Apendisitis With Cover
-
Upload
putu-yoana -
Category
Documents
-
view
78 -
download
8
Transcript of Apendisitis With Cover
PRESENTASI KASUS
PEMBIMBING :
Dr. Sunaryo, SpB
Disusun oleh :
Dewi Puspasari
030.02.056
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAHRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTISEPTEMBER 2007
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
JAKARTA
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. D
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Mantang IV Y no. 2 Kel. Lagoa
II. ANAMNESA
Autoanamnesa : Tanggal 19 September 2007
Keluhan Utama : Nyeri hilang timbul pada perut kanan bawah 1
minggu SMRS
Keluhan tambahan : Muntah, demam sejak 1 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang pada tanggal 19 September 2007 ke poli RSUD
Koja dengan keluhan nyeri yang hilang timbul pada perut bagian bawah,
awalnya rasa sakit dirasakan di daerah sekitar pusat kemudian menjalar
ke perut kanan bawah. Mual dan muntah sejak 1 minggu SMRS. Pasien
tidak dapat BAB sejak 2 hari SMRS dan tidak dapat buang angin. BAK
tidak ada keluhan, berwarna kuning jernih dan tidak terputus-putus. Nyeri
saat BAK juga tidak dirasakan oleh pasien.
Pada tanggal 7 September 2007 pasien sempat datang ke IGD
rumah sakit Koja dengan keluhan nyeri yang menetap pada perut kanan
bagian bawah, pasien merasa mual juga muntah sebanyak 5 kali berisi
makanan yang dimakan bercampur dengan air. Pasien merasa lebih
enak berbaring miring dengan kaki ditekuk dan menekan perut bagian
kanan bawahnya. Demam dan kembung juga dirasakan oleh pasien.
Pada saat itu pasien diberi obat penghilang rasa sakit, kemudian pasien
pulang ke rumahnya.
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
1
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
Satu tahun sebelumnya pasien pernah merasakan sakit seperti
ini, pasien berobat ke puskesmas di dekat rumahnya dan diberi obat
penghilang rasa sakit. Setelah itu pasien mengaku rasa sakit pada
perutnya hilang. Pasien mengaku sering merasa kesulitan BAB, pasien
juga mengaku jarang mengkonsumsi sayur-sayuran. Riwayat haid teratur
dan tanpa disertai rasa sakit ketika haid. Pasien tidak mempunyai riwayat
batu ginjal.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Riwayat Alergi Obat : Tidak Ada
III. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sakit sedang
Berat Badan : 47 kg
Tinggi badan : 157 cm
Gizi : Baik
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5˚C
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata.
Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik
Telinga : secret (-), serumen -/-, nyeri tekan mastoid -/-
Hidung : septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-), oedem
mukosa (-)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang
Leher : KGB tidak teraba mambesar
Thoraks :
Pulmo : Inspeksi : gerak napas simetris
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
2
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
Palpasi : vocal fremitus paru simetris dikedua hemithoraks
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara Napas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing-/-
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri jantung : ICS V 1 jari medial linea
midclavikularis sinistra
Batas kanan jantung : ICS IV linea sternalis dextra
Auskultasi : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : Abdomen datar, benjolan (-)
Palpasi : Supel, massa (-), Nyeri tekan epigastrium(+),
Defans muskuler (+), hepatosplenomegali (-)
Perkusi : Hipertympani, Shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : BU + meningkat
Ekstremitas: Akral hangat, sianosis (-), Oedem (-)
STATUS LOKALIS
Regio Abdomen :
Inspeksi : simetris, warna sama dengan sekitar, oedem (-), jejas
(-), hematom (-), benjolan (-)
Palpasi : Defans muskuler (+), Nyeri tekan dan nyeri lepas pada
seluruh lapang perut, psoas sign (+).
Perkusi : Nyeri ketok pada seluruh lapang perut
Auskultasi: BU(+)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium
8 September 2007
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi dan hemostatis
Massa perdarahan 3.3 01-06
Massa pembekuan 10.3 5 – 15
Hematologi umum
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
3
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
Hemoglobin 13,0 g/dL 12 – 16
Leukosit 11.000/uL 5.000-10.000
Eritrosit 3,2 juta 4,2 – 5,4
Hematokrit 39 % 37 – 43
Trombosit 335.000/uL 200.000 – 500.000
Thorax PA
Pulmo kanan dan kiri bersih
Cor : bentuk dan besar normal
Appendicogram
Tidak tampak bayangan kontras masuk ke dalam cavum
appendiks
Caecum Normal
Kesan : Non filling
Appendiks : Sugestif Appendicitis Chronic
V. RESUME
Telah diperiksa pasien perempuan berumur 20 tahun dengan
keluhan utama nyeri yang hilang timbul pada perut kanan bawah, mual
dan muntah. Demam dan Kembung juga dirasakan olen pasien. Os
mengeluh tidak dapat buang air besar dan tidak dapat buang angin.
Setahun yang lalu pasien pernah merasakan rasa sakit yang seperti ini.
Os hanya berobat ke puskesmas dan meminum obat penghilang sakit.
STATUS LOKALIS
Regio Abdomen :
Inspeksi : simetris, warna sama dengan sekitar, oedem (-), jejas
(-), hematom (-), benjolan (-)
Palpasi : Defans muskuler (+), Nyeri tekan dan nyeri lepas pada
seluruh lapang perut, psoas sign (+).
Perkusi : Nyeri ketok pada seluruh lapang perut
Auskultasi: BU(+)
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
4
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
8 September 2007
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi umum
Hemoglobin 13,0 g/dL 12 – 16
Leukosit 11.000/uL 5.000-10.000
Appendicogram
Tidak tampak bayangan kontras masuk ke dalam cavum
appendiks
Caecum Normal
Kesan : Non filling
Appendiks : Sugestif Appendicitis Chronic
VI. DIAGNOSIS KERJA
Apendisitis Chronic Eksaserbasi Akut
VII. DIAGNOSIS BANDING
Gastroenteritis akut
Ileitis Akut
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa : IVFD RL 20 tetes/menit
Inj Ranitidin 2x1 amp I.V
Inj Ceftriakson 3x1 amp I.V
Inj Remopain 3x1 amp I.V
Non Medikamentosa : Pasang NGT
Pasien dipuasakan
Apendiktoni dan laparatomi
IX. PROGNOSIS
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
5
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungtionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
TGL 20 September 2007
S : Terasa nyeri di daerah operasi, Belum bisa BAK
O : Keadaan umum : Baik
Status Generalis Baik
TD : 110/80 mmHg S : 36,0˚C
Nadi: 88x/menit P : 22 x/menit
Status Lokalis
Inspeksi : Luka operasi belum kering, rembesan darah (-),
tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+) di sekitar luka operasi
Perkusi :Tympani
Auskultasi : BU (+) lemah
A : Post apendiktomi dan laparatomi hari I
P : IVFD 20 tetes/menit
Pasang Drain
Inj Ranitidin 2x1 amp I.V
Inj Ceftriakson 3x1 amp I.V
Inj Remopain 3x1 amp I.V
TGL 21 September 2007
S : Terasa nyeri di daerah operasi, mual dan muntah 2x pagi.
O : Keadaan umum : Baik
Status Generalis Baik
TD : 110/80 mmHg S : 36,0˚C
Nadi: 88x/menit P : 22 x/menit
Status Lokalis
Inspeksi : Luka operasi sudah mulai kering, rembesan darah (-),
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
6
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+) di sekitar luka operasi
Perkusi :Tympani
Auskultasi : BU (+)
A : Post apendiktomi dan laparatomi hari II
P : IVFD 20 tetes/menit
Pasang Drain
Inj Ranitidin 2x1 amp I.V
Inj Ceftriakson 3x1 amp I.V
Inj Remopain 3x1 amp I.V
ANALISA KASUS
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
7
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
Pasien perempuan berumur 20 tahun dengan keluhan nyeri hilang timbul
pada perut kanan bawah, yang awalnya berasal dari nyeri di daerah umbilicus
yang menjalar ke seluruh perut kanan bawah. Dari keluhan tambahan
didapatkan pasien mual, muntah, demam, tidak bias BAB dan tidak dapat buang
angin. Setahun yang lalu pasien pernah merasakan keluhan yang sama, tetapi
pasien hanya berobat ke puskesmas dan keluhan pasien hilang.
Dari hasil yang didapatkan di atas, berdasarkan faktor-faktor yang
mendukung yaitu nyeri tekan dan nyeri lepas pada seluruh lapang perut, nyeri
ketok juga dirasakan oleh pasien. Pasien mengeluh tidak dapat BAB dan tidak
dapat buang angin, maka didapatkan diagnosis kerja dari pasien di atas adalah
Appendisitis Chronic Eksaserbasi akut yang mengalami perforasi. Tanda bahwa
pasien telah mengalami perforasi adalah defans muskuler positif, dan terdapat
tanda-tanda peritonitis umum, yaitu kembung, nyeri, tidak dapat BAB dan tidak
dapat buang angin (flatus).
Berdasarkan pemeriksaan penunjang, yaitu laboratorium dan
apendicogram, didapatkan leukosit yang meningkat pada pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan bahwa pasien mengalami infeksi yang
disebabkan feses yang tersumbat mengalami invasi kuman. Dari apendicogram
didapatkan tidak tampak bayangan kontras tidak masuk ke dalam cavum
appendiks (non filling).
Diagnosa banding pada pasien ini adalah gastroenteritis akut, tetapi pada
gastroenteritis akut tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri
tidak jelas dan berpindah-pindah. Dan pada gastroenteritis akut, hiperperistaltik
adalah gejala yang khas. Sedangkan pada pasien diatas peristaltic masih
normal.
Prognosis pada penyakit ini adalah baik. Dengan diagnosis yang akurat
serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit sangat kecil.
Keterlambatan diagnosis akan menyebabkan morbiditas dan mortalitas bila
terjadi komplikasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
8
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
APENDISITIS
A. Pendahuluan
Apendisitis adalah peradangan dari apppendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Peradangan apendiks
merupakan kausa laparatomi tersering pada anak dan juga pada orang dewasa.
Insidens apendisitis lebih banyak daripada wanita,berusia antara 10
sampai 30 tahun. Bayi dan anak sampai berumur 2 tahun terdapat 1% atau
kurang. Anak berumur 2 sampai 3 tahun terdapat 15%. Frekuensi mulai
menanjak setelah umur 5 tahun dan mencapai puncaknya berkisar pada umur-
umur 9 sampai 11 tahun.
Diagnosis harus ditegakkan dini dan tindakan harus segera dilakukan.
Keterlambatan diagnosis menyebabkan penyulit perforasi dengan segala
akibatnya.
B. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, bend asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulcerasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
Bila sekresi mucus terus berlanjut, teknan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini
disebut dengan apendiks supuratif akut.
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
9
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangrene. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa local
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi
abses atau menghilang.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan
pada orang tua perforasi lebih mudah terjadi karena telah ada gangguan
pembuluh darah.
C. Manifestasi Klinis
Keadaan umum penderita benar-benar terlihat sakit. Suhu tubuh naik
ringan pada apendisitis sederhana, suhu tubuh meninggi dan menetap sekitar
30˚C atau lebih bila telah terejadi perforasi. Dehidrasi ringan sampai berat
bergantung pada derajat sakitnya. Hal ini disebabkan oleh kekurangan masukan,
muntah, kenaikan suhu tubuh dan pengumpulan cairan dalam jaringan viskus
(udem) dan rongga peritoneal.
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus dan
epigastrium disertai anoreksia, nausea dan sebagian kemudian dengan muntah.
Dalam 2 sampai 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah akan
menetap disertai kenaikan suhu tubuh ringan dan diperberat bila berjalan atau
batuk.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan
semakin progresif. Pada keadaan seperti itu akan dapat menunjukkan titik
dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan splasme biasanya juga
muncul. Bila tanda rovsing, psoas dan obturator positif, akan semakin
meyakinkan diagnosis klinis apendisitis.
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
10
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen dikerjakan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat
sakit dan pemeriksaan fisik meragukan.
Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan
mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan
cairan-udara di sekum atau ileum).
Patognomonik bila terlihat gambaran fekolit.
Foto polos pada apendisitis perforasi:
a. Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di
kuadran kanan bawah.
b. Penebalan dinding usus disekitar letak apendiks, seperti sekum
dan ileum.
c. Garis lemak pra peritoneal menghilang.
d. Scoliosis ke kanan.
e. Tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan
cairan-cairanakibat paralisis usus-usus local di daerah proses
infeksi.
Gambaran tersebut diatas seperti gambaran peritonitis pada umumnya,
artinya dapat disebabkan oleh bermacam-macam kausa. Apabila pada
foto terdapat gambaran fekolit maka gambaran seperti tersebut di atas
patognomonik akibat apendisitis.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis
sederhana. Lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi.
Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Pada hitung
jenis terdapat pergeseran ke kiri.
Pada pemeriksaan urin, sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan
eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada
ureter atau vesika.
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
11
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
E. Penatalaksanaan
Terapi
Apendisitis Perforasi
Persiapan prabedah adalah Pemasangan sonde lambung dan tindakan
dekompresi. Rehidrasi, penurunan suhu tubuh. Antibiotika dengan spectrum
luas, dosis cukup, diberikan secara intravena.
Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum
Umumnya pasien dalam kondisi buruk. Tampak septic dan dalam kondisi
hipovolemi serta hipertensi. Hipovolemi diakibatkan oleh puasa lama, muntah
dan pemusatan cairan di daerah proses radang, seperti udem organ
intraperitoneal, dinding abdomen dan pengumpulan cairan dalam rongga usus
dan rongga peritoneal.
Persiapan prabedah :
Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
Pemasangan kateter untuk control produksi urin
Rehidrasi
Antibiotika dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena.
Obat-obat penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil
untuk membuka pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan
setelahrehidrasi tercapai.
Pembedahan
Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha penurunan suhu tubuh telah
tercapai. Suhu tubuh tidak melebihi 38˚, produksi urin berkisar 1-2 ml/kgBB/jam.
Nadi dibawah 120/menit.
Tehnik Pembedahan
Insisi tranversal di sebelah kanan sedikit di bawah umbilicus. Sayatan
Fowler Weier lebih dipilih, karena cepat dapat mencapai rongga abdomen dan
bila diperlukan sayatan dapat diperlebar ke medial dengan memotong fasi dan
otot rectus.
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
12
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
Sebelum membuka peritoneum tepi sayatan diamankan dengan kasa.
Membuka peritoneum sedikit dahulu dan alat pengisap telah disiapkan dengan
sedemikian rupa sehingga nanah dapat langsung terisap tanpa terkontaminasi
ke tepi sayatan, sayatan peritoneum diperlebar dan pengisap nanah diteruskan.
Apendiktomi dikerjakan seperti biasa. Pencucian rongga peritoneum mutlak
dikerjakan dengan larutan NaCl fisiologis sampai benar-benar bersih. Cairan
yang dimasukkan terlihat jernih ketika diisap kembali. Pengumpulan nanah biasa
ditemukan di fossa apendiks, rongga pelvis, di bawah diafragma dan diantara
usus-usus. Luka sayatan dicuci dengan larutan NaCl fisiologis juga setelah
peritoneum dan lapisan fasi yang menempel peritoneum dan sebagian otot-otot.
Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti dalam
peritonitis akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut akan mereda, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi akan berkurang.
F. Diagnosis banding
Gastroenteritis akut adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan
apendisitis. Pada kelainan ini muntah dan diare lebih sering. Lekosit akan
meningkat jelas dan tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri
tidak jelas dan berpindah-pindah. Hiperperistaltik merupakan gejala yang khas.
Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu observasi berkala akan dapat
menegakkan diagnosis.
Adenitis mesenterikum juga dapat menunjukkan gejala dan tanda-tanda
yang identik dengan apendisitis. Penyakit ini lebih sering pada anak-anak,
biasanya didahului infeksi saluran nafas. Lokasi nyeri di perut kanan bawah tidak
konsisten dan menetap, jarang terjadi truemuscle guarding.
Enteritis regional, amubiasis, ileitis akut, perforasi ulkus duodeni, kulik
ureter, salpingitis akut, kehamilan ektopik terganggu, dan kast oprium terpuntir
juga sering dikacaukan dengan apendisitis. Pneumonia lobus kanan bawah
kadang-kadang juga berhubungan dengan nyeri di kuadran kanan bawah.
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
13
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
G. Komplikasi
Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi
penyakit ini tidak dapat diramalkan dengan mempunyai kecenderungan menjadi
progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam
pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam massa tersebut.
Tanda-tanda perforasi meliputi maningkatnya nyeri, spasme otot dinding
perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau bebas yang
terlokalisasi, ileus, demam, malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila
perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak
pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
Bila telah terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah
operasi untuk menutup asal perforasi. Sedang tindakan lain sebagai penunjang
adalah tirah baring dalam posisi Fowler medium (setelah duduk), pemasangan
NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang, antibiotic yang
sesuai dengan hasil kultur, transfuse untuk mengatasi anemia, dan penanganan
syok septic secara intensif, bila ada.
Bila terjadi abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah
yang cenderung menggelembung ke arah rectum atau vagina. Terapi dini
diberikan kombinasi antibiotic (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau
klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan
appendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian pada abses yang tetap
positif harus segera dilakukan drainase.
Tromboflebitis supuratif dari system portal jaringan terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan
demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi.
Pada keadaan ini bias diindikasikan pemberian antibiotic kombinasi dengan
drainase.
Komplikasi yang lain dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal
sepsis intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat
perlengketan.
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
14
Apendisitis Kronik Eksaserbasi Akut
H. Prognosis
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan
morbiditas dari penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi.
Created by Dewi Puspasari 030.02.056
15