Apa Itu Skripsi?

35
Apa itu Skripsi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar "lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi". skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma (D3). Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya. Anda mungkin saat ini belum "berhak" untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal. Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak lulus). Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1, skripsi adalah "belajar meneliti". Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat. Miskonsepsi tentang Skripsi Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya "ditujukan" untuk mahasiswa- mahasiswa dengan kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi antara kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas rata-rata. Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul dan membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk

description

Apa itu Skripsi?Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar "lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi". skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendap

Transcript of Apa Itu Skripsi?

Page 1: Apa Itu Skripsi?

Apa itu Skripsi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan

sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah sesuatu

yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui

dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar "lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi".

skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1).

Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma

(D3).

Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap

universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus

dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada nilai D

atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya. Anda mungkin saat ini belum "berhak"

untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.

Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda

harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi nantinya. Nilai Anda bisa

bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak lulus).

Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan

untuk menemukan dan

menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau memverikasi

teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1,

skripsi adalah "belajar meneliti".

Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi

buruk atau beban yang maha berat.

Miskonsepsi tentang Skripsi

Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya "ditujukan" untuk mahasiswa-mahasiswa dengan

kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi antara kemauan,

kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi tidak selalu sejalan dengan

tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa

dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas

rata-rata.

Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul dan

membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi sejatinya adalah

belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah keilmiahan yang baku. Skripsi bukan

untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1

sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian, secara umum, terbagi dalam dua pendekatan

yang berbeda: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik (scientific approach)

Page 2: Apa Itu Skripsi?

biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif (statistik), dan juga menolak grounded

theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist approach) umumnya tidak menggunakan struktur

karena bertujuan untuk menemukan teori, hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak

menggunakan metode eksploratori, dan sejalan dengan grounded theory.

Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan pendekatan

lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu minder jika Anda mengacu

pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan pendekatan yang lain. Juga, tidak perlu

kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada

menggunakan pendekatan yang lain.

poin-poin penting dalam penyusunan skripsi

Belajar merupakan proses kontinu/berkesinambungan yang merupakan kombinasi antara: menguasai

sesuatu yang baru, menggunakan sesuatu yang sudah dikuasai, dan mengajarkan sesuatu yang sudah

dikuasai pada orang lain.

Semua manusia pada dasarnya melakukan tiga hal di atas selama hidupnya (belajar berjalan, membaca,

berbicara, dll). Tinggal ganti `sesuatu’ dengan fisika/topik fisika/bidang ilmu yang kita minati. Itu menurut

saya langkah yang paling alamiah dan wajar untuk menjadi fisikawan. Hal di atas juga tidak didikte oleh latar

belakang (umur, agama, kelamin, pendidikan, dll).

Ini beberapa point penjabaran:

* Fisika (atau ilmu apa saja) itu luaassss sekali. Orang sepintar apa pun tidak akan pernah bisa menguasai

fisika (atau bidang ilmu lainnya) semuanya. Bahkan bagian pokoknya saja masih luas. Jadi jangan pernah

khawatir kalau tidak tahu sesuatu.

* Belajar itu proses kumulatif (akumulasi) sedikit demi sedikit. Yang sering sekali dilupakan adalah karena

mempelajari sesuatu yang kecil, lantas tidak dianggap serius. Sekecil atau semudah apa pun yang mau

dipelajari, sebaiknya dipelajari dengan baik.

* Tujuan utama BUKAN menyelesaikan problem/topik besar (saya mau buat teori kuantum gravitasi ! Saya

mau jago fisika sampai nguasai segala macam teori medan kuantum dan kosmologi ! Nah loh !), tapi

bagaimana untuk selalu bisa menggunakan ilmu/pengetahuan yang sudah dikuasai. Tidak perlu malu atau

minder kalau pengetahuan belum banyak. Hampir selalu ada hal-hal (kadang penting) yang bisa dilakukan

dengan pengetahuan, sesedikit apa pun.

* Belajar mandiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki. Definisi belajar mandiri bukan berarti

sendirian (single-fighter/alone): sambil pegang buku setumpuk coba di baca semua dan diselesaikan

soalnya ! Tetapi bagaimana bisa memperoleh pengetahuan atas inisiatif sendiri. Perhatikan kata kuncinya:

inisiatif sendiri ! Sumber pengetahuan banyak: buku, jurnal, internet, paper, tanya orang lain pun termasuk,

eksperimen, coba-coba, iseng-iseng, denger kebetulan di tengah kumpul-kumpul, melihat seminar! Jadi

bagaimana dengan inisiatif sendiri kita menggunakan semua sumber pengetahuan untuk mendapatkan

ilmu.

* Baca-baca-baca-baca ! Banyak sekali pengetahuan yang sudah tertulis di buku/paper dan kita tinggal

Page 3: Apa Itu Skripsi?

membaca. Bagaimana mencari buku/paper/jurnal/webpage yang tepat dimana tertulis sesuatu yang kita

butuhkan, adalah seni dan teknik yang tidak mudah tapi bisa dipelajari. Tools seperti Google saja bisa

sangat membantu untuk belajar. (Terus terang, Google adalah tempat bertanya saya yang pertama kali

umumnya kalau saya ada masalah, masalah apa saja)

* Tanya-tanya-tanya-tanya ! Kuliah itu diadakan untuk bertanya. Bahan yang dicatat di papan tulis sebagian

besar disalin dari buku (kecuali kalau yang ngasih kuliah jago banget dan punya ilmu baru).

o Kenapa kita harus bertanya ? Karena tidak akan pernah dosen/pengajar bisa memberikan semuanya

pada murid kalau cuman dosen/pengajar sendiri yang ngomong di kelas. Mungkin dosen/pengajar

menganggap mahasiswa tahu X, padahal mahasiswa belum tahu. Mungkin dosen/pengajar tanpa sengaja

melewatkan materi Y, padahal materi Y penting, dan baru setelah ada yang tanya tentang materi Y, sang

dosen/pengajar sadar (Oh iya, saya lupa tentang Y, kuliah berikut kita bahas). Mungkin … tanya saja,

adalah hak anda untuk bertanya, meski belum tentu dijawab.

o Di Indonesia, yang satu ini sudah budaya mengakar: orang sulit bertanya. That’s really bad. Akibat yang

paling buruk karena orang jarang/tidak pernah bertanya: orang tidak tahu bagaimana cara bertanya !

Padalah pertanyaan adalah kunci mencari pengetahuan, baik pengetahuan baru atau lama.

o Komunikasi dan interaksi adalah kunci pengajaran, pembelajaran, dan penyebaran ilmu.

* Terkait soal sebelumnya: karena orang tidak tahu bagaimana bertanya, orang tidak bisa membedakan

antara bertanya dan meminta orang lain untuk mengerjakan perkerjaannya. Itu 2 hal yang berbeda, tapi

tipis. Mula-mula kalau anda baru belajar untuk bertanya (iya, tidak tahu bagaimana memformulasi

pertanyaan, jadi belajar bertanya), anda mungkin tidak tahu bedanya. Tapi kalau sudah biasa bertanya (dan

menjawab pertanyaan orang lain tentunya), anda akan tahu, bedanya di mana. Anda bisa mengenali: Oh si

A itu cuman malas doank, dia nggak mau kerja. Oh si B itu dia ingin tahu, kalau sudah diberitahu dia akan

coba dan kerjakan sendiri.

Ketidakbisaan membedakan 2 hal di atas itu buruk sekali. Itu memicu kemalasan di satu pihak yang

pemalas (merasa dia bertanya, padahal dia minta orang lain ngerjakan kerjaanya), dan juga memicu

keseganan untuk bertanya di pihak yang rajin (merasa takut kalau pertanyaan dia dianggap malas, padahal

dia memang ingin bertanya). Dua-duanya kontraproduktif untuk perkembangan ilmu.

* Tulis-tulis-tulis. Dulu saya malas nyatat dan nulis, tapi itu ternyata salah. Otak saya terbatas kapasitasnya

dan gampang lupa, jadi mendingan ditulis. Kalau anda punya ide/pikiran atau apa, tulis. Tidak perlu rapi

sekali asal jelas, tapi tulis. Sebab siapa tahu ide/pikiran anda ternyata berguna kemudian. Kalau ada

masalah, tulis masalahnya. Kalau nemu buku/paper bagus, tulis siapa pengarangnya. Kalau ketemu orang

atau siapa yang kira-kira pintar dan baik dan bisa ditanya, tulis email/alamatnya. Tulis-simpan-baca-lagi.

* Jangan dikira hanya ada 1 metode atau cara dalam fisika/ilmu. Ada kisah tentang seorang dosen yang

ngasih PR tentang medan magnet dari suatu rangkaian listrik. Dari seluruh anak di kelas, hanya ada 1 yang

bisa mengerjakan. Kok bisa ? Ternyata problem itu tidak mudah untuk diselesaikan secara analitik

(diturunkan atau pakai integral atau apa), tapi rangkaian listrik itu bisa dibikin di lab elektronik, dan medan

magnetnya bisa diukur ! Satu anak yang dapet jawaban adalah orang yang pergi ke lab dan membuat

rangkaiannya di lab, lalu mengukur.

Fisikawan menggunakan segala macam cara dalam riset: cara-cara yang mungkin tidak terbayang kalau

kita masih baru, tapi ternyata sahih dari segi prinsip ilmiah.

* Jebakan/pitfall/trap dalam belajar atau kerja di fisika (serta bidang ilmu lainnya) itu banyak. Tidak semua

textbook/paper (seterkenal apa pun pengarangnya) itu bagus dan benar. Tidak semua orang yang kerja di

fisika itu tahu fisika dengan benar (ini fakta - but life goes on). Dan hanya anda sendiri yang bisa mencegah

Page 4: Apa Itu Skripsi?

jatuh ke dalam jebakan tsb, dengan selalu bersikap kritis, terbuka, dan ingin tahu. Saya sudah terjebak

teksbook/penjelasan yang kurang bagus, konsep/ide yang salah/kurang tepat, kata-kata atau pendapat

orang lain yang ternyata salah berkali-kali jadi kalau kelak anda mengalami nasib serupa jangan patah

semangat - semua orang bisa jadi mengalami hal sama.

Dunia fisika, misalnya, tidak se-innocent dan se-polos dan se-ideal dugaan anda. (Wah, fisika/fisikawan itu

idealis yah .. wah salah besar ini). Meng-idealisasi fisika sejak awal adalah kesalahan fatal !

* Jangan takut salah ! Terutama bagi yang sudah senior atau apa, karena takut tampak bodoh di depan

murid. Lebih baik bilang tidak tahu daripada sok tahu ! Dengan sendirinya, juga jangan

menyalahkan/mencela orang lain kalau orang lain tidak tahu, tapi bantu !

* Luangkan waktu untuk mengajarkan apa yang sudah anda ketahui, dan menjawab pertanyaan orang lain.

Setiap orang yang bekerja dalam bidang ilmu adalah juga pengajar (meskipun ybs tidak berprofesi sebagai

guru atau profesor). Beberapa hal positif dari menjawab pertanyaan: menyegarkan kembali pengetahuan di

otak, memberi saya cara pandang baru pada suatu masalah, memberi saya petunjuk dan kesempatan

menemukan jebakan/pitfall/trap terkait point 10 di atas, dan dengan sendiri-nya solusi untuk

jebakan/pitfall/trap tsb. Di tempat saya bekerja, dimana ada 500 lebih orang (profesor, staf riset di lab,

insinyur dan teknisi, dan mahasiswa Ph.D.), bertanya dan menjawab pertanyaan adalah kebiasaan sehari-

hari semua orang, tidak hanya yang masih baru atau junior. Besar sekali kemungkinannya bahwa situasi

serupa akan juga ditemukan di tempat-tempat lain di mana kegiatan riset dan akademiknya maju.

* Terakhir: Jangan percaya 100 persen pada pendapat/pikiran orang lain sebelum dibaca/dipikirkan/dan

dicoba sendiri. Termasuk kata-kata saya di atas. Coba sendiri dan buktikan apakah kata-kata saya benar

atau salah. Kalau benar ya berarti good news, kalau salah berarti saya harus perbaiki. Practice ! Experiment

! Just try it !

Tahap-tahap Persiapan dalam menyusun skripsi

Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul skripsi ke

Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek penelitian dan Anda akan

"ditarik" masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar

karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen pembimbing.

Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas mahasiswa,

seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan sedari awal adalah sesuatu

yang mutlak diperlukan.

Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut bisa

dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif topik, hingga

menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.

Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan diterbitkan

oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi pilihan. Kalau Anda

mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda pun akan cukup berkualitas.

Page 5: Apa Itu Skripsi?

Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih menarik, bahkan

bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas, penguji biasanya sudah "hafal di

luar kepala" sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan Anda pada ujian skripsi nantinya.

Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada referensi yang terbit

5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur referensi yang terbit tahun sepuluh-dua

puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada melacak referensi yang bertahun 1970-1980.

Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak selalu harus

ditulis secara "baku". Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk direvisi kemudian. Proposal ini

akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga

bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika Anda mengajukan topik/judul kepada dosen

pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa

yang serius dan benar-benar berkomitmen untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

Format Skripsi yang Benar

Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil penelitian yang

baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul, hingga ukuran/jenis huruf dan

spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian

sebagai berikut.

Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi penelitian

tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini, dan kontribusi yang akan

diberikan dari penelitian ini.

Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis. Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas di bab

pertama, kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan bahwa bagian ini

align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa yang “gagal” menyusun

alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan nggak nyambung.

Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang dipakai, tipe

dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang digunakan, model penelitian

yang diacu, dan sebagainya.

Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil pengolahan

secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis yang diajukan.

Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian harus disarikan dan

didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus menyimpulkan keberhasilan

tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang

mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian mendatang akibat dari keterbatasan yang dijumpai pada

penelitian ini.

Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan untuk memastikan

tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan skripsi. Peer-review dilakukan

untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal

Page 6: Apa Itu Skripsi?

baik (meski bukan dosen pembimbing Anda), kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa

kompeten, atau keluarga/orang tua (apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).

Proposal Penelitian Kualitatif (Skripsi)

Proposal Penelitian Kualitatif (Skripsi)

ImagePenelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistic-kontekstual melalui

pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian

kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan

makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian

kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan cirri-ciri

naturalistic yang penuh keotentikan.

Format Proposal Penelitian Kualitatif

1. Konteks Penelitian atau Latar Belakang

Bagian ini memuat uraian tentang latar belakang penelitian, untuk maksud apa peelitian ini dilakukan, dan

apa/siapa yang mengarahkan penelitian. (Lihat juga membuat pendahuluan skripsi )

2. Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan

diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut

ditampilkan.

Alasan-alasan ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik,

induktif, dan naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut diajukan setelah diadakan studi pendahuluan di lapangan.

3. Tujuan Penelitian

Page 7: Apa Itu Skripsi?

Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus

yang telah dirumuskan.

4. Landasan Teori

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di

lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar

penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran

landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian

berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang

digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada

sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

5. Kegunaan Penelitian

Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau

pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian

berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat

disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Metode Penelitian

Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang

menyangkut pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada bagian II peneliti perlu menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,

dan menyertakan alasan-alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Selain itu juga dikemukakan

orientasi teoretik, yaitu landasan berfikir untuk memahami makna suatu gejala, misalnya fenomenologis,

interaksi simbolik, kebudayaan, etnometodologis, atau kritik seni (hermeneutik). Peneliti juga perlu

mengemukakan jenis penelitian yang digunakan apakah etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif,

ekologis, partisipatoris, penelitian tindakan, atau penelitian kelas.

b. Kehadiran Peneliti

Page 8: Apa Itu Skripsi?

Dalam bagian ini perlu disebutkan bahwa peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.

Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti

sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak

diperlukan. Kehadiran peneliti ini harus dilukiskan secara eksplisit dalam laopran penelitian. Perlu dijelaskan

apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh. Di samping itu

perlu disebutkan apakah kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan.

c. Lokasi Penelitian

Uraian lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta

bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya letak

geografis, bangunan fisik (jika perlu disertakan peta lokasi), struktur organisasi, program, dan suasana

sehari-hari. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan,

dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-

hal yang bermakna dan baru. Peneliti kurang tepat jika megutarakan alasan-alasan seperti dekat dengan

rumah peneliti, peneliti pernah bekerja di situ, atau peneliti telah mengenal orang-orang kunci.

d. Sumber Data

Pada bagian ini dilaporkan jenis data, sumber data, da teknik penjaringan data dengan keterangan yang

memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang

dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan cara

bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari informan yang

dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling).

Istilah pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif harus digunakan dengan penuh kehati-hatian. Dalam

penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin,

bukan untuk melakukan rampatan (generalisasi). Pengambilan sampel dikenakan pada situasi, subjek,

informan, dan waktu.

e. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan,

wawancara mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman data: fidelitas da struktur.

Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video

memiliki fidelitas tinggi, sedangkan catatan lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur

menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal

yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data, dan prosedur perekaman diuraikan pada

bagian ini. Selain itu dikemukakan cara-cara untuk memastikan keabsahan data dengan triangulasi dan

waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data.

Page 9: Apa Itu Skripsi?

f. Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip

wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini

melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola,

pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis

data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain,

analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan

statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan

contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika. (lihat analisis )

g. Pengecekan Keabsahan Temuan

Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar

diperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan

teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam,

triangulasi(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus

negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan

dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain (transferrability), ketergantungan pada konteksnya (dependability),

dan dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability) .

h. Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan

desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.

7. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan

pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan

dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi

harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.

Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:

1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,

2. tahun penerbitan

3. judul, termasuk subjudul

Page 10: Apa Itu Skripsi?

4. kota tempat penerbitan, dan

5. nama penerbit.

Jenis-jenis Penelitian Ilmiah

Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu,

antara lain berdasarkan: (1) Tujuan; (2) Pendekatan; (3) Tempat; (4) Pemakaian atau hasil / alasan

yang diperoleh; (5) Bidang ilmu yang diteliti; (6) Taraf Penelitian; (7) Teknik yang digunakan; (8)

Keilmiahan; (9) Spesialisasi bidang (ilmu) garapan. Berikut ini masing-masing pembagiannya.

Berdasarkan hasil/alasan yang diperoleh:

1. Basic Research (Penelitian Dasar), Mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan

ilmu pengetahuan;

2. Applied Reseach (Penelitian Terapan), Mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui;

bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.

Berdasarkan Bidang yang diteliti:

1. Penelitian Sosial, secara khusus meneliti bidang sosial: ekonomi, pendidikan, hukum, dsb.

2. Penelitian Eksakta, secara khusus meneliti bidang eksakta: Kimia, Fisika, Teknik, dsb.

Berdasarkan Tempat Penelitian :

1. Field Research (Penelitian Lapangan), langsung di lapangan;

2. Library Research (Penelitian Kepustakaan), dilaksanakan dengan menggunakan literatur

(kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;

3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium), dilaksanakan pada tempat tertentu / lab, biasanya

bersifat eksperimen atau percobaan;

Berdasarkan Teknik yang digunakan :

1. Survey Research (Penelitian Survei), tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus)

terhadap variabel yang diteliti.

2. Experimen Research (Penelitian Percobaan), dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus)

terhadap variabel yang diteliti.

Berdasarkan Keilmiahan :

Page 11: Apa Itu Skripsi?

1. Penelitian Ilmiah

Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan

melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua

kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:

1. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti:

2. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila

data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;

Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah:

1. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas;

2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;

3. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas

4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;

5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;

6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;

7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;

8. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.

2. Penelitian non ilmiah (Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah)

* Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen,

Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana,

Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman),

Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.

* Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian,

yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu,

sekarang, akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel

masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe =

membeberkan/menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang

adalah penelitian eksperimen.

Penelitian secara umum :

o Penelitian Survei:

* Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;

* Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb.

* Melakukan evaluasi serta perbandingan terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam

menangani hal yang serupa;

* Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;

Page 12: Apa Itu Skripsi?

* Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;

* Penelitian ini dapat berupa :

1. Penelitian Exploratif (Penjajagan). Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah

yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling

mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut

anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik.

2. Penelitian Deskriptif. Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam

masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari

suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti

mengembangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis.

3. Penelitian Evaluasi. Mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya.

Evaluasi di sini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif

(dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan).

4. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan). Menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal

antara variabel melalui pengujian hipotesis.

5. Penelitian Prediksi. Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;

6. Penelitian Pengembangan Sosial. Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara

berkala: Misal: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;

o Grounded Research

Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan mengadakan

generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, mengembangkan teori; pengumpulan

dan analisis data dalam waktu yang bersamaan. Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori

berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori

menerangkan data setelah data diurai.

TUJUAN PENELITIAN :

Secara umum ada empat tujuan utama :

1. Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu

2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada

3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada

4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)

PERANAN PENELITIAN

1. Pemecahan Masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena

dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait;

2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan

Page 13: Apa Itu Skripsi?

untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;

3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :

PERSYARATAN PENELITIAN :

1. Mengikuti konsep ilmiah

2. Sistematis/Pola tertentu

3. Terencana

Penelitian dikatakan baik bila :

1. Purposiveness, Tujuan yang jelas;

2. Exactitude, Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;

3. Testability, Dapat diuji atau dikaji;

4. Replicability, Dapat diulang oleh peneliti lain;

5. Precision and Confidence, Memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi

atau sampel;

6. Objectivity, Bersifat objektif;

7. Generalization, Berlaku umum;

8. Parismony, Hemat, tidak berlebihan;

9. Consistency, data/ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata/ungkapan yang

memiliki arti sama;

10. Coherency, Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.

PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :

Garis besar :

1. Pembuatan rancangan;

2. Pelaksanaan penelitian;

3. Pembuatan laporan penelitian

Bagan arus kegiatan penelitian

1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan

2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;

3. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa

4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);

5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat menentukan

variabel apa, objeknya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;

6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?

7. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview,

Page 14: Apa Itu Skripsi?

kuesioner?

8. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?

9. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan

menentukan teknis analisisnya

10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?

11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar.

Proposal Penelitian Kualitatif (Skripsi)

Proposal Penelitian Kualitatif (Skripsi)

ImagePenelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistic-kontekstual melalui

pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian

kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan

makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian

kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan cirri-ciri

naturalistic yang penuh keotentikan.

Format Proposal Penelitian Kualitatif

1. Konteks Penelitian atau Latar Belakang

Bagian ini memuat uraian tentang latar belakang penelitian, untuk maksud apa peelitian ini dilakukan, dan

apa/siapa yang mengarahkan penelitian. (Lihat juga membuat pendahuluan skripsi )

2. Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan

diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut

ditampilkan.

Alasan-alasan ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik,

induktif, dan naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut diajukan setelah diadakan studi pendahuluan di lapangan.

Page 15: Apa Itu Skripsi?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus

yang telah dirumuskan.

4. Landasan Teori

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di

lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar

penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran

landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian

berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang

digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada

sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

5. Kegunaan Penelitian

Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau

pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian

berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat

disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Metode Penelitian

Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang

menyangkut pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada bagian II peneliti perlu menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,

dan menyertakan alasan-alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Selain itu juga dikemukakan

orientasi teoretik, yaitu landasan berfikir untuk memahami makna suatu gejala, misalnya fenomenologis,

interaksi simbolik, kebudayaan, etnometodologis, atau kritik seni (hermeneutik). Peneliti juga perlu

mengemukakan jenis penelitian yang digunakan apakah etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif,

ekologis, partisipatoris, penelitian tindakan, atau penelitian kelas.

Page 16: Apa Itu Skripsi?

b. Kehadiran Peneliti

Dalam bagian ini perlu disebutkan bahwa peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.

Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti

sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak

diperlukan. Kehadiran peneliti ini harus dilukiskan secara eksplisit dalam laopran penelitian. Perlu dijelaskan

apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh. Di samping itu

perlu disebutkan apakah kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan.

c. Lokasi Penelitian

Uraian lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta

bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya letak

geografis, bangunan fisik (jika perlu disertakan peta lokasi), struktur organisasi, program, dan suasana

sehari-hari. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan,

dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-

hal yang bermakna dan baru. Peneliti kurang tepat jika megutarakan alasan-alasan seperti dekat dengan

rumah peneliti, peneliti pernah bekerja di situ, atau peneliti telah mengenal orang-orang kunci.

d. Sumber Data

Pada bagian ini dilaporkan jenis data, sumber data, da teknik penjaringan data dengan keterangan yang

memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang

dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan cara

bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari informan yang

dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling).

Istilah pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif harus digunakan dengan penuh kehati-hatian. Dalam

penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin,

bukan untuk melakukan rampatan (generalisasi). Pengambilan sampel dikenakan pada situasi, subjek,

informan, dan waktu.

e. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan,

wawancara mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman data: fidelitas da struktur.

Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video

memiliki fidelitas tinggi, sedangkan catatan lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur

menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal

yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data, dan prosedur perekaman diuraikan pada

Page 17: Apa Itu Skripsi?

bagian ini. Selain itu dikemukakan cara-cara untuk memastikan keabsahan data dengan triangulasi dan

waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data.

f. Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip

wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini

melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola,

pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis

data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain,

analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan

statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan

contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika. (lihat analisis )

g. Pengecekan Keabsahan Temuan

Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar

diperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan

teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam,

triangulasi(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus

negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan

dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain (transferrability), ketergantungan pada konteksnya (dependability),

dan dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability) .

h. Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan

desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.

7. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan

pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan

dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi

harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.

Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:

1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,

Page 18: Apa Itu Skripsi?

2. tahun penerbitan

3. judul, termasuk subjudul

4. kota tempat penerbitan, dan

5. nama penerbit.

Prinsip Metodologi Penelitian Ilmiah

Mengingatkan saya sewaktu pertama kali mendapat tugas untuk mengerjakan proposal pada mata kuliah

Metodologi Penelitian. Karena banyak hal (misal bolos kuliah), akhirnya sewaktu bertemu bagian

metodologi, saya hanya bisa bingung, “Apa yang harus saya isi pada bagian ini? Apa bisa ‘mengarang

indah’?”

Akhirnya saya sedikit mengerti tentang metodologi: (mudahnya kurang lebih begini)

Jika seorang berbicara tentang cara seorang peneliti melakukan percobaan lapangan, dimana dalam

menentukan plot di lapangan, ia pertama-tama membagi daerah dalam 4 (empat) buah blok. Kemudian

blok-blok tersebut dibagi 4 (empat). Diteruskan dengan memberikan perlakuan pada masing-masing blok

tersebut, dan seterusnya. Maka yang dibicarakan di sini adalah Prosedur Penelitian. Jika kita membicarakan

bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu

penelitian dilakukan, maka yang dibicarakan adalah Metode Penelitian.

Berikut ini saya kutipkan beberapa prinsip metodologi dari Titin Supenti dalam Sukses Membuat Proposal .

(http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_Proposal_Penelitian).

Prinsip Metodologi

Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh

supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai

bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal

yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang

dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan

dikembangkan para ilmuwan maupun peneliti di dalam kegiatan ilmiah mereka.

Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, diantaranya:

Page 19: Apa Itu Skripsi?

A. Rene Descartes

Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:

1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense)

yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula

yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.

2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah

maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode

yang dimaksud yaitu: (1) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak

mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-

kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan

anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi, (2)

Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan

untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.(3) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan

tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi

sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu

urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru. (4) Buatlah penomoran

untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga

anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (5)Langkah yang digambarkan Descartes ini

menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.

3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut: (1)

Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak

masa kanak-kanak. (2) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun

yang paling meragukan. (3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.

4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat

membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi,

karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja

meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan

ragu-ragu.

5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS

(jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin

yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah

jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa

manusia itu abadi.

B. Alfred Julesayer

Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah

prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:

1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-

dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan.

2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan

dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung

makna.

3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika

Page 20: Apa Itu Skripsi?

(termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak

dapat dilakukan verifikasi apapun

C. Karl Raimund Popper

K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat

pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai

berikut:

1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya

melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran

terakhir.

Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.

2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala

(simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-

ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara

menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi)

akan berubah menjadi hukum.

K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu

dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.

3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa

sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori

kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di

dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu

cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka

runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha

penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION).

Akhirnya, semoga peristiwa mengarang indah seperti yang saya lamunkan dapat dihindari dan sekelumit

eceran informasi ini bisa mengisi penelitian yang benar indah.

Tips Cara Cepat Menyusun Skripsi

.

..

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan

sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah sesuatu

yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui

dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar “lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi”.

Saya juga sering mendapat kiriman pertanyaan tentang bagaimana menyusun skripsi dengan baik dan

benar. Ada juga beberapa yang menanyakan masalah teknis tertentu dengan skripsinya. Karena

keterbatasan waktu, lebih baik saya jawab saja secara berjamaah di sini. Sekalian supaya bisa disimak oleh

audiens yang lain.

Page 21: Apa Itu Skripsi?

Karena target pembacanya cukup luas dan tidak spesifik, maka tulisan ini akan lebih memaparkan tentang

konsep dan prinsip dasar. Tulisan ini tidak akan menjelaskan terlalu jauh tentang aspek teknis

skripsi/penelitian. Jadi, jangan menanyakan saya soal cara menyiasati internal validity, tips meningkatakan

response rate, cara-cara dalam pengujian statistik, bagaimana melakukan interpretasi hasil, dan seterusnya.

Itu adalah tugas pembimbing Anda. Bukan tugas saya.

Apa itu Skripsi

Saya yakin (hampir) semua orang sudah tahu apa itu skripsi. Seperti sudah dituliskan di atas, skripsi adalah

salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi inilah

yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma (D3).

Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap

universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus

dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada nilai D

atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya. Anda mungkin saat ini belum “berhak”

untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.

Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda

harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi nantinya. Nilai Anda bisa

bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak lulus).

Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan

untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori

baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara

untuk mahasiswa S1, skripsi adalah “belajar meneliti”.

Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi

buruk atau beban yang maha berat.

Miskonsepsi tentang Skripsi

Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya “ditujukan” untuk mahasiswa-mahasiswa dengan

kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi antara kemauan,

kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi tidak selalu sejalan dengan

tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa

dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas

rata-rata.

Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul dan

membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi sejatinya adalah

belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah keilmiahan yang baku. Skripsi bukan

untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1

sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian, secara umum, terbagi dalam dua pendekatan

yang berbeda: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik (scientific approach)

biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif (statistik), dan juga menolak grounded

theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist approach) umumnya tidak menggunakan struktur

karena bertujuan untuk menemukan teori, hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak

Page 22: Apa Itu Skripsi?

menggunakan metode eksploratori, dan sejalan dengan grounded theory.

Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan pendekatan

lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu minder jika Anda mengacu

pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan pendekatan yang lain. Juga, tidak perlu

kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada

menggunakan pendekatan yang lain.

Hal-hal yang Perlu Dilakukan

Siapkan Diri. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan kepada

Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan dengan penuh

kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan seberat apapun.

Minta Doa Restu. Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda tinggal

bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga lainnya bahwa selama

beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau Anda tinggal di kos, minta

pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk membuat komitmen dengan pacar. Berantem

dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

Buat Time Table. Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning yang jelas

mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul, kapan Anda melakukan

bimbingan/konsultasi, juga target waktu kapan skripsi harus sudah benar-benar selesai.

Berdayakan Internet. Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari referensi

secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa ditemukan lewat Google

Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau ProQuest.

Jadilah Proaktif. Dosen pembimbing memang “bertugas” membimbing Anda. Akan tetapi, Anda tidak selalu

bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah proaktif. Mulai dari mencari

topik, mengumpulkan bahan, “mengejar” untuk bimbingan, dan seterusnya.

Be Flexible. Skripsi mempunyai tingkat “ketidakpastian” tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah setengah jalan

tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang dosen Anda tiba-tiba

membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati sebelumnya. Terkadang Anda

merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi,

tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan hal-hal yang demikian itu.

Jujur. Sebaiknya jangan menggunakan jasa “pihak ketiga” yang akan membantu membuatkan skripsi untuk

Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda sendiri. Kalau dalam

perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan besar, sampaikan saja kepada

dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus, pastilah dengan senang hati ia akan membantu

Anda.

Siapkan Duit. Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak ada

sponsorships). Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos untuk

membeli suvenir bagi responden penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden, dan sebagainya.

Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana. Ironis kan?

Tahap-tahap Persiapan

Page 23: Apa Itu Skripsi?

Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul skripsi ke

Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek penelitian dan Anda akan

“ditarik” masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar

karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen pembimbing.

Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas mahasiswa,

seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan sedari awal adalah sesuatu

yang mutlak diperlukan.

Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut bisa

dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif topik, hingga

menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.

Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan diterbitkan

oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi pilihan. Kalau Anda

mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda pun akan cukup berkualitas.

Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih menarik, bahkan

bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas, penguji biasanya sudah “hafal di

luar kepala” sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan Anda pada ujian skripsi nantinya.

Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada referensi yang terbit

5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur referensi yang terbit tahun sepuluh-dua

puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada melacak referensi yang bertahun 1970-1980.

Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak selalu harus

ditulis secara “baku”. Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk direvisi kemudian. Proposal ini

akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga

bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika Anda mengajukan topik/judul kepada dosen

pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa

yang serius dan benar-benar berkomitmen untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

Kiat Memilih Dosen Pembimbing

Dosen pembimbing (academic advisor) adalah vital karena nasib Anda benar-benar berada di tangannya.

Memang benar bahwa dosen pembimbing bertugas mendampingi Anda selama penulisan skripsi. Akan

tetapi, pada prakteknya ada dosen pembimbing yang “benar-benar membimbing” skripsi Anda dengan

intens. Ada pula yang membimbing Anda dengan “melepas” dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari

dan menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing adalah salah satu elemen penting yang mendukung

kesuksesan Anda dalam menyusun skripsi.

Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri soal dosen pembimbing ini. Anda bisa memilih

sendiri dosen pembimbing yang Anda inginkan. Tapi ada juga universitas/fakultas yang memilihkan dosen

pembimbing buat Anda. Tentu saja lebih “enak” kalau Anda bisa memilih sendiri dosen pembimbing untuk

skripsi Anda.

Lalu, bagaimana memilih dosen pembimbing yang benar-benar tepat?

Page 24: Apa Itu Skripsi?

Secara garis besar, dosen bisa dikategorikan sebagai: (1) dosen senior, dan (2) dosen junior. Dosen senior

umumnya berusia di atas 40-an tahun, setidaknya bergelar doktor (atau professor), dengan jam terbang

yang cukup tinggi. Sebaliknya, dosen junior biasanya berusia di bawah 40 tahun, umumnya masih bergelar

master, dan masih gampang dijumpai di lingkungan kampus.

Tentu saja, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh, kalau

Anda memilih dosen pembimbing senior, biasanya Anda akan mengalami kesulitan sebagai berikut:

* Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.

* Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang tinggi dan

jadwal yang sangat padat.

Tapi, keuntungannya:

* Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau daripada rekan Anda.

* Anda akan “tertolong” saat ujian skripsi/pendadaran, karena dosen penguji lain (yang kemungkinan masih

junior/baru bergelar master) akan merasa sungkan untuk “membantai” Anda.

* Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat nilai A.

Sebaliknya, kalau Anda memilih dosen pembimbing junior, maka Anda akan lebih mudah selama proses

bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai di lingkungan kampus karena jam terbangnya belum terlalu

tinggi. Dosen muda umumnya juga tidak “jaim” dan “sok” kepada mahasiswanya.

Tapi, kerugiannya, Anda akan benar-benar “sendirian” ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau dosen penguji

lain lebih senior daripada dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda akan “dihajar” cukup telak. Dan

dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi yang bisa membantu/membela Anda.

Jadi, hati-hati juga dalam memilih dosen pembimbing.

Format Skripsi yang Benar

Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil penelitian yang

baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul, hingga ukuran/jenis huruf dan

spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian

sebagai berikut.

Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi penelitian

tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini, dan kontribusi yang akan

diberikan dari penelitian ini.

Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis. Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas di bab

pertama, kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan bahwa bagian ini

align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa yang “gagal” menyusun

alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan nggak nyambung.

Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang dipakai, tipe

dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang digunakan, model penelitian

yang diacu, dan sebagainya.

Page 25: Apa Itu Skripsi?

Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil pengolahan

secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis yang diajukan.

Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian harus disarikan dan

didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus menyimpulkan keberhasilan

tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang

mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian mendatang akibat dari keterbatasan yang dijumpai pada

penelitian ini.

Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan untuk memastikan

tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan skripsi. Peer-review dilakukan

untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal

baik (meski bukan dosen pembimbing Anda), kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa

kompeten, atau keluarga/orang tua (apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).

Beberapa Kesalahan Pemula

Ketidakjelasan Isu. Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat, jelas, padat,

dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji.

Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang) berlembar-lembar, tetapi sama

sekali sulit untuk dipahami.

Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan riset adalah menguji,

mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan untuk mendapatkan gelar

S1.

Bab I: Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari sebuah skripsi

adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom ketakutan jika nantinya hipotesis yang

diajukan ternyata salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian terpenting skripsi adalah Bab I.

Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab

berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya. (baca juga: Joint Hypotheses)

Padding. Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan terlalu

banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya

menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan beragam

acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam daftar acuan.

Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara fenomena

yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu bahwa fenomena yang

diuji adalah sesuatu yang menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu pula dengan metode yang

digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya

terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah

satu (atau keduanya), bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.

Keterbatasan & Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset dan

“kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi (atau tidak dapat

dilakukan) karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan periset, ketiadaan dana, atau

sempitnya waktu.

Page 26: Apa Itu Skripsi?

Kontribusi Riset. Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik sponsor atau dibiayai

dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas dan gamblang, termasuk

pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, apa korelasinya dengan penelitian

yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada

kegagalan mendapatkan dana sponsor.

Menghadapi Ujian Skripsi

Benar. Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral examination). Terlebih

lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi ujian pendadaran. Di

dalam ruang ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan, grogi, gemetar, berkeringat, yang

pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.

Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji. Biasanya

dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus tidaknya Anda dan

berapa nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang diberikan oleh masing-masing

penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi

yang sudah Anda buat. Waktu yang diberikan biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.

Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan menguji sejauh mana pemahaman

Anda akan bidang yang selama ini Anda pelajari. Tentu saja tidak semua mata kuliah diujikan, melainkan

hanya mata kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa pertanyaan yang spesifik, baik konseptual

maupun teknis.

Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu disikapi

sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah “konfirmasi” atas apa yang sudah Anda

lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa yang Anda lakukan, dan tidak grogi

di ruang ujian, bisa dipastikan Anda akan perform well.

Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu betul apa yang Anda lakukan dan apa

yang Anda teliti. Siapkan untuk melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu Anda paparkan semuanya

secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan menanyakan pada titik tersebut.

Tentu saja, Anda harus siapkan jawabannya dengan baik. Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di

hadapan dewan penguji.

Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk berdoa atau menjalankan sholat tahajud

di malam hari. Klise memang. Tapi benar-benar sangat membantu.

Jujur saja, saya (dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4 minggu tanpa ada kendala dan kesulitan yang

berarti. Dosen pembimbing saya adalah seorang professor dengan jam terbang sangat tinggi. Selama

berada dalam ruang ujian, kami lebih banyak berbicara santai sembari sesekali tertawa. Dan Alhamdulillah

saya mendapat nilai A.

Bukan. Bukan saya bermaksud sombong, tetapi hanya untuk memotivasi Anda. Kalau saya bisa,

seharusnya Anda sekalian pun bisa.

Pasca Ujian Skripsi

Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang jilid/fotokopi,

Page 27: Apa Itu Skripsi?

urus administrasi, daftar wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar. Setelah Anda dinyatakan

lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar sarjana yang selama ini Anda inginkan.

Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup. Sebenarnya Anda bisa melakukan lebih

jauh lagi dengan skripsi Anda. Caranya?

Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda untuk kemudian dikirimkan pada

media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau Anda memang ingin serius terjun di dunia ilmiah, lanjutkan dan

kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3. Dengan demikian, kelak akan semakin

banyak penelitian dan publikasi yang mudah-mudahan bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.

Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan arif dalam menciptakan serta

mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan tetapi, dengan

melakukan penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat bangkit mengejar

ketertinggalan.

Jadi, menyusun skripsi itu sebenarnya mudah kan?

Possibly Related:

* Mari Kita Membeli Ijazah

* Berapa Sih Harga Satu Menit?

* Lulusan Jaman Sekarang

* Mari Memasak Steak

* Tentang Akuntansi Manajemen

sekadar tambahan: (forward dari milis)

Belajar merupakan proses kontinu/berkesinambungan yang merupakan kombinasi antara: menguasai

sesuatu yang baru, menggunakan sesuatu yang sudah dikuasai, dan mengajarkan sesuatu yang sudah

dikuasai pada orang lain.

Semua manusia pada dasarnya melakukan tiga hal di atas selama hidupnya (belajar berjalan, membaca,

berbicara, dll). Tinggal ganti `sesuatu’ dengan fisika/topik fisika/bidang ilmu yang kita minati. Itu menurut

saya langkah yang paling alamiah dan wajar untuk menjadi fisikawan. Hal di atas juga tidak didikte oleh latar

belakang (umur, agama, kelamin, pendidikan, dll).

Ini beberapa point penjabaran:

* Fisika (atau ilmu apa saja) itu luaassss sekali. Orang sepintar apa pun tidak akan pernah bisa menguasai

fisika (atau bidang ilmu lainnya) semuanya. Bahkan bagian pokoknya saja masih luas. Jadi jangan pernah

khawatir kalau tidak tahu sesuatu.

* Belajar itu proses kumulatif (akumulasi) sedikit demi sedikit. Yang sering sekali dilupakan adalah karena

mempelajari sesuatu yang kecil, lantas tidak dianggap serius. Sekecil atau semudah apa pun yang mau

dipelajari, sebaiknya dipelajari dengan baik.

* Tujuan utama BUKAN menyelesaikan problem/topik besar (saya mau buat teori kuantum gravitasi ! Saya

Page 28: Apa Itu Skripsi?

mau jago fisika sampai nguasai segala macam teori medan kuantum dan kosmologi ! Nah loh !), tapi

bagaimana untuk selalu bisa menggunakan ilmu/pengetahuan yang sudah dikuasai. Tidak perlu malu atau

minder kalau pengetahuan belum banyak. Hampir selalu ada hal-hal (kadang penting) yang bisa dilakukan

dengan pengetahuan, sesedikit apa pun.

* Belajar mandiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki. Definisi belajar mandiri bukan berarti

sendirian (single-fighter/alone): sambil pegang buku setumpuk coba di baca semua dan diselesaikan

soalnya ! Tetapi bagaimana bisa memperoleh pengetahuan atas inisiatif sendiri. Perhatikan kata kuncinya:

inisiatif sendiri ! Sumber pengetahuan banyak: buku, jurnal, internet, paper, tanya orang lain pun termasuk,

eksperimen, coba-coba, iseng-iseng, denger kebetulan di tengah kumpul-kumpul, melihat seminar! Jadi

bagaimana dengan inisiatif sendiri kita menggunakan semua sumber pengetahuan untuk mendapatkan

ilmu.

* Baca-baca-baca-baca ! Banyak sekali pengetahuan yang sudah tertulis di buku/paper dan kita tinggal

membaca. Bagaimana mencari buku/paper/jurnal/webpage yang tepat dimana tertulis sesuatu yang kita

butuhkan, adalah seni dan teknik yang tidak mudah tapi bisa dipelajari. Tools seperti Google saja bisa

sangat membantu untuk belajar. (Terus terang, Google adalah tempat bertanya saya yang pertama kali

umumnya kalau saya ada masalah, masalah apa saja)

* Tanya-tanya-tanya-tanya ! Kuliah itu diadakan untuk bertanya. Bahan yang dicatat di papan tulis sebagian

besar disalin dari buku (kecuali kalau yang ngasih kuliah jago banget dan punya ilmu baru).

o Kenapa kita harus bertanya ? Karena tidak akan pernah dosen/pengajar bisa memberikan semuanya

pada murid kalau cuman dosen/pengajar sendiri yang ngomong di kelas. Mungkin dosen/pengajar

menganggap mahasiswa tahu X, padahal mahasiswa belum tahu. Mungkin dosen/pengajar tanpa sengaja

melewatkan materi Y, padahal materi Y penting, dan baru setelah ada yang tanya tentang materi Y, sang

dosen/pengajar sadar (Oh iya, saya lupa tentang Y, kuliah berikut kita bahas). Mungkin … tanya saja,

adalah hak anda untuk bertanya, meski belum tentu dijawab.

o Di Indonesia, yang satu ini sudah budaya mengakar: orang sulit bertanya. That’s really bad. Akibat yang

paling buruk karena orang jarang/tidak pernah bertanya: orang tidak tahu bagaimana cara bertanya !

Padalah pertanyaan adalah kunci mencari pengetahuan, baik pengetahuan baru atau lama.

o Komunikasi dan interaksi adalah kunci pengajaran, pembelajaran, dan penyebaran ilmu.

* Terkait soal sebelumnya: karena orang tidak tahu bagaimana bertanya, orang tidak bisa membedakan

antara bertanya dan meminta orang lain untuk mengerjakan perkerjaannya. Itu 2 hal yang berbeda, tapi

tipis. Mula-mula kalau anda baru belajar untuk bertanya (iya, tidak tahu bagaimana memformulasi

pertanyaan, jadi belajar bertanya), anda mungkin tidak tahu bedanya. Tapi kalau sudah biasa bertanya (dan

menjawab pertanyaan orang lain tentunya), anda akan tahu, bedanya di mana. Anda bisa mengenali: Oh si

A itu cuman malas doank, dia nggak mau kerja. Oh si B itu dia ingin tahu, kalau sudah diberitahu dia akan

coba dan kerjakan sendiri.

Ketidakbisaan membedakan 2 hal di atas itu buruk sekali. Itu memicu kemalasan di satu pihak yang

pemalas (merasa dia bertanya, padahal dia minta orang lain ngerjakan kerjaanya), dan juga memicu

keseganan untuk bertanya di pihak yang rajin (merasa takut kalau pertanyaan dia dianggap malas, padahal

dia memang ingin bertanya). Dua-duanya kontraproduktif untuk perkembangan ilmu.

* Tulis-tulis-tulis. Dulu saya malas nyatat dan nulis, tapi itu ternyata salah. Otak saya terbatas kapasitasnya

dan gampang lupa, jadi mendingan ditulis. Kalau anda punya ide/pikiran atau apa, tulis. Tidak perlu rapi

sekali asal jelas, tapi tulis. Sebab siapa tahu ide/pikiran anda ternyata berguna kemudian. Kalau ada

masalah, tulis masalahnya. Kalau nemu buku/paper bagus, tulis siapa pengarangnya. Kalau ketemu orang

Page 29: Apa Itu Skripsi?

atau siapa yang kira-kira pintar dan baik dan bisa ditanya, tulis email/alamatnya. Tulis-simpan-baca-lagi.

* Jangan dikira hanya ada 1 metode atau cara dalam fisika/ilmu. Ada kisah tentang seorang dosen yang

ngasih PR tentang medan magnet dari suatu rangkaian listrik. Dari seluruh anak di kelas, hanya ada 1 yang

bisa mengerjakan. Kok bisa ? Ternyata problem itu tidak mudah untuk diselesaikan secara analitik

(diturunkan atau pakai integral atau apa), tapi rangkaian listrik itu bisa dibikin di lab elektronik, dan medan

magnetnya bisa diukur ! Satu anak yang dapet jawaban adalah orang yang pergi ke lab dan membuat

rangkaiannya di lab, lalu mengukur.

Fisikawan menggunakan segala macam cara dalam riset: cara-cara yang mungkin tidak terbayang kalau

kita masih baru, tapi ternyata sahih dari segi prinsip ilmiah.

* Jebakan/pitfall/trap dalam belajar atau kerja di fisika (serta bidang ilmu lainnya) itu banyak. Tidak semua

textbook/paper (seterkenal apa pun pengarangnya) itu bagus dan benar. Tidak semua orang yang kerja di

fisika itu tahu fisika dengan benar (ini fakta - but life goes on). Dan hanya anda sendiri yang bisa mencegah

jatuh ke dalam jebakan tsb, dengan selalu bersikap kritis, terbuka, dan ingin tahu. Saya sudah terjebak

teksbook/penjelasan yang kurang bagus, konsep/ide yang salah/kurang tepat, kata-kata atau pendapat

orang lain yang ternyata salah berkali-kali jadi kalau kelak anda mengalami nasib serupa jangan patah

semangat - semua orang bisa jadi mengalami hal sama.

Dunia fisika, misalnya, tidak se-innocent dan se-polos dan se-ideal dugaan anda. (Wah, fisika/fisikawan itu

idealis yah .. wah salah besar ini). Meng-idealisasi fisika sejak awal adalah kesalahan fatal !

* Jangan takut salah ! Terutama bagi yang sudah senior atau apa, karena takut tampak bodoh di depan

murid. Lebih baik bilang tidak tahu daripada sok tahu ! Dengan sendirinya, juga jangan

menyalahkan/mencela orang lain kalau orang lain tidak tahu, tapi bantu !

* Luangkan waktu untuk mengajarkan apa yang sudah anda ketahui, dan menjawab pertanyaan orang lain.

Setiap orang yang bekerja dalam bidang ilmu adalah juga pengajar (meskipun ybs tidak berprofesi sebagai

guru atau profesor). Beberapa hal positif dari menjawab pertanyaan: menyegarkan kembali pengetahuan di

otak, memberi saya cara pandang baru pada suatu masalah, memberi saya petunjuk dan kesempatan

menemukan jebakan/pitfall/trap terkait point 10 di atas, dan dengan sendiri-nya solusi untuk

jebakan/pitfall/trap tsb. Di tempat saya bekerja, dimana ada 500 lebih orang (profesor, staf riset di lab,

insinyur dan teknisi, dan mahasiswa Ph.D.), bertanya dan menjawab pertanyaan adalah kebiasaan sehari-

hari semua orang, tidak hanya yang masih baru atau junior. Besar sekali kemungkinannya bahwa situasi

serupa akan juga ditemukan di tempat-tempat lain di mana kegiatan riset dan akademiknya maju.

* Terakhir: Jangan percaya 100 persen pada pendapat/pikiran orang lain sebelum dibaca/dipikirkan/dan

dicoba sendiri. Termasuk kata-kata saya di atas. Coba sendiri dan buktikan apakah kata-kata saya benar

atau salah.