AP1.2.Mikropangan.tatacarabekerjadilabmikrobiologi

18
Ada beberapa hal tertentu yang mesti kita perhatikan (dalam bekerja di sebuah laboratorium) yang dapat menyebabkan resiko bahaya, bahaya pada lab kimia akan berbeda dengan lab mikrobiologi bahkan boleh jadi resiko bahaya di lab mikrobiologi lebih besar dari resiko bahaya di lab kimia. analis yang bekerja didalam labmikrobiologi mungkin bisa terinfeksi atau terkontaminasi oleh kultur bakteri saat isolasi, selain itu ada juga bahaya tambahan dari reagen kimia yang digunakan. ada beberapa kasus yang telah terdokumentasikan(tercatat) bahwa ada tenaga laboratorium yang tertular penyakit (terkontaminasi) akibat pekerjaan mereka. Sekitar 20% dari kasus tersebut telah dikaitkan dengan insiden lain, tapi selebihnya dikaitkan dengan kesalahan keamanan saat bekerja praktek di laboratorium mikrobiologi. Ada kemungkinan bahwa kita (analis) bisa terkontaminasi mikroba yang berpotensi membahayakan ketika kita (analis) mengisolasi bakteri dari sampel lingkungan. jadi kita harus berasumsi (beranggapan) bahwa sample yang diambil dari lingkungan berpotensi berbahaya karena mengandung bakteri pathogen. Sebuah laboratorium mikrobiologi adalah lingkungan yang unik yang memerlukan praktik khusus dan fasilitas keamanan (safety) yang baik untuk melindungi orang-orang yang bekerja dengan mikroorganisme. Keselamatan di laboratorium adalah perhatian utama. Tiga unsur utama keamanan (safety) terhadap kontaminasi mikroorganisme (1) teknik praktikum laboratorium yang baik dan benar, (2) peralatan keselamatan, dan (3) desain fasilitas. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan

description

dfhdhdh

Transcript of AP1.2.Mikropangan.tatacarabekerjadilabmikrobiologi

Ada beberapa hal tertentu yang mesti kita perhatikan (dalam bekerja di sebuah laboratorium) yang dapat menyebabkan resiko bahaya, bahaya pada lab kimia akan berbeda dengan lab mikrobiologi bahkan boleh jadi resiko bahaya di lab mikrobiologi lebih besar dari resiko bahaya di lab kimia. analis yang bekerja didalam labmikrobiologi mungkin bisa terinfeksi atau terkontaminasi oleh kultur bakteri saat isolasi, selain itu ada juga bahaya tambahan dari reagen kimia yang digunakan. ada beberapa kasus yang telah terdokumentasikan(tercatat) bahwa ada tenaga laboratorium yang tertular penyakit (terkontaminasi) akibat pekerjaan mereka. Sekitar 20% dari kasus tersebut telah dikaitkan dengan insiden lain, tapi selebihnya dikaitkan dengan kesalahan keamanan saat bekerja praktek di laboratorium mikrobiologi. Ada kemungkinan bahwa kita (analis) bisa terkontaminasi mikroba yang berpotensi membahayakan ketika kita (analis) mengisolasi bakteri dari sampel lingkungan. jadi kita harus berasumsi (beranggapan) bahwa sample yang diambil dari lingkungan berpotensi berbahaya karena mengandung bakteri pathogen.Sebuah laboratorium mikrobiologi adalah lingkungan yang unik yang memerlukan praktik khusus dan fasilitas keamanan (safety) yang baik untuk melindungi orang-orang yang bekerja dengan mikroorganisme. Keselamatan di laboratorium adalah perhatian utama. Tiga unsur utama keamanan (safety) terhadap kontaminasi mikroorganisme (1) teknik praktikum laboratorium yang baik dan benar, (2) peralatan keselamatan, dan (3) desain fasilitas.Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium. Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapat lebih berhati-hati dan yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat tersebut diharapkan setiap individu khususnya para asisten dapat bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja mahasiswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya.

Dalam pekerjaan sehari-hari petugas laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik, peralatan listrik maupun gelas yang digunakan secara rutin.Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium dapat digolongkan dalam : 1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat / bahan yang mudah terbakar atau meledak.2. Bahan beracun, korosif dan kaustik3. Bahaya radiasi 4. Luka bakar5. Syok akibat aliran listrik6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja.

Beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium dapat merupakan cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium Mikrobiologi memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium Mikrobiologi dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium Mikrobiologi secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium :1. AmanAlat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.2. Mudah dicariUntuk memudahkan mencari letak masing masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).3. Mudah diambilPenyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan percobaan dan bahan pembuat alat : 1. Pengelompokan alat alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti : Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.2. Pengelompokan alat alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti : Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.3. Pengelompokan alat alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet.Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok bahan yang banyak digunakan.

*Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur.2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker glass.4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu.5. Penyimpanan zat harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.6. Zat beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.

Cara menyimpan bahan laboratorium MikrobiologiCara menyimpan bahan laboratorium Mikrobiologi dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.4. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.

Penyimpanan Bahan Kimia BerbahayaMengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udarab. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan apic. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannyad. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panase. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapaif. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanang. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokokh. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik4. Bahan Kimia Peledak (Explosive) Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.

Aturan Keamanan (safety rules) saat praktikum di Laboratorium mikrobiologi

1. Cuci tangan dengan sabun disinfektan ketika masuk ke laboratorium dan lakukan lagi sebelum meninggalkan laboratorium.2. Tidak diperkenankan makanan, minum, permen karet, maupun merokok di laboratorium. Jangan menaruh apapun di mulut anda seperti pensil, pena, label, atau jari. Tidak menyimpan makanan di daerah mana mikroorganisme disimpan.3. Menggunakan jas lab atau kemeja lengan panjang yang kancingnya tertutup. Pakainan tersebut (jas Lab) harus menutupi lengan dan dapat dilepas tanpa menariknya keatas kepala.4. Kenakan sepatu khusus (sandal jepit tidak diperbolehkan) di laboratorium, sepatu tersebut tidak boleh digunakan untuk keluar laboratorium.5. Jaga ruang kerja bebas dari semua bahan yang tidak perlu. Ransel, dompet, dan mantel harus ditempatkan dalam rak-rak kecil atau loker diluar laboratorium.6. Mendisinfeksi area kerja sebelum dan sesudah digunakan dengan etanol 70% atau klorin 10%. Peralatan laboratorium dan permukaan kerja harus didekontaminasi dengan disinfektan yang tepat secara rutin, dan terutama setelah tumpahan, cipratan, maupun kontaminasi lainnya.7. Berilabel segalanya dengan jelas.8. Kencangkan tutup pada reagen, botol solusi, dan kultur bakteri. Jangan membuka cawan Petri (yang berisi kultur) di dalam laboratorium kecuali benar-benar diperlukan.9. Inokulasi loop dan jarum (ose) harus disterilkan dalam api (pembakar) Bunsen sebelum disimpan. 10. Matikan pembakar Bunsen bila tidak digunakan.11. Jika menggunakan Bunsen dengan bahan bakar sepirtus atau alkohol, pastikan tidak ada kertas dibawah atau didekatnya.12. Perlakukan semua mikroorganisme sebagai patogen potensial. Gunakan peralatan dan alat pelindung diri yang tepat dan tidak membawa kultur keluar dari laboratorium.13. Kenakan sarung tangan sekali pakai saat bekerja dengan mikroba yang berpotensi menular atau mengkontaminasi (misalnya sampel limbah).14. Seterilkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.15. Jangan pipet melalui mulut. Gunakan bantuan bulub atau pipettors volume disesuaikan. [Di masa lalu, beberapa personel laboratorium diajarkan memipet dengan mulut. Praktek ini telah menyebabkan banyak personil (analis) laboratorium terinfeksi. Dengan tersedianya perangkat pipetting mekanik, memipet dengan mulut sangat dilarang.16. Pertimbangkan segalanya Biohazard. Tidak menuangkan sesuatu ke dalam wastafel, seperti media kaldu / broth. kultur dalam media broth atau media agar harus didesturksi/disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoklaf sebelum dibuang.17. Masukan semua materi sampah dalam kantong biohazard dan autoklaf sebelum dibuang dalam tempat sampah biasa.18. Mengetahui lokasi atau tempat peralatan keselamatan di laboratorium (misalnya, shower pencuci mata , shower, wastafel, pemadam kebakaran, kabinet keamanan biologis, pertolongan pertama, katup gas darurat, dll).19. Buang pecahan kaca dalam wadah kaca yang pecah.

Cara menagani tumpahan kutur mikroba

1. Gunakan jas lab, sarung tangan dan masker sekali pakai, dan juga alat pelindung diri yang sesuai.2. Rendam handuk kertas atau tisu dengan cairan desinfektan yang sesuai seperti etanol 70% atau chlorine 10%, setelah itu letakan atau taruh disekitar tumpahan kemudaian biarkan/diamkan selama 10 menit (waktu kontak desinfektan).3. Bersihkan tumpahan dengancara mengelap dari bagian/sisi luar ke bagian/sisi dalam. Pastikan untuk mendesinfeksi daerah dekat tumpahan.4. Masukan semua handuk kertas atau tisu (yang tadi telah digunakan) dan juga sarung tangan beserta masker kedalam kantung Biohazard dan autoklaf bahan-bahan tersebut untuk disterilkan.5. Lepas (ganti) jas Lab untuk didesinfeksi.6. STANDART KEAMANAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI UNTUKPENGEMBANGAN AGENS PENGENDALI HAYATILaboratorium mikrobiologi awalnya digunakan sebagai sarana penunjang diagnosis, semakin majunya ilmu pengetahuan maka fungsi laboratorium semakin meningkat, tidak hanya untuk diagnosis tetapi mencakup bidang pelayanan, pendidikan, penelitian bahkan dibidang perlindungan tanaman laboratorium mikrobiologi diperlukan dalam pengembangan agens pengendali hayati (APH) untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).Dalam mengembangkan APH dilaboratorium diperlukan prinsip-prinsip keamanan dan keselamatan kerja, mengingat bekerja dengan mikroorganisme juga mempunyai resiko yang sama bahayanya dengan penggunaan bahan kimia maupun radioaktif. Dalam beberapa studi kasus dilaboratorium ada sekitar 20% dari seluruh kasus yang terjadi di laboratorium terjadi dikarenakan terinfeksi oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang merugikan, oleh karena itu dalam bekerja di laboratorium perlu berhati-hati dan diperlukan prosedur standar dan peralatan standar yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan personil laboratorium.Dalam Journal Clinical Microbiology, pernah dilaporkan bahwa jamur Beauveria bassiana dapat menginfeksi tubuh manusia dan menimbulkan gatal- gatal, korengan serta kulit melepuh. Meskipun kasus ini jarang terjadi akan tetapi personil di laboratorium perlu mengantisipasi dengan menerapkan standart keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium mikrobiologi kususnya dalam pengembangan APH.Klasifikasi Laboratorium MikrobiologiBerdasarkan resiko infeksi, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kategori.1.Kategori risiko 1 : tidak menimbulkan resiko/resiko sangat rendah (individu, masyarakat), tidak menyebabkan penyakit (manusia/ternak).2.Kategori resiko 2 : menimbulkan resiko sedang (individu), resiko rendah (masyarakat), dapat menimbulkan sakit akan tetapi tidak menimbulkanbahaya yang serius. Infeksi yang terjadi dapat dicegah dan resiko penyebaran terbatas.3.Kategori resiko 3 : menimbulkan resiko tinggi (individu), resiko rendah (masyarakat), dapat menimbulkan sakit serius tetapi tidak menyebar, tersedia tindakan pencegahan dan pengobatan efektif.4.Kategori resiko 4 : menimbulkan resiko tinggi (individu, mayarakat), dapat menimbulkan sakit serius, sangat menular dan belum tersedia tindakan pencegahan dan pengobatan yang efektif.Berdasarkan Tingkat Keamanan Biologis laboratorium diklasifikasikan sebagai berikut :1.Laboratorium Tingkat keamanan Biologis I :Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme kategori resiko1.2.Laboratorium Tingkat keamanan Biologis II :Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme resiko II.3.Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis III : Menyelenggarakan kegiatan dengan mikroorganisme resiko III.4.Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis IV :Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme resiko IV.Berdasarkan kategori diatas maka laboratorium mikrobiologi untuk pengembangan APH dapat digolongkan ke dalam kelompok laboratorium tingkat keamanan biologis I dan II, tergantung dari jenis mikroorganisme yang dikembangkan.Persyaratan Laboratorium Mikrobiologi Untuk Pengembangan APHDalam mengembangkan APH di laboratorium diperlukan persyaratan tertentu sesuai dengan standart laboratorium tingkat keamanan Biologis I dan II.Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis I meliputi : pintu yang dapat digunakan untuk akses masuk dan keluar, terdapat bak cuci tangan, disediakan jas laboratorium dan rak penyimpanannya, ruangan mudah dibersihkaan, kedap air, perabotan kokoh, jendela dilengkapi saringan debu,Biological Safety Cabinet (BSL), autoclave untuk sterilisasi alat, bahan maupun sterilisasi sisa-sisa kultur/isolat yang tidak terpakai sebelum dibuang.Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis II yaitu : pintu dapat menutup sendiri, tersedia bak cuci tangan (steinless steel), perabotan kokoh, jendela dilengkapi saringan debu, dilengkapi dengan Biological Safety Cabinet (BSL)/Laminar flow menggunakan filter udara yang dapat mengalirkan ulang udara yang tersaring, membuang sebagian udara ke atmosfer dan memasukkan udara melalui bagian depan cabinet. Cahaya/penerangan cukup, membatasi lalu lintas orang maupun barang ketika personil laboratorium sedang bekerja.Standart Operasional Praktek di Laboratorium MikrobiologiSelain peralatan pendukung laboratorium, juga diperlukan Standart Operasional dalam praktek di laboratorium mikrobiologi. Standart operasional tersebut harus dilakukan oleh setiap personil tanpa terkecuali. Aturan-aturan standart keamanan dan keselamatan di laboratorium sebagai berikut :-Mencuci tangan dengan menggunakan sabun disinfektan ketika memasuki dan meninggalkan ruangan laboratorium.-Tidak diperbolehkan menyimpan, meletakkan makanan, minuman dilaboratorium, tidak boleh merokok di area laboratorium.-Di dalam lokasi laboratorium sebaikknya menggunakan jas laboratorium berlengan panjang dengan kancing di bagian depan agar mudah dibuka.-Sebaiknya didalam laboratorium menggunakan sepatu kusus, disesuaikan dengan kondisi laboratorium.-Singkirkan barang-barang yang tidak perlu dari area kerja. (sebaiknya tas, dompet, dsb. tempatkan pada rak tersendiri).-Bersihkan area kerja dengan menggunakan alkohol sebelum maupun setelah bekerja.-Pemberian label pada media/isolat/dll harus secara jelas, agar tidak terjadi kekeliruan.-Botol-botol reagen, botol kultur (isolat) harus tertutup rapat dan jangan dibuka kalau tidak diperlukan.-Peralatan inokulasi disterilisasi terlebih dulu dengan api bunsen sebelum dan sesudah digunakan.-Perlakukan semua mikroorganisme sebagai pathogen yang berpotensi (beresiko bagi kesehatan) dan gunakan cara perlindungan yang sesuai.-Gunakan sarung tangan apabila bekerja dengan mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan penyakit.-Sterilisasi seluruh bahan dan peralatan laboratorium.-Jangan pernah menggunakan pipet dengan mulut.-Pertimbangkan selalu setiap bahaya yang ada, autoclave terlebih dahulu cairan sisa culture yang tidak terpakai sebelum membuangnya.-Buang semua materi limbah padat kedalam kantong dan diautoclave sebelum kemudian dibuang ke tempat sampah.-Kenali letak alat-alat keselamatan di laboratorium (P3K,shower, pemadam api).-Laporkan setiap terjadi kecelakaan sekecil apaun di laboratorium (zat kimia, culture/ isolat tumpah rusak).PenutupPenerapan standart keamanan dan keselamatan laboratorium tidak akan terlaksana dengan baik tanpa kesadaran dari personil laboratorium. Disamping itu juga diperlukan kerjasama yang baik antar personil laboratorium sehingga lingkungan kerja yang aman dan nyaman di laboratorium dapat terwujud dan dapat menciptakan ide dan karya yang bermanfaat bagi orang banyak.