Anicca

1
ANICCA (KETIDAKKEKALAN) Kondisi ada melalui perubahan. Kamu tidak bisa mencegahnya. Coba pikirkan, bisakah kamu mengeluarkan napas tanpa menghirup udara? Apakah hal ini baik? Atau, dapatkah kamu hanya menghirup udara? Kita menginginkan semuanya itu permanen, tetapi tidak bisa. Itu merupakan hal yang tidak mungkin. Bila kamu tahu bahwa semuanya itu tidak kekal, maka cara berpikirmu akan berangsur- angsur berubah, tidak menjadi berbelit-belit, dan kamu tidak perlu berpikir terlalu banyak. Bilamana suatu hal terjadi, yang kamu katakan adalah, "Oh, yang lainnya!" Hanya itu. Ungkapan apa saja yang mengabaikan ketidakpastian bukan berasal dari seorang pujangga. Bila kamu sungguh-sungguh melihat ketidakpastian dengan jelas, kamu akan melihat sesuatu yang pasti. Kepastian adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari dan diubah menjadi ketidakpastian dan mereka tidak dibalik. Dapatkah hal ini dipahami? Hanya dengan mengenali hal ini dengan baik, kamu dapat mengenali Sang Buddha, kamu akan menghormati Sang Buddha dengan benar. Bila pikiranmu mencoba memberitahumu bahwa seseorang telah mencapai tingkat Sotapanna, datang dan menghormatlah kepadanya. Ia sendiri yang akan memberitahukanmu tentang semua ketidakpastian. Jika kamu bertemu dengan seorang Sakadagami, datang dan menghomatlah kepadanya. Bila ia melihatmu, ia akan berkata, "Bukan suatu hal yang pasti." Bila ada seorang Anagami, datang dan menghormatlah. Ia hanya akan memberitahumu satu hal, "Ketidakpastian" Bahkan jika kamu bertemu dengan seorang Arahat, datang dan menghormatlah. Ia bahkan akan mengatakan dengan tepat, "Itu semua bahkan lebih tidak pasti" Dan kamu akan mendengar kata-kata yang paling utama, "Segala sesuatu itu tidak pasti. Jangan berpegang pada benda apapun." Kadang-kadang saya suka pergi dan melihat tempat-tempat keagamaan yang tua dengan vihara-vihara yang kuno. Di beberapa tempat bangunan itu tampak retak. Mungkin salah satu teman saya akan berkata, "Alangkah memalukannya, bukan? Bangunan itu retak." Saya akan menjawab, "Bila bangunan-bangunan itu tidak retak, berarti tidak sama dengan ajaran Sang Buddha. Tidak ada Dhamma. Bangunan itu retak seperti ini, karena itulah sesungguhnya ajaran Sang Buddha." Kondisi terjadi secara alamiah. Pada saat kita tertawa atau menangis, maka kondisi tersebut terjadi apa adanya. Tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat mencegah kondisi itu terjadi. Kamu bisa meminta bantuan seorang dokter gigi untuk memeriksa gigi- gigimu, tetapi tetap saja gigi-gigi itu tumbuh secara alamiah. Akhirnya bahkan dokter gigi itupun mengalami hal yang sama. Segala sesuatunya juga berakhir. Apa yang dapat kita pegang untuk kepastian? Tidak ada! Tidak ada suatu apapun, kecuali perasaan. Penderitaan muncul, berkembang, lalu lenyap. Kemudian kebahagiaan menggantikan penderitaan-hanya ini. Di luar hal ini, tidak ada apapun. Tetapi kita adalah orang-orang sesat yang sedang berlari dan merampas perasan terus menerus. Padahal peasaan itu bukanlah sesuatu yang nyata, dia tak lebih hanyalah perubahan- perubahan. Oleh : Ven Ajahn Chah

description

Buddhism

Transcript of Anicca

ANICCA (KETIDAKKEKALAN)

Kondisi ada melalui perubahan. Kamu tidak bisa mencegahnya. Coba pikirkan, bisakah kamu mengeluarkan napas tanpa menghirup udara? Apakah hal ini baik? Atau, dapatkah kamu hanya menghirup udara? Kita menginginkan semuanya itu permanen, tetapi tidak bisa. Itu merupakan hal yang tidak mungkin.

Bila kamu tahu bahwa semuanya itu tidak kekal, maka cara berpikirmu akan berangsur-angsur berubah, tidak menjadi berbelit-belit, dan kamu tidak perlu berpikir terlalu banyak. Bilamana suatu hal terjadi, yang kamu katakan adalah, "Oh, yang lainnya!" Hanya itu.

Ungkapan apa saja yang mengabaikan ketidakpastian bukan berasal dari seorang pujangga.

Bila kamu sungguh-sungguh melihat ketidakpastian dengan jelas, kamu akan melihat sesuatu yang pasti. Kepastian adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari dan diubah menjadi ketidakpastian dan mereka tidak dibalik. Dapatkah hal ini dipahami? Hanya dengan mengenali hal ini dengan baik, kamu dapat mengenali Sang Buddha, kamu akan menghormati Sang Buddha dengan benar.

Bila pikiranmu mencoba memberitahumu bahwa seseorang telah mencapai tingkat Sotapanna, datang dan menghormatlah kepadanya. Ia sendiri yang akan memberitahukanmu tentang semua ketidakpastian. Jika kamu bertemu dengan seorang Sakadagami, datang dan menghomatlah kepadanya. Bila ia melihatmu, ia akan berkata, "Bukan suatu hal yang pasti." Bila ada seorang Anagami, datang dan menghormatlah. Ia hanya akan memberitahumu satu hal, "Ketidakpastian" Bahkan jika kamu bertemu dengan seorang Arahat, datang dan menghormatlah. Ia bahkan akan mengatakan dengan tepat, "Itu semua bahkan lebih tidak pasti" Dan kamu akan mendengar kata-kata yang paling utama, "Segala sesuatu itu tidak pasti. Jangan berpegang pada benda apapun."

Kadang-kadang saya suka pergi dan melihat tempat-tempat keagamaan yang tua dengan vihara-vihara yang kuno. Di beberapa tempat bangunan itu tampak retak. Mungkin salah satu teman saya akan berkata, "Alangkah memalukannya, bukan? Bangunan itu retak." Saya akan menjawab, "Bila bangunan-bangunan itu tidak retak, berarti tidak sama dengan ajaran Sang Buddha. Tidak ada Dhamma. Bangunan itu retak seperti ini, karena itulah sesungguhnya ajaran Sang Buddha."

Kondisi terjadi secara alamiah. Pada saat kita tertawa atau menangis, maka kondisi tersebut terjadi apa adanya. Tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat mencegah kondisi itu terjadi. Kamu bisa meminta bantuan seorang dokter gigi untuk memeriksa gigi-gigimu, tetapi tetap saja gigi-gigi itu tumbuh secara alamiah. Akhirnya bahkan dokter gigi itupun mengalami hal yang sama. Segala sesuatunya juga berakhir.

Apa yang dapat kita pegang untuk kepastian? Tidak ada! Tidak ada suatu apapun, kecuali perasaan. Penderitaan muncul, berkembang, lalu lenyap. Kemudian kebahagiaan menggantikan penderitaan-hanya ini. Di luar hal ini, tidak ada apapun. Tetapi kita adalah orang-orang sesat yang sedang berlari dan merampas perasan terus menerus. Padahal peasaan itu bukanlah sesuatu yang nyata, dia tak lebih hanyalah perubahan-perubahan.

Oleh : Ven Ajahn Chah