Anti Parasit Nq

91
ANTI PARASIT

description

farmasi

Transcript of Anti Parasit Nq

ANTI PARASIT

OBAT ANTIPROTOZOA• MALARIA• Empat species Plasmodium :

– P.vivax– P.malarie– P.ovale– P.falciparum

• P.falciparum yang mnyebabkan komplikasi serius dan kematian

Siklus Hidup Parasit• Nyamuk terinfeksi dgn menghisap

darah=bentuk seksual parasit sporosit berkembang dlm nyamuk pindah ke manusia

• Stadium eksoeritrositik= sporosit membelah di hati skizon jaringan

• Stad. Eritrositik= skizon masuk aliran darah sebagai merozoit

• Parasit masuk ke eritrosit sel menjadi pecah melepaskan sekumpulan merozoit baru

• Siklus ini dapat berulang.• Bentuk gametosit (bentuk

seksual) dilepaskan ke aliran darah terhisap oleh nyamuk

Siklus Hidup Parasit• P.falcifarum& P.malarie mengalami satu

kali siklus invasi dan multiplikasi di sel hati

• Infeksi di hati berhenti spontan setelah <4mnggu.

• Multiplikasi terbatas dalam sel darah merah

• P.vivax berada dalam hati yang tidak aktif (hipnozoit) bisa relaps

Obat antimalaria• Dibagi berdasar kerja selektifnya pada fase siklus hidup

parasit:• Skizontisid jaringan: mengeliminasi perkembangan

skizon jaringan /hipnozoit laten , misal:primakuin• Skizontisid darah: bekerja pada skizon darah, misal:

klorokuin, proguanil, pirimetamin, meflokuin, kuinin• Gametosid : obat yang menghncurkan bentuk gametosit.• Sporontisidal: obat yang menyebabkan gametosit

menjadi tidak bisa terinfeksi ke dalam nyamuk , misal pirimetamin, proguanil

Parasit yang resisten

• Strain P.falcifarum telah mengalami peningkatan resistensi terhadap klorokuin

• Skizon darah P.vivax resisten terhadap klorokuin

• Skizon hati P.vivax resisten terhadap primakuin

OBATANTIHELMINTIK

• Umumnya efektif untuk cacing kremi• Harus disertai perbaikan faktor

higienis untuk memutuskan rantai infeksi,

• Semua anggota keluarga harus diberi obat.

CACING KREMI (enterobius vermikularis)

• Masa hidup cacing kremi: < 6mnggu.

• Telur tertelan berkembang biak di lambung cacing betina menempatkan telur di anus=gatal garukan tangan telur pindah ke tangan , tertelan.

• Pencegahan : cuci tangan, segera mandi setelah bangun

CACING GELANG(ASKARIASIS)

• Hidup di rongga usus. Telur cacing termakan oleh manusia melalui makanan yang terkontaminasi. Telur menetas di usus, berkembang jadi larva menembus dinding usus, paru-paru. = sindroma loeffler. Setelah dewasa, cacing mendiami usus manusia dan menyerap makanan disana, disamping tumbuh dan berkembang biak. menderita kurang gizi

OBATANTIHELMINTIK

• Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.

• Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita.

PepayaCarica papaya

Klasifikasi :Ordo : Cystales/ParietalesFamili : CaricaceaeGenus : CaricaSpesies : Carica papaya L.

Nama simplisia : Caricae Folium Bagian tanaman yang digunakan: Daun ,

biji, Getah buah, Akar, Bunga Khasiat: Stomakik, Emenagog, Antelmintik,

Anti inflamasi, Antelmintik, Diuretik

Deskripsi Tanaman Carica papaya:

Tumbuhan berhabitus terna seperti pohon dengan tinggi 8-10 m. Akar tanaman pepaya tidak mengayu, oleh karena itu tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur dengan air yang cukup pada musim kemarau dan sedikit air pada musim hujan. Batang tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Berbatang basah dengan bentuk silindrik. Diameter 10-30 cm dan tinggi 3-10 m, tidak mengayu, berongga di tengah, lunak, mengandung banyak air dan terdapat getah di dalamnya. Daun letaknya berdekatan dengan pucuknya, dengan helaian yang lebar. Diameter daun 25-75 cm yang terdiri dari 5-11 lobus tipis dengan bentuk menjari (palmatus). Tangkai daun panjang menyerupai pipa, panjangnya 25-100 cm dan tebalnya 0,15-1,5 cm. Halus, kokoh, berongga, berwarna hijau kekuningan. Bunga berbau harum, berwarna putih kekuningan, berlapis lilin. Tanaman dikotil yang kadang hidup sebagai tanaman berumah dua atau sebagai tanaman berumah satu (hermafrodit). Buah memiliki ukuran dan bentuk bervariasi. Berkulit tipis dan tidak mudah lepas dari daging buah. Buah yang masih muda berwarna hijau dan apabila masak berwarna kuning. Biji pepaya terletak dalam rongga buah yang terdiri dari lima lapisan. Lapisan uar yang melindungi biji disebut sarkotesta dan di bagian dalam biji disebut endosperm. Banyaknya biji tergantung dari ukuran buah. Bentuk biji agak bulat atau bulat panjang dan kecil serta bagian luarnya dibungkus oleh selaput yang berisi cairan. Biji berwarna putih jika masih muda dan berwarna hitam setelah tua. Permukaan biji agak keriput dan dibungkus oleh kulit ari yang sifatnya seperti agar serta transparan.

Kandungan Kimia

Kandungan kimia pada tanaman ini adalah papain, karpain, pseudokarpain, nikotin, kontinin, miosmin, glikosida karposida, kriptoksantin 6,7-epoksilinalol, sitrat, malat, á-glutarat, tartarat, asam askorbat dan asam galakturonat, bensilglukosinolat, bensil isotiosianat, fenilasetonitril, avenasterol, asam 5-dehidro-kafeat, karoten, sikloartenol. Papain, kimopapain A dan B, proteinase A dan B, peptidase A, lisozim, khitotransferase, glikosidase kalase, pektinesterase, lipase, fosfatase, sikloligase, karpain, pseudokarpain, prunasin (glikosida sianogenat), saponin, fisin.

Daun mengandung alkaloid poliketida; karpain, pseudokarpain, glukosinolat, prunasin, saponin, fisin

Akarnya dilaporkan mengandung kimopapain, papain, fitokinase, asam malat, kalsium maleat dan karpain serta glikosida sianogenik.

Uji Praklinis

Pada penelitian in vitro menunjukkan bahwa lateks papaya memiliki efek untuk mengurangi infeksi telur Ascariasis

Infusion biji papaya menunjukkan efikasi yang tinggi melawan parasit Aspiculuris tetraptera dan Hymenolepis nana pada mencit. Jumlah cacing berkurang hingga hampir 100% dicapai pada mencit yang terinfeksi H. nana yang menerima infusion papaya pada dosis 1,2 g/ kgBB selama 3 hari

Uji Klinik

Efikasi Carica papaya dengan obat sintetik modern terhadap efek antelmintik cacing nematode Penelitian dilakukan pada dairy farm di distrik

Commewijne, diambil partisipan yang telah terinfeksi cacing mematoda secara alami. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertma diberi perlakuan dengan levamisole (antelmintik sintetik), kelompok kedua diberikan campuran ekstrak daun dari buah papaya, dan kelompok ke tiga sebagai control. Efek perlakuan diukur berdasarkan jumlah telur cacing/gram (epp-egg per gram) feses

Hasil penelitian : efikasi dari levamisole dalam mereduksi telur nematode hampir mencapai 100% dan efikasi dari ekstrak buah dan daun papaya hampir mencapai 60%.

ABCDEFGH

Dosis dan Efek Samping

DosisTingtur: 1 – 4 ml perhari Infusa: 1 - 2 cangkir perhari

Efek SampingPepaya dapat menyebabkan inflamasi pada perut, reaksi alergi seperti asma.Efek samping serius yang mungkin timbul antara lain nyeri pada perut, nausea, muntah, detak jantung melambat, dan ketidakmampuan untuk bergerak.

Kontra indikasi dan Penyiapan

Kontra Indikasi Penggunaan papaya pada ibu hamil tidak dianjurkan karena

terdapat penelitian yang membuktikan bahwa papaya memiliki efek embriotoksik dan teratogenik dan juga menyebabkan keguguran pada kehamilan

Kandungan senyawa dalam papaya dapat berinteraksi dengan warfarin

Penyimpanan dilakukan di tempat yang sejuk dan kering

Penyiapan Resep tradisional: 

Obat cacing Akar pepaya 1 jari tangan; Bawang putih 1 umbi; Air 100 ml, Direbus sampai mendidih, Diminum 2 kali sehari; tiap kali minum 100 ml.

KontraindikasiTidak boleh diberikan pada wanita hamil. Secara eksperimen pemberian raw papain memberikan efek embriotoksik dan teratogenik serta menyebabkan keguguran.

PeringatanDikarenakan akar pepaya mengandung glikosida sianogenik, maka ada risiko keracunan sianin, terutama jika menggunakan akar pepaya segar. Karena akar pepaya mengandung juga lateks, dan lateks pepaya diketahui bersifat embriolitik, maka jangan digunakan oleh wanita hamil.

Efek yang Tidak DiinginkanReaksi alergi, termasuk serangan asma, paralisis, hipotensi, bradikardi, nyeri lambung.

Interaksi ObatMeningkatkan INR (International normalized ratio) pada penggunaan dengan warfarin.

ToksisitasPraktis tidak toksik. LD50 ekstrak etanol 75% akar pepaya yang

diberikan secara oral pada tikus adalah lebih besar dari 15 g/kgBB.

Penyiapan dan DosisDosis harian (raw papain): tergantung pada komposisi enzim yang

diperlukan.Secara tradisional, akar pepaya sebesar 3 cm, dipotong-potong

direbus dengan 4 gelas air, sampai setengahnya, kemudian diminum tiga kali sehari, setiap kali minum sebanyak ¾ gelas.

PenyimpananSimpan di tempat sejuk dan kering, di dalam wadah tertutup rapat,

jauh dari jangkuan anak-anak.

Momordica charantia(Pare)

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Violales Famili : Cucurbitaceae Genus : Momordica Spesies : Momordica charantia L.

Deskripsi Tanaman

Tanaman tahunan, tumbuh merambat atau memanjat dengan alat pembelit, bercabang banyak, berbau tidak enak. Batang berusuk lima, panjang 2-5m. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warna hijau tua. Taju bergigi kasar sampai berlekuk menyirip. Bentuk tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm, rasa pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi jingga yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, cokelat kekuningan, bentuk pipih memanjang, keras

Kandungan Kimia

Daun, buah, dan akar mengandung zat pahit (tipe kukurbitasin suatu triterpen trisiklik) kukurbitasin A,B,C,D,E,I, saponin.

Buah mengandung saponin, alkaloid (sedikit), asam amino bebas, 5-hidroksitriptamin, momordisin , momordikosid F-1, F-2, G, I, asam oksalat, asam oleat, pektin, polipeptida P, asam stearat, stigmasterol, rubixantin.

Biji mengandung kukurbitin, 20-40% protein dan 30-50% minyak lemak dengan komponen utama asam oleat, asam linoleat (70-90%), zat pahit (momordikosid A, B, C, D, E, K, I), saponin, visin.

Efek Farmakologis

Antidiabetes pare dapat mencegah diabetes tipe-II : menurunkan tingkat gula darah pada kelinci normal

Antikanker menghambat enzim guanilat siklase patogenesis dan replikasi tidak hanya pada psoriasis, tapi juga leukimia dan kanker.

Sistem pencernaan purgatif dan emetic, stimulan nafsu makan dan terapi infeksi gastrointestinal

Kulit  Antiobesitas meningkatkan aktivitas adenosin-5-monofosfat (AMPK) :

enzim yang memfasilitasi ambilan glukosa sel dan oksidasi asam lemak. Agen antimikroba Ekstrak daun memiliki aktivitas antimikrobial

spektrum luas. Aktivitas antivirus  Agen Anti HIV Antihelmintik

Uji Praklinik

Ekstrak daun dan perasan buah pare (Momordica charantia) mempunyai khasiat anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli dan cacing tambang anjing.

Penelitian eksperimental ini berdesain post test only control group menggunakan 192 cacing Ascaridia galli dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama diberi perlakuan infus daun pare konsentrasi 10g/100ml, 20g/100ml, dan 40g/100ml. Kelompok kedua diberi perlakuan infus biji pare konsentrasi 10g/100ml, 20g/100ml, dan40g/100ml. Kelompok ketiga diberi piperazin sitrat0,5% sebagai kontrol positif. Kelompok keempat diberi NaCl0,9% sebagai kontrol negatif.

Data jumlah kematian total cacing setiap 1 jam dianalisis probit untuk mendapatkan LC100 dan LT100 infus daun dan biji pare. Hasil dari penelitian ini adalah Infus daun pare memiliki LC100 33,921gram/100ml dan LT100 23,314 jam sedangkan infus biji pare memiliki LC100 31,578gram/100ml dan LT100 33,793 jam.

Kesimpulan : Infus daun dan biji pare pada konsentrasi 10gram/100ml, 20gram/100ml ,dan 40gram/100ml memiliki daya antihelmintik terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro tetapi lebih lemah dari Piperazin sitrat 0,5%. Daya antihelmintik infus daun pare 40gram/100ml lebih efektif daripada infus biji pare 40gram/100ml.

Uji Klinik

Pemberian ekstrak dari perasan buah pare dengan dosis 3x3 gram sehari selama 4 minggu diabetes militus tipe noninsulin-dependent.

ABCDEFGH

Dosis dan Efek sampingDosis :Ekstrak Momordica charantia :Untuk anak umur : 3-5 tahun 1 kali sehari 2

sendok makan 6-8 tahun 1 kali sehari seperempat gelas 9-12 tahun 2 kali sehari sepertiga gelas

Untuk dewasa : 2 kali sehari setengah gelas.Efek Samping :depresi sistem saraf pusat dan relaksasi otot,

kemudian stimulasi sistem saraf pusat, simpatolitik, parasimpatomimetik, dan simpatominetik.

Kontra indikasi dan Peringatan

Pare tidak boleh digunakan pada masa kehamilan dan menyusui karena dapat menyebabkan konstraksi rahim, pendarahan, dan penderita yang hipersensitif.

Biji pare tidak boleh digunakan pada anak-anak dan penderita hiplikemia

Hati-hati penggunaan biji pare pada penderita diabetes, gangguan hati dan ginjal

Biji mengandung senyawa -trikosantin dan -momorkin yang bersifat abortif.

Efek Yang tidak diinginkan Kandungan vicine pada biji pare dan menyebabkan favism-like syndrome yaitu kondisi akut yang ditandai dengan sakit kepala, demam, nyeri perut sampai koma. Mual, muntah, anoreksia.

InteraksiPare mempunyai efek aditif bila dikonsumsi bersamaan nzat hipoglikemik lain, misalnya golongan sulfonilurea dan klorpropamid. Pada tikus, efek penurun glukosa dari tolbutamid (golongan sulfonilurea) diperkuat setelah mengkonsumsi jus pare.

Toksisitas

LD 50 ekstrak biji pare adalah 460 mg/100 g BB tikus secara oral. Ekstrak biji pare dosis 460 mg/100 g BB tikus secara oral, tidak menunjukkan gejala toksik.

LD50, LD10, LD100 ditentukan dengan menggunakan mencit dengan metode Karber. LD50 ekstrak alkohol buah pare yang belum matang sebesar 362,34 mg/100 g BB. LD 10 dan LD100 berturut-turut adalah 268,6 mg/100 g BB. LD50 dari ekstrak jus buah pare sebesar 91,9 mg/100 g BB. LD10 dan LD100 berturut-turut 42 dan 188,2 mg/100 g BB.

Pengujian toksisitas subkronik menggunaka 30 ekor tikus Wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok (A,B,C, D,E,F). Tiap kelompok diberi ekstrak etanol 90% pare secara oral dengan konsentrasi yang berbeda selama 2 minggu. Kelompok B-F diberikan ekstrak dengan dosis 100, 500, 800, 1200 dan 1500 mg/kg BB. Kelompok A sebagai kelompok kontrol. Setelah 14 hari didapatkan 50% popuasi hewan uji mati pada dosis 1200 mg/kg BB dan pada dosisi 1500 mg/kg BB semua hewan uji mati.

Percobaan menggunakan tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dengan berat 120-150 g. Kelompok I: kelompok kontrol diberi NaCl, kelompok II, III, dan IV : kelompok diberi ekstrak jus buah pare berturut-turut 2,1; 5,7; dan 9,2 mg/100 g BB/hari. Kelompok V, VI dan VII: diberi ekstrak alkohol berturut-turut 13,4; 24,8 dan 36,2 mg/100 g BB/hari selama 3 bulan. Pemberian jus atau ekstrak alkohol buah pare tidak berpengaruh terhadap fungsi hati (SGPT dan SGOT) dan fungsi ginjal (urea dan kreatinin) tikus. Pemberian jus atau ekstrak alkohol meningkatkan berat badan tikus secara signifkan.

Jus buah pare mentah (5 kg dalam 300 ml air) dosis 2 mL/ekor/hari pada tikus Sprague Dawley secara peroral diberikan pada hari ke 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14 kehamilan. Hasil menunjukkan 8,65% janin yang dihasilkan mengalami cacat dibandingkan kontrol (1,62%) dan sebanyak 31, 2% diantaranya mengalami cacat bawaan ganda.

TOKSISITAS

Pemberian ekstrak air buah pare tidak menimbulkan tanda-tanda toksisitas pada ginjal dan hati, dilihat dari parameter hematologi maupun histologi. Nilai LD50 jus buah pare dan ekstrak alkoholik berturut-turut adalah 91,9 dan 362,34 mg/100g BB.

Efek abortus dan teratogenik pada binatang dari buah pare telah dilaporkan. Oleh karena itu harus hatti-hati apabila digunakan pada masa kehamilan

Aplikasi dan Penggunaan

Tradisional 10 lembar daun pare dicuci dan dilumatkan sampai lembut.

Selanjutnya diseduh dengan air panas sebanyak setengah gelas. Setelah dingin disaring.

Daun pare sebanyak 7 gram diseduh dengan seperempat gelas air matang panas, diaduk dan disaring. Hasil saringan ditambah satu sendok teh madu, diminum sekaligus sebelum makan pagi.

Modern GlyMordica Bitter Melon, 100% Natural, 450mg - 60 Caps Kandungan : Serbuk Momordica charantia

Punica granatumDelima

KlasifikasiDivisi : SpermatophytaSub divisi: AngiospermaeKelas : DicotyledonaeBangsa : MyrtalesSuku: PunicaceaeMarga : PunicaJenis : Punica granatum L..Simplisia yg digunakan : akar, kulit batang,

buah, kulit buah dan bunga

Habitus berupa semak atau pohon kecil, tinggi hingga 5 m, percabangan banyak, lemah dan berduri pada ketiak daunya. Daun berkelompok, seolah-olah cabang terbagi-bagi dalam buku-buku; bentuk lonjong sampai lanset, pangkalnya lancip dan ujungnya tumpul, lokos, panjang 1-9cm, lebar 0,5-2,5cm, tangkai daun pendek sekali. Perbungaan : bunga keluar di ketiak daun yang paling atas atau di ujung ranting, biasanya terdapat 1-5 bunga; kelopak bunga berbentuk tabung bergigi dalam, warna merah atau kuning muda, panjangnya 2-3 cm; helaian mahkota bunga berbentuk bundar atau lonjong, berwarna merah atau putih;panjang tangkai putik sampai 1,25cm

Kandungan Kimia Kulit buah delima : 25-28% gallo

tannins mencakup punicalagin, punicacortein C, casuarin

Batang dan Akar : 20-25% gallo tannin mencakup punicalagin, punicacortein C, casuarin

kulit batang dan kulit akar : alkaloid peperidin (0,4% pada kulit batang dan mencapai 8% pada kulit akar), mencakup isopelletierine,N-methylisopelletierine,

Efek Farmakologi

Tannin dan alkaloid berefek sebagai anthelmentik dan amoeboid. Tannin pada obat memberikan efek sebagai astringent untuk sakit tenggorokan,diare dan disentri

Pelletieren seperti stychnine memacu meningkatnya refleks stimulant yang dapat meningkat menjadi tetanus dan efektif melawan berbagai tapeworm, ringworm dan nematoda.

Uji Pra Klinik

Anti-inflamasiEkstrak fenolik buah delima menunjukkan potensi inhibisi Nitric Oxid (NO) pada sel makrofag. Bahkan, delima secara signifikan menurunkan edema tikus yang diinduksi karageenan.

Mengantagonis respon inflamasi pada onset malaria

Fraksi kaya tannin dari ekstrak metanolik Kulit buah terbukti menginhibisi sekresi MMP-9 yang diinduksi oleh haemozoin atau TNF.

Uji Klinik

AntioksidanKonsumsi Jus Delima pada pasien dengan stenosis arteri karotid akan menurunkan ketebalan karotid intima-media dan tekanan darah sistolik dan efek ini dapat berhubungan dengan karakteriskik delima sebagai antioksidan poten (Avira M dkk, 2004)

Menurunkan gejala kronik periodontitisMelalui penelitian dibuktikan bahwa penggunaan ekstrak C. Asiatica dan P. Granatum dapat menurunkan plak

Anti Jamur untuk CandidosisTerbukti bahwa ekstrak P. Granatum dapat digunakan sebagai agen antijamur topikal pada penanganan kandidiosis yang denture stomatitis Dosis dan Posologi(Vasconcelos, 2003)

Antiplak dan antigingivitis

Dosis

Dosis sehari-hari Penanganan tapeworm Penanganan 1 : dekokta 4 dosis dalam 60 ml dengan 2

jam interval diantara dosis-dosis tersebut dan disertai dengan laksativ pada sebelum penanganan dan setelah penanganan

Penanganan 2 : maserasi 3 dosis pada 65 ml dengan interval 30 menit. Setelah 1 jam diberikan laksatif

ABCDEFGH

Kontraindikasi, Interaksi

Kontraindikasi Wanita hamil, menyusui dan anak-anak dibawah usia 12 tahun. Delima

tidak boleh digunakan untuk terapi pada penderita penyakit liver, asma dan penderita hipersensitif terhadap delima.

Peringatan Tingginya kandungan tanin pada delima dapat menyebabkan iritasi

lambung dan konstipasi

Efek yang tidak diinginkan Dapat menyebabkan reaksi alergi pada sebagian orang yang menderita

alergi terhadap buah delima, meliputi syok anafilaksis dan edema pada pangkal tenggorokan (laring)

Interaksi Jika digunakan secara oral, dapat meng4500 dan berinteraksi dengan

karbamazepin dan tolbutamid Jus buah delima secara teori dapatmeningkatkan aktivitas obat-obat ACE

inhibitor dan antihipertensi serta dapat meningkatkan efek hipotensi jika digunakan bersamaan dengan herba yang memilik aktivitas antihipotensi

TOKSISITAS

LD50 ekstrak air kulit buah delima yang diberkan secara intraperitoneal pada mencit adalah 1321 + 15 mg/kg BB

LD50 ekstrak etabol 50% buah delima pada mencit jantan dan betina secara intraperitoneal 731 mg/kg BB. Pada dosisi 0,4 dan 1,2 mg/kg BB ekstrak yang diberikan berulang secara intranasal pada tikus Wistar tidak menunjukkan adanya efek toksik dengan parameter asupan makanan, kenaikan berat badan, perilaku, biokimia dan hasil studi histopatologis.

LD50 ekstrak buah delima terstandar (mengandung 30% punicalagin) yang diberikan secara peroral pada tikus dan mencit adalah >5g/kg BB. LD50 ekstrak yang sama secara intraperitoneal pada tikus dan mencit masing-masing sebesar 217 dan 187 mg/kg BB. Toksisitas subkronik ekstrak dosis 60, 240 dan 600 mg/kg BB/hari selama 90 hari pada tikus galur Wistar secara peroral tidak menunjukkan gejala toksik yang signifikan pada observasi klinik, pemeriksaan mata, perubahan berat badan, pola makan, patologi klinik dan berat organ. Berdasarkan hasil uji tersebut, ekstrak hingga dosis 600 mg/kg BB/hari dikategorikan ke dalam no observed-adverse-effect level (NOAEL)

Kingdom : PlantaeSubkingdom :TracheobiontaSuperdivisio : SpermatophytaDivisi : MagnoliophytaKelas : LiliopsidaSubkelas : LilidaeOrde : LilialesFamili : LiliaceaeGenus : Allium L.Spesies : Allium sativum L.Bagian yang digunakan : umbi kering

atau umbi segar

Allium sativum

Deskripsi Tanaman

Tumbuhan berhabitus terna dengan tinggi 25-70 cm. Batang lurus kaku atau sedikit membengkok, berwarna hijau beralur. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang, panjang sampai 60 cm dan lebar 0,4-2,5 cm, permukaan datar, berdaging. Bunga berbentuk payung, berwarna putih, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak.

Kandungan Kimia

Kandungan kimia penting dari Umbi Allii Sativi adalah senyawa sulfur. Kandungan cysteine suloxides (misal: anilin) dan peptoda non volatile γ-glutamylcysteine mencapai lebih dari 82% dari total kandungan sulfur dalam bawang putih. Thiosulfinates (misal: allicin), ajoenes (misal: Z-ajoene), dan sulfides.

Efek Farmakologi

Perangsang kekebalan tubuh karena merangsang makrofag, sel darah putih yang menghancurkan organisme asing sehingga dapat digunakan untuk mengobati infeksi virus pernafasan atas karena kemampuannya untuk membersihkan lendir dari paru-paru dan membantu pasien.

Selain itu, berkhasiat sebagai antikanker, Antibakteri (Matthew, 2009), dan anthelmintik (Yenny, 2006)

Uji Pra klinis dan Uji KlinisIn vitro Penelitian penelitian eksperimental dengan post test only control group

design. Sampelnya adalah 234 cacing Ascaridia galli, yang dibagi menjadi 3

kelompok. Kelompok pertama adalah perasan umbi bawang putih dengan konsentrasi 10%, 25%, 50%, 60%, 75%, dan 100%. Kelompok kedua adalah larutan piperazine sitrat dalam konsentrasi 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%, 0,6%, dan 0,7% sebagai kontrol positif. Kelompok ketiga adalah larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif. Tiap kelompok direplikasi 3 kali.

Volume yang diberikan adalah 25 ml untuk tiap cawan petri yang berisi 6 ekor cacing. Setiap cawan petri diinkubasi pada suhu 37oC dan kemudian diamati dan dicatat setiap 15 menit jumlah cacing yang mati dan atau paralisis.

LC50 dan LT50 perasan umbi bawang putih dihitung menggunakan metode analisis probit.

Con’d

Kesimpulan :

Perasan umbi bawang putih (Allium sativum) mempunyai daya anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro.

Seiring dengan kenaikan konsentrasi perasan umbi bawang putih, maka semakin besar pula daya anthelmintiknya.

ABCD

Dosis 4 g bawang atau sebutir bawang (4–12 mg dari allicin atau 2–5 mg

of allicin) Serbuk bawang 600–1200 mg dalam dosis terbagi Ekstrak bawang yg telah tua 1–7.2 g/hari Fresh air-dried bulb, 2–5 g Garlic oil, 2–5 mg Dried bulb, 2–4 g/hari Tincture (1:5 in 45% alkohol), 2–4 3 kali sehari

KontraindikasiSebaiknya tidak dikonsumsi oleh wanita menyusuiPeringatan Memiliki efek terhadap kardiovaskular antara lain antiplatelet, antitrombotik

dan fibrinolitik. Studi klinik menunjukkan penurunan yang signifikan aktivitas agregasi platelet dan fibrinolitik. Beberapa kasus menunjukkan kemungkinan bahwa bawang putih dapat meningkatkan resiko pendarahan, khususnya pada pasien yang akan menjalani terapi bedah. Peringatan pada pasien yang menerima terapi warfarin bahwa suplemen mengandung bawang putih dapat meningkatkan waktu pendarahan. Pembekuan darah pernah dilaporakan 2x lipat lebih lama pada pasien yang menerima warfarin dan suplemen yangn mengandung bawang putih. Berdasarkan sistem klasifikasi herbal oleh The american Herbal Product Association (AHPA), bawang putih termasuk dalam kategori kelas 2c (tidak boleh digunakan oleh ibu menyusui)

Efek yang tidak diinginkan Dapat menyebabkan kardiovaskular takikardi dan hipotensi ortostatik. Umbi

bawang putih pernah dilaporkan menimbulkan reaksi alergi seperti dermatitis kontak dan serangan asma setelah inhalasi serbuk yang mengandung bawang putih. Konsumsi oral umbi segar, ekstrak atau minyak bawang putih pada konndisi perut kosong dapat menyebabkan efek samping ringan seperti heartburn, mual, kembung, muntah dannn diare. Mulut dan kulit badan berbau khas setelah mengkonsumsi bawang putih.

Interaksi ObatInteraksi dengan obat

Mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamka obat antiretroviral. Meskipun beberapa beum terbukti, sebaiknya hindari penggunaan bersamaan dengan penghambat protease, siklosporin, ketokonazol, itraconazole, glukokortikoid, kontrasepsi oral, verapamil, diltiazem, lovastatin, simvastatin dan atorvastatin.

Memiliki efek kardiovaskuler yang kompleks, sehinga dapat berinteraksi dengan obat antikoagulan/antiplatelet berupa peningkatan resiko pendarahan, contohnya aspirin, klopidogrel, tiklopidine, dipiridamol, heparin, fluinfion dan warfarin

Kemungkinan dapat berinteraksi dengan obat antidiabetes klorpropamid dan analgesik parasetamol

Interaksi dengan tanaman lainDengan asidophilus, kemungkinan dapat menurunkan absorpsi bawang putih. Jika dikonsumsi bersamaan, beri selang waktu pemberian minimal 3 jam.

Toksisitas

Umbi bawang putih tidak mutagenik pada uji in vitro (Salmonella microsome reversion assay dann Escherichia coli). Belum ada penelitian ilmiah mengenai keamanan dan penggunaan suplemen yang mengandung bawang putih selama kehamilan, sehingga disarankan untuk tidak dikonsumsi oleh wanita hamil

Kingdom: PlantaeSubkingdom :TracheobiontaSuperdivisio : SpermatophytaDivisi : MagnoliophytaKelas : LiliopsidaSubkelas: ArecidaeOrde : ArecalesFamili : ArecaceaeGenus : Areca L.Spesies : Areca catechu L.Sinonim : Areca hortensis, LourBag digunakan : biji

Areca catechu

Deskripsi Tanaman

Tumbuhan berhabitus pohon dengan batang tegak, tinggi dapat mencapai 25m, tajuk pohon tidak rimbun. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80cm; tangkai daun pendek; helaian daun panjang 80cm anak dan ukuran 85 x 5 cm, dengan ujung terbelah. Karangan bunga majemuk tongkol dengan seludang sebagai daun pelindung, panjang dan mudah gugur, tongkol bunga muncul di bawah helaian daun, panjang tongkol bunga 75 cm, ibu tangkai tongkol bunga pendek dan bercabang-cabang sampai ukuran 35 cm, dengan 1 bunga betina pada pangkal cabanng ibu tangkai tongkol bunga, diatasnya tersusun bunga janntan dalam 2 baris; bunga jantan panjang 4mm, putih kuning; benang sari 6; bunga betina panjang 1,5cm, hijau; bakal buah beruang 1. Buah buni (keras), bulat telur terbalik memanjanng, merah jingga jika masak, panjang 3-7cm dengan dinding buah (endokarpium) keras dan berserabut; biji 1 berbentuk telur, dengan alur-alur yang tidak begitu jelas.

Kandungan Kimia

Komponen utamanya polifenol, alkaloid, tannin,

arekolin (C8H13NO2), arekaidin, dan serat. Areca catechu adalah satu-satunya dari 54 jenis Areca yang mengandung alkaloid

Kandungan lainnya arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam.

Selain itu mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid.

Efek Farmakologi

Kandungan Arekolin pada bijinya obat cacing dan penenang.

Selain itu antiflatulent, diuretik, mengencerkan dahak, memperbaiki gangguan pencernaan (dispepsia), pengelat (astringen), pencahar (laksan).

Daun pinang penambah nafsu makan dan mengobati sakit pinggang. Sabutnya yang hangat dan pahit bemanfaat dalam melancarkan sirkulasi, memperbaiki gangguan pencernaan (dispepsia), diuretik, dan pencahar.

Aktivitas farmakologi sebagai pengatur tekanan darah, hipoglikemia, aggregasi platelet, antidepresan, perangsang saliva, inhibitor proteosom, antioksidan, antimikroba, antifertilitas, antihelmintik, dan antivirus (patil, 2009).

Uji Praklinis dan uji Klinis

In VitroPenelitian terhadap khasiat anthelmintik biji pinang ini pernah dilakukan terhadap cacing kait anjing. Sebagai pembanding digunakan obat modern pirantel pamoat dan garam faal. Dosis yang digunakan adalah 15 mg serbuk biji pinang kering dalam 25 cc air suling dan serbuk pirantel pamoat 1 mg dalam 1000 cc air suling. Hasilnya, setelah direndam selama 1 jam, terdapat 18 cacing yang mati dalam larutan biji pinang, sedangkan dalam pirantel pamoat belum ada cacing yang mati. Pada perendaman 4 jam dalam larutan biji pinang, jumlah cacing yang mati hampir sama dengan yang berada dalam larutan pirantel pamoat. Semua cacing mati setelah perendaman 10 jam, baik dalam larutan biji pinang maupun pirantel pamoat. Sementara, dalam kelompok kontrol (dengan menggunakan garam faal), cacing mati hanya 3,3%.

Hasil ini menunjukkan bahwa biji pinang secara in vitro terbukti memiliki efek anthelmintik terhadap cacing kait anjing.

In vivoMembandingkan khasiat biji pinang dengan mebendazol. Penelitian menggunakan anjing yang diinfeksi larva cacing kait. Hasilnya, meskipun tidak seefektif mebendazol, biji pinang dapat menurunkan jumlah telur cacing sampai sebesar 74,3%. Sedangkan mebendazol dapat menurunkan hingga 83%. Hal ini membuktikan bahwa biji pinang dapat digunakan sebagai obat cacing tradisional untuk infeksi cacing kait pada anjing. Sayangnya, penelitian belum sampai pada tahap uji klinis pada manusia. Namun, potensi ke arah sana sudah tampak dengan adanya hasil positif dari penelitian secara in vitro dan in vivo tadi.

Dosis dan Efek Samping

Dosis terapi penggunaan pinang sebagai anthelmintik adalah 1-2 sendok teh bubuk dari umbi yang dicampur dengan air, dengan dosis 10-15 grains (1 grain = 0.065 gram) setiap 3-4 jam (Patil. 2009)

Efek samping : keracunan pada penggunaan dosis 8-10 gram. Namun dapat diatasi dengan antidot berupa 2 mg atropin (Duke, 2002).

AB

Kontraindikasi Hindari penggunaan pada masa kehamilan dan menyusui. Jangan diberikan pada anak-anak, penderita kanker esofagus, lambung, esofagitis dan penyakit ginjal harus.

PeringatanMengandung arekolin saliva meningkatDosis tinggi bradikardia, tremor, refleks eksitabiliti, spasme, dan paralisis sementara.Mengandunng alkaloid yang beracun.

Interaksi Obat

Efek obat antikolinergik dapat menurun jika dikombinaskan dengan biji pinang atau konstituennya, arekolin.

Penggunaan bersamaan obat kolinergik akan menyebabkan toksisitas.

Biji pinang dapat memperlambat atau mempercepat denyut jantung sehingga mengaburkan efek obat yang berkaitan dengan hal tersebut seperti beta bloker, penghambat saluran kalsium, atau digoksin.

Dapat mempengaruhi kadar gula darah, meningkatkan efek obat-obat inhibitor monoamin oksidase, ACE inhibitor, fenotiazin, obat-obat penurun kolesterol, stimulansia dan obat-obat tiroid.

TOKSISITAS

Dosis toksik pada manusia adalah 8-10 g. Atropin diberikan sebagai antidot. Mengunyah biji dapat menyebabkan saponifikasi ester alkaloid menghasilkan arekaidin yang menyebabkan euforia. Pinang bersifat toksik pada masa kehamilan karena memiliki aktivitas sitotoksik dan genotoksik.

TEMU GIRING

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas :

Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Curcuma Spesies : Curcuma heyneana

Val et van Zijp. Simplisia yg digunakan :

rhizoma

Kandungan kimia

minyak atsiri, Monoterpen (zat aktif) Seskuiterpen (zat aktif)Flavonoidminyak atsiriKurkuminMonoterpenSeskuiterpenSaponinTaninzat pati

Efek farmakologis

blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin pada peralihan mioneural terjadi paralisis cacing cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus

Dosis Gunakan 5 gram temu giring diparut, tambahkan 100 cc air panas dan diamkan selama

kurang lebih 2 jam, kemudian disaring dan airnya diminum pagi hari

sebelum makan.

a

Buah Nanas

Tanaman asalAnanas comosus (L.) Merr. 

kandungan kimiaNanas mengandung suatu enzim proteolitik, enzim tersebut yaitu enzim bromealin.5,6,7,8 Enzim bromealin tersebut diduga berfungsi sebagai anthelmintik dengan membuat paralisis cacing. 

efek farmakologiEnzim bromealin pada nanas diduga berfungsi sebagai anthelmintik dengan membuat paralisis cacing.

  uji efektivitas

Dari hasil penelitian perasan buah nanas dan infus daun nanas memiliki daya anthelmintik terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro pada konsentrasi tertentu. Untuk khasiat piperazin sitrat masih lebih baik bila dibandingkan dengan perasan buah dan infus daun nanas. Potensi sebagai Anthelmintik dari nanas yang ditunjukkan dalam percobaan dimungkinkan karena nanas mengandung enzim bromealin yang dapat menginduksi perombakan jaringan ikat atau kolagen sehingga menyebabkan paralisis cacing.

DosisKupas 1 buah nanas muda, lalu cuci sampai bersih. Selanjutnya, bilas dengan air masak, lalu parut. Peras clan saring hasil parutannya, lalu minumkan pada anak yang cacingan sedikit demi sedikit.

 Efek samping

Buah nanas di dalam saluran cerna difermentasi menjadi alkohol yang dapat menimbulkan kambuhnya rematik Gout.

KontraindikasiIbu hamil dilarang minum perasan buah nanas muda.Penderita kencing manis (diabetes mellitus) dianjurkan untuk membatasi dalam mengonsumsi buah nanas karena kandungan gula buah yang masak cukup tinggi.

Ab

Mindi kecil

Tanaman asalMelia azedarach L

kandungan kimiaKulit kayu dan kulit akar mengandung toosendanin dan komponen yang larut. Selain itu, juga terdapat alkaloid azardine (margosina), kaempferol, resin, tannin, n-triacontane, â-sitosterol, dan triterpene kulinone.

efek farmakologiToosendanin merupakan komponen aktif pada midi kecil yang berkhasiat antelmitik dan bekerja lebih lama dari santonin.Kulit kayu dan kulit akar digunakan untuk mengatasi:- cacingan terutama askariasis, oxyuriasis, taeniasis, dan trichuriasis,- pemakaian luar untuk scabies dan jamur di kulit kepala (tinea capitis).

 

Uji efektivitasPada percobaan in vitro, infuse Meliae Cortex dengan konsentrasi 25-50% meyebabkan kelumpuhan cacing keremi yang berasal dari tikus.

  Uji Klinis

Uji klinis belum diketahui  Dosis

Cacing gelang (ascariasis)Cuci kulit kayu midi yang kering (15-30g), lalu iris tipis-tipis. Rebus dengan tiga gelas air sampai air rebusannya tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum airnya sekaligus pada malam hari. Lakukan selama 2-3 hari.

Cacing tambang (ankylostoma)Cuci kulit kayu midi yang kering dan biji pinang (masing-masing 15g), lalu iris tipis-tipis. Rebus dengan tiga gelas air sampai air rebusannya tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum airnya sekaligus pada malam hari.

Efek samping  Zat berkhasiat pada midi kecil yang bernama toosendanin jiika digunakan

dalam dosis pengobatan jarang menimbulkan efek samping. Meskipun demikian,kadang-kadang dapat menimbulkan gejala pening, mual, muntah, nyeri perut, diare, kemerahan pada muka (flushing), dan mengantuk. Pada beberapa pasien bisa menyebabkan penglihatan kabur dan gatalgatal. Gejala-gejala tersebut akan menghilang dengan sendirinya dalam 2-3 jam, dan pada sebagian pasien dapat lebih lama dari satu hari. Gejala tersebut akan sembuh spontan tanpa pengobatan spesifik. Sebagai peluruh cacing usus, efek samping toosendanin lebih sedikit dari pada piperasin sitrat dan santonin.

KontraindikasiPemberian toosendanin 8 mg/kg BB pada tikus secara intravena (IV) atau intramuscular (IM) atau suntikan 0,4 mg/kg langsung ke pusat pernapasan di medulla, menyebabkan gagal napas. Ini menandakan toosedanin dapat menimbulkan depresi pernapasan.

AB

SambilotoTanaman yang digunakan:INFUSA HERBA SAMBILOTO(Andrographis paniculata, Nees)

Kandungan Kimia:Kandungan herba sambiloto yang berpotensi sebagai antihelmintik Daun sambiloto mengandung andrografolid, tannin, dan saponin yang berpotensi sebagai antihelmintik. Andrografolid merupakan zat yang berlimpah dalam daun sambiloto . Walaupun mekansimenya belum jelas, zat pahit ini diduga membunuh cacing melalui perannya sebagai imunostimulan dan menyebabkan kondisi basa dalam usus.

Efek farmakologis herba sambiloto :  Sambiloto merupakan obat tradisional yang sering digunakan untuk menyembuhkan

berbagai penyakit. Tanaman ini mempunyai sifat khas, yaitu pahit, mendinginkan dan membersihkan darah.

Uji efektivitas :. Dari hasil analisis ditemukan bahwa LT50 infusa herba sambiloto pada konsentrasi 61,13%

adalah 6 jam 34 menit sedangkan LT50 pirantel pamoate 0,236 % adalah 4 jam 16 menit. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas infusa herba sambiloto sebagai antihelmintik lebih rendah daripada efektivitas pirantel pamoate yang memang obat pilihan untuk infeksi cacing Ascaris sp. Dalam waktu yang sama pirantel pamoate akan membunuh lebih banyak cacing dibandingkan infusa herba sambiloto.

Deskripsi Tanaman

Tumbuhan berhabitus terna semusim, tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 90 cm, batang berbentuk segi empat dengan rusuk yang jelas, menebal di bagian buku-buku batang. Helaian daun merupakan daun tunggal, terletak bersilang berhadapan, helaian daun bentuk lanset, ukuran 3-12 x 1-3 cm, panjang tangkai daun 0,2-0,5 cm, pangkal dan ujung helaian daun runcing, tepi daun rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Perbungaan berupa bunga majemuk malai rata, di bagian ujung batang atau di bagian ketiak daun di bagian atas. Kelopak bunga berlekatan terbagi menjadi 5 helai. Daun mahkota 5, berlekatan membentuk tabung mahkota bunga, panjang tabung 6 mm, panjang helaian daun mahkota lebih dari panjang tabung mahkota, 2 helai daun mahkota di bagian atas (bibir atas) berwarna putih dengan garis kuning di bagian ujungnya, panjang helaian 7-8 mm, bibir bawah terdiri atas 3 helaian daun mahkota, putih atau putih disertai warna ungu. Tangkai sari 5, ukuran tangkai sari sepanjang mahkota bunga, tangkai sari melebar di bagian pangkal. Tangkai putik panjang, melebihi panjang mahkota bunga. Buah berbentuk kapsul, berkatup dan berisi 3-7 biji berwarna coklat tua. Berbunga sepanjang tahun, semua bagian tanaman terutama daun sangat pahit

Kontraindikasi Ibu hamil dan menyusui dilarang menggunakan herba ini karena dapat

menyebabkan keguguran (mempunyai aktivitas abortivum) dan adanya efek antagonis dengan progesteron endogen. Penderita yang alergi terhadap tanaman Acanthaceae.

Peringatan Tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil. Dapat menimbulkan reaksi

anafilaksis bagi yang alergi. Hindari penggunaan jangka panjang bersamaan dengan obat

imunosupresan. Hati-hati pada pasien kardiovaskular, jika mengkonsumsi bersamaan

dengan obat antiplatelet atau antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat agregasi platelet.

Efek yang Tidak Diinginkan Penggunaan dosis tinggi herba sambiloto dapat menyebabkan perut

tidak enak, muntah-muntah, mual dan kehilangan selera makan, hal ini disebabkan karena rasa pahit dari andrografolida, sedangkan pada wanita dapat menyebabkan efek antifertilitas. Pernah dilaporkan (sangat jarang) timbulnya gatal-gatal (kaligata/urtikaria) setelah minum rebusan sambiloto.

Interaksi Obat

Penggunaan herba sambiloto dalam kombinasi dengan daun salam menurut data etnofarmakologi dapat memberikan hasil lebih baik berupa penurunan kadar gula darah yang lebih stabil. Ekstrak herba sambiloto kemungkinan memiliki efek sinergis dengan isoniazid.

TOKSISITAS

LD50 dari herba sambiloto cara pemberian peroral adalah 27,538 g/ kg BB (Practically non-toxic). Ekstrak daun sambiloto pada hewan uji tidak menunjukkan efek toksik pada fungsi hati dan ginjal hewan uji pada pengujian subkronik. Uji ini juga tidak menunjukkan efek teratogenitas pada hewan uji. Uji toksisitas akut ekstrak uji menghasilkan harga LD50 (mencit) adalah 19,473 g/kgBB sehingga berdasarkan data pustaka, ekstrak uji dapat dikategorikan sebagai practically non-toxic. Hasil uji aktivitas SGOT, SGPT dan kadar kreatinin pada serum hewan coba setelah pemberian selama dua bulan dengan dosis sampai 5 x dosis lazim tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak uji tidak memiliki toksisitas sub kronik terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal hewan coba. Uji pengaruh teratogenik terhadap mencit tidak menunjukkan adanya kelainan morfologi janin mencit sampai dengan dosis lima kali dosis lazim.

Pada mencit yang diberi rebusan sambiloto secara oral dengan dosis 10 g/kgBB sekali sehari selama 7 hari, tidak ada satupun mencit yang mati. Pada kelinci yang diberikan andrografolida i.v (10 mg/kgBB) tidak ada kelainan pada kardiovaskular.

Pada uji yang lain, tikus atau kelinci diberikan 1g/kg BB isolat andrografolida atau neoandrografolida secara oral selama 7 hari, tidak memberikan efek pada berat badan, jumlah darah, fungsi hati dan ginjal, atau organ penting lainnya

Dosis :a.Konsentrasi I : 20 ml infusa herba sambiloto 100% + 80 ml aquades → Larutan infusa herba

sambiloto 20%.b.Konsentrasi II : 40 ml infusa herba sambiloto 100%+ 60 ml aquades → Larutan infusa herba

sambiloto 40%.c. Konsentrasi III : 60 ml infusa herba sambiloto 100% + 40 ml aquades→ Larutan infusa herba

sambiloto 60%.d.Konsentrasi IV : 80 ml infusa herba sambiloto 100%+ 20 ml aquades → Larutan infusa herba

sambiloto 80%.e.Konsentrasi V : 100 ml infusa herba sambiloto 100% → Larutan infusa herba sambiloto 100%. *) yang paling baik adalah 100 ml infusa herba sambiloto 100% → Larutan infusa herba sambiloto 100%. Membunuh hampir 100% cacing. Efek samping :- Kontraindikasi :-

ABCD

MENIRAN

A

Daftar PustakaSentra Informasi IPTEK. 2005. Tanaman Obat United States Departement of Agriculture, Natural Resorces Conservation Service.

Plants Database. http://www.plants.usda.gov Nonaka, G., 1989, Isolation and structure elucidation of tannins, Pure & Appl.

Chem, 61 (3): 357-360. Wang, C.K., and Lee, W.H., 1996, Separation, Characteristics, and Biological

Activities of Phenolics in Areca Fruit, J. Agric. Food Chem., 44(8):2014 -2019 Fine, A.M., 2000, Oligomeric Proanthocyanidin Complexes: History, Structure, and

Phytopharmaceutical Applications, Altern Med Rev, 5(2):144-151. Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, p. 55-58. Ferguson, P.J., Kurowska, E., Freeman, D.J., dan Koropatnick, D.J., 2004, A

Flavonoid Fraction from Cranberry Extract Inhibits Proliferation of Human Tumor Cell Lines, J. Nutr. 134:1529-1535.

 Leigh, M.J., 2003, Health Benefits of Grape Seed Proanthocyanidin Extract (GSPE), Nutrition Noteworthy, 6(1): article 5.

 Matius, Titus. 2009. Efficacy of Allium sativum (Garlic) Bulbs Extracts on Some Enteric (Pathogenic) Bacteria. 2(6): 24-28.