Angiofibroma Dodo

7
I Pendahuluan Angiofibroma nasofaring adalah jenis tumor hidung jinak yang cenderung menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan, sehingga secara klinis berbahaya, terutama ditemukan hampir pada anak laki-laki. Karena hidung mempunyai hubungan erat dengan struktur disekitarnya, misalnya sinus paranasal dan nasofaring, sehingga tumor di rongga hidung sering meluas ke tempat tersebut atau sebaliknya, Penanganan tumor hidung sangat tergantung dari jenis, jinak ganasnya, letak, besar dan luas penyebarannya, sehingga cara operasi belum tentu memberikan hasil yang memuaskan atau dapat dilakukan, maka diperlukan terapi lainnya yaitu terapi kombinasi. Pada refrat ini akan membahas khusus pada Angiofibroma nasofaring. II. Definisi Angiofibroma nasofaring adalah suatu tumor jinak nasofaring, tetapi secara klinis tumor ini berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan hebat, dan menimbulkan kerusakan karena mendesak organ-organ disekitarnya. 1, 2 III. Epidemiologi

description

Angiofibroma

Transcript of Angiofibroma Dodo

Page 1: Angiofibroma Dodo

I Pendahuluan

Angiofibroma nasofaring adalah jenis tumor hidung jinak yang cenderung

menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan, sehingga secara klinis

berbahaya, terutama ditemukan hampir pada anak laki-laki. Karena hidung

mempunyai hubungan erat dengan struktur disekitarnya, misalnya sinus

paranasal dan nasofaring, sehingga tumor di rongga hidung sering meluas ke

tempat tersebut atau sebaliknya, Penanganan tumor hidung sangat tergantung

dari jenis, jinak ganasnya, letak, besar dan luas penyebarannya, sehingga cara

operasi belum tentu memberikan hasil yang memuaskan atau dapat dilakukan,

maka diperlukan terapi lainnya yaitu terapi kombinasi. Pada refrat ini akan

membahas khusus pada Angiofibroma nasofaring.

II. Definisi

Angiofibroma nasofaring adalah suatu tumor jinak nasofaring, tetapi secara

klinis tumor ini berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan hebat, dan

menimbulkan kerusakan karena mendesak organ-organ disekitarnya.1, 2

III. Epidemiologi

Tumor ini terjadi pada anak laki-laki remaja. Umumnya terdapat pada

rentang usia 7 sampai dengan 21 tahun dengan usia tersering antara usia 14

sampai dengan 14 tahun dan jarang pada usia diatas 25 tahun. Tumor ini

merupakan tumor jinak nasofaring terbanyak dan 0,05% dari seluruh tumor

kepala dan leher.2

IV. Etiologi

Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai teori banyak diajukan.

Diantaranya teori jaringan antar sel, yaitu pendapat bahwa tempat perlekatan

spesifik angiofibroma adalah di dinding posterolateral atap rongga hidung.

Faktor ketidak-seimbangan hormonal. Anggapan ini didasarkan atas adanya

Page 2: Angiofibroma Dodo

hubungan antara jenis kelamin dan umur. Banyak ditemukan pada anak atau

remaja laki-laki.2

V. Patogenesis

Patogenesis sera histopatologi tumor ini termasuk jinak tetapi secara klinis

ganas karena bersifat ekspansif dan mempunyai kemampuan mendestruksi

tulang. Tumor yang kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari

arteri faringeal asenden atau arteri maksilaris interna.2,3 Angiofibroma kaya

dengan jaringan fibrosa yang timbul dari atap nasofaring atau bagian dalam

fossa pterigoid. Setelah mengisi nasofaring, tumor ini meluas ke dalam sinus

paranasal, rahang atas, pipi dan orbita, serta dapat meluas ke intrakranial

setelah mengerosi dasar tengkorak.1,2

VI. Gejala klinik

Gejala klinik terdiri dari hidung tersumat (80-90%); merupakan gejala

tersering, diikuti oleh epistaksis (45-60%); kebanyakan unilateral dan rekuren,

nyeri kepala (25%); khususnya bila sudah meluas ke sinus paranasal,

pembengkakan wajah (10-18%) dan gejala lain seperti anosmia, rhinolalia,

tuli, pembengkakan palatum serta deformitas pipi.1,2,3

VII.Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik secara

rinoskopi posterior akan terlihat tumor dengan massa kenyal, warnanya

bervariasi dari abu-abu sampai merah muda, mukosanya mengalami

hipervaskularisasi dan tidak jarang ditemukan adanya ulserasi. Pemeriksaan

penunjang radiologik berupa foto kepala potongan antero-posterior, lateral

dan posisi waters) akan terlihat gambar klasik yang disebut tanda Holman-

Miller yaitu berupa lengkungan ke depan dari dinding posterior sinus

maksilaris. Biopsi tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan pendarahan

masif.1,2

Page 3: Angiofibroma Dodo

VIII.Klasifikasi

Ada 2 sistem yang paling sering digunakan yaitu Sessions dan Fisch.2,4

Klasifikasi menurut Sessions sebagai berikut :

o Stage IA : Tumor terbatas pada nares posterior dan/atau nasofaring.

o Stage IB : Tumor melibatkan nares posterior dan/atau nasofaring dengan

perluasan ke satu sinus paranasal.

o Stage IIA : Perluasan lateral minimal ke dalam fossa pterygomaksila.

o Stage IIB : Mengisi seluruh fossa pterygomaksila dengan atau tanpa erosi ke

tulang orbita.

o Stage IIIA : Mengerosi dasar tengkorak; perluasan intrakranial yang minimal.

o Stage IIIB : Perluasan ke intrakranial dengan atau tanpa perluasan ke dalam

sinus kavernosus.

Klasifikasi menurut Fisch :

o Stage I : Tumor terbatas pada kavum nasi, nasofaring tanpa destruksi tulang.

o Stage II :Tumor menginvasi fossa pterygomaksila, sinus paranasal dengan

destruksi tulang.

o Stage III :Tumor menginvasi fossa infra temporal, orbita dan/atau daerah

parasellar sampai sinus kavernosus.

o Stage IV : Tumor menginvasi sinus kavernosus, chiasma optikum dan/atau

fossa pituitary.

Page 4: Angiofibroma Dodo

Gambar 1. Coronal CT scan, menunjukan suatu lesi di kavum nasi sebelah

kiri dan sinus etmoidalis, memblokir sinus maksilaris dan menyebabkan

deviasi septum nasalis ke kanan. (Sumber: www. emedicine.com/Juvenile

Nasopharyngeal Angiofibroma)4

Gambar 2. Axial CT scan, menunjukan suatu lesi yang meliputi kavum nasi

sebelah kanan dan sinus paranasal. (Sumber: www. emedicine.com/Juvenile

Nasopharyngeal Angiofibroma)4

IX. Pengobatan

Pengobatan tergantung dari luas dan besarnya tumor, bila masih terbatas

dalam nasofaring dan rongga hidung dapat dilakukan pembedahan.

Radioterapi digunakan jika ada perluasan ke intrakranial atau pada kasus

rekuren.1,2,3

Page 5: Angiofibroma Dodo

X. Daftar pustaka

1. Nurtrisno, Achadi I, dkk. 1988. Tumor Hidung yang Berdarah di Rumah

Sakit Dr. Karyadi Semarang. Available from: www.kalbe.co.id (Accessed

29 Desember 2007).

2. Harry. 2002. Angiofibroma Nasofaring Belia. Available from:

www.library.usu.ac.id (Accessed 29 Desember 2007).

3. Adams, George L, Boies LR, Higler P. 1997. Boeis, Buku Ajar penyakit

THT. Edisi 6. Jakarta:EGC.

4. Anonim. Februari 2003. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma.

Available from: www. emedicine.com (Accessed 29 Desember 2007)