwijaya et al., 2003;Soemardjati & Suriawan, 2007). Menurut Suprapto (2005), kandungan nitrit yang dapat di toleransioleh udang vaname berkisar 0,1–1 mg/L. Haliman & Adijaya (2005), kandungan nitrit yang baikuntuk kehidupan udang vaname adalah d” 0,1 mg/L. Clifford (1994) mengemukakan bahwa kandungannitrit yang optimal untuk budidaya udang vaname < 1,0 mg/L.

Hasil pengamatan kandungan fosfat pada petak A berkisar 0,05–30,00 mg/L, dengan rata-rata7,96±12,81 mg/L sedangkan pada petak B berkisar 0,12-14,01 mg/L dengan rata-rata 6,87±6,62mg/L. Konsentrasi fosfat selama penelitian tergolong tingkat kesuburan tinggi berdasarkan kriteriaJoshimura (1983 dalam Effendie, 2000), perairan dengan tingkat kesuburan rendah kadar fosfatnyaberkisar 0–0,02 ppm, tingkat kesuburan sedang berkisar 0,021–0,05 mg/L dan kesuburan tinggiberkisar 0,051–0,1 mg/L.

KESIMPULAN

Pertumbuhan udang vaname yang di beri pakan A (CP40-37%) lebih cepat dibandingkan pakan B(pakan protein tinggi CP40-37% pada DOC1-60 kemudian dilanjutkan pakan CP35% pada DCO61-98),namun pakan B lebih efisien dengan biaya operasional 33.826/kg dibanding pakan A 38.525/kg

UCAPAN TERIMA KASIH

Diucapkan terima kasih kepada Teknisi dan Analis BPPBAP yang telah membantu kegiatanpenelitian. Penelitian ini dibiayai oleh anggaran DIPA BPPBAP tahun 2014.

DAFTAR ACUAN

Adiwijaya, D., Sapto, P.R., Sutikno, E., Sugeng, & Subiyanto. (2003). Budidaya udang vaname (Litopenaeusvannamei) sistem tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. DirjenPerikanan Budidaya. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 29 hlm.

Boyd, C.E. (1990). Water quality in pond for aquaculture. Alabama Agriculture Experiment Station.Auburn University. Birmingham Publishing Co, Alabama. USA.

Boyd, C.E. (1992). Shrimp pond bottom soil and sediment management. p 166-181. in Wyban, J. (ed):Proceeding of the Special Session on Shrimp Farming. Word Aquacultur Society. Baton Rauge, L.A.,USA.

Boyd, C.E., & Clay, J.W. (2002). Evaluation of Belize Aquaculture LTD, A Superintensive ShrimpAquaculture System. Report prepared under The Word Bank, NACA, and FAO Consorsium. Work inprogress for Public Discussion. Published by The Consorsium. 17p

Brown, M.R. (2002). Preparation and Assessment of Microalgae Concentrates as Feeds for Larva andJuvenile Pacific Oyster Crassostrea. J. World. Aquaculture. Soc. 7: 289-309.

Clifford, H.C. (1998). Management of ponds stocked with Blue Shrimp Litopenaeus stylirostris. In Print,Proceedings of the 1st Latin American Congress on Shrimp Culture, Panama City, Panama, October,1998. 101- 109 p.

Effendi, H. (2000). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya lingkungan perairan. JurusanSumberdaya Perairan dan Kelautan. IPB. Bogor. 258 hal.

Haliman, R.W., & Adijaya, D.S. (2005). Udang vannamei, Pembudidayaan dan Prospek Pasar UdangPutih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal.

Page 11: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

419 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

Herawati, V.E. (2014). Transfer nutrisi dan energi larva udang vanname (Litopennaeus vannamei) denganpemberian pakan Artemia sp. produk lokal dan impor. AQUASAINS. Jurnal Ilmu Perikanan danSumberdaya Perairan. Universitas Lampung. Vol 2(2):177-186.

Hopkins, J.S., Browdy, C.L., Sandifer, P.A., & Stokes, A.D. (1994) Effect of two fed protein level and twofed rate, stocking density combination on water quality and production in intensive shrimp pondswhich do not utilize water exchange. Abstracts of the World Aquaculture Society Meeting, January1994, p. 30.

Hurtado, M.A., Racotta, I.S., Arjona, O., Hernandez-Rodriquez, M., Goytortua, E., Civera, R., & Palacios,E. (2006). Effect of hypo- and hyper-saline conditions on osmolarity and fatty acid composition ofjuvenile shrimp Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) fed low- and high-HUFA diets. AquacultureResearch, 37: 1316-1326.

Lin, Y.C., & Chen, J.C. (2001). Acute toxicity of ammonia on Litopenaeus vannamei boone juveniles atdifferent salinity levels. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. Elsevier Science Ltd.ISSN 0022-0981.259 (1): 109 – 119 p

Mansyur, A., Suwoyo, H.S., .& Rachmansyah. (2011). Pengaruh pengurangan ransum pakan secaraperiodik terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (Litopenaeus vanamei) polasemiintensif di tambak. Jurnal Riset Akuakultur 6(1):71-80

Martinez-Cordova, L.R., Porchas-Cornejo, A., Villarreal-Colemnares, H., Calderon-Perez, J.A., & Naranjo-Paramo J.N. (1998). Evaluation of three feeding strategies on the culture of white shrimp Penaeusvannamei (Boone 1931) in low water exchange ponds. Aquacultural Engineering 17,21-28

Martinez-Cordova, L.R, Compana-Torres, A., & Porcas-Cornejo, M.A. (2002). The effect of variation infeed protein level on the culture of white shrimp Litopenaeus vannamei (Boone) low water exchangeexperimental ponds. Aquaculture Research 33: 993-998.

Martinez-Cordova, L.R., Campana-Torres, A., & Porchas-Cornejo, M.A. (2003). Dietary protein leveland natural food management in the culture of blue (Litopenaeus stylirostris) and white shrimp(Litopenaeus vannamei) in microcosms. Aquaculture Nutrition, Vol 9;155-160.

Mc Graw, W.J., & Scarpa, J. (2002). Determining ion concentration for Litopenaeus vannamei culture infreshwater. Global Aquaculture. Advocate. 5 (3): 36-37.

Rachmansyah, Suwoyo, H.S., Undu, M.C., & Makmur. (2006). Pendugaan nutrien budget tambak intensifudang vaname, Litopenaeus vannamei. Jurnal Riset Akuakultur Vol.1(2), 2006:181-202.

Rachmansyah, Susianingsih, E., Mangampa, M., Tahe, S., Makmur, Undu, M.C., Suwoyo, H.S., . Asaad,A.I.J., Tampangallo, B.R., Septiningsih, E., Safar, Ilham, Rohani, St., Rosni, & Nurjannah. (2013).Laporan Teknis Akhir Kegiatan Pengembangan Budidaya Udang Vaname Super Intensif di TambakKecil. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau. Kementerian Kelautan dan Perikanan.Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.

Rachman Syah, Makmur, & Undu, M.C. (2014). Estimasi beban limbah nutrient pakan dan dayadukung kawasan pesisir untuk tambak udang vaname super-intensif. Laporan Hasil Penelitian.Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau. 15 hal

Samocha, T.M., Lawrence, A.L., & Bray, W.A. (1993). Design and opration 0f an intensive nurseryraceway system for penaeid shrimp. James P. McVey (ed) CRC Hand Book of Mariculture 2nd editionVol 1. Crustacean Aguaculture. Fishery Biologist. National Sea Grant College Program Silver Spring,Maryland. 113-210p.

Soemardjati, W., & Suriawan, A. (2006). Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei)di Tambak. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. BalaiBudidaya Air Payau Situbondo. 30 hal.

Suprapto. (2005). Petunjuk teknis budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei). CV Biotirta. BandarLampung. 25 hlm.

Sutanto. I. (2005). Kesuksesan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Lampung dalamSudrajat, A., Azwar, Z.I., Hadi, L.E., Haryanti, Giri, N.A., & Sumiarsa, G. (2005). Buku PerikananBudidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hal67–72.

Page 12: APLIKASI FEEDING REGIME PADA PEMELIHARAAN UDANG … · maka analisa proksimat dilakukan terhadap pakan dan karkas benur pada awal serta karkas udang pada akhir pemeliharaan. Panen

420Aplikasi feeding regime pada pemeliharaan udang vaname ..... (Makmur)

Tahe, S., Nawang, A., & Mansyur, A. (2011). Pengaruh pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasandan produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei). Hal. 809- 816. Dalam. Sudradjat, A. (dkk).Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Jilid 2. Diterbitkan dan dicetak Pusat Penelitian danPengembangan Budi daya. Jakarta.

Wyban, J.A., & Sweeny, J.N. Intensive Shrimp Production Technology. The Oceanic Institute MakapuuPoint. Honolulu, Hawai USA. 158 p