Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau...

16
Apakah Saya Orang Baik? SERI PENGHARAPAN HIDUP

Transcript of Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau...

Page 1: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

Apakah Saya

Orang Baik?

SERI PENGHARAPAN HIDUP

Page 2: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

1

david merasa yakin dirinya orang baik. Ia seorang anak yang berbakti, akrab dengan orangtua dan saudaranya, serta disukai oleh rekan dan teman sepergaulan. Sebagian orang bahkan suka bergurau memanggilnya “Santo David” karena ia selalu tenang dan tak pernah menggerutu apapun yang terjadi.

Namun, David sering bertanya-tanya apakah memang benar demikian. Ia sadar bahwa dirinya juga punya kekurangan. Tidak sabaran dan sering mudah emosi terhadap orang-orang yang menjengkelkannya. Namun, karena bawaannya memang pendiam, biasanya ia memendam perasaan. David pun bertanya-tanya, “Jadi, apakah aku benar-benar orang baik?”

Kebanyakan dari kita ingin menjadi orang baik; tampaknya itu naluri alamiah manusia. Mengapa? Mungkin hal itu

Apakah SayaOrang Baik?

Page 3: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

2

muncul dari keinginan untuk membawa damai, bersikap baik kepada orang lain, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih indah. Mungkin kita dibesarkan dengan keyakinan bahwa menjadi orang baik adalah hal yang “benar”, kita juga diajari bahwa orang baik akan mendapat pahala berupa kebahagiaan, kemakmuran, bahkan kehidupan yang lebih baik setelah meninggal dunia.

Namun, seperti apa “baik” itu? Apa sebenarnya arti menjadi orang “baik”? Mari kita renungkan beberapa pengertian istilah ini. Menurut sebagian orang, pribadi yang baik adalah mereka yang melakukan apa yang “benar” menurut hati nuraninya. Mengerti sopan santun, melakukan perbuatan baik, dan hormat kepada yang lebih tua. Menurut orang lain, pribadi yang baik adalah orang yang mematuhi aturan hukum, tidak mencuri atau membunuh, dan hidup dengan cara yang membuat mereka dihormati serta diterima oleh orang lain.

Dalam definisi-definisi tersebut, tampak dua pendekatan umum tentang pengertian “baik”, yaitu mengikuti kata hati nurani dan mematuhi aturan-aturan serta etika dalam masyarakat. Mari kita telaah lebih jeli.

Page 4: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

3

Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama dalam hidup ini. Hati nurani membuat kita mampu membedakan benar-salah dan mengarahkan kita untuk memilih yang benar. Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya dari mana asal hati nurani? Apa yang menjadi tolok ukurnya? Apakah hati nurani itu bawaan lahir, atau bisa dipengaruhi oleh pola asuh, tradisi dan kebudayaan, maupun nilai-nilai sosial yang berlaku? Mungkinkah itu sebabnya setiap orang memiliki suara hati yang berbeda-beda meski sebagian besar dari kita memegang standar moral umum yang sama?

Suatu kali, ketika masih kanak-kanak, saya diserang oleh para berandal di tempat parkir. Mereka merampas uang saya, menonjok, dan membanting saya. Namun, sebelum pergi, salah satu dari mereka melemparkan uang receh sambil berkata, “Nih, buat ongkos kamu pulang. Kami juga punya hati nurani, tahu!”

Dalam keadaan terkapar, sulit sekali bagi saya menerima perkataan itu.

Page 5: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

Apakah Anda menerima manfaat dari bacaan ini? Berikan tanggapan

dan usul Anda di sini.

Jika Anda ingin menerima Seri Pengharapan Hidup terbaru secara rutin

atau ingin membagikan materi ini kepada orang lain, silakan:

KOMENTAR

BACA ARTIKEL LAIN

Daftar di sini

Page 6: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

4

Pernah juga saya membaca kisah seorang pedagang narkoba. Ketika ditahan, ia mengaku punya hati nurani. Menurutnya, sekalipun menjual narkoba, ia tidak mencuri atau membunuh, maka dirinya “bukan orang jahat.”

Meski masyarakat beranggapan bahwa berandal dan penjual narkoba tidak memenuhi standar moral, mereka sendiri meyakini bahwa hati nuraninya tetap “baik.” Apa yang “baik” bagi setiap orang jelas relatif. Karena hati nurani kita tidak sempurna, definisi kita tentang “baik” pun tidak sempurna. Itu sebabnya sebagian besar masyarakat dan negara memerlukan hukum dan aturan.

Ada hukum yang ditegakkan secara resmi oleh pihak berwenang, ada pula aturan yang tumbuh dan terpelihara dalam kehidupan rakyat. Namun, keduanya berfungsi menciptakan keteraturan, menjamin bahwa kita bisa tinggal bersama dengan rukun meski setiap orang punya cara hidup dan standar moral yang berbeda-beda.

Banyak pula hukum yang sama di seluruh dunia. Misalnya, menipu, mencuri, atau membunuh merupakan kejahatan di hampir semua negara. Namun, sebagian hukum terbentuk oleh konsensus. Di negara saya, misalnya, ada

Page 7: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

5

orang yang dihukum karena mengenakan pakaian minim di tempat umum, padahal mungkin di negara lain tidak masalah. Di tempat kami, hal itu ditentang karena masyarakatnya lebih tradisional.

Pada dasarnya, baik terbentuk oleh hati nurani maupun konsensus, sebagian besar hukum dan aturan dilandaskan pada keyakinan manusia. Seperti halnya nurani tiap orang, hukum dan aturan pun berbeda sesuai dengan kebudayaan, bahkan berubah seiring berjalannya waktu. Artinya, apa yang “baik” menurut hukum tidaklah mutlak. Jadi, kalau hal-hal yang kita pakai untuk mendefinisikan orang “baik” sifatnya subjektif dan tidak sempurna, bagaimana dengan usaha untuk menjadi orang “baik”?

Ketika “Baik” itu Relatifmari kita renungkan apa yang terjadi ketika setiap orang punya definisi “baik” yang subjektif dan tidak sempurna. Ada beberapa kemungkinan:

Pertama, kita memilih aturan-aturan sendiri. Ketika masyarakat

Sebagian besar hukum dan aturan didasarkan pada keyakinan manusia.

Page 8: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

6

tidak bisa sepakat tentang apa yang benar dan salah, setiap individu akan mengandalkan nilai moralnya masing-masing. Namun, mengingat hati nurani kita tidak sempurna, cara ini tidak ideal. Para berandal yang merampok saya mungkin merasa sudah murah hati dengan menyisakan uang receh untuk ongkos pulang. Kalau tiap orang punya standar sendiri-sendiri, sulit dikatakan siapa yang benar-benar baik.

Kedua, kita mendahulukan diri sendiri. Tanpa titik acuan yang objektif dalam hidup ini, kemungkinan besar kita akan memprioritaskan keinginan dan kebutuhan kita sendiri, atau keinginan dan kebutuhan orang-orang yang kita cintai, serta membenarkan standar-standar moral yang memungkinkan kita untuk terus memburu sasaran tersebut. Penjual narkoba yang saya baca kisahnya tadi mungkin menganggap perdagangan narkoba sebagai cara yang benar untuk mencari nafkah.

Ketiga, kita mentoleransi diri sendiri. Dengan standar-standar moral yang tidak mutlak, kita bisa tergoda untuk membengkokkan aturan atau menurunkan standar kita sendiri. Kita mulai membiarkan kesalahan-kesalahan “kecil,” berdalih dengan

Page 9: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

7

alasan “kelemahan diri”, atau membuat pengecualian-pengecualian karena “dipaksa oleh keadaan.”

Apa yang terjadi ketika kita mereka-reka aturan sendiri atau memelintirnya semau kita? Tak hanya mustahil menjadi pribadi yang benar-benar baik senantiasa, kita juga akan sulit hidup bersama orang lain dengan harmonis. Bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan? Bayangkan jika kita membangun rumah sesuka hati, bukan berdasarkan cetak biru yang dirancang sesuai standar sipil dan arsitektur yang benar. Kita bisa menggarap proyeknya sebaik mungkin dan mengaku bahwa strukturnya kukuh, tetapi rumah itu tetap saja tidak aman untuk ditinggali. Serajin dan segiat apa pun orang menggarapnya, kurangnya pengetahuan tentang seluk-beluk konstruksi akan menghasilkan kegagalan.

Jadi, tampaknya, akar masalahnya adalah kita sendiri! Meskipun tulus berkemauan dan berusaha menjadi pribadi yang baik, kita dikecewakan oleh hati nurani yang tidak sempurna serta kodrat manusia yang patut dipertanyakan, mementingkan diri, dan mudah takluk kepada godaan. Standar kebaikan kita pun tidak sempurna karena ditentukan oleh diri sendiri. Mungkin itu

Page 10: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

8

sebabnya banyak orang, seperti David tadi, mau tidak mau bertanya-tanya apakah mereka benar-benar orang baik. Secara naluriah, kita tahu bahwa kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun, bagaimana caranya? Jika hati nurani dan hukum tak dapat diandalkan, dan upaya kita untuk menjadi orang baik jauh dari sempurna, bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang benar-benar baik?

Contoh “Kebaikan” yang Sempurnasampai di sini, kita sudah menelaah apa artinya menjadi orang “baik” dari perspektif manusia. Mungkin kita bisa merenungkan persoalannya dari sudut yang lain dan bertanya: Siapakah yang lebih layak serta mampu menentukan apa yang baik?

Lihatlah penggaris yang kita pakai untuk mengukur berbagai benda. Penggaris adalah “standar” fisik yang kita jadikan tolok ukur untuk menentukan panjang suatu objek, misalnya meja. Namun, kita tahu bahwa penggaris pun tak selalu dapat diandalkan. Penggaris yang satu mungkin menunjukkan bahwa panjangnya 1 meter, sementara penggaris lain mungkin menunjukkan angka 1,05 meter. Bagaimana kita tahu mana yang akurat? Lebih lagi, bagaimana kita

Page 11: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

9

tahu seberapa panjang sesungguhnya “1 meter” itu? Selama bertahun-tahun, jawabannya terletak pada arsip nasional Perancis di Paris, di sana ada sebatang logam khusus yang panjangnya dijadikan standar universal mutlak untuk 1 meter. Batang inilah “tolok ukur” yang menjadi penentu semua penggaris.

Adakah standar seperti itu untuk “kebaikan”? Adakah seseorang yang sempurna kebaikannya sehingga mampu menilai apa yang baik dengan tepat?

Alkitab, yang menjadi landasan iman Kristen, memberitahu kita bahwa pribadi itu ada—Allah sang Pencipta. Menurut Alkitab, Allah ini, yang menciptakan segala sesuatu, bukan saja baik, melainkan juga mutlak tak pernah berubah. Oleh karena itu, Dialah standar kebaikan yang hakiki dan sempurna.

Alkitab juga mengatakan bahwa Allah ingin kita mencerminkan karakter-Nya yang sempurna, karena itu Dia menciptakan kita dengan hati nurani untuk membedakan benar dan salah. Itulah sebabnya, kita punya kesadaran bawaan tentang apa yang baik, walaupun tidak selalu memahaminya dengan benar.

Namun, mungkin Anda bertanya, apa gunanya mengetahui standar mutlak Allah tentang kebaikan? Bagaimana kita

Page 12: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

10

bisa menjadi pribadi yang benar-benar baik jika “penggaris” moral kita tak dapat diandalkan dan kita sendiri tidak sempurna?

Menjadi Pribadi yang “Baik”sebagian besar orangtua ingin anak-anaknya menjadi orang baik. Mereka menetapkan standar yang tinggi bagi mereka, mengajarkan cara mencapai standar-standar itu, dan membantu mereka ketika gagal—karena orangtua mengasihi anak-anaknya.

Demikian pula Allah sebagai Bapa surgawi yang mengasihi kita sangat rindu agar kita menjadi pribadi yang baik. Namun, Dia tahu bahwa kita tidak sempurna dan takkan pernah berhasil dengan usaha sendiri. Jadi, Dia menolong kita dengan cara yang istimewa. Alkitab menjelaskan bahwa Dia mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, ke dalam dunia ini sebagai manusia. Yesus mengalami penderitaan dan kesukaran seperti kita, tetapi hidup dengan sempurna sebagai pribadi yang mutlak “baik”. Cara hidup-Nya berkenan kepada Allah, Dia menaati Allah dalam seluruh perbuatan-Nya. Yesus mengasihi kita dan menginginkan kita menjadi pribadi yang sempurna dan dapat diterima oleh Allah, maka Dia mati

Page 13: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

11

menggantikan kita, menanggung hukuman atas dosa dan segala kesalahan yang pernah kita lakukan. Alhasil, siapa pun yang percaya kepada Yesus dan menerima karya-Nya akan diampuni. Selain itu, jika kita percaya kepada Yesus, kita diberi kekuatan untuk mengalahkan natur kita yang tak sempurna dan mengikuti standar kebaikan Allah yang sempurna. Yesus juga bangkit dari antara orang mati sebagai bukti bahwa Allah menerima pengorbanan-Nya. Alkitab berkata:

Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan. — 1 Petrus 3:18Saya tahu kebenaran ini mungkin

sulit dicerna atau diterima, tetapi semoga Anda bisa merenungkannya lebih lanjut. Hanya Allah, sang “tolok ukur,” yang dapat memulihkan kita, penggaris-

Allah, yang mengasihi kita sebagai Bapa sorgawi, sangat menginginkan kita menjadi pribadi yang baik.

Page 14: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

12

penggaris yang tidak sempurna. Dia sanggup menjadikan kita benar-benar baik. Jika Anda pernah bertanya-tanya apakah Anda orang yang sungguh baik, atau merasa bahwa selama ini Anda tak sebaik yang diharapkan, jangan berkecil hati dan putus asa. Allah mengasihi Anda dan telah memungkinkan kita semua menjadi pribadi yang benar-benar baik.

Maukah Anda Mengenal Yesus?berbicaralah dengan seorang teman kristen untuk tahu lebih banyak tentang Yesus. Juga tersedia buklet Kisah tentang Pengharapan, yang dapat lebih memperkenalkan tentang Yesus kepada Anda. Buklet ini dapat diperoleh tanpa dikenakan biaya. Untuk mendapatkannya, silakan menghubungi kami (daftar alamat tercantum

di balik sampul depan) atau memindai QR-code ini dengan ponsel Anda untuk membaca materinya secara online. Anda

juga bisa mengakses santapanrohani.org untuk melihat materi cetak maupun materi digital yang kami terbitkan.

Page 15: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

Penerjemah: Arvin SaputraEditor: Jovita AristyaPenyelaras Bahasa: Dwiyanto FadjarayPenata Letak: Mary ChangPerancang Sampul: Felix Xu

Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, LAI © 1974.© 2018 Our Daily Bread Ministries.Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Indonesian Looking at Life “Am I Good Enough?”

Page 16: Apakah Saya Orang Baik? · 3 Hati Nurani dan Hukum: Seberapa Baikkah Itu? hati nurani atau kesadaran batin manusia tentang benar dan salah biasanya menjadi “kompas” moral utama

Our Daily Bread MinistriesPO Box 15, Kilsyth, VIC 3137, AustraliaTel: (+61-3) 9761-7086, [email protected]

Our Daily Bread Ministries LtdPO Box 74025, Kowloon Central Post Office, Kowloon, Hong KongTel: (+852) 2626-1102, Fax: (+852) 2626-0216, [email protected]

ODB IndonesiaPO Box 2500, Jakarta 11025, IndonesiaTel: (+62-21) 2902-8950, Fax: (+62-21) 5435-1975, [email protected]

Daily Bread Co. LtdPO Box 46, Ikoma Nara 630-0291, JapanTel: (+81-743) 75-8230, Fax: (+81-743) 75-8299, [email protected]

Our Daily Bread BerhadPO Box 86, Taman Sri Tebrau, 80057 Johor Bahru, MalaysiaTel: (+060-7) 353-1718, Fax: (+060-7) 353-4439, [email protected]

Our Daily Bread MinistriesPO Box 303095, North Harbour, Auckland 0751, New ZealandTel: (+64-9) 444-4146, [email protected]

Our Daily Bread Ministries FoundationPO Box 47-260, Taipei 10399, Taiwan R.O.C.Tel: (+886-2) 2585-5340, Fax: (+886-2) 2585-5349, [email protected]

Our Daily Bread Ministries ThailandPO Box 35, Huamark, Bangkok 10243, ThailandTel: (+66-2) 718-5166, Fax: (+66-2) 718-6016, [email protected]

Our Daily Bread Ministries Asia Ltd5 Pereira Road, #07-01 Asiawide Industrial Building, Singapore 368025 Tel: (+65) 6858-0900, Fax: (+65) 6858-0400, [email protected]

Ingin lebih mengenal Tuhan?Bacalah firman-Nya

dengan bantuan renungan Santapan Rohani

Materi kami tidak dikenakan biaya. Pelayanan kami didukung oleh

persembahan kasih dari para pembaca kami.

Pilihlah media yang sesuai untuk Anda.

CETAKMenerima edisi

cetak secara triwulan.

APLIKASIOur Daily Bread/ Santapan Rohanidi Android & iOS.

E-MAILMenerima e-mail

secara harian.

H U B U N G I K A M I :

+62 21 2902 8950+62 815 8611 1002+62 878 7878 9978

Santapan.Rohani [email protected]

santapanrohani.orgourdailybread.org/locations/