angkutan barang

download angkutan barang

of 263

Transcript of angkutan barang

  • 8/19/2019 angkutan barang

    1/263

      Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I Halaman - 1  

    1.1  LATAR BELAKANG

    Pertumbuhan sektor ekonomi dan sektor-sektor lain di Indonesia akan terus

    didorong oleh laju industri dan perdagangan di dalam dan luar negeri.

    Dalam hubungan ini sektor transportasi berperan sangat penting dan

    menentukan sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi,

    sosial, politik dan menunjang mobilitas barang dan manusia, yang terus

    tumbuh sebagai akibat perkembangan berbagai sektor.

    Pengembangan sektor transportasi di Indonesia diupayakan dengan

    pendekatan kesisteman menuju perwujudan Sistem Transportasi Nasional

    (Sistranas) yang efisien, efektif dan terjangkau oleh masyarakat pemakai

     jasa transportasi, baik dari aspek alokasi jaringannya maupun kewajaran

    tarifnya.

    Sementara itu kemajuan teknologi khususnya di bidang transportasi dan

    pengemasan barang dengan peti kemas serta tuntutan kebutuhan

    masyarakat industri maju mengarah kepada pelayanan angkutan dari

    pintu kepintu (door to door service), baik dalam lingkup domestik maupun

    internasional. Hal ini mendorong tumbuh berkembangnya angkutan

    intermoda dalam kerangka Sistem Transportasi Intermoda dan Multimoda,

    atau Combined Transport System yang diarahkan sekaligus untuk

    meningkatkan efisiensi dan efektivitas transportasi untuk pergerakan

    manusia, logistik, distribusi .

    Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang

    Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan, telah

    menetapkan bahwa Angkutan Pemadu Moda merupakan pelayanan

    pelengkap terhadap angkutan antar kota antar provinsi, angkutan antar

    kota dalam provinsi dan angkutan kota.

    Bab 1

    Pendahuluan

  • 8/19/2019 angkutan barang

    2/263

      Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I Halaman - 2  

    Selain itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43

    Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan

    ditegaskan pula bahwa salah satu fungsi Direktorat Bina Sistem Transportasi

    Perkotaan adalah penyusunan rencana teknis pemaduan moda

    transportasi perkotaan yang menghubungkan antar simpul (bandara,

    pelabuhan, stasiun, dan terminal) di kawasan perkotaan yang melebihi

    satu wilayah administrasi propinsi.

    Sebagaimana kita maklumi, kondisi pelayanan angkutan pemadu moda

    dewasa ini belum sepenuhnya tertata dengan baik, belum terpola secara

    integral terhadap semau jenis moda yang ada. Fenomena tersebut dapat

    dilihat melalui beberapa indikasi, antara lain: belum adanya keterpaduan

    layanan antar maupun intra moda dalam hal jadwal (frekuensi maupun

    headway), sistem tiket, sistem informasi, jaminan kemudahan, fasilitas

    perpindahan dan lain sebagainya, sehingga terjadi ketidak nyamanan di

    kalangan pengguna jasa. Belum tersusunnya atau terpolanya pelayanan

    angkutan pemadu moda di wilayah perkotaan tadi, dapat pula menjadi

    salah satu pemicu dari besarnya minat masyarakat memilih penggunaan

    kendaraan pribadi dibanding harus menggunakan angkutan pemadu

    moda.

    Wilayah operasional dari jaringan pelayanan angkutan pemadu moda

    yang ada saat ini juga belum memadai dan tepat guna. Hal ini ditandai

    dengan masih banyaknya pengguna kendaraan pribadi yang memasuki

    area terminal, bandara, pelabuhan maupun stasiun dibanding pengguna

    angkutan pemadu moda. Selain itu, pola pelayanan angkutan pemadu

    moda yang ada cenderung belum terintegrasi secara penuh terhadappenyelenggaraan operasional semua moda angkutan, baik darat, rel, laut

    maupun udara.

    Menyadari kekurangan itu maka perlu dalam waktu dekat dilakukan

    peningkatan pelayanan angkutan pemadu moda di wilayah Jakarta dan

    sekitarnya dengan melakukan review pola pelayanan, mencakup rute,

    headway, frekuensi, pentarifan, sistem tiket, jenis kendaraan, jam operasi,

    fasilitas perpindahan penumpang, serta kebijakan kepengusahaan yangtepat guna.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    3/263

      Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I Halaman - 3  

    1.2  MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud dan tujuan dari kegiatan Perencanaan Teknis Penyusunan Pola

    Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno  –  

    Hatta & PelabuhanTanjung Priok) adalah sebagai berikut :

    1.  Maksud kegiatan :

    Tersedianya Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Pemadu

    Moda

    2.  Tujuan kegiatan ini adalah :

    Menyusun pola pelayanan angkutan pemadu moda untuk Bandara

    Soekarno –  Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok

    Berangkat dari maksud dan tujuan yang dikemukakan di atas, dan melalui

    penggunaan metodologi pengumpulan data dan teknik analisis data

    yang sesuai akan disusun draft perencanaan teknis penyusunan pola

    pelayanan angkutan pemadu moda di Jabotabek (Bandara Soekarno-

    Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok) dengan baik.

    1.3 

    RUANG LINGKUP

    Susunan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam studi Perencanaan

    Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno  –  Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok) ini adalah sebagai

    berikut :

    1.  Uraian Kegiatan, meliputi :

    a. Studi Literatur;

    b. Pengumpulan Data Sekunder antara lain :

    1)  Data Jaringan Trayek Angkutan Umum

    2)  Jadwal Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat, Kapal

    3)  Data Sosial Ekonomi

    4)  Data Jaringan Jalan

    5)  Data lain yang relevan

  • 8/19/2019 angkutan barang

    4/263

      Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I Halaman - 4  

    c. Penentuan cakupan wilayah Pelayanan dan Penzonaan dari

    Angkutan Pemadu Moda Bandara Soeakrno  –  Hatta & Pelabuhan

    Tanjung Priok;

    d. 

    Melakukan survey-survey yang diperlukan, antara lain :

    1) 

    Inventarisasi prasarana dan sarana angkutan pemadu moda

    yang ada dan angkutan umum termasuk Kereta Api yang

    ada di cakupan studi;

    2)  Preferensi pengguna bandara dan pengguna pelabuhan

    e. Melakukan analisis hasil survey untuk mendapatkan gambaran Pola

    Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek;

    f. 

    Menyusun pola Pelayanan Pemadu Moda mencakup jaringan rute,

    headway, frekuensi, jenis kendaraan yang digunakan, termasuk

    pentarifan, dan waktu operasi yang terintegrasi dengan moda

    angkutan yang lain.

    g. Menyusun Rekomendasi Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda

    di Jabotabek (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    2.  Bentangan pekerjaan dimaksud terdiri dari 6 (enam) tahap, yaitu :

    a. 

    Tahap persiapan, untuk mereview metodologi dan rencana kerja

    serta persiapan menuju tahap selanjutnya

    b.  Tahap inventarisasi data, berupa data sekunder dan data primer

    yang diperoleh dari hasil survei lapangan

    c.  Tahap analisis awal, meliputi analisis terhadap kinerja dan evaluasi

    pelaksanaan angkutan pemadu moda saat ini

    d.  Tahap pemodelan transportasi untuk menggambarkan kondisi

     jaringan alternatif rute angkutan pemadu moda, bertumpu pada

    perkiraan potensi penumpang saat ini dan yang akan datang

    e.  Tahap penyusunan konsep lengkap mengenai Perencanaan

    Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di

    Jabotabek (Bandara Soekarno –  Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    f.  Tahap rekomendasi, yaitu tahap akhir yang akan menyajikan

    keluaran sebagaimana tertera di dalam maksud, tujuan, dan

    sasaran studi yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)

  • 8/19/2019 angkutan barang

    5/263

      Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I Halaman - 5  

    3.  Batasan Kegiatan

    Wilayah kajian meliputi Bandara Soekarno –  Hatta & Pelabuhan Tanjung

    Priok berikut beberapa wilayah lain yang berpotensi memberi kontribusi

    signifikan terhadap penggunaan Angkutan Pemadu Moda di Bandara

    Soekarno –  Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok.

    1.4  LOKASI STUDI

    Adapun tempat pelaksanaan kegiatan Perencanaan Teknis Pola

    Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno  –  

    Hatta dan Tanjung Priok) ini adalah di DKI Jakarta.

    Gambar 1.1 Lokasi Studi

  • 8/19/2019 angkutan barang

    6/263

      Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I Halaman - 6  

    1.5  KELUARAN

    Adapun indikator keluaran kegiatan Perencanaan Teknis Penyusunan Pola

    Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno

     –  Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok) ini adalah sebagai berikut :

    1.  Indikator Keluaran Kualitatif

    Hasil akhir kegiatan ini adalah tersusunnya draft Rencana Teknis Pola

    Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno

     –  Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok).

    2.  Indikator Keluaran Kuantitatif

    Selain laporan kualitatif, Perencanaan Teknis ini juga akan menyajikan

    data kuantitatif yang dapat digunakan oleh Ditjen Perhubungan Darat

    sebagai salah satu referensi untuk menyiapkan petunjuk pelayanan

    angkutan pemadu moda di Bandara Soekarno –  Hatta dan Pelabuhan

    Tg Priok); sebagaimana diamanatkan Keputusan Menteri Perhubungan

    Nomor KM.43 Th 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen

    Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun

    2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan denganKendaraan.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    7/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab X Halaman - 1  

    10.1.  Kesimpulan

    1. Berdasarkan hasil survey di bandara, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    karakteristik penumpang pewawat terbang adalah seperti terlihat pada

    gambar berikut:

    Pekerjaan Responden

    14%

    5%

    34%19%

    12%

    12%   2%2%

    Pegaw ai

    Profesional

    Karyaw an Swasta

    Wirasaw asta

    Pelajar/Mahasisw a

    Ibu Rumah Tangga

    Tidak BekerjaLainnya

     

    2.  Sedangkan latar belakang pendidikan penumpang, seperti tergambar di

    bawah:

    Pendidikan Responden

    1% 4%

    32%

    9%38%

    9%  7%

    SD/Sederajat

    SLP/Sederajat

    SLA/sederajat

    Diploma 1

    sarjana /Starata 1

    Pasca sarjana

    Lainnya

     

    Bab 10

    Kesimpulan dan Rekomendasi

  • 8/19/2019 angkutan barang

    8/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab X Halaman - 2  

    3.  Sedang daerah asal tujuan yang terbesar berdasarkan hasil survey

    bandara adalah seperti tersaji dalam Tabel di bawah ini :

    Proporsi WIlayah Produksi dan Attraksi

    4.  Berdasarkan hasil survey di atas, wilayah yang dapat diusulkan sebagai

    tujuan rute baru adalah, Depok, Bintaro, Tangerang, Grogol, jatinegara

    dan Cibubur.

    5.  Secara umum, proporsi penumpang bandara yang menggunakan

    kendaraan pribadi dan kendaaan umum, berdasarkan hasil survey

    adalah kendaraan umum sebesar 62% dan yang menggunakan

    kendaraan pribadi sebesar 38%.

    NO WILAYAH PRODUKSI& ATTRAKSI

    %

    1 BEKASI 22.82%

    2 DEPOK 17.93%

    3 BOGOR 14.30%

    4 BANDUNG 10.73%

    5 BINTARO 5.42%

    6 SERANG 4.56%

    7 BLOK M 0.68%8 TANGERANG 0.50%

    9 PASAR MINGGU 0.43%

    10 BREBES 0.33%

    11 LEBAK BULUS 0.33%

    12 SUBANG 0.33%

    13 GROGOL 0.30%

    14 JATINEGARA 0.30%

    15 KEMAYORAN 0.30%

    16 RANGKAS BITUNG 0.30%

    17 CIBUBUR 0.28%

    18 CIKAMPEK 0.28%

    19 CILANDAK 0.28%20 MAJALENGKA 0.28%

    22 RAWAMANGUN 0.28%

    27 GAMBIR 0.23%

    35

    KAMPUNG

    RAMBUTAN 0.20%

    41 TANJUNG PRIOK 0.20%

  • 8/19/2019 angkutan barang

    9/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab X Halaman - 3  

    KENDARAAN YANG DI GUNAKAN

    62%

    38%

    UMUM

    PRIBADI

     

    6.  Dari hasil di atas, pengguna kendaraan umum Pemandu moda masih

    cukup tinngi diminati masyarakat, sedemikan sehingga Pemandumoda masih tetap perlu dipertahankan, malah kalau bisa ditambah

    rutenya, sehingga pengguna kendaraan umum meningkat.

    7.  Untuk Pemandu Moda Pelabuhan masih kurang layak untuk difasilitasi,

    mengingat:

    o  Jadwal Kapal yang tidak beraturan dan tetap

    o  Pengguna kapal laut tidak mementingka waktu perjalanan

    o  Penumpang kapal laut yang dipentingkan perjalanan yang murah

    o  Bisa menggunakan angkutan bus umum yang reguler

    o  Dari hasil analisa akupansinya masih rendah, sehingga belum layak

    dioperasikan atau subsidinya terlalu besar.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    10/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab X Halaman - 4  

    10.2. Rekomendasi

    1.  Sistem Pemandu Moda tetap dipertahankan, Bila perlu ditingkatkan

    atau ditambah rute baru.

    2.  Usulan rute baru berdasarkan analisa adalah:

    o  Depok

    o  Bintaro

    o  Tangerang

    o  Cibubur

    3.  Usulan rute baru disarankan secepat mungkin masuk jalan tol untuk

    mempercepat perjalanan. Masing masing rute baru diusulkan

    seperti tersaji dalam Bab 7

    4.  Usulan Tarif rute baru disajikan dalam T abel berikut:

    NoRute

    HasilAnalisa Usulan

    1 Tangerang 6,000 20,000

    2 Grogol 10,000 20,000

    3 Jatinegara 11,000 20,0004 Bintaro 15,000 20,000

    5 Cibubur 16,000 20,000

    6 Depok 21,000 25,000

    Tarif dalam kota diusulkan sama dengan tarif eksisting Rp. 20.000,-

    5.  Untuk memberi pelayanan yang baik Headway masing-masing bus

    pemadu moda maksimal adalah 60 menit.6.  Untuk jalur rencana headway dan jumlah armada masing  –  masing

    wilayah adalah sebagai berikut :

  • 8/19/2019 angkutan barang

    11/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab X Halaman - 5  

    NO WILAYAH Headway (menit)

    1 Grogol 30

    2 Jatinegara 30

    3 Tangerang 30

    4 Bintaro 30

    5 Cibubur 30

    6 Depok 30

    NO WILAYAH JUMLAH BUS

    1. Grogol 5

    2. Jatinegara 5

    3. Tangerang 5

    4. Bintaro 5

    5. Cibubur 10

    6. Depok 10

    7.  Selain di usulkan rute  –   rute baru, ada beberapa wilayah yang

    mempunyai demand cukup tinggi tetapi berdasarkan hasil analisa

    tidak memenuhi syarat nilai occupancy nya, sehingga kami

    merekomendasikan wilayah  –   wilayah tersebut menggunakan

    feeder dari dan ke bandara. Wilayah –  wilayah tersebut adalah :

    NO FASILITAS FEEDER TITIK PENGUMPUL1.

    Merak Serang

    2.Cikarang Bekasi

    3.Grogol Ratu Plaza

    4.Jatinegara Gambir

    8.  Sarana angkutan bus untuk rute baru spesifikasinya sama dengan

    yang ada saat ini dengan kapasitas penumpang 36. 

  • 8/19/2019 angkutan barang

    12/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab X Halaman - 6  

    9.  Bandara Soekarno  –   Hatta merupakan kawasan diluar wilayah DKI

    Jakarta yang mana pada daerah sekitarnya padat aktivitas,

    sehingga jarak halte harus sedapat mungkin mengakomodasi

    penumpang yang berasal dari kawasan aktivitas tersebut yang

    akan dan dari bandara. Perencanaan lokasi halte untuk pemadu

    moda Soekarno Hatta khususnya didasarkan pada kriteria berikut

    ini :

    a. Lokasi terminal harus sedapat mungkin lega dan dapat

    menampung bus yang sedang menunggu antrian

    b, Diharapkan agar halte dekat dengan fasilitas pendukung seperti

    zebra cross atau jembatan penyeberangan orang

    c.  Lokasi Halte yang dipilih sedapat mungkin dihitung secara

    efisien dengan melihat potensi bangkitan dan tarikan pada

    masing-masing tata guna lahan yang dilewatinya.

    d.  Halte yang tersedia harus senyaman mungkin, bila perlu

    beracc, mengingat demand penumpang adalah calon

    penumpag pesawat terbang dengan status sosial menegah-

    atas.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    13/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 1  

    2.1 KARAKTERISTIK BANDARA SOEKARNO - HATTA

    Bandara Soekarno Hatta mencatat laju pertumbuhan arus penumpang

    domestik dan internasional cukup besar dalam lima tahun terakhir, yaitu

    naik dari 24,703 pada tahun 2004 menjadi 35,156 juta pada tahun 2008 atau

    naik rata-rata 10,57% per tahun; lihat T abel 2.1.

    Tabel 2.1 Data Jumlah Penumpang Melalui Basoetta

    PenumpangRealisasi tahun

    2004 2005 2006 2007 2008

    Domestik (juta)

    Interna’nal (juta) 

    19,150

    5,969

    19,905

    6,566

    23,322

    7,262

    24,526

    7,933

    26,661

    8,495

    Jumlah (juta) 24,703 26,471 30,584 32,459 35,156

    Pertumbuhan (%) - 7,16 15,54 6,13 8,31

    Sumber: Angkasa Pura II, 2009 (diolah)

    Adapun layout Bandara Soektta, tertera pada Gambar 2.1 berikut.

    Gambar 2.1 Layout Bandara Soekarno - Hatta

    Bab 2

    Gambaran Objek Studi

  • 8/19/2019 angkutan barang

    14/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 2  

    Tabel 2.2 Kapasitas Penumpang Bandara Soekatta Tahun 2008

    Sumber : PT.Angkasa Pura II, 2009

    Sementara iru, berdasarkan hasil analisis Direktorat LLAJ Departemen

    Perhubungan yang menampilkan perbandingan antara kapasitas jasa

    angkutan umum (bus dan taksi) yang tersedia ( supply) dihadapkan tingkat

    permintaan (demand), dalam hal ini, jumlah penumpang pesawat udara

    yang datang dan/atau berangkat ke/dari Bandara Soekarno Hatta pada

    gambar di bawah ini, terlihat dengan jelas ikhwal adanya kepincangan

    mencolok antara kedua faktor tersebut, minimal pada kurun waktu antara

    tahun 2002 s/d 2005, sebagai berikut:

    Sumber : Hasil Analisis Direktorat LLAJ, Departermen Perhubungan

    Gambar 2.2 Perbandingan Penumpang Pesawat BSH per hari dengan

    Kapasitas Angkutan Umum

    Dari gambaran di atas terlihat bahwa pelayanan angkutan umum (bus dan

    taksi) belum mampu secara optimal mencukupi kebutuhan jasa pelayanan

    Terminal Luas Kapasitas

    1A,1B, 1C dan 2F 184,817m2 32,458,946 org/thn

    (terminal 1 dan 2)88,928 org/hari

    2D dan 2E 107,200 m2 

    3 Pier 1 (29.800)m2 

    Linking (25.000)m2 

  • 8/19/2019 angkutan barang

    15/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 3  

    angkutan penumpang yang datang maupun berangkat dari/ke Bandara

    Soekarno-Hatta. Masih terdapat sekitar 51,5 % penumpang belum terlayani

    oleh angkutan umum. Sebagian besar mereka memilih menggunakan jenis

    angkutan lain, terutama kendaraan pribadi. Kondisi inilah yang menjadi

    pemicu terjadinya kemacetan lalu lintas pada sebagian besar ruas jalan

    menuju akses keluar/masuk Bandara Soekarno –  Hatta.

    Pengembangan Bandara

    Garis besar kebijakan pengembangan Bandar Udara umumnya dilakukan

    dengan mempedomani arah yang digariskan badan Internasional seperti

    ARC ( Airport Region Conference). Sebagai contoh, kebijakan ARC untuk

    pasar Eropa adalah sebagai berikut :

    a.  Kebutuhan angkutan umum diprogramkan sebesar 50% penumpang

    pesawat dan 40% karyawan bandara

    b.  Jalur kereta api bandara perlu dibangun jika pengguna jasa bandara

    mencapai kapasitas lebih dari 10 juta penumpang per tahun

    c.  Perlu disediakan angkutan umum terpadu yang diikuti kemudahan

    akses pada bangunan terminal bandara

    d. 

    Tarif angkutan umum harus kompetitif dibanding taksi dan ongkos parkir

    serta biaya tol

    e.  Kondisi angkutan umum yang tersedia harus aman, nyaman, memiliki

    sistem informasi standar angkutan udara dan memenuhi kelayakan

    ekonomis dan keuangan yang stabil

    Berdasarkan ketentuan yang digariskan ARC pula, syarat transportasi umum

    bandara untuk kawasan Eropa, adalah:

    a. 

    Layanan door to door   pada terminal yang terletak di kawasan pusat

    kota menggunakan jarak akses jalan kaki sekitar 350 m dari koneksi

    terdekat. Untuk KA, jarak akses jalan kaki, harus lebih dekat dari itu.

    b. 

    Penumpang pesawat sangat sensitif terhadap faktor waktu perjalanan

    dan waktu tunggu. Oleh itu, headway angkutan pemadu moda yang

    melayani jarak O –  D relatif dekat, sebaiknya tidak melebihi 15 menit.

    c.  Tiket angkutan umum yang melayani bandara harus terjangkau dan

    kompetitif terhadap taksi. Misalnya kurang dari sepertiga tarif taksi,

  • 8/19/2019 angkutan barang

    16/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 4  

    sehingga meski ada 3 orang yang pergi bersamaan, mereka tidak akan

    memilih taksi tetapi, tetap naik angkutan pemadu moda

    d.  Waktu tunggu bisa dimanfaatkan penumpang untuk belanja, melihat-

    lihat dan mencari informasi sehingga rancangan sebuah terminal harus

    senyaman mungkin, termasuk kemudahan membawa bagasi.

    Dari mempelajari ketentuan-ketentuan ARC yang terlihat di atas maka,

    bandara Soekarno-Hatta perlu segera dikembangkan untuk mengantisipasi

    semakin meningkatnya jumlah penumpang yang menggunakan moda

    angkutan udara melalui Bandara Soekarno-Hatta. Tahap

    pengembangannya adalah memperluas kawasan Bandara Soekarno-Hatta

    dari semula 1800 Ha menjadi 3000 Ha; sekaligus memadukan peranbandara sebagai terminal keberangkatan atau kedatangan dengan

    tempat transit moda angkutan udara berdasarkan konsep pusat bisnis dan

    integrasi dengan multi moda antara lain; mobil pribadi dan angkutan

    pemadu moda.

    Pada saat studi ini dilakukan, Master Plan Bandara Soekarno-Hatta sudah

    berubah, dengan percepatan rencana pembangunan terminal 3 sebagai

    terminal low cost carrier . Dengan adanya terminal 3, serta re-forecastingpengguna bandara berdasarkan perkembangan ekonomi wilayah di masa

    yang akan datang, kapasitas bandara akan mencapai 70 juta penumpang

    pada tahun 2018. Secara tabelaris, rencana pengembangan Bandara

    Soekarno-Hatta dijabarkan pada Tabel 2.3. 

  • 8/19/2019 angkutan barang

    17/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 5  

    Tabel 2.3 Tahapan Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta

    Jenis Fasilitas

    Kapasitas

    Maks

    (MPA)

    Tahun

    JenuhTahapan Pembangunan

    A1 Terminal 1 dan 2 + 26 2012 

    Desain Pengembangan Terminal 1 Thn 2003  Konstruksi Terminal 1 (Tahap I) Thn 2003

      Desain pengembangan Terminal 2 dan

    bangunan penghubung Thn 2004

      Konstruksi Terminal 1 (Tahap II) Thn 2004

      Konstruksi Terminal 2 dan bangunan

    penghubung Thn 2004/2005

    A2 Terminal 3 + 20 2022   Desain Terminal 3 Thn 2005/2006

      Konstruksi Terminal 3 Thn 2008/2009

    A3 Terminal 4 +20 2029   Desain Terminal 4 Thn 2015/2016

      Konstruksi Terminal 4 Thn 2017/2018

    A4 Terminal 5 +34   Desain Terminal 5 Thn 2024/2025

      Konstruksi Terminal 5 Thn 2025/2026

    B Runway I dan II   + 74 2014   Desain R/W III dan Cross T/W Timur Thn

    2009/2010

     

    Konstruksi R/W III dan Cross T/W Timur Thn

    2011/2012

    C Pembebasan

    Lahan Utara

    100 - Secepatnya 3-4 thn sebelum Thn 2009/2010

    Sumber : Angkasa Pura Ii, 2009

    2.2 KARAKTERISTIK PELABUHAN TANJUNG PRIOK

    Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di

    Indonesia yang mengambil tempat di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Selain

    melayani jasa angkutan penumpang melalui laut, pelabuhan ini juga

    berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor

    maupun barang antar pulau.

    Saat ini pelabuhan Tanjung Priok mempunyai wilayah perairan seluas 424

    ha dan wilayah daratan seluas 604 ha. Mempunyai tiga jenis terminal,

    yaitu terminal penumpang, terminal barang konvensional dan terminal

    peti kemas.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    18/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 6  

    Arus  penumpang kapal laut melalui terminal penumpang pelabuhan

    Tanjung Priok selama tahun 2008 mencapai 527.669 penumpang yang

    berasal dari debarkasi 277.042 penumpang dan embarkasi 250.627

    penumpang. Jumlah itu meningkat sekitar 12% dibanding tahun 2007 yang

    tercatat sebesar 459.198 penumpang dengan rincian debarkasi 222.103

    penumpang dan embarkasi 237.095 penumpang. Seluruh penumpang

    angkutan laut di pelabuhan Priok dalam tahun 2008 diangkut dengan

    1.135 unit kapal penumpang atau meningkat 35% dibanding jumlah kapal

    yang mengangkut penumpang tahun 2007 sebesar 862 unit.

    Terdapat dugaan bahwa kenaikan arus penumpang (12%) di atas terjadi

    karena harga tiket pesawat udara pada rerata rute di dalam negeri mulainaik sepanjang tahun lalu. Selain itu, manajemen Cabang Pelabuhan Tg

    Priok juga telah berkomitmen untuk terus menerus melakukan peningkatan

    dan pembenahan pelayanan bagi penumpang di Terminal Penumpang

    Nusantara Pura, termasuk pemisahan barang bawaan penumpang agar

    lebih tertib.

    Secara potensial, fasilitas pelayanan yang dimiliki pelabuhan Tanjung Priok

    cukup memadai untuk melayani keluar masuk penumpang dan barang.Adapun lay out  pelabuhan Tanjung Priok tertera pada Gambar 2.3.

    berikut.

    Gambar 2.3 Layout Pelabuhan Tanjung Priok

  • 8/19/2019 angkutan barang

    19/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 7  

    Kapasitas terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Priok adalah 5000

    orang dengan luas 7.266 m2. Jumlah penumpang 7 tahun terakhir terus

    menurun dari 1,67 juta pada tahun 2000 menjadi 0,43 juta pada tahun

    2007; kecuali tahun 2008. Keterangan lebih jelas tertera pada gambar

    dibawah ini.

    Sumber : www.priokport.co.id 

    Gambar 2.4 Data Arus Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok

    Tahun 2000 –  2008

    Daerah yang menjadi hinterland Pelabuhan Tanjung Priok dapat dilihat

    pada gambar dibawah ini.

    Sumber : www.priokport.co.id 

    Gambar 2.5 Daerah Hinterland Pelabuhan Tanjung Priok

    http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/

  • 8/19/2019 angkutan barang

    20/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 8  

    2.3 KONDISI ANGKUTAN PEMADU MODA SAAT INI

    2.3.1. Pemadu Moda Bandara Soekarno Hatta

    Hingga saat ini, kegiatan pelayanan Angkutan Pemadu Moda, khususnya

    untuk trayek antar kota antar provinsi dengan bus standar, sebagian besar

    didominasi DAMRI, khususnya bus-bus DAMRI Bandara Soekarno-Hatta.

    Satu satunya angkutan pemadu moda di luar DAMRI yang

    mengoperasikan angkutan jenis ini ialah Primajasa dengan alokasi 30

    armada untuk jurusan Bandung Supermall –  Bandara Soekatta. Dewasa ini

    bus DAMRI telah diberi izin untuk melayani 13 trayek dengan alokasi bus

    sebesar 115 unit. Adapun rincian lengkap tentang rute dan karakteristik

    lain terkait pelayanan angkutan Pemadu Moda Bandara Soekatta, adalahsebagai berikut.

    Tabel 2.4 Rute dan karakteristik Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta

    No TrayekJumlah

    BusTarif

    Jam Brgkt

    (Trip I)Interval Operator

    1 Gambir 19 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    2 Rawamangun 14 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    3 Blok M 15 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    4 Tanjung Priok 5 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    5 Kemayoran 2 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    6 Kp. Rambutan 15 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    7 Pasar Minggu 12 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    8 Bogor 16 Rp 30.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    9 Bekasi 16 Rp 28.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    10 Lebak Bulus 9 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    11 Serang-Banten 3 Rp 28.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    12 Mangga Dua 3 Rp 30.000,- 04.00 WIB 15 –  30 menit Damri

    13 Cikarang 6 Rp 30.000,- 04.00 WIB  15 –  30 menit Damri

    14 Bandung 30 Rp 75.000,- 02.00 WIB 60 menit Primajasa

    Sumber : www.damri.co.id

    Berdasarkan tabel 2.4 di atas terlihat bahwa penyelenggaraan angkutan

    pemadu moda Bandara saat ini dilayani dua operator yaitu DAMRI dan

  • 8/19/2019 angkutan barang

    21/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 9  

    Primajasa. Secara keseluruhan, hingga sekarang bus-bus pemadu moda

    DAMRI masih terbatas melayani angkutan penumpang Bandara melalui

    trayek di dalam wilayah Jabotabek. Sedangkan angkutan pemadu moda

    Primajasa melayani jurusan Bandung Supermall –  Bandara PP.

    Bus DAMRI dari dan ke Bandara saat ini melayani 13 trayek sebagaimana

    tertera pada Tabel 2.4, Segmen pasar terbesar adalah penumpang untuk

    penerbangan domestik. Selain untuk penumpang dari dan untuk pesawat

    terbang, kemudahan bus DAMRI juga digunakan sebagai moda angkutan

    bagi karyawan yang bekerja di Bandara. Frekuensi perjalanan lazimnya

    mengikuti jadual pesawat terbang. Contoh untuk bus trayek Gambir,

    Jakarta Pusat. Jumlah bus yang tersedia (SO) ada 18 unit. Setiap busmempunyai kapasitas tempat duduk 39. Pemberangkatan pertama dari

    Gambir dimulai pukul 04.00 WIB dan terakhir berangkat pada pukul 19.00

    WIB. Tetapi untuk waktu –  waktu tertentu misal pada waktu liburan, dimana

    banyak calon penumpang yang melakukan perjalanan menggunakan

    pesawat terbang sehingga ada penambahan jam penerbangan, maka

     jadual Damri mengikuti (disesuaikan dengan) jadual penerbangan atau

     jam penerbangan terakhir.

    Jarak  headway diatur setiap 15 menit sekali atau lebih, tergantung jumlah

    penumpang naik di Gambir, biasanya bila jumlah penumpang mencapai

    9 orang bus DAMRI diberangkatkan. Bus-bus DAMRI berhenti di Bandara

    Soekatta, pada semua terminal yaitu terminal 1A, terminal 1B, terminal 1C,

    terminal 2D, terminal 2E, terminal 2F dan terminal 3. Begitupun sebaliknya,

    DAMRI yang diberangkatkan dari Bandara, tersedia pada setiap terminal

    kedatangan.

    Kendala yang dihadapi DAMRI adalah sempitnya lahan parkir bus di

    kawasan Gambir; begitu pula dengan trayek yang melayani kawasan blok

    M karena belum tersedia lahan yang cukup untuk tempat pemberhentian

    dan pemberangkatan. Untuk jelasnya, pada Gambar 2.6 dan 2.7 diberikan

    ilustrasi bus DAMRI trayek Gambir dan, trayek Blok M dapat dilihat pada

    Gambar 2.8. 

  • 8/19/2019 angkutan barang

    22/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 10  

    Gambar 2.6 Bus Damri Bandara Soekarno –  Hatta Trayek Gambir

    Gambar 2.7 Tempat duduk pada Damri Bandara Soekarno - Hatta

  • 8/19/2019 angkutan barang

    23/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 11  

    Gambar 2.8 Bus Damri Bandara Soekarno –  Hatta Trayek Blok M

    Sejalan dengan itu, armada yang diberangkatkan dari Bandara Soekarno

     –  Hatta untuk mengisi trayek seperti tertera pada tabel 3.13. tersedia pada

    semua terminal dengan rerata headway setiap 15 menit. Berdasarkan hasil

    evaluasi terakhir, pada saat ini trayek untuk jurusan sekitar Jabotabek yang

    belum diisi tetapi mempunyai demand cukup, ialah menuju ke Cikarang.

    Gambaran secara sepintas mengenai tampilan bus DAMRI pada Bandara

    Soekarno-Hatta beserta ruang tunggu terlihat pada Gambar 2.9  dan

    Gambar 2.10.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    24/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 12  

    Gambar 2.9 Damri Bandara Soekarno - Hatta

    Gambar 2.10 Ruang Tunggu Damri

    Bus-bus yang melayani jurusan Bandung Supermall menuju Bandar Udara

    Soekarno Hatta PP, dioperasikan sejak 10 Oktober 2006. Angkutan yang

    pemadu moda itu dioperasikan oleh PT Primajasa Perdanarayautama

    bekerja sama dengan BSM dengan kapasitas tempat duduk 36. Primajasa

  • 8/19/2019 angkutan barang

    25/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 13  

    mendapat trayek eksklusif selama lima tahun, dengan syarat memenuhi

    standar pelayanan yang ketat terutama soal kepastian jadwal.

    Tempat untuk menaikkan penumpang bus pemadu moda Primajasa

    adalah di terminal kedatangan 1B dan terminal 2E. Sedangkan untuk

    tempat menurunkan penumpang adalah pada semua sub terminal

    keberangkatan yaitu terminal 1A, 1B, 1C, 2D, 2E, dan 2F. Jaringan rute

    yang dilalui bus-bus pemadu moda Primajasa adalah Bandung Supermall

    (BSM), Kiaracondong, Jalan Soekarno Hatta, tol Buahbatu, Purbaleunyi,

    Cikampek, jalan tol dalam kota Jakarta, Cengkareng, sampai ke Bandara

    Soekarno Hatta.

    Setiap penumpang dikenakan tarif Rp 75.000 dengan fasilitas bagasi

    sampai 20 kilogram. Para penumpang hanya turun atau naik di BSM dan

    Bandara Soekarno Hatta (point to point). Selama perjalanan, bus tidak

    menurunkan atau menaikkan penumpang di jalan. Jam keberangkatan

    dari BSM setiap jam sekali dimulai dari pukul 02.00-15.00. Keberangkatan

    dari Bandara Soekarno Hatta juga diatur dengan interval setiap jam sekali,

    dimulai pukul 08.00-21.00. Tiket dapat dipesan sehari sebelumnya atau

    dapat dibeli langsung di loket BSM dan loket Bandara Soekarno Hatta

    terminal kedatangan 1B dan terminal 2E.

    Jenis bus yang digunakan super eksekutif dengan jumlah tempat duduk 36

    dilengkapi toilet, dan penyejuk udara. Pemberangkatan bus dilaksanakan

    sesuai jadwal dan tepat waktu tanpa mengenal jumlah penumpang

    minimum. Bahkan, dengan satu penumpang sekalipun, bus tetap akan

    diberangkatkan. Lama perjalanan 3-4 jam bila lalulintas lancar.

    Hasil evaluasi pemerintah menunjukkan bahwa operasi bus pemadu moda

    menghemat tiga juta liter BBM per tahun. Sedikitnya 42 persen pengguna

    kendaraan pribadi yang menuju ke Bandara Soekarno-Hatta dari Bandung

     juga terserap pemadu moda. Pengguna moda lain yang juga terserap

    adalah penumpang kereta api hingga 29,4 persen, travel 27,33 persen,

    bus umum 0,3 persen, dan pesawat 0,33 persen. Gambar bus primajasadapat dilihat pada Gambar 2.11 dan Gambar 2.12 berikut ini.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    26/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 14  

    Gambar 2.11 Bus Primajasa Bandara Soekarno –  Hatta

    Gambar 2.12 Tempat duduk Bus Primajasa Bandara Soekarno - Hatta

  • 8/19/2019 angkutan barang

    27/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 15  

    2.3.2  Angkutan Umum di Tanjung Priok

    Sebagai pelabuhan terbesar yang mempunyai peran penting tidak hanya

    bagi wilayah DKI Jakarta dan Jabotabek, tapi juga bagi seluruh Indonesia,

    sekarang maupun di masa depan, Tanjung Priok menghadapi berbagai

    masalah aksesibilats yang rumit, antara lain belum tersedianya pemadu

    moda bagi penumpang kapal laut dari dan ke Tanjung Priok. Buruknya

    hubungan dengan jaringan jalan kota termasuk jalan tol dan manajemen

    lalu lintas yang tidak efisien mengakibatkan terjadi kongesti di dalam dan

    di sekitar pelabuhan Tanjung Priok, yang sangat menghambat pergerakan

    barang di pelabuhan. Hal ini sebagian disebabkan karena beberapa

    fasilitas penumpukan barang berada dan tersebar di dalam dan di sekitarpelabuhan. Tambahan pula banyak truk dan trailer bergrerak diantara

    terminal dan depot-depot tersebut.

    Pegaturan tata guna lahan dan penggunaan berbagai fasilitas yang

    masih semrawut, seperti adanya lalu lintas penumpang dalam areal cargo

    handling, membuat pelabuhan ini kurang nyaman sebagai tempat transit

    penumpang kapal laut. Dewasa ini fasilitas angkutan jalan yang dapat

    digunakan oleh penumpang kapal laut dari dan ke Pelabuhan Tg Priok

    baru dilayani oleh taksi atau angkutan kecil lainnya yang disewa secara

    khusus. Pada umumnya tingkat aksesibilitas penumpang kapal laut di

    pelabuhan Tanjung Priok masih sulit kecuali mereka yang menggunakan

    angkutan pribadi. Fasilitas angkutan umum dalam kota belum memasuki

    kawasan pelabuhan, tetapi berhenti hingga sampai ke terminal angkutan

    kota Tanjung Priok saja.

    Terminal bus kota Tanjung Priok, yang memiliki luas 10 ribu meter persegi,

     juga dipadati oleh berbagai warung makanan. Keberadaan halte busway 

    yang belum beroperasi dan dipagari seng menambah ruang dalam

    terminal menjadi semakin sempit. Terminal Tanjung Priok terletak persis di

    sebelah selatan pintu III Pelabuhan Tanjung Priok. Terminal ini kerap

    menjadi biang macet kawasan tersebut. Bus dan angkutan umum yang

    keluar dari terminal sering kali tidak langsung jalan, melainkan mengetemmenunggu penumpang di luar terminal.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    28/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 16  

    Padahal jalan umum di depan terminal hanyalah selebar kira-kira tujuh

    meter, atau hanya cukup untuk tiga lajur kendaraan. Bahkan, ketika ada

    truk kontainer, badan jalan terasa jauh lebih sempit karena besarnya bodi

    kontainer sehingga hanya muat untuk dua lajur kendaraan.

    Selain terminal Tanjung Priok terdapat pula Stasiun Tanjung Priok terletak di

    sebelah selatan terminal dan hanya dibatasi jalan selebar lima meter. Para

    pengguna jalan yang berasal dari arah timur (Jalan R.E. Martadinata) dan

    hendak ke arah Ancol harus melewati jalan melingkar yang berada di

    antara stasiun dan terminal. Di bagian ini, angkutan umum juga kerap

    menunggu penumpang sehingga menimbulkan kemacetan.

    Melihat kodisi lalu lintas disekitar pelabuhan Tanjung Priok terutama dalam

    penyediaan angkutan umum yang belum memadai, maka dalam studi ini

     juga akan dikaji alternatif perencanaa teknis penyusunan pola pelayanan

    angkutan pemadu moda di pelabuhan Tanjung Priok. Adapaun kondisi

    lalu lintas di lingkungan sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, dapat

    diilustrasikan pada gambar 2.13, 2.14, dqn 2.15 dibawah ini.

    Gambar 2.13 Kondisi Pelataran Parkir di Pelabuhan Penumpang

    Tanjung Priok

  • 8/19/2019 angkutan barang

    29/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 17  

    Gambar 2.14 Kapal Penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok

    Gambar 2.15 Akses Keluar Masuk Pelabuhan Penumpang

  • 8/19/2019 angkutan barang

    30/263

    Laporan AkhirPerencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II Halaman - 18  

    Gambar 2.16 Peta Rute Eksisting Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta

  • 8/19/2019 angkutan barang

    31/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 19  

    2.4 PENENTUAN BATAS WILAYAH STUDI DAN SISTEM ZONA

    Area atau kawasan yang ditetapkan sebagai wilayah studi ialah Provinsi

    DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat dan sisi barat Provinsi

    Jawa Tengah. Zona diwakilkan oleh 1 (satu) pusat zona yang dibagi

    menjadi 2 (dua) zona utama, yakni zona internal dan zona eksternal.

    Pembagian zona diambil berdasarkan :

    1.  Daerah tangkapan studi diasumsikan meliputi seluruh pulau Jawa,

    namun untuk zona internal ke Timur, dibatasi oleh jarak tengah antara

    dua bandara yaitu bandara Soekarno  –   Hatta dan bandara Ahmad

    Yani, Semarang.

    2. 

    Untuk zona eksternal adalah di luar dari zona internal namun dibatasisampai pulau jawa mengingat hanya peralihan moda darat dan tidak

    mencakup antar pulau

    3.  Jumlah penerbangan pada bandara Soekarno  –   Hatta mempunyai

    frekuensi atau jadwal penerbangan yang paling padat dibandingkan

    dengan bandara-bandara lain di Indonesia

    4.  Zona-zona yang dipilih dalam Laporan Pendahuluan ini, akan ditinjau

    kembali untuk disesuaikan dengan besaran demand minimal setelah

    survey lapangan dilakukan.

    Data keterangan dan wilayah zona untuk wilayah studi selengkapnya

    dapat dilihat pada Tabel 2.4.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    32/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab I I Halaman - 20  

    Tabel 2.5 Kodefikasi dan Nama Zona

    Kode Nama Zona Kode Nama Zona

    BANTEN C.5 Karawang

    B. 1 Cilegon C.6 Purwakarta

    B.2 Rangkas Bitung C.7 Cikampek

    B.3 Pandeglang C.8 Bandung

    B.4 Serang C.9 Sukabumi

    B.5 Tangerang C.10 Cianjur

    DKI JAKARTA C.11 Ciamis

    A.1 Blok M C.12 Garut

    A.2 Lebak Bulus C.13 Tasikmalaya

    A.3 Pasar Minggu C.14 Kuningan

    A.4 Gambir C.15 Subang

    A.5 Tanjung Priok C.16 Sumedang

    A.6 Grogol C.17 Majalengka

    A.7 Rawamangun C.18 Indramayu

    A.8 Kemayoran C.19 Cirebon

    A.9 Kampung Rambutan JAWA TENGAH

    JAWA BARAT D.1 Brebes

    C.1 Bekasi D.2 Tegal

    C.2 Cikarang D.3 Purwokerto

    C.3 Depok E Jawa Tengah dan Sekitarnya

    C.4 Bogor F Jawa Timur dan Sekitarnya

  • 8/19/2019 angkutan barang

    33/263

    Laporan AkhirPerencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II Halaman - 21  

    Gambar 2.17 Model Sistem Zona Permintaan Perjalanan 

  • 8/19/2019 angkutan barang

    34/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 1  

    3.1 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

    Jalan

    1. Pasal 2

    Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan memperhatikan;

    a.  asas transparan;

    b.  asas akuntabel;

    c.  asas berkelanjutan;

    d.  asas partisipatif;

    e.  asas bermanfaat;

    f. 

    asas efisien dan efektif;

    g.  asas seimbang;

    h.  asas terpadu; dan

    i.  asas mandiri.

    2. Pasal 3

    Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan tujuan:

    a. 

    terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,selamat, tertib, lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain

    untuk mendorong pererkonomian nasional, memajukan

    kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan

    bangsa ser-ta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

    b.  terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

    c.  terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi

    masyarakat.

    Bab 3

    Landasan Legalitas dan Teori

  • 8/19/2019 angkutan barang

    35/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 2  

    3. Pasal 7

    (1) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam kegiatan

    pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh Pemerintah,

    Pemerintah Daerah, badan hukum, dan / atau masyarakat.

    (2) 

    Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan

    tugas pokok dan fungsi insdtansi masing-masing meliputi:

    a.  urusan pemerintahan di bidang Jalan oleh kementerian negara

    yang bertanggung jawab di bidang Jalan.

    b.  urusan pemerintah di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan

    Angkutan Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan

    Jalan.

    4. Pasal 47

    (1) Kendaraan terdiri atas:

    a. 

    Kendaraan Bermotor; dan

    b.  Kendaraan Tidak Bermotor.

    (2) Kendaraan Bermotor dikelompokkan berdasarkan jenis:

    a. 

    sepeda motor;

    b.  mobil penumpang;

    c.  mobil bus;

    d.  mobil barang; dan

    e.  kendaraan khusus.

    (3) Kendaraan Bermotor mobil penumpang, mobil bus, dan mobil barang

    dikelompokkan berdasarkan fungsi:

    a.  Kendaraan Bermotor perseorangan; dan

    b.  Kendaraan Bermotor Umum.

    5. Pasal 48

    (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus

    memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

    (2) 

    Persyaratan teknis terdiri atas:a.  susunan;

  • 8/19/2019 angkutan barang

    36/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 3  

    b.  perlengkapan;

    c.  ukuran;

    d.  karoseri;

    e. 

    rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;

    f. 

    pemuatan;

    g.  penggunaan;

    h.  penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau

    i.  penempelan Kendaraan Bermotor.

    (3) Persyaratan laik jalan ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan

    Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:

    a. 

    emisi gas buang;b.  kebisingan suara;

    c.  efisiensi sistem rem utama;

    d.  efisiensi sistem rem parkir;

    e.  kincup roda depan;

    f.  suara klakson;

    g. 

    daya pancar dan arah sinar lampu utama;

    h.  radius putar;

    i.  akurasi alat penunjuk kecepatan;

     j. 

    kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan

    k.  kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan.

    6. Pasal 93

    (1) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk

    mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas

    dalam rangka menjamin Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan

    Kelanca-ran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

    (2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) dilakukan dengan:

    a.  penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau

     jalur atau jalan khusus;

    b. 

    pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan Kaki;

    c. 

    pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;d.  pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas

  • 8/19/2019 angkutan barang

    37/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 4  

    berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;

    e.  pemaduan berbagai moda angkutan;

    f.  pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;

    g. 

    pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan; dan/atau

    h. 

    perlindungan terhadap lingkungan.

    (3) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas meliputi kegiatan:

    a.  perencanaan;

    b.  pengaturan;

    c.  perekayasaan;

    d.  pemberdayaan; dan

    e. 

    pengawasan.

    7. Pasal 94

    (1) Kegiatan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat

    (3) huruf a meliputi:

    a.  identifikasi masalah Lalu Lintas;

    b. 

    inventarisasi dan analisis situasi arus Lalu Lintas;

    c.  inventarisasi dan analisis kebutuhan angkutan orang dan barang;

    d.  inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung jalan;

    e. 

    inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung

    Kendaraan;

    f.  inventarisasi dan analisis angka pelanggaran dan Kecelakaan Lalu

    Lintas;

    g.  inventarisasi dan analisis dampak Lalu Lintas;

    h.  penetapan tingkat pelayanan; dan

    i. 

    penetapan rencana kebijakan pengaturan penggunaan jaringan

    Jalan dan gerakan Lalu Lintas.

    (2) Kegiatan pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (3)

    huruf b meliputi:

    a.  penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan

    Lalu Lintas pada jaringan Jalan tertentu; dan

    b. 

    pemberian informasi kepada masyarakat dalam pelaksanaan

    kebijakan yang telah ditetapkan.(3) Kegiatan perekayasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat

  • 8/19/2019 angkutan barang

    38/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 5  

    (3) huruf c meliputi:

    a.  perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan serta

    perlengkapan Jalan yang tidak berkaitan langsung dengan

    Pengguna Jalan;

    b. 

    pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perleng

    kapan Jalan yang berkaitan langsung dengan Pengguna Jalan;

    dan

    c.  optimalisasi operasional rekayasa Lalu Lintas dalam rangka mening

    katkan ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.

    (4) Kegiatan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat

    (3) huruf d meliputi pemberian:a.  arahan;

    b.  bimbingan;

    c.  penyuluhan;

    d.  pelatihan; dan

    e.  bantuan teknis.

    (5) 

    Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat

    (3) huruf e meliputi:

    a.  penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan;

    b. 

    tindakan korektif terhadap kebijakan; dan

    c.  tindakan penegakan hukum.

    8. Pasal 137

    (1) Angkutan orang dan / atau barang dapat menggunakan Kendaraan

    Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

    (2) 

    Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa

    Sepeda Motor, Mobil Penumpang, atau bus.

    (3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan

    mobil barang.

    (4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:

    a.  rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis,

    dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;

    b. 

    untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan /atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau

  • 8/19/2019 angkutan barang

    39/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 6  

    c.  kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara

    Republik Indonesia dan / atau Pemerintah Daerah.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk

    angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan

    Peraturan Pemerintah.

    9. Pasal 138

    (1) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan

    angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau.

    (2) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan

    umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(3) Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan

    Kendaraan Bermotor Umum.

    10. Pasal 139

    (1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa

    angkutan orang dan/atau barang antarkota, antarprovinsi serta lintas

    batas negara

    (2) Pemerintah Daerah provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan

    umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam

    provinsi

    (3) Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menjamin tersedianya

    angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam

    wilayah kabupaten / kota.

    (4) Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik

    negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    11. Pasal 140

    Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri

    atas:

    a. 

    angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek;

    dan,

  • 8/19/2019 angkutan barang

    40/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 7  

    b.  angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam

    trayek.

    12. Pasal 141

    (1) 

    Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi standar pelayanan

    minimal yang meliputi:

    a.  keamanan;

    b.  keselamatan;

    c.  kenyamanan;

    d.  keterjangkauan;

    e. 

    kesetaraan; danf.  keteraturan

    (2) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal seba-

    gaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri

    yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas

    dan Angkutan Jalan.

    13. Pasal 142

    Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum

    dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf a terdiri atas:

    a.  angkutan lintas batas negara;

    b.  angkutan antarkota antarprovinsi;

    c.  angkutan antarkota dalam provinsi;

    d. 

    angkutan perkotaan; atau

    e.  angkutan pedesaan

    14. Pasal 143

    Kriteria pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum

    dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus:

    a. 

    memiliki rute tetap dan teratur;

  • 8/19/2019 angkutan barang

    41/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 8  

    b.  terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan

    penumpang di Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas

    negara; dan

    c. 

    menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang

    ditentukan untuk angkutan perkotaan dan pedesaan.

    15. Pasal 144

    Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun

    berdasarkan:

    a.  tata ruang wilayah;

    b. 

    tingkat permintaan jasa angkutan;c.  kemampuan penyediaan jasa angkutan;

    d.  ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

    e.  kesesuaian dengan kelas jalan;

    f.  keterpaduan intramoda angkutan; dan

    g.  keterpaduan antarmoda angkutan.

    16. Pasal 145

    (1) Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 disusun dalam bentuk

    rencana umum jaringan trayek.

    (2) Penyusunan rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait.

    (3) Rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    terdiri atas:

    a. 

     jaringan trayek lintas batas negara;

    b.   jaringan trayek antarkota antarprovinsi;

    c.   jaringan trayek antarkota dalam provinsi;

    d.   jaringan trayek perkotaan; dan

    e.   jaringan trayek pedesaan.

    (4) Rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima tahun.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    42/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 9  

    17. Pasal 151

    Pelayanan angkutan orang dengan Kendaran Bermotor Umum tidak

    dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf b terdiri atas:

    a. 

    angkutan orang dengan menggunakan taksi;

    b. 

    angkutan orang dengan tujuan tertentu

    c.  angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan

    d.  angkutan orang di kawasan tertentu.

    18. Pasal 153

    (1) Angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 151 huruf b dilarang menaikkan dan/atau menurunkanpenumpang di sepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar

    pelayanan angkutan orang dalam trayek.

    (2) Angkutan orang dengan tujuan tertentu diselenggarakan dengan

    menggunakan mobil penumpang umum atau mobil bus umum.

    19. Pasal 173

    (1) Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan

    orang dan/atau barang wajib memiliki:

    a. 

    izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

    b.  izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/

    atau

    c.  izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

    (2) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

    berlaku untuk:

    a. 

    pengangkutan orang sakit dengan menggunakan ambulans; atau

    b.  pengangkutan jenazah.

    20. Pasal 181

    (1) Tarif angkutan terdiri atas tarif Penumpang dan tarif barang

    (2) Tarif Penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. 

    tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek; dan

    b. 

    tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    43/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 10  

    21. Pasal 182

    (1) Tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek terdiri atas:

    a.  tarif kelas ekonomi; dan

    b. 

    tarif kelas nonekonomi.

    (2) 

    Penetapan tarif kelas ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilakukan oleh:

    a.  Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana

    Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang

    melayani trayek antarkota antarprovinsi, angkutan perkotaan, dan

    angkutan pedesaan yang wilayah pelayanannya melampaui

    wilayah provinsi;b.  gubernur untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota

    dalam provinsi serta angkutan perkotaan dan pedesaan yang

    melampaui batas satu kabupaten/kota dalam satu provinsi;

    c.  bupati untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota

    dalam kabupaten serta angkutan perkotaan dan pedesaan yang

    wilayah pelayanannya dalam kabupaten; dan

    d.  walikota untuk angkutan orang yang melayani trayek angkutan

    perkotaanyang wilayah pelayanannya dalam kota.

    (3) 

    Tarif Penumpang angkutan orang dalam trayek kelas nonekonomi

    ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif penumpang sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri yang

    bertanggung jawab langsung di bidang sarana dan Prasarana Lalu

    Lintas dan Angkutan Jalan.

    22. Pasal 210

    (1) Setiap Kendaraan Bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi

    persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan.

    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, persyaratan, dan prosedur

    penanganan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan

    yang diakibatkan oleh Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    44/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 11  

    3.2 UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

    1. Pasal 4

    Kereta api menurut jenisnya terdiri dari:

    a.  kereta api kecepatan normal;

    b.  kereta api kecepatan tinggi;

    c.  kereta api monorel;

    d.  kereta api motor induksi liear;

    e.  kereta api gerak udara;

    f.  kereta api levitasi magnetik;

    g.  trem; dan

    h. 

    kereta gantung

    2. Pasal 5

    (1) Perkeretaapian menurut fungsinya terdiri atas:

    a.  perkeretaapian umum; dan

    b.  perkeretaapian khusus

    (2) Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

    terdiri dari:a.  perkeretaapian perkotaan; dan

    b.  perkeretaapian antarkota

    (3) Perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    hanya digunakan secara khusus oleh badan usaha tertentu untuk

    menunjang kegiatan pokok badan usaha tersebut.

    3. Pasal 6

    (1) 

    Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 5

    ayat (1) huruf a meliputi:

    a.  perkeretaapian nasional;

    b.  perkeretaapian provinsi; dan

    c.  perkeretaapian kabupaten/kota.

    (2) Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    merupakan satu kesatuan sistem perkeretaapian yang disebut tatanan

    perkeretaapian nasional.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    45/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 12  

    (3) Sistem perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

    terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.

    4. Pasal 7

    (1) 

    Untuk mewujudkan tatanan perkeretaapian sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 6 ayat (1), ditetapkan rencana induk perkeretaapian.

    (2) Rencana induk perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    terdiri dari:

    a.  rencana induk perkeretaapian nasional;

    b.  rencana induk perkeretaapian provinsi; dan

    c. 

    rencana induk perkeretaapian kabupaten/kota.

    5. Pasal 8

    (1) Rencana induk perkeretaapian nasional sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a disusun dengan memperhatikan:

    (a) rencana tata ruang wilayah nasional; dan

    (b) 

    rencana induk jaringan moda transportasi lainnya

    (2) Rencana induk perkeretaapian nasional sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan angkutan

    perkeretaapian pada tatanan transportasi nasional

    6. Pasal 18

    Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan:

    (a) pembangunan prasarana

    (b) pengoperasian prasarana

    (c) 

    perawatan prasarana; dan

    (d) pengusahaan prasarana

    7. Pasal 25

    Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b meliputi kegiatan:

    a. 

    pengadaan sarana

    b. 

    pengoperasian sarana

  • 8/19/2019 angkutan barang

    46/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 13  

    c.  perawatan sarana; dan

    d.  pengusahaan sarana.

    8. Pasal 91

    (1) 

    Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang

    (2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) hanya dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan

    kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan.

    9. Pasal 127

    (1) 

    Angkutan kereta api dilaksanakan dalam lintas-lintas pelayanan keretaapi yang membentuk satu kesatuan dengan jaringan pelayanan

    perkeretaapian.

    (2) Jaringan pelayanan perkeretaapian sebagaimana dimaksud ayat (1)

    meliputi:

    (a)  jaringan pelayanan perkeretaapian antarkota; dan

    (b) 

     jaringan pelayanan perkeretaapian perkotaan.

    3.3 Penyelenggaraan Kereta Api Bandara Soekarno - Hatta

    3.3.1 Jarak km, trase dan stasiun KA BSH

    Berdasarkan penjelasan Direktur Jenderal Perkeretaapian di dalam Rapat

    Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI tanggal 28 Mei 2008:

    a.  Panjang jalan kereta api Bandara Soekarno Hatta adalah ± 32,728 KM,

    melalui Stasiun Manggarai, Stasiun Dukuh Atas, Stasiun Tanah Abang,

    Stasiun Angke, Stasiun Pluit dan Terminal Bandara Soekatta.

    b. 

    Di Stasiun Dukuh Atas, direncanakan Kereta Api Bandara Soekatta

    akan berintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti subway,

    busway dan, monorail.

    c.  Pada Stasiun Dukuh Atas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana

    akan membuat Urban Development Guide Line (UGDL).

    d.  Di Stasiun Pluit, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meminta dibangun City

    Check In.

    Gambaran lengkap dari rencana trase dan stasiun Kereta Api Bandara

    Soekatta, tertera di bawah ini.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    47/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 14  

    Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009

    Gambar 3.1 Jalur KA Bandara Soekarno - Hatta

    3.3.2 Jadwal Pekerjaan Persiapan

    a.  Dari sumber yang sama, rencana pelaksanaan pekerjaan persiapan

    pembangunan jalur KA Bandara Soetta, diprogramkan sbb.

    Tabel 3.1 Rencana Jadwal Pelaksanaan

    Rencana Jadwal Pelaksanaan

    8

    No.

    Uraian Kegiatan 2008 2009

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

    1 Penetapan Trase

    2 Penyusunan FS dan DED3 Studi AMDAL

    4

    Pinjam Pakai Hutan

    Mangrove

    5Ijin Penggunaan BantaranSungai Ciliwung

    6 Persiapan Pelelangana. Pembentukan panitia.

    Lelang

    b. Penyiapan dokumenLelang

    7 Pelelangana. Pengumuman

    Pelelangan

    b. Prakualifikasi

    c. Pemasukan penawarand. Evaluasi penawaran

    e. Penetapan pemenang

    f. Sanggahan

    g. Negosiasi

    8 Penandatanganan Kontrak(

    9 Pelaksanaan Konstruksi   7

    ± 18 bulan

      Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009 

  • 8/19/2019 angkutan barang

    48/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 15  

    b.  Gambaran perspektif dari Stasiun Bandara Soekarno Hatta dilihat dari

    arah Timur, diilustrasikan seperti tertera di bawah ini.

    Gambar Perspektif Stasiun BandaraGambar Perspektif Stasiun Bandara

    Tampak Timur 

    12

    Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009 

    Gambar 3.2 Gambar Perspektif Stasiun Bandara

    3.4 PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

    Jalan

    1. Pasal 7

    (1) Jaringan transportasi jalan diwujudkan dengan menetapkan rencana

    umum jaringan transportasi jalan.

    (2) Rencana umum jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1), meliputi:

    a.  rencana umum jaringan transportasi jalan primer;

    b. 

    rencana umum jaringan transportasi jalan sekunder.

    (3) Rencana umum jaringan traansportasi jalan sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1), memuat hal-hal sebagai berikut:

    a. 

    rencana lokasi ruang kegiatan yang harus dihubungkan oleh ruang

    lalu lintas;

    b.  prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal dan

    tujuan perjalanan;

    c. 

    arah dan kebijaksanaan peranan transportasi di jalan dalam

    keseluruhan moda transportasi;

  • 8/19/2019 angkutan barang

    49/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 16  

    d.  rencana kebutuhan lokasi simpul;

    e.  rencana kebutuhan ruang lalu lintas.

    2. Pasal 9

    (1) 

    Rencana umum jaringan transportasi jalan merupakan pedoman

    dalam penyusunan rencana umum dan perwujudan unsur-unsur

     jaringan transportasi jalan

    (2) Unsur-unsur jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (1) meliputi:

    a.  simpul berupa terminal transportasi jalan, terminal angkutan sungai

    dan danau, setasiun kereta api, pelabuhan penyeberangan,pelabuhan laut, dan bandar udara;

    b.  ruang kegiatan berupa kawasan pemukiman, industri,

    pertambangan, pertanian, kehutanan, perkantoran, perdagangan,

    pari-wisata dan sebagainya;

    c.  ruang lalu lintas berupa jalan, jembatan atau, lintas

    penyeberangan.

    3. Pasal 14

    (1) 

    Jaringan trayek ditetapkan dengan memperhatikan:

    a.  kebutuhan angkutan;

    b.  kelas jalan yang sama dan atau yang lebih tinggi;

    c.  tipe terminal yang sama atau lebih tinggi;

    d.  tingkat pelayanan jalan;

    e.   jenis pelayanan angkutan;

    f. 

    rencana umum tata ruang;

    g.  kelestarian lingkungan.

    (2) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan

    dengan keputusan Menteri.

    4. Pasal 40

    (1) 

    Terminal terdiri dari:

    a. 

    terminal penumpang;b.  termin al barang.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    50/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 17  

    (2) Terminal penumpang merupakan prasarana transportasi jalan untuk

    keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan

    intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan

    dan pemberangkatan kendaraan umum.

    (3) 

    Terminal barang merupakan prasarana transportasi jalan untuk

    keperluan membongkar dan memuat baran g serta perpindahan intra

    dan/atau antar moda transportasi.

    5. Pasal 42

    (1) Penentuan lokasi terminal dilakukan dengan mempertimbangkan

    rencana umum jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksudPasal 7.

    (2) Pembangunan terminal pada lokasi sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:

    a.  rencana umum tata ruang;

    b.  kapasitas jalan;

    c. 

    kepadatan lalu lintas;

    d.  keterpaduan dengan moda transportasi lain;

    e.  kelestarian lingkungan.

    (3) 

    Penentuan lokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan tipe

    terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ditetapkan dengan

    keputusan Menteri.

    (4) Penyelenggaraan terminal yang meliputi pengelolaan, pemeliharaan

    dan penertiban terminal dilakukan oleh Menteri.

    6. Pasal 43

    (1) Terhadap penggunaan jasa pelayanan terminal dapaty dikenakan

    pungutan.

    (2) Jasa terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

    a.   jasa tempat bongkar muat barang dan atau naik turun

    penumpang yang dinikmati oleh pengusaha angkutan;

    b. 

    fasilitas parkir kendaraan umum menunggu waktu keberangkatan

    yang dinikmati oleh pengusaha angkutan;

  • 8/19/2019 angkutan barang

    51/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 18  

    c.  fasilitas parkir untuk umum selain tersebut dalam huruf a, yang

    dinikmati oleh pengguna jasa.

    (3) Tata cara pemungutan, besarnya pungutan serta penggunaan hasil

    pungutan terminal ditetapkan dengan keputusan Menteri setelah

    mendengar pendapat Menteri Dalam Negeri dan mendapat

    persetujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang keuangan

    negara.

    7. Pasal 80

    Kecepatan maksimum yang diizinkan untuk kendaraan bermotor:

    a. 

    pada jalan kelas I, II, dan II A dalam sistem jaringan jalan primeruntuk:

    1)  mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang serta sepeda

    motor adalah 100 kilometer per jam;

    2)  kendaraan bermotor dengan kererta gandengan atau

    tempelan adalah 80 kilometer per jam;

    b. 

    pada Jalan Kelas III B dalam sistem jaringan jalan primer untuk mobil

    penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk

    kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta

    tempelan adalah 60 kilometer per jam;

    c.  pada Jalan Kelas III C dalam sistem jaringan jalan primer untuk

    mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk

    kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta

    tempelan adalah 60 kilometer per jam.

    d.  Pada Jalan Kelas II dan III A dalam sistem jaringan jalan sekunder

    untuk:

    1)  mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang adalah 70

    kilometer per jam;

    2)  kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau

    tempelan adalah 60 kilometer per jam;

    e.  pada Jalan Kelas III B dalam sistem jaringan jalan sekunder untuk

    mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk

    kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau keretatempelan adalah 50 kilometer per jam

  • 8/19/2019 angkutan barang

    52/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 19  

    f.  pada Jalan Kelas III C dalam sistem jaringan jalan sekunder untuk

    mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk

    kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta

    tempelanadalah 40 kilometer per jam.

    8. Pasal 84

    Pengemudi kendaraan bermotor wajib mengutaamakan keselamatan

    pejalan kaki:

    a.  yang berada pada bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan

    kaki;

    b. 

    yang akan atau sedang menyeberang jalan.

    9. Pasal 86

    (1) Dilarang mengemudikan kendaraan bermotor melalui jalan yang

    memiliki kelas jalan yang lebih rendah dari kelas jalan yang diizinkan

    dilalui oleh kenderaan tersebut

    (2) 

    Dilarang mengemudikan kendaraan bermotor barang tertentu yang

    bermuatan di luar jaringan lintas yang telah ditetapkan

    10. Pasal 87

    (1) Menteri dapat menetapkan larangan penggunaan jalan tertentu

    untuk dilalui kendaraan.

    (2) Larangan penggunaan jalan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus

    dinyatakan dengan rambu-rambu sementara.

    11. Pasal 93

    (1) Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak

    disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan

    atau tanpa pemakai jalanlainnya, mengakibatkan korban manusia

    atau kerugian harta benda.

    (2) Korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

    dapat berupa:

    a. 

    korban mati;b.  korban luka berat;

  • 8/19/2019 angkutan barang

    53/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 20  

    c.  korban luka ringan.

    (3) Korban mati sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, adalah

    korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas

    dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah

    kecelakaan tersebut.

    (4) Korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b,

    adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacad tetap atau

    harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak

    terjadi kecelakaan.

    (5) Korban luka ringan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c,

    adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian ayat (3) danayat (4).

    3.5 PP No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi

    1. Pasal 1

    ………………………….. 

    4.  Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih

    dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk penge-mudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan

    bagasi.

    ………………………….. 

    7.  Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan

    untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

    ………………………….. 

    2. Pasal 2

    (1) Kendaraan bermotor dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:

    a.  sepeda motor;

    b.  mobil penumpang;

    c.  mobil bus;

    d.  mobil barang;

    e. 

    kendaraan khusus.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    54/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 21  

    (2) Penggolongan lebih lanjut dari masing-masing jenis kendaraan

    bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan

    keputusan Menteri.

    3. Pasal 3

    (1) Konstruksi dari kenderaan bermotor sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 2, terdiri dari:

    a.  landasan yang meliputi rangka landasan, motor penggerak, sistem

    pembuangan, penerus gaya, alat kemudi, sistem roda-roda, sistem

    suspensi, sistem rem, lampu-lampu dan alat pemantul cahaya serta

    komponen pendukung;b.  badan kendaraan.

    4. Pasal 80

    (1) Badan kendaraan harus dirancang cukup kuat untuk menahan semua

     jenis beban sewaktu kendaraan bermotor dioperasikan dan diikat

    kukuh pada rangka landasannya.

    (2) Panda bagian dalam kendaraan bermotor tidak boleh terdapat

    bagian yang menonjol yang dapat membahayakan keselamatan.

    5. Pasal 81

    (1) Setiap ruang pengemudi dan ruang penumpang harus mempunyai

    pintu masuk dan/atau pintu keluar.

    (2) Pintu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pengancing pintu

    harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibuka tanpa

    disengaja.

    (3) Engsel pintu samping, kecuali pintu sorong, pada sisi kendaraan

    bermotor harus dipasang pada sisi pintu di sebelah depan menurut

    arah kendaraan.

    6. Pasal 91

    (1) 

    Setiap mobil bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang

    kurang dari 15 orang tidak termasuk pengemudi, harus mempunyaisekurang-kurangnya satu pintu keluar dan/atau masuk penumpang

  • 8/19/2019 angkutan barang

    55/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 22  

    pada dinding kiri bagian depan atau belakang, yang lebarnya

    sekurang-kurangnya 650 milimeter dan meliputi seluruh tinggi dinding.

    (2) Setiap mobil bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang

    sebanyak 15 orang atau lebih, tidak termasuk pengemudi, harus mem

    punyai sekurang-kurangnya:

    a.  satu pintu keluar dan/atau masuk yang lebarnya sekurang-kurang

    nya 1.200 milimeter yang meliputi seluruh tinggi dinding; atau

    b.  dua pintu keluar dan/atau masuk untuk penumpang, terdiri dari:

    1)  satu pintu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1); dan

    2) 

    satu pintu lainnya ditempatkan pada dinding kiri dengan lebarsekurang-kurangnya 550 milimeter dan meliputi seluruh tinggi

    dinding.

    (3) Pintu keluar/masuk untuk penumpang sebagaimana dimakssud da-lam

    ayat (1) dan ayat (2) harus menjamin kemudahan penggunaannya

    dan tidak terhalang.

    (4) 

    Anak tangga paling bawah dari pintu keluar/masuk penumpang

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) paling tinggi 350

    milimeter diukur dari permukaan jalan dan lebar sekurang-kurangnya

    400 milimeter.

    (5) Tangga pintu keluar/masuk penumpang yang dapat dilipat, harus

    dikonstruksi sedemikian sehingga anak tangga selalu berada pada

    tempatnya secara kukuh dan memenuhi ketentuan sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (4), jika pintu dibuka.

    7. Pasal 92

    (1) Di samping pintu keluar/masuk penumpang sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 91, setiap mobil bus harus pula mempunyai tempat keluar

    darurat pada kedua sisinya.

    (2) Jumlah tempat keluar darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

    sekurang-kurangnya:

    a. 

    satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan-kiri, jika

    muatannya tidak lebih dari 26 penumpang;

  • 8/19/2019 angkutan barang

    56/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 23  

    b.  dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan-kiri, jika

    muatannya antara 27 dan 50 penumpang;

    c.  tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara

    51 dan 80 penumpang;

    d. 

    empat pintu keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih

    dari 80 penumpang.

    ………………………… 

    (6) Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding sam

    ping kanan, harus memenuhi persyaratan:

    a.  memiliki lebar sekurang-kurangnya 430 milimeter;

    b. 

    mudah dibuka setiap waktu dari dalam.

    8. Pasal 93

    (1) Tempat keluar darurat diberi tanda dengan tulisan yang menyatakan

    tempat keluar darurat, dan penjelasan mengenai tata cara

    membukanya.

    (2) 

    Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas

    atau dilipat.

    9. Pasal 127

    (1) kendaran bermotor harus memenuhi ambang batas laik jalan, yang

    meliputi:

    a.  emisi gas buang kendaraan bermotor;

    b.  kebisingan suara kendaraan bermotor;

    c.  efisiensi sistem rem utama;

    d. 

    efisiensi sistem rem parkir;

    e.  kincup roda depan;

    f.  tingkat suara klakson;

    g.  kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama;

    h.  radius putar;

    i.  alat penunjuk kecepatan

     j. 

    kekuatan, unjuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing

     jenis, ukuran dan lapisan;k.  kedalaman alur ban luar.

  • 8/19/2019 angkutan barang

    57/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman - 24  

    (2) Untuk kendaraan-kendaraan tertentu sesuai peruntukannya, Menteri

    dapat menetapkan ambang batas laik jalan kendaraan bermotor

    selain yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

    (3) 

    Ketentuan ambang batas laik jalan kendaraan sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, ditetapkan dengan

    Keputusan Pimpinan instansi yang bertanggung jawab di bidang

    pengendalian dampak lingkungan setelah mendengar pendapat

    Menteri.

    (4) Keputusan laik jalan mengenai ambang batas laik jalan sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) selain huruf a dan huruf b, diatur dengan

    Keputusan Menteri.

    10. Pasal 128

    (1) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan

    baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri maupun diimpor,

    harus memenuhi persyaratan teknis ambang batas lain jalan sesuai

    dengan peruntukkannya.

    (2) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan

    yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    diberikan pengesahan dan sertifikat tipe setelah lulus uji tipe.

    11. Pasal 132

    (1) pengujian kendaraan bermotor dilaksanakan dalam rangka menjamin

    keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan umum.

    (2) Pelaksanaan pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    merupakan tanggung jawab pemerintah.

    (3) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi uji tipe dan

    atau uji berkala.

    12. Pasal 148

    (1) Setiap kendaraan bermotor jenis mobil bus, mobil barang, kendaraan

    khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c, d dan e,

    kereta gandengan dan kereta tempelan, dan kendaraan umum yangdioperasikan di jalan, wajib dilakukan uji berkala,

  • 8/19/2019 angkutan barang

    58/263

    Laporan Akhir

    Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek

    (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

    Bab II I Halaman -