APBN

download APBN

of 45

description

j

Transcript of APBN

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahSetiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN. Istilah APBN yang dipakai di Indonesia secara formal mengacu pada anggaran pendapatan dan belanja negara yang dikelola pemerintah pusat.

Oleh karena mengacu pada anggaran yang dikelola pemerintah pusat, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD) dan BUMN tidak termasuk. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, APBN harus diwujudkan dalam bentuk undang-undang, dalam hal ini presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan Rancangan APBN (RAPBN) kepada DPR.Anggaran negara pada suatu tahun secara sederhana bisa diibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian kedua sisi.

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

Ketidakpastian yang dihadapi rumah tangga dan perusahaan dalam menyusun anggaran juga dihadapi oleh para perencana anggaran negara yang bertanggung jawab menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN, yakni harga minyak bumi di pasar internasional, kuota produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC, pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar Ruiah terhadap Dolar Amerika (USD). Penetapan keenam angak tersebut mempunyai unsur yang penting alam penyusunan APBN. Hasil penetapannya disebut sebagai asumsi-asumsi dasar penyusunan RAPBN.

1.2 Batasan MasalahAgar makalah ini lebih terfokus maka penyusun membatasi masalah dalam makalah ini, yaitu:1. Pengaruh penerapan format I-Account APBN pada belanja Kementrian Lembaga, RKA-KL dan DIPA.2. Pertimbangan dalam penyusunan dan penetapan APBN yang pro-rakyat pada tahun 2012.3. Implementasi anggaran berbasis kinerja pada proses penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2012.4. Peranan pemerintah dan DPR dalam proses penyusunan dan penetapan APBN tahun 2012.1.3 Tujuan PenulisanBerdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui pengaruh penerapan format I-Account APBN pada belanja Kementrian Lembaga, RKA-KL dan DIPA.2. Mengetahui pertimbangan dalam penyusunan dan penetapan APBN yang pro-rakyat pad thun 2012.3. MengetahuiImplementasi anggaran berbasis kinerja pada proses penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2012.4. Mengetahui peranan pemerintah dan DPR dalam proses penyusunan dan penetapan APBN tahun 2012.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Gambaran Umum APBN

APBN merupakan ruang lingkup keuangan negara yang dikelola langsung. Definisi anggaran menurut The National Committee on Governmental Accounting (NCGA) adalah A Budget is plan of financial operation embodying an estimated of proposal expenditures for a given period of time and the proposed means of financing them. Jadi, anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam betuk financial, meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu, serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut (Sugijanto, dkk dalam Abdul Halim, 2007:14).Abdul Halim (2007) menerangkan bahwa kekayaan negara yang dikelola secara langsung terdiri atas APBN dan barang-barang inventaris kekayaan negara. Pengurusan APBN termasuk dalam pengurusan umum/administrative, sedangkan pengurusan barang-barang inventaris kekayaan negara termasuk dalam pengurusan khusus.

Sebagai anggaran negara APBN mempunyai berbagai fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

1. Fungsi otorisasimengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi perencanaanmengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi pengawasanmengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi alokasimengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

5. Fungsi distribusimengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi stabilisasimengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

APBN merupakan inti pengurusan umum dan anggaran negara. Anggaran negara adalah rencana pengeluaran/belanja dan penerimaan/pembiayaan belanja suatu negara selama periode tertentu. Pengertian anggaran negara dibedakan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, anggaran negara berarti jangka waktu perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Jadi anggaran dalam arti luas meliputi suatu daur anggaran. Sedangkan dalam arti sempit, anggaran negara berarti pencana pengeluaran dan penerimaan hanya dalam kurun waktu satu tahun (Abdul Halim, 2007:15).Seperti yang telah disebutkan diatas, anggaran negara memiliki suatu masa daur anggaran. daur anggaran adalah proses pengenggaran secara terus-menerus, dimulai dari tahap penyusunan anggaran oleh pihak yang berwenang. Daur anggaran negara Republik Indonesia secara umum terdiri atas lima tahap, yaitu:

1. Penyusunan dan pengajuan rancangan anggaran (RUU-APBN) oleh pemerintah kepada DPR.

a. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23, setiap tahunnya APBN ditetapkan melalui undang-undang.

b. Pihak yang bertanggungjawab terhadap penyusunan anggaran adalah badan eksekutif.

c. Proses penyusunan dan pengajuan RUU-APBN meliputi:

1) Penerbitan Surat Edaran Menteri Keuangan yang berisi permintaan sumbangan anggaran dalam bentuk Daftar Usulan Kegiatan (DUK) belanja rutin dan Daftar Usulan Proyek (DUP) untuk belanja pembangunan.2) DUK dan DUP masing-masing departemen/lembaga disampaikan pada Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen Keuangan (Depkeu). Sedangkan untuk DUP, juga disampaikan pada Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas).3) DUK dibahas di DJA, sedangkan DUP dibahas di DJA dan Bappenas.

4) Pembuatan rancangan anggaran oleh menteri keuangan dengan melibatkan gubernur bank sentral dan menteri-menteri yang lain dalam tingkat dewan moneter.

5) Penyusunan nota keuangan oleh Depkeu yang berisi antara lain:

a) Kebijaksanaan fiscal dan moneter;

b) Perkembangan harga, gaji dan upah;

c) Taksiran penerimaan dan pengeluaran negara untuk tahun mendatang;

d) Jumlah uang yang beredar.2. Pembahasan dan persetujuan DPR atas RUU-APBN dan penetapan UU APBN.

a. Sebelum tahun anggaran baru dimulai, pemerintah menyampaikan RUU-APBN, Nota Keuangan, dan Perincian Lebih Lanjut kepada DPR. Jika DPR menyetujui RUU-APBN tersebut, maka RUU tersebut disahkan menjadi UU. Sebaliknya jika tidak disetujui, maka UU-APBN tahun sebelumnya digunakan kembali (Pasal 23 ayat (1) UUD 1945).

b. UU-APBN mewajibkan pemerintah menyusun laporan realisasi pada pertengahan tahun anggaran berikut prognosa enam bulan berikutnya. Laporan realisasi berikut Prognosa dibahas pemerintah dengan DPR. Demikian pula dengan penyesuaian anggaran dengan perkembangan/perubahan keadaan, maka pemerintah mengajukan RUU tentang Tambahan dan Perubahan atas APBN (RUU-TPAPBN).c. Penyusunan perhitungan anggaran mengenai pelaksanaan APBN dan setelah diperiksa oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK) selnjutnya disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya dalam waktu dua tahun.

3. Pelaksanaan anggaran, akuntansi, dan pelaporan keuangan oleh pemerintah.

a. Pemerintah mengeluarkan keputusan presiden (keppres) mengenai Perencanaan Lebih Lanjut yang dipakai sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pemerintah.

b. Daftar Isian Kegiatan, Daftar Isian Proyek, dan Surat Keputusan Otorisasi (DIK, DIP, dan SKO) merupakan dokumen dasar pelaksanaan anggaran. ketiganya merupakan kredit anggaran, yaitu batas pengeluaran yang dapat digunakan untuk mengelola kegiatan rutin atau kegiatan pembangungan Pemerintah.

c. Setelah DIK diterima oleh Kepala Kantor dan DIP oleh Pemimpin Proyek/Bendaharawan Proyek, maka telah dapat diajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) aik SPPR (Rutin) dan SPPP (Pembangunan) ke Kantor Perbendaharaan dan Keuangan Negara (KPKN).

d. KPKN menebitkan Surat Perintah Membayar (SPM), dapat berupa SPM-DU (Penyediaan Dana UYHD), SPM-TU (Tambahan UYHD), SPM-GU (Penggantian Dana UYHD), atau SPM-LS (SPM Langsung). SPM-DU digunakan SPM-DU digunakan untuk Kas Kecil dana awal, sedangkan SPM-GU untuk pengisiaan kembali kas kecil. SPM-LS digunakan untuk pengeluaran diatas Rp 10.000.000,00. SPM ini kemudian diuangkan pada KPKN.

e. DIK sebagai dasar pelaksanaan anggaran rutin disetujui oleh Menkeu (dilimpahkan ke DJA dan ketua Bappenas). DIK dan DIP ini disebut sebagai otorisasi kredit anggaran (dana anggaran) dan dalam akuntansi disebut allotment.f. DIK diterbitkan per bagian Anggaran (Departemen/Lembaga), per Unit Organisasi (Ekselon I) dan per Lokasi (Provinsi). DIP diterbitkan per proyek bagian proyek. Dirjen atau Pejabat setingkat yang membawahi proyek segera menyusun Petunjuk Operasional (PO) yang memuat:

1) Uraian dan rincian lebih lanjut dari DIP.

2) Petunjuk khusus dari pemimpin Departemen/Lembaga yang perlu diperhatikan oleh pemimpin proyek dalam pelaksanaan pembangunan proyek.

4. Pemeriksaan pelaksanaan anggaran dan akuntansi oleh aparat pengawasan operasional.

a. Pengawasan dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (Bapeka) pengawasan fungsional dalam lingkup pemerintah, dan pengawasan oleh atsan langsung.

b. Pengawasan fungsional dapat dilakukan oleh:

1) Inspektorat Jenderal Departemen/Lembaga

2) Inspektorat Wilayah Provinsi

3) Inspektoran Wilayah Kabupaten/Kotamadya yang bersifat sektoral.

4) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bersifat lintas sektoral.

c. Pengawasan atasan langsung disebut pengawasan melekat.

d. Kepala kantor/Pemimpin/Bendaharawan harus menyampaikan Laporan Keadaan Kredit Anggaran (LKKA) dan Laporan Keadaan Kantor (LKK).

5. Pembahasan dan persetujuan DPR atas Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dan penetapan undang-undang PAN.

a. Perhitungan anggaran (pelaksanaa anggaran) dibuat oleh Pemerintah untuk diperiksa oleh BAPEKA. Kemudian perhitungan anggaran disampaikan ke DPR selambat-lambatnya 18 bulan setelah tahun anggaran yang bersangkutan berakhir (Pasal 6 Undang-undang APBN).

b. Pertanggungjawaban Pemerintah tersebut disebut sebagai Perhitungan Anggaran Negara (PAN). PAN disusun berdasrkan Perhitungan Anggaran (PA) dari Bagian Anggaran (Departemen/Lembaga) dan pembukuan Depkeu sendiri.

c. Isi PAN mencakup:

1) Jumlah penerimaan dan pengeluaran negara dalam 1 tahun anggaran.

2) SAL/SAK, yaitu realisasi penerimaan dikurangi realisasi pengeluaran.

3) Perincian SAL/SAK.

d. Di samping undang-undang PAN disertakan juga Nota PAN yang antara lain memuat sebab-sebab perbedaan yang terdapat yang terdapat antara anggaran dan realisasinya serta penetapan surplus (Sisa Anggaran Lebih-SAI) dan defisit (Sisa Anggaran Kurang-SAK). Nota PAN juga memuat hasil pemeriksaan Bapeka atasPAN.

Pada dasarnya pembukuan APBN menggunakan basis kas yang digunakan untuk pendapatan dan pengeluaran anggaran. Namun, seiring dengan aplikasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka basis kas berangsur ditinggalkan dan seterusnya menggunakan basis akrual. Istilah dan prosedur tersebut dapat saja berubah/bervariasi, tergantung pada peraturan perundangan yang sedang berlaku. Peraturan perundangan yang ada saat ini pada prinsipnya memuat isi yang sama, namun istilah dan nama seperti formulir dan kelembagaan mengalami perubahan, misalnya istilah DUK dan DUP sudah tidak dikenal, tetapi diganti dengan Rencana Kerja Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-K/L); bendaharawan proyek digantikan istilahnya dengan bendahara pengeluaran; dan sebagainya.2.2 Komponen APBNIndra Bastian (2006) mengungkapkan bahwa secara garis besar APBN terdiri 5 (lima) komponen utama dari APBN, yaitu (i) Pendapatan Negara dan Hibah; (ii) Belanja Negara; (iii) Keseimbangan Primer; (iv) Surplus/Defisit Anggara; dan (v) Pembiayaan. Format APBN secara lebih rinci adalah sebagai berikut:I. Pendapatan Negara dan Hibahi. Penerimaan Dalam Negeri

a. Penerimaan Perpajakan

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak

ii. Hibah

II. Belanja Negara

i. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

a. Pengeluaran Rutin

b. Pengeluaran Pembangunan

ii. Anggaran Belanja Untuk Daerah

a. Dana Perimbangan

b. Dana Otonomi Khusus dan Penyembang

III. Keseimbangan Primer

IV. Surplus/Defisit Anggaran

V. Pembiayaan

i. Pembiayaan Dalam Negeri

ii. Pembiayaan Luar NegeriBelanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Rincian belanja negara menurut organisasidisesuaikan dengan susunan kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat. Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari: pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.

Rincian belanja negara menurut jenis belanja(sifat ekonomi) antara lain terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

Penyusunan anggaran juga dikelompakan menurut program-program yang telah ditetapkan pemerintah. Selanjutnya, program-program tersebut dirinci lagi kedalam kegiatan-kegiatan yang dilengkapi dengan anggaran dan indikator keberhasilannya.

APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun APBN diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Penyusunan Rancangan APBN tersebut berpedoman kepada RKP dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Apabila anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam undang-undang tentang APBN. Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari produk dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan jumlah pinjaman diabatasi maksimal 60% dari PDB. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, pemerintah pusat dapat mengajukan rencana pengunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antar generasi dan diutamakan untuk:

1. Pengurangan utang.

2. Pembentukan dana cadangan, dan

3. Peningkatan jaminan sosial.2.3 Proses Penyusunan APBN

2.3.1 Penyusunan APBNPenyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan tahap awal dari suatu siklus anggaran. Jangka waktu/masa siklus anggaran lebih panjang daripada jangka waktu/masa tahun anggaran. Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sedangkan siklus anggaran lebih dari satu tahun, yaitu jangka waktu berputarnya anggaran yang dimulai dari saat penyusunan RAPBN sampai dengan saat Perhitungan Anggaran Negara (PAN) disahkan menjadi Undang-Undang PAN.

Dalam SAKN I (2007) Secara garis besar, tahap-tahap siklus anggaran dapatdigambarkan sebagai berikut:

1. penyusunan RAPBN oleh pemerintah;2. penyampaian RAPBN kepada DPR/pengesahannya;3. pelaksanaan APBN oleh pemerintah;4. pengawasan pelaksanaan APBN oleh BPK;5. pertanggungjawaban/Perhitungan Anggaran Negara (PAN);6. persetujuan RUU PAN menjadi UU PAN oleh DPR.Menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Pasal 12, bahwa ketentuan umum penyusunan APBN sebagai berikut: 1. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.

Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak

melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.2. Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.3. Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN.

Defisit anggaran dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.

4. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.Menurut SAKN I (2007 : 37) berkaitan dengan fungsi penganggaran pemerintah, penganggaran mempunyai tiga tujuan utama yaitu:

1. stabilitas fiskal makro,

2. alokasi sumber daya sesuai prioritas, dan3. pemanfaatan anggaran secara efektif dan efisien.

Untuk mencapai tujuan penganggaran ini, dilakukan dengan tiga pendekatan baru dalam penyusunan sistem penganggaran yaitu:

1. penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah,

2. penerapan penganggaran terpadu, dan3. penerapan penganggaran berbasis kinerja (ABK).

Uraian secara rinci mengenai pendekatan baru dalam penganggaran adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah

Kerangka pengeluaran jangka menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal secara berkelanjutan. Kementerian negara/lembaga mengajukan usulan anggaran untuk membiayai menyampaikan prakiraan maju yang merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya. Prakiraan maju yang diusulkan kementerian negara/lembaga disetujui oleh presiden dalam keputusan presiden tentang rincian APBN untuk menjadi dasar bagi penyusunan usulan anggaran kementerian negara/lembaga pada tahun anggaran berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.

2. Penerapan Penganggaran Terpadu

Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan kementerian negara/lembaga untuk menghasilkan dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) dengan klasifikasi anggaran belanja menurut organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.

3. Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (ABK)

Penerapan penyusunan anggaran berbasis kinerja menekankan pada ketersediaan rencana kerja yang benar-benar mencerminkan komitmen kementerian negara/lembaga sebagai bagian dari proses penganggaran. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalampenyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan. Tingkat kegiatan yang direncanakan dan standar biaya yang ditetapkan pada awal siklus tahunan penyusunan anggaran menjadi dasar dalam menentukan anggaran untuk tahun anggaran yang direncanakan dan prakiraan maju bagi program yang bersangkutan. Standar biaya, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus bagi pemerintah pusat, ditetapkan oleh menteri keuangan setelah berkoordinasi dengan kementerian negara/lembaga terkait.

Menurut Mardiasmo (2002:68), proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu:

1. Membantu pemerintah mencpai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.

2. Membantu mencitakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.Pengaturan mengenai pengukuran kinerja, evaluasi kinerjakegiatan, dan evaluasi kinerja program adalah sebagai berikut:

a. Dalam rangka penerapan anggaran berbasis kinerja, kementeriannegara/lembaga melaksanakan pengukuran kinerja.b. Kementerian negara/lembaga melakukan evaluasi kinerja kegiatansatuan kerja kementerian negara/lembaga setiap tahunberdasarkan sasaran dan/atau standar kinerja kegiatan yang telahditetapkan sebagai umpan balik bagi penyusunan RKA-KL tahunberikutnya.c. Kementerian negara/lembaga melakukan evaluasi kinerja programsekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun berdasarkansasaran dan/atau standar kinerja yang telah ditetapkan.

Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuhanggaran berbasis kinerja di sektor publik, perlu dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan untuk:

a. memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja;b. memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah;c. menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik; dan

d. memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah.

Selama ini, anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan.Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran belanjapembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekananpada arti pentingnya pembangunan, dalam pelaksanaannya telahmenimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, danpenyimpangan anggaran. Sementara itu, penuangan rencanapembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional limatahunan yang ditetapkan dengan undang-undang dirasakan tidakrealistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhanpenyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi.Elemen-elemen tujuan penganggaran ini perlu dikelola dengan baikagar ketiganya dapat saling mendukung.Mekanisme penyusunan APBN (Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Pasal 13):

1. Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.2. Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.3. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.

Selain itu, mekanisme penyusunan APBN Pasal 14 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, sebagai berikut:1. Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya.2. Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.3. Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.4. Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.5. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.3.2 Tujuan Penyusunan APBN

Tujuan penyusunan APBN menurut Imamul Arifin (2009:31) adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis, demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Adapun tujuan akhirnya adalah mencapai masyarakat yang adil, makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Pasal 12, bahwa APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggara negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.2.3.3 Prinsip Penyusunan APBN

Prinsip penyusunan APBN menurut Alam S (2006:50) didasarkan pada aspek pendapatan dan aspek pengeluaran.

1. Prinsip penyusunan APBN berdasarkan aspek pendapatan.

a. Mengintensifkan penerimaan sektor anggaran dalam jumlah dan ketepatan penyetoran.

b. Mengintensifkan penagihan dan pemungutan piutang negara, misalnya sewa penggunaan barang-barang negara, sewa pelabuhan, dan sewa landasan pesawat.

c. Mengintensifkan tuntutan ganti rugi yang diderita oleh negara dan denda yang dijanjikan.

2. Prinsip penyusunan APBN berdasarkan aspek pengeluaran negara.

a. Hemat, tidak boros, efisien, dan berdaya guna serta sesuai dengan kebutuha teknis yang ada.

b. Terarah dan terkendali sesuai dengan anggaran dan program kegiatan

c. Mengusahakan semsksimal mungkin membeli produk-produk dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan/ potensi yang dimiliki.

Sedangkan menurut Indra Bastian (2006: 195), dalam menyusun anggaran negara perlu diperhatikan beberapa prinsip, antara lain:

1. Keterbukaan, dalam negara demokrasi, rakyat perlu diikutsertakan melalui DPR dalam pembahasan rancangan anggaran.

2. Periodisitas, meliputi suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, agar pengawasan mudah dilakukan dan peninjauan kembali kebijakan anggaran tidak terlalu lama.

3. Fleksibilitas, karena anggaran disusun berdasarkan asumsi-asumsi tertentu, dalam pelaksanaannya masih terdapat hal-hal yang belum tertampung atau berubah. Untuk itu dimungkinkan diadakan penyesuaian (sepanjang asumsi tadi berbeda dengan asumsi sekarang).

4. Preabel, pengajuan dan pengesahannya oleh Dewan Perwakilan Rakyat harus mendahului pelaksanaan anggaran.

5. Kecermatan/tercinci, anggaran harus diperkirakan secara teliti agar dapat dihindari pemborosan dan kekurangan karena salah perhitungan.

6. Komprehensif, anggaran disusun untuk semua kegiatan keuangan pemerintah.

7. Anggaran berimbang, pengeluaran anggaran harus didukung adanya penerimaan anggaran.

2.3.4 Dasar Penyusunan APBN

Menurut Alam S (2006:50), asas atau dasar penyusunan APBN adalah sebagai berikut:

1. Kemandirian, artinya pembiayaan negara didasarkan atas kemampuan negara. Sedangkan pinjaman luar negeri hanya digunakan sebagai pelengkap.

2. Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.

3. Penajaman prioritas pembangunan, artinya APBN hars menutamakan pada pembiayaan yang lebih bermanfaat.Selain itu, menurut Indra Bastian (2006:195) dasar penyusunan APBN pada tahun 1999-2001 dilakukan berdasarkan:

a. Asumsi dasar ekonomi makro.

b. Perkembangan APBN tahun sebelumnya.

c. GBHN.

d. PROPENAS.

e. REPETA.2.3.5 Prosedur Penyusunan APBN

Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) ditetapkan dengan UU sementara yang berwenang menyusun APBN ialah Eksekutif dan diajukan kepada DPR.

Menurut Indra Bastian (2006:196), bahwa prosedur penyusunan APBN, terdiri dari:

a. Penyusunan racangan ini dimulai dri surat edaran Menteri Keuangan dan ketua BAPPENAS pada departemen/lembaga yang berisikan permintaan sumbangan anggaran dalam bentuk Daftar Usulan Kegiatan (DU) untuk anggaran rutin dan Daftar Usulan Proyek (DUP) untuk anggaran pembangunan.

Urutan prosesnya sebagai berikut:

1. Daftar Usulan dari Eselon III.

2. D aftar Usulan lampiran dari Eselon II.

3. DUK & DUD dihimpun Eselon I.

4. DUK & DUP diolah oleh biro keuangan departemen/lembaga.

b. DUK dan DUP masing-masing Departemen disampaikan pada DIRJEN anggaran DEPKEU dan khusus DUP disampaikan juga pada BAPPENAS.

c. Selanjutnya rancangan anggaran telah dapat dibuat dan dibicarakan antara Menkeu dan Gubernur BI dan menteri lain di tingkat dewan moneter. Pembahasan ini akan menghasilkan NOTA KEUANGAN dan diserahkan pada Presiden.

d. Pemerintah kemudian menyampaikan RUU-APBN, Nota Keuangan beserta perincian lebih lanjut kepada DPR. Jika DPR menyetujuinya, RUU tersebut disahkan menjadi UU. Jika RUU terebut ditolak, maka sesuai dengan pasal 23 ayat (1) UUD 1945, digunakan UU APBN tahun sebelumnya. 1.1.1 Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)Dalam merencanakan penganggaran pemerintah menyusun RKP yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, memuat rancangan kerangka ekonomi makro yang termasuk didalamnya arah kebijakan fiskal dan moneter, prioritas pembangunan, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Selain itu RKP sendiri merupakan salah satu upaya pemerintah untuk tujuan bernegara. Yang didalamnya RKP memuat tentang kegiatan-kegiatan dalam dalam kerangka investasi pemerintah dan pelayanan publik, dan juga menjalnkan fungsi pemerintah sebagai penentu kebijakan dengan menetapkan kerangka regulasi guna mendorong partsipasi masyarakat.

Sebagaimana yang diketahui bahwa terdapat ketentuan mengenai pokok-pokok penyusunan dalam RKP adalahRencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja-KL) dan Rancangan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) provinsi, kabupaten, dan kota sebagai bahan masukan. Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

a. Dasar penyusunan RKP adalah Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja-KL) dan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) provinsi, kabupaten, dan kota sebagai bahan masukan. Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

b. Kementrian Perencanaan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan untuk menyelarasakan anatar Renja-KL dan antara kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang tercantum dalam Renja-KL dengan Rancangan RKPD.

c. Hasil musyawarah perencanaan pembangunan digunakan untuk memuktahirkan Rancangan RKP dengan keputusan presiden paling lambat pertengahan bulan Mei.

d. RKP digunakan sebagai bahan pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran di DPR.

e. Dalam hal RKP yang ditetapkan berdeda dengan hasil pembahasan dengan DPR, pemerintah menggunakan RKP hasil pembahas dengan DPR.Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKP antara lain:

a. Program dan kegiatan dalam RKP disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpadu.

b. Program dalam RKP terdiri dari kegiatan yang berupa:1) Kerangka regulasi yang bertujuan untuk memfasilitasi, mendorong, maupun mengatur kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat; dan/atau

2) Kerangka pelayanan umum dan investasi pemerintah yang bertujuan untuk menyedikan barang dan jasa publik yang diperlukan masyarakat.

c. Sebagai bahan masukan dalam penyusunan RKP digunakan Standar Pelayanan Minimum.Standar Pelayanan Minimum disusun oleh kementerian negara/lembaga yang fungsinya mengatur dan/atau melaksanakan pelayanan langsung kepada masyarakat, melalui koordinasi dengan kementerian perencanaan, kementerian keuangan, dan kementerian negara/lembaga terkait.d. Sebagai suatu rencana kerja, program dan kegiatan yang termuat dalam RKP sudah bersifat terukur (measureable) karena harus sudah memperhitungkan ketersediaan anggaran. Artinya, sebagai dokumen perencanaan, RKP tidak lagi memuat daftar panjang usulan kegiatan kementerian negara/lembaga yang selama ini lebih dianggap sebagai daftar keinginan yang belum tentu dapat dilaksanakan. Inilah karakteristik yang mendasar dalam RKP.1.1.2 Ciri Penyusunan RKP

Hal-hal yang baru dalam penyusunan RKP adalah proses penyusunannya memiliki tigaciri baru yaitu: Pertama, penegasan cakupan isi proses top-down dan bottom-up. Proses top-down merupakan langkah-langkah penyampaian batasan umum oleh lembaga-lembaga pusat (central agency) yaitu kementrian keuangan dan kementrian perencanaan pembangunan nasional kepada kementrian perencanaan pembangunan nasional kepada kementrian perncenaan pembangunan nasional kepada kementrian negara/lembaga tentang penyusunan rencana kerja. Batasan umum ini mencakup prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif. Di dalam batasan ini, kementerian negara/lembaga diberi kekuasaan untuk merancang kegiatan-kegiatan pembangunan demi pencapaian sasaran pembangunan nasional yang telah disepakati. Rancangan ini disampaikan kembali kepada central agency untuk selanjutnya diserasikan secara nasional. Inilah inti proses bottom-up. Kedua, sebagai tindak lanjut kebijakan desentralisasi maka kegiatan pemerintah pusat di daerah menjadi salah satu perhatian utama. Tujuan yang ingin dicapai adalah agar kegiatan pemerintah pusat di daerah terdistribusi secara adil dan dapat menciptakan sinergi secara nasioanal. Untuk mencapai tujuan ini, maka dalam rangka penyusunan RKP dilaksanakan permusyawarahan perencanaan baik anatar kementrian negara/lembaga maupun antara kementrian maupun pemerintah daerah provinsi.

Ketiga, proses penyusunan RKP adalah juga penyatuan presepsi kementrian negara/lembaga tentang prioritas pembangunan nasional dan konsekuensi rencana anggarannya sebgai persiapan pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga di Dewan Rakyat.1.1.3 Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-KL)

RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian negara/lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

Isi dan susunan RKA-KL adalah sebagai berikut:

a. RKA-KL terdiri dari rencana kerja kementerian negara/lembaga dan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan rencana kerja tersebut.

b. Di dalam Rencana Kerja diuraikan visi, misi, tujuan, kebijakan, program, hasil yang diharapkan, kegiatan, dan keluaran yang diharapkan.

c. Di dalam anggaran yang direncanakan, diuraikan biaya untuk masing-masing program dan kegiatan untuk tahun anggaran yang direncanakan yang dirinci menurut jenis belanja, prakiraan maju untuk tahun berikutnya, serta sumber dan sasaran pendapatan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

d. RKA-KL meliputi seluruh kegiatan satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga termasuk kegiatan dalam rangka dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pendekatan penyusunan RKA-KL juga mengacu pada pendekatan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah, yaitu: kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu dan penganggaran berbasis kinerja.a. Proses Penyusunan RKA-KL

RKA-KL memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan menggunakan pagu indikatif untuk tahun anggaran yang sedang disusun dan prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya. Memperhatikan peranan RKA-KL sebagai dokumen anggaran, maka efektivitas dan efiensi pemanfaatan dana yang disediakan dalam RKA-KL sebagian besar ditentukan pada proses penyusunan RKA-KL yang bersangkutan. Proses penyusunan dokumen anggaran tersebut dilaksanakan melalui penelaahan bersama antara kementerian keuangan dan kementerian negara/lembaga teknis. Hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan RKA-KL adalah sebagai berikut:

a. Kementerian negara/lembaga menyusun RKA-KL untuk tahun anggaran yang sedang disusun mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif yang ditetapkan dalam surat edaran bersama menteri perencanaan pembangunan nasional dan menteri keuangan.

b. Kementerian perencanaan menelaah rencana kerja yang disampaikan kementerian negara/lembaga melalui koordinasi dengan kementerian keuangan.

c. Perubahan terhadap program kementerian negara/lembaga diusulkan oleh menteri/pimpinan lembaga terkait dan disetujui oleh kementerian perencanaan melalui koordinasi dengan kementerian keuangan.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan RKA-KL ditetapkan oleh menteri perencanaan.

Proses rinci penyusunan RKA-KL adalah sebagai berikut:

a. Menteri/pimpinan lembaga setelah menerima surat edaran menteri keuangan tentang pagu sementara bagi masing-masing program pada pertengahan bulan Juni, menyesuaikan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) menjadi RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan.

b. Kementerian negara/lembaga membahas RKA-KL tersebut bersama-sama dengan komisi terkait di DPR. Hasil pembahasan RKA-KL tersebut disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan Kementrian Perencanaan selambat-lambatnya pada pertengahan bulan Juli.

c. Kementerian Perencanaan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

d. Kementerian Keuangan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR dengan surat edaran menteri keuangan tentang pagu sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan standar biaya yang telah ditetapkan.

e. Menteri keuangan menghimpun semua RKA-KL yang telah ditelaah, selanjutnya dituangkan dalam Rancangan APBN dan dibuatkan Nota Keuangan untuk dibahas dalam sidang kabinet.f. Nota Keuangan dan Rancangan APBN beserta himpunan RKA-KL yang telah dibahas disampaikan pemerintah kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Agustus untuk dibahas bersama dan ditetapkan menjadi Undang-Undang APBN selambatlambatnya pada akhir bulan Oktober.g. RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam keputusan presiden tentang rincian APBN selambat-lambatnya akhir bulan November.h. Keputusan presiden tentang rincian APBN tersebut menjadi dasar bagi masing-masing kementerian negara/lembaga untuk menyusun konsep dokumen pelaksanaan anggaran.i. Konsep dokumen pelaksanaan anggaran disampaikan kepada menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara selambatlambatnya minggu kedua bulan Desember.j. Dokumen pelaksanaan anggaran disahkan oleh menteri keuangan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember.Proses penyusunan rancangan APBN secara lengkap diuraikan pada gambar di bawah ini:Proses Penyusunan Rancangan APBN

Gambar 2.1 Proses Penyusunan Rancangan APBN1.2 Format APBN

Menurut Indra Bastian (2006:202) perhitungan APBN tahun 1999, 2000, 2001 hampir sama. Perkiraan pendapatan negara dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri, tetapi pada tahun 2000 dan 2001 perkiraan penerimaan luar negeri dihilangkan dan diganti dengan hibah.

Pada tahun 1999, penerimaan negara dibagi menjadi dua yaitu:

A. Penerimaan dalam negeri, yaitu seluruh penerimaan-penermaan negara yang bersumber dari dalam negeri pada tahun ini penerimaan dalam negeri digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Penerimaan minyak dan gas alam atau migas.

2. Penerimaan bukan minyak dan gas alam

a. Pajak Penghasilan

b. Pajak Pertambahan Nilai barang dan jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah

c. Bea Masuk.

d. Cukai

e. Ungutan Pajakn Ekspor

f. PBB dan Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

g. Pajak lainnya misalnya materai.

h. Penerimaan pajak bukan pajak.

B. Penerimaan Luar Negeri, yaitu seluruh penerimaan yang bersumber dari luar negeri, terdiri dari:

1. Pinjaman Proyek

2. Pinjaman Program

Sedangkan untuk penerimaan dalam negeri diklasifikasikan berdasarkan penerimaan perpajakan dan penerimaan non perpajakan.Menurut Indra Bastian (2006:205), sebelum tahun 2001, prinsip APBN adalah anggaran berimbang dinamis, dimana jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan jumlahya diupayakan meningkat dai tahun ke tahun. Sejak tahun 2001, prisip anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/defisit. Sejalan dengan itu format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-Account. Format dan struktur I-Account yang berlaku saat ini terdiri atas (i) pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja negra, (iii) pembiayaan.

T-Account

I-AccountPENERIMAANPENGELUARAN

A. Penerimaan Dalam Negeri

I. Migas

II.Non Migas

1. Pajak

2. Bukan Pajak

- Privatisasi

- Aset Recovery

B. Penerimaan Pembangunan

I. Pinjaman Program

II. Pinjaman ProyekA. Pengeluaran Rutin

I. Belanja Pegawai

II. Belanja Barang

III. Subsidi Daerah Otonom

IV. Pembayaran Bunga&

Cicilan Hutang

1.Bunga

2.Pokok

B. Pengeluaran Pembangunan

I. Pembiayaan Rupiah

1. Bunga Kredit Program

2. Bunga Obl. Restrukt.

Perbankan

II. Pembiayaan Proyek

A. Penerimaan Negara dan Hibah

I. Penerimaan Dalam Negeri

1. Penerimaan Perpajakan

a. Pajak Dalam Negeri

a.1. Pajak Penghasilan

- Migas

- Non Migas

2. Penerimaan Bukan Pajak

a. Minyak

b. Gas

B. Belanja Negara

I. Pemerintah Pusat

Pengeluaran Rutin

- Aset Tetap

- Aset lainnya

Pengeluaran Pembangunan

II. Dana Perimbangan

C. Keseimbangan Primer

D. Surplus/Defisit Anggaran

E. Pembiayaan (Financing)

Berimbang & DinamisGambar 2.2 Perubahan Format dan Struktur APBN2.5 Sistematika Penyusunan APBNPemerintah Pusat

Dewan Perwakilan Rakyat

Gambar 2.2 Sistematika Penyusunan APBN2.6 Penetapan APBNTahun anggaran yang berlaku meliputi masa 1 tahun, yaitu sebelum tahun 2000 pada tanggal 1 April s/d 31 Maret, Tahun 2000 (masa peralihan) pada tanggal 1 April s/d 31 Desember dan setelah tahun 2000 pada tanggal 1 Januari s/d 31 Desember

Dasar penyusunan, penetapan dan pemeriksaan APBN tercantum dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Selain itu waktu penyusunan, pembahasan dan penetapan APBN dilakukan pada tahun sebelum anggaran dilaksanakan, contohnya APBN tahun 2011 disusun, dibahas dan ditetapkan pada tahun 2010.Pembicaraan pendahuluan penyusunan APBN meliputi:

a. Pertengahan Mei

Pada pertengahan Mei pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro RAPBN tahun berikutnya, yaitu: Assumsi dasar ekonomi makro (pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat bunga SBI, nilai tukar, harga minyak, lifting (produksi) minyak

Kebijakan dalam bidang penerimaan Negara

Kebijakan dalam bidang Pengeluaran negara

Kebijakan Defisit dan Pembiayaannyab. Mei-Juni

Pembahasan bersama antara DPR C.q. Panitia Anggaran DPR-RI dengan pemerintah C.q Menteri Keuangan, Meneg PPN/ Kepala Bappenas dan Gubernur Bank Indonesia. Hasil pembahasan Pembicaraan pendahuluan Penyusunan RAPBN menjadi dasar penyusunan RUU APBN beserta Nota Keuangannya.

Kemudian pembahasan RUU APBN beserta nota keuangan (Tk.I) dilakukan pada:

a. 16 Agustus Presiden menyampaikan pidato pengantar RUU APBN beserta NK-nya dalam Rapat Paripurna DPR

Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-nya

Jawaban Pemerintah atas PU Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-nya.b. September-Oktober

Pembahasan RUU APBN beserta Nota Keuangannya antara Pemerintah dengan Panitia Anggaran DPR-RI

c. Akhir Oktober Pembicaraan Tk.II/ pengambilan keputusan atas RUU APBN beserta NK-nya Laporan Panitia Anggaran atas Pembicaraan Tk.I/ Pembahasan RUU APBN Pendapat akhir Fraksi-Fraksi atas RUU APBN Pendapat akhir Pemerintah atas RUU APBN Pengambilan Keputusan atas RUU APBN

Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa RUU APBN diambil keputusan oleh DPR dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua)bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan).APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN, pemerintah pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

BAB III

PEMBAHASAN3.1 Pengaruh Penerapan Format I-Account APBN Pada belanja Kementrian Lembaga, RKA-KL dan DIPA.Selama TA 1969/1970 sampai dengan 1999/2000 APBN menggunakan format T-account, Namun format ini dirasakan masih mempunyai kelemahan khususnya setelah diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kelemahan tersebut antara lain :

tidak memberikan informasi yang jelas mengenai pengendalian defisit, dan

kurang transparan sehingga perlu disempurnakan

versi T-account tidak menunjukan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan akibat dari sistem anggaran yang terpusat

pada format T-account, pinjaman luar negeri dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap sebagai pengeluaran rutin

Dari sini dapat kita ketahui bahwa di dalam penerapan T-Account masih ada penyesuaian antara anggaran pengeluaran dengan anggaran penerimaan agar anggaran yang berimbang dan dinamis dapat tercipta. Namun bila pinjaman tidak dikategorikan sebagai utang dan justru sebagai penerimaan pembangunan seperti yang diterapkan dalam T-Account, maka usaha untuk mengefisiensikan pengeluaran dan penghematan akan sulit untuk dilakukan karena pengeluaran harus disamakan/diimbangkan dengan penerimaan yang didalamnya juga termasuk pinjaman (penerimaan pembangunan). Disamping itu, pemborosan atau inefisiensi penganggaran akan diperkuat karena tidak ada anggapan bahwa penambahan utang akan memberatkan keuangan bangsa di periode berikutnya.

Format APBN baru (I-Account)Mulai TA 2000 format APBN diubah menjadi I-account, disesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS), dimana :

Dalam I-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran tidak dipisahkan atau dalam satu kolom

I-account menerapkan anggaran defisit/surplus

Dalam versi I-account, anggaran surplus/defisit diadopsi. Perubahan perubahan itu dengan jelasnya digambarkan oleh posisi overall balance

Tujuan perubahan format dari T-account ke I-account adalah :

untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN

untuk mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN

untuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget negara lain

untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah

versi I-account dengan jelas menunjukan komposisi jumlah anggaran yang dikelola oleh pemerintah daerah sehingga memperlancar pendanaan ke daerah

I-account, pinjaman luar negeri dan pembayaran cicilannya dikelompokan sebagai pembelanjaan anggaran

Dengan format baru ini (I-Account) pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang.Berdasarkan keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa pengganggaran dengan format I-Account menuntut efisiensi dari anggaran belanja, begitu juga dengan anggaran belanja Kementerian Lembaga (KL). Hal ini ditunjukkan dengan adanya penerapan anggaran defisit atau anggaran surplus, dimana tidak ada tuntutan bahwa anggran pengeluaran harus sama dengan anggaran penerimaan. Disamping itu sudah ada pemisahan sumber dana yang berasal dari Pinjaman, tidak dikategorikan sebagai penerimaan lagi melainkan sebagai hutang atau dalam format I-Account dimasukkan dalam pembelanjaan. Sehingga jumlah pinjaman harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang.

Format APBN yang berlaku juga menunjukkan efisiensi penganggaran belanja dituntut dengan penganggaran yang dimulai dari satuan terkecil (satker) hingga ke posisi paling atas (KL), dituntut juga melalui reklasifikasi rincian belanja negara (menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja, yang sebelumnya dirinci menurut sektor dan jenis belanja) yang mencegah terjadinya anggaran berganda serta adanya tuntutan untuk mendeskripsikan tujuan, output, dan outcome yang ingin dicapai disertai dengan indikator kinerja dari masing-masing kegiatan.

Demi mendukung kepastian efisiensi penyusunan anggaran, maka Rencana Kerja dan Anggaran KL yang disusun setelah mendapat pagu sementarapun masih harus ditelaah lagi oleh Kementerian Keuangan (c.q. Direktorat Jenderal Anggaran), agar nilai yang tertera hingga detil anggaran dapat ditetapkan menjadi nilai yang optimal. Secara umum, pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun anggaran harus ditutup dengan penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Sehingga dalam pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), berbeda dengan anggaran penerimaan negara yang diperlakukan sebagai target penerimaan pemerintah dan diharapkan dapat dilampauinya, anggaran pengeluaran merupakan batas pengeluaran yang tidak boleh dilampaui. Oleh sebab itu penganggaran belanja yang dilakukan oleh KL pun harus optimal sesuai dengan kebutuhan, tidak harus sesuai dengan pagu yang disediakan namun tidak boleh melebihi pagu tersebut.3.2 Pertimbangan dalam Penyusunan dan Penetapan APBN yang Pro-rakyat Pada Tahun 2012.APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun APBN diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Proses penyusunan anggaran negara merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan banyak pihak, termasuk semua departemen dan lembaga, dan DPR. Dalam memperhatikan penyusunan anggaran tersebut kita akan mengetahui kemana pemerintah akan berjalan setahun kedepan dan bersifat strategis. Karena sifatnya yang strategis itu, maka seringkali pertimbangan dalam menyusun anggaran bukan berdasarkan pertimbangan ekonomi semata, tetapi juga pertimbangan politik.

Hendaknya penyusunan APBN berpijak pada kaedah-kaedah problem ekonomi yang terdiri dari angka kemiskinan, tingkat pengangguran, tingkat melek huruf/ pendidikan, dan masalah sosial lainnya hendaknya dijadikan kerangka antara dalam penyusunan APBN, bukan hanya kerangka ekonomi makro yang selama ini kita kenal. Dengan dimasukan komponen tersebut sebagai pertimbangan utama dalam penyusunan APBN, maka keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya dilihat dari capaian angka pertumbuhan ekonomi, tetapi yang paling utama adalah keberhasilan pemerintah mengatasi atau mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.

Jadi indikator utama keberhasilan pembangunan adalah tercukupinya kebutuhan dasar rakyat, individu per individu seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan dan keamanan dan lain-lain. Dengan demikian, keberhasilan pembangunan dilihat dari pengurangan dan penyelesaian angka kemiskinan dan pengangguran. Sementara indikator lain seperti angka pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, dan asumsi ekonomi makro lain hanyalah sekedar indikator pendukung bagi pencapaian target-target pembangunan ekonomi. Melalui penyusunan APBN yang pro-rakyat tersebut, alokasi dana disediakan untuk pengeluarkan yang benar-benar menyentuh problem utama ekonomi dengan tujuan agar distribusi pendapatan diantara rakyat tidak menimbulkan kemiskinan dan pengangguran serta masalah-masalah sosial lainnya.Pada Tahun 2012 mendatang Pemerintah bakal menggelontorkan anggaran belanja negara sebesar Rp 1.418,5 triliun. Jumlah tersebut naik Rp 97,7 triliun (7,4%) dibandingkan 2011 yang sebesar Rp 1.320,8 triliun.Sesuai dengan prioritas RKP tahun 2012, anggaran belanja kementerian dan lembaga serta belanja non-kementerian dan lembaga diarahkan untuk mencapai sembilan sasaran utama, yaitu:1. Meningkatkan belanja infrastruktur untuk mengatasi sumbatan, keterkaitan dan keterhubungan domestik, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan kesejahteraan masyarakat.

2. Menuntaskan program reformasi birokrasi.

3. Meningkatkan program perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan penanggulangan bencana.

4. Memperkuat program-program pro-rakyat, melalui langkah-langkah keberpihakan pada penanggulangan kemiskinan dan peningkatan lapangan pekerjaan.

5. Meningkatkan kualitas belanja negara, melalui pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah.

6. Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur negara.

7. Meningkatkan kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

8. Memenuhi anggaran pendidikan sesuai amanat konstitusi, dan meningkatkan alokasi anggaran untuk riset dan pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia.

9. Memberikan dukungan kepada pelaksanaan kegiatan kerjasama pemerintah-swasta atau Public Private Partnership. (http://finance.detik.com/).Pertimbangan dalam penyusunan dan penetapan APBN 2012 sudah lebih baik dibanding tahun sebelumnya dengan harapan dapat dirasakan oleh kepentingan publik yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar per individu rakyat, bukan seperti APBN yang selama ini disusun kurang menyentuh kepentingan pubik. Anggaran yang telah disusun tersebut harus ada pengawasan agar tidak terjadi penyelewengan anggaran, dan program kerja dapat dicapai secara maksimal. Selain iitu, belanja APBN seharusnya disusun dengan memperhatikan indikator jumlah penduduk miskin, angka pengangguran, angka buta huruf dan problem sosial lain yang dihadapi masarakat. Dengan demikian belanja APBN dialokasikan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut sehingga jaminan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat terpenuhi.

Di sisi lain, penerimaan APBN hendaknya di rancang dengan memperhatikan sumber-sumber penerimaan strategis barang negara seperti bahan tambang dan sumber daya alam lainnnya, zakat atau shodaqoh, dll. Dalam kaitannya dengan pemerimaan APBN, pemerintah membuat kebijakan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang strategis. Sumber-sumber ekonomi hendaknya diklasifikasinya berdasarkan kewenangan kepemilikannya.3.3 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Pada Proses Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)Tahun 2012.Penerapan penyusunan anggaran berbasis kinerja menekankan pada ketersediaan rencana kerja yang benar-benar mencerminkan komitmen kementerian negara/lembaga sebagai bagian dari proses penganggaran. Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.Sejalan dengan amanat UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, anggaran berbasis kinerja di sektor publik diterapakan secara penuh. Pelaksanaan anggaran tersebut bisa dinilai dari kemanfaatan dan kegunaannya bagi masyarakat. Pengelompokan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan tidak boleh digunakan lagi, sebab praktiknya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran.

Nota keuangan RUU APBN 2012 dinilai masih belum ideal dan berkualitas. Perlunya pembenahan fundamental postur, struktur, dan cara pikir penyusunan APBN 2012 agar mampu mencerminkan fungsi anggaran sebagai stimulus penggerak ekonomi nasional. Postur belanja rutin pemerintah pusat dalam RAPBN 2012 menunjukkan peningkatan di beberapa pos, seperti belanja pegawai menjadi Rp 215,7 T, belanja modal menjadi Rp168,1 T. Adapun belanja pemerintah pusat yang mengalami penurunan di antaranya belanja barang yang alokasinya turun Rp 4,3T atau 3%, belanja subsidi turun Rp 28,3 T atau 11,9%, dan anggaran Bansos Rp18,2 T atau 22,3%. Meskipun mengalami peningkatan, porsi belanja modal masih 17,6% dari keseluruhan belanja pemerintah pusat. Artinya, porsi belanja modal masih berada di bawah porsi belanja pegawai yang tercatat sebesar 22,6% dari total belanja pemerintah pusat, dan belanja subsidi yang mencapai 21,9%. (www.komhukum.com).Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2012 dinilai belum menunjukkan komitmen politik pemerintah dan DPR kepada masyarakat. Pasalnya, pengalokasian anggaran lebih banyak untuk kepentingan birokrasi dan memfasilitasi kebutuhan konsumtif para pejabat. Proses penganggaran Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2012 dinilai tidak berbasis pada kinerja masing-masing kementerian dan lembaga. Pada akhirnya, setiap tahun alokasi dana APBN banyak tersandera untuk memenuhi kebutuhan rutin, belanja pegawai dan para pejabat. Penyusunan RAPBN yang tertutup memberi peluang tehadap kebocoran anggaran, karena adanya manipulasi data.

Guna menghindari kebocoran tersebut penyusunan RAPBN perlu melewati proses penganggaran yang berbasis kinerja. Bahkan, RKA-KL (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan Lembaga) tidak memiliki basis kinerja yang jelas, karena ada indikasi oligarki dan KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Perencanaannya pun harus tersusun secara sistematis dan mau menerima masukan. Selama ini RKA-KL tidak menjalankan itu dengan baik.

Proses penyusunan RAPBN yang selama ini terjadi belum secara jelas memiliki keterkaitan antara stabilitas fiskal makro, alokasi sumber daya sesuai prioritas dan pemanfaatan anggaran yang efektif dan efisien. Padahal, sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran harus berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi, dan pemerataan pendapatan.

Seharusnya dalam penyusunan RAPBN perlu adanya pengetatan pada sektor-sektor berhubungan dengan kebutuhan rutin aparatur. Di sisi lain, perlu adanya perluasan pada alokasi sektor-sektor yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, hak-hak dasar publik, seperti kesehatan, pendidikan dan yang lainnya. Postur RAPBN 2012 ini perlu diperhatikan secara serius oleh pemerintah. Karena jika rancangan ini tidak terjadi perubahan, maka APBN 2012 makin menunjukkan adanya distorsi pada saat proses penganggarannya. Selain itu, dalam proses alokasinya juga tidak mencerminkan distribusi yang adil pada konteks akuntabilitas.

3.4 Peranan DPR dalam Proses Penyusunan dan Penetapan APBN Tahun 2012.Menurut Indra Bastian (2006:201) peranan DPR dalam proses pembaharuan pengelolaan anggaran negara dapat dioptimalkan pada tahap kedua proses anggaran yaitu tahap pengkajian dan persetujuan anggaran. Pada tahap ini DPR terlibat secara penuh dan intensif untuk mendiskusikan proposal anggaran yang diajukan pemerintah. Pemerintah Pusat mengajukan rancangan anggaran (RAPBN) ke DPR untuk tahun 2012 naik menjadi Rp 1.418 T dari tahun ini sebesar Rp 1.320 T. Ironisnya, kenaikan anggaran tersebut masih banyak yang dialokasikan untuk belanja rutin pemerintah pusat. Bila pada TA 2011 alokasi belanja rutin pemerintah pusat adalah sebesar Rp 625 T (47% dari total APBN 2011 sebesar Rp 1.320 T), maka pada TA 2012 dialokasikan Rp 724 T (51% dari total budget APBN 2012 sebesar Rp 1.418 T). Dengan demikian, ada kenaikan belanja rutin sebesar Rp 99 T. Anggaran belanja rutin TA 2012 sebesar Rp 724 T itu, dialokasikan 8 pos keuangan, yaitu untuk 1) pemeliharaan aset Rp 11,7 T, 2) belanja pegawai pemerintah pusat Rp 215,7 T, 3) pembayaran bunga utang Rp 123 T, 4) perjalanan dinas Rp 23,0 T, 5) pembayaran pokok utang Rp 47,2 T, 6) Dana Alokasi Umum (DAU) Rp 269,5 T, 7) tambahan penghasilan guru Rp 2,8 T, dan 8) tunjangan profesi guru Rp 30,5 T.

Pada APBN 2012 alokasi untuk gaji pegawai pemerintah pusat sebesar Rp 215,7 T diperuntukan bagi 135 kementerian/lembaga, yang terdiri dari 101 lembaga non struktural, dan 34 kementerian/lembaga. Sedangkan alokasi anggaran tahun 2012 untuk gaji pegawai untuk 524 pemda hanya sebesar Rp 269 T. Alokasi anggaran untuk gaji pegawai ini terkesan ada kesenjangan antara pemerintah pusat dengan pemda. Belanja Modal nampak terlalu kecil bila dibandingkan dengan belanja pegawai. TA 2011 saja belanja modal Rp 141 T, dan pada TA 2012 belanja modal naik menjadi Rp 168 T, padahal berguna untuk pembangunan. Belanja pegawai TA 2011 Rp 430 T, pada TA 2012 belanja pegawai naik, pemerintah mengalokasikan sebesar Rp 518T (Rp 215,7 T + 269 T + 2,8 T + 30,5T). (www.komhukum.com)

Kenaikan alokasi anggaran belanja rutin pemerintah ini sangat memprihatinkan jika dibandingkan dengan alokasi anggaran untuk rakyat miskin yang hanya sebesar Rp 60 T, sehingga RAPBN 2012 ini nampak tidak sehat, karena terlalu banyak untuk kepentingan belanja birokrat. DPR harus cakap dalam menghadapi anggaran yang diajukan oleh pemerintah, karena pada kondisi penyusunan dan penetapan APBN TA 2012 ini DPR menyetujui kenaikan alokasi anggaran gaji dan pegawai, sedangkan angka kemiskinan, tingkat pengangguran, tingkat melek huruf/ pendidikan, dan masalah sosial lainnya hendaknya dijadikan kerangka antara dalam penyusunan APBN kurang diperhatikan. Alokasi anggaran yang diajukan melalui RAPBN TA 2012 dari pemerintah, keliatan besar untuk belanja rutin maupun gaji pegawainya. Pemerintah gagal melakukan reformasi birokrasi. Paradigma reformasi birokrasi yang dilakukan pemerintah pusat rupanya bukan untuk meningkatkan pelayanan kepada publik dan kinerja birokrat, tetapi lebih hanya sekadar retorika.Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2012 yang lebih realistis dan lebih adil berpihak kepada rakyat. Politik anggaran yang mengutamakan pencitraan pemerintahan, ditandai dengan subsidi besar tetapi salah sasaran, harus dihentikan. Pemihakan anggaran untuk memperkuat landasan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan meningkatkan alokasi anggaran pembangunan atau belanja modal secara signifikan harus menjadi prioritas utama. Dengan cara itu, APBN diharapkan bisa lebih adil dirasakan rakyat dan dapat diandalkan untuk mengatasi masalah pengangguran serta kemiskinan yang masih membelit puluhan juta warga.

Jadi berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan DPR dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran harus nampak dalam efisiensi dan efektifitas pelaksaaan fungsi-fungsi yang dimiliki DPR salah satunya fungsi penganggaran, dimana dalam fungsi ini dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang APBN yang diajukan oleh pemerintah. Dalam penyusunan APBN tidak hanya dibahas dan ditentukan pengalokasian anggaran untuk setiap lembaga negara atau instansi, tetapi yang lebih penting adalah pembahasan program dan kegiatan yang akan dilakukan.

Melalui pembahasan tersebut, anggota DPR ikut menentukan dan menjaga agar program dan kegiatan yang akan dilakukan setiap lembaga dan instansi benar-benar diarahkan untuk kepentingan rakyat sesuai dengan amanat dan aspirasi rakyat yang diwakili. Selain itu, DPR mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembaharuan pengelolaan anggaran, sehingga pemberdayaan DPR merupakan elemen kunci yang harus direalisasikan karena akan berpengaruh signifikan terhadap Siklus Keuangan Negara.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN4.1 Simpulan1. Perubahan format APBN menjadi I-Account, dilakukan dengan harapan bahwa nilai (Rupiah) yang dialokasikan dalam penyusunan anggaran untuk belanja Kementerian Lembaga merupakan nilai yang optimal dan efisien, sesuai dengan keperluan dan tujuan utama dari belanja tersebut. Sehingga pemborosan atau inefisiensi anggaran serta penambahan pinjaman dapat ditekan seminimal mungkin dengan tidak mengabaikan prioritas kepentingan nasional.2. Pertimbangan dalam penyusunan dan penetapan APBN yang pro-rakyatharus dapat dirasakan oleh kepentingan publik. Belanja APBN seharusnya disusun dengan memperhatikan indikator jumlah penduduk miskin, angka pengangguran, angka buta huruf dan problem sosial lain yang dihadapi masarakat. Melalui penyusunan APBN yang pro-rakyat tersebut, alokasi dana disediakan untuk pengeluarkan yang benar-benar menyentuh problem utama ekonomi dengan tujuan agar distribusi pendapatan diantara rakyat tidak menimbulkan kemiskinan dan pengangguran serta masalah-masalah sosial lainnya.

3. Implementasi penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2012 dinilai belum menunjukkan komitmen politik pemerintah dan DPR kepada masyarakat karena pengalokasian anggaran lebih banyak untuk kepentingan birokrasi dan memfasilitasi kebutuhan konsumtif para pejabat, alokasi dana APBN banyak tersandera untuk memenuhi kebutuhan rutin, belanja pegawai dan para pejabat. Penyusunan RAPBN yang tertutup memberi peluang tehadap kebocoran anggaran, karena adanya manipulasi data.4. DPR dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran tahun 2012 yang mempunyai fungsi penganggarandan peranan yang sangat penting dalam pembaharuan pengelolaan anggaran dinilai kurang cakap dalam menghadapi anggaran yang diajukan oleh pemerintah, karena pada kondisi penyusunan dan penetapan APBN TA 2012. DPR menyetujui kenaikan alokasi anggaran gaji dan pegawai, sedangkan angka kemiskinan, tingkat pengangguran, tingkat melek huruf/ pendidikan, dan masalah sosial lainnya hendaknya dijadikan kerangka antara dalam penyusunan APBN kurang diperhatikan.

4.2 Saran

1. Perubahan format APBN menjadi I-Account harus menjadi dasar agar dalam penyusunan anggaran harus memperhatikan prioritas kepentingan nasional, yang berorientasi pada kesejahteran rakyat. 2. Hendaknya penyusunan APBN berpijak pada kaedah-kaedah problem ekonomi yang terdiri dari angka kemiskinan, tingkat pengangguran, tingkat melek huruf/ pendidikan, dan masalah sosial lainnya hendaknya dijadikan kerangka antara dalam penyusunan APBN. Dengan dimasukan komponen tersebut sebagai pertimbangan utama dalam penyusun APBN, maka keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya dilihat dari capaian angka pertumbuhan ekonomi, tetapi yang paling utama adalah keberhasilan pemerintah mengatasi atau mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.3. Proses penyusunan RAPBN harus secara jelas memiliki keterkaitan antara stabilitas fiskal makro, alokasi sumber daya sesuai prioritas dan pemanfaatan anggaran yang efektif dan efisien. Sehingga instrumen kebijakan ekonomi, anggaran harus berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi, pemerataan pendapatan, serta tercapainya keejahteraan rakyat.4. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2012 yang lebih realistis dan lebih adil berpihak kepada rakyat.RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM)

RKA-KL

Rancangan APBN

RENCANA KERJA PEMERINTAH

(RKP)

Rancangan Anggaran K/L

Program & Kegiatan Unit Kerja

Arah dan Kebijakan Umum

Visi, Misi, Tupoksi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Program

Strategi & Prioritas APBN

Pokok-pokok kebijakan fiscal & kerangka ekonomi makro

(Mei)

Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementrian berdasarkan PP

Pembahasan RUU tentang APBN dilakukan sesuai dengan UU yang mengatur susunan dan kedudukan DPR & dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU tentang APBN

Menteri Keuangan, sebagai bahan penyusunan RUU tentang APBN

Dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN

Pemerintah Pusat mengajukan RUU tentang APBN, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya (Bulan Agustus)

Dibahas bersama Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN Membahas, kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementrian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran

Apabila DPR tidak menyetujui RUU tersebut, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggin-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya

Revisi jika ada perubahan dari tindak lanjut usulan DPR

Pembahasan revisi dan pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU tentang APBN dilakukan sebelum awal november

Pembahasan RUU tentang APBN dilakukan sesuai dengan UU yang mengatur susunan dan kedudukan DPR & dapat mengajukan usulyang mengakibatkan perubahanjumlah penerimaan danpengeluaran dalam RUU tentangAPBN

APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja

26