Angka kejadian Diare Di kota Jepara
description
Transcript of Angka kejadian Diare Di kota Jepara
-
Buku Putih Kota Jepara III-1
BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN JEPARA
3.1 Kondisi Umum Sanitasi
3.1.1 Kesehatan Lingkungan Dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP) menangani permasalahan kesehatan lingkungan yang mencakup tiga
sub sektor sanitasi yaitu sub sektor air limbah, sub sektor persampahan dan sub
sektor drainase lingkungan. Secara umum kesehatan lingkungan dapat dilihat
dari seberapa besar akses masyarakat dalam mendapatkan sanitasi yang layak.
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara,
khususnya dalam menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat. Di antaranya
adalah dengan diselenggarakannya lomba kebersihan lingkungan seperti Lomba
Kabupaten/Kota Sehat, Lomba Sekolah Sehat, Lomba Adiwiyata, Adipura, dan
sebagainya. Hal tersebut salah satunya bertujuan untuk memberikan penyadaran
kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat,
sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat terjaga.
Indikator yang digunakan dalam penilaian berupa indikator fisik seperti;
kondisi kebersihan kawasan (jalan utama, halaman, kamar mandi, sarana cuci
tangan, UKS selokan), pengelolaan penanganan sampah (sarana pembuangan
sampah/bak sampah, pemilahan sampah, pengolahan sampah/3R).
Hasil lomba yang dilaksanakan di Kabupaten Jepara di antaranya
adalah:
Tabel 3.1 Hasil Lomba Sekolah Sehat di Kabupaten Jepara Tahun 2005 2009
NO TAHUN JENJANG PEMENANG
1. 2005 TK/RA
SD/MI
SMP/MTs
SMA/K/MA
TK Pertiwi 08.01 Jepara
SDN 04 Panggang
SMPN 1 Keling
SMKN 3 Jepara
2. 2006 TK/RA
SD/MI
SMP/MTs
SMA/K/MA
TK ABA Tahunan
SDN 1 Bucu
MTSN Pecangaan
SMKN 2 Jepara
-
Buku Putih Kota Jepara III-2
NO TAHUN JENJANG PEMENANG
3. 2007 TK/RA
SD/MI
SMP/MTs
SMA/K/MA
TK Pertiwi 08 Tahunan
SDN Mayong Lor 04
SMPN 2 Jepara
SMKN 1 Jepara
4. 2008 TK/RA
SD/MI
SMP/MTs
SMA/K/MA
TK Pembina Jeruk Wangi
SDN 01 Wonorejo-Jepara
SMPN 6 Jepara
SMAN 1 Welahan
5. 2009 TK/RA
SD/MI
SMP/MTs
SMA/K/MA
TK Rosellana-Pecangaan
SDN 01 Bondo-Bangsri
SMPN 2 Bangsri
SMK Roudlotul Mubtadiin
Balekambang, Nalumsari.
Sumber: Dinkes KabupatenJepara
Untuk penilaian Adipura tingkat Nasional, Kabupaten Jepara dalam 5
(Lima) tahun terakhir berhasil mendapatkan pengahrgaan adipura , Sampai
dengan tahun 2008 Kabupaten jepara menjadi Kabupaten terbersih untuk
kategori kota sedang. Untuk tahun 2009/2010 yang memperoleh adipura adalah
Kab/Kota yang nilainya mencapai 70. Selengkapnya hasil penilaian adipura
adalah: Tabel 3.2
Hasil Penilaian Adipura Kabupaten Jepara
NO Tahun Hasil Penilaian
1 2005/2006 Tidak terdokumentasi nilainya, tapi Kabupaten
Jepara mendapat adipura.
2. 2006/2007 76,44
3. 2007/2008 75,93
4. 2008/2009 76,50
5. 2009/2010 77,63
Sumber: BLH KabupatenJepara
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pembangunan, baik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembangunan
maupun berkontribusi dalam pendanaan (pada WSSLIC/PABPL-MPR besarnya
sekitar 12,5 %, berupa tenaga gotong royong maupun dalam bentuk
uang/barang/bahan). Pemerintah Kabupaten Jepara telah melaksanakan
-
Buku Putih Kota Jepara III-3
beberapa program/proyek/layanan berbasis masyarakat terutama masyarakat
miskin. Dalam pelaksanaan program/proyek ini, dibentuk Tim Kerja yang terdiri
dari unsur masyarakat sendiri yang mewakili semua wilayah, dari berbagai
tingkat kesejahteraan masyarakat, mewakili jender dan golongan dengan
menempatkan Kepala Desa/Lurah sebagai pelindung, masyarakat juga turut
berperan aktif dalam pengawasan pelaksanaan pembangunan dan bertanggung
jawab terhadap pemeliharaan sarana yang telah terbangun dengan membayar
iuran bulanan.
-
Buku Putih Kota Jepara III-4
Tabel 3.3 Program/Proyek/Layanan Berbasis Masyarakat
NO Tahun Program/Proyek Desa/Kecamatan/Wilayah
1
1994/1995
1999/2000
WSSLIC/PABPL-MPR
(Water Supply and Sanitation for Low Income
Communities)/ Proyek Air Bersih dan Penyehatan
Lingkungan untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah.
Gerdu & Kaliombo/Kec.Pecangaan; Guwosobokerto, Karanganyar,
Kendengsidialit, Kedungsarimulya & Gedangan/Kec.Welahan; Jugo,
Blingoh/Kec.Donorejo; Kunir, Tempur, Tunahan/Kec.Keling;
Manyargading/Kec.Kalinyamatan; Jatisari, Pringtulis/Kec.Nalumsari;
Dudakawu, Bucu, Cepogo, Sumanding /Kec.Kembang; Papasan,
Srikanding/Kec.Bangsri; Karangaji, Tedunan/Kec.Kedung; Bungu/Kec.Mayong.
2 2009
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam
Rangka Pemulihan Cagar Alam Gunung Celering
dan Keling II/III.
Kec. Keling
3 2010
GNKPA
(Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air)
DAS di Kabupaten Jepara.
Sumosari/Kec.Bantealit
4 2006 -2010
WISMP
(Water Resources Irrigation System Management
Program).
DI.Kedung Dowo, DI.Siwali, DI.Sepandan, DI.Rombong, DI.Pecangaan.
5 2010
PLP BK
(Program Penataan Lingkungan Permukiman -
Berbasis Komunitas).
Karanggondang/Kec.Mlonggo, Suwawal/Kec.Mlonggo, Suwawal/Kec.Pakis Aji,
Plajan/Kec.Pakis Aji, Demaan/Kec.Jepara, Petekeyan/Kec.Tahunan,
Batukali/Kalinyamatan, Banyu Putih/Kec.Kalinyamatan.
6 PNPM Mandiri
Sumber: Bappeda & Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
-
Buku Putih Kota Jepara III-5
3.1.2 Kesehatan Pola Hidup Masyarakat Secara umum tingkat kesehatan Pola Hidup Masyarakat di Kabupaten
Jepara dapat terlihat dari angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh sanitasi
buruk seperti ditunjukkan melalui angka kesakitan diare ataupun kasus ISPA.
Dalam 5 tahun terakhir terlihat angka kejadian kasus diare tahun 2007
menunjukkan angka kejadian yang paling tinggi (32.314 kasus), tahun berikutnya
walaupun ada penurunan tapi angka kejadian kasus diarenya masih tinggi.
Tabel 3.4 Angka Kasus Diare di Puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2005 2009
No Puskesmas Angka Kasus Diare
2005 2006 2007 2008 2009
1 Jepara 2.347 2.541 4.957 2.679 2.350
2 Tahunan 1.913 1.915 2.032 2.350 1.824
3 Batealit 239 992 2.229 1.519 2.205
4 Kedung I 2.472 1.983 2.502 1.892 1.526
5 Kedung II 298 395 988 1.152 960
6 Pecangaan 1.016 850 1.130 2.026 1.433
7 Kalinyamatan 1.013 1.898 3.069 3.380 2.836
8 Welahan I 1.556 1.305 168 320 2.592
9 Welahan II 410 351 545 574 460
10 Nalumsari 1.835 3.058 4.164 3.574 2.751
11 Mayong I 945 1.100 941 1.062 1.211
12 Mayong II 1.409 974 1.259 1.297 1.272
13 Mlonggo I 1.144 1.155 858 692 1.476
14 Mlonggo II 700 259 0 1.383 1.297
15 Bangsri I 157 1.769 559 507 0
16 Bangsri II 828 858 845 655 972
17 Kembang 1.573 1.253 1.747 2.071 1.973
18 Keling I 201 813 2.907 1.937 2.348
19 Keling II 907 994 1.215 1.189 941
20 Karimunjawa 166 209 199 311 371
21 Donorojo - - - - 520
Jumlah 21.129 22.095 32.314 30.265 31.060Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten Jepara
.
-
Buku Putih Kota Jepara III-6
2.200 2.300 2.400 2.500 2.600 2.700
Jumlah Kasus
Jepara
Tahunan
Kecamatan
Kasus Diare di Kec. Jeparadan Kec. Tahunan
Sedangkan angka kesakitan diare yang terjadi di 2 kecamatan di
Kabupaten Jepara, yaitu Kecamatan Jepara dan Tahunan pada tahun 2008
sebagai berikut. Gambar 3.1
Sumber : DKK Kabupaten Jepara, 2008
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa jika didasarkan pada angka
kejadian diare, maka Kecamatan Jepara adalah kecamatan dengan tingkat
kejadian diare relatif tinggi dibanding kecamatan lainnya, yaitu mencapai 2.600
orang penderita diare pada tahun 2008. Tetapi angka kejadian diare tersebut
masih jauh di bawah angka kesakitan diare nasional. Hal ini dimungkinkan
karena Kecamatan Jepara adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan
penduduk lebih tinggi dibanding Kecamatan Tahunan. Selain itu, penduduk
miskin di perkotaan juga banyak terdapat di kecamatan ini. Seperti diketahui
penyebaran virus (penyakit) paling cepat adalah di area padat dan kumuh,
sehingga mengakibatkan angka kesakitan terbesar ada di Kecamatan Jepara.
Untuk penemuan penderita Pneumonia dalam 5 tahun terakhir terlihat
tahun 2006 menunjukkan angka kejadian yang paling tinggi (9.033 kasus), tahun
berikutnya walaupun ada penurunan tapi masih cukup tinggi.
Tabel 3.5 Penemuan Pneumonia di Puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2005 2009
No Puskesmas Penemuan Penderita Pneumonia
2005 2006 2007 2008 2009
1 Jepara 477 672 461 158 235
2 Tahunan 1.063 834 466 587 1.506
-
Buku Putih Kota Jepara III-7
No Puskesmas Penemuan Penderita Pneumonia
2005 2006 2007 2008 2009
3 Batealit 700 655 629 644 793
4 Kedung I 361 474 439 475 292
5 Kedung II 107 143 167 113 128
6 Pecangaan 592 710 638 633 510
7 Kalinyamatan 566 502 547 523 457
8 Welahan I 387 381 370 351 386
9 Welahan II 216 364 195 156 175
10 Nalumsari 392 404 473 482 733
11 Mayong I 126 223 252 328 255
12 Mayong II 412 396 384 438 310
13 Mlonggo I 658 930 627 396 249
14 Mlonggo II 421 376 437 448 535
15 Bangsri I 68 314 289 142 50
16 Bangsri II 350 317 350 336 14
17 Kembang 410 169 129 673 608
18 Keling I 433 591 884 835 567
19 Keling II 372 415 407 256 209
20 Karimunjawa 84 87 52 23 54
21 Donorojo 318
22 RSUD Kartini 163 73 164 132 33
Jumlah 8.358 9.033 8.360 8.129 8.417Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten Jepara
Beberapa kasus penemuan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga
terjadi di Kecamatan Jepara dan Tahunan. Berikut adalah data penemuan kasus
ISPA di 2 puskesmas utama, Puskesmas Jepara dan Puskesmas Tahunan.
-
Buku Putih Kota Jepara III-8
9.500
10.000
10.500
11.000
11.500
Jum
lah
Kas
us
Jepara Tahunan
Kecamatan
Kasus ISPA di Kec. Jepara dan Kec. Tahunan
ISPA
Gambar 3.2
Sumber : Puskesmas Jepara dan Puskesmas Tahunan, 2008
Dari gambar diatas terlihat bahwa penemuan kasus ISPA di Kecamatan
Tahunan (11.452 kasus) kejadiannya lebih banyak dari Kecamatan Jepara
(10.625 kasus).
3.1.3 Kuantitas dan Kualitas Air Dilihat dari segi kuantitas, maka untuk kebutuhan air bersih Kabupaten
Jepara masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari jumlah sumur bor atau mata air
yang telah dikelola oleh PDAM hingga tahun 2008 hanya baru sejumlah 44 lokasi
(titik) yang berupa sumur bor dan cakupan pelayanan tingkat kabupaten baru
mencapai 11,13 %, sedangkan untuk daerah perkotaan mencapai 84,8%,
sehingga sebagian besar masyarakat menggunakan sumur gali sebagai sumber
air untuk kebutuhan air minum. Hal tersebut juga didukung oleh studi EHRA
Jepara yang menyatakan bahwa untuk kasus kelangkaan air, studi menemukan
sekitar 3,4% rumah tangga yang mengalami kelangkaan air dari sumber air
utama dalam dua minggu terakhir selama 1 hari 1 malam atau lebih, sedangkan
jika rentang waktu kelangkaan diperpanjang menjadi satu tahun maka kasus
kelangkaan yang dijumpai meningkat hampir tiga kalinya menjadi sebesar 9,26%
(EHRA Jepara, Juli 2010).
Sedangkan secara kualitas air bersih yang digunakan oleh PDAM
sebagai sumber air baku di Kabupaten Jepara relatif aman atau memenuhi baku
mutu standar kualitas air minum dari Departemen Kesehatan, khususnya
Permenkes RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/90. Secara umum, sumur bor yang
dimiliki oleh PDAM tergolong dalam kategori sumur dalam dimana kedalaman
pengeboran mencapai 150 m di bawah permukaan tanah. Hasil pemeriksaan
-
Buku Putih Kota Jepara III-9
laboratorium kualitas air bersih dari beberapa sumber sampel air seperti : sumur
Bor PDAM, pelanggan PDAM, Sumur Gali masyarakat, Air Permukaan yang
dilakukan oleh DKK Kabupaten Jepara dan pemeriksaan kimia terhadap
beberapa sungai yang ada di Jepara yang dilakukan oleh BLH Kabupaten
Jepara, hasil laboratorium pemeriksaan air PDAM, sumur gali maupun air sungai
secara detail dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga Sebagian besar pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga di lingkungan
masyarakat Kabupaten Jepara dengan sistem septic tank dan sebagian lainnya
dibuang ke drainase (SPAL) baik saluran terbuka/tertutup maupun langsung
dibuang di area terbuka/sungai. Dalam jangka menengah kedepan terutama
untuk daerah perkotaan, perlu adanya pemikiran Limbah Cair Rumah Tangga
diolah secara khusus melalui suatu sistem komunal maupun terpusat untuk skala
kota (off site system). Hal ini mengingat permukaan air tanah di Jepara cukup
rendah/dangkal, sehingga sangat mudah tercemar oleh septic tank yang
dibangun tidak kedap air.
3.1.5 Limbah Padat (Sampah) Berdasarkan kajian data sekunder, diperoleh data bahwa jumlah sampah
per hari pada tahun 2009 di Kabupaten Jepara sebesar 605,028 m3/hari atau
setara dengan 2,683 lt/org/hari dengan pertumbuhan rata-rata timbulan sampah
2,15 % per tahun (Studi Manajemen Persampahan Kota Jepara, Bappeda 2008).
Sedangkan sumber-sumber sampah adalah sebagai berikut; a. Sampah Permukiman
Kondisi permukiman Kabupaten Jepara saat ini bersifat permanen,
semipermanen, dan sementara. Dari hasil analisis tahun 2006 dapat
diketahui bahwa timbulan sampah paling besar dihasilkan dari sumber
rumah tangga/permukiman, yaitu sebesar 1,9 lt/orang/hari.
b. Sampah Pertokoan
Pertokoan di Kabupaten Jepara sudah berkembang pesat. Jenis-jenis
toko sudah beranekaragam dengan besar toko bervariasi dari toko
kelontong sampai swalayan.
c. Sampah Pasar
Sampah pasar merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan di
pasar. Sebagian besar komposisi sampah pasar di Jepara merupakan
sampah organik.
-
Buku Putih Kota Jepara III-10
d. Sampah Penyapuan Jalan
Pada jalan-jalan, tempat umum seperti taman kota, halte, lapangan
umum dll, ditangani khusus oleh penyapu jalan dengan gerobak sampah
ataupun gerobak motor yang langsung dibawa ke TPS.
Sumber sampah dan prediksi timbulan sampah dituangkan pada Tabel 3.6.
-
Buku Putih Kota Jepara III-11
Tabel 3.6 Prediksi Timbulan Sampah Kabupaten Jepara
No Sumber
Tahun
Eksisting 2007 2008 2009 2010 2011 2012
lt/org/hr m3/hari lt/org/hr m3/hari lt/org/hr M3/hari lt/org/hr m3/hari lt/org/hr m3/hari lt/org/hr m3/hari
A Domestik 1.900 419.258 1.997 44.170 2.039 459.821 2.079 475.352 2.118 490.820 2.156 506.268 1 Permukiman 1.900 419.258 1.997 44.170 2.039 459.821 2.079 475.352 2.118 490.820 2.156 506.268
B Non Domestik
0.600 132.397 0.631 140.264 0.644 145.207 0.657 150.111 0.669 154.996 0.681 159.874
1 Sarana Pendidikan
0.020 4.413 0.021 4.675 0.021 4.480 0.022 5.004 0.022 5.167 0.023 5.329
2 Perkantoran 0.120 26.479 0.126 28.053 0.129 29.041 0.131 30.022 0.134 30.999 0.136 31.975 3 Sarana
Kesehatan 0.050 11.033 0.053 11.689 0.054 12.101 0.055 12.509 0.056 12.916 0.057 13.323
4 Pariwisata 0.010 2.207 0.011 2.338 0.011 2.420 0.011 2.502 0.011 2.583 0.011 2.665 5 Pertokoan
dan R. Makan 0.070 15.446 0.074 16.364 0.075 16.941 0.077 17.513 0.078 18.083 0.079 18.652
6 Pariwisata 0.010 2.207 0.011 2.338 0.011 2.420 0.011 2.502 0.011 2.583 0.011 2.665 7 Industri 0.050 11.033 0.053 11.689 0.054 12.101 0.055 12.509 0.056 12.916 0.057 13.323 8 Pasar 0.240 52.959 0.252 56.106 0.258 58.083 0.263 60.044 0.268 61.998 0.272 63.950 9 Penyapuan
Jalan 0.020 4.413 0.021 4.675 0.021 4.840 0.022 5.004 0.022 5.167 0.023 5.329
10 Lain-Lain 0.010 2.207 0.011 2.338 0.011 2.420 0.011 2.502 0.011 2.583 0.011 2.665
TOTAL 2.500 551.655 2.627 584.434 2.683 605.028 0.736 625.463 2.787 645.816 2.837 666.143
Sumber : Studi Manajemen Persampahan Kota Jepara, Bappeda 2008.
-
Buku Putih Kota Jepara III-12
3.1.6 Drainase Lingkungan Drainase linkungan umumnya mengikuti pola jaringan jalan yang ada,
beberapa saluran drainase lingkungan awalnya merupakan saluran irigasi ke
sawah-sawah dan sampai saat inipun sebagian masih berfungsi untuk mengairi
sawah yang masih ada.
Dari data hasil studi EHRA, rumah yang tidak memiliki saluran drainase
lingkungan sekitar 60,52 %. Pada umumnya, drainase lingkungan masih menjadi
satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dengan saluran limbah
cair rumah tangga (grey water).
3.1.7 Pencemaran Udara Kondisi pencemaran udara di Kabupaten Jepara pada umumnya masih
di bawah ambang batas pencemaran, namun dengan berkembangnya sektor
industri dan meningkatnya jumlah kendaraan perlu pemikiran ke depan dalam
mengupayakan Pengelolaan Pencemaran Udara.
3.1.8 Limbah Industri Limbah industri di Kabupaten Jepara sebagian besar berasal dari
industri mebel yang tersebar di seluruh Kabupaten Jepara. Terdapat beberapa
home industry dimana rata-rata industri tersebut merupakan industri pengolahan
kayu dan sebagian yang lain berupa industri tekstil (Tenun Troso) dan kerajinan
monel (logam). Kawasan yang telah menjadi pusat-pusat industri terpencar di
beberapa kecamatan antara lain :
Kecamatan Tahunan dan Jepara : industri kerajinan mebel dan ukir.
Kecamatan Jepara (Desa Mulyoharjo) : industri ukur akar dan patong.
Kecamatan Pecangaan : industri tenun ikat troso.
Kecamatan Kalinyamatan : industri kerajinan monel Kriyan, Emas.
Kecamatan Mayong : industri kerajinan keramik.
Kecamatan Welahan : industri kerajinan rotan Teluk Wetan dan bata.
Kawasan industri strategis terletak di Kecamatan Mlonggo, Kecamatan
Bangsri, Kecamatan Kembang dan Kecamatan Keling antara lain PLTU
dan rencana kawasan teknologi tinggi.
Perkembangan jumlah unit usaha sektor industri pada tahun 2007
mencapai 14.417 unit usaha.
-
Buku Putih Kota Jepara III-13
Tabel 3.7 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Sektor Industri Kabupaten Jepara
NO URAIAN SATUAN OKTOBER
2007
1.
-
-
-
-
-
-
2.
-
-
3.
-
-
Kelompok Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan
Industri Makanan
Industri Minuman
Industri Pengolahan Tembakau
Industri Kayu, Rotan, Bambu, Rumput dan
sejenisnya
Industri Perabot dan Kelengkapan Rumah serta Alat
Dapur dari Kayu, Bambu dan Rotan
Industri Jasa Industri
Kelompok Industri Aneka
Industri Tekstil
Industri Pakaian Jadi
Kelompok Industri Logam Kimia dan Mesin
Industri Pengolahan Tanah Liat
Industri Barang dari Logam
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
1.242
42
834
3.710
6.834
281
235
759
313
167
Jumlah Unit Usaha 14.417
Sumber: RPIJM Kabupaten Jepara 2009 2013.
Secara pasti volume limbah yang dihasilkan oleh masing-masing industri
belum diketahui karena masih dikelola sendiri oleh pelaku home industry, tetapi
beberapa industri telah dilengkapi oleh IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
yang merupakan program bantuan dari BLH Kabupaten Jepara untuk
masyarakat, khususnya kepada para pelaku home industry.
3.1.9 Limbah Medis Di Kabupaten Jepara, kebijakan penanganan limbah medis yang berasal
dari rumah sakit maupun puskesmas dikelola oleh masing-masing lembaga yang
memproduksi limbah medis tersebut. Rumah sakit/puskesmas bertanggungjawab
penuh untuk membangun dan mengelola limbah medisnya sesuai dengan syarat
yang telah ditentukan dari Kementrian Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit. Pengawasan dilakukan oleh pihak
Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, sebagai SKPD yang bertanggungjawab
dalam pengawasan dan pemantauan pengelolaaan limbah medis rumah
sakit/puskesmas. Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara membawahi 16
-
Buku Putih Kota Jepara III-14
Kecamatan dengan 21 Puskesmas yang tersebar di beberapa kecamatan dan
berlokasi di wilayah yang mempunyai daerah pelayanan tertentu.
Data umum tentang jumlah timbulan limbah medis rumah sakit dan
puskesmas di Kabupaten Jepara adalah seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.8 Jumlah Timbulan Limbah Medis Rumah Sakit dan Puskesmas
di Kabupaten Jepara
No Kecamatan RS/PKM(Puskesmas)Jml.Timbulan
rata-rata kg/hari
1 Tahunan RSUD Kartini 40
2 Kedung PKM Kedung 1 1
3 PKM Kedung II 0,5
4 Pecangaan PKM Pecangaan 0,75
5 Welahan PKM Welahan I 1
6 PKM Welahan II 0,75
7 Mayong PKM Mayong I 0,5
8 PKM Mayong II 0,5
9 Batealit PKM Batealit 1,25
10 Jepara PKM Jepara 1
11 Mlonggo PKM Mlonggo 1,5
12 Pakis Aji PKM Pakis Aji 1,5
13 Bangsri PKM Bangsri I 0,5
14 PKM Bangsri II 0,5
15 Keling PKM Keling I 1,5
16 PKM Keling II 0,5
17 Karimunjawa PKM Karimunjawa 0,5
18 Tahunan PKM Tahunan 0,5
19 Nalumsari PKM Nalumsari 0,5
20 Kalinyamatan PKM Kalinyamatan 1,24
21 Kembang PKM Kembang 0,7
22 Donorojo PKM Donorojo 0,5
Sumber : DKK Kabupaten Jepara, 2008 & RSUD Kartini, 2009.
-
Buku Putih Kota Jepara III-15
3.2 Pengelolaan Limbah Cair
3.2.1 Landasan Hukum/Legal Operasional 1. UndangUndang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 208, tentang Pengelolaan Sampah
3. UndangUndang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
9. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara
10. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara
Nomor 1 Tahun 1999 tentang Retribusi Penyedotan Kakus
3.2.2 Aspek Institusional Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang
ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga dilakukan oleh
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Jepara berkerja sama dengan Dinas
Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK) Kabupaten Jepara dibawah
pengawasan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah.
Struktur organisasi DPTRK yang mengurus limbah cair (hijau) dan
sampah (kuning) adalah seperti berikut ini:
-
Buku Putih Kota Jepara III-16
3.2.3 Cakupan Pelayanan Pengelolaan limbah cair di Kabupaten Jepara belum bisa ditentukan
secara pasti, sehingga agak sulit untuk menentukan cakupan pelayanannya.
Data terkait jumlah jamban pribadi yang terdokumentasi oleh DKK tersedia
melalui 21 Puskermas yang ada di Kabupaten Jepara tahun 2009. Sedangkan
untuk pembangunan MCK yang telah dibangun oleh DPU & ESDM masing-
masing berlokasi di 8 desa untuk tahun 2008, 9 desa untuk tahun 2009 dan 2
desa/kelurahan untuk tahun 2010.
KEPALA DINAS
KEPALA BIDANG PERUMAHAN
KEPALA BIDANG TATA RUANG
KEPALA BIDANG KEBERSIHAN SEKRETARIAT
SEKSI PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
PERUMAHAN
SEKSI PENGEMB. DAN PENINGKATAN
KUALITAS PERUMAHAN
SEKSI PERENCANAAN TATA RUANG DAN
BANGUNAN
SEKSI PENGENDALIAN DAN
PENGAWASAN TATA RUANG
SEKSI KEBERSIHAN
SEKSI PERTAMANAN
SUBBAG UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUBBAG PERENC. DAN
EVALUASI
SUBBAG KEUANGAN
UPT TPA DAN
LIMBAH LAINNYA
SEKRETARIS UPT TPA DAN
LIMBAH LAINNYA
-
Buku Putih Kota Jepara III-17
Tabel 3.9 Keluarga dengan Kepemilikan Jamban Tahun 2009
No Kecamatan Puskesmas Jml KK
Jumlah Kepemilikan Jamban
Jml KK Diperiksa
Jml KK Memiliki
% KK Memiliki
% Sehat
1 Kedung Kedung I 14.564 4.369 2.902 66,42 26,12
2 Kedung II 2.875 863 404 46,81 17,33
3 Pecangaan Pecangaan 22.189 6.657 2.223 33,39 51,91
4 Welahan Welahan I 10.591 3.177 2.812 88,51 41,89
5 Welahan II 7.099 2.130 1.569 73,66 52,01
6 Mayong Mayong I 10.599 3.180 2.376 74,72 48,70
7 Mayong II 11.525 3.458 2.107 60,93 77,41
8 Batealit Batealit 21.335 6.401 4.896 76,49 75,71
9 Jepara Jepara 18.926 5.678 5.104 89,89 63,70
10 Mlonggo Mlonggo 21.056 6.316 4.965 78,61 51,90
11 Pakis Aji Pakis Aji 12.023 3.607 2.752 76,30 58,79
12 Bangsri Bangsri I 11.475 3.443 2.627 76,30 49,30
13 Bangsri II 8.927 2.678 1.623 60,60 83,61
14 Keling Keling I 9.493 2.848 2.118 74,37 49,39
15 Keling II 10.318 3.093 2.476 80,05 38,81
16 Karimunjawa Karimunjawa 2.550 765 584 76,34 38,18
17 Tahunan Tahunan 18.973 5.692 5.037 88,49 46,91
18 Nalumsari Nalumsari 16.631 4.989 4.099 82,16 45,40
19 Kalinyamatan Kalinyamatan 14.112 4.234 3.396 80,21 66,28
20 Kembang Kembang 18.582 5.575 4.460 80,00 50,61
21 Donorojo Donorojo 15.280 4.584 4.106 89,57 40,79
Jumlah 279.123 83.737 62.636 74,80 53,01
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2009.
Sedangkan dari hasil pendataan dari Dinas PU & ESDM, bantuan
pembangunan MCK dan MCK ++ adalah :
Tabel 3.10 Lokasi MCK dan MCK ++ yang telah dibangun
No Tahun Jenis Kecamatan Desa Jumlah (unit)
1 2008 MCK Jepara
Bangsri
Mlonggo
a.Mulyoharjo
b.Kedungleper
c.Tanjung
d.Plajan
2
2
2
2
-
Buku Putih Kota Jepara III-18
No Tahun Jenis Kecamatan Desa Jumlah (unit)
Kembang
Keling
e.Tubanan
f.Blingoh
g.Tulakan,
h.Bandungharjo
2
2
2
2
2 2009 MCK Keling
Donorojo
Kembang
Bangsri
Bantealit
Pakisaji
a.Tempur
b.Kunir
c.Watuaaji
d.Banyumanis
e.Dudakawu
f.Papasan
g.Bringin
h.Somosari
i.Tanjung
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3 2010 MCK++/SLBM
(Sanitasi
Lingkungan
Berbasis
Masyarakat)
Jepara
Pecangaan
a.Demaan
b.Karangrandu
1 =150 KK
1 =100 KK
Sumber : DPU&ESDM Kabupaten Jepara.
3.2.4 Aspek Teknis dan Teknologi Teknis operasional dalam pengelolaan limbah domestik di Kabupaten
Jepara diwujudkan dalam beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan
oleh BLH Kabupaten Jepara, antara lain :
1. Pengujian Limbah Cair Domestik
2. Pengujian Air Sungai /Badan Air
3. Perlindungan pada sumber sumber Mata Air
4. Penegakan Hukum terhadap pelanggar Pengelolaan Lingkungan
Upaya yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Jepara sebagai SKPD yang
berwenang dalam pemantauan dan pengawasan terhadap limbah cair domestik
antara lain melalui beberapa kegiatan yaitu :
1. Meningkatkan Pemantauan Kualitas Lingkungan
2. Meningkatkan Pengendalian dan Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup
-
Buku Putih Kota Jepara III-19
3. Meningkatkan Pembinaan Teknis Pengendalian Lingkungan
Secara umum berdasarkan studi EHRA Jepara Juli 2010, terdapat
beberapa cara pembuangan (pengolahan) limbah tinja yang dilakukan oleh
masyarakat yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.11
Jenis Pengolahan Limbah Domestik Jepara
Frekuensi Prosentase
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke tangki septik 822 67,99
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke cubluk - -
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke lobang galian 12 0,99
Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/ parit 36 2,98
Jamban siram/leher angsa disalurkan ke kolam 3 0,25
Jamban siram/leher angsa disalurkan ke tidak tahu kemana 2 0,17
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke tangki septik 174 14,39
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke cubluk - -
Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke lobang galian 14 1,16
Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke sungai/kali/parit 9 0,74
Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke kolam 1 0,08
Jamban non siram/ lubang tanpa leher angsa disalurkan ke tidak terlihat
4 0,33
Gantung di atas sungai/ kolam 24 1,99
Tidak ada fasilitas: Di sungai/ kali/ parit/ got 108 8,93
Tidak ada fasilitas: Lapangan, semak - -
Di fasilitas jamban umum lain - -
Lainnya (catat) - -
Total 1209 100,00
Sumber, Data EHRA Jepara, 2010
Dari data diatas dapat diketahui bahwa pilihan teknologi yang banyak
dipergunakan dalam mengolah limbah cair domestik, baik grey water (air limbah
cuci, mandi) dan black water (limbah tinja) di Jepara adalah melalui on site
system yaitu tangki septik sebesar 67,2%. Sedangkan untuk off site system atau
pembuangan dan pengolahan limbah tinja secara terpusat untuk skala kota
belum pernah ada.
Dalam rangka menyediakan jasa pelayanan pengolahan lumpur tinja,
Kabupaten Jepara mengoperasionalkan sebuah IPLT yang terletak di TPA
Bandengan. Pengelolaan IPLT sepenuhnya masih berada di bawah pengawasan
dari Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK) Kabupaten Jepara.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 6 Tahun 2009 tentang
-
Buku Putih Kota Jepara III-20
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara Nomor 1
Tahun 1999 tentang Retribusi Penyedotan Kakus, struktur dan besarnya tarif
retribusi dibagi menjadi tiga lokasi, yaitu : (1) Lokasi Rumah Tangga; (2) Lokasi
Fasilitas Umum (Sosial); dan (3) Lokasi Komersial. Adapun secara umum,
besarnya tarif yang dikenakan sebesar Rp. 40.000,-/m3 (ditambah dengan biaya
jarak tempuh lokasi).
Hingga sejauh ini efektiftas IPLT dinilai sangat kecil, karena jumlah
lumpur tinja yang masuk setiap harinya sangat jauh berada dibawah kapasitas
optimal pengolahan harian IPLT yaitu hanya 1 rit perhari atau sebesar 2,25
m3/hari. Lumpur tinja sisa hasil proses pengolahan air limbah domestik hingga
sejauh ini dimanfaatkan oleh DPTRK Kabupaten Jepara untuk alternatif lain
seperti untuk campuran kompos ataupun sebagai pupuk tanaman.
Sedangkan limbah cair dari Rumah Potong Hewan (RPH) yang
berlokasi sebelah Barat Pasar Jepara II, proses pengolahan yang dipakai adalah
dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sistem Dewats yang terdiri dari
Digister, Septictank, Baffle Reactor dan Anaerobic Filter, dengan sistem ini air
limbah akan diolah hingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan Digester
mampu menghasilkan gas bio sebagai sumber energi alternatif. Volume limbah
cair yang dimanfaatkan adalah dari 150 ternak yang dipotong setiap bulannya.
3.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair Dalam penanganan limbah cair, khususnya limbah cair domestik di
Kabupaten Jepara, masyarakat telah melakukan berbagai upaya, antara lain :
1. Pada skala pemukiman setiap rumah tangga di Kabupaten Jepara rata
rata sudah mempunyai saluran pembuangan limbah (SPAL) rumah
tangga (domestik) baik saluran terbuka maupun tertutup.
2. Kerja bakti untuk membersihkan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL) domestik juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.
3.2.6 Permasalahan Beberapa permasalahan terkait pengelolaan limbah cair domestik
adalah :
1. Terbatasnya lahan untuk pembangunan IPAL di wilayah permukiman
menjadikan strategi pengelolaan limbah domestik melalui pembangunan
IPAL Komunal sedikit sulit untuk diimplementasikan, di lain pihak ada
-
Buku Putih Kota Jepara III-21
sedikit gagasan untuk membangun IPAL Komunal di badan jalan tetapi
realisasinya perlu persetujuan dari DPU.
2. Di beberapa titik di Kabupaten Jepara, banyak masyarakat yang masih
membuang limbah cair domestik (grey water dan black water) ke dalam
saluran drainase, sehingga mengakibatkan fungsi saluran yang tidak
optimal (karena endapan lebih cepat terbentuk).
3. Kesadaran masyarakat tentang Pengelolaan Saluran Air Limbah
domestik (SPAL) masih sangat rendah.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat Kabupaten Jepara untuk menguras
tangki septik mengindikasikan banyaknya tangki septik yang tidak aman
atau diduga cubluk, sehingga sangat berpotensi untuk mencemari tanah
dan badan air sekitarnya.
5. Membutuhkan strategi khusus untuk mencari solusi yang paling tepat
guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perubahan perilaku
seperti di antaranya adalah melalui kampanye Pola Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Walaupun untuk hal kampanye/penyuluhan/advokasi
PHBS DKK Kabupaten Jepara telah mendanai kegiatan ini rata-rata Rp
40 juta/tahun, namun hasilnya masih kurang optimal.
3.3 Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat)
3.3.1 Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
2. UndangUndang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
3. UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
5. UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Limbah B3
9. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban
-
Buku Putih Kota Jepara III-22
10. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara
11. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun
1999 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
12. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Sampah di Kabupaten Jepara
3.3.2 Aspek Institusional Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara, sebagai unsure
Pelaksana Daerah maka pengelolaan persampahan menjadi kewenangan Dinas
Perumahan Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK) Kabupaten Jepara. Isu utama
yang menjadi beban tugas DPTRK Kabupaten Jepara adalah masalah
pengelolaan kebersihan dan pertamanan, pengelolaan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA), pengelolaan instalasi pengolahan limbah dan pengomposan
(vermikasi).
Secara organisatoris, unsur DPTRK Kabupaten Jepara yang bertugas dalam mengelola sampah atau kebersihan adalah Bidang Kebersihan dan
Pertamanan yang membawahi 2 seksi, yaitu :
1. Seksi Kebersihan
2. Seksi Pertamanan
3.3.3 Cakupan Pelayanan Sampai dengan saat ini, pengelolaan kebersihan dan persampahan
masih dititikberatkan pada Kecamatan Jepara dan sebagian Kecamatan
Tahunan dengan total luas wilayah administrasi sebesar 33,38 km2, dengan
jumlah penduduk di wilayah administrasi tersebut 164.616 jiwa. Sedangkan luas
daerah perkotaan/daerah yang terlayani oleh pelayanan kebersihan 31,16 km2
dengan jumlah penduduk di daerah perkotaan /pelayanan kebersihan sebanyak
141.640 jiwa atau sekitar 86% penduduk sudah terlayani di dua kecamatan
tersebut. Jadi, masih terdapat kecamatan di Kabupaten Jepara yang belum
dilayani oleh Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK)
Kabupaten Jepara (Studi Manajemen Persampahan Kota Jepara, Bappeda
2008).
-
Buku Putih Kota Jepara III-23
Dalam rangka menunjang operasional persampahan, DPTRK
Kabupaten Jepara telah memiliki beberapa sarana dan prasarana persampahan
sebagaimana tabel dibawah ini.
Tabel 3.12 Sarana dan Prasarana Persampahan Kabupaten Jepara
No Jenis Quantity
1 Gerobak dan Becak Sampah 74 buah
2 Mini Truck Kijang Pick Up 2 unit
3 Dump Truck 4 unit
4 Arm Roll 5 unit
6 Container 6-14 m3 78 buah
7 Container 1-2 m3 3 buah
8 Transfer Depo (100-200 m2) 3 buah
9 Peralatan Kebersihan dan Pengaliran 1 paket
10 TPSS 44 unit
11 Luas dan Kapasitas TPA 2,84 ha & 101.410,99 m3/tahun
12 Fasilitas Pengomposan Terpusat 2 unit
13 Fasilitas Pengolahan Sampah Terpusat 1 unit
14 Instalasi Pengolahan Air Lindi (leachete) 2 kotak
15 Excavator 1 unit
16 Sumur Pantau 5 unit
Sumber : DPTRK Kabupaten Jepara, 2010
3.3.4 Aspek Teknis dan Teknologi Secara umum pengelolaan persampahan di Kabupaten Jepara ditangani
oleh Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK) Kabupaten
Jepara. Perkiraan jumlah timbulan sampah hingga tahun 2009 mencapai 605,028
m3/hari atau setara dengan 2,683 lt/org/hari dengan pertumbuhan rata-rata
timbulan sampah 2,15 % per tahun (Studi Manajemen Persampahan Kota
Jepara, Bappeda 2008). Lokasi pemerosesan akhir berupa TPA yang terletak di
Desa Bandengan Kecamatan Jepara, memiliki luas lahan 2,84 ha dengan
kapasitas 101.410,99 m3/tahun dan menggunakan sistem controlled landfill
menuju sanitary landfill yang dilengkapi dengan sumur untuk pengontrolan air
lindi (leachete) serta sejumlah peralatan berat, sarana dan prasarana pendukung
lainnya. Luas TPA yang ada dirasakan sudah tidak memadai lagi karena dalam
beberapa tahun kedepan akan penuh, sehingga Pemerintah Kabupaten Jepara
-
Buku Putih Kota Jepara III-24
merencanakan untuk memperluas TPA dengan membebaskan tanah penduduk
sekitarnya, dimana hal ini memungkinkan karena lahannya masih kosong.
3.3.5 Identifikasi Persampahan di Kabupaten Jepara Guna mengetahui segala permasalahan persampahan di Kabupaten
Jepara, berikut ini disajikan identifikasi persampahan di Kabupaten Jepara
berdasarkan Studi Manajemen Persampahan Kota Jepara (Bappeda, 2008).
a. Pewadahan Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah
sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Pewadahan
merupakan bagian dari sistem pengelolaan setelah mengadakan
kegiatan identifikasi dan inventarisasi sumber sampah. Kegiatan
pewadahan ini adalah sebagai bagian dari upaya minimalisasi dimana
sangat penting dalam rangka memudahkan pengumpulan dan
pengambilan.
Sistem pewadahan sampah Kabupaten Jepara dengan cara
individual dan disediakan oleh DPTRK. Jenis wadah dan kapasitasnya
adalah :
Drum/tong sampah dengan kapasitas sekitar 40 liter.
Ban bekas dengan kapasitas sekitar 125 liter.
Pasangan bata dengan kapasitas sekitar 100 liter.
Keranjang sampah dan kotak kayu dengan kapasitas sekitar 40-60
liter.
Jenis wadah rumah-rumah di Kabupaten Jepara dapat dibedakan
berupa:
Wadah yang Disediakan oleh Dinas Permukiman, Tata Ruang dan
Kebersihan (DPTRK) Kabupaten Jepara
Wadah yang disediakan oleh Dinas yang berupa bin plastik. Bin-bin
plastik ini disediakan terutama di Kota Jepara. Tempat-tempat yang
disediakan bin plastik oleh DPTRK antara lain : tempat-tempat
umum, kantor-kantor pemerintah, dan jalan-jalan protokol Kota
Jepara.
-
Buku Putih Kota Jepara III-25
Gambar 3.3 Pewadahan dari Bin Plastik
Sumber : Dokumentasi 2008
Wadah yang Disediakan Paguyuban Sampah Bersama (PSB)
Tipe-tipe bak sampah yang disediakan oleh PSB bervariasi jenisnya.
Ada yang menggunakan bin plastik, bin karet, bin tong, dan
pasangan batu-bata. Biasanya warga menaruh bak-bak sampah ini
di depan halaman rumah untuk memudahkan petugas kebersihan
mengambil sampah.
Wadah yang disediakan oleh Dinas Koperasi, UMKM dan
Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara
Wadah-wadah sampah di pasar-pasar disediakan oleh Dinas
Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara.
Gambar 3.4 Tempat Sampah dari Pas. Batu Bata
Sumber : Dokumentasi 2008
Wadah yang Disediakan Warga Masyarakat Non-PSB
Di wilayah-wilayah yang tidak dilayani persampahan oleh DPTRK,
masyarakat menggunakan pewadahan dari berbagai jenis dan
ukuran. Jenis-jenis wadah yang digunakan oleh warga antara lain :
bak sampah plastik, bak sampah dari drum, bak sampah dari
anyaman bambu, dan bak sampah dari ban bekas.
-
Buku Putih Kota Jepara III-26
Gambar 3.5 Tempat Sampah dari Ban Bekas dan Anyaman Bambu
Sumber : Dokumentasi 2008
b. Pengumpulan Pengumpulan sampah di pemukiman menggunakan :
Gerobak Sampah (0.75 m3) ; di daerah pemukiman menengah ke bawah
dengan rasio : 1 gerobak untuk 100 rumah (400 500 jiwa) dengan luas
pelayanan maksimum 0.5 km2 Gambar 3.6
Gerobak Sampah
Sumber : Dokumentasi 2008
Truk jenis Pick Up; mengambil di tong sampah pinggir jalan dan
pemukiman tingkat atas, daerah komersial dan jalan protokol dengan
kapasitas 3 m3/rit
Truk jenis Dump (jungkit); mengambil di titik komunal daerah
komersial dan perkantoran dengan kapasitas 6 m3/rit
-
Buku Putih Kota Jepara III-27
Gambar 3.7 Truk Dump
Sumber : Dokumentasi 2008
Truk jenis Arm Roll/Load Haul (LH); mengambil sampah dari TPS ke
TPA, dengan steel container dengan kapasitas 8 m3/rit
Gambar 3.8 Arm Roll
Sumber : Dokumentasi 2008
Pola pengumpulan sampah dibedakan atas individual, komunal. Pola
pengumpulan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Individual, dimana proses penanganan persampahan dengan
cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber
sampah dan diangkut langsung ke TPA tanpa melalui proses
pemindahan. Pola pelayanan individu diangkut dengan dump
truk. Wilayah pelayanan meliputi pertokoan, perkantoran, dan
hotel.
2. Komunal, dimana sampah permukiman tertentu dikumpulkan
tiap-tiap rumah dengan menggunakan becak sampah/motor
sampah yang dikelola oleh Paguyuban Sampah Bersama (PSB)
menuju TPS/kontainer terdekat atau bahkan langsung ke TPA.
Sampah permukiman dikumpulkan dalam 1 shift yaitu: pukul
07.30 12.00 WIB.
-
Buku Putih Kota Jepara III-28
Masyarakat yang tempat tinggalnya dekat dengan TPS
kontainer dan belum mendapatkan pelayanan secara individu
dan tidak melakukan penanganan On Site (setempat)
membuang sampah langsung ke TPS/kontainer terdekat. Dari
TPS/Kontainer petugas baru mengangkutnya ke TPA. Daerah-
daerah yang melakukan pola komunal ini adalah daerah yang
dekat dengan TPS/Kontainer.
Pada pola komunal ini sangat mengutamakan penggunaan
TPS. Sampah berada di TPS sekitar < 6 jam dengan sistem
pengambilan sampah dari TPS menuju TPA.
Gambar 3.9 Kontainer Sampah
Sumber : Dokumentasi 2008
Sedangkan TPS, sebagai tempat pembuangan sampah sementara
sebelum diangkut ke TPA memiliki 2 (dua) jenis yaitu dengan kontainer
dan tanpa kontainer, yang penempatannya dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 3.13 Jenis dan Penempatan TPS
NO NAMA TPS LOKASI
TPS DENGAN KONTAINER
1 MUNANJIN
2 SETDA I Komplek Setda
3 TOPLING Jl. Kusumo Utoyo
4 STADION Jl. Jend. Soedirman
5 PEMANDIAN KARTINI I dan II Komplek Pantai Kartini
6 TPI UJUNGBATU Jl. Ujungbatu
7 STADION BARU Jl. Ujungbatu
8 PASAR I Komplek Pasar I
-
Buku Putih Kota Jepara III-29
NO NAMA TPS LOKASI
9 PASAR II Komplek Pasar II
10 BPR Komplek Terminal Lama
11 TERMINAL Komplek Terminal
12 SMP I Jl. Yos Sudarso
13 SCJ Komplek SCJ
14 RSU KARTINI Senenan
15 PASAR RAHAYU Jl. Pasar Rahayu
16 SMA TAHUNAN Komplek SMA Tahunan
17 NGABUL Ngabul, Tahunan
18 PASAR TAHUNAN I dan II Komplek Pasar Tahunan
19 BALAI DESA UJUNGBATU I dan II Balai Desa Ujungbatu
20 KOTA JATI Ngabul
21 KEPOLISIAN WR. Supratman
22 PHI Jepara
23 RS ISLAM Mulyoharjo
24 SMIK Mulyoharjo
25 BELIK Jepara
26 KOTA JATI Mambak Mambak
27 PUSKESMAS Mlonggo Mlonggo
28 TANAH ABANG Jobokuto
29 SARIPAN Saripan
30 SMEA Jepara
31 SANGGAR PRAMUKA Jepara
32 RSS RANDU GEDHE Jepara
33 TPK A. Yani
34 KALINYAMATAN I dan II Kalinyamatan
35 RSS LEBUAWU Lebuawu
36 PECANGAAN I dan II Pecangaan
37 RS KEDUNG Kedung
38 PUJASERA NGABUL Ngabul
39 KARUNGGONI Pecangaan
40 JOBOKUTO Jepara
41 BANGSRI I dan II Bangsri
42 WEDELAN Wedelan
43 RSS JERUK WANGI Bangsri
44 MLONGGO I dan II Mlonggo
-
Buku Putih Kota Jepara III-30
NO NAMA TPS LOKASI
45 PUSKESMAS BANGSRI Bangsri
46 PUSKESMAS KELING Keling
47 PASAR KRASAK Krasak Bangsri
48 KELET I dan II Kelet
49 PASAR LEBAK Lebak
TPS TANPA KONTAINER
1 SMP 2 Komplek SMP 2
2 PUSKESMAS Komplek Puskesmas Kota
3 MANGUNSARKORO I dan II Jl. Ki Mangunsarkoro
4 PENGKOL Jl. Ahmad Yani
5 BPD Jl. KS. Tubun
6 JEMBATAN SLAMET RIYADI Jl. Slamet Riyadi
7 SUB TERMINAL MULYOHARJO Jl. Mulyoharjo
8 SETDA LAMA Komplek Setda
Sumber : DPTRK Kabupaten Jepara, 2008
Adapun peta penempatan kontainer sampah adalah seperti pada
peta penempatan TPS dan kontainer sampah berikut dibawah ini. Gambar3.10
Gambar Penempatan TPS dan Container Sampah
-
Buku Putih Kota Jepara III-31
c. Pemindahan Sampah yang dibawa oleh alat pengumpul dipindahkan langsung ke
TPS atau kontainer yang nantinya dibawa oleh alat pengangkut. Armada
pengangkut memanfaatkan dump truk atau arm roll. Dump truk datang dengan muatan kosong lalu menaikkan sampah langsung dari TPS atau
kontainer.
Tipe pemindahan yang digunakan adalah transfer tipe II dan transfer
tipe III. Terdapat TPS dengan transfer tipe II yaitu tempat pertemuan
antara alat pengumpul dan alat pengangkut. Sementara sisanya
menggunakan transfer tipe III yaitu tempat pertemuan antara gerobak
dan kontainer dengan kapasitas 6 m3. Kontainer yang ada sebanyak 52
buah dengan kapasitas masing-masing 6 m3. Sebagian besar TPS dan
kontainer ditempatkan di Kota Jepara. Kecamatan-kecamatan lain yang
dilayani antara lain : Kecamatan Tahunan, Kecamatan Pecangaan,
Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kalinyamatan dan Kecamatan
Bangsri.
d. Pengangkutan Operasi pengangkutan sampah dilakukan dari kontainer maupun
TPS-TPS ke tempat pembuangan akhir. Pola pengangkutan sampah di
Kabupaten Jepara saat ini adalah dengan cara sarana pengangkut yang
mengambil sampah di tempat pemindahan yang tersedia di TPS.
Setelah pengambilan dari TPS tersebut, truk pengangkut langsung
menuju TPA.
Akan tetapi, terdapat pula pola pengangkutan sampah dari rumah-
rumah (biasanya di perumahan dan permukiman yang sudah cukup
padat jarak antar rumahnya) dimana sampah yang dikumpukan oleh
motor sampah tidak dibawa ke TPS dulu tetapi langsung dibawa ke
TPA.
Pada saat ini ada 1 pos utama (pool) berpangkalnya truk pengangkut
sampah, yaitu : Dinas Permukiman, Tata Ruang dan Kebersihan
(DPTRK) Kabupaten Jepara. Setiap sarana pengangkutan beroperasi 2
kali sehari, yaitu setelah mengambil sampah dari TPS langsung menuju
TPA dan kemudian kembali ke TPS semula dan seterusnya.
e. Pembuangan Akhir
-
Buku Putih Kota Jepara III-32
TPA Bandengan
Tempat Pembuangan Akhir di Jepara sebenarnya ada 3 unit,
namun yang baru beroperasional sesuai prosedur baru 1 (satu) buah
yaitu TPA Bandengan.
Gambar 3.11 TPA Bandengan
Sumber : Dokumentasi 2008
Luas TPA Bandengan Kecamatan Jepara 2.84 ha. Jarak TPA
dengan perumahan/pemukiman terdekat : 0,6 km, jarak TPA dengan
sungai/badan air terdekat : 2 km, jarak TPA dengan pantai : 5 km
Metode secara umum yang digunakan adalah composing dengan
menggunakan 2 metode yakni : Vermikasi atau pengolahan sampah
dengan memanfaatkan cacing tanah untuk dibuat kompos dan yang
kedua dengan menggunakan metode segitiga bamboo untuk proses
pelapukan sampah organik menjadi pupuk. Sedangkan untuk daur ulang sampah non organik dilakukan kerja
sama dengan pihak pemulung sebagaimana surat perjanjian
tertanggal 1 Pebruari 2007 dan untuk memudahkan pelaksanaannya
telah tersedia seperangkat alat untuk pencacah plastik dan pencacah sampah organik.
Fasilitas yang dimiliki oleh TPA Bandengan telah disesuaikan
dengan prosedur yang disyaratkan, seperti pengelolaan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dengan menggunakan 2 (dua) sistem,
yaitu:
i. Controlled Land Fill
Sampah dibuang ke parit, daerah cekungan, atau derah lereng,
kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan dipadatkan. Metode
ini mempunyai tiga macam cara yaitu metode area, metode trench
-
Buku Putih Kota Jepara III-33
dan metoda depression. Metode ini membutuhkan lahan yang luas
dan tanah untuk menimbun dengan volume yang besar.
ii. Daur Ulang Cell
Daur Ulang Cell, merupakan metode lain yang digunakan dalam
TPA, yaitu dengan membuat kotak-kotak cell yang ditata
berurutan untuk diisi dengan sampah organik. Sampah-sampah
tersebut kemudian dibiarkan minimal 2 3 tahun, setelah itu
dibongkar dan diayak untuk dijadikan pupuk kompos. Sisa
produksi yang ada selama ini difungsikan menjadi tanah penutup
untuk Controlled Land Fill.
TPA Gemulung
TPA Gemulung berada di Kecamatan Pecangaan. Luas TPA
Gemulung adalah 2910 m2. Sistem pengolahan sampah dengan cara
control landfill (Uruk Tanah). Jangkauan pelayanan TPA Gemulung
meliputi Kecamatan Pecangaan, Mayong, Welahan dan Kedung. Gambar 3.12
TPA Gemulung
Sumber : Dokumentasi 2008
TPA Krasak
TPA Krasak berada di Kecamatan Bangsri. Luas TPA Krasak
adalah 460 m2. Sistem pengolahan sampah dengan cara control
landfill. Jangkauan pelayanan TPA Krasak mencakup Mlonggo,
Bangsri, dan Keling.
-
Buku Putih Kota Jepara III-34
Gambar 3.13 TPA Krasak
Sumber : Dokumentasi 2008
Upaya minimalisasi jumlah sampah di TPA ini di samping dengan
mengandalkan pemulung dalam pemilahan sampah, juga digunakan
metode komposting, yaitu :
a. Segitiga Bambu
Berupa metode pengomposan dengan menempatkan sampah-
sampah organik dalam segitiga bambu, ditutup dengan plastik,
disiram air, dibalik beberapa kali dengan proses yang sama
selama 1 2 bulan. Pelapukan yang terjadi kemudianlah yang
menjadikan menjadi pupuk kompos. Tingkat produksinya rata-rata
komposing sampah TPA dengan metode segitiga dan
penambahan EM 4 dengan produksi + 4 ton/bulan.
b. Vermikasi
Vermikasi merupakan pengolahan sampah dengan memanfaatkan
budidaya cacing lumbricus rubellus. Metode ini adalah dengan
memanfaatkan sampah organik dan sampah dari pasar yang
dicacah kemudian dicampu dengan kotoran sapi dan buangan
RPH. Campuran inilah yang kemudian menjadi makanan bagi
cacing. Hasil buangan /kotoran cacing (kascing) inilah yang
dimanfaatkan sebagai pupuk. Tingkat produksinya rata-rata
komposing dengan sistem vermikasi dengan produksi + 4
ton/bulan.
3.3.6 Peran serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah Pengelolaan kebersihan dan persampahan tidak lepas dari kerja sama
dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah wadah khusus dalam pelayanan
pengambilan sampah rumah tangga, yang melibatkan pihak swasta dan
masyarakat itu sendiri. Keterbatasan SDM dan sarana prasarana pengelola
-
Buku Putih Kota Jepara III-35
kebersihan dan persampahan yang dimiliki pemerintah daerah menjadikan peran
pihak ketiga menjadi besar sebagai pengelola sekaligus pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan kebersihan, terutama di sekitar lingkungannya.
Pemberdayaan ini penting untuk meningkatkan rasa memiliki dan menjaga
budaya bersih dan sehat di masyarakat, di samping faktor ekonomis yang
ditawarkan terkait dengan share pembagian sebagian retribusi.
Pihak ketiga yang digandeng oleh pemerintah daerah dan turut berperan
dalam pengelolaan kebersihan dan persampahan di Kabupaten Jepara antara
lain :
Gemati
Merupakan pihak ketiga yang digandeng untuk pengelolaan
kebersihan terutama di TPA. Retribusi mestinya 90 % untuk pengelola
dan 10 % masuk kas daerah. Namun dalam kenyataannya angka 10 %
yang terserap untuk daerah masih belum bisa dilaksanakan, karena
hampir 100 % retribusi masih masuk ke pengelola.
Paguyuban RT /RW
Merupakan paguyuban yang dibentuk di setiap hierarkis RT dan RW
yang bertanggungjawab dalam pelayanan kebersihan dan pengumpulan
sampah. Share retribusi yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah adalah
70% untuk pengelola dan sisanya 30 % terserap untuk kas daerah.
Bentuk peran serta masyarakat Kabupaten Jepara terhadap pengolahan
sampah, antara lain:
1. Pengumpulan sampah dari RT sampai ke TPS oleh paguyuban sampah
bersama.
2. Penetapan SALAM BERLIAN (Sapu Halaman Bersihkan Lingkungan
Anda) terutama untuk jajaran Dinas, Instansi, Lembaga
Pemerintah/Swasta.
3. Partisipasi dari pengusaha/wiraswasta berupa pengadaan lomba,
percetakan stiker dan poster, bantuan sarana dan prasarana kebersihan.
4. Kegiatan-kegiatan penyuluhan.
Sedangkan kegiatan 3R telah dilakukan pada beberapa lokasi
sebagaimana yang dtuangkan pada Tabel 3.12.
-
Buku Putih Kota Jepara III-36
Tabel 3.14 Lokasi Kegiatan 3R Yang Dilakukan Masyarakat
No Lokasi Alamat Jenis
Kegiatan Pemanfaatan
Vol. yang diolah m3/bln
Pelaksana
1 Perumahan
RW I Kel.
Panggang
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 7,5 Warga
Perumahan
Gang Maju
Kel.
Panggang
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 7,5 Warga
Perumahan
Gang
Arjuna Kel.
Panggang
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 7,5 Warga
RW.VI Kel.
Demaan
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 7,5 Warga
Perumahan
Griya
Tahunan
Indah
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 7,5 Warga
Perumahan
Kapling
Pengkol
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 7,5 Warga
2 Pasar Pasar Jepara I
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 60 90
Pengelola
Pasar
Pasar Jepara II
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 150 180
Pengelola
Pasar
kerjasama
dengan
Yayasan
Danamon
Peduli
Pasar Tahunan
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 60 90
Pengelola
Pasar
3 Perkantoran
Kantor
Bupati
Jepara
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Cleaning
service
Setda
-
Buku Putih Kota Jepara III-37
No Lokasi Alamat Jenis
Kegiatan Pemanfaatan
Vol. yang diolah m3/bln
Pelaksana
Bappeda
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Pegawai di
Bappeda
Dipenda
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Pegawai di
Dipenda
Sekretariat
DPRD
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Pegawai di
Setwan
Kec.Jepara
Pemilahan dan
Pengolahan
Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Pegawai di
Kec.Jepara
4 Sekolah
SDN
1,2,5,6,9
Panggang
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Guru dan
murid
SDN 4
Panggang
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Guru dan
murid
SDN 1,2
Mulyoharjo
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
1.Pupuk
Kompos
2.Kerajinan
Tangan dari
Sampah
Anorganik
4 6 Guru dan
murid
SMPN 2,5,6
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Guru dan
murid
SMAN 1
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Guru dan
murid
SMKN 2, 3
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Guru dan
murid
5 Terminal Terminal
Bus Jepara
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Pengelola
Terminal
6 RS/
Puskesmas RSU Kartini
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
Proses dalam
incinerator
Bagian
IPAL RSU
Puskesmas
Kota
Pemilahan dan Pengolahan Sampah
Pupuk
Kompos 4 6
Pegawai
Puskesmas
-
Buku Putih Kota Jepara III-38
3.3.7 Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di
Kabupaten Jepara adalah :
1. Potensi masyarakat secara umum cukup besar, hanya saja belum dapat
dimanfaatkan secara optimal sebagai potensi untuk meningkatkan
efektifitas program persampahan.
2. Adanya anggapan di masyarakat bahwa pengelolaan persampahan
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kebersihan
lingkungan khususnya dalam hal kebiasaan membuang sampah pada
tempatnya.
4. Kurangnya partisipasi warga masyarakat dalam pengelolaan
persampahan.
5. Keterbatasan luas lahan untuk lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir.
6. Kurangnya jumlah armada atau prasarana pengangkutan mengakibatkan
sampah yang terlambat diangkut, sehingga menimbulkan bau dan lindi di
TPS dan transfer depo.
3.4 Pengelolaan Drainase
3.4.1 Landasan Hukum/Legal Operasional Landasan hukum pengelolaan drainase adalah :
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang
Fungsi Utama Saluran Drainase Sebagai Drainase Wilayah dan Sebagai
Pengendalian Banjir.
2. Kepmen Kimpraswil Nomor 534/2001 tentang Standar Pelayanan
Minimal Drainase.
3.4.2 Aspek Institusional Institusi yang berwenang dalam pengelolaan drainase adalah DPU &
ESDM dan DPTRK. DPU & ESDM menangani masalah pembangunannya dan
DPTRK menangani pemeliharan saluran drainase. Sedangkan BLH menangani
masalah promosi dan advokasi PHBS dengan memasang pesan-pesan di
Billboard supaya masyarakat tidak membuang sampah di sungai, kegiatan
pembersihan sampah disepanjang pantai wisata dengan melibatkan masyarakat
setempat, memberikan bantuan bibit tanaman untuk penghijauan ke sekolah-
sekolah, membuat biopori didaerah resapan air hujan, tanaman untuk taman-
-
Buku Putih Kota Jepara III-39
taman kota. Pendanaan yang disediakan oleh BLH untuk kegiatan ini rata-rata
sebesar Rp. 50 juta pertahun.
Struktur organisasi PU & ESDM yang mengurus masalah drainase dan
air limbah adalah sebagai berikut dibawah ini:
Kepala Dinas Sekretaris
a. Sub Bagian umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi c. Sub Bagian Keuangan
Bidang Bina Marga yang terdiri dari a. Seksi Pembangunan Jalan, b. Seksi Jembatan dan Sarana Prasarana Umum
Bidang Cipta Karya yang terdiri dari : a. Seksi Penataan Lingkungan Dan Air Bersih b. Seksi Pemukiman
Bidang Pengairan yang terdiri dari: a. Seksi Bina Manfaat b. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan
Bidang ESDMyang terdiri dari: c. Seksi Energi d. Seksi Sumber Daya Mineral
UPT DPU & ESDM
3.4.3 Cakupan Pelayanan Pengelolaan drainase di Kabupaten Jepara yang menjadi tanggung
jawab DPU & ESDM sudah meliputi seluruh wilayah kota dengan cakupan
pelayanan meliputi : tidak ada luas genangan yang lebih dari 10 hektar, lama
waktu genangan tidak lebih dari 2 jam dan tinggi genangan tidak lebih dari 30
cm. Pembangunan saluran drainase lingkungan (saluran tersier) menjadi
tanggungjawab masyarakat. Layanan yang diberikan DPTRK pada aspek
pemeliharaan meliputi: melakukan pengedukan lumpur/waled/sedimen pada
saluran drainase, memelihara ketertiban penggunaan saluran drainase serta
melakukan pemusnahan dan pemanfaatan hasil pembersihan saluran drainase,
air kotor supaya berdaya guna dan tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan/banjir. Sedangkan BLH melakukan pemasangan pesan-pesan PHBS
kepada masyarakat disepanjang pinggir sungai, supaya tidak membuang
sampah di sungai.
-
Buku Putih Kota Jepara III-40
3.4.4 Aspek Teknis dan Operasional Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan
ke badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Ditinjau dari fungsi
pelayanan, drainase terdiri atas :
1. Drainase utama (makro)
2. Drainase lokal (mikro)
Drainase utama (makro) yaitu sistem saluran yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).
Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di
Kabupaten Jepara yang termasuk dalam drainase utama (makro) ada 4 sungai
yaitu Kali Kanal, Kali Wiso, Kali Sikembu dan Kali Sampok.. Pada Kali Kanal dan
Kali Wiso yang berada pada daerah perkotaan sebagian besar sudah di tanggul.
Drainase lokal (mikro) yaitu sistem saluran yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar
berada di dalam wilayah kota. Biasanya sistem ini menampung aliran yang
berskala lebih kecil dari drainase utama (makro). Di Kabupaten Jepara yang
termasuk dalam drainase lokal (mikro) adalah saluran di sepanjang sisi jalan
protokol (saluran drainase sekunder) dan saluran di lingkungan pemukiman
(saluran drainase tersier/drainase lingkungan). Karakteristik sistem saluran di
wilayah kota sudah permanen, pada umumnya masih terbuka dan dimensi
sekitar 0,3 2 m. Pada umumnya saluran drainase mengikuti alur jalan yang
ada, dimulai dari pintu air Demaan dan terbagi menurut hirarki sistem menjadi 7
sistem pelayan (I VII/Sistem Sikembu). Ada yang bermuara ke sungai/kanal,
ada yang langsung ke laut dan ada yang masuk ke rencana pembangunan
polder dekat terminal Jepara. Panjang saluran drainase yang melayani 7 sistem
pelayanan tersebut sekitar 24.236 m, terdiri dari :
Sistem I = 4.681 m Sistem IV = 3.152 m Sistem VII = 2.676 m
Sistem II = 6.042 m Sistem V = 1.300 m
Sistem III = 2.625 m Sistem VI = 3.760 m
Secara umum, saluran drainase lingkungan di pemukiman ada berupa
saluran alami dan buatan baik terbuka atau tertutup, pasangan beton maupun
galian tanah. Berdasarkan hasil Studi EHRA Jepara Juli 2010, sekitar 39,48 %
responden memiliki saluran air /drainase. Kondisi fisik saluran drainase dari
39,483% tersebut, sekitar 17,32 % saluran menggunakan tutup dan sekitar 42,21
% saluran airnya mengalir.
-
Buku Putih Kota Jepara III-41
KEL. JO BO KU TO
KE L. BU LU
KEL. KAU M AN
KEL. D EM AAN
KEL. PO TR O YU D AN
KE L. P AN GGAN G KELURAH AN SARIPAN
Stadion Kam al Junaedi
S kala :
0 250 500 m
KELURAHAN PENG KO L
KELUR AH AN M ULYO HARJOKELURAHAN UJUNG BATU
Gambar 3.14 Peta Jaringan Drainase dan Lokasi Daerah Genangan
Sumber : Detail Plan Drainase Kota Jepara
-
Buku Putih Kota Jepara III-42
3.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase
lingkungan antara lain:
1. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan.
2. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke
saluran drainase.
3. Membuat saluran pembuangan air limbah rumah tangga ke belakang
rumah. Saluran drainase yang ada di depan rumah hanya untuk
pematusan air hujan saja.
4. Mentaati slogan-sloga himbauan yang telah dipasang oleh BLH
Kabupaten Jepara di tempat - tempat strategis pinggiran sepanjang
sungai, supaya masyarakat ikut menjaga kebersihan sungai dengan
tidak membuang sampah pada sungai.
3.4.6 Permasalahan Di Kabupaten Jepara muncul permasalahan dalam pengelolaan
drainase lingkungan yaitu :
1. Ketidakmampuan saluran untuk mengalirkan air yang disebabkan oleh
endapan (sedimen), serta dimensi/ukurannya kecil.
2. Adanya sampah-sampah yang menyumbat saluran. Hal ini akan
menyebakan berkurangnya kapasitas saluran.
3. Banyak terdapat lokasi-lokasi yang rendah (disekitarnya sudah
ditinggikan untuk bangunan) menyebabkan sulitnya mengarahkan
saluran dengan air.
4. Tingginya permukaan air laut pada saat pasang dan rendahnya
permukaan tanah menyebabkan air hujan tidak dapat lancar mengakir
ke laut. Perlu penanganan sedini mungkin genangan yang diakibatkan
oleh ROB, sebelum meluas sampai ke area perkotaan. Saat ini
Pemerintah Kabupaten Jepara sedang melakukan studi untuk
penanggulangan akibat ROB..
-
Buku Putih Kota Jepara III-43
3.5 Penyediaan Air Bersih
3.5.1 Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/KPTS/CK/II/1993
Tahun 1993 tentang Pengelolaan BPAM Diserahkan Dari Pemerintah
Provinsi Jawa Tangah Kepada Pemerintah Kabupaten Jepara
2. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 3 Tahun 1993 tentang
Perubahan Status BPAM Menjadi Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kabupaten Jepara
3.5.2 Aspek Institusional PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah
Kabupaten Jepara, yang secara terus menerus dituntut meningkatkan pelayanan
air bersih ke masyarakat, meningkatkan kinerja perusahaan serta berusaha
memberikan kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Pemerintah
Kabupaten Jepara.
3.5.3 Cakupan Pelayanan Hingga akhir tahun 2009, diidentifikasi bahwa cakupan pelayanan PDAM
Kabupaten Jepara sebesar : (1) Kabupaten : 11,13%; (2) Perkotaan : 84,8%; dan
(3) Pedesaan : 18,3%. Adapun jumlah sambungan rumah (SR) mencapai 22.115
pelanggan. Sedangkan besarnya angka kehilangan air mencapai 21,64%.
Efisiensi penagihan rekening sebesar 80% dan panjang pipa terpasang 387,46
km. Adapun kapasitas produksi sebesar 281,7 liter/detik dan kapasitas
terpasang 354,5 liter/detik. Berdasarkan Studi EHRA Jepara Juli 2010, diketahui
bahwa sebagian besar (dominan) rumah tangga di wilayah studi lebih memilih
untuk memanfaatkan sumur bor/sumur pompa yaitu sebesar 53,84%
dibandingkan air ledeng PDAM yang hanya berjumlah 30,42%. Walaupun secara
khusus, data tentang jumlah sumur gali/sumur bor yang dimiliki oleh masyarakat
(rumah tangga) di Kota Jepara belum terdata (terdokumentasi) dengan baik.
Dalam rangka penyediaan air bersih yang dbutuhkan oleh masyarakat
Kabupaten Jepara, maka kegiatan atau usaha-usaha yang dilakukan oleh PDAM
Kabupaten Jepaera antara lain :
1. Menjaga kelestarian air baku, sehingga fungsi pengelolaan pelayanan
air minum kepada masyarakat dapat tercapai.
-
Buku Putih Kota Jepara III-44
2. Menjaga kuantitas air baku, sehingga kontinuitas pelayanan melalui
peningkatan dan kapasitas produksi di masa yang akan datang dapat
terpenuhi.
3. Meningkatkan profesionalisme karyawan sehingga kinerja manajemen
yang berorientasi kepada pelanggan dapat berjalan baik.
4. Meningkatkan fasilitas pelayanan air bersih kepada masyarakat.
5. Meningkatkan image dan kinerja perusahaan.
3.5.4 Aspek Teknis dan Operasional Langkah-langkah PDAM Kabupaten Jepara untuk memenuhi kebutuhan
air bersih tersebut adalah dengan membuat sumur dalam /pengeboran air bawah
tanah ( 150 m) yang digerakkan oleh tenaga listrik dan genset. Unit produksi
yang dimiliki oleh PDAM antara lain :
1. Unit Produksi Sumur Dalam Jepara
Sumur Bor Dalam Jepara sejumlah 23 unit dengan kapasitas terpasang
138,8 liter/detik
2. Unit Produksi Sumur Dalam Bangsri
Sumur Bor Dalam Bangsri sejumlah 2 unit dengan kapasitas terpasang
20,5 liter/detik.
3. Unit Produksi Sumur Dalam Mlonggo
Sumur Bor Dalam Mlonggo sejumlah 3 unit dengan kapasitas terpasang
34,4 liter/detik.
4. Unit Produksi Sumur Dalam Pecangaan
Sumur Bor Dalam Pecangaan sejumlah 3 unit dengan kapasitas
terpasang 8,1 liter/detik.
5. Unit Produksi Sumur Dalam Tahunan
Sumur Bor Dalam Tahunan sejumlah 5 unit dengan kapasitas terpasang
22 liter/detik.
6. Unit Produksi Sumur Dalam Pakis Aji
Sumur Bor Dalam Pakis Aji sejumlah 3 unit dengan kapasitas terpasang
23,1 liter/detik.
7. Unit Produksi Sumur Dalam Kalinyamatan
Sumur Bor Dalam Kalinyamatan sejumlah 2 unit dengan kapasitas
terpasang 20,2 liter/detik.
8. Unit Produksi Sumur Dalam Kedung I
-
Buku Putih Kota Jepara III-45
Sumur Bor Dalam Kedung I sejumlah 2 unit dengan kapasitas terpasang
13,4 liter/detik.
9. Unit Produksi Sumur Dalam Kedung II
Sumur Bor Dalam Kedung II sejumlah 2 unit dengan kapasitas
terpasang 17,1 liter/detik.
10. Unit Produksi Sumur Dalam Batealit
Sumur Bor Dalam Batealit sejumlah 1 unit dengan kapasitas terpasang
7,1 liter/detik.
Untuk lebih memperjelas seberapa besar cakupan layanan PDAM, dapat
dilihat Peta Jaringan Air Bersih Kabupaten Jepara yang dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
3.5.5 Permasalahan Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Jepara sebagai
unit usaha yang berkewajiban menyediakan sarana akses air bersih di
Kabupaten Jepara dapat adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya monopoli dalam pengelolaan air minum, yang terlihat dengan
banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk memanfaatkan sumur
gali/sumur bor sebagai sarana akses mereka untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih.
2. Kurangnya manajemen PDAM
3. Kurang disiplinnya pelanggan dalam membayar tagihan rekening air
minum.
4. Semakin banyaknya usaha air isi ulang di Kabupaten Jepara yang
membuat semakin berkurangnya pelanggan air PDAM.
5. Tingkat kehilangan air yang relatif tinggi yaitu sebesar 21,64% pada
tahun 2009 diharapkan dapat segera tertangani, sehingga
pendistribusian air bersih menjadi lebih efisien.
6. Berkurangnya catchment area di Kabupaten Jepara mengakibatkan
ketersediaan air baku untuk PDAM semakin menipis.
Selain itu ketidaksediaan data jumlah sumur gali/sumur bor yang dimiliki
rumah tangga di masing-masing kelurahan oleh pihak DKK Jepara berakibat
pada sulitnya pengawasan dan pemantauan terhadap kualitas sumur gali/sumur
bor yang dimiliki masyarakat (rumah tangga) di Kabupaten Jepara. Beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh DKK Jepara hanya terbatas pada pemeriksaan
-
Buku Putih Kota Jepara III-46
(sampling) kualitas air bersih yang dilakukan di permukiman padat penduduk dan
kumuh di wilayah Kabupaten Jepara. Hasil uji kualitas air sumur dangkal di
wilayah pemukiman penduduk dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 3.15
Sumber : PDAM Kabupaten Jepara
-
Buku Putih Kota Jepara III-47
3.6 Komponen Sanitasi Lainnya
3.6.1 Penanganan Limbah Industri Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Jepara, khususnya BLH dalam upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan,
khususnya yang diakibatkan karena pembuangan limbah cair industri, antara lain
dengan :
1. Pengujian Limbah Air Sungai
2. Pengembangan Penataan Ruang Terbuka Hijau pada Lokasi
Pemukiman, Industri, Pusat Perdagangan dan Padat Lalu Lintas
3. Pembinaan pada Pengusaha Industri untuk memiliki Dokumen
Pengelolaan Pemantauan Lingkungan
Kondisi pencemaran limbah cair industri pada umumnya di Kabupaten
Jepara masih dibawah ambang batas pencemaran. Walaupun begitu, dalam
jangka panjang perlu adanya penataan industri di lokasi tertentu sehingga
dengan mudah untuk meminimalkan terjadinya Pencemaran Limbah Cair Industri
tersebut.
Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan limbah industri yaitu :
1. Pelaku Industri belum seluruhnya mempunyai IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah)
2. Terbatasnya lahan untuk pembuatan IPAL Komunal bagi Sentra Industri
dan Pemukiman (Limbah Rumah Tangga).
3.6.2 Penangangan Limbah Medis Limbah medis adalah limbah yang biasanya bersumber dari limbah
rumah sakit, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah medis dapat
dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan
berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah
medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan
pengelolaan secara khusus.
Di Kabupaten Jepara sendiri, praktek pengolahan limbah medis oleh
rumah sakit maupun puskesmas sudah dilakukan. Terlihat dari fakta bahwa
selama ini baik puskesmas ataupun rumah sakit yang ada di wilayah Kabupaten
Jepara sudah mempunyai incinerator (13 puskesmas), sedangkan Puskesmas
yang belum mempunyai incinerator masih menyerahkan limbah medis,
-
Buku Putih Kota Jepara III-48
khususnya limbah padat yang dihasilkannya untuk dibakar pada unit incinerator
yang dimiliki oleh RSUD Kartini atau pada Puskesmas terdekat.
Hingga tahun 2009 RSUD Kartini merupakan salah satu rumah sakit
yang diketahui memiliki pengolahan limbah medis baik padat maupun cair
walaupun secara kuantitas maupun kualitas pengolahan limbah masih kurang
memadai. Secara detail penjelasan terkait limbah medis ditinjau dari sumber,
jenis dan pengolahannya dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Sumber Sumber timbulan sampah medis yang dihasilkan dari RSUD Kartini
secara garis besar berasal dari unit obstetrik, unit emergency, unit
laboratorium, kamar mayat, patologi dan otopsi, unit layanan medis, dan
sebagainya adalah sebanyak 1.204 kg per bulan.
b. Jenis Jenis limbah medis dapat berupa benda tajam, infeksius, jaringan
tubuh, sitotoksis, farmasi, kimia, dan radio aktif. Jenis lain adalah
sampah medis berupa; darah, jaringan, spuit, kapas, kasa, slang infus,
jarum suntik, dan sampah lain yang terkontaminasi. Cakupan
penanganan sampah medis di RSUD Kartini sudah mencakup 100%
dari total timbulan sampah setiap harinya.
Tabel 3.15 Timbulan Limbah Medis & Non Medis RSUD Kartini
Kabupaten Jepara Tahun 2009
No Bulan Timbulan Limbah
Medis (Kg) Timbulan Limbah Non Medis (Kg)
1 Januari 1.160 1.736
2 Pebruari 1.181 1.364
3 Maret 1.265 1.612
4 April 1.229 1.598
5 Mei 1.216 1.791
6 Juni 1.142 1.524
7 Juli 1.208 1.646
8 Agustus 1.204 1.846
9 September 1.150 1.866
10 Oktober 1.234 2.204
11 Nopember 1.218 2.298
-
Buku Putih Kota Jepara III-49
No Bulan Timbulan Limbah
Medis (Kg) Timbulan Limbah Non Medis (Kg)
12 Desember 1.236 2.136
Total 14.452 21.621
Rata-rata perbulan 1.204 1.801
Sumber : Instalasi Pemeliharaan Sarana da Prasarana RSUD Kartini Kabupaten Jepara, 2009.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa volume sampah medis dan
sampah non medis setiap bulan mengalami peningkatan.
c. Penanganan (pengelolaan) Sampah dipisahkan menjadi dua yaitu sampah medis dan sampah
non medis, kedua sampah tersebut diberi wadah dan kantong plastik
yang berbeda. Untuk sampah medis dimasukkan ke dalam kantong
plastik merah.
Sebelum dibuang ke pembuangan sementara, dilakukan desinfeksi
dengan bahan kimia untuk membunuh bakteri patogen dan
mikroorganisme lain yang bisa membayakan penjamah sampah.
Pemusnahan sampah medis dengan pembakaran (incenerator).
Untuk limbah cair diolah dalam suatu IPAL yang dikelola secara
mandiri oleh RSUD Kartini. alur IPAL dituangkan pada gambar
dibawah berikut ini.
d. Permasalahan
Selama bulan Januari s/d Mei 2009 sisa/abu pembakaran sampah
medis belum maksimal, karena konstruksi cerobong yang terlalu
kecil sehingga tidak mampu membakar dengan suhu di atas 900 0C.
Tempat Penampungan Sementara (TPS) setiap hari Minggu dan
Senin sering terjadi penumpukan sampah, karena pada hari Minggu
tidak ada pengangkutan dari pihak DPTRK.
-
Buku Putih Kota Jepara III-50
Gambar 3.16 Alur IPAL RSUD Kartini Kabupaten Jepara
Sumber : RSUD Kartini Kabupaten Jepara
KM, Toilet, wc
Auto Rake Screen
FBBR
Bak Pengendapan
Bak Air Terolah
Up Flow Filter
Bak Desinfektan
Lift Station
Bufer Basin
Pretreatmen
Laundry
Dapur
Limbah Padat
Incenerator
Dewatering Unit
Cake
Air Bersih
Bak Penampungan Lumpur
Saluran Air Kota/ Sungai
Effluent
-
Buku Putih Kota Jepara III-51
3.6.3 Kampanye PHBS Untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dinas Kesehatan
Kabupaten Jepara telah melakukan berbagai upaya agar masyarakat bisa
mengetahui, memahami, mengerti dan akhirnya mau melakukan apa yang
menjadi kewajiban sebagai warga masyarakat untuk turut serta membangun
kesehatan baik individu, masyarakat dan lingkungan, agar kualitas kesehatan
meningkat, sedangkan kegiatanya antara lain :
1. Pelatihan untuk petugas kesehatan.
2. Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Desa/Kelurahan.
3. Survei PHBS di 21 Puskesmas masing-masing 210 KK.
4. Melatih kader kesehatan di kelurahan-kelurahan.
5. Memasang spanduk-spanduk /poster-poster himbauan untuk PHBS.
6. Membentuk Forum Kesehatan Desa (FKD).
7. Lomba Lingkungan Sekolah Sehat (LLSS). 8. Kampanye Anti Rokok tahun 2008. 9. Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), peserta 1000 orang
anak-anak SD se Kabupaten Jepara.
10. Pelatihan dan praktek CLTS selama 2 hari, tahun 2010.
11. Pelatihan Higiene Sanitasi Sekolah, praktek CTPS, tahun 2010.
12. Survey Peningkatan Sanitasi Obyek Wisata Pantai Kartini (Survey IS).
Ruang lingkup Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dalam
pelaksanaanya ada 5 tatanan yaitu :
1. Tatanan Rumah Tangga Sehat
2. Tatanan Sekolah Sehat
3. Tatanan Perkantoran Sehat
4. Tatanan Tempat-Tempat Umum Sehat
5. Tatanan Pondok Pesantren Sehat
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat. Rumah tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 16
(enambelas) PHBS di rumah tangganya, urutan ke 16 PHBS dan urutan masalah
dari Hasil Survei Pemetaan Rumah Tangga Sehat tatanan rumah tangga yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2009 di 21
-
Buku Putih Kota Jepara III-52
Puskesmas dengan jumlah desa yang di data ada 188 desa dan 4410 rumah
tangga atau 210 rumah tangga setiap Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Tidak merokok sebesar 35,37%.
2. Jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) sebesar 42,49%
3. ASI Eksklusif sebesar 43,06%
4. Melakukan aktifitas fisik tiap hari sebesar 63,88%
5. Menggunakan lantai rumah kedap air sebesar 70,41%
6. Menggunakan jamban sehat sebesar 75,96%
7. Melakukan PSN minimal seminggu sekali sebesar 76,80%
8. Kepadatan hunian rumah per orang min.9 m2 sebesar 78,25 %
9. Mencuci tangan dengan sabun dengan air bersih yang mengalir sebesar
78,32 %
10. Menimbang bayi dan balita sebesar 78,91%
11. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan sebesar 80,50 %
12. Membuang sampah pada tempatnya sebesar 82,83%
13. Makan dengan menu seimbang sebesar 89,64 %
14. Menggosok gigi min.2 kali sehari sebesar 93,20 %
15. Menggunakan air bersih sebesar 94,04 %
16. Tidak menyalahgunakan miras dan narkoba sebesar 96,76 %
3.7 Pembiayaan Sanitasi Kota
3.7.1 Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Sanitasi Kelembagaan pengelolaan keuangan untuk sanitasi di kabupaten
Jepara dapat diuraikan dalam tabel berikut dibawah ini.
Tabel 3.16 Kelembagaan Pengelolan Keuangan Sanitasi
No Kelembagaan & Referensi Kesesuaian dalam RPJMD, RKPD dan
Pendanaan Program
1 Dokumen Rencana- Rencana Kota
a. Moto Kabupaten Jepara yaitu Trus Karya Tataning Bumi yang artinya terus bekerja keras membangun daerah, diharapkan visi Kabupaten
Jepara sebagai pemicu bagi seluruh komponen
masyarakat (stakeholders) untuk terus bekerja
keras membangun daerah dalam rangka untuk
Perencanaan Kota (Ref : RPJMD)
-
Buku Putih Kota Jepara III-53
No Kelembagaan & Referensi Kesesuaian dalam RPJMD, RKPD dan
Pendanaan Program mencapai visi yang dicita-citakan. Visi Kabupaten
Jepara sebagaimana tertuang dalam RPJMD
Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012, adalah :
Terwujudnya Kabupaten Jepara sebagai daerah yang religius, aman, maju, demokratis dan sejahtera dengan bertumpu pada potensi budaya lokal, melalui peningkatan kualitas sumber daya yang terlayani oleh pemerintahan yang bersih
b. Indikator kekuatan; dokumen perencanaan yang memadai, potensi dan posisi daerah, kinerja yang memadai, pemberdayaan masy. yang memadai, aktivitas forum-2 masyarakat, pendapatan masyarakat.
Indikator kelemahan; pemulihan krisis ekonomi,
kualitas SDM terbatas, SDA terbatas, PAD kecil.
Indikator peluang; otonomi daerah, pengelolaan potensi, pasar bebas, investasi & SDM asing yang berkualitas.
Indikator ancaman; pasar bebas luar negeri, kemajuan teknologi, tuntutan & kebutuhan masyarakat.
c. Indikasi program yang terkait dengan lingkungan, air dan santisasi, hanya ada pada misi ke-5 saja. Seperti peningkatan kualitas SDM dan mutu pelayanan kepada masyarakat. Terutama layanan masyarakat bid. pendidikan dan kesehatan. Ini berkaitan dengan perbaikan infrastrukur santasi dan perubahan perilaku (PHBS).
2 Urusan Perencanaan Pembangunan a.
Bappeda hanya bersifat mengkoordinasikan perencanaan pembangunan lintas sektoral/bidang.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
b. Pada kondisi eksisting Kabupaten Jepara 2009 (berdasarkan RKPD) tidak ditemukan secara khusus koordinasi perencanaan program dalam bidang kesanitasian. Namun demikian dengan anggaran yang ada, diharapkan terdapat program (bersifat soft-ware/non fisik) yang mengarah kepada penguatan (strenghtening) pemrograman kesanitasian.
(Ref : RKPD & Renja SKPD)
c. Indikasi bahwa koordinasi program kesanitasian
bisa diarahkan kepada penguatan (strenghtening) misalnya koordinasi Pokja, survei dan sebagainya, bisa didorong / dimasukkan pada program-program kerjasama pembangunan, peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah dan program perencanaan pembangunan daerah.
3 Urusan Pekerjaan a.
Urusan pekerjaan umum menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum & Energi Sumber Daya Umum (Ke-PU-an)
-
Buku Putih Kota Jepara III-54
No Kelembagaan & Referensi Kesesuaian dalam RPJMD, RKPD dan
Pendanaan Program Mineral. Urusan ke-PU-an, adalah; jalan, jembatan, irigasi dan ke cipta-karyaan.
Dinas Pekerjaan Umum & Energi Sumber Daya Mineral
b. Saat ini sedang disusun Studi Penanggulangan Genangan Banjir Akibat ROB Kota Jepara, hal ini mengindikasi bahwa perhatian Pemda sudah sejak dini mengantisipasi terhadap urusan drainase kota sebagai bagian hilir drainase lingkungan yang memberikan dukungan yang cukup baik.
(Ref : RKPD & Renja SKPD)
c. Indikasi tersebut, ternyata dalam pendanaan memang didukung oleh anggaran belanja yang cukup memadai.
d. Kegiatan peningkatan kualitas drainase di antaranya adalah; normalisasi saluran jalan kota, pembersihan saluran drainase.
e. Sebenarnya Dinas PU&ESDM masih bisa didorong untuk mengemban tanggung jawab lebih besar dalam penataan subsektor drainase ini.
4 Urusan Permukiman, Ruang dan Persampahan
a.
Sebagaimana diketahui bahwa DPTRK lebih banyak menangani pendanaan persampahan, dan sedikit limbah cair rumah tangga, khususnya pengangkutan limbah tinja. Kedua subsektor ini, dalam hal pengaturan retribuasinya telah didasarkan kepada Perda tentang Persampahan dan Perda lainnya tentang Layanan Penyedotan Kakus/Tinja.
Dinas Permukiman Tata Ruang dan Kebersihan
(Ref : RKPD & Renja SKPD) b. Urusan kebersihan yang didanai oleh SKPD ini di
antaranya adalah; pembersihan ruas-ruas jalan kota, pengelolaan sampah di tr