Antologi Cerpen [ISI]

62
Drakula di Suatu Vila Kosong Di sebuah sekolah bernama SMA Mentari di kota Bandung, ada seorang siswi yang baik, pintar, cerdas, mempunyai banyak teman tapi bisa di bilang ia sedikit cupu dan ia juga kutu buku. Ia bernama Marsya, tapi ia sering di panggil Cacha oleh teman-temannya. Ia dan teman-temannya selalu bersama-sama. Mereka sangat dekat dan bisa dibilang sepertiii perangko.Teman-temannya bernama Bella dan Putri. Suatu ketika hari menjelang liburan Bella dan Putri mengajak Marsya untuk pergi berlibur. Tapi mereka bingung mau berlibur ke mana. Akhirnya Bella menemukan suatu ide. Bella mengajak Putri dan Marsya untuk pergi ke suatu villa yang memang sudah lama tidak ada yang menempati . Putri dan Marsya tidak mau karena mereka berfikir pasti di sana ada oenunggunya, alias hantu-hantu gitu deh . Tapi si Bella merayu Putri dan Marsya untuk mau pergi ke sana. Pada awalnya Putri dan Marsya tetap tidak mau, tapi Bella tetap mendesak mereka. Akhirnya mereka setuju dengan usul Bella Liburan telah tiba seperti yang telah di rencanakan oleh marsya dan teman – temannya untuk berlibur disuatu villa kosong. Mereka berkumpul dirumah bela untuk berangkat bersama – sama. Mereka berangkat pukul 9.00 WIB dari rumah bella. Ternyata villa yang akan ditujuletaknya agak jauh. Sesampainya disana sudah pukul 20.00 WIB. Villa itu kalau diliat dari luar terlihat agak serem sich. Kayaknya villa itu juga tidak terawat tapi mereka tetap memberanikan diri untuk masuk kedalam. Setelah itu mereka langsung beristirahat karena mereka sangat kelelahan setelah perjalanan itu. Keesokan hari mereka berjalan – jalan menyelusuri kota itu. Mereka juga pergi kesuatu museum yang bersejarah di kota tersebut. Setelah itu mereka makan makanan khas daerah tersebut. Dan setelah mereka capek berjalan – jalan dan hari sudah menjelang malam, mereka kembali pulang ke villa tersebut. Sesampainya di villa tersebut, Marsya melihat drakula. Drakula itu punya kulit yang putih, rambut putih dan semuanya serba putih dech. Hiii serem. Mereka mengawasi gerak – gerik drakula tersebut. Drakula itu melihat marsya dan teman – temannya. Setelah itu drakula itu mendekati mereka. Marsya dan teman – temannya ketakutan Ternyata drakula itu bukan hantu tapi manusia . Ia bernama Pak Arul , ia penjaga villa tersebut Dan ternyata ia seorang albino atau orang yang mempunyai penyakit albinisme. Penyakit itu membuat Pak Arul serba putih dan ia juga tidak bisa terkena sinar matahari Akhirnya mereka tidak takut lagi, dan mereka menyadari bahwa mereka tidak boleh berprasangka buruk terhadap seseorang , sebelum ada buktinya. Mereka beristirahat karena besok mereka sudah harus kembali pulang. Biola untuk Reva 1 |Antologi Cerpen

Transcript of Antologi Cerpen [ISI]

Page 1: Antologi Cerpen [ISI]

Drakula di Suatu Vila Kosong

Di sebuah sekolah bernama SMA Mentari di kota Bandung, ada seorang siswi yang baik, pintar, cerdas, mempunyai banyak teman tapi bisa di bilang ia sedikit cupu dan ia juga kutu buku. Ia bernama Marsya, tapi ia sering di panggil Cacha oleh teman-temannya. Ia dan teman-temannya selalu bersama-sama. Mereka sangat dekat dan bisa dibilang sepertiii perangko.Teman-temannya bernama Bella dan Putri.

Suatu ketika hari menjelang liburan Bella dan Putri mengajak Marsya untuk pergi berlibur. Tapi mereka bingung mau berlibur ke mana. Akhirnya Bella menemukan suatu ide. Bella mengajak Putri dan Marsya untuk pergi ke suatu villa yang memang sudah lama tidak ada yang menempati .

Putri dan Marsya tidak mau karena mereka berfikir pasti di sana ada oenunggunya, alias hantu-hantu gitu deh . Tapi si Bella merayu Putri dan Marsya untuk mau pergi ke sana. Pada awalnya Putri dan Marsya tetap tidak mau, tapi Bella tetap mendesak mereka. Akhirnya mereka setuju dengan usul Bella

Liburan telah tiba seperti yang telah di rencanakan oleh marsya dan teman – temannya untuk berlibur disuatu villa kosong. Mereka berkumpul dirumah bela untuk berangkat bersama – sama. Mereka berangkat pukul 9.00 WIB dari rumah bella. Ternyata villa yang akan ditujuletaknya agak jauh.

Sesampainya disana sudah pukul 20.00 WIB. Villa itu kalau diliat dari luar terlihat agak serem sich. Kayaknya villa itu juga tidak terawat tapi mereka tetap memberanikan diri untuk masuk kedalam. Setelah itu mereka langsung beristirahat karena mereka sangat kelelahan setelah perjalanan itu.

Keesokan hari mereka berjalan – jalan menyelusuri kota itu. Mereka juga pergi kesuatu museum yang bersejarah di kota tersebut. Setelah itu mereka makan makanan khas daerah tersebut. Dan setelah mereka capek berjalan – jalan dan hari sudah menjelang malam, mereka kembali pulang ke villa tersebut.

Sesampainya di villa tersebut, Marsya melihat drakula. Drakula itu punya kulit yang putih, rambut putih dan semuanya serba putih dech. Hiii serem. Mereka mengawasi gerak – gerik drakula tersebut. Drakula itu melihat marsya dan teman – temannya. Setelah itu drakula itu mendekati mereka. Marsya dan teman – temannya ketakutan

Ternyata drakula itu bukan hantu tapi manusia . Ia bernama Pak Arul , ia penjaga villa tersebut Dan ternyata ia seorang albino atau orang yang mempunyai penyakit albinisme. Penyakit itu membuat Pak Arul serba putih dan ia juga tidak bisa terkena sinar matahari

Akhirnya mereka tidak takut lagi, dan mereka menyadari bahwa mereka tidak boleh berprasangka buruk terhadap seseorang , sebelum ada buktinya. Mereka beristirahat karena besok mereka sudah harus kembali pulang.

Biola untuk Reva

Reva berada di depan rumah. “Reva, dimana kamu? “ teriak ayah Reva dari dalam rumah.

Mendengar panggilan itu Reva langsung menghentikan permainan biolanya dan menyembunyikannya di balik semak . Setelah menyembunyikannya biola kesayangannya itu ia langsung berlari menuju rumah.

“Ya Ayah ! Reva disini,” jawab Reva dengan nafas terengah-engah.

“Dari mana saja kamu , bukankah kau seharusnya sudah harus bersaiap untuk ke sekolah?” 4ook4 ayah Reva dengan tegas.

“Reva habis dari………..” belum sempat melanjutkan kalimatnya ayah Reva sudah memotongnya.

“Bermain dengan benda tak berguna itu lagi ? “ bentakan ayahnya membuat Reva hanya menundukkan kepalanya dan meneteskan air mata.

“Mengapa kamu selalu menghabiskan waktumu bersama barang Pagi kembali menyambut, saat mentari masih bersembunyi malu di balik bukit tampak seorang gadis berambut panjang duduk di atas hijaunya padang rumput. Nama

1 |Antologi Cerpen

Page 2: Antologi Cerpen [ISI]

gadis itu adalah Reva, seorang gadis dengan seribu pesona yang ada padanya . Selain cantik Reva memiliki prestasi yang sangat membanggakan di sekolahnya. Pburung yang terbang dengan riangnya menyambut hari. Di saat Reva sedang asyik dengan biolanya, tiba-tiba terdeng ar seorang lelaki memanggil rongsokan itu, bukankah lebih baik untukmu untuk belajar lebih keras supaya kelak kamu bisa menjadi dokter seperti ibumu dulu! “ bentak ayah Reva sangat membenci biola karena ibu Reva meninggal saat pergi membelikan biola untuk Reva.

“Benda itu punya nama, Yah. Benda itu pula yang membuatku tetap merasa hidup. Dan satu lagi, ibu sudah meninggal dan aku tidak bisa menjadi dirinya. Aku punya jalan sendiri,” kata-kata tersebut muncul begitu saja dari bibir Reva.

“Terserah,Ayah tidak mau lagi mendengarmu memainkan benda itu.”

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Reva langsung berlari menuju kamarnya dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.Setelah itu Reva berangkat ke sekolahnya. Dengan perasaan sedih dia melangkahkan kakinya menyusuri jalan kecil dengan pohon-pohon yang berjajar di kanan kirinya itu. Saat Reva berjalan sendiri tiba-tiba seorang pria menghampirinya.

“Selamat pagi Nona manis, bagaimana kabarmu hari ini?”sapa pria tampan yang bernama Andi itu. Andi adalah kekasih Reva yang selalu mendampingi Reva di saat senang maupun sedih. Namun ayah Reva tidak menyetujui hubungan mereka karena Andi adalah anak yatim piatu.

Mendengar perkataan kekasihnya Reva tidak mengucap sepatah katapun. Namun air matalah yang keluar menyambut sapaan kekasihnya itu yang membuat Andi merasa kebingungan.

“Apa yang telah terjadi padamu Reva?” 5ook5 Andi cemas.

“Aku tidak kuat Andi, aku tak sanggup menjalani semua ini,”ucap Reva.

“Tenanglah Reva, aku akan selalu ada untukmu. Kau bisa menceritakan semuanya kepadaku,” kata Andi lembut.

Reva menceritakan semuanya kepada Andi. Andilah yang selama ini selalu ada dan mencintai Reva dengan tulus. Dia juga selalu mendukung kekasihnya itu dengan sepenuh hatinya. Tidak lama kemudian Andi berhasil menenangkan hati Reva dan mereka berdua melanjutkan perjalanan ke sekolah berdua.

Waktupun berlalu dengan cepat, Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Andi mengantar Reva pulang ke rumahnya. Mereka berjalan berdua di bawah terik matahari. Tanpa mereka sadari mereka telah sampai di depan rumah Reva.

“Sudah sampai ya? Ya sudah deh aku pulang dulu,” ucap Andi.“Kamu gak mampir dulu?” 5ook5 Reva pada Andi.“Gak ah! Aku langsung pulang aja,” jawab Andi.

Andipun pulang ke rumahnya. Sementara Reva masuk ke dalam rumahnya, di dalam rumah Reva terkejut karena ia melihat ayahnya sudah berada di dalam rumah. Tidak biasanya pada jam seperti ini ayah Reva sudah pulang dari kantornya.“A……Ayah? Ayah kok sudah pulang, inikan baru jam 3?” 5ook5 Reva dengan perasaan takut.

“Kenapa, kamu takut Ayah melihatmu bersama pemuda miskin tanpa masa depan itu? Sudah berapa kali Ayah bilanh kepadamu untuk menjauhinya!?” bentah ayah Reva dengan keras.

“Kenapa Ayah selalu memandang semua hal dari harta, Andi tulus mencintai Reva.Walaupun dia miskin namun dia selalu menjaga Reva,” jawab Reva.

Karena merasa sangat terpukul Reva langsung berlari menuju kamarnya. Di dalam kamar dia menangis memikirkan kepedihan pada dirinya. Setelah beberapa menit Reva menangis, Reva menghubungi Andi dan mengajaknya bertemu.

“Halo Andi?” Reva berbicara di telepon sambil meneteskan air matanya.

“Iya, ada apa Reva?” jawab Andi penuh kebingungan mendengar suara Reva yang parau.

“Temui aku sore ini di taman. Aku sangat memerlukanmu,” kata Reva dengan lembut dan singkat.

“Baiklah Reva , aku pasti akan 6ook6g,” ucap Andi.

2 |Antologi Cerpen

Page 3: Antologi Cerpen [ISI]

Tanpa mengucapkan kata-kata Reva langsung menutup teleponnya,sementara Andi hanya bisa menunggu. Andi tidak mungkin menemui Reva di rumahnya karena ayah Reva sangat membencinya dan Reva pasti ikut terkena imbasnya.

Sore yang ditunggu akhirnya tiba. Tmpak di sebuah kursi kayu tua Reva duduk sendiri menunggu kedatangan Andi. Di tangannya dipegangnya sebuah biola yang siap mengalunkan sebuah lagu. Satu jam sudah Reva menunggu kekasihnya namun Andi belum juga tiba. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Andi tetapi tidak ada jawaban.

“Andi kamu dimana?” 6ook6 Reva. “Apa yang terjadi sama kamu?” lanjutnya.

Dengan sabar Reva masih menunggu Andi. Tidak lama kemudian titik-titik air mulai menetes di atas kepala Reva. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya membasahi seluruh tubuh Reva.

“Aku akan menunggumu di sini Andi, dan aku gak akan memainkan biola ini sebelum kamu 6ook6 menemui aku!” teriak Reva di tengah hujan.

Hingga malam tiba Reva masih menunggu Andi. Dingin mulai menusuk tubuh kecil Reva yang tengah menggigil itu, hingga akhirnya tubuh Reva tak mampu lagi bertahan. Pandangannya menjadi gelap dan akhirnya Reva jatuh terbaring di atas tanah.

Perlahan-lahan Reva membuka matanya, sedikit demi sedikit pandangan Reva menjadi jelas. Dilihatnya di sekitarnya teman-temannya berdiri dengan tatapan cemas dan di sebuah pojok ruangan berdiri ayah Reva.

“Dimana aku ? Dan dimana Andi , kok aku gak melihat dia?” ucap Reva perlahan. Namun bukannya menjawab teman-temannya Reva hanya diam membisu dengan menampakkan raut kesediahan di wajah mereka.

“Kamu di rumah sakit, karena kemarin kami menemukanmu pingsan di taman,” kata salah seorang teman Reva.

“Tapi dimana Andi , kenapa ia tidak 7ook7g? Padahal dia sudah berjanji akan 7ook7g menemui aku.

Mendengar perkataan Reva suasana ruangan itu menjadi sunyi. Karena tidak ada jawaban Reva terus mendesak hingga akhirnya salah seorang dari mereka menjawabnya.

“Begini Reva, kemarin Andi mengalami kecelakaan dalam sebuah perjalanan. Dokter sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkannya, tetapi itu semua sia-sia.” Mendengar penjelasan dari temannya itu tubuh Reva menjadi lemas.

“gak, gak mungkin.Kalian semua bohong.Andi sudah berjanji padaku bahwa daia akan selalu bersamaku dan gak akan pernah meninggalkan aku!” teriak Reva dengan penuh kemarahan.

Tiba-tiba Reva bangun dari tempat tidurnya dan mencoba berlari untuk menemui Andi. Namun belum sempat keluar dari kamar rumah sakit Reva terjatuh. Segera teman-teman dan ayah Reva 7 ook7g untuk membantunya dan menenangkannya.

“Kenapa,kenapa ini semua harus terjadi padaku? Ini semua salahku. Andai hari itu aku tidak mengajak Andi untuk bertemu aku,pasti semua ini gak akan terjadi. “Reva menangis danterduduk di lantai rumah sakit yang dingin itu.

“Sudahlah nak , ini semua bukan salahmu.Ikhlaskan saja dia pergi , masih ada banyak cinta untukmu .”

Kata ayah Reva seraya mengelus rambut Reva.

“Ayah senangkan dengan semua ini? Pasti dalam hati ayah sedang tertawa terbahak-bahak,” kata Reva kepada ayahnya. Revapun kembali bangkit dan mencoba untuk keluar dari kamar rumah sakit itu. Akan tetapi sekali lagi Reva terjatuh dan teman-teman Reva kembali menolongnya, namun kali ini ayah Reva hanya diam saja melihat anaknya itu tanpa bisa berbuat apa-apa.

Satu hari telah berlalu, namun kesedihan masih Nampak pada wajah Reva. Kenangan manisnya bersama Andi selama ini tidak bisa ia hapus dengan mudah . Setiap hari yang ia lakukan hanya menangis sambil memandang foto Andi. Karena teman-temannya merasa kasihan akhirnya mereka mengantar Reva ke tempat Andi dimakamkan.

Sesampainya di tempat pemakaman pandangan Reva langsung tertuju pada sebuah makam yang bertuliskan Andi. Revapun langsung duduk di samping makam Andi sambil menangis mengenang seseorang yang selama ini selalu

3 |Antologi Cerpen

Page 4: Antologi Cerpen [ISI]

mendampinginya. Setelah beberapa saat teman-teman Reva mengajak Reva untuk pulang ke rumah. Kali ini Reva hanya menurut permintaan teman-temannya itu.

Sebulan telah berlalu, bukannya semakin membaik kondisi Reva justru bertambah buruk Sekarang Reva menjadi seorang gadis yang pendiam. Yang ia lakukan hanya mengurung diri di kamarnya. Begitu banyak temannya yang mencoba menghiburnya namun tidak ada yang berhasil .Penyesalan itu selalu 8ook8g menghantuinya.

Prestasinya di sekolahpun semakin memburuk. Bahkan yang lebih parah Reva menjadi sangat benci dengan biola yang selama ini sudah ia anggap seperti temannya , karena ia berpikir bahwa biola tersebut juga ikut menyebabkan Andi meninggal . Melihat keadaan anaknya yang seperti itu ayah Reva memutuskan untuk mengirim Reva sekolah di Bali.

“Reva, Ayah mau berbicara denganmu dan kali ini Ayah harap kamu akan menuruti semua perkataan Ayah. “ Perintahnya kepada Reva.

“Demi masa depan kamu ayah memutuskan untuk menyekolahkanmu di Bali,” kata Ayah Reva tegas.

“Apa Ayah sadar berbicara seperti itu ? Aku gak mungkin meninggalkan Andi semdirian di sana. Aku akan selalu menjaganya,” balas Reva dengan penuh keyakinan.

“Kali ini kamu tidak bias menolak permintaan Ayah. Semua ini Ayah lakukan edemi kebaikanmu juga. Kamu tidak mungkin selamanya hidup dalam kesedihanmu sendiri,” bentak Ayah Reva kembali. Namun kali ini Reva tidak menjawab perkataan ayahnya itu.

Akhirnya Reva berangkat ke Bali dengan perasaan sedih. Reva masih belum siap untuk meninggalkan semua kenangannya bersama Andi walaupun sepenuhnya ia sadar bahwa Andi sudah meninggal.Akhirnya Reva tiba di Bali dengan selamat. Di Bali Reva bersekolah di sebuah sekolah internasional dan tinggal di asrama sekolah itu. Walaupun sudah berada di tempat yang baru, namun Reva belum juga dapat melupakan Andi.

Di Suatu sore Reva pergi jalan-jalan untuk menghilangkan kesedihaannyaa. Reva hanya berjalan sendirian karena belum mendapat teman di sekolah barunya. Ditengah perjalannannya Reva melewati sebuah jembatan dan tiba-tiba dia berpikir untuk bunuh diri dengan cara melompat dari atas jembatan.Reva pun naik ke atas jembatan itu, beberapa saat kemudian dia bersiaputnuk melompat dari jumbatan. Tetapi tubuh Reva di tarik oleh seorang gadis dan dia jatuh kembali ke atas tanah.

“Kamu sudah gila ya?” kata gadis itu dengan penuh ketakutan. “Kamu kan bias mati, apa kehidupan ini sudah begini buruknya untukmu?” lanjut gadis cantik itu.

“Sudahlah, masih banyak yang bias kamu lakukan di dunia ini. Tanpa kamu sadarisesungguhnyaq masih banyak orang yang menyayangi dan membutuhkanmu,” ucap gadis itu sambil mencoba membangunkan Reva.

“Lepaskan aku, aku hanya ingin mati. Apa kau tahu penderitaan yang kualami, apa kau merasakan rasa yang kini ada di hatiku?. Kau tidak tahu apa-apa, “ bentak Reva sambil mengibaskan tangan gadis itu dari bahunya.

“Plaaak!”

Gadis itu menampar Reva hingga membuat Reva terdiam.

“Aku memang tidak tahu apa yang sedang kau rasakan dan apa yang telah kau alami. Namun satu hal yang pasti kematian itu tidak akan menyelesaikan semua masalah yang sedang kau hadapi.”

Mendengar perkataan gadis itu pandangan Reva yang tadinya tajam kini telah berubah menjadi sayu. Setelah itu keduanya n berkenalan. Gadis itu ternyata barnama Gladis. Seorang gadis Bali yang kebetulan adalah teman satu sekolah Reva. Setelah berhasil menenangkan Reva, Gladis mengajak Reva untuk kembali ke asrama sekolah mereka. Dan semenjak saat itu keduanya menjadi sahabat.

Suatu hari Gladis mengajak Reva pergi berjalan-jalan. Reva menurut saja ajakan Gladis itu. Setelah beberapa saat mereka berjalan sampailah keduanya di sebuah 9ook 9ook9elamat 9ook9g di sini Reva, setelah mendengar semua ceritamu aku rasa ini tempat yang sangat cocok untukmu,” kata Gladis dengan senyum lebar terukir di wajahnya.

“Apa maksudmu Gladis?” jawab Reva dengan penuh keheranan.

4 |Antologi Cerpen

Page 5: Antologi Cerpen [ISI]

“Disini kamu bias memainkan biola dan mengekspresikan perasaanmu,” balas Gladis sambil menyodorkan sebuah biola kepada Reva.

Mendengar perkataan Gladis, Reva kembali teringat akan masa lalunya. Namun kali ini Reva tidak menangis seperti biasanya. Kini Reva sudah menjadi lebih kuat berkat dukungan Gladis.

“Gak ah, aku tidak mau.” Hanya kata itu yang terucap dari bibir kecilnya.

“Lho kenapa? Bukankah kamu sangat senang bermain biola?” tampat Gladis meyakinkan Reva.

Bukannya menjawab Reva keluar begitu saja dari 10ook 10ook10 itu. Melihat kejadian itu Gladis merasa tidak enak, maka dengan segera ia menyusul Reva. Setelah berhasil menyusul langkah Reva, Gladis mengajaknya pulang ke asrama. Sesampainya di asrama Gladis mengantar Reva ke dalam kamarnya.

“Va, maafin aku ya! Bukan maksud aku mmembuatmu sedih,” kata Gladis pelan.

“Gak apa-apa kok, aku gak sedih hanya saja aku sudah berjanji gak akan memainkan biola lagi, aku takut Andi akan marah padaku,” balas Reva.

“Aku yakin Andi gak akan marah. Dia pasti menginginkan yang terbaik bagimu dan dia juga pasti akan senang melihatmu memainkan biola itu lagi,” ucap Gladis sambil memegang kedua tangan Reva.

Setelah beberapa saat mereka berbicara akhirnya Gladis memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Karena tidak ingin merasakan kesedihan kembali maka Reva memutuskan untuk tidur.

Pada suatu pagi, Reva berjalan sendirian di tengah-tengah padang rumput yang masih basah oleh tetes-tetes embun. Sementara dingin kabut masih menyelimuti tubuhnya yang kecil itu. Di tengah kesendiriannya itu dilihatnya sesosok laki-laki berdiri dengan memakai pakaian putih yang tidak asing lagi baginya. Laki-laki itu adalah Andi.

“Gak mungkin , ini gak mungkin terjadi,” pikirnya dalam hati.

Tiba-tiba laki-laki itu membalikan badannya dan benar apa yang dikirkan Reva. Andi kini berdiri tepat dihadapannya . Reva yang hanya bias diam tidak percaya akan semua yang dialaminya itu. Tanpa mengucap sepatah katapun Andi menyodorkan sebuah biola kepada Reva.

“Yang terbaik bagimu takkan kubiarkan begitu saja pergi meninggalkanmu,” ucap Andi sambil tersenyum kecil kepada Reva.

Setelah memberikan biola tersebut Andi langsung pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Reva ingin mengejarnya namun apa daya langkah Andi terasa sangat cepat dan Reva seolah-olah hanya berlari di tempa. Karena merasa tidak berdaya akhirnya Reva berteriak sekeras-kerasnya.

“Andiiiii, tunggu……, Andiiiiiiiii……!”Ternyata suara itu7 adalah Gladis yang sedang membangunkan Reva dari tidurnyaa. “Va ada apa? “ ucap Gladis.

“ Ansi Dis, tadi aku bertemu Andi!” katanya dengan semangat. “Dia bahkan memberikan kepadaku sebuah biola!” lanjutnya.

Seolah tidak percaya dengan apa yang telah dikatakan oleh Reva, Gladis diam sejenak tanpa memberikan komentar apapun kepada Reva. Lalu Gladis tiba-tiba keluar dari kamar Reva dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan membawa sebuah biola di tangannya. Reva yang melihat hal tersebut langsung mengerutkan dahi.. Ternyata biola yang di bawa Gladis tersebut adalah biola yang diberikan Andi kepada Reva di dalam mimpinya.

:Kalau memang benar ini adalah biola yang kamu maksud, aku yakin Andi pasti ingin kamu kembali memainkan biola ini seperti dahulu kembali,” jawab Gladis.

Semenjak kejadian tersebut kini kehidupan Reva kembali seperti dul;u. reva kembali menjelma menjadi seorang gadis periang yang selalu menebarkan kebahagiaan untuk orang-orsng di sekitarnya Dan yang terpenting yaitu kini Reva kembali menyayangi biola yang telah lama ia tinggalkan itu. Dan pada suatu sore Reva mengajak Gladis pergi ke temen yang ada di dekat asrama mereka.

5 |Antologi Cerpen

Page 6: Antologi Cerpen [ISI]

“Dulu Andi aku ajak bertemu di sebuah taman untuk mendengarkan alunan biolaku, dan sekarang aku akan mewujudkan semua itu,” ucap Reva dengan semangat.

“ Baiklah aku akan siap mendengarkan alunan indah biolamu,” kata Glladis yang sudah duduk di atas hijaunya rumput taman itu.

Reva pun memainkan biolanya dengan sangat indah. Orang - orang yang melewati taman itu langsung terhenti dan melihatnya. Mereka semua tercengang mendengar nada-nada yang keluar dari gesekan dawai biola tersebuta. Namun di tengah-tengah keindahan suasana tersebur tiba-tiba Reva jatuh pingsan . Orang-orang yang melihat kejadian tersebut langsung ,mengerumuni Reva, tidak terkeecuali Gladis.

“Va , ada apa denganmu? Seseorang tolong panggilkan ambulan!” teriak Gladis di tengah-tengah kerumunan orang-orang.Akhirnya Reva dibawa ke rumah sakit, setelah dokter memeriksanya ternyata Reva mengidap kanker otak dan usia Reva tidak panjang lagi. Mendengar hal tersebut keduanya bagai disambar petir. Gladis hanya bias memeluk Reva yang terdiam seolah tidak percaya akan apa yang telah didengarnya.

:Dis, aku harap kamu tidak mengatakan semua ini kepada siapapun juga, bahkan kepada ayahku,” ucap Reva pelan.

“Tapi, Ayahmu harus tahu semua ini Va!” balas Gladis sambil menangis.

“Please Dis, berjanjilah padaku. Kali ini saja kumohon.!”

Akhirnya Gladis hanya bias mengiyahkan perkataan sahabatnya itu. Walaupun sebenarnya Gladis merasa kasihan kepada Reva.

Hari-hari berlaalu, kondisi Reva menjadi semaakin parah. Ia sering pingsana dan mengalami rasa sakit yang luar biasa. Karena merasa kasihan akhirnya Gladis memutuskan untuk pergi menemui ayah Reva dan menceritakan apa yang telah terjadi. “Selamat siang, apa benar ini rumah Bapak Hendrawan ?” 12ook12 Gladis pada ayah Reva.

“Iya saya sendiri, silakan masuk.” Ayah Reva mempersilahan Gladis untuk masuk ke dalam rumahnya.

Setelah memasuki rumah dan memperkenalkan dirinuya , Gladis pun menceritakan semuanya pada ayah Reva. Tentu saja ayah Reva tidak begitu saja percaya akan perkataan gadis yang baru dikenalnya itu. Namun setelah beberapa kali mencoba akhirnya ayah Reva percaya juga.

“Tapi kenapa Reva tidak pernah memberitahuku? Apa dia sudah tidak menganggapku lagi sebagai ayahnya. Apakah dia sudah tidak menyayangiku lagi ?”

“Justru sebaliknya, Reva sangat menyayangi Anmda dan sangat menghormati anda. Sebelumnya maaf kalau saya ikut campur namaun saya rasa andalah yang terlalu memaksakan keinginan anda kepada Reva,” kata Gladis kepada ayah Reva.

Setelah keduanya berbicara panjang lebar akhirnya mereka memutuskan untuk segera kembali ke Bali. Mereka berdua langsung berangkat karena segera ingin bertemu dengan Reva. Sesampainya di Bali keduanya langsung mendatangi asrama Reva dan menuju kamarnya. Namun di dalam kamarnya ternyata Reva tidak ada, Keduanya langsung berlari keluar kamar tersebut dan mencari Reva di Seluruh penjuru sekolah asrama itu dan memutuskan pencariannya di luar asrama. Berjam-jam mereka mencari dan tidak membuahkan hasil hingga mereka melihat sekelompok orang berdiri di sebuah pantai sedang mengerumuni seorang gadis yang sedang bermain biola.

“itu pasti Reva, aku yakin itu!” kata Gladis pada ayah Reva sambil menunjuk keramaian itu.

:Benar, itu Reva ayo kita segera menuju kesana!” ajak Ayah Reva.

Mereka berdua segera berlari menuju keramaian tersebut, dilihatnya orang-orang yang terdiam memandang Reva yang sedang memainkan biolanya. Dari wajah mereka terpancar kesedihan yanh sangat mendalam. Karena terbawa oleh suasananya yang seperti itu, Ayah Reva menitikan air matanya. Setelah selesai mamainkan biolanya tiba-tiba Reva jatuh di atas pasir yang putih. Melihat hal tersebut ayah Reva langsung berlari mendatangi anaknya.

“Yah, maafkan Reva. Reva tidak bias menjadi apa yang Ayah harapkan,” ucap Reva yang bersandar di pangkuan ayahnya.

6 |Antologi Cerpen

Page 7: Antologi Cerpen [ISI]

“Kamu tidak perlu meminta maaf, Ayahlaah yang salah terlalu memaksakan kehendak ayah,” Kata Ayah Reva dengan air mata masih mengaliri pipinya.

Yah,Ayah mau menggendong Reva? Reva ingin berjalan-jalan di pantai ini Yah!” pinta Reva pada Ayahnya.

Tanpa menunggu lagi ayah Reva langsung menggendong Reva di punggungnya.Diajaknya anaknya itu jalan-jalan menyusuri pantai dengan diiringi matahari yang sudah 13ook13g tenggelam ditelan cakrawala. Sementara Gladis hanya mengikuti keduanya dari belakang.

“Dulu ketika ibumu masih hidup dia sangat senang bermain di pantai bersamamu, apakah kamu masih ingat saat kita bertamasya bersama dan kamu sembunyi sehingga membuat kami semua kebingungan?” 13ook13 ayah Reva.

Tidak ada jawaban yang etrucap dari Reva. Dia hanya diam dan membisu. Ayah Reva baru menyadari kalau anaknya sudah meninggal. Namun dengan langkah berat dia tetap menggendong Reva sambil menceritakan kenangan masa kecil REva yang penuh keceriaan sambil meneteskan air matanya pada butiran pasir yang terhampar. Gladis juga menyadari kejadian itu dan hanya menangis di belakang keduanya. Kini gadis itu telah pergi untuk selamanya. Dia meninggalkan sejuta kenangan untuk orang-orang di sekitarnya. Akhirnya Reva dimakamkan di sebelah makam Andi. Di atas makam itu diletakkan biola kesayangan Reva . Dan kini cinta anatara Reva, Andi dan biolanya kembali menyatu.

Sahabat Sejati

Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan . Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.

Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan-kawan Iwan yang 14ook14g ke rumahnya. Merka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.

Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun sudah 14ook14g dua mingggu Momon tidak main ke rumah Iwan.

“Kemana ya Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu 14ook14g.”

“Mungkin sakit!” jawab mama.

“Ih iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat.

Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa Momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon da phk dari pekerjaannya. Rencanya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.

“Oh kasihan Momon,” ucapnya dalam hati.

Di rumah Iwan tampak melamun, Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.

“Ada apa, Wan? Kamu sepeti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur

“Momon, Pa.”

“ Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”

Iwan menggeleng.

“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.

“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja.”

7 |Antologi Cerpen

Page 8: Antologi Cerpen [ISI]

Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.

“Kalau Papa tidak percaya, Tanya deh ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.

“Lalu apa rencana kamu?”

“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”

“Maksudmu?”

“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.

“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.

Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.

Kemudian Iwan bersama Papa 15ook15g kerumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa ditempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orangtua Momom dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rindu.

Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak 15ook15g tahu lebih dulu kalau Iwan ingin berkunjung ke rumah Momon didesa.

“Sorry ya Wan. Aku tak sempat 15ook15g tahu kamu!”

“Ah tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”

Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan dan menyerahkan segala jeputusan kepada Momon sendiri.

“Begini Mon, kedatangan kami kemari ingin me3ngajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.

“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah kwatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”

“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”

Kemuadian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk MOmon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia. Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.

Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua.

Lolipop untuk Lolita

Namanya Lolita Danisha. Kami memanggilnya Loli. Ia anak baru di kelas kami. Kulitnya putih,rambutnya panjang tergerai . Hobinya memakan permen. Setiap hari ia selalu membawa sekantung penuh permen. Entah permenkaret, permen keras, permen empuk ataupun lollipop yang jarang di jual di 17ook, semuanya ia sukaa dan sudah pernah merasakannya. Sifatnya yang friendly membuat kami mudah berteman dengannya. Walaupun murid baru , ia seperti teman yang sudah lama sekali kami kenal. Kebiasaan mengunyah permen saat jam pelajaran atau membuang permen karet sembarangan seperti sudah menjadi kesehariannya. Berulang kali kami manasehati bahkan memarahi tetapi…… GAGAL! Bahkan , rahangnya sudah pernah di operasi karena robek. Lolita….. sungguh bukan gadis yang gampang di lupakan.***** “ KALIAN MAU ????” 17ook17 Loli sambil berteriak. Sungguh memalukan. Saat ini adalh jam istirahat.

8 |Antologi Cerpen

Page 9: Antologi Cerpen [ISI]

“Aku mau!” kataku ikut bersemangat. “silahkan !” ucapnya menyodorkan sekantong permen. Aku mengambil dua. Lalu diikuti temanku yang lain. Setiap melihat Loli, aku seperti memiliki semangat hidup yang baru . ya, dia mirip adikku ,

Nama adikku Ica, ia meninggal satu tahun lalu karena kecelakaan. Wajahnya, kelakuannya, dan rasa ingin tahunya yang besar, mereka seperti satu. Karena itu aku tak ingian kehilangan Loli. “Hei! Kamu nglamun aja!” kata gadis itu. Aku kikuk. “Eh, enggak !” lalu ia tersenyum dan duduk di sebelahku. “Kamu ada masalah ?” tanyanya sambil tersenyum. Aku menggeleng, “ Bohong!” Aku tersentak kaget. Dari mana dia tahu aku sedang ada masalah? Dengan gayanya yang khas dia membujukku untuk memberitahunya. Sebenarnya, sangat berat jika harus memberitahukan ini kepada orang lain. Ini tentang aku dan orang tuaku. “Kamu nggak mau cerita ya? Ya sudah,” Ucapnya agak kecewa. : Kata mamaku, kalau kita punya masalah kita harus cerita! Kita harus keluarin beban itui dari diri kita ! Biar lebih ringan dan nggak pusing lagi!”> ia menggeleng. Baik aku akan cerita padanya.

“Sejak kematian adikku…… ayah dan ibu selalu bertengkar. Ibu selalu menyalakan kematian Ica karena ayah Ayah….. “ Aku mulai bercerita. “Adik kamu umur berapa? Memangnya, gara-gara apa di meninggal?” tanyanya hati-hati. “ Umurnya lima tahun . Ica meninggal karena kecelakaan motor. Waktu itu, aku, Ica dan Ayah baru pulang dari Toko Candy, saat perjalanan pulang sebuah truck dari arah berlawanan ngebut dan tiba-tiba manabrak kami…..” aku mulai menangias. Setiap kali mengingatnya, aku selalu mengeluarkan air mata.

Tiba-tiba Loli memelukku, pelukan hangat seorang sahabat. Yang belum pernah kurasakan sebelumnya. “Nyawaku dan Ayah memang selamat, kami hanya luka ringan, tapi Ica dia mental sangat jauh dari tempat kami di tabrak…..” “hingga akhirnya di pergi untuk selamanya .” Loli sangat setia mendengar ceritaku tanpa bosan. “Sejak itu Ibu dan Ayah selalu bertengkar. Ibu stress! Mungkin kini ia lupa kalau masih punya aku. Sekarangpun, ayah jarang pulang……” Aku tak sanggup meneruskan ceritaku. Sungguh pedih hidupku. Tetapi , benar saja rasanya beban yang selama ini aku bawa hilang sudah! Ringan sekali rasanya. “Kamu yang sabar ya.” Dan dukungan-dukungan lain tak habis terlontar dari bibirnya. Mungkin ia sahabat sejatiku dan pengganti adikku. Sejak saat itu, kami bersahabat. Hidupku bahagia bersamanya. Hingga suatu hari kami bermusuhan. Suatu hari, saat kami sedang berbincang bersama teman-teman entah disengaja atau tidak ia mengungkap semua rahasiaku. “Tania kamu kan broken home ya?” tanyanya langsung serasa menusukku. Lalu ia menutup mulut. Sungguh, rasanya sakit sekali dikecewakan oleh sahabat sendiri. Kenapa aku bisa mempercayainya?? Sudah tahu ia itu asal bicara! Bodoh! Bodoh! Bodoh! Sekarang aku tidak punya rahasia lagi. Karena rahasiaku sudah terbongkar sekarang! Semua sudah tahu kalau aku broken home! Hampir tak ada yang mau mendekatiku. Loli sibuk memperbaiki suasana yang tak akan berubah. Ia juga selalu mendekat padaku untuk minta maaf. Tetapi aku sudah sangat kecewa padanya. Kini aku gadis paling malang sedunia! Memang sih gak ada lagi yang berjaga jarak padaku, perlahan aku juga sudah dapat menerima Loli lagi. Aku sadar aku tak bisa menutupi semua ini terlalu lama, tanpa kubritaupun teman-temanku yang lain pun pasti tahu. Dari caraku yang benci rumah, atau tak suka jika membicarakan tentang orang tua. Seperti saat sedang berkemah 3 hari 2 malam yang diadakan Pramuka di sekolahku, disaat teman-temanku yang lain merindukan rumah dang orang tua merka, aku malah senang berada disana. Padahal keaadan disana sangat menyiksa. Jika mandi harus mengantri, jika malam kedinginan. Tetapi, jujur saja, aku menyukainya, saat-saat kami bersama. Suasananya sangat kekeluargaan.

“Tania, maafin aku ya…Please…”mohon Loli. Sudah satu bulan sejak kejadian itu aku mengacuhkannya. Saat ini jam pulang sekolah sudah berdentang. Rencananya, aku akan pergi ke took Candy. Kalian tahu took Candy? Toko itu took yang paling aku suka! Disana dijual berbagai macam permen. Entah produksi dalam negri ataupun luar negri, semua dijual disana. Aku sering pergi kesana. Mengobati rinduku dengan Ica dan Loli. Diam-diam aku kan juga kangen dengan sahabatku itu. Selain itu, disana juga dijual berbagai macam cokelat. Aku sangat menggilai cokelat. Bagiku, cokelat adalah segalanya.Ia lebih baik dari seorang sahabat. Karena jika aku makan cokelat rasanya aku dapat melupakan sejenak bebanku. Rencanaya aku akan memberikan Loli sebuah permen lollipop yang sangat besar! Pasti ia akan senang. Tapi entah kenapa perasaanku tidak enak. Masa bodoh ah. Dijalan aku melihat Loli berjalan sendirian. Itu bukan arah rumahny! Apa mau ke rumahku? Ah tidak mungkin! Aku jadi tidak sabar untuk sampai ke took Candy. Loli…tunggu kejutanku! Hahaha….Akhirnya lollipop seharga duapuluh ribu itu sudah berada di tanganku. Akupun segera menuju rumah Loli. Tetapi…aku melihat gadis yang dikuncir dua dan memakai tas berwarna pink. Wajahnya murung sekali! Wajah itu seperti….Lolita! “Lolita!” panggilku setengah berteriak. Sontak Loli langsung tersenyum kepadaku. Aku melambaikan tangan kepadanya. Dia membalas lambaian tanganku. Wajah murungnya berubah menjadi ceria. “TUNGGU AKU DISANA YA!!!” teriaknya. Loli….sungguh! Aku merindukan suara itu. Lalu ia menyebrang. Tetapi…”Aaaaaaaaaaaa….” Teriaknya histeris. Sebuah mobil hitam menghantam tubuh kecilnya. Aku teriak meminta pertolongan. Tangisku meluap. Seluruh warga sekitar segera mengerubungi Loli yang bersimbah darah. Sungguh tragis.

9 |Antologi Cerpen

Page 10: Antologi Cerpen [ISI]

Lalu ia dibawa ke rumah sakit terdekat. Aku segera menghubungi kedua orang tuanya. Dua jam seetelah berada di ruang ICU, nyawa Loli tak dapat tertolong. Darah dari dahinya tak berhenti mangalir. Loli sahabatku…sungguh aku menyesal…menyesal…..aku menangis sejadi-jadinya disamping mayatnya. Ini semua salahku! Kenapa aku tak memaafkannya! Kenapa aku membiarkannnya sedih! Sungguh aku menyesal! Aku segera menghampiri kakak Loli. Kurasa ia berumur 17 tahun. “Kakak….maafkan aku!” ucapku lemah. Ia mengangguk. “Bukan salahmu dik!” ucap wanita bernama Lila itu. “Ini semua salahku kak! Loli meninggal karena aku! Aku penyebabnya!” Kak Lila menggeleng keras dan memelukku. “Ini takdir, Tuhan telah mengatur semuanya,” ucapnya. Kami mengis sesengggukan di pojok ruangan itu hingga menjelang pagi. Satu bulan sejak kematian Loli, aku masih suka menyesal. Menghukum diriku yang bodoh ini. Hampir tiap hari aku mengunjungi makam sahabatku itu. Setiap mengunjungi peristirahatan terakhirnya, aku selalu membawa sebuah permen lollipop. Yang kini jumlahnya sudah puluhan. Aku tahu itu tak cukup unutk permintaan maaf. Tetapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku bersyukur disaat-saat terakhirnya, aku sudah dapat memaafkan dan meminta maaf kepadanya. Dan aku bersyukur akulah yang melihat senyum manisnya untuk yang terakhir. Selamt jalan Cantik…engkau boleh tiada, tetapi semangatmu terus berkibar dalam hatiku. Aku akan selalu mengenangmu….untuk selamanya………..

Terlambat Kesekolah

Hari itu tanggal merah, bertepatan pada hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus. Semua orang mengadakan upacara bendera unutk mengenang masa kemerdekaan. Termasuk kami, murid sekolahan yang wajib mengikuti kegiatan tersebut. Aku sebagai murid SMPN 1 Pangkalpinang wajib mengikuti upacara, mau tidak mau aku harus mengikuti kegiatan tersebut.

Malamnya sebelum menjelang hari kegiatan itu aku tidak tahu kalo besoknya aka nada kegiatan tersebut. Jadi aku tidurnya malam sekali, aku tenang saja seperti tanpa ada masalah , ketika menjelang pagi harinya temaku dating dan mengajak aku ke sekolah. Dia memanggilku, Pegi….. pegi….!!!!” Kata Fauzi, kemudian aku dating menghampirinya dengan mata yang redup dan berkata ada apa ?” . Ayo berangkat ke sekolah “ kata Fauzi. Ke sekolah ??? emank nya ada apa? Tanya aku. Hari ini kita kan upacara…..!!!” kata si Fauzi.” Ooh iya…. Aku lupa kalo hari ini upacara “ kataku sambil kebingungan dan terkejut.

Hari sudah hamper jam 06.45, tapi aku belum siap apa-apa Zi……..,tunggu sebentar aku mau mandi dulu” kataku sambil tergesah.” Cepetan……. Upacara hamper mulai, percuma aja kalo sudah di mulai. Terus kita dating terlambat, pasti nggak boleh masuk.” Kata Fauzi. Iya-iya sabar donk…..aku kan nggak tau” kata ku sambil mau mengambil handuk.

Eh lagi asyiknya mandi tiba-tiba handphoneku bunyi, gimana nih.Terpaksa deh aku keluar dari kamar mandi berlilit handuk masih basah kuyup.Yah berhasil mencapai handphone dan kuangkat “ halooowwww…. Tiba-tiba terputus terus aku bilang” sialan ini orang nggak tahu apa lagi asyik-asyik mandi malah di tephonin. Setelah mandi aku barganti baju dengan terburu-buru sampai-sampai baju aku tidak rapi .

Waktu mau berangkat sekolah aku ketinggalan topi, untung Fauzi mengingatkanku. Sesampainya di sekolah kami tepat waktu,” heeeuh……. Hamper saja,iya nggak Zi? Kataku sambil menghembuskan nafas, terus Fauzi bilang hamper apanya? Kita udah telat nih…… buruan” terus aku bilang” kita…..????? lo aja kale gwe gak. Akhir nya kami mengikuti upacara dengan lancer, dan nggak di marahin sama guru hi hi hi hi !!!!!

Kerbau dan Kambing

Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua, dimana gua tersebut digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada didalam gua tersebut. Saat kerbau masuk ke dalam gua , kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang di luar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.

10 |Antologi Cerpen

Page 11: Antologi Cerpen [ISI]

Lalu sang Kerbau berkata kepada sang Kambing, “Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut, karena saya merasa takut kepadamu. Saat Singa itu pergi, saya akan member kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan.

Anjing dan Bayangannya

Seekor Anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu.

Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.

Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi Anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.

Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang

Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.

Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan Beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa Beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.

Aaaaaaaaaaaa

Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring.

Entah hal ini benar atau tidak, Beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, Beruang tersebutpun berjalan pergi.

Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.

“Beruang itu berkata,” kata pengembara yang berbaring tadi, “ Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya.”

Si Pelit

Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang.Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang poencuri yang mengawasinya. Dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu , dan suatu malam dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.

Ketika si Pelit menyadari kahilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.

Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.

11 |Antologi Cerpen

Page 12: Antologi Cerpen [ISI]

“Emasku! Oh…emasku!” kata si Pelit,” seseorang telah merampok saya!”

“Emasmu! Di dalam lubang itu ? Mengapa kamu menyimpannya disana ? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu ?

“Membeli sesuatu ?” teriak si Pelit dengan mareah. “ Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu.” Teriaknya lagi dengan marah.

Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.

“Kalau begitu,” katanya lagi,” tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!”

Pemerah Susu dan Embernya

Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapid an berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.

“Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya,” pikirnya menghibur diri,” akan memberikan saya banyak cream untuk di buat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya , saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat , saya akan menjualnya dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk dipakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat kearahku. Mereka akan dating dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!”

Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mangalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam , baju baru beserta kebanggaannya.

Pohon Kayu

Begitu ada tiga pohon di sebuah bukit di hutan. Merka mebicarakan harapan dan impian. Pohon pertama berkata< “Suatu hari nanti aku berharap menjadi peti harta karun. Aku bisa diisi dengan emas, perak, dan permata. Dihiasi dengan ukiran yang rumit dan semua orang akan melihat keindahan.”

Kemudian pohon kedua berkata, “Suatu hari nanti aku akan menjadi kapal yang kuat, aku akan mengambil raja dan ratu di perairan dan berlayar ke penjuru dunia. Setiap orang akan merasa aman dalam diriku karena kekuatan lambungku.”

Akhirnya pohon ketiga berkata,”Aku ingin tumbuh menjadi pohon tertinggi dan lurus di hutan. Orang-orang akan melihatku di atas bukit dan melihat ke cabangku, dan berpekir dari langit dan Allah dan bagaimana dekat dengan mereka. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang akan selalu ingat aku.”

Setelah beberapa tahun berdoa agar impian akan mereka terkabul, sekelompok woodsmen dating atas pohon. Ketika seseorang dating ke ppohon pertama, ia berkata,”Ini tampak seperti pohon yang kuat, saya piker saya harus bisa menjual kayu untuk tukang kayu” … dan ia mulai memotong ke bawah. Pohon itu bahagia, karena ia tahu bahwa tukang kayu akan membuatnya menjadi peti harta karun.

Pada pohon kedua ahli hutan yang berkata,”Ini terlihat seperti pohon yang kuat, aku harus bisa menjualnya ke galangan kapal.” Pohon kedua senang karena ia tahu ia sedang dalam perjalanan untuk menjadi sebuah kapal besar.

12 |Antologi Cerpen

Page 13: Antologi Cerpen [ISI]

Ketika woodsmen dating atas pohon ketiga, pohon itu ketakutan karena ia tahu bahwa jika mereka memotong dia maka mimpi-mimpinya tidak akan terkabul. Salah satu woodsmen berkata, “Aku jutidak perlu sesuatu yang istimewa dari pohonku jadi aku akan mengambil satu.” Dan dia menebangnya.

Ketika pohon pertama tiba di tukang kayu, ia dijadikan sebuah kotak pakan untuk hewan. Dia kemudian ditempatkan di lumbung dan diisi dengan jerami. Ini tidak sama sekali apa yang telah berdoa untuk. Pohon kedua dipotong dan dibuat menjadi sebuah perahu nelayan kecil. Mimpinya menjadi sebuah kapal perkasa dan membawa raja-raja telah berakhir. Pohon ketiga dipotong menjadi potongan besar dan ditinggalkna sendirian dalam gelap. Tahun-tahun berlalu dan pohon-pohon lupa tentang mimpi mereka.

Kemudian suatu hari seorang pria dan wanita dating berkunjung ke gudang. Dia melahirkan dan mereka menempatkan bayi diatas jerami dalam kotak pakan yang dibuat dari pohon pertama. Pria itu berharap bahwa ia bisa membuat boks untuk bayi, tapi palungan ini harus dilakukan. Pohon itu bisa merasakan pentingnya acara ini dan tahu bahwa mereka telah memegang harta terbesar sepanjang masa. Bertahun-tahun kemudian, sekelompok pria naik ke perahu nelayan yang dibuat dari pohon kedua. Salah satunya adalah lelah dan pergi tidur. Sementara mereka keluar diatas air, badai besar muncul dan pohon tersebut tidak menganggap hal itu cukup kuat untuk menjga orang-orang yang aman. Orang-orang membangunkan orang tidur dan dia berdiri dan berkata, “Perdamaian” dan badai berhenti. Pada saat ini, pohon itu tahu bahwa ia telah membawa Raja segala raja di perahunya.

Akhirnya seseorang dating dan mengambil pohon ketiga. Ini dilakukan melalui jalan-jalan orang-orang mengejek orang yang membawanya. Ketika mereka tiba berhenti, orang itu dipaku ke pohon dan dibesarkan diudara untuk mati di puncak bukit. Ketika minggu tiba, pohon dating untuk menyadari bahwa itu cukup dekat dengan Allah seperti yang mungkin karena Yesus telah disalibkan atasnya.

Moral dari cerita ini adalah bahwa ketika hal-hal tampaknya tidak akan terjadi jalan, selalu tahu bahwa Allah memiliki rencana untuk anda. Jika anda menempatkan kepercayaan anda pada-Nya, Ia akan memberika hadiah besar. Masing-masing pohon mendapatkan apa yang mereka inginkan, hanya saja tidak dalam cara mereka bayangkan. Kita tidak selalu tahu apa rencana Allah bagi kita. Kita hanya tahu bahwa jalan-Nya bukanlah jalan kita tapi cara-cara-Nya selalu terbaik.

Cerita Gunung

Seorang anak dan ayahnya berjalan di pegunungan. Tiba-tiba anaknya jatuh, sakit dirinya dan berteriak: “Aaaaaaaaaahhh” Yang mengejutkan ia mendengar suara berulang, di suatu tempat di pegunungan: “Aaaaaaaaaahhh!”

Penasaran, ia berteriak: “Siapa kamu?”

Ia menerima jawaban: “Siapa kamu?”

Dan kemudian ia berteriak kegunung itu: “Aku mengagumimu!”

Suara itu menjawab: Saya mengagumi kamu!”

Marah di respon, dia berteriak : Coward!”

Ia menerima jawaban: “Coward”

Ia memandang ayahnya dan bertanya : “ Apa yang terjadi”

Sang ayah tersenyum dan berkata : “ Anakku, perhatikan .”

Sekali lagi pria itu berteriak :” Anda seorang juara !”

Suara itu menjawab : “ Anda seo rang juara!”

Anak itu terkejut, tetapi tidak mengerti. Kemudian ayahnya menjelaskan : “ Orang menyebut ECHO ini, tetapi sebenarnya ini adalah HIDUP.

13 |Antologi Cerpen

Page 14: Antologi Cerpen [ISI]

Ini member Anda kembali semua yang Anda katakana atau lakukan. Hidup kita hanyalah sebuah refleksi dari tindakan kita. Jika Anda ingin lebih bbanyak cinta di dunia, menciptakan lebih banyak cinta dalam hati Anda. Jika Anda ingin lebih banyak kompetisi dalam tim Anda, meningkatkan kompetisi Anda. Hubungan ini berlaku untuk segala sesuatu, dalam semua aspek kehidupan: Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah Anda berikan untuk itu.”

HIDUP ANDA TIDAK kebetulan. IT”S REFLEKSI DARI ANDA ! “

Cinta dan Waktu

Suatu ketika, ada sebuah pulau dimana semua perasaan tinggal; Kebahagiaan , Kesedihan, Pengetahuan, dan semua yang lain, termasuk Cinta. Suatu hari di umumkan kepada perasaan bahwa pulau akan tenggelam, sehingga semua bangun perahu dan pergi. Kecuali untuk cinta.

Cinta adalah satu-satunya yang tinggal. Cinta ingin bertahan hingga saat-saat terakhir. Ketika pulau itu hamper tenggelam, Cinta memutuskan untuk meminta bantuan.

Kekayaan melewati Cinta dalam sebuah perahu besar. Cinta berkata, “Kekayaan, bisakah kau membawaku bersamamu ?”

Kekayaan menjawab, “ Tidak, aku tidak bisa Ada banyak emas dan perak di perahu saya. Tidak ada tempat disini untuk Anda. “

Cinta memutuskan untuk bertanya Vanity yang juga lewat di sebuah kapal yang indah. “ Vanity, tolonglah aku!” “ Saya tidak bisa membantu Anda , Cinta. Anda semua basah dan akan merusak perahu saya,” jawab Vanity.

Kesedihan dekat oleh begitu Cinta bertanya,” Kesedihan, biarkan aku pergi dengan Anda.”

“Oh…..Cinta, aku sangat sedih karena aku harus sendiri.!”

Kebahagiaan yang disahkan oleh Cinta, juga, tapi dia sangat gembira bahkan ia tidak mendengar ketika Cinta memanggilnya.

Tiba-tiba, ada suara, “ Ayo, Cinta, saya akan membawa Anda.” Itu adalah penatua. Jadi diberkati dan senang. Cinta bahkan lupa menanyakan tua mana mereka akan pergi. Ketika mereka tiba di lahan kering , yang lebih tua pergi dengan cara sendiri. Menyadari berapa banyak utang yang lebih tua.

Cinta bertanya pengetahuan, tua lain, “Siapa membantu saya ?” Itu adalah waktu,” jawab Pengetahuan. “ Waktu?” Tanya Cinta. “ Tapi kenapa Sisa membantu saya ?”

Pengetahuan tersenyum dengan hikmat mendalam dan menjawab, “ Karena hanya Waktu yang mampu memahami betapa berharganya Cinta itu.”

Berkat Ayah

Seorang pemuda sedang bersiap-siap untuk lulus dari perguruan tinggi. Selama beberapa bulan ia telah mengagumi sebuah mobil sport yang indah di ruang pertunjukan dealer, dan mengetahui ayahnya juga mampu, ia mengatakan kepadanya bahwa itu yang ia inginkan.

Seperti hari wisuda mendekat, anak muda ditunggu tanda-tanda bahwa ayahnya telah membeli mobil. Akhirnya pada hari kelulusannya, ayahnya memanggil dia keruang pribadinya. Ayahnya mengatakan kepadanya betapa bangganya ia untuk memiliki anak baik, dan mengatakan kepadanya betapa ia mencintainya. Dia menyerahkan anaknya sebuah kotak kado indah dibungkus. Penasaran tapi agak kecewa, pemuda membuka kotak itu dan menemukan, indah Alkitab bersampul kulit. Dengan nama apemuda itu timbul di emas. Marah, ia mengangkat suaranya dengan ayahnya dan berkata, “ Dengan semua uang anda, member saya Alkitab?” dan bergegasd keluar dari rumah dan meninggalkan Alkitab.

14 |Antologi Cerpen

Page 15: Antologi Cerpen [ISI]

Bertahun-tahun berlalu dan pemuda itu sangat sukses dalam bisnis. Dia memiliki keluarga yang rumah dan luar biasa indah, tapi menyadari Ayahnya sudah sangat tua, dan berpikir mungkin dia harus pergi kepadanya. Dia tidak melihatnya sejak hari wisuda. Sebelum ia bisa membuaat kesepakatan, ia menerima sebuah telegram menceritakan ayahnya meninggal, dan menghendaki semua harta miliknya untuk anaknya. . Dia harus segera pulang dan mengurus hal.

Ketika ia tiba di rumah ayahnya, tiba-tiba kesedihan dan penyesalan mengisi hatinya. Dia mulai mencari melalui surat-surat penting ayahnya dan melihat Alkitab yang masih baru , persis seperti yang ia meninggalkannya tahun yang lalu . Dengan air mata, ia membuka Alkitab dan mulai untuk mengubah halaman, dan seperti dia, kunci mobil jatuh dari bagian belakang Alkitab. Ia memiliki tag dengan nama dealer, dealer yang sama yang memiliki mobil sport yang telah diinginkan. Pada tag merupakan tanggal kelulusan, dan kata-kata DISETOR PENUH.

Berapa kali kita kehilangan berkat Roh dan jawaban atas doa-doa kita karena mereka tidak tiba persis seperti yang kita harapkan?

Penegasan : “ Hari ini saya melihat melampaui mukjizat yang jelas dan memungkinkan untuk di buat dalam hidup saya.”

Mangkuk Kayu

Seorang pria tua rapuh pergi untuk tinggal dengan anaknya, anak perempuan di hukum , dan seorang cucu berusia empat tahun. Tangan pria tua itu gemetar, penglihatannya kabuir, dan langkahnya tersedat. Keluarga itu makan malam bersama di meja makan. Tapi tangan gemetar kaakek tua dan pandangan gagal membuat makan agak sulit. Puas berguling dari sendok ke lantai . Ketika dia memegang gelas yang sering susu tumpah di taplak meja. Putra dan putrid di hokum menjadi jengkel dengan kekacauan itu. “ Kita harus melakukan sesuatu tentang kakek,” kata anak itu. Aku sudah cukup susunya tumpah, berisi makan dan makanan di lantai. Jadi suami dan istri menetapkan meja kecil di sudut. Disana kakek mmakan sendirian sedangkan sisanya keluarga menikmati makan malam di meja makan. Sejak kakek telah melanggar piring dan dua, makanannya disajikan di sebuah mangkuk kayu, kadang-kadang ketika keluarga melirik kea rah kakek, iaa memiliki air mata di matanya saat ia makan sendirian. Namun, kata-kata hanya pasangan untuk dia adalah peringatan tajam ketika ia menjatuhkan garpu atau menumpahkan makanan. Empat tahun menonton semuanya dalam diam.

Suatu malam sebelum makan malam, sang ayah melihat anaknya bermain dengan potongan-potongan nkayu di lantai. Dia meminta anak manis, : Apa yang kamu membuat?” sama seperti manis, anak itu menjawab,” Oh, saya membuat mangkuk kecil untuk Anda dan mama untuk makan makanan Anda dari ketika aku dewasa. “ Empat tahun tua itu tersenyum dan kembali bekerja. Kata-kata begitu melanda orang tua bahwa mereka berkata-kata. Kemudian air mata mulai mengalir di pipi mereka. Meskipun tidak ada kata yang diucapkan, berdua tahu apa yang harus dilakukan. Malam itu sang suami memegang tangan kakek dan dengan lembut membawanya kembali ke meja keluarga.

Untuk sisa hari ia makan setiap makan bersama keluarga. Dan untuk beberapa alas an, baik suami maupun istri tampak peduli lagi ketika garpu di jatuhkan, susu tumpah, atau taplak meja yang kotor. Anak-anak sangat peka. Mata mereka pernah mengamati, telinga mereka yang pernah mendengarkan, dan pikiran mereka pernah memproses pesan-pesan mereka menyerap . Jika mereka melihat kita dengan sabar memberikan suasana rumah tangga yang bahagia bagi anggota keluarga, mereka akan meniru sikap selama sisa hidup mereka. Orang tua bijaksana menyadari bahwa setiap hari yang blok bangunan sedang meletakkan masa depan anak . Marilah kita semua menjadi pembangunan bijaksana dan panutan . Jaga dirimu baik-baik…… dan orang-orang yang Anda cintai,…… hari ini, dan setiap hari.

E V E

Hujan mulai jatuh dari langit, langitpun berubah menjadi gelap. Kabut menyelimuti pemandangan. Seorang gadis remaja tampak murung dan sedih, sedikit demi sedikit air matanya keluar membasaahi pipinya. Matanya sembab, hidungnya memerah.

15 |Antologi Cerpen

Page 16: Antologi Cerpen [ISI]

“ Ada apa Mel?” Tanya mama lembut.“Tidak apa-apa. :Ayo mandi sebentar lagi kamu kan ke gereja?” “Ya ma,”

Tak lama kemudian ia pun keluar dari kamar mandi, matanya semakin sembab mamapun penasaran apa yang terjadi dengan putrianya ini ? . Mel ada apa sebenarnya? Mengapa kamu menangis ? . Ada apa?. Pertanyaanpun dilontarkan oleh sang bunda. Tapi percuma, Melodi hanya diam dan langsung pergi ke gereja.

“Bete-bete-bete,” cerutu Melodi.

“Ada apa sih “ Datang-datang marah-marah, jelek tahu.” Jawab sohib Melodi. Imel namanya.

“Apa sih? Lagi sebel tahu!!”

” Emang siapa yang ngejek lagi ? Lola c.s??”

“Iya, sebel tahu, mentang-mentang yang paling cantik, di bisa dapetin cowok manapum. Terus dia menghina aku, yang sama sekali belum pernah pacaran ?

“Aku tahu, kamu yang sabar saja. Siapa tahu aja jodohmu bukan Erick, tapi yang lain. “

“Bodoh amat, Tuhan itu lebih suka lihat aku diejek sama orang lain, dari pada lihat aku senang! Aku pingin di malam EVE menjelang natal aku dapat hadiah dari orang yang special !”

Telah lama hal ini berlarut-larut, Malodi hanya memikiri hak ! yang sama yaitu jodoh, ia menganggap bahwa dirinya itu jelek

“Mel ayo makan”“Nanti”“Ayo cepet turun, kalau nggak turut mama pukul kamu ““ Hiii, si mama….. nyebelin amat?”

Di meja makan Melodi pun tampak murung, bercampur rasa kesal.

“ Ma, mama kapan mulai pacaran ?”

”ha ha ha ….kamu ini tahu ah …lupa”

“ Ma, serius ni…. Aku kok belum dapet-dapet ?”

“Ya ampun ngapain cari jodoh ?. Jodoh tidak usah di cari ia akan dating dengan sendirinya!. Tuhan pasti berikan segala sesuatu yang indah untuk kita . Jadi sabar ya…..”

Melodi tampak senang mendengar nasehat mama. Iapun tampak lebih ceria ! Ia pun pergi ke luar untuk jalan-jalan. Ia hendak membeli kado natan yaitu syal ! Tanpa sadar ia bertemu kakak kelasnya.

“Sendirian saja ?”

“Eh, kak Steven ? ya kak”

”Beli apa ini ?. Malam Eve kemana ?”

”Di rumah saja, kenapa?< mau gabung ?”

“Ha ha ha ….emangnya boleh ???? ikut dong ! . Secara, aku kan anak kost jadi kadang merasa kesepian kalau lagi malam natal. Gak tahu mau kemana ? Untung nya ada kamu jadi aku ikut deh he he he……”

“ Tapi aku nggak tahu , aku Tanya mama dulu. Punya nomor Hp ?”

16 |Antologi Cerpen

Page 17: Antologi Cerpen [ISI]

“ya…. 085790906570 Nanti, kalau sudah sampai dan aku diizini. Sms aku ya???????. Oke pasti aku kabari , ya sudahlah…. Aku pulang dulu ya bye “

“ hati-hati.”.

Hati Melodi tampak penuh suka cita ia merasa, Tuhan langsung member jawaban atas doa nya, tapi iapun sangat kaget kok Tuhan jawabnya cepat amat ??? Dalam hati kecil nya ia penuh dengan suka cita , kegembiraan yang meluap-luap. Tiba-tiba saja wajah nya memerah.

“Ma besok kakak kelas ku mau ikut gabung merayain natal disini bolehkah ?”

“Tentu saja boleh”

Waktu terasa cepat, tiba-tiba saja Steven sudah ada di depan rumah. Melodi tampak gugup jantungnya terasa hamper putus, tubuhnya lunglai menggigil, tapi dengan berani iapun membukakan pintu yuantuk Steven.

“Masuk kak!”

“Mama sudah nunggu nih” . Ya ma kasih, kanu tampak cantik sekali”

Melodi hanya tersenyum malu, acarapun berangsur-angsur berlalu, makan yang disajikan terasa lebih cepat habis. Semua tampak senang mengenang hari nan damai ini.

“Kenapa Mel ? kok duduk sendirian ? sapa Steven menemui Melodi di taman”

“Ha ha ha tidak apa-apa hanya sedih, kapan waktu begini bisa terulang lagi ?”

“Selamanya…..kamu bisa kok merasa damai begini kalau kamu yang membuat dirimu damai”

“Makasih ya kak…..kamu selama ini sudah baik dengan aku. Aku sayang kakak”

“Kamu juga baik kok, kakak suka sama kamu”

Malampun semakin dingin. Salju menghujani taman itu perlahan-lahan, dua insane itu hanya bisa terdiam dan berpelukan layaknya orang yang berbaahagia. Itulah suasana malam EVE( sehari sebelum menjelang NATAL tiba )

Peci Buat Abah

Sebuah hadiah buat BAH. Eius sudah lama merencanakan ny a . Sudah memilih barangnya . Tadi dipikir sepatu. Di tukang loak depan terminal, ada yang jual. Namun Eius tahu Abah tidak pernah menggenakan sepatu. Lalu sarung itu. Itu yang selalu dikenakan Abah. Akantetapi, sarung bekas tidak menarik untuk hadiah, dan sarung yang baru tentu lebih mahal harganya. Ketika Eius menemui tukang kredit keliling. Ia sama sekaali tidak percaya, lalu pikirnya merasa tenang dan bangga, dan puas , menemukan bahwa hadiah yang pantas untuk Abah adalah peci, tanda kebanggan Abah . Meskipun dengan peci itu, abah lebih kelihatan sebagai seorang dusun.

Itulah yang di putuskan . Eius membeli hadiah peci, namun ia tidak tahan untuk memendam sendirian . Dadanya terlalu kecil untuk menyimpannya.

“Kenapa kamu Tanya ulang tahun Abah ? Tanya emak ketika Euis bertanya?”

“Saya ingin memberI hadiah”

“Abah tidak suka hal seperti itu”

“Emak tidak pernah member hadiah ulang tahun untuk Abah ?”

“Tidak pernah dari dulupun Abah tidak suka , tetapi mungkin lain jika kamu yang member”

“Ya saya bilang kepada emak karena khawatir nanti hadiahnya sama dengan emak berikan”

17 |Antologi Cerpen

Page 18: Antologi Cerpen [ISI]

Emak tersenyum. Nampak sedikit tersingkir kesan kesedihan. Bukan –bukan kesedihan, melainkan kesan penderitaan. Emak tidak pernah mau memperlihatkan kesedihannya. .

“Bagaimana mungkin kamu membayangkan emak member hadiaqh buat Abah ? Emak bukannya tidak terpikir untuk itu, tetapi kamu sendiri tahu masalahnya, Euis. Kamu memang yang paling besar, jadi paling tahu semuanya tanpa emak katakan”

Euis memandang hormat kepada emak, rasa haru larut dalam pertemuan sekilas. Kemudian perhatiannya terpecah oleh suara batuk-batuk. Euis kaget. Ada yang mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

“Abah ?”

“Bukan, batuknya Abah lebih berat. Jadi siapa ? Siapa lagi kalau bukan Ara, ia berusaha mengetahui lebih banyak”

“Hayo…… Ara kamu mendengar semuanya ?”

“Mendengar apa ?” Euis mencari kejelasan.

“Abah mau dikasih peci”

“Ya” Agil ikut nongol

Napasnya sedikit terenggal. Keringatnya ada di dahinya yang menonjol. Dahi itu kkelihatan lebih menonjol lagi karena rambut Agil sangat tipis. Keringatnya jadi kelihatan jelas. Barangkali saja, tadi Arad an Agil menahan nafas sekuat-kuatnya waktu mendengar pembicaraan.

“Tapi jangan bilang Abah dulu” kata Euis keras. “Jangan Tanya kenapa pokoknya jangan”

“Abah pasti senang”

“Ini kejutan, biar Abah tambah senang. Kalau tiba-tiba diberi sesuatu yang bagus, bukankah kamu kaget dan senang?”

“Ara tidak pernah,” jawab Ara polos.

“Agil tidak pernah” jawab Agil menirukan.

“Biasanya Ara meminta dulu, lama baru dikasih. Tidak ada kejutan”

“Agil jugalah”

“Iya, tapi pokoknya sekarang jangan bilang dulu. Duit saya belum terkumpul semua”

“Saya tambahin” jawab Ara.

“Saya jugalah “ Agil mengikuti.

“Cukupkan ?”

Dan memang itulah akhirnya. Sehabis beli peci dari took, mereka semua menunggu gelap malam. Saat Abah pulang.

“Jangan-jangan Abah sudah beli sendiri”

“Malah yang lebih bagus”

“Atau dapat kiriman dari tante Iyas”

Kekakhawatiran mereka yang mengada-ada karena mereka tiba-tiba membeli peci. Karena sebenarnya Abah tidak mendapat kiriman dari siapa-siapa. Dan tidak terpikir untuk membeli sendiri.

“Abah ini bungkusan untuk Abah” kata Euis.

18 |Antologi Cerpen

Page 19: Antologi Cerpen [ISI]

“Bingkisan?”

“Selamat ulang tahun ya Abah”

Abah terbahak keheranan. Emak masuk ke dalam kamar. ABAH MEMBUKA BUNGKUSAN ITU, Abah sedikit gemetar. Bibirnya tergigit, sudut matanya tergenang air mata.

“Abah bahagia sekali” dirangkulnya dua anaknya. Abah melepas peci yang kotor dan jelek. Abah menutup bibirnya. Sudut matanya makin basah, sudut maatanya yang terlalu kecil menampung air yang besar. Tetes keharuan

Horor

Hari terburuk dalam sejarah kami. Hari yang tak pernah kami inginkan. Tapi akhirnya hari itu datang juga. Dia sakit radang otak, aku kenarin kerumahnya tapi dia menolak untuk bertemu denganku, kata kakaknya ia sedang ingin sendiri dulu.

Alvin menjelaskan hal itu padaku dengan hati-hati. Ia tak mau aku kaget. Tapi gagal. Aku sangat kaget. Aku tak tahu kalau Rio mengidap radang otak, ya Tuhan mengapa hal itu menimpa Rio? Mengapa penyakit ini menimpa seorang sahabat yang baik, penuh cinta dan peduli seperti dia? Mengapa Tuhan? Pertanyaan itu mulai membenrtur di kepalaku. Sungguh tak percaya rasanya. Berita ini menjelaskan tetang tingkah laku yang aneh belakangan ini. Dia tidak mau bertemu maupun berbicara denganku . Aku mengira bahwa ini karena cekcok diantara kami waktu itu. Aku tak pernah berpikir tentang hal ini. Bagaimana bisa ia tak pernah memberitahu kami tentang apa yang terjadi. Kami berlima Rio, Alvin, Deva, Ozy dan aku adalah sahabat sejak kecil. Kami melakukan sesuatu yang konyol, kami bahkan seperti saudara, bahkan persahabatan kami adalah segalanya. Kami tak terpisahkan.

“Kka….kka….. cakka kamu masih disitu kan? Tanya Alvin. Suaranya menyadarkanku kembali. “Iya iya aku masih disini “ jawabku. Lalu menjelaskan agar kita semua menerima keputusan Rio untuk membiarkannya sendiri dulu. Mohon Tuhan beri aku kekuatan-kekuatan untuk menatap matanya . Handphoneku berbunyi, dilayar tertulis Ozy calling. Akupun segera mengangkatnya. “Hallo Cakka”suara Ozy tiba-tiba terhenti . Aku mendengar khabaar cemas dari suaranya. Aku punya berita sangat buruk untukmu. Saat itu aku takut setengah mati. Firasatku mengatakan ini adalah berita sangat-sangat buruk . “Aku dapat berita dari kak Marcel……” Suara Ozy terhenti lagi. Semalam ……Rio meninggal.

INNALILAHI WA INNA ILLAHOI ROJIUN” Aku tak bisa berbicara apapun, tanganku dingin. Seperti ada sengatan listrik yang sangat besar menyambarku. Kka kalau mau menghadiri pemakamannya Rio aku akan menjemputmua pagi ini jam 09.00 “ Tanya Ozy.

“O….oo ke aku mau pergi denganmu , lalu percakapan berakhir, aku masih berdiri mematung, tangan dan kakiku masih gemetaran. Masih tak percaya bahwa sahabat kami telah pergi , sahabat terbaik kami Bahkan kemarin aku berpikir untuk membelikan hadiah ulang tahunnya minggu depan, dan kami akan memberikan surprise untuknya sebagai tanda minta maaf kami….Tapi dia meninggal semalam . Tanpa memberikan kesempatan kepada kami bertemu dengannya untuk terakhir kalinya. Lalu tiba-tiba jatuh air mataku…….aku menangis. Dan kami sangat berduka cita. Untuknya.

“Terima kasih telah dating Alvin,Cakka, Ozy dan Deva, dan untuk belasungkawanya kalian “ kata mama Rio.

“Iya tante, kita ikut berduka atas meninggalnya Rio, semoga Rio diterima disisi Tuhan. “Kata Alvin.

Sebelum Rio meninggal ia sempat menitipkan ini kepada tante, dia bilang agar menyerahkan ini kepada teman-teman “kata mama Rio sambil membawa sesuatu. Tepatnya sangkar burung. Kamipun menerimanya, didalam sangkar itu ada seekor burung merpati putihy, bulunya indah sekali, dan di sela-sela sangkar itu sepucuk surat. Kami membacanya. Untuk sahabat-sahabatku. Tolong rawat Richieta ini dengan baik , setelah aku tak ada.Aku tahu kalian adalah sahabat terbaikku dan maafkan aku tidak member tahu tentang penyakitku karena aku tak mau membuat kalian cemas. Maaf aku telah mengecewakan kalian .Rio. Ya kami tahu kalau Richieta adalah burung merpati kesayangngan Rio. Kami menemukannya sewaktu pulang sekolah. Waktu itu dari atas tiba-tiba ada merpati jatuh ke tanah, sayapnya terluka parah, akhirnya Rio membawanya pulang kerumah dan memeliharanya sampai sekarang. Dan Rio member nama merpati kesayangannya itu Richieta, Memang aneh terkadang kami sering melihat Rio sedang berbicara dengan Richieta. Tapi mungkin itu wajar karena diantara kami ia yang paling pendiam. Setelah berpamitan kepada keluarga Rio kamipun

19 |Antologi Cerpen

Page 20: Antologi Cerpen [ISI]

beranjak pulang. Mobil Honda jazz warna putih kukemudikan. Alvin disebelahku sementara Ozy dan deva duduk dibelakang. Mereka semua tampak diam, tak ada yang berbicara apapun, padahal biasanya mereka itu sangat ceriwis dan nggak ada hentinya melakukan kekonypolan-kekonyolan seperti biasanya. Jadi siapa yang akan merawat merpati ini ? kataku memulai pembicaraan. Aku nggak mungkin pelihara Reichita, dirumah karena kakakku alergi sama burung. “Jelas Alvin.

Kalo kamu Dev? Tanyaku pada Deva. Hah? Deva tersadar dari lamunannya. Kamu bilang apa ? tanya Deva. Mau nggak kamu pelihara Reichita? Tanyaku lagi sambil menyetir. Gimana biar adil kita memeliharanya bergantian aja ! usul Ozy. Oke kalo gitu aku setuju”KATA Deva menyanggipi. . Aku juga setuju “ Kataku akhirnya. Giliran pertama yang memelihara Reichita adalah aku. Sangkar Reichita aku gantung diteras rumahlku.Ya pagi itu aku mamberi makan Reichita, tapi mendadak aku terkejut melihat sangkar Reichita terbuka. Aku yakin tadi telah menutupnya. Kemana merpati itu pergi. Aku panic lalu melihat ke langit tapi tidak ada apapun , aku mencarinya disudut halaman rumahku tapi tak ada jugaa…..

Aku sangat panik lalu memanggil ketiga sahabatku. Haaaaah? Kenapa bisa hilang ? Kamu gimana sih Kka? Ngejagain merpati saja nggak becus. 1 kamu tahua itu wasiat almarhum Rio. Kata Avvin dengan nada tinggi. Iya aku juga nggak tahu padahal tadi aku yakin sangkarnya terkunci rapat, dan saat aku balik Reichita udah nggak ada! Jangan nyalahin aku kaya gitu donk! Coba aja kamu. Apa bisa pelihara Reichita nggak kan?”kataku kesal. Udah-udah kenapa jadi rebut gini sih! Diam “ Deva melerai. Mending sekarang kita cari aja Reichita di sekitar komplek ini dulu, mungkin hinggap di suatu tempat ,lanjut Ozy

Akhirnya kami berempat berpencar mencari Reichita disekitar komplek rumahku. Dijalan aku bertemu lLintar . Lintar aku mau Tanya aoa kamu melihat burung merpati warna putih bersih disekitar komplek ini? Tanyaku padanya. “Merpati ? enggak tuh , emangnya kamu pelihara merpati ? Tanya Lintar heran.

Ya itu punya temenku, tapi sekarang hilang aku nggak tau kemana . Yah udah makasih ya ; kataku kemudian. “ Oh iyaaaa cakk “ jawab Lintar

Kemudian aku melanjutankan pencarianku. Setelah beberapa jam mencari dan aku tak menemukan maka aku memutuskan untuk pulang, rasa capek, lelah dan mendera Deva, Alkvin dan Ozy juga tampak lelah sekali. Keringat mereka bercucuran. Mengingat waktu itu matahari sedang teriknya. Gila tuh burung larinya cepet amay ya, aku capek banget nyarinya juga.” Keluh Deva. Jadi gimana donk kita ngomong ke mamanya ia kalau Richieta hilang ? Tanya Ozy cemas. Jangan dulu, kita cari Richieta aja dulu. Kalau hari ketiga nggak ketemu baru kita ngomong ke mamanya Rio “ Alvin menyarankan. Lagian nggak enak juga masa ngilangin wasiat dari Rio, aku juga takut keluarganya Rio bakalan marah kekita, Iya aku menambahkan. Setelah menunggu 3 hari ,Richieta belum juga bisa kami temukan, entah dimana keberadaanya kami tak tahu. Dan akhirnya kami member tahu keluarga Rio kalau Richieta hilang, kami menyangka kalau mereka akan memarahi kami tapi ternyata mereka malah berterima kasih pada kami karena sudah mau merawat Richieta. Kalau Richieta hilang itu juga bukan salah kami, tapi memang merpati itu agak sedikit……. Yaaaah merinding ngomongnya. Hari itu sepulang sekolah kami memutuskan untuk mengunjungi makam Rio, sudah lama kami tidak mengunjungi makamnya…… Tak lupa kami membeli bunga untuk menaburi makamnya. Karena kami lupa letak makam Rio kamipun meminta bantuan penjaga makam Rio.

Haaaaaaaaaaaah???iiiiiiii itu kan……. “ mata AAlvin terbelalak kaget seperti melihat ses…..ss. “iiiiiiiiiiii itu????????” Ozy pun ikut kaget. “ Kalian lihat apa sih? Deva heran. “iiiiiiiitu adddaa (sambil menunjukan sesuatu)” “ RICHIETA !!!!!!! kata kami sangat kaget. Richieta sedang hinggap di batu nisan makam Rio. Astaga? Kok bisa sampai sini ? Alvin tak percaya. Kita aja nggak ingat letak makamnya Rio apalagi seekor merpati? Aku juga kaget. Iya den memang sejak beberapa hari yang lalu merpati itu selalu ada diatas makam itu. Saya juga nggak tahu dari mana asalnya “ Pak penjaga makam nenjelaskan. Ya ampun nggak tahu kenapa kepalaku mendadak pusing dan semuanya jadi gelap. Apa yang terjadi ? Ya Tuham ? lalu samar-samar aku mendengar suara memanggilku.

CAKKKKKKKAAAAAAAAAAAA BANGUUUUUUUUN!!!!!

JANGAN MOLOR MULUUUUUU!!!

Haaaaaaah ? aku kaget setengah mati melihat Rio disitu juga ada Alvin, Deva dan Ozy. . “ Ini dimana ? Di Surga ya ? tanyaku bego. Ha ha ha ha ha mereka semua ketawa, Ini di kelas! Kebiasaan deh tidur waktu pelajaran ! Jadi gilakan. Kata Rio. “ Rio ? tanpa banyak cingcong gue memeluk Rio. “ Ihhhh apa-apaan sih lo Cakk! Sakit lo ya? Masa bangun-bangun langsung peluk gue ih najis emang gue cowok apaan “ kata Rio sok jual mahal. Lo masih hidup ya ? tanyaku.

20 |Antologi Cerpen

Page 21: Antologi Cerpen [ISI]

Nggak gua bangkit dari kubur……uadh kekantin yuk! Laper gue” Rio come ! Iyee-iyee bawel banget” Eeh ehh tunggu dulu itu kan ? REICHITA ???????? Tanda Tanya besar di kepalaku. Gue nggak tahu apa yang terjadi sebenarnyaa, tapi gue bersyukur banget . Ini semua Cuma mimpi. THANKS GOD !

Dilarang Jatuh Cinta

Cerpen Maroeli Simbolon, dimuat di Republika 12/19/2004 Wah semua mata terbelalak….. berpusat kepada laki-laki yang berdiri persis diatas atap gedung berlantai 33, siap untuk bunuh diri. Sejumlah polisi sibuk mengamankan lokasi yang dipenuni orang-orang yang ingin menyaksikan [peristiwa tragis itu secara langsung, dengan berbagai ekspresi yang tak kalah seru. Ada yang bergidik, ada yang terbelalak histeris, ada juga yang terkagum-kagum. Situasi heboh tiu melumpuhkan lalu lintas. Beberapa polisi sibuk berdebat dan stress…… mencari solusi bagaimana mencegah orang sableng itu agar tidak mewujudkan kegilaanya. Ada juga polisi yang langsung menghubungi pihak rumah sakit untuk segera mengirimkan ambulance . Mengapa ada yang ingin bunuh diri ? Silahkan Tanya kepada seorang laki-laki muda yang tampan, yang kini berdiri gagah dan tenang dibibir gedung pencakar langit dan siap terjun bebas. Padahal embun masih terjun kebawah ketika polisi yang memanjat baru mencapai setengah gedung. Orang-orang pun berteriak histeris, dan lihatlah, seperti tubuh yang bunuh diri pertama, wanita itu juga melayang-layang kebawah. Dari tubuhnya satu beraneka rupa. Dipucuk bunga terselip kertas yang bertulis “ Kubuktikan cinta dengan kepasrahan!” Belum habis keterkejutan orang-orang , kembali terdengan teriakan seseorang.”Lihat! Diatas gedung bertingkat 52 sana juga ada yang hendak bunuh diri ! Semua terperangah berteriak ngeri. Kegilaan apa lagi ini ? ! Lihat ! di gedung 67 tingkat itu juga! ^^^ Lihat ! digedung warna kelabu ungu bertingkat 73 itu juga!^^^^^ Lihat! Diatas menara pahlawan itu juga! Semua menggigil seputih kapas di ujung ilalang. Bahkan anginpun beringsut ketakutan . Sebab hari itu lebih sepuluh orang melakukan bunuh diri dengan cara yang sama ( melompatdari atas gedung bertingkat ) dan motif yang sama atau hamper sama. Mungkinkah cinta yang menciptakan semua tragedi yang mencemaskan ini ? Peristiwa iyu mencengangkan semua orang, sekaligus menimbulkan rasa takut dan khawatir yang hebat. Dan peristiwa ini menjadi topic utama dimana-mana, dari kedai kopi, café hingga hotel berbintang, terutama menjadi headline Koran-koran terkemuka. Berbagai kalangan pengamat member komentar dan tanggapan dari psikolog hingga pengamat sepak bola. Ternyata hari demi hari , peristiwa bunuh diri itu tidak henti, terus menerus terjadi. Sehingga semakin panjang daftar orang yang mati bunuh diri dengan melompat dari atas gedung. Bahkan menjadi ancaman, melebihi wabah penyakit menular. Bunuh diri itu sudah melanda semua orang, dari jompo hingga anak-anak, dengan tehnik yang semakin aneh. Sableng bin edan. Ada yang berpakaian Pangeran, Ratu, Pendekar Batman, Superman. Ada yang bersalto, jumpalitan diudara , berselancar. Ada pula yang terjun sambil baca puisi. Penduduk negeri itu semakin dicekam rasa takut dan was-was yang luar biasa. Semua mengkhawatirkan sanak keluarganya dan dirinya akan ikut bunuh diri suatu waktu. Sebab penyakit bunuh diri itu dengan cepat menyebar dan menjangkiti siapa saja. Bila tidak segera dihentikan, anak-anak kita, saudara kita, bahkan kita sendiri akan terpengaruh dan melakukan tindakan bunuh diri itu ‘’’’’’Ya ini harus kita hentikan!’’’’’’ Bagaimana caranya ? Adakah cara jitu yang kamu pikirkan?. ‘’’ Ah ayo kalangan intelektual, berpikir dan bertindaklah segera. Jangan Cuma ngoceh kesana kemari ! teriak orang-orang, Kehilangan arah. Penduduk semakin panic, saling bertanya satu sama lain. Tetapi semua menggeleng, semua angkat bahu, semua jadi buntu jadi batu. Apa lagi yang dapat dilakukan ? maka tanpa dikomando semua tekun berdoa dan semedi agar wabah penyakit bunuh diri itu segera berakhir. Sayangnya ketika doa-doa meluncur diudara, burung-burung gagak berebutan menyerbu dan mencabik-cabiknya, sehingga tidak pernah sampai dimeja kerja Tuhan. Jikapun ada yang sampai Cuma berupa sisa atau percah. Tentu Tuhan tidak sudi mendengarnya. Apalagi Tuhan semakin sibuk menata surge….. sambil mendengarkan music klasik…..karena kiamat sudah dekat. Disengat kepasrahan yang mencekam itu, tiba-tiba Maharaja menemukan gagasan, kita bikin pengumuman ! teriaknya pasti. Seketika semua melongo. Pengumuman? Untuk apa? Disetiap tempat kita buat pengumuman : DILARANG JATUH CINTA! Semua kurang menanggapi . Apakah mungkin efektif untuk mengatasi maut yang mengancam didepan mata kita ? Maharaja angkat bahu. Coba dulu, baru tahu hasilnya: jawab Maharaja. Masalah utamanya sudah jelas, akibat cinta. Setiap orang yang terjerat cinta, entah mengapa jadi ingin bunuh diri. Satu-satunya cara, ya kita larang orang-orang jatuh cinta. Siapapun tak boleh jatuh cinta agar hidup terjamin. Wah mana mungkin.Jatuh cinta itu manusiawi , beradab dan berbudaya. Berasal dari hati, Kata hati. Muncul begitu saja…. Tanpa diundang. Apalagi, cintakan pemberian Tuhan, protes orang-orang , tak dapat menerima pendapat Maharaja yang dinilai ngawur. Terserah jika ingin selamat, menjauhlah dari cinta. Kalian jangan pernah jatuh cinta.Mengerti?. Tetapi jika sudah bosan hidup. Ya silahkan jatuh cinta. Tegas Maharaja. Sekarang mari kita pasang pengumuman itu sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya. Meski di jerat tali ketidak mengertian yang luar biasa, pengumuman akhirnya dibuat juga. Dipancangkan dan ditempelkan dimana-mana, term asuk dibandara. Maharaja bahkan melakukan siaran langsung

21 |Antologi Cerpen

Page 22: Antologi Cerpen [ISI]

diseluruih televise. Saudara-saudara sekalian yang saya benci . Sebab mulai sekarang, saya tak ingin mencintai, agar berumur panjang. Saya harus benar-benar dipenuhi kebencian. Seperti kita saksikan bersama-sama, cinta telah menyebabkan banyak orang bunuh diri. Cinta telah membutakan mata. Cinta telah merengut nyawa sanak keluarga kita. Cinta mengancam kita ,maka dengan ini, kepada semua yang mendengarkan pengumuman ini, saya tegaskan dilarang jatuh cinta ! Kita harus melawan cinta. Kita tegas-tegas menolak cinta. Cinta tidak member apa-apa yang berharga bagi kita , Cuma kematianaaaaaaaaaaaaaa. Mengerikan bukan ? Mulai sekarang kita proklamirkan semboyan baru kita: hidup sehat tanpa cinta.. Hiduplah dengan saling membenci, bercuriga, menghasut dan sebagainya. Jangan pernah mencintai! Aneh! Penduduk bertepuk sorak menyambut pengumuman itu, bahkan untuk selanjutnya banyak yang memuji kebijaksanaan Maharaja sebagai sikap brilian. Merekaa merasa telah menemukan solusi jitu memberantas wabah penyakit bunuh diri itu. Hidup tanpa cinta, tidak terlalu buruk demi hari depan yang lebih baik. DEngan saling membenci, esok yang lebih cerah dan terjamin siapa tahu segera tercapai. Hari masih terlalu subuh. Ayam dan burung-buruang masih ngorok, Tetapi keributan orang-orang dan kesibukan polisi telah merobek cadar ketenangan. Apalagi wartawan-wartawan sibuk meliput dan melaporkan …bvlizt dan laampu kamera televise berpantulan. Apa yang sedang terjadi. Wah sungguh mengejutkan dan mencengangkan! Etapa tidak didepan gedung istana Maharaja berlantai 113 yang mencuat munusuk langit kelam , Maharaja dengan masih memakai piyama sedang berdiri diatasnya bersiap-siap bunuh diri. Orang-orang menahan nafas dan terbelalak ngeri menyaksikan tragedy ini. Sementara istrinya Maharani menyorot api kebencian. Biarkan ia menikmati kesempurnaan cintanya. Maharaja mengembangkan tangan “ Ah ternyata cinta itu indah. Kita tak dapat hidup tanpa cinta. Cinta itu anugerah. Berdosalah orang-orang yang tak memiliki cinta! Teriaak Maharaja, lalu melompat kebawah. Tubuhnya melayang dan ditumbuhi bunga-bunga mekar. Tiba-tiba menyusul sesosok tubuh wanita muda yang sintal, melompat sembari bersenandung lagu cinta. Tubuhnya juga melayang , seperti menari dan ditumbuhi bunga-bunga mekar. Begitu tiba ditanah, bunga-bunga itu perlahan merambat dan menyatu, lalu membesar dan menjadi belukar yang menjalari dinding-dinding istana dan rumah tangga-rumah tangga. Semua melotot heran. Mengapa Maharaja bisa segila itu ? ‘’’’’’Selingkuh. Ia selingkuh dengan sekretarisnya !. cibir Maharani sambil meludah ke tengah belukar itu. Akibat ludah itu, tiba-tiba belukar itu bergerak-geraak liar sepenuh nafsu kelabu, membelit kedua kaki Kaharani dan menariknya.””CINTAHKAH Jakarta2003/2004

Idola dan kekasih

Apartement tinggi itu tetap berdiri kokoh ketika tubuh kekarmu menindih tubuhku dengan angkuhnya. Apartement ini dengan kuatnya menancap kedasar bumi seperti kamu dengan sekuat tenaga membobol bagian belakang tubuhku. Dekap an mu yang erat seolah tak ingin melepaskanku. Nafas gairahmu terasa hangat dibelakang leherku. Lolonganku yanh panjang membuat bekas cengkeraman tangan dipundak kokohmu. Kita tidak menginginkan malam bergulir tergantikan pagi. Kita tidak ingin melihat cahaya bintang dan bulan ditenggelamkan sinar matahari. Mala mini milik kita berdua. Aku dan kamu lelaki idola dan kekasih Lima finalis idola nusantara dari wilayah timur telah terpilih. Arro adalah satu-satunya . Menumpang gerbong ekonomi, Arro berangkat ke ibukota. Satu-satunya jembatan yang bisa menghubunbgkan mimpi jadi nyata. Ada bangga yang aku tinggalkan. Ada mimpi yang aku ingin wujudkan. Jaruama jam belum lama meninggalkan angka sepuluh. Suasana ramai menyapaku ketika memasuki ruang audisi. Dendangan lagu-laagu popular terdengar, menambah ramai suasana. Pandangan mataku menyapu bersih deretan kursi, melihat apa masih ada kursi yang kosong. Tersisa dua kursi . Baris kelima dari depan, aku berjalan mencari celah diantara kursi-kursi yang sudah diduduki. Akupun duduk dengan diam. Tidak terlalu lama, dating pemuda berperawakan tinggi besar. Hidungnya mancung, wajahnya begitu rupawan. Diatas matanya yang menawan terdapat alis yang tebal . “ Maaf kursi ini kosong /’ TANYA DIA . Ketajaman tatapannya membuat bibirku membeku dan kaku “ O…..eee….ee…..kosong…..kosong …! Silahkan ! Dia duduk seenaknya. Berselonjor dan mengangkang. Memaksa mataku memandang turun. Ada yang menonjol keras diantara selangkangannya. Dengan telapak tangannya yang kuat, dia menjabat telapak tanganku yang lembut. “ Dandy “ “ Arro “ Setelah perkenalan, kami sama-sama terdiam. Ada kebisuan diantara kami. Tapi mataku yang berbicara. Untuk melihat seluruh lekuk tubuhnya. Tiba-tiba wajahnya yang rupawan menoleh padaku. Memburamkan penglihatanku. “ Kamu dari wilayah mana?” “Timur”. Jawabannya singkat tapi meninggalkan kelembutan di telinga Dandy. Bahkan terlalu lembut bagi suara laki-laki. Wajah Arro mencerminkan ketampanan. Bibir tipis dan bulu mata yang lentik mempercantik wajahnya. “Aku dari wilayah barat,” kata Dandy tanpa mau berpaling memandangku. Dandy memaksa mengusir kebisuan dan berusaha mencairkan kebekuan bibirku. Obrolan kami terhenti. Para juri terlihat berdiri didepan. “Sebelum audisi, kami bagi jadi dua kelompok, barat da timur,” Kata seorang juri. Pembagian itu membuat kami terpisa. “Aku kesana dulu ya…….”pamitnya sambil tersenyumDandy lalu

22 |Antologi Cerpen

Page 23: Antologi Cerpen [ISI]

meninggalkanku. Berjalan kesudut ruangan dan bergabung dengan teman-temannya dari wilayah barat. Jarak memisahkan kami. Lewat jembatan hati , kedua mata kam I menyebrangi jarak itu. Hanya untuk saling beradu pandang. Cintapun terpancar dari kedua pasang mata kami. Setelah babak juri yang memilih terpilih dua belas finalis untuk melaju kebabak sms yang memilih. M asing-masing kelompok mewakilkan enam finalis. Semua finalius akan hidup bersama dalam satu rumah, enam kamar selama tujuh puluh lima hari. Dengan aturan satu kamar untuk dua finalis, berlainan kelompok dan tidak boleh berlainan jenis. Undian telah dimulai dan memilih Arro dengan Dandy tinggal dalam satu kamar. Cintapun mendatangi kamar kami untuk merajut hati penghuninya. Selama tiga purnama, bulan selalu menemani tiap show kami. Menerangi cinta kami sampai malam yang kami nanti. Babak sms telah memilih Arro dan Dandy menjadi dua finalis idola nusantara. Ada kebahagiaan terpancar dari kedua mata kami, tapi tak mampu menutupi kesedihan hati nurani kami. Seminggu kami terpisahkan oleh dinding-dinding kokoh dan pintu-pintu yang terkunci. Terjebak kesunyia, sepi sendiri dalam kamar. Panggung besaar telah disiapkan. Lampu-lampu sudah dinyalakan. Sorot kamera siap menyambut show kami. Para juri dating untuk member komentar yang terakhir. Keluarga Arro dan Dandy hadir. Berbaur dengan Arroker’s dan Dandy-dandy’s . Untuk mendukung sang idola nusantara. Jutaan sms telah memilih Arro menjadi idola nusantara tahun ini. Air mataku meluapkan kegembiraan dan menjalar keseluruh Arroker’s yang hadir malam itu. Mimpi itu berubah wujud menjadi kepopuleran , kesuksesan dan kekayaan. Malam grandfinal telah iusai. Perayaan kemenangan dikamar Arro baru dimulai. Ucapan selamat, dating bagai angin malam yang menghembuskan hawa dingin dihati Arro. Keluarga yang datangpun belum mampu menghangatkan, kehangatan baru Arro rasakan ketika tangan Dandy yang membentuk pelukan dan bibir Dendy yang berucap selamat.” Selamat ya….. Ro,” bisik Dandy. Bisikan yang menghangatkan telingaku. Bisikan yang menggugah birahiku. Dia mengucapkan kata janji untukku. Hadiah akan diberikan jika penghuni kamarku tinggal mereka berdua. Hadiah yang terbungkus kekekaran dan kekuatan . Hadiah tanpa pita, hanya butuh gairah untuk membukanya. Hadiah yang memberiku kegembiraan abadi, kesenangan sejati dan kebahagiaan tiada henti. Malam telah larut. Keluarga Arro pulang membawa kegembiraan. Meninggalkan kebanggaannya. Para juripun berpamitan pulang meninggalkan kami berdua dikamar tanpa kecurigaan. Ini hadiah untukmu Ro…… kejantananku milikmu malam ini .” ucapmu menggoda. Dalam kamar yang dikelilingi dinding-dinding moral. Terkuat dan terkokoh. Tapi kami mampu melubanginya dengan tatapan, sentuhan , cumbuhan dan cucuran keringat. Hingga kita robohkan dinding-dinding moral itu dengan cairan lengket yang tersembur keluar dari selangkangan.

Surat

Langit senja Jakarta, tak pernahseindah langit “Toboali “ Tanah kelahiran yang selalu terkenang. Sejauh aku melangkah keluar rumah. Biasanya setiap senja tiba aku senang berlama-lama dibenranda rumah. Menyaksikan kemilau langit senja, juga burung-burung yang hendak pulang kewsangkar, Setiap senja langit Toboali tak pernah sepi . Tidak seperti langit senja Jakarta. Beribu senja aku lewati, tanpa kesan , palagi kenangan. Untuk menikmati sejenakpun tak pernah terpikirkan . Jakarta terlampau sibuk dengan urusan duniawi. Dan aku terseret hanyut didalamnya. Surat ayah tergeletak lesu dimeja. Surat yang datang kesekian kali, setelah surat-surat yang lalu. Mendesakku untuk pulang. Aku masih malas membukanya karena aku menduga-duga nada surat itu sama. Mendesakku pulang. Aku takut menyentuh surat ayah. Aku tak punya nyali untuk membuka apalagi membacanya. Hingga malam larut, aku masih takut membukanya. Bukan pulang ke Toboali yang aku takutkan. Sesungguhnya rindu dating memintaku berbilang-bilang. Akan sanak kadang disana, terlebih pada kebeningan wajah ibu. “Ibu

Setiap kali memanggilnya, rindu pulang kampong kian mengental “. Tetapi aku tetap saja tak berani membuka surat itu. AKU TAKUT ITU JUSTRU MENAMBAH RASA KANGEN DAN BERSALAHKU PADA IBU, JUGA Toboali. Aku pandangi surat itu. Bukalah dan bacalah bila kamu masih menganggap mereka bagian dari hidupmu. Hatiku bergolak. Baacalah agar dapat kau hirup udara, juga tanah basah Toboali karena guyuran hujan semalam. Bacalah agar dapat kau nikmati aroma lada sepanjang jalan menuju Darahku berdesir. Aku tak akan pernah bisa mengingkari tanah kelahiranku.Karena disanalah tangis pertamaku terdengar. Tanah , air, udara angin, langit desa yang jadi saksi kelahiranku. Aku tak akan pernah bisa mengingkarinya. Tak pernah bisa. Pelan aku sentuh surat yang tergeletak lesu di meja. Darahku berdesir ketika jemariku menyentuh ujung amplop . Bukalah. Aku himpun seribu kekuatan untuk bisa membaca surat itu.Aku berusaha berdamai dengan hatiku. Tetapi tiba-tiba aku menjadi menggigil. Perasaan kangen dan kecintaan tumbuh merayap dalam benak. Aku merasakan cinta yang berbuncah-buncah. Tanah kelahiran yang terletak ribuan mil dari Jakarta seperti terang benderang dalam pandanbgan. Kemilaunya melebihi kemilau bintang di langit. Aku akan membuka surat itu dengan suka cita, dengan sepenuh jiwa dan raga. Ah, mengapa perasaan galau dating seperti hendak membunuhku? Aku senantiasa takut. Takut untuk membuka dan membacanya. Dan ini entah hari keberapa aku kembali

23 |Antologi Cerpen

Page 24: Antologi Cerpen [ISI]

termangu-mangu didepan surat yang tergeletak lesu. Nyaliku ciut, bahkan rontok habis didepannya. Aku tak pertnah bisa membuka terlebih membacanya. Kampungmu. Bacalah surat itu agar dapat kau nikmati kembali masa kecilmu. Bukankah Jakarta tak mampu memberimu kebahagiaan yang lebih, juga kehidupan sempurnah. Jakarta memang memberimu materi berlimpah, tapi yang lebih banyak justru kesepian yang sangat. Ingaat kau hanya perantau disini. Hingga berhari-hari , bahkan sampai melewatkan minggu. Surat itu masih tetap tergeletak diatas meja. Sunyi dan berdebu . Aku makin tidak berani membukanya. Apalagi ketika mengingat berbagai persoalaan hidup yang menjerat keluargaku. Melihat orang tuaku banting tulang untuk sekedar bisa makan. Agar aku tidak seperti mereka, terperosok dalam kemiskinan, aku baru akan pulang setelah bisa membawa sesuatu buat mereka . Sekarang belum. Ah Kemiskinan. Siapa yang pernah mengundang kemiskinan dalam hidup.Tak seorangpun mengundangnya., dengan ramah untuk singgah dan akrab dalam keseharian. Kemiskinan dating seperti kanker yang menggerogoti tubuh dan hidup. Kemiskinan seringkali membuat aku putus asa, bahkan enggan untuk membuka jendela kamar, meski hanya untuk menyambut matahari pagi. Aku selalu malas membayangkan esok hari. Karena bagiku esok dan lusa hanya siluet buram yang dating berulang-ulang, tanpa aku tahu kapan siluet buram itu berganti warna. Warna biru misalnyayang menawarkan kesejukan hati. Atau warna hijau yang menawarkan keselarasan alam.Atau siluet buram itu berubah warna merah jambu. Ah kapan waktu dan kenyataan memberiku kesempatan untuk merasakan damai, tanpa berpikir besok apakah ada sesuap nasi yang bisa dimakan.Aku seperti berada ditengah perang yang berklecamuk., sengit . Ada hasrat ingin membunuh, ada ketakutan teramat dalam kalau-kalau dalam perang itu aku terbunuh .Aku selalu lunglai , takut dan enggan menhadapi hari esok. Esok aku harus bergulat dengan pekerjaan yang tak pernah aku inginkan. Menjadi buruh tani pada seorang juragan yang tak lain adalah kakak ayahku sendiri. Aku menghela nafas panjang. Menghembuskannya dengan sangat kasar. Dalam hembusan nafasku itu angin pasti bisa membaca, betapa waktu dan keadaan tak pernah adil terhadapku. Aku pernah membenci waktu, juga keadaan, hingga akupun pernah tergelincir membenci Tuhan. Karena aku merasa betapa Tuhan telah membedakan hidupku dengan anak-anak yang lain. Bila anak-anak lain tak perlu susah payah mencari makan, aku harus membantu ibuku menjadi buruh tani agar hidup terus berlanjut. Bila naka-anak lain lahir dari keluarga orang berkecukupan aku lahir dari rahim perempuan miskin. Ibu hanya bisa mengandalkan tenaga ayah untuk menjadi buruh tani. Sesungguhnya ayah memiliki sepetak tanah yang bisa ditanami lada. Tanah itu milik ayah dari butiran-butiran keringat kakek. Kakek membagi-bagi tanah yang dimilikinya kepada kedua anaknya.. Ayah dan kakak ayah. Disinilah aku merasa bahwa waktu tak berpihan padaku. Kakek tidak memberikan langsung tanah itu kepada ayah, agar ayah bisa menanami lada dan menunggunya dengan harapan, kakek minitipkan tanah itu kepada kakak ayah. Hingga bertahun-tahun tanah milik ayah ditanami lada oleh kakak ayah. Kami hanya mendapat seperempat dari hasil panen lada. Sungguh aku tidak bisa menerima cara hitung kakak ayah. . Bertahun-tahun ayah diberlakukan kakak ayah dengan tidak adil. Hingga aku beranjak remaja, sepetak tanah itu masih dikuasai kakak ayah. Pernah ayah menanyakan pada kakak nya perihal kapan tanah milik ayah itu bisa ayah miliki sepenuhnya, Ayah ingin juga bertani lada. Ayah ingin menyekolahkan aku dari butiran-butiran keringatnya. Tetapi jawaban kakak ayah hanya membuat ayah geram. Kakak ayah selalu berkelit bila ayah ingin meminta haknya sendiri. Lebih menyakitkan adalah pembelaan kakek terhadap kakak ayah. Kakek berpendapat, biarpun tanah itu memang diberikan kepada ayah, lebih baik dipakai kakak ayah dengan alas an anak kakak ayah enam orang. Kakak ayah jelas lebih banyak membutuhkan uang untuk sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Apakah waktu telah memberiku kesempatan sedikit saja untuk menikmati masa remaja? Hingga aku hendak memasuki sekolah menengah atas, sepetak tanah itu belum juga berada ditangan ayah. Seperempat penjualan lada dari tanah ayah dari waktu ke waktu menyusut, hingga akhirnya kakak ayah serupiahpun tak memberikan hasil panen lada pada ayah. Setiap kali ayah meminta haknya, selalu dijawab kebutuhan kakak ayah jauh lebih besar.

Berkali-kali ayah meminta hak kepemilikan tanah, kakak ayah selalu mengalihkan perhatian dan selalu melibatkan kakek. Lebih menyakitkan lagi kakek selalu membenarkan alas an kakak ayah. Aku jadi ragu apakah kakek bersungguh-sungguh akan memberikan sepetak tanah itu kepada ayah.

Kakek selalu mengatakan , ia tidak pilih kasih. Kedua anaknya akan memiliki tanah dengan luas yang sama. Kenyataan bertahun-tahun , aku mengatakan bertahun-tahun, karena sejak aku duduk dikelas satu sekolah Dasar hingga benar-benar sekolah dimenengah atas., tanah itu belum juga bisa kita nikmati Ayah dan ibu menjadi buruh tani. Kenyataan yang tak aku senangi. Seringkali aku merasa bersalah dan tak sampai hati, juga kesal. Aku merasa bersalah karena aku seperti memeras keringat ayah dan ibu. Karena aku, mereka harus menjadi buruh tani.Hatiku teriris-iris setiap kali melihat ayah dan ibu berpeluh dilahan lada milik orang lain . Aku pernah menyampaikan keinginanku untuk berhenti sekolah. Ayah marah besar Kalima-kalimat ayah membuat darahku bedesir. Ayah tak akan mewariskan kemiskinan itu kepadaku. Ayah dan ibu akan terus memeras keringat hingga aku bisa sekolah setinggi mungkin. Tahukah ayah, betapa aku ingin menggapai cita-cita setinggi langit. Tetapi setiap kali aku berhadapan dengan angka-angka yang

24 |Antologi Cerpen

Page 25: Antologi Cerpen [ISI]

harus ayah ibu bayar, terbayang peluh ayah dan ibu. Aku tak sanggup menjalani pendidikan dengan keadaan ayah dan ibu menjadi buruh.Lain keadaannya bila ayah dan ibu mengerjakan lahan lada milik sendiri. Petir itu menggelegar disiang bolong, menamparku tepat diulu hati. Ayah bertekad meminta hak sepetak tanah yang kakek berikanketika aku selesai sekolah menengah atas. Harapan ayah dengan memiliki sepetak tanah yang bisa ditanami lada, ayah dan ibu bisa membiayaiku kuliahku.Hanya sebatas mimpi. Kakak ayah menolak memberikan sepetak tanah milik ayah . Lebih menyakitkan lagi kakak ayah bersikeras bahwa tanah itu sudah menjadi miliknya, Alasan kakak ayah ialah yang selama ini merawat tanah itu. Kakak ayah benar-benar tidak memberikan hak ayah sebagai pemilik tanah. Kakek hanya diam tak berbuat apapun. Ayah kecewa, ibu juga kecewa dan aku lebih-lebih sangat kecewa. Akupun semakin enggan pulang kekampung. Aku tidak ingin bertemu dengan kakek serta kakak ayah dan keluarganya. Aku terpaksa mengubur seluruhkangen dan kerinduan yang amat sangat. Apa boleh buat. Bukankah lebih baik menghindari daripada mengungkapkan rasa benci ? Aku tidak yakin bakal tega melihat ayah diperlakukan tidak adil oleh kakaknya, juga oleh kakek. Aku tidak akan sanggup kesemena – mena itu berlangsung.Selain itu, seperti pernah kujanjikan pada diriku sendiri, aku tak pernah pulang sebelum bisa membawa kebahagiaan pada mereka. Tubuhku nyeri. Mataku menjadi berkunang-kunang membaca tulisan surat itu. Ibu sakit keras, tulis ayah. Sakit apa? Tak ada penjelasan lebih . Surat itu begitu pendek.

Seorang Hujan

Aku ingin hidup dalam tubuh seseorang, dalam kenyataan orang lain.Aku tahu itu tidak mungkin. Aku tahu itu sebuah dusta yang berusaha aku buat untuk diriku sendiri. Dusta murahan yang membuat manusia menjadi bahan olok-olok di dapur rumahnya sendiri. Suara panci , piring, gelas dan sendok yang menjadi gaduh. Tapi aku terus memikirkannya. Berhari-hari aku merasa keinginan itu seharusnya bisa aku lakukan. Mustahil aku tak bisa melakukannya. Aku membayangkan perpindahan seperti itu sesuatu yang seharusnya bisa dimiliki siapapun. Aku membayangkan tubuh itu tidak beda jauh saat aku menyalakan lampu listrik. Cahaya tiba-tiba hidup didalam tabung kaca. Ketika listrik aku matikan, cahaya itu juga ikut mati. Ia tidak berjalan keluar dari tabung kaca itu. Tapi mati . Padam Darah bisa keluar dari tubuhku, keringat juga bisa menetes, Aku memikirkannya hingga musim hujan datang. Dan semua tentang pikiran itu berubah, saat hujan pertama betul-betul datang, turun dihalaman rumah. Aku menatapnya dari balik jendela kaca. Tiba-tiba hujan itu membuka pintu rumahku. Ia tidak masuk. Ia hanya berdiri di depan pintu. Tubuhnya seperti gumpalan awan berwarna hitam legam. Ada suara halus yang terdengar dari dalam gumpalan awan hitam itu, seperti suara pesawat yang berbunyi konstan. Sejak itu aku mulai bersahabat dengannya. Aku memanggillnya hujan dipagi har

Pagi itu aku sedang berjalan bergandengan bersama hujan. Udara dingi n. Angin membuat tirai dari air hujan, tipis seperti aciuman di leher menjelang bangun tidur di pagi hari. Sudah lama aku menunggumu dilembah itu,” kataku. Hujan tan menjawab . Ia menggenggam tanganku seperti merasakan detak waktu yang bergerak. “Manusia tidak menarik karena ia bisa menghitung waktu.” Katanya. Aku memandangnya , Wajahnya bersih. Rambutnya tersisair rapi . Rapi seperti rajutan yang terbuat dari air.”Aku tahu waktu tidak pernah bisa menyentuh dirimu, “Kataku. Kamu tidak pernah tua. Kamu selalu baru.Kamu tidak mengenal tubuh yang tumbuh menjadi dewasa ,lalu tua , sakit dan mati. Kamu tidak pernah merasakan sakit, terluka dan kesepian. Hujan lalu membelah dirinya dengan belahan-belahan yang berulang. Cahaya biru yang tipis memancar pada setiap terjadinya pertemuan antar belahan itu. Ini hari yang istimewa untukmu juga untukku sendiri”katanya. Aku dating 5 mil untuk menemuimu dipagi ini, berlari menuruni lembah, menerjang hutan bambu danmematahkan sebuah jembatan disebuah sungai yang airnya deras dan berbatu-batu. Dimusim bunga tahun lalu , ketika kupu-kupu hampir setiap pagi membuat tarian di lembah itu Dan cahaya matahari seperti sedang menciptakan tubuhku dari daun-daunaaaa kacang dilembah itu, aku sangat berharap kamu dating dilembah itu. Tapi kemudian aku sadar, kamu tidak mungkinmenemuiku. Aku juga tidak munglkinmenemuimu. Sudah kodratnya begitu. Kita saling berpapasan , tapi tidak pernah saling mengenali. Kenapa kamu terkunci dalam bahasa seperti itu, seakan-akan kamu percaya ada yang tidak bisa saling menyentuh, ada yang tak bisa saling mengenal didunia ini? Tanyanya. Kita tidak pernah bisa saling bertemu Karena kamu punya kepercayaan seperti itu. Kepercayaan yang sia-sia. Ketika kami menuruni batu-batu berkapur, hujan merembes kedalam batu-batu berkapur itu, lalu mengucur kembali lewat batu-batu kerikil. Aku takjub melihat yang bisa merembes. Aku takjub melihat hujan yang membuat arsitektur dari air. Dia yang telah membuat ruang menari. Dia yang telah member bentuk mati menjadi bentuk yang bergerak. Dia yang menghidupkan dan mengajak bermain kembali dengan memori-memori lama. Dia yang merajut kembali semua peristiwa dan lalu membiarkan kembali semua rajutan itu merembes kedalam tanah sebagai air melewati akar-akar rumput dan senyap. Dia yang memiliki keindahan yang tak tergantikan dan tak siapapun bisa memilikinya.

25 |Antologi Cerpen

Page 26: Antologi Cerpen [ISI]

Aku tahu ia memang tak tersentuh.Aku tidak bisa menetes dan merembes. Aku terpisahkan oleh bahasa dan tubuhku sendiri yang telah menutup duniaku. Hujan menatapku.nMatanya seperti ratusan jarum yang saling merajut. Aku inginmemberi warna pada dirimu “ Kataku.

Sebentar lagi aka nada pelangi yang turun dilembah ini, membuat lingkaran tipis, seperti garis-garis tangan pada telapak bayi . Semua kupu-kupu menganggap pelangi itu adalah ibu mereka.Aku memeluk bahu hujan . Aier menetes di telapak tanganku. TErus menetes. SAuara hujan yang jatuh diatas sebuah batu, menciptakan suara ketukan yang padat dan konstan. Hujan yang deras turun dikepalaku membuat mataku seperti dipenuhi oleh tangisan yang hdatang dari luar . Aku tahu mataku tidak menangis. Tidak ada air mata. Aku yakin memang tidak ada air mata. Mataku meyakinkan diriku berkali-kali, ini bukan hujan, ini tangisan yang dating dari luar. Mataku seperti telah meninggalkan tubuhku dilembaqh itu., karena keyakinannya bahwa ini bukan hujan, melainkan tangisan dari luar. Tubuhku tidak bodoh., dan tidak perlu membuktikan lagi bahwa ini hujan. Hujan lalu menepuk bahuku. Air mengucur deras dikepalaku yang botak..”Hei, tolong, jangan main-main seperti ini. Jangan mempermainkan kepalaku y6ang botak dengan hujanmu. Jangan memain-mainkan jantung dan ginjalku. Kamu tidak bisa merembes kedalam pikiranku walau kepalaku botak.. Aduh jangan kurang ajar, dong. Nanti aku lempar kamu dengan kepalaku,” Aku mengeluarkan Payung dari tas punggungku . Aku juga mengeluarkan jas hujan dan memakainya. Suara hujan membuat bunyi ketukan lain diatas atap payungku. Bunyi ketukannya membuatku yakin tidak aka nada bahaya yang dating dari atas.

Hujan turun semakin deras. Kini aku duduk diatas sebuah batu lengkap dengan paying dan jas hujanku. Daun-daun kacang dilembah it uterus bergetar tertimpa air hujan. Getarannya membuat jejak-jejak yang aneh lewat gelombang-gelombang yang bergerak halus kearah jempol kakiku. Aku merasa seperti bisa keluar dari tubuhku sendiri. Tubuhku tiba-tiba menjadi sibuk,berbenah membereskan banyak hal. Aku mulai tak percaya, aku sedang duduk, mengenakan jas hyjan dan memegang paying. Aku mulai tak yakin dengan mata dan telingaku. Tapi tubuhku ternyata tidak bisa keluar. Ada yang macet didalam, mampet. Tubuhku tidak memiliki pintu untuk keluar. Aku berusahan menjebolnya. Hujan turun semakin deras, merembes lewat pori-pori tubuhku. Tubuhku mulai banjir. Aku merasakan seperti ada tanggul yang akan jebol dalam tubuhku karena banjir yang besar itu. Tubuhku tiba-tiba meledak, seperti rajutan karet yang meledak, Aku membersihkan serpihan-serpihan daging di bantal tidurku. Sebagian serpihan itu menempel dikelambu. Sinar matahari menerobos lewat kaca jendela kamar tidurku. Hujan sudah menungguku diteras depan. Kami berjanji untuk pergi berjalan kesebuah candi ini. Lalu aku keluar dengan payung.

“Kenapa kamu memakai payung ?” tanyanya.

“ Kenapa aku tidak boleh memakai payung? aku balik bertanya.

“Karena aku merasa kamu seperti membawa peti mati diatas kepalamu,”katanya.

“Peti mati apa?” Tanyaku

“Peti mati untukku,”jawabnya

“Peti mati untuk hujan? Tanyaku

“ Hujan didalam peti mati,” tegasnya

“Ini hanya paying, “jawabku “Kamu tidak mungkin bisa terkubur didalam paying”

“Ah, duniamu tetap terkunci dalam bahasa,”kilahnya

“Tidak Bahasa hanya kata-kata, lalu kalimat, lalu titik, atau koma”

“Tidak, kalian telah mengunci dunia kalian didalam bahasa”

“Siapa yang kamu maksud dengan kalian ?”

Hujan lalu merebut payungku , seperti mematahkan kaki kursi yang tumbuh dikepalaku. Lalu hujan bergelayut ditelapak tanganku. Lalu menetes dan membuat kalung dileherkau. Lalu bergelayut didaun-daun bambu dan membuat percikan dilantai terasku. Lalu kami tertidur dalam pelukan yang penuh oleh warna hijau. Lalu daun-daun kacang dilembah itu , yang membuat malam dari suara-suara serangga, saling bercerita tentang sekuntum bunga yang belum pernah tumbuh sebelumnya dilembah itu.

26 |Antologi Cerpen

Page 27: Antologi Cerpen [ISI]

Beruntung

Jam 01.30 Tidak terlalu terik, aku sedang membeli bensin eceran dipinggir jalan. Mataku sembab karemna kantuk, padahal tadi sempat tertidur saat khotib jum’at berkhutbah. Disela kesibukanku tiap hari, hanya hari ini, 2 jam saja dalam seminggu, aku tercium lebih wangi. Bajuku adalah koko terbaik, bercelana panjang saja , aku tidak bisa salah sarung. SAebelum berangkat jumat, seperti kebiasaan sejak dulu, aku mandi denganm seksama, memotong dan membersihkan kuku, mecukur kumis dan dan memakai minyak wangi hadiah dari seorang teman. Aku tidak sedang sedih atau senang. Hari ini mengalir biasa saja…… begitukah? Tidak Tiba-tiba aku merasakan hari ini akan lebih deras daripada sungai. Dia dating dengan semilir angin., Memperlihatkan senyum terbaik . Langkahnya mengalun. Walau dia Nampak kaget melihatku , Tapi hamper tak kentara diwajahnya. . Wajah yang kjukenal belasan tahun> Nasih seperti dulu aku mengenalnya.Mendebarkan. Dialah Ifa Hapsari. Kekasih yang pergi meninggalkan aku karena orang tuanya pindah domisili. Kini dia ada dihadapanku, mengucap kata “hai” yang singkat tapi berdengung ditelingaku tak mau pergi. Celaka. Lalu”apa kabar” Lama tak bertemu” teratur, jelas. :Berkat doamu aku sehat, bagaimana keadaan Ifa ? Sehat? Tanyaku. “Iyahlah……..” Ceria renyah.Ifa melirik mobil keluaran terbaru dibelakangku..” Kehabisan bensih ya ? Pom memang masih jauh, NGomong-ngomong kamu mau kemana sih ? Seperti ada kekuatan gaib aku menunjuk restoran diseberang jalan. Kalau Ifa bersediamakan siang- sama-sama , sa,boil ngobrol. Kebetulan saya baru manak : jam -2.00 Sepanjang waktu makan, tak henti-hentinya Ifa bercerita dengan gayanya yang ceria meski tekesan jaga image. Namanya sekarang punya dua embel-embel. Pertama “Utoma” menunjukan siapa suaminya. Nama itu sering kudengar walau tak begitu jelas. Seorang pemilik perkebunan sawit yang sukses. Bisa ditebak, uang bukan masalah baginya. Terlihat dari istrinya yang kini duduk didepanku, Nampak anggun dengan baju yang dikenakannya. Walau dari dulu iIfa tidak suka perhiasan, tapi dandanan sederhananya tetap menawan. Tidak seperti OKB yang memakai perhiasan berlebihan atau, pakai baju ikut model terbaru pasar kampong. Taanpa melihat pantas tidak. Ifa tidak begitu. Siapapun lelaki yang meminang wanita di depanku ini adalah orang yang amat beruntung. Walau akhirnya wanita ini sering ditinggal pergi, karena pekerkjaan menuntut dedikasi. Cita-citanya menjadio guru tercapai, bahkan melampaui harapan. Dengan gelar sarjana pendidikan Ifa mengelola sebuah play group yang mentereng. Prestasinya dihargai mahal oleh komite sekolah. Segudang cerita keberhaasilan tumpah kearahku. Tanpa terlihat”nyombong” Ifa menuturkan . Pintar…….pintar sekali . 03.00 “ lalu kami gemana? Punya anak bnerapa ? aku sedikit tersentak karena terbuai ceritanya tadi, “disela kuliah, istriku sempat member sepasang momongan. Kini dia melanjutkan magister yang sempat tertunda. Istriku seorangdokter.”Wah, biayanya kan mahal banget” Ifa menyambar “ Yah….. untung aku punya usaha ekspedisi kecil-kecilan. Cukuplah untuk menyambung hidup” Aku merendah. 03.03” baiklah aku pamit, selamat dan sukses ya. Semoga kamu makin jaya” Ifa berpamit.”terima kasih. Fa, “Ifa melenggang pergi setelah berbasabasi tentang siapa yang membayar tagihan makan. Tentu aku malu hati kalau Ifa yang membayar. Aku yang mengajak makan, Aku masih duduk termenung disitu beberapa saat. Kuraih dompetku dan mengeluarkan semua isinya untuk membayar tagihan.Aku tersenyum getir. Betapa pengecutnya aku. Sapai kapanpun aku tak bisa lebih baik dari Ifa Hapsari Utomo S.Pd. Mantan kekasihku itu. Aku pulang dengan lesu. Luntur sudah sifat “pengusahaku” karena aku memang bukan pengusaha. Kuambik motor mertua yang tadi kuisi bensin. Mobil keluaran terbaru yang tadi parker disitu masih ada, dan itupun bukan mobilku. 04.00 Hidupku pahit empedu, lebih pahit lagi omelan mertua yanh keki karena motor lama kupakai tak pulang.-pulang “mengisikan bensin seliter aja perginya berjam-jam, kamu piker saya tidak bisa beli bensin senridi apa? Lebih pahit lagi.”memangnya abang kemana sih/ Oya tadi Pak Adi dating kesini mencari abang. Katanya besok pagi-pagi abang menyapu jalan protocol dulu. Gubernur mau lewat situ, istriku me…..nyela, dan segera berlalu karena cucian dirumah majikannya menunggu. Kedua anakku pontang pamting mengikuti langkah istriku . Lulusan SD itu kalau berjalan melebihi kecepatan siapapun, tersaruk saruk oleh kain yang dibelitkan asal-asalan. Langkahnya tidak melenggang, tidak mengalun, tidak ada indahnya. Tidak indah lagi mertuaku, turunan burung pekicau itu tak henti-hentinya mengomel, pedas, tajam. Hanya karena dia lebih punya dariku., menyebut namakupun enggan. “Hei” begitu selalu kalau menggil sebelum mengomentari urusan rumah tanggaku, semaunya. Aku hanya tertunduk kalah, seorang kuli sapu jalan seperti aku masih beruntung punya mertua. Walau bagaimanapun dia telah ,merelakan anaknya untuk jadi istriku.. Walau penampilan istriku sekarang amat mengenaskan. Gaji kecilku tak mungkin membeli bedak. Mertuaku yang beli, aku yang nikmati. Toh istriku tidak bisa dandan juga sembrono, awut-awutan. Sesuai profesinya, buruh cuci. Berkutat didepan bak cuci. Kalau memakai baju istriku selalu tidak tepat suasana., Berbeda dengan ……Ifa. “ bang…..” darahku habis seperti dihisap keluar saking kagetnya. Dengan jengkel aku menoleh kearah istriku yang tiba-tiba balik lagi, ada apa?? Kataku ketus. Kalau udah gajian saya minta uangnya untuk ganti baju bu Lilik yang bolong kena setrika kemarin. Sekarang tulangku yang rasanya dicabut paksa dari daging yang melekat. Gaji bulan ini habis untuk makan dengan Ifa tadi. Kulihat istriku menanti jaweaban sambil memperbaiki kancing bajunya yang tidak sejajar. Celaka, pikiranku

27 |Antologi Cerpen

Page 28: Antologi Cerpen [ISI]

melayang kesana……… Betapa beruntungnya kamu…… Ifa. Mantan kekasihku. Pukul 02.00 dini hari malam itu. Entah dimana. Seoreang wanita tersentak dari tidurnya, tersernggal-senggal. Seperti mimpi buruk. Wajahnya kusut Nampak letih. Tiap hembus nafasnya seakan usaha berat dank eras untuak membuang beban. Kendati ia menghembuskan nafas panjang dan kuat, tetap saja nafas itu kembali masuk keparu parunya, membawa racun mematikan yang tadi berusaha dia hembuskan keluar. M…atanya yang berkilat lebih banyak bercerita, betapa badai telah menerjangnya bertahun tahun. Walau mata itu tegar, tapi sudah mulai retak menggurat, berdebu karat, berlumut tebal. Gendang telinganya berdengung kencang. Malam itu sepi dingin tapi telinganya masih ramai berkecamuk makian, umpatan , hinaan, perendahan harga diri, tajam berbisa, melesat deras melukai isi kepalanya. Dasar perempuan gak waras otak. Udah pergi nggak bilang-bilang, lamanya minta ampun. Dari mana kamu ??? Berdesing kata itu menyambutnya sore tadi. Lalu makian lain lebih deras lagi, sepuluh, dua puluh atau lebih. Setiap hari…… bertahun-tahun. Mulut yang memakinya itu tak pernah berkumur air suci. Setiap ucapannya mampu membusukkan tulang. Siapa tak kenal mulut”Utomo” atau Tomo preman pasar, pengangguran yang selalu kalah berkelahi dengan orang tapi selalu jadi pemenang ketika melawan istrinya sendiri. Dan dia bangga…… binatang buas itu kini mendengkur disamping wanita itu. 04.00 dini hari. Setitik air mata itu segera dihapus oleh si wanita. Ada sungging kecil dibibirnyaa. Sebentar saja setelah bertahun-tahun menderita. Sore tadi ……saat dia menggenakan pakaian terbaik, pergi ke studio foto, membuat foto untuk KTP. Sebagai syarat mendapatkan surat keterangan tidak mampu dari desanya. Beberapa saat wanita ini bertemu seseorang. Disela sungging kecil itu, bibirnya bergetar halus laksana doa. Alangkah beruntungnya engkau…….wahai mantan kekasihku” lalu terpejam. Tak ingin bangun lagi ……

Disuatu Malam

Sebaiknya besok pagi saja kau pulang Rohman. SEkarang kan sudah malam . Paman takut terjadi apa-apa. Bujuk pamanku malam itu. Aku yang tengah-tangah berkemas-kemas beberapa saat tertegun. Memang berat juga pulang secepat ini. Karena masa libur kuliahku sendiri masih panjang dan aku sendiri sangat kerasan tinggal didesa pamanku itu. Mengingat suasananya yang .Lama aku mematung dipertigaan itu, bus malam yang kutiunggu , belum nongol juga, Melihat arloji….. waktu sudah menunjukan jam sebelas malam. Aku mencoba menebarkan pandanganku keseantero alam dan….. yang tampak hanya kegelapan. Sunyi ,sepi, samar-samar terdengar lolongan anjing. Bersamaan dengan gemericik gerimis yang kulihat sudah merata. Gelapnya malam hanya sesekali saja terang oleh percikan kilat. Sejenak ada perasaan aneh, menyeruak. Karena udara makin dingin aku[pun merapatkan jaketku. Tak lama aku melihat ada lampu bus yang menyorot”Alhamdulilah….” Akhirnya muncul juga. Aku kegirangan,Refleks aku melambaikan tangan lalu bus itu melambat dan berhenti tepat dihadapanku. Pintunya tersibak. Lewat Jakarta nggak pak? Tanyaku pada kondektur. Sikondektur tidak bersuara, ia hanya mengangguk pelan. Tanpa piker panjang segera aku masuk kebusitu. Yang membaewaku langsung melesat membelah kegelapan malam ditengah perbukitan. Ternyata hanya ada segelintir penumpang malam itu, dan hamper semua penumpang kulihaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa terlelap. Kucari tempat duduk yang nyaman, yaknidipojok kiri. Langsung saja kuhenyakkan tubuhku keatas jok. Baru saja bernapas sikondektur sudah menepuk pundakku, menagih ongkos, tapi dia tidak banyak bvicara. Raut wajahnya dingin, secepatnya kurogoh lembaran uang, lalu keberikan kekondektur itu . Aku menghela napas dan memejamkan mata. Hmh….perjalanan ke Jakarta kayaknya memakan waktu lama. Jadi …..sebaiknya aku tiduran dulu deh. Batinku saat itu . Akupunmerem-merem ayam. Tapi tak lama aku segera terbelalak….. karena aku menghirup minyak wangi aroma nelati, tepat disebelahku…… Penasaran, kebelalakkamn mataku dan perlahan menoleh kesamping. Ternyata disampingku sudah duduk seorang gadis cantik. Berkulit putih, berambut sebahu dan berhidung mancung. Sangat serasi dengan gaun merah yang membungkus tibuhnya. Akupun langsung terpana……. Jujur kuakui kecantikan gadit itu melebihi Mila tunanganku. Hanya saja kulihat mata gadis itu sembab. Butiran air mata Nampak menetes membasahi pipinya. Sepertinya dara cantik ini sedang bersedih. Saat aku mencoba menoleh lagi dia terisak isak menangis. Adalah salah satu sifatku yang mudah iba (perasa0 .Maka kuambil sapu tangan yang kusimpan dibalik jaket. Sambil menyunggingkan senyum , perlahan

Kuberfikan benda itu. Terima kasih. Ucapan itu meluncur datar.serak dan berat. Disapunya air mata yang membasahi pipinya, pikirku. Gadis itu sedang dirudung masalah, untuk itu akupun memberanikan diri baertanya lirih”Teteh baik-baik saja : Ia tak seghera menjawab, malah berbalik menatapku. Ketika kami saling pandang entah mengapa ada perasaa aneh bergejolak. Mata gadis itu bagai membersitkan penderitaan yang amat dalam. Tujuan Teteh kemana? Tanyaku sambil mangut sopan “pulang, ke Bandung” Ia membalas getir. Tapi ditengah perjalanan saya terkena musibah, “Musibah? Aku mengerutkan kening. Jadi penasaran juga. Gadis itu tak segera menjawab. Dia malah

28 |Antologi Cerpen

Page 29: Antologi Cerpen [ISI]

tertunduk, dengan roman wajahnya yang sedih lagfi. Aku tak tega. Sepertinya ia tak ingin banyak cerita. Akupun membisu. Bus yang kutumpangi terus melesat membelah jalan curam dan gelap. Disana sini yang tampak hanya perbukutan dan perkebunan. Tampak hujan yang tadi masih gerimis kini berubah deras. Tapi yang bikin heran, selama melewati jalan yang licin dan rawan itu si sopir malah melaju kan mesinnya dengan sekencang-kencangnya. Malah bias dibilang ugal-ugalan . Jadi ngeri juga aku. “Pelan-pelan dong pak…. Jalannya. ! “ Tegeur penumpang didepaanku. Lelaki setengah baya.”Ah ;;; Bapak tahu apa! Tandas si sopir dengan logat seberangnya. “ Yang penting bus ini cepat sampai tujuan!. Suasana hening lagi. Aku menghela nafas. Ingat pada wanita disebelah, akupun mencairkan suasana. “ Oo…… saya lupa. Boleh tahu nama teteh…. ? Tanyaku. Dia menoleh dan sedikit tersenyum> “Larasati…” Sebuah nama yamgindah,.”kataku. Memujinya ternyata tak membuatnya terhibur. Dia tak bereaksi. Pandangannya tetap datar. Aku menghela nafas. Kupandangkan mataku kesekeliling alam yang gelap dan diterjang hujan. Udara makin dingan. Tanpa sengaja pandanganku tertumbuk pada sisopir bus. Saat keperhatikan sopir bus itu sepertinya tengan dilanda kegugupan. Gerakannya tidak terkendaliu.”Astaga….! Remnya blong1 terialk sopir itu tiba-tiba. Membuat aku , Larasati dan semua penumpang terhenyak. “ Remnya blong? Aku mencoba meyakinkan Sisopir tak menjawab. Sebab ia sibuk mengendalikan busnyaa yang tetap meluncur cepat diatas turunan yang curam dan licin. Sisopir Nampak tegang sekali. Tentu saja mendengarnya akupun ikut tegang dan filingku mengatakan aka nada sesuatu yang terjadi. Aku dan Larasati saling pandang. Selanjutnya semua penumpang khususnya kaum perempuan berteriak-teriak hysteris, dan tiba-tiba saja lampu didalam bus padam . Kamipun panic. Sulit kubayangkan lagi suasana malam itu. Yang jelas kulihat didepan kami ada taikungan tajam. Sementara dikiri kanan tampak lembah dan perbukitan yang terjal, lagi-lagi sisopir tak bias mengendalikan bus itu. Kami makin panic, kini semuanya berteriak-teriak histeris, dan………a des!!! Seperti dugaanku bus yanh kutumpangi membentur tanggul. Sermua penumpang terlempar , satu sama lain tubrukan dan meringis kesakitan ada yang mebentur kaca, juga akupun sempat akan terlempar kedepan kalau saja tidak berpegang kuat ketiang. Tapi tak ajal hidung akupun berdarah. Dasyatnya lagi, bus yang kami tumpangi oleng kekanan dan tanpa hambatan meluncur kebawah lembah. Aku dan semua penumpang yang sudah kesakitan dan panic ini tambah panic. Dalam keadaan genting itu tanpa sadar aku dan Larasati berpegang erat. Aku memejamkan mata, memanjatkan doa, merasa nyawaku sudah diambang pintu, lalu……ah…..aaah…….! Dummmmmm!!!! Bus terjerambab, dibarengi jeritan kesakitan menyayat hati. Kusaksikan semua penumpang termasuk Larasati jatuh bergelimpangan. Tercium bau darah menyengat.Kudengar semuanya menggelepar-gelepar. Begitupun aku, rasa nyeri yang tak tertahankan membabat sekujur tubuhku lalu semua yang kulihatpun gelap…….gelap …….!!! Aku tersadar saat seberkas cahaya menembus mataku. Perlahan akumembuka mata. Tiba-tiba aku terkejut. Bangun dan memandang sekeliling. Hah! Kini aku sudah berada di suasana kota dimana banyak hilir mudik kendaraan. Aku sedang dikerumuni. : Dimana aku;;;;;;” Ucapku padfa orang-orang itu. Muncul seorang polisi. “ Anda berada di kota Garut, Nagreg. Subuh tadi anda ditemukan penduduk sedang tergeletak pingsan disini. “Tunggu…..tungggu…..! Selaaku:. Perasaan….. semalam aku terkena kecelakaan hebat, Aku dan bus itu…. Terperosok kedasar lembah!” Mendengar itu , semua orang dan Pak polisi terheran-heran. Saling pandang satu sama lain. Akupun teringat sesuatu dengan memeriksa bagian-bagian tubuhku dan ternyata tak ada satupun luka atau cacat ataupun tetesan darah . Padahal semalam aku merasakan sekujur tubuhku hancur dan pastinya nyawaku takkan bias tertolong lagi. Aneh!. Seribi kali aneh ! Dibilang mimpi atau halusinasi nggak mungkin,Luli…… semalan kan hujan deras.Tapi…. kenapa pakaianku tidak basah kuyup? “sebentar, sela pa polisiseperti mengingat-ingat. “Memang, disini pernah terjadi kecelakaan hebat tapi ityu dulu sepuluh tahun silam waktu kawasan ini belum berupa kota,masih pegunungan. Aku menggelengkan kepala. Tidak tidak , ini mustahil !!!!! Sebulan kemudian…….. Sore itu aku bermaksud mengumpulkan tumpukan Koran dari gudang untuk dibereskan dan dijual ketempat rongsokan. Inipun atas perintah ayahku…..yang sejak dului memang rutin berlangganan Koran. Ketika aku memilah-milah, tanpa sengaja pandanganku tertumbuk pada Koran yang terbit sepuluh tahun silam. Sebuah harian Headlinenya memberitakan kecelakaan besar yang terjadi didaerah Garut. Ada fotonyajuga. Bus yang terperosok kedalam puluhan meter dan mayat-mayatyang bergelimpangan. Tunggu-tunggu, rasanya aku hapal ciri-ciri bus ini. Lho…… bus ini kan, yang sebulan lalu kutumpangi. Hingga aku mengalami kecelakaan….! Sambil berpikir keras, mataku tertuju pada nama, cirri, dan daftar korban yang meninggal beserta bukti-bukti indentitasnya, lalu mendadak aku terkejut saat terpampang nama Larasati…..dan foto gadis itupun sama dengan wajah yang aku temui sebulan lalu di bus maut. Kubaca dan kuperhatikan lagi, lebih seksaama. Akupun terperangah. :Ya Tuhan…… ternyata benar. Kecelakaan itu terjadi sepuluh tahun silam……dan ….dan…… Larasati …. Yang kukenal itu benar-benar salah satu korban yang meninggal (Menurut berita, keluarga korban sangat terpukaul dengan kepergian putrid semata wayangnya padahal tak lama lagi gadis itu akan melangsungkan perkawinan.Kalau saja peristiwa maut itu tak merengutnya). Sementara…..urutan peristiwa itu sama persis dengan yang aku alami! Sungguh aneh! Kenapa peristiwa masa silam bias hadir kembali dimasa kini dan aku terlibat didalamnya? Ini betul-betul diluar nalar ! Seluruh sendiku selanjutnya terasa lemas!. Akupun bergidik.

29 |Antologi Cerpen

Page 30: Antologi Cerpen [ISI]

Liburan di Rumah Kakek

Pada suatu hari ada 4 anak yang bernama Elvis, Jessie, Edward dan Britney. Mereka adalah sepasang saudara yang harmonis. Mereka sangat rukun dan saling menyayangi. Mereka tinggal di sebuah kota yakni London. Mereka berempat tinggal dengan Ayah dan Ibu. Mereka setiap hari bersama terus, karena siayah dan ibu belum mendapatkan pekerjaan. Dan pada suatu ketika Si Ayah dan ibu mulai pertama kali bekerja. Mereka berpikir tidak mungkin anaknya ditinggak sendiriam di rumah. Akhirnya mereka memutuskan untuk menitipokannya kerumah kakeknya. Anak-anakpun menyetujuinya.

Ketika sampai dirumah kakek , mereka berpikir “Tempat apa ini ??. Bagi mereka sangat menyeramkan. Tetapi tidak bagi Britney , malah justru asyik……. Merekapun masuk kedalam mereka disambut hangat oleh kakek mereka. Disana mereka diajak makan dulu oleh kakeknya.

Setelah makan merekapun bermain bola baseball. Ketika Elvis melempar bola, bola tersebut menuju kearaah jendela kaca, dan akhirnya “Pyar….” Suara kaca yang pecah. Merekapun langsung lari untuk bersembunyi, tetapi mereka kebingungan untuk mencari tempat sembunyi. Tetapi akhirnya Britney menemukan sebuah gudang kosong dan tidak ada barang-barang kecuali sebuah almari kuno. Ketika kakek mereka menuju ruangan tersebut, mereka memutuskan untuk bergegas masuk kedalam almari tersebut.Ketika mereka semakin masuk kedalam , mereka melihat sebuah cahaya terang bersinar. Cahaya tersebut adalah cahaya matahari yang bersinar begitu cerah. Dan mereka penasaran apa yang ada didalam almari tertsebut. Merekapun terkaget-kaget melihat dunia yang begitu indah luar biasa. Karena rasa penasaran ada dalam diri mereka, merekapun memutuskan untuk berpetualang menjelanjah alam tersebut.

Ketika asyik sedang menjelanjah , langkah mereka terhenti sejenak. Mereka melihat domba berkepala manusia yang bias berdiri dengan dua kaki saja. Mereka berpikir bahwa domba tersebutadalah makhluk jahat, merekapun bersiasat menyerangnya. Menggunakan senjata apa adanya yakni ranting pohon yang lumayan besar dan bebatuan. Merekapun menyerang domba tersebut. Domba itu kaget melihat mereka yang mau menyerangnya. Dan dengan cepat-cepat domba tersebut berkata” Aku bukan makhluk jahat !” Bagaimana kami bias mempercayaimu ????” kata lvis dengan tegas. Bangsa kami tidak mengenal apa yang namanya kejahatan itu ?, didunia ini hanya tercipta kedamaian abadi yang tidak bias dihancurkan . Merekapun mempercayainya. Kemudian domba tersebut membawa mereka menghadapRaja bangsa mereka. Elvis, Edward, Jessie dan Britney disambut dengan meriah sekali . Merekapun senang, dan setelah mereka bermain sepuasnya di Negeri tersebut, saatnya u7ntuk pulang. Mereka diantar oleh domba tadi kepintu portal yang menghubungkan dengan dunia nyata. Merekapun berpisah. Ketika kejadian itu mereka langsung mengucapkan rasa bahagia terhadap kakeknya. Dan hal itu tidak pernah dilupakan, LIBURAN DIRUMAH KAKEK.

Aku Kembali

Bagiku itu adalah pijakan perdanaku dibumi Nanggroe Darussalam, yang kata banyak orang merupakan salah satu daerah anti maksiat, suci lagi bersih dari dosa.Aku yakin karena itulah kenapa aku ada disini sekarang. Dengan membawa sebuah misi untuk mengobati kesucian surgawi ditempat ini.

Akupun tersenyum . Sepintas kulihat sepasang gadis berkulit sedikit gelap Mereka sedang menanti seseorang yang ingin mereka jumpai. Mereka asyik berbincang , gadis yng menurutku lebih manis dari temannya itupum serius mendengarkan, sambil merapikan penutup kepala yang rusak tersapu angin. Aku tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Yang aku tahu mereka pasti gadis muslim. Seperti yang pernah kulihat direkaman Mr. Jhon Abraham , sang master of mission. Ketika kami “Team of Mission” diperkenalkan dan dibuna untuk terampil dalam melaksanakan misi kristenisasi yang akan disebarkan ke Negara-negara Islam. Dalam pelatihan itulah aku mengenal budaya Islam, symbol dan cara berpakaian mereka yang selalu membuat kami tertawa.

“They are so crazy. Kul;it mereka pasti tidak bagus, selalu ditutupi padahal suasana lumayan panas. “Mark, sobat karibku selalu berkomentar seperti itu setiap kali tayangan. “Moslem’s World “ ditampilkan.

“Makanya gadis mereka itu tidak laku didunia internasional, ketutup kali. “ Zeke sang playboy professional itupun ikut berkomentar.

Dan aku hanya tersenyum , selalu seperti itu. Aku juga tidak mengerti mengapa aku merasa kesejukan tersendiri disaat aku melihat tayangan itu. Seperti saat ini , aku merasa ada sesuatu uyang kembali. Tapi aku tak tahu apa itu.

30 |Antologi Cerpen

Page 31: Antologi Cerpen [ISI]

Padahal tercatat ini adalah langkah pertamaku disini. Mobil Volvo merah marun itupun tiba, Mr Richard menyambuitku hangat.

“Welcome to Aceh, Harry. Aku harap kau betah disini.” Thank’s , sir. Jawabku datar. Bagaimana keadaan Mr. Jhon? “ tanyanya. . He’s fine.”

Kau sangat beruntung Harry , aku yakin kau pasti siswa andalan Mr.Jhon, terbukti dengan hadirmu disini. Sambil tersenyum bangga Mr. Richard menepuk bahuku pelan, dan senyum itu kulihat begitu menyimpah misteri, namun aku tak tahu apa itu. Aku yakin semua akan baik-baik saja.

Lalu “Of Course” Jawabku mantap, akupun tersenyum tulus. Yup itu adalah pernyataan yang sangat benar pikirku. Karena memang aku adalah salah satu siswa teladan di Team itu. Mr. Jhon selalu mengatakan itu “You’re the best, Harry. “Dan aku selalu bangga dibuatnya. Harry Mc Hadden , itulah namaku. Aku tak tahu apakah namaitu adalah nama pemberian orang tuaku atau tidak.Aku tah tahu apakah aku terlahir dari sebuah keluarga lengkap yang dihuni oleh kasih sepasang Mom dan Dad atau aku hanyalah anak yang terlahir dengan kerintihan seorang Mom saja tanpa harapan. Entahlah, yang jelas aku sama sekali tidak memiliki memori untuk itu.Aku tidak ingat langkah kecilku berlari, Aku tidak ingat suara bisikan saying seorang ibu. Yang aku tahu hanyalah , aku pemuda yahudi yang diasuh oleh pastur Mr Jhon Abraham

Namun mata dan rambutku yang hitam pekatkelihatan sedikit berbeda dari teman-temanku membuat aku sedikit risih karena aku merasa begitu asing. Taspi jauh disudut hatiku rasa itu berbeda, keanehan

Ini menjadikan satu tanda Tanya yang sampai saat ini belum kutemukan jawabannya. Ayo kita jalan, Sebelum nya aku akan membawamu keliling terlebih dahulu, sebelum kita berhenti di Hermes Palace Hotel, tempat kau tinggal selama kau berada di Aceh ini. Mr. Richard membuyarkan lamunanku

It’s nice ,sir. Aku juga ingin melihat daerah ini.” Jawabku singkat.

Oce . let’s go……”

Kami lalu berangkat meninggalkan Bandara Iskandar Muda yang begitu banyak peminatnya setelah tiga tahun terakhir ini sejak bencana tsunami melanda daerah suci . Seakan Aceh menjadi obyek wisata yang termasyur. Perbincanganpun terus berlanjut. Banyk hal yanh kutanyakan padaMr. Richard, kerena usiaku yang beranjak 15 tahun tidaklah sangat matang untuk mengembab misi ini.

Terkadang ribuan pertanyaaa menghantuiku, kenapa mereka terlalu cepat member tugas itu padaku., padahal aku merasa belum matang untuk ini. Tapi Mr. Jhon Abraham begitu mempercayaiku. Dia sangat yakin aku mampu melaksanakan titahnya. Memang aku akui, kegesitanku dalam menanggapi satu masalah merupakan kelebihanku diantara teman-teman yang lain. Aku juga tidak tahu, materi-materi mengenai permasalahan umat muslim yang diberikan sangat aku pahami, seperti terhafal dipikiranku. Seperti misalnya, Ketika Mr Jhon menanyakan sseperti apa proses pengajian anak-anak yang berlaku dikalangan umat Islam. Dan aku menjawabnya dengan sangat betul. Applause menggema untukku. Aku sendiri bingung kenapa aku bias menjawanya, kala itu aku tersenyum. Lalu akupun member ide untuk terlebih dahulu mendekati anak-anaknya, karena anak-anak adalah sasaran empuk untuk misi ini. Karena mereka masih terlalu polos dan suci. Forum menerima penuh usulku. Dan karena itulah aku berada disini sekarang. Beberapa menit kemudian, kami melewati sebuah bangunan indah yang sangat megah berdiri. Sebuah mesjid. Aku termangu.

Itu dia mesjid Baiturrahman. A great mosque in Aceh. Mr Richard seolah tahu apa yang sedang aku pikirkan. Aku yakin kau pasti sudah melihatnya bukan?.

Yup, Mr Jhon hamper setiap kali ia memperlihatkannya. Sebagai sasaran utama katanya. Jawabku datar.

Right!. Jawab Mr Richard mantap.

Kesejukan itu kembali menyiramiku. Sejak masa pelatihan aku sudah merasakan hal yang sama, tapi selalu tak jelas bentuknya. Karenaa aku juga bingung apa itu. Tapisetelah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bangunan religi itu, rasa itu mulai samar bentuknya. Hampir teraba tapi tetap saja membuat kepalaku pusing. Akupun menggeleng keras agar pikiran itu segera hilang. Lalu aku melihat kesekeliling untuk segera menghapus penat yang kurasakan, namun rasa itu semakin menggebu. Aku mengenal jalan ini. Aku merasa pernah berjalan berulang kali disini. Penuh canda, penuh tawa dan penuh kedamaian. Tapi lagi-lagi bentuk ini tidak sempurna.

31 |Antologi Cerpen

Page 32: Antologi Cerpen [ISI]

Harry, are you ok?’ Richard mulai mencium gelagatku. Yes, I’m ok, sir.”jawabku menetralkan.

Aku yakin kau p0asti sangat lelah. Baiklah aku akan mengantarmu ke hotel, agar kau bias istirahat dan esok adalah hari perjuanganmu. Aku piker juga seperti itu. Setujuku.

Setibanya di hotel, aku sedikit merasa lega. Sesaat kutemani Richard berbincang dengan gadis receptionist. Aku mengambil kunci yang diberikan oleh gadis itu, tak sengaja aku melihat nama yang tercantum di pakaiannya”Maria”, aku tak yakin itu nama aslinya.Langkah kupercepat, karena kelelahanku mulai bertambah.

Aku disapa lembut oleh seorang gadis pelayan hotel yang tampak jelas garis wajahnya Acehnya, namun ia tidak seperti gadis yang kutemui di bandara tadi.Rambutnya tergerai lepas dengan sedikit warna merah ditengahnya. Aku kembali tersenyum. Dia pasti korban teamku, batinku berbisik. Kemudian aku membuka pintu kamarku dan segera beristirahat.

Esok paginya pukul 08.00 , Mr Richard kembali menjemputku, kali ini dia bersama tiga orang bule lainnya, aku yakin pasti mereka juga dari NGO yang sama dengan Richard. Setelah “say hello” sebentar, kami melanjutkan perjalanan. Dan kami melewati sebuah mesjid yang lebih kecil dari mesjid yang kulihat kemarin. Tanpa sadar aku berkata, stop here Richard!. Ada hal yang harus aku teliti. Alasanku Entah kenapa magnet itu sangat kuat. Mesjid Darul Makmur Lambaro Skep, sekilas kubaca papan yang terdapat didepan masjid itu. Kembaliku termangu. Rasa itu semakin berbentuk, aku terus berjalan dengan memperhatikan secara seksama mesjid itu.Sekilas aku melihat dua orang pemuda yang usianya lebih mapan dariku, berdiri ditangga mesjid memberi senyum tulus padaku. Akupun membalas senyum itu. Lalu pandanganku terpaku pada tangga dimana mereka berdiri, aku terpaku. Sepertinya aku melihat sesosokanak kecil disana yang aku yakin itu adalah aku, berlari berkejaran bersama teman yang lain, namun aku ragu.

“Harry.” Panggilan Richard kesekian kalinya baru kusadari.

“What are you doing here? Kita harus segera pergi kelapangan . Jangan buang waktuy, karena kau dating kemari bukanlah hanya untuk memperhatikan bangunan yang tidak berarti apa-apa buat kita. Tampak gurat kemarahan diwajah pemuda matang itu. Richard adalah salah satu alumni tempatku dididik, sejak tiga tahun yang lalu ia telah berada disini, tepatnya setelah tsunami melanda negeri ini dan itulah gerbang lebar buat para team kami.

Apa yang engkau katakana? Bangunan yang tidak ada artinya? Tapi aku merasa tempat ini sangat berarti dan punya sejarah yang sangat istimewa, jawabku mantap.

Apa bagaimana mungkin terjadi, kau terlahir dan dibesarkan di Amerika , kau berdarah Yahudi, tidak mungkin kau mengenal masjis, terlebih lagi didaerah ini. Entahlah Rich, tapi aku yakin perasaan ini tidak salah. Give me a chance. Mohonku.

Tidak sama sekali, ayo kita berangkat sebelum semuanya terlambat. Kalau tidak……” Richard mulai mamberi ancaman padaku. Namun tiba-tiba……

Hanif? Kamu benar Hanif kan ? Santri ustadz yang paling sholeh dan pintar, sambungnya. Apakah yang kamu maksud itu saya ? Tanyaku ragu. Iya dong , masa orang lain. Nama kamukan Hanif, Muhammad Hanif.

Apa yang kau katakana tuan. Kau pasti salah orang, namanya Harry Mc Hadden. Bukan Hanif atau apapun itu. Harry , ayo kita pergi sekarang. Hanif? Benarkah kau itu saying, Seorang ibu kira-kira berumur lima puluh tahun kembali memanggilku dengan nama itu. Aku semakin yakin. Terlebih ketika aku melihat mata ibu itu, mata yang selama ini hilangn dari lamunanku. Aku kembali terpaku, namun kali ini rasa itu tinggal sekian persen akan sempurnaa. Tapi aku masih terdiam.

Hanif , kau adalah anakku ,ini ibumu……apa kau tidak mengenalku lagi? Aku yakin kalau kau masih hidup adan ternyata Allah mengabulkan doa ibumu ini. Kau kembaali anakku……” Ratapan ibu itu sangat menbyentuh hatiku.

Hanif , benar apa yang beliau katakana, kau memang Hanif, anak yang hilang dibawa pergi oleh mereka para misionaris. Tambah sang laki-laki itu, yang mengaku sebagai guru pengajianku. Dan aku, apa yang mereka perbincangkan, ini menjadi bukti yang kesekian kalinya bahwa aku benar anak negeri ini. Lalu aku menoleh Richard dengan tatapan penuh harap.

Rich, aku merasakan hal yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya, aku bahagia bertemu mereka. Aku rindu tatapan mata ibu itu dan aku yakin kedatanganku kemari bukanlah langkah pertamaku, tapi kedatanganku ini

32 |Antologi Cerpen

Page 33: Antologi Cerpen [ISI]

membuktikan bahwa aku kembali. Aku kembali menoleh kepada ibu itu dan sekejap aku sudah berada dalam pelukan hangatnya, yang sudah lama tak kurasakan. Dan aku semakin yakin pelukan ini yang benar-benaar hilang selama ini. Rasa itu telah sempurna. ACEH AKU TELAH KEMBALI, MENJADI PEMUDAMU YANG SETIA.

Persahabatan

Seorang yang bernama Reza merasa hidupnya sudah lengkap. Reza berkata aku punya ayah yang baik padaku dan ibu selalu saying padaku, bahkan aku berasal dari keluarga yang kaya dan akupun pandai dalam pelajaran apapun. Iapun merasa puas dan bahagia, Reza mempunyai sahabat sejati yang bernama Aris.

Pada hari minggu Aris mengajakku untuk pergibermain pada suatu taman rekreasi, kami bersenang-senang disana, secara tidak sengaja aku melihat ada sepasang kekasih yang bersama-sama sedang menghabiskan waktu berdua tanpa sadar aku memandang sepasang kekasih itu dengan pandangan cemburu, kini aku baru sadar bahwa hidupku belum lengkap . Karena aku belum mempunyai seorang kekasih ,sambil melamun dengan memegangh ice cream di tanganku secara tidak sengaja aku menabrak seseorang yang sedang memegang anjing ditangannya secara tidak langsung aku lari sekuat tenaga, untungnya ada Aris yang membantuiku . Untunglah apa jadinya bila Aris tidak ada , bias-bisa aku jadi makan siangnya. Tak terasa matahari sudah tak terlihat sinarnya lagi. Aku dan Aris pulang kerumah kami masing-,masing.

Sesampainya dirumah kini aku masih membayangkan sepasang kekasih yang berada ditaman rekreasi tadi yang begitu mesra. Waktu terus bertambah tak terasa sudah lewat tengah malam , akupun ingin mempunyai keinginanuntu7k mempunyai seorang kekasih. Aku bertekat walaupun harus berkorban untuk mendapatkannya. Apapun hambatannya akan kucari walau kepelosok untuk mendapatkannya. Malam kian larut akupun tertidur pulas dengan berharap ada seorang perempuan mau untuk menjadi kekasihku.

Malam senin berganti dengan senin lagi. Jampun membangunkanku itu saatnya aku mandi dan berganti pakaian sekolah. Aku pergi kesekolah bersama Aris. Sesampainyaa kami diosekolah bel sekolah telah berbunyi. Itu waktunya untuk upacara hari senin . Pada saat aku ikut melaksanakan upacara hari senin, hingga hamper telah selesai, ada seorang perempuan baris didekatkui, berparas cantik, manawan, berambut panjang, berkulit halus tetapi ada yang aneh dengannya mukanya pucat, matanya sayu, seperti orang yang tidak bertenaga. Tak lama kemudian perempuan itu pingsan dan tidak sengaja aku menangkap tubuhnya yang akan jatuh, dan saat kutangkap tubuhnya sesuati yang aneh terjadi. Kepadaku jantungku berdetak dengan keras, darahku seperti mengalir dengan deras hingga kekepalaku hingga mukaku merah. Aku berkata dalam hati”perasaan apa inoi mengapa aku jadi aneh kayak begini. Apa yang terjadi denganku. Apakah ini rasanya jatuh cinta , tak mungkin aku jatuh cinta padanya. Tapi tak dapat kupungkiri aku memang jatuh cinta padanya.

Walau hanya satu menit kupegang tubuhnya seakan ia telah menjadi milikku. Perempuan itupun dibawa keruang UKS dengan segera. Setelah beberapa lama perempuan itu tersadar dari pingsannya dan saat istirahat sekolah. Perempuan itu menghampiriku dengan rasa malu-malu sambil mengucapkan terima kasih . Tadi sudah menahanku jatuh . Aku berkata sama-sama. Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan denganku. Dia berkata Tasya sambil menjabat tanganku Reza.

Sebagai tanda terima kasih telah menolongku , Aku ingin jalan-jalan dan kamu harus ikut karena kamu sudah menolongku tadi. Bagaimana Reza apa kau mau ikut ? ya..ya..ya… okelah . Nanti pulang sekolah aku tunggu kamu didepan gerbang sekolah . Oke Tasya, sampai ketemu lagi Reza.

Aku kembali kekelas dengan bahagia. Aku duduyk dengan sahabatku Aris sambil membayangkan wajah Tasya yang cantik. Tanpa sadar Aris memandang wajakku, lalu berkata ada apa dengan sahabatku, mukamu seperti orang yang mendapatkan undian yang sangat banyak. Tidak aku hanya sedang senang saja hari ini dengan wajah yang gembira, Aris berkata kepadaku aku senang bila sahabatkupun senang. Jarum jam berputar dengansangat cepat bel pulangpun berbunyi, akupun menunggu diodepan gerbang sekolah. Aku melihat Tasya dengan rambut tergerai, wah benar-benar cantik dilihat dari manapun tetap saja cantik.

Tasya kita mau kemana aku Tasya berkata aku mau kamu yang menentukannya, bolehkan ya sudah aku mau mengajakmu ketempat yang menyenangkan, tapi sebelum kita pergi ketempat itu aku mau mengajak kamu makan biar kamu nanti tidak pingsan. Oke he…..he….he…..he…..kamu mau makan apa Tasya? Tasya menjawab aku lagi mau makan

33 |Antologi Cerpen

Page 34: Antologi Cerpen [ISI]

bakso nih. Ya sudah aku tahu tempat warung bakso didekaat sini.Sesampainya kami didepan warung bakso kami masuk dan duduk. Pelayanpun menghampiri kami dan menawarkan mau makan apa ? Aku bertanya Tas kamu mau makan apa? E…e…e… aku mau makan bakjso telor akja., minumnya es the manis aja Za, Reza berkata kepada pelayan mas bakso telor dua es the manisnya dua.

Selagi kami menunggu pesanan kami, aku mengobrol – obrol dengan Tasya. Tidak lama kemudian pelayan dating dengan membawakan pesanan kami, setelah memakan semangkok bakso dan segelas es the manis , perut kamipun telah terisi, kamipun melanjutkan perjalanan pergi kesebuah taman rekreasi . Disana kami naikpermainan yang sangat mengasyikan. Aku melihat wajah Tasya yang begitu cantik saat ia sedang tertawa sambil menatap wajahnya.

Cinta ditolak Dukun Bertindak

Pasti pernah dengar istilah inikan ?...... ketika itu seorang lelaki mendatangi seorang dukun yang sangat ahli dalam hal percintaan. Ketika disana silaki-laki meminta tolong ke sidukun untuk mendapatkan seorang gadis pujaannya. Pak dukun tiolong saya untuk dapetin seorang gadis. Wah gampang-gampang……asal…….” Oh…. Tenang aja pak….. saya udah siapin kok……. Sang dukun lalu menanyakan nama dari gadis yang disukai sang cowok, si cowok lalu memberi tahu nama gadis itu. Kemudian sang dukun melanjutkan membaca mantranya…… “ Nah beres” kata sang dukun……tapi si cowok terlihat binging melihat sang dukun.

Esok harinya silaki-laki kembali mendatangi si dukun…… “ Pak nggak berhasil” Ah masa sih !” Iya……kata cewek itu dia nggak mau menerima saya , karena larangan dari bapaknya. Wah….wah….kamu bawa nggak foto gadis itu ? Tanya sang dukun……. Bawa pak…..nih….. Sang dukun lalu melihat foto gadis itu, sesaat kemudian loh inikan anak saya !!!!, Jadi kamu yang bernama si Toni itu!!!!!! Benar ternyata larangan saya !!!!!!! Laki-laki yang suka ngedukunin perempuan…..!!!!, teriak sang dukun…… hua….ha…..ha….ha….ha…., jangan sampai ini terjadi pada kalian semua….. hari gini masih main dukun !!!!! mending baca aja tips cinta. Disini!!!!!, dijamin deh, dukun aja nyari tipsnya kesini. (nggak donk canda doank)……

Penampakan Hantu Tiga Waria

Asalnya sudah lama saya tidak menulis tentang cerita lucu. Nah pada kesempatan sekarang ini saya akan menuliskan sebuah cerita lucu yang berjudul Misteri kematian 3 hantu waria. Tapi ini hanya karangan saya lho, harap maklum kalau kurang lucu apalagi garing. Yuk langsung aja baca cerita lucunya.

Hari itu ada tiga sosok hantu yang sedang berkumpul, dari wajah mereka memang terlihat sangat menakutkan, tapi ketika mereka berbicara dengan anggunnya, mungkin tak ada seorang yang akan lari melihat sosok mereka karena mengerikan, tapi lebih tepatnya lari karena geli mereka adalah waria wkekekekek…..

Ketikaberkumpul, mereka membahas apa penyebab mereka meninggal. Mereka dengan serius mendengar cerita satu sama lainnya, ada yang menyesal, sedih dan bingung dengan penyebab kematiannya.

Hantu yang pertama bercerita: Eke sial banget deh Sob, waktu eke mangkal . Eh ada bini konsumen, eke disiram deh pake air panas……

Tapi nggak Cuma itu lho, katanya air panasnya udah dijampe-jampe. Awalnya sih eke nggaak percaya, eh ternyata benar !!! weajah eke!!!!!......semuanya hilang!!!!!.....eke stress donk!!!!!,makanya eke minum racun, tapi eke menyesal…..”

Hantu lainnya bertanya kenapa ia menyesal, apa ia menyesal karena mengakhiri hidupnya dengan cara minum racun?. Lalu dengan polos sang hantu pertama menjawab”ya jelas donk eke nyesel, soalnya yang eke minum racun yang udah kedaluwarsa…..”##@@$$%%##@@( hantu yang mendengar menjadi sangat bingung)

Hantu keduapun bercerita tentang kematiannya: Wah kalau itu sih belum seberapa, ane lebih parah lagi…. Hari itu ane lupa baryar kredit motor, eh situkang tagih yang wajahnya garang dating . Pas ane lagi ada konsumen….. tukang tagih

34 |Antologi Cerpen

Page 35: Antologi Cerpen [ISI]

maksa-maksa minta uang setoran motor, ya ane malu donk ama mas X(nama langganannya)padahal kan itu mas X saying bener ama ane…..

Pas lagi rebut-ributnya, mas X langsung nusuk ane make piso gara-gara kata-kata situykang mitor. Kedua hantu yang mendengar bertanya padanya” Emangapa kata-kata si tukang motor?”

Sang hantu keduapun meneteskan air mata, dan perlahan berkata, situkang tagih yang wajahnya garang tadi ngomong begini, loh mask ok kamu sama sundel satu ini, apa kamu sudah melupakan cinta kita?” Melihaat si tukang motor mas X langsung nusuk perut saya. Ternyata situkang tagih itu lekong juga. Dan dia adalah pacarnya mas X

Lalu kami meninggal gara-gara ditusuk ama mas X? , Tanya kedua hantu yang mendengar, Ya nggak lah, orang ane Cuma ditusuh pakai pisau cukuran . Mana mungkin mati , ditambah lagi ane kan udah sering ditusuk ame mas X (jangan dipikirin).

Lalu kamu mati karena apa? , Tanya kedua hantu lagi. Sang hantu yang berceritapun menjawab”ane mati karena pas ane pergi sambil menangis, ane lupa mengambil kunci motor, alhirnya ane pulang jalan kaki, nah pas dijalan…..tiba-tiba ganjalan dada ane longgar bok!, maklum hanya pakai kaos kaki doank ha…ha….ha…ha. Pas lagi asyik-asyiknya benerin itu ganjalan, eh ada mobil……ane ditabrak deh. “

Ou jadi matinya karena ditabrak mobil ? Tanya kedua hantu. Belum……wakyu itu ane belum mati, jawab sang hantu yang sedang bercerita. Sisupir mobil malah ikut nyariin ganjalan dada ane,eh dia malah menaruh ini buah didada ane, ane malu doank!!!! Masa waria sekelas ane dipasang ini buah!!!!! Apa kata dunia?!!! Kata sang hantu sambil melihatkan dua buah kelapa tua yang dipasang didadanya……..

Mendengar cerita dari hantu kedua, hantu ketigapun bercerita : Wah kalau kalian sih masih mending tahu penyebab meninggalnya, nah kalau kalian bambi nggak tahu siapa yang menyebabkan bambi meninggal. Ceritanya begini, waktu itu bambi lagi ada tamu, eh tiba-tiba ada satp[ol pp razia, mana belum dibayar lagi, tapi bambi langsung lari aja, daripada ketangkap. Eh pas dijalan, saking paniknya bambi menginjak kotoran ayam.

Masa kamu mati karena kotoran ayam? Tanya kedua hantu yan g mnendengar. E…..ee……dengar dulu belum beres, pas bambi menginjak kotoran ayam, bambi terpeleset dan akhirnya bambi masuk kesungai yang kata orang sangat dalam. Tapi bambikan bias berenang, nah bambi nggak mati tuh. Bambi jalan lagi sambil menangis, lagi sedih-sedihnya ehtiba-tiba ada anjing kecil yang mengejar bambi, serem bener tuh anjing, nih foto anjingnya . Bambi masih dendam sama nih anjing..

Tapi bambi berhasil kabur, jelas doank!!! Bambi kan bekas mariner huhuhuhu…..Nah waktu bambi mau sampai kosan, bambi melihat ada tukang Koran. Bambi menyapa dia , eh dia malah melempar bambi pakai kertas korannya. Dia melempar keras banget . Pas didada bambi, tapi bukan sakit yang bambi rasakan, bambi sedih……..kata bambi bercerita sambil sedikit menangis. Lho kok belum mati-mati juga, emang apa penyebabnya kamu mati/ masa kamu nggak tahu?. Tanya kedua hantu yang mendengar dengan kesal. Sabar dulu…..ceritanya belum berres nih. Nah bambi langsung jalan lagi ketempat kosan, tapi bambi bingung karena kosan bambi tiba-tioba banyak orang, bambi bingung. Lalu bambi Tanya keorang-orang kenapa banyak orang-orang didepan kosan, mereka bilang kalau kosan bambi kebakaran . Bambi lalu menginap dirumah terman bambi.

(2hari kemudian bambi masih bercerita kepada hantu lainnya penyemab kematiannya)

Masih belum beres juga cerita kamu bambi?” Tanya kedua hantu yang mendengar. Belum, dengar dulu……waktu bambi lagi kerja pagi, bambi mau kerumah konsumen bambi buat nagih hutang. Eh dianya nggak ada dirumah, katanya sih biasanya kalau malam dicafe depan lampu merah, Nah pas malam bambi dating kesana, tapi bambi kesal , waktu bambi ke tempay dia eh bambi malah mergiki dia sedang bermesra-mesrahan ama pacar bambi, padahal tuh orang udah terlambat bayar tagihan motor 3 bulan, malah mau merenut pacar bambi!!! Siapa bener !!!!!......

35 |Antologi Cerpen

Page 36: Antologi Cerpen [ISI]

Semenjak kejadian itu nbambi akhirnya mencoba sadar dan hidup seperti laki-laki normal lainnya, bambi akhirnya memutuskan untuk menikah, tapi setelah satu tahun minikah, ternyata kebiasaan lama bambi timbul lagi, dan bambi langsung ketempat lama bambi memesan seorang waria cantik. Eh pas lagi enak-enaknya berduaan dengan si waria, istri bambi dating dan langsung ngamuk-ngamuk dan langsaung menyiram tuh waria dengan air panas……bambi malu…….

Nah semenjak kejadiaan itu , bambi mencoba untuk berubah total. Tapi beberapa bulan kemudian, ketika bambi sedang mandi. Tiba-tiba seakan bambi mendengar suara hantu yang berkata seperti ini “bambi……bambi……”….ya bambi menjawab “ apa “ doank. Orang dia manggil-manggil terus. Eh dia malah menjawab begini “bambi….anu kamu kecil benar!!!!......” Beuh bambi langsung kabur. Takut dia ngintip bambi yang lagi mandi, serem bener….padahal tuh suaranya suara laki-laki…..ntar bambi jadi pengen lagi, nggak bener kan………

Bambi langsung lari……tiba-tiba ada yang memegang kaki bambi. Bambi lihat ternyata sesososk hantu serem, kira-kira wajahnya jenggotan, kumisan, badannya kekar, tapi pakai baju poerempuan dan dandanannya menor, dan lebih seremnya, dirambutnmya ada pita rambut bentuk hati y6ang berwarna pink……..ih ihihih’

Bambi lari lagi, tuh hantu masih ngikuti bambi…… dan akhirnya bambi ketempat oaranotmal .Akhirnya tuh hantu nggak ngikuti lagi, awas aja kalau sekarang bambi nemuintuh hantu nggak ngikutin lagi, awas aja kalau sekarang bambi nemuin tuh dua hantu, tak habisin!!!!!!!.....(mendengar paerkataah bambi, kedua hantu yang mendengar seakan salah tingkah).

Beberapa hari kemudian bambi meninggal, nggak tahu apa sebabnya dan nggak tahu siapa yang membunuh bambi………

Tap bambi masih ingat berita mengenai kematia n bambi, beritanya seperti ini……….

Seorang lelaki setengah wanita meninggal dengan mengenaskan sambil memegang sebuah cermin kecil ditangannya……

“Wah berarti kamu meninggal karena cermin donk” Tanya kedua hantu. Hmmm o ya bambi ingat, ketika lihat cermin, bambi ngelihat penampakan di cermin, dan akhirnya jantung bambi kambuh…….hahaha…..akhirnya bambi tahu kenapa bambi meninggal”.

Emang penampakannya seperti apa ?”, Tanya kedua hantu bingung. “Penampakannya tiga orang , gambarnya kira-kira seperti ini “, kata bambi…….

YANG PERTAMA:

Melihat foto ini hantu pertama berkata”Wah itu kan saya , maaf ya…..saya kesal karena istri kamu udah buat saya stress”, kata hantu pertama. Hmmm nggak papa deh, salah saya juga”,jawab bambi sambil tersenyum.

PENAMPAKAN YANG KEDUA;

36 |Antologi Cerpen

Page 37: Antologi Cerpen [ISI]

Melihat foto ini hantu kedua berkata”Wah ini kan saya, maaf ya….. habis kamu udah ngerebut mas X sih……padahal saya cinta mati dengannya”, kata hantu kedua.”Hahahaha….nggak papa deh, kamu saya maafkan. Tapi kayaknya bukan penampakan kalian berdua yang buat saya meninggal, tapi penampakan yang ketiga nih yang buat saya kena serangan jantung.

PENAMPAKKAN YANG KETIGA:

Melihat foto ketiga ini, kedia hantu yang mendengar langsung berkata dengan keras”Bah itukan foto kamu!!!!! Gimana sih!!!!”, teriak kedua hantu yang mendengar……”Ha!!!!?.....”Tanya bambi bingung!!!......

Kembalinya Dia

Terdiam aku membisu melihat dan memandang wajahnya. Padahal aku kangen berat sama dia, tapi sepertinya dia tidak memperdulikan aku. Jadi aku juga gengsi untuk menunjukkan kekangenanku.“Hei, Rin” sapanya basa-basi. Tapi matanya dan pikirannya sambil mengutak-atik handphone.“ Iya” hanya itu yang mampu aku ucapkan setelah empat tahun menunggunya. Dia melirikku sekilas, lalu tersenyum simpul. “Kamu gemukan ya” gdubrakkkk, dasar cowok aneh pikirku. Dia gak tau apa, aku ini stres memikirkan dia, sudah 4 tahun aku menantinya.

Sebenernya aku juga enggan untuk setia kalau ingin menunggu selama ini. Tapi kami sudah berjanji dengan sepenuh hati. Menyakitkan selama 4 tahun itu, Cuma setahun pertama dia masih komunikatif, selebihnya dia bagaikan jin yang menghilang-hilang.“Gimana kuliahmu, Dan?” duhhh tolol bangettt sih nanya yg gak guna, padahal sudah tahu kalau dia kembali itu berarti kuliahnya sudah selesai, dan dia mau menepati janjinya.

Setelah kami sama-sama menyelesaikan studi, kami akan mengikatkan hubungan ini lebih serius.“Hmmm…” dia berpikir. Tapi tak bicara lagi. Hatiku rasanya capek banget, memandangnya saja, padahal aku ingin tertawa bahagia minimal kayak di film-film, dia memanggil namaku, trus berlari-lari untuk memelukku, but now???? “Rin, aku senang kamu kelihatannya makin sukses” jiahhhh basa-basi lagi. “Dani” belum selesai aku memanggil, datang cewek yang berbadan ramping dan penampilan yg modis sekali, make up serta pakaian yg kayaknya BERMEREK. Aduh kenapa aku mikir seperti itu. “Hon, ayo kita keliling dulu, aq mau ketemu saudara-saudaramu.” Hah? Aku melotot dan lemas. Dani menatapku sambil nyengir. ”Rin, aku duluan ya, aku kesini mau mengantar undangan” Kunang-kunang, bintang-bintang, serta awan, lalu semua jadi GELAP.Rini tak bisa bilang apa-apa dia hanya bisa duduk dengan tangisan air mata. Dia sangat sedih karena orang yang dia cintai kini bersama orang lain.

Sehelai Surat Dari Kekasihku

“Aku ingin putus”. Kalimat tersebut meluncur begitu saja dari bibir mungilnya. Kupandangi wajahnya dengan penuh tanya, tak dapat kusembunyikan kerut di dahiku. Aku kaget! Rasanya, hubungan kami baik-baik saja, setidaknya kami tidak bertengkar dalam satu bulan terakhir. Hmm sebentar, sepertinya, sudah lama sekali kami tidak ribut. Tidak ada yang salah kan?

“Kenapa?” tanyaku kebingungan. Dia masih menunduk dan sepertinya tidak berniat mengangkat kepalanya atau menjawab pertanyaanku. Kami membisu. Lama…

“Kamu nggak mencintaiku”. Akhirnya, gadisku membuka suara. Namun, suaranya yang lembut itu malah menuturkan kepedihan yang mendalam. Siapa bilang aku tidak mencintainya?

Bidadariku, impianku… Dia persis seperti apa yang kuimpikan selama ini, satu-satunya gadis yang bisa memenuhi segala inginku. Dia cantik, lembut, pintar, dan sangat menghormatiku. Laki-laki mana yang tidak mencintai wanita demikian?

“Aku mencintaimu, sayangku. Ada apa denganmu? Aku bingung”. Sungguh aku bingung, dari mana dia mendapatkan ide gila seperti ini. Aku sungguh-sungguh mencintainya. Ya Tuhan, apa yang terjadi?

37 |Antologi Cerpen

Page 38: Antologi Cerpen [ISI]

“Sebaiknya kamu pulang dulu”. Kembali dia bersuara. Menyuruhku pulang. Aneh, biasanya, dia tidak pernah memintaku pulang sebelum aku sendiri ingin pulang. Kupandangi pucuk kepalanya, masih juga menumpukan pandangannya pada rerumputan di halaman pondokannya. Tempat biasanya kami menghabiskan waktu bersama sambil memainkan gitar bututku dan menyanyikan lagu cinta baginya. Dia akan mendengarkan dengan seksama, tak berkedip, hanya diam seakan terbawa suasana roman tersebut.

Kukecup puncak kepalanya, sama seperti biasanya ketika aku ingin pulang. Kekasihku masih tak bereaksi. Kulangkahkan kakiku ke luar pekarangan. Kepalaku penuh dengan dugaan. Biasanya, dia tidak pernah membantahku, dia menghormatiku, mendengarkan kata-kataku dengan penuh perhatian. Aneh sekali…

“Ga, ada surat di meja, dari Intan”. Benny teman pondokanku menunjuk ke meja. Di sana tergeletak sebuah amplop putih, tertera namaku dengan jelas. ADIRANGGA PERMANA. Tulisan tangan yang sagat kukenal, kekasihku, DEWI INTAN PRASETYA. Lekas kurenggut surat tersebut dari meja, kubawa ke kamar.

Dear Angga,Telah kulewati saat-saat manis bersamamu, aku sungguh-sungguh mencintaimu. Terima kasih telah memenuhi impianku memiliki seorang pangeran yang melindungiku, memegang tanganku di saat kujatuh dan menyanyikan lagu-lagu cinta yang indah.

Kusadari beberapa saat kemudian, aku begitu mencintaimu; hanya, aku tdak cukup yakin kau mencintaiku sebesar aku mencintaimu. Aku hanyalah bayangan bagimu, yang bisa kau atur sedemikian rupa sesuai dengan keinginanmu.

Awalnya kupikir, dirimu adalah sang pangeran yang melindungiku. Tapi, akhirnya, yang kurasakan hanyalah kungkunganmu yang yang terlalu mengikat. Aku tidak boleh bicara pada si A karena dia bisa melukaiku, si B tidak bisa menjaga rahasia, atau si C terlalu egois. Aku tidak pernah pergi ke mana pun selain bersamamu.

Awalnya, kupikir dirimu ada untuk memegang tanganku ketika kujatuh. Namun, pada akhirnya, pergelangan tanganku terasa sakit karena kau bukan hanya memegang, tapi juga mencekal tanganku dengan sangat keras.

Kau tidak suka kepada gadis yang lemah. Menangis adalah simbol kelemahan menurutmu. Aku tidak boleh menangis, bahkan ketika aku merasa sangat sakit.

Kau nyanyikan lagu-lagu cinta yang indah hanya karena kau ingin ada yang mendengarkan nyanyianmu. Kau tidak pernah menanyakan apakah aku menyukai lagu yang sedang kau lantunkan. Atau apakah aku sedang ingin mendengarmu bernyanyi? Atau, apakah aku sedang ingin kita pergi ke suatu tempat berdua? Semua keputusan ada di tanganmu.

Ah, semuanya terasa begitu indah, namun aku tidak tahan. Sungguh Angga, aku tergila-gila kepadamu. Tapi, rupanya, cinta saja tidak cukup. Tidak cukup jika orang yang kita cintai perlahan-lahan membuat kita kehilangan diri kita yang sebenarnya. Aku menjadi kekasihmu yang penurut tanpa keinginan sendiri.

Maafkan aku… Aku ingin menentukan jalanku sendiri. Maaf, sekali lagi maaf…

Termangu kupandangi helaian surat terakhir kekasihku. Rupanya demikian baginya.

Terbangun, kusadari jemariku masih menggenggam kuat surat Intan. Lusuh dan tak berbentuk surat lagi. Kupandangi surat itu sekali lagi. Masih kuterdiam, tak ada kata yang muncul dalam benakku. Otakku serasa lumpuh total, kaku.

Beranjak aku menuju kamar mandi. Kuguyurkan banyak-banyak air ke kepalaku, siapa tahu dapat menjernihkan pikiranku, melepaskanku dari kelumpuhan otak dan membuatku melihat masalah ini lebih jelas.

Bayangan Intan menari-nari dalam pikiranku. Tawanya saat kali pertama kami bertemu membuatku jatuh cinta, secantik bidadari. Dalam hati aku berjanji tidak akan membuatnya menangis, dia akan selalu tertawa bersamaku.

Akhirnya, kami berbicara tentang banyak keputusan demi kebaikannya. Ah, sebenarnya bukan kami yang bicara. Tapi aku. Intan mendengarkan saja. Kupikir, dia pendiam dan jarang bicara, dia banyak tersenyum. Yah, tak pernah kudapati lagi tawa selepas pertermuan pertama kami dulu. Salahkukah atas semua yang berubah pada Intanku, bidadariku?

Dear Intan kekasihku,Bukan karena aku tidak cukup mencintaimu… Sebaliknya, aku sangat mencintaimu, tergila-gila kepadamu sampai tak kusadari bahwa segala usahaku telah melukaimu sedemikian perihnya.

Cinta tidak pernah salah, Tan. Hanya egoisme manusia saja yang menodai cinta, seperti aku sekarang. Egoismeku membuatku mencintaimu dengan cara yang salah.

38 |Antologi Cerpen

Page 39: Antologi Cerpen [ISI]

Kusadari segalanya sekarang, Sayang… Maafkan aku. Beribu maaf karena telah melukaimu… Terima kasih telah menyadarkanku dari tidur panjang, tidur beralas dan berbantalkan tangis dan kepedihanmu.

Dalam hidupku, kau tetaplah bidadariku… Dirimulah satu-satunya bidadari yang berkenan menjejakkan kaki dalam hidupku dan membuat hidupku tidak akan pernah sama lagi.

Kuiringi langkahmu dengan doa, bukan berarti aku tidak mencintaimu lagi. Masih… aku masih mencintaimu, tapi kuhormati keputusanmu. Langkah kecilku untuk mewujudkan kebahagiaanmu, melihat tawa lepasmu lagi, walaupun dari kejauhan.

Kulipat surat balasanku kepada Intan, mantan kekasihku. Seperti itulah status yang kusetujui atas permintaannya demi kebahagiaannya, demi tawa lepasnya lagi. Lega rasanya melepaskan kegalauanku atas kesalahan yang sudah kulakukan pada hidup gadis yang paling kucintai.

Kupelajari banyak hal dari helaian suratnya kemarin, sekarang kutempelkan di dinding kamar agar selalu ingat bahwa mencintai berarti membebaskan. Memercayainya untuk bertanggung jawab atas keputusan yang dibuatnya sendiri. Karena mencintai, tidak memberiku hak penuh untuk mengatur hidupnya.

Kepergian CintaAditya an Ardian… dua nama itulah yang selama 3 bulan terakhir mengisi hari-hariku.

Ardian…Dia datang pada saat dimana aku sedang merasa sangat kehilangan, hari-hariku sedang membosankan dan menyedihkan. Aku baru saja putus cinta. Awal aku mengenalnya karena tidak sengaja mengirim sms. Setelah itu kami sering bertukar cerita, bertelpon ria. Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus mencintainya, padahal kita tak pernah bertemu.

Aneh bukan? Tapi itulah cinta, bila cinta tidak gila itu tidak dikatakan cinta…Cinta itu harus gila.

Entahlah, apakah dia merasa hal yang sama dengan apa yang kurasa? Aku tak tahu. Hubunganku dengan ardian tak pasti, bertemankah atau berpacarankah…Berteman…mungkin dia akan jadi seorang teman yang baik, yang selalu mau mendengar keluh kesahku setiap hariBerpacaran…mungkin dia akan jadi seorang pacar yang setia,Berteman atau berpacaran aku tak peduli. Aku merasa nyaman… mendengar suaranya dan mendengar tawanya, dia selalu menjalani kehidupannya dengan santai, seolah dia tidak pernah merencanakan hidupnya esok akan bagaimana, dia biarkan hidupnya mengalir. Tapi itulah yang ku suka, tapi hal itu pula yang pada akhirnya membuat aku benci.

Ardian datang lebih awal daripada adit, mungkin jika adit datang lebih awal, aku akan jatuh cinta padanya.

Aditya…Aku mengenalnya karena perjodohan orang tua. Saat itu aku sedang menikmati kedekatanku dengan ardian.Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu datang di hati adit, aku tak mengerti mengapa adit sangat ingin menikah denganku, padahal perkenalan ini amat singkat. Entahlah, apakah aku merasa hal yang sama dengan adit? Aku tak tahu. Tapi yang pasti aku kagum akan kegigihan dan perhatian dia.

Hubunganku dengan adit juga tak pasti, yang pasti aku pernah menyakitinya karena aku menolaknya

Tapi hingga saat ini seolah dia tak menyerah untuk mengejarku..Atau mungkin karena target hidup dia yang sudah tersusun rapi dari tahun ketahun. Dia manargetkan menikah pada tahun ini, pada usia dia yang ke 27. itulah adit, dia selalu menyusun rencana hidupnya jauh kedepan. Bahkan 10 tahun, 20 tahun kedepan sudah disusunnya secara terperinci. Tapi itulah yang membuat aku menolaknya, aku belum lama mengenalnya, aku pernah bertanya padanya, apakah saat dia menulis target hidupnya untuk menikah tahun ini, dia membayangkan wanita yang akan di nikahi itu siapa? Aku yakin, wanita yang dia bayangkan bukan aku, tapi orang lain, entah aku tak pernah mau tahu siapa wanita itu. Aku tak pernah ada dalam rencana hidup dia, karena perkenalan kita masih sangat singkat, tapi mengapa harus aku yang harus terjebak dalam target hidupnya? Sungguh adit dan ardian adalah dua pribadi yang bertolak belakang, walaupun inisial nama mereka sama

Aku adalah seorang wanita, yang selama 3 bulan ini dilema dengan perasaanku sendiri. Secara jelas aku menjelaskan perasaanku terhadap 2 laki-laki itu pada perkenalan mereka. Aku seorang yang sangat simple dalam hal mencintai

39 |Antologi Cerpen

Page 40: Antologi Cerpen [ISI]

seseorang, aku selalu jatuh cinta karena hal-hal yang sederhana, tapi seringkali jatuh cinta tanpa sebuah alasan. Kadang perasaan itu datang tanpa aku tahu dan mengapa harus pada orang tersebut.

Aku sudah bosan menjalani kegagalan perjalanan cintaku, beberapa bulan sebelum aku mengenal ardian dan adit, aku memutuskan untuk menyerahkan kepada orangtuaku utuk memilih seseorang untukku, oleh karena itu mereka mengenalkanku pada adit, anak seorang teman bapak. Karena sudah terlanjur berjanji akan mencoba untuk menerima siapapun yang mereka pilih aku menyetujui untuk bertemu dan mencoba untuk mengenalnya.

Selama beberapa bulan aku mengenal mereka, aku semakin yakin akan perasaanku. Tapi saat aku menolak lamaran adit, keadaan sudah terbalik, ardian tidak lagi menginginkan aku menjadi bagian hidupnya. Aku tak tahu apakah alasan yang dia berikan adalah benar atau tidak, aku tak tahu. Saat aku menolak adit, banyak yang terluka, mama, bapak, adit, mbak tanti bahkan mungkin yang paling terluka adalah aku. Aku hanya memikirkan dan mengikuti perasaanku tanpa mau peduli perasaan orang lain, tapi apa yang aku dapat??? sekuat apapun aku meyakini perasaanku terhadapnya, toh sekarang dia mengabaikannya. Mungkin ini karma untukku…

Aku ingin sekali melupakan 2 nama itu dalam hidupku. Karena mereka membuat aku pusing. Aku merasakan apa yang adit rasa, aku merasakan bagaimana rasanya diabaikan, mengharapkan sesuatu yang tak pasti, tapi aku juga tak ingin mengabaikan perasaanku, karena hubunganku dengan ardian tak seperti yang aku harapkan.

Dengan jelas dia mengatakan tidak mencintaiku, dia mungkin hanya mengganggap aku sekedar teman, seorang teman yang kesepian. Kisah ini bagaikan kisah cinta segitiga yang tak berujung. Jika aku tetap mementingkan perasaanku, ada seseorang yang terluka. Dan jika aku menerima cinta adit, aku sendiri yang akan terluka. Sampai akhirnya aku harus memutus untuk melupakan keduanya, agar tak ada yang merasa menang, agar semua merasakan perih yang sama. Tapi mungkin perih itu hanya untukku dan adit, karena kami sama-sama melibatkan perasaan yang dalam…

Entah apa yang aku harus ku ucapkan dipenghujung kisah ini, maaf atau terimakasih, yang pasti aku mendapatkan satu pelajaran yang sangat berharga dari kisah ini, aku akan mengucapakan 2 kata itu sebagai kata terakhirku. Maaf untuk semua yang secara sengaja atau tidak sengaja terluka karena masalah ini, untuk mama n bapak, maaf jika masalah ini membuat suasana kita sedikit berkurang keharmonisannya, maaf untuk adit yang sangat jelas terluka, maaf untuk ardian karena aku memaksakan sesuatu yang sudah pasti ku tahu itu tak mungkin. Terimakasih untuk semua yang telah ikut mengukir sebuah kisah ini untukku.

Saat ini aku sedang mencoba untuk mengistirahatkan hati dan pikiranku, aku harus berusaha agar aku tak berkubang lagi pada kisah yang sama dan orang yang sama… walau sulit, aku harus bisa merelakan dan melupakan semua…

Pergilah Cinta

Waktu terasa begitu cepat jalannya. Sebentar lagi dia akan berusia 35 tahun. Dan teman-teman lainya sudah asik menimang-nimang anak. Di dalam hati ada kesepian yang sangat. sebenarnya akupun membutuhkan perhatian dan cinta. Namun aku takut memulai. Tak banyak wanita yang ku kenal di sekeliling hidupku. mungkin aku telah patah arang.

Benar kata orang, bila wanita putus cinta, mereka akan bertambah cantik dan bertambah gaya. Bila pria putus cinta makin kusam, hidup ngak teratur dan tampang makin jelek. Itulah yang terjadi pada ku. dalam Masa 3 tahun bersama Wina hilang begitu saja, saat Wina mengabarkan dia menerima tunangan dari mamanya. Baginya itu adalah alasan yang dibuat-buat.

"Wahai jiwa yang berada di dalam rasa dan diriku, apakah aku terlalu banyak berdialog dengan diriku sehingga aku kurang mampu berkomunikasi dengan lingkunganku ? Apakah aku adalah orang yang selalu berpikir picik dalam kehidupan ini? Apakah aku terlalu egois terhadap diriku sendiri?" pertanyaan batin ini menyeruak dan bermain dalam lamunan hati aku pun bertambah hancur.

Ini adalah cinta ke 2 yang kandas. Satu tahun aku menjadi kacau sampai-sampai aku pernah hampir di PHK dari pekerjaan. Sebab jarang masuk kerja dan kalaupun masuk ngak ada kerjaan yang beres pada waktunya. Untunglah atasanku sangat baik padaku dan sering memberi semangat hidup. Kebiasaan minum di bar sudah setahun ini dia hentikan. Dan dia tidak pernah bikin malu lagi dengan teller di bar atau di jalanan.

Sering Gelap dalam pikiranku tak seperti terangnya sinar matahari. Kulihat cahayanya menyilaukan mata, panasnya membuat dahi mengeluarkan keringat. Aku hanya bisa mengusap keringat itu dengan lenganku sebagai tanda

40 |Antologi Cerpen

Page 41: Antologi Cerpen [ISI]

bahwa aku kelelahan. Mana sempat aku bawa sapu tangan dari rumah dengan kondisiku saat itu. "Ya Allah, sepertinya aku tak sanggup lagi menahan semua ini," begitulah gelora dalam batinku.

Pukul tujuh sore telah tiba, aku pun buru-buru pulang untuk menepati janjiku harus bertemu dengan wina di sebuah resto favoritku. Dan Kamipun duduk berdua di sebuah meja makan. Untuk makan malam.

Cahaya lampu neon berubah wujud wina menjadi bidadari cantik, menggetarkan hati ku. Begitulah kiranya hasil proyektor otak ku. Kulitnya yang putih tak mungkin terbakar oleh sinar itu, , saat-saat seperti ini hatiku membutuhkanmu untuk memadamkan asmara yang kian memuncak ketika aku merindukanmu setelah 3 tahun berlalu. Isi hatiku pun tak mampu keluar dari mulutka. Ah, yang bisa dilakukannya hanya diam, bicara hanya mampu melalui mimpi atau saat Ia lagi sendiri.

Wina ternyata telah berubah, makin gemuk dan wajahnya tak secantik dulu. Ada raut penderitaan di bola matanya. Setelah selesai makan merekapun bicara ke inti persoalan. Tak terasa ada air mata di wajah Wina. aku pun mendadak terharu. Cerita yang dia lontarkan cukup mengagetkan ku. Aku berpikir Wina pasti bahagia hidupnya. Ternyata tak seperti perkiraanku. Suaminya ternyata seorang don juan. Punya banyak simpanan wanita. Jarang pulang dan kalau pulang pun hanya pertengkaran yang ada. Sejak anak pertamanya lahir suaminya berubah. Kasar dan suka memukul. ku hanya terdiam dan tak sanggup berkata. aku adalah orang lain sekarang bagi Wina. Dan semuanya tak akan bisa kembali seperti dulu. aku sadar, tak baik bagiku menjadi orang ketiga di keluarga wina. Itu akan menambah persoalan baru. Lamunanku kembali buyar.wina menyadarkan aku, mungkin karena hatiku menghibur diriku yang selalu kesepian ini, membuatku dapat tersenyum cerah tanpa beban dihadapan wina.

"Gus..maafkan Wina ya. Wina telah menghancurkan hati kamu, dalam hati kecil Wina, Wina masih mencintai kamu. Dan tak akan hilang sampai kapan pun, terimakasih kamu telah mau menemani malam ini." Wina pun mencium pipiku sebelum berlalu naik taxi pulang.

Tanpa terasa hari sudah kian malam, dan selama dalam perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya bersyukur. Waktu yang sempit sekali pun harus kusyukur. Rembulan malam tepat berada di tengah-tengah ketika nada-nada itu tiba-tiba lenyap digantikan keheningan yang luar biasa. Keheningan yang membawaku menyadari ternyata aku benar-benar sendiri, dan aku yang telah terbiasa sendiri ini menjadi ketakutan, bukan takut karena aku seorang diri disini, tapi takut dengan kesendirianku yang selalu menyendiri, seperti sekarang ini. Aku tetap terdiam merenungi kesendirianku, kenapa aku selalu ingin sendiri ? dan berulang kali aku mencoba untuk bisa hidup dengan orang lain ternyata tetap tidak nyaman tidak seperti ketika aku sendiri. Mungkin aku selalu merindukan kesendirianku.

Aku termenung…aku tak tahu mesti berkata apa. aku pada posisi yang salah. Bagaimanapun rasa suka masih ada. Tapi cinta nya telah hilang buat Wina.Saat aku pulang samar-samar di radio di mobilku terdengar lagu dari "Selamat jalan kekasih... Manis yang berujung perih...Kisah ini terlalu indah tuk jalani ini semua". Tanpa sadar air mataku menetes di pipi. "Tuhan…kuatkan iman hamba" aku berdoa. Dan aku sadari aku pun tidak bisa memiliki wina ku lagi.. pergilah biarkan ku nikmati indah dirimu hanya dalam bayang-bayang sepi.

Aku terus berdoa kepada Allah. "Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah, maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang Maha Pengasih. Biarkan aku ikhlas dalam melepas Wina. Takdirmu adalah nyata segalanya bagiku. Pergilah cinta dengan rasa yang selalu kujaga. Raihlah hidupmu. Bukankah cinta tidak harus selalu memiliki?" Hanya pikiran itu yang ada di benakku kini.

Aku Sangat Mendambakan Cintamu

Pada suatu hari yang gelap di musim gugur 1942, udara dingin, sangat dingin. Hari itu tak ada bedanya dengan hari-hari lain di kamp konsentrasi Nazi. Aku berdiri menggigil dalam pakaian compang-camping yang tipis, masih tak percaya bahwa mimpi buruk ini benar-benar terjadi.

Aku hanya seorang anak laki-laki. Seharusnya aku bermain-main bersama kawan-kawanku; seharusnya aku pergi ke sekolah; seharusnya aku bersemangat menyongsong masa depanku, ketika aku akan menjadi dewasa, menikah, dan membangun keluargaku sendiri. Tetapi, semua impian itu hanya pantas untuk mereka yang masih hidup, dan aku bukan lagi salah satu dari mereka. Aku nyaris mati, mencoba bertahan hidup dari hari ke hari, dari jam ke jam, sejak aku diseret

41 |Antologi Cerpen

Page 42: Antologi Cerpen [ISI]

dari rumahku dan dibawa ke sini bersama puluhan rIbu orang Yahudi lainnya. Apakah besok aku masih hidup? Apakah malam ini aku akan dibawa ke kamar gas?

Aku berjalan mondar-mandir di dekat pagar kawat berduri, mencoba menghangatkan tubuhku yang kedinginan. Aku lapar, tetapi sudah sejak lama aku kelaparan, lebih lama dari yang ingin kuingat-ingat. Aku selalu kelaparan. Makanan yang layak sepertinya hanya ada dalam mimpi. Setiap hari semakin banyak di antara kami menghilang begitu saja, masa lalu yang bahagia tampak semakin samar. Aku kian tenggelam dalam keputusasaan.

Tiba-tiba, aku melihat seorang anak perempuan berjalan di balik pagar kawat berduri. Anak itu berhenti dan memandangku dengan mata sedih, mata yang seakan berkata bahwa dia mengerti, bahwa dia juga tidak bisa menemukan jawab mengapa aku ada di sini. Aku ingin membuang pandang, aku malu dan canggung karena anak perempuan asing itu melihatku dalam keadaan seperti ini. Tetapi, aku tak kuasa mengalihkan mataku dari matanya.

Kemudian dia merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebutir apel merah. Apel yang cantik, merah kemilau. Sudah berapa lamakah sejak terakhir kalinya aku melihat apel seranum itu?! Dengan waspada dia menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu sambil tersenyum penuh kemenangan cepat-cepat melemparkan apel itu melewati atas pagar. Aku lari memungutnya, memeganginya dengan jari-jariku yang gemetar dan membeku. Dalam duniaku yang penuh kematian, apel itu menjadi lambang kehidupan, lambang cinta. Aku mengangkat wajahku dan melihatnya menghilang di kejauhan. Esok harinya, aku tak dapat menahan diri—pada waktu yang sama aku berdiri di tempat yang sama, di dekat pagar. Apakah aku gila mengharapkan dia datang lagi? Tentu saja. Tetapi, di dalam hati aku bergantung pada seiris harapan tipis. Dia telah memberiku harapan, aku harus bergantung erat pada harapan itu.

Sekali lagi, dia datang. Sekali lagi, dia membawakan sebutir apel untukku, melemparkannya lewat atas pagar sambil tersenyum manis seperti kemarin. Kali ini apel itu kutangkap, lalu kupegang tinggi-tinggi agar dia melihatnya. Matanya berbinar. Apakah dia mengasihaniku? Mungkin. Aku tidak peduli. Aku cukup senang bisa memandangnya. Dan untuk pertama kalinya sejak sekian lama, aku merasa hatiku bergetar karena luapan perasaanku.

Tujuh bulan lamanya kami bertemu seperti itu. Kadangkadang kami bertukar kata. Kadang-kadang, hanya sebutir apel. Tetapi, bukan hanya perutku yang diberinya makanan. Dia bagaikan malaikat dari surga. Dia memberi makanan untuk jiwaku. Dan entah bagaimana, aku tahu aku juga memberinya makanan.

Suatu hari, aku mendengar kabar mengerikan: kami akan dipindahkan ke kamp lain. Itu bisa berarti kiamat bagiku. Yang jelas, itu merupakan akhir pertemuanku dengan kawanku itu. Esok harinya ketika aku menyapanya, dengan hati hancur kukatakan apa yang nyaris tak kuasa kusampaikan,

"Besok jangan bawakan aku apel," kataku kepadanya."Aku akan dipindahkan ke kamp lain. Kita takkan pernah bertemu lagi."

Sebelum kehilangan kendali atas diriku, aku berbalik dan berlari menjauhi pagar. Aku tak sanggup menoleh ke belakang. Kalau aku menoleh, aku tahu dia akan melihatku berdiri canggung sementara air mata mengalir membasahi wajahku.

Bulan demi bulan berlalu. Mimpi buruk itu terus berlanjut. Tetapi kenangan akan anak perempuan itu membantuku mengatasi saat-saat mengerikan, rasa sakit, dan rasa putus asa. Berkali-kali aku melihatnya dengan mata pikiranku; aku melihat wajahnya dan matanya yang lembut. Aku mendengar kata-katanya yang lembut dan mencecap manisnya apel-apel itu.

Sampai pada suatu hari, mimpi buruk itu tiba-tiba berakhir. Perang sudah selesai. Kami yang masih hidup dibebaskan. Aku telah kehilangan semua milikku yang berharga, termasuk keluargaku. Tetapi aku masih menyimpan kenangan akan anak perempuan itu, kenangan yang kusimpan dalam hati dan memberiku kemauan untuk meneruskan hidupku setelah aku pindah ke Amerika untuk memulai hidup baru.

Tahun-tahun berlalu. Sampai tahun 1957. Saat itu aku tinggal di New York City. Seorang kawan memaksaku melakukan kencan buta dengan seorang wanita kawannya. Dengan enggan, aku menyetujuinya. Ternyata wanita itu manis, namanya Roma. Seperti aku, dia juga seorang imigran. Dengan begitu setidak-tidaknya kami punya persamaan.

"Di mana kau selama masa perang?" Roma bertanya kepadaku, dengan cara halus seperti umumnya para imigran yang saling bertanya tentang tahun-tahun itu.

"Aku ada di sebuah kamp konsentrasi di Jerman," jawabku.

42 |Antologi Cerpen

Page 43: Antologi Cerpen [ISI]

Mata Roma tampak menerawang, seakan-akan dia ingat sesuatu yang manis namun membuatnya sedih.

"Ada apa?" tanyaku.

"Aku ingat masa laluku, Herman," Roma menjelaskan dengan suara yang tiba-tiba menjadi sangat lembut. "Waktu masih kecil, aku tinggal dekat sebuah kamp konsentrasi. Di sana ada seorang anak laki-laki, seorang tahanan. Selama beberapa bulan aku selalu mengunjunginya setiap hari. Aku ingat, aku biasa membawakan apel untuknya. Aku selalu melemparkan apel itu lewat atas pagar. Anak itu senang sekali"

Roma mendesah panjang, lalu meneruskan, "Sulit menggambarkan bagaimana perasaan kami masing-masing—bagaimanapun waktu itu kami masih muda sekali. Bahkan jika situasi memungkinkan pun kami hanya bertukar beberapa kata—tetapi aku yakin, waktu itu di antara kami tumbuh cinta yang tulus. Aku yakin dia pasti dIbunuh seperti yang lain-lain. Tetapi, aku tak sanggup membayangkan itu. Karenanya, aku berusaha mengenangkan dia seperti yang kulihat di bulan-bulan itu, ketika kami sedang bersama-sama."

Dengan jantung berdegup kencang hingga kupikir nyaris meledak, aku menatap Roma lekat-lekat dan bertanya,

"Apakah pada suatu hari anak laki-laki itu berkata kepadamu, 'Besok jangan bawakan aku apel. Aku akan dipindahkan ke kamp lain'?"

"Wah, ya," sahut Roma, suaranya bergetar."Tapi, Herman, bagaimana mungkin kau bisa tahu itu?"

Aku meraih tangannya dan menjawab, "Karena aku adalah anak laki-laki itu, Roma."

Detik-detik berlalu lambat. Yang ada hanya keheningan.

Kami tak dapat mengalihkan mata kami. Lama kami saling memandang. Kemudian, setelah tirai waktu terangkat, kami mengenali jiwa di balik mata yang saling bertatapan, kami mengenali kawan yang manis dan pernah sangat kami cintai, yang selalu kami cintai, yang tak pernah hilang dari kenangan kami. Akhirnya, aku berkata, "Roma, aku pernah dipisahkan darimu. Sekarang aku tidak ingin dipisahkan lagi darimu. Sekarang aku bebas, aku ingin selalu bersamamu, selamanya. Sayangku, maukah kau menikah denganku?"

Aku melihat binar-binar yang sama di mata yang dulu sering kupandangi itu ketika Roma menjawab, "Ya, aku mau menikah denganmu." Lalu kami berpelukan, pelukan yang sudah kami dambakan selama berbulan-bulan, tetapi terhalang oleh, pagar kawat berduri yang memisahkan kami. Sekarang, tak ada lagi yang akan memisahkan kami.

Hampir empat puluh tahun telah berlalu sejak aku menemukan Roma-ku lagi. Nasib mempertemukan kami untuk pertama kalinya di masa perang, untuk menunjukkan kepadaku adanya janji harapan. Sekarang, nasib pula yang mempersatukan kami untuk menunaikan janji itu.

Hari Valentine tahun 1996. Kuajak Roma ke acara Oprah Winfrey Show untuk menghormatinya di siaran televisi nasional. Di depan jutaan pemirsa, aku ingin mengatakan kepadanya apa yang kurasakan dalam hatiku setiap hari: "Kekasihku, kau memberiku makanan di kamp konsentrasi ketika aku kelaparan. Aku akan tetap lapar dan dahaga akan sesuatu yang rasanya takkan pernah cukup kuperoleh: Aku lapar dan dahaga akan cintamu.

Daftar PustakaHttp://Cerpenkita.site40.net/

Http://Melatiwijayanti.blogspot.com/2008/12/contoh-cerpen.html

Http://Cerpen.net/cerpen-anak-anak/lolipop-untuk-lolita.html

Http://Cerpen.net/cerpen-lucu/telat-kesekolah.html

Http://www.Cerpen.web.id/authors/1/ginanjar-rahardi

43 |Antologi Cerpen

Page 44: Antologi Cerpen [ISI]

Http://www.Pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/

Achie

Alwi, Hasan 1998

Harwanto, Ruli

Ibrahim, Abdul

Kaelan.1998

Leech,Seoffrey

Malna, Afrizal

Syukur.1992

Yudhistira, Widya

Christy, Natalia Nanda

Grasia, Yovano

Iwanto, Indra

Nusantara, Satria Dipa

Purnamasari, Novia

44 |Antologi Cerpen