APLIKASI e-CPP - perpustakaan.pom.go.idperpustakaan.pom.go.id/slims/repository/0316.pdf ·...

12
1 InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016 Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA SERI GNPOPA RESEP ALAM, WARISAN NENEK MOYANG JUNK FOOD KESEHATAN MENTAL PADA ANAK VS APLIKASI e-CPP Akses Cepat Eksportasi Obat Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman

Transcript of APLIKASI e-CPP - perpustakaan.pom.go.idperpustakaan.pom.go.id/slims/repository/0316.pdf ·...

1InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SERI GNPOPARESEP ALAM, WARISAN NENEK MOYANG

JUNK FOOD

KESEHATANMENTALPADA ANAK

VS

APLIKASI

e-CPPAkses CepatEksportasi Obat

Gerakan Nasional Peduli Obat dan

Pangan Aman

2 InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

Penasehat :

Pengarah :

Penanggung Jawab :

Redaktur :

Editor :

Kontributor /Pembuat Artikel :

Sekretariat :

Fotografer :

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Sekretaris Utama Badan POM

Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan

Kepala Bidang Informasi Obat

• Arief Dwi Putranto, S.Si, MT (PIOM)• Arlinda Wibiayu, S. Si, Apt (PIOM)• Ni Made Ayu Rahmawati, SF, Apt (Biro

Kerjasama Luar Negeri)• Alexander Arie Sanata Dharma, S.Farm,

Apt (Inspektorat)

• Latifah, S.Si, Apt (M.K.M) (Direktorat Standardisasi Produk Pangan)

• Arahman Akbar, A.Md (Balai Besar POM di Samarinda)

• Singgih Dwi Cahyo, S.Farm, Apt (Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi)

• Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt (PIOM)• Christy Cecilia S.N, S.Farm, Apt (PIOM)• Ana Perwitasari, S.Farm, Apt (PIOM)

• Ridwan Sudiro, S.IP (PIOM)• Netty Sirait (PIOM)• Surtiningsih (PIOM)• Riani Fajar Sari, A.Md (PIOM)• Christy Cecilia S.N, S.Farm, Apt (PIOM)• Sheila Evicka Novri, S.Farm, Apt (PIOM)• Tri Handayani, S.Farm,Apt (PIOM)• AndamDewi Pertiwi, S.Farm, Apt (PIOM)

• Syatiani Arum Syarie, S.Farm,Apt (PIOM)

Pembaca yang budiman,Badan POM berkomitmen untuk turut serta dalam menggerakkan ekonomi nasional, salah satunya melalui langkah debirokratisasi layanan publik. Langkah ini sejalan dengan Paket Kebijakan Ekonomi yang telah diluncurkan Presiden Joko Widodo. Debirokratisasi ini dibuktikan salah satunya dengan revitalisasi layanan importasi bahan baku Obat dan Makanan mengingat sebagian besar bahan baku Obat dan Makanan berasal dari luar negeri. Sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing bangsa melalui peningkatan mutu produk Obat dan Makanan, Badan POM telah meluncurkan inovasi yaitu akses cepat dan mudah dalam pengajuan izin ekspor obat melalui menerapkan aplikasi e-CPP pada tahun 2016. Lebih jelasnya tentang aplikasi e-CPP dapat dibaca pada sajian utama “Aplikasi E-CPP Akses Cepat Eksportasi Obat”Selain inovasi diatas maka untuk menyiapkan UMKM dan membantu masyarakat memahami tentang pengolahan pangan dengan cara menggoreng maka Badan POM meluncurkan buku “Pedoman Cara Menggoreng Pangan Yang Baik Untuk Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)”. Dalam buku ini terdapat informasi mengenai cara menggoreng pangan yang baik, mulai dari pemilihan minyak goreng, cara menggoreng, mengemas, dan tips seputar proses menggoreng. Pada era serba cepat, makanan siap saji atau junk food menjadi pilihan yang sangat menarik bagi pecinta kuliner. Karena junk food seringkali dirasakan sangat praktis sehingga mampu menarik minat para konsumen. Namun tahukah pembaca bahwa makanan dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan anak. Ingin tahu lebih lengkap kajian tentang studi junk food dapat dilihat pada artikel “Junk Food VS Kesehatan Mental Pada Anak Tantangan Keamanan Pangan Masa Kini”Selain industri pangan, maka industri jamu juga telah berkembang dengan pesatnya di tengah pangsa pasar yang besar. Namun kerapkali jamu disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu kita perlu memahami tentang bagaimana cara memilih jamu yang aman untuk kesehatan. Hal ini diulas dalam Serial Informasi GNPOPA “Resep alam, Warisan Nenek Moyang (Jamu untuk Remaja, Dewasa dan anak-anak)”.Pada edisi Ketiga ini InfoPOM Update menampilkan “Isu Kehalalan Produk Obat dan Makanan serta penggunaan kode E-Numbers”. Pada Forum PIO Nas kali Ini akan diulas mengenai “Anti Asma pada Ibu Hamil”, sedangkan pada forum SIKer Nas diulas mengenai “Jauhkan Antinyamuk dari Jangkauan Anak Anda”Selamat membaca,

editorial

Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kriteria penulisan yaitu berupa tulisan ilmiah populer dengan jumlah karakter tidak lebih dari 10.000 karakter. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis.

Alamat redaksi: Ged. Pusat Informasi Obat dan Makanan lt. 5 BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat. Telepon/fax: 021-42889117. Email ke: [email protected]

timredaksi

3InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

Ekspor atau pengiriman barang dagangan ke luar negeri merupakan salah satu penyumbang devisa negara. Data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia menunjukan adanya peningkatan nilai ekspor produk industri farmasi rata-rata 10% pertahun dari 386 juta dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 586 juta dolar AS pada tahun 2015. Demikian pula impor produk industri farmasi menunjukan peningkatan rata-rata 9% pertahun dari 521 juta dolar AS pada tahun 2011 menjadi 727 juta dolar AS pada tahun 2015. Data ini menunjukan sektor farmasi masih dikuasai oleh produk impor. Trend perdagangan tersebut merupakan tantangan bagi industri farmasi dan pemerintah agar dapat meningkatkan kemampuan dalam negeri untuk memproduksi produk obat yang berkualitas sehingga mampu bersaing di pasar internasional dan domestik.

Obat yang akan diekspor ke luar negeri, harus melalui serangkaian proses evaluasi untuk menjamin khasiat, keamanan, dan mutu obat tersebut. Salah satu persyaratan administratif ekspor obat yaitu Certificate of Pharmaceutical Product (CPP), yang merupakan surat keterangan ekspor yang diterbitkan oleh Badan POM. CPP berisi informasi lengkap produk obat, status registrasi di Indonesia serta keterangan yang menyatakan bahwa produk obat diproduksi dengan fasilitas yang memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPP berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sejak CPP diterbitkan.

Salah satu fokus Badan POM adalah meningkatkan daya saing produk obat agar dapat sejajar dengan produk obat dari negara lain. Badan POM senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pelayanan publik antara lain melalui percepatan registrasi dan pemberlakuan sistem registrasi obat secara elektronik. Salah satu inovasi Badan POM dalam mendukung ekspor obat dengan menerapkan aplikasi e-CPP pada tahun 2016.

Aplikasi e-CPP akan memudahkan industri farmasi dalam pengajuan CPP karena dapat diakses dengan menggunakan internet. Industri farmasi hanya perlu mendaftarkan diri untuk memperoleh akun pendaftar kemudian mengunggah dokumen sebagai berikut :

1. Surat permohonan CPP (mencantumkan negara tujuan ekspor)

2. Bukti pembayaran PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) sesuai Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan;

3. Salinansertifikatizinedarobatyangmasihberlakuataubuktipengajuanperpanjangansertifikatizinedarobat;

Saat ini kita dihadapkan pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Era MEA menyatukan negara-negara di kawasan Asia Tenggara menjadi satu basis pasar dan produksi, sehingga terjadi arus bebas produk yang bermuara pada prinsip

pasar terbuka. Pemerintah dituntut ikut andil dalam mendukung pelaku usaha lokal agar tidak kalah dalam persaingan global. Salah satu upaya Badan POM adalah menyediakan akses cepat dan mudah dalam pengajuan izin ekspor obat.

APLIKASI e-CPPAKSES CEPAT EKSPORTASI OBAT

SAJIAN UTAMA

InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

SAJIAN UTAMA

4

4. Salinan formulir registrasi yang memuat informasi mengenai komposisi/formula, informasi produk/brosur dan/atau Summary Product Characteristic (SPC)/kemasan yang terakhir disetujui oleh Badan POM, dan

5. Informasi produk/brosur dan/atau SPC yang akan dilampirkan pada CPP (jika diperlukan).

Selain mudah diakses, keunggulan aplikasi e-CPP juga dapat memangkas waktu penerbitan dari yang semula 20 hari kerja menjadi 3 hari kerja. Badan POM optimis dapat memenuhi timeline tersebut sebagai bentuk komitmen pelayanan prima kepada masyarakat.

Keunggulan tersebut diharapkan mampu menggerakkan industri farmasi untuk memanfaatkan peluang di era MEA agar dapat bersaing dengan negara ASEAN lainnya. Harapan terbesar adalah produk obat Indonesia tidak hanya menunjukkan taring di kawasan ASEAN, tetapi juga mampu mendominasi pasar global.

PUSTAKA1. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2016.

Perkembangan Ekspor NonMigas (Komoditi) Periode : 2011-2016.http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/growth-of-non-oil-and-gas-export-commodity (diakses pada tanggal 8 April 2016)

2. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2016. Perkembangan Impor NonMigas (Komoditi) Periode : 2011-2016. http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/growth-of-non-oil-and-gas-import-commodity (diakses pada tanggal 8 April 2016)

3. Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Badan POM RI. Jakarta

4. Badan POM RI. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Badan POM RI. Jakarta

Penulis: Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi

JUNK FOODVS

KESEHATAN MENTAL PADA ANAKTANTANGAN KEAMANAN PANGAN MASA KINI

Sebuah Kajian Literatur

InfoPOM Vol. 17 No. 1 Januari-Februari 2016

ARTIKEL

5

Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa pola konsumsi junk food telah meningkat secara signifikan terutama bagianak dan remaja. Salah satu studi yang telah dilakukan adalah penelitian tentang evaluasi hubungan antara pola konsumsi junk food dengan kesehatan mental pada anak dan remaja dengan melakukan survei di Iran.

Sejak kecil, anak-anak secara tidak sengaja terpapar budaya mengonsumsi junk food melalui iklan serta kemudahan akses melalui restoran cepat saji yang tersedia di pusat perbelanjaan.

Karakteristik junk food itu sendiri mempunyai dampak negatif bagi konsumen yaitu:

• Nilai lemak yang tinggi pada junk food menjadi pemicu terjadinya obesitas (kegemukan) pada anak dan remaja karena mengandung lemak yang cukup tinggi. Obesitas akan meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung koroner bahkan stroke.

• Gula berlebih yang dapat memicu penyakit Diabetes Melitus.

• Kadar garam berlebih menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi.

• Mengandung soda yang di dalamnya terdapat fosfor yang dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal.

Data epidemiologis menunjukkan bahwa setidaknya 20% dari anak dan remaja mengalami masalah kesehatan mental akibat pola konsumsi junk food yang berlebihan. Bahkan menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) hingga 50% masalah kesehatan mental ini menjadi hal yang krusial pada kelompok remaja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan yang dipimpin oleh Hoda Zahedi dari Obesity and Eating Habits Research Center dan Tehran University of Medical Sciences menyatakan bahwa untuk mengetahui dan mengevaluasi hubungan antara pola konsumsi Junk food dengan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja dapat dilakukan dengan sistem CASPIAN IV (Childhood and Adolescence Surveillance and Prevention of Adult Non Communicable Disease). Pada metode survei CASPIAN IV ini, sebanyak 13486 orang responden berasal dari siswa sekolah tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi di Iran yang dipilih secara tertentu dari 30 provinsi di Iran. dengan rentang usia 6 sampai 18 tahun.

Di dalam penelitian ini, junk food didefinisikanmenjadi empatkelompok yaitu:

• Makanan Manis terdiri atas biskuit, kukis, kue tart, cokelat, dan permen.

• Minuman manis terdiri dari minuman ringan baik yang bersoda ataupun tidak bersoda.

Makanan siap saji atau junk food menjadi pilihan yang sangat menarik bagi pecinta kuliner masa kini. Junk food memiliki daya tarik tersendiri karena menawarkan kepraktisan bagi konsumennya.

Tetapi hal tersebut dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan anak

66 InfoPOM Vol. 17 No. 1 Januari-Februari 2016

ARTIKEL

• Fast Food terdiri dari hotdog, hamburger, fried chicken, spaghetty, dan pizza.

• Snack Asin yang terdiri dari pop corn, keripik, keju olahan dan sebagainya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi junk food dengan jenis minuman manis dan snack asin secara rutin setiap hari memiliki risiko lebih tinggi secara signifikanterkenagangguanpsikologisdaripadamerekayangjarang mengkonsumsi jenis junk food tersebut. Berdasarkan perbandingan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat prevalensi gangguan kejiwaan dan perilaku kekerasan lebih tinggisecarasignifikandibandingkanlaki-laki.Kesimpulanpadapenelitian ini, junk food dapat meningkatkan risiko gangguan psikologis dan perilaku kekerasan pada anak dan remaja.

Untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja, ada beberapa solusi yang bisa digunakan oleh orang tua untuk menerapkan pola hidup sehat tanpa harus meninggalkan junk food melalui pembuatan junk food alternatif seperti:

• Nugget yang diolah dengan bahan baku sayur-sayuran seperti brokoli, kentang ataupun wortel.

• Mi yang dibuat sendiri dengan menggunakan sayur-sayuran.

• Ayam goreng Ala Restoran cepat saji yang diolah dengan menggunakan teknik penggorengan deep frying sehingga

kandungan lemak jenuh yang menjadi penyebab kolesterol dapat dikurangi.

• Mengganti minuman ringan dengan jus buah-buahan segar, ataupun puding yang diolah dengan kreatif.

Dengan demikian, para orang tua harus menjaga anaknya agar membatasi konsumsi junk food secara terus-menerus sebagai makanan sehari-hari. Yang terbaik adalah menyiapkan bekal makanan untuk anak anda.

Hidup Sehat Tanpa Junk Food.Tantangan Keamanan Pangan Masa Kini.

PUSTAKA1. Zahedi Hoda. et al. 2014. Association between junk food

consumption and mental health in a national sample of Iranian children and adolescents: The CASPIAN-IV study. ELSEVIER 30: 1391-1397.

2. M.L. Belfer. 2008. Child and adolescent mental disorders: the magnitude of the problem across the globe. J Child Psychol Psychiatry 49 : 226–236.

Penulis: Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan di Samarinda

Pedoman Cara Menggoreng Pangan Yang Baik Untuk Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)Direktorat Standardisasi Produk Pangan, Badan POM RI

2015

Direktorat Standardisasi Produk Pangan

Judul buku :

Penerbit :

Tahun :

Penulis :

PUBL

IKA

SI

Pangan yang digoreng seperti kerupuk, keripik, dan makanan ringan lain banyak digemari karena citarasa yang enak, renyah, dan praktis. Produk pangan ini sebagian besar diproduksi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Data Badan POM tahun 2014 menunjukkan

bahwa 30,19% proses pengolahan pangan oleh UMKM adalah menggoreng. Namun demikian, banyak ditemukan permasalahan terkait dengan proses menggoreng tersebut, baik terkait mutu maupun keamanan pangan, seperti warna kurang menarik, kurang renyah, tengik, dan penggunaan bahan atau peralatan yang tidak tepat. Oleh karena itu diperlukan pedoman tentang cara menggoreng yang baik agar dihasilkan produk pangan yang bermutu dan aman.

Pada buku ini terdapat informasi mengenai cara menggoreng pangan yang baik, mulai dari pemilihan minyak goreng, cara menggoreng, mengemas, dan tips seputar proses menggoreng. Pada bagian cara memilih minyak goreng yang baik, terdapat penjelasan mengenai jenis minyak goreng yaitu minyak goreng cair dan minyak goreng padat. Kedua jenis minyak tersebut

memiliki sifat dan cara penggunaan yang berbeda. Ciri-ciri minyak goreng yang baik antara lain memiliki warna jernih, tidak tengik, tidak berubah warna atau tidak menjadi kental saat dipanaskan.

Penjelasan mengenai cara menggoreng pangan yang baik meliputi cara menggoreng dengan minyak banyak, setengah banyak, menumis, dan menggoreng dengan vakum dimana masing-masing cara mempunyai tujuan penggunaan yang berbeda. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah suhu dan lama proses menggoreng. Suhu dan lama menggoreng bergantung pada jenis produk pangan yang akan digoreng. Penggunaan minyak sisa menggoreng juga diatur dalam pedoman ini. Hindari penggunaan minyak sisa menggoreng berulang-ulang dan sedapat mungkin jangan menambahkan minyak goreng baru pada minyak goreng sisa. Pengemasan pangan goreng juga tak kalah pentingnya dari proses menggoreng itu sendiri, karena kesalahan memilih jenis kemasan atau cara pengemasan dapat mengakibatkan gangguan terhadap mutu atau bahkan keamanan pangan.

Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi UMKM agar dapat menghasilkan produk pangan yang terjamin mutu dan keamanannya, sehingga dapat bersaing pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pedoman ini sekaligus menjadi panduan bagi pemerintah dalam melaksanakan penyuluhan dan pembinaan kepada UMKM.

7InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

Definisi Jamu Jamu termasuk Obat Tradisional yang dibuat dari bahan atau ramuan dari tumbuhan, hewan atau mineral dan sediaan sarian atau campurannya yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat.

Cara Memperoleh Pengadaan Jamu • Jamu bisa dibuat sendiri dengan memanfaatkan tanaman obat

di sekitar kita atau dibeli dari penjual jamu gendong.

• Untuk jamu dalam kemasan dapat diperoleh dari toko atau penjual jamu gendong.

Manfaat Jamu • Untuk memelihara kesehatan, contoh: kunyit asam, jahe

manis.

• Menambah nafsu makan, contoh: temulawak, beras kencur.

Pembagian Obat Tradisional Obat Tradisional dibagi menjadi 3 berdasarkan Klaim.

• Jamu

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.

• Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

• Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.

RESEP ALAM,WARISAN NENEK MOYANG

Jamu untuk Remaja, Dewasa dan Anak-anak

Slogan “back to nature” membuat masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan produk bersumber alam dalam upaya menjaga kesehatan. Salah satu upaya tersebut yakni mengonsumsi jamu yang telah lama digunakan

oleh nenek moyang kita. Bagaimana cara memilih jamu yang aman untuk kesehatan?

JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR

FITOFARMAKA

8 InfoPOM Vol. 17 No. 1 Januari-Februari 2016

Penandaan obat tradisional yang baik

Setiap obat tradisional wajib mencantumkan penandaan/label yang benar, meliputi: • Nama Produk. • Nama dan alamat produsen/importir. • Nomor pendaftaran/nomor izin edar. • Nomor Bets/kode produksi. • Tanggal Kedaluwarsa. • Netto. • Komposisi. • Peringatan/Perhatian. • Cara Penyimpanan. • Kegunaan dan cara penggunaan dalam Bahasa Indonesia.

Pencegahan untuk menghindari bahaya penggunaan Obat Tradisional

1. Gunakan obat tradisional yang sudah memiliki nomor pendaftaran BPOM. Nomor pendaftaran tersebut terdiri dari kode huruf dan 9 (Sembilan) angka kode, seperti tergambar di bawah ini:

2. Jangan gunakan obat tradisional bersama dengan obat kimia (resep dokter).

3. Jika meminum obat tradisional menimbulkan efek yang cepat, patut dicurigai ada penambahan bahan kimia obat yang memang dilarang penggunaannya dalam obat tradisional.

4. Selalu periksa tanggal kedaluwarsa. 5. Kunjungi website Badan POM (www.pom.go.id) untuk

mengetahui obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat pada bagian “public warning”.

6. Perhatikan informasi “Peringatan/Perhatian”. Jangan konsumsi obat tradisional jika ada efek samping yang rentan dengan kondisi kesehatan anda.

7. Baca aturan pakai sebelum mengonsumsi jamu.

Karena jamu sudah cukup dikenal oleh berbagai kalangan termasuk anak-anak, untuk itu kita perlu memberikan edukasi kepada anak tentang jamu. Hal tersebut agar anak bisa mendapatkan informasi yang benar tentang jamu serta dapat menarik minat anak untuk terbiasa hidup sehat dengan mengonsumsi bahan yang alami. Informasi untuk anak sebaiknya dikemas menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh anak. Informasi tersebut dapat berupa:

Pengertian tentang Jamu?Jamu salah satu warisan nenek moyang kita yang digunakan secara turun temurun untuk memelihara kesehatan. • Jamu termasuk obat tradisional.• Terbuat dari tumbuhan, hewan atau mineral.

Contoh Manfaat Jamu• Membantu memelihara kesehatan, contoh : kunyit asam,

jahe manis.• Membantu menambah nafsu makan, contoh: temulawak,

beras kencur.

Bagaimanakah Cara Memperoleh Jamu?• Membuat sendiri dengan memanfaatkan tanaman obat di

sekitar kita.• Membeli dari penjual jamu gendong.• Untuk jamu dalam kemasan dapat diperoleh dari toko

obat atau penjual jamu gendong.

Apa saja yang perlu diperhatikan apabila membeli jamu dari Penjual Jamu Gendong?• Penjual jamu harus sehat dan bersih. • Belilah jamu yang wadahnya menggunakan botol kaca yang

bersih, bukan botol plastik.• Gelas yang digunakan dan air untuk membilas harus bersih.• Jangan membeli jamu kemasan yang sudah lewat batas

kedaluwarsanya.

Penulis: Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan

PUSTAKA• Badan POM RI. 2015. Pedoman Gerakan Nasional Peduli

Obat dan Pangan Aman untuk Anak-anak. Badan POM RI, Jakarta.

• Badan POM RI. 2015. Pedoman Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman untuk Remaja. Badan POM RI, Jakarta.

• Badan POM RI. 2015. Pedoman Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman untuk Dewasa. Badan POM RI, Jakarta.

A B C 1 2 3 4 5 6 7 8 9B T L 0 2 3 2 0 0 2 3 0

InfoPOM Vol. 17 No. 1 Januari-Februari 2016 9

Komitmen Badan POM untuk memberantas peredaran produk ilegal termasuk palsu dan tidak memenuhi syarat tak hanya sekedar isapan jempol. Dimana pun produk ilegal beredar, Badan POM hadir untuk memberantasnya. Seperti pada 19 Januari 2016 lalu, Badan POM mendapat dukungan penuh dari Bareskrim Mabes Polri, NCB Interpol Indonesia, dan Bea Cukai berhasil menggeledah dua rumah toko (ruko) yang dijadikan gudang penyimpanan pangan ilegal di Kabupaten Bengkalis - Riau. Pada penggeledahan tersebut disita 12 truk pangan ilegal dengan nilai keekonomian mencapai lebih dari 6,3 miliar rupiah.

Tidak hanya di Bengkalis, Badan POM kembali menemukan pangan ilegal di 13 (tiga belas) wilayah Indonesia lainnya. Secara keseluruhan telah dilakukan penindakan terhadap 46 (empat puluh enam) sarana yang diduga melakukan kegiatan peredaran pangan ilegal di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.

Kegiatan penggeledahan dan penindakan ini merupakan bagian dari operasi gabungan nasional (obgabnas) yang dilaksanakan sesuai arahan Bapak Presiden untuk mengamankan produk Indonesia dan memberantas produk ilegal termasuk pangan ilegal. “Selain merugikan negara, produk ilegal juga dapat berisiko terhadap kesehatan masyarakat karena tidak melalui evaluasi keamanan, manfaat, dan mutu oleh Badan POM”, ujar Roy Sparringa, Kepala Badan POM. “Operasi yang di-back up oleh Mabes Polri, NCB Interpol, dan Bea Cukai serta Kepolisian Daerah setempat ini juga merupakan bagian dari Operasi Opson V, yaitu operasi gabungan yang dikoordinasikan INTERPOL dengan target makanan dan minuman ilegal, palsu, dan sub-standar serta kejahatan terorganisir dibalik perdagangan gelap ini”, lanjutnya.

Operasi Opson merupakan operasi global di bawah koordinasi Interpolyangbertujuanuntukmengidentifikasidanmemberantasjaringan kejahatan terorganisir di balik perdagangan makanan ilegal termasuk sub-standar, meningkatkan kerja sama antara penegak hukum maupun pihak berwenang yang terlibat, dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh makanan dan minuman ilegal termasuk sub-standar. Operasi Opson pertama kali digelar pada tahun 2011 oleh Interpol dan diikuti oleh 10 (sepuluh) negara anggota di Eropa. Tahun ini merupakan tahun pertama Indonesia berpartisipasi dalam Operasi Opson, dimana Badan POM ditunjuk sebagai National Coordinator dalam pelaksanaan Operasi Opson V. Secara khusus Operasi Opson di Indonesia dilaksanakan pada Januari-Februari 2016 dengan memfokuskan pada pemberantasan pangan olahan ilegal dan tidak memenuhi syarat.

Operasi Opson V di Indonesia yang melibatkan Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, NCB Interpol Indonesia, Mabes POLRI, dan Ditjen Bea Cukai ini berhasil menemukan dan menyita 4.557.939 pieces produk pangan ilegal dan tidak memenuhi syarat dengan nilai keekonomian mencapai lebih dari 18 miliar rupiah. Badan POM juga berhasil mengungkap kegiatan pelaku yang telah melakukan tindakan kriminal dengan menyelundupkan pangan ilegal dari luar negeri melalui transportasi laut, menyimpan pangan ilegal dalam gudang yang dituliskan disewakan sehingga dianggap gudang tersebut kosong, menggunakan ekspedisi untuk mengirimkan pangan impor ilegal ke kota lain di Indonesia, dan mengulangi pelanggaran tindak pidana Obat dan Makanan walaupun sudah pernah ditindak oleh Badan POM.

Sebagai tindak lanjut hasil Operasi Opson V ini, telah dilakukan penyitaan terhadap barang bukti dan selanjutnya akan dilakukan tindakan pro-justitia. Badan POM bersama lintas sektor terkait terus berkomitmen dan berkoordinasi lebih intensif serta berkesinambungan dalam mengawasi Obat dan Makanan guna melindungi konsumen dari produk yang tidak memenuhi standar dan persyaratan termasuk Obat dan Makanan impor ilegal.

Badan POM menghimbau kepada pelaku usaha agar menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika masyarakat menemukan hal-hal yang mencurigakan terkait peredaran Obat dan Makanan ilegal termasuk palsu yang dipasarkan secara online, dapat menghubungi Contact Center HALOBPOM 1-500-533, sms 0-8121-9999-533, email [email protected], twitter @bpom_ri atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) di seluruh Indonesia.

Jakarta, 12 April 2016Biro Hukum dan Humas Badan POM RI

BADAN POM TAK HENTIBERANTAS PRODUK ILEGAL

PEMBERANTASAN PEREDARANPRODUK PANGAN ILEGAL & TIDAK MEMENUHI SYARAT

MELALUI OPERASI OPSON V

10 InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

Sehubungan dengan beredarnya video di media sosial mengenai isu kehalalan produk obat dan makanan yang dalam proses pembuatannya menggunakan bahan tambahan berasal dari babi, Badan POM memandang perlu memberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Badan POM telah melakukan evaluasi keamanan, manfaat, serta mutu obat dan makanan termasuk terhadap semua bahan yang digunakan untuk pembuatan obat dan makanan sebelum produk tersebut diedarkan dengan nomor izin edar Badan POM.

2. Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM No. 03.1.23.06.10.5166 Tahun 2010 tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Pangan, apabila produk obat, obat tradisional, suplemen makanan dan pangan mengandung bahan tertentu yang berasal dari babi, maka harus mencantumkan tanda khusus untuk menginformasikan bahwa produk tersebut mengandung babi dan/atau pada proses pembuatannya bersinggungan dengan bahan bersumber babi.

3. E-numbers adalah kode yang digunakan untuk memudahkan identifikasi Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang telahterbukti aman dan secara resmi disetujui untuk digunakan pada produk pangan olahan sesuai dengan standard yang berlaku di Uni Eropa.

4. Ada sembilan golongan E-numbers, yaitu untuk pewarna, pengawet, antioksidan dan pengatur keasaman, antioksidan danpengaturkeasaman,pengental,penstabildanemulsifier,pengatur keasaman dan anti kempal, penguat rasa, antibiotik, serta bahan tambahan kimia lainnya. Penjelasan lebih lengkap

dapat dilihat pada link berikut ini: http://www.pom.go.id/new/index.php/view/klarifikasi/26/Penjelasan-Badan-POM-Tentang-Kode-E-Numbers-Pada-Pangan-Olahan.html

5. BTP ada yang dibuat dari bahan organik (nabati/hewani), ada pula dari bahan anorganik (hasil sintesa bahan kimia), oleh karena itu, status kehalalan suatu BTP yang dinyatakan dalam E-numbers tergantung dari asal bahan baku yang dipakai. Dengan demikian kode E-numbers tidak merujuk pada kehalalan BTP, tetapi menunjukkan BTP apa yang digunakan dalam produk pangan tersebut.

6. Lembaga yang mempunyai kewenangan untuk menyatakan suatu produk adalah halal atau haram adalah LPPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI), suatu produk dapat mencantumkan logohalalpadakemasannyaapabilatelahmempunyaisertifikathalal dari LPPOMMUI. Sebelum mengeluarkan sertifikathalal, LPPOM MUI akan melakukan audit terhadap semua kandungan produk, termasuk BTP, dan proses pembuatannya.

7. Sebagai perlindungan terhadap masyarakat, Badan POM terus melakukan pengawasan terhadap kemungkinan beredarnya produk yang tidak memenuhi syarat.

8. Masyarakat dihimbau untuk tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak dapat dijamin kebenarannya. Apabila masyarakat memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Contact Center HALO BPOM 1-500-533, SMS 0812-1-9999-533, email [email protected], atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.

Jakarta, 6 Maret 2016Biro Hukum dan Humas Badan POM RI

PENJELASAN BADAN POMTERKAIT ISU KEHALALAN PRODUK OBAT DAN

MAKANAN SERTA PENGGUNAAN KODE E-NUMBERS

InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

Anti Asma pada Ibu HamilPertanyaan:

Saya sedang hamil 3 bulan dan menderita asma. Bagaimanakah penanganan asma pada ibu hamil? Saya mendapatkan obat resep dokter dengan kandungan budesonid dan formoterol dalam bentuk inhalasi. Apakah obat tersebut aman untuk ibu hamil? (Tn, Ibu Rumah Tangga)

Jawaban:

Tujuan pengobatan untuk ibu hamil yang menderita asma adalah menyediakan terapi optimal untuk mengontrol asma, agar tidak berisiko terhadap kehamilan, persalinan atau janin. Jika asma pada ibu hamil tidak terkontrol maka dapat meningkatkan risiko terjadinya pre eklamsia, gestational diabetes (diabetes pada ibu hamil), persalinan sesar atau kelahiran prematur bagi janin (sebelum 37 minggu) atau kelahiran dengan bobot kurang dari normal hingga kematian. Penggunaan obat pada ibu hamil perlu diperhatikan keamanannya. Penggunaan anti asma pada wanita hamil seringkali diperlukan karena manfaatnya untuk mengontrol asma lebih besar daripada risikonya.

Dalam mengontrol asma pada kehamilan dapat dilakukan pengobatan dengan pendekatan tanpa obat dan dengan obat.

Pengobatan Tanpa Obat

1. Menilai dan memantau asma

Kondisi asma yang awalnya ringan, pada saat hamil dapat

terjadi sedang atau berat, sehingga memerlukan pemantauan dan pemeriksaan rutin. Pemeriksaan dilakukan perbulan, meliputi pengujian fungsi paru-paru, riwayat gejala secara detil, pemeriksaan fisik dengan perhatian khusus pada auskultasi(bunyi yang diakibatkan gangguan saluran pernapasan) di paru-paru.

2. Mengontrol faktor-faktor yang menyebabkan asma bertambah parah

Mengidentifikasi,mengontroldanmenjauhifaktor-faktoryangmembuat asma bertambah parah. Diantaranya yaitu allergen (pemicu gejala asma), misal debu atau asap rokok, serta mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan kekambuhan.

3. Meningkatkan kesadaran ibu hamil terhadap asma termasuk kemampuan diri sendiri dalam menangani asma termasuk saat serangan asma.

Pengobatan Dengan Obat

Penggunaan obat bagi ibu hamil khususnya oral harus dikonsultasikan kepada dokter. Beberapa obat oral dinyatakan dapat mempengaruhi janin. Penggunaan obat sebaiknya dalam bentuk inhalasi untuk meminimalkan keteterpaparan terhadap janin.

Mengenai obat yang diresepkan yaitu budesonid dan formoterol dalam bentuk inhalasi kombinasi obat tersebut dapat diberikan kepada ibu hamil dengan pertimbangan bahwa manfaat lebih besar dari pada risikonya. Pada hewan uji, kombinasi obat tersebut yang diberikan secara oral memberikan efek teratogenik (kecacatan pada hewan). Namun penggunaan pada ibu hamil harus diberikan karena risiko tidak terkontrolnya asma pada ibu hamil lebih besar dibandingkan risiko dari kombinasi obat tersebut. Oleh karena itu, penggunaan obat kombinasi busedonid dan famoterol inhalasi harus dibawah pengawasan dokter.

PUSTAKA1. Badan POM RI. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia.

Badan POM, Jakarta.

2. Bain E, et all. 2014. Cochrane Database of Systematic Reviews: Intervetions For Managing Asthma In Pregnancy (review), Issue 10. Art. No.: CD010660. John Wiley & Sons, Ltd, Australia.

3. British National Formulary 69. 2015. Pharmaceutical Press, UK.

4. Gerald G. Briggs, Roger K. Freeman, Sumner Y. Yaffe. 2011. A Reference guide to Fetal and Neonatal Risk, Drugs in Pregnancy and Lactation Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins, California.

5. NAEPP, Managing asthma during pregnancy : Recommendation for pharmacologic treatment, U.S. Departement of health and Human service. 2004.

11

FORUMPIONas

12 InfoPOM Vol. 17 No. 3 Mei-Juni 2016

Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan institusi pemerintah yang melaksanakan tugas di bidang pengawasan Obat dan Makanan agar produk Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik, dan Makanan/Minuman yang beredar terjamin keamanan, mutu, dan khasiat/manfaatnya dalam upaya melindungi kesehatan masyarakat.Untuk menghubungi, menyampaikan pengaduan maupun permintaan informasi ke BPOM dapat menghubungi Contact Center Halo BPOM.

BPOMJl Percetakan Negara 23Jakarta Pusat 10560

021 4244691081 21 9999 533021 [email protected]@HaloBPOM1500533Bpom RI

Jauhkan Antinyamuk dari Jangkauan Anak AndaPertanyaan:Anak saya (usia 5 tahun) secara tidak sengaja menyemprotkan antinyamuk ke mulutnya. Sudah diberi minum, sudah dimandikan, dan dibersihkan badannya. Anak saya masih menangis, kemungkinan kesakitan dan menggosok-gosok bagian mulutnya. Anak tidak muntah dan tidak diare. Apa yang harus dilakukan? Perlukah di bawa ke dokter? (N, Ibu Rumah Tangga)

Jawaban:Dari penggalian informasi diketahui bahwa kandungan antinyamuk yang dimaksud adalah transflutrin. Zat aktif ini merupakanderivat piretroid sintetik yang digunakan sebagai insektida untuk membasmi nyamuk, biasanya sediaan yang beredar dalam bentuk cair yang disemprotkan maupun dalam bentuk elektrik dan bakar. Selain itu, ada beberapa produk tertentu yang menggunakan zat aktif ini untuk membunuh serangga (seperti: tawon dan lebah). Derivat piretroid 2250 kali lebih beracun untuk serangga karena ukuran tubuh serangga yang lebih kecil dan mempunyai suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan mamalia.1,2,4,5

Keracunan transflutrin pada manusia dapat menimbulkangangguan pada sistem saraf pusat dengan gejala seperti sakit kepala, rasakantukdankejang.Kerjadari transflutrindidalamtubuh yaitu memperpanjang pembukaan saluran natrium dan juga menghambat jalan keluar ion natrium sehingga meningkatnya jumlah ion natrium yang masuk dan menumpuk di dalam sel tubuh yang menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem saraf.3,4,6,7

Pada kasus ini, korban menyemprotkan antinyamuk ke mulutnya, sehingga masuk ke dalam tubuh. Disarankan berkumur-kumur untuk membuang zat yang sempat masuk ke dalam mulut dan pastikan tidak terdapat zat tersebut di dalam mulut lagi. Jangan dirangsang muntah, Hindari penggunaan susu karena semua lemak dan minyak (termasuk susu) dapat meningkatkan absorpsi transflutrin.8 Segera bawa korban ke rumah sakit dan pelayanan kesehatan terdekat jika gejala yang dialami korban bertambah

parah atau gejala lain yang berkembang. Simpanlah obat antinyamuk jauh dari jangkauan anak-anak untuk menghindari kejadian serupa.

PUSTAKA1. Bradberry SM, Cage SA, Proudfoot AT, Vale JA. Poisoning due

to pyrethroids. Toxicol Rev. 2005;24:93–106. Diunduh dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16180929 [diakses pada tanggal 27 Mei 2016]

2. Indian Journal of Anaesthesia. 2015. Uncontrolled seizures andunusualriseinleucocytecounts:transfluthrin,liquidmosquitorepellentsuicidalpoisoning.Diunduhdari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4322102/ [diakses pada tanggal 27 Mei 2016]

3. J. Pauluhn, Keisuke Ozaki. 2014. Transfluthrin: Comparative efficacy and toxicity of reference and generic versions. Regulatory Toxicology and Pharmacology 71 (2015) 78–92. journal homepage: www.elsevier.com/locate/yrtph

4. Sachdev A, Gulla KM, Anand K, Raheja K, Gupta N, et al. 2015. Transfluthrin Poisoning Resulting in Intra Vascular Haemolysis and Methemoglobinemia in G6PD Deficiency-Treatment Challenge. J Clin Toxicol 5: 247. doi:10.4172/2161-0495.1000247

5. WHO Specification and Evaluation for Public Health Pesticides. Diunduhdari:http://www.who.int/whopes/quality/Transfluthrin_eval_only_Nov2006.pdf.[diaksespadatanggal27 Mei 2016]

6. New Zealand National Poisons Centre. Transfluthrin. Diunduh dari : http://toxinz.com/Spec/2330981#secrefID0EGHAE [diakses pada tanggal 27 Mei 2016]

7. Olson Kent R. 2012. Poisoning and Drug overdose 6th edition. MC Graw-Hill.

8. Goldfrank, L.R., et al.1994. Goldfrank’s Toxicologic Emergencies 5th edition. MC Graw-Hill: 1482 - 1486.

FORUMSIKerNas