Anyaman Teduhu - vale.com · ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting menjadi bentuk sarang...

2
Menganyam adalah salah satu bentuk tradisi tertua di dunia. Konon kegiatan itu ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting menjadi bentuk sarang yang kuat. Seni menganyam merupakan tradisi kriya yang ditemukan di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Anyaman dipercaya sebagai hasil kerajinan tangan yang tidak mendapat pengaruh dari luar sehingga termasuk ke dalam tradisi asli masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang. Anyaman sendiri adalah kumpulan serat yang dirangkai hingga membentuk sebuah benda yang kaku. Menganyam adalah proses rangkai-silang bahan-bahan yang biasanya berasal dari tumbuh- tumbuhan. Masyarakat di Desa Nuha, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, memiliki tradisi menganyam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Desa Nuha yang berjarak 11 km di utara Sorowako bisa dijangkau dalam 30 menit menggunakan perahu motor melintas Danau Matano. Potensi terbesar di desa yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah itu adalah sektor pertanian dan perikanan danau. Menganyam, yang dalam bahasa setempat disebut mo’ena, merupakan cara para perempuan Desa Nuha di masa lampau untuk memenuhi kebutuhan terhadap perangkat rumah tangga. Mereka membuat wadah nasi, tempat menyimpan pakaian, dan tikar dari tanaman perdu yang tumbuh liar di hutan. Seiring waktu, fungsi dan bahan anyaman Nuha mengalami pergeseran. Jika para tetua dua generasi lalu menggunakan tiu (tanaman air) dan tole (semacam daun pandan) sebagai bahan anyaman, kini ibu-ibu Desa Nuha lebih banyak menggunakan teduhu (pakis hutan) yang lebih kuat dan indah. Jika dulu hasil anyaman atau inena difungsikan sebagai wadah pakaian hingga wadah makanan, kini inena menjadi suvenir yang dijajakan kepada pengunjung. Dalam sebentuk tradisi kriya, ada penghargaan terhadap kekayaan alam. Hal itu tampak pada cara masyarakat Desa Nuha memanfaatkan teduhu. Mereka jeli melihat potensi alam yang dimiliki desanya, lantas mengubahnya menjadi bentukan karya yang memikat. Bentuk penghargaan juga tampak pada pemilihan teduhu. Mereka tidak mengambil tanaman muda yang masih bisa tumbuh dan berkembang, melainkan hanya mengambil tanaman yang sudah cukup umur untuk dimanfaatkan sebagai Teduhu Anyaman DESA NUHA dari Menghargai alam, menumbuhkan nilai luhur bahan baku inena. Mereka, para perempuan Desa Nuha, sendirilah yang pergi ke hutan mencari teduhu. Dari bentuk-bentuk anyaman Desa Nuha yang sederhana, ada pelajaran tentang ketekunan dan kesabaran. Untuk membuat wadah kecil berdiameter 12cm, perlu waktu satu pekan, tanpa diselingi kegiatan berkebun atau bertani. Teduhu yang sudah tua dikupas kulitnya, direbus, kemudian dianyam. Tantangan mencari bahan baku hingga masuk ke dalam hutan dan waktu pengerjaan yang tidak singkat membuat pengrajin inena di Desa Nuha kesulitan beregenerasi. Kini tinggal orang- orang tua yang masih menjalankan tradisi mo’ena. Desa Nuha merupakan satu dari 38 desa di Kabupaten Luwu Timur yang menjadi sasaran Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) PT Vale. PMDM merupakan bagian dari Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) yang bertujuan mendorong kemandirian masyarakat. PMDM memberikan dukungan kepada para pengrajin inena di Desa Nuha berupa pelatihan keterampilan dan promosi produk. Dukungan diberikan demi meningkatkan taraf hidup masyarakat sekaligus melestarian tradisi mo’ena yang merupakan kekayaan budaya sekaligus kebanggaan bersama.

Transcript of Anyaman Teduhu - vale.com · ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting menjadi bentuk sarang...

Page 1: Anyaman Teduhu - vale.com · ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting menjadi bentuk sarang yang kuat. Seni menganyam merupakan tradisi kriya yang ditemukan di hampir seluruh

Menganyam adalah salah satu bentuk tradisi tertua di dunia. Konon kegiatan itu ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting menjadi bentuk sarang yang kuat. Seni menganyam merupakan tradisi kriya yang ditemukan di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Anyaman dipercaya sebagai hasil kerajinan tangan yang tidak mendapat pengaruh dari luar sehingga termasuk ke dalam tradisi asli masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang. Anyaman sendiri adalah kumpulan serat yang dirangkai hingga membentuk sebuah benda yang kaku. Menganyam adalah proses rangkai-silang bahan-bahan yang biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Masyarakat di Desa Nuha, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, memiliki tradisi menganyam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Desa Nuha yang berjarak 11 km di utara Sorowako bisa dijangkau dalam 30 menit menggunakan perahu motor melintas Danau Matano. Potensi terbesar di desa yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah itu adalah sektor pertanian dan perikanan danau.

Menganyam, yang dalam bahasa setempat disebut mo’ena, merupakan cara para perempuan Desa Nuha di masa lampau untuk memenuhi kebutuhan terhadap perangkat rumah tangga. Mereka membuat wadah nasi, tempat menyimpan pakaian, dan tikar dari tanaman perdu yang tumbuh liar di hutan. Seiring waktu, fungsi dan bahan anyaman Nuha

mengalami pergeseran. Jika para tetua dua generasi lalu menggunakan

tiu (tanaman air) dan tole

(semacam daun pandan) sebagai bahan anyaman, kini ibu-ibu Desa Nuha lebih banyak menggunakan teduhu (pakis hutan) yang lebih kuat dan indah. Jika dulu hasil anyaman atau inena difungsikan sebagai wadah pakaian hingga wadah makanan, kini inena menjadi suvenir yang dijajakan kepada pengunjung.

Dalam sebentuk tradisi kriya, ada penghargaan terhadap kekayaan alam. Hal itu tampak pada cara masyarakat Desa Nuha memanfaatkan teduhu. Mereka jeli melihat potensi alam yang dimiliki desanya, lantas mengubahnya menjadi bentukan karya

yang memikat. Bentuk penghargaan juga tampak pada pemilihan teduhu. Mereka tidak mengambil tanaman

muda yang masih bisa tumbuh dan berkembang, melainkan hanya mengambil tanaman

yang sudah cukup umur untuk dimanfaatkan

sebagai

TeduhuAnyaman

DESA NUHAdari

Menghargai alam,

menumbuhkan nilai luhur

““

bahan baku inena.

Mereka, para perempuan Desa Nuha, sendirilah yang pergi ke

hutan mencari teduhu.

Dari bentuk-bentuk anyaman Desa Nuha yang sederhana, ada pelajaran tentang ketekunan dan kesabaran. Untuk membuat wadah kecil berdiameter 12cm, perlu waktu satu pekan, tanpa diselingi kegiatan berkebun atau bertani. Teduhu yang sudah tua dikupas kulitnya, direbus, kemudian dianyam. Tantangan mencari bahan baku hingga masuk ke dalam hutan dan waktu pengerjaan yang tidak singkat membuat pengrajin inena di Desa Nuha kesulitan beregenerasi. Kini tinggal orang-orang tua yang masih menjalankan tradisi mo’ena.

Desa Nuha merupakan satu dari 38 desa di Kabupaten Luwu Timur yang menjadi sasaran Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) PT Vale. PMDM merupakan bagian dari Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) yang bertujuan mendorong kemandirian masyarakat. PMDM memberikan dukungan kepada para pengrajin inena di Desa Nuha berupa pelatihan keterampilan dan promosi produk. Dukungan diberikan demi meningkatkan taraf hidup masyarakat sekaligus melestarian tradisi mo’ena yang merupakan kekayaan budaya sekaligus kebanggaan bersama.

Page 2: Anyaman Teduhu - vale.com · ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting menjadi bentuk sarang yang kuat. Seni menganyam merupakan tradisi kriya yang ditemukan di hampir seluruh

wadah heksagonalDiameter: 22cmTinggi: 10cmHarga: Rp70.000

Diameter: 38cmTinggi: 10cmHarga: Rp200.000

TeduhuAnyaman

DESA NUHAdari

Diameter: 15cmTinggi: 12cmHarga: Rp60.000

Diameter: 35cmTinggi: 6cmHarga: Rp160.000

Diameter alas: 20cmTinggi: 22cmHarga: Rp160.000

wadah ovalUkuran: 20 x 10cmTinggi: 6cmHarga: Rp70.000

Ukuran: 35 x 22cmTinggi: 6cmHarga: Rp160.000

wadah bulat

tas jinjing Ukuran: 20 x15cmHarga: Rp60.000

tempat tissue Ukuran: 22 x12cmHarga: Rp60.000

Ideham (Fasilitator PMDM Kecamatan Nuha) Email: [email protected] | HP +62811425450

Pemesanan: