Aplikasi Asam Nukleat

9
LTM BIOLOGI MOLEKULER “Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia” (Oleh: Nabila Salsabila / 1306370700) DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2015

description

Biologi Molekuler

Transcript of Aplikasi Asam Nukleat

  • LTM BIOLOGI MOLEKULER

    Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia

    (Oleh: Nabila Salsabila / 1306370700)

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK, 2015

  • 2 Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia Nabila Salsabila

    ABSTRAK

    Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang peranan sangat

    penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya tersimpan informasi genetik. Pada LTM

    ini, kita akan melihat bagaimana informasi genetik dapat dimanipulasi. Gen dapat dimanipulasi

    untuk berbagai keperluan manusia. Aplikasi asam nukleat dalam kehidupan manusia misalnya

    untuk membuktikan keturunan atau tersangka kriminal melalui DNA fingerprint, mendeteksi suatu

    penyakit, terapi gen, vaksin, serta meningkatkan hasil pertanian dan peternakan melalui rekayasa

    genetika dan kloning.

    Kata Kunci: Aplikasi; Asam Nukleat; DNA fingerprint; Informasi Genetik; Keturunan; Kloning; Manipulasi Gen; Pertanian; Peternakan; Rekayasa Genetika; Terapi Gen; Vaksin.

  • 3 Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia Nabila Salsabila

    1. Aplikasi Asam Nukleat dalam Bidang Forensik

    1.1 DNA Fingerprint Contoh aplikasi asam nukleat dalam bidang forensik adalah DNA fingerprint. DNA

    fingerprint / DNA fingerprinting / tes DNA adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang berdasarkan pada profil DNA-nya Teknik ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap individu, walaupun mempunyai gen yang sama, tapi pasti punya perbedaan pada materi genetiknya (DNA). Prosedur DNA fingerprinting memiliki kesamaan dengan mencocokkan sidik jari seseorang dengan orang lain. Hanya saja perbedannya adalah proses ini dilakukan tidak menggunakan sidik jari, tetapi menggunakan DNA individu karena secara individu DNA seseorang itu unik.

    DNA digunakan karena DNA memiliki materi hereditas yang berfungsi untuk menentukan suatu urutan keturunan dalam suatu keluarga secara turun-menurun dengan pola yang acak (karena berasal dari fusiinti ovum dan sperma) sehingga dapat digunakan untuk identifikasi pelaku kejahatan walaupun telah berganti wajah.

    Keuntungan dari analisis fingerprinting ini, dapat mengetahui kekerabatan, karakterisasi, dan penanda suatu spesies baik hewan maupun tumbuhan (Turanggaseta, 2009). Di Indonesia, DNA fingerprint banyak digunakan sebagai cara identifikasi kejahatan dan korban yang telah hancur setelah terjadi kecelakaan atau peristiwa peledakan bom dan sebagainya.

    DNA fingerprint merupakan hasil aplikasi dari tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR) yang memanfaatkan gambaran pola potongan DNA dari setiap individu. Karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint yang berbeda maka dalam kasus forensik, informasi ini bisa digunakan sebagai bukti kuat kejahatan di pengadilan.

    DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya.

    Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes DNA. 1.1.1 Metode analisis DNA fingerprint

    Metode tes DNA yang umumnya digunakan di dunia ini masih menggunakan metode konvensional yaitu elektroforesis DNA. Sedangkan metode tes DNA yang terbaru adalah dengan menggunakan kemampuan partikel emas berukuran nano untuk berikatan dengan DNA. Metode ini ditemukan oleh dua orang ilmuwan Amerika Serikat yaitu Huixiang Li dan Lewis Rothberg.

    Tahapan metode tes DNA dengan cara elektroforesis meliputi beberapa tahapan berikut yaitu pertama tahapan preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA (isolasi) dan pemurnian DNA. Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-alat yang digunakan. Untuk sampel darah, dalam isolasinya dapat digunakan bahan kimia phenolchloroform sedangkan untuk sampel rambut dapat digunakan bahan kimia Chilex. Selanjutnya DNA dimurnikan dari kotoran-kotoran seperti protein, lipid, dan lain lain.

    Tahapan selanjutnya adalah memasukan sampel DNA yang telah dimurnikan kedalam mesin PCR (polymerase chain reaction) sebagai tahapan amplifikasi. Hasil akhir dari tahap amplifikasi ini adalah berupa kopi urutan DNA lengkap dari DNA sampel.

    Gambar 1. Proses DNA Fingerprint Sumber : dnafingerprintingx.yolasite.com

  • 4 Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia Nabila Salsabila

    Selanjutnya kopi urutan DNA akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang dimaksud DNA fingerprint. Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola pita bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya, mungkin satu diantara satu juta. Finishing dari metode ini adalah mencocokkan tipe-tipe DNA fingerprint dengan pemilik sampel jaringan (tersangka pelaku kejahatan).

    Setiap anak akan menerima setengah pasang

    kromosom dari ayah dan setengah pasang kromosom lainnya dari ibu sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah. Sedangkan DNA yang berada pada mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya. Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat digunakan sebagai marka untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal.

    2. Aplikasi Asam Nukleat dengan Teknologi Rekayasa Genetika Dengan ditemukannya DNA sebagai bahan gen, manusiapun berupaya untuk mendapatkan

    kombinasi sifat-sifat baru suatu mahluk hidup dengan cara melakukan perubahan langsung pada DNA genomnya. Usaha untuk mengubah DNA genom secara langsung ini disebut dengan istilah Rekayasa Genetika atau Genetic Engineering.

    Teknologi rekayasa genetika atau disebut juga DNA rekombinan merupakan teknologi yang memanfaatkan proses replikasi, transkripsi dan translasi untuk memanipulasi, mengisolasi dan mengekspresikan suatu gen dalam organisme yang berbeda. Biasanya gen dari organisme yang lebih tinggi diekspresikan pada organisme yang lebih rendah. Teknologi ini juga memberikan kesempatan yang tidak terbatas untuk menciptakan kombinasi baru dari gen yang tidak ada pada kondisi normal.

    Melalui rekayasa genetika, akan dihasilkan kombinasi baru dari materi genetik melalui penyisipan molekul asam nukleat kedalam suatu sistem DNA vektor (plasmid bakteri, virus dan lain-lain) dan kemudian memasukkan vektor ini kedalam suatu inang sehingga akan dihasilkan suatu produk gen dalam jumlah banyak.

    DNA dapat di isolasi dari sel tanaman, binatang atau mikroorganisme, dan dapat dipotong dengan enzim tertentu. Fragmen DNA ini kemudian dapat di gabung dengan fragmen DNA lain (DNA vektor) dan kemudian dimasukkan ke sel inang, sehingga menjadi bagian dari komplemen genetik sel inang. Sel inang kemudian dapat diperbanyak dalam skala besar untuk membentuk sifat genetik yang baru dan kemampuan kimia yang tidak dapat dicapai dengan cara konvensional.

    2.1 Kloning

    Kloning berasal dari kata clone, artinya mencangkok. Kloning adalah cara reproduksi vegetatif buatan yang dilakukan pada hewan dan atau manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa mayoritas hewan (termasuk manusia) hanya bisa melakukan reproduksi generatif (kawin) yang dicirikan

    Gambar 2. DNA Fingerprinting Sumber : geneed.nlm.nih.gov

    Gambar 3. Contoh DNA Fingerprint pada Sebuah Keluarga

    Sumber : www.cas.miamioh.edu

  • 5 Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia Nabila Salsabila

    adanya rekombinasi gen hasil proses fertilisasi ovum oleh sperma. Sedangkan pada reproduksi vegetatif tidak ada proses tersebut, karena individu baru berasal dari bagian tubuh tertentu dari induknya.

    Teknik ini melibatkan dua pihak, yaitu donor sel somatis (sel tubuh) dan donor ovum (sel gamet). Meskipun pada proses ini kehadiran induk betina adalah hal yang mutlak dan tidak mungkin dihindari, tetapi pada proses tersebut tidak ada fertilisasi dan rekombinasi (perpaduan) gen dari induk jantan dan induk betina. Ini mengakibatkan anak yang dihasilkan memiliki sifat yang (boleh dikatakan) sama persis dengan induk donor sel somatis.

    Berikut ini uraian dasar proses kloning pada domba Dolly beberapa tahun lalu. Langkah kloning dimulai dengan pengambilan sel puting susu seekor domba. Sel ini disebut sel somatis (sel tubuh). Dari domba betina lain diambil sebuah ovum (sel telur) yang kemudian dihilangkan inti selnya. Proses berikutnya adalah fusi (penyatuan) dua sel tersebut dengan memberikan kejutan listrik yang mengakibatkan terbukanya membran sel telur sehingga kedua sel bisa menyatu. Dari langkah ini telah diperoleh sebuah sel telur yang berisi inti sel somatis. Ternyata hasil fusi sel tersebut memperlihatkan sifat yang mirip dengan zigot, dan akan mulai melakukan proses pembelahan.

    Sebagai langkah terakhir, zigot tersebut akan ditanamkan pada rahim induk domba betina,

    sehingga sang domba tersebut hamil. Anak domba yang lahir itulah yang dinamakan Dolly, dan memiliki sifat yang sangat sangat mirip dengan domba donor sel puting susu tersebut di atas.

    Dolly lahir dengan selamat dan sehat. Sayangnya selama perjalanan hidupnya dia gampang sakit dan akhirnya mati pada umur 6 tahun, hanya mencapai umur separoh dari rata-rata masa hidup domba normal. Padahal kloning yang dilakukan pada hewan spesies lain tidak mengalami masalah. Dari hasil penyelidikan kromosomal, ternyata ditemui bahwa Dolly mengalami pemendekan telomere (suatu pengulangan sekuen DNA yang biasa didapati diujung akhir sebuah kromosom). Uniknya, setiap kali sel membelah dan kromosom melakukan replikasi, sebagian kecil dari ujung kromosom ini selalu hilang entah kemana. Penyebab dan mekanismenya juga belum diketahui sampai sekarang.

    Gambar 4. Proses Kloning Pada Domba Dolly Sumber : http://biologimediacentre.com/

  • 6 Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia Nabila Salsabila

    Masalah pemendekan telomere ini diketahui menyebabkan munculnya sinyal agar sel berhenti membelah. Hal inilah yang diduga berhubungan erat dengan percepatan penuaan dan kematian. Pemendekan telomere ini ternyata disebabkan oleh aktivitas enzim yang dikenal dengan telomerase. 2.2 Makanan Transgenik

    Makanan transgenik atau GMO (genetically modified organism) adalah panganan yang bahan dasarnya berasal dari organisme hasil rekayasa genetika. Teknologi ini sebenarnya bertujuan mulia, yakni meningkatkan dan menyempurnakan kualitas pangan. Dengan bioteknologi ini, gen dari berbagai sumber dapat dipindahkan ke tanaman yang akan diperbaiki sifatnya.

    Gen adalah kumpulan molekul ADN (asam deoksiribonukleat) yang mengatur sifat dan karakter makhluk hidup. Nah, dengan kecanggihan teknologi rekayasa genetika ini, gen dengan karakter tertentu dari sebuah sumber (baik itu tanaman, hewan, atau bakteri) dapat dipindahkan atau dicangkokkan ke sel lain dengan harapan bisa membentuk dan menghasilkan tanaman unggul seperti yang diharapkan.

    Sebagai contoh, tomat yang awalnya tidak bisa ditanam di daerah bersuhu rendah direkayasa supaya dapat menjadi tanaman tahan beku dan memiliki musim tumbuh lebih lama. Caranya sungguh unik, yakni dengan "menggunting" gen ikan flounder (ikan yang hidup di daerah es di Arktik) dan "merekatkan" gen tersebut pada buah bulat merah ini. Hasilnya, tomat pun dapat ditanam di segala cuaca. Contoh lain adalah kedelai yang rawan akan hama lantas disisipi bakteri dari tanah yang mampu mengeluarkan pestisida alami. Alhasil, hama yang menyerang kedelai akan mati dengan sendirinya. Ini tentu kabar baik bagi petani, sebab mereka bisa meminimalkan penggunaan pestisida kimia.

    Hingga saat ini terdapat ratusan jenis tanaman transgenik. Sebagian besar memang belum dilepas ke pasaran sebab masih dalam penelitian. Namun, hingga tahun 2004 tercatat ada sekitar 24 sampai 30 jenis tanaman hasil rekayasa genetika yang telah dikomersialisasikan. Sebagian produk transgenik yang paling populer, termasuk di Indonesia adalah kapas, kedelai (beserta olahannya seperti tempe, tahu, kecap, susu kedelai, dan lain-lain), tomat (beserta olahannya seperti saus, jus, dan lain-lain), jagung (beserta olahannya seperti minyak jagung, keripik, popcorn, dan lain-lain), kanola (beserta olahannya seperti minyak). Produk-produk ini, tanpa disadari masyarakat luas telah beredar bebas di Indonesia dari pasar-pasar tradisional hingga supermarket dan hipermarket. 3. Aplikasi Asam Nukleat dalam Bidang Kesehatan 3.1 Terapi Gen

    Terapi ini bertujuan untuk mengobati penyakit genetik dengan memberikan fragmen asam nukleat tertentu, seringkali berupa DNA pada penderita penyakit genetik. Terapi gen telah dilakukan dengan sukses pada hewan dan percobaan klinik pada manusia telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA).

    Penyakit genetik adalah penyakit yang disebabkan karena kerusakan informsi genetik baik tingkat gen maupun tingkat kromosom, dan turunkan ke generasi berikutnya. Penyakit ini bisa disebabkan karena kerusakan pada banyak gen atau pada satu gen. Tentunya kerusakan pada satu gen lebih mudah dikoreksi dengan terapi gen dibanding dengan kerusakan pada banyak gen. Oleh karena itu terapi genetik pada saat ini ditujukan untuk mengatasi penyakit genetik karena kerusakan pada satu gen.

    Hubungan antara jumlah salinan gen yang rusak dengan manifestasi klinik sangat tergantung pada lokasi gen tersebut. Bila gen yang rusak berlokasi pada kromosom X, misalnya pada kasus hemofilia, maka laki-laki pembawa gen tersebut walaupun hanya satu salinan akan menderita penyakit tersebut. Bebeda dengan wanita, karena bila hanya satu salinan gen yang rusak maka individu tersebut akan tampak normal, walaupun penderita ini menurunkan gen rusak tersebut pada turunannya. Bila gen yang rusak terletak pada autosom, pada umumnya mutasi bersifat resesif, artinya penyakit hanya timbul bila kedua copy gen rusak.

    Penyakit genetik biasanya terjadi pada fase kehidupan tertentu. Ada gejalanya muncul pada usia muda (contohnya cystic fibrisis), dan ada yang muncul pada pertengahan usia atau tua, misalnya penyakit neurogeneratif Alzheimer atau Huntington. Gejala penyakit tidak tampak sampai ada stimulus metabolik atau lingkungan yang berfungsi sebagai pencetus. Saat ini, penyakit menjadi penting terutama yang muncul pada usia lanjut, karena umur harapan hidup penderita

  • 7 Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia Nabila Salsabila

    penyakit neurogeneratif (Alzheimer atau Huntington) makin panjang. Terapi gen tidak dapat dikembangkan untuk suatu penyakit genetik sebelum gen yang rusak diidentifikasi. 3.1.1 Pendekatan Terapi Gen

    Dua pendekatan yang dilakukan dalam terapi gen, yaitu terapi sel reproduksi dan terapi sel somatik. Terapi sel reproduksi

    Melibatkan proses transfer gen normal ke dalam sel telur yang telah dibuahi. Sel telur yang telah di koreksi secara genetik kemudian diimplantasi kembali ke ibunya. Jika proses transfer berhasil maka gen normal akan berada dan di ekspresikan pada semua sel. Terapi ini secara teoritis dapat digunakan untuk mengobati semua jenis penyakit genetik. Bila terdapat kelainan pada struktur organ pada suatu penyakit genetik, maka terapi gen harus dilakukan melalui pendekatan terapi sel reproduksi. Terapi sel somatik

    Melibatkan koreksi gen pada sel somatik penderita. Pada umumnya sel somatik diambil dari penderita, ditransfer dengan gen normal, kemudian dikembalikan de dalam tubuh penderita. Teknik ini menjanjikan pada terapi penyakit darah turunan, misalnya hemofilia atau thalasemia. Gen normal di transfer ke dalam sel induk (stem cell) sumsum tulang yang akan berdiferensiasi menjadi semua tipe sel yang terspesialisasi dalam darah. Pada cara ini ekstrak tulang yang mengandung jutaan sel ditransfer dengan vektor berbasis retrovirus, kemudian di implantasi kembali ke dalam sel.

    3.2 Diagnosa Penyakit

    Diagnosis yang akurat dan cepat merupakan sesuatu yang mutlak pada diagnosa penyakit. Terdapat dua cara diagnosa penyakit menggunakan teknologi DNA rekombinan, yaitu (1) melibatkan penggunaan antibodi, (2) berdasarkan teknik hibridisasi DNA. Konsepnya adalah: jika seseorang terinfeksi virus tertentu maka materi genetik dari virus itu akan terdapat di dalam tubuhnya dan berbeda dengan DNA manusia. DNA dapat di isolasi dari darah pasien, yang mengandung DNA virus dan DNA manusia. Jika kita mengetahui virus apa yang akan kita cari dan jika urutan DNA virus ini sudah tersedia (di internet) maka kita dapat merancang oligonukleotida pendek (probe) yang dilabel radioaktif dan akan dapat berhibridisasi dengan DNA virus. Jadi apabila terdapat DNA virus dalam sampel, maka probe akan menempel dan dapat dilihat dengan autoradiografi.

    Masalah yang dihadapi dengan teknik ini adalah bila level infeksinya rendah, hanya terdapat sedikit DNA virus, sehingga sulit dideteksi. Masalah ini dapat di atasi dengan adanya teknik PCR. PCR digunakan untuk memperbanyak DNA. Primer PCR dapat dirancang, yang akan memperbanyak potongan DNA virus. Setelah itu produk PCR dihibridisasi menggunakan probe seperti diatas.

    3.3 Vaksin Subunit Rekombinan

    Vaksin jenis ini mengandung protein antigen patogen yang diproduksi dengan teknologi DNA rekombinan. Contohnya vaksin hepatitis B yang digunakan untuk mencegah inveksi hepatitis B. Antigen virus hepatitis B yang telah diketahui dapat menginduksi antibodi protektif adalah HbsAg (Hepatitis B Surface Antigen). Gen pengkode HbsAg di klon dan di ekspresikan di E. coli, ragi (Saccaromyces cerevisiae). Protein HbsAg yang diperoleh dari ragi digunakan sebagai vaksin rekombinan pertama untuk perdagangan pada tahun 1986, dan harganya lebih murah daripada vaksin Hepatitis B konvensional.

    Keunggulan vaksin subunit rekombinan: 1. aman, hanya mengandung antigen tunggal terhadap imunitas yang diharapkan. 2. tidak menimbulkan penyakit. 3. tidak ada kemungkinan terkontaminasi patogen lain. 4. jarang menginduksi reaksi yang tidak diinginkan. 5. menjamin penyediaan kontinu dan mudah dari sumber yang aman. 6. harga murah 7. mencegah transmisi penyakit dengan tidak sengaja pada pegawai produksi dan pemakai.

    Kerugian vaksin subunit rekombinan:

  • 8 Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia Nabila Salsabila

    Protein antigen dapat mempunyai konformasi yang berbeda dibandingkan bila terletak pada sel atau virus asal. Hal ini dapat ditanggulangi dengan mentargentkan antigen rekombinan pada permukaan suatu sel mikroorganisme. Vaksin ini disebut disebut dengan vaksin rekombinan hidup karier. 3.4 Terapi siRNA (small interfering RNA)

    RNA interference (RNAi) merupakan strategi pertahanan kuno yang dimiliki oleh tumbuhan dan invertebrata tingkat rendah untuk melawan infeksi virus dan kerusakan genomik akibat menyisipnya materi genetik asing (Lieberman, et al., 2003;Downward, 2004). Para peneliti yang menekuni molekul RNA telah memberikan hasil menggembirakan bahwa RNAi dapat berlaku juga pada sel mamalia. Penelitian-penelitian in vitro selanjutnya diteruskan dengan penelitian in vivo untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja RNAi tersebut pada sel-sel mamalia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa RNAi dapat digunakan untuk melindungi mencit dari virus hepatitis (Xia, et al., 2004).

    Mekanisme kerja RNAi adalah melibatkan suatu intermediet aktif yang disebut small interfering RNA (siRNA). Molekul siRNA berukuran kecil yaitu hanya 21-25 nukleotida dengan dua nukleotida pada kedua ujung tidak berpasangan. Molekul ini dihasilkan dari hasil kerja suatu enzim Dicer, yaitu suatu ribonuclease dengan energi ATP, yang mengenali dan memotong mRNA yang membentuk dupleks untai ganda menjadi potongan kecil fragmen untai ganda mRNA. Selain itu, siRNA juga dihasilkan dari suatu short hairpin RNA, yaitu untai dupleks RNA yang terbentuk dari suatu untai tunggal yang membentuk hairpin (seperti jepit rambut, dengan lengkungan melipat pada salah satu ujungnya) yang juga dipotong oleh Dicer.

    Oleh enzim helicase, siRNA akan dibuka ikatan hidrogennya sehingga untai antisense dari siRNA yang terbebas dapat bergabung dengan suatu kompleks protein RNA-induced silencing complex (RISC). Kompleks tersebut akan mengaktifkan RISC yang semula inaktif, dan kemudian protein ini akan melaksanakan tugasnya bekerja memutus mRNA pada bagian yang mengandung sekuens homolog dengan siRNA (Agrawal, et al., 2003;Lucentini, 2004; Pray, 2004; Provost,et al., 2002; Tang, 2005).

    Berbagai jenis gen dapat dijadikan sebagai target potensial untuk dibungkam ekspresinya oleh siRNA. Hal ini membuka harapan yang menggembirakan tentang penggunaan siRNA dalam dunia pengobatan.

    Gambar 5. Terapi siRNA (small interfering RNA) Sumber : aguskrisnoblog.wordpress.com

  • 9 Berbagai Aplikasi Asam Nukleat dalam Kehidupan Manusia Nabila Salsabila

    Summary

    Asam nukleat memiliki berbagai aplikasi dalam kehidupan manusia. Yakni di bidang forensik, rekayasan genetika, dan kesehatan. Pada bidang forensik, DNA fingerprint dapat digunakan untuk mengetahui paternitas (keturunan) seorang anak dibandingkan dengan kedua orangtuanya dan membuktikan pelaku kriminal. Dalam bidang rekayasa genetika, asam nukleat dapat membantu meningkatkan kualitas pangan melalui makanan transgenik. Selain itu, rekayasa genetika juga memberi kesempatan untuk menciptakan kombinasi baru dari gen yang tidak ada pada kondisi normal melalui kloning. Dalam bidang kesehatan, aplikasi asam nukleat dapat digunakan untuk terapi gen, diagnosa penyakit, vaksin subunit rekombinan, dan terapi siRNA (small interfering RNA).

    DAFTAR PUSTAKA

    Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Aloysius

    Hadyana Pudjaatmaka. Erlangga:Jakarta Irawan, Bambang. 2003. DNA fingerprinting pada Forensik, Biologi sebagai Bukti Kejahatan.

    Majalah Natural Ed. 7/Thn. V/April 2003. Bandar Lampung Rizal, M. Wahyu. 2005. Tes DNA : Mengendus Jejak Kejahatan. Majalah Natural Ed. 11/Thn.

    VII/Agustus 2005. Bandar Lampung Di Balik Teknologi Tes DNA. [Online at] http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/di-balik-

    teknologi-tes-dna/, diakses pada 22 Februari 2015. Diktat Biotekmol. [Online at] http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

    content/uploads/2009/06/diktat_biotekmol.pdf, diakses pada 22 Februari 2015. DNA Fingerprint Metode Analisis Kejahatan Pada Forensik. [Online at] http://www.chem-is-

    try.org/artikel_kimia/berita/dna_fingerprint_metode_analisis_kejahatan_pada_forensik/, diakses pada 22 Februari 2015.

    DNA Rekombinan. [Online at] http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/genetika/dnarekombinan/dnarekombinan.htm, diakses pada 22 Februari 2015.

    Produk Pangan Transgenik. [Online at] http://webmail.ristek.go.id/pipermail/iptekdiskusi/2006-September/000308.html, diakses pada 22 Februari 2015.

    Teknologi Cloning untuk Menciptakan Makhluk Hidup Tanpa Perkawinan. [Online at] http://biologimediacentre.com/bioteknologi-2-teknologi-cloning-untuk-menciptakan-makhluk-hidup-tanpa-perkawinan/, diakses pada 22 Februari 2015.