APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

17
1 | Page APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT? Intiyas Utami Mahasiswa Program S3 Akuntansi FEB UGM Pengajar Program Akuntansi FEB UKSW Ertambang Nahartyo Pengajar Program S3 Akuntansi FEB UGM

Transcript of APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

Page 1: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

1 | P a g e

APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN

BURNOUT?

Intiyas Utami

Mahasiswa Program S3 Akuntansi FEB UGM

Pengajar Program Akuntansi FEB UKSW

Ertambang Nahartyo

Pengajar Program S3 Akuntansi FEB UGM

Page 2: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

2 | P a g e

Abstract

This research examines the moderating effect of type A personality on the relationship between

role overload and burnout in audit contexts. Most burnout research has focused on the

correlation of various environmental factors, whereas individual differences factors also play

an important role in the development of burnout (Maslach et al., 2001). The participants of this

study are 58 auditors (junior, senior and manager) who work at public accounting firms in

Yogyakarta, Semarang, Jakarta and Palembang. The result shows the effect of role overload on

burnout. The study also finds that type A personality intensifies the relationship between role

overload and burnout.The paper concludes with a discussion of the implications of the result for

practice and further research.

Keywords: Role Overload, Burnout, Type A Personality

Page 3: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

3 | P a g e

Introduksi

Auditor adalah salah satu titik kritis praktik audit selain proses dan pasca audit di

dalam sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) (Tuanakotta, 2011, Morris dan Empson,

1998). Peranan auditor dalam dunia bisnis dan politik sudah bukan lagi menjadi wacana

namun sudah merupakan sebuah keniscayaan dan kepastian. Fungsi sentral auditor

dalam penyediaan jasa profesional mensyaratkan keahlian khusus, sikap mental

independen, dan kecermatan profesional. Syarat tersebut dapat dipenuhi tatkala auditor

memiliki kesempatan jasmani dan rohani dalam menjalankan tugasnya. Riset dengan

domain kualitas dan kinerja audit telah menyoroti karakteristik pribadi auditor sebagai

determinan judgment dan kinerja auditor (lihat misalnya ulasan oleh Solomon dan

Trotman, 2003). Demikian juga dalam kenyataannya, kegagalan atau kesuksesan kantor

akuntan publik lebih ditentukan oleh penataan sumber daya manusianya (baca: auditor)

dibandingkan dengan unsur lain, misalnya kepemilikan dan managemen aset berwujud

(Brocheler dkk., 2004).

Riset yang berfokus pada karakteristik dan lingkungan kerja audit (misal: Fisher,

2001; Rebele dan Michaels, 1990) umumnya beralasan bahwa auditor berhadapan

dengan lingkungan pekerjaan yang menekan sekaligus berpotensi menurunkan kualitas

hasil pekerjaan auditnya. Salah satu bentuk kondisi kurang menguntungkan yang

dihadapi auditor adalah stres yang berkaitan dengan pekerjaan. Adanya kemungkinan

stres kerja yang dapat membawa akibat pada ketidakpuasan kerja dan kinerja yang

buruk semestinya mendapatkan perhatian khusus dari profesi akuntan publik. Kinerja

audit yang kurang baik bisa menurunkan kredibilitas profesi ini dan memungkinkan

timbulnya kerugian baik finansial maupun nonkeuangan.

Stres kerja diakibatkan oleh sejumlah pemicu stres (stresor), misalnya kondisi

atau karakteristik lingkungan pekerjaan yang mempunyai ancaman terhadap kondisi

psikologis individu. Stres bersifat dan akumulatif aditif sehingga pengaruh pemicu stres

akan meningkatkan level stres seseorang dalam jangka waktu yang panjang (Larson,

2011). Salah satu bentuk stres kerja yang menarik perhatian sementara peneliti adalah

burnout. Istilah “burnout” diperkenalkan oleh Freudenberger (1974) dan diteliti secara

intensif pada domain kesehatan kerja dan psikologi. Burnout adalah respon terhadap

situasi emosional dan interpersonal kronis jangka panjang yang mendera seseorang yang

berkaitan dengan faktor-faktor pekerjaan. Burnout dapat dikategorikan sebagai kondisi

Page 4: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

4 | P a g e

kelelahan fisik, emosi, dan mental. Seseorang yang mengalami kondisi ini akan

kehilangan energi, semangat hidup, dan kepercayaan diri (Larson, 2011). Burnout

meliputi tiga dimensi: kelelahan emosional, penurunan kinerja pribadi, dan

depersonalisasi (Cordes dan Dougherty 1993). Kelelahan emosional ditandai dengan

kondisi kehilangan energi dan adanya perasaan bahwa sumber daya emosional

seseorang telah habis terpakai. Penurunan kinerja pribadi meliputi motivasi dan self-

esteem yang rendah. Depersonalisasi adalah kondisi hilangnya keterikatan emosional

dengan orang lain.

Fogarty dkk. (2000) menemukan bahwa kecenderungan terhadap burnout yang

dialami oleh akuntan publik merupakan akibat dari beberapa stresor (pemicu stres).

Salah satu penyebab burnout adalah role overload (Zohar, 1997). Maslach dan Jackson

(1984) menyatakan bahwa burnout diyakini sebagai hasil dari role overload (beban

kerja berlebih) baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Individu yang mengalami

beban kualitatif berlebih merasakan kehilangan keahlian dasar atau talenta mereka yang

diperlukan untuk melengkapi tugas secara efektif. Beban kerja kuantitatif berlebih

terjadi ketika individu merasakan pekerjaan tidak akan bisa diselesaikan dalam waktu

yang terbatas (Kahn, 1978; Pines dan Maslach, 1978 dalam Cordes dan Dougherty,

1978).

Riset ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara role overload dengan

burnout dengan kepribadian tipe A auditor sebagai pemoderasi. Kepribadian tipe A

yaitu suatu respon perilaku yang dikarakterisasi dalam bentuk pribadi yang mempunyai

daya saing, kemauan keras, bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan, menghargai

waktu, agresif, bermusuhan, hyper-alertness dan ketidakmampuan merespon tanda-

tanda tubuh atas stress (Choo, 1983). Hubungan antara burnout dengan salah satu

antesedennya ini perlu ditinjau ulang dalam konteks profesi akuntan publik di

Indonesia untuk membangun generalitas temuan riset-riset sebelumnya. Selanjutnya,

riset ini juga memperluas penelitian sebelumnya dengan menyelidiki efek moderasi dari

pola perilaku tipe A.

Lima puluh delapan auditor yang mempunyai jenjang yunior, senior, dan

manager berpartisipasi dalam studi survei ini. Mereka bekerja pada KAP di empat kota:

Yogyakarta, Semarang, Jakarta, dan Palembang. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling dengan bantuan beberapa orang yang mempunyai

Page 5: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

5 | P a g e

akses ke kantor akuntan publik. Angket juga disebar pada forum sosialisasi rancangan

Undang-Undang Akuntan Publik yang diselenggarakan oleh Institut Akuntan Publik

Indonesia (IAPI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa role overload berasosiasi

positif terhadap burnout. Riset ini juga berhasil menemukan bahwa kepribadian tipe A

mengintensifkan hubungan antara role overload dengan burnout. Hasil penelitian ini

penting bagi penguatan literatur akuntansi keperilakuan yang berfokus pada aspek

karakteristik individual auditor dan kaitannya dengan lingkungan dan kualitas pekerjaan

audit. Riset ini juga berkontribusi pada managemen organisasi kantor akuntan publik

terutama dalam menunjang usaha peningkatan efektivitas kondisi kerja dan managemen

sumber daya manusia di dalam KAP. Pemahaman akan anteseden burnout dan

konsekuensinya dapat membantu managemen KAP dalam pengerahan sumber daya

auditor yang optimal untuk memperoleh jasa yang berkualitas tinggi. Managemen

burnout auditor merupakan salah satu variabel yang akan menghasilkan nilai tambah

bagi KAP.

Bagian selanjutnya dari makalah ini mengungkapkan tinjauan literatur tentang

role overload, burnout, dan kepribadian tipe A sekaligus pengembangan hipotesis

penelitian. Berikutnya adalah pemaparan tentang metoda penelitian yang digunakan.

Analisis data dan hasil penelitian disajikan pada bagian sesudahnya. Makalah ini

kemudian ditutup dengan penarikan kesimpulan dan rekomendasi bagi penelitian

selanjutnya.

Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis

Stres yang terkait dengan pekerjaan sudah banyak diteliti dalam profesi

pengauditan (Choo, 1992; Rebele dan Michaels, 1990; Weick 1983; Gaertner dan

Ruhe, 1981; Senatra, 1980; Friedman dan Rosenman, 1974; Sorenson dan Sorenson,

1974). Sumber stres pada umumnya terkait dengan role conflict, role ambiguity dan role

overload (Fogarty dkk., 2000). Riset yang menginvestigasi penanganan stres atas

pekerjaan yang efektif telah banyak diteliti pada akuntan publik, akuntan managemen,

auditor internal, maupun profesi lain di luar akuntan. Weick (1983) menunjukkan

bagaimana stres merupakan bagian penting yang tidak lepas dari praktik akuntansi.

Argyris (1953) dalam Weick (1983) menyatakan bahwa akuntan mengalami stres

karena mereka berada dalam suatu kondisi kegagalan, pada saat mana mereka

Page 6: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

6 | P a g e

mengalami turunnya kemampuan memprediksi dan rendahnya kepercayaan diri.

Kondisi tersebut akan mengakibatkan sulitnya melakukan tindakan-tindakan inovatif.

Stres merupakan kondisi dinamik yang dialami ketika individu dihadapkan pada

tuntutan untuk melakukan hal-hal yang diinginkan lingkungannya dan keputusan yang

diambil oleh individu tersebut akan membawa hasil yang penting walaupun tingkat

kepastiannya relatif rendah. Burnout menunjukkan tipe khusus dari stres kerja yang

terdiri dari tiga dimensi: kelelahan emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi

(depersonalization) dan penurunan prestasi kerja (reduced personal accomplishement)

(Cordes dan Dougherty, 1993). Burnout merupakan reaksi emosional negatif terhadap

suatu pekerjaan akibat dari lingkungan kerja yang penuh tekanan (Maslach dan Jackson,

1984; Maslach, Schaufeli, dan Leiter, 2001). Burnout merupakan variabel penting yang

tidak hanya sebagai indikator rendahnya kesejahteraan karyawan, tetapi juga terkait

dengan sikap, kesehatan, dan perilaku (Cordes dan Dougherty, 1993; Lee dan Ashforth,

1996; Maslach dkk., 2001).

Beberapa anteseden yang memicu timbulnya burnout dikupas oleh Cordes dan

Dougherty (1993) dan dikategorikan ke dalam karakteristik pekerjaan dan peran,

organisasional dan personal. Hasil telaah menunjukkan bahwa role conflict, role

overload dan role ambiguity mempunyai korelasi yang paling tinggi dengan dimensi

kelelahan emosional dari burnout. Lee dan Asforth (1996) dalam meta analisis job

burnout, menginvestigasi berbagai stressor dan burnout yang meliputi workload,

tekanan pekerjaan, role ambiguity dan role conflict.

Studi terdahulu yang terus berkembang tentang burnout untuk auditor dalam

pengujian role stress model menempatkan variabel ini sebagai pemediasi hubungan

antara job stressor (role conflict, role ambiguity, role overload) dan job outcome (job

satisfaction, turnover intention, job performance). Pengujian role stress model yang

semula menghubungkan langsung antara job stressor dan job outcome ternyata hasilnya

masih kontradiktif. Selanjutnya adalah Fogarty dkk. (2000) yang memasukkan konstruk

burnout dalam role stress model sebagai variabel pemediasi antara job stressor dan job

outcome. Demikian juga penelitian burnout dalam konteks auditor di Indonesia

(Murtiasri dan Ghozali, 2006) juga memberikan bukti empiris yang sama dengan

Fogarty dkk.(2000). Jones dkk. (2010) memperluas model Fogarty dkk. (2000) dengan

memasukkan gaya hidup sehat sebagai faktor yang dapat memitigasi burnout pada

Page 7: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

7 | P a g e

akuntan. Jones dkk. (2010), Fogarty dkk. (2000), dan Murtiasri dan Ghozali (2006)

berhasil menunjukkan bukti bahwa burnout mampu memisahkan aspek fungsional

(eustress) dan disfungsional (distress) dari role stressor terhadap job outcomes.

Kebanyakan riset burnout masih berfokus pada korelasi berbagai faktor

lingkungan, padahal faktor perbedaan individual juga memegang peranan penting dalam

pengembangan burnout (Maslach dkk., 2001). Konsekuensi role stress telah diuji dalam

berbagai riset pada berbagai profesi, namun hasil dari meta analisis menunjukkan

perlunya memasukkan pengaruh kepribadian tipe A sebagai moderator dalam role stress

model (Jackson dan Schuler, 1985). Riset yang memasukkan kepribadian tipe A dalam

role stress model belum memasukkan burnout sebagai suatu konstruk yang dipengaruhi

oleh role stressor padahal dalam pengembangan riset role stress, burnout terbukti

merupakan suatu konstruk yang dipengaruhi oleh role stressor. Penelitian kepribadian

tipe A pada hubungan role stress model banyak dikaitkan dengan kepuasan kerja

(Ivancevich dkk., 1982; Keenan dan McBain, 1979). Dukungan empiris atas keberadaan

pengaruh interaksi yang melibatkan kepribadian tipe A akan menyediakan suatu

platform bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk menginvestigasi perkembangan

yang berfokus pada individual sebagai target dalam perencanaan intervensi stres

(Goolsby, 1992) dan akan menyediakan kebijakan untuk penilaian kembali kebijakan

dan managemen sumber daya manusia pada KAP. Karakteristik personal berkontribusi

dalam menjelaskan mengapa seseorang dalam role stressor yang tinggi akan mudah

mengalami burnout dan ada yang tidak mudah mengalami burnout.

Munculnya kondisi burnout tidak lepas dari tipe kepribadian yang dimiliki

auditor. Ada beberapa tipe kepribadian yang tahan terhadap stres dan adapula yang tidak

tahan sehingga mudah sekali tertekan dalam menghadapi suatu masalah sehingga

berpengaruh pada hasil kerja yang buruk dan akan berdampak pada kerugian organisasi

tempatnya bekerja. Choo (1986) menemukan hubungan antara job stress dan

kepribadian tipe A. Fisher (2001) yang menguji role stress, kepribadian tipe A, serta

kepuasan dan kinerja eksternal, tidak berhasil menemukan bukti akan pengaruh

moderasi kepribadian tipe A terhadap hubungan antara komponen role stress dan

kepuasan kerja serta kinerja auditor.

Riset terdahulu (Fogarty dkk., 2000; Murtiasri dan Ghozali, 2006 dan Jones

dkk., 2010) menguji tiga komponen dari role stressor terhadap burnout dan

Page 8: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

8 | P a g e

pengaruhnya pada job outcome. Fenomena dalam praktik menunjukkan bahwa di antara

role stressor (role conflict, role ambiguity, role overload), variabel yang dirasakan kuat

oleh auditor adalah role overload. Hal ini diperkuat oleh Maslach dan Jackson (1984)

yang menyatakan bahwa burnout diyakini sebagai hasil dari role overload.

Riset tentang burnout dan role stress model (Fogarty dkk., 2000; Murtiasri dan

Ghozali, 2006; dan Jones dkk., 2010) belum memasukkan tipe kepribadian sebagai

salah satu variabel yang memoderasi hubungan role stressor terhadap burnout. Padahal

pengaruh tipe kepribadian penting dalam pengelolaan kondisi burnout auditor oleh

KAP. Dengan mengetahui tipe kepribadian auditor, maka ketika KAP melakukan

evaluasi kinerja auditor dan penentuan tim audit dalam suatu penugasan akan lebih

tepat.

Burnout, Role Overload, Type A Personality

Burnout merupakan sindroma yang terdiri dari kelelahan emosional,

depersonalisasi dan penurunan prestasi kerja yang berefek pada karyawan secara

individu dan organisasinya (Maslach dkk., 2001). Kelelahan emosional bersumber dari

role overload, role conflict dan role ambiguity (Fogarty dkk., 2000; Jones dkk., 2010),

ekspektasi personal yang tidak realistik (Stevens dan O’Neill, 1983), interaksi

interpersonal berlebihan (Cordes dan Dougherty, 1993) dan kurang efektifnya

mekanisme penanggulangan stres (Erera-Weatherley, 1996). Depersonalisasi muncul

karena interaksi interpersonal serta beban kerja yang berlebihan (Burke, 1989). Dimensi

ketiga dari burnout adalah penurunan prestasi kerja yang disebabkan oleh kurangnya

pengakuan dan atau umpan balik yang positif (Jackson dan Schuler, 1986). Fogarty dkk.

(2000) menyatakan bahwa penyebab burnout adalah adanya job stressor yang meliputi

role conflict, role ambiguity, dan role overload.

Type-A behavior pattern (TABP) pada mulanya diidentifikasi oleh Friedman dan

Rosenman (1959) yang menyatakan bahwa pasien dengan penyakit jantung koroner

cenderung mengerjakan tugas dengan cepat, mempunyai sifat kompetitif yang tinggi,

tidak sabar dengan cara apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Ciri yang

lain adalah menyelesaikan tugas kurang dari waktu yang ditentukan, berorientasi pada

prestasi, ambisius, agresif, mudah stres, mudah tertekan, tergesa-gesa, mudah gelisah,

sering mengalami ketegangan dan berbicara dengan penuh semangat. Choo (1986)

menyatakan bahwa individu dengan kepribadian tipe A cenderung kompetitif dan

Page 9: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

9 | P a g e

kepemilikan gaya hidup serba cepat membuat mereka berada dalam tingkat kecemasan

yang tinggi ketika berhadapan dengan lingkungan kerja tiap harinya. Sebagai

konsekuensinya, individu dengan kepribadian tipe A akan sulit mengatasi stres

pekerjaan.

Fogarty dkk. (2000), Murtiasri dan Ghozali (2006), dan Jones dkk. (2010)

memberikan dukungan empiris bahwa role overload pada auditor akan memicu

kecenderungan burnout. Profesi akuntan menghadapi banyaknya pekerjaan audit dalam

musim-musim sibuk dengan bekerja lebih dari sepuluh jam tiap harinya selama

beberapa bulan (Jones dkk., 2010). Kondisi tersebut memicu beban kerja secara fisik

yang berakibat pada kondisi psikis yang dirasakan. Pekerjaan akuntan yang dihadapkan

pada tenggat waktu yang ketat dan aliran tugas yang tidak dapat dikendalikan oleh

auditor pelaksana akan memicu role overload. Kondisi role overload yang kronis

karena banyaknya penugasan dengan tekanan waktu yang tinggi memicu munculnya

kondisi burnout yang meliputi kelelahan emosional, depersonalisasi dan penurunan

prestasi kerja. Berdasarkan argumentasi dan dukungan literatur di atas maka hipotesis

ketiga dapat disajikan berikut ini:

H1: Role overload pada auditor berasosiasi positif dengan burnout

Cooper dan Payne (1991) dalam Choo (1986) menyatakan bahwa perbedaan

karakteristik individual sebagai mediator dari stress appraisal dan moderator dari

hubungan stres dan outcome dapat dipetakan dalam model transaksional. Lazarus dan

Folkman (1984) menyatakan bahwa model transaksional melihat orang dan lingkungan

sebagai sesuatu yang dinamis, mempunyai timbal balik satu dengan yang lain, dan

resiprokal. Stres timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara sumberdaya dan

permintaan (baca: tuntutan). Dua individu yang berada pada posisi yang sama dan

mendapatkan role stress yang sama maka masing-masing akan mempersepsikan role

stress secara berbeda (Fisher, 2001). Model tersebut menekankan bahwa perbedaan

umur, kebutuhan, nilai, edukasi dan lain-lain pada masing-masing orang akan

menyebabkan persepsi dan respon yang berbeda terhadap role stress.

Auditor dalam kondisi role overload akan mengalami beban fisik maupun psikis

yang berlebihan dari kapasitas yang dimilikinya. Burnout diyakini adalah hasil dari

kelebihan beban secara kualitatif dan kuantitatif (Maslach dan Jackson, 1984).Individu

dengan role overload secara kuantitatif merasakan kehilangan keahlian dasar atau

Page 10: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

10 | P a g e

talenta yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas secara efektif (Cordes dan Dougherty,

1993). Dalam kaitannya dengan pengendalian lingkungan, Lee dkk. (1990) menemukan

bahwa pengendalian seseorang dengan lingkungannya berinteraksi dengan kepribadian

tipe A akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja. Dengan demikian, jika auditor

dengan kepribadian tipe A tidak bisa mengendalikan lingkungannya karena karakteristik

kepribadian yang mudah frustrasi dan penuh kepanikan maka ketika dihadapkan pada

beban pekerjaan yang tinggi akan mudah mengalami kelelahan emosional,

depersonalisasi dan penurunan prestasi kerja. Berdasarkan penelitian terdahulu dan

argumentasi di atas, maka dapat diusulkan hipotesis 2 adalah sebagai berikut:

H2: Kepribadian tipe A mengintensifkan pengaruh role overload terhadap burnout

Metoda Penelitian

Penelitian ini menguji pengaruh moderasi kepribadian tipe A terhadap hubungan

antara role overload dengan burnout. Riset bertipe cross sectional yaitu melibatkan

sejumlah sampel pada satu waktu tertentu. Data dikumpulkan dengan menggunakan

survei ke responden dengan menggunakan angket, baik melalui bantuan penghubung

atau visitasi langsung. Unit analisis yang digunakan adalah auditor sebagai individu.

Populasi penelitian ini adalah para auditor (yunior, senior dan manager) yang

bekerja pada KAP di beberapa kota yaitu Yogyakarta, Semarang dan Jakarta serta

Palembang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metoda purposive sampling

dengan kriteria auditor nonpartner (auditor yunior, senior dan manager). Pengumpulan

data dilakukan menggunakan bantuan penghubung (contact person) yang mempunyai

akses pada sejumlah KAP tersebut serta menggunakan forum seminar IAPI (Institut

Akuntan Publik Indonesia) pada saat sosialisasi Rancangan Undang-Undang Akuntan

Publik) di Yogyakarta.

Variabel dependen riset ini adalah role overload sedangkan variabel

independennya adalah burnout. Role overload diukur dengan menggunakan tiga

pertanyaan dari instrumen Beehr dkk. (1976) yang juga digunakan oleh Fogarty dkk.

(2001) dan Jones dkk. (2010).Variabel burnout diukur dengan pertanyaan-pertanyaan

dari instrumen Maslach Burnout Inventory (MBI) tahun 1981 namun dalam penelitian

ini dilakukan ekstensi yaitu item pengukuran tidak menggunakan tingkat keseringan

terjadinya kondisi burnout pada auditor, namun menggunakan persepsi auditor dalam

menghadapi kasus audit yang diberikan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bias

Page 11: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

11 | P a g e

keinginan sosial, yaitu bias karena seseorang mempunyai tendensi yang menjadi bagian

dari seseorang untuk membawa dirinya kepada sesuatu yang disukainya walaupun

berbeda dengan perasaan sebenarnya mengenai isu atau topik yang dihadapi (Hartono,

2008). Kecenderungan ini menyebabkan jawaban responden bias potensial dan

menutupi hubungan sebenarnya antara dua variabel (Ganster dkk., 1983).Variabel

kepribadian tipe A menggunakan instrumen yang bersumber dari structured interview

(Friedman dan Rosenman,1974) yang terdiri atas 21 item tipe A dari Jenkins Activity

Survey. Semakin tinggi skor pengukuran menunjukkan seseorang memiliki kepribadian

yang berorientasi tipe A. Data dianalisis dengan menggunakan regresi tunggal untuk

menguji hipotesis 1.Uji selisih mutlak digunakan untuk menguji efek moderasi

kepribadian tipe A (hipotesis 2).

Hasil Penelitian

Dua ratus angket disebarkan dan memperoleh respon sebanyak 75 responden

(tingkat pengembalian 37,5%). Sebanyak 14 kuesioner diisi oleh partner sehingga harus

dikeluarkan dari sampel penelitian, dan 3 tidak diisi dengan lengkap sehingga tidak

dianalisis. Dengan demikian, jumlah kuesioner yang tersisa dan dapat diolah adalah 58

buah. Tabel 1 berikut mendeskripsikan distribusi angket dan sumber data.

Tabel 1: Distribusi Angket dan Sumber Data

Sebar Kembali

Yogyakarta

Semarang

Palembang

Jakarta

Seminar IAPI

50

20

30

50

50

9

4

12

20

30

Jumlah 200 75

Tidak sesuai kriteria 17

Dapat diolah 58

Tingkat pengembalian 37,5%

Data demografi meliputi wanita 29 orang (50%) dan 29 orang pria ( 50%),

dengan jumlah peserta terbanyak pada usia 20-30 tahun (51,7%). Mayoritas tingkat

pendidikan S1 (84,5%) dengan posisi terbanyak adalah auditor senior sebanyak 27

orang (46,6%) dengan pengalaman kerja 2-5 tahun sebanyak 21 orang (34,5%). Tabel 2

di bawah menyajikan detil demografi peserta.

Page 12: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

12 | P a g e

Hasil uji kualitas data meliputi uji reliabilitas dan uji validitas disajikan pada

tabel 3. Suatu konstruk dikatakan andal jika memberikan nilai Cronbach’s alpha>0,60

dan valid jika mempunyai koefisien korelasi antara pertanyaan dan skor total signifikan.

Dari hasil pengujian diperoleh variabel role overload, kepribadian tipe A, dan burnout

telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas karena semua variabel memiliki nilai

Cronbach’s alpha di atas 0,60 dan korelasi antara pertanyaan dengan total skor

pertanyaan signifikan.

Tabel 2. Demografi Partisipan

Keterangan Jumlah (Orang) Persentase

Jenis kelamin

Wanita 29 50

Pria 29 50

Usia

20 - 30 th 30 51,7

30,1- 40 th 18 31

40,1- 50 th

>50 th

7

3

12,1

5,2

Pendidikan

D3 1 1,7

S1 49 84,5

S2 6 10,3

S3 2 3,4

Posisi

Manager 8 13,8

Auditor Senior 27 46,6

Auditor Yunior 23 39,7

Lama Bekerja

< 2 tahun 15 25,9

2 – 5 tahun 21 34,5

5,1 -10 tahun 15 25,9

>10 tahun 8 13,8

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Tabel 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

No Variabel

Uji Reliabilitas Uji Validitas

Nilai Cronbach

Alpha

Keterangan Kisaran Korelasi Ket.

1. Role Overload 0,813 Reliabel 0,849** - 0,857** Valid

2. Tipe A Personality 0,929 Reliabel 0,478**-0,824** Valid

3. Burnout 0,908 Reliabel 0,291**-0,810** Valid

** = signifikan, sumber: Data Diolah (2011)

Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan regresi linear tunggal untuk menguji

pengaruh role overload terhadap burnout secara terpisah. Sedangkan pengujian

hipotesis 2 untuk menguji pengaruh moderasi kepribadian tipe A terhadap hubungan

Page 13: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

13 | P a g e

antara role overload dengan burnout menggunakan uji nilai selisih mutlak. Hasil

pengujian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4

Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis nilai

p

Keterangan

H1: RO BO 0,006 H1didukung

H2: RO*TKBO 0,049 H2 didukung Sumber: Data Diolah (2011)

Role overload ternyata berasosiasi positif terhadap burnout dengan nilai p =

0,006 dan berimplikasi bahwa semakin banyak beban tugas berlebih yang dirasakan

auditor maka tingkat burnout juga akan semakin tinggi. Asosiasi positif role overload

terhadap burnout menyokong hasil penelitian-penelitian Fogarty dkk. (2000), Murtiasri

dan Ghozali (2006), dan Jones dkk. (2010). Sedangkan pengujian moderasi kepribadian

tipe A terhadap role overload menunjukkan hasil signifikan pula (nilai p = 0,049). Hal

ini bermakna bahwa kepribadian tipe A mengintensifkan asosiasi positif antara role

overload dengan burnout.

Kontribusi utama penelitian ini terletak pada efek pemoderasi kepribadian tipe

A. Dalam penelitian ini auditor yunior, senior, bahkan sampai manager akan berhadapan

dengan tekanan pekerjaan dan tekanan waktu serta keterbatasan anggaran audit,

sehingga ketika menghadapi tingginya tuntutan partner atas kinerja mereka, timbul

kelelahan emosional dan mental (Gold,1985; Maslach dan Jackson, 1984; Maslach

dkk.,1981).

Penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian Choo (1986) tentang kepribadian

tipe A yang memoderasi job stress dan kinerja. Hasil penelitian ini juga mendukung

temuan bahwa individu dengan kepribadian tipe A cenderung menuju strategi

pemecahan masalah yang tidak efektif karena mereka mudah frustrasi dan cemas.

Ketika menghadapi role overload atas pekerjaan yang harus dijalani, auditor dengan

kepribadian tipe A yang memiliki sifat agresif serta ketidaksabaran dalam melaksanakan

tugas akan semakin mengintensifkan munculnya kondisi burnout.

Kesimpulan, Implikasi Teoritis, Implikasi Praktis, Future Research

Penelitian ini bertujuan menguji kepribadian tipe A sebagai pemoderasi

hubungan antara role overload terhadap burnout. Hasil penelitian menunjukkan bukti

Page 14: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

14 | P a g e

adanya pengaruhrole overload terhadap burnout. Pengujian terhadap eksistensi efek

pemoderasi kepribadian tipe A menghasilkan bukti empiris tentang keberadaan efek

tersebut. Kepribadian tipe A auditor mengintensifkan pengaruh role overload terhadap

burnout. Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa KAP dapat merancang perekrutan dan

pengerahan sumber daya manusia berupa auditor dengan pertimbangan karakteristik

kepribadian mereka pada penugasan-penugasan tertentu. Selain itu, KAP dapat menata

penjadwalan tugas yang lebih masuk akal dan berorientasi pada kesejahteraan

psikologis auditornya.

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu: pertama, tidak

dilakukannya pemisahan level burnout pada auditor yunior, senior dan manager. Semua

sampel diperlakukan sama dan dianggap sebagai auditor pelaksana yang mendapat

perintahlangsung dari partner sebagai pengelola KAP. Riset selanjutnya dapat

melakukan pemisahan respon dari level auditor yang berbeda dan menginvestigasi

tingkat burnout untuk setiap level auditor. Kedua, sampel juga tidak dibedakan

berdasarkan masa kerja yang dijalani para auditor pelaksana tersebut. Penelitian yang

akan datang dapat menggunakan sampel partner untuk melihat apakah terdapat

pengaruh role overload terhadap burnout karena partner kemungkinan juga mengalami

stres dengan bentuk yang berbeda.

Referensi

Beehr, T.A, J. T. Walsh, dan T. D. Taber. 1976. Relationship of Stress to Individually

and Organizationally Values States: Higher Order Needs as a Moderator.

Journal of Applied Psychology.Vol. 61: 41-47

Brocheler, V., S. Maijoor, dan A. van Witteloostuijn. 2004. Auditor Human Capital and

Audit Firm Survival in The Dutch Audit Industry in 1930–1992. Accounting,

Organizations and Society.Vol. 29: 627–646

Burke, R. J., dan E. Greenglass. 1989. Psychological Burnout among Men and Women

in Teaching: An Examination of the Cherniss Model. Human Relations. Vol.

42: 261-273

Choo, 1983. Type A Behavior-Coping with Stress. Accountancy (April): 128-129

______. 1986. Job Stress, Job Performance, and Auditor Personality Characteristics.

Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 2: 17- 34

Page 15: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

15 | P a g e

______. 1992. The Interactive Effect of Humor and Type A Behavior: Accounting

Perspective and Evidence. Advances in Accounting.Vol. 10: 197-217

Cordes, C. L., dan T. Dougherty. 1993. A Review and an Integration of Research on Job

Burnout. The Academy of Management Review. Vol.18:621-656

Dale, J., dan M. Fox. 2008. Leadership Style and Organizational Commitment:

Mediating Effect of Role Stress. Journal of Managerial Issues.Vol. 20 (1): 109-

130

Erera-Weatherley, Pauline Irit. 1996. Human Relations, Feb. Vol. 49 Issue 2, p157-170

Fisher, R. 2001. Role Stress, the Type A Behavior Pattern, and External Auditor Job

Satisfaction and Performance. Behavioral Research in Accounting.Vol. 12:143-

170

Freudenberger, H. 1974. Staff Burnout. Journal of Social Issues 30 (1):159–165.

Friedman, M., dan R. Rosenman. 1974. Type A Behavior and Your Heart. New York,

NY: Knopf

Fogarty, T. J., J. Singh, G. K. Rhoads, dan R.K. Moore. 2000. Antecedents and

Consequences of Burnout. Behavioral Research in Accounting.Vol. 12:31-68

Gaertner, J., dan J. Ruhe. 1981. Job-Related Stress in Public Accounting. Journal of

Accountancy. June: 68-74

Ganster, D. C., H. W. Hennessey, dan F. Luthans. 1983. Social Desirability Response

Effects: Three Alternative Models. Academy of Management Journal.Vol. 26:

231-331

Goolsby, J.R. 1992. A Theory of Role Stress in Boundary Spanning Positions of

Marketing Organizations. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 20

(2):155-164

Gold, Y. 1985. Does Teacher Burnout Begin with Student Teaching. Education. Vol.

105: 254-257

Hartono, J. 2008. Pedoman Survei Kuesioner. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas

Ekonomika dan Bisnis UGM

Ivancevich, J., M. Matteson, and C. Preston. 1982. Occupational Stress, Type A

Behavior and Physical Well Being. Academy of Management Journal. Vol. 25

(2): 373-391

Jackson, S. E., R. L. Schwab&R. S. Schuler.1986.Toward an Understanding of the

Burnout Phenomenon.Journal of Applied Psychology. Vol.71: 630-640

Page 16: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

16 | P a g e

Jackson, S dan R. Schuler.1985. A Meta-Analysis and Conceptual Critique of Research

on Role Ambiguity and Role Conflict in Work Settings. Organizational

Behavior and Human Decision Processes. August: 16-78

Jones, Ambrose III., C. S. Norman, B. Wier. 2010. Healthy Lifestyle as a Coping

Mechanism for Role Stress in Public Accounting. Behavioral Research in

Accounting.Vol. 22: 21- 41

Keenan, A dan G. D. M. McBain. 1979. Effect of Type A Behavior, Intolerance of

Ambiguity and Locus of Control on the Relationship Between Stress and Work-

Related Outcomes. Journal of Occupational Psychology. Vol. 52: 277-285

Larson, L. L. 2011. Gender Differences in Internal Auditor Job Burnout.Internal

Auditing. 26: 11-18

Lazarus, R.S., and S. Folkman. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York, NY:

Springer Publications

Lee, R dan B. Ashforth. 1996. A Meta-Analytic Examination of the Correlates of the

Three Dimensions of Job Burnout. Journal of Applied Psychology. Vol. 81 (2):

123-13

Lee, C., S. Ashford dan P. Bobko. 1990. Interactive Effects of Type A Behavior and

Perceived Control on Worker Performance, Job Satisfaction and Somatic

Complaints. Academy of Management Journal.Vol. 33 (4): 870-881

Maslach, C. dan Jackson. 1984. Burnout in Organizational Settings. Applied Social

Psychology Annual. Vol. 5: 133-153

Maslach, C., W. B. Schaufeli dan M. P. Leiter. 2001. Job Burnout. Annual Review of

Psychology.Vol.52:397-422

Morris, T., &L. Empson. 1998. Organisation and Expertise: An Exploration of

Knowledge Bases and the Management of Accounting and Consulting Firms.

Accounting, Organizations and Society.23: 609–624.

Murtiasri, E. dan I. Ghozali. 2006. Anteseden dan Konsekuen Burnout. Simposium

Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006

Rebele, J., dan R. Michaels. 1990. Independent Auditors’ Role Stress: Antecedent,

Outcome and Moderating Variables. Behavioral Research in Accounting.Vol.

2:124-153

Senatra. 1980. Role Conflict, Role Ambiguity and Organizational Climate in a Public

Accounting Firm. The Accounting Review.Vol. 55 (4): 594-603

Page 17: APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN BURNOUT?

17 | P a g e

Solomon, I. dan K. T. Trotman. 2003. Experimental Judgment and Decision Research in

Auditing: the First 25 Years of AOS. Accounting, Organizations and Society 28

(2003) 395–412

Sorenson, J dan T. Sorenson. 1974. The Conflict of Professional in Bureucratics

Organizations. Administrative Science Quarterly.Vol.59: 98-106

Stevens, G. B.dan P. O’Neill. 1983. Expectation and Burnout in the Developmental

Disabilities Field. American Journal of Community Psychology. Vol. 11: 615-

627

Tuanakotta, Theodorus. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Salemba Empat

Weick, K. 1983. Stress in Accounting Systems. The Accounting Review 58 (2): 350-369

Zohar, D. 1997. Predicting Burnout with a Hassle-Based Measure of Role Demands.

Journal Of Organizational Behavior.Vol. 18: 105-116.