Ansar Salihin - Info Seni, Sastra, Budaya, dan Pendidikan · masyarakat di daerah Gayo ......

16
Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi 1 MOTIF EMUN BERANGKAT DALAM PENCIPTAAN SENI KRIYA NILAI TRADISI DAN EKSPRESI Ansar Salihin Mahasiswa Jurusan Seni Kriya Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Padangpanjang Abstrak: Motif Emun Berangkat adalah salah satu warisan budaya masyarakat di daerah Gayo (Aceh). Motif ini merupakan salah satu dari motif kerawang Gayo, bagi masyarakat Gayo produk budaya ini memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam sejarah perkembangan peradaban Gayo. Karena motif Emun Berangkat selain dapat dinikmati sebagai hasil sebuah karya seni juga mengandung makna filosofi dan penggambaran budaya Gayo itu sendiri. Sebagai karya seni tradisi motif Emum Berangkat perlu dilestarikan dan kembangkan, agar tidak mengalami kepunahan. Salah satu cara pengembangannya adalah mengangkat karya tersebut sebagai ide penciptaan karya seni. Penciptaan karya ini berlandaskan kepada nilai budaya tradisi yang dikembangkan secara global dengan konsep utama ekspresi motif Emun Berangkat dalam Kriya kayu baik karya ekspresi estetis maupun karya seni ekspresi fungsional. Kata Kunci: Motif Emun Berangkat, Ekspresi, Kriya Kayu Motif Emun Berangkat As Idea Creation of Woodcraft Functional and Aesthetic Ekpresi Abstract: Motif Emun Berangkat is one of the cultural heritage of society in Gayo area (Aceh). This motif represent one of the motif Kerawang Gayo, to this cultural Gayo product society have very big function and role in growth history civilization of Gayo. Because motif Emun Berangkat besides can enjoy as result a Art Work also contain philosophy meaning and cultural depiction of Itself Gayo. As motif Emum Berangkat tradition art work require to preserve and develop, in order not to experience of destruction. One of the way of its development is to lift the masterpiece mentioned as idea creation of art work. Creation of this Masterpiece have of base to to cultural value of developed tradition globally with especial concept of motif Emun Berangkat expression in good woodcraft of aesthetic expression masterpiece and also functional expression swan song. Keyword: Motif Emun Berangkat, Expression, Woodcraft.

Transcript of Ansar Salihin - Info Seni, Sastra, Budaya, dan Pendidikan · masyarakat di daerah Gayo ......

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

1

MOTIF EMUN BERANGKAT DALAM PENCIPTAAN SENI KRIYA

NILAI TRADISI DAN EKSPRESI

Ansar Salihin

Mahasiswa Jurusan Seni Kriya Fakultas Seni Rupa

Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Abstrak: Motif Emun Berangkat adalah salah satu warisan budaya

masyarakat di daerah Gayo (Aceh). Motif ini merupakan salah satu dari

motif kerawang Gayo, bagi masyarakat Gayo produk budaya ini memiliki

peran dan fungsi yang sangat besar dalam sejarah perkembangan

peradaban Gayo. Karena motif Emun Berangkat selain dapat dinikmati

sebagai hasil sebuah karya seni juga mengandung makna filosofi dan

penggambaran budaya Gayo itu sendiri. Sebagai karya seni tradisi motif

Emum Berangkat perlu dilestarikan dan kembangkan, agar tidak

mengalami kepunahan. Salah satu cara pengembangannya adalah

mengangkat karya tersebut sebagai ide penciptaan karya seni. Penciptaan

karya ini berlandaskan kepada nilai budaya tradisi yang dikembangkan

secara global dengan konsep utama ekspresi motif Emun Berangkat dalam

Kriya kayu baik karya ekspresi estetis maupun karya seni ekspresi

fungsional.

Kata Kunci: Motif Emun Berangkat, Ekspresi, Kriya Kayu

Motif Emun Berangkat As Idea Creation of Woodcraft

Functional and Aesthetic Ekpresi

Abstract: Motif Emun Berangkat is one of the cultural heritage of society

in Gayo area (Aceh). This motif represent one of the motif Kerawang

Gayo, to this cultural Gayo product society have very big function and

role in growth history civilization of Gayo. Because motif Emun Berangkat

besides can enjoy as result a Art Work also contain philosophy meaning

and cultural depiction of Itself Gayo. As motif Emum Berangkat tradition

art work require to preserve and develop, in order not to experience of

destruction. One of the way of its development is to lift the masterpiece

mentioned as idea creation of art work. Creation of this Masterpiece have

of base to to cultural value of developed tradition globally with especial

concept of motif Emun Berangkat expression in good woodcraft of

aesthetic expression masterpiece and also functional expression swan

song.

Keyword: Motif Emun Berangkat, Expression, Woodcraft.

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

2

LATAR BELAKANG

Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian suatu

bangsa, semakin tinggi nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Kesenian sebagai

ungkapan kreativitas manusia akan tumbuh dan hidup apabila masyarakat tetap memelihara.

Selain itu juga masyarakat harus memberi peluang bergerak, serta menularkan sekaligus

mengembangkan untuk menciptakan suatu kreasi baru.

Motif Emun Berangkat adalah salah satu warisan budaya masyarakat di daerah Gayo

(Aceh). Motif ini merupakan salah satu dari motif kerawang Gayo, bagi masyarakat Gayo

produk budaya ini memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam sejarah perkembangan

peradaban Gayo. Karena motif Emun Berangkat menunjukan nilai identitas budaya Gayo.

Menurut Sudarjo motif adalah pokok dari suatu ide dalam karya seni. Hubungan

dengan kedudukan ornamen, maka motif merupakan bentuk pokok yang diolah dengan cara

menyusun dalam berbagai variasi, sehingga menghasilkan satu pola. Sedangkan menurut

Dalidjo motif merupakan bentuk-bentuk nyata yang dipakai sebagai titik tolak dalam

menciptakan ornamen. (Zainal, 2002:14)

Menurut Iwan Gayo dalam Ensiklopedia Aceh Kerawang adalah ragam hias

masyarakat Gayo berupa motif-motif, pola atau corak yang ditampilkan pada pakaian atau

untuk memperindah bentuk bangunan, motifnya terdiri dari Ulen-Ulen (Bulan), Tei Kukur

(Kotoran Burung), Emun Berangkat (Awan Berarak), Pucuk Ni Tuis (Pucuk Rebung) dan

lain-lain (1988: 1250)

Motif Emun Berangkat yaitu motif geometrik yang merupakan lingkaran memusat

dengan berbagai ragam hias. Motif Emun Berangkat (awan yang berarak) adalah lambang

ketinggian cita-cita dengan harapan bahwa manusia akan mampu mengarungi cobaan hidup

di dunia ini (Syukri-Kompas: 2012)

Berdasarkan latar belakang di atas, motif Emun Berangkat dapat dijadikan sebagai ide

penciptaan karya seni dalam bentuk ekspresi kriya kayu. Alasannya motif Emun Berangkat

sebagai produk budaya, selain memiliki nilai estetika juga memiliki bentuk yang menarik,

serta memilki nilai filosofis yang tinggi. Penciptaan karya seni bersumber dari produk budaya

tradisi, kemudian diterapkan dalam bentuk ekspresi karya seni kriya, tentunya sudah

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

3

mengalami perubahan. Perubahan tersebut baik sebagian maupun keseluruhan, tujuannya

adalah mengembangkan karya seni bersifat tradisional menuju ke arah karya kontenporer.

PEMBAHASAN

Kriya merupakan salah cabang seni rupa, penenpatannya lebih kepada karya terapan.

Karya seni kriya selain memiliki nilai fungsional juga memiliki fungsi estetis. Awalnya kriya

sebatas karya kerajinan tangan saja yang dapat dimanfaatkan nilai gunanya. Seperti peratan

rumah tangga, peratan perkebunan, pembangunan dan sebagainya. Namun perkembangannya

pemahaman kriya bukan hanya sebatas nilai gunanya saja, akan tetapi sudah menuju kepada

nilai-nilai keindahan.

Seodarso (2006:107) menguraikan bahwa; seni kriya merupakan warisan seni budaya

yang adi luhung, yang pada zaman kerajaan di Jawa mendapat tempat lebih tinggi dari

kerajinan. Seni kriya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan

kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni masyarakat yang hidup di

luar tembok keraton.

Berdasarkan penjelasan di atas karya seni kriya pada dasarnya mengacu kepada

karya-karya fungsional yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seni kriya dipandang

sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh craftmanship yang tinggi.

Seni kriya bukanlah karya yang dibuat dengan intensitas rajin semata, di dalamnya

terkandung nilai keindahan (estetika) dan juga kualitas skill yang tinggi.

Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan dan pemikir-pemikir seni terutama di

kalangan seniman. Sepertinya seni kriya tidak hanya dipandang sebagai karya yang funsional,

kriyawan-kriyawan ingin membuat sesuatu yang baru. Sehingga karya kriya bukan hanya

berfungsi sebagai nilai guna, namun kriya difungsikan juga sebagai karya ekpresi.

Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan

berkarakteristik yang di dalamnya terkandung muatan nilai estetik, simbolik, filosofis, dan

fungsional, serta grawit dalam pembuatannya. Adapun Kriya dalam konteks masa kini

memberikan pengertian yang berbeda dari pemaknaan kriya masa lampau. Perbedaan ini lahir

karena adanya perbedaan motivasi yang melatarbelakangi lahirnya kembali istilah kriya

(Gustami, 1992: 71 dalam Sriyoga, 2009)

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

4

Kemudian ditegasakan oleh Soedarso (2006: 112) Istilah baru yaitu Kriya Seni

merupakan obsesi para kriyawan menggunakan kreativitasnya untuk menciptakan sesuatu

yang baru yang lain daripada apa yang biasa mereka lakukan. Kriya seni tidak harus

diterjemahkan sebagai seni kriya yang dalam hal objeknya mirip dengan seni murni, atau

menjadikan karya seni murni seperti lukis diterapkan ke dalam relip kayu.

Membuat karya kriya seni tidak hanya memandang keterampilan dan keahlian, namun

sudah mulai masuk ke tahap ekspresi sebuah karya. Nilai estetik merupakan unsur utama

dalam penciptaannya, sehingga keindahan lebih diutamakan daripada pada nilai gunanya.

Walaupun demikian ekspresi dalam sebuah karya seni tidak pernah lepas dari teknik dan

proses pengerjaanya.

Meskipun seni kriya sudah mulai mengacu kepada karya-karya ekspresi dengan

tujuan meningkatkan kepuasan batin dan melahirkan nilai-nilai estetika dalam karya seni

Kriya. Untuk menjaga eksentesi Kriya itu senidiri, dan tidak menghilangkan fungsi utamanya

yaitu nilai guna maka kedua unsur tersebut digabungkan dalam satu karya. Istilah ini sering

disebut dengan karya seni fungsional estetis atau karya fungsional yang diekpresikan. Karya

tersebut selain sebagai karya ekspresi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Kajian Sumber Penciptaan

Sumber ide dalam mewujudkan karya seni dapat diambil dari beberapa aspek.

misalnya mengangkat karya seni yang sudah ada atau karya seni masa lampau, dan

karya seni yang belum pernah diciptakan. Mewujudkan kembali karya seni masa

lampau bukan berarti mewujudkan karya serupa, akan tetapi mengangkat nilai-nilai

yang terkandung di dalam karya tersebut. Tentunya dalam menemukan ide dan

mewujudkan karya perlu pengkajian secara mendalam mengenai sumber ide. Adapun

kajian sumber yang dilakukan dengan cara studi lapangan yaitu oservasi langsung ke

tempat yang menjadi objek ide penciptaan kemudian studi pustaka sebagai referensi

penciptaan karya seni secara ilimaih.

Seni sebagai ekspresi merupakan hasil ungkapan batin seorang seniman yang

terbabar dalam karya seni lewat medium dan alat. Pada saat seseorang sedang

mengekspresikan emosinya. (Kartika, 2004:6). Sedangkan menurut Wulllur dalam

Alex Sabur, (2003: 424) Melukiskan Ekpresi sebagai “pernyataan batin seseorang

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

5

dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak, dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu

tumbuh karena dorongan akan menjelmakan peranan atau buah pikiran”.

Begitu juga halnya dengan motif Emun Berangkat dalam ekpresi kriya kayu,

mewujudkan nilai-nilai motif Emun Berangkat ke dalam karya seni dengan media

kayu. Konteksnya nilai motif Emun Berangkat merupakan sesuatu yang berharga,

bermutu, menunjukan kualitas. Bagi manusia sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu

berharga atau berguna bagi kehidupan manusia baik secara religi maupun secara

karya seni.

Motif Emun Berangkat (awan berarak) merupakan motif yang berbentuk

geometrik dengan lingkaran memusat, memanjang, dan bersambung secara berulang.

Jika diamati bentuk pengulangan tersebut tampak seperti deretan gunung dan

perbukitan yang terdiri dari lembah dan ngarai, merupakan penggambaran bukit

barisan sesuai dengan alam Gayo (Zainal, 2002: 44)

Secara universal bentuk motif Emun Berangkat sama dengan motif Kaluak

Paku di Sumatera Barat. Motif Kaluak Paku bentuknya diambil dari tumbuhan paku

melengkung dan menuju satu pusat lingkaran. Begitu juga dengan motif Emun

Berangkat, bentuknya melengkung menuju ke satu titik pusat lingkaran.

Bentuk Dasar Motif Emun Berangkat

Bentuk Motif Emun Berangkat

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

6

Ada beberapa unsur bentuk yang terdapat dalam motif Emun Berangkat,

diantaranya garis lengkung diibaratkan sebagai batang tumbuhan yang menjalar atau

induk dari sebuah tumbuh-tumbuhan. Kemudian daun yang berbentuk tajam seperti

ujung Rencong, daun terdiri dari dua sampai dengan lima pada setiap motif sebagai

penguat garis lengkung agar tidak kaku, selain itu juga daun ini menggambarkan

awan yang bergerak yang dihembuskan angin. Seterusnya bunga kapas yang muncul

satu sampai tiga buah setiap sudut-sudut tertentu dalam motif tersebut. Bunga kapas

merupakan salah satu bagian dari motif Kerawang Gayo selain mtif Emun Berangkat

Kemudian ada yang mengasumsikan motif Emun Berangkat ini seperti irama

gerakan angin yang sedang bergerak menuju satu arah atau satu titik. Menurut tokoh

Gayo Aman Rus (dalam Skripsi Zainal: 45) Motif Emun Berangkat lebih erat

kaitannya dengan suatu musim di daearah Gayo, yang dikenal dengan musim Depik

(Ikan Depik). Musim ini ditandai dengan keluar ikan Depik dari dasar Danau Laut

Tawar banyak sekali, malahan adanya yang menangkapanya berkunye-kunye (satu

Kunye: 1000 Liter). Pada musim ini awan berarak dari arah Barat ke arah Timur

bergumpal-gumpal menuju kesatu arah disertai tiupan angin dan gerimis sepanjang

hari, awan ini mempengaruhi masyarakat Gayo merasa haru dituangkan ke dalam

karya seni yaitu motif Emun Berangkat.

Motif Emun Berangkat bukan sekadar pola hiasan pada sebuah benda, tetapi

ia merupakan warisan budaya nenek moyang masyarakat Gayo yang sangat erat

hubungan dengan nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut diantaranya nilai budaya, nilai

identitas, dan nilai filosofis.

Secara nilai budaya motif Emun Berangkat sebagai salah satu motif

Kerawang Gayo memiliki peranan penting dalam budaya Gayo. Oleh karena itu,

keberadaan motif Emun Berangkat merupakan ekspresi dari keyakinan masyarakat

Gayo dalam menunjukkan eksistensi kebudayaan mereka. Sedangkan nilai identitas

motif Emun Berangkat memiliki bentuk dan ragam hias yang khas dan unik. Dengan

menyebut kata motif Emun Berangkat atau motif Kerawang Gayo pada umumnya

sudah tentu akan memberikan identitas budaya bagi masyarakat Gayo.

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

7

Kemudian secara filosofis motif Emun Berangkat memiliki makna

kebersamaan, seia-sekata, dan kerukunan. Hal ini dapat dilihat dari bentuknya yang

saling menyatu antara motif yang satu dengan motif yang lain. Tidak ada ruang

pemisah antara lengkungan dan daun serta bunga. Walaupun terjadi beberapa kali

pengulangan motif yang sama, mungkin ada sebagian ukurannya kecil sedang sampai

kepada ukuran terbesar, akan tetapi motifnya tetap saling menyatu.

Begitulah gambaran sistem kemasyarakat Gayo itu sendiri, kebersamaan

merupakan nilai yang terpenting dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana

pepatah Gayo mengatakan “Pantas berule lemem bertona” (sepapah sepupuh, senasip

sepenanggungan). Hidup seperti satu keluarga, saling menolong, peduli sesama, dan

saling-sehat menasehati.

Berdasarkan bentuk, filosofis dan nilai–nilai yang terkadung di dalam motif

Emun Berangkat, maka lahirlah ide-ide yang baru untuk menciptakan sebuah karya

seni dengan bentuk dan kreasi baru. Wujud karya diciptakan berbeda dengan wujud

aslinya, begitu juga dengan nilai dilahirkan dalam karya tersebut sudah mengalami

pembaharuan. Walaupun demikian bentuk dan makna sebenarnya tetap diwujudkan

sebagai roh dalam karya seni. Baik dipandang secara historis, sosial, budaya, politik,

ekonomi dan sebagainya. Hal yang demikian akan dijadikan sebagai konsep

penciptaan karya, baik karya fungsional atau karya seni ekspresi estetis. Namun yang

paling mendasar adalah ide penciptaan karya seni ini berangkat dari bentuk, nilai, dan

filosofis motif Emun Berangkat.

Landasan dan Konsep Penciptaan

Karya seni lahir pada dasarnya beranjak dari nilai budaya yang sudah ada dan

realitas sosial. Pengalaman pribadi yang terjadi sehari-hari baik secara sadar maupun

secara tidak sadar dapat menjadi ide dalam penciptaan. Banyak orang yang tidak

menyadari hal tersebut, karena kurangnya kepedulian dan kepekaan terhadap

lingkungan.

Seperti yang dikatakan Gustami (2006: 123) Suatu karya seni memiliki

kekuatan untuk menyampaikan pesan kehidupan, yang biasa tersimpan di balik wujud

fisiknya. Telah dikemukakan, karya seni yang hidup adalah karya seni yang memiliki

kekuatan berdialog dengan penikmatnya, bisa membangkitkan komunikasi, bisa

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

8

mendendangkan cerita visi dan misi yang diembannya, sungguh dialog itu adalah

komunikasi antara kriyawan dengan penikmatnya.

Monroe Beardsley mangatakan, ada tiga unsur utama yang harus dipenuhi

dalam menciptakan karya seni, agar karya tersebut dapat dikatakan indah. Unsur

tersebut adalah 1. Unity (Kesatuan), 2. Comlexity (kerumitan, kompleksitas) dan 3.

Intensty (kesungguhan/ intensitas) (Kartika, 2004: 148).

Berdasarkan dua pendapat di atas, landasan penciptaan karya seni didasarkan

atas dua unsur penting yang menjadi satu kesatuan. Unsur tersebut adalah karya seni

harus memiliki nilai-nilai keindahan juga bagaimana masyarakat menikmatinya.

Sehingga perpaduan nilai estetika dengan fenomena sosial akan menyatu dalam satu

kesatuan yang utuh dalam ekspresi kriya kayu dengan sumber ide motif Emun

Berangkat.

Konsep penerapan motif Emun Berangkat dalam ekspresi kriya kayu lahir

dalam bentuk-bentuk simbol-simbol. Karya tersebut telah mengalami perubahan

bentuk baik secara keseluruhan maupun sebagian. Tujuan perubahan karya tersebut

adalah untuk mewujudkan karya yang bersifat ekspresi. Sehingga nilai dan pesan

yang disampaikan kepada masyarakat tidak lagi nilai tunggal, akan tetapi sudah

menjadi nilai majemuk. Artinya meskipun pengangkatannya dalam nilai budaya

Gayo, pesan yang disampaikan bukan lagi sebagai nilai budaya Gayo secara tunggal.

Akan tetapi, nilai-nilai budaya secara global. Sehingga seluruh kalangan masyarakat

dapat menikmati nilai estetika dan pesan moral yang disampaikan.

Menurut Sausure simbol adalah satu tanda bentuk tanda yag semu natural,

yang tidak sepenuhnya arbirter (terbentuk begitu saja), atau termotivasi. Sedangkan

menurut peirce sebuah tanda berdasarkan konvesi. (Susanto, 2002: 104).

Simbol motif Emun Berangkat bagi masyarakat Gayo adalah sebuah warisan

tradisi berupa karya seni rupa yang melambangkan kebersamaan, dan kerukunan. Hal

ini didasarkan kepada penerapannya pada sebuah benda tertentu. Perwujudan motif

Emun Berangkat dalam karya seni, bukan saja mewujudkan sebatas simbol motif

Emun Berangkat. Namun penerapkan simbol-simbol budaya Gayo dalam konteks

global atau penandaan secara umum.

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

9

Ekspresi dalam karya seni berangkat dari nilai dan bentuk yang terdapat dalam

sumber ide penciptaan. Karya tidak sama lagi dengan bentuk sumbernya atau bentuk

aslinya. Begitu juga dengan nilai yang terkandung di dalamnya sudah mengalami

perubahan, akan tetapi tidak secara keseluruhan. Perubahan tersebut dalam ilmu seni

rupa sering disebut dengan deformasi.

Deformasi adalah perubahan bentuk yang sangat kuat/besar sehingga kadang-

kadang tidak ada lagi berwujud figur semula atau sebenarnya. Sehingga hal ini dapat

memunculkan figur/karakter baru yang lain dari sebelumnya (Susanto, 2002: 104)

Melalui definisi tersebut mewujudkan bentuk karya hanya mewakili dari

bentuk motif Emun Berangkat yang asli saja. Sehingga karya yang dihasilkan lebih

tinggi nilai estetisnya dan juga lebih banyak fungsinya baik secara fisik maupun non

fisik. Tentunya fungsi-fungsi tersebut tidak merusak bentuk dan nilai keindahan

dalam karya tersebut. Kemudian melalui bentuk-bentuk dalam karya melahirkan

makna-makna yang berhubungan dengan nilai motif Emun Berangkat dan nilai

budaya Gayo itu sendiri.

Teori tersebut dalam ilmu Seni Kriya dikemukakan dan dikembangkan oleh

kriyawan-kriyawan akademis dan guru besar di bidang seni kriya seperti Prof.

Gustami Sp dan Prof. Soedarso Sp. Tujuan pengembangan tersebut untuk mengubah

persepsi masyarakat terhadap karya seni kriya. Selama ini masyarakat memandang

kriya hanya sebatas kerajinan saja atau lebih kasarnya lagi adalah tukang. Agar

persepsi tersebut tidak berlangsung sepanjang masa, Kriyawan akdemis mengambil

inisiatif mengembangkan karya seni kriya mengarah kepada karya ekspresi. Sehingga

karya seni kriya sama kedudukannya dengan seni rupa murni lainnya, seperti lukisan,

grafis dan patung. Akan tetapi ada komponen kriya yang tidak dapat dihilangkan,

yaitu craft (keahlian) dan skill (keterampilan).

Metode Penciptaan

Lahirnya sebuah karya seni tentu bukan lahir begitu saja, akan tetapi

mengalami proses yang tersistematis. Proses dalam pembuatan karya secara tersusun

akan memudahkan pengkarya dalam menciptakannya. Kematangan konsep yang

dirancang pasti dalam proses pengolahan akan mengalami perubahan, untuk

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

10

menambah nilai keindahan ataupun menutupi suatu kesalahan yang terjadi. Perubahan

itu wajar asalkan tidak mengalami perubahan secara keseluruhan baik dari segi wujud,

isi maupun dari konsep dari rancangan karya tersebut.

Menurut Gustami (2007:329), melahirkan sebuah karya seni khususnya seni

kriya secara metodologis melalui tiga tahapan utama, yaitu Eksplorasi (pencarian

sumber ide, konsep, dan landasan penciptaan), Perancangan (rancangan desain karya)

dan Perwujudan (pembuatan karya).

Eksplorasi meliputi langkah pengembaraan jiwa dan penjelajahan dalam

menggali sumber ide. Langkah-langkah tersebut meliputi penggalian sumber

penciptaan baik secara langsung di lapangan maupun pengumpulan data referensi

mengenai tulisan-tulisan dan gambar yang berhubungan dengan karya. Dari kegiatan

ini akan ditemukan tema dan berbagai persoalan. Langkah kedua adalah menggali

landasan teori, sumber dan referensi serta acuan visual untuk memperoleh konsep

pemecahan masalah secara teoritis, yang dipakai nanti sebagai tahap perancangan.

Tahap perancangan terdiri dari kegiatan menuangkan ide dari hasil analisis

yang telah dilakukan ke dalam bentuk dua dimensional atau disain. Hasil

perancangan tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk karya. Perancangan

meliputi beberapa tahapan, diantarnya rancangan desain alternatif (sketsa). Dari

beberapa sketsa tersebut dipilih beberapa sketsa yang terbaik dijadikan sebagai desain

terpilih. Pemilihan tersebut tentunya mempertimbangkan beberapa asfek seperti

teknik, bahan, bentuk dan alat yang digunakan. Kemudian tahapan kedua

menyempurnakan sketsa terpilih menjadi desain sempurna, sesuai ukuran, skala,

bentuk asli dan penempatannya. Kemudian tahapan terakhir membuat gambar kerja,

terdiri dari tampak depan, tampak samping, tampak atas, potongan, dan perlengkapan

lainnya yang terdapat dalam karya.

Tahap perwujudan merupakan tahap mewujudkan ide, konsep, landasan, dan

rancangan menjadi karya. Dari semua tahapan dan langkah yang telah dilakukan perlu

dilakukan evaluasi untuk mengetahui secara menyeluruh terhadap kesesuaian antara

gagasan dengan karya diciptakan. Tahapan pembuatan karya khusunya Kriya Kayu

ada beberapa tahapan, dianatarnya: persiapan bahan, pemberian pola atau desain,

pembentukan, penghalusan dan finishing akhir.

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

11

Berdasarkan tiga tahap metode penciptaan karya seni kriya tersebut dapat

diuraikan menjadi enam langkah proses penciptaan karya seni. Enam langkah tersebut

diantaranya: pengembaraan jiwa, menentukan konsep/tema, merancang sketsa,

penyemrpunaan desain, mewujudkan karya dan evaluasi akhir. Berikut skema Tiga

tahap dan enam langkah proses penciptaan karya seni kriya:

Skema: Tiga tahap-enam langkah proses penciptaan karya seni kriya

Sumber: Gustami Sp, 125: 2006

Tiga tahap dan enam langkah tersebut merupakan proses penciptaan karya seni

kriya yang mengacu kepada metodologi ilmiah. Proses penciptaan seni kriya yang

berfungsi peraktis apabila mengikuti tahap tersebut, maka hasilnya akan persis apa

yang dirancang dalam desain. Karena karya fungsional dari awal perancangan

hasilnya telah diketahui. Sedangkan untuk karya ekspresi tidak dapat sepenuhnya

mengikuti tahap tersebut, sejak awal perancangan belum diketahui hasil akhirnya

yang hendak dicapai. Karena dalam proses penciptaanya selalu berubah-ubah dan

berkembang sesuai konsisi dan keadaan.

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

12

Desain Karya Ekspresi Estetis Desain Karya Ekpresi Fungsional

Fungsi: Kaligrafi hiasan dinding Fungsi: Jam Dinding

Karya : Ansar Salihin (2012) Karya : Ansar Salihin (2012)

Tinjauan Karya

Gambar Karya Jam Dinding

Karya: Ansar Salihin (2012)

Karya di atas berjudul perputaran, merupakan karya seni ekspresi fungsional

yang berbentuk dua dimensi dengan ukuran Panjang 60 cm dan Lebar 40 cm. Media

berasal dari Kayu Surian dan tekniknya ukir tembus. Karya tersebut bewarna coklat

tua dengan sistem Gradasi warna menggunakan finishing Impra Milamin Sistem.

Ukiran jam dinding berangkat dari motif Emun Berangkat, dengan konsep

penerapannya ekspresi ke dalam karya seni kriya Kayu. Bentuk motif yang diterapkan

hanya bentuk sebagian saja dan sudah mengalami perubahan bentuk dari motif

aslinya.

Karya berjudul perputaran menggambarkan keadaan alam dan kehidupan

manusia. Alam semesta ini setiap saat terus berjalan dan berputar hari demi hari,

begitu juga dengan kehidupan manusia terus berputar terkadang senang dan terkadang

susah. Setelah ada kehidupan ada kematian dan ada lagi penggantinya. Jam

menunjukan waktu yang terus berputar tampa henti dan kembali lagi kepada keadaan

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

13

semula. Kehidupan manusia juga demikian berawal dari ciptaan tuhan dilahirkan

melalui seorang ibu, kemudian menjadi anak-anak, remaja dewasa, orang tua, dan

sampai kepada kematian kembali lagi kepada sang pencipta.

Karya di atas berjudul Wujud, merupakan karya seni ekspresi dengan ukuran

100 x 60 Cm. Medianya berasal dari Kayu Surian dengan teknik ukir sedang,

warnanya coklat menggunakan finishing Impra Milamin Sistem. Idenya berasal dari

bentuk motif Emun Berangkat dan kaligrafi ayat Alquran. Konsep penerapannya

ekspresi ke dalam karya seni kriya Kayu.

Kaligrafi pada karya dikutif dari surat Yaasiin ayat 82 (Kun Fayaakun) artinya

"Jadilah!" maka terjadilah ia”. Ayat tersebut memperkuat judul dan ide penciptaan

karya sebagai penggambaran alam. Dua motif saling menyatu disuatu titik bermakna

kesatuan, kekompakan dan melindungi. Sedangkan latar berbentuk awan yang tidak

teratur merupakan gambaran ciptaan tuhan terhadap alam, tidak ada sempurna di

dunia ini selain penciptanya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT Surat

Yaasiin ayat 82:

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah

berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan tertinggi

dan apa yang dikehendakinya tidak dapat dibantahkan. Ketika Allah menhendaki jadi

maka jadilah dia begitu juga sebaliknya ketika Allah menghendaki kehancuran alam

semesta. Hubungan motif Emun Berangkat dengan Surat Yaasiin ayat 82 adalah

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

14

penciptaan tuhan yang berhubungan dengan alam semesta. Motif Emun Berangkat

sebagai penggambaran alam yang memiliki makna kekompakan, saling menyatu dan

saling menolong. Sedangkan ayat tersebut kehendak tuhan menciptakan alam

semesta.

PENUTUP

Keberadaan produk seni masa lampau menjadi salah satu warisan dan kekayaan

budaya suatu bangsa pada saat sekarang. Salah satu produk budaya tersebut di bidang seni

rupa dan desain yang menjadi warisan budaya dan kebanggaan masyarakat di daerah Gayo

adalah motif Emun Berangkat. Motif ini merupakan bagian dari motif Kerawang Gayo dari

beberapa motif yang lainnya. Motif Emun Berangkat selain dapat dinikmati sebagai hasil

sebuah karya seni juga mengandung filosofi dan penggambaran budaya Gayo itu sendiri.

Sebagai warisan budaya tradisi motif Emun Berangkat harus dijaga dan dipilihara

serta dikembangkan, agar tidak mengalami kepunahan. Salah satu caranya menciptakan karya

seni yang berangkat dari nilai budaya lokal seperti motif Emun Berangkat. Landasan

penciptaan karya seni didasarkan atas dua unsur, yaitu unsur keindahan dan unsure fenomena

sosial. Melahirkan nilai keindahan dalam karya seni juga harus memandang bagaimana

masyarakat menikmatinya. Perpaduan nilai estetika dengan fenomena sosial menyatu dalam

satu kesatuan yang utuh dalam ekpresi kriya kayu dengan sumber ide motif Emun Berangkat.

Konsep karya mengacu kepada karya ekspresi dari motif Emun Berangkat ke dalam

karya seni Kriya Kayu. Sehingga menghasilkan karya baru yang berbeda dengan bentuk

aslinya, namun masih memiliki makna yang serupa. Secara umum karya yang telah

diciptakan yang berangkat dari motif Emun Berangkat menggambarkan keadaan alam,

kehendak tuhan terhadap ciptaannya, dan gambaran kehidupan masyarakat.

Berdasarkan ide, landasan dan konsep tersebut, maka lahirlah karya seperti karya seni

Kaligrafi atau hiasan dinding “Wujud” dan Jam Dinding “Perputaran”. Karya tersebut

merupakan penggambaran alam semesta dan kehidupan manusia baik berhubungan dengan

penciptanya maupun berhubungan sesama manusia. Melalui penggambaran ini memudahkan

orang lain memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya seni, walaupun bentuknya

sudah mengalami pengembangan.

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

15

Karya tersebut dalam konteks kriya dapat digolongkan atas dua macam, yaitu karya

ekpresi estetis dan fungsional. Karya seni ekspresi estetis merupakan karya yang

mengutamakan nilai keindahannya seperti hiasan. Sedangkan karya seni ekspresi fungsional

selain mengutamakan keindahan juga memperhatikan dan mempertingkan fungsinya dalam

kehidupan sehari-hari. Walaupun berbeda dari segi fungsi, kriya tidak dapat terlepas dari

craft (keahlian) dan skill (keterampilan).

Daftar Pustaka

Abidin, Zainal. 2002, Makna Simbolik Warna dan Motif Kerawang Gayo pada Pakaian Adat

Masyarakat Gayo, Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta (UNY): Yogyakarta

Bostomi, Suwaji. 2003, Seni Kriya Seni, UPT Unes Press: Semarang

Departemen Agama RI, 2005, Mushaf Alquran Terjemahan, Alhuda Kelompok Gema Insani:

Jakarta.

Djelantik, A.A.M. 2004, Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

bekerja sama dengan Arti: Bandung.

Gayo, Iwan. 1988, Ensiklopedia Provinsi Aceh, Iwan Gayo Associatos: Jakarta.

Gustami, Sp. 2006, Trilogi Keseimbangan; Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya “Gema Seni

Jurnal Komunikasi, Informasi dan Dokumentasi Seni, Vol. I No. 1 Juni 2006”, UPT

Komindok STSI Padangpanjang : Padangpanjang.

___________2007, Butir-Butir Mutiara Estetika Timur, Ide Dasar Penciptaan Karya,

Prasistwa: Yogyakarta.

Ibrahim, Mahmud, Muhammad ZZ, Saleh Kasim, Umar. 1980, Seni Rupa Aceh, PEMDA

NAD: Aceh.

Kartika, Dharsono Sony. 2004, Seni Rupa Modern, Rekayasa Sains: Bandung.

____________________ 2007, Estetika, Rekayasa Sains: Bandung.

Syukri, Muhammad , 2012, Batik Gayo, Seni Menyulam Falsafah Kompas.com diakses 20

September 2012.

Mike, Susanto. 2002, Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa, Kanisius anggota IKAPI:

Yogyakarta.

Sriyoga, I Wayan. 2009, Pengertian Seni Kriya, www.yogaparta.com diakses 27 September

2012.

Sobur, Alex. 2003, Psikologi Umum, CV Pustaka Setia: Bandung.

Jurnal Karya Seni: Motif Emun Berangkat dalam Penciptaan Seni Kriya Nilai Tradisi dan Ekspresi

16

Soedarso, Sp. 1991, Perkembangan Kesenian Kita, BP, ISI Yogyakarta: Yogyakarta.

___________ 2006, Trilogi Seni, Institut Seni Indonesia Yogyakarta: Yogyakarta.

Sumantra, I Made.____, Domain Seni Kriya, Antara Teknik dan Ekspresi, Sebuah Artikel,

diakses pada 7 Agustus 2012.

Westra, I Made. 1995, Pengetahuan Bahan dan Alat Industri Kayu, Departemen Pendidikan

dana Kebudayaan: Jakarta.

Widyawati, Setya. 2003, Buku Ajar Filsafat Seni, P2AI bekerja sama dengan STSI Press

Surakarta: Surakarta.