apasih wakwaw

22
BAB II DASAR TEORI 2.1 Batuan 2.1.1 Definisi Batuan Berbagai definisi dari batuan sebagai objek dari mekanika batuan telah diberikan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan. 1. Menurut para geologiawan : a. Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu membentuk kulit bumi. b. Batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang dapat dibagi atas : - Batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock) - Batuan yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated rock) 2. Menurut para ahli teknik sipil khususnya para ahli geoteknik : a. Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan solid dari kulit bumi. b. Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah terkonsolidasi dan tidak dapat

description

wakwaw

Transcript of apasih wakwaw

Page 1: apasih wakwaw

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Batuan

2.1.1 Definisi Batuan

Berbagai definisi dari batuan sebagai objek dari mekanika batuan telah diberikan

oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan.

1. Menurut para geologiawan :

a. Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu

membentuk kulit bumi.

b. Batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang dapat

dibagi atas :

- Batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock)

- Batuan yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated rock)

2. Menurut para ahli teknik sipil khususnya para ahli geoteknik :

a. Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan solid dari kulit bumi.

b. Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah

terkonsolidasi dan tidak dapat digali dengan cara biasa, misalnya dengan

cangkul dan belincong.

3. Menurut TALOBRE (17), orang yang pertama kali yang memperkenalkan

Mekanika Batuan di Prancis pada tahun 1948. Batuan adalah material yang

membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada di dalamnya (seperti air,

minyak dll).

4. Menurut ASTM :

Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa

massa yang berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.

5. Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak

mempunyai komposisi kimia tetap.

Page 2: apasih wakwaw

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan tidak sama dengan tanah.

Tanah dikenal sebagai material yang “mobile”, rapuh dan letaknya dekat dengan

permukaan bumi.

2.1.2 Sifat Batuan

Sifat batuan yang sebenarnya di alam adalah :

1. Heterogen

a. Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda.

b. Ukuran dan bentuk partikel/butir berbeda di dalam batuan.

c. Ukuran, bentuk dan penyebaran void berbeda di dalam batuan.

2. Diskontinu

Massa batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya bidang-

bidang lemah (crack, joint, fault, fissure) dimana kekerapan, perluasan dan

orientasi dari bidang-bidang lemah tersebut tidak kontinu.

2.1.3 Sifat Fisik Dan Sifat Mekanik Batuan

Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah : bobot isi (density),

porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik batuan antara lain kuat tekan,

kuat tarik, kuat geser dan juga sudut geser dalam batuan.

1. Bobot isi batuan

Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka gaya penggerak yang

menyebabkan lereng longsor juga semakin besar. Dengan demikian

kestabilan lereng semakin berkurang.

2. Porositas batuan

Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan

demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kestabilan

lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori

Page 3: apasih wakwaw

yang akan memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat

geser kecil akan lebih mudah longsor.

Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :

= C + ( - ) tan

dimana :

= kuat geser batuan (ton/m2)

C = kohesi (ton/m2)

= tegangan normal (ton/m2)

= sudut geser dalam (angle of internal friction)

3. Kandungan air dalam batuan

Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi

semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat geser batuannya

menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang.

4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan

Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined and

unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser

(shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan, kuat tarik dan kuat

geser besar akan lebih stabil (tidak mudah longsor).

5. Sudut geser dalam (angle of internal friction)

Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan semakin

besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil.

2.1.3.1 Penentuan Sifat Fisik Batuan

1. Penimbangan berat contoh

a. Berat contoh asli (natural) : Wn

b. Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam

dengan temperatur kurang lebih 90o C) : Wo

c. Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) : Ww

Page 4: apasih wakwaw

d. Berat contoh jenuh tergantung di dalam air : Ws

e. Volume contoh tanpa pori-pori : Wo – Ws

f. Volume contoh total : Ww – Ws

2. Sifat fisik batuan

a. Bobot isi asli (natural density) = Wn

Ww−Ws

b. Bobot isi kering (dry density) = Wo

Ww−Ws

c. Bobot isi jenuh (saturated density) = Ws

Ww−Ws

d. Apparent specific gravity = Wo

Ww−Ws / bobot isi air

e. True specific gravity = Wo

Wo−Ws/ bobot isi air

f. Kadar air asli (natural water content) = Wn−Wo

Wo x 100%

g. Saturated water content (absorption) = Ww−Wo

Wo x 100%

h. Drajat kejenuhan = Wn−WoWw−Wo

x 100%

i. Porositas = Ww−WoWw−Ws

x 100%

j. Void ratio (e) = n

1−n

2.1.3.2 Sifat Mekanik Batuan

Beberapa pengujian yang dilakukan untuk menentukan sifat mekanik batuan

diantaranya adalah:

a. Test Uji kuat tekan uniaksial (Unconfined Compressive test).

b. Uji kuat tarik (Indirect Tensile Strength test).

c. Uji beban titik (Point Load test/ Test Franklin).

d. Uji triaksial (Triaxial Compression test).

Page 5: apasih wakwaw

e. Uji kuat geser langsung (Punch Shear test).

f. Uji kuat geser pada σn tertentu (Direct-box Shear Strength test).

g. Uji kecepatan gelombang ultrasonic (Ultrasonic Velocity).

2.2 Struktur Geologi

2.2.1 Jurus (Strike) Struktur Bidang

Sebuah garis jurus (stike line) dapat didefinisikan sebagai sebuah garis horizontal

yang terletak pada suatu struktur bidang. Sebuah garis jurus pada suatu struktur

bidang dapat dibayangkan sebagai perpotongan antara bidang horizontal imajiner

dengan struktur bidang tersebut (ingat bahwa perpotongan antara dua buah bidang

adalah sebuah garis).

Di beberapa lokasi tertentu di lapangan, garis jurus dapat dilihat secara langsung,

misalnya di tebing-tebing yang berada di pinggir laut yang tenang. Perpotongan

antara permukaan laut dengan permukaan tebing merupakan garis jurus pada

permukaan tebing tersebut. Tebing A memiliki jurus N-S, Tebing B memiliki jurus

NE-SW, dan Tebing C memiliki jurus E-W.

Gambar 2.1 Ilustrasi penggambaran strike

Jurus suatu struktur bidang pada lokasi tertentu adalah sudut antara garis jurus

dengan utara sebenarnya. Dengan kata lain, jurus adalah sudut antara garis horizontal

Page 6: apasih wakwaw

padasuatu struktur bidang dengan utara sebenarnya. Jurus merupakan besaran sudut

yangdiukur dalam satuan derajat (°) dengan menggunakan kompas.

2.2.2 Kemiringan (Dip) Struktur Bidang

Kemiringan sebenarnya (true dip) dari suatu struktur bidang adalah sudut antara

struktur bidang tersebut dan sebuah bidang horizontal yang diukur pada bidang

vertikal tertentu. Bidang vertikal yang tertentu ini memiliki orientasi yang tepat tegak

lurus dengan garis jurus. Pada sebuah struktur bidang, kemiringan sebenarnya selalu

merupakan kemiringan lereng yang paling besar, dan arah kemiringan sebenarnya

merupakan arah yang tepat tegak lurus jurus. Arah kemiringan sebenarnya selalu

ditentukan pada arah turun lereng (downslope).

Gambar 2.2 Konsep arah dip dan Sudut dip

Kemiringan dideskripsikan sebagai sudut yang memiliki besar antara 0° dan 90°.

Bidang dengan kemiringan 0° adalah bidang horizontal, sedangkan bidang dengan

kemiringan 90° adalah bidang vertikal. Pada umumnya, kemiringan antara 0° dan

20° dianggap sebagai kemiringan landai (shallow), kemiringan antara 20° dan 50°

dianggap sebagai kemiringan sedang (moderate), dan kemiringan antara 50° dan 90°

dianggap sebagai kemiringan terjal (steep) (Gambar 2.3). Untuk lapisan terbalik

Page 7: apasih wakwaw

(overturned), kemiringan tetap dideskripsikan sebagai sebuah sudut yang lebih kecil

daripada 90°, tetapi pada peta digunakan simbol yang berbeda. Gambar dibawah ini

menunjukkan adanya lipatan terbalik (overturned) dan anah-panah di dalam lapisan

menunjukkan stratigrafi ke arah muda.

Gambar 2.3 Klasifikasi untuk kemiringan sebuah lapisan

2.2.3 Penulisan Strike Dan Dip Struktur Bidang

Dengan menggunakan cara penulisan jurus dan kemiringan, pendeskripsian

kedudukan struktur bidang dengan angka jurus dan angka kemiringan saja tidak

dapat secara unik mendefinisikan kedudukan suatu struktur bidang. Sebagai contoh,

sebuah struktur bidang dengan jurus E-W dapat miring ke arah N atau S, dan sebuah

struktur bidang dengan jurus N40°E dapat miring ke arah SE atau NW. Karena itu,

untuk cara penulisan jurus dan kemiringan, arah umum dari kemiringan harus

disertakan dalam pendeskripsian suatu struktur bidang.

Dalam pendeskripsian kedudukan struktur bidang, arah pasti dari kemiringan tidak

diperlukan karena arah kemiringan selalu tepat 90° dari jurus. Sebagai contoh, adalah

cukup untuk menuliskan dan menyebutkan bahwa struktur bidang dengan jurus

N30°E memiliki kemiringan misalnya 24°NW. Arah kemiringan dari struktur bidang

ini secara otomatis dapat diketahui yaitu N120°E.

2.3 Proyeksi Stereografis

Page 8: apasih wakwaw

Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari permukaan

sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang dan garis (Ragen, 1985).

Proyeksi ini hanya menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi bidang dan

garis, sehingga hanya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang

berkaitan dengan geometri (besaran arah dan sudut) saja. Analisis geometri struktur

geologi atau bidang-bidang diskontinu menerapkan prinsip-prinsip proyeksi

stereografis menggunakan stereonet, berupa Wulf Net, Schmidt Net, Equal Area Net,

Polar Net dan Karlbeek Counting Net. (Setiadji, 2009).

Proyeksi stereografi merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang

atau garis dengan suatu bidang proyeksi yang berupa bidang horizontal yang melalui

sebuah bola. Dengan proyeksi stereografis antara lain kita dapat menentukan:

a. Distribusi bidang lemah

Di lapangan sebenarnya orientasi bidang-bidang lemah batuan (struktur geologi)

sangat bervariasi, tetapi pada dasarnya mempunyai pola-pola tertentu yang

menunjukkan atau memperlihatkan bahwa pola tersebut mengikuti sebuah

sistem bidang lemah tertentu (bidang perlapisan atau sistem kekar set tertentu).

b. Kehadiran bidang lemah (hasil analisis stereografis)

Dengan proyeksi stereografis, yang pada hakekatnya adalah suatu metode

statistik, penyebaran orientasi bidang lemah tersebut dapat dikelompokkan

dalam beberapa sistem yang masing-masing relatif sama/ berkelompok (mode).

Dalam suatu populasi bidang lemah bisa terdapat satu, dua, atau lebih kelompok

populasi atau bahkan ada yang tidak dapat dikelompokkan (random dan tersebar

secara merata).

c. Arah kemiringan bidang lemah

Dari proyeksi stereografis dapat dilihat bahwa di suatu daerah penyebaran

bidang lemah tertentu bisa terdapat beberapa arah kemiringan bidang yang

masing-masing mewakili (mempresentasikan) kelompoknya (misalnya: bidang

sesar, beberapa bidang perlapisan, dan beberapa kekar/joint set).

d. Populasi, orientasi, dan kerapatan struktur (kekar)

Dalam keadan tertentu, terutama pada daerah dengan sejarah tektonik yang kuat,

bidang-bidang lemah (terutama kekar) bisa terbentuk secara insentif, rapat, dan

Page 9: apasih wakwaw

dengan orientasi strike/dip yang sangat bervariasi sehingga tidak ada yang

dominan. Keadaan tersebut akan membuat hasil proyeksi stereografis tidak

memberikan suatu pola/ pengelompokkan tertentu, tetapi menggambarkan

penyebaran kutub bidang lemah yang merata pada seluruh bidang proyeksi

(random).

2.4 Karakteristik Bidang Diskontinu

Secara umum bidang diskontinu merupakan bidang yang membagi-bagi massa

batuan menjadi bagian-bagian yang terpisah. Menurut Priest (1993), bidang

diskontinu adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada bagian yang memiliki kuat

tarik yang paling lemah dalam batuan. Menurut Gabrielsen (1990), keterjadian

bidang diskontinu tidak terlepas dari masalah perubahan steress (tegangan), strain

(regangan), temperature, mineralisasi dan rekristalisasi yang terjadi dalam waktu

yang panjang.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bidang diskontinu terbentuk

karena tegangan tarik yang terjadi pada batuan. Hal ini yang membedakan antara

diskontinuitas yang alami, yang terbentuk oleh peristiwa geologi dan geomorfologi,

dengan diskontinuitas non alami yang terbentuk dari aktivitas manusia seperti

pengeboran, peledakan, dan proses pembongkaran material batuan. Secara tiga

dimensi, struktur diskontinuitas pada batuan disebut sebagai struktur batuan

sedangkan batuan yang tidak pecah disebut sebagai material batuan yang bersama

struktur batuan, membentuk massa batuan.

Beberapa macam bidang diskontinu yang digolongkan berdasarkan ukuran dan

komposisi bidang diskontinu adalah sebagai berikut:

1. Fault atau patahan

Fault atau patahan adalah bidang diskontinu yang secara jelas memperlihatkan

tanda-tanda bidang tersebut mengalami pergerakan. Tanda-tanda tersebut

diantaranya adalah adanya zona hancuran maupun slickensided atau jejak yang

Page 10: apasih wakwaw

terdapat disepanjang bidang fault. Fault dikenal sebagai weakness zone karena

akanmemberikan pengaruh pada kestabilan massa batuan dalam wilayah yang luas.

2. Joint atau kekar

Berdasarkan ISRM (1980), joint atau kekar adalah bidang diskontinu yang terbentuk

secara alami tanpa ada atnda-tanda pergerakan yang terlihat.

Joint berdasarkan lokasi keterjadiannya dapat dikelompokkan menjadi:

Foliation joint adalah bidang diskontinu yang terbentuk sepanjang bidang foliasi

pada batuan metamorf.

Bedding joint adalah bidang diskontinu yang terbentuk sepanjang bidang

perlapisan pada batuan sedimen.

Tecktonic joint (kekar tektonik) adalah bidang diskontinu yang terbentuk karena

tegangan tarik yang terjadi pada proses pengangkatan atau tegangan lateral, atau

efek dari tekanan tektonik regional (ISRM, 1975). Kekar tektonik pada

umumnya mempunyai permukaan datar (planar), kasar (rough) dengan satu atau

dua joint set.

3. Frackture

Fracture adalah bidang diskontinu yang terbentuk karena adanya proses pelipatan

dan patahan yang intensif. Frackture adalah istilah umum yang dipakai dalam

geologi untuk semua bidang diskontinu. Namun istilah ini jarang untuk kepentingan

yang berhubungan dengan rock engineering dan engineering geology.

4. Crack

Crack adalah bidang diskontinu yang berukuran kecil atau tidak menerus (ISRM,

1975). Namun dibeberapa rock mechanic engineer menggunakan istilah fracture dan

crack untuk menjelaskan pecahan atau crack yang terjadi pada saat pengujian batuan,

peledakan dan untuk menjelaskan mekanisme pecahnya batuan.

5. Rupture

Page 11: apasih wakwaw

Rupture atau pecahan adalah bidang dikontinu yang terjadi karena proses ekskavasi

atau pekerjaan manusia yang lain.

6. Fissure

Fissure adalah bidang diskontinu yang berukuran kecil, terutama yang tidak terisi

atau terbungkus oleh material isian.

7. Bedding (bidang perlapisan)

Merupakan istilah bidang perlapisan pada batuan sedimen. Bedding terdapat pada

permukaan batuan yang mengalami perubahan ukuran dan orientasi butir dari batuan

tersebut serta perubahan mineralogi yang terjadi selama proses pembentukan batuan

sedimen.

8. Shear

Shear adalah bidang pergeseran yang berisi material hancuran akibat tergerus oleh

pergerakan kedua sisi massa batuan dengan ukuran celah yang lebih lebar dari kekar.

Ketebalan material hancuran ini bervariasi dari ukuran beberapa millimeter sampai

meter.Diskontinuitas adalah suatu istilah untuk gabungan semua struktur pada

material material geologi yang biasanya memiliki kekuatan tarik Dari 0 – rendah,

yang juga dapat ditanggulangi (Glossary of Geology, 1997 op cit. Hendarsin, 2003).

Keberadaan diskontinuitas akan mempengaruhi kestabilan lereng oleh sifat-sifat

diskontinuitas yang dimilikinya. Sifat-sifat geometri yang dimiliki diskontinuitas,

antara lain:

a. Orientasi Kekar (Joint Orientation)

kedudukan dari bidang diskontinu yang meliputi arah dan kemiringan bidang. Arah

dan kemiringan bidang diskontinu biasanya dinyatakan dalam (Strike/ Dip) atau (Dip

Direction/ Dip).

b. Jarak antar kekar (spacing)

Page 12: apasih wakwaw

Menurut ISRM, jarak antar (spasi) kekar adalah jarak tegak lurus antara bidang kekar

yang berdekatan dalam satu set kekar.

Tabel 2.1 Klasifikasi spasi kekar (ISRM, 1978)

Diskripsi Spasi Kekar (mm)

Sangat-sangat rapat (extremly close)

Sangat rapat (very close)

Rapat (close)

Sedang (moderate)

Lebar (wide)

Sangat lebar (very wide)

Sangat-sangat lebar (extremely wide)

< 20

20 – 60

60 – 200

200 – 600

600 – 2000

2000 – 6000

> 6000

c. Deskripsi permukaan (roughness)

Tingkat kekasaran permukaan kekar dapat dilihat dari bentuk gelombang

permukaannya. Gelombang ini diukur relatif dari permukaan datar dari kekar.

Semakin besar kekasaran dapat menambah kuat geser kekar dan dapat juga

mengubah kemiringan pada bagian tertentu dari kekar tersebut.

d. Bukaan (aperture)

Merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan yang berdekatan pada bidang

dikontinu. Celah tersebut dapat berisi material pengisi (infilling) atau tidak.

e. Kemenerusan (persistence)

Panjang dari suatu kekar dapat dikuantitasifikasi secara kasar dengan mengamati

panjang kekar pada suatu bukaan. Pengukuran ini masih sangat kasar dan belum

mencerminkan kondisi kemenerusan kekar sesungguhnya. Seringkali panjang jejak

kekar pada suatu bukaan lebih kecil dari panjang kekar sesungguhnya, sehingga

kemenerusan yang sesungguhnya hanya dapat ditebak. Jika jejak sebuah kekar pada

Page 13: apasih wakwaw

suatu bukaan berhenti, terpotong kekar lain atau terpotong oleh solid/massive rock,

ini menunjukan adanya kemenerusan.

f. Set diskontinuitas (joint set)

Adalah sejumlah joint yang memiliki orientasi relatif sama, atau sekelompok Joint

yang pararel.

2.5 Teori Block

2.5.1 Turunan blok

Sebuah Blok adalah wilayah titik temu dari setengah bagian dan dibentuk oleh

terputusnya bangunan yang membentuk blok utuh. Setiap keterputusan digambarkan

dalam dua parameter: sudut dip α dan dip direction β. Jika D adalah panjang garis

tegak lurus dari titik asal hingga titik putus atau bidang lereng, persamaan dari

bidang ketidakmenerusan didapat dari:

(sinα sinβ) X + (sinα cosβ) Y + (cosα) Z=D

Pada umumnya blok dapat dibuat oleh persimpangan garis atas dan bawah wilayah

yang berhubungan pada setiap titik putus. Sudut blok dihitung saat titik

persimpangan berada di tiga bidang berbeda. Hanya sedikit sudut yang berasal dari

blok yang dipertimbangkan. Dalam menghitung volume dari segala jenis blok,

biasanya dibagi dalam segiempat sehingga dapat dibuat rumus umum dengan analisis

vector.

2.5.2 Jenis-jenis blok

Page 14: apasih wakwaw

Ada lima tipe blok dalam teori blok. Blok tak terbatas (tipe V) jika tidak ada

penggalian berisiko. Blok terbatas dibagi menjadi tipe yang tak dapat dipindahkan

dan dapat dipindahkan. Blok terbatas tidak dapat dipindahkan dikarenakan oleh

bentuknya yang lancip (tipe IV). Dan tiga lainnya (III,II,I) adalah blok yang dapat

dipindahkan. Stabilitasnya tergantung pada orientasi gaya penghasil, ketahanan friksi

dari ketidakmenerusan dan implementasi pendukung, dan sebagainya.

2.5.3 Determinasi dari blok yang dapat dipindahkan

Blok-blok dipisahkan oleh ketidakmenerusan dan setengah wilayah kemiringan batu.

Ketidakmenerusan tersebut dari setengah wilayah blok menetapkan piramida kekar

(joint pyramid). Kemiringan bagian tersebut menunjuk pada excavation pyramid

(EP). Piramida blok (BP) kemudian menjadi persimpangan dari JP dan EP untuk

menjadi blok utama:

BP=JPᴖEP

JIka BP kosong (ȹ), blok tersebut tidak terbatas.

JPᴖEP=ȹ

Ketika blok terbatas tidak dapat dipindahkan (tipe IV, meruncing) atau dapat

dipindahkan berdasarkan kondisi tersebut.

Blok dapat dipindahkan jika BP=ȹ dan JP≠ȹ dan menjadi tidak dapat dipindahkan

jika BP=ȹ dan JP=ȹ.

2.5.4 Kesalahan cara blok yang dapat dipindahkan

Hanya blok yang dapat dipindahkan yang memerlukan analisis lebih jauh. Ada tiga

kesalahan yang dipertimbangkan. Antara lain pengangkatan (penjatuhan), pergeseran

bidang tunggal, dan pergeseran pada titik temu dua bidang.

Page 15: apasih wakwaw

Cara Pengangkatan dan penjatuhan terjadi ketika tidak ada perpotongan yang

tersambung dan arah pergeseran sepanjang gaya penghasil. Dalam kasus pergeseran

bidang tunggal, hanya ada satu ketidakmenerusan dan arah pergeseran sepanjang

proyeksi orthogonal dari gaya hasil pada bidang tersebut. pada pergeseran di titik

temu dua bidang, ada dua ketidakmenerusan dan arah pergeserannya sepanjang titik

temu dari dua bidang tersebut. Analisis kinematik digunakan untuk menetapkan arah

pergeseran dari blok yang dapat dipindahkan telah dikembangkan dalam teori blok.

2.5.5 Analisis stabilitas keseimbangan pergeseran

Dari analisis kinematik pada kesalahan gaya untuk blok yang dapat berpindah, satu

yang dapat menghasilkan informasi untuk mengidentifikasi kemungkinan kondisi

pergeseran dari perpindahan blok. Jika perpindahan blok untuk kemiringan batu tidak

memiliki kesalahan gaya, pasti akan tercipta kestabilan dan keamanan.

Pendekatan yang inovatif untuk mengkombinasi kondisi kinematik dan analisis

stabilitas dari keseimbangan pergeseran untuk perpindahan blok, dikembangkan

dapal teori blok melalui konstruksi keseimbangan wilayah pergeseran dari proyeksi

stereografik. Pada wilayah keseimbangan pergeseran pada setiap perpindahan blok,

proyeksi stereografiknya dihasilkan dari bagian yang ditunjuk dari ketidakmenerusan

bidang dengan penggabungan dari tiga kesalahan gaya. Dalam bidang setiap

perpindahan blok, kontur dari perbedaan sudut friksi dari ketidakmenerusan juga

dibentuk untuk menghasilkan friksi untuk menstabilkan perpindahan blok. Dalam

proyeksi, lima symbol +, 0, i, ij, dan S mewakili kekuatan hasil proyeksi, wilayah

pengangkatan (penjatuhan) wilayah pergeseran bidang i, wilayah pergeseran pada

titik temu bidang i, dan j dan wilayah aman.