Apa itu Filsafat Sains?besmart.uny.ac.id/v2/pluginfile.php/32768/mod_resource...Title Apa itu...

26

Transcript of Apa itu Filsafat Sains?besmart.uny.ac.id/v2/pluginfile.php/32768/mod_resource...Title Apa itu...

  • Apa itu Sains? Sains:

    Kimia

    Fisika

    Biologi

    Bukan

    Sains:

    Musik

    Teologi

    .....

    Daftar aktivitas dari apa

    yang biasa disebut sains

    Sains dimaksudkan untuk

    memahami, menjelaskan, dan

    memprediksi dunia di mana kita

    hidup.

    ► Beragam agama juga dimaksudkan untuk memahami, menjelaskan dunia,

    tetapi agama tidak dipandang sebagai cabang dari sains.

    ► Astrologi dan Falmistri memprediksi, tetapi tidak digolongkan sebagai sains.

    ► Sejarah, memahami dan menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu, tetapi

    tidak dikatakan sebagai sains tetapi sebagai art.

    ▲ Apa itu sains? Tidak sesederhana yang dilihat pada awalnya!

    ▼Tampilan umum apa yang dimiliki atau di-

    sharing oleh yang ada dalam daftar

    tersebut; yaitu Apa yang menjadikan/

    membuat sesuatu itu disebut sains?

    Beralasan, tetapi apakah itu

    semuanya?

  • Banyak orang menyarankan bahwa perbedaan sains

    terletak pada metoda khusus yang digunakan saintis untuk

    mempelajari dunia.

    Secara historis, percobaan merupakan sentral dari perkembangan sains.

    Tetapi, bagaimana dengan Astronomi, yang juga dikelompokkan ke dalam sains?

    Astronomi tidak dikembangkan melalui percobaan, tetapi melalui pengamatan yang

    hati-hati terhadap ruang angkasa.

    Karakter lain yang penting dalam sains adalah konstruksi teori.

    Saintis tidak hanya mengumpulkan data hasil percobaan atau

    percobaan, mereka ingin menjelaskannya dalam bentuk teori

    umum. Satu dari problem kunci dalam filsafat sains adalah

    untuk memahami bagaimana teknik seperti eksperimen,

    observasi, dan konstruksi teori yang telah menjadikan saintis

    mampu mengatasi/memahami demikian banyak rahasia alam.

  • Apa itu Filsafat Sains?

    Tugas utama dari filsafat sains adalah

    menganalisa metoda inquiry yang

    digunakan dalam berbagai sains.

    Mengapa tugas tersebut jatuh kepada para filsuf?

    Melihat sains dari perspektif filosofi memungkinkan

    kita untuk menelisiknya lebih dalam – untuk

    membuka asumsi-asumsi yang implisit dalam

    praktek sains, tetapi tidak didiskusikan saintis secara

    eksplisit.

  • Ilustrasi Percobaan: .......... Reprodusibel, ..... Kesimpulan/Asumsi...., yakin.

    ▲ Bagian dari tugas filsafat sains adalah mempertanyakan

    asumsi-asumsi yang menjadi jaminan para saintis.

    Filsuf dan Saintis tertarik pada pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang:

    ▼ Bagaimana sains harusnya berkembang (berlangsung),

    ▼ Metoda inquiry apa yang harus digunakan,

    ▼ Seberapa besar kita harus percaya terhadap metoda tersebut,

    ▼ Apakah ada batas pengetahuan saintifik, dan seterusnya.

    ? ▼ Einstein, Newton, .... Tertarik pada pertanyaan-pertanyaan filosofis

    Filsuf akan bertanya:

    ▼ Mengapa pengulangan dikemudian hari tentang percobaan tersebut

    akan menghasilkan hasil yang sama?

    ▼ Bagaimana kita tahu bahwa itu adalah benar?

  • Sains dan non-Sains

    • Setiap bidang inquiry bekerja dengan beberapa materi subjek: Dia mempelajari beberapa hal ketimbang semua hal atau tidak sama sekali.

    • Dia harus mampu mengatakan, paling tidak secara kasar, objek apa yang menjadi kajiannya, dan bagaimana objek tersebut berbeda dari yang lainnya.

    • Jika suatu disiplin ilmu tidak mampu menawarkan karakteristik materi subjeknya, maka perlu dipertanyakan eksistensinya.

    • Bagaimana Sains dibedakan dari non Sains.

  • Karl Popper : • Tampilan utama dari suatu teori saintifik adalah dia

    harus falsifiable. • Suatu teori yang falsifiable memberikan beberapa

    prediksi tertentu yang mampu dites melalui percobaan. (Jika prediksi tersebut menunjukkan hal yang salah maka teori tersebut adalah terbuktikan kesalahannya (falsified) atau tak terbukti kebenarannya (disproved).

    Popper beranggapan bahwa beberapa teori yang diklaim saintifik tidak memenuhi syarat tersebut dan karenanya sama sekali tidak dapat dikatakan sebagai sains, tetapi hanya pseudo-sains.

  • Contoh favorit Popper tentang pseudo-sains adalah:

    • Teori Freud: reconciled with any empirical findings (repressed >< sublimation).

    • Teori Marx: mengintroduksi teori ad hoc.

    (kontra):Teori Einsten tentang gravitasi, dikenal sebagai relativitas umum.

    Sinar cahaya dari bintang-bintang yang jauh akan didefleksikan oleh medan gravitasi

    matahari.

    Tahun 1919, Sir Arthur Eddington: dua ekspedisi pengamatan

    1) Brazil

    2) Island of Principe off the Atlantic coast of Africa.

    Hasilnya: Sinar bintang didefleksikan oleh matahari, (~Einstein).

    Jika sebaliknya maka Einstein adalah salah. Teori Einstein memenuhi kriteria falsifiablility.

    (kontra): Teori Gravitasy Newton, membuat prediksi tentang jalur planet harus mengikuti

    orbit matahari.

    1) Sebagian dari prediksi tersebut terbuktikan melalui observasi.

    2) Orbit yang terobservasi untuk URANUS secara konsisten berbeda dari yang diprediksi dari

    teori Newton. (Menjadi TEKA-TEKI)

    Tahun 1846, Adam di Inggris dan Leverrier di Francis: menyarankan bahwa ada pelanet lain, yang

    belum terobservasi, yang memberikan gaya gravitasi tambahan terhadap URANUS.

    Mereka mampu menghitung massa dan posisi yang harus dimiliki oleh planet tersebut bila tarikan

    gravitasinya adalah memang betul sebagai dari penyebab tabiat aneh URANUS. Tak lama

    kemudian, suatu planet terobservasi, yang disebut NEPTUNUS, hampir persis sama dengan yang

    diprediksi oleh kedua saintis tersebut.

  • Demarkasi Sains dari Non-Sains

    • Mengapa penting untuk mendermakasi sains, dan dari hal apa dia harus dibedakan?

    • Apa bentuk logik dari suatu kriteria demarkasi?

    • Unit-unit apa yang menandai saintifik dan non- saintifik, khususnya sebagai pseudo-scientifik?

    Ada tiga pertanyaan fundamental terkait dengan demarkasi Sains:

  • Mengapa Demarkasi

    • Setiap bidang ilmu harus mampu mengatakan, secara kasar, tentang dirinya, apa objek yang dipelajarinya. Jika tidak, filsafat sains hanya merupakan epistemologi umum. Dia harus mampu membedakan bentuk-bentuk pemikiran saintifik dan non-saintifik.

    • Hal yang berkaitan dengan aspek-aspek normatif khusus dari demarkasi sains dan non sains. Demarkasi S dan non-S tidak hanya vital untuk hal-hal fisis tetapi juga kultur dan politik dalam kehidupan.

    • Kepentingan pendidikan sains untuk mengajarkan apa itu sains dan bagaimana dia bekerja.

  • BAGAIMANA MENDEMARKASI

    • Logik positivism: Sutu kalimat dikatakan MEANINGFUL jika dan

    hanya jika dapat diverifikasi, jika tidak adalah nonsense.

    • Neopositivism: Pernyataan dari sains adalah VERIFIABLE dan

    karenanya meaningful. Pernyataan metafisik dan jenis lain dari

    filosofi buruk adalah tak dapat diverifikasi; mereka hanya

    nonsense. (diverifikasi artinya dicari kebenarannya, yang

    memerlukan test secara empiris). Testability merupakan kondisi

    penting dari makna [meaning → testability]

    Problemnya: Kita bisa tahu kebenaran suatu pernyataan tanpa harus

    melakukan eksperimen.

    Pengangguran meningkatkan kriminalitas (jelas hubungan antar

    variabelnya). Makna merupakan kondisi penting dari testability

    [testability → meaning].

  • Keberatan metodologis dan logik terhadap tesis Verifiability:

    Ada sedikit (jarang) kemungkinan untuk menverifikasi suatu pernyataan

    dalam makna yang tegas (strict sense), yaitu untuk menunjukkan bahwa

    itu benar.

    Contoh:

    Mudah untuk memverifikasi suatu pernyataan existensial yang terbatasi

    ruang dan waktu, seperti “Ada seekor gajah berwarna pink di kantorku”.

    Tetapi bila kita dihadapkan pada pernyataan umum, seperti

    “Untuk semua X: bila A maka B”, dengan mengobservasi B jelas

    mengkonfirmasi A, tetapi hanya secara induktif, tak pernah konklusif.

    Kebanyak pernyataan saintifik, seperti pernyataan hukum, tidak verifiable

    scara tegas. Oleh karena itu, konsep yang kuat dari verifikasi konklusif

    segera diganti dengan pemaknaan yang lebih lemah dari konfirmasi.

    Popper menyarankan untuk menggunakan prinsip FALSIFIABILITY.

    Menurut prinsip ini: dengan mengobservasi not-B memberikan makna

    not-A.

    Secara logik: Falsifikasi adalah konklusif, sedangkan verifikasi tidak

    konklusif.

  • Kritik:

    • Keale, Bunge: Tidak semua pernyataan saintifik adalah universal: “Ada positron” (tidak dapat difalsifikasi).

    • Lakatos: Kriteria Popper tidak cocok dengan sains praktis; saintis tidak menyerah begitu saja jika suatu teori sebagai suatu yang unsaintifik hanya karena ada beberapa data yang terfalsifikasi, kecuali tidak ada teori yang lebih baik yang dipegang.

    Tanggapan Popper: Falsifiability yang dia maksud lebih bersifat logical falsifiability, bukan practical falsifiability. Suatu pernyataan disebut logically falsifiability jika ada paling tidak satu pernyataan observasi yang dapat difahami kontradiksi dengannya. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah tidak saintifik hanya jika dia tidak konsisten dengan setiap keadaan yang mungkin dari yang dipersoalkan.

    [Falsifiability ditolak sebagai kriteria demarkasi]

  • Kitcher:

    Tiga karakteristik dari Sains:

    1) Hipotesis tambahan yang terlibat dalam testing suatu teori adalah independently testable.

    2) Praktis saintifik merupakan kesatuan dari keseluruhan, bukan kerja tambalan dari metoda terisolasi dan oportunistik, dia menerapkan sejumlah kecil strategi problem-solving terhadap kasus-kasus dan ploblema yang luas.

    3) Teori-teori saintifik yang baik adalah subur (fertile), dalam artian bahwa mereka membuka bidang baru dari riset.

  • Thagard:

    Lima karakteristik Sains:

    1) Metoda inferensi

    2) Menggunakan “Correlation thinking” (statistik)

    3) Mencari konfirmasi dan diskonfirmasi

    4) Evaluasi teori-teori dalam kaitannya dengan teori-teori alternatif

    5) Sains berkembang setiap saat, yaitu mengembangkan teori baru untuk menjelaskan fakta.

  • Volmer:

    Membedakan antara Suatu Teori Saintifik yang baik sebagai suatu kebutuhan dan tampilan keinginan:

    Syarat kebutuhan adalah:

    Noncircularity, internal consistency (noncontradiction), external consistency (compatible with the bulk of well-confirmed knowledge), explanatory power, testability, test success (confirmation).

    Tampilan Keinginan:

    predictability, reproducibility, baik kesuburan (fecundity) maupun simplicity (parsimony)

  • Konlusinya:

    Tidak ada suatu single kriteria seperti

    falsifiability untuk mendemarkasi sains

    dari non-sains, tidak juga ada sebuah set

    yang diterima secara umum tentang

    kebutuhan dan kriteria cukup untuk

    melakukan demarkasi.

    Laudan: Ini bukan berarti tidak

    memungkinkan untuk melakukan

    demarkasi.

  • Mengkarakterisasi Bidang Ilmu

    • Pandangan Klasik: Sains dikonotasikan dengan banyak items, seperti:

    - Pernyataan-pernyataan individual

    - Problem

    - Metoda

    - Sistem pernyataan (teori dalam arti khusus)

    - Praktis keseluruhan (teori dalam arti luas)

    - Sekuen sejarah dari teori dan/atau praktis (program riset)

    - Bidang ilmu

    • Pendekatan paling komprehensip: dari banyak hal dalam memandang bangunan sains seperti berdasar kenyataan bahwa sains pada saat yang sama sains merupakan body dari pengetahuan dan suatu sistem dari personal termasuk aktivitasnya atau prakteknya, dan karenanya merupakan sesuatu yang tidak datang ke dalam keberadaan ex nihilio, tetapi telah dikembangkan berbad-abad dari suatu wadah tercampur dari pengetahuan biasa, metafisis dan non- atau sebagian pre-saintific inquiry.

  • Bidang Epistemik

    Bunge : 10 aspek dalam karakterisasi bidang epistemik: • The Group or Comunity (C) dari pencari ilmu (knowledge seekers); • The Society (S) yang memayungi aktivitas C; • The Domain or univers of discourse (D) dari anggota C, yaitu koleksi objek-objek faktual atau

    fiksional dari anggota C yang mengacu pada kajiannya; • The Philosophical background or general outlook (G), yang terdiri dari

    o Ontology atau pandangan umum terhadap sifat sesuatu; o Epistemology atau pandangan umum terhadap sifat ilmu; dan o Methodology, exiology and morality yang terkait dengan cara sejati dalam memperoleh dan

    memperlakukan ilmu. • The Formal background (F), koleksi logik atau asumsi matematical atau teori yang diambil untuk

    menjamin proses inquiry; • The Specifict background (B), koleksi item ilmu (pernyataan, prosedur, methode, dsb) yang

    dipinjam dari bidang epistemik lainnya; • The Problematics (P), koleksi problematika yang terkait dengan sifat, nilai atau kegunaan dari

    anggota D, juga problema yang terkait dengan komponen yang ditabulasi di sini seperti G atau F; • The Fund of Knowledge (K), koleksi dari item pengetahuan (proposisi, teori, prosedur, dsb) yang

    diperoleh oleh anggota C saat ini atau terdahulu dalam perjalanan aktivitas kognitif mereka; • The Aims (A), yang merupakan goal kognitif, praktis, atau moral yang mengikuti aktivitas

    spesifiknya; • The Methodics (M), koleksi metoda (teknis) spesifik atau umum yang digunakan oleh anggota C

    dalam inquirinya dari anggota D.

    E ={C, S, D, G, F, B, P, K, A, M}

    Yaitu kelompok orang dan aktivitasnya, dimaksudkan untuk memperolah

    pengetahuan dari beberapa janis/hal.

  • Bidang Epistemik Saintifik (Martin) 1) The Community C of the field is a research community;

    2) The siciety S hosting C supports or at least tolerates the activities of the person in C;

    3) The domain D of a factual science deals exclusively with concrete entities (past, present and future), their properties and change;

    4) General philosophical outlook G [is that so?]

    5) The formal background F of a scientific field is a collection of up-to-date ogical and mathematical theories used by the members of C in studying the items of D.

    6) The specific background knowledge B is a collection of up-to-date and reasonably well-confirmed data, hypotheses, theories, or methods borrowed from adjacent fields.

    7) The problematics P is of course the collection of problems to be solved in the given field.

    8) The fund of knowledge K is a growing collection of up-to-date, testable and well-confirmed knowledge items (data, hypotheses, theories), gained by C and compatible with those in B.

    9) The aims A of the members of C of a field in basic science (as opposed to technology) are purely cognitive.

    10) The methodics M is a collection of empirical methods or techniques which may be used by the researchers in C in their study of the members of D, whereby “method” means a rule-directed procedure for collecting data or testing a theory. (Note that methods of reasoning, such as rules of inference or rules for evaluating theories, have been treated as belonging in G. Whence the distinction between methodics and methodology.)

    11) The systemicity condition. There is at least one other field of research S’ such that S and S’ share some items in G, F, B, K, A and M; and either the domain D of one of the two fields S and S’ is included in that of the other, or each member of the domain of one of the fields is a component of a system in the domain of the other.

    12) The changeability or progressiveness condition.

  • Bidang Riset Lainnya

    Matematika:

    • Kontras terhadap Factual Science;

    • Matematik merupakan Formal Science (formal logic and semantics)

    Apakah kita harus melabel matematik sebagai “sains” dalam factual science dalam pengertian khusus atau dalam pengertian yang luas termasuk formal sains dan teknologi?

  • Ada tiga karakter yang perlu diperhatikan (yang lainnya tidak masalah): 1) Domain (D): Matematika murni tidak bekerja

    dengan objek nyata. 2) Philosophical Backgraund (G): Matematik dapat

    bekerja tanpa ontologi realisme. Sebagai logik yang netral secara ontologi, matematik tidak menggunakan asumsi ontologi dari factual science, kecuali untuk prinsip lawfulness.

    3) Methodics (M): Matematik tidak menggunakan hal empiris, tetapi hanya metoda konseptual.

  • Teknologi:

    Berbeda pada: P, A, dan D.

  • Humanities:

    Kontras dengan social Science ( mempelajari sistem sosial dan aktivitasnya melalui kajian empiris), humanities kebanyakan terkait denghan hal abstrak dari individu atau grup nyata maupun aktivitasnya, dan mempelajari produk intelektualnya, seperti ide atau artefak konkrit.

    D: terdiri dari idea dan artefak ketimbang sesuatu atau proses yang nyata.

    M: kebanyak bersifat konseptual

  • Arts

    and Humanities

    Formal and Factual Science and Technology

    Pseudoscience

    Science

    Nonscience

    Knowledge

    Illusory Knowledge

    A common post-positivist picture of science and nonscience. As scientific research fields, mathematics, factual science (including psychology and social science), and technology are subsumed under the general label of “science”. Nonscience divides into the arts and humanities (including philosophy) on the one hand, producing reliable or at least valuable knowledge, and pseudoscience on the other, offering nonreliable or illusory knowledge.

  • END OF PART ONE

    TERIMA KASIH