Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

download Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

of 29

Transcript of Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    1/29

    13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Umum Gizi

    2.1.1 Definisi

    Menurut WHO (2012), gizi adalah asupan makanan yang dibutuhkan oleh

    tubuh. Gizi yang baik adalah asupan makanan yang baik, cukup, dan seimbang

    dengan aktivitas sehari-hari.

    Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan

    (Almatsier, 2005). Makanan tersebut adalah bahan yang mengandung berbagai zat

    gizi atau nutrien, yaitu substansi kimia organik dan anorganik yang sangat penting

    untuk pertumbuhan dan fungsi (Thompson, et al., 2011). Unsur-unsur zat gizi

    tersebut adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.

    Karbohidrat, lemak, dan protein dibutuhkan sebagai sumber energi, selain itu

    protein juga berperan penting dalam proses pertumbuhan, serta pembentukan dan

    perbaikan sel-sel tubuh (Smolin & Grosvenor, 2007). Ketiganya dibutuhkan

    dalam jumlah besar untuk menghasilkan energi yang cukup untuk mendukung

    fungsi normal tubuh, sehingga disebut dengan makronutrien (Thompson, et al.,

    2011). Vitamin dan mineral, walaupun tidak dibutuhkan dalam jumlah besar

    namun sangat penting untuk membantu proses metabolisme karbohidrat, lemak,

    dan protein (Weinberg, et al., 2008). Semua zat gizi tersebut dibutuhkan tubuh

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    2/29

    14

    secara seimbang untuk mendapatkan fungsi masing-masing zat gizi yang optimal

    (Gibney, et al., 2009).

    2.1.2 Asupan Gizi

    Asupan zat gizi adalah banyaknya zat gizi yang dikonsumsi dalam sehari.

    Ketersediaan zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral

    dapat diukur melalui pemeriksaan langsung secara biokimia dan pemeriksaan

    tidak langsung dengan survei konsumsi makanan (Supariasa, dkk., 2002).

    2.1.3 Pengukuran Asupan Gizi

    2.1.3.1 Pemeriksaan Biokimia

    Pemeriksaan biokimia dalam penilaian asupan gizi memberikan hasil yang

    lebih tepat dan objektif, dan hasilnya bisa didapatkan baik melalui pemeriksaan

    darah, urine, dan juga feses. Pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh dari

    rumah sakit atau pusat kesehatan, kemudian dianalisis di laboratorium.

    Pemeriksaan tersebut dianggap sulit dijangkau bagi masyarakat yang tinggal di

    daerah terpencil, selain itu biayanya juga cukup mahal (Supariasa, dkk., 2002).

    2.1.3.2Survei Konsumsi Makanan

    Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang

    digunakan dalam penentuan asupan gizi perorangan atau kelompok. Beberapa

    diantaranya yang cukup sering digunakan adalah metode recall, food record,

    dietary history, danfood frequency questionnaire.

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    3/29

    15

    1)

    Food Recall 24 jam

    Metode ini adalah salah satu metode yang cukup banyak digunakan dalam

    survei konsumsi gizi, karena metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya,

    murah, mudah, dan tidak membutuhkan peralatan yang mahal. Walaupun

    demikian metode ini membutuhkan daya ingat yang kuat dari responden.

    Prinsip dari metode recall24 jam adalah mencatat jenis dan bahan makanan

    yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu (Supariasa, dkk., 2002).

    2)

    Food record

    Metodefood record atau diary recordadalah metode yang digunakan untuk

    mencatat jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi beserta metode

    pengolahan dan cara penyajiannya. Pada metode ini responden diminta untuk

    mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam ukuran

    rumah tangga (URT) seperti cangkir dan sendok (Supariasa, dkk., 2002;

    Gibson, 2005).

    3) Dietary history

    Metode ini memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan

    dalam waktu yang relatif lama, yaitu 1 bulan atau hingga 1 tahun (Supariasa,

    dkk., 2002; Gibson, 2005).

    4)

    Food frequency questionnaire

    Food frequency questionnaire atau kuesioner frekuensi makanan adalah

    metode survei yang dilakukan untuk mengetahui frekuensi konsumsi

    sejumlah bahan makanan atau minuman selama periode tertentu, seperti hari,

    minggu, bulan, atau tahun (Supariasa, dkk., 2002).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    4/29

    16

    2.1.4 Asupan Gizi Anak Usia 6-18 Tahun

    Menurut WHO, anak-anak adalah seseorang dengan usia sampai dengan

    18 tahun yang dinyatakan dalam United Nations Convention on the Rights of the

    Child (2010). Berdasarkan perkembangannya, usia anak dibagi lagi menjadi infant

    (0 hingga 1 tahun), toddler (1 hingga 2,5 tahun), pre-school (2,5 hingga 6 tahun)

    childhood (6 hingga 11 tahun) dan teenagers atau adolescence (12 hingga 18

    tahun) (Sadock & Sadock, 2007).

    Anak usia 6-18 tahun adalah anak yang sedang berada dalam masa

    sekolah, dimana mereka sedang berada dalam proses perkembangan yang

    dinamis, baik fisik maupun mental (Adriyani & Wirjatmadi, 2012).

    2.1.4.1Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 6-18

    Tahun

    Pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua kemajuan yang

    dicapai oleh manusia dari konsepsi hingga dewasa. Pertumbuhan dapat diartikan

    sebagai bertambahnya ukuran secara fisik sebagai akibat dari bertambahnya

    jumlah sel dan membesarnya sel dalam tubuh manusia. Pertumbuhan dapat diukur

    dalam ukuran panjang (meter) dan ukuran berat (gram). Perkembangan adalah

    bertambahnya keterampilan dan fungsi yang kompleks dari tubuh (Cameron &

    Bogin, 2012).

    Anak pada usia 6-18 tahun telah memiliki fisik yang cukup kuat sehingga

    kebutuhan untuk melakukan aktivitas tampak menonjol. Di usia 6-12 tahun,

    terjadi perkembangan gerakan motorik yang signifikan. Perkembangan motorik

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    5/29

    17

    adalah perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang

    terkoordinasi antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Adriyani &

    Wirjatmadi, 2012).

    Di usia 13-18 tahun, atau yang disebut dengan usia remaja, proses

    pertumbuhan mengalami peningkatan yang sangat cepat. Usia remaja merupakan

    usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa karena banyak

    bertambahnya massa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, dan terjadi

    perubahan hormonal. Pembentukan lemak tubuh mencapai 20% pada masa

    remaja. Anak laki-laki lebih banyak mengalami pertumbuhan otot dan tulang serta

    penambahan lemak tubuh normal sekitar 12%. Perbedaan ini yang menyebabkan

    terjadinya perbedaan kebutuhan zat gizi remaja putra dan putri (Adriyani &

    Wirjatmadi, 2012).

    2.1.4.2Kecukupan Gizi Anak Usia 6-18 Tahun

    Anak pada usia 6-18 tahun sudah mulai mengerti bahwa makanan yang

    bergizi sangat berguna untuk kesehatan dan pertumbuhan, akan tetapi

    pengetahuan anak mengenai makanan yang bergizi masih terbatas. Bagi anak-

    anak pada usia ini aktivitas makan dapat menjadi media untuk mendidik anak agar

    dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik, juga menentukan

    jumlah makanan yang cukup dan bermutu (Adriyani & Wirjatmadi, 2012). Anak

    pada usia 6-12 tahun memerlukan makanan yang kurang lebih sama seperti yang

    dianjurkan pada masa balitanya, yaitu makanan yang banyak mengandung

    karbohidrat, protein, dan lemak. Mineral seperti kalsium, zat besi, dan yodium

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    6/29

    18

    serta berbagai vitamin juga dibutuhkan untuk menunjang kesehatan

    pertumbuhannya (Escott-Stump, 2012). Anak usia 6-12 tahun memerlukan

    tambahan porsi makanan sesuai dengan bertambahnya aktivitas dan ukuran tubuh

    (Adriyani & Wirjatmadi, 2012).

    Kebutuhan gizi remaja relatif besar karena remaja juga masih mengalami

    masa pertumbuhan. Kebutuhan gizi remaja dipegaruhi oleh bertambahnya ukuran

    tubuh pada masa pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Growth spurtpada anak

    perempuan rata-rata sudah dimulai pada usia 10-12 tahun, sedangkan pada anak

    laki-laki pada usia 12-14 tahun. Pertumbuhan yang cepat ini biasanya diiringi

    dengan penambahan aktivitas fisik sehingga kebutuhan akan zat gizi juga

    meningkat. Di usia 14-18 tahun, masa pubertas sudah selesai, pertumbuhan anak

    perempuan akan berhenti, sedangkan pertumbuhan anak laki-laki berlanjut lambat

    (Sadock & Sadock, 2007).

    Kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi anak usia 6-18 tahun

    dinyatakan dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG). Menurut Surat Keputusan

    Menteri Kesehatan Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi

    Bangsa Indonesia Tahun 2004 pasal 1, Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau

    Recommended Dietary Allowance(RDA) diartikan sebagai suatu kecukupan rata-

    rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis

    kelamin, ukuran tubuh, dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang

    optimal. Karena AKG dimaksudkan hanya untuk golongan orang yang sehat,

    maka penyimpangan-penyimpangan khusus kebutuhan gizi sebagai akibat

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    7/29

    19

    kelainan metabolisme (termasuk malnutrisi), perawatan khusus dan lainnya tidak

    diperhitungkan dalam AKG (Riyadi, 2001).

    Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan angka

    kecukupan gizi yang dianjurkan bagi masyarakat Indonesia sesuai rekomendasi

    dari Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. Widya Karya Nasional Pangan dan

    Gizi adalah suatu forum yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan

    Indonesia (LIPI) yang mengupayakan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi (iptek) serta solusi terkait pangan dan gizi. AKG untuk anak usia 6-18

    tahun tercantum dalam Lampiran 15.

    2.2 Keilitis Angularis

    Keilitis angularis (angular cheilitis) merupakan suatu keadaan inflamasi

    pada sudut mulut yang ditandai dengan adanya fisur kemerahan, berkrusta, erosi,

    dan dapat disertai ulserasi (Greenberg, et al., 2008; Regezi, 2008). Kondisi ini

    juga dinamakan angulus infecciosus, perleche, stomatitis angular atau angular

    cheilosis.Penyakit ini dapat mengenai siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa,

    laki-laki dan perempuan (Scully, 2008).

    2.2.1 Etiologi Keilitis Angularis

    Keilitis angularis memiliki etiologi yang bervariasi, yaitu disebabkan

    karena infeksi jamur Candida albicans, bakteri Staphylococcus dan Streptococcus

    beta-hemolitik, berkurangnya dimensi vertikal karena kehilangan gigi, trauma

    mekanis akibat dari cups yang tajam, kebiasaan menggigit bibir atau pipi, dan

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    8/29

    20

    gesekan dari peralatan ortodonti, kurangnya nutrisi, seperti zat besi, vitamin B12,

    dan asam folat (Cameron, et al., 2006; Greenberg, et al., 2008; Regezi, 2008;

    Scully, 2008).

    2.2.1.1 Infeksi

    Kandidiasis oral adalah infeksi oportunistik mikotik yang paling sering

    ditemukan pada rongga mulut manusia. Infeksi jamur kandida ini juga dapat

    menyebabkan keilitis angularis (Greenberg, et al.,2008). Berdasarkan penelitian

    yang dilakukan oleh Warnakulasuriya dan kawan-kawan (1991), sebanyak 59%

    penderita keilitis angularis disebabkan oleh kandidiasis.

    Sebagian besar kasus keilitis angularis yang disebabkan oleh infeksi jamur

    mengenai individu dengan kandidiasis atrofik kronis karena pemakaian gigi tiruan

    penuh (Murray, et al., 2008; Regezi, 2008). Kondisi ini terutama banyak terdapat

    pada orang yang memiliki lipatan yang dalam pada sudut bibirnya sebagai akibat

    dari overclosure. Pada keadaan ini, dapat terjadi akumulasi saliva pada sudut bibir

    tersebut, dan menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme seperti jamur

    (Candida albicans) dan bakteri (Staphylococcus aureus) sehingga terjadi infeksi

    dan kemudian terbentuk keilitis angularis (Regezi, 2008; Scully, 2008).

    Jamur Candida albicanssebenarnya merupakan organisme komensal yang

    ada pada rongga mulut orang sehat. Kandidiasis dapat disebabkan oleh banyak

    faktor resiko, diantaranya adalah karena obat-obatan, kebersihan rongga mulut

    buruk, dan penyakit-penyakit imunodefisiensi (Regezi, 2008).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    9/29

    21

    Penelitian yang dilakukan oleh Ohman dan kawan-kawan (1986)

    menunjukkan pada pemeriksaan mikrobiologis beberapa pasien dengan keilitis

    angularis dapat terlihat adanya koloni S. aureusdalam jumlah banyaksedangkan

    C. albicansdalam jumlah lebih sedikit. Akan tetapi keilitis angularis lebih cepat

    sembuh ketika diberikan obat antijamur dibandingkan dengan obat antibiotik. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa spesies kandida lebih berperan dalam menimbulkan

    keilitis angularis (Ohman, et al., 1986).

    2.2.1.2 Trauma

    Trauma pada rongga mulut, dapat terjadi akibat trauma mekanik, kimia,

    dan thermal, dan yang paling sering terjadi adalah trauma mekanis akibat dari

    cups gigi yang tajam, kebiasaan menggigit bibir atau pipi, dan gesekan dari alat

    ortodonti. Diagnosis keilitis angularis akibat trauma ditentukan dengan melihat

    posisi, bentuk dan ukuran lesi. Umumnya keilitis angularis yang disebabkan

    karena trauma mekanis tampak berupa lesi unilateral (Hari & Anil, 2010).

    2.2.1.3. Kekurangan Nutrisi

    Keilitis angularis karena kurangnya nutrisi seringkali dijumpai pada anak-

    anak yang masih muda pada dekade pertama dan kedua kehidupan (Scully, 2008).

    Timbulnya keilitis angularis dapat disebabkan oleh kurangnya nutrisi yang

    diterima oleh tubuh, seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat (Greenberg, et

    al., 2008).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    10/29

    22

    1) Zat Besi

    Zat besi adalah salah satu mineral yang esensial dibutuhkan oleh tubuh

    manusia (Katzung, 2010). Zat besi tersedia dalam beraneka makanan terutama

    dari sumber makanan hewani, seperti daging sapi, ayam, dan ikan. Selain itu juga

    zat besi juga dapat diperoleh dari telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan

    beberapa jenis buah-buahan (Yagiela, et al., 2004; Almatsier, 2005). Kebutuhan

    rata-rata zat besi untuk Indonesia menurut ketetapan Widya Karya Pangan dan

    Gizi tahun 2004 adalah sebagai berikut (Almatsier, 2005) :

    Tabel 2.1. Kebutuhan asupan zat besi dalam sehari (Almatsier, 2005).

    Bayi 35 mg/hari

    Balita 89 mg/hari

    Anak sekolah 10 mg/hari

    Remaja laki-laki 14-17 mg/hari

    Remaja perempuan 14 -25 mg/hari

    Dewasa laki-laki 13 mg/hari

    Dewasa perempuan 1426 mg/hari

    (1) Sifat Kimia

    Zat besi dari makanan terdapat dalam bentuk besi heme yang terkandung

    dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, serta besi non-heme yang

    terkandung dalam makanan nabati. Dalam bentuk ionik, besi dapat memiliki dua

    ion bermuatan positif (Fe++) pada keadaan tereduksi atau memiliki tiga ion

    bermuatan positif (Fe+++) pada keadaan teroksidasi. Ion besi dapat berada dalam

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    11/29

    23

    dua bentuk tersebut sehingga ion besi secara langsung terlibat dalam reaksi

    reduksi-oksidasi yang terjadi dalam proses respirasi sel (Almatsier, 2005).

    (2) Sumber

    BerdasarkanFood Composition Table for Use in East Asia dari FAO (Food

    and Agriculture Organization) tahun 1972, nilai zat besi dalam berbagai makanan

    adalah sebagai berikut (Almatsier, 2005) :

    Tabel 2.2. Nilai zat besi dalam berbagai bahan makanan (Almatsier, 2005).

    Bahan Makanan Hewani (mg) Bahan Makanan Nabati (mg)

    Udang segar 8,0 Tempe 10,0

    Hati sapi 6,6 Kacang kedelai kering 8,0

    Daging sapi 2,8 Kacang hijau 6,7

    Telur bebek 2,8 Kacang merah 5,0

    Telur ayam 2,7 Daun kacang panjang 6,2

    Ikan segar 2,0 Bayam 3,9

    Daging ayam 1,5 Sawi 2,9

    Gula kelapa 2,8

    Daun katuk 2,7

    Kangkung 2,5Jagung 2,4

    Keju 1,5

    Pisang ambon 0,5

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    12/29

    24

    (3) Absorpsi dan Transportasi

    Sebelum diabsorpsi di usus, zat besi dibebaskan dari ikatan organik

    menjadi ionik (Fe++) di dalam lambung. Lingkungan yang asam membantu

    pemecahan ikatan organik menjadi bentuk ionik tersebut, terutama di lambung,

    dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat di dalam makanan (Yagiela, et

    al., 2004; Almatsier, 2005).

    Zat besi diabsorpsi di sepanjang usus halus, akan tetapi absorpsi

    maksimum terjadi di duodenum dan jejunum bagian proksimal. Hal ini

    dikarenakan zat besi lebih mudah diabsorpsi dalam keadaan asam, dan alkalinitas

    meningkat pada usus halus bagian bawah, sehingga di usus halus bagian bawah

    zat besi lebih sulit untuk diabsorpsi. Absorpsi zat besi dapat terganggu oleh

    konsumsi kopi, teh, makanan atau minuman yang mengandung fosfat, dan antasid

    (Yagiela, et al., 2004).

    Absorpsi dan transpor zat besi dibantu oleh dua protein transpor aktif,

    yaitu transferin dan ferritin. Di dalam mukosa usus, Fe++ diubah menjadi Fe+++

    (Yagiela, et al., 2004). Selanjutnya dalam bentuk Fe+++, zat besi dapat berikatan

    dengan transferin untuk diangkut ke seluruh jaringan tubuh atau diubah menjadi

    ferritin (hemosiderin) untuk disimpan di hati (30%), sumsum tulang belakang

    (30%), serta selebihnya dalam limpa dan otot (Almatsier, 2005). Transferin

    merupakan glikoprotein transpor yang mengikat dua molekul Fe+++ dan

    selanjutnya masuk ke plasma darah dan membawa Fe+++ ke seluruh jaringan

    tubuh, salah satunya ke sumsum tulang untuk membentuk hemoglobin yang

    dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah (Yagiela, et al., 2004).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    13/29

    25

    (4)

    Fungsi Zat Besi Dalam Tubuh

    Zat besi merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan untuk

    membentuk hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu protein di dalam sel darah

    merah yang memiliki fungsi utama mengikat oksigen, dan berperan besar dalam

    mekanisme transpor oksigen ke seluruh sel-sel tubuh oleh sel darah merah

    (Yagiela, et al., 2004; Katzung, 2010). Dalam pembentukannya, hemoglobin

    membutuhkan tiga komponen, yaitu ion besi, cincin porfirin, dan rantai globin.

    Jika salah satu dari ketiga komponen tersebut tidak ada, maka hemoglobin tidak

    dapat dibentuk, sehingga peranan ion besi dalam pembentukan hemoglobin sangat

    penting. (Yagiela, et al.,2004; Guyton & Hall, 2006).

    Gambar 2.1. Struktur kimia hemoglobin

    ( Sumber : Guyton & Hall, 2006).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    14/29

    26

    Ion besi berperan sebagai sebagai inti dari hemoglobin yang berikatan

    dengan cincin porfirin, membentuk molekul heme. Selanjutnya, molekul heme

    akan berikatan dengan suatu rantai polipeptida panjang, yaitu rantai globin, dan

    rangkaian tersebut membentuk suatu rantai hemoglobin. Dalam peranannya pada

    proses pengikatan oksigen, ion besi berikatan dengan molekul oksigen dalam

    suatu ikatan koordinasi, yaitu berupa ikatan yang reversibel, sehingga molekul

    oksigen dapat dengan mudah ditransfer ke sel-sel tubuh (Guyton & Hall, 2006).

    Fungsi lain zat besi di dalam tubuh selain untuk pembentukan hemoglobin,

    adalah untuk membentuk protein penting lainnya seperti myoglobin, sitokrom,

    sitokrom oksidase, peroksidase dan katalase. Kurang lebih 65-80% kandungan zat

    besi tubuh berada dalam bentuk hemoglobin di dalam sel darah merah. Lainnya,

    hanya sekitar 4-10% dalam bentuk myoglobin, 15-30% disimpan dalam sistem

    retikuloendotelial dan hati, sisanya

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    15/29

    27

    berukuran lebih kecil (mikrositik) dan berwarna lebih pucat (hipokromik)

    (Yagiela, et al.,2004). Berkurangnya jumlah hemoglobin dalam sel darah merah

    akibat kurangnya zat besi sebagai salah satu komponen pembentuknya juga akan

    mempengaruhi keadaan seluruh sel di dalam tubuh, karena fungsi utama

    hemoglobin adalah mengikat oksigen dan mendistribusikannya ke seluruh tubuh

    untuk proses pembentukan Adenosin Tri Fosfat (ATP) yang dibutuhkan oleh sel-

    sel tubuh untuk melakukan semua aktivitas sel (Guyton & Hall, 2006).

    Secara tidak langsung, kurangnya zat besi dapat menyebabkan penurunan

    fungsi sintesis DNA sel. Sel membutuhkan oksigen dalam proses respirasi sel

    untuk menghasilkan ATP, pada saat produksi hemoglobin berkurang akibat

    defisiensi zat besi, maka suplai oksigen yang diterima sel pun berkurang sehingga

    proses respirasi sel terganggu dan tidak dapat menghasilkan ATP yang cukup

    untuk semua aktivitas sel, salah satunya adalah proses sintesis DNA (Guyton &

    Hall, 2006). Gejala klinis yang muncul pada seseorang yang kekurangan zat besi

    akan tampak secara menyeluruh, yaitu kulit terlihat pucat, fatigue, sakit kepala,

    dan menurunnya sistem imun tubuh (Almatsier, 2005). Selain itu pasien seringkali

    palpitasi, napas pendek, nyeri abdomen, nyeri tulang, rasa kesemutan pada jari

    tangan dan kaki, serta kaku otot (Little, et al.2007).

    Menurunnya sistem imun tubuh dengan defisiensi zat besi berhubungan

    erat dengan menurunnya pembentukan sel-sel Limfosit-T. Pembentukan sel

    Limfosit-T membutuhkan enzim reduktase riboukleotida, yang membutuhkan zat

    besi untuk dapat bekerja aktif (Almatsier, 2005).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    16/29

    28

    Tanda-tanda kekurangan zat besi juga dapat dilihat dari keadaan rongga

    mulut seseorang. Tanda klinis yang dapat dilihat yaitu mukosa tampak pucat.

    Pada pemeriksaan histologis, tampak bahwa terjadi pengurangan ketebalan pada

    epitel akibat berkurangnya jumlah sel (Greenberg, et al.,2008). Lidah berubah

    menjadi licin, eritem, dan nyeri akibat atrofi papila filiform (Greenberg, et al.,

    2008; Regezi, 2008). Beberapa pasien mengeluhkan berkurangnya pengecapan

    (Little, et al., 2007). Tanda klinis yang juga sering muncul adalah keilitis

    angularis (Greenberg, et al., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Zaidan di

    Baghdad (2008) 35,3% dari 82 pasien yang terkena keilitis angularis ternyata

    memiliki anemia defisiensi besi.

    (6) Evaluasi Status Zat Besi

    Indikator yang umum digunakan untuk mengetahui kekurangan zat besi

    adalah pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah, serta nilai hemoglobin

    darah. Indikator tersebut kurang peka untuk mengukur tahap awal kekurangan

    besi, namun cukup untuk mengetahui beratnya anemia. Nilai hemoglobin yang

    rendah menggambarkan kekurangan besi yang sudah lanjut (Almatsier, 2005).

    Indikator yang peka dalam mengukur status besi adalah mengukur nilai

    ferritin dalam serum darah. Nilai tersebut menggambarkan persediaan besi dalam

    tubuh (Almatsier, 2005).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    17/29

    29

    2) Vitamin B12 (Kobalamin)

    Vitamin B12 adalah salah satu vitamin larut air yang banyak terkandung

    dalam produk makanan hasil sintesis mikroba, hati, telur, ikan, keju, dan ragi

    (Almatsier, 2005; Weinberg, et al., 2008). Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi

    (2004), angka kecukupan gizi untuk vitamin B12adalah 1-2 mikrogram perhari.

    (1) Sifat Kimia Vitamin B12

    Vitamin B12dibentuk dari cincin yang mirip porfirin dengan atom kobalt

    sebagai intinya (Katzung, 2010). Bentuk paling stabil dari vitamin B12 adalah

    sianokobalamin dan hidroksokobalamin, tetapi untuk dapat berfungsi di dalam

    tubuh kedua bentuk tersebut harus diubah menjadi bentuk aktif yaitu

    deoksiadenosilkobalamin dan metilkobalamin secara endogen (Yagiela, et al.,

    2004; Katzung, 2010).

    Vitamin B12 dapat rusak secara perlahan oleh asam, alkali, cahaya, dan

    bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi. Pada proses pemasakan, kurang lebih

    70% vitamin B12dapat dipertahankan (Almatsier, 2005).

    (2)

    Sumber Vitamin B12

    Berdasarkan Food Composition Table for Use in East Asia dari FAO tahun

    1972, nilai vitamin B12 dalam berbagai makanan adalah seperti yang tercantum

    dalam Tabel 2.3. berikut (Almatsier, 2005) :

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    18/29

    30

    Tabel 2.3. Nilai vitamin B12 dalam berbagai bahan makanan (Almatsier, 2005).

    Bahan Makanan (g)

    Hati sapi 52,7

    Hati ayam 27,9

    Ginjal sapi 16,3

    Sardin 14,4

    Jantung sapi 13,3

    Ikan belanak 8,6

    Kuning telur 6,0

    Ikan bandeng 3,4

    Ikan tuna 3,0

    Ikan kembung 2,4

    Daging sapi 1,4

    Keju 1,0

    Daging ayam 0,4

    Susu sapi 0,4

    (3) Absorpsi dan Transportasi Vitamin B12

    Dalam keadaan normal, kurang lebih 70% vitamin B12yang dikonsumsi

    dapat diabsorpsi (Almatsier, 2005). Di dalam lambung, vitamin B12 diikat oleh

    faktor intrinsik (IF) menjadi kompleks vitamin B12-IF. Kompleks tersebut segera

    berinteraksi dengan reseptor khusus pada sel permukaan mukosa pada saat

    mencapai ileum untuk diabsorpsi. Selanjutnya vitamin B12 berikatan dengan

    transkobalamin II, yaitu suatu -globulin dalam plasma darah, dan

    ditransportasikan ke seluruh jaringan tubuh. Kelebihan vitamin B12 disimpan di sel

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    19/29

    31

    parenkimal hati. Pada orang dewasa normal, kapasitas penyimpanan vitamin B12

    di hati adalah 1-10 mg (Brunton, et al., 2006).

    (4) Fungsi Vitamin B12 Dalam Tubuh

    Dalam bentuk aktifnya, vitamin B12diperlukan untuk membantu berbagai

    proses biokimia sel, salah satu peran terpentingya adalah sebagai kofaktor dalam

    dua reaksi enzimatik yang diperlukan dalam sintesis DNA (Guyton & Hall, 2006;

    Katzung, 2010; Kumar, et al., 2010). Deoksiadenokobalamin merupakan kofaktor

    yang diperlukan untuk mengaktifkan enzim mitokondria mutase metilmalonil

    koenzim A (Ko-A) sehingga dapat mengubah metilmalonil Ko-A yang toksik

    menjadi suksinil Ko-A yang lebih mudah dimetabolisme. Suksinil Ko-A

    dibutuhkan untuk sintesis asam lemak terutama dalam sistem saraf (Yagiela, et

    al., 2004; Almatsier, 2005; Katzung, 2010). Pada seseorang yang mengalami

    defisiensi vitamin B12, konversi tersebut tidak dapat terjadi sehingga proses

    sintesis asam lemak membentuk asam lemak yang abnormal. Asam lemak yang

    abnormal tersebut kemudian bergabung dengan membran sel sistem saraf pusat,

    dan berdampak terhadap pembentukan myelin yang tidak adekuat (Yagiela, et al.,

    2004; Guyton & Hall, 2006).

    Metilkobalamin dibutuhkan sebagai kofaktor untuk metionin sintase, yaitu

    suatu enzim metiltransferase sitoplasmik yang mengubah homosistein dan 5-

    metiltetrahidrofolat menjadi metionin dan tetrahidrofolat (Yagiela, et al., 2004;

    Katzung, 2010). Tetrahidrofolat merupakan prekusor bagi kofaktor folat yang

    dibutuhkan dalam sintesis DNA sel. Pada seseorang yang mengalami defisiensi

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    20/29

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    21/29

    33

    Defisiensi vitamin B12 yang disebabkan karena kurangnya asupan yang

    diterima oleh tubuh jarang dijumpai pada negara yang maju. Akan tetapi,

    defisiensi vitamin B12sering dijumpai pada vegetarian (Yagiela, et al., 2004).

    Tanda-tanda anemia dikarenakan kekurangan vitamin B12yang antara lain

    yaitu kulit pucat, papila lidah atrofi dan memerah. Keilitis angularis, aphtae, dan

    lesi erosi juga sering ditemui, dan beberapa pasien merasakan burning mouth

    syndrome (Eschelemen, 2007; Regezi, 2008).

    (6)

    Evaluasi Status Vitamin B12

    Diagnosis defisiensi vitamin B12dapat ditegakkan dengan beberapa cara,

    yaitu dengan mengukur konsentrasi serum vitamin B12 dan serum asam

    metilmalonat. Pada keadaan normal, konsentrasi serum vitamin B12 adalah 150-

    350 pg/ml, sedangkan pada keadaan defisiensi dapat mencapai angka hingga di

    bawah 100 pg/ml (Yagiela, et al., 2004; Brunton, et al., 2006). Kuantitas absorpsi

    vitamin B12oleh usus halus dapat ditentukan dengan Tes Schilling, sehingga dapat

    dibedakan penyebab defisiensi vitamin B12 karena gangguan sekresi IF atau

    gangguan absorpsi oleh ileum (Brunton, et al., 2006).

    3) Vitamin B9(Asam Folat)

    Vitamin B9, dikenal dengan nama asam folat atau pteroil glutamat adalah

    zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan berupa sayuran hijau, hati, biji-bijian,

    kacang-kacangan, dan beberapa buah-buahan (Almatsier, 2005; Brunton, et al.,

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    22/29

    34

    2006). Angka kecukupan gizi untuk asam folat berdasarkan Widya Karya Pangan

    dan Gizi (2004) adalah 22-170 mikrogram sehari.

    (1) Sifat Kimia Asam Folat

    Nama asam folat menyatakan pteroil glutamat, yaitu bentuk monoglutamil

    yang dapat mengalami perubahan susunan ikatan menjadi beberapa bentuk

    vitamin tersebut. Reaksi reduksi dan substitusi menghasilkan 5-metil

    tetrahidrofolat, yang merupakan bentuk asam folat yang bersirkulasi di dalam

    tubuh (Almatsier, 2005). Bentuk tersebut kemudian akan diubah menjadi bentuk

    aktifnya yaitu tetrahidrofolat dengan bantuan dari vitamin B12 (Yagiela, et al.,

    2004).

    Asam folat tidak larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam bentuk

    garam. Sebagian besar asam folat terdapat pada makanan dalam bentuk

    poliglutamat yang bersifat labil dan mudah direduski, sehingga sebanyak 50-95%

    folat dapat hilang karena pemasakan dan pengolahan (Almatsier, 2005).

    (2) Sumber Asam Folat

    Berdasarkan Food Composition Table for Use in East Asia dari FAO (Food

    and Agriculture Organization) tahun 1972, nilai asam folat dalam berbagai bahan

    makanan adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 2.4. berikut (Almatsier,

    2005) :

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    23/29

    35

    Tabel 2.4. Nilai asam folatdalam berbagai bahan makanan (Almatsier, 2005).

    Bahan Makanan Hewani g Bahan Makanan Nabati g

    Hati ayam 1128,0 Rumput laut 4700,0

    Hati sapi 250,0 Kacang kedelai 210,0

    Kepiting 56,0 Kacang merah 180,0

    Ginjal sapi 45,3 Pindakas 125,0

    Ikan kembung 36,5 Kacang tanah 124,0

    Kepiting 56,0 Kacang hijau 121,0

    Daun kacang 109,8

    Asparagus 109,0

    Daun selada 88,8

    Ganggang laut 61,0

    Kucai 57,8

    Ubi jalar 52,0

    Gandum 49,0

    Jeruk 5,1

    (3) Absorpsi dan Transportasi Asam Folat

    Enzim hidrolase dalam mukosa usus halus akan menghidrolisis asam folat

    dalam makanan menjadi monoglutamat. Selanjutnya, monoglutamat folat diikat

    oleh reseptor folat khusus pada mikrovili dinding usus halus dan diubah menjadi

    5-metil tetrahidrofolat untuk kemudian dibawa ke hati melalui sirkulasi darah

    untuk disimpan di hati. Kapasitas penyimpanan asam folat di dalam tubuh orang

    dewasa normal kira-kira sebanyak 7,5 mg (Almatsier, 2005).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    24/29

    36

    (4)

    Fungsi Asam Folat Dalam Tubuh

    Di dalam tubuh, asam folat diubah menjadi bentuk aktifnya yaitu

    tetrahidrofolat dengan bantuan vitamin B12(Yagiela, et al., 2004). Tetrahidrofolat

    berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam reaksi-reaksi penting sintesis

    DNA, yaitu dalam sintesis purin dan timin yang merupakan basa nukleotida

    pembentuk DNA (Almatsier, 2005; Guyton & Hall, 2006). Jika terjadi

    kekurangan folat maka dapat menyebabkan gangguan metabolisme DNA,

    sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan dalam morfologi inti sel terutama

    sel-sel yang cepat membelah seperti sel darah merah, sel darah putih, sel epitel

    lambung, serta sel epitel kulit dan mukosa (Almatsier, 2005).

    (5) Defisiensi Asam Folat

    Defisiensi asam folat sering disebabkan karena kurangnya asupan asam

    folat dari makanan yang dikonsumsi (Katzung, 2010). Asam folat mudah rusak

    akibat pemanasan, maka sebaiknya buah-buahan dikonsumsi dalam keadaan

    mentah, dan sayur jangan dimasak terlalu matang (Almatsier, 2005).

    Tanda-tanda kekurangan asam folat antara lain berupa gambaran anemia

    megaloblastik, peradangan lidah (glossitis), serta peradangan di bibir dan sudut

    mulut (keilitis angularis) (Almatsier, 2005).

    (6) Evaluasi Kekurangan Asam Folat

    Beberapa pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk membantu diagnosis

    dan membedakan defisiensi folat dari defisiensi vitamin B12. Pemeriksaan

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    25/29

    37

    laboratorium untuk mengukur kadar asam folat antara lain pemeriksaan folat

    serum. Kadar folat serum mencerminkan asupan asam folat selama beberapa hari

    terakhir, sedangkan folat eritrosit merupakan gambaran kandungan folat selama

    proses pematangan erirosit di sumsum tulang. Folat eritrosit lebih

    menggambarkan cadangan folat tubuh (Tangkilisan & Rumbajan, 2002).

    2.2.2 Patogenesis Keilitis Angularis

    Gejala seperti kehilangan berat badan, dehidrasi, muscle wasting, muscle

    weakness, dan kelelahan umumnya terlihat pada penderita keilitis angularis yang

    timbul terkait dengan defisiensi nutrisi. Pada dasarnya, sel-sel tubuh memerlukan

    nutrisi yang adekuat. Sel-sel yang cepat mengalami pembelahan akan

    menunjukkan dampak yang jelas terhadap keadaan kurang nutrisi tersebut. Sel-sel

    kulit dan mukosa merupakan sel yang secara cepat melakukan pembelahan

    (Cummings, 2011). Kulit seseorang yang mengalami kekurangan nutrisi,

    penyembuhan luka akan lebih lama, sering tampak purpura, ulserasi, kulit kering,

    dan pucat. Mukosa rongga mulut akan terlihat meradang dan erosi (Guyton &

    Hall, 2006; Braun & Anderson, 2007; Kumar, et al., 2010). Keilitis angularis

    sering timbul terutama pada seseorang yang mengalami kekurangan zat besi,

    vitamin B12, dan asam folat (Greenberg, et al.,2008).

    Zat besi merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk

    membentuk hemoglobin, yaitu suatu protein dalam sel darah merah yang memiliki

    peran penting untuk mengikat oksigen dalam proses mekanisme transpor oksigen

    ke seluruh jaringan tubuh (Yagiela, et al. 2004; Katzung, 2010). Jika zat besi

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    26/29

    38

    dalam tubuh berkurang, maka akan mengakibatkan penurunan jumlah

    hemoglobin, sehingga proses pengikatan oksigen akan terhambat, dan

    memengaruhi proses transpor oksigen yang diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk

    metabolisme dan aktivitas sel lainnya, salah satunya adalah proses sintesis DNA

    sel (Katzung, 2010).

    Proses sintesis DNA sel memerlukan vitamin B12dan asam folat. Vitamin

    B12 berfungsi untuk membantu berbagai proses biokimia sel, yaitu sebagai

    kofaktor dalam reaksi enzimatik yang diperlukan dalam sintesis DNA.

    Metilkobalamin yang merupakan salah satu bentuk aktif dari vitamin B12bekerja

    sebagai kofaktor untuk metionin sintase, yaitu suatu enzim metiltransferase

    sitoplasmik yang mengubah homosistein menjadi metionin dan 5-

    metiltetrahidrofolat yang merupakan bentuk asam folat di dalam sel menjadi

    tetrahidrofolat (Yagiela, et al., 2004; Katzung, 2010).

    Asam folat yang sudah berbentuk tetrahidrofolat tersebut memiliki peran

    penting reaksi pembentukan purin dan timin, yang merupakan komponen-

    komponen penting pembentuk DNA (Yagiela, et al., 2004; Guyton & Hall, 2006;

    Katzung, 2010; Kumar, et al., 2010). Jika terjadi kekurangan vitamin B12, asam

    folat, atau keduanya, proses sintesis DNA sel akan terganggu, sehingga terjadi

    abnormalitas dalam maturasi dan fungsi sel yang terbentuk (Yagiela, et al. 2004;

    Pontes, et al., 2009; Katzung, 2010). Sel tersebut menjadi rapuh, sehingga mudah

    rusak dan memiliki waktu hidup lebih pendek dibandingkan sel normal (Guyton

    & Hall, 2006). Perubahan yang jelas akan terlihat dengan mudah pada sel-sel yang

    membelah dengan cepat, seperti pada sel-sel sumsum tulang, akan terjadi

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    27/29

    39

    gangguan dalam proses hematopoiesis, menyebabkan terbentuknya sel darah

    merah yang tidak matang dengan karakteristik sel makrositik berbentuk tidak

    beraturan. (Yagiela, et al. 2004; Katzung, 2010).

    Hal yang sama juga terjadi pada lip commissureatau sudut mulut. Menurut

    Binnie dan Lehner (1970) jika dilihat secara histologis sudut mulut terbagi

    menjadi 3 zona, yaitu kulit, dan vermillion borderyang merupakan batas antara

    bibir dan kulit dengan epitel yang sangat tipis, serta membran mukosa yang juga

    tipis. Daerah tersebut membentuk fisur-fisur di sudut mulut. Adanya fisur-fisur

    tersebut menyebabkan sudut mulut rentan terhadap terbentuknya suatu ulkus,

    karena epitel pada area tersebut sangat tipis (Binnie & Lehner, 1970; Barrett, et al.

    2005).

    2.2.3 Gambaran Klinis dan Diagnosa Keilitis Angularis

    Keilitis angularis memiliki gambaran berupa adanya inflamasi di sudut

    mulut yang ditandai dengan adanya fisur kemerahan, berkrusta, dan erosi (Regezi,

    2008). Fisur tersebut dapat dangkal atau dalam, umumnya tampak atrofi, eritema,

    berkrusta, dan ulkus pada sudut mulut. Lesi ini dapat meluas secara linear

    beberapa milimeter dari vermillion borderke lateral (Scully, 2008).Lesi ini dapat

    timbul unilateral ataupun bilateral pada sudut mulut, pada umumnya lesi unilateral

    disebabkan karena trauma, sedangkan lesi bilateral disebabkan karena penyebab

    sistemik seperti kekurangan nutrisi (Greenberg, et al., 2008; Hari S. & Anil S,

    2010).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    28/29

    40

    Berdasarkan tampilan klinisnya, keilitis angularis dapat dikateorikan

    menjadi tiga tipe, yaitu Tipe I (ringan), Tipe II (sedang), dan Tipe III (parah). Lesi

    Tipe I adalah keilitis angularis dengan satu atau lebih fisur tanpa eritema dan

    hanya sedikit atrofi, lesi Tipe II adalah keilitis angularis dengan satu atau lebih

    fisur disertai dengan eritema dan atrofi, dan lesi Tipe III adalah lesi Tipe II dengan

    ulserasi dan supurasi (Warnakulasuriya, et al.,1991).

    Gambar 2.2. Keilitis angularis

    (Sumber : http://www.gastrohep.com/images_pdfs/images/medium/mallison1.jpg)

    Keilitis angularis dapat disebabkan oleh berbagai faktor etiologi, sehingga

    untuk menentukan diagnosis keilitis angularis yang tepat dapat diperlukan

    beberapa pemeriksaan penujang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah

    pemeriksaan mikrobiologi dan pemeriksaan hematologi (Regezi, 2008; Scully

    2008).

  • 8/10/2019 Angular Cheilitis dan Asupan Gizi

    29/29

    41

    2.2.4 Perawatan Keilitis Angularis

    Perawatan keilitis angularis dilakukan sesuai faktor etiologinya (Regezi,

    2008). Keilitis angularis yang disebabkan karena defisiensi nutrisi dapat ditangani

    dengan memberikan asupan zat gizi yang cukup kepada pasien tersebut, yaitu

    perbaikan asupan gizi dari makanan atau pemberian suplemen (Scully, 2008).

    Suplemen untuk vitamin B12 dan asam folat umunya tersedia sebagai preparat oral

    dalam multivitamin. Zat besi dalam suplemen tersedia dalam ferisulfat,

    feriglukonat, dan ferifumarat (Yagiela, et al., 2004).

    Inflamasi yang disebabkan oleh keilitis angularis karena trauma dapat

    diobati menggunakan obat antiinflamasi non-steroid topikal (Regezi, 2008).

    Keilitis angularis yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida dapat diberikan

    obat antijamur, seperti miconazole, nystatin, atau amphotericin dalam bentuk

    topikal. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dapat diobati dengan

    antibiotik topikal, sedangkan infeksi kombinasi jamur Candida dan

    Staphylococcus umumnya memberi respon yang baik terhadap miconazole

    topikal. Perawatan kelitis angularis untuk pengguna gigi tiruan disamping

    pemberian obat antijamur, juga harus memerhatikan kebersihan gigi tiruannya,

    yaitu melepas gigi tiruan pada malam hari dan merendam gigi tiruan tersebut

    dalam larutan disinfektan seperti hipoklorit untuk mencegah pertumbuhan jamur

    Candida(Scully, 2008).