Anion Dan Kation
Transcript of Anion Dan Kation
Anion dan KationApa yang kamu ketahui tentang kation ???
Kation adalah ion yang bermuatan positif,ada juga pengertian lain yaitu atom yang bermutan positif jika kekurangan elektron.
Sedangkan apa itu anion??? Anion adalah ion yang bermuatan positif, dan bisa juga di artikan atom yang bermuatan negatif jika kelebihan elektron.
Untuk menganalisis anion kation ada beberapa tahapan yang bisa kita lakukan yaitu:1. Uji Pendahuluan bertujuan untuk memperkirakan dan memberi arah sehingga memperoleh gambaran terhadap contoh sample yang ingin di ketahui atau uji. Uji pendahuluan meliputi :a. Organoleptis ( menggunakan panca indra) yang di uji biasanya berupa bentuk,warna,bau dan rasa.b. Uji sifat fisik,yaitu berupa kelarutan,keasaman,sublimasi.c. Mikroskopis, yaitu melihat bentuk kristal senyawa uji yang khas di bawah mikroskop.d. Reaksi nyala ( Flame Test ) di lakukan dengan cara menggunakan kawat Pt atau Nicr yang di bakar di atas api bunsen atau api oksidasi.
Warna-warna apa saja yang akan muncul jika kawat Pt atau Nicr di bakar dalam uji warna nyala????
Kation warna nyalaLi+ = Merah
Na+ = Kuning
K+ = Ungu
Ba2+ = Kuning Hijau
Ca2+ = Merah Kuning Sesuai dengan namanya yaitu reaksi nyala ternyata setiap logam memberikan warna yang berbeda-beda mempunyai warna khasnya masing-masing. warna nyala tersebut terjadi karena adanya eksitansi elektron. Eksitansi yaitu perpindahan elektron ke energi yang lebih besar. Reaksi nyala (Flame Test) termasuk reaksi kering, selain reaksi kering di kenal juga reaksi cara basah. Yaitu hasil reaksi dapat diketahui dengan mengamati adanya perubahan yang terjadi, umumnya berupa terbentuknya endapan, timbulnya gas, dan perubahan warna.
Reaksi Pengendapan Banyak sekali reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan yang berperan penting dalam analisa kualitatif. Bentuk endapan dapat berupa kristal, atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda . Pemisahan endapan dapat
dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Analisis Kation Penggolongan kation yang paling umum berdasarkan pada kelarutan dari klorida , sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation digolongkan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa pereaksi.
Golongan - golongan kation memiliki ciri khas yaitu :
Golongan I : membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion - ion yang termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.
Golongan II : membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah mercurium (II) , tembaga , cadmium, bismuth, stibium , timah .
Golongan III : membentuk endapan dengan ammonium sulfit dalam suasana netral . Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, allumunium , seng, mangan, dan kobalt.
Golongan IV : membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam .
Golongan V : disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan pereaksi - pereaksi golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium ammonium, lithium, dan hidrogen.
Analisis Anion Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak memiliki metode analisis standar yang sistematis. Untuk mengetahui adanya anion dapat diperkirakan dengan mengetahui kation apa saja yang terdapat dalam larutan sample pada percobaan sebelumnya, yaitu percobaan analisis kation. Pengujian antara reaksi asam sulfat encer dan pekat merupakan salah satu cara untuk mengetahui anion apa saja yang terdapat dalam larutan sample. Hal tersebut di sebabkan asam sulfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak anion lemah keluar dari senyawanya. Sebagai contoh, larutan yang mengandung garam karbonat akan keluar dan terurai menjadi air dan gas karbondioksida dengan bantuan asam sulfat yang mendesak asam karbonat. Umumnya anion dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Golongan Sulat : SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO2-, CO32-, C2O42- , AsO43- ,b. Golongan halida : Cl- , Br- , I- , S2- ,c. Golongan nitrat : NO3- , NO2- , C2H3O2- .
Beberapa macam nama Kation dan Anion
No KATION NAMA ANION NAMA1 H+ Hidrogen OH- Hidroksida2 Li + Litium SO4
-2 Sulfat3 Na+ Natrium SO3
-2 Sulfit4 K+ Kalium PO4
-3 Fosfat5 Rb+ Rubidium PO3
-3 Fosfit
6 Cs+ Sesium NO2- Nitrit
7 Fr+ Fransium NO3- Nitrat
8 Be+2 Berilum CO3-2 Karbonant
9 Mg+2 Magnesium CN- Sianida10 Ca+2 Kalsium F- Flourida11 Sr+2 Stronsium Cl- Klorida12 B+3 Boron Br- Bromida13 Al+3 Aluminium I- Iodida14 In+3 Indium O-2 Oksida15 Fe+3 Besi (III) S-2 Sulfida16 Fe+2 Besi (II) N-3 Nitrida17 Cu+2 Tembaga (II) P-3 Fosfida18 Cu+3 Tembaga (III) CH3COO- Asetat19 NH+
4 Amonium OCN- Sianat20 Pb+4 Timbal (IV) C2O4
-2 Oksalat21 Pb+3 Timbal (III) ClO- Klorat (I)22 Sn+4 Timah (IV) ClO2
- Klorat (III)23 Sn+3 Timah (III) ClO 3
- Klorat (V)24 Mn+4 Mangan ClO4
- Klorat (VII)
Uji warna nyalain kimia analisis, uji pendahuluan / by S Hamdani /
teknik ini dikatakan uji warna nyala atau kadang disingkat uji nyala adalah metoda analisis untuk LOGAM.
prinsipnya sederhana : melihat perubahan warna nyala api. Karena beberapa logam memberikan warna nyala yang khas bila dibakar pada api oksidasi (api warna biru) ya… harus api wana biru.
metoda ini sebenernya metoda klasik tapi masih cukup akurat untuk analisis kualitatif, setidaknya memberikan arah yang sangat jelas untuk analisis logam.
Alat yang dipakai hanyalah Kawat nikrom (sebuah alloy nikel-kromium) atau kawat platina, harus logam ini yang
dipakai karena kedua kawat tersebut tidak akan memberikan warna bila dibakar, dan harus hati-hati dengan kawat ose, karena bentuknya yang agak mirip.
sedangkan prosedurnya adalah sebagai berikut:
Bersihkan sebuah kawat dengan mencelupkannya ke dalam asam hidroklorat pekat
Panaskan pada Bunsen. Ulangi prosedur ini sampai kawat tidak menimbulkan warna pada nyala api Bunsen.
Basahi kawat dengan asam dan kemudian celupkan ke dalam sedikit bubuk padatan yang akan diuji sehingga ada beberapa bubuk padatan yang menempel pada kawat tersebut.
Bakar kawat pada nyala Bunsen. Ulangi prosedur dari awal jika warna nyala memudar,
Hasilnya adalah sebagai berikut :
Logam gambar hasil
Natrium
Kalium
litium
Kalsium
Tembaga
antimon
kalau dengan kata-kata :
Li — merah
Na — orange cemerlang terus menerus
K — lilac (pink)
Rb — merah (lembayung kemerah-merahan)
Cs — biru lembayung
Ca — orange-merah
Sr — merah
Ba — hijau pucat
Cu — biru-hijau (sering disertai percikan berwarna putih)
Pb — putih keabu-abuan
Identifikasi Senyawa dan Unsur dari pengujian Kualitatif (Analisis Jenis)Thursday, March 22nd 2012. | LP Kimia Analitik
1. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
a. Uji Organoleptik
b. Uji Kelarutan dalam Air
c. Uji Nyala
d. Uji Mutiara Boraks
e. Uji dengan Asam Sulfat
2. PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI UNSUR
KATION
a. Golongan I (Ag+, Pb2+, Hg22+)
b. Golongan II (As, Sn, Sb, Cu2+, Hg2+, Bi3+, Cd2+)
c. Golongan IIIA (Fe3+, Al3+, Cr3+)
d. Golongan IIIB (Zn2+, Mn2+, Ni2+)
e. Golongan IV (Ba2+, Sr2+, Ca2+)
f. Golongan V (K, Na, Mg)
ANION
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
Pengujian ini dilakukan untuk membuat kesimpulan sementara tentang kemungkinan jenis ion maupun senyawa yang ada dalam sampel.
1. PEMERIKSAAN ORGANOLEPTIK
Dilakukan dengan menggunakan panca indera, yaitu pemeriksaan indera perasa, indera peraba dan indera penglihatan.
Pemeriksaan pertama adalah warna zat. Zat tertentu mempunyai warna khas, namun kemungkinan zat lain yang memiliki warna sama sangat besar.
Merah : HgO, HgI2, SbS3, CuO, CrO3, Pb3O4, AgCrO4 dll
Hijau : Garam-garam Ferro, Garam-garam Nikel, Cr(OH)3, Cr2O3, CrCl3, CuCl2.2H2O, CuCO3, K2MnO4 dll
Biru : Garam-garam Kupri Hidrat, Garam-garam Kobalt Anhidrat dll
Coklat : PbO2, Fe2O3, Fe(OH)3, Fe3O4, SnS dll
Hitam : CuS, HgS, PbS, NiS, CoS, Ag2S, CuO dll
Untuk pemeriksaan dengan jari (peraba) zat yang akan diperiksa terlebih dahulu dihaluskan dengan Lumpang Alu.
Bila terasa kesat maka kemungkinan persenyawaan Kalsium (Ca2+), bila rasanya licin maka kemungkinan persenyawaan Magnesium (Mg2+)
2. UJI KELARUTAN DALAM AIR
Pemeriksaan kelarutan bertujuan untuk memeriksa apakah zat tersebut larut dalam air atau tidak dimana jika diketahui kelarutannya maka bisa dihilangkan kemungkinan-kemungkinan lain. Misalnya, jika suatu zat sukar larut maka sudah pasti
1. Zat tersebut BUKAN garam-garam dari unsur Na, K, atau NH42. Zat tersebut BUKAN garam-garam dari persenyawaan Nitrat. KECUALI Sb, Bi, Stano, dan
Merkuro dimana Unsur tesebut sebagian terhidrolisis oleh air3. Zat tersebut merupakan Logam atau Oksida Logam KECUALI oksida dari Na, K, Ba, Sr, dan Ca
3. UJI NYALA
Uji ini dilakukan dengan mencelupkan kawat platina ke dalam HCl(p) dan kemudian kawat ditempelkan ke serbuk zat yang akan diperiksa lalu dipanaskan ke dalam nyala bunsen yang tak berwarna dan diperhatikan warna nyala yang dihasilkan
- dalam pemeriksaan uji nyala zat yang diperiksa harus berupa padatan, tidak bisa larutan
- HCl(p) berguna untuk mengubah zat yang dianalisa menjadi garam Klorida-nya sehingga mudah menguap karena uap dari zat inilah yang akan menghasilkan warna daripada nyala
- Warna nyala pada unsur Na selalu menggangu pengamatan warna nyala unsur lain, terutama K. Cara mengatasinya nyala senyawa yang sedang diperiksa dapat diamati melaluli kaca kobalt rangkap sehingga warna K tampak sebagai warna merah anggur
- Kawat harus bersih dari segala kotoran, cara mengujinya adalah jika dipanaskan maka kawat tidak memberikan warna pada nyala. Sebelum analisa, kawat dipanaskan pada nyala terpanas
- Saat menganalisa, kawat dipanaskan di bagian api dalam zona mengoksidasi bawah
Tabel beberapa warna nyala dari suatu unsur
No Zat yang Terkandung Warna Nyala1 Na Kuning2 K Violet3 Ca Merah Bata4 Sr Merah anggur5 Ba Hijau-Kuning
4. UJI MUTIARA BORAKS
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memanaskan kawat platina lalu kawat tersebut dimasukan ke dalam serbuk boraks dan dipanaskan lagi ke dalam nyala sampai dihasilkan suatu mutiara atau manik yang tak berwarna dan transparan.
Pada mutiara lalu ditempelkan sedikit sampel yang ingin diperiksa dan kemudian dimasukan ke dalam nyala oksidasi.
Dalam nyala oksidasi ini diperhatikan warna mutiara ketika masih panas dan setelah dingin
Setelah itu dibuat kembali mutiara boraks dan dimasukan dalam nyala reduksi
Dalam nyala reduksi ini diperhatikan warna mutiara ketika masih panas dan setelah dingin
Dimana reaksi yang terjadi adalah :
Na2B4O7 2 NaBO2 + B2O3
Misalnya dalam garam Ferro
Reaksi dalam nyala oksidasi
4 FeO + O2 + 6 B2O3 4 Fe(BO2)3
Reaksi dalam nyala reduksi
FeO + B2O Fe(BO2)2
5.UJI DENGAN ASAM SULFAT
Reaksi dengan Asam Sulfat adalah bagian dari pendahuluan identifikasi unsur atau senyawa dimana reaksi dengan asam sulfat encer, ion sisa asam dapat bereaksi dan menghasilkan asam,
Sementara itu jika direaksikan dengan asam sulfat pekat, yang selain bersifat asam juga bersifat oksidator
Jika penambahan asam pekat dapat mengakibatkan suatu reaksi yang hebat dan pembebasan gas yang cepat dan mungkin disertai semprotan asam yang sangat halus.
Untuk menghindari kemungkinan kecelakaan kerja maka dalam kasus seperti ini hal yang paling baik adalah menambahkan asam sulfat encer dari dalam sebuah pipet kapiler kepada bagian lain dari zat itu sampai tak terjadi lagi reaksi, baru kemudian menambahkan 1 mL asam sulfat pekat
PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI UNSUR
KATION
Golongan I
adalah golongan yang garam garam kloridanya sukar larut dalam air dan larutan asam kuat encer. Dalam pemisahannya golongan ini terendapkan sebagai garam AgCl, PbCl, dan Hg2Cl 2. Garam PbCl2, mudah larut dalam air panas. Garam Hg2Cl 2 dapat dipisahkan dari AgCl dengan cara melarutkan endapan dengan ammonia encer. Perak akan membentuk komplek yang akan larut sedangkan garam raksa (merkuri) tetap tidak larut.
A. Pemisahan golongan I
1. Diambil larutan contoh masing masing 5 mL untuk 2 tabung sentrifuge
2. Ditambahkan larutan HCl 4N tetes demi tetes sampai berbentuk endapan dilanjutkan hingga tak berbentuk endapan lagi
3. Disentrifugasi selama 10 menit. Pisahkan supernatant dari residu. Supernatant akan dianalisis pada analisis golongan II–V
4. Ditambahkan 5 mL aquades pada residu, panaskan dipenangas air hingga mendidih
5. Disentrifugasi dalam keadaan panas selama 2 menit. Supernatant untuk uji timbal
Uji Timbal
1. Didinginkan supernatant A.5. jika terbentuk endapan putih berbentuk jarum maka positif ada Pb
2. Untuk mempertegas keberadaan Pb. Ditambahkan larutan ammonium asetat pada endapan hingga larut lalu ditambahkna larutan K- khromat. Jika terbentuk endapan kuning berarti positif Pb ada.
PbCl2 + 2CH3COONH4 Pb(CH3COO)2 + 2 NH4Cl
Pb(CH3COO)2 + K2CrO4 Pb CrO4 + 2 CH3COOK
Uji Perak
1. Ditambahkan ammonia pada residu A.5 lalu sentrifuge
2. Dipisahkan supernatant dari residu,Residu untuk uji Hg2
3. Ditambahkan larutan asam nitrat encer pada supernatant. Jika terbentuk endapan putih maka positif ada Ag
Uji Raksa (Hg22+)
1. Jika pada CI dan C2 masih ada residu yang tidak larut dan residu tersebut berubah menjadi berwarna hitam maka positif ada Hg2
2+
2. Dilarutkan residu tersebut dengan air raja atau aquaregia (larutan dengan perbandingan HCL : HNO3 = 3:1) jika larut maka positif Hg2
2+
Golongan II dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yaitu dengan menambahkan gas H2S sesudah ditambahkan H2O2 yang berfungsi untuk mengoksidasi ion stano menjadi stani. Larutan harus mengandung HCl 0,3 N sebelum dialiri gas H2O2
Pengaturan keasaman dapat dilakukan dengan penambahan amonia atau HCl. Caranya, tetesi larutan uji dengan indikator Merah Violet kemudian tambahkan lrutan ammonia hingga menjadi warna menjadi hijau kuning. Jika warna menjadi hijau biru artinya ammonia berlebihan ditambahkan. Maka, larutan harus ditambahkan HCl
B. Pengendapan golongan II
1. Ditambahkan 2 mL H2O2 3% pada supernatant dari pemisahan golongan I. lalu dipanaskan
2. Ditambahkan larutan ammonia 2N hingga larutan mengandung HCl O,3 N (atur dengan indikator merah violet)
3. Dipanaskan larutan lalu jenuhi dengan gas H2S.
4. Dipisahkan endapan yang terbentuk dengan sentrifugasi. Supernatant untuk analisis selanjutnya
C. Pemisahan golongan Arsen dengan golongan Cu
1. Ditambahkan larutan ammonium polisulfida pada residu B.4
2. Dipanaskan dan disentrifugasi
3. Residu mungkin mengandung CuS, HgS, PbS, BiS, dan CdS (golongan Cu) sedangkan supernatant mungkin mengandung (NH4)3AsS4, (NH4)3SbS4, dan (NH4)SnS3 (golongan arsen)
D. Pemeriksaan golongan Arsen
1. Ditambahkan HCl encer pada supernatant C.2
2. Jika endapan kuning berarti positif ada arsen. Dipisahkan dengan sentrifugasi
3. Dimasukan kawat alumunium pada supernatant. Jika terbentuk endapan hitam maka positif antimon. Dipisahkan endapan dari larutan.
E. Pemeriksaan golongan Cu
1. Ditambahkan 5 mL HNO3 encer pada residu C.2. lalu didihkan. Jika ada yang tidak larut dan endapan berubah menjadi hitam kemungkinan adalah HgS. Lalu disentriugasi
2. Ditambahkan 1 mL H2SO4 pada supernatant. Jika terbentuk endapan putih, itu adalah PbSO4, pisahkan endapan dari larutan denagn sentrifugasi
3. Ditambahkan ammonia pekat pada supernatant sampai alkalis. Jika ada endapan putih mungkin itu Ba(OH) dan lakukan uji bismut pada endapan. Jika supernatant berwarna biru berarti Cu positif ada.
Uji Arsen
1. Dilarutkan residu kuning dari D.2 dalam tabung reaksi dengan KOH2. Dimasukan logam Al kemudian diletakan kertas yang telah dibasahi larutan AgNO3
3. Jika terbentuk noda hitam di kertas maka positif ada arsen
AsS3 + 6KOH K3AsS3 + 3H2O
K3AsS3 + 2Al + 2 H2O AsH3 + 2KAlO2 + KOH
Uji Tembaga
1. Dibagi dua larutan dari E.3. untuk uji Cd dan uji Cu2. Ditambahkan sebagian larutan E.3 dengan asetat encer lalu larutan K4[Fe(CN)6]3. Bila terbentuk endapan coklat merah berarti positif ada Cu
Uji Kadmium
1. Ditambahkan tetes demi tetes sisa larutan D.3 dengan larutan KCN sampai dihasilkan larutan tidak berwarna
2. Dialirkan gas H2S kedalam larutan, jika terbentuk endapan kuning berarti positif ada Cd
Golongan III dibagi menjadi golongan IIIa dan golongan IIIb.
Golongan IIIa diendapkan sebagai hidroksidanya yang berisi Fe(OH)2 coklat, Al(OH)3 putih, Cr(OH)3
hijau.
Golongan IIIb diendapkan sebagai sulfidanya yang berisi Zns (putih), Mns (kuning kotor), Nis(hitam), Cos(hitam)
F. Pemisahan Golongan III a
1. Dipanaskan larutan hingga sisa H2S hilang
2. Ditambahkan HNO3 pekat dan panaskan
3. Ditambahkan NH4Cl dan ammonia hingga bersifat basa
4. Disentrifugasi. Endapan mengandung golongan IIIa sementara supernatant untuk analisis selanjutnya
5. Ditambahkan larutan NaOH dan H2O2 pada endapan lalu panaskan
6. Jika endapan larut semua berarti Fe, negative. Tetapi jika masih tertinggal endapan coklat, dilakukan uji besi pada endapan tersebut. Sebelumnya, dipisahkan residu dari larutan dengan sentrifugasi
7. Dari hasil sentrifugasi, jika supernatant tidak berwarna kuning berarti Cr negatif
8. Dinetralkan supernatant dengan HCl lalu ditambah NH4Cl dan ammonia sampai alkalis. Jika terbentuk endapan putih maka positif ada Al. Dilakukan uji alumunium pada endapan dan uji Cr pada supernatant
G. Pemisahan Golongan IIIb
1. Ditambahkan ammonia pada supernatant F.4 lalu alirkan gas H2S ke larutan tersebut
2. Disentrifugasi endapan yang terbentuk, supernatant untuk uji selanjutnya sedangkan endapan adalah golongan IIIb
3. Dilarutkan endapan dengan HCl encer
4. Ditambahkan larutan NaOH dan H2O2
5. Dipanaskan dan Dipisahkan endapan dengan sentrifugasi, supernatant untuk uji zink
6. Dilarutkan endapan dengan HCl. Jika larut seluruhnya maka Mn negative. Dilakukan uji mangan jika masih ada residu yang tidak larut
7. Ditambahkan CH3COOOH lalu KNO2 pada supernatant. Dibiarkan selama 3 menit. Jika terbentuk endapan kuning kemungkinan ada Kobalt. Jika tidak terbentuk endapan, Dilakukan uji Nikel
Uji Besi
1. Dilarutkan endapan F.7 dengan HCl encer2. Ditambahkan beberapa tetes larutan KSCN3. Bila larutan berwarna merah darah berarti besi positif
Fe(OH)3 +3HCl FeCl3 + 3 H2O
FeCl 3 + KSCN [FeSCN]Cl2 + KCl
Uji Zink
1. Dialirkan gas H2S pada supernatant G.52. Bila ada endapan putih maka Zink positif
NaZnO2 + H2S ZnS + 2NaOH
Golongan IV adalah golongan yang kationnya terendapkan sebagai garam karbonat yang kemungkinan berisi CaCO3, SrCO3 dan BaCO3. ketiganya garam berwarna putih
H. Pemisahan Golongan IV
1. Dipanaskan supernatant dari percobaan sebelumnya hingga H2S hilang
2. Ditambahkan larutan NH4Cl dan ammonia
3. Ditambahkan larutan (NH4)2CO3
4. Disentrifugasi. Residu adalah golongan IV dan supernatant untuk analisis selanjutnya
5. Dilarutkan residu dengan asam asetat encer
6. Ditambahkan larutan K-khromat berlebih
7. Dilakukan uji barium jika terbentuk endapan kuning, sebelumnya Disentrifugasi endapan
8. Ditambahkan larutan ammonium sulfat jenuh pada supernatant lalu dipanaskan
9. Dilakukan uji Stronsium jika menghasilkan endapan putih. Disentrifugasi
10. Ditambahkan larutan ammonium oksalat pada supernatant, jika terbentuk endapan putih, lakukan uji Kalsium
Uji Barium
1. Dilarutkan endapan H.7 dengan HCl pekat2. Diperiksa dengan uji nyala, jika menghasilkan warna hijau berarti barium positif
Uji Kalsium
1. Dilarutkan endapan H.10 dengan HCl pekat2. Diperiksa dengan uji nyala, jika menghasilkan warna merah bata berarti kalsium positif
Golongan V atau golongan sisa adalah golongan yang sangat bagus kelarutannya dalam bentuk klorida, sulida maupun karbonat. Kation kation yang masuk dalam golongan ini adalah Kalium. Natrium dan Magnesium. Magnesium dapat dipisahkan dari Kalium dan Natrium dengan mengendapkannya dalam bentuk magnesiumhidrogenfosfat
I. Pemisahan Golongan V
1. Ditambahkan larutan Na2HPO4 pada separuh supernatant
2. Jika ada endapan putih maka positif Magnesium
3. Dipisahkan endapan dari larutan. Supernatant untuk uji Kalium
Uji Kalium
1. Ditambahkan larutan asam tartarat pada supernatant I. 32. Jika terbentuk endapan putih maka positif ada kalium
Uji Natrium
1. Ditambahkan larutan K2H2Sb2O7 pada sebagian larutan pada pemisahan sebelumnya (uji golongan IV)
2. jika terbentuk endapan putih maka positif ada Natrium
ANION
Pada uji anion, karena sudah dilakukan uji pendahuluan dan uji kation maka uji ini dikerjakan dari kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan ketika uji sebelumnya.
- Pada Uji pendahuluan didapatkan hasil bahwa pH larutan bersifat asam (< 7)
Maka sudah pasti sampel tidak mengandung OH-, CO32-, SO3
2-, S2O32-, S2-, NO2
-, dan CN-
- Jika pada uji kation ditemukan Al3+, maka sampel tidak mengandung AlO2-, PO4
3-, HPO43-, AsO3
3-, AsO4
3-, CrO42-, Cr2O7
-. Artinya anion yang mungkin ada yaitu : Cl-, Br-, I-, NO3-, dan SO4
2-
Karena banyaknya logam logam golongan I – IV yang dapat mengganggu pemeriksaan anion maka untuk pemeriksaan anion, logam logam tersebut harus disingkirkan terlebih dahulu dengan cara membuat sample menjadi ekstrak soda
Ekstrak soda dibuat dengan cara mendidihkan larutan sample dengan larutan jenuh Na2CO3 agar logam dari golongan I – IV mengendap sebagai karbonat, karbonat basa atau hidroksida (OH-), hidroksida ini bisa terjadi karena akibat hidrolisis.
Sehingga di dalam larutan hanya tersisa anion anion yang akan diperiksa dalam bentuk garam natrium yang mudah larut dalam air.
Reaksi :
MX + Na2CO3 MCO3 + Na2X
Dimana : X adalah Anion dan M adalah Kation
Hasil reaksi kemudian disaring dan diambil Filtrat atau Supernatannya untuk pemeriksaan anion.
Kata Kunci Barugolongan dan identifikasi unsur,identifikasi asam salisilat,uji kelarutan dan penentuan golongan senyawa organik,identifikasi senyawa obat,identifikasi unsur halogen,laporan analisis kualitatif senyawa organik,mengamati warna unsur halogen,praktikum identifikasi senyawa obat,tes nyala unsur,analisis unsur senyawa obat,msds kalsium oksalat hidrat,landasan teori tes nyala unsur,laporan golongan asam,laporan identifikasi kation golongan 3,identifikasi kelarutan senyawa organik,identifikasi unsur organik,analisis kualitatif asam salisilat,kation golongan 3A,reaksi identifikasi asam salisilat,laporan praktikum golongan dan identifikasi unsur,laporan golongan sisa,makalah identifikasi senyawa organik,artikel golongan dan identifikasi unsur,Uji identifikasi Kalium,pemeriksaan sulfat dalam air,praktikum identifikasi zat kimia,dasar teori analisa soda abu,identifikasi senyawa halogen,identifikasi senyawa organik,analisa unsur halogen,identifikasi senyawa arsen,laporan kimia dasar golongan dan identifikasi unsur,latar belakang uji kualitatif pemisahan golongan,reaksi identifikasi kalsium,teori dasar identifikasi zat,uji kelarutan senyawa organik,uji kualitatif asam salisilat,pemeriksaan pendahuluan senyawa farmasi,Prinsip teori golongan dan identifikasi unsur,senyawa obat golongan sisa,analisis senyawa obat,identifikasi golongan antihistamin,identifikasi kualitatif asam salisilat,landasan teori golongan dan identifikasi unsur,laporan identifikasi asam salisilat,laporan identifikasi senyawa organik,laporan kation golongan 4 dan 5,laporan kelarutan senyawa organik,laporan praktikum analisis kualitatif senyawa obat,makalah analisis kualitatif senyawa organik,makalah pemisahan kation,makalah reaksi identifikasi kation,laporan analisis kualitatif senyawa obat golongan sisa,laporan golongan dan identifikasi unsur,laporan praktikum analisis pendahuluan,laporan praktikum kation golongan 2,laporan praktikum senyawa halogen organik,laporan praktikum tentang pemisahan golongan iv,latar belakang reaksi identifikasi,pemeriksaan unsur halogen,teori kimia kation golongan III B,teori pemeriksaan pendahuluan,uji identifikasi asam salisilat,uji kualitatif arsen,analisis kualitatif unsur senyawa organik,analisis uji kualitatif senyawa antihistamin dan antibiotika,analisis uji kualitatif senyawa golongan obat,dasar teori identifikasi kation golongan III,dasar teori identifikasi obat,identifikasi unsur-unsur halogen berdasarkan perbedaan warna,analisis kualitatif senyawa obat,analisis kualitatif senyawa obat golongan sisa,analisis kualitatif senyawa organik,analisis sulfat,cara identifikasi asam salisilat,cara identifikasi unsur halogen,contoh laporan praktikum kimia analitik golongan 1,dasar teori analisa kualitatif,dasar teori kation golongan 2,dasar teori pemeriksaan pendahuluan,identifikasi arsen,identifikasi kualitatif obat golongan alkaloid,identifikasi obat golongan antibiotik,identifikasi senyawa golongan antibiotik,identifikasi senyawa organik brdasarkan kelarutannya,identifikasi unsur besi,identifikasi unsur senyawa,laporan analisa unsur-unsur senyawa organik,laporan analitik golongan 4,laporan identifikasi golongan sisa antibiotik antihistamin,laporan identifikasi unsur,laporan praktikum identifikasi antihistamin,laporan praktikum tes nyala unsur,laporan senyawa halogen organik,laporan uji pendahuluan golongan II,latar belakang reaksi terhadap kation,makalah analisis sulfat dalam air,mengidentifikasi reaksi nyala senyawa logam melalui percobaan,msds golongan kation,pembahasan identifikasi kation
Related For Identifikasi Senyawa dan Unsur dari pengujian Kualitatif (Analisis Jenis)
Bahan Pewarna Makananin BTM, rhodamin B / by S Hamdani /
Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan non pangan. Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.
Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh (Anonim, 2008)
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu :
Warna kuning : tartrazin, sunset yellow Warna merah : allura, eritrosin, amaranth. Warna biru : biru berlian
Tabel : Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.
No Pewarna Sintetis Warna Mudah larut di air
1 Rhodamin B Merah Tidak
2 Methanil Yellow Kuning Tidak
3 Malachite Green Hijau Tidak
4 Sunset Yelow Kuning Ya
5 Tatrazine Kuning Ya
6 Brilliant Blue Biru Ya
7 Carmoisine Merah Ya
8 Erythrosine Merah Ya
9 Fast Red E Merah Ya
10 Amaranth Merah Ya
11 Indigo Carmine Biru Ya
12 Ponceau 4R Merah Ya
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses penggorengan (Anonim, 2008).
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk akhir,harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang tidak boleh ada.
Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut.
ANALISIS KUALITATIF NATRIUM TETRABORAT (BORAKS)
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum yang kami lakukan adalah menganalisis kandungan boraks
dalam makanan.
PRINSIP PERCOBAAN
Pada praktikum ini, kami menggunakan teknik eksperimen analisis anorganik kualitatif
dengan pendahuluan uji reaksi basah. Yaitu uji yang diterapkan untuk zat dalam larutan. Dengan jalan
ini, kita melakukan analisa secara sistematis. Reaksi-reaksi di sini menyebabkan terjadinya zat-zat
baru yang berbeda dari zat semula dan di kenali dari perbedaan sifat fisiknya, antara lain :
Membentuk endapan dari suatu larutan.
Melarutkan zat yang berbentuk endapan.
Zat yang berwarna lain.
Pembentukan gas.
Bentuk kristal yang khas.
Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah. Metode yang
digunakan dalam melakukan uji-uji ini ternyata bermanfaat dan harus dipelajari dengan seksama.
DASAR TEORI
Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O) adalah campuran garam mineral dengan
konsentrasi yang cukup tinggi, yang merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks berasal dari
bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan
mudah larut dalam air. Boraks berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol,
PH : 9,5.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso, kerupuk bahkan mie basah yang berada di pasaran.
Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus
dan renyah. Asal tahu saja, gelas pyrex yang terkenal kuat bisa memiliki performa seperti itu karena
dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan besar daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa
aktif asam borat.
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam
piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah zat padat kristalin putih,
yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam dari asam ini
sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan pada 1000C, akan diubah
menjadi asam metaborat. Pada 1400C dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan
dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh lemahnya asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis
dalam larutan, dan karenanya bereaksi basa.BO33- + 3 H2O → H3BO3 + 3 OH-
B4O72- + 7 H2O → 4 H3BO3 + 2 OH-
BO2- + 2 H2O → H3BO3 + OH-
Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat dari logam-
logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-asam dan dalam
larutan ammonium klorida. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, kita memakai larutan natrium
tetraborat (natrium piroroborat/boraks) Na2B4O7.10H2O.
Asam Sulfat Pekat
Tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin, meskipun asam
ortoborat (H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan, asap putih asam borat dilepaskan. Jika
asam klorida pekat ditambahkan kepada larutan boraks yang pekat, asam borat mengendap.
Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 4 H3BO3 ↑ + 2 Na+ + SO42-Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 4 H3BO3 ↓ + 2 Na+ + Cl-
Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (uji nyala api).
Jika sedikit boraks dicampurkan dengan 1 ml asam sulfat pekat 5 ml methanol atau
etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah menguap) dalam sebuah cawan porselen kecil,
dan alcohol ini dinyalakan ; alcohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya hijau, disebabkan
oleh pembentukan metilborat B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3. Kedua ester ini beracun. Garam
tembaga dan barium mungkin memberi nyala hijau yang serupa.
H3BO3 + 3 CH3OH → B(OCH3)3 ↑ + 3 H2O
Uji Kertas Kunyit (turmerik)
Jika sehelai kertas kunyit dicelup ke dalam larutan suatu borat yang diasamkan dengan
asam klorida encer. Lalu dikeringkan pada 1000C, kertas ini menjadi coklat-kemerah-merahan. Kertas
dikeringkan paling sederhana dengan melilitkannya sekeliling sisi luar dekat tepi mulut suatu tabung
uji yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama 2-3 menit. Setelah kertas dibasahi dengan
larutan natrium hidroksida encer, kertas menjadi hitam-kebiruan atau hitam-kehijauan. Kromat,
klorat, nitrit, iodide, dan zat pengoksid lain mengganggu, karena aksinya yang memutihkan kunyit itu.
Larutan Perak Nitrat
Endapan putih perak metaborat (AgBO2) dari larutan boraks yang cukup pekat, yang
larut baik dalam larutan ammonia encer maupun dalam asam asetat. Dengan mendidihkan endapan
dengan air, endapan dihidrolisis sempurna, dan diperoleh endapan coklat perak oksida. Endapan
coklat perak oksida dihasilkan langsung dalam larutan-larutan yang sangat encer.
B4O72- + 4Ag+ + H2O → 4AgBO2 ↓+ 2H+
2AgBO2 ↓ + 3H2O → Ag2O ↓ + 2 H3BO3
Asam borat yang terbentuk dalam reksi ini, praktis tak terdisosiasi.
Larutan Barium Klorida
Endapan putih barium metaborat, Ba(BO2)2, dari larutan-larutan yang cukup pekat,
endapan larut dalam reagensia berlebihan, dalam asam-asam encer, dan dalam larutan garam-garam
ammonium. Larutan kalsium dan stronsium klorida bertindak serupa.
B4O72- + 2Ba2+ H2O → 2Ba(BO2)2 ↓ + 2H+
Kerja oleh panas
Boraks yang telah dijadikan bubuk, bila dipanaskan dalam tabung pijar, atau diatas
sebatang platinum, akan mengembang banyak sekali, dan lalu menyusut, meninggalkan suatu keeping
kaca yang tak berwarna dari garam anhidratnya. Kaca ini mempunyai sifat melarutkan banyak oksida
ketika dipanaskan, dengan membentuk metaborat, yang sering mempunyai warna-warna yang khas.
Ini merupakan dasar dari uji manik boraks terhadap berbagai logam.
Asam borat merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai
antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada
boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan
asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam
borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, ingat, bahan
ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam
tubuh.
PROSEDUR KERJA
Sebanyak 0,5 ml larutan sampel dimasukkan kedalam cawan porselen (drupelplat).
Kemudian ditambahkan larutan asam sulfat pekat dan alcohol. Lalu dibakar, diperhatikan dan dicatat
nyala apinya.
Sebanyak 0,5 ml larutan sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan larutan perak nitrat, diperhatikan dan dicatat perubahannya. Lalu larutan dipanaskan
sampai terjadi perubahan, diperhatikan dan dicatat perubahannya.
Sebanyak 0,5 ml larutan sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan barium klorida jenuh. Lalu diperhatikan dan dicatat perubahannya.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
No Alat Jumlah
1 Cawan porselen 1 buah
2 Tabung reaksi 4 buah
3 Batang pengaduk 3 buah
4 Gelas kimia 9 buah
5 Korek api secukupnya
6 Spatula 1 buah
7 Lumpang alu 1 buah
8 Tripod 1 buah
9 Kasa asbes 1 buah
10 Bunsen 1 buah
11 Kertas saring secukupnya
Bahan :
No Bahan Jumlah
1 Bakso secukupnya
2 Mie Basah secukupnya
3 Larutan H2SO4 pekat secukupnya
4 Alkohol secukupnya
5 Larutan AgNO3 secukupnya
6 Larutan BaCl2 secukupnya
7 Air secukupnya
DATA HASIL PENGAMATAN
Data Percobaan 1
Larutan Sebelum dibakar Sesudah dibakar
Mie basah + H2SO4 + AlkoholMenghasilkan gas dan larutan tidak
berubah warnanya.
Nyala api berwarna hijau
Bakso sampel I + H2SO4 + Alkohol
Menghasilkan gas dan larutan berubah menjadi berwarna
ungu.
Nyala api berwarna ungu.
Bakso sampel II + H2SO4 + Alkohol
Menghasilkan gas dan larutan berwarna
putih keruh.
Nyala api berwarna biru.
Data Percobaan 2
Larutan Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
Mie basah + AgNO3Terbentuk endapan putih,
larutan keruh.
Larutan menjadi berwarna coklat
kehitam-hitaman.
Bakso sampel I + AgNO3Terbentuk endapan putih,
larutan keruh.Larutan tidak ada
perubahan
Bakso sampel II + AgNO3Terbentuk endapan putih,
larutan keruh.Larutan tidak ada
perubahan.
Data Percobaan 3
Larutan Sebelum ditambah BaCl2Sesudah ditambah
BaCl2
Mie basah + BaCl2Larutan berwarna kuning
keruh
Terbentuk endapan putih, larutan berwarna
putih keruh.
Bakso sampel I + BaCl2Larutan berwarna coklat
keruh.Terbentuk endapan putih, larutan keruh.
Bakso sampel II + BaCl2Larutan berwarna putih
keruh.Terbentuk endapan putih, larutan keruh.
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Dalam praktikum analisis kualitatif natrium tetraborat ini, kami menguji tiga sampel.
Sample yang pertama adalah mie basah, dimana kami peroleh dari warung sayuran yang berada di
Komplek Permata Biru Cinunuk. Kemudian sampel yang kedua (bakso sampel I) adalah bakso ikan
yang kami beli dari pedagang bakso ikan di wilayah UIN SGD Bandung. Lalu sampel yang ketiga
(bakso sampel II) adalah bakso cincang yang kami beli di salah satu pedagang bakso di wilayah
Cipadung.
Kami menggunakan tiga percobaan atau tiga metode untuk menentukan kandungan
boraks dalam sampel. Hasil dari praktikum yang kami lakukan, pada percobaan satu, kami
memperhatikan warna nyala sampel ketika terbakar. Sampel dari mie basah memiliki warna nyala
hijau (hal ini terlihat di pinggiran/sisi dari api yang menyala). Hal ini disebabkan karena terbentuknya
metilborat B(OCH3)3. Perhatikan reaksi berikut :
H3BO3 + 3 CH3OH → B(OCH3)3 ↑ + 3 H2O
Berbeda dengan kedua sampel lainnya yang menghasilkan warna berbeda. Bakso
sampel I menghasilkan nyala warna ungu, dan bakso sampel II menghasilkan warna nyala biru, yang
mengindikasikan tidak adanya kandungan boraks dalam sampel ini.
Tetapi karena metode ini sangat sulit sekali dipastikan ketelitiannya kami mencoba
menggunakan metode lain. Yaitu percobaan kedua dan ketiga. Pada percobaan kedua, kami
menambahkan perak nitrat (AgNO3) pada sampel yang kemudian akan dipanaskan dan
memperhatikan perubahannya. Ketika ditambahkan AgNO3, ketiga sampel mengendap, hal ini
menunjukkan terbentuknya perak metaborat (AgBO2).
B4O72- + 4 Ag+ + H2O → 4 AgBO2 ↓+ 2H+
Tetapi fakta ini belum bisa membuktikan kandungan boraks, karena menurut vogel
larutan akan terbentuk endapan jika ada larutan boraks yang cukup pekat. Sedangkan kami tidak
mengetahui kadar boraks dalam sampel tersebut. Ditakutkan adanya faktor lain terbentuknya endapan,
seperti human error dimana kami kurang teliti dalam menyaring larutan sampel ketika telah
dihaluskan dalam lumping alu.
Maka dari itu untuk melihat ketepatannya kami memanaskan sampel yang telah
ditambahkan AgNO3. Karena jika sampel positif mengandung boraks, maka endapan akan berubah
menjadi coklat yang merupakan indikasi terbentuknya perak oksida (Ag2O). Hal yang kita
pertanyakan diatas telah terjawab, karena setelah sampel yang telah ditambahkan AgNO3 dipanaskan,
larutan sampel mie basah berubah menjadi berwarna coklat, dan endapannya pun menjadi coklat tua.
Perhatikan reaksi berikut :
2 AgBO2 ↓ + 3H2O → Ag2O ↓ + 2 H3BO3
Dari reaksi diatas kita bisa melihat bahwa asam borat telah terbentuk menandakan mie basah positif
mengandung boraks. Sedangkan sampel lain tidak mengalami perubahan.
Kemudian pada percobaan ketiga, dimana sampel ditambahkan dengan larutan barium
klorida (BaCl2). Ketiga sampel menghasilkan endapan, hal ini seperti pada percobaan dua diatas, yaitu
larutan akan terbentuk endapan jika ada larutan boraks yang cukup pekat. Lagi-lagi kami harus
berfikir keras mengapa hal ini bisa terjadi, mungkin seperti yang kami kemukakan diatas bahwa
karena faktor human error pada proses penyaringan sampel. Tetapi berdasarkan hasil percobaan 1 dan
2, mie basahlah yang mengandung boraks. Perhatikanlah reaksi berikut ini :
B4O72- + 2 Ba2+ H2O → 2 Ba(BO2)2 ↓ + 2H+
SIMPULAN
Dari praktikum analisis kualitatif natrium tetraborat (boraks) pada sampel yang kami
uji, dari tiga percobaan yang kami lakukan, kami menarik kesimpulan bahwa sampel mie basahlah
yang mengandung boraks. Hal ini ditandai dengan nyala api yang berwarna hijau pada saat dibakar,
adanya endapan coklat dan larutan asam borat setelah dipanaskan , dan adanya endapan putih setelah
ditambahkan BaCl2.
Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya,
larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.
Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, ingat,
bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk
dalam tubuh. Jadi sangat tidak pantas jika bahan-bahan berbahaya ini digunakan untuk makanan.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun
sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak
hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap
dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit
melalui keringat.
Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat
reproduksi pria. Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati,
lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya
urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah
turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.
ANALISIS KATION
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal sifat-sifat unsur dan ion-ionnya dalam larutan melalui pengamatan
2. Melakukan analisis kation dalam suatu cuplikan melalui penentuan golongan dan tes khusus (
spesfik test)
II. DASAR TEORI
Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui unsur apa yang terdapat
dalam suatu sampel. Analisis kualitatif untuk zat anorganik terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Analisi Anion
2. Analisis Kation
Pada analisis kation, kation yang dipelajari adalah sebagai berikut : NH4+, Na+, Ca2+, Ba2+, Mg2+,
Hg2+, Pb2+, Cu2+, Sn2+, Fe2+, Fe3+, Co2+, Mn2+, Ni2+, Al3+, K+, Ag2+, dan sebagainya.
Tahapan analisis kualitatif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Ananlisis Pendahuluan
Pada cuplikan dilakukan “pemeriksaan pendahuluan” yaitu pengamatan sifat fisika, bau, warna,
dan bentuk kristal serta test kelarutan dalam air.
B. Test Nyala
Untuk menganalisis suatu kation dalam cuplikan, dapat dilakukan test nyala. Beberapa logam
mempunyai warna nya tertentu bila dipanaskan dalam nyala bunsen dengan menggunakan kawat Ni-
Cr.
Tabel Warna Nyala Pada Unsur Logam
Colour Metal
Red Charmine:Lithium Chompounds. Masked by Barium and Sodium Scarlet or
Crinsom:Strotium Chompounds, Masked by Barium
Yellow Yellow-red : Cakium Chompounds, Masked by Barium.
Sodium chompounds amount. A Yellow flame is not indicative of sodium unless it
persist and is not intensified by addition of 1 % NaCl to the dry chompuond.
White White-Green : Zink
Green Emerald : copper chompounds, other than halides. Thallium Blue-Green : Phospates,
when moistened with H2SO4 or Br2O3. Faint Green Antimony and NH4 chompounds.
Blue Yellow-Green : Barium, Molybdenum
Azure: lead, selenium, bismuth, CuCl2 and other copper chompounds moistened with
hydrodoric acid. Light-Blue : arcenic and come off it chompounds.
Grenish-Blue : CuBr2, antimony.
Videt Pottasium chompounds other than borates, phospates, and silicates. Masked by sodium
or lithium.
Purple-red: Potassium, Rubidium, and / cessium , in the precense of sodium when
viewed through a blue glass.
Logam –logam Warna Nyala
Na Kuning
K Lembayung (kaca kobalt)
Li Merah padam
Ca Merah kuning
Sr Kuning hijau
Cu + Logam Boraks Hijau
Pb, As, Sb, Bi Biru muda
C. Penentuan Golongan Kation
Untuk identifikasi kation secara sistematis, harus dilakukan pemisahan golongan. Setelah itu
baru dilakukan uji spesifik setiap kation yang ada dalam golongan tersebut untukmengidentifikasi
keberadaan didalam cuplikan. Dalam analisa kation ini terdapat 5 golongan:
Golongan I : Ag+, Pb2+, akan mengendap sebagai garam kolr dalam kondisi asam yang kuat.
Golongan II : Pb2+, Hg2+, Cu2+, dan Sn2+ akan mengendap sebagai garam sulfida atau hidroksida
dalam sedikit basa.
Golongan III : Fe2+, Fe3+, Co2+, Mn2+, Ni2+, Al3+ akan mengendap sebagai garam sulfida atau
hidroksida dalam sedikit basa.
Golongan IV : Ca2+, Ba2+, tetap berada dalam larutan setelah pemeriksaan kation golongan I, II, dan
III.
Golongan V : NH4+, Mg2+, K+ dan Na+
golongan V dapat dipisahkan langung dari golongan 1-4. Karena gas H2S mempunyai bau yang tidak
enak serta berbahaya, maka digunakan tiosetamida sebagai pengganti. Reaksi tiosemida dengan air
bila dipanaskan akan menghasilkan H2S juga, tetapi berupa larutan jenuh.
D. Sistematika Pemisahan Kation
E. Analisis Kation dengan Reaksi Spesifik
Tes spesifik digunakan untuk mengetahui adanya kation tertentu dalam suatu larutan.
a. Ag+
Ag+ + Cl- AgCl(s) endapan putih
Ag+ + OH- AgOH(s) endapan hitam
AgOH + 2 NH3 Ag(NH3)2 (larutan) larut dalam amoniak berlebih
b. Pb2+
Pb2+ + CrO42- PbCr(4)(s) endapan putih
Pb2+ + SO2- PbSO4 endapan putih
Pb2+ + OH- Pb(OH)(s) endapan putih tidak larut dalam amoniak berlebih.
c. Hg2+
Hg2+ + 2 OH- Hg2O(s) endapan kuning + H2O
Hg2+ + 2 I- HgI2 endapan merah
d. Cu2+
2 Cu2+ + SO42- + 2 NH3 + 2 H2O Cu(OH)2 . CuSO4 endapan + 2 NH4
+
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2 endapan biru
Cu(OH)2 Cuo endapan hitam + H2O
e. Sn2+
Sn2+ + Hg2Cl2 Hg2Cl2 endapan putih + Sn4+ + 2Cl-
Jika ditambah Sn berlebih :
Sn2+ + Hg2Cl2 2 Hg endapan abu-abu +Sn4+ + 2 Cl-
f. Fe2+,
Fe2+ + 2 OH- Fe(OH)2 endapan putih
4 Fe(OH)2 + H2O + O2 4 Fe(OH)3 endapan cokelat merah
Fe2+ + [Fe(CN)6]3- Fe3+ + [Fe(CN)6]4-
4 Fe2+ + 3 [Fe(CN)6]4- [Fe4(CN)6]3 endapan biru turbull
g. Fe3+,
Fe + 3 SCN- Fe(SCN)3
Fe3+ + [Fe(CN)6]3- Fe [Fe(CN)6]3 endapan cokelat
h. Co2+,
Co2+ + 4 SCN- [CO(SCN)4]2- endapan biru
i. Mn2+,
Mn2+ + 5 NaBiO3 + 14 H+ 2 MnO4 + 5 Bi3+ + 5 Na + 7 H2O
Menghasilkan warna ungu dari permanganat.
j. Ni2+
k. Al3+
Al3+ + 3 COO- + 2 H2O Al(OH)2 CH3COOH endapan + 2CH3COOH
l.. Ca2+,
Ca2+ + SO42- CaSO4 endapan putih
Ca2+ + CrO42- tidak terbentuk endapan
m. Ba2+,
Ba2+ + SO42- BaSO4 endapan putih
Ba2+ + CrO43- BaCrO4 endapan kuning
n. NH4+,
NH4+ + OH- NH3 naik + H2O tidak bau, kertas lakmus merah berubah menjadi biru
o. Mg2+,
Mg2+ + NH3 +HPO43- Mg(NH4) PO4 endapan Kristal putih
p. K+
3 K+ + [CO(NO2)6]3- K3[CO(NO2)6] endapan kuning
q. Na+
-Na+ + Mg2+ + 3 UO22+ + 9 CH3COO- NaMg(UO2)3 (CH3COO)9 endapan kristalin kuning
-Tes Nyala
IV. BAHAN YANG DIGUNAKAN
4.1 reagen
Tioasetamida Ba(NO3)2 0,1 M
(NH4)2CO3 dalam NH3 1 M K4Fe(CN)6 0,5 M
NH4Cl 2 M K3(CN)6 0,5 M
HCl 6 M NaBiO3 padat
HNO3 1 M Dimetil glioksin 1 % dalam etanol
NaOH 2 M KCNS padat
NaOH 6 M NaSO3 1 M dan padat
H2SO4 6 M KHSO4 padat
HNO3 1 M Na3(CO (NO2))6 padat
Larutan morin
VI. LANGKAH KERJA
6.1 Analisis Pendahuluan
-Pengamatan Fisik
Lakuikan pengamatan fisik seperti, warna, bau, dan bentuk kristal. Catat.
Kation Sifat Warna Bau Bentuk Kristal
Sample 2
Sample 1
Sample 3
Sample 4
Putih
Putih
Kuning
Biru
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Tidak Berbau
Bubuk/ Butiran
Bubuk
Bubuk
Bongkahan
-Test kelarutan
Ambil + 0,2 gr cuplikan dan tambahkan 2 ml air determineral. Amati kelarutannya di dalam air
dingin.
Kation Larutan Air Dingin pH
Sample 2
Sample 1
Sample 3
Sample 4
Larut
Larut
Larut
Larut
2
6
8
4
-Test Nyala
Meletakkan kira-kira 0,1 gr cuplikan yang tidak diketahui pada kaca arloji dan tambahkan 3 tetes HCl
6 M. Terlebih dahulu membersihkan kawat Ni-Cr dengan memijarkan pada nyala bunsen, kemudian
celupkan kawat tersebut dalam HCl yang mengandung cuplikan. Amati warna pijar
Kation Warna Nyala
Sample 2
Sample 1
Sample 3
Sample 4
Biru
Lembayung
Lembayung
Hijau
6.2 Identifikasi Golongan Kation
Langkah 1 : Golongan 1-4,5
1 ml cuplikan + 1 ml(NH4)2CO3 .Bila mengendap berarti kation yang mungkin dari golongan 1-4.
Bila tidak mengendap berarti golongan 5. Maka kerjakan langkah 6.
Langkah 2 : Golongan 1,2,4
1 ml larutan cuplikan + 3 tetes HCl 6 M. Bila adanya endapan kemungkinan adanya Ag+,Hg2+, Pb2+
kalau tidak mengendap lanjutkan langkah 3.
Langkah 3 : Golongan 2,3-4
1 ml larutan cuplikan + tetes HCl 6 M dan 1 ml Tiosetamida 1 M (pH 1). Letakkan tabung reaksi
kedalam gelas kimia yang berisi air mendidih selama 5 menit. Bila endapan berwarna hitam maka
kation yang mungkin Pb2+, Mg2+, Cu2+, Bila endapan cokelat maka kation yang mungkin Sn2+.
Bila tidak mengendap lanjutkan langkah 4.
Langkah 4 : Golongan 3,4
1 ml larutan cuplikan + 3 tetes NH4Cl 1 M dan 1 ½ ml NH3 6 M. Tambahkan 1 ml Tiosetamida 1 M.
Kocok dan didihkan selama 5 menit.
Langkah 5 : Golongan 4
Lakukan reaksi spesifik kation golongan 4
Langkah 6 : Tes Nyala.
Periksalah golongan kation melalui tes nyala.
Sampel 2
Pereaksi Pengamatan Kation yang Mungkin
(NH4)2CO3
HCl 6 M
HCl 6 M dan Tiosetamida
NH4Cl 1 M dan
NH2
Membentuk endapan
Membentuk endapan
-
-
-
Kation dari golongan 1-4
Pb+, Ag+
-
-
-
6.3 Reaksi Spesifik Untuk Analisa Kation
Golongan I
1. Ag+
a. 1 ml larutan cuplikan + 5 tetes HCl 2 M endapan putih. Endapan larut bila ditambahkan 3/2 ml
NH3
6 M dan larutan menjadi bening.
b. 1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1 M - endapan coklat tambahkan ½ ml NH3 1 M, endapan larut dan
larutan menjadi bening.
2. Pb+
a. 1 ml cuplikan + 4 tetes K2Cr2O4 0,1 M - endapan kuning.
b. 1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1 M - endapan putih tidak larut dalam NH3 berlebih.
Golongan 2
1. Hg2+
a. 1 ml cuplikan + ½ tetes NH3 1 M -- endapan Biru Muda
b. 1 ml cuplikan + 1 ml Kl 0,1 M - endapan merah keruh
2. Cu2+
1 ml cuplikan +2 tetes NH3 1 M - Biru muda
Tambahkan amoniak berlebih (NH4OH 1 M ) menjadi larutan biru tua.
3. Sn2+
1 ml cuplikan + 1 ml Hg(NO3)2 0,1 M endapan putih.
Golongan 3
1. Fe2+,
1 ml cuplikan + 5 tetes NaOH 2 M endapan seperti galatin warna cokelat
1 ml cuplikan + 5 tetes K3Fe(CN)6 endapan biru tua
2. Fe3+,
a. 1 ml cuplikan + 3 tetes KSCN 0,1 M Merah tua.
b. 1 ml cuplikan + 3 tetes K4Fe(CN)6 0,5 M biru berlin.
3. Co2+,
2 ml cuplikan + 1 spatula KSCN Biru keunguan
Tambahkan eter amil alkohd berubah menjadi biru
4. Mn2+,
5 tetes cuplikan + seujung spatula natrium bismutat + 5 tetes HNO3 6 M endapan merah
violet
5. Ni2+,
1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1 M + 1 ml dimetilglioksin merah
6. Al3+
a. 1 ml cuplikan + 3 tetes CH3COOH + seujung spatula Natrium Asetat + 1 ml larutan morin
endapan
Biru Muda
b. 1 ml cuplikan + 2 tetes NaOH 2 M endapan putih seperti gelatin yang dapat larut dalam NaOH
berlebihan.
Golongan 4
1. Ca2+,
a. 1 ml cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M endapan putih
b. 1 ml cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M tidak ada endapan
2. Ba2+,
a. 1 ml larutan cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M endapan putih tidak larut dalam asam kuat
b. 1 ml cuplikan + 5 tetes K2CrO4 0,1 M endapan kuning
Golongan 5
1. NH4+,
Jika ada reaksi-reaksi untuk kation lain dalam golongan 5 negatif dan warna nyala positif (dalam 1
menit) berati ada atom Na.
2. K+ / Na+
Seujung spatula Na2(CO(NO)2)6 + ½ ml air + 2 tetes CH3COOH 2 M maka terbentuk endapan
kuning.
3. Mg2+,
1 ml cuplikan + 4 tetes NH4Cl 1 M + NH4OH / NH3 2 M dan 1 ml Na2HPO4 0,1 M makatimbul
endapan putih.
4. Na+
1 sendok spatula cuplikan + 1 ml NaOH 6 M panaskan gas Amoniak akan dilepaskan dan dapat
diidentifikasikan dengan baunya.
Sampel 2 golongan 5
Pereaksi Pengamatan Kation Yang Mungkin
K2CrO4
NH3
HCl
Tebentuk endapan ( K)
Ada endapan
Tidak ada endapan
Pb+
Pb+
-
VII. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara analisis kuantitatif dan kualitatif!
2. Tuliskan sifat-sifat fisik dan kimia dari cuplikan yang anda analisa !
3. Tuliskan reaksi kation Al3+, Cr3+, Mn2+ dengan larutan Natrium Hidroksida. Warna endapan yang
dihasilkan?
Jawaban :
1. Analisis Kuantitatif analisis yang dilakukan untuk mengetahui unsur apa yang terdapat dalam
sebuah sampel.
Sedangkan,
Analisis Kualitatif menghitung analisa dengan anka atau untuk menghitung kandungan pada
sampel.
2. Sampel 2.
Bau : Tidak ada bau BM : sifat kimia
Warna : putih
Bentuk : bubuk/butiran
3. Al3+ + NaOH berwarna putih, dapat larut dalam kelebihan NaOH.
Cr3+ + NaOH berwarna putih, menghasilkan endapan.
Mn2+ + NaOH berwarna putih, menghasilkan endapan.
VIII. DATA HASIL PENGAMATAN AKHIR
Sampel Golongan Kation
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
4
1
5
2
Ba2+
Pb+
K+
Cu2+
I X. ANALISIS DATA PERCOBAAN
Dari percobaan yang telah dilakukan sample 2 emempunyai warna yang putih, tidak berbau
dan berbentuk butiran/ bubuk kristal. Setelah dilakukan tes pendahuluan yaitu pada tes pelarutan
sampel 2 larut dalam air dingin dan warna larutan bening. Setelaj sampel tersebut ditambahkan
dengan 3 tetes HCl 6 M dan dilakukan tes nyala pada bunsen, maka menghasilkan warna nyala biru
dan diperkirakan sampel 2 tersebut mengandung unsur Pb+.
Setelah dilakukan identifikasi golongan 1 ml sampel ditambhakan dengan 1 ml NH4(CO3)2
sampel 2 membentuk endapan dan diperkirakan termasuk ke dalam golongan 1-4 Ag+, Pb2, Pb2+, Hg2+,
Cu2+, Sn2+, Fe2+, Fe3+, Co2+, Mn2+,Ni2+, Al3+, Ca2+, Ba2+. Karena terbentuk endapan maka ditambahkan
lagi dengan 1 ml cuplikan + 3 tetes HCl 6 M dan terdapat endapan. Diperkirakan sampel 2 tersebut
mengandung unsur dari golongan 1 yaitu Pb+ dan Ag+
Pada reaksi spesifik 1 ml cuplikan ditambahkan dengan 1 ml cuplikan + 4 tetes NH3 1 M
menghasilkan endapan berwarna putih dan tidak larut dalam NH3 berlebih. Dapat disimpulkan bahwa
kation sampel 2 adalah Pb+.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan pengamatan pada sampel 1 dapat disimpulkan bahwa sampel 2
meghasilkan kation dari golongan 1 yaitu Pb+ yang dengan K2CrO4 menghasilkan endapan berwarna
kuning dan dengan NH3 menghasilkan endapan berwarna putih.
D. Langkah-langkah kerja Langkah kerja dalam menganalisis kandungan formalin :1. Ambil sebagian sample makanan yang akan diteliti yaitu Baso, Tahu bulat, dan Mie.2. Tumbuk dan hancurkan ketiga sample tersebut, beri sedikit air untuk mendapatkan kaldu.3. Masukan ketiga sample tersebut kedalam tabung reaksi yang berbeda.4. Masukan pereaksi 1 formalin, yaitu Fehling A kedalam masing-masing sample dan tunggu beberapa menit, apakah ada perubahan warna atau tidak.?5. Apabila tidak ada perubahan warna, masukan kembali pereaksi 2 Formalin menggunakan Fehling B. Dan lihat perubahan yang terjadi.6. Apabila mengandung Formalin terdapat endapan merah muda pada sample tersebut.
E. Data Pengamatan Tabel Pengamatan Uji FormalinNo Sample Perubahan Warna dan endapan Hasil (Ya/Tidak)1 Bakso Tidak mengalami perubahan warna dan tidak mengandung endapan ( Tidak )2 Tahu Bulat Mengalami perubahan warna menjadi keunguan dan mengandung endapan merah muda ( Ya )3 Mie Tidak mengalami perubahan warna dan tidak mengandung endapan (Tidak)
F. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan di atas, diketahui tahu bulat mengandung formalin karena mengalami perubahan warna menjadi keunguan dan mengandung endapan berwarna merah muda sedangkan bakso dan mie tidak mengandung formalin karena tidak mengalami perubahan warna dan tidak mengandung endapan merah muda.
G. PenutupDemikian yang dapat kami paparkan mengenai hasil praktikum dari kelompok kami, semoga bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi pembaca. Semoga hasil dari penelitian ini bisa dijadikkan bahan pertimbangan bagi masyarakat yang mengkonsumsi dan juga bisa lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Tentunya laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Pemeriksaan Boraks
Diposkan oleh Surga Cinta on Sabtu, 11 Mei 2013 / I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum yang kami lakukan adalah menganalisis kandungan boraks
dalam makanan.
II. PRINSIP PERCOBAAN
Pada praktikum ini, kami menggunakan teknik eksperimen analisis anorganik kualitatif
dengan pendahuluan uji reaksi basah. Yaitu uji yang diterapkan untuk zat dalam larutan. Dengan jalan
ini, kita melakukan analisa secara sistematis. Reaksi-reaksi di sini menyebabkan terjadinya zat-zat
baru yang berbeda dari zat semula dan di kenali dari perbedaan sifat fisiknya, antara lain :
Membentuk endapan dari suatu larutan. Melarutkan zat yang berbentuk endapan. Zat yang berwarna lain. Pembentukan gas. Bentuk kristal yang khas.
Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah. Metode yang
digunakan dalam melakukan uji-uji ini ternyata bermanfaat dan harus dipelajari dengan seksama.
III. DASAR TEORI
Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O) adalah campuran garam mineral dengan
konsentrasi yang cukup tinggi, yang merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks berasal dari
bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan
mudah larut dalam air. Boraks berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol,
PH : 9,5.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso, kerupuk bahkan mie basah yang berada di pasaran.
Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus
dan renyah. Asal tahu saja, gelas pyrex yang terkenal kuat bisa memiliki performa seperti itu karena
dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan besar daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa
aktif asam borat.
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah zat padat kristalin putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan pada 1000C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada 1400C dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh lemahnya asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya bereaksi basa
1) Asam Sulfat PekatTak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam keadaan dingin, meskipun asam
ortoborat (H3BO3) dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan, asap putih asam borat dilepaskan. Jika
asam klorida pekat ditambahkan kepada larutan boraks yang pekat, asam borat mengendap.
2
2) Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (uji nyala api).
Jika sedikit boraks dicampurkan dengan 1 ml asam sulfat pekat 5 ml methanol atau
etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah menguap) dalam sebuah cawan porselen kecil,
dan alcohol ini dinyalakan ; alcohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya hijau, disebabkan
oleh pembentukan metilborat B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3. Kedua ester ini beracun. Garam
tembaga dan barium mungkin memberi nyala hijau yang serupa.
3
3) Uji Kertas Kunyit (turmerik)
Jika sehelai kertas kunyit dicelup ke dalam larutan suatu borat yang diasamkan dengan
asam klorida encer. Lalu dikeringkan pada 1000C, kertas ini menjadi coklat-kemerah-merahan. Kertas
dikeringkan paling sederhana dengan melilitkannya sekeliling sisi luar dekat tepi mulut suatu tabung
uji yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama 2-3 menit. Setelah kertas dibasahi dengan
larutan natrium hidroksida encer, kertas menjadi hitam-kebiruan atau hitam-kehijauan. Kromat,
klorat, nitrit, iodide, dan zat pengoksid lain mengganggu, karena aksinya yang memutihkan kunyit itu.
4
4) Larutan Perak Nitrat
Endapan putih perak metaborat (AgBO2) dari larutan boraks yang cukup pekat, yang
larut baik dalam larutan ammonia encer maupun dalam asam asetat. Dengan mendidihkan endapan
dengan air, endapan dihidrolisis sempurna, dan diperoleh endapan coklat perak oksida. Endapan
coklat perak oksida dihasilkan langsung dalam larutan-larutan yang sangat encer.
5
5) Larutan Barium Klorida
Endapan putih barium metaborat, Ba(BO2)2, dari larutan-larutan yang cukup pekat,
endapan larut dalam reagensia berlebihan, dalam asam-asam encer, dan dalam larutan garam-garam
ammonium. Larutan kalsium dan stronsium klorida bertindak serupa.
6
6) Kerja oleh panas
Boraks yang telah dijadikan bubuk, bila dipanaskan dalam tabung pijar, atau diatas
sebatang platinum, akan mengembang banyak sekali, dan lalu menyusut, meninggalkan suatu keeping
kaca yang tak berwarna dari garam anhidratnya. Kaca ini mempunyai sifat melarutkan banyak oksida
ketika dipanaskan, dengan membentuk metaborat, yang sering mempunyai warna-warna yang khas.
Ini merupakan dasar dari uji manik boraks terhadap berbagai logam.
Asam borat merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai
antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada
boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan
asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam
borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, ingat, bahan
ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam
tubuh.
IV. PROSEDUR KERJA
Sebanyak 0,5 ml larutan sampel dimasukkan kedalam cawan porselen (drupelplat). Kemudian ditambahkan larutan asam sulfat pekat dan alcohol. Lalu dibakar, diperhatikan dan dicatat nyala apinya.
Sebanyak 0,5 ml larutan sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan perak nitrat, diperhatikan dan dicatat perubahannya. Lalu larutan dipanaskan sampai terjadi perubahan, diperhatikan dan dicatat perubahannya.
Sebanyak 0,5 ml larutan sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan barium klorida jenuh. Lalu diperhatikan dan dicatat perubahannya.