angkutan barang
-
Upload
sujoko-skinz -
Category
Documents
-
view
263 -
download
0
Transcript of angkutan barang
-
8/19/2019 angkutan barang
1/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I Halaman - 1
1.1 LATAR BELAKANG
Pertumbuhan sektor ekonomi dan sektor-sektor lain di Indonesia akan terus
didorong oleh laju industri dan perdagangan di dalam dan luar negeri.
Dalam hubungan ini sektor transportasi berperan sangat penting dan
menentukan sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi,
sosial, politik dan menunjang mobilitas barang dan manusia, yang terus
tumbuh sebagai akibat perkembangan berbagai sektor.
Pengembangan sektor transportasi di Indonesia diupayakan dengan
pendekatan kesisteman menuju perwujudan Sistem Transportasi Nasional
(Sistranas) yang efisien, efektif dan terjangkau oleh masyarakat pemakai
jasa transportasi, baik dari aspek alokasi jaringannya maupun kewajaran
tarifnya.
Sementara itu kemajuan teknologi khususnya di bidang transportasi dan
pengemasan barang dengan peti kemas serta tuntutan kebutuhan
masyarakat industri maju mengarah kepada pelayanan angkutan dari
pintu kepintu (door to door service), baik dalam lingkup domestik maupun
internasional. Hal ini mendorong tumbuh berkembangnya angkutan
intermoda dalam kerangka Sistem Transportasi Intermoda dan Multimoda,
atau Combined Transport System yang diarahkan sekaligus untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas transportasi untuk pergerakan
manusia, logistik, distribusi .
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan, telah
menetapkan bahwa Angkutan Pemadu Moda merupakan pelayanan
pelengkap terhadap angkutan antar kota antar provinsi, angkutan antar
kota dalam provinsi dan angkutan kota.
Bab 1
Pendahuluan
-
8/19/2019 angkutan barang
2/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I Halaman - 2
Selain itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43
Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan
ditegaskan pula bahwa salah satu fungsi Direktorat Bina Sistem Transportasi
Perkotaan adalah penyusunan rencana teknis pemaduan moda
transportasi perkotaan yang menghubungkan antar simpul (bandara,
pelabuhan, stasiun, dan terminal) di kawasan perkotaan yang melebihi
satu wilayah administrasi propinsi.
Sebagaimana kita maklumi, kondisi pelayanan angkutan pemadu moda
dewasa ini belum sepenuhnya tertata dengan baik, belum terpola secara
integral terhadap semau jenis moda yang ada. Fenomena tersebut dapat
dilihat melalui beberapa indikasi, antara lain: belum adanya keterpaduan
layanan antar maupun intra moda dalam hal jadwal (frekuensi maupun
headway), sistem tiket, sistem informasi, jaminan kemudahan, fasilitas
perpindahan dan lain sebagainya, sehingga terjadi ketidak nyamanan di
kalangan pengguna jasa. Belum tersusunnya atau terpolanya pelayanan
angkutan pemadu moda di wilayah perkotaan tadi, dapat pula menjadi
salah satu pemicu dari besarnya minat masyarakat memilih penggunaan
kendaraan pribadi dibanding harus menggunakan angkutan pemadu
moda.
Wilayah operasional dari jaringan pelayanan angkutan pemadu moda
yang ada saat ini juga belum memadai dan tepat guna. Hal ini ditandai
dengan masih banyaknya pengguna kendaraan pribadi yang memasuki
area terminal, bandara, pelabuhan maupun stasiun dibanding pengguna
angkutan pemadu moda. Selain itu, pola pelayanan angkutan pemadu
moda yang ada cenderung belum terintegrasi secara penuh terhadappenyelenggaraan operasional semua moda angkutan, baik darat, rel, laut
maupun udara.
Menyadari kekurangan itu maka perlu dalam waktu dekat dilakukan
peningkatan pelayanan angkutan pemadu moda di wilayah Jakarta dan
sekitarnya dengan melakukan review pola pelayanan, mencakup rute,
headway, frekuensi, pentarifan, sistem tiket, jenis kendaraan, jam operasi,
fasilitas perpindahan penumpang, serta kebijakan kepengusahaan yangtepat guna.
-
8/19/2019 angkutan barang
3/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I Halaman - 3
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari kegiatan Perencanaan Teknis Penyusunan Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno –
Hatta & PelabuhanTanjung Priok) adalah sebagai berikut :
1. Maksud kegiatan :
Tersedianya Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Pemadu
Moda
2. Tujuan kegiatan ini adalah :
Menyusun pola pelayanan angkutan pemadu moda untuk Bandara
Soekarno – Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok
Berangkat dari maksud dan tujuan yang dikemukakan di atas, dan melalui
penggunaan metodologi pengumpulan data dan teknik analisis data
yang sesuai akan disusun draft perencanaan teknis penyusunan pola
pelayanan angkutan pemadu moda di Jabotabek (Bandara Soekarno-
Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok) dengan baik.
1.3
RUANG LINGKUP
Susunan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam studi Perencanaan
Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno – Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok) ini adalah sebagai
berikut :
1. Uraian Kegiatan, meliputi :
a. Studi Literatur;
b. Pengumpulan Data Sekunder antara lain :
1) Data Jaringan Trayek Angkutan Umum
2) Jadwal Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat, Kapal
3) Data Sosial Ekonomi
4) Data Jaringan Jalan
5) Data lain yang relevan
-
8/19/2019 angkutan barang
4/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I Halaman - 4
c. Penentuan cakupan wilayah Pelayanan dan Penzonaan dari
Angkutan Pemadu Moda Bandara Soeakrno – Hatta & Pelabuhan
Tanjung Priok;
d.
Melakukan survey-survey yang diperlukan, antara lain :
1)
Inventarisasi prasarana dan sarana angkutan pemadu moda
yang ada dan angkutan umum termasuk Kereta Api yang
ada di cakupan studi;
2) Preferensi pengguna bandara dan pengguna pelabuhan
e. Melakukan analisis hasil survey untuk mendapatkan gambaran Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek;
f.
Menyusun pola Pelayanan Pemadu Moda mencakup jaringan rute,
headway, frekuensi, jenis kendaraan yang digunakan, termasuk
pentarifan, dan waktu operasi yang terintegrasi dengan moda
angkutan yang lain.
g. Menyusun Rekomendasi Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda
di Jabotabek (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
2. Bentangan pekerjaan dimaksud terdiri dari 6 (enam) tahap, yaitu :
a.
Tahap persiapan, untuk mereview metodologi dan rencana kerja
serta persiapan menuju tahap selanjutnya
b. Tahap inventarisasi data, berupa data sekunder dan data primer
yang diperoleh dari hasil survei lapangan
c. Tahap analisis awal, meliputi analisis terhadap kinerja dan evaluasi
pelaksanaan angkutan pemadu moda saat ini
d. Tahap pemodelan transportasi untuk menggambarkan kondisi
jaringan alternatif rute angkutan pemadu moda, bertumpu pada
perkiraan potensi penumpang saat ini dan yang akan datang
e. Tahap penyusunan konsep lengkap mengenai Perencanaan
Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di
Jabotabek (Bandara Soekarno – Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
f. Tahap rekomendasi, yaitu tahap akhir yang akan menyajikan
keluaran sebagaimana tertera di dalam maksud, tujuan, dan
sasaran studi yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
-
8/19/2019 angkutan barang
5/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I Halaman - 5
3. Batasan Kegiatan
Wilayah kajian meliputi Bandara Soekarno – Hatta & Pelabuhan Tanjung
Priok berikut beberapa wilayah lain yang berpotensi memberi kontribusi
signifikan terhadap penggunaan Angkutan Pemadu Moda di Bandara
Soekarno – Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok.
1.4 LOKASI STUDI
Adapun tempat pelaksanaan kegiatan Perencanaan Teknis Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno –
Hatta dan Tanjung Priok) ini adalah di DKI Jakarta.
Gambar 1.1 Lokasi Studi
-
8/19/2019 angkutan barang
6/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I Halaman - 6
1.5 KELUARAN
Adapun indikator keluaran kegiatan Perencanaan Teknis Penyusunan Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno
– Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok) ini adalah sebagai berikut :
1. Indikator Keluaran Kualitatif
Hasil akhir kegiatan ini adalah tersusunnya draft Rencana Teknis Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno
– Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok).
2. Indikator Keluaran Kuantitatif
Selain laporan kualitatif, Perencanaan Teknis ini juga akan menyajikan
data kuantitatif yang dapat digunakan oleh Ditjen Perhubungan Darat
sebagai salah satu referensi untuk menyiapkan petunjuk pelayanan
angkutan pemadu moda di Bandara Soekarno – Hatta dan Pelabuhan
Tg Priok); sebagaimana diamanatkan Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM.43 Th 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun
2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan denganKendaraan.
-
8/19/2019 angkutan barang
7/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab X Halaman - 1
10.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil survey di bandara, dapat ditarik kesimpulan bahwa
karakteristik penumpang pewawat terbang adalah seperti terlihat pada
gambar berikut:
Pekerjaan Responden
14%
5%
34%19%
12%
12% 2%2%
Pegaw ai
Profesional
Karyaw an Swasta
Wirasaw asta
Pelajar/Mahasisw a
Ibu Rumah Tangga
Tidak BekerjaLainnya
2. Sedangkan latar belakang pendidikan penumpang, seperti tergambar di
bawah:
Pendidikan Responden
1% 4%
32%
9%38%
9% 7%
SD/Sederajat
SLP/Sederajat
SLA/sederajat
Diploma 1
sarjana /Starata 1
Pasca sarjana
Lainnya
Bab 10
Kesimpulan dan Rekomendasi
-
8/19/2019 angkutan barang
8/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab X Halaman - 2
3. Sedang daerah asal tujuan yang terbesar berdasarkan hasil survey
bandara adalah seperti tersaji dalam Tabel di bawah ini :
Proporsi WIlayah Produksi dan Attraksi
4. Berdasarkan hasil survey di atas, wilayah yang dapat diusulkan sebagai
tujuan rute baru adalah, Depok, Bintaro, Tangerang, Grogol, jatinegara
dan Cibubur.
5. Secara umum, proporsi penumpang bandara yang menggunakan
kendaraan pribadi dan kendaaan umum, berdasarkan hasil survey
adalah kendaraan umum sebesar 62% dan yang menggunakan
kendaraan pribadi sebesar 38%.
NO WILAYAH PRODUKSI& ATTRAKSI
%
1 BEKASI 22.82%
2 DEPOK 17.93%
3 BOGOR 14.30%
4 BANDUNG 10.73%
5 BINTARO 5.42%
6 SERANG 4.56%
7 BLOK M 0.68%8 TANGERANG 0.50%
9 PASAR MINGGU 0.43%
10 BREBES 0.33%
11 LEBAK BULUS 0.33%
12 SUBANG 0.33%
13 GROGOL 0.30%
14 JATINEGARA 0.30%
15 KEMAYORAN 0.30%
16 RANGKAS BITUNG 0.30%
17 CIBUBUR 0.28%
18 CIKAMPEK 0.28%
19 CILANDAK 0.28%20 MAJALENGKA 0.28%
22 RAWAMANGUN 0.28%
27 GAMBIR 0.23%
35
KAMPUNG
RAMBUTAN 0.20%
41 TANJUNG PRIOK 0.20%
-
8/19/2019 angkutan barang
9/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab X Halaman - 3
KENDARAAN YANG DI GUNAKAN
62%
38%
UMUM
PRIBADI
6. Dari hasil di atas, pengguna kendaraan umum Pemandu moda masih
cukup tinngi diminati masyarakat, sedemikan sehingga Pemandumoda masih tetap perlu dipertahankan, malah kalau bisa ditambah
rutenya, sehingga pengguna kendaraan umum meningkat.
7. Untuk Pemandu Moda Pelabuhan masih kurang layak untuk difasilitasi,
mengingat:
o Jadwal Kapal yang tidak beraturan dan tetap
o Pengguna kapal laut tidak mementingka waktu perjalanan
o Penumpang kapal laut yang dipentingkan perjalanan yang murah
o Bisa menggunakan angkutan bus umum yang reguler
o Dari hasil analisa akupansinya masih rendah, sehingga belum layak
dioperasikan atau subsidinya terlalu besar.
-
8/19/2019 angkutan barang
10/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab X Halaman - 4
10.2. Rekomendasi
1. Sistem Pemandu Moda tetap dipertahankan, Bila perlu ditingkatkan
atau ditambah rute baru.
2. Usulan rute baru berdasarkan analisa adalah:
o Depok
o Bintaro
o Tangerang
o Cibubur
3. Usulan rute baru disarankan secepat mungkin masuk jalan tol untuk
mempercepat perjalanan. Masing masing rute baru diusulkan
seperti tersaji dalam Bab 7
4. Usulan Tarif rute baru disajikan dalam T abel berikut:
NoRute
HasilAnalisa Usulan
1 Tangerang 6,000 20,000
2 Grogol 10,000 20,000
3 Jatinegara 11,000 20,0004 Bintaro 15,000 20,000
5 Cibubur 16,000 20,000
6 Depok 21,000 25,000
Tarif dalam kota diusulkan sama dengan tarif eksisting Rp. 20.000,-
5. Untuk memberi pelayanan yang baik Headway masing-masing bus
pemadu moda maksimal adalah 60 menit.6. Untuk jalur rencana headway dan jumlah armada masing – masing
wilayah adalah sebagai berikut :
-
8/19/2019 angkutan barang
11/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab X Halaman - 5
NO WILAYAH Headway (menit)
1 Grogol 30
2 Jatinegara 30
3 Tangerang 30
4 Bintaro 30
5 Cibubur 30
6 Depok 30
NO WILAYAH JUMLAH BUS
1. Grogol 5
2. Jatinegara 5
3. Tangerang 5
4. Bintaro 5
5. Cibubur 10
6. Depok 10
7. Selain di usulkan rute – rute baru, ada beberapa wilayah yang
mempunyai demand cukup tinggi tetapi berdasarkan hasil analisa
tidak memenuhi syarat nilai occupancy nya, sehingga kami
merekomendasikan wilayah – wilayah tersebut menggunakan
feeder dari dan ke bandara. Wilayah – wilayah tersebut adalah :
NO FASILITAS FEEDER TITIK PENGUMPUL1.
Merak Serang
2.Cikarang Bekasi
3.Grogol Ratu Plaza
4.Jatinegara Gambir
8. Sarana angkutan bus untuk rute baru spesifikasinya sama dengan
yang ada saat ini dengan kapasitas penumpang 36.
-
8/19/2019 angkutan barang
12/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab X Halaman - 6
9. Bandara Soekarno – Hatta merupakan kawasan diluar wilayah DKI
Jakarta yang mana pada daerah sekitarnya padat aktivitas,
sehingga jarak halte harus sedapat mungkin mengakomodasi
penumpang yang berasal dari kawasan aktivitas tersebut yang
akan dan dari bandara. Perencanaan lokasi halte untuk pemadu
moda Soekarno Hatta khususnya didasarkan pada kriteria berikut
ini :
a. Lokasi terminal harus sedapat mungkin lega dan dapat
menampung bus yang sedang menunggu antrian
b, Diharapkan agar halte dekat dengan fasilitas pendukung seperti
zebra cross atau jembatan penyeberangan orang
c. Lokasi Halte yang dipilih sedapat mungkin dihitung secara
efisien dengan melihat potensi bangkitan dan tarikan pada
masing-masing tata guna lahan yang dilewatinya.
d. Halte yang tersedia harus senyaman mungkin, bila perlu
beracc, mengingat demand penumpang adalah calon
penumpag pesawat terbang dengan status sosial menegah-
atas.
-
8/19/2019 angkutan barang
13/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 1
2.1 KARAKTERISTIK BANDARA SOEKARNO - HATTA
Bandara Soekarno Hatta mencatat laju pertumbuhan arus penumpang
domestik dan internasional cukup besar dalam lima tahun terakhir, yaitu
naik dari 24,703 pada tahun 2004 menjadi 35,156 juta pada tahun 2008 atau
naik rata-rata 10,57% per tahun; lihat T abel 2.1.
Tabel 2.1 Data Jumlah Penumpang Melalui Basoetta
PenumpangRealisasi tahun
2004 2005 2006 2007 2008
Domestik (juta)
Interna’nal (juta)
19,150
5,969
19,905
6,566
23,322
7,262
24,526
7,933
26,661
8,495
Jumlah (juta) 24,703 26,471 30,584 32,459 35,156
Pertumbuhan (%) - 7,16 15,54 6,13 8,31
Sumber: Angkasa Pura II, 2009 (diolah)
Adapun layout Bandara Soektta, tertera pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Layout Bandara Soekarno - Hatta
Bab 2
Gambaran Objek Studi
-
8/19/2019 angkutan barang
14/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 2
Tabel 2.2 Kapasitas Penumpang Bandara Soekatta Tahun 2008
Sumber : PT.Angkasa Pura II, 2009
Sementara iru, berdasarkan hasil analisis Direktorat LLAJ Departemen
Perhubungan yang menampilkan perbandingan antara kapasitas jasa
angkutan umum (bus dan taksi) yang tersedia ( supply) dihadapkan tingkat
permintaan (demand), dalam hal ini, jumlah penumpang pesawat udara
yang datang dan/atau berangkat ke/dari Bandara Soekarno Hatta pada
gambar di bawah ini, terlihat dengan jelas ikhwal adanya kepincangan
mencolok antara kedua faktor tersebut, minimal pada kurun waktu antara
tahun 2002 s/d 2005, sebagai berikut:
Sumber : Hasil Analisis Direktorat LLAJ, Departermen Perhubungan
Gambar 2.2 Perbandingan Penumpang Pesawat BSH per hari dengan
Kapasitas Angkutan Umum
Dari gambaran di atas terlihat bahwa pelayanan angkutan umum (bus dan
taksi) belum mampu secara optimal mencukupi kebutuhan jasa pelayanan
Terminal Luas Kapasitas
1A,1B, 1C dan 2F 184,817m2 32,458,946 org/thn
(terminal 1 dan 2)88,928 org/hari
2D dan 2E 107,200 m2
3 Pier 1 (29.800)m2
Linking (25.000)m2
-
8/19/2019 angkutan barang
15/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 3
angkutan penumpang yang datang maupun berangkat dari/ke Bandara
Soekarno-Hatta. Masih terdapat sekitar 51,5 % penumpang belum terlayani
oleh angkutan umum. Sebagian besar mereka memilih menggunakan jenis
angkutan lain, terutama kendaraan pribadi. Kondisi inilah yang menjadi
pemicu terjadinya kemacetan lalu lintas pada sebagian besar ruas jalan
menuju akses keluar/masuk Bandara Soekarno – Hatta.
Pengembangan Bandara
Garis besar kebijakan pengembangan Bandar Udara umumnya dilakukan
dengan mempedomani arah yang digariskan badan Internasional seperti
ARC ( Airport Region Conference). Sebagai contoh, kebijakan ARC untuk
pasar Eropa adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan angkutan umum diprogramkan sebesar 50% penumpang
pesawat dan 40% karyawan bandara
b. Jalur kereta api bandara perlu dibangun jika pengguna jasa bandara
mencapai kapasitas lebih dari 10 juta penumpang per tahun
c. Perlu disediakan angkutan umum terpadu yang diikuti kemudahan
akses pada bangunan terminal bandara
d.
Tarif angkutan umum harus kompetitif dibanding taksi dan ongkos parkir
serta biaya tol
e. Kondisi angkutan umum yang tersedia harus aman, nyaman, memiliki
sistem informasi standar angkutan udara dan memenuhi kelayakan
ekonomis dan keuangan yang stabil
Berdasarkan ketentuan yang digariskan ARC pula, syarat transportasi umum
bandara untuk kawasan Eropa, adalah:
a.
Layanan door to door pada terminal yang terletak di kawasan pusat
kota menggunakan jarak akses jalan kaki sekitar 350 m dari koneksi
terdekat. Untuk KA, jarak akses jalan kaki, harus lebih dekat dari itu.
b.
Penumpang pesawat sangat sensitif terhadap faktor waktu perjalanan
dan waktu tunggu. Oleh itu, headway angkutan pemadu moda yang
melayani jarak O – D relatif dekat, sebaiknya tidak melebihi 15 menit.
c. Tiket angkutan umum yang melayani bandara harus terjangkau dan
kompetitif terhadap taksi. Misalnya kurang dari sepertiga tarif taksi,
-
8/19/2019 angkutan barang
16/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 4
sehingga meski ada 3 orang yang pergi bersamaan, mereka tidak akan
memilih taksi tetapi, tetap naik angkutan pemadu moda
d. Waktu tunggu bisa dimanfaatkan penumpang untuk belanja, melihat-
lihat dan mencari informasi sehingga rancangan sebuah terminal harus
senyaman mungkin, termasuk kemudahan membawa bagasi.
Dari mempelajari ketentuan-ketentuan ARC yang terlihat di atas maka,
bandara Soekarno-Hatta perlu segera dikembangkan untuk mengantisipasi
semakin meningkatnya jumlah penumpang yang menggunakan moda
angkutan udara melalui Bandara Soekarno-Hatta. Tahap
pengembangannya adalah memperluas kawasan Bandara Soekarno-Hatta
dari semula 1800 Ha menjadi 3000 Ha; sekaligus memadukan peranbandara sebagai terminal keberangkatan atau kedatangan dengan
tempat transit moda angkutan udara berdasarkan konsep pusat bisnis dan
integrasi dengan multi moda antara lain; mobil pribadi dan angkutan
pemadu moda.
Pada saat studi ini dilakukan, Master Plan Bandara Soekarno-Hatta sudah
berubah, dengan percepatan rencana pembangunan terminal 3 sebagai
terminal low cost carrier . Dengan adanya terminal 3, serta re-forecastingpengguna bandara berdasarkan perkembangan ekonomi wilayah di masa
yang akan datang, kapasitas bandara akan mencapai 70 juta penumpang
pada tahun 2018. Secara tabelaris, rencana pengembangan Bandara
Soekarno-Hatta dijabarkan pada Tabel 2.3.
-
8/19/2019 angkutan barang
17/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 5
Tabel 2.3 Tahapan Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta
Jenis Fasilitas
Kapasitas
Maks
(MPA)
Tahun
JenuhTahapan Pembangunan
A1 Terminal 1 dan 2 + 26 2012
Desain Pengembangan Terminal 1 Thn 2003 Konstruksi Terminal 1 (Tahap I) Thn 2003
Desain pengembangan Terminal 2 dan
bangunan penghubung Thn 2004
Konstruksi Terminal 1 (Tahap II) Thn 2004
Konstruksi Terminal 2 dan bangunan
penghubung Thn 2004/2005
A2 Terminal 3 + 20 2022 Desain Terminal 3 Thn 2005/2006
Konstruksi Terminal 3 Thn 2008/2009
A3 Terminal 4 +20 2029 Desain Terminal 4 Thn 2015/2016
Konstruksi Terminal 4 Thn 2017/2018
A4 Terminal 5 +34 Desain Terminal 5 Thn 2024/2025
Konstruksi Terminal 5 Thn 2025/2026
B Runway I dan II + 74 2014 Desain R/W III dan Cross T/W Timur Thn
2009/2010
Konstruksi R/W III dan Cross T/W Timur Thn
2011/2012
C Pembebasan
Lahan Utara
100 - Secepatnya 3-4 thn sebelum Thn 2009/2010
Sumber : Angkasa Pura Ii, 2009
2.2 KARAKTERISTIK PELABUHAN TANJUNG PRIOK
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di
Indonesia yang mengambil tempat di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Selain
melayani jasa angkutan penumpang melalui laut, pelabuhan ini juga
berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor
maupun barang antar pulau.
Saat ini pelabuhan Tanjung Priok mempunyai wilayah perairan seluas 424
ha dan wilayah daratan seluas 604 ha. Mempunyai tiga jenis terminal,
yaitu terminal penumpang, terminal barang konvensional dan terminal
peti kemas.
-
8/19/2019 angkutan barang
18/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 6
Arus penumpang kapal laut melalui terminal penumpang pelabuhan
Tanjung Priok selama tahun 2008 mencapai 527.669 penumpang yang
berasal dari debarkasi 277.042 penumpang dan embarkasi 250.627
penumpang. Jumlah itu meningkat sekitar 12% dibanding tahun 2007 yang
tercatat sebesar 459.198 penumpang dengan rincian debarkasi 222.103
penumpang dan embarkasi 237.095 penumpang. Seluruh penumpang
angkutan laut di pelabuhan Priok dalam tahun 2008 diangkut dengan
1.135 unit kapal penumpang atau meningkat 35% dibanding jumlah kapal
yang mengangkut penumpang tahun 2007 sebesar 862 unit.
Terdapat dugaan bahwa kenaikan arus penumpang (12%) di atas terjadi
karena harga tiket pesawat udara pada rerata rute di dalam negeri mulainaik sepanjang tahun lalu. Selain itu, manajemen Cabang Pelabuhan Tg
Priok juga telah berkomitmen untuk terus menerus melakukan peningkatan
dan pembenahan pelayanan bagi penumpang di Terminal Penumpang
Nusantara Pura, termasuk pemisahan barang bawaan penumpang agar
lebih tertib.
Secara potensial, fasilitas pelayanan yang dimiliki pelabuhan Tanjung Priok
cukup memadai untuk melayani keluar masuk penumpang dan barang.Adapun lay out pelabuhan Tanjung Priok tertera pada Gambar 2.3.
berikut.
Gambar 2.3 Layout Pelabuhan Tanjung Priok
-
8/19/2019 angkutan barang
19/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 7
Kapasitas terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Priok adalah 5000
orang dengan luas 7.266 m2. Jumlah penumpang 7 tahun terakhir terus
menurun dari 1,67 juta pada tahun 2000 menjadi 0,43 juta pada tahun
2007; kecuali tahun 2008. Keterangan lebih jelas tertera pada gambar
dibawah ini.
Sumber : www.priokport.co.id
Gambar 2.4 Data Arus Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok
Tahun 2000 – 2008
Daerah yang menjadi hinterland Pelabuhan Tanjung Priok dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Sumber : www.priokport.co.id
Gambar 2.5 Daerah Hinterland Pelabuhan Tanjung Priok
http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/http://www.priokport.co.id/
-
8/19/2019 angkutan barang
20/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 8
2.3 KONDISI ANGKUTAN PEMADU MODA SAAT INI
2.3.1. Pemadu Moda Bandara Soekarno Hatta
Hingga saat ini, kegiatan pelayanan Angkutan Pemadu Moda, khususnya
untuk trayek antar kota antar provinsi dengan bus standar, sebagian besar
didominasi DAMRI, khususnya bus-bus DAMRI Bandara Soekarno-Hatta.
Satu satunya angkutan pemadu moda di luar DAMRI yang
mengoperasikan angkutan jenis ini ialah Primajasa dengan alokasi 30
armada untuk jurusan Bandung Supermall – Bandara Soekatta. Dewasa ini
bus DAMRI telah diberi izin untuk melayani 13 trayek dengan alokasi bus
sebesar 115 unit. Adapun rincian lengkap tentang rute dan karakteristik
lain terkait pelayanan angkutan Pemadu Moda Bandara Soekatta, adalahsebagai berikut.
Tabel 2.4 Rute dan karakteristik Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta
No TrayekJumlah
BusTarif
Jam Brgkt
(Trip I)Interval Operator
1 Gambir 19 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
2 Rawamangun 14 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
3 Blok M 15 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
4 Tanjung Priok 5 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
5 Kemayoran 2 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
6 Kp. Rambutan 15 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
7 Pasar Minggu 12 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
8 Bogor 16 Rp 30.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
9 Bekasi 16 Rp 28.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
10 Lebak Bulus 9 Rp 20.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
11 Serang-Banten 3 Rp 28.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
12 Mangga Dua 3 Rp 30.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
13 Cikarang 6 Rp 30.000,- 04.00 WIB 15 – 30 menit Damri
14 Bandung 30 Rp 75.000,- 02.00 WIB 60 menit Primajasa
Sumber : www.damri.co.id
Berdasarkan tabel 2.4 di atas terlihat bahwa penyelenggaraan angkutan
pemadu moda Bandara saat ini dilayani dua operator yaitu DAMRI dan
-
8/19/2019 angkutan barang
21/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 9
Primajasa. Secara keseluruhan, hingga sekarang bus-bus pemadu moda
DAMRI masih terbatas melayani angkutan penumpang Bandara melalui
trayek di dalam wilayah Jabotabek. Sedangkan angkutan pemadu moda
Primajasa melayani jurusan Bandung Supermall – Bandara PP.
Bus DAMRI dari dan ke Bandara saat ini melayani 13 trayek sebagaimana
tertera pada Tabel 2.4, Segmen pasar terbesar adalah penumpang untuk
penerbangan domestik. Selain untuk penumpang dari dan untuk pesawat
terbang, kemudahan bus DAMRI juga digunakan sebagai moda angkutan
bagi karyawan yang bekerja di Bandara. Frekuensi perjalanan lazimnya
mengikuti jadual pesawat terbang. Contoh untuk bus trayek Gambir,
Jakarta Pusat. Jumlah bus yang tersedia (SO) ada 18 unit. Setiap busmempunyai kapasitas tempat duduk 39. Pemberangkatan pertama dari
Gambir dimulai pukul 04.00 WIB dan terakhir berangkat pada pukul 19.00
WIB. Tetapi untuk waktu – waktu tertentu misal pada waktu liburan, dimana
banyak calon penumpang yang melakukan perjalanan menggunakan
pesawat terbang sehingga ada penambahan jam penerbangan, maka
jadual Damri mengikuti (disesuaikan dengan) jadual penerbangan atau
jam penerbangan terakhir.
Jarak headway diatur setiap 15 menit sekali atau lebih, tergantung jumlah
penumpang naik di Gambir, biasanya bila jumlah penumpang mencapai
9 orang bus DAMRI diberangkatkan. Bus-bus DAMRI berhenti di Bandara
Soekatta, pada semua terminal yaitu terminal 1A, terminal 1B, terminal 1C,
terminal 2D, terminal 2E, terminal 2F dan terminal 3. Begitupun sebaliknya,
DAMRI yang diberangkatkan dari Bandara, tersedia pada setiap terminal
kedatangan.
Kendala yang dihadapi DAMRI adalah sempitnya lahan parkir bus di
kawasan Gambir; begitu pula dengan trayek yang melayani kawasan blok
M karena belum tersedia lahan yang cukup untuk tempat pemberhentian
dan pemberangkatan. Untuk jelasnya, pada Gambar 2.6 dan 2.7 diberikan
ilustrasi bus DAMRI trayek Gambir dan, trayek Blok M dapat dilihat pada
Gambar 2.8.
-
8/19/2019 angkutan barang
22/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 10
Gambar 2.6 Bus Damri Bandara Soekarno – Hatta Trayek Gambir
Gambar 2.7 Tempat duduk pada Damri Bandara Soekarno - Hatta
-
8/19/2019 angkutan barang
23/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 11
Gambar 2.8 Bus Damri Bandara Soekarno – Hatta Trayek Blok M
Sejalan dengan itu, armada yang diberangkatkan dari Bandara Soekarno
– Hatta untuk mengisi trayek seperti tertera pada tabel 3.13. tersedia pada
semua terminal dengan rerata headway setiap 15 menit. Berdasarkan hasil
evaluasi terakhir, pada saat ini trayek untuk jurusan sekitar Jabotabek yang
belum diisi tetapi mempunyai demand cukup, ialah menuju ke Cikarang.
Gambaran secara sepintas mengenai tampilan bus DAMRI pada Bandara
Soekarno-Hatta beserta ruang tunggu terlihat pada Gambar 2.9 dan
Gambar 2.10.
-
8/19/2019 angkutan barang
24/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 12
Gambar 2.9 Damri Bandara Soekarno - Hatta
Gambar 2.10 Ruang Tunggu Damri
Bus-bus yang melayani jurusan Bandung Supermall menuju Bandar Udara
Soekarno Hatta PP, dioperasikan sejak 10 Oktober 2006. Angkutan yang
pemadu moda itu dioperasikan oleh PT Primajasa Perdanarayautama
bekerja sama dengan BSM dengan kapasitas tempat duduk 36. Primajasa
-
8/19/2019 angkutan barang
25/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 13
mendapat trayek eksklusif selama lima tahun, dengan syarat memenuhi
standar pelayanan yang ketat terutama soal kepastian jadwal.
Tempat untuk menaikkan penumpang bus pemadu moda Primajasa
adalah di terminal kedatangan 1B dan terminal 2E. Sedangkan untuk
tempat menurunkan penumpang adalah pada semua sub terminal
keberangkatan yaitu terminal 1A, 1B, 1C, 2D, 2E, dan 2F. Jaringan rute
yang dilalui bus-bus pemadu moda Primajasa adalah Bandung Supermall
(BSM), Kiaracondong, Jalan Soekarno Hatta, tol Buahbatu, Purbaleunyi,
Cikampek, jalan tol dalam kota Jakarta, Cengkareng, sampai ke Bandara
Soekarno Hatta.
Setiap penumpang dikenakan tarif Rp 75.000 dengan fasilitas bagasi
sampai 20 kilogram. Para penumpang hanya turun atau naik di BSM dan
Bandara Soekarno Hatta (point to point). Selama perjalanan, bus tidak
menurunkan atau menaikkan penumpang di jalan. Jam keberangkatan
dari BSM setiap jam sekali dimulai dari pukul 02.00-15.00. Keberangkatan
dari Bandara Soekarno Hatta juga diatur dengan interval setiap jam sekali,
dimulai pukul 08.00-21.00. Tiket dapat dipesan sehari sebelumnya atau
dapat dibeli langsung di loket BSM dan loket Bandara Soekarno Hatta
terminal kedatangan 1B dan terminal 2E.
Jenis bus yang digunakan super eksekutif dengan jumlah tempat duduk 36
dilengkapi toilet, dan penyejuk udara. Pemberangkatan bus dilaksanakan
sesuai jadwal dan tepat waktu tanpa mengenal jumlah penumpang
minimum. Bahkan, dengan satu penumpang sekalipun, bus tetap akan
diberangkatkan. Lama perjalanan 3-4 jam bila lalulintas lancar.
Hasil evaluasi pemerintah menunjukkan bahwa operasi bus pemadu moda
menghemat tiga juta liter BBM per tahun. Sedikitnya 42 persen pengguna
kendaraan pribadi yang menuju ke Bandara Soekarno-Hatta dari Bandung
juga terserap pemadu moda. Pengguna moda lain yang juga terserap
adalah penumpang kereta api hingga 29,4 persen, travel 27,33 persen,
bus umum 0,3 persen, dan pesawat 0,33 persen. Gambar bus primajasadapat dilihat pada Gambar 2.11 dan Gambar 2.12 berikut ini.
-
8/19/2019 angkutan barang
26/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 14
Gambar 2.11 Bus Primajasa Bandara Soekarno – Hatta
Gambar 2.12 Tempat duduk Bus Primajasa Bandara Soekarno - Hatta
-
8/19/2019 angkutan barang
27/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 15
2.3.2 Angkutan Umum di Tanjung Priok
Sebagai pelabuhan terbesar yang mempunyai peran penting tidak hanya
bagi wilayah DKI Jakarta dan Jabotabek, tapi juga bagi seluruh Indonesia,
sekarang maupun di masa depan, Tanjung Priok menghadapi berbagai
masalah aksesibilats yang rumit, antara lain belum tersedianya pemadu
moda bagi penumpang kapal laut dari dan ke Tanjung Priok. Buruknya
hubungan dengan jaringan jalan kota termasuk jalan tol dan manajemen
lalu lintas yang tidak efisien mengakibatkan terjadi kongesti di dalam dan
di sekitar pelabuhan Tanjung Priok, yang sangat menghambat pergerakan
barang di pelabuhan. Hal ini sebagian disebabkan karena beberapa
fasilitas penumpukan barang berada dan tersebar di dalam dan di sekitarpelabuhan. Tambahan pula banyak truk dan trailer bergrerak diantara
terminal dan depot-depot tersebut.
Pegaturan tata guna lahan dan penggunaan berbagai fasilitas yang
masih semrawut, seperti adanya lalu lintas penumpang dalam areal cargo
handling, membuat pelabuhan ini kurang nyaman sebagai tempat transit
penumpang kapal laut. Dewasa ini fasilitas angkutan jalan yang dapat
digunakan oleh penumpang kapal laut dari dan ke Pelabuhan Tg Priok
baru dilayani oleh taksi atau angkutan kecil lainnya yang disewa secara
khusus. Pada umumnya tingkat aksesibilitas penumpang kapal laut di
pelabuhan Tanjung Priok masih sulit kecuali mereka yang menggunakan
angkutan pribadi. Fasilitas angkutan umum dalam kota belum memasuki
kawasan pelabuhan, tetapi berhenti hingga sampai ke terminal angkutan
kota Tanjung Priok saja.
Terminal bus kota Tanjung Priok, yang memiliki luas 10 ribu meter persegi,
juga dipadati oleh berbagai warung makanan. Keberadaan halte busway
yang belum beroperasi dan dipagari seng menambah ruang dalam
terminal menjadi semakin sempit. Terminal Tanjung Priok terletak persis di
sebelah selatan pintu III Pelabuhan Tanjung Priok. Terminal ini kerap
menjadi biang macet kawasan tersebut. Bus dan angkutan umum yang
keluar dari terminal sering kali tidak langsung jalan, melainkan mengetemmenunggu penumpang di luar terminal.
-
8/19/2019 angkutan barang
28/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 16
Padahal jalan umum di depan terminal hanyalah selebar kira-kira tujuh
meter, atau hanya cukup untuk tiga lajur kendaraan. Bahkan, ketika ada
truk kontainer, badan jalan terasa jauh lebih sempit karena besarnya bodi
kontainer sehingga hanya muat untuk dua lajur kendaraan.
Selain terminal Tanjung Priok terdapat pula Stasiun Tanjung Priok terletak di
sebelah selatan terminal dan hanya dibatasi jalan selebar lima meter. Para
pengguna jalan yang berasal dari arah timur (Jalan R.E. Martadinata) dan
hendak ke arah Ancol harus melewati jalan melingkar yang berada di
antara stasiun dan terminal. Di bagian ini, angkutan umum juga kerap
menunggu penumpang sehingga menimbulkan kemacetan.
Melihat kodisi lalu lintas disekitar pelabuhan Tanjung Priok terutama dalam
penyediaan angkutan umum yang belum memadai, maka dalam studi ini
juga akan dikaji alternatif perencanaa teknis penyusunan pola pelayanan
angkutan pemadu moda di pelabuhan Tanjung Priok. Adapaun kondisi
lalu lintas di lingkungan sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, dapat
diilustrasikan pada gambar 2.13, 2.14, dqn 2.15 dibawah ini.
Gambar 2.13 Kondisi Pelataran Parkir di Pelabuhan Penumpang
Tanjung Priok
-
8/19/2019 angkutan barang
29/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 17
Gambar 2.14 Kapal Penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok
Gambar 2.15 Akses Keluar Masuk Pelabuhan Penumpang
-
8/19/2019 angkutan barang
30/263
Laporan AkhirPerencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II Halaman - 18
Gambar 2.16 Peta Rute Eksisting Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta
-
8/19/2019 angkutan barang
31/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 19
2.4 PENENTUAN BATAS WILAYAH STUDI DAN SISTEM ZONA
Area atau kawasan yang ditetapkan sebagai wilayah studi ialah Provinsi
DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat dan sisi barat Provinsi
Jawa Tengah. Zona diwakilkan oleh 1 (satu) pusat zona yang dibagi
menjadi 2 (dua) zona utama, yakni zona internal dan zona eksternal.
Pembagian zona diambil berdasarkan :
1. Daerah tangkapan studi diasumsikan meliputi seluruh pulau Jawa,
namun untuk zona internal ke Timur, dibatasi oleh jarak tengah antara
dua bandara yaitu bandara Soekarno – Hatta dan bandara Ahmad
Yani, Semarang.
2.
Untuk zona eksternal adalah di luar dari zona internal namun dibatasisampai pulau jawa mengingat hanya peralihan moda darat dan tidak
mencakup antar pulau
3. Jumlah penerbangan pada bandara Soekarno – Hatta mempunyai
frekuensi atau jadwal penerbangan yang paling padat dibandingkan
dengan bandara-bandara lain di Indonesia
4. Zona-zona yang dipilih dalam Laporan Pendahuluan ini, akan ditinjau
kembali untuk disesuaikan dengan besaran demand minimal setelah
survey lapangan dilakukan.
Data keterangan dan wilayah zona untuk wilayah studi selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 2.4.
-
8/19/2019 angkutan barang
32/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab I I Halaman - 20
Tabel 2.5 Kodefikasi dan Nama Zona
Kode Nama Zona Kode Nama Zona
BANTEN C.5 Karawang
B. 1 Cilegon C.6 Purwakarta
B.2 Rangkas Bitung C.7 Cikampek
B.3 Pandeglang C.8 Bandung
B.4 Serang C.9 Sukabumi
B.5 Tangerang C.10 Cianjur
DKI JAKARTA C.11 Ciamis
A.1 Blok M C.12 Garut
A.2 Lebak Bulus C.13 Tasikmalaya
A.3 Pasar Minggu C.14 Kuningan
A.4 Gambir C.15 Subang
A.5 Tanjung Priok C.16 Sumedang
A.6 Grogol C.17 Majalengka
A.7 Rawamangun C.18 Indramayu
A.8 Kemayoran C.19 Cirebon
A.9 Kampung Rambutan JAWA TENGAH
JAWA BARAT D.1 Brebes
C.1 Bekasi D.2 Tegal
C.2 Cikarang D.3 Purwokerto
C.3 Depok E Jawa Tengah dan Sekitarnya
C.4 Bogor F Jawa Timur dan Sekitarnya
-
8/19/2019 angkutan barang
33/263
Laporan AkhirPerencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II Halaman - 21
Gambar 2.17 Model Sistem Zona Permintaan Perjalanan
-
8/19/2019 angkutan barang
34/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 1
3.1 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
1. Pasal 2
Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan memperhatikan;
a. asas transparan;
b. asas akuntabel;
c. asas berkelanjutan;
d. asas partisipatif;
e. asas bermanfaat;
f.
asas efisien dan efektif;
g. asas seimbang;
h. asas terpadu; dan
i. asas mandiri.
2. Pasal 3
Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan tujuan:
a.
terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,selamat, tertib, lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain
untuk mendorong pererkonomian nasional, memajukan
kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa ser-ta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi
masyarakat.
Bab 3
Landasan Legalitas dan Teori
-
8/19/2019 angkutan barang
35/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 2
3. Pasal 7
(1) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam kegiatan
pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, badan hukum, dan / atau masyarakat.
(2)
Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi insdtansi masing-masing meliputi:
a. urusan pemerintahan di bidang Jalan oleh kementerian negara
yang bertanggung jawab di bidang Jalan.
b. urusan pemerintah di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
4. Pasal 47
(1) Kendaraan terdiri atas:
a.
Kendaraan Bermotor; dan
b. Kendaraan Tidak Bermotor.
(2) Kendaraan Bermotor dikelompokkan berdasarkan jenis:
a.
sepeda motor;
b. mobil penumpang;
c. mobil bus;
d. mobil barang; dan
e. kendaraan khusus.
(3) Kendaraan Bermotor mobil penumpang, mobil bus, dan mobil barang
dikelompokkan berdasarkan fungsi:
a. Kendaraan Bermotor perseorangan; dan
b. Kendaraan Bermotor Umum.
5. Pasal 48
(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
(2)
Persyaratan teknis terdiri atas:a. susunan;
-
8/19/2019 angkutan barang
36/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 3
b. perlengkapan;
c. ukuran;
d. karoseri;
e.
rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
f.
pemuatan;
g. penggunaan;
h. penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
i. penempelan Kendaraan Bermotor.
(3) Persyaratan laik jalan ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan
Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:
a.
emisi gas buang;b. kebisingan suara;
c. efisiensi sistem rem utama;
d. efisiensi sistem rem parkir;
e. kincup roda depan;
f. suara klakson;
g.
daya pancar dan arah sinar lampu utama;
h. radius putar;
i. akurasi alat penunjuk kecepatan;
j.
kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan
k. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan.
6. Pasal 93
(1) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk
mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas
dalam rangka menjamin Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelanca-ran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan:
a. penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau
jalur atau jalan khusus;
b.
pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan Kaki;
c.
pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;d. pemisahan atau pemilahan pergerakan arus Lalu Lintas
-
8/19/2019 angkutan barang
37/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 4
berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;
e. pemaduan berbagai moda angkutan;
f. pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;
g.
pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan; dan/atau
h.
perlindungan terhadap lingkungan.
(3) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas meliputi kegiatan:
a. perencanaan;
b. pengaturan;
c. perekayasaan;
d. pemberdayaan; dan
e.
pengawasan.
7. Pasal 94
(1) Kegiatan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat
(3) huruf a meliputi:
a. identifikasi masalah Lalu Lintas;
b.
inventarisasi dan analisis situasi arus Lalu Lintas;
c. inventarisasi dan analisis kebutuhan angkutan orang dan barang;
d. inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung jalan;
e.
inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung
Kendaraan;
f. inventarisasi dan analisis angka pelanggaran dan Kecelakaan Lalu
Lintas;
g. inventarisasi dan analisis dampak Lalu Lintas;
h. penetapan tingkat pelayanan; dan
i.
penetapan rencana kebijakan pengaturan penggunaan jaringan
Jalan dan gerakan Lalu Lintas.
(2) Kegiatan pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (3)
huruf b meliputi:
a. penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan
Lalu Lintas pada jaringan Jalan tertentu; dan
b.
pemberian informasi kepada masyarakat dalam pelaksanaan
kebijakan yang telah ditetapkan.(3) Kegiatan perekayasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat
-
8/19/2019 angkutan barang
38/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 5
(3) huruf c meliputi:
a. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan serta
perlengkapan Jalan yang tidak berkaitan langsung dengan
Pengguna Jalan;
b.
pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perleng
kapan Jalan yang berkaitan langsung dengan Pengguna Jalan;
dan
c. optimalisasi operasional rekayasa Lalu Lintas dalam rangka mening
katkan ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.
(4) Kegiatan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat
(3) huruf d meliputi pemberian:a. arahan;
b. bimbingan;
c. penyuluhan;
d. pelatihan; dan
e. bantuan teknis.
(5)
Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat
(3) huruf e meliputi:
a. penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan;
b.
tindakan korektif terhadap kebijakan; dan
c. tindakan penegakan hukum.
8. Pasal 137
(1) Angkutan orang dan / atau barang dapat menggunakan Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
(2)
Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa
Sepeda Motor, Mobil Penumpang, atau bus.
(3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan
mobil barang.
(4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:
a. rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis,
dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;
b.
untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan /atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau
-
8/19/2019 angkutan barang
39/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 6
c. kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan / atau Pemerintah Daerah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk
angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
9. Pasal 138
(1) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan
angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau.
(2) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(3) Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan
Kendaraan Bermotor Umum.
10. Pasal 139
(1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa
angkutan orang dan/atau barang antarkota, antarprovinsi serta lintas
batas negara
(2) Pemerintah Daerah provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan
umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam
provinsi
(3) Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menjamin tersedianya
angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam
wilayah kabupaten / kota.
(4) Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Pasal 140
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri
atas:
a.
angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek;
dan,
-
8/19/2019 angkutan barang
40/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 7
b. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam
trayek.
12. Pasal 141
(1)
Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi standar pelayanan
minimal yang meliputi:
a. keamanan;
b. keselamatan;
c. kenyamanan;
d. keterjangkauan;
e.
kesetaraan; danf. keteraturan
(2) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal seba-
gaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri
yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
13. Pasal 142
Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf a terdiri atas:
a. angkutan lintas batas negara;
b. angkutan antarkota antarprovinsi;
c. angkutan antarkota dalam provinsi;
d.
angkutan perkotaan; atau
e. angkutan pedesaan
14. Pasal 143
Kriteria pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus:
a.
memiliki rute tetap dan teratur;
-
8/19/2019 angkutan barang
41/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 8
b. terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan
penumpang di Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas
negara; dan
c.
menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang
ditentukan untuk angkutan perkotaan dan pedesaan.
15. Pasal 144
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun
berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b.
tingkat permintaan jasa angkutan;c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;
d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
e. kesesuaian dengan kelas jalan;
f. keterpaduan intramoda angkutan; dan
g. keterpaduan antarmoda angkutan.
16. Pasal 145
(1) Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 disusun dalam bentuk
rencana umum jaringan trayek.
(2) Penyusunan rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait.
(3) Rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a.
jaringan trayek lintas batas negara;
b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi;
c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi;
d. jaringan trayek perkotaan; dan
e. jaringan trayek pedesaan.
(4) Rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima tahun.
-
8/19/2019 angkutan barang
42/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 9
17. Pasal 151
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaran Bermotor Umum tidak
dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf b terdiri atas:
a.
angkutan orang dengan menggunakan taksi;
b.
angkutan orang dengan tujuan tertentu
c. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan
d. angkutan orang di kawasan tertentu.
18. Pasal 153
(1) Angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 151 huruf b dilarang menaikkan dan/atau menurunkanpenumpang di sepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar
pelayanan angkutan orang dalam trayek.
(2) Angkutan orang dengan tujuan tertentu diselenggarakan dengan
menggunakan mobil penumpang umum atau mobil bus umum.
19. Pasal 173
(1) Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan
orang dan/atau barang wajib memiliki:
a.
izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;
b. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/
atau
c. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.
(2) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku untuk:
a.
pengangkutan orang sakit dengan menggunakan ambulans; atau
b. pengangkutan jenazah.
20. Pasal 181
(1) Tarif angkutan terdiri atas tarif Penumpang dan tarif barang
(2) Tarif Penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a.
tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek; dan
b.
tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek.
-
8/19/2019 angkutan barang
43/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 10
21. Pasal 182
(1) Tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek terdiri atas:
a. tarif kelas ekonomi; dan
b.
tarif kelas nonekonomi.
(2)
Penetapan tarif kelas ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang
melayani trayek antarkota antarprovinsi, angkutan perkotaan, dan
angkutan pedesaan yang wilayah pelayanannya melampaui
wilayah provinsi;b. gubernur untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota
dalam provinsi serta angkutan perkotaan dan pedesaan yang
melampaui batas satu kabupaten/kota dalam satu provinsi;
c. bupati untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota
dalam kabupaten serta angkutan perkotaan dan pedesaan yang
wilayah pelayanannya dalam kabupaten; dan
d. walikota untuk angkutan orang yang melayani trayek angkutan
perkotaanyang wilayah pelayanannya dalam kota.
(3)
Tarif Penumpang angkutan orang dalam trayek kelas nonekonomi
ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif penumpang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri yang
bertanggung jawab langsung di bidang sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
22. Pasal 210
(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi
persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, persyaratan, dan prosedur
penanganan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan
yang diakibatkan oleh Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
-
8/19/2019 angkutan barang
44/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 11
3.2 UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
1. Pasal 4
Kereta api menurut jenisnya terdiri dari:
a. kereta api kecepatan normal;
b. kereta api kecepatan tinggi;
c. kereta api monorel;
d. kereta api motor induksi liear;
e. kereta api gerak udara;
f. kereta api levitasi magnetik;
g. trem; dan
h.
kereta gantung
2. Pasal 5
(1) Perkeretaapian menurut fungsinya terdiri atas:
a. perkeretaapian umum; dan
b. perkeretaapian khusus
(2) Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri dari:a. perkeretaapian perkotaan; dan
b. perkeretaapian antarkota
(3) Perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
hanya digunakan secara khusus oleh badan usaha tertentu untuk
menunjang kegiatan pokok badan usaha tersebut.
3. Pasal 6
(1)
Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
ayat (1) huruf a meliputi:
a. perkeretaapian nasional;
b. perkeretaapian provinsi; dan
c. perkeretaapian kabupaten/kota.
(2) Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan satu kesatuan sistem perkeretaapian yang disebut tatanan
perkeretaapian nasional.
-
8/19/2019 angkutan barang
45/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 12
(3) Sistem perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.
4. Pasal 7
(1)
Untuk mewujudkan tatanan perkeretaapian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1), ditetapkan rencana induk perkeretaapian.
(2) Rencana induk perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. rencana induk perkeretaapian nasional;
b. rencana induk perkeretaapian provinsi; dan
c.
rencana induk perkeretaapian kabupaten/kota.
5. Pasal 8
(1) Rencana induk perkeretaapian nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a disusun dengan memperhatikan:
(a) rencana tata ruang wilayah nasional; dan
(b)
rencana induk jaringan moda transportasi lainnya
(2) Rencana induk perkeretaapian nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan angkutan
perkeretaapian pada tatanan transportasi nasional
6. Pasal 18
Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan:
(a) pembangunan prasarana
(b) pengoperasian prasarana
(c)
perawatan prasarana; dan
(d) pengusahaan prasarana
7. Pasal 25
Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b meliputi kegiatan:
a.
pengadaan sarana
b.
pengoperasian sarana
-
8/19/2019 angkutan barang
46/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 13
c. perawatan sarana; dan
d. pengusahaan sarana.
8. Pasal 91
(1)
Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang
(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan
kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan.
9. Pasal 127
(1)
Angkutan kereta api dilaksanakan dalam lintas-lintas pelayanan keretaapi yang membentuk satu kesatuan dengan jaringan pelayanan
perkeretaapian.
(2) Jaringan pelayanan perkeretaapian sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi:
(a) jaringan pelayanan perkeretaapian antarkota; dan
(b)
jaringan pelayanan perkeretaapian perkotaan.
3.3 Penyelenggaraan Kereta Api Bandara Soekarno - Hatta
3.3.1 Jarak km, trase dan stasiun KA BSH
Berdasarkan penjelasan Direktur Jenderal Perkeretaapian di dalam Rapat
Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI tanggal 28 Mei 2008:
a. Panjang jalan kereta api Bandara Soekarno Hatta adalah ± 32,728 KM,
melalui Stasiun Manggarai, Stasiun Dukuh Atas, Stasiun Tanah Abang,
Stasiun Angke, Stasiun Pluit dan Terminal Bandara Soekatta.
b.
Di Stasiun Dukuh Atas, direncanakan Kereta Api Bandara Soekatta
akan berintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti subway,
busway dan, monorail.
c. Pada Stasiun Dukuh Atas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana
akan membuat Urban Development Guide Line (UGDL).
d. Di Stasiun Pluit, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meminta dibangun City
Check In.
Gambaran lengkap dari rencana trase dan stasiun Kereta Api Bandara
Soekatta, tertera di bawah ini.
-
8/19/2019 angkutan barang
47/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 14
Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009
Gambar 3.1 Jalur KA Bandara Soekarno - Hatta
3.3.2 Jadwal Pekerjaan Persiapan
a. Dari sumber yang sama, rencana pelaksanaan pekerjaan persiapan
pembangunan jalur KA Bandara Soetta, diprogramkan sbb.
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Pelaksanaan
Rencana Jadwal Pelaksanaan
8
No.
Uraian Kegiatan 2008 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
1 Penetapan Trase
2 Penyusunan FS dan DED3 Studi AMDAL
4
Pinjam Pakai Hutan
Mangrove
5Ijin Penggunaan BantaranSungai Ciliwung
6 Persiapan Pelelangana. Pembentukan panitia.
Lelang
b. Penyiapan dokumenLelang
7 Pelelangana. Pengumuman
Pelelangan
b. Prakualifikasi
c. Pemasukan penawarand. Evaluasi penawaran
e. Penetapan pemenang
f. Sanggahan
g. Negosiasi
8 Penandatanganan Kontrak(
9 Pelaksanaan Konstruksi 7
± 18 bulan
Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009
-
8/19/2019 angkutan barang
48/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 15
b. Gambaran perspektif dari Stasiun Bandara Soekarno Hatta dilihat dari
arah Timur, diilustrasikan seperti tertera di bawah ini.
Gambar Perspektif Stasiun BandaraGambar Perspektif Stasiun Bandara
Tampak Timur
12
Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009
Gambar 3.2 Gambar Perspektif Stasiun Bandara
3.4 PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan
1. Pasal 7
(1) Jaringan transportasi jalan diwujudkan dengan menetapkan rencana
umum jaringan transportasi jalan.
(2) Rencana umum jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), meliputi:
a. rencana umum jaringan transportasi jalan primer;
b.
rencana umum jaringan transportasi jalan sekunder.
(3) Rencana umum jaringan traansportasi jalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), memuat hal-hal sebagai berikut:
a.
rencana lokasi ruang kegiatan yang harus dihubungkan oleh ruang
lalu lintas;
b. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal dan
tujuan perjalanan;
c.
arah dan kebijaksanaan peranan transportasi di jalan dalam
keseluruhan moda transportasi;
-
8/19/2019 angkutan barang
49/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 16
d. rencana kebutuhan lokasi simpul;
e. rencana kebutuhan ruang lalu lintas.
2. Pasal 9
(1)
Rencana umum jaringan transportasi jalan merupakan pedoman
dalam penyusunan rencana umum dan perwujudan unsur-unsur
jaringan transportasi jalan
(2) Unsur-unsur jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi:
a. simpul berupa terminal transportasi jalan, terminal angkutan sungai
dan danau, setasiun kereta api, pelabuhan penyeberangan,pelabuhan laut, dan bandar udara;
b. ruang kegiatan berupa kawasan pemukiman, industri,
pertambangan, pertanian, kehutanan, perkantoran, perdagangan,
pari-wisata dan sebagainya;
c. ruang lalu lintas berupa jalan, jembatan atau, lintas
penyeberangan.
3. Pasal 14
(1)
Jaringan trayek ditetapkan dengan memperhatikan:
a. kebutuhan angkutan;
b. kelas jalan yang sama dan atau yang lebih tinggi;
c. tipe terminal yang sama atau lebih tinggi;
d. tingkat pelayanan jalan;
e. jenis pelayanan angkutan;
f.
rencana umum tata ruang;
g. kelestarian lingkungan.
(2) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan Menteri.
4. Pasal 40
(1)
Terminal terdiri dari:
a.
terminal penumpang;b. termin al barang.
-
8/19/2019 angkutan barang
50/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 17
(2) Terminal penumpang merupakan prasarana transportasi jalan untuk
keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan
intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan
dan pemberangkatan kendaraan umum.
(3)
Terminal barang merupakan prasarana transportasi jalan untuk
keperluan membongkar dan memuat baran g serta perpindahan intra
dan/atau antar moda transportasi.
5. Pasal 42
(1) Penentuan lokasi terminal dilakukan dengan mempertimbangkan
rencana umum jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksudPasal 7.
(2) Pembangunan terminal pada lokasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. rencana umum tata ruang;
b. kapasitas jalan;
c.
kepadatan lalu lintas;
d. keterpaduan dengan moda transportasi lain;
e. kelestarian lingkungan.
(3)
Penentuan lokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan tipe
terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ditetapkan dengan
keputusan Menteri.
(4) Penyelenggaraan terminal yang meliputi pengelolaan, pemeliharaan
dan penertiban terminal dilakukan oleh Menteri.
6. Pasal 43
(1) Terhadap penggunaan jasa pelayanan terminal dapaty dikenakan
pungutan.
(2) Jasa terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. jasa tempat bongkar muat barang dan atau naik turun
penumpang yang dinikmati oleh pengusaha angkutan;
b.
fasilitas parkir kendaraan umum menunggu waktu keberangkatan
yang dinikmati oleh pengusaha angkutan;
-
8/19/2019 angkutan barang
51/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 18
c. fasilitas parkir untuk umum selain tersebut dalam huruf a, yang
dinikmati oleh pengguna jasa.
(3) Tata cara pemungutan, besarnya pungutan serta penggunaan hasil
pungutan terminal ditetapkan dengan keputusan Menteri setelah
mendengar pendapat Menteri Dalam Negeri dan mendapat
persetujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang keuangan
negara.
7. Pasal 80
Kecepatan maksimum yang diizinkan untuk kendaraan bermotor:
a.
pada jalan kelas I, II, dan II A dalam sistem jaringan jalan primeruntuk:
1) mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang serta sepeda
motor adalah 100 kilometer per jam;
2) kendaraan bermotor dengan kererta gandengan atau
tempelan adalah 80 kilometer per jam;
b.
pada Jalan Kelas III B dalam sistem jaringan jalan primer untuk mobil
penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelan adalah 60 kilometer per jam;
c. pada Jalan Kelas III C dalam sistem jaringan jalan primer untuk
mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelan adalah 60 kilometer per jam.
d. Pada Jalan Kelas II dan III A dalam sistem jaringan jalan sekunder
untuk:
1) mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang adalah 70
kilometer per jam;
2) kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau
tempelan adalah 60 kilometer per jam;
e. pada Jalan Kelas III B dalam sistem jaringan jalan sekunder untuk
mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau keretatempelan adalah 50 kilometer per jam
-
8/19/2019 angkutan barang
52/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 19
f. pada Jalan Kelas III C dalam sistem jaringan jalan sekunder untuk
mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelanadalah 40 kilometer per jam.
8. Pasal 84
Pengemudi kendaraan bermotor wajib mengutaamakan keselamatan
pejalan kaki:
a. yang berada pada bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan
kaki;
b.
yang akan atau sedang menyeberang jalan.
9. Pasal 86
(1) Dilarang mengemudikan kendaraan bermotor melalui jalan yang
memiliki kelas jalan yang lebih rendah dari kelas jalan yang diizinkan
dilalui oleh kenderaan tersebut
(2)
Dilarang mengemudikan kendaraan bermotor barang tertentu yang
bermuatan di luar jaringan lintas yang telah ditetapkan
10. Pasal 87
(1) Menteri dapat menetapkan larangan penggunaan jalan tertentu
untuk dilalui kendaraan.
(2) Larangan penggunaan jalan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus
dinyatakan dengan rambu-rambu sementara.
11. Pasal 93
(1) Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan
atau tanpa pemakai jalanlainnya, mengakibatkan korban manusia
atau kerugian harta benda.
(2) Korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dapat berupa:
a.
korban mati;b. korban luka berat;
-
8/19/2019 angkutan barang
53/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 20
c. korban luka ringan.
(3) Korban mati sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, adalah
korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
kecelakaan tersebut.
(4) Korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b,
adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacad tetap atau
harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak
terjadi kecelakaan.
(5) Korban luka ringan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c,
adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian ayat (3) danayat (4).
3.5 PP No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi
1. Pasal 1
…………………………..
4. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih
dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk penge-mudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan
bagasi.
…………………………..
7. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan
untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
…………………………..
2. Pasal 2
(1) Kendaraan bermotor dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:
a. sepeda motor;
b. mobil penumpang;
c. mobil bus;
d. mobil barang;
e.
kendaraan khusus.
-
8/19/2019 angkutan barang
54/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 21
(2) Penggolongan lebih lanjut dari masing-masing jenis kendaraan
bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan
keputusan Menteri.
3. Pasal 3
(1) Konstruksi dari kenderaan bermotor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, terdiri dari:
a. landasan yang meliputi rangka landasan, motor penggerak, sistem
pembuangan, penerus gaya, alat kemudi, sistem roda-roda, sistem
suspensi, sistem rem, lampu-lampu dan alat pemantul cahaya serta
komponen pendukung;b. badan kendaraan.
4. Pasal 80
(1) Badan kendaraan harus dirancang cukup kuat untuk menahan semua
jenis beban sewaktu kendaraan bermotor dioperasikan dan diikat
kukuh pada rangka landasannya.
(2) Panda bagian dalam kendaraan bermotor tidak boleh terdapat
bagian yang menonjol yang dapat membahayakan keselamatan.
5. Pasal 81
(1) Setiap ruang pengemudi dan ruang penumpang harus mempunyai
pintu masuk dan/atau pintu keluar.
(2) Pintu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pengancing pintu
harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibuka tanpa
disengaja.
(3) Engsel pintu samping, kecuali pintu sorong, pada sisi kendaraan
bermotor harus dipasang pada sisi pintu di sebelah depan menurut
arah kendaraan.
6. Pasal 91
(1)
Setiap mobil bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang
kurang dari 15 orang tidak termasuk pengemudi, harus mempunyaisekurang-kurangnya satu pintu keluar dan/atau masuk penumpang
-
8/19/2019 angkutan barang
55/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 22
pada dinding kiri bagian depan atau belakang, yang lebarnya
sekurang-kurangnya 650 milimeter dan meliputi seluruh tinggi dinding.
(2) Setiap mobil bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang
sebanyak 15 orang atau lebih, tidak termasuk pengemudi, harus mem
punyai sekurang-kurangnya:
a. satu pintu keluar dan/atau masuk yang lebarnya sekurang-kurang
nya 1.200 milimeter yang meliputi seluruh tinggi dinding; atau
b. dua pintu keluar dan/atau masuk untuk penumpang, terdiri dari:
1) satu pintu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1); dan
2)
satu pintu lainnya ditempatkan pada dinding kiri dengan lebarsekurang-kurangnya 550 milimeter dan meliputi seluruh tinggi
dinding.
(3) Pintu keluar/masuk untuk penumpang sebagaimana dimakssud da-lam
ayat (1) dan ayat (2) harus menjamin kemudahan penggunaannya
dan tidak terhalang.
(4)
Anak tangga paling bawah dari pintu keluar/masuk penumpang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) paling tinggi 350
milimeter diukur dari permukaan jalan dan lebar sekurang-kurangnya
400 milimeter.
(5) Tangga pintu keluar/masuk penumpang yang dapat dilipat, harus
dikonstruksi sedemikian sehingga anak tangga selalu berada pada
tempatnya secara kukuh dan memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), jika pintu dibuka.
7. Pasal 92
(1) Di samping pintu keluar/masuk penumpang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 91, setiap mobil bus harus pula mempunyai tempat keluar
darurat pada kedua sisinya.
(2) Jumlah tempat keluar darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
sekurang-kurangnya:
a.
satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan-kiri, jika
muatannya tidak lebih dari 26 penumpang;
-
8/19/2019 angkutan barang
56/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 23
b. dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan-kiri, jika
muatannya antara 27 dan 50 penumpang;
c. tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara
51 dan 80 penumpang;
d.
empat pintu keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih
dari 80 penumpang.
…………………………
(6) Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding sam
ping kanan, harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki lebar sekurang-kurangnya 430 milimeter;
b.
mudah dibuka setiap waktu dari dalam.
8. Pasal 93
(1) Tempat keluar darurat diberi tanda dengan tulisan yang menyatakan
tempat keluar darurat, dan penjelasan mengenai tata cara
membukanya.
(2)
Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas
atau dilipat.
9. Pasal 127
(1) kendaran bermotor harus memenuhi ambang batas laik jalan, yang
meliputi:
a. emisi gas buang kendaraan bermotor;
b. kebisingan suara kendaraan bermotor;
c. efisiensi sistem rem utama;
d.
efisiensi sistem rem parkir;
e. kincup roda depan;
f. tingkat suara klakson;
g. kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama;
h. radius putar;
i. alat penunjuk kecepatan
j.
kekuatan, unjuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing
jenis, ukuran dan lapisan;k. kedalaman alur ban luar.
-
8/19/2019 angkutan barang
57/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman - 24
(2) Untuk kendaraan-kendaraan tertentu sesuai peruntukannya, Menteri
dapat menetapkan ambang batas laik jalan kendaraan bermotor
selain yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3)
Ketentuan ambang batas laik jalan kendaraan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, ditetapkan dengan
Keputusan Pimpinan instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan setelah mendengar pendapat
Menteri.
(4) Keputusan laik jalan mengenai ambang batas laik jalan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) selain huruf a dan huruf b, diatur dengan
Keputusan Menteri.
10. Pasal 128
(1) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan
baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri maupun diimpor,
harus memenuhi persyaratan teknis ambang batas lain jalan sesuai
dengan peruntukkannya.
(2) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan
yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diberikan pengesahan dan sertifikat tipe setelah lulus uji tipe.
11. Pasal 132
(1) pengujian kendaraan bermotor dilaksanakan dalam rangka menjamin
keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan umum.
(2) Pelaksanaan pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
merupakan tanggung jawab pemerintah.
(3) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi uji tipe dan
atau uji berkala.
12. Pasal 148
(1) Setiap kendaraan bermotor jenis mobil bus, mobil barang, kendaraan
khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c, d dan e,
kereta gandengan dan kereta tempelan, dan kendaraan umum yangdioperasikan di jalan, wajib dilakukan uji berkala,
-
8/19/2019 angkutan barang
58/263
Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
Bab II I Halaman -