antropogenik

30
Saatnya Mempedulikan Lingkungan JAKARTA adalah kota nomor tiga paling tercemar di dunia. Hal ini mestinya mencemaskan semua orang. Namun, pemerintah tenang-tenang saja. Masyarakat pun tidak peduli. Padahal efek pencemaran udara dapat mempercepat kematian. Asap mobil di tengah arus lalu lintas padat dan ratusan cerobong pabrik di kawasan industri yang memuntahkan bahan cemar ke udara membuat Jakarta mendapat `penghargaan` sebagai kota ketiga paling polutif di dunia. Kondisi memprihatinkan ini diam-diam diperhatikan oleh seorang pakar teknik lingkungan (alm) Dr. Ir. Moestikahadi Soedomo, M.Sc., DEA. Setelah menyelesaikan program S1 pada jurusan Teknik Penyehatan ITB, ia secara serius menekuni persoalan pencemaran udara di University of Bonn, Jerman, dan Ecole Nationale des Ponts et Chaussees & Universite Paris XII, Prancis. Karya-karya ilmiahnya tentang pencemaran udara sangat membantu menjelaskan tentang sumber dan jenis pencemaran udara, dampaknya serta upaya pengendalian yang bisa dilakukan. Sumber dan jenis pencemaran udara Istilah pencemaran udara sebenarnya menunjuk pada masuknya zat pencemar yang berbentuk gas dan partikel kecil/aerosol ke udara. Zat pencemar ini berasal dari sumber pencemar alami dan antropogenik. Sumber pencemar alami merupakan istilah untuk menunjuk pencemaran yang dilakukan oleh alam dan di luar campur tangan manusia seperti akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, dan spora tumbuhan. Sedangkan sumber pencemar antropogenik adalah istilah untuk pencemaran yang terjadi karena ulah manusia seperti aktivitas transportasi, industri, pembakaran sampah, dan rumah tangga. Aktivitas transportasi darat yang menggunakan kendaraan bermotor merupakan aktivitas pencemaran udara tertinggi. Kendaraan bermotor menghasilkan gas CO, NOx, Hidrokarbon, SOx, dan Tetra Ethyl Lead (timah hitam --Pb) yang

Transcript of antropogenik

Page 1: antropogenik

Saatnya Mempedulikan Lingkungan

JAKARTA adalah kota nomor tiga paling tercemar di dunia. Hal ini mestinyamencemaskan semua orang. Namun, pemerintah tenang-tenang saja. Masyarakatpun tidak peduli. Padahal efek pencemaran udara dapat mempercepat kematian.

Asap mobil di tengah arus lalu lintas padat dan ratusan cerobong pabrik dikawasan industri yang memuntahkan bahan cemar ke udara membuat Jakartamendapat `penghargaan` sebagai kota ketiga paling polutif di dunia.

Kondisi memprihatinkan ini diam-diam diperhatikan oleh seorang pakar tekniklingkungan (alm) Dr. Ir. Moestikahadi Soedomo, M.Sc., DEA. Setelahmenyelesaikan program S1 pada jurusan Teknik Penyehatan ITB, ia secaraserius menekuni persoalan pencemaran udara di University of Bonn, Jerman,dan Ecole Nationale des Ponts et Chaussees & Universite Paris XII, Prancis.

Karya-karya ilmiahnya tentang pencemaran udara sangat membantu menjelaskantentang sumber dan jenis pencemaran udara, dampaknya serta upayapengendalian yang bisa dilakukan.

Sumber dan jenis pencemaran udara

Istilah pencemaran udara sebenarnya menunjuk pada masuknya zat pencemar yangberbentuk gas dan partikel kecil/aerosol ke udara. Zat pencemar ini berasaldari sumber pencemar alami dan antropogenik. Sumber pencemar alami merupakanistilah untuk menunjuk pencemaran yang dilakukan oleh alam dan di luarcampur tangan manusia seperti akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan,dekomposisi biotik, debu, dan spora tumbuhan. Sedangkan sumber pencemarantropogenik adalah istilah untuk pencemaran yang terjadi karena ulahmanusia seperti aktivitas transportasi, industri, pembakaran sampah, danrumah tangga.

Aktivitas transportasi darat yang menggunakan kendaraan bermotor merupakanaktivitas pencemaran udara tertinggi. Kendaraan bermotor menghasilkan gasCO, NOx, Hidrokarbon, SOx, dan Tetra Ethyl Lead (timah hitam --Pb) yangditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkan oktan guna mencegah bunyingelitik pada mesin.

Karena itu, upaya mengganti bensin dengan bahan bakar gas merupakan langkahalternatif yang baik. Hanya saja, seperti diungkapkan Dr. Ir. Surna TjahjaDjajadiningrat, asisten Menteri Pertambangan dan Energi, kebijakanpemerintah menaikkan harga gas membuat langkah alternatif ini tak berguna.Orang jadi kembali lagi mengkonsumsi bensin. ``Bensin kita meski murah tapijuga paling kotor. Jangan heran kalau kendaraan di Indonesia cepat rusak,``katanya dalam diskusi buku Pencemaran Udara karya Moestikahadi.

Page 2: antropogenik

Sementara Prof. Dr. Asis Djajadiningrat, pakar teknik lingkungan ITB,mengungkapkan rendahnya pajak mobil bekas membuat pencemaran udara diJakarta kian menggila. Menurutnya, mobil-mobil butut inilah yangmengeluarkan bahan pencemar paling banyak. ``Selama knalpot mobil masihterletak di belakang, sulit mengharapkan orang untuk concern pada pencemaranudara. Kecuali kalau letaknya sudah dipindah ke depan,`` ujar Asis gemas.

Secara umum kedua aktivitas pencemaran udara ini, baik alami maupunantropogenik, sama-sama mengeluarkan bahan pencemar berupa partikel (debu,aerosol, timah hitam), gas (CO, NOx, SOx, H2S dan Hidrokarbon), serta energi(suhu dan kebisingan).

Dampak dan pengendalian

Pencemaran udara karena partikel debu biasanya memang menyebabkan penyakitpernapasan kronis seperti bronkitis, emfiesma paru, asma bronkial, danbahkan kanker paru. Sementara kadar timah hitam yang tinggi dapat mengganggupembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan denganterganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang padaakhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti anemia dan kerusakanginjal. Selain itu proporsi gas CO yang lebih besar dibanding O2 dalam Hbmenyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjaditerganggu.

Semua hal tersebut sebenarnya diatasi dengan pengendalian pencemaran udara.Salah satu pengendalian yang disebut Moestikahadi adalah penggunaanteknologi pengendalian pencemaran. Upaya teknologi pengendalian ini meliputidua hal, yakni pengendalian pada sumbernya dan pengendalian lingkungan.Pengendalian pada sumber dapat dilakukan dengan pengendalian pencemarandebu, pengendalian gas, dan pengelolaan buangan kendaraan bermotor.

Pada umumnya, teknologi pengendalian pencemaran akan mengacu pada pembiayaandan ini tentu saja terkait dengan keadaan ekonomi. Selain juga terkaitdengan kepedulian masyarakatnya. Ucapan Menteri Negara Lingkungan Hidup,Sony Keraf, yang menyatakan bahwa kepedulian terhadap lingkungan adalahsuatu kemewahan karena baru diperlihatkan oleh segelintir orang, patut kitarenungkan bersama. [FR/O-1]

Sumber : Media Indonesia

http://groups.yahoo.com/group/berita-it/message/304

Page 3: antropogenik

B. Sumber Antropogenik

Istilah pencemaran udara sebenarnya menunjuk pada masuknya zat pencemar yangberbentuk gas dan partikel kecil/aerosol ke udara. Sumber pencemarantropogenik adalah istilah untuk pencemaran yang terjadi karena ulah manusia seperti aktivitas transportasi, industri, pembakaran sampah, dan rumah tangga.

Sumber antropogenik hasil pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur sangat mendominasi pada daerah perkotaan. Ini termasuk :

1. Sumber pokok (pembangkit tenaga listrik, pabrik pembakaran, pertambangan dan pengolahan logam)

1. Sumber daerah (pemanasan domestik dan distrik)2. Sumber bergerak (mesin diesel)

Bahan pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan manusia ini konsentrasinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah ada di udara, yang biasanya sudah terjadi secara alamiah, sehingga dapat mengganggu sistem kesetimbangan dinamik di udara dan dengan demikian dapat mengganggu kesejahteraan manusia dan lingkungannya.

Siklus Karbon

Pada tingkat pencemaran udara yang melebihi ambang batas normal berupa zat-zat CO, SO2, NOx, NH3, logam berat dan debu dalam bentuk aerosol di udara mempunyai dampak negatif bagi lingkungan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan.Sejalan dengan pencemaran udara dalam bentuk gas partikulat, juga diamati polusi udara dalam bentuk kebisingan baik dari jalan tol ataupun yang terdapat di industri seperti pembangkit tenaga listrik, dan sebagainya.

Sumber antropogenik ini biasanya berhubungan dengan proses pembakaran berbagai jenis bahan bakar, diantaranya:

1. Sumber tidak bergerak (stationary source), termasuk asap dari industri manufaktur, hasil pembakaran insinerator, furnace, dan berbagai tipe peralatan pembakaran dengan bahan bakar;

2. Sumber bergerak (mobile source), termasuk kendaraan bermotor, pesawat, dan/atau kapal laut;

Page 4: antropogenik

3. Debu zat kimia maupun partikel-partikel sebagai hasil dari industri pertanian dan perkebunan;

4. Asap dari penggunaan cat, hair spray, dan jenis pelarut lainnya;5. Gas yang dihasilkan dariproses pembuangan akhir di TPA, yang umumnya adalah gas Metan.

Gas metan ini memang tidak bersifat racun (toksik), tetapi gas ini termasuk gas yang mudah menyala (flammable) dan dapat membentuk senyawa yang bersifat eksplosive (mudah meledak) jika bereaksi dengan udara;

6. Militer, seperti senjata nuklir, gas beracun, senjata biologis, maupun roket.

Pencemar Udara

Contoh sumber pencemaran udara buatan: Polusi udara di kota besar

Pencemaran udara dari sektor transportasi

Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama, yang sangat besar peranannya dalam masalah pencemaran udara. Kegiatan perkotaan yang meliputi kegiatan sektor-sektor permukiman, transportasi, komersial, industri, pengelolaan limbah padat, dan sektor penunjang lainnya merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan. Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu sumber pencemar udara.

Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara

Page 5: antropogenik

mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain.

Aktivitas transportasi darat yang menggunakan kendaraan bermotor merupakan aktivitas pencemaran udara tertinggi. Kendaraan bermotor menghasilkan gas CO, NOx, Hidrokarbon, SOx, dan Tetra Ethyl Lead (timah hitam –Pb) yang ditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkan oktan guna mencegah bunyi ngelitik pada mesin.

Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang direncanakan.Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:

Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial) Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan

perekonomian dan perkantoran di pusat kota Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya

daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota Kesamaan waktu aliran lalu lintas Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor Faktor perawatan kendaraan Jenis bahan bakar yang digunakan Jenis permukaan jalan Siklus dan pola mengenudi (driving pattern)

Di samping faktor-faktor yang menentukan intensitas emisi pencemar sumber tersebut, faktor penting lainnya adalah faktor potensi dispersi atmosfer daerah perkotaan, yang akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi.

Sumber Energi

Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi. Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur).

Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya.

Page 6: antropogenik

Dampak Pencemaran Udara

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan bahan bakar untuk  kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO, NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal. Udara yang tercemar oleh zat-zat tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.

Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis khronis, emfiesma paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru-paru. Kadar timbal yang tinggi di udara dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat  menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia, kerusakan ginjal dan lain-lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumulatif.

Keracunan gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan oksigen (O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh ini akan membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera mendapat udara segar kembali. Sedangkan bahan pencemar udara seperti NOx, SOx, dan H2S dapat merangsang pernapasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan.

Pengendalian Pencemaran Udara Akibat kendaraan bermotor

Pencemaran udara karena partikel debu biasanya memang menyebabkan penyakitpernapasan kronis seperti bronkitis, emfiesma paru, asma bronkial, danbahkan kanker paru. Sementara kadar timah hitam yang tinggi dapat mengganggupembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan denganterganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang padaakhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti anemia dan kerusakanginjal. Selain itu proporsi gas CO yang lebih besar dibanding O2 dalam Hbmenyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjaditerganggu.

Semua hal tersebut sebenarnya diatasi dengan pengendalian pencemaran udara.Salah satu pengendalian yang disebut Moestikahadi adalah penggunaanteknologi pengendalian pencemaran. Upaya teknologi pengendalian ini meliputidua hal, yakni pengendalian pada sumbernya dan pengendalian lingkungan.Pengendalian pada sumber dapat dilakukan dengan pengendalian pencemarandebu, pengendalian gas, dan pengelolaan buangan kendaraan bermotor.

Pada umumnya, teknologi pengendalian pencemaran akan mengacu pada pembiayaandan ini tentu saja terkait dengan keadaan ekonomi. Selain juga terkaitdengan kepedulian masyarakatnya. Ucapan Menteri Negara Lingkungan Hidup,Sony Keraf, yang menyatakan bahwa kepedulian terhadap lingkungan adalahsuatu kemewahan karena baru diperlihatkan oleh segelintir orang, patut kitarenungkan bersama. [FR/O-1]

Page 7: antropogenik

Pengendalian pencemaran akibat kendaraan bermotor akan mencakup upaya-upaya pengendalian baik langsung maupun tak langsung, yang dapat menurunkan tingkat emisi dari kendaraan bermotor secara efektif.

Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya, seperti :

Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.

Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.

Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.

Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.

Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.

Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.

http://jurnalingkungan.wordpress.com/sumber-pencemar-antropogenik/

Page 8: antropogenik

Rabu, 11 November 2009

ANALISIS BENTUK LAHAN ANTROPOGENIK DI INDONESIA

KONSEP LAHAN ANTROPOGENIK

Bentuk lahan atau Iandform adalah bentukan alam di permukaan bumi khususnya di daratan yang terjadi karena proses pembentukan tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu pula (Marsoedi, 1996). Sukmantalya (1995), menjelaskan bahwa bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuk lahan tersebut terdapat. Lebih lanjut Gunadi (1991) mengemukakan bahwa berkaitan dengan data bentuk-lahan, tanah, hidrologi, dan sebagainya, dapat merumuskan alternatif-Alternatif dan strategi pengembangan guna perencanaan penggunaan lahan. Sedangkan (Way 1973 dalam Zuidam, 1979), bahwa bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami yang mempunyai susunan tertentu dan julat karakteristik fisik dan visual di mana bentuk lahan itu terbentuk. Verstappen (1983), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor geomorfologi mayor yang berpengaruh dalam pengembangan lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis, dan kondisi tanah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bentuklahan mencakup kemiringan lahan, proses geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman batuan dari pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan/medan memberikan informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah tertentu. Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada.Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang dapat berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai Marina Semarang, dan bentuk lahan struktural dan fluvial dapat berubah menjadi waduk serta bentuk lahan struktural dan denudasional dari bukit yang telah mengalami perubahan bentuk akibat aktivitas manusia seperti yang terjadi di bukit Ngoro Mojokerto.Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari penggunaan lahan. Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh ini bukan merupakan bentuk lahan antropogenik melainkan termasuk pada bentuk penggunaan lahan atau landuse karena sawah dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan permukiman hanya termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa saja sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial,

Page 9: antropogenik

di lereng gunung, atau bahkan di gumuk pasir. Begitu juga dengan permukiman juga bisa terdapat di dataran rendah, dataran tinggi, lembah, maupun kaki lereng, namun keberadaan sawah dan permukiman tersebut tidak bisa digolongkan dalam bentuk lahan antropogenik.

AKTIVITAS MANUSIA YANG MENYEBABKAN TERBENTUKNYA LAHAN ANTROPOGENIK

Manusia dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan yang telah ada menjadi bentuk lahan antropogenik. Aktivitas tersebut antara lain:• Aktivitas reklamasi misalnya pada pantai.• Aktivitas pembangunan pemanfaatan lahan yang menyebabkan perubahan yang mencolok pada bentuk lahan.• Aktivitas penambangan atau pengambilan material yang dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan.Aktivitas antropogenik di Indonesia banyak jumlahnya, namun tidak semuanya menghasilkan bentuk lahan yang potensial. Misalnya aktivitas reklamasi pada pantai dapat menyebabkan erosi dan abrasi pada pantai tersebut. Aktivitas pembangunan waduk yang kurang tepat juga menyebabkan kerusakan pada daerah tangkapan hujan sekitar waduk sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan tanah berupa rekahan dan retakan tanah. Oleh karena itu, aktivitas antropogenik dalam merubah lahan hendaknya memperhatikan dampak terhadap lahan disekitarnya.

ANALISIS CONTOH BENTUK LAHAN ANTROPOGENIK DI INDONESIA

Contoh lahan antropogenik yang ada di Indonesia yaitu Pantai Marina Semarang, yang terbentuk karena proyek reklamasi pantai, waduk, pelabuhan, dan bukit Ngoro yang ada di Mojokerto.1. Pantai Marina Semarang

Desakan kebutuhan ekonomi menyebabkan wilayah pantai yang seharusnya menjadi wilayah penyangga daratan menjadi tidak dapat mempertahankan fungsinya. Daerah sepadan pantai, dihitung 100 meter dari pantai pada waktu pasang tertinggi, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990, tidak bebas lagi dari kegiatan pembangunan, misalnya kegiatan reklamasi. Makna reklamasi dalam arti yang sebenarnya adalah upaya memperbaiki daerah yang tidak terpakai atau tidak berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sebagaimana disebutkan di atas (Ensiklopedia Nasional Indonesia dalam Pratikto, 2004). Reklamasi merupakan upaya meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan cara pengurangan atau dengan pengeringan lahan. Pantai Marina Semarang merupakan pantai yang terbentuk karena aktivitas reklamasi. Kawasan yang direklamasi tersebut memanjang sesuai dengan bibir atau garis pantai. Dengan pola reklamasi yang demikian, maka ini akan melewati

Page 10: antropogenik

daerah tambak yang dimiliki oleh petambak pada daerah tepi pantai. Lebih lanjut reklamasi ini mengarah ke laut. Hal ini melihat daerah yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar 200 hektar. Padahal daerah yang sebagian merupakan area tambak kurang produktif yaitu hanya 80 hektar.Pelaksanaan pembangunan reklamasi ini tidak dilakukan dalam satu tahap, namun kegiatan tersebut akan dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal kegiatan yang dilakukan adalah melakukan penimbunan atau pengurukan dengan material sebanyak 5 juta m3. Material tersebut diambil dari kawasan industri candi, sedangkan sisanya diambil dari daerah sekitar lokasi. Total material pengurukan adalah 15 juta m3. Material yang digunakan berupa batuan vulkanik dan breksi. Pada bagian bawah diisi dengan breksi. Kemudian diatasnya diisi dengan batuan vulkanik. Dengan kondisi tersebut, material timbunan mengalami penurunan atau penyusutan. Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan penimbunan kembali sesuai dengan target.Secara geologi pantai marina merupakan pantai yang tersusun oleh sedimentasi laut dan sungai serta terdapat endapan aluvium delta yang berumur kuarter. Material aluvium delta yang berupa batu lempung merupakan litologi yang belum terkompaksi secara utuh apalagi ditambah adanya intrusi air laut yang diakibatkan penggunaan air tanah secara berlebihan sehingga akuifer dangkal yang ada menjadi rusak dan terintrusi oleh air laut. Hal ini karena dipesisir pantai marina digunakan sebagai kawasan pariwisata dan perkantoran serta kawasan huni mewah yang sangat banyak membutuhkan air bersih sehingga banyak yang melakukan pengeboran sumur artesis yang mencari lapisan akuifer dalam sehingga terjadi proses kerusakan akuifer dan berdampak pada proses land subsidence didaerah pesisir utara dan secara morfogenesa kawasan pantai marina merupakan daerah pantai genetik yang endapannya tersusun oleh endapan material laut dan sedimentasi sungai. Namun penyalahgunaan fungsi sungai sebagai bahan pembuangan limbah menjadikan daerah kawasan pantai marina menjadi daerah yang kotor. Dari gelombang laut menurut data pasang surut pada bab sebelumnya menunjukan bahwa pantai marina merupakan daerah yang bergelombang menengah keatas sehingga perlunya dilakukan penerapan sistem hijau pantai yang diperlukan sebagai kawasan transisi dan menjaga kestabilan daerah darat dari proses abrasi air laut yang berlebihan.Berdasarkan peta geologi lingkungan daerah pantai marina merupakan daerah pantai yang jelek akibat endapan litologi berupa napal dan lempung dan gejala amblesan dan pemakaian air tanah yang dieksploitasi secara berlebihan menyebabkan kerusakan stratigrafi daerah utara semarang yang berumur kuarter, serta adanya proses pembebanan pondasi bangunan yang tidak memperhatikan kestabilan dan daya dukung tanah ketika melakukan pembangunan dan pengubahan kawasan hutan bakau menjadi daerah terbuka membuat tingkat lingkungan pantai marina rusak berlebihan secara kuantitatif dan fisik sehingga perlu dilakukan pemulihan dan konservasi lingkungan. Hal lain perlu ditambahkan bahwa reklamasi pantai semarang seharusnya juga memperhatikan daerah aliran sungai dan tingkat kestabilan tanah serta kajian geologinya sehingga perlu penyelidikan tingkat lanjut untuk mengetahui sebaran dan tebal endapan litologi satuan batuan alluvium dan lempung. Hal ini diperlukan sebagai bahan referensi didalam pengelolaan wilayah tingkat lanjut.

Page 11: antropogenik

Pantai Marina termasuk dalam lahan antropogenik karena pantai ini telah mengalami perubahan yaitu perubahan perubahan kondisi morfologi pantai. Batas pantai atau garis pantai menjadi lebih menjorok ke arah laut.2. Waduk

Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan. Waduk dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Waduk dapat terbentuk dari bentuk lahan lain yang telah ada. Misalnya berasal dari bentuk lahan struktural dan fluvial. Waduk merupakan bentuk lahan antropogenik karena terbentuk oleh aktivitas manusia yang merubah lahan menjadi berbentuk cekungan.Dalam pembuatan waduk selain harus memperhatikan teknik-teknik dalam pembuatan waduk juga harus memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak sampai merusak daerah tangkapan hujan yang dapat menyebabkan rusaknya lahan biasanya ditandai dengan rekahan dan retakan pada tanah. Masalah utama yang dihadapi oleh waduk di Indonesia adalah masalah erosi dan sedimentasi yang terjadi di daerah tangkapan dan teknologi konservasi yang diterapkan. Erosi merupakan suatu proses penghanyutan tanah oleh kekuatan air dan angin, baik yang terjadi secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia. Banyak sedikitnya partikel tanah tererosi sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, bentuk kewilayahan atau topografi, vegetasi dan faktor aktivitas manusia terhadap tanah. Erosi mengakibatkan terjadinya pemindahan butiran tanah ke tempat lain melalui suatu proses yang dinamakan angkutan sedimen.

3. Pelabuhan

Pemanfaatan dan pengusahaan lahan pantai oleh manusia banyak menimbulkan perubahan fisik bentang lahan yang nyata. Misalnya konstruksi bangunan pantai yang berbentuk pelabuhan. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Pelabuhan termasuk lahan antropogenik karena bentuknya telah merubah bentuk lahan pesisir sebelumnya.Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:• Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)• Perlindungan dari angin, ombak, dan petir• Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.Pembangunan pelabuhan hendaknya memperhatikan aspek lokasi agar pelabuhan dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam lahan sekitar. Misalnya pembangunan pelabuhan Indonesia cabang Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang dapat menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu.

4. Bukit Ngoro Mojokerto

Page 12: antropogenik

Gambar daerah di sekitar bukit Ngoro MojokertoBukit Ngoro terletak di sekitar daerah perbukitan dan patahan watukosek mojokerto. Bukit ini merupakan bukit dari bentuk lahan asal struktural yang kemudian telah mengalami degradasi akibat aktivitas masyarakat sekitar yaitu adanya penambangan pasir dan pengambilan material yang dimanfaatkan sebagai tanggul lumpur lapindo Sidoarjo. Oldeman (1994) menyatakan lima faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tangan manusia secara langsung, yaitu: deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian, eksploitasi berlebihan, dan aktivitas industri dan bioindustri. Lima proses utama yang terjadi timbulnya tanah terdegradasi, yaitu: menurunnya bahan kandungan bahan organik tanah, perpindahan liat, memburuknya struktur dan pemadatan tanah, erosi tanah, deplesi dan pencucian unsur hara (Lal, 1986). Khusus untuk tanah-tanah tropika basah terdapat tiga proses penting terjadinya degradasi tanah, yaitu:1) degradasi fisik berhubungan dengan memburuknya struktur tanah sehingga memicu pergerakan, pemadatan, aliran banjir berlebihan, dan erosi dipercepat. 2) degradasi kimia berhubungan dengan terganggunya siklus C, N, P, S dan unsur lainnya.3) degradasi biologi berhubungan dengan menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik tanah, aktivitas biotik dan keragaman spesies fauna tanah.Pada Bukit Ngoro Mojokerto proses degradasi yang nampak ialah proses degradasi fisik yang ditandai dengan proses memburuknya struktur dan pemadatan tanah serta erosi tanah.

DAMPAK DARI TERBENTUKNYA LAHAN ANTROPOGENIK TERHADAP LAHAN DISEKITARNYA

Setiap lahan antropogenik yang terbentuk mempunyai dampak terhadap lahan sekitarnya. Berikut penjelasan dampak dari terbentuknya lahan antropogenik terhadap lahan sekitarnya pada setiap contoh-contoh lahan antropogenik yang telah disebutkan di atas.1. Pantai Marina SemarangDampak yang paling menonjol adalah secara fisik yaitu perubahan kondisi morfologi pantai. Batas pantai atau garis pantai menjadi lebih menjorok ke arah laut. Perubahan garis pantai mengakibatkan perubahan arus mengarah ke pantai. Arus yang sedianya dapat tertahan di Pantai Marina kemudian berubah arah masing-masing ke arah barat dan timur. Arus yang ke arah timur memiliki arus yang relatif besar dengan tidak membawa sedimen laut. Pada arus ini akan mengakibatkan abrasi terhadap pantai. Akibat abrasi pantai sekitar lima hektare lahan yang telah diuruk hilang.Abrasi diduga di antaranya disebabkan perubahan pola arus yang diakibatkan anjungan/pemecah ombak yang dibangun sebuah industri di sebelah barat desa. Petambak (pemilik dan penggarap) yang hidupnya bergantung pada sumber daya pesisir mengalami kerugian akibat berkurangnya lahan tambak dan penurunan pendapatan akibat menurunnya produksi tambak dan tangkapan yang dipicu oleh abrasi dan pencemaran.Selain abrasi, reklamasi Pantai Marina secara umum berpengaruh pada

Page 13: antropogenik

terjadinya erosi pantai di Sayung, Demak. Padahal, daerah tersebut dahulunya merupakan kawasan sedimentasi. Namun sekarang kondisinya sudah berbeda jauh, di kawasan pantai itu banyak yang mengalami erosi. Reklamasi atau pengurukan kawasan pantai akan mengubah sifat arus yang kemudian berdampak pada erosi pantai di daerah lain. Karena itu, setiap ada pengurukan kawasan pantai harus diwaspadai sifat arus pantai. Sifat arus air di Pantai Semarang berputar ke timur karena pada sisi timur Semarang terdapat tanjung. Arus air yang berputar seperti itu menyebabkan rawan erosi, perubahan fisik pantai, dan sedimentasi pantai dapat berubah. Selain mengakibatkan dampak tersebut, reklamasi pantai juga akan menambah jarak tempuh air sungai. Hal ini berpengaruh pada keterbentukan sedimentasi di muara yang lama sehingga terjadi pendangkalan di sana. 2. Waduk Dampak dari pembangunan waduk yang dislokasi dapat menyebabkan kerusakan pada daerah tangkapan hujan, karena kadangkala lahan awal sebelum dibangun waduk adalah hutan atau daerah tangkapan hujan. Perubahan tata guna lahan tersebut mengubah karakteristik hidrogeografis kawasan tersebut dan secara langsung mengancam kelestarian tata guna airnya. Di waktu hujan, air tidak tertahan secara memadai di permukaan tanah sehingga proses penyerapannya ke dalam tanah atau penguapan ke udara yang tidak memungkinkan. Akibatnya, air hujan dilimpaskan begitu saja ke permukaan tanah. Semakin besar jumlah air yang dilimpaskan, semakin pendek pula waktu retensinya. Tak pelak, keadaan tersebut dapat menyebabkan banjir besar yang datang secara mendadak.Sebaliknya, berkurangnya vegetasi penutup lahan pada musim kemarau akan menyebabkan penguapan yang sangat tinggi dari permukaan tanah sehingga timbul kerusakan pada lapisan tanah berupa rekahan dan retakan tanah. Selain itu juga dapat menyebabkan penurunan aliran air permukaan yang berasal dari air tanah atau yang biasa disebut Base Flow.Puluhan waduk di Indonesia telah mengalami erosi dan sedimentasi. Erosi menyebabkan terjadinya pemindahan butiran tanah ke tempat lain melalui suatu proses yang dinamakan angkutan sedimen. Pengendapan tersebut paling banyak terjadi pada waduk yang digunakan sebagai irigasi. Karena tidak menutup kemungkinan terjadi pula pengendapan di bagian hulu bendung irigasi maupun saluran pembawa (primer, sekunder, maupun tersier) air irigasi. Namun, apabila pembangunannya tepat keberadaan waduk justru menjadi tempat menyuplai air, sehingga pada saat musim kemarau tidak kekurangan air dan pada saat musim hujan tidak terjadi banjir, sehingga keadaaan dan dapat dijadikan sebagai pembangkit listrik tenaga air, sehingga pasokan listrik bagi masyarakat bisa terpenuhi.3. PelabuhanPembangunan pelabuhan bisa menimbulkan dampak yang kurang baik pada lingkungan. Banyak pembangunan pelabuhan yang tidak memperhatikan aspek lokasi yang akan digunakan, pengalihfungsian lahan kerap terjadi, sehingga hal ini sangat merugikan karena lahan yang diambil alih ini justru lahan yang potensial. Sebagai contoh pembangunan pelabuhan Indonesia cabang Pontianak

Page 14: antropogenik

yang dibangun di tepi sungai yang dapat menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu dan pembangunan pelabuhan Tanjung Api-api yang ada di Provinsi Sumatera Selatan mengakibatkan rusaknya hutan bakau (mangrove) dan hutan nipah, ancaman kepunahan sejumlah satwa langka, hingga jeritan kerugian masyarakat lokal akibat rusaknya perkebunan kelapa. Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Padahal mangrove berfungsi sebagai :• Penahan abrasi pantai.• Penahan intrusi (peresapan) air laut.• Penahan angin.• Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai.

Gambar hutan bakau (mangrove)Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah atau batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan. Abrasi terjadi ketika angin yang bergerak di laut menimbulkan gelombang dan arus menuju pantai. Arus dan angin tersebut lama kelamaan menggerus pinggir pantai. Gelombang di sepanjang pantai menggetarkan tanah seperti gempa kecil. Kekuatan gelombang terbesar terjadi pada waktu terjadi badai sehingga dapat mempercepat terjadinya proses abrasi.Dampak lain yang terjadi ialah adanya intrusi. Intrusi diartikan sebagai perembesan air laut ke daratan, bahkan sungai. Suatu kawasan yang awalnya air tanahnya tawar kemudian berubah menjadi lagang dan asin seperti air laut. Intrusi dapat berakibat rusaknya air tanah yang tawar dan berganti menjadi asin. Penyebabnya, antara lain penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk dijadikan bahan bangunan dan kerikil jalan. Pembuatan tambak udang dan ikan yang memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan, serta pembangunan pelabuhan yang menyebabkan hilangnya hutan bakau atau mangrove.5. Bukit Ngoro Mojokerto.Pada Bukit Ngoro Mojokerto dampak yang paling signifikan adalah adanya proses degradasi fisik yang ditandai dengan proses memburuknya struktur dan pemadatan tanah serta erosi tanah. Memburuknya struktur dan pemadatan tanah lebih disebabkan oleh aktivitas penambangan pasir secara besar-besaran oleh masyarakat sekitar. Sedangkan pada ancaman erosi tanah disebabkan oleh hilangnya vegetasi penutup lahan dan kurangnya kemampuan tanah dalam menyerap air. Vegetasi penutup lahan hilang karena sebagian material dari bukit tersebut diambil untuk membuat tanggul penahan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo. Kedua bentuk degradasi tersebut dapat menyebabkan banjir dan

Page 15: antropogenik

longsor pada daerah kaki lereng yang dapat mengancam permukiman warga di sekitarnya.

UPAYA UNTUK MENGATASI DAMPAK DARI TERBENTUKNYA LAHAN ANTROPOGENIK DI INDONESIA

Berdasarkan analisis dari contoh bentuk lahan antropogenik di Indonesia, sebagian besar lahan antropogenik yang ada berpotensi memberi dampak buruk terhadap lahan di sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, berikut adalah upaya untuk mengatasi masing-masing dampak yang telah ditimbulkan oleh terbentuknya masing-masing contoh lahan antropogenik di atas.1. Pantai Marina Semarang.Dampak yang ditimbulkan akibat reklamasi pantai marina adalah erosi dan abrasi. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi abrasi yang terjadi yaitu dengan melakukan penanaman mangroove disekitar pantai. Dengan adanya hutan mangroove diharapkan abrasi yang terjadi intensitasnya akan lebih kecil. Manfaat lainya yaitu biota laut juga dapat hidup dan tumbuh dengan baik sehingga ikan dapat berkembang biak. Kondisi yang demikian ini dapat menguntungkan nelayan sehingga mereka tidak perlu jauh-jauh mencari ikan ke tengah laut.Langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan membangun dam lepas pantai serta sekat pantai. Fungsi dari bangunan tersebut untuk menahan gelombang serta memecah gelombang, sehingga gelombang laut yang datang dapat ditahan dan intensitasnya tidak terlalu besar ketika menyentuh pantai. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa gelombang yang datang tersebut dapat menyentuh garis pantai. Meskipun demikian intensitasnya rendah sehingga tidak menyebabkan pengikisan atau abrasi yang parah.Pembuatan jari-jari yang menjulur ke laut dengan bahan bambu juga dimungkinkan untuk mengurangi tingkat abrasi terhadap pantai. Jari-jari ini panjangnya dapat disesuaikan dengan kedalaman yang dapat dicapai oleh bambu. Lebar yang dibangun berkisar 1 m. Dengan pembuatan jari-jari tersebut diharapkan sedimen laut yang terbawa arus dapat terendapkan disekitar kanan dan kiri jari-jari.Langkah yang cukup efektif adalah dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah kota. Isi dari undang-undang tersbut berupa tata aturan yang lebih detail dan lebih sempit tentang reklamasi, sehingga ketika ada pengembang atau kotraktor yang akan melakukan reklamasi tidak akan melakukan dengan sembarangan. Selain itu juga agar lokasi yang akan direklamasi tidak menyalahi aturan serta hanya area yang diperbolehkan saja untuk dilakukan reklamasi.2. WadukMasalah utama yang dihadapi oleh waduk di Indonesia adalah masalah erosi dan sedimentasi, baik yang terjadi secara alami maupun disebabkan karena aktivitas manusia. Proses erosi dan sedimentasi dapat diminimalisasi dengan pengelolaan daerah tangkapan hujan di sekitar daerah waduk untuk menjaga fungsi daerah resapan air. Selain dapat menjaga kualitas dan kuantitas air waduk juga dapat mengurangi laju erosi dan sedimentasi. Masyarakat sekitar juga harus lebih peka

Page 16: antropogenik

terhadap waduk dengan tidak mencemari waduk tersebut karena lebih lanjut dapat menyebabkan proses sedimentasi yang berakibat banjir ketika musim hujan.3. PelabuhanDampak yang paling menonjol pada terbentuknya pelabuhan yang tidak tepat adalah adanya abrasi dan intrusi. Kedua fenomena ini dapat dicegah dengan penanaman hutan bakau di daerah pesisir. Bangunan penahan gelombang juga dibutuhkan untuk memperkecil adanya abrasi. Pembangunan pelabuhan di wilayah pesisir tidak seharusnya merusak hutan bakau yang telah ada karena dapat menyebabkan intrusi. Apabila hal ini terjadi, maka masyarakat pesisir harus peka terhadap lingkungan sekitarnya. Masyarakat diharapkan tidak mengambil air yang berasal dari air permukaan tanah saja karena apabila dilakukan pengambilan air tanah dapat menyebabkan intrusi semakin parah disebabkan oleh adanya pertemuan lapisan tanah permeabel yang mengandung air (akuifer) dengan perairan laut.4. Bukit Ngoro MojokertoKeadaan fisik bukit Ngoro Mojokerto saat ini sangat memprihatinkan. Karena selain banyaknya kehilangan vegetasi penutup lahan, vegetasi yang ada pun dalam keadaan kering. Selain itu tanda-tanda erosi sudah nampak, dan lebih lanjut dapat menyebabkan longsor atau banjir pada daerah di sekitarnya. Meskipun aktivitas penambangan pasir telah berkurang, namun sebaiknya aktivitas tersebut dihentikan karena sangat berbahaya. Begitu juga dengan aktivitas pengambilan material untuk tanggul penahan lumpur juga harus dihentikan. Material untuk tanggul penahan lumpur Lapindo dapat disubstitusi dengan material lain. Hal yang sangat dibutuhkan adalah penanaman vegetasi di seluruh daerah bukit tersebut. Meskipun lahan bukit tersebut tidak dimanfaatkan, namun tetap harus dirawat agar tidak berbahaya bagi kehidupan yang ada di sekitarnya. Lebih jauh, penanaman vegetasi juga dapat mempertahankan kuantitas ketersediaan air pada daerah tersebut.

KESIMPULAN

Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada.Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari penggunaan lahan. Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh ini bukan merupakan bentuk lahan antropogenik melainkan termasuk pada bentuk penggunaan lahan atau landuse karena sawah dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada.Manusia dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan yang telah ada menjadi bentuk lahan antropogenik. Contoh lahan antropogenik yang

Page 17: antropogenik

ada di Indonesia yaitu Pantai Marina Semarang, yang terbentuk karena proyek reklamasi pantai, waduk, pelabuhan, dan bukit Ngoro yang ada di Mojokerto.Setiap lahan antropogenik yang terbentuk mempunyai dampak terhadap lahan sekitarnya. Sebagian besar dampak yang ditimbulkan oleh terbentuknya lahan antropogenik adalah berdampak buruk bahkan mengancam lahan yang ada di sekitarnya. Manusia harus lebih memahami akibat dari dampak tersebut dan tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi dalam mengubah bentuk lahan. Setiap kerusakan bentuk lahan yang telah terjadi harus segera diatasi.

SARAN

Pengubahan bentuk lahan harus lebih memperhatikan aspek kalingkungan karena setiap perubahan tersebut akan membawa dampak terhadap lahan di sekitarnya. Pada contoh-contoh bentuk lahan yang ada di Indonesia, sebaiknya segera diatasi karena berbahaya bagi kehidupan yang ada di lahan sekitarnya.Masalah abrasi dan erosi yang terjadi akibat terbentuknya pantai marina dan pelabuhan dapat diatasi dengan adanya penanaman hutan bakau di sekitar daerah pesisir. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan membangun dam lepas pantai serta sekat pantai. Selain itu, dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah kota.Dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan waduk dan perubahan pada bukit Ngoro dapat diatasi dengan adanya penanaman vegetasi yang dapat mengurangi terjadinya erosi dan banjir juga dapat mempertahankan kuantitas air di daerah sekitar lahan tersebut.

DAFTAR RUJUKANHerlambang, Sudarno Drs. M.Si. 2009. Bahan Ajar Dasar-Dasar Geomorfologi.Malang : Universitas Negeri Malang.Suara Merdeka. 2009. Dampak Reklamasi Pantai Marina Semarang,(online).(http://www.suaramerdeka.com//, diakses tanggal 25 Oktober 2009 pukul13.00 WIB)Sunaryo, Trie M, Ir. M.Eng. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Air. Malang :Bayumedia.

Diposkan oleh Belajar Menjadi Geograf di 18:48

http://belajarmenjadigeograf.blogspot.com/2009/11/analisis-bentuk-lahan-antropogenik-di.html

PENCEMARAN UDARA

Page 18: antropogenik

Aktifitas dan mobilitas yang sangat dinamis telah menuntut peningkatan pemenuhan kebutuhan yang sangat cepat. Berbagai kegiatan industrialisasi dengan segala kegiatan yang terkait, disatu sisi telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun disisi lain telah sangat membebani lingkungan. Meningkatnya beban pencemaran limbah industri maupun limbah domestik cenderung menimbulkan pencemaran dan kerusakan pada berbagai media lingkungan baik

air, tanah, maupun udara.

Pencemaran udara memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak mengingat udara merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika pencemaran udara tidak segera ditanggulangi maka akan berdampak serius terhadap kesehatan. Menurut Sugiarto (2003), untuk tetap sehat manusia membutuhkan sekitar 13,5 kg atau 10.000 liter udara bersih setiap hari dan manusia hanya bisa hidup antara satu sampai dua menit tanpa udara.

 

Kualitas udara di luar ruangan dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam ruangan. Saat ini, pencemaran udara dalam ruangan (indoor pollution) perlu mendapat perhatian karena menurut Mukono (2003), 80% kegiatan manusia dilakukan didalam ruangan yaitu di dalam rumah dan di tempat kerja. Bahkan ada kelompok tertentu yang menghabiskan hampir seluruh waktunya di dalam ruangan seperti bayi, orang lemah atau sakit, dan orang tua dimana mereka lebih rentan terhadap zat pencemar yang terdapat di dalam ruangan.

 

Menurut Sukar dkk (2004), sumber pencemaran udara ruangan meliputi asap dan buangan yang berasal dari biologi seperti pollen, tungau, mould, serangga, mikroorganisme dan pet allergen. Jika manusia berada di dalam ruangan dengan sirkulasi lingkungan udara yang buruk, maka perlu diperhatikan mengenai kualitas udara dan kemungkinan terakumulasinya bahan pencemar seperti oksida nitrogen, karbon monoksida, formaldehid, dan tidak terkecuali mikroorganisme yang tersebar di udara. Bahan- bahan yang terakumulasi di udara tersebut dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan manusia. Kasus penyakit akibat pencemaran udara dalam ruangan banyak terjadi terutama di dalam lingkungan kerja.

 

Pengertian Pencemaran Udara

Menurut Kumar (1987:22) dalam Mukono (2003), pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya.

Menurut Chambers (1976:13-14) dan Masters (1991:270) dalam Mukono (2003), yang dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material.

Pengertian lain dari pencemaran udara adalah terdapat bahan kontaminan di atmosfer karena ulah manusia (man made ). Hal ini untuk membedakan dengan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat kerja (occupational air pollution ) (Corman, 1971:7; Kumar,1987:83 dalam Mukono, 2003).

 

Sumber Pencemaran Udara

Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami (natural) dan kegiatan antropogenik. Contoh sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan, dan lain sebagainya. Pencemaran udara akibat aktivitas manusia (kegiatan antropogenik), secara kuantitatif sering lebih besar. Untuk kategori ini sumber- sumber pencemaran dibagi dalam pencemaran akibat transportasi, industri, dari persampahan, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran, dan rumah tangga (Soedomo, 2001).

 

Jenis Pencemaran Udara

Menurut Soedomo (2001), dilihat dari segi fisik, bahan pencemar dapat berupa:

1. Partiel (debu, aerosol, timah hitam)

Page 19: antropogenik

2. Gas (CO, NOx, SOx, H2S, Hidrokarbon)

3. Energi (suhu dan kebisingan)

Berdasarkan kejadian, terbentuknya pencemar terdiri dari:

1. Pencemar primer (yang diemisikan langsung oleh sumber).

2. Pencemar sekunder (yang terbentuk karena reaksi di udara antara berbagai zat).

Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara.

Menurut Mukono (2003), faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran udara di atmosfer adalah:

Kelembaban

Kelembaban udara relatif yang rendah (< 60%) di daerah tercemar SO2, akan mengurangi efek korosif dari bahan kmia tersebut. Pada kelembaban relatif lebih atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2, akan terjadi peningkatan efek korosif SO2 tersebut.

 

Suhu

Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat, akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.

 

Sinar matahari

Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan atau alat bangunan, atau bahan yang terbuat dari karet. Jadi dapat dikatakan bahwa sinar matahari dapat meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.

 

Pergerakan udara

Pergerakan udara yang cepat dapat meningkatkan abrasi bahan bangunan.

 

Dampak Bahan Pencemar Udara

Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan kelainan pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa:

1. Sakit, baik yang akut maupun kronis. 2. Penyakit yang tersembunyi yang dapat memperpendek umur, menghambat pertumbuhan dan

perkembangan. 3. Mengganggu fungsi fisiologis dari: paru, saraf, transpor oksigen oleh hemoglobin, kemampuan sensorik. 4. Kemunduran penampilan, misalnya pada: aktivitas atlet, aktivitas motorik, aktivitas belajar. 5. Iritasi sensorik. 6. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh. 7. Rasa tidak nyaman (bau).

(Goldsmith dan Friberg, 1977: 459-460; Masters, 1991: 291- 299 dalam Mukono, 2003).

Parameter Kualitas Udara

Parameter yang perlu diukur di dalam kegiatan pengawasan kualitas udara adalah sebagai berikut:

Page 20: antropogenik

1. Parameter fisik: suhu, kelembaban, kecepatan, arah dan frekuensi angin, tekanan udara, keadaan cuaca (cerah, mendung, hujan, atau gerimis).

2. Parameter kimia: partikel debu melayang, SO2, CO, O3, Hidrokarbon, Hidrogen sulfida, Amonia, Timbal). 3. Parameter biologi: kadar bakteri, kadar serbuk sari bunga. 4. Parameter manusia: angka kesakitan penyakit saluran pernafasan, kulit, dan penyakit neurotoksik (Aditama,

2002).

inspeksi sanitasi

Incoming search terms:faktor-faktor pencemaran udara,masalah pencemaran udara,pencemaran udara akibat letusan gunung merapi,Efek negatif pencemaran udara bagi kesehatan tubuh,gambar pencemaran udara,lingkungan udara,Faktor yang mempengaruhi pencemaran udara,contoh pencemaran udara dalam ruangan,masalah akibat pencemaran udara,jenis-jenis pencemaran dan masalah

http://helpingpeopleideas.com/publichealth/seri-masalah-pencemaran-udara/

Page 21: antropogenik

perubahan iklim antropogenik mengacu pada produksi gas rumah kaca yang dipancarkan oleh aktivitas manusia. By examining the polar ice cores, scientists are convinced that human activity has increased the proportion of greenhouse gases in the atmosphere, which has skyrocketed over the past few hundred years. Dengan memeriksa inti es di kutub, para ilmuwan yakin bahwa aktivitas manusia telah meningkatkan proporsi gas rumah kaca di atmosfer, yang telah meroket selama beberapa ratus tahun terakhir.

The released in 2007 stated that, multiple lines of evidence confirms that the post-industrial rise in greenhouse gases does not stem from In other words this is anthropogenic climate change, and the significant increases in the atmosphere of these potent greenhouse gases are a result of human activity. The IPCC, Laporan Keempat dirilis pada tahun 2007 menyatakan bahwa, beberapa baris bukti menegaskan bahwa kenaikan pasca-industri gas rumah kaca tidak berasal dari mekanisme alam. Dengan kata lain ini adalah perubahan iklim antropogenik, dan peningkatan yang signifikan dalam suasana ini gas rumah kaca yang potensial adalah akibat aktivitas manusia.

The most potent of the greenhouse gases are carbon dioxide (CO2), methane (CH4) and nitrous oxide (N20). Yang paling potensial dari gas rumah kaca adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan oksida nitrat (N20). Alarmingly, these are a result of anthropogenic climate change, and the gases are at the highest levels for over 650,000 years. Mengkhawatirkan, ini adalah akibat dari perubahan iklim antropogenik, dan gas berada di tingkat tertinggi selama lebih dari 650.000 tahun.

The IPCC Fourth Report confirms that over the past 8,000 years, and just before

Page 22: antropogenik

Industrialisation in 1750 , carbon dioxide concentration in the atmosphere increased by a mere 20 parts per million (ppm). Laporan IPCC Keempat menegaskan bahwa selama 8.000 tahun terakhir, dan tepat sebelum Industrialisasi pada tahun 1750, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat dengan hanya 20 bagian per juta (ppm). The concentration of atmospheric CO2 in 1750 was 280ppm, and increased to 379 ppm in 2005. Konsentrasi CO2 atmosfer pada tahun 1750 adalah 280ppm, dan meningkat menjadi 379 ppm pada tahun 2005. That is a whopping increase of 100 ppm in 250 years. Itu adalah kenaikan kekalahan dari 100 ppm dalam 250 tahun. For comparison and at the end of the most recent ice age there was approximately an 80ppm rise in CO2 concentration. Untuk perbandingan dan di akhir zaman es terakhir ada sekitar kenaikan 80ppm dalam konsentrasi CO2. This rise took over 5,000 years, and higher values than at present have only occurred many millions of years ago. Kenaikan ini mengambil alih 5.000 tahun, dan nilai-nilai lebih tinggi dari pada sekarang ini telah terjadi jutaan tahun yang lalu.

Since 1750, it is estimated that about two thirds of anthropogenic climate change CO2 emissions have come from fossil fuel burning (coal and petroleum) and about one third from land use change (mainly deforestation and agricultural). Sejak 1750, diperkirakan bahwa sekitar dua pertiga dari emisi CO2 perubahan iklim antropogenik berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (batubara dan minyak bumi) dan sekitar sepertiga dari perubahan tata guna lahan (terutama penggundulan hutan dan pertanian). About 45% of this CO2 has remained in the atmosphere, while about 30% has been taken up by the oceans and the remainder has been taken up by the trees and plants. Sekitar 45% dari CO2 ini tetap di atmosfer, sementara sekitar 30% telah diambil oleh lautan dan sisanya telah diambil oleh pohon dan tanaman. About half of a CO2 going into the atmosphere is removed over a time scale of 30 years; a further 30% is removed within a few centuries; and the remaining 20% will typically stay in the atmosphere for many thousands of years. Sekitar setengah dari CO2 masuk ke atmosfer akan dihapus dari skala waktu 30 tahun, sebuah% 30 lebih lanjut dihapus dalam beberapa abad, dan sisanya 20% biasanya akan tinggal di atmosfer selama ribuan tahun.

In recent decades, carbon emissions have continued to increase. Dalam beberapa dekade terakhir, emisi karbon terus meningkat. Global annual fossil emissions increased from an average of 6.4 GtC yr (one giga tonne of carbon per year) in the 1990s to 7.2 GtC yr in the period 2000 to 2005. Global emisi fosil tahunan meningkat dari rata-rata 6,4 tahun GtC (satu giga ton karbon per tahun) pada tahun GtC 1990 menjadi 7,2 pada periode 2000 hingga 2005. Fossil fuel use is not the only human contribution to carbon dioxide levels, and at least another 1.6GtC should be added for emissions from land use. penggunaan bahan bakar fosil bukanlah kontribusi manusia hanya untuk tingkat karbon dioksida, dan setidaknya 1.6GtC lain harus ditambahkan untuk emisi dari penggunaan lahan. To gain some idea of figures we are talking about here, 1 GtC is equal to 1,000,000,000 metric tonnes, that is one billion tonnes. Untuk mendapatkan beberapa gagasan tentang tokoh yang kita bicarakan di sini, 1 GtC sama dengan 1,000,000,000 ton metrik, yaitu satu miliar ton.

Page 23: antropogenik

While you think about these numbers, it should be pointed out that when using the emission factors above, 1 GtC (carbon) corresponds to 3.67 GtCO2 (carbon dioxide). Sementara Anda berpikir tentang angka-angka, harus menunjukkan bahwa bila menggunakan faktor emisi tersebut di atas, 1 GtC (karbon) sesuai dengan 3.67 GtCO2 (karbon dioksida). The box above shows why 1GtC = 3.67GCO2, and we will now work out how Many Gt of CO2 are emitted every year (and still rising). Kotak di atas menunjukkan mengapa 1GtC = 3.67GCO2, dan kami sekarang akan menentukan berapa banyak Gt CO2 dipancarkan setiap tahun (dan terus bertambah). Firstly, we can add fossil fuel emissions 7.2 to land use, 1.6 to come up with a total of 8.8GtC annually. Pertama, kita dapat menambahkan emisi bahan bakar fosil untuk penggunaan lahan 7,2, 1,6 untuk datang dengan total 8.8GtC setiap tahunnya. Secondly, we multiply 8.8 x 3.67 and so we have a total of 32.29GtCO2 being emitted to the atmosphere each year! Kedua, kita kalikan 8,8 x 3,67 dan sehingga kita memiliki total 32.29GtCO2 yang dipancarkan ke atmosfer setiap tahunnya!

In addition to escalating coal use after the Industrial Revolution, came the widespread use of another fossil fuel; petroleum for transport. Selain menggunakan batu bara meningkat setelah Revolusi Industri, datang meluasnya penggunaan bahan bakar fosil lain, minyak untuk transportasi. At the beginning of the 20th century, annual global oil output was about 150 million barrels of oil, now, that amount is extracted globally in just two days. Pada awal abad ke-20, produksi minyak tahunan global adalah sekitar 150 juta barel minyak, sekarang, jumlah yang diekstraksi secara global hanya dalam waktu dua hari.

Look at the graph at the top of the page again, and see how concentrations of CO2, CH4 and N20 have risen almost vertically in recent years. Lihatlah grafik di bagian atas halaman lagi, dan melihat bagaimana konsentrasi CO2, CH4 dan N20 telah meningkat hampir vertikal dalam beberapa tahun terakhir. The vertical pathway is cause for alarm, as CO2 levels correlate highly with an increase in average Jalur vertikal adalah penyebab untuk alarm, sebagai tingkat CO2 yang sangat berkorelasi dengan peningkatan rata-rata suhu permukaan global.

Page Updated 21 January 2011 Page Diperbarui 21 Januari 2011

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.global-greenhouse-warming.com/anthropogenic-climate-change.html