“FINE TUNING“ JAGAT RAYA · jagat raya, maka apa yang di dalam jagat raya kita tampak...

3
1 Apakah jagat raya dan sistem Matahari kita telah “disetel dengan pas” (fine tuned) oleh Allah supaya manusia bisa muncul dan hidup di dalamnya dengan baik dan tertopang dalam segala hal? JAGAT RAYA Yang mungkin justru kebalikannya: lewat kekuatan-kekuatan alam yang buta dan tak mengenal moral, lewat evolusi, manusia telah disetel dengan pas untuk bisa hidup dalam solar system dan jagat raya kita. Ada atau tidak adanya manusia, sistem Matahari dan jagat raya kita akan tampil sebagaimana adanya dulu, sekarang dan di masa depan, tak terpengaruh oleh organisme yang namanya manusia. “FINE TUNING“ Ioanes Rakhmat Fotolia.com

Transcript of “FINE TUNING“ JAGAT RAYA · jagat raya, maka apa yang di dalam jagat raya kita tampak...

Page 1: “FINE TUNING“ JAGAT RAYA · jagat raya, maka apa yang di dalam jagat raya kita tampak fine-tuned, di luarnya bisa Dengan landasan saintifik teori dawai, kini dikenal konsep multiverse,

1

Apakah jagat raya dan sistem Matahari kita telah “disetel dengan pas” (fine tuned) oleh

Allah supaya manusia bisa muncul dan hidup

di dalamnya dengan baik dan tertopang dalam segala hal?

JAGAT RAYA

Yang mungkin justru kebalikannya: lewat kekuatan-kekuatan alam yang buta dan tak mengenal moral, lewat evolusi, manusia telah disetel dengan pas untuk bisa hidup dalam solar system dan jagat raya kita. Ada atau tidak adanya manusia, sistem Matahari dan jagat raya kita akan tampil sebagaimana adanya dulu, sekarang dan di masa depan, tak terpengaruh oleh organisme yang namanya manusia.

“FINE TUNING“Ioanes Rakhmat

Foto

lia.c

om

Page 2: “FINE TUNING“ JAGAT RAYA · jagat raya, maka apa yang di dalam jagat raya kita tampak fine-tuned, di luarnya bisa Dengan landasan saintifik teori dawai, kini dikenal konsep multiverse,

2

tidak fine-tuned. Sebaliknya, apa yang fine tuned dalam jagat-jagat raya lain dan dalam sistem-sistem Matahari lain, bisa tidak fine tuned dalam jagat raya kita dan dalam sistem Matahari kita.

Jangan dilupakan, dalam jagat raya kita saja, atau di muka Bumi saja, ada sangat banyak kejadian alam dahsyat yang tidak fine-tuned dengan kehidupan. Tsunami dahsyat yang dimulai dengan patahan-patahan lempeng-lempeng tektonik di dasar laut, apakah fine-tuned dengan kehidupan organisme multiselular, dengan kehidupan manusia? Kalau lidah-lidah api raksasa di permukaan bintang Matahari (solar prominence) menyembur sampai ke planet Bumi suatu saat, apakah ini fine-tuned dengan kehidupan? Kalau pemanasan global tak terkendali lagi, apakah ini fine-tuned dengan kehidupan homo sapiens? Kejadian orang

Bayangkanlah, ada suatu bencana alam dahsyat menimpa Bumi, misalnya sebuah asteroid raksasa sebesar seperduabelas planet Bumi menerjang planet ini, lalu akibatnya semua kehidupan di planet ini, termasuk manusia, punah tak bersisa. Atau, bayangkanlah tiba-tiba saja, pada masa kehidupan anda, karena kekerdilan akal dan moral manusia Perang Dunia III pecah di muka Bumi, dan lewat senjata pemusnah massal nuklir, kimiawi dan biologis, semua bentuk kehidupan, termasuk spesies manusia, musnah tanpa bekas karena perang ini. Apakah dengan punahnya spesies homo sapiens di muka planet Bumi, segala bentuk fine tuning dalam sistem Matahari dan dalam jagat raya serta-merta lenyap dari jagat raya, dan karenanya jagat raya sendiri menjadi kacau-balau lalu ikut lenyap? Tentu tidak, bukan? Tanpa homo sapiens dalam jagat raya, tanpa sedikit pun kenangan tentang spesies ini, jagat raya masih akan ada bermilyar-milyar tahun ke depan dengan hukum-hukumnya sendiri yang terus bekerja, dingin tanpa cinta, bisu tanpa persahabatan.Dengan landasan saintifik teori dawai, kini dikenal konsep multiverse, ada banyak jagat raya, jumlahnya 10500 (10 pangkat 500), bukan hanya satu. Jika ada sangat banyak jagat raya, maka apa yang di dalam jagat raya kita tampak fine-tuned, di luarnya bisa

Dengan landasan saintifik teori dawai, kini dikenal konsep

multiverse, ada banyak jagat raya, jumlahnya 10500 (10 pangkat 500),

bukan hanya satu

real

-api

.nin

g.co

m

Page 3: “FINE TUNING“ JAGAT RAYA · jagat raya, maka apa yang di dalam jagat raya kita tampak fine-tuned, di luarnya bisa Dengan landasan saintifik teori dawai, kini dikenal konsep multiverse,

3

mati tersambar petir, atau sebuah kampung dan penduduknya lenyap diterjang badai dahsyat, apakah ini fine-tuned dengan kehidupan? Tanah-tanah gersang dan panas seluas benua, yang menimbulkan kelaparan dahsyat di mana-mana, apakah ini fine-tuned dengan kehidupan? Kalau sewaktu-waktu (seperti 65,5 juta tahun yang lampau) sebuah asteroid raksasa menerjang permukaan planet Bumi, dan alhasil semua kehidupan punah, apakah ini fine tuned dengan kehidupan? Dalam jagat raya kita, galaksi-galaksi yang bertabrakan dan memusnahkan galaksi-galaksi yang ada sebelumnya, apakah fine tuned dengan bentuk-bentuk kehidupan yang mungkin ada di sana, sekalipun dari tabrakan ini akan dihasilkan galaksi-galaksi baru?

Hal-hal yang tidak fine-tuned di atas, dan masih sangat banyak hal lain yang tidak fine-tuned di muka Bumi maupun di antariksa, tentu saja sebagian darinya oleh teknologi insani yang sudah sangat

advanced akan, hopefully, bisa diatasi, bukan oleh alam sendiri atau pun oleh para dewa supernatural yang dibayangkan kaum agamawan mengisi kosmos kita. Di masa depan, alam membutuhkan teknologi dan kearifan manusia untuk menghasilkan fine tuning di planet Bumi dan dalam jagat raya; dan tampaknya Allah apapun tak akan diikutsertakan, karena memang tidak bisa diikutsertakan. Tanggungjawab ada pada pundak manusia saja. Kalau bagi kita agama-agama ada supaya lewat ajaran-ajaran keagamaan manusia bisa mempertahankan kehidupan, tanggungjawab ini adalah juga tanggungjawab religius.**

Diterbitkan oleh:Democracy Project - Yayasan Abad Demokrasi

www.abad-demokrasi.com

Tanggungjawab ada pada pundak manusia saja. Kalau bagi

kita agama-agama ada supaya lewat ajaran-ajaran keagamaan manusia bisa mempertahankan kehidupan,

tanggungjawab ini adalah juga tanggungjawab religius

Ioanes RakhmatIa mendefinisikan dirinya sebagai pemikir bebas, freethinker. Menggeluti kajian Yesus sejarah (the historical Jesus) di Belanda, disertasinya telah diterbitkan dengan judul The Trial of Jesus in John Dominic Crossan’s Theory: A Critical and Comprehensive Evaluation (Jakarta: IPU-JTS, 2005).Sempat menjalani kehidupan sebagai seorang pendeta lebih dari dua dekade, dua tahun belakangan ini ia berkonsentrasi mendalami dunia sains.Ia menulis dan menerjemahkan banyak buku, antara lain Sokrates dalam Tetralogi Plato: Sebuah Pengantar dan Terjemahan Teks (Gramedia Pustaka Utama, 2009), dan Menguak Kekristenan Yahudi Perdana: Sebuah Pengantar (JRC, 2009), dan terakhir adalah Memandang Wajah Yesus (Pustaka Surya Daun, Maret 2012)

shut

ters

tock

.com