Angka kematian di rumah sakit

7
ANGKA KEMATIAN DI RUMAH SAKIT, ADA APA DENGANNYA, …. oleh: JONI RASMANTO, SKM, MKES* Tulisan ini terinspirasi dari pesan singkat sahabat yang sedang mengikuti RAPAT di BAPPEDA, entah apa pembahasannya di awal tahun ini, yan semua SKPD: “barangkali perihal kinerjaatau pertanggungjawaban SKPD tahun 2011, atau perihal LAKIP”. Bukannya tidak mau nanya sama yang bersangkutan. Berbagaiindikator jikadiberlakukan dan dijadikan perhatian berlaku dan seharusnya diberlakukan dan menjadi perhatian di jajaran pemerintah mengevaluasi kinerja pelayanan kesehatan baik itu di puskesmas dan at sakit daerah dan atau di Dinas Kesehatan Kabupaten. Berbagai kebij untuk dan bagi semuanya, kebijakan DEPDAGRI barangkali perihal SPM dan LAKI DEPKEU barangkali tentang pengelolaan anggaran dan penerimaan retribusi, DE jelas ke arah mutu pelayanan kesehatan. Dari pengalaman kerja, setahu penulis; analisa data pelayanan kesehatan sebatas trend, jika membandingkan dengan standar belumlah seluas da kajian ilmiah yang proporsional, adil dan komprehensif, hanya sebatas memba dalam porsiangka kuantitatif yang dideskripsikan dengan kwalitatif. Apakah ini dikarenakan kompetensi sumber daya manusia yang ada di institusi tersebut a beberapa variable lain yang menyebabkan hal itu tidak dilaksanakan. Angka kematian adalah indikator hasil kinerja dari sebuah prose kesehatan, di rumah sakit ada kematian di bawah 48 jam dan ada kematian di jam, kematian yang terjadi di bawah 48 jam diindikasikan jika ter karena faktor tingkat kegawatan yang berpihak atau berada pada pas kondisi pasien lebih menentukan kematiannya. Selanjutnya dapat dijel peran proses pelayanan kesehatan dengan berbagai sumber dayanya dalam kemat di bawah 48 jam belumlah selesai dilaksanakan. Obat saja yang kit Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only

Transcript of Angka kematian di rumah sakit

Page 1: Angka kematian di rumah sakit

ANGKA KEMATIAN DI RUMAH SAKIT,

ADA APA DENGANNYA, ….

oleh: JONI RASMANTO, SKM, MKES*

Tulisan ini terinspirasi dari pesan singkat seorang

sahabat yang sedang mengikuti RAPAT di BAPPEDA,

entah apa pembahasannya di awal tahun ini, yang ikut

semua SKPD: “barangkali perihal kinerja atau

pertanggungjawaban SKPD tahun 2011, atau perihal

LAKIP”. Bukannya tidak mau nanya sama yang bersangkutan.

Berbagai indikator jika diberlakukan dan dijadikan perhatian berlaku dan

seharusnya diberlakukan dan menjadi perhatian di jajaran pemerintah daerah dalam

mengevaluasi kinerja pelayanan kesehatan baik itu di puskesmas dan atau di rumah

sakit daerah dan atau di Dinas Kesehatan Kabupaten. Berbagai kebijakan berlaku

untuk dan bagi semuanya, kebijakan DEPDAGRI barangkali perihal SPM dan LAKIP,

DEPKEU barangkali tentang pengelolaan anggaran dan penerimaan retribusi, DEPKES

jelas ke arah mutu pelayanan kesehatan.

Dari pengalaman kerja, setahu penulis; analisa data pelayanan kesehatan hanya

sebatas trend, jika membandingkan dengan standar belumlah seluas dan sedalam

kajian ilmiah yang proporsional, adil dan komprehensif, hanya sebatas membandingkan

dalam porsi angka kuantitatif yang dideskripsikan dengan kwalitatif. Apakah ini

dikarenakan kompetensi sumber daya manusia yang ada di institusi tersebut atau ada

beberapa variable lain yang menyebabkan hal itu tidak dilaksanakan.

Angka kematian adalah indikator hasil kinerja dari sebuah proses pelayanan

kesehatan, di rumah sakit ada kematian di bawah 48 jam dan ada kematian di atas 48

jam, kematian yang terjadi di bawah 48 jam diindikasikan jika terjadi adalah semata

karena faktor tingkat kegawatan yang berpihak atau berada pada pasien, artinya

kondisi pasien lebih menentukan kematiannya. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa

peran proses pelayanan kesehatan dengan berbagai sumber dayanya dalam kematian

di bawah 48 jam belumlah selesai dilaksanakan. Obat saja yang kita makan akan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 2: Angka kematian di rumah sakit

bereaksi terhadap tubuh dan tubuh bereaksi terhadap obat memerlukan waktu lebih

dari 4 jam, itupun jika kita dengan kondisi yang dapat dikatakan sehat.

Sedangkan kematian di atas 48 jam jika terjadi di unit pelayanan kesehatan

dimana proses pelayanan kesehatan sudah diberikan dengan kondisi standarisasi dari

berbagai unsur manajemennya masih perlu dipertanyakan lagi. Kenapa demikian?.

Jawabnya adalah:

1. keadaan atau perjalanan penyakit pasien pada waktu masuk rumahsakit

sudah sedemikian lanjut, sehingga metoda-metoda pelayanan medis yang

efektif tidak ada (tidak diinginkan oleh pasien dan atau oleh anggota

keluarganya yang bertanggungjawab), dan kematian merupakan akibat yang

sudah diperkirakan sebelumnya.

2. hasil pemeriksaan catatan medik menunjukkan bahwa kematian jelas

merupakan akibat langsung dari campur tangan dokter yang merawatnya,

dari kegagalan untuk mendiagnosis dengan tepat atau pada waktunya, atau

ada faktor dari SIPL PK rumahsakit.

3. catatan medik memperlihatkan bahwa kejadian penyebab yang

mengakibatkan kematian sewajarnya tidak dapat diperkirakan.

4. sebab kematian sedemikian rupa sehingga sewajarnya dapat diperkirakan

sebelumnya dan apa yang ditulis (tertulis) dalam catatan medik

membuktikannya. Meskipun kejadian penyebab sebenarnya dapat

diperkirakan sebelumnya dan usaha-usaha pencegahan yang diketahui

sudah dilakukan dengan tepat dan pada waktunya (kecuali apabila ada bukti

bahwa usaha itu tidak diingini), kejadian penyebab tetap terjadi juga.

5. kejadian penyebab sewajarnya dapat diperkirakan hanya dengan pengertian

bahwa mereka yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien harus

waspada dan mengamati tanda-tanda serta gejala-gejala awal dari

kemungkinan permulaan komplikasi-komplikasi atau kegagalan-kegagalan,

supaya dapat sembuh secara normal. Pembenaran pembenaran dalam

kategorii ini dapat berdasarkan atas apa yang tertulis dalam cacatan dokter

(catatan medik) dan atau catatan perawat, yaitu:

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 3: Angka kematian di rumah sakit

a. pengamatan profesional dengan atau tanpa menggunakan peralatan

kesehatan yang tersedia yang dilakukan terus menerus sehingga

permulaan penyakit dapat dikenal pada waktunya, ada komunikasi pada

waktunya, diagnosis dan usaha usaha responsif tampaknya tepat, tetapi

kematian terjadi juga.

b. Walaupun pengamatan profesional yang terus menerus dilakukan dan

tepat seperti yang tertulis dalam catatan medik, kejadian penyebab timbul

dalam keadaan tanda-tanda serangan awal tidak ada atau menyesatkan,

sehingga kegagalan dari usaha apa saja yang diberikan dapat

dibenarkan.

Upaya validasi hasil check list dilakukan wawancara mendalam dengan 5 (lima)

materi pokok, yaitu audit, rekam medik, PSO, catatan dokter/catatan perawat dan

kematian pasien terhadap tenaga kesehatan di instalasi ranap. Jawaban dari

wawancara ini diolah secara koding memakai opencode software untuk mengetahui

pembenaran atas check list kelengkapan rekam medik dan penyimpangan kematian.

Kematian dari analisa ini adalah kematian di atas 48 jam yang dibenarkan dan

yang tidak dibenarkan. Untuk kematian yang tidak dibenarkan, informasi kualitatif dari

pendalaman kasusnya dapat dijadikan informasi actual, factual dan komprehensif untuk

perbaikan proses pelayanan kesehatan guna mewujudkan mutu pelayanan kesehatan

yang sama-sama kita harapkan dapat terwujud.

Kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia, namun demikian

kematian juga merupakan salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan yang penting.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari tahun 2005-2010

diperkirakan terdapat 850 kematian per 100.000 penduduk yang terjadi setiap

tahunnya. (WHO, 2010). Di Inggris dan Wales pada tahun 2005 lebih kurang 73% dari

total kematian terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit (RS). Tingginya

angka kematian di RS merupakan pertanda akan kemungkinan adanya masalah mutu

pelayanan yang memerlukan tindakan perbaikan, hal ini ditunjukan antara lain dalam

buku “to err is human” dari IOM maupun dari penelitian yang dilakukan oleh Hayward

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 4: Angka kematian di rumah sakit

(2001) yang mengungkapkan bahwa kurang lebih 22,7% dari kematian yang terjadi di

RS sebenarnya dapat dihindarkan dengan perawatan optimal.

Dalam upaya meningkatkan perawatan yang optimal, audit kematian sering

digunakan sebagai alat untuk mengembangkan strategi penurunkan angka kematian,

bahkan audit kematian sudah digunakan oleh Florence Nightingale pada abad 19

(Wright, et al., 2006). Dengan audit kematian dapat ditemukan variasi yang luas dari

penyebab mortalitas di rumah-sakit, beberapa sebagai akibat dari komplikasi yang

diderita oleh pasien, namun beberapa kasus lain tidak dapat dijelaskan penyebab

kematian dan menjadi cerminan dari kualitas pelayanan (Jarman et al., 2005).

Tingginya angka kematian bukanlah merupakan masalah yang tidak dapat diatasi.

Beberapa intervensi telah dikembangkan untuk menyusun dan menerapkan sebuah

program yang dapat menurunkan angka kematian. Salah satu yang tercatat pernah

dilakukan adalah di Bradford Teaching Hospital pada tahun 2002, melalui sebuah

Hospital Mortality Reduction Programme. Program ini berhasil menurunkan sebanyak

905 kematian selama periode 2002-2005 atau dari 94,6% kematian pada tahun 2001

menjadi 77,5% pada tahun 2005. Selain itu Institute for Healthcare Improvement (IHI)

membuat program untuk menyelamatkan 100.000 nyawa dengan menurunkan angka

kematian pasien rawat inap di rumah sakit di Amerika dikenal dengan nama The

100.000 Lives Campaign.

1. Audit Kematian

Berbagai istilah digunakan untuk kegiatan evaluasi kasus-kasus kematian yang

terjadi di sarana pelayanan kesehatan termasuk di rumah sakit antara lain: Audit

Kematian, Mortality Audit, Mortality Review, Mortality Meeting, Death Conference,

Review of Death, Expert Mortality Panel. Evaluasi tersebut terutama untuk

mengidentifikasi apakah kematian yang terjadi merupakan kematian yang dapat

dihindari/avoidable death atau kematian yang tidak dapat dihindari/inevitable death.

Beberapa penelitian menggambarkan banyaknya kematian yang dapat dicegah atau

yang seharusnya tidak terjadi, sebanyak 44.000 sampai dengan 98.000 kematian per

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 5: Angka kematian di rumah sakit

tahun di Amerika (IOM, 1999) atau 11% kematian di ICU membuat kegiatan audit

kematian dinilai perlu dilakukan secara rutin. (VMIA, 2010)

Berbagai metode dapat dilakukan pada audit kematian, namun demikian metode

dapat digolongkan menjadi 2 metode. Metode pertama disebut sebagai metode

tradisional (mortality meeting) atau karena seringkali juga membahas mengenai

penyakit tertentu sehingga juga disebut sebagai morbidity and mortality meeting (M&M

meeting), metode ini sudah dikembangkan sejak tahun 1910 an terutama oleh dokter

bedah dan anesthesi di Amerika untuk mengidentifikasi adanya medical error. Metode

ini kemudian berkembang lebih kearah pendidikan kedokteran (terutama pendidikan

dokter spesialis) dimana kasus kematian yang dipresentasikan dipilih dan disesuaikan

dengan kebutuhan pendidikan ataupun kasus yang dianggap menarik sehingga tidak

semua kasus kematian dievaluasi. Pada pelaksanaannya M&M meeting ini juga sering

menghabiskan waktu lebih banyak untuk presentasi kasus dan tanggapan dari

narasumber (konsulen) sehingga tidak banyak proses diskusi dan indentifikasi masalah

dalam sistem pelayanan hingga usulan upaya perbaikan (VMIA, 2010)

Metode kedua adalah dengan pendekatan terstruktur dengan kompen-komponen:

Pengumpulan dan penyajian data kematian yang dikumpulkan secara teratur (meliputi

data demografi, data kontinue, angka/rate kematian, perbandingan dengan RS lain, per

unit/jenis penyakit; per individu pasien); Pengambilan dan analisa data klinik kasus

kematian (clinical mortality information); Identifikasi pola klinik; Penerapan perbaikan

sistem atau praktek medik/klinik; dan Evaluasi.

Terdapat beberapa cara audit kematian melalui pendekatan terstruktur ini, ada

yang simpel seperti dilakukan Behal (2009) yang mengevaluasi kematian yang terjadi

dengan hanya menjawab dua pertanyaan pokok: Pertama tentang bagaimana tingkat

keparahan dan kompleksitas kondisi/penyakit pasien? Kedua tentang kemungkinan

terdapatnya masalah mutu pelayanan yang terkait dengan penerapan evidence based

practices atau sistem. Atau pendekatan yang lebih kompleks seperti yang dilakukan

oleh VMIA ataupun di Western Australia dimana seluruh kasus kematian diidentifikasi

terlebih dahulu karekteristiknya seperti umur, jenis kelamin, diagnosa masuk, lama

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 6: Angka kematian di rumah sakit

perawatan, hari meninggal, dan sebagainya. Kemudian diikuti dengan identifikasi

adanya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) melalui trigger tools. Apabila terdapat 1 atau

lebih trigger maka kasus kematian tersebut dibahas ditingkat peer review untuk

ditentukan apakah merupakan kasus kematian yang dapat dicegah atau tidak

Kematian dikatakan tidak dapat dicegah bila memenuhi salah satu kriteria berikut:

Suatu kasus terminal yang tidak dapat kembali baik; Keadaan penyebab tidak dapat

diatasi walaupun diagnosis yang dibuat sudah tepat; Pengobatan sudah diberikan

dengan cara yang memadai dan tepat pada waktunya. Sedangkan kematian disebut

dapat dicegah bila: Penyebab kematian tidak didukung dengan data/bukti yang ada;

Tindakan pencegahan munculnya penyebab kematian tidak adekuat; Pencegahan tidak

dilakukan; Penyebab kematian tidak diketahui; Diagnosis terlambat ditegakkan;

Pengobatan atas diagnosis tidak adekuat

2. Upaya menurunkan angka kematian rumah sakit

Dari data agregat seluruh kasus kematian yang diaudit maka dapat diidenfikasi

besarnya kasus kematian yang seharusnya dapat dicegah, dilanjutkan dengan diskusi

untuk menentukan penyebab masalah dan tindak lanjut yang memiliki potensi untuk

menurunkan angka kematian. Upaya menurunkan angka kematian rumah sakit

merupakan salah satu kunci penting dalam peningkatan patient safety (Behal & Finn,

2009). Banyak program yang telah dikembangkan oleh berbagai intitusi untuk

mendukung upaya menurunkan angka kematian rumah sakit, antara lain: Hospital

Mortality Reduction Programme (HMRP), dikembangkan oleh oleh Bradford Teaching

Hospital pada tahun 2002 dengan komitmen dari seluruh pimpinan dan klinisi disana

untuk mengeliminasi seluruh kematian yang tidak perlu terjadi (Wright et al., 2006).

Program ini dimulai dengan melakukan tinjauan/audit terhadap seluruh kematian

yang terjadi di rumahsakit. Hasil audit menunjukkan penyebab kamatian yang tidak

seharusnya terjadi disebabakan karena sistem pengamatan klinis yang suboptimal,

infeksi yang didapat di rumahsakit serta kesalahan pengobatan. Strategi dan

pendekatan yang kemudian dilaksanakan adalah: memperbaiki sistem observasi klinis

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 7: Angka kematian di rumah sakit

dengan pembuatan Modified Early Warning Score berupa instrumen untuk menilai

tingkat keparahan kondisi klinis pasien dan kapan intervensi diperlukan; Membuat

panduan untuk kasus-kasus teminal, pelatihan tim, dan pelatihan perawat untuk

melakukan home care, sehingga pasien-pasien stadium terminal dapat dirawat

dirumah, dibandingkan harus meninggal di rumahsakit; Pengendalian Infeksi, berupa

kampanye mencuci tangan, pelatihan kewaspadaan untuk para karyawan di rumah

sakit, peningkatan kebersihan bangsal, pelatihan mengenai infeksi, panduan

penggunaan antibiotik di rumah sakit, peningkatan surveilans dan umpan balik

mengenai tingkat infeksi. Program untuk peningkatan Keselamatan pasien, diantaranya

review dari peresepan dan administrasi obat-obat yang mempunyai risiko tinggi seperti

warfarin, heparin, potasium dan metotreksat. Selain itu dikembangkan juga program

untuk memonitor efek samping obat dan adverse drug events.

Program lain adalah The 100.000 Lives Campaign, dipelopori oleh Institute for

Healthcare Improvement (IHI) yaitu dengan kampanye untuk menyelamatkan 100.000

nyawa dengan menurunkan angka kematian pasien rawat inap di rumah sakit di

Amerika. Program utama pada kampanye ini adalah dengan meningkatkan

implementasi dari 6 program berbasis bukti, terdiri dari 6 program berbasis bukti, yaitu:

Tim Reaksi Cepat; Rekonsiliasi Medikasi; Pencegahan infeksi jalur sentral; Pencegahan

infeksi di tempat pembedahan; Pencegahan pneumonia karena pemakaian ventilator;

dan Perawatan berbasis bukti untuk infark myocard.

Bagaimana rumah sakit anda menyikapi kematian, ………

Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi kita semua, amin

* Penulis adalah Ketua Akreditasi RSD Kol. Abundjani Bangko

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.