ANTARA/WIDODO Perlu Kompetisi ala Liga - ftp.unpad.ac.id filepelanggaran hak asasi manusia dan...

1
DINAMIKA Keterpilihan harusnya ditentukan kualitas parpol dan calon-calonnya.” Hadar Gumay Direktur Eksekutif Cetro 3 P OLKAM SENIN, 24 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA D Perlu Kompetisi ala Liga Kompetisi terbuka di tingkat lokal diperlukan sebelum bermain di kancah nasional. HENRI SIAGIAN B ERKOMPETISI secara terbuka sepertinya be- lum ada dalam benak partai politik (parpol) besar. Menghadapi Pemilu 2014, mereka lebih memilih untuk menaikkan parliamentary thresh- old (PT) ketimbang berjibaku dalam kompetisi terbuka ala liga, dengan cara mengurangi jumlah partai. Dalam pandangan Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform (Cetro) Hadar N Gumay, kendati dibutuhkan sebuah sistem penyederhanaan peserta pemilu, menaikkan PT dari 2,5% menjadi 5% hanyalah sebatas politik partai besar untuk melebarkan dominasi mereka di parlemen. “Yang sebenarnya mereka ingin- kan adalah kepastian bertambah- nya perolehan kursi di parlemen dengan cara mengurangi jumlah partai,” ungkap Hadar. Hadar juga menilai kenaikan PT berisiko merusak keterwaki- lan partai dalam parlemen. Se- bagai contoh, jika PT diterapkan menjadi 5%, perolehan kursi Par- tai Demokrat yang semula hanya 26,43% (148 kursi), akan melonjak menjadi 30,89% (173 kursi). Selain merusak keterwakilan partai dalam pemilu, Hadar me- nilai kenaikan PT juga mengaki- batkan sistem demokrasi berjalan tertutup. Hal ini berbeda jika par- pol memilih untuk menyeleng- garakan pemilu model liga. “Tentu saja kans parpol kecil pada saat rapat kerja proses pem- bahasan RUU Pemilu nanti. “Kami tidak akan menanggapi jika belum mengkaji secara kese- luruhan. Biar nanti saja setelah disampaikan secara detail baru kami dapat menanggapi,” ujar Idrus. Menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan In- donesia Lili Romli, parpol besar kurang menyambut baik usulan sistem kompetisi terbuka karena sistem ini bertentangan dengan ide untuk menaikkan PT dari angka 2,5%. Padahal, kompetisi terbuka yang dimulai dari basis lokal diperlukan untuk membangun presentasi nasional sebuah partai. “Sebuah partai memang harus teruji di tingkat lokal sebelum menjadi representasi di tingkat nasional,” tegasnya. (*/R-2) [email protected] KOMPETISI TERBUKA PARTAI POLITIK: Penjual atribut partai politik menata sejumlah bendera parpol di Pasar Senen, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam menghadapi Pemilu 2014, sejumlah partai lebih memilih untuk menaikkan parliamentary threshold untuk mengurangi jumlah partai ketimbang berjibaku dalam kompetisi terbuka ala liga sepak bola. ANTARA/WIDODO lebih terbuka dengan sistem liga. Semakin tinggi PT, kans mereka akan semakin tertutup. Yang terpenting kita menciptakan sistem terbuka. Selanjutnya ke- terpilihan harusnya ditentukan oleh kualitas parpol dan calon- calonnya, pilihan pemilih, dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis,” tandas Hadar. Sebelumnya rancangan PT yang digulirkan Golkar, PDIP, dan Demokrat mendapatkan tentangan dari parpol kecil dan menengah melalui usulan sistem liga partai yang menawarkan kompetisi terbuka. Juru bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan kelemahan usulan sistem kom- petisi partai ala liga sepak bola itu tidak efisien. Penyisihan bertahap mulai dari tingkat lokal akan menghabiskan biaya jauh lebih besar. Bahkan dapat menyulitkan parpol kecil. “Sistem macam apa pun yang penting pemilu itu jujur, esien, dan efektif. Dalam sepak bola, klub yang kecil saja ke laut da- lam sistem liga,” ujarnya ketika dihubungi, Sabtu (22/1). Ruhut menambahkan par- tainya juga tidak akan kesulitan jika sistem kompetisi tersebut di- terapkan. Alasannya, Demokrat sudah memiliki basis hingga akar rumput. Sebaliknya, Sekjen Partai Gol- kar Idrus Marham hanya menga- takan segala masukan mengenai sistem pemilu dapat disampaikan KY Batasi Waktu Penanganan Pengaduan KOMISI Yudisial (KY) membuat batas waktu paling lama 93 hari un- tuk menuntaskan laporan masyarakat. Tenggat itu bertujuan untuk optimalisasi kerja dan melindungi hak pelapor ataupun terlapor. Juru bicara KY Asep Rahmat Hidayat di Jakarta, kemarin, men- jelaskan KY menargetkan 72 hari untuk menuntaskan pelaporan masyarakat. Namun, jika membutuhkan klarikasi tambahan bisa diperpanjang hingga 93 hari. Akan tetapi, sambungnya, KY bisa mempercepat waktu pe- nanganan jika menyangkut kasus yang menarik perhatian publik. Komisioner KY saat ini terbebani utang 130 pengaduan. Terhadap tunggakan laporan tersebut, KY menyediakan waktu tiga minggu untuk menuntaskannya. (Din/P-1) Komnas HAM Harus Bentuk Tim Kasus Antasari INDONESIA Police Watch (IPW) mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) segera membentuk tim pencari fakta dugaan rekayasa dalam kasus mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar. “Terhukum dalam kasus maa pajak, Gayus Tambunan mengung- kapkan Polri tidak berani memeriksa jaksa Cirus Sinaga karena takut rekayasa kasus Antasari terbongkar,” ujar Koordinator IPW Neta S Pane di Jakarta, kemarin. Jika pengakuan Gayus itu benar, menurut Pane, berarti telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia dan perampasan kemerdekaan ter- hadap Antasari yang kini telah berstatus narapidana dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasruddin Zulkarnaen. “Apabila rekayasa itu benar, Antasari harus bebas demi hukum,” tegasnya. Untuk itu, lanjut dia, Komnas HAM harus segera memanggil Gayus, Cirus Sinaga, Susno Duadji, mantan Kapolri Bambang Hen- darso Danuri, serta pejabat Polri lainnya yang terlibat dalam kasus Antasari Azhar. (Ant/P-1) TNI Pertanyakan Dana Operasional Misi PBB MILITER Indonesia meminta kepastian penggantian dana opera- sional alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang digunakan dalam misi perdamaian PBB dalam forum konsultasi yang digelar Departemen Operasi Perdamaian PBB (UN DPKO). Di samping itu, termasuk Departemen Dukungan Operasional (Department of Field Support/DFS) Departemen Misi Perdamaian PBB di New York, kata delegasi TNI yang diketuai penasihat militer di Perwakilan Tetap RI Laksamana Pertama TNI Antonius Sugiarto dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (22/1). Menurut dia, ada beberapa hal pokok TNI yang akan disampaikan pada forum konsultasi tiga tahunan itu. “Beberapa kepentingan TNI yang akan diperjuangkan antara lain upaya peningkatan nilai reim- bursement, negosiasi dukungan, peralatan, dan self sustainment untuk pasukan perdamaian Indonesia (Kontingen Garuda),” katanya. Tak hanya itu, TNI juga akan memperjuangkan masalah troops cost, serta upaya penyelesaian kendala yang dihadapi pada saat predeploy- ment visit (PDV) dan saat pengiriman KRI ke Libanon. “Akan dibahas pula beberapa isu strategis lainnya terkait pengiriman Kontingen Garuda,” tuturnya. (Ant/P-1)

Transcript of ANTARA/WIDODO Perlu Kompetisi ala Liga - ftp.unpad.ac.id filepelanggaran hak asasi manusia dan...

DINAMIKA

Ke terpilihan harusnya

ditentukan kualitas parpol dan calon-calonnya.”

Hadar GumayDirektur Eksekutif Cetro

3POLKAMSENIN, 24 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

D

Perlu Kompetisi ala LigaKompetisi terbuka di tingkat lokal diperlukan sebelum bermain di kancah nasional.

HENRI SIAGIAN

BERKOMPETISI secara terbuka sepertinya be-lum ada dalam benak partai politik (parpol)

besar. Menghadapi Pemilu 2014,

mereka lebih memilih untuk menaikkan parliamentary thresh-old (PT) ketimbang berjibaku dalam kompetisi terbuka ala liga, dengan cara mengurangi jumlah partai.

Dalam pandangan Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform (Cetro) Hadar N Gumay, kendati dibutuhkan sebuah sistem

penyederhanaan peserta pemilu, menaikkan PT dari 2,5% menjadi 5% hanyalah sebatas politik partai besar untuk melebarkan dominasi mereka di parlemen.

“Yang sebenarnya mereka ingin-kan adalah kepastian bertambah-nya perolehan kursi di parlemen dengan cara mengurangi jumlah partai,” ungkap Hadar.

Hadar juga menilai kenaikan PT berisiko merusak keterwaki-lan partai dalam parlemen. Se-bagai contoh, jika PT diterapkan menjadi 5%, perolehan kursi Par-tai Demokrat yang semula hanya 26,43% (148 kursi), akan melonjak menjadi 30,89% (173 kursi).

Selain merusak keterwakilan partai dalam pemilu, Hadar me-nilai kenaikan PT juga mengaki-batkan sistem demokrasi berjalan tertutup. Hal ini berbeda jika par-pol memilih untuk menyeleng-garakan pemilu model liga.

“Tentu saja kans parpol kecil

pada saat rapat kerja proses pem-bahasan RUU Pemilu nanti.

“Kami tidak akan menanggapi jika belum mengkaji secara kese-luruhan. Biar nanti saja setelah disampaikan secara detail baru kami dapat menanggapi,” ujar Idrus.

Menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan In-donesia Lili Romli, parpol besar kurang menyambut baik usulan sistem kompetisi terbuka karena sistem ini bertentangan dengan ide untuk menaikkan PT dari angka 2,5%.

Padahal, kompetisi terbuka yang dimulai dari basis lokal diperlukan untuk membangun presentasi nasional sebuah partai. “Sebuah partai memang harus teruji di tingkat lokal sebelum menjadi representasi di tingkat nasional,” tegasnya. (*/R-2)

[email protected]

KOMPETISI TERBUKA PARTAI POLITIK:Penjual atribut partai politik menata sejumlah bendera parpol di Pasar Senen, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam menghadapi Pemilu 2014, sejumlah partai lebih memilih untuk menaikkan parliamentary

threshold untuk mengurangi jumlah partai ketimbang berjibaku dalam kompetisi terbuka ala liga sepak bola.

ANTARA/WIDODO

lebih terbuka dengan sistem liga. Semakin tinggi PT, kans mereka akan semakin tertutup. Yang terpenting kita menciptakan sistem terbuka. Selanjutnya ke-terpilihan harusnya ditentukan oleh kualitas parpol dan calon-calonnya, pilihan pemilih, dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis,” tandas Hadar.

Sebelumnya rancangan PT yang digulirkan Golkar, PDIP, dan Demokrat mendapatkan tentangan dari parpol kecil dan menengah melalui usulan sistem liga partai yang menawarkan

kompetisi terbuka. Juru bicara Partai Demokrat

Ruhut Sitompul mengatakan kelemahan usulan sistem kom-petisi partai ala liga sepak bola itu tidak efisien. Penyisihan bertahap mulai dari tingkat lokal akan menghabiskan biaya jauh lebih besar. Bahkan dapat menyulitkan parpol kecil.

“Sistem macam apa pun yang penting pemilu itu jujur, efi sien, dan efektif. Dalam sepak bola, klub yang kecil saja ke laut da-lam sistem liga,” ujarnya ketika dihubungi, Sabtu (22/1).

Ruhut menambahkan par-tainya juga tidak akan kesulitan jika sistem kompetisi tersebut di-terapkan. Alasannya, Demokrat sudah memiliki basis hingga akar rumput.

Sebaliknya, Sekjen Partai Gol-kar Idrus Marham hanya menga-takan segala masukan mengenai sistem pemilu dapat disampaikan

KY Batasi WaktuPenanganan PengaduanKOMISI Yudisial (KY) membuat batas waktu paling lama 93 hari un-tuk menuntaskan laporan masyarakat. Tenggat itu bertujuan untuk optimalisasi kerja dan melindungi hak pelapor ataupun terlapor.

Juru bicara KY Asep Rahmat Hidayat di Jakarta, kemarin, men-jelaskan KY menargetkan 72 hari untuk menuntaskan pelaporan masyarakat. Namun, jika membutuhkan klarifi kasi tambahan bisa diperpanjang hingga 93 hari.

Akan tetapi, sambungnya, KY bisa mempercepat waktu pe-nanganan jika menyangkut kasus yang menarik perhatian publik. Komisioner KY saat ini terbebani utang 130 pengaduan. Terhadap tunggakan laporan tersebut, KY menyediakan waktu tiga minggu untuk menuntaskannya. (Din/P-1)

Komnas HAM Harus Bentuk Tim Kasus AntasariINDONESIA Police Watch (IPW) mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) segera membentuk tim pencari fakta dugaan rekayasa dalam kasus mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar.

“Terhukum dalam kasus mafi a pajak, Gayus Tambunan mengung-kapkan Polri tidak berani memeriksa jaksa Cirus Sinaga karena takut rekayasa kasus Antasari terbongkar,” ujar Koordinator IPW Neta S Pane di Jakarta, kemarin.

Jika pengakuan Gayus itu benar, menurut Pane, berarti telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia dan perampasan kemerdekaan ter-hadap Antasari yang kini telah berstatus narapidana dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasruddin Zulkarnaen. “Apabila rekayasa itu benar, Antasari harus bebas demi hukum,” tegasnya.

Untuk itu, lanjut dia, Komnas HAM harus segera memanggil Gayus, Cirus Sinaga, Susno Duadji, mantan Kapolri Bambang Hen-darso Danuri, serta pejabat Polri lainnya yang terlibat dalam kasus Antasari Azhar. (Ant/P-1)

TNI Pertanyakan Dana Operasional Misi PBBMILITER Indonesia meminta kepastian penggantian dana opera-sional alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang digunakan dalam misi perdamaian PBB dalam forum konsultasi yang digelar Departemen Operasi Perdamaian PBB (UN DPKO).

Di samping itu, termasuk Departemen Dukungan Operasional (Department of Field Support/DFS) Departemen Misi Perdamaian PBB di New York, kata delegasi TNI yang diketuai penasihat militer di Perwakilan Tetap RI Laksamana Pertama TNI Antonius Sugiarto dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (22/1).

Menurut dia, ada beberapa hal pokok TNI yang akan disampaikan pada forum konsultasi tiga tahunan itu. “Beberapa kepentingan TNI yang akan diperjuangkan antara lain upaya peningkatan nilai reim-bursement, negosiasi dukungan, peralatan, dan self sustainment untuk pasukan perdamaian Indonesia (Kontingen Garuda),” katanya.

Tak hanya itu, TNI juga akan memperjuangkan masalah troops cost, serta upaya penyelesaian kendala yang dihadapi pada saat predeploy-ment visit (PDV) dan saat pengiriman KRI ke Libanon. “Akan dibahas pula beberapa isu strategis lainnya terkait pengiriman Kontingen Garuda,” tuturnya. (Ant/P-1)