Apa Itu Pengertian Komunikasi Kesehatan
-
Upload
devieputryy -
Category
Documents
-
view
300 -
download
52
description
Transcript of Apa Itu Pengertian Komunikasi Kesehatan
Apa Itu Pengertian Komunikasi Kesehatan A. Pendahuluan
Sebagai Makhluk Sosial, Manusia tidak mungkin Hidup sendiri, dan selalu tergantung satu dengan yang lainnya. Memerlukan orang lain merupakan keharusan untuk kelansungan hidupnya. Dan hubungan ini berlansung dalam konteks “KOMUNIKASI”.
Secara Khusus, tulisan ini menyajikan metode komunikasi kesehatanyang sistematis untuk dapat berorientasi pada masalah-masalah kesehetan pokok, seperti “kelansungan hidup anak”, pemberantasan dan penanggulangan penyakit-penyakit menular seperti, TBC, diare, penyakit menular seksual serta penyakit-penyakit yang muncul akibat “perilaku” seperti jantung koroner, kegemukan, diabetes, dan sebagainya.
Selain membahas teori atau konsep dasar tentang komunikasi antara manusia, tulisan ini juga juga akan memberikan gambarannya secara rinci tentang :1. Komunikasi kesehatan masyarakat dan perannya bagi professional kesehatan dan bagi program-program kesehatan pokok.2. Beberapa disiplin ilmu.3. Tahap-tahap dalam metodologi komunikasi kesehatan.4. Berbagai metode atau strategi untuk memantapkan “pelembagaan”
upaya komunikasi kesehatan.
B. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI KESEHATANUntuk dapat memahami komunikasi kesehatan ini, kita perlu sedikit membahas
tentang kata “ Komunikasi “, yang secara umum diartikan sebagai suatu proses yang kompleks dengan beberapa karakteristiknya. Dalam proses komunikasi kesehatan ini, biasanya dan selalu melibatkan dua pihak, baik itu antara individu dengan individu, atau individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok yang selalu berinteraksi dengan aturan-aturan yang telah di sepakati bersama.
Dalam bagian ini kita akan membahas beberapa teori, konsep, definisi serta asumsi-asumsi dalam prosesnya. Dan juga akan menampilkan beberapa model komunikasi yang umum di gunakan dalam proses komunikasi kesehatan.
1. Definisi Komunikasi.Kata Komunikasi mengandung banyak arti, kalau dari pengertian umumnya
samapai dengan yang spesifik, sepertihalnya “Komunikasi Kesehatan”.seperti menurut George A Miller (1951), “ Komunikasi berarti suatu proses informasi yang di sampaikan dari suatu tempat tertentu ke tempat yang lain”, menurut dia ini, informasi disampaikan dari satu poin ke poin yang lainya, seperti halnya terjadi saat dua orang sedang berinteraksi melalu pesawat telepon, atau dengan email, atau juga dari suatu Negara ke Negara lainnya.
Adapun defines lain yang di kemukakan oleh Clevenger (1959) “ komunikasi merupakan suatu terminology yang merujuk pada suatu proses pertukaran onformasi yang dinamis.” Berarti masing-masing pihak terlibat dalam dalam proses “berbagi” informasi.
komunikasi bersifat serba ada dan berbentuk ganda ( B. Augrey Fisher, 1986). Sebutlah ada 10 orang ahli komunikasi yang masing-masing di mintai pendapatnya tentang definisi “komunikasi”, maka aka diperoleh pendapat-pendapat tentang definisi tersebut yang tumpang tindih, namun tidak ada satupun yang sama. Walaupun pendapat-pendapat itu berbeda, namun kita dapat menarik unsure yang sama dan yang spesifik. Hal itulah yang di maksud dengan serba ada dan ganda.
2. Komunikasi antar manusia ( human communication )Dalam sejarah, perkembangan komunikasi ini terdapat 2 bentuk umum. Pertama
komunikasi antar manusia, dan ke dua komunikasi bukan antar manusia, misalnya komunikasi antar hewan serta antar hewan dengan lingkungan alam.
komunikasi antara manusia adalah komunikasi yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok manusia.
Cronkhite (1967) menyatakan, bahwa komunikasi antar manusia itu terjadi ketika individu merespon simblo-simbol tertentu dengan menggunakan bahasa.
dibawah ini adalah ilustrasi yang menunjukkan hubungan komunikasi antar manusia dengan komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah bagian dari komunikasi antar manusia yang berfokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok / masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan, serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse and northouse, 1985)
C. Model-model komukasi di dalam komunikasi kesehatan.
seperti telah di sampaikan, komunikasi kesehatan adalah ilmu baru yang bersifat “Multidisipliner” dengan di siplin utama ilmu komunikasi. Di bawah ini akan di buat beberapa model atau teori komunikasi yang relevan dengan komunikasi kesehatan.
1. Model Shanon-Weaverdalam model ini komunikasi di pandang sebagai “system”, di mana “sumber”
informasi memilih informasi yang di rumuskan menjadi “pesan”, dan selanjutnya pesan di kirim dengan isyarat melalui “saluran” kepada Penerima, kemudian baru penerima menerjemahkannya dan mengirimkannya ke tempat tujuan.
Seperti ilustrasi di bawah ini :
2. Model S M C RModel Ini menampilkan 4 variabel dalam komunikasi, yakni “sumber, Pesan,
Saluran, dan penerima”. Model ini melihat proses komunikasi berlangsung berdasarkan keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar belakang budaya yang berbeda dari sumber informasi. Pesan di transfer melalui saluran yang melibatkan pendengaran, penglihatan, sentuhan, baud an rasa. Kemudian penerima mengitenterprestasikan pesan tersebut dengan keterampilan, sikap dan pengetahuan dan latar budaya yang berbeda.
salah satu kekuatan dari model ini adalah bahwa komunikasi di lihat sebagai suatau proses yang dinamis, bukan sekedar peristiwa statis. Sedangkan kekurangannya tidak ada mekanisme Umpan Balik dalam prosesnya.
Model ini sangat bermanfaat untuk komunikasi antar petugas kesehatan. Di bwah ini adalah gambar yang mengilustrasikan tentang model SMCR.
3. Speech Communication Model Model ini pertama sekali di kembangkan oleh Miller (1972) yang melihat
bahwa proses komunikasi terdiri dari tiga variable. Yakni pembicara, pendengar, dan umpan balik.
Model ini tampak sederhana untuk menjelaskan proses komunikasi yang kompleks dan rumit dalam realitas, namun sangat mudah di pahami untuk menjelaskan proses komunikasi antar manusia.
Berikut ini adalah ilustrasi dari Model Speech Communication.
D. KOMUNIKASI KESEHATAN MASYARAKAT SEBAGAI INTERVENSI PERUBAHAN PERILAKU Komunikasi Kesehatan Masyarakat saat ini sudah mengalamai perubahan yang sangat pesat dan mendasar. Dari strategi yang bersifat partial komunikasi kesehatan telah bergeser kepada strategi komprehensif berdasarkan hasil studi empiris Komunikasi kesehatan masyarakat kini sudah menjadi disiplin ilmu baru yang berbasis aplikasi di lapangan dan berupakan untuk menumbuhkan sikap serta mempengarungi perilaku kesehatan secara sistematis dengan menggunakan metode komunikasi massa. Tujuan pokoknya adalah perubahan perilaku kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, dalam proses ini , konsumen atau klien di tempatkan pada posisi yang penting dan di anggap menentukan.
Salah satu efek dari komunikasi ini adalah tumbuhnya motivasi masyarakat untuk mengadopsi kebiasaan atau perialku baru yang mulanya percaya pada cara cara tradisional dan bersikap fatalistis terhadap masalah kesehatan yang di hadapi.
1. Kerangka Konseptual Komunikasi Kesehatan.Disiplin ilmu kesehatan merupakan modifikasi dari teori dan metod komunikasi
dengan di siplin ilmu lain2. Pemasaran social
Kotler Memberikan batasan bahwa pemasaran social sebagai suatu kompleks yang terdiri dari desain, implementasi dan pengawasan suatu program yang di tunjukkan untuk meningkatkan penerimaan gagasan ide social atau perilaku pada suatu kelompok sasaran.
Dibawah ini adalah factor-faktor yang membedakan antara emasaran social dengan pemasaran komersial.
v Produk-produk social lebih rumit dari pada produk komersial.v Produk komersial biasanya lebih controversial.v Keuntungan produk social tidak jelas dan baru di erasakan dalam jangka waktu yang
panjang.v Saluran distribusinya sulit di control.v Sulit melakukan analisis pasar.v Sasarannya sangat terbatas.v Ukuran keberhasilannya tidak dalam bentuk uang.
3. Focus pada Konsumen.Pemasaran social berorientasi pada konsumen, bukan pada produk dn
konsumen inilah yang di jadikan alat ukur beberhasilan program pemasaran social. Segmentasi sasaran merupakan proses untuk menentukan sub-kelompok serta media yang biasanya di gunakan oleh masayarakat.
4. Variabel pemasaranKonsumen sebagai focus dalam pemasaran social terdiri dari 4 variabel. Yakni
produk, harga, tempat, dan promosi yang di kenal dengan 4P.
5. Analisa perilaku.Analisa perilaku merupakan studi tentang peristiwa yang ada dalam masayarakat, terutama yang berkaitan dengan perilaku atau kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam masyarakat serta factor-faktor yang melatarkan belakangi perilaku tersebut. Program komunikasi kesehtan yang berorientasi pada konsumen selayaknya menggunakan analisi perilaku untuk menggunakan fakta yang ada dalam masyarakat serta alas an mengapa perilaku tersebut sering muncul dlam kehidupan sehari-hari.
6. Analisis Antropologi medis.Dalam hal ini kita mempelajari persepsi, kepercayaan, nilai, dan kebiasaan-
kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat, dan melihat secara jelas adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat.
E. Program Komunikasi kesehatan.
Program komunikasi kesehtan adalah upaya promosi yang di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang di desain untuk tujuan jangka panjang, agar terjadi perubahan perilaku yang lestari pada kelompok sasaran.
Dan di bawah ini adalah tahap-tahap dari program Komunikasi kesehatan.v Tahap Perencanaan.· Analisis masalah kesehtan· Riset pengembangan· Pengembangan strategis.· Uji coba bahan· Rencana operasional.
v Tahap pelaksanaan.· Produksi· Pelatihan· Distribusi
v Tahap pemantauan dan evaluasi· Evaluasi keluaran· Evaluasi akibat.· Evaluasi dampak.
1. Tahap perencanaan.Dalam tahap ini, semua keberhasilan tergantung pada tahap sejauh mana perencaan program. Perencanaan program meliputi.
v Analisi masalah kesehatan.Analisis ini merupakan langkah awal yang di lakukan dalam perencanaan yang hendak di tanggulangi
v Riset pengembangan.Riset ini dialkukan supaya program komunikasi kesehatan ini didasarkan pada pemahaman kelompok sasaran.
v Teknik kumulatif.Teknik ini digunakan untuk menguantifikasikan dan mengukur fasilitas yang tersedia.
v Teknik kualitatif.Digunakan untuk menggali segala informasi mendalam tentang penyakit dan kebiasaan.
v Pengembanagan strategi.
Dalam pengembangan ini perencaaan di adopsi dari prinsip-pprinsip pemasaran social yang di jadikan pegangan dalam pengembangan berbagai strategi program secara menyuluruh.
2. Tahap pelaksanaan kegiatan.Kegiatan ini di mulai dengan menggunakan bahan komunikasi yang di hasilkan
dengan kualitas yang tinggi, kemudianbahan didistribusikan melalui berbagai jalur media secara terpadu.
Dalam tahap ini, ada 3 tahap kegiatan pokok. Yakni Produksi, Distribusi, Pelatihan.
v ProduksiKualitas produksi harus cukup memadai, sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang tersedia.
v Distribusi.Upaya penyaluran atau penyebaran produksi media yang dilakuan secara
terpadu berdasarkan strategi pokok yang telah di kemukakan.
v Pelatihan.Pelatihan ini salah satu kegiatan pokok dalam rangka distriubusidan pelayanan
produksi. Memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat membuahkan keberhasilan program secara menyeluruh.
3. Pemantauan dan evaluasi.Pemantauan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kekurangan atau
kesalahan yang mungkin terjadi dalkam strategi produksi, distribusi dan komunikasi.
v Perbaikan program.Dalam hal ini melkukan pemantauan dalam proses riset yang bertuuan untuk
mengungkapkan hambatan-hambatan yang terjadi selama program berlangsung.
v Evaluasi.Evaluasi ii sangat penting dalam program komunikasi kesehatan yang bertujuan
enilai hasil keseluruhan program dengan menggunakan teknk riset secara sistematis
v Strategi evaluasi.Evaluasi yang efektif merupakan gabungan berabagai strategi dan studi dengan
metode-metode yang berbeda. Dimana terdapat pertanyaan yang berbeda, namun harus dapat di jawab dengan metodologi tertentu.
v Evaluasi sebagai dasar pengambilan keputusan.Evaluasi tentu saja harus berdasarakan hasil riset, baik kuantitatif maupun kualitatif,
agar dapat mengukur seberapa jauh tujuan program yang telah tercapai.
Komunikasi Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat untuk menyebarluaskan
pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan menggambarkan kebudayaan pada masyarakat. Hal
ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Untuk memenuhi
kebutuhan berinteraksi yang bersifat antarpribadi, dipenuhi melalui kegiatan komunikasi interpersonal
atau antarpribadi. Sedangkan kebutuhan untuk berkomunikasi secara publik dengan orang banyak,
dipenuhi melalui aktivitas komunikasi massa.
Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya kehidupan suatu
masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi sekaligus merupakan unsur pembentuk
suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin manusia hidup di suatu lingkungan tanpa berkomunikasi satu
sama lain.
Komunikasi kesehatan masyarakat saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat pesat dan
mendasar dari strategi yang bersifat partial komunikasi kesehatan telah bergeser kepada strategi
komprehensif berdasarkan hasil studi empiris. Komunikasi kesehatan saat ini juga telah memanfaatkan
teknologi baru yang dimodifikasi dengan komunikasi pembangunan. Prinsip-prinsip pemasaran sosial.
Analisis perilaku serta manajemen yang berorientasi kepada pelanggan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi kesehatan?
2. Bagaimana konsep komunikasi kesehatan?
3. Apa landasan komunikasi dalam pembangunan kesehatan?
4. Macam-macam jenis komunikasi?
5. Bagaimana model komunikasi kesehatan?
6. Bagaimana ruang lingkup komunikasi kesehatan?
7. Apa dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan?
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari komunikasi kesehatan
2. Agar dapat mengetahui konsep komunikasi kesehatan
3. Agar dapat mengetahui landasan komunikasi dalam pembangunan kesehatan
4. Agar dapat mengetahui jenis-jenis dari komunikasi kesehatan
5. Agar dapat mengetahui model dari komunikasi kesehatan
6. Agar dapat mengetahui ruang lingkup komunikasi kesehatan
7. Agar dapat mengetahui dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Kesehatan
Definisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan konseptual antara
“komunikasi” dengan “kesehatan” sehingga konsep komunikasi memberikan peranan pada kata yang
mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi bisnis, komunikasi kultural, dll). Berikut adalah definisi
dari komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah :
a. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikaso untuk menyebarluaskan
informasi kesehatan yang dapat memengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat
keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan.
b. Studi yang menekankan peran teori komunikasi yang dapat digunakan dalam penelitian dan praktik yang
berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
c. Kegunaan teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk memengaruhi individu,
organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan mempromosikan kondisi yang kondusif atau yang
memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan lingkungan. Kegunaan ini termasuk beragam
aktivitas seperti interaksi antara professional kesehatan dengan para pasien di klinik, self-help groups,
mailings, hotlines, kampannya media massa, dan penciptaan peristiwa.
d. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu dengan maksud
mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pilihan perilaku hidup sehat.
e. Seni dan teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan memotivasi
individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi
di kalangan audiens yang mengatur perhatian terhadap kesehatan.
f. Proses kemitraan antara para partisipam berdasarkan dialog dua arah yang didalamnya ada suasana
interaktif, ada perukaran gagasan, ada kesepakatan menganai kesatuan gagasan mengenai kesehatan
yang seimbang demi membaharui pemahaman bersama (Ratzan, S.C., 1994)
g. Komunikasi yang berkaitan dengan proses pertukaran pengetahuan, meningkatkan konsensus,
mengidentifikasi aksi-aksi yang berkaitan dengan kesehatan yang mungkin dapat dilakukan secara
efektif.
Menurut para ahli, komunikasi kesehatan adalah
Menurut George A Miller (1951): komunikasi adalah proses informasi yang disampaikan dari satu tempat
tertentu ke tempat yang lain
Menurut Clavenger (1959): komunikasi merupakan suatu terminologi yang merujuk pada suatu proses
pertukaran informasi yang dinamis.
Menurut Cherry (1966): komunikasi berarti berbagi elemen perilaku dengan kesepakatan yang ditetapkan
bersama.
Secara umum, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan kesehatan oleh
komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk mendorong
perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status)
sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial.
Jadi, komunikasi Kesehatan adalah proses penyampaian informasi tentang kesehatan.
2.2 Konsep Komunikasi Kesehatan
Konsep komunikasi kesehatan secara khusus diterapkan untuk pelaksanaan program
pembangunan di bidan kesehatan, yaitu pada
1. Pemasaran sosial
Pemasaran sosial selalu dimulai dengan promosi tentang sikap atau kepercayaa yang dikaitkan
dengan kesehatan. Kemudian dilakukan penyampaian anjuran tentang produk atau pelayanan dengan
petunjuk cara pemakaian yang efektif.
Berikut adalah hal-hal yang berada pada pemasaran sosial :
Melakukan segmentasi sasaran
Mempromosikan produk
Pelayanan
2. Analisis perilaku
Mempelajari perilaku
Menentukan perilaku baru
Menumbuhkan perilaku baru
Memotivasi perubahan
3. Antropologi
Mengkaji aspek kebudayaan masyarakat
4. Sosiologi
Mengkaji aspek :
a. Interaksi = horizontal – vertikal
b. Integrasi = horizontal –vertikal
Tahap-tahap pelaksanaan mencakup :
Produksi, menyangkut materi, media seprofesional mungkin sesuai sumber daya yang ada
Distribusi, aktifitas media, produk, pelayanan, dukungan antar persona/individu
Pelatihan, pendistribusian materi pendidikan, penyediaan produk, dan pelayanan
Evaluasi mencakup :
Sistem distibusi produk dan materi
Administrasi internal, kinerja personil dan anggaran
Penelusuran sementara dari tingkat pengetahuan dan praktek
Ketiga tahap tersebut mengharapkan cara bagaimana program membuka kesempatan
mempengaruhi birokrasi kesehatan yang lebih luas, meyakinkan bahwa proses komunikasi merupakan
bagian integral dari seluruh system pelayanan kesehatan.
2.3 Landasan Komunikasi dalam Pembangunan Kesehatan
Dalam Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 63 dijelaskan perlunya
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang mantap agar dapat menunjang sepenuhnya
pelaksanaan manajemen dan upaya kesehatan dengan menggunakan teknologi dari yang sederhana
hingga yang mutakhir disemua tingkat administrasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan
dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen kesehatan. Pendekatan sentralistis di waktu
lampau menyebabkan tidak berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan dan di
Daerah. Manajemen memang akan berkembang dengan baik pada saat suatu unit atau Daerah diberi
kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri (otonom).
Dengan kurang jelasnya manajemen kesehatan diwaktu lampau, maka kebutuhan informasi dan datanya
pun menjadi tidak jelas pula.
Oleh karena itu, tahun 2001 yang merupakan awal pelaksanaan Otonomi Daerah dapat
dianggap sebagai momentum yang tepat untuk mulai mengembangkan kembali Sistem Informasi
Kesehatan. Mendukung hal tersebut maka pada tahun tersebut di terbitkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Seiring dengan pesatnya perkembangan di bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi (ICT) maka pada tahun 2003 dikeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun
2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengem-bangan egovernment. Kemudian dijabarkan lagi
melalui
Surat Keputusan Menteri Informasi & Komunikasi nomor 56/KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang
Panduan Manajemen Sist Dokumen Elektronik (versi 1.0) dan Surat Keputusan Kepala Badan
Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/ 2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
2.4 Jenis-Jenis Komunikasi Kesehatan
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993),
komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini
difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi
yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan
keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi
(1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proporsional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi untuk
personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
A. KOMUNIKASI VERBAL
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah
pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal
biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk
mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek,
observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk
berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara
secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih
mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan
perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan
kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri
anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak
enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh
perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi
penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara
saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya
mendengarkan paru-paru Anda”.
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti
konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami
klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk
menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus
hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting
ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan
yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan
bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal
tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang
tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa
menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak
waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat,
tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih
bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat.
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi
catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk
menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan
klien.
B.KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan
cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari
pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang
mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
1) Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan
lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan
antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim
terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2) Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat
persen dari kesan terhadap seseOrang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan
Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat
menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi
klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya
mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3) Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena
emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari
emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang
tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4) Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah:
terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting
dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai
orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya
tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara
sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan
dalam keadaan sejajar.
5) Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat
mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah
dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6) Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan
merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma
sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan,
melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit
membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk
menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa
walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah
penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan
kepekaan dan hati-hati. Komunikasi terapeutik sebagai tanggung jawab perawat, yakni perawat harus
memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta
perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979)
dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap
tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang mementingkan dirinya sendiri.
Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa
“human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya:
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap
orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan”. Perilaku menolong
sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.
Didalam organisasi sangat membutuhkan komunikasi. Adapun jenis- jenis komunikasi dalam
organisasi antara lain :
a. Komunikasi formal vs informal
Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh hirarki
wewenang. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan tidak tergantung pada
herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai maksud, yaitu
- Pemuasan kebutuhan manusiawi,
- Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan,
- Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
- Sumber informasi hubungan pekerjaan.
Jenis lain dari komunikasi informasi adalah adalah dasas-desusyang secara resmi tidak setuju. Desas-
desus ini juga mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi.
b. Komunikasi ke bawah vs komunikasi ke atas vs komunikasi lateral
Komunikasi kebawah mengalir dari peringkat atas ke bawah dalam herarki. Komunikasi ke atas adalah
berita yang mengalir darin peringkat bawah ke atas atas suatu organisasi. Komunikasi lateral adalah
sejajar antara mereka yang berada tingkat satu wewenang.
c. Komunikasi satu arah dan dua arah
Komunikasi satu arah, pengirim berita berkomunikasi tanpa meminta umpan balik, sedangkan
komunikasi dua arah adalah penerima dapat dan memberi umpan balik.
Bagaimanapun juga keefektifan komunikasi organisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya :
1. Saluran komunikasi formal
2. Sruktur wewenang
Dalam organisasi dimana perbedaan stasus dan kekuasaan akan mempengaruhi isi komunikasi.
2.5 Model Komunikasi Kesehatan
1. Model Shanon Weaver
Komunikasi dipandang sebagai suatu sistem: yang terdiri:
Sumber informasi (source) → memilih informasi yang dirumuskan (encode) menjadi pesan (massage)
→ pesan dikirim dengan isyarat (signal) melaui saluran (chanel) kepada penerima (receiver) → penerima
menterjemahkan pesan untuk disampaikan ke tujuan (destination)
2. Model SMCR
Model ini menampilkan 4 variabel komunikasi:
1. Source (sumber)
2. Massage (pesan)
3. Chanel (saluran)
4. Receiver (penerima)
Proses komunikasi berlangsung tergantung: ketrampilan, sikap, pengetahuan, budaya yang berbeda
3. Speech Communication Model
Komunikasi terdiri 3 variabel:
1. Pembicara (speaker)
2. Pendengar (receiver)
3. Umpan balik (feed back)
2.6 Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan
Ada beberapa ruang lingkup yang ada dalam komunikasi kesehatan. Ruang lingkup dilihat dari
cakupan komunikasi kesehatan. Berikut adalah ruang lingkup komunikasi kesehatan, yaitu :
1. Masyarakat (Audience)
Masyarakat sebagai ruang lingkup dari komunikasi kesehatan adalah sasaran dari kamunikasi kesehatan
itu sendiri. Berikut adalah bagian-bagian dari masyarakat sebagai ruang lingkup komunikasi kesehatan
Budaya sehat, sikap dan perilaku (health beliefs, attitude and behavior)
Kebudayaan, umur, dan faktor jenis kelamin (cultural, age and gender factor)
Tingkatan buta huruf/tingkatan tuna aksara (literacy levels)
Faktor resiko (risk factor)
Persoalan gaya hidup ( lifestyle issues)
Faktor sosial ekonomi (socio-economics factor)
2. Perilaku sehat yang direkomendasikan, pelayanan atau produk
Keuntungan (benefits)
Resiko (risks)
Kerugian (disadvantages)
Harga atau inovasi gaya hidup (price or lifestyle trade-off)
Ketersediaan dan akses (avaibility and access)
3. Lingkungan sosial
Kebijakan pemegang kekuasaan, sikap dan latihan (stakeholders beliefs, attitudes and practices)
Norma sosial (social norms)
Struktur sosial (social structure)
Ide-ide yng ada dan program (existing initiatives and programs)
4. Lingkungan politik
Aparat berwajib dan hukum (policies, laws)
Kesediaan politik dan komitmen (political willingness and commitment)
Tingkat prioritas dalam agenda politik (level of priority in political agenda)
2.7 Dampak Komunikasi Kesehatan Terhadap Pembangunan Kesehatan
Komunikasi kesehatan dapat mempengaruhi sikap, persepsi, kesadaran, pengetahuan dan
norma sosial yang kesemuanya berperan sebagai precursor dalam perubahan prilaku. Komunikasi
kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi prilaku karena didasarkan pada psikologi sosial,
pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan menyampaikan
promosi kesehatan dan pesan pencegahan –pencegahan.
Komunikasin kesehatan adalah pendekatan yang beragam dan multidisipin untuk mencapai buat
kebijakan dan masyarakat untuk memperkenalkan, mengadopsi atau mendukung perilaku, praktek atau
kebijakan yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil kesehatan dimana pesan-pesan kesehatan
dikomunikasikan dari para pakar di bidang kesehatan medis dan masyarakat. Sehingga bisa dikatakan
komunikasi mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pembangunan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah proses penyampaian informasi tentang kesehatan.
Konsep komunikasi kesehatan ada empat, yaitu pemasaran sosial, analisis perilaku, antopologi dan
sosiologi
Jenis-jenis komunikasi itu ada dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non-verba
Ada 3 model komunikasi, yaitu Model Shanon Weaver, Model SMCR dan Speech Communication Model Ada empat ruang lingkup komunikasi kesehatan yaitu masyarakat (Audience), perilaku sehat yang
direkomendasikan, pelayanan atau produk, lingkungan sosial dan lingkungan politik