Angka Kematian Ibu Maternal

3
Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Sampai dengan saat ini informasi tentang AKI masih berpedoman pada hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Menurut SKRT, AKI Nasional menurun dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai AKI. Kemudian pada tahun 2002-2003, AKI menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2003. AKI provinsi Sumatera Selatan masih berpedoman pada hasil SUSENAS 2005 yaitu 262 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKI cenderung mengalami penurunan. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut di masa mendatang sulit dicapai. Gambar diatas menunjukkan penyebab tertinggi kematian ibu dari tahun 2006 hingga 2009 adalah perdarahan, dan mengalami peningkatan cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 62 kasus. Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 150,93 per 100.000 kelahiran hidup (143 kematian), sedangkan pada tahun 2008 adalah 79,31 per 100.000 kelahiran hidup (124 kematian). Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010 Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang

Transcript of Angka Kematian Ibu Maternal

Page 1: Angka Kematian Ibu Maternal

Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)Sampai dengan saat ini informasi tentang AKI masih berpedoman pada hasilSurvei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Menurut SKRT, AKI Nasional menurundari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenaiAKI. Kemudian pada tahun 2002-2003, AKI menjadi 307 per 100.000 kelahiranhidup berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI)2003. AKI provinsi Sumatera Selatan masih berpedoman pada hasil SUSENAS 2005yaitu 262 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKI cenderungmengalami penurunan. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapaisecara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup,maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakantarget tersebut di masa mendatang sulit dicapai. Gambar diatas menunjukkan penyebab tertinggi kematian ibu dari tahun 2006hingga 2009 adalah perdarahan, dan mengalami peningkatan cukup tinggidibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 62 kasus.Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 150,93per 100.000 kelahiran hidup (143 kematian), sedangkan pada tahun 2008 adalah79,31 per 100.000 kelahiran hidup (124 kematian). Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatantahun 2010

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan, di seluruh dunia lebih dari 585 ribu ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal (BKKBN, 2009). Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi di kawasan ASEAN, walaupun sudah terjadi penurunan dari 307 per 100 ribu kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 248 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007). Upaya pemerintah dalam rangka menurunkan AKI di Indonesia pada tahun 2000 dengan merancangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan strategi sektor kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. Salah satu strategi MPS adalah mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga. Output yang diharapkan dari strategi tersebut adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2001). Peran suami dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu selama hamil seperti mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menganjurkan ataupun memilihkan tempat pelayanan serta bidan atau dokter sekaligus mengantarkan istrinya ketika berkonsultasi. Ketika suami mengantarkan istrinya untuk pemeriksaan dan konsultasi, suami dapat belajar untuk mengenal tanda-tanda komplikasi kehamilan sehingga ketika kondisi istri membutuhkan pertolongan kesehatan, suami dapat ikut berperan. Suami merupakan pemegang keputusan utama dalam keluarga yang memiliki peranan besar dalam penentuan perencanaan kesehatan istrinya agar tidak mengalami keterlambatan dalam mencari pertolongan, keterlambatan mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas kesehatan (BKKBN, 2008).

Page 2: Angka Kematian Ibu Maternal

Ketidaktahuan suami dalam mengenal komplikasi, keterlambatan mengenal bahaya di rumah, keterlambatan fasilitas pelayanan kesehatan cukup berakibat fatal. Pada umumnya suami tidak mengetahui adanya tanda bahaya di rumah, walaupun suami atau anggota keluarga mengetahui adanya keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Selama ANC suaminya tidak mengetahui jadwal ANC, sehingga suami terkadang mengantar istrinya periksa hamil jika kebetulan ia berada di rumah. Disamping itu suaminya tidak pernah bertanya atau mencari informasi kepada bidan, teman atau orangtua perihal kehamilan istrinya. Suami juga tidak mengetahui tanda bahaya yang terjadi di rumah dan kondisi ibu hamil serta risiko yang dapat muncul secara tiba-tiba, sebagai akibat dari faktor usia, jarak kehamilan, jumlah anak dan beban kerja (BKKBN, 2008). Keikutsertaan pria secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul “What Your Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi