ANTESEDEN KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI...
Transcript of ANTESEDEN KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI...
i
ANTESEDEN
KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI
MAHASISWA AKUNTANSI
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Eva Yuliana
NIM. 7101415019
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Maret 2019
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Pembimbing
Ahmad Nurkhin, S.Pd, M.Si Drs. Heri Yanto, MBA, Ph.D
NIP. 198201302009121005 NIP. 196307181987021001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 24 April 2019
Penguji I
Amir Mahmud S.Pd., M.Si
NIP. 197212151998021001
Penguji II Penguji III
Ita Nuryana, S.Pd., M.Pd Drs. Heri Yanto, MBA, Ph.D
NIP. 198603102015042001 NIP. 196307181987021001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Heri Yanto, MBA, Ph.D
NIP. 196307181987021001
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eva Yuliana
NIM : 7101415019
Tempat Tanggal Lahir : Pekalongan, 23 Juli 1997
Alamat : Rt/Rw 02/03 Desa Mejasem, Kec. Siwalan, Kab.
Pekalongan
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini
adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, April 2019
Eva Yuliana
NIM 7101415019
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sungguh
(urusan) yang lain. (QS. Al-Insyirah: 6-7)
2. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain (HR.
Ahmad, Thabrani, Daruqutni)
3. Jangan ragu mencoba karena takut gagal, tidak apa terkadang berbuat
salah, semua orang pernah melakukannya. Kamu hanya perlu menjadi
lebih baik setelah menyadarinya (Eva Yuliana).”
Persembahan
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini
penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa
dan restunya
2. Teman-teman Pendidikan Akuntansi A 2015
3. Sahabat Komunitas Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi yang saling berbagi ilmu
kepenulisan dan belajar bersama
4. Universitas Negeri Semarang
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Anteseden
Kompetensi Komunikasi dan Negosiasi Mahasiswa Akuntansi”, dalam rangka
menyelesaiakan studi strata I untuk mencapai gelar sarjana pendidikan di
Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Akuntansi FE UNNES
2. Drs. Heri Yanto, MBA, Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi sekaligus sebagai
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan motivasi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ahmad Nurkhin, S.Pd. M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah
memberikan kemudahan dalam perizinan melakukan penelitian.
4. Rediana Setiyani, M.Si., Dosen Wali Pendidikan Akuntansi A 2015 yang selalu
memberikan arahan, saran dan motivasi dalam menempuh studi.
5. Amir Mahmud S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji I dan Ita Nuryana S.Pd.,
M.Pd., selaku dosen penguji II yang telah bersedia menguji dan memberikan
arahan
vii
6. Bapak/Ibu dosen dan staf administrasi jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah membimbing, mengarahkan
dan memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi
7. Mahasiswa Akuntansi angkatan 2015 atas kerjasama dan kesediaannya telah
menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Teman-teman Pendidikan Akuntansi A 2015 terimakasih atas kebersamaannya
selama ini
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapatkan
balasan dari Allah SWT. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi penelitian
selanjutnya.
Semarang, April 2019
viii
SARI
Yuliana, Eva. 2019. “Anteseden Kompetensi Komunikasi dan Negosiasi
Mahasiswa Akuntansi”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Heri Yanto, MBA, P.hD.
Kata Kunci: Kompetensi, Komunikasi dan Negosiasi, Self-efficacy, Self-
Regulated, Student Engagement.
Kompetensi komunikasi dianggap penting bagi lulusan akuntansi untuk
bekerja di era global. Banyaknya perusahaan yang melakukan operasi bisnis di
luar batas negaranya, menunjukkan arah perkembangan operasi bisnis yang
bersifat global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self-
efficacy (SE) dan self-regulated (SR) terhadap keterlibatan mahasiswa (SEC,
SEE dan SEI). Pengaruh keterlibatan mahasiswa terhadap kompetensi komunikasi
dan negosiasi mahasiswa akuntansi (CNC) dan pengaruh self-efficacy terhadap
self-regulated.
Populasi dalam penelitian yang digunakan adalah mahasiswa jurusan
akuntansi Universitas Negeri Semarang. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik probability sampling yaitu simple random sampling
sehingga diperoleh sebanyak 149 unit analisis. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis statistik deskriptif dengan path alalysis menggunakan
AMOS 22.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi komunikasi dan
negosiasi mahasiswa akuntansi dipengaruhi oleh keterlibatan dalam perkuliahan
dan keterlibatan dalam PKL dan KKN, sedangkan keterlibatan dalam ekstra
kampus tidak berpengaruh terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi. Self-
efficacy mempengaruhi self-regulated, keterlibatan dalam perkuliahan, dan
keterlibatan dalam PKL dan KKN, namun self-effcacy tidak berpengaruh terhadap
keterlibatan dalam ekstra kampus. Self-regulated berpengaruh terhadap
keterlibatan dalam perkuliahan, sedangkan keterlibatan ekstra kampus dan
keterlibatan dalam PKL, KKN tidak dipengaruhi oleh self-regulated. Hasil juga
menunjukkan bahwa keterlibatan perkuliahan mempengaruhi keterlibatan ekstra
kampus dan keterlibatan dalam PKL dan KKN, keterlibatan ekstra kampus
mempengaruhi keterlibatan PKL dan KKN.
Simpulan penelitian ini yaitu dari tiga belas hipotesis, sembilan hipotesis
diterima dan empat hipotesis ditolak. Keempat hipotesis yang ditolak tersebut
adalah pengaruh SE terhadap SEE, pengaruh SR terhadap SEE, pengaruh SR
terhadap keterlibatan SEI, pengaruh SEE terhadap CNC. Hipotesis yang diterima
adalah pengaruh SE terhadap SR, pengaruh SE terhadap SEC, pengaruh SR
terhadap SEC, pengaruh SEC terhadap SEE, pengaruh SE terhadap SEI, pengaruh
SEE terhadap SEI, pengaruh SEC terhadap SEI, pengaruh SEC terhadap CNC dan
pengaruh SEI terhadap CNC. Saran ditujukan untuk Universitas perlu
mengoptimalkan kegiatan SEE dalam membentuk CNC serta mempertahankan
serta meningkatkan kualitas kegiatan SEI dan SEC yang telah mampu membentuk
CNC. Memberikan edukasi serta penyuluhan melalui kegiatan workshop kepada
mahasiswa agar mampu mengarahkan SR dalam meningkatkan SEI.
ix
ABSTRACT
Yuliana, Eva. 2019. “Antecedent Communication and Negotiation Competencies
Among Accounting Students at Semarang State University. Economics Education,
Semarang State University. Advisor: Drs. Heri Yanto, MBA, Ph.D.
Keywords: Competencies; Communication and Negotiation; Self-efficacy;
Self-regulated; Student Engagement
Communication and negotiation competencies are very important for
accounting graduates to work in the global era. Many companies operate outside
the borders of the country, it shows the direction of the development of global
business operations. The purpose of this research is to examine the influence of
self-efficacy and self-regulated to student engagement. The influence of student
engagement to communication and negotiation competencies, and the influence of
self-efficacy to self-regulated.
The population in this study are accounting students department at Semarang
State University. Sample selection in this study was the probability sampling
technique and used simple random sampling, the study obtained 149 units of
analysis. The data analysis technique used descriptive statistical analysis and path
analysis.
The results showed that communication and negotiation competencies are
influenced by student engagement in classroom lecture (SEC) and student
engagement in an internship (SEI), while the student engagement in extra campus
(SEE) does not affect the communication and negotiation competencies. The self-
efficacy affects the self-regulated, SEC and SEI but self-efficacy does not affect
SEE. The self-regulated affects the SEC, while the self-regulated does not affect
SEE and SEI. The results showed that SEC is influenced by SEE and SEI, and
then SEE effects on SEI
The conclusion of this study is that of thirteen hypotheses, nine hypotheses are
accepted and four hypotheses are rejected. The four rejected hypotheses were the
effect of self-efficacy on SEE, the effect of self-regulated on SEE, the effect of
self-regulated on SEI, then the effect of SEE on CNC. The nine hypotheses are
accepted were the effect of SE on SR, , the effect of SE on SEC, , the effect of SR
on SEC, the effect of SEC on SEE, , the effect of SE on SEI, , the effect of SEE
on SEI, , the effect of SEC on SEI, , the effect of SEC on CNC, , the effect of SEI
on CNC. Suggestions aimed at universities need to optimize SEE activities in
forming CNC as well as maintaining and improving the quality of SEI and SEC
activities that have been able to form CNC. Providing education and
understanding troungh workshop activity to students to be able to direct SR in
improving SEI.
x
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
PRAKATA .......................................................................................................... vi
SARI ........................................................................................................ viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................... 12
1.3. Cakupan Masalah Penelitian .................................................................. 13
1.4. Perumusan Masalah ................................................................................ 13
1.5. Tujuan Penelitian .................................................................................... 14
1.6. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 16
1.6.1. Kegunaan Teoritis ........................................................................... 16
1.6.2. Kegunaan Praktis ............................................................................ 16
1.7. Orisinalitas Penelitian ............................................................................. 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ......................... 18
2.1. Kajian Teori Utama (Grand Theory) ...................................................... 18
2.1.1. I-E-O Model .................................................................................... 18
2.2. Kajian Variabel Penelitian ...................................................................... 21
2.2.1. Self-Efficacy .................................................................................... 21
2.2.2. Self-Regulated Learning.................................................................. 26
2.2.3. Student Engagement ........................................................................ 31
2.2.4. Work Related Learning/ Work Integrated Learning ....................... 36
2.2.5. Kompetensi Komunikasi dan Negosiasi ......................................... 37
xi
2.4. Kerangka Berfikir ................................................................................... 41
2.5. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 41
2.5.1. Pengaruh Self-Efficacy Mahasiswa terhadap Self-Regulated
Mahasiswa ....................................................................................... 41
2.5.2. Pengaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa (student
engagement) dalam kegiatan perkuliahan ....................................... 43
2.5.3. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan perkuliahan ....................................................................... 44
2.5.4. Pengaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan ekstra kampus ................................................................... 45
2.5.5. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan ekstra kampus ................................................................... 47
2.5.6. Pengaruh keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam
perkuliahan terhadap keterlibatan (student engagement) mahasiswa
dalam kegiatan ektra kampus .......................................................... 48
2.5.7. Pengaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan PKL dan KKN .................................................................. 50
2.5.8. Pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra kampus
terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL dan KKN .. 51
2.5.9. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan PKL dan KKN .................................................................. 52
2.5.10. Pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan
terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL dan KKN .. 54
2.5.11. Pengaruh keterlibatan kegiatan perkuliahan terhadap kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi............................. 55
2.5.12. Pengaruh keterlibatan kegiatan ektra kampus terhadap kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi............................. 56
2.5.13. Pengaruh keterlibatan kegiatan PKL dan KKN terhadap kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi............................. 58
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 60
3.1. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 60
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................. 60
3.2.1. Populasi dan Sampel ....................................................................... 60
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 61
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.......................... 61
3.3.1. Kompetensi komunikasi dan Negosiasi Mahasiswa Akuntansi ...... 62
xii
3.3.3. Self-Efficacy .................................................................................... 65
3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 68
3.4.1 Metode Kuesioner ........................................................................... 68
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 69
3.5.1. Uji Validitas .................................................................................... 69
3.5.3. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 85
4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 85
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 85
4.1.2. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 85
4.1.2. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 93
4.2. Pembahasan .......................................................................................... 106
4.2.1. Pengaruh Self-Efficacy Mahasiswa berpengaruh terhadap Self
Regulated....................................................................................... 106
4.2.2. Pengaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa (student
engagement) dalam perkuliahan ................................................... 107
4.2.3. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa (Student
engagement) dalam perkuliahan ................................................... 109
4.2.4. Penngaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa (Student
engagement) dalam kegiatan ekstra kampus ................................. 110
4.2.5. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa (Student
engagement) dalam kegiatan ekstra kampus ................................. 112
4.2.6. Pengaruh keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam
perkuliahan terhadap keterlibatan mahasiswa (student engagement)
dalam kegiatan ekstra kampus ...................................................... 114
4.2.7. Pengaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa (Student
engagement) dalam kegiatan PKL dan KKN ................................ 116
4.2.8. Pengaruh keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam
kegiatan ekstra kampus terhadap keterlibatan mahasiswa (student
engagement) dalam kegiatan PKL dan KKN ................................ 118
4.2.9. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa (Student
engagement) dalam kegiatan PKL dan KKN ................................ 119
4.2.10. pengaruh keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam
perkuliahan terhadap keterlibatan mahasiswa (student engagement)
dalam kegiatan PKL dan KKN ..................................................... 120
xiii
4.2.11. Pengaruh keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam
perkuliahan terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi ....... 121
4.2.12. Pengaruh keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam
kegiatan ekstra kampus terhadap kompetensi komunikasi dan
negosiasi ........................................................................................ 123
4.2.13. Pengaruh keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam
kegiatan PKL dan KKN terhadap kompetensi komunikasi dan
negosiasi ........................................................................................ 125
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 127
5.1. Simpulan ............................................................................................... 127
5.2. Saran ..................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 130
LAMPIRAN.........................................................................................................136
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.. ...................................................................... 38
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.. ........................................................ 66
Tabel. 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Self-Efficacy.. ..................................... 70
Tabel. 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Self-regulated ..................................... 70
Tabel. 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Keterlibatan Perkuliahan (Student
engagement in classroom lecture).. .................................................. 71
Tabel. 3.5 Variabel Keterlibatan Kegiatan Ekstra (Student engagement in
Extra campus)... .............................................................................. 72
Tabel. 3.6 Variabel Keterlibatan Kegiatan PKL dan KKN (Student engagement
in an Internship).. ............................................................................ 73
Tabel 3.7 Variabel Kompetensi Komunikasi dan Negosiasi (Communication
and Negotiation Competencies).. ..................................................... 74
Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian.. ............................................. 75
Tabel 3.9 Jenjang kriteria Variabel Self-efficacy.. ........................................... 76
Tabel 3.10 Jenjang kriteria Variabel Self-regulated.. ........................................ 77
Tabel 3.11 Jenjang kriteria Variabel Keterlibatan Perkuliahan ......................... 77
Tabel 3.12 Jenjang kriteria Variabel Keterlibatan Ekstra Kampus .................... 78
Tabel 3.13 Jenjang kriteria Variabel Keterlibatan PKL dan KKN .................... 78
Tabel 3.14 Jenjang kriteria Variabel Kompetensi Komunikasi dan Negosiasi .. 79
Tabel 3.15. Indeks Fit Model dan Nilai Batas Penerimaannya ........................... 83
Tabel.4.1 Analisis Statistik Deskriptif Self-efficacy ........................................ 86
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Self-efficacy....................................................... 86
Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif Self-regulated...................................... 87
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Self-regulated .................................................... 87
Tabel 4.5 Analisis Statistik Deskriptif Student Engagement in Classroom
Lecture (Perkuliahan) ...................................................................... 88
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Student Engagement in Classroom Lecture
(Perkuliahan).. ................................................................................... 88
Tabel 4.7 Analisis Statistik Deskriptif Student Engagement-Ekstra kampus ... 89
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Student Engagement- Ekstra Kampus .............. 90
Tabel 4.9 Analisis Statistik Deskriptif Student Engagement in Internship
xv
(PKL dan KKN).. ............................................................................. 90
Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Student Engagement in Internship (PKL dan
KKN) ................................................................................................ 91
Tabel 4.11 Analisis Statistik Deskriptif Kompetensi Komunikasi dan Negosiasi
(Communication and negotiation competencies) ............................. 92
Tabel 4.12 Analisis Deskriptif Communication and negotiation
competencies.. ................................................................................ 92
Tabel 4.13 Hasil Goodness of Fit Model ........................................................... 93
Tabel 4.14. Regression Weights: Hasil Estimasi Tidak Terstandarisir
Standardized Regression Weights: (Group number 1 – Default
model) .............................................................................................. 96
Tabel 4.15. Hasil Analisis Standardized Regression Weight Standardized
Regression Weights: (Group number 1 - Default model) ................ 96
Tabel 4.16. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Parameter Model .......................... 101
Tabel 4.17. Koefisien Determinasi (Squared Multiple Correlation) ................ 101
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model I-E-O Astin.. ........................................................................ 20
Gambar 2.2 Kerangka berpikir.. .......................................................................... 41
Gambar 4.1 Path Diagram.. ............................................................................... 105
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Penelitian.. ..................................... 137
Lampiran 2 Angket Uji Coba Instrumen Penelitian.. ....................................... 139
Lampiran 3 Tabulasi data uji coba instrumen penelitian.. ............................... 144
Lampiran 4 Output SPSS Uji validitas dan Reliabilitas.. ................................ 150
Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian.. .................................................... 154
Lampiran 6 Angket Penelitian .. ...................................................................... 156
Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian per Variabel.. ........................................ 161
Lampiran 8 Outpus SPSS statistik deskriptif.. ................................................. 197
Lampiran 9 Hasil Goodness of Fit.. ................................................................. 199
Lampiran 10 Hasil Uji Hipotesis.. ..................................................................... 201
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Globalisasi membuat jarak dan waktu dalam segala bidang menjadi
semakin tidak terbatas. Menurut Kanter 1995 ada 4 proses globalisasi, yaitu: (1)
mobility; Globalisasi memungkinkan mobilitas modal, manusia dan ide-ide ke
seluruh dunia, (2) simultaneity; Globalisasi menyebabkan barang dan jasa dapat
diperoleh darimana saja dan dimana saja pada waktu bersamaan, (3) bypass;
Globalisasi menyebabkan kompetisi cross border yang dimungkinkan oleh
kemudahan transportasi internasional, deregulasi, dan privatisasi monopoli
pemerintah, sehingga meningkatkan alternatif, dan (4) pluralism; Globalisasi
adalah proses menurunnya monopoli pusat dan penyebaran keahlian dan pengaruh
pada berbagai pusat diseluruh dunia (Giri, 2008).
Salah satu wujud globalisasi adalah berlakunya kerjasama ekonomi
antarnegara di kawasan Asia yang disebut Masyarakat Ekonomi Asia (MEA)
(Trianton, 2015). ASEAN (Association of South East Asia Nations) sebagai pasar
tunggal dan basis produksi yang memiliki lima elemen utama yaitu; aliran bebas
barang, aliran bebas sektor jasa, aliran bebas investasi, aliran bebas modal, dan
aliran bebas tenaga kerja terampil (Kemlu, 2015). Implementasi MEA basis
elemen tenaga kerja terampil terdapat delapan profesi yang terkena dampak
kebijakan pasar bebas yang tertuang dalam ASEAN Mutual Recognition
Arrangement (MRA), salah satu diantaranya adalah profesi Akuntan (Riyandi,
2017).
2
Profesi akuntan merupakan salah satu profesi yang terkena dampak dari
berlakunya MEA karena terdaftar sebagai tenaga kerja terampil pada program
Mutual Recognition Arrangement (MRA) yang disusun oleh para menteri
ekonomi ASEAN. MRA adalah salah satu perkembangan yang lebih baru dalam
kerjasama ASEAN di bidang perdagangan jasa. MRA memungkinkan kualifikasi
pemasok jasa profesional untuk saling diakui oleh negara-negara anggota
penandatangan, karenanya facilitating pergerakan penyedia layanan profesional di
kawasan ASEAN (Rafaelita, 2015).
Standar untuk profesi akuntan telah disusun oleh Internantional Ethics
Standards Board of Accountants (IESBA) dan dipublikasikan oleh International
Federation of Accountants (IFAC). IESBA adalah badan penyusun standar
yang independen untuk mengembangkan kode etik bagi Akuntan profesional,
sedangkan IFAC adalah organisasi profesi akuntan internasional (Indriastuti,
2012). Secara tidak langsung Masyarakat Ekonomi ASEAN telah menantang
setiap perguruan tinggi untuk menghasilkan akuntan professional yang siap
untuk memasuki dunia kerja dalam persaingan global (Putro, 2017).
International Education Standards (IES) didirikan oleh Internantional
Ethics Standards Board of Accountants (IESBA), yang merupakan standar
pengaturan badan independen di bidang pendidikan akuntansi profesional. IES
adalah salah satu standar paling penting yang mempengaruhi pengembangan
pendidikan akuntansi untuk mempersiapkan siswa untuk bergabung dengan
profesi akuntansi (Suttipun, 2014).
3
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang pengaturan standar
pendidikan tinggi, berdasarkan standar pendidikan internasional, merupakan
pernyataan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang penjenjangan
kualifikasinya didasarkan pada tingkat kemampuan yang dinyatakan dalam
rumusan capaian pembelajaran (learning outcomes) (Arifin & Rahmawati, 2012).
Dengan mengacu pada KKNI, sumber daya manusia Indonesia diharapkan
akan memiliki kompetensi kerja yang berkualitas (Hatta, 2016). Kurikulum
akuntansi yang dikembangkan oleh departemen akuntansi universitas terkemuka
di Indonesia mengacu pada kerangka kompetensi internasional. Namun demikian,
kerangka kompetensi lulusan akuntansi masih dalam proses pengembangan ( IAI,
2016)
Trend pendidikan Akuntansi di Indonesia menurut Ketua Dewan Pengurus
Nasional (DPN) IAI, Mardiasmo menyatakan bahwa Indonesia pada saat ini
memiliki lebih dari 265.000 mahasiwa akuntansi aktif yang berasal dari 589
perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Data dari World Bank tahun 2014
menyatakan lulusan mahasiswa Akuntansi dari seluruh negara ASEAN rata-rata
setiap tahun adalah berjumlah 77.330 orang. Peringkat pertama terbanyak
penghasil lulusan Akuntansi adalah Indonesia yang berkontribusi 45% dari
seluruh lulusan mahasiswa Akuntansi ASEAN, karena setiap tahun, Indonesia
meluluskan lebih dari 35.000 mahasiswa akuntansi. Jumlah ini menunjukkan
Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara dengan profesi akuntan
terkuat di regional .Hal tersebut menjadi peluang sekaligus tantangan bagi
4
Indonesia dalam meghadapi persaingan tenaga kerja terampil di era global (IAI,
2016).
Asosiasi profesional akuntan di beberapa negara maju telah membentuk
kerangka kompetensi akuntansi untuk menjadi tolok ukur bagi para akademisi
dalam melengkapi lulusan akuntansi dengan kompetensi. AICPA (2006)
menetapkan kerangka kompetensi inti pra-sertifikasi AICPA yang terdiri dari tiga
kelompok kompetensi, yaitu kompetensi akuntansi, kompetensi profesional, dan
kompetensi bisnis, meskipun pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Tinggi
telah memberikan panduan untuk pengembangan kurikulum di universitas,
kurikulum yang dikembangkan oleh masing-masing universitas tampaknya
beragam. Dengan demikian, kompetensi internasional akuntansi masih
menggunakan kerangka kompetensi yang digunakan oleh negara-negara maju
(Yanto, 2015).
American Accounting Association mendefinisikan kompetensi siswa
akuntansi yang ideal yang memiliki kemampuan berpikir kreatif, belajar untuk
belajar, pembelajaran seumur hidup, dan keterampilan komunikasi (Suttipun,
2014). Kompetensi akuntansi menurut peneliti Yanto et al. (2018) yaitu
kompetensi Intelektual dan Pengambilan Keputusan, Kompetensi Komunikasi dan
Negosiasi, Kompetensi Operasional, Kompetensi Teknologi dan Kompetensi
Manajerial.
Penelitian ini berfokus pada salah satu kompetensi inti akuntansi yaitu
kompetensi komunikasi dan negosiasi. Di era global kompetensi komunikasi dan
negosiasi menjadi sangat penting, mengingat banyaknya perusahaan yang
5
melakukan operasi bisnis di luar batas negaranya, menunjukkan arah
perkembangan operasi bisnis yang bersifat global (Immanuela, 2009).
Memasuki era globalisasi atau yang dikenal dengan pasar bebas menuntut
setiap individu untuk mempersiapkan sumberdaya yang handal terutama dibidang
komunikasi (Handayani, 2016). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Cervone (2014) menemukan bahwa keterampilan komunikasi memiliki pengaruh
signifikan terhadap keberhasilan suatu proyek, dengan memahami apa yang
menghalangi kesuksesan, tim proyek dapat lebih efektif menerapkan teknik yang
dapat membantu memfasilitasi kesuksesan yang lebih besar.
Komunikasi penting kaitannya dengan bidang pekerjaan yang
membutuhkan lobi dan negosiasi (Evelina 2004). Penelitian di perusahaan
perbankan menemukan bahwa komunikasi berkontribusi dalam meningkatkan
keberhasilan suatu inovasi (Lievens, Moenaert, & Jegers, 2006). Kompetensi
komunikasi juga memainkan peran dalam hubungan antara kinerja pekerjaan (Yu
& Ko, 2016), selain itu dalam organisasi perusahaan, komunikasi berperan
penting dalam peningkatan kinerja perusahaan (Ansen, 2013). Studi-studi
tersebut memberikan bukti bahwa kompetensi komunikasi dianggap penting bagi
lulusan akuntansi untuk bekerja dengan rekan kerja dan untuk meningkatkan
kinerja kerja mereka.
Komunikasi dan negosiasi adalah dua kompetensi yang tidak dapat
dipisahkan. Kompetensi ini diperlukan karena dalam melakukan pekerjaannya,
karyawan bertindak sebagai pengusaha sering menghadapi perbedaan pendapat
dan persepsi dengan rekan kerja. Ketika perbedaan ini menjadi lebih intens, hal
6
tersebut dapat mengarah pada konflik, mengakibatkan penurunan kinerja kerja
karyawan dan organisasi (Jen, 2013).
Menurut Gray (2010) di Selandia Baru, iklan mengenai lowongan
pekerjaan akuntan secara teratur menentukan kemampuan lisan dan tulisan dari
sepuluh keterampilan komunikasi, dan dalam hal ini kompetensi lisan ditekankan
di web situs New Zealand Institute of Chartered Accountants (NZICA) sebagai
persyaratan mendaftar. Pentingnya keterampilan komunikasi untuk akuntan telah
ditekankan dalam literatur, Roy dan MacNeill melaporkan tentang pengetahuan
umum yang dimiliki oleh Certified Public Accountant (CPA) di AS harus dimiliki
di awal karirnya. Dalam konteks ini penulis menyebutkan bahwa kekurangan dari
lulusan perguruan tinggi adalah ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara
lisan atau tertulis (Siriwardane & Durden, 2014).
Sebagai seorang mahasiswa yang bersiap-siap untuk memulai karir
pilihannya, harus mengambil kesempatan dalam setiap kegiatan yang
mengembangkan keterampilan komunikasi dalam aspek yang lebih luas dan
lengkap sehingga keterampilan komunikasi dapat sepenuhnya dikembangkan
(Iksan, Zakaria, & Meerah, 2012). Mahasiswa perlu berupaya untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi mereka untuk dapat berhasil dalam
profesi yang mereka pilih (Ihmeideh, Al-Omari, & Al-Dababneh, 2010), tidak
terkecuali para mahasiswa Akuntansi. Oleh karena itu, universitas harus
menyediakan lebih banyak kegiatan untuk mengembangkan keterampilan
komunikasi siswa dalam rangka memenuhi tantangan dunia global (Iksan et al.,
2012).
7
Pembentukan sebuah kompetensi khususnya kompetensi komunikasi dan
negosiasi memerlukan adanya keterlibatan mahasiswa (student engagement).
Menurut teori I-E-O Astin pengembangan kompetensi dipandang melalui tiga
konstruk pendidikan yaitu Input-Environment-Outcome dimana dalam penelitian
ini komponen environment dalam model tersebut menggunakan student
engagement sebagai bentuk dari proses akademik yang akan diuji hubungannya
dengan outcome yaitu kompetensi komunikasi dan negosiasi dan input nya adalah
mahasiswa.
Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Semarang dipilih sebagai objek
karena berdasarkan data tracer study banyak dari mereka yang setelah lulus,
bekerja sebagai akuntan, dari 150 lulusan 94 diantaranya bekerja sebagai akuntan.
Visi dari jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
adalah menjadi jurusan/program studi akuntansi yang unggul dan terkemuka,
mampu menghasilkan lulusan sarjana akuntansi yang kompeten dan berdaya
saing, berkarakter jujur, bertanggung jawab, santun dan cerdas. Selain itu,
mahasiswa akuntansi khusunya minimal semester tujuh telah secara kompetensi
atau keilmuan, memperoleh semua materi akuntansi seperti mata kuliah praktik
(Praktik Kerja Lapangan) dan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dari mata kuliah PKL
dan KKN ini tentunya mahasiswa akuntansi memperoleh banyak pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian menggunakan student
engagement yang diuji hubungannya dengan outcome pendidikan salah satunya
8
adalah menurut National Survey of Student Engagement (NSSE) di AS bahwa
student engangent berkontribusi dalam menghasilkan output suatu universitas
(Ching, 2014). Berdasarkan studi yang dilakukan NSSE terdapat lima komponen
didalam student engagement, yaitu 1) academic challenge (tantangan akademik),
2) active learning (pembelajaran yang aktif), 3) student – staff interaction
(interaksi dengan tenaga pengajar), 4) enriching educational experience
(pengayaan pengalaman pendidikan), 5) supportive learning environment
(lingkungan belajar yang mendukung), namun berdasarkan Australasian Survey
of Student Engagement (AUSSE) terdapat enam komponen, yaitu ditambah
dengan komponen 6) Work integrated learning (pembelajaran yang terintegrasi
kerja) (Radloff & Coates, 2010).
Kompetensi dari mahasiswa merupakan bagian dari outcome termasuk
kompetensi komunikasi dan negosiasi. Ulum & Yanto (2017) mengemukakan
bahwa student engagement (SE) signifikan berkorelasi dengan kompetensi
akuntansi, dimana student engagement ini merupakan bentuk dari partisipasi
mahasiswa dalam proses pembelajaran yang ada di dalam dan di luar perkuliahan.
Sa’adah & Ariati (2018) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara student engagement dengan prestasi akademik. Dimana prestasi
akademik ini dapat menunjukkan kompetensi yang dicapai mahasiswa.
Yanto, Mula, & Kavanagh, (2011b) menyatakan bahwa Academic
Challenge (AC) berpengaruh terhadap semua faktor kompetensi mahasiswa
akuntansi. Selanjutnya AUSSE juga menyatakan bahwa AC adalah faktor dari
9
student engagement yang mempengaruhi outcome pendidikan berupa nilai atau
kompetensi mahasiswa (Radloff & Coates, 2010).
AUSSE mengungkapkan bahwa Active Learning (AL) berpengaruh
terhadap outcome yaitu nilai rata-rata mahasiswa yang merupakan salah satu
bentuk dari kompetensi yang dimiliki mahasiswa (Radloff & Coates, 2010).
Mutmainah, (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif mampu
mengasah karakter dan keterampilan (skill) mahasiswa. Selain itu, berbeda dengan
Yanto et al. (2011b) yang mengemukakan bahwa AL tidak berkontribusi secara
signifikan terhadap Personal Competency yang merupakan bagian dari
kompetensi mahasiswa akuntansi.
Khotimah (2018) menyatakan bahwa Student-Staff Interaction mempunyai
pengaruh signifikan terhadap masing-masing faktor kompetensi internasional
akuntansi. Hamzah (2015) menemukan bahwa hubungan dosen dan mahasiswa
berpengaruh positif signifikan terhadap semua faktor kompetensi internasional
akuntansi forensik. Pendapat tersebut diperkuat oleh AUSSE yang menyatakan
bahwa SSI merupakan faktor penting dari student engagement bagi outcome
mahasiswa akuntansi (Radloff & Coates, 2010).
AUSSE menyatakan bahwa Enriching Educational Experience (EEE)
tidak berpengaruh terhadap nilai rata-rata secara keseluruhan (Radloff & Coates,
2010). Hasil penelitian yang dilakukan Yanto et al., (2011b) juga menunjukkan
bahwa EEE tidak memiliki pengaruh terhadap kompetensi mahasiswa akuntansi.
Berbeda dengan penapat Hamzah (2015) yang menyatakan bahwa pengayaan
10
pengalaman berpengaruh signifikan terhadap enhanced skills yang merupakan
faktor kompetensi internasional akuntansi forensik.
Yanto et al., (2011b) mengungkapkan bahwa Supportive Learning
Environment (SLE) merupakan faktor penting dalam pembentukan kompetensi
mahasiswa akuntansi. Suwardi (2012) mengemukakan bahwa lingkungan belajar
mempengaruhi hasil belajar. Berbeda dengan penelitian Khotimah (2018)
menyatakan bahwa SLE tidak memiliki pengaruh terhadap masing-masing faktor
pemahaman akuntansi. Sehingga variabel supportive learning environment ini
perlu diteliti kembali untuk membuktikan pengaruhnya terhadap kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa jurusan akuntansi.
Mu’ayati, (2014) menyatakan bahwa praktik kerja industri berpengaruh
terhadap kesiapan kerja siswa akuntansi. Perdana (2013) mengungkapkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kuliah kerja nyata terhadap
keterampilan sosial mahasiswa. Menurut AUSSE rata-rata skor Work Integrated
Learning untuk Australasia adalah 45,2. Skor naik dari rata-rata 39,6 untuk siswa
tahun pertama menjadi 50,0 untuk siswa tahun berikutnya - tren yang sama
dengan yang ditemukan pada tahun 2008. Skala ini unik untuk AUSSE dan,
akibatnya, tidak ada nilai referensi NSSE yang tersedia untuk perbandingan,
sehingga Work Integrated Learning menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini
menggunakan proksi dari keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan praktik kerja
lapangan dan kuliah kerja nyata.
Salah satu faktor yang mempengaruhi student engagement adalah self-
efficacy. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Halimah et al (2017) yang
11
memaparkan bahwa siswa yang memiliki keterlibatan rendah dipengaruhi oleh
kurangnya keyakinan siswa akan kemampuannya untuk berprestasi di sekolah,
namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan Wahyuni (2018) yang menyatakan
bahwa self-efficacy berpengaruh positif terhadap kompetensi akuntansi namun
student engagement tidak memoderasi pengaruh self-eficacy terhadap kompetensi
akuntansi.
Mahasiswa yang memiliki self-regulated yang baik akan memiliki
keterlibatan kognitif yang tinggi. Selain itu menurut Vrugt dan Oort dalam
Handbook of Research on Student Engagement (2012) menjelaskan seseorang
yang memiliki self-regulated learning akan berusaha lebih keras ketika belajar,
memiliki ketekunan, dan akan mengerjakan tugas tepat waktu. Hal itu didukung
dengan hasil penelitian Wahyuni (2018b) self-regulated learning dimoderasi oleh
student engagement terhadap kompetensi akuntansi.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menyajikan fenomena dan
penelitian yang dilakukan oleh Yanto et al (2011b), Radloff & Coates (2010),
Mutmainah (2008), Khotimah (2018), Hamzah (2015), Suwardi (2012), Mu’ayati
(2014), Perdana et al (2013), Halimah et al. (2017), Wahyuni (2018) dan Vrugt
dan Oort dalam Handbook of Research on Student Engagement (2012) dapat
dijadikan dasar diperlukannya pengembangan pendidikan yang berkaitan dengan
kompetensi mahasiswa akuntansi melalui peran dari Student Engagement. Oleh
karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Anteseden
Kompetensi Komunikasi dan Negosiasi Mahasiswa Akuntansi”.
12
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pentingnya kompetensi akuntansi, khususnya kompetensi komunikasi dan
negosiasi di era global, terlebih karena semakin banyaknya bisnis yang
memerlukan lobi dan negosiasi, serta tantangan Indonesia menghadapi pasar-
pasar baru serta kondisi ekonomi yang berkembang setelah adanya perjanjian
internasional.
2. Kebutuhan terhadap tenaga akuntan profesional meningkat serta hal ini juga
harus diimbangi dengan upaya penyedia lulusan akuntan profesional untuk
mencetak tenaga-tenaga yang memiliki kualifikasi kompetensi akuntan
internasional.
3. Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan diantaranya UNNES
harus membuat mahasiswanya memiliki kompetensi yang baik. Salah satu
kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa jurusan akuntansi adalah
kompetensi komunikasi dan negosiasi, dimana menurut data Tracer terbaru
mahasiswa jurusan akuntansi UNNES sebagian besar setelah lulus bekerja
sebagai akuntan.
4. Kompetensi akuntansi dipengaruhi oleh student engagement. Menurut teori I-
E-O keterlibatan menjadi proksi dari environment dimana semakin besar
keterlibatan mahasiswa berupa energi fisik dan psikologis yang dicurahkan,
maka semakin besar pula pengalaman akademik yang didapatkan oleh
mahasiswa.
13
1.3. Cakupan Masalah Penelitian
Ruang lingkup yang akan dikaji dalam penelitian ini didasarkan pada latar
belakang dan identifikasi masalah sehingga perlu diadakan penelitian mengenai
pengaruh student engagement yang dibagi menjadi keterlibatan dalam
perkuliahan, keterlibatan dalam kegiatan ekstra, keterlibatan dalam PKL dan KKN
dengan proksi Academic Challenge (AC), Active and Cooperative Learning
(ACL), Student-Staff Interaction (SI), Enriching Educational Experience (EE),
Supportive Learning Environment (SL) dan Work Integrated Learning (WIL)
terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi pada mahasiswa jurusan
akuntansi. Objek penelitian dalam penulisan ini dibatasi yaitu mahasiswa
akuntansi tingkat akhir, minimal semester tujuh Universitas Negeri Semarang
yang telah menempuh seluruh mata kuliah akuntansi dan praktik kerja.
1.4. Perumusan Masalah
Selanjutnya masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah self-efficacy berpengaruh terhadap self –regulated ?
2. Apakah self-efficacy berpengaruh terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan perkuliahan ?
3. Apakah self -regulated berpengaruh terhadap terhadap keterlibatan
mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan ?
4. Apakah self-efficacy berpengaruh terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan ekstra kampus ?
14
5. Apakah self -regulated berpengaruh terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan ekstra kampus ?
6. Apakah keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan berpengaruh
terhadap terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra ?
7. Apakah self efficacy berpengaruh terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan PKL dan KKN ?
8. Apakah keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra kampus berpengaruh
terhadap keterlibatan mahasiswa dalam PKL dan KKN ?
9. Apakah self -regulated berpengaruh terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
PKL dan KKN ?
10. Apakah keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan berpengaruh
terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL dan KKN ?
11. Apakah keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan berpengaruh
terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi ?
12. Apakah keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra berpengaruh terhadap
kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi ?
13. Apakah keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL dan KKN berpengaruh
terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi ?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh self-efficacy terhadap self regulated
15
2. Untuk menganalisis pengaruh self-efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa
dalam kegiatan perkuliahan
3. Untuk menganalisis pengaruh self-regulated terhadap keterlibatan mahasiswa
dalam kegiatan perkuliahan
4. Untuk menganalisis pengaruh self-efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa
dalam kegiatan ekstra kampus
5. Untuk menganalisis pengaruh self-regulated terhadap keterlibatan mahasiswa
dalam kegiatan ekstra kampus
6. Untuk menganalisis pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan
perkuliahan terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra kampus
7. Untuk menganalisis pengaruh self-efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa
dalam kegiatan PKL dan KKN
8. Untuk menganalisis pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra
terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL dan KKN
9. Untuk menganalisis pengaruh self-regulated terhadap keterlibatan mahasiswa
dalam kegiatan PKL dan KKN
10. Untuk menganalisis pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan
perkuliahan terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL dan KKN
11. Untuk menganalisis pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan
perkuliahan terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa
akuntansi
12. Untuk menganalisis pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra
terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi
16
13. Untuk menganalisis pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL
dan KKN terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa
akuntansi
1.6. Kegunaan Penelitian
1.6.1. Kegunaan Teoritis
Aspek teoritis dari penelitian ini menguji model I-E-O dalam
mengembangkan kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi.
Sehingga dapat menunjukkan model yang tepat dalam mengembangkan
kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi yang berguna bagi
dunia pendidikan untuk lebih mengembangkan kurikulum dan konsep
pembelajaran yang melibatkankan mahasiswa yang paling tepat dalam
meningkatkan kompetensi komunikasi dan negosiasi yang telah
diharmonisasikan dengan standar kompetensi internasional akuntan, sehingga
dapat memberikan kontribusi lebih terhadap para lulusan akuntansi.
1.6.2. Kegunaan Praktis
Aspek praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
kepada para praktisi akuntansi dalam bidang pendidikan maupun non pendidikan,
dimana para praktisi dapat lebih mengembangkan kompetensi Internasional
akuntan khususnya dalam kompetensi komunikasi dan negosiasi sesuai kebutuhan
kerja. Serta untuk para pendidik dapat menjadi referensi praktik pembelajaran
sesuai hasil penelitian yang akan dilakukan.
17
1.7. Orisinalitas Penelitian
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini
mengembangkan penelitian-penelitian terdahulu dengan membuat model
penelitian yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dimana
penelitian Yanto et al., (2011b) dan Hamzah (2015) menggunakan analisis
kanonik SPSS. Penelitian ini mengambil variabel berdasarkan salah satu
kompetensi akuntansi internasional, yaitu kompetensi komunikasi dan negosiasi
dari peneliti Yanto et al (2018). Selain itu variabel student engagement yang
digunakan dalam penelitian ini dijadikan variabel intervening. Penelitian ini
menggunakan teori I-E-O Astin untuk menguji model yang dapat
mengembangkan kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi
dengan alat analisis AMOS 22.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Kajian Teori Utama (Grand Theory)
2.1.1. I-E-O Model
Kompetensi komunikasi dan negosiasi dapat ditelaah dalam tiga konstruk
pendidikan, yaitu Input, Environment dan Outcome (I-E-O). Menggunakan
model I-E-O, perubahan atau pertumbuhan siswa di universitas ditentukan dengan
membandingkan Outcome dengan input, ditambah penilaian dampak dari berbagai
pengalaman universitas untuk menentukan apakah siswa tumbuh atau berubah
secara berbeda dalam berbagai kondisi lingkungan (Tam, 2010). Environment
dalam I-E-O diadaptasi dari teori involvement, siswa akan belajar dengan cara
melibatkan diri terhadap lingkungan belajar untuk mendapatkan pengalaman
belajar baik melalui kegiatan kurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler (Astin,
1984).
Input meliputi karakteristik siswa pada awal masuk perguruan tinggi,
termasuk hasil ujian pra-universitas, alasan menghadiri universitas, status sosial
ekonomi, tujuan hidup lainnya dan demografi. Environment mencakup berbagai
program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman pendidikan yang
yang berdampak pada siswa (Astin dalam Tam, 2010), outcome yang berupa
karakter, pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai yang ada setelah
menempuh proses pembelajaran. Penelitian ini akan menguji model I-E-O
untuk mengembangkan kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa
akuntansi.
19
Beberapa penelitian memaparkan tentang I-E-O. Model I-E-O dianggap
valid sebagai kerangka pengembangan kompetensi akuntansi internasional
(Yanto, Mula, & Kavanagh, 2011a). Komives (2009) menunjukkan model I-E-O
mengeksplorasi sejauh mana keterlibatan kurikuler, peran kepemimpinan, dan
kontribusi partisipasi dalam program kepemimpinan pada mahasiswa perempuan
dan pria terhadap kapasitas kepemimpinan tanggung jawab secara sosial.
Keterlibatan (Student Engagement) dalam organisasi siswa dan keterlibatan
masyarakat adalah variabel lingkungan yang paling signifikan terhadap kapasitas
kepemimpinan tanggung jawab secara sosial bagi wanita, penelitian tersebut
membuktikan bahwa environment khususnya keterlibatan (Student Engagement)
berpengaruh terhadap output.
Dalam model I-E-O, hasil belajar siswa (outcome) dianggap menjadi
fungsi dari interaksi input dan lingkungan (environment), yang meliputi persepsi
dan perilaku siswa juga manusia, keuangan, dan lembaga sumber daya fisik (Hu
& Kuh, 2003). Whitmire (1998) melakukan penelitian mengenai pengaruh
pengembangan keterampilan berpikir kritis pada mahasiswa sarjana menggunakan
I-E-O model dengan input; student background characteristics, environment;
academic library experience, experiences with faculty,course lerning, experience
in writing, dengan outcome adalah pengembangan keterampilan berpikir kritis
pada mahasiswa sarjana. Hasil menunjukkan bahwa input dan environment
berpengaruh terhadap outcome.
20
Gambar 2.1, memperlihatkan hubungan antar komponen di dalam
teori Astin I-E-O. Di dalam gambar ini terlihat bahwa outcome siswa ditentukan
oleh input dan environment, pada waktu yang sama, input dan environment
juga mempengaruhi outcome. Astin juga menjelaskan bahwa hubungan antara
environment dan outcome tidak dapat dipisahkan pengaruhnya dari input.
Model I-E-O berbeda dengan Teori Proses yang tidak memperhatikan
hubungan antara input dengan output.
The I-E-O Model
Gambar 2.1 Model I-E-O Astin
Sumber : Astin (1993)
Pendapat Astin (1993) menunjukkan bahwa perkembangan akademis
mahasiswa tidak hanya dipengaruhi oleh kegiatan akademis yang dijalankan,
tetapi juga kegiatan non akademis menjadi sebuah faktor penentu
perkembangan kompetensi mahasiswa.
Menurut Kuh (2010) US’s National Survey of Student Engagement
penelitian mengenai faktor Student Engagement yang terdiri dari lima dimensi
yaitu tantangan akademis (Academic Challenge), pembelajaran aktif (Active
Learning Student), dan kolaboratif, interaksi siswa-staf (Student-Staff
Input
Self Efficacy
Self Regulated
Outcome
Communication
and negotiation
competence
Environment
Student
Engagement
21
Interaction), memperkaya pengalaman pendidikan (enriching education
experiences), dan lingkungan kampus yang mendukung (supportive learning
environment).
Sedangkan Australian survey of student engagement (AUSSE)
mengungkapkan enam dimensi student engagement yaitu mencakup tantangan
akademis (Academic Challenge), pembelajaran aktif (Active Learning Student),
interaksi siswa dan staf (Student-Staff Interaction), memperkaya pengalaman
pendidikan (enriching education experiences), lingkungan belajar yang
mendukung (supportive learning environment), dan pembelajaran yang
terintegrasi kerja (work integrated learning) (AUSSE 2010). Input yang diteliti
dalam penelitian ini adalah self efficacy dan self regulated yang merupakan bagian
dari karakteristik dan perilaku, Environment diukur dengan student engagement
yang merupakan proksi dari proses kegiatan pembelajaran di sekolah dan
outcome berupa hasil belajar yang berupa kompetensi komunikasi dan negosiasi
mahasiswa akuntansi.
2.2. Kajian Variabel Penelitian
2.2.1. Self-Efficacy
2.2.1.1. Definisi Self-Efficacy
Albert Bandura (1998) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan
seseorang tentang kemampuan untuk menghasilkan tingkat kinerja yang
ditentukan yang mempengaruhi aktivitas kehidupan mereka. Keyakinan self-
efficacy menentukan bagaimana orang merasakan, berpikir, memotivasi diri
sendiri dan berperilaku. Keyakinan semacam itu menghasilkan berbagai efek
22
melalui empat proses utama, termasuk proses kognitif, motivasi, afektif dan
seleksi. Keyakinan self-efficacy merupakan faktor kunci sumber tindakan
manusia (human egency), apa yang orang pikirkan, percaya, dan rasakan
mempengaruhi bagaimana mereka bertindak.
Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi
dan memproduksi hasil positif (Sandtrock 2007 dalam Rachmawati, 2012).
Sedangkan menurut Niu (2010) dalam Rachmawati (2012) self-efficacy
merupakan hasil interaksi antara lingkungan eksternal, penyesuaian mekanisme
diri serta kemampuan personal, pengalaman dan pendidikan. Alwisol (2004)
dalam Permana (2016) menjelaskan self-efficacy adalah keyakinan terhadap diri
sendiri dengan penuh percaya diri serta harapan untuk dapat memecahkan
masalah tanpa rasa putus asa. Ketika individu dihadapkan pada stress yang akan
timbul maka efikasi dirinya meyakinkan akan terjadinya reaksi terhadap suatu
situasi antara reaksi emosi dan usahanya dalam menghadapi kesukaran. Efikasi
diri yang dimiliki individu itu dapat membuat individu mampu untuk menghadapi
berbagai situasi
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa self-
efficacy merupakan keyakinan dan kepercayaan individu terhadap kemampuan
diri sendiri untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan apa yang diyakini,
diinginkan, atau diharapkan.
2.2.1.2. Sumber Self-Efficacy
Bandura (1977) dalam Wicaksono (2015) mengemukakan bahwa sumber
self-efficacy yaitu pengalaman kesuksesan atau kegagalan menguasai sesuatu
23
prestasi (performance accomplishment), pengalaman mengamati perilaku orang
lain (vicarious learning), dorongan atau motivasi yang meyakinkan dari orang
lain (verbal persuation), tingkat ketegasan emosi dalam menghadapi situasi yang
penuh dengan tantangan dan hambatan (physiological/ emotional states).
Performance accomplishment (pengalaman dimasa lalu) sangat kuat
mempengaruhi self-efficacy, apabila seseorang terbiasa dengan mudah
mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan maka ketika mengalami kegagalan
akan mudah putus asa. Ketahanan untuk terus yakin membutuhkan pengalaman
dalam menghadapi rintangan dengan gigih. Kesulitan yang dihadapi seseorang
untuk mencapai tujuannya akan mengajarkan bahwa kesuksesan membutuhkan
usaha yang berkelanjutan. Setelah orang yakin bahwa mereka memiliki apa yang
dibutuhkan untuk sukses maka seseorang akan tetap tekun ketika menghadapi
kesulitan dan dapat bangkit dari kegagalan.
Vicarious learning (pengalaman vikarius) merupakan pengalaman yang
diperoleh individu melalui model sosial. Self-efficacy akan meningkat ketika
individu mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya self-efficacy akan
menurun jika mengamati orang dengan kurang lebih kemampuannya sama
dengan dirinya dan mengalami kegagalan.
Verbal persuation (persuasi sosial) yaitu penguatan dari orang lain bahwa
individu memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang diharapkan. Seseorang
yang mendapatkan persuasi sosial akan memiliki derajat self-efficacy lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang tidak mendapatkannya. Orang yang
diyakinkan oleh orang lain untuk meguasai kegiatan yang dilakukan akan
24
cenderung berusaha mempertahankan apa yang ingin dicapai ketika menghadapi
rintangan.
Emotinal arousal/Physiological States (tingkat emosi dan psikis)
mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki.
Seseorang yang menginterpretasikan reaksi stres dan ketegangan sebagai simbol
yang menunjukan rasa tersakiti sehingga menunjukkan kurang maksimalnya
perilaku yang ditampilkan. Suasana hati akan berdampak pada penilaian
seseorang terhadap keyakinan dirinya. Semakin positif dan baik suasana hati
seseorang maka akan semakin meningkat pemahaman self-efficacy, sedangkan
suasana hati yang buruk akan menurunkannya. Meningkatkan kebugaran fisik,
mengurangi stres dan kecenderungan emosi negatif serta mengklarifikasi
kesalahpahaman penilaian tentang dirinya akan dapat meningkatkan self-efficacy.
2.2.1.3. Aspek-Aspek Self-Efficacy
A Bandura (1977) menyatakan bahwa self-efficacy yang dimiliki setiap
individu berbeda didasarkan atas tiga dimensi yaitu Magnitute, strength, dan
generality. Dimensi Tingkat (Magnitude) mengacu pada persepsi tentang
masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Persepsi
tentang derajat kesulitan tugas ini dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki
oleh individu tersebut. Dimensi Magnitude berdampak pada pemilihan perilaku
yang akan dicoba oleh individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan
tugas. Individu akan berupaya mengerjakan tugas tertentu yang dirasa mampu
dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi atau perilaku yang dirasa
berada di luar batas kemampuannya.
25
Dimensi Generalisasi (generality) berkaitan dengan taraf keyakinan dan
kemampuan individu dalam menggeneralisasikan tugas dan pengalaman
sebelumnya. Dimensi ini juga berkaitan dengan cakupan luas bidang tingkah
laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Individu dapat
merasa yakin terhadap kemampuan dirinya tergantung pada pemahaman
kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau
pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan beragam.
Dimensi Kekuatan (Strength), berkaitan dengan kekuatan pada
keyakinan individu atas kemampuannya ketika menghadapi suatu tugas atau
permasalahan. Individu yang memiliki keyakinan kuat akan tekun pada
usahanya meskipun melalui banyak tantangan. Pengharapan yang kuat dan
mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai
tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang
menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan
diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.
Jika dilihat dari dimensi-dimensi tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek
self-efficacy yaitu tingkat keyakinan akan kemampuan yang dimiliki sehingga
berdampak pada persepsi seseorang tentang tingkat kesulitan tugas atau materi,
aspek kekuatan keyakinan dan aspek generalisasi yang diartikan keyakinan
seseorang akan kemampuannya untuk memahami dan menguasai berbagai bidang
yang beragam.
26
Pada penelitian ini peneliti menggunakan proksi yang dirumuskan oleh A
Bandura (1977) karena menurut peneliti, indikator yang dirumuskan merupakan
indikator yang representatif atau yang dapat menggambarkan atau mengukur self-
efficacy seseorang. Indikator tersebut adalah dimensi tingkat (Magnitude),
dimensi kekuatan (strength), dan dimensi generalisasi (generality).
2.2.2. Self-Regulated Learning
2.2.2.1. Definisi Self-Regulated Learning
Self-regulated learning diartikan regulasi diri pembelajaran, dan
pengelolaan diri dalam belajar. Menurut Pintrich dalam Handbook of Research
on Student Engagement (2012) self-regulated learning adalah suatu proses aktif
konstruktif dimana siswa membentuk tujuan belajarnya dan kemudian berusaha
memonitor, meregulasi dan mengontrol kognisi, motivasi, perilaku, dan karakter
konteks lingkungan belajar guna mencapai tujuan belajarnya tersebut. Sedangkan
menurut Zimmerman (1989) self-regulation adalah proses dimana siswa
mengaktifkan dan mempertahankan kognisi, perilaku, dan perasaan yang secara
sistematis diorientasikan pada pencapaian tujuan mereka.
Berbeda dengan Snowman & Mc.Cown yang mengungkapkan bahwa self-
regulated learning merupakan segala bentuk pikiran, perasaan, atau perbuatan
yang sengaja dilakukan dan dikendalikan oleh siswa untuk memaksimalkan
pembelajaran, pengetahuan dan keterampilannya untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan dan menyesuaikan diri dalam kondisi tertentu (Martha &
Pudjiastuti 2016).
27
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
self-regulated learning adalah suatu proses dimana siswa mengaktifkan kognisi,
perilaku, dan perasaannya untuk membuat tujuan belajar, memonitor, meregulasi
dan mengontrol kognisi, motivasi, perilaku, dan karakter konteks lingkungan
belajar guna mencapai tujuan belajarnya.
2.2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Regulated Learning
Menurut Zimmerman (1989) setidaknya terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi self-regulated learning adalah faktor pribadi (personal influences),
perilaku (behavior influences), dan lingkungan (environmental influences). Faktor
Pribadi (Personal Influences), merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
self- regulated learning siswa, dalam hal ini efikasi diri siswa menjadi bagian
penting yang mempengaruhinya pengetahuan siswa mulai dari proses
metakognitif, penentuan tujuan dan dampak yang diperolehnya. Siswa harus
mampu melakukan proses metakognitif termasuk membuat tujuan, mengontrol,
memonitor dan mengevaluasi. Jika siswa memiliki kepribadian yang mudah
mengalami kecemasan dan rendahnya self-efficacy maka hal itu dapat
melemahkan proses metakognitif dan pengaturan tujuan jangka panjang.
Faktor Perilaku (Behavior Influences), mempengaruhi self-regulated
learning, hal itu dapat dilihat melalui tiga komponennya yaitu self-observation,
self-judgment dan self-reaction. Self-observation melalui tahap ini siswa dapat
mengamati perilakunya, melalui ini siswa dapat mengetahui sejauh mana
tujuannya dapat dicapai dari hal yang sudah dilakukan. Self-observation
dipengaruhi oleh proses metakognitif, seperti menentukan tujuan dan perencanaan
28
dan pengaruh dari perilaku siswa. Self-judgment adalah tahap dimana siswa
membandingkan hasil dengan standar tujuan yang ingin dicapai. Self-reaction
adalah proses siswa merespon dari hasil tahap sebelumnyaa, respon siswa ini
dipengaruhi salah satunya oleh perilaku yang dihasilkan.
Faktor Lingkungan (Environmental Influences), dukungan sosial dan
pengalaman siswa selama dilingkungan memberikan pengaruh pada self-regulated
learning. Berdasarkan perilaku yang diamati dan pengalaman siswa akan
menentukan strategi belajarnya. Sedangkan menurut Alwisol dalam Alfiana
(2013) faktor yang mempengaruhi regulasi diri yaitu ekternal dan internal. Faktor
eksternal dalam hal ini adalah lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-
pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Interaksi
lingkungan mempengaruhi standar evaluasi tingkah laku individu yang pada
akhirnya turut mempengaruhi regulasi diri.
Faktor internal yang mempengaruhi regulasi diri yaitu observasi diri,
proses penilaian (judgemental process), dan reaksi diri afektif (self-response).
Observasi diri dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas
penampilan, orisinal tingkah laku diri, dan seterusnya. Judgemental process ialah
proses melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar pribadi, membandingkan
tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain,
menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi
performansi. Self-response dilakukan berdasarkan pengamatan dan judgement
itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian
menghadiahi atau menghukum dirinya sendiri.
29
2.2.2.3. Aspek Self-Regulated Learning
Wolters, Pintrich, & Karabenick (2003) membagi aspek-aspek self-
regulated learning kedalam tiga aspek. Aspek kognitif berkaitan dengan strategi
kognitif yang berbeda setiap individu, dapat digunakan untuk belajar dan
melakukan tugas serta strategi metakognitif yang dapat digunakan individu untuk
mengontrol dan mengatur kognisi mereka. Selain itu, baik pengetahuan konten
dan pengetahuan strategis termasuk dalam kolom kognitif.
Aspek motivasi dan pengaruh menyangkut berbagai keyakinan motivasi
yang mungkin dimiliki individu mengenai diri mereka sendiri dalam hubungannya
dengan tugas seperti keyakinan self-efficacy dan nilai-nilai untuk tugas tersebut.
Selain itu, minat atau kesukaan pada tugas akan dimasukkan dalam kolom ini
serta reaksi afektif positif dan negatif terhadap diri atau tugas tersebut. Akhirnya,
setiap strategi yang dapat digunakan individu untuk mengendalikan dan mengatur
motivasi dan pengaruhnya akan dimasukkan dalam kolom ini.
Aspek perilaku mencerminkan upaya umum yang dapat dilakukan individu
pada tugas serta kegigihan, pencarian bantuan, dan perilaku pilihan, Aspek dari
regulasi diri yang melibatkan usaha siswa untuk mengontrol perilaku tampak
mereka. Dimana perilaku merupakan aspek dari orang tersebut, walaupun “diri”
internal itu tidak diwakili oleh kognisi, motivasi, dan pengaruh. Namun demikian,
siswa dapat mengamati perilaku mereka sendiri, memonitor, dan mencoba untuk
mengontrol dan mengaturnya, dengan demikian aktvitas ini dapat dianggap
regulasi diri bagi siswa.
30
Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zimmerman,
(1990) self-regulated learning terdiri dari 3 aspek umum yaitu kognisi, motivasi
dan perilaku. Kognisi, dalam proses aspek kognisi ini memungkinkan individu
untuk menyadari diri, banyak mengetahui dan menentukan pendekatan dalam
belajar. Kognisi dalam self-regulated learning adalah kemampuan siswa
merencanakan, menetapkan tujuan, mengatur, memonitor diri, dan mengevaluasi
diri pada berbagai sisi selama proses penerimaan. Dimana kognisi berupa
kesadaran dan pengetahuan tentang pengetahuan berfikir, yang mengacu pada
kesadaran siswa tentang apa yang diketahui dan bagaimana untuk mencapai
tujuan individu (Savira & Suharsono, 2013).
Motivasi, dalam self-regulated learning yaitu dimana siswa merasakan
self-efficacy yang tinggi, atribusi diri dan berminat pada tugas intrinsik
(Zimmerman, 1990). Motivasi, mengatur diri sendiri peserta didik menganggap
diri mereka kompeten, mampu, dan mandiri (Zimmerman, 1986).Selain itu
motivasi dalam konteks self-regulated learning adalah self motivation yang
merupakan motivasi berasal dari diri sendiri terhadap kapasitasnya untuk belajar
(Savira & Suharsono, 2013).
Perilaku, dalam self-regulated learning ini merupakan upaya siswa untuk
memilih, menstruktur, dan menciptakan lingkungan yang mengoptimalkan
belajar. Mereka mencari nasihat, informasi dan tempat dimana mereka yang
paling memungkinkan untuk belajar (Zimmerman, 1990). Aspek perilaku pun
berkaitan dengan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan
memanfaatkan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas
31
belajar seperti memperhatikan pelajaran dari guru, mencatat, berkonsentrasi, dan
lain-lainnya (Savira & Suharsono, 2013).
Dapat simpulkan bahwa aspek-aspek self-regulated learning yaitu kognisi,
aktivitas kognitif dan metakognitif yang mana siswa mengunakannya untuk
beradaptasi dan mengubah kognisi mereka. Motivasi yaitu dimana siswa
merasakan self-efficacy yang tinggi, atribusi diri dan berminat pada tugas
intrinsik. Sedangkan perilaku berkaitan usaha siswa mengontrol perilaku tampak
dari diri sendiri.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan proksi yang dirumuskan oleh
Wolters et al., (2003) dan Zimmerman (1990) karena menurut peneliti, indikator
yang dirumuskan merupakan indikator yang representatif atau yang dapat
menggambarkan atau mengukur self-efficacy seseorang. Indikator tersebut adalah
kognisi, motivasi, dan perilaku.
2.2.3. Student Engagement
2.2.3.1. Definisi Student Engagement
Student engagement (keterlibatan siswa) didefinisikan sebagai waktu dan
usaha siswa yang dicurahkan untuk kegiatan yang secara empiris terkait
dengan hasil yang diharapkan dari lembaga dan perguruan tinggi untuk
mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut (Kuh, 2009).
Hazel et al. Albanes (2013) dalam mendefinisikan Student engagement
merupakan meta konstruksi multi dimensi yang mewakili afiliasi dan investasi
yang dimediasi secara internal dan eksternal siswa dengan sekolah. Keterlibatan
sekolah siswa adalah fenomena biopsikososial, terjadi dalam dan menanggapi
32
konteks lingkungan dalam lintasan perkembangan. Sedangkan Jennifer A
Fredricks, Blumenfeld, Paris, & Fredricks (2009) yang mengungkapkan bahwa
keterlibatan siswa (Student engagement) adalah usaha siswa untuk belajar yang
dapat dilihat melalui perilaku, kognitif dan emosi yang ditampilkan siswa di kelas.
Sebagai prediktor dari pembelajar yang baik, student engagement ini
penting karena memperlihatkan tingkat perhatian, usaha, persistensi, emosi positif
dan komitmen seorang pembelajar dalam proses belajarnya. Tanpa student
engagement yang baik, maka proses belajar yang baik pun sulit terlaksana. Luen
(2014) menunjukkan bahwa keterlibatan dalam jenis kegiatan tertentu memang
membantu siswa mengembangkan keterampilan umum, kognitif, dan sosial
mereka. Studi ini juga membantu menunjukkan berbagai nilai tambah dari
partisipasi kegiatan yang dilakukan siswa, terlebih lagi, terlibat dalam hal yang
tidak mengancam dan memotivasi kegiatan yang dirancang untuk pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterlibatan mahsiswa adalah usaha untuk
belajar pemahaman, atau menguasai pengetahuan, keterampilan akademik yang
terlihat melalui perilaku, emosi dan kognitif siswa selama aktivitas perkuliahan,
diluar perkuliahan dan pelatihan yang berhubungan dengan kerja.
2.2.3.2. Dimensi Student Engagement
Menurut Fredricks et al. (2009) keterlibatan dalam belajar merupakan
interaksi dari tiga dimensi, dimensi keterlibatan perilaku (behavioral), keterlibatan
perilaku sering didefinisikan dalam tiga cara. Definisi pertama keterlibatan
perilaku adalah Inisiasi memerlukan perilaku positif, seperti mengikuti aturan dan
mematuhi norma-norma di kelas, serta tidak adanya perilaku yang mengganggu
33
seperti bolos sekolah dan mendapat masalah (Fredricks et al., 2009). Definisi
kedua keterlibatan perilaku menyangkut dalam tugas-tugas pembelajaran dan
akademik dan mencakup perilaku seperti usaha, kegigihan, konsentrasi, perhatian,
bertanya pertanyaan, dan berkontribusi pada diskusi kelas (Fredricks et al., 2009).
Definisi ketiga melibatkan partisipasi dalam kegiatan terkait sekolah seperti
atletik atau tata kelola sekolah (Fredricks et al., 2009)
Keterlibatan Emosi, merupakan keterlibatan dengan mengacu pada reaksi
afektif siswa di kelas, termasuk minat, kebosanan, kebahagiaan, kesedihan, dan
kecemasan (Fredricks et al., 2009). Beberapa peneliti menilai keterlibatan
emosional dengan mengukur reaksi emosional terhadap sekolah dan guru
(Fredricks et al., 2009). Beberapa mengkonseptualisasikannya sebagai identifikasi
dengan sekolah (Fredricks et al., 2009). Finn mendefinisikan keterlibatan
emosional merupakan identifikasi sebagai milik (perasaan menjadi penting bagi
sekolah) dan nilai (penghargaan atas keberhasilan dalam hasil terkait sekolah)
(Fredricks et al., 2009).
Keterlibatan kognitif, Newmann et al (1992) Fredricks et al. (2009).
mendefinisikan keterlibatan dalam pekerjaan akademik sebagai investasi
psikologis dan upaya siswa yang diarahkan pada pembelajaran, pemahaman,
menguasai pengetahuan, keterampilan, atau kerajinan yang ingin dikembangkan
oleh karya akademik. Demikian pula, Wehlage et al mendefinisikan keterlibatan
merupakan investasi psikologis yang diperlukan untuk memahami dan menguasai
pengetahuan dan keterampilan secara eksplisit (Fredricks et al., 2009).
34
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Australian Survey of Student
engagement (AUSSE), terdapat lima komponen di dalam student engagement,
yaitu:
1. Academic Challenge (Tantangan akademik), Sejauh mana harapan dan
penilaian tantang siswa untuk belajar (Coates, 2009). Tantangan akademik
mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi siswa dalam
berprestasi. Siswa akan lebih bersungguh-sungguh dalam belajar dan
menempatkan lebih banyak upaya untuk memastikan mereka akan dapat
memenuhi harapan dan tantangan.
2. Active Learning (Pembelajaran yang aktif), Active Learning merupakan upaya
aktif siswa untuk membangun pengetahuan mereka (Coates, 2009).
Pembelajaran yang aktif membuat siswa merasa sangat terlibat dalam
pedidikan sehingga siswa akan menunjukkan kemajuan yang lebih besar
dalam keterlibatannya di kelas. Keterlibatan mahasiswa tersebut dapat
ditunjukkan dengan berpartisipasi aktif dalam setiap diskusi yang ada di
dalam kelas. Keterlibatan mahasiswa dalam proses akademik juga akan
membuat mahasiswa tersebut lebih banyak belajar dan berfikir mengenai apa
yang telah mereka pelajari (Kuh, 2009)
3. Student - staff interaction (Interaksi dengan tenaga pengajar), Student - staff
interaction merupakan tingkat dan sifat kontak siswa dengan staf pengajar
(Coates, 2009). Interaksi yang dibangun antara guru dengan siswa tidak
hanya di dalam kelas namun juga di luar kelas. Interaksi antara siswa dan
guru ini sangat penting karena dapat membantu siswa meningkatkan motivasi
35
dan keterlibatan mereka.
4. Enriching Education Experiences (Memperkaya pengalaman belajar),
Enriching Education Experiences merupakan tingkat partisipasi dalam
memperluas kegiatan pendidikan (Coates, 2009). Siswa perlu mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya untuk meningkatkan
kualitas pribadinya. Partisipasi siswa dalam kegiatan sekolah, organisasi
sekolah, ekstrakulikuler dan sebagainya akan membantu siswa dalam hidup
bermasyarakat.
5. Supportive Learning Environment (Lingkungan belajar yang mendukung),
Supportive Learning Environment adalah perasaan legitimasi dalam komunitas
universitas kerja (Coates, 2009). Astin (1984) dalam model I-E-O
menyebutkan bahwa lingkungan merupakan mediator dari proses
pembentukan input menjadi outcome. Dalam hal ini mahasiswa merupakan
input yang paling penting dari proses terbentuknya outcome dari lingkungan
belajar.
Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana untuk semua siswa guna
memastikan mereka dapat mencapai tujuan mereka. Supportive learning
environment akan membuat siswa puas dan nyaman, hal ini akan berdampak
pada tingkat paritisipasi yang tinggi dalam belajar serta pembelajaran yang
terintegrasi. Seorang siswa yang memiliki keterlibatan tinggi dengan sekolah
akan cenderung lebih berkomitmen pada sekolahnya.
36
2.2.4. Work Related Learning/ Work Integrated Learning
Work related learning (WRL) atau biasa disebut Work integrated learning
(WIL) adalah topik yang seringkali dijadikan pertimbangan yang menarik dan
bisa menjadi fokus pelatihan dan pembelajaran yang berhubungan dengan
pekerjaan sehari-hari bagi para pekerja. WIL ini sendiri dikembangkan dengan
pembelajaran berkelompok, individu maupun tim.
Sejak awal 1990-an, pembelajaran yang terkait dengan pekerjaan (sekali
lagi) telah menerima banyak minat dari pelatih dan sejumlah besar peneliti dari
berbagai disiplin ilmu. Fenwick (2002), misalnya, menyatakan bahwa sosiolog,
ahli teori organisasi, ekonom dan peneliti budaya bergabung dengan pendidik dan
semakin terlibat dalam hal ini. Alasan utama untuk minat berbasis luas ini adalah,
menurut pendapat Fenwick, perubahan besar dalam sifat pekerjaan dan maknanya
bagi pekerja abad kedua puluh satu, yang telah menyebabkan tantangan signifikan
terhadap model pembelajaran tradisional dan peran dari pendidik (Streumer,
2006).
Dalam kurikulum 2013 tujuan Pendidikan Nasional dikemas dalam 3
aspek sebagai SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan dan aspek sikap (Cahyani, et al 2014). Dalam kompetensi akuntansi
khususnya kompetensi komunikasi dan negosiasi muatan work integrated
learning atau praktek ini terdiri dari praktik pengalaman lapangan (PKL) dan
kuliah kerja nyata (KKN). Mahasiswa yang telah melakukan PKL dan KKN telah
menempuh serangkaian kegiatan pembelajaran sebelum terjun dalam praktik,
37
sehingga ilmu pegetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dapat diterapkan dalam
praktik.
Kompetensi akuntansi yang dimiliki oleh mahasiswa dalam pembelajaran
diberikan berdasarkan kurikulum yang disusun oleh IAI yang telah disesuaikan
dengan IFAC. Sehingga IAI membuat kurikulum standar yang dibutuhkan oleh
para akuntan Indonesia untuk lebih mengikuti perkembangan internasional yang
kemudian mereka aplikasikan dengan lapangan yang ada melalui kegiatan praktik
pengalaman lapangan (PKL) dan kuliah kerja nyata (KKN).
2.2.5. Kompetensi Komunikasi dan Negosiasi
Komunikasi menurut Rogers dan Agarwala-Rogers adalah proses di mana
sebuah ide ditransfer dari sumber ke penerima dengan maksud mengubah tingkah
lakunya (Lievens, Moenaert, & Jegers 2006). Sedangkan menurut Handoko
Komunikasi merupakan proses pemindahan pengertiaan dalam bentuk gagasan
atau informasi dari seorang ke orang lain. Pemindahaan pengerian tersebut
melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan tetapi
juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vocal dan sebagainya (Ansen 2013).
Sedangkan efektivitas komunikasi dalam organisasi menurut Raymon Lesikar
dalam Ansen (2013) dipengaruhi oleh saluran komunikasi formal, struktur
organisasi, spesialisasi jabatan dan pemilikan informasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi komunikasi dan negosiasi
merupakan kemampuan menttransfer ide atau informasi menggunakan bahasa
verbal maupun non-verbal kepada penerima dengan tujuan mengubah
perilakunya.
38
Menurut Yanto et al. (2018) Indikator kompetensi komunikasi dan
negosiasi dalam lulusan kompetensi Internasional lulsan akuntansi adalah; (1)
berkomunikasi dengan baik secara tertulis, (2) beradaptasi dengan lingkungan
kerja, (3) berkomunikasi dengan baik secara lisan, (4) memberikan ide-ide
dibanyak forum formal, (5) berkomunikasi secara informal, (6) melakukan
negosiasi, (7) komunikasi lisan dan tertulis dalam bahasa asing. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan indikator kompetensi komunikasi dan negosiasi dari
Yanto et al., (2018)
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yang dijadikan landasan. Hasil penelitin terdahulu disajikan pada
Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti/
Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Ansen
/2013
Pengaruh Komunikasi
Organisasi Terhadap
Peningkatan Kinerja
Perusahaan : Suatu
Tinjauan Literatur
(a) komunikasi berperan penting
dalam peningkatan kinerja
perusahaan, (b) sistem komunikasi
dievaluasi secara berkala, (c)
penyampaian informasi harus tepat
sasaran, (d) pendekatan “human
relation’ dalam penyampaian
informasi, (e) perlu pembinaan
secara periodik kepada karyawan.
2 Yu & Ko
(2016)
Communication
competency as a
mediator in the self-
leadership to job
performance
relationship
Kompetensi kepemimpinan dan
komunikasi berkorelasi positif
dengan kinerja keperawatan.
Kompetensi komunikasi
memainkan peran mediasi parsial
dalam hubungan antara
kepemimpinan diri perawat dan
kinerja pekerjaan. Diskusi: Ada
39
pengaruh mediasi yang signifikan
dari kompetensi komunikasi pada
hubungan antara kepemimpinan diri
perawat dan kinerja pekerjaan.
3 F.
Elizabeth
Specific Oral
Communication Skills
Temuan yang dilaporkan dalam
penelitian ini menawarkan panduan
Gray
(2010)
Desired in New
Accountancy
Graduates
penting mengenai keterampilan
komunikasi lisan lulusan baru yang
akan berguna di tempat kerja
akuntansi Selandia Baru dan
menyarankan arahan yang berguna
bagi siswa akuntansi internasional.
4 Suttipun
(2014)
The Readiness of Thai
Accounting Students for
the ASEAN Economic
Community: An
Exploratory Study
Kesiapan Mahasiswa
Akuntansi Thailand
untuk Masyarakat
Ekonomi ASEAN:
Sebuah Studi
Eksplorasi
Hubungan positif yang signifikan
antara kemampuan mahasiswa
Akuntansi, Pengetahuan,
kompetensi Etis dan Hubungan, dan
tingkat kesiapan mereka untuk
MEA.
5 Yanto
(2015)
Internationalizing The
Accounting Graduates’
Competencies Through
The Improvement Of
Student Engagement
Keterlibatan mahasiswa
mempengaruhi Kompetensi
internasional lulusan akuntansi
6 Yanto
(2018)
Graduates’ Accounting
Competencies In
Global Business:
Perceptions Of
Indonesian
Practitioners And
Academics
Intelektual dan Pengambilan
Keputusan, Kompetensi,
Komunikasi dan Negosiasi
Kompetensi personal, Kompetensi
Operasional, Kompetensi Teknologi
berpengaruh terhadap kompetensi
akuntansi yang disyaratkan oleh
lulusan untuk bekerja di tingkat
lokal dan internasional
7 Hamzah
(2015)
Kompetensi
Internasional Akuntansi
Forensik Lulusan
Akuntansi Pada
Beberapa Universitas
Di Semarang
AC (Academic Challenge) dan SSI
(Student - Staff Interaction) yang
berpengaruh
signifikan terhadap ETC
(Essentials Traits And
Chararacteristic), CS (Core Skills)
8 Alfina
(2013)
Regulasi Diri
Mahasiswa Ditinjau
Dari Keikutsertaan
Hasil penelitian menyatakan
mahasiswa yang mengikuti
organisasi memiliki tingkat regulasi
40
Dalam Organisasi
Kemahasiswaan
diri yang lebih tinggi.
9 Martha
&
Pudjiastu
ti
(2016)
Hubungan Self-
Regulated Learning
Dengan Hasil Belajar
Pendidikan Jasmani
Adaptif Siswa
Tunadaksa
Self regulated dengan hasil belajar
pendidikan jasmani disesuaikan
siswa dengan cacat fisik YPAC
Surabaya memiliki tingkat
hubungan yang sangat rendah.
10 Cervone
(2014)
Effective
communication for
project success
kegagalan komunikasi
mempengaruhi keberhaslilan
proyek
11 (Lievens
et al.,
1999)
Linking communication
to innovation success in
the financial services
industry: a case study
analysis
komunikasi internal dan eksternal
tergantung pada tingkat
intangibility, heterogenitas,
simultanitas dan perishability dari
penawaran layanan baru.
12 Wahyuni
(2018)
Peran Student
Engagement Dalam
Memoderasi Pengaruh
Self-Efficacy Dan Self-
Regulated Learning
Terhadap Kompetensi
Akuntansi
self-efficacy berpengaruh positif
terhadap kompetensi akuntansi
namun student engagement tidak
memoderasi pengaruh self-eficacy
terhadap kompetensi akuntansi.
Self-regulated learning tidak
berpengaruh terhadap kompetensi
akuntansi, akan tetapi student
engagement memoderasi pengaruh
self-regulated learning terhadap
kompetensi akuntansi
13 Wirianat
a (2017)
Kompetensi Mahasiswa
Jurusan Akuntansi Dan
Kesiapannya
Dalam Menghadapi
Dunia Kerja Era
Masyarakat Ekonomi
Asean (Mea)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mahasiswa jurusan
akuntansi FE Untar telah memiliki
kompetensi etika, kemampuan,
hubungan, dan analisis yang
cukup memadai namun masih
kurang memadai dalam
kompetensi pengetahuan.
Kompetensi etika, pengetahuan,
dan kemampuan berpengaruh
signifikan terhadap kesiapan
mahasiswa jurusan akuntansi,
sementara kompetensi hubungan
dan analisis tidak berpengaruh
signifikan terhadap kesiapan
mahasiswa jurusan akuntansi dalam
menghadapi dunia kerja era MEA.
Sumber : Penelitian Terdahulu
41
2.4. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu pada bab
sebelumnya maka dibuat kerangka pemikiran penelitian yangdapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 2.2 Kerangka berfikir
Sumber : Data penulis diolah
2.5. Hipotesis Penelitian
2.5.1. Pengaruh Self-Efficacy Mahasiswa terhadap Self-Regulated
Mahasiswa
Model I-EO Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010), dalam penulisan ini menggunakan self-efficacy dan self–regulated
sebagi input dari karakteristik mahasiswa. Menurut Bandura (1998) self-efficacy
sebagai keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan
melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai keinginannya.
Self
Regulated
SE (Ekstra
Kampus)
SE (PKL dan
KKN)
SE (Perkuliahan)
Kompetensi
komunikasi
dan
negosiasi
H2
H4
H7
H3
H5
H9
H11 H10
H13
H6
H12 H8
H1
Self
Efficacy
42
Snowman dan Mc.Cown dalam Martha & Pudjiastuti (2016) yang
mengungkapkan bahwa self-regulated learning merupakan segala bentuk pikiran,
perasaan, atau perbuatan yang sengaja dilakukan dan dikendalikan oleh siswa
untuk memaksimalkan pembelajaran, pengetahuan dan keterampilannya untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan dan menyesuaikan diri dalam kondisi
tertentu. Pengaturan mandiri terdiri dari proses seperti menetapkan tujuan untuk
belajar, menghadiri dan berkonsentrasi pada pengajaran, menggunakan strategi
yang efektif untuk mengatur, kode, dan melatih informasi yang akan diingat,
membangun lingkungan kerja yang produktif, menggunakan sumber daya secara
efektif, memantau kinerja, mengelola waktu secara efektif , mencari bantuan
ketika dibutuhkan, memegang keyakinan positif tentang kemampuan seseorang,
nilai pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dan hasil
tindakan yang diantisipasi, dan mengalami kebanggaan dan kepuasan dengan
upaya seseorang.
Adanya keyakinan mampu melakukan sesuatu dalam diri mahasiswa,
dapat mempengaruhi usaha dan perilaku untuk mewujudkan keyakinan tersebut.
Sehingga mahasiswa memiliki pandangan optimis dan berusaha keras
mewujudkannya dengan meregulasi diri melakukan atau tidak melakukan sesuatu
untuk dapat mencapai tujuannya.
H1 : Self-Efficacy mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap self-
regulated mahasiswa.
43
2.5.2. Pengaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa (student
engagement) dalam kegiatan perkuliahan
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk input adalah self-efficacy. Sedangkan environment mencakup berbagai
program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman pendidikan yang
berdampak pada siswa, dalam penelitian ini environment menggunakan proksi
student engagement, yaitu keterlibatan dalam kegiatan perkuliahan.
Bandura (1998) mengngkapkan self-efficacy sebagai keyakinan tentang
kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan serangkaian tindakan
yang diperlukan dalam mencapai keinginannya. Belajar tidak hanya membaca
buku dan mempelajari referensi perkuliahan, akan tetapi belajar juga
membutuhkan usaha yang lebih dari kedua hal tersebut, dengan cara terlibat aktif
dalam setiap perkuliahan atau dalam kegiatan diskusi yang dilakukan dalam
proses perkuliahan (Yanto et al., 2011b). AUSSE menjelaskan bahwa tantangan
akademik mempengaruhi output dari pendidikan yang berupa nilai atau
kompetensi dari mahasiswa itu sendiri (Hamzah & Yanto 2015). Penelitian
yang dilakukan oleh Halimah et al (2017) yang memaparkan bahwa siswa yang
memiliki keterlibatan rendah dipengaruhi oleh kurangnya keyakinan siswa akan
kemampuannya untuk berprestasi di sekolah.
Self-efficacy dapat mendorong intensitas mahasiswa terlibat dalam
kegiatan yang mendukung mewujudkan keinginanya. Dengan keyakinan dan
44
optimisme yang kuat mahasiswa dalam melakukan usaha dapat memotivasi,
memberikan harapan mahasiswa terhadap hasil perkuliahan, sehingga mahasiswa
mampu memberikan usaha terbaik dengan tergantung bagaimana usaha mereka
melibatkan diri dalam kegiatan perkuliahan.
H2 : Self-Efficacy berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan
mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan perkuliahan
2.5.3. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan perkuliahan
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk input adalah self-regulated. Sedangkan environment mencakup berbagai
program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman pendidikan yang
berdampak pada siswa, dalam penelitian ini environment menggunakan proksi
student engagement, yaitu keterlibatan dalam kegiatan perkuliahan.
Menurut Pintrich dalam Handbook of Research on Student Engagement
(2012) self-regulated learning adalah suatu proses aktif konstruktif dimana siswa
membentuk tujuan belajarnya dan kemudian berusaha memonitor, meregulasi dan
mengontrol kognisi, motivasi, perilaku, dan karakter konteks lingkungan belajar
guna mencapai tujuan belajarnya tersebut. Menurut Wolters, Pintrich, &
Karabenick (2003) mahasiswa yang memiliki self-regulated learning akan
berusaha lebih keras ketika belajar, memiliki ketekunan, dan akan mengerjakan
tugas tepat waktu. Hal itu didukung dengan hasil penelitian Wahyuni (2018b) self-
45
regulated learning dimoderasi oleh student engagement terhadap kompetensi
akuntansi.
Mahasiswa yang memiliki self-regulated yang baik akan memiliki
keterlibatan kognitif yang tinggi, dimana siswa mampu mengontrol dan
meregulasi diri agar selalu terlibat dengan kegiatan perkuliahan dan
menginginkan hasil yang baik. Disiplin dalam pelaksanaan tugas, berusaha lebih
keras ketika belajar, memiliki ketekunan, dan akan mengerjakan tugas tepat
waktu. Mahasiswa meregulasi atau melakukan pengendalian diri dengan
karakteristik diri yang baik. Sehingga dapat disimpulkan Self-Regulated diduga
berpengaruh terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan
H3 : Self-Regulated berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan
mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan perkuliahan
2.5.4. Pengaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan ekstra kampus
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk input adalah self-efficacy. Sedangkan environment mencakup berbagai
program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman pendidikan yang
berdampak pada siswa, dalam penelitian ini environment menggunakan proksi
student engagement, yaitu keterlibatan dalam kegiatan ekstra.
Kegiatan ekstra kampus adalah partisipasi mahasiswa dalam
memperbanyak pengalaman pendidikan. AUSSE mengungkapkan bahwa ada
46
banyak bentuk keterlibatan mahasiswa, mulai dari sifatnya yang sangat umum
sampai pada sifat yang spesifik (Radloff & Coates, 2010). Keterlibatan secara
umum bisa terjadi pada keterlibatan dalam program akademik maupun non
akademik. Non akademik yang dimaksud contohnya adalah ekstrakurikuler,
organisasi, dan pelatihan-pelatihan softskill. Semakin banyak keterlibatan
mahasiswa dalam program akademik maupun non akademik maka semakin
banyak pengalaman yang diperoleh.
Patton dalam Permana et al., (2016), menjelaskan self-efficacy adalah
keyakinan terhadap diri sendiri dengan penuh optimisme serta harapan untuk
dapat memecahkan masalah tanpa rasa putus asa. Ketika individu dihadapkan
pada stress yang akan timbul maka efikasi dirinya meyakinkan akan terjadinya
reaksi terhadap suatu situasi antara reaksi emosi dan usahanya dalam menghadapi
kesukaran. Efikasi diri yang dimiliki individu itu dapat membuat individu mampu
untuk menghadapi berbagai situasi. Penelitian yang dilakukan Halimah et al
(2017) memaparkan bahwa siswa yang memiliki keterlibatan rendah dipengaruhi
oleh kurangnya keyakinan siswa akan kemampuannya untuk berprestasi di
sekolah
Karena seseorang memiliki keyakinan akan kemampuan yang
dimilikinya, mahasiswa akan merasa mampu serta termotivasi dalam menghadapi
berbagai kegiatan ektra kampus diantaranya ekstrakurikuler, organisasi, dan
pelatihan-pelatihan softskill dan yakin atas konsekuensinya. Sehingga mampu
memberikan kontribusi terbaiknya yang dapat memperkaya pengalaman
pendidikan
47
H4 : Self-Efficacy berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan
mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan ektra kampus
2.5.5. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan ekstra kampus
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk input adalah self-regulated. Sedangkan environment mencakup berbagai
program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman pendidikan yang
berdampak pada siswa, dalam penelitian ini environment menggunakan proksi
student engagement, yaitu keterlibatan dalam kegiatan ekstra.
Kegiatan ekstra kampus adalah partisipasi mahasiswa dalam
memperbanyak pengalaman pendidikan. AUSSE mengungkapkan bahwa ada
banyak bentuk keterlibatan mahasiswa, mulai dari sifatnya yang sangat umum
sampai pada sifat yang spesifik (Radloff & Coates, 2010). Keterlibatan secara
umum bisa terjadi pada keterlibatan dalam program akademik maupun non
akademik. Non akademik yang dimaksud contohnya adalah ekstrakurikuler,
organisasi, dan pelatihan-pelatihan softskill. Semakin banyak keterlibatan
mahasiswa dalam program akademik maupun non akademik maka semakin
banyak pengalaman yang diperoleh.
Wolters et al., (2003) dan Zimmerman (1990) membagi aspek-aspek self-
regulated learning, salah satunya adalah aspek kognisi yang mampu mengingat
serta memecahkan masalah. Vrugt dan Oort dalam Handbook of Research on
48
Student Engagement (2012) menjelaskan seseorang yang memiliki self-regulated
learning akan berusaha lebih keras ketika belajar, memiliki ketekunan, dan akan
mengerjakan tugas tepat waktu. Hal itu didukung dengan hasil penelitian
Wahyuni (2018b) self-regulated learning dimoderasi oleh student engagement
terhadap kompetensi akuntansi.
Mahasiswa yang memiliki self-regulated yang baik akan memiliki
keterlibatan kognitif yang tinggi. Aspek kognisi yang mampu megingat serta
memecahkan masalah, mendukung mahasiswa aktif dalam kegiatan diluar
perkuliahan semakin aktif mendorong mahasiswa terlibat dalam kegiatan
pemecahan masalah. Terdapat aspek motivasi dimana mahasiswa didorong oleh
alasan tertentu dalam mengikuti kegiatan ekstra serta aspek perilaku yang
memungkinkan mahasiswa mengatur jadwal belajar, sehingga mampu
memperkaya pengalaman pendidikan.
H5 : Self-Regulated berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan
mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan ekstra kampus
2.5.6. Pengaruh keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam
perkuliahan terhadap keterlibatan (student engagement) mahasiswa
dalam kegiatan ektra kampus
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, sedangkan environment
mencakup berbagai program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman
pendidikan yang berdampak pada siswa, dalam penelitian ini environment
49
menggunakan proksi student engagement, yaitu keterlibatan dalam kegiatan
perkuliahan dan keterlibatan dalam kegiatan ekstra kampus.
Belajar tidak hanya membaca buku dan mempelajari referensi perkuliahan,
akan tetapi belajar juga membutuhkan usaha yang lebih dari kedua hal tersebut,
dengan cara terlibat aktif dalam setiap perkuliahan atau dalam kegiatan diskusi
yang dilakukan dalam proses perkuliahan (Yanto et al., 2011b). AUSSE
menjelaskan bahwa tantangan akademik mempengaruhi output dari pendidikan
yang berupa nilai atau kompetensi dari mahasiswa itu sendiri (Hamzah &
Yanto 2015).
Kegiatan ekstra kampus adalah partisipasi mahasiswa dalam
memperbanyak pengalaman pendidikan. AUSSE mengungkapkan bahwa ada
banyak bentuk keterlibatan mahasiswa, mulai dari sifatnya yang sangat umum
sampai pada sifat yang spesifik (Radloff & Coates, 2010). Keterlibatan secara
umum bisa terjadi pada keterlibatan dalam program akademik maupun non
akademik. Non akademik yang dimaksud contohnya adalah ekstrakurikuler,
organisasi, dan pelatihan-pelatihan softskill. Semakin banyak keterlibatan
mahasiswa dalam program akademik maupun non akademik maka semakin
banyak pengalaman yang diperoleh.
Siswa yang aktif dalam kegiatan akademik cenderung menginginkan
kompetensi dan skill yang tidak disediakan dalam kegiatan akademik, atau
menjadikan kegiatan ekstra sebagai sarana aktualisasi diri. Sesuai dengan
pendapat Hamsa & Hartoto (2016), ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang
ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan,
50
potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan. Sehingga diduga
terdapat hubungan antara keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan
terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra.
H6 : keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan
perkuliahan berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan mahasiswa (student
engagement) dalam kegiatan ekstra kampus
2.5.7. Pengaruh Self-Efficacy terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan PKL dan KKN
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk input adalah self-efficacy. Sedangkan environment mencakup berbagai
program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman pendidikan yang
berdampak pada siswa, dalam penelitian ini environment menggunakan proksi
student engagement, yaitu keterlibatan dalam kegiatan PKL dan KKN.
Mu’ayati , (2014) menyatakan bahwa praktik kerja industri berpengaruh
terhadap kesiapan kerja siswa akuntansi. Perdana (2013) mengungkapkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kuliah kerja nyata terhadap
keterampilan sosial mahasiswa. Menurut Albert Bandura (1998) self-efficacy
sebagai keyakinan seseorang tentang kemampuan untuk menghasilkan tingkat
kinerja yang ditentukan yang mempengaruhi aktivitas kehidupan mereka, hal
tersebut penting dalam kegiatan PKL dan KKN. Menurut Linnenbrink E.A. &
51
Pintrich P.R. (2003) siswa yang memiliki efikasi diri akan memiliki kemampuan
untuk mengerjakan tugas dengan kerja keras.
Efikasi diri membuat seseorang terdorong untuk memiliki keyakinan
positif pada sasaran penyelesaian tugas yang terdapat dalam PKL dan KKN.
Karena seseorang memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya,
mahasiswa akan merasa mampu serta termotivasi dalam menghadapi berbagai
kegiatan PKL dan KKN, sehingga mampu memberikan kontribusi terbaiknya
yang dapat memperkaya pengalaman pendidikan
H7 : Self-Efficacy berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan
mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan PKL dan KKN
2.5.8. Pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra kampus
terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL dan KKN
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, sedangkan environment
mencakup berbagai program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman
pendidikan yang berdampak pada siswa, dalam penelitian ini environment
menggunakan proksi student engagement, yaitu keterlibatan dalam kegiatan ekstra
kampus dan keterlibatan dalam kegiatan PKL dan KKN.
AUSSE mengungkapkan bahwa ada banyak bentuk keterlibatan
mahasiswa, mulai dari sifatnya yang sangat umum sampai pada sifat yang spesifik
(Radloff & Coates, 2010). Keterlibatan secara umum bisa terjadi pada keterlibatan
dalam program akademik maupun non akademik. Kegiatan ektra kampus
52
membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat
(Hamsa & Hartoto, 2016), sedangkan Fenwick (2006) berpendapat bahwa
pemahaman tentang pembelajaran kerja dalam teori pengembangan sumber daya
manusia (SDM) dapat diperkaya dengan lebih memasukkan perspektif berbasis
praktik.
Kegiatan ekstra yang telah dilakukan mahasiswa dengan berbagai
pengalamannya dalam ekstrakurikuler, organisasi, dan pelatihan-pelatihan softskill
diharapkan mampu berkontribusi dalam keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan
PKL dan KKN. Adanya PKL dan KKN dalam kegiatan mahasiswa juga memberi
pegalaman dalam praktik dunia kerja dan bagaimana mulai mempersiapkan diri
berada ditengah masyarakat ketika telah mengakhiri studinya dan keterampilan
yang dimiliki induvidu yang dibentuk dari segala kegiatan pengembangan yang
diikutinya akan digunakan.
H8 : keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan ekstra
kampus berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan mahasiswa (student
engagement) dalam kegiatan PKL dan KKN
2.5.9. Pengaruh Self-Regulated terhadap keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan PKL dan KKN
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk input adalah self-regulated. Sedangkan environment mencakup berbagai
program, kebijakan, fakultas, teman sebaya, dan pengalaman pendidikan yang
53
berdampak pada siswa, dalam penelitian ini environment menggunakan proksi
student engagement, yaitu keterlibatan dalam kegiatan PKL dan KKN.
Mu’ayati , (2014) menyatakan bahwa praktik kerja industri berpengaruh
terhadap kesiapan kerja siswa akuntansi. Perdana (2013) mengungkapkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kuliah kerja nyata terhadap
keterampilan sosial mahasiswa. Bandura dalam Alfiana, (2013) menjelaskan
perubahan tingkah laku manusia dipengaruhi oleh adanya pola interaksi manusia
serta adanya kemampuan manusia dalam berfikir dan mengatur perilakunya
sendiri. Dimana salah satu dasar dari teori ini adalah pengaturan diri dan berfikir
(self-regulated).
Interaksi dalam menjalankan tugas yang ada dalam praktik PKL dan KKN
dapat mengembangkan keterampilan mahasiswa, disiplin dalam pelaksanaan tugas
dan prosedur dipengaruhi oleh perilaku mahasiswa sendiri atau pengendalian diri
yang baik. Mahasiswa yang memiliki self-regulated yang baik akan memiliki
keterlibatan kognitif yang tinggi. Aspek kognisi yang mampu megingat serta
memecahkan masalah, mendukung mahasiswa aktif dalam kegiatan PKL dan
KKN semakin aktif mendorong mahasiswa terlibat dalam kegiatan pemecahan
masalah. Terdapat aspek motivasi dimana mahasiswa didorong oleh alasan
tertentu dalam mengikuti kegiatan PKL dan KKN serta aspek perilaku yang
memungkinkan mahasiswa mengatur jadwal belajar, sehingga mampu
memperkaya pengalaman pendidikan.
H9 : Self-Regulated berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan
mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan PKL dan KKN
54
2.5.10. Pengaruh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan
terhadap keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan PKL dan KKN
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Sedangkan environment mencakup berbagai program, kebijakan,
fakultas, teman sebaya, dan pengalaman pendidikan yang berdampak pada siswa,
dalam penelitian ini environment menggunakan proksi student engagement, yaitu
keterlibatan dalam kegiatan perkuliahan dan keterlibatan dalam kegiatan PKL dan
KKN.
Belajar tidak hanya membaca buku dan mempelajari referensi perkuliahan,
akan tetapi belajar juga membutuhkan usaha yang lebih dari kedua hal tersebut,
dengan cara terlibat aktif dalam setiap perkuliahan atau dalam kegiatan diskusi
yang dilakukan dalam proses perkuliahan (Yanto et al., 2011b). AUSSE
menjelaskan bahwa tantangan akademik mempengaruhi output dari pendidikan
yang berupa nilai atau kompetensi dari mahasiswa itu sendiri (Hamzah &
Yanto 2015). Menurut AUSSE keaktifan belajar (active learning) mahasiswa ini
dapat dilihat dari frekuensi serta kontribusi mahasiswa dalam proses diskusi di
kelas, dan tingkat kerja (Hamzah & Yanto, 2015).
Tantangan akademik yang ada dalam perguruan tinggi juga dapat
menciptakan budaya etik yang kuat, dimana perguruan tinggi dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, etika serta moral yang baik dan
siap dalam dunia kerja secara professional (Weber 2014) Sehingga apa yang
55
dipelajari dalam perkuliahan sangat berguna saat memasuki dunia kerja. Diduga
semakin mahasiswa terlibat dalam kegiatan perkuliahan maka mahasiswa akan
semakin aktif terlibat dalam kegiatan PKL dan KKN
H10 : keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan
perkuliahan berpengaruh signifikan terhadap keterlibatan mahasiswa (student
engagement) dalam kegiatan PKL dan KKN
2.5.11. Pengaruh keterlibatan kegiatan perkuliahan terhadap kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk environment mencakup berbagai program, kebijakan, fakultas, teman
sebaya, dan pengalaman pendidikan yang berdampak pada siswa, dalam
penelitian ini environment menggunakan proksi student engagement, yaitu
keterlibatan dalam kegiatan perkuliahan dengan outcome adalah kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi
AUSSE menjelaskan bahwa tantangan akademik mempengaruhi output
dari pendidikan yang berupa nilai atau kompetensi dari mahasiswa itu sendiri
(Hamzah & Yanto 2015). Menurut AUSSE keaktifan belajar (active learning)
mahasiswa ini dapat dilihat dari frekuensi serta kontribusi mahasiswa dalam
proses diskusi di kelas, dan tingkat kerja (Hamzah & Yanto, 2015). Yanto
(2012) menyatakan bahwa student engagement berpengaruh terhadap
terbentuknya kompetensi akuntansi. Hal ini didukung oleh pendapat Astin (1984)
56
bahwa keterlibatan mampu membentuk kompetensi. Rodiah Idris menyatakan
bahwa komunikasi sebagai keterampilan non-verbal, memberikan umpan balik,
menyajikan ide secara lisan dan tertulis, melakukan presentasi dan bernegosiasi
untuk mencapai tujuan dan mendapatkan dukungan / kesepakatan (Iksan et al.,
2012).
Sehingga dalam kegiatan perkuliahan frekuensi serta kontribusi
mahasiswa dalam proses diskusi di kelas, dan tingkat kerja, mahasiswa
diberikan kesempatan dalam mengembangkan kemampuan komunikasinya.
Sehingga pengalaman memperkaya pendidikan dengan melibatkan diri dalam
kegiatan perkuliahan diduga dapat meningkatkan kompetensi komunikasi dan
negosiasi mahasiswa akuntansi
H11 : keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan
perkuliahan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi komunikasi dan
negosiasi mahasiswa akuntansi
2.5.12. Pengaruh keterlibatan kegiatan ektra kampus terhadap kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk environment mencakup berbagai program, kebijakan, fakultas, teman
sebaya, dan pengalaman pendidikan yang berdampak pada siswa, dalam
penelitian ini environment menggunakan proksi student engagement, yaitu
57
keterlibatan dalam kegiatan ekstra dengan outcome adalah kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi.
AUSSE mengungkapkan bahwa ada banyak bentuk keterlibatan
mahasiswa, mulai dari sifatnya yang sangat umum sampai pada sifat yang spesifik
(Radloff & Coates, 2010). Keterlibatan secara umum bisa terjadi pada keterlibatan
dalam program akademik maupun non akademik. Kegiatan ektra kampus
membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat
(Hamsa & Hartoto, 2016). Yanto (2012) menyatakan bahwa student engagement
berpengaruh terhadap terbentuknya kompetensi akuntansi. Hal ini didukung oleh
pendapat Astin (1984) bahwa keterlibatan mampu membentuk kompetensi.
Rodiah Idris menyatakan bahwa komunikasi sebagai keterampilan non-verbal,
memberikan umpan balik, menyajikan ide secara lisan dan tertulis, melakukan
presentasi dan bernegosiasi untuk mencapai tujuan dan mendapatkan dukungan /
kesepakatan (Iksan et al., 2012).
Lingkungan yang termasuk student engagement sebagai proksi dalam
penelitian ini dapat memperluas pemahaman tentang bagaimana berbagai
pengalaman dapat berkontribusi terhadap hasil (outcome), dalam penelitian ini
hasilnya adalah kompetensi. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan diluar
kampus lingkungan organisasi mampu memberikan pengalaman lebih kepada
mahasiswa.
H12 : keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan ekstra
kampus berpengaruh signifikan terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi
mahasiswa akuntansi
58
2.5.13. Pengaruh keterlibatan kegiatan PKL dan KKN terhadap kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi
Teori I-E-O Astin (input-environment-outcome) mengungkapkan hasil
belajar (outcome) dapat menjadi fungsi interaksi dari input dan environment
(Tam, 2010). Input meliputi karakteristik siswa, dalam penelitian ini yang
termasuk environment mencakup berbagai program, kebijakan, fakultas, teman
sebaya, dan pengalaman pendidikan yang berdampak pada siswa, dalam
penelitian ini environment menggunakan proksi student engagement, yaitu
keterlibatan dalam kegiatan PKL dan KKN dengan outcome adalah kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi.
Tema tempat kerja sebagai lingkungan belajar memiliki sejarah panjang,
contoh paling terkenal dalam sejarah adalah guild abad pertengahan. Melalui
sistem latihan, di bawah pengawasan seorang profesional, seorang magang
mampu mencapai status pekerja harian kemudian memperoleh posisi profesional
dengan mengirimkan karya (Streumer, 2006). Mu’ayati , (2014) menyatakan
bahwa praktik kerja industri berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa akuntansi.
Perdana (2013) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengaruh kuliah kerja nyata terhadap keterampilan sosial mahasiswa.
Work integreted learning merupakan suatu bentuk proses dan
lingkungan belajar bagi para mahasiswa di perguruan tinggi. Pengalaman praktik
lapangan tentunya memberikan kompetensi lebih kepada mahasiswa dimana
mahasiswa ditempatkan ditegah masyarakat Work integrated learning merupakan
salah satu komponen dari environment dalam model I-E-O Astin (1984) yang
59
mampu mempengaruhi Outcome yang yaitu kompetensi komunikasi dan
negosiasi. Dengan memperkaya pengalaman melibatkan diri dalam kegiatan PKL
dan KKN diduga mampu meningkatkan kompetensi komunikasi dan negosiasi
mahasiswa akuntansi
H13 : keterlibatan mahasiswa (student engagement) dalam kegiatan PKL
dan KKN berpengaruh signifikan terhadap kompetensi komunikasi dan negosiasi
mahasiswa akuntansi
127
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan pada hasil pengujian dan pembahasan yang penulis sajikan,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi Universitas
Negeri Semarang memiliki nilai rata-rata 50,527 yang berarti kompetensi
komunikasi dan negosiasi berada pada kategori tinggi.
2. Self efficacy memiliki rata-rata 37,362, dengan kategori sangat tinggi. Self
regulated memiliki rata-rata 32,013 dengan kategori tinggi. Student
engagement perkuliahan memiliki rata-rata 37,081 dengan kategori tinggi,
ekstra kampus 27,772 dengan kategori cukup tinggi, PKL dan KKN
sebesar 34,604 dengan kategori tinggi.
3. Hasil deskripsi self-regulated yang tinggi menurut hasil koefisien
determinasi mampu dipengaruhi oleh self-efficacy sebesar 33,2%.
4. Hasil analisis menunjukkan bahwa kompetensi komunikasi dan negosiasi
mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Semarang mampu didukung oleh
keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan sebesar 33,6% dan
kegiatan PKL, KKN sebesar 47,3%, sedangkan keterlibatan mahasiswa
dalam kegiatan ekstra kampus belum mampu mendukung kompetensi
komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi Universitas Negeri
Semarang.
128
5. Keterlibatan mahasiswa akuntansi universitas negeri semarang dalam
kegiatan perkuliahan dipengaruhi oleh self efficacy sebesar 37,7% dan self
regulated sebesar 34,1% dari mahasiswa
6. Self efficacy dan self regulated tidak berpengaruh terhadap keterlibatan
mahasiswa dalam kegiatan ekstra kampus, namun keterlibatan ekstra
kampus didukung oleh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan
sebesar 54,9%.
7. Keterlibatan dalam PKL, KKN didukung oleh self regulated berpengaruh
sebesar 15,9% dan self efficacy berpengaruh sebesar 45,9%, keterlibatan
perkuliahan berpengaruh terhadap keterlibatan PKL dan KKN sebesar
17,9% sedangkan ekstra kampus tidak mampu mendukung keterlibatan
dalam PKL dan KKN.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas, maka saran yang dapat
diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa keterlibatan ekstra kampus tidak
mendukung terbentuknya kompetensi komunikasi dan negosiasi. Sehingga
universitas perlu mengoptimalkan kegiatan organisasi ekstra kampus yang
dapat mendukung serta mengembangkan kompetensi komunikasi dan
negosiasi khususnya mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Semarang
melalui audiensi dengan para aktivis kampus baik untuk
menyelenggarakan perlombaan akuntansi atau mengikuti berbagai
perlombaan akuntansi diluar universitas.
129
2. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kompetensi komunikasi dan
negosiasi mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Semarang mampu
didukung oleh keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan dan
kegiatan PKL, KKN. Sehingga Universitas perlu membina mahasiswa
untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas kegiatan PKL
dan KKN, serta mempertahankan dan meningkatkan kualitas pembelajaran
perkuliahan.
3. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa self-regulated mahasiswa
akuntansi belum mampu mendukung keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan PKL dan KKN, sehingga mahasiswa perlu menerima masukan,
pengertian serta edukasi mengenai pentingnya meregulasi dan mengatur
diri dalam kegiatan PKL dan KKN melalui kegiatan pembekalan atau
workshop sebelum pelaksanaan PKL dan KKN sehinnga self-regulated
mahasiswa yang saat ini menurut hasil deskriptif dengan ketegori tinggi
mampu disalurkan dalam kegiatan PKL dan KKN.
4. Bagi peneliti selanjutnya variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian
ini dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya
sehingga dapat menemukan faktor-faktor lain dalam mengembangkan
kompetensi komunikasi dan negosiasi mahasiswa akuntansi, selain yang
telah disebutkan dalam penelitian ini.
130
DAFTAR PUSTAKA
AICPA. (2006). Reference guide The AICPA Pre-certification Core Competency
Framework Accounting competencies Business competencies Professional.
Retrieved from
https://www.aicpa.org/interestareas/accountingeducation/resources/corecomp
etency.html%0A%0A
Albanes, J. (2013). Student school engagement as a potential predictor of high
school completion. Dissertation Abstracts International: Section B: The
Sciences and Engineering, 74(3–B(E)). Retrieved from
http://ezproxy.library.ubc.ca/login?url=http://search.ebscohost.com/login.asp
x?direct=true&db=psyh&AN=2013-99180-313&site=ehost-live&scope=site
Alfiana, A. D. (2013). Regulasi Diri Mahasiswa Ditinjau dari Keikutsertaan dalam
Organisasi Kemahasiswaan. JPIT (Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan), 01(02),
245–259.
Ansen, Y. (2013). Peningkatan Kinerja Perusahaan :, X(3), 14–21.
Arifin, Z., & Rahmawati, L. E. (2012). Snpt- And Kkni-Based Curriculum
Organization, (20).
Astin, A. W. (1984). Student Involvement : A Development Theory for Higher
Education. Journal of College Student Development, 25(4), 297–308.
https://doi.org/10.1016/0263-
AUSSE 2010 University of Tasmania Executive Summary Report Introduction
Population and sample summary. (2010).
Bandura, A. (1977). Autoeficacia: hacia una teoría unificadora del cambio de
comportamiento. Revisión Psicológica, 84(2), 191–215.
https://doi.org/10.1037/0033-295X.84.2.191
Bandura, A. (1998). Self-Efficacy, 4(1994), 71–81.
Cahyani, R., Rustaman, N. ., Arifin, M., & Hendriani, Y. (2014). Kemampuan
kognisi,kerja ilmiah dan sikap mahasiswa non IPA melalui pembelajaran
inkuiri berbantuan multimedia, 3(1), 1–4.
Cervone, H. F. (2014). Effective communication for project success.
https://doi.org/10.1108/OCLC-02-2014-0014
Ching, G. S. (2014). Factors affecting student engagement: An analysis on how
and why students learn, (May 2012).
Coates, H. (2009). Development of the Australasian survey of student, 1–17.
https://doi.org/10.1007/s10734-009-9281-2
Evelina, L., & Nego-, E. D. (2004). Pentingnya Keterampilan Berkomunikasi
Dalam Lobi Dan Negosiasi, 1(2), 50–58.
131
Fenwick, T. (2006). Toward Enriched Conceptions of Work Learning:
Participation, Expansion, and Translation Among Individuals With/In
Activity, 5(3), 285–302. https://doi.org/10.1177/1534484306290105
Fredricks, J. A., Blumenfeld, P. C., Paris, A. H., & Fredricks, J. A. (2009). School
Enganement: Potential of the Concept, State of the Evidence, 74(1), 59–109.
https://doi.org/10.3102/00346543074001059
Ghozali. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progrm IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali. (2016). Konsep dan Aplikasi Dengan Program AMOS 22.0 Update
Bayesian SEM. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Giri, E. F. (2008). Konvergensi Standar Akuntansi Dan Dampaknya Terhadap
Pengembangan Kurikulum Akuntansi Dan Proses Pembelajaran Akuntansi
Di Perguruan Tinggi Indonesia. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia,
6(2), 7–22. Retrieved from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/930
Gray, F. E. (2010). Business Communication Quarterly.
https://doi.org/10.1177/1080569909356350
Halimah, L., Kusdiyati, S., & Susandari, S. (2017). Pengaruh Konteks Teman
Sebaya Terhadap Keterlibatan Belajar Dengan Mediator Self-System
Processes. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 265.
https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1612
Hamsa, M., & Hartoto, S. (2016). Survey Minat Siswa Kelas Vii Dan Viii Di
Smpn 1 Bangil Dalam Mengikuti Ekstrakurikuler Renang, 783–788.
Hamzah, M. R. G. N. B. ., & Yanto, H. (2015). Kompetensi Internasional
Akuntansi Forensik Mahasiswa Akuntansi Di Beberapa Universitas Di
Semarang. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Program Studi Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia,
3(3), 768–785. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17509/jrak.v3i3.6620
Hanafy, S. (2014). Konsep belajar dan pembelajaran, 17(1), 66–79.
Handayani, S. (2016). Pentingnya Kemampuan Berbahasa Inggris Sebagai Dalam
Menyongsong Asean, 3, 102–106.
Handbook of Research on Student Engagement. (2012).
https://doi.org/10.1007/978-1-4614-2018-7
Hatta, M. (n.d.). hatta Prosiding SNA 19.pdf.
Hu, S., & Kuh, G. D. (2003). Maximizing What Students Get Out of College :
Testing a Learning Productivity Model, 44(2), 185–203.
https://doi.org/10.1353/csd.2003.0016
Ihmeideh, F. M., Al-Omari, A. A., & Al-Dababneh, K. A. (2010). Attitudes
132
toward Communication Skills among Students ’ -Teachers ’ in Jordanian
Public Universities. Journal of Teacher Education, 35(4), 1–11.
https://doi.org/10.14221/ajte.2010v35n4.1
Iksan, Z. H., Zakaria, E., & Meerah, T. S. . (2012). Communication skills among
university students, 59, 71–76. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.247
Immanuela, I. (2009). Adopsi Penuh Dan Harmonisasi Standar Akuntansi
Internasional Intan Immanuela, 1–14.
Indriastuti, M. (2012). Review Standar Iapi 2009, 1(1), 1–10.
Jen, C. T. (2013). The influence of conflict centrality and task interdependency on
individual performance and job satisfaction.
https://doi.org/10.1108/10444061311316762
Kemlu. (2015). Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Retrieved from
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/Masyarakat-Ekonomi-
ASEAN-(MEA).aspx
Khotimah, & Yanto, H. (2018). Peran Student Engagement Dalam Meningkatkan
Pemahaman Konsep Akuntansi Siswa Smk Negeri 2 Pekalongan, 7(3).
Komives, S. R. (2009). Predicting the Individual Values of the Social Change
Model of Leadership Development : The Role of College Students ’
Leadership and Involvement Experiences, 7(3), 133–166.
Kuh, G. D. (2009). What Student Affairs Professionals Need to Know About
Student Engagement, 50(6), 683–706. https://doi.org/10.1353/csd.0.0099
Kuh, G. D. (2010). Change : The Magazine of Higher Learning What We ’ re
Learning About Student Engagement From NSSE : Benchmarks for
Effective Educational Practices Educational Practices, (October 2014), 37–
41. https://doi.org/10.1080/00091380309604090
Lievens, A., Moenaert, R. K., & Jegers, R. S. (2006). Linking communication to
innovation success in the financial services industry : a case study analysis.
Linnenbrink E.A., & Pintrich P.R. (2003). the Role of Self-Efficacy Beliefs
Instudent Engagement and Learning Intheclassroom. Reading and Writing
Quarterly, 19(May 2013), 119–137.
https://doi.org/10.1080/10573560308223
Luen, Y. (2014). Taiwan student engagement model : Conceptual framework and
overview of psychometric properties Taiwan student engagement model :
Conceptual framework and overview of psychometric properties, (May).
https://doi.org/10.5861/ijrse.2012.v1i1.19
Martha, B. W., & Pudjiastuti, E. (2016). Jurnal Pendidikan Khusus Hubungan
Self-Regulated Learning Dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Adaptif
Siswa Tunadaksa Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya, 1–7.
133
Mu’ayati, & Margunani. (2014). Pengaruh Praktik Kerja Industri (Prakerin),
Penguasaan Mata Diklat Produktif Akuntansi Dan Minat Kerja Siswa
Terhadap Kesiapan Menghadapi Dunia Kerja Siswa Smk Program Keahlian
Akuntansi Di Smk N 1 Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014, 3(2), 327–335.
Mutmainah, S. (2008). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif
Berbasis Kasus yang Berpusat pada Mahasiswa Terhadap Efektifvitas
Pembelajaran Akuntansi Keperilakuan.
Perdana, Nurmalisa, & Holilulloh. (2013). Pengaruh Pelaksanaan Kuliah Kerja
Nyata (Kkn) Terhadap Keterampilan Sosial Mahasiswa Program Studi Ppkn
Universita Lampung Tahun 2013, 1–15.
Permana, H., Harahap, F., & Astuti, B. (2016). Hubungan Antara Efikasi Diri
dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Pada Siswa Kelas IX di MTS
Al Hikmah Brebes. Jurnal Hisbah., 13(1), 51–68.
Putro, D. A. (2017). Evaluasi Kesiapan Kerja Mahasiswa Program Studi
Akuntansi Stie Perbanas Surabaya Di Era Masyarakat Ekonomi Asean
(Mea).
Rachmawati, Y. E. (2012). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kematangan
Karir Pada Mahasiswa Tingkat Awal Dan Tingkat Akhir Di Universitas
Surabaya, 1(1), 1–25.
Radloff, A., & Coates, H. (2010). Doing more for learning : enhancing
engagement and outcomes : Australasian Survey of Student Engagement :
Australasian Student Engagement Doing more for learning : Enhancing
engagement and outcomes.
Rafaelita, M. (2015). ASEAN Economic Community 2015: Labor Mobility and
Mutual Recognition Arrangements on Professional Services.
Riyandi, S. (2017). 8 Profesi ini banyak saingan dalam pasar bebas ASEAN. 19
Januari 2017. Retrieved from https://www.merdeka.com/uang/8-profesi-ini-
banyak-saingan-dalam-pasar-bebas-asean.html
Sa’adah, U., & Ariati, J. (2018). Hubungan Antara Student Engagement (
Keterlibatan Siswa ) Dengan Prestasi Akademik Mata Pelajaran Matematika
Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 9 Semarang, 7(Nomor 1).
Savira, F., & Suharsono, Y. (2013). Self-Regulated Learning (Srl) Dengan
Prokrastnasi Akademik Pada Siswa Akselerasi, 01(01), 66–75.
Siaran Pers - IAI ICAEW Seminar. (2016). Kejar Ketertinggalan Akuntan di
ASEAN IAI Siapkan Sertifikasi dan Penataan Profesi. Retrieved from
http://iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-895=siaran-pers--iai-
icaew-seminar-
Siregar, S. (2016). Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
134
Siriwardane, H. P., & Durden, C. H. (2014). Accounting Education : An
International The Communication Skills of Accountants : What we Know
and the Gaps in our Knowledge The Communication Skills of Accountants :
What we Know and the Gaps in our Knowledge, (September 2014), 37–41.
https://doi.org/10.1080/09639284.2013.847329
Streumer, J. N. (2006). Work-Related Learning. Netherlands: springer. Retrieved
from www.springer.com
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Suttipun, M. (2014). The readiness of thai accounting students for the ASEAN
economic community: An exploratory study. Asian Journal of Business and
Accounting, 7(2), 139–157.
Suwardi. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Kompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian Mata Pela- Jaran Akuntansi
Kelas Xi Ips Di Sma Negeri 1 Bae Kudus, 1(2).
Tam, M. (2010). Journal of Higher Education University Impact on Student
Growth : A quality measure ?, (December 2014), 37–41.
https://doi.org/10.1080/1360080022000013527
Trianton, T. (2015). Strategi pemertahanan identitas dan diplomasi budaya
melalui pengajaran sastra etnik bagi penutur asing, 608–614.
Ulum, M. ., & Yanto, H. (2017). Kontribusi Motivasi Berprestasi, IPK dan
Student Engagement dalam Membangun Kompetensi Mahasiswa Akuntansi,
6(2), 106–113.
Wahyudin, A. (2015). Metodologi penelitian Penelitian Bisnis & Pendidikan.
Semarang: UNNES PRESS.
Wahyuni, E. A., & Sukirman. (2018). Peran Student Engagement Dalam
Memoderasi Pengaruh Self-Efficacy Dan Self-Regulated Learning Terhadap
Kompetensi Akuntansi, 7(1), 92–106.
Weber, J. (2014). Implementing an Organizational Ethnics Program in an
Academic Environment: the Challenges and Opportunities for the Duquesne
University Schools of Business, 65(1), 23–42.
https://doi.org/10.1007/sl0551-005-3970-2
Whitmire, E. (1998). Development of Critical Thinking Skills : An Analysis of
Academic Library Experiences and Other Measures, (May), 266–273.
Wicaksono, L. (2015). Keefektivan Pemodelan Terhadap Peningkatan Efikasi-
Diri Akademik Siswa Smp ( Kajian Teoritik Aplikasi Teori Bandura ), 1404–
1419.
135
Wolters, A., Pintrich, P. R., & Karabenick, stuart A. (2003). Assessing Academic
Self-regulated Learning Christopher. Vasa, 2003(April).
https://doi.org/10.1007/b100487
Yanto, H. (2012). Towards International Competence of Indonesian Accounting
Undergraduates: a Systems Approach To Identify Inter- Education Process a
Dissertation Submitted By. University Of Southern Queensland, 1–322.
Yanto, H. (2015). Internationalizing The Accounting Graduates ’ Competencies
Through The Improvement Of Student, 527–537.
Yanto, H., Fam, S., Teknikal, U., Baroroh, N., Semarang, U. N., Jati, K. W., &
Semarang, U. N. (2018). Graduates ’ Accounting Competencies In Global
Business : Perceptions Of Indonesian, 22(3), 1–17.
Yanto, H., Mula, J. M., & Kavanagh, M. H. (2011a). Developing student’s
accounting competencies using Astin’s I-E-O model: An identification of
key educational inputs based on Indonesian student perspectives.
Yanto, H., Mula, J. M., & Kavanagh, M. H. (2011b). Does Student Engagement
Matter in Building Students’ Accounting Competencies? Evidence from
Indonesian Universities. Ssrn, 2012, 1–18.
https://doi.org/10.2139/ssrn.3173440
Yu, S., & Ko, Y. (2016). Communication competency as a mediator in the self-
leadership to job performance relationship. Collegian.
https://doi.org/10.1016/j.colegn.2016.09.002
Yulianti, E. (2015). Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Grand Fatma
Hotel Di Tenggarong Kutai Kartanegara, 3(4), 900–910.
Zimmerman, B. J. (1986). Becoming a Self-Regulated Learner : Key Su
bprocesses ? Which Are the, 313, 307–313.
Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic
learning. Journal of Educational Psychology, 81(3), 329–339.
https://doi.org/10.1037/0022-0663.81.3.329
Zimmerman, B. J. (1990). Self-Regulated Learning and Academic Achievement:
An Overview Barry. Educatioal Psychologist.
https://doi.org/10.1207/s15326985ep2501