Apakah Stuttering Itu

download Apakah Stuttering Itu

of 9

Transcript of Apakah Stuttering Itu

Apakah Stuttering itu? Stuttering atau stummering adalah gangguan bicara dalam pelafalan kelompok kata, kata, dan suku kata, dimana terjadi pengulangan, pemanjangan, terhenti atau blocked sewaktu pengucapannya. Contoh: Pengulangan Na-na-na-na-na nama saya Arif. Saya pergi ke-ke-ke-ke-ke-ke ke sekolah. Pemanjangan Nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnama saya Arif. Ssssssssssssssssssaya pergi ke sekolah. Terhenti sejenak atau blocked Sulit untuk mengucapkan huruf atau suku kata pertama sehingga bunyi tidak keluar dan gesture sipenderita seperti orang gugup. Ada yang terhenti sejenak yang disisi dengan umm atau uuh dan ada juga yang tidak diisi sama sekali alias diam (silence) Uuh..uuh.nnnama saya Arif. Diam tidak ada suara.ssssaya pergi sekolah. Penderita yang tidak dapat melafalkan dengan baik kelompok kata, kata atau suku kata ini akan merasa marah, jengkel, malu, frustasi dan sering memaki diri sendiri karena tidak dapat melafalkan dengan baik. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, stutterer ini lebih banyak menarik diri dalam pergaulan. Karena sewaktu berkenalan, mereka bisa saja tidak dapat menyebutkan namanya sendiri atau sewaktu berbicara didepan umum tidak bisa memulai suatu pembicaraan (blocked). Terutama kalau bertemu dengan wanita cantik. Sehingga stutterer ini selalu menghindari untuk tidak banyak berbicara di depan umum seperti berpidato, berceramah atau memberikan presentasi. Kalau mereka disuruh untuk melakukannya maka keringat dingin pasti akan bercucuran duluan dan semalam tidak bisa tidur untuk menunggu esok hari. Kegiatan lain yang tidak mereka inginkan adalah menjawab atau mengangkat telefon dan memulai suatu percakapan dengan orang yang baru dikenal.

Anxiety (kecemasan)kecemasan adalah ketidak mampuan individu dalam mengendalikan emosi dan perasan antara ketakutan dan kekhawatiran (Hyun, 1999) yang kuat serta meluap-luap (Chaplin,2006 ) dan kegelisahan yang irasional (Mcloone,2006), sedang derajatnya masing-masing individu berbedabeda (Mc donald,2001;Supon, 2004). Freud juga berpendapat bahwa kecemasan merupakan pengalaman subyektif individu mengenai ketegangan-ketegangan, kesulitan-kesulitan dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman (Basuki, 1987; Hanum, 2002) Gejala umum dari kecemasan yaitu kegelisahan, kelelahan berpikir, kesulitan berkosentrasi, mudah tersinggung, tegang,mual, atau gangguan tidur . Gangguan kecemasan juga sering melibatkan gejala somatic (Mcloone, 2006) antara lain keluar keringat dingin, sulit bernafas, ganguan lambung, berdebardebar, tekanan darah meninggi dan (Baihaqi, 2007), gemetar, sesak nafas, nyeri di dada, merasa pusing, pingsan, ketegangan otot (R. Yates, 2009), buang air besar (L. Lichstein, 1988), getaran anggota tubuh dan aktivitas berlebihan dari system otonomik Ramaiah (2006). Kecemasan didefinisikan sebagai konsep yang terdiri atas dua dimensi utama, yaitu kekhawatiran (worry) dan emosionalitas (emotionally).Dimensi emosi merujuk pada reaksi fisiologis dari system saraf otonomik yang timbul akibat rangsangan atau perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksireaksi emosi terhadap hal-hal buruk yang dirasakan individu ketika menghadapi situasi yang kurang menyenangkan (Hidayah, 2004). Dimensi kekhawatiran merupakan aspek kognitip dari kecemasan yang di alami, berupa pikiran negative tentang diri dan lingkungannya dan perasaan negative terhadap kemungkinan kegagalan yang akan dihadapinya beserta konsekuensinya (Fiedman, 1997). Kekhawatiran adalah gambaran proses kognitif antisipatif yang dapat dipicu oleh pikiran yang berhubungan dengan kejadian realitis atau tidak realitis (Brown, 2006), berupa pikiran negatif tentang diri dan lingkungannya dan perasaan negatif terhadap kemungkinan kegagalan (Hidayah, 2004). Kecemasan seringkali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Jersild (dalam Trismiati, 2004) menyatakan bahwa ada dua tingkatan kecemasan. Pertama, kecemasan normal, yaitu pada saat individu masih menyadari konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas. Kedua, kecemasan neurotik, ketika individu tidak menyadari adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab cemas, kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk pertahanan diri. Menurut Bucklew (1980), para ahli membagi bentuk kecemasan itu dalam dua tingkat, yaitu: 1) Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya. 2) Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya. Berkaitan dengan sebab-sebab kecemasan, Freud (dalam Arndt, 1974; Trismiati, 2004) mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id dan tuntutan-tuntutan dari superego. Freud (Hall dan Lindzay, 1995 ; Trismiati, 2004) menyatakan bahwa ego disebut sebagai eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan

dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif ini, ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya kecemasan.

KecemasanPosted on 25 Desember 2008

Kecemasan dan tingkat kecemasan a) Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional trhadap penilaianyang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen, 1998.H. 175) Kecemasan dapat menimbulkan secara fisik maupun psikologis yang akhirnya sering mengaktifkan saraf otonom dimana detak jantung menjadi bertambah, tekanan darah naik, frekuensi nafas bertambah dan secara umun mengurangi tingkat energi pada klien, sehingga dapat merugikan individu itu sendiri (Rothrock, 1999) Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi kecemasan merupakan stressor yang dapat menurunkan system imunitas tubuh. Hal ini terjadi melalui serangkaian aksi dan diperantai oleh HPA-axis (Hipotalaus, Pitiitari dan Ardenal ). Stress dapat merangsang hipotalamus untuk meningkatkan prodoksi CRF (Cortictropin Releasing Factor) . CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitary anterior untuk meningkatkan prodoksi ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormon). Hormon ini yang akan merangsang kortek adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol inilah yang selanjutnya akan menekan system imun tubuh (Guyton & Hall, 1996). Wilson-Barnett dikutip oleh nancy roper (1996) memperlihatkan bahwa hubungan terapeutik dengan menjelaskan kepada pasien mengenai apa yang akan trjadi pada dirinya dapat mengurangi kadar ingkat kecemasannya. Adanya stress aatau ancaman terhadap keutuhan seseorang, Keamanan dan pengendalian akan menyebabkan suatu kecemasan. Penyakit merupakan salah satu stress, respon psiologikakan timbul seperti peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan ritme pernafasan dan vasokontriksi perifer. Kecemasan terjadi bila terjadi ancaman ketidak berdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, kegagalan membentuk pertahanan, perasaan terisolasi dan takut mati (Hudak & Gallo 1997). Kecemasan memberikan stimulasi system saraf otonom untuk bereaksi menyebabkan gejala tertentu misalnya dengan manifestasi peningkatan irama pernafasan (Kaplan, H. 1997). Perasaan takut atau tidak tenang yang sumbernya tidak jelas akan dapat mengancam kepribadian seseorang baik secara kisik mAaupun secara psikologis. Reaksi psiologis dapat berupa palpitasi,keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meningkat,respirasi meningkat, peristaltic usus meningkat, sedangkan reaksi psikologis dapat berupa gugup, tegang, rasa tidak enak, dan lekas terkejut (Long, 1996). Kecemasan merupakan tingkat kecemasan besar dalam mengerakan tingkah alku, rasa takut ditimbulkan oleh adanya ancaman sehingga seseorang akan menghindarkan diri. (Gunarsa, S, 1995).

b) Tingkat Kecemasan Struat & Sunden (1998, H 175) mengidentifikasikan tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi : 1) Kecemasan ringan Pada tingkat kecemasan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan. 2) Kecemasan sedang Pada ringkat ini individu lebih menfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya 3) Kecemasan berat Pada tingkat ini lahan individu sangat menurun dan cendrung memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi kecemasan, individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan. 4 ) Panik Keadaan ini mengancam pengendalian diri, individu tidak mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi keperibadian yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan motorik, menurunnya respon untuk berhubungan dengan orang lain, distory persepsi dan kehilangan pikiran yang rasional. Tingkah laku panik ini tidak mendukung kehidupan individu tersebut. Instrumen lain yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Yaitu mengukur aspek kognitif dan efektif yang meliputi (Hawari, 2001):1. Perasaan cemas, ditandai dengan : cemasan, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah tersenggung. 2. Ketegangan yang di tandai oleh : merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah, gelisah dan mudah terkejut, 3. Ketakutan ditandai oleh : Ketakutan pada gelap, Ketakutan ditinggal sendiri, Ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan orang banyak. 4. Gangguan tidur ditandai oleh : sukar untuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi yan menakutkan. 5. Gangguan kecerdasan ditandai oleh: sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat menurun. Perasaan depresi di tandai oleh : kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurangnya kesenangan pada hoby, perasaan berubah sepanjang hari. 6. Gejala somatik ditandai oleh : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemeretak, suara tidak stabil. 7. Gejala sensorik ditandai oleh : tintus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan di tusuk-tusuk. 8. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh : takikardia, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap. 9. Gejala pernafasan di tandai oleh : Rasa tertekan atau sempit didada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. 10.Gejala Gastrointestinal ditandai oleh : sulit menelan, mual, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum atau sesudah makan, rasa

panas di perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, dan kontipasi (sukar buang air besar) 11.Gejala Urogenital ditandai oleh : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorrhoe, amenorrhagia, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, frigiditas, ejakuasi prekok, ereksi melemah, ereksi hilang dan inpoten. 12.Gejala Otonom ditandai oleh : mulut kering, muka merah kering, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri. 13.Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat dan muka memerah.

Cara penilaian : - Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali - Skor 1 : 1 dari gejala yang ada - Skor 2 : separuh dari gejala yang ada - Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada - Skor 4 : semua gejala ada Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut: - Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan - Skor 6 sampai dengan 14 = kecemasan ringan - Skor 15 sampai dengan 27 = kecemasan sedang - Skor lebih dari 27 = kecemasan berat Stuart & Sunden (1998. H. 178) memberikan suatu penilaian respon fisiologis dan respons perilaku, koognitif dan afektif terhadap kecemasan meliputi: 1. Kardiovaskuler Palpitasi Jantung berdebar Tekanan darah meninggi* Rasa mau pingsan * Pingsan * Tekanan darah menurun* Denyut nadi menurun 2.Pernafasan Nafas pendek Nafas cepat Tekanan pada dada Nafas dangkal Pembengkakan pada tenggorokan Sensasi tercekik Terengah-engah 3.Neuromuskuler Refleksi meingkat

Reaksi kejutan Mata berkedip-kedip Insomnia Tremor Rigiditas Gelisah Wajah tegang Kelemahan umum Kaki goyahGerakan yang janggal 4.Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan Menolak makan Rasa tidak nyamanpada abdomen* Mual* Rasa terbakar pada jantung* Diare* 5.Traktus Urinarius Tidak dapat menahan kencing* Sering berkemih 6. Kulit Wajah kemerahan Berkeringat setempat(telapak tangan) Gatal Rasa panas dan dingin pada kulit Wajah pucatBerkeringat sekuruh tubuh *Respon parisimpatis 1. Perilaku Afektif Gelisah Ketegangan fisik Tremor Gugup Bicara cepat Kurang koordinasi Cendrung mendapat cedera Menarik diri dari hubungan intrpersonal Menghalangi Melarikan diri dari masalah Menghindar

2.Kognitif Perhatian terganggu Konsentrasi terganggu dan pelupa Salah dalam memberikan penilaian Preokupasi dan hambatan berfikir Kreatifitas dan prodoktifitas menurun Bingung Sangat Waspada Kesadaran diri meningkat Kehilangan objektifitas Takut kehilangan control Takut pada gambran visual Takut cedera atau kematian 3. Kognitif Mudah terganggu Tidak sabar Gelisah dan tegang Nervus dan ketakutan Alarm Teror Gugup Gelisah