Anggyan Putriananda

20
Uji Potensi Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya L.) sebagai Antimikroba terhadap Bakteri Salmonella Typhi secara in vitro Soemarno*, Onggung M.H. Napitupulu**, Anggyan Putriananda*** ABSTRAK Putriananda, Anggyan. 2010. Uji Potensi Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya L.) sebagai Antimikroba terhadap Bakteri Salmonella Typhi secara in vitro. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Dr. Soemarno, Sp.MK. DMM., (2) dr. Onggung Napitupulu. Salmonella Typhi merupakan bakteri batang Gram negatif dari famili Enterobacteriaceae yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia termasuk demam tifoid. Daun Pepaya (Carica Papaya L.) diketahui memiliki bahan-bahan aktif yang mempunyai efek antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antimikroba ekstrak daun pepaya terhadap Salmonella Typhi secara in vitro. Studi eksperimental menggunakan the post test only control group design dilakukan terhadap Salmonella Typhi dengan metode dilusi tabung dan dilusi agar. Kelompok perlakuan yaitu kelompok bakteri yang diberi ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi ekstrak 20%; 18%; 16%; 14%; 12%; dan 10%. Kelompok kontrol yaitu kelompok bakteri yang tidak diberi ekstrak atau konsentrasi 0 mg/ml. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa KBM adalah 18%. Analisis data menunjukkan perbedaan bermakna antara konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni yang tumbuh pada kelompok sampel (Anova, p < 0,05). Uji korelasi regresi menunjukkan adanya hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni yang tumbuh (Korelasi, r = -0,926; p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya memiliki efek antimikroba terhadap Salmonella Typhi dengan KBM adalah 18%. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui KHM dan bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak daun papaya. Kata kunci: Salmonella Typhi, ekstrak daun Carica Papaya L., antimikroba * Laboratorium Mikrobiologi FKUB ** Laboratorium Anatomi FKUB *** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

description

n m

Transcript of Anggyan Putriananda

Page 1: Anggyan Putriananda

Uji Potensi Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya L.) sebagai Antimikroba terhadap Bakteri Salmonella Typhi secara in vitro

Soemarno*, Onggung M.H. Napitupulu**, Anggyan Putriananda***

ABSTRAK

Putriananda, Anggyan. 2010. Uji Potensi Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya L.) sebagai Antimikroba terhadap Bakteri Salmonella Typhi secara in vitro. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Dr. Soemarno, Sp.MK. DMM., (2) dr. Onggung Napitupulu.

Salmonella Typhi merupakan bakteri batang Gram negatif dari famili

Enterobacteriaceae yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia termasuk demam tifoid. Daun Pepaya (Carica Papaya L.) diketahui memiliki bahan-bahan aktif yang mempunyai efek antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antimikroba ekstrak daun pepaya terhadap Salmonella Typhi secara in vitro. Studi eksperimental menggunakan the post test only control group design dilakukan terhadap Salmonella Typhi dengan metode dilusi tabung dan dilusi agar. Kelompok perlakuan yaitu kelompok bakteri yang diberi ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi ekstrak 20%; 18%; 16%; 14%; 12%; dan 10%. Kelompok kontrol yaitu kelompok bakteri yang tidak diberi ekstrak atau konsentrasi 0 mg/ml. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa KBM adalah 18%. Analisis data menunjukkan perbedaan bermakna antara konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni yang tumbuh pada kelompok sampel (Anova, p < 0,05). Uji korelasi regresi menunjukkan adanya hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni yang tumbuh (Korelasi, r = -0,926; p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya memiliki efek antimikroba terhadap Salmonella Typhi dengan KBM adalah 18%. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui KHM dan bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak daun papaya.

Kata kunci: Salmonella Typhi, ekstrak daun Carica Papaya L., antimikroba * Laboratorium Mikrobiologi FKUB ** Laboratorium Anatomi FKUB *** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

Page 2: Anggyan Putriananda

Potential Test of Papaya Leaf’s (Carica papaya L.) Ethanol Extract as an Antimicrobial against Salmonella Typhi in vitro

Soemarno*, Onggung M.H. Napitupulu**, Anggyan Putriananda***

ABSTRACT

Putriananda, Anggyan. 2010. Potential Test of Papaya Leaf’s (Carica papaya L.) Ethanol Extract as an Antimicrobial against Salmonella Typhi in vitro. Final Assignment, Medical Faculty Brawijaya University. Supervisors: (1) Prof. Dr. Dr. Soemarno, Sp.MK. DMM., (2) dr. Onggung Napitupulu.

Salmonella Typhi is a gram-negative bacteria stems from the family

Enterobacteriaceae that can cause various diseases in humans, including typhoid fever. Papaya’s leaf (Carica papaya L.) is known to have active ingredients that have antimicrobial effects. This experiment aims to prove the antimicrobial effects of papaya’s leaves extract against Salmonella Typhi in vitro. An experimental study using the post test only control group design carried out against Salmonella Typhi by tube dilution method and the agar dilution method. Treatment groups are groups of bacteria that were given papaya’s leaves extract with the concentration 20%, 18%, 16%, 14%, 12% and 10%. The control group is a group of bacteria that were not given the extract or concentration 0%. Research results showed that the minimum killed concentration was 18%. Data analysis shows significant differences between the concentration of the extract with the number of colonies grown on sample groups (ANOVA, p <0.05). Regression correlation test showed there was a relationship between the concentration of the extract with the number of colonies that grew (correlation, r = -0.926, p <0.05). The conclusion of this research is papaya’s leaves extract has antimicrobial effect against Salmonella Typhi with minimum killed concentration is 18%. Further research is needed to examine whether minimum inhibitory concentration and the active ingredients contained in the extract of papaya leaves. Keywords: Salmonella Typhi, papaya leaf’s ethanol extract, antimicrobial.

* Laboratorium Mikrobiologi FKUB ** Laboratorium Anatomi FKUB *** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

Page 3: Anggyan Putriananda

LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi merupakan

ancaman yang mengintai seluruh

umat manusia di muka bumi. Infeksi

ditimbulkan oleh adanya agen

infeksius yang menyerang sistem

tubuh manusia, baik secara

langsung maupun melalui suatu

agen perantara. Agen infeksius

dapat berupa virus, mikroba, bakteri,

dan parasit. Agen infeksius yang

menyerang manusia mempunyai

tingkatan tertentu, mulai dari agen

yang dapat menimbulkan penyakit

mematikan sampai pada agen yang

menimbulkan penyakit-penyakit

ringan. Akan tetapi, penyakit yang

ringan sekali pun jika tidak ditangani

secara serius, bisa menyebabkan

akibat yang lebih fatal (Hanafi,

2009).

Salah satu agen infeksius

yang sering menyebabkan terjadinya

infeksi adalah bakteri jenis

Salmonella Typhi. Kuman dari genus

Salmonella mampu menyebabkan

sejumlah besar infeksi pada

manusia, termasuk demam tifoid

(atau demam enterik), infeksi

sistemik fokal, septicemia, dan

gastroenteritis yang bervariasi

secara klinis dari diare cair sampai

disentri (Harrison, 1999). Menurut

data yang dikumpulkan oleh the

Centers for Disease Control and

Prevention (CDC), tempat

perjangkitan utama tifoid adalah

Alexandria, Mesir; Jakarta,

Indonesia; dan Santiago, Chile.

Demam tifoid masih merupakan

penyakit yang banyak terjadi di

negara-negara berkembang. Di

Delhi, India, insiden per tahun naik

menjadi 980 per 100.000. Menurut

WHO (1995), setidaknya 16 juta

kasus baru muncul per tahun,

dengan perkiraan 600.000

meninggal. Paling banyak terjadi di

Asia, sub-benua India, diikuti Afrika

dan Amerika latin. Pada tahun 1996

Page 4: Anggyan Putriananda

dan 1997 terjadi wabah yang

mengenai lebih dari 10.000 orang di

Tajikistan. Di Amerika Serikat, setiap

tahunnya terdiagnosis kurang lebih

800 kasus, kebanyakan terjadi pada

pelancong yang terinfeksi di luar

negeri (Goldman and Ausiello,

2002). Saat ini demam tifoid

merupakan penyakit endemik di

Indonesia. Prevalensi demam tifoid

di Indonesia diperkirakan 350-810

kasus per 100.000 penduduk per

tahun atau kurang lebih sekitar

600.000-1,5 juta kasus setiap tahun.

Delapan puluh sampai sembilan

puluh persen dari angka di atas

adalah anak berusia 2-19 tahun

(Tempo, 2002). Demam tifoid masih

merupakan satu masalah kesehatan

yang penting di Indonesia karena

menyebabkan kematian

gastrointestinal kedua setelah

gastroenteritis, manifestasi klinis

demam tifoid di Indonesia pada

umumnya lebih berat dibandingkan

di negara-negara Asia Tenggara

lainnya (Medical Tribune, 2001)

Seiring berlalunya waktu,

terjadi resistensi pada beberapa

bakteri yang membuat beberapa

penyakit semakin sulit untuk

dikontrol. Penggunaan antimikroba

yang berlebihan disebut-sebut

sebagai penyebab terbesar

resistensi pada manusia (WHO,

2002).

Salah satu perhatian utama

WHO adalah resistensi pada genus

Salmonella (WHO, 2004). Agen

antimikroba seperti floroquinolon dan

generasi ke-tiga sefalosporin

(ceftriaxone) biasa digunakan untuk

menanggulangi infeksi Salmonella

yang berat pada manusia. Namun,

resistensi pada obat-obat ini dan

antimikroba yang lain semakin

meningkat (CDC, 2004). Pada tahun

1972, terjadi epidemi demam tifoid

berat di Mexico. Dari 493 strain yang

dipelajari selama wabah, 452

Page 5: Anggyan Putriananda

(91,7%) resisten terhadap

kloramfenikol, tetrasiklin,

streptomisin, dan sulfonamide

(Olarte and Galindo, 1973). Pada

tahun 1997-1999, di Kenya, terjadi

penularan Salmonella Typhi yang

resisten terhadap ampisilin,

tetrasiklin, kloramfenikol,

streptomisin, dan cotrimoxazole

(Kariuki, et al., 2000). Di Amerika

Serikat, kasus yang disebabkan

strain multidrug-resisten (MDR)

meningkat dari 0,6 % pada 1985-

1989 menjadi 12 % pada 1990-1994

(Goldman and Ausiello, 2002).

Analisis perubahan respon

Salmonellae terhadap delapan

antibiotik (ampisilin, trimethoprim-

sulfamethoxazole, kloramfenikol,

tetrasiklin, cephalotin, ceftriaxone,

norfloxacin, dan ciprofloxacin) di

Indonesia selama tahun 1995-2001

menunjukkan pola resistensi yang

bervariasi pada Salmonella spp.,

sedangkan Salmonella Typhi dan

paraTyphi A masih sensitif terhadap

kedelapan antibiotik (Tjaniadi dkk.,

2003).

Karena semakin banyak

mikroba yang resisten terhadap

obat-obatan, terutama antibiotik,

maka banyak masyarakat yang

mulai beralih pada pengobatan

tradisional. Bahkan, WHO

merekomendasi penggunaan obat

tradisional dalam pemeliharaan

kesehatan masyarakat, pencegahan

dan pengobatan penyakit, terutama

untuk penyakit kronis, penyakit

degeneratif dan kanker. Hal ini

menunjukkan dukungan WHO untuk

back to nature yang dalam hal

tertentu lebih menguntungkan

(Benka Farma, 2009).

Salah satu bahan tradisional

yang disebut-sebut dapat digunakan

untuk sebagai antimikroba adalah

daun pepaya (Carica papaya L.).

Daun pepaya (Carica papaya L.)

adalah salah satu tanaman obat

Page 6: Anggyan Putriananda

tradisional yang memiliki banyak

manfaat bagi kesehatan. Beberapa

manfaat daun pepaya, antara lain

sebagai penguat sekresi empedu,

mengobati nyeri perut, malaria, beri-

beri, asma bronchial, elephantiasis,

sebagai penambah napsu makan,

dan sebagai obat anti cacing kremi

(Sastroamidjojo, 2001).

Di dalam penelitian ini,

penulis ingin mempergunakan

ekstrak etanol dari daun pepaya

(Carica papaya L.) sebagai bahan

penelitian antimikroba karena

beberapa bahan yang terkandung

dipercayai memiliki efek antimikroba.

Zat-zat tersebut adalah carpaine,

beta-sitosterol, caffeic acid, gentisic

acid, lauric acid, dan ascorbic acid

(Duke, 2009).

Berdasarkan uraian di atas,

penulis tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang kemungkinan

penggunaan antimikroba alternatif

terhadap Salmonella Typhi. Penulis

memilih ekstrak etanol daun pepaya

(Carica papaya L.) untuk kemudian

diuji kepekaannya terhadap bakteri

Salmonella Typhi secara in vitro.

Penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat sebagai tambahan

untuk lebih mendukung adanya

perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi di bidang kedokteran,

terutama yang berhubungan dengan

aspek mikrobiologi. Dan menambah

koleksi bahan alam untuk

menghambat pertumbuhan bakteri.

Selain itu, hasil dari penelitian ini

juga diharapkan dapat memperkaya

khasanah pengetahuan masyarakat

tentang kegunaan dari ekstrak

etanol daun pepaya (Carica papaya

L.), memberikan dan menguatkan

informasi kepada masyarakat

tentang pemanfaatan ekstrak etanol

daun pepaya (Carica papaya L.)

sebagai antimikroba terutama

terhadap bakteri Salmonella Typhi,

serta untuk meningkatkan kesadaran

Page 7: Anggyan Putriananda

masyarakat agar lebih gencar lagi

memakai obat-obatan tradisional

yang aman.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang

digunakan adalah penelitian

eksperimental laboratorik yaitu

dengan pengulangan, randomisasi

pengambilan sampel dan juga

adanya control kuman dan bahan.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat

efek antimikroba dari ekstrak etanol

daun pepaya (Carica papaya L.)

terhadap bakteri Salmonella Typhi

secara in-vitro yang terdiri dari dua

tahap untuk menemukan KHM dan

KBM nya.

Penelitian ini menggunakan

dosis ekstrak daun pepaya 20%,

18%, 16%, 14%, 12%, 10% dan 0%

sebagai kontrol kuman. Dosis

tertinggi 20% ditentukan

berdasarkan penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan sebanyak 3

kali, dimana pada 18% dan 20%

dosis ekstrak daun pepaya

pertumbuhan kuman pada NAP tidak

ada sama sekali. Selain kontrol

kuman, juga digunakan kontrol

bahan baik pada uji dilusi tabung

maupun pada penggunaan medium

NAP. Kontrol kuman dan kontrol

bahan digunakan sebagai

pembanding perlakuan bahan uji

terhadap bakteri uji. Kontrol bahan

dan kontrol bakteri diuji

menggunakan dilusi tabung dan

distreaking pada Nutrient Agar Plate

(NAP). Kontrol bahan menunjukkan

hasil tidak didapatkannya kuman

pada NAP sedangkan kontrol bakteri

terdapat banyak sekali bakteri pada

NAP.

Kadar hambat minimal

(KHM) dapat ditentukan dengan cara

melihat perubahan kekeruhan pada

masing-masing tabung setelah

diinkubasi selama 18-24 jam.

Dimana nilai KHM diperoleh dari

tabung yang tidak menunjukkan

Page 8: Anggyan Putriananda

kekeruhan (tetap jernih). Akan tetapi,

pada penelitian ini tidak dapat

diketahui besarnya KHM secara

visual dikarenakan pada uji dilusi

tabung belum dapat diamati

perubahan tingkat kekeruhan pada

tiap tabung.

Kadar bunuh minimal (KBM)

ekstrak daun pepaya terhadap

bakteri Salmonella Typhi pada

penelitian ini diperoleh pada

konsentrasi bahan ekstrak 18%.

Dimana setelah diinkubasi selama

18-24 jam tidak didapatkan lagi

pertumbuhan koloni bakteri

Salmonella Typhi pada Natrium Agar

Plate (NAP) dengan konsentrasi

ekstrak 18% pada tiga kali

pengulangan. Dengan

didapatkannya nilai KBM berarti

dapat diketahui bahwa ekstrak daun

pepaya memiliki sifat antibakteri

terhadap bakteri Salmonella Typhi.

Data yang diperoleh yaitu

data konsentrasi ekstrak etanol daun

pepaya (Carica papaya L.) dan

jumlah koloni bakteri yang kemudian

di analisis menggunakan uji statistik

one way Anova, pada taraf

kepercayaan 95% (α<0,05)

menggunakan fasilitas SPSS. Uji

statistik ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh pemberian

berbagai macam konsentrasi ekstrak

etanol Carica papaya terhadap

jumlah koloni bakteri Salmonella

Typhi. Sedangkan untuk mengetahui

hubungan antara peningkatan

konsentrasi larutan dengan

penurunan jumlah koloni bakteri

digunakan uji Regresi linier

sederhana dengan taraf

kepercayaan 95% (Wahana

Komputer, 2000).

HASIL PENELITIAN

Uji pendahuluan dilakukan

dengan metode Tube Dilution dalam

menguji efektivitas ekstrak daun

pepaya terhadap Salmoella Typhi

secara in vitro. Uji pendahuluan

Page 9: Anggyan Putriananda

dilakukan dengan menggunakan

konsentrasi yang diturunkan secara

serial (100%, 50%, 25%, 12,5%,

6,25%, 3,125%, 1,56%, 0%). Hasil

uji pendahuluan tersebut didapatkan

nilai nilai KBM sebesar 25%.

Selanjutnya konsentrasi dirapatkan

menjadi 26%, 24%, 22%, 20%, 18%,

dan 16%. Pada 3 kali pengulangan

uji pendahuluan didapatkan bahwa

bakteri sudah tidak tumbuh pada

pada konsentrasi 18%. Berdasarkan

hasil uji pendahuluan tersebut, maka

metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode Tube

Dilution dan konsentrasi ekstrak

yang digunakan sebagai perlakuan

adalah 20%, 18%, 16%, 14%, 12%,

10% dengan konsentrasi 100%

sebagai kontrol bahan (kontrol

negatif) dan 0% sebagai kontrol

bakteri (kontrol positif).

Pengamatan tingkat

kekeruhan larutan ekstrak daun

pepaya untuk menentukan KHM

dilakukan berdasarkan pada

penglihatan dengan mata telanjang.

Untuk menentukan nilai Kadar

Hambat Minimum (KHM) tersebut

digunakan kontrol bakteri sebagai

bahan perbandingan tingkat

kekeruhan. Tabung yang jernih

dengan konsentrasi ekstrak

terendah menunjukkan Kadar

Hambat Minimum (KHM) dari

ekstrak daun pepaya terhadap

Salmonella Typhi.

Hasil Uji Dilusi Tabung

Hasil pengamatan terhadap

kekeruhan pada tabung, tidak

didapatkan perbedaan kekeruhan

antara tabung yang satu dengan

tabung yang lain sehingga pada

penelitian ini belum dapat ditentukan

Page 10: Anggyan Putriananda

kadar hambat minimal (KHM)

ekstrak daun pepaya terhadap

Salmonella Typhi.

Kadar bunuh minimal (KBM)

ekstrak daun pepaya terhadap

Salmonella Typhi pada penelitian ini

dapat ditentukan. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan pengamatan hasil

streaking larutan ekstrak daun

pepaya pada NAP, dengan

meningkatnya konsentrasi

didapatkan penurunan jumlah

pertumbuhan Salmonella Typhi dan

pada akhirnya mulai tidak ditemukan

sama sekali pertumbuhan koloni

Salmonella Typhi pada tingkat

konsentrasi 18%. Nilai KBM ekstrak

daun pepaya terhadap Salmonella

Typhi adalah pada konsentrasi 18%.

Original Inoculum Kontrol kuman Kontrol bahan

10 % 12 % 14 %

16 % 18 % 20 %

Hasil Inokulasi Bakteri Pada Media Padat NAP

Page 11: Anggyan Putriananda

Hasil perhitungan koloni

kuman pada masing-masing NAP

dapat dilihat pada table di bawah ini.

Hasil Penghitungan Koloni Bakteri yang Tumbuh Pada NAP

No Konsentrasi Jumlah koloni bakteri Salmonella

Typhi (rerata ± standar deviasi)*

Notasi

1 100% 0 ± 0 a

2 20% 0 ± 0 a

3 18% ** 0 ± 0 a

4 16% 667 ± 252 b

5 14% 12670 ± 611 b

6 12% 27000 ± 2000 c

7 10% 53670 ± 19655 c

8 0% 425670 ± 79877 d

Keterangan :

* Notasi yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan efek signifikan dari tiap konsentrasi

Notasi yang berbeda menunjukkan ada perbedaan efek signifikan dari tiap konsentrasi

* Notasi a menunjukkan konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni bakteri terendah

Semakin rendah angka notasi menunjukkan jumlah koloni bakteri semakin besar

** Konsentrasi 18% merupakan konsentrasi terendah yang menempati notasi tertinggi

Maenurut data yang terdapat

pada tabel 5.2, dapat dibuat diagram

batang yang menunjukkan

hubungan antara pemberian

berbagai konsentrasi ekstrak daun

pepaya dengan jumlah koloni

Salmonella Typhi yang tumbuh pada

medium NAP. Diagram batang pada

Page 12: Anggyan Putriananda

gambar 5.5 menunjukkan adanya

penurunan yang berarti pada jumlah

koloni apabila konsentrasi ekstrak

daun pepaya meningkat.

Diagram Batang Jumlah Koloni Salmonella Typhi Setelah Perlakuan dengan Berbagai Konsentrasi

Ekstrak Daun Pepaya

Hasil penelitian ini dianalisis

menggunakan analisis statistik

SPSS versi 16.0 untuk windows.

Dalam perhitungan hasil penelitian

ini digunakan taraf kepercayaan

95%. Uji ANOVA satu arah

digunakan untuk mengetahui apakah

efek dosis ekstrak daun pepaya

terhadap jumlah koloni Salmonella

Typhi berbeda secara signifikan. Uji

regresi-korelasi digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat

hubungan antara peningkatan

konsentrasi ekstrak daun pepaya

dengan jumlah koloni Salmonella

Typhi.

Syarat agar dapat

menggunakan uji parametrik adalah

Page 13: Anggyan Putriananda

distribusinya harus normal,

distribusinya terbukti normal dengan

nilai p>0,05.

Analisis statistik pada

dasarnya meliputi dua kegiatan,

yakni uji beda dan uji asosiasi. Uji

beda berfungsi untuk mengetahui

perbedaan rata-rata antara

beberapa sampel. Untuk mengetahui

alat uji beda yang akan digunakan

dalam analisis data potensi ekstrak

daun pepaya ini, maka perlu

dilakukan uji normalitas data terlebih

dahulu.

Tes Kolmogorov-Smirnov

digunakan untuk mengetahui apakah

distribusi data normal atau tidak.

Distribusi data yang normal

merupakan salah satu syarat

dilakukannya uji ANOVA. Pada uji

Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai

signifikansi 0,000 (<0.05)

menunjukkan distribusi data tidak

normal (lampiran 3). Oleh karena itu,

data yang ada ditransformasikan

terlebih dahulu untuk menormalkan

distribusi data yang tidak normal

(Dahlan,2001). Pada penelitian ini,

transformasi data dengan fungsi log,

dan pada hasilnya didapatkan nilai

signifikansi 0,118 (lampiran 3).

Sedangkan dari uji homogenitas

ragam (Levene Test) didapatkan

nilai signifikansi sebesar 0,095

(p>0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa ragam data

relatif homogen (lampiran 3). Karena

data penelitian telah memenuhi

asumsi data, maka dapat dilakukan

pengujian dengan analisis statistik

SPSS versi 16 dengan metode One-

Way ANOVA. Hasil data penelitian

dapat dilihat pada lampiran

(lampiran 3).

Hasil uji ANOVA satu arah

menunjukkan bahwa probabilitas

sama dengan 0,000; berarti p <

0,05. Sehingga dapat diketahui

bahwa efek perubahan konsentrasi

ekstrak daun pepaya terhadap

Page 14: Anggyan Putriananda

jumlah koloni Salmonella Typhi

berbeda secara signifikan. Untuk

mengetahui gambaran interaksi

antara perubahan konsentrasi

ekstrak terhadap rata-rata jumlah

koloni dalam CFU/ml, maka dapat

dilihat pada kurva berikut:

Grafik Rata-Rata Jumlah Koloni Salmonella Typhi terhadap Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya

Hipotesis dalam One-Way

ANOVA ditentukan melalui

pengujian H0 dan H1. H0 dari

penelitian ini adalah tidak ada efek

antibakteri antara setiap konsentrasi

ekstrak daun pepaya terhadap

jumlah koloni Salmonella Typhi yang

tumbuh pada media NAP. H1 adalah

terdapat efek antibakteri setiap

konsentrasi ekstrak daun pepaya

terhadap jumlah koloni Salmonella

Typhi yang tumbuh pada media NAP

(kebalikan H0). H1 ditolak bila nilai

signifikansi yang diperoleh >0,05

Page 15: Anggyan Putriananda

sedangkan H1 diterima bila nilai

signifikansi yang diperoleh <0,05.

Berdasarkan nilai analisis One-Way

ANOVA (Lampiran 3), diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05)

sehingga H1 diterima dan dapat

disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan efek antibakteri setiap

konsentrasi ekstrak daun pepaya

terhadap jumlah koloni Salmonella

Typhi yang tumbuh pada media

NAP.

Setelah dianalisis dengan

metode One-Way ANOVA, dilakukan

pengolahan data dengan

menggunakan metode Post Hoc

Test sebagai uji pembandingan

berganda (multiple comparisons)

untuk menilai pada kelompok

konsentrasi mana yang terdapat

perbedaan bermakna. Uji yang

digunakan adalah Uji Tukey (Tukey’s

Test) karena mempunyai sensitivitas

cukup tinggi. Metode ini dilakukan

dengan cara pembandingan yang

berganda terhadap jumlah koloni

Salmonella Typhi yang tumbuh pada

media NAP antara setiap

konsentrasi ekstrak daun pepaya,

sehingga dapat diketahui adanya

perbedaan pengaruh pemberian

ekstrak daun pepaya sebagai

antibakteri terhadap jumlah koloni

bakteri Salmonella Typhi yang

tumbuh pada media NAP (lampiran

3).

Hasil uji pembandingan

berganda (Tukey’s Test)

menunjukkan bahwa jumah koloni

Salmonella Typhi yang tumbuh pada

media NAP pada konsentrasi 18%,

20% dan 100% berbeda signifikan

dengan jumlah koloni Salmonella

Typhi pada kelompok yang diberi

ekstrak daun pepaya dengan

konsentrasi 0% sampai 16%.

Perbandingan perbedaan masing-

masing perlakuan dapat dilihat pada

lampiran 3. Dari data tersebut, dapat

dibentuk urutan dari efektivitas

Page 16: Anggyan Putriananda

setiap konsentrasi terhadap jumlah

koloni Salmonella Typhi yang

dihasilkan pada media NAP dari

urutan yang paling tinggi sampai

dengan jumlah koloni yang paling

rendah.

Uji korelasi (lampiran 3)

menunjukkan hasil yang bermakna,

yaitu semakin tinggi konsentrasi

ekstrak daun pepaya menyebabkan

penurunan jumlah koloni Salmonella

Typhi. Hasil uji korelasi diperoleh

angka signifikansi 0,000 (p<0,05).

Hal ini diperjelas dengan nilai

koefisien korelasi (R) sebesar -

0,897 (korelasi negative), yang

berarti bahwa terdapat hubungan

yang kuat antara konsentrasi

ekstrak daun pepaya dan jumlah

koloni kuman yang tumbuh, dimana

semakin tinggi konsentrasi ekstrak

daun pepaya maka semakin sedikit

jumlah koloni kuman yang tumbuh.

Uji regresi menunjukkan dari

nilai Adjusted R Square

menunjukkan nilai sebesar 0,79 atau

79%. Artinya koloni Salmonella

Typhi dipengaruhi sebesar 79% oleh

ekstrak daun pepaya, sedangkan

sisanya 21% dipengaruhi oleh

variabel lain. Langkah selanjutnya

adalah melakukan perhitungan

korelasi untuk mengukur ketepatan

garis regresi dalam menjelaskan

variasi nilai variabel bebas.

Persamaan linier antara

jumlah koloni Salmonella Typhi

dengan konsentrasi ekstrak daun

pepaya bisa didapatkan dari tabel

koefisien. Jika y adalah jumlah

koloni Salmonella Typhi (dalam

CFU/ml) dan x adalah konsentrasi

ekstrak daun pepaya, maka

persamaannya adalah y = 5,907 –

0,171x.

PEMBAHASAN

Daun pepaya (Carica papaya

L.) memiliki kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella Tyhpi dikarenakan pada

Page 17: Anggyan Putriananda

daun pepaya terkandung bahan-

bahan aktif yang memiliki daya

antimikroba seperti alkaloid

carpaine, asam-asam organik

seperti lauric acid, caffeic acid,

gentisic acid, dan asorbic acid. Serta

terdapat juga β-sitosterol, flavanoid,

saponin, tannin, dan polifenol. Akan

tetapi, hanya hanya alkaloiid

carpaine, asam-asam organik, dan

beta sitosterol yang dapat larut pada

pelarut etanol yang digunakan untuk

mengekstrak daun pepaya. Interaksi

antar substansi yang didapatkan

melalui ekstraksi dapat bersifat

sinergis, addisi, maupun kontradiktif.

Sinergis berarti terdapat kooperasi

atau kerjasama antar dua substansi

atau lebih. Addisi berarti terjadi

peningkatan efek jika terdapat dua

substansi atau lebih. Sedangkan

interaksi yang kontradiktif,

menunjukkan aktivitas yang saling

berlawanan antara dua substansi

atau lebih.

Bahan-bahan yang

terkandung dalam daun pepaya

tersebut memiliki mekanisme yang

berbeda-beda dalam menghambat

pertumbuhan bakteri. Gugus basa

carpaine pada alkaloid carpaine

akan bereaksi dengan asam amino

DNA bakteri yang dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan

DNA bakteri.

Asam organic akan

menurunkan pH intrasel sehingga

sel bakteri akan menjadi statis dan

tidak dapat berkembang.

β-sitosterol akan

menghambat enzim sortase pada

dinding sel bakteri sehingga adhesi

sel bakteri pada sel target infeksi

akan terhambat.

Secara struktural dinding sel

bakteri Gram negatif lebih rapuh

daripada dinding sel bakteri Gram

positif. Peptidoglikannya lebih tipis,

hanya 1 sampai 2 persen dari berat

keringnya. Pada permukaan luarnya,

Page 18: Anggyan Putriananda

peptidoglikan dilindungi oleh

beberapa lapisan. Lapisan-lapisan

ini bersama-sama memberikan

perlindungan terhadap sel dari

penetrasi bahan-bahan kimia yang

mungkin berbahaya. Lapisan terluar

merupakan membran yang disebut

dengan membran luar. Membran

luar merupakan lapisan lipid-protein

bilayer yang mirip dengan membran

sel. Membran luar ini dapat

melindungi bakteri gram negatif dari

substansi antipeptidoglikan seperti

penisilin dan lysozim. Pada

permukaan dari membran luar,

terdapat molekul lipopolisakarida

(McKane and Kandel, 1986).

Senyawa-senyawa lipofilik mungkin

dapat berinteraksi dengan gugus

lipid pada membran luar dan

lipopolisakarida yang melekat pada

peptidoglikan, sehingga dapat

merusak integritas dinding sel.

Ikatan antar asam amino pada

peptidoglikan bakteri Gram negatif

juga lebih renggang jika

dibandingkan dengan yang terdapat

pada bakteri Gram positif (McKane

and Kandel, 1986). Hal ini mungkin

dapat memudahkan penetrasi

substansi-substansi dari luar ke

membran sel. Selain itu, dinding sel

bukanlah sebuah struktur regulator

seperti membran sel. Walaupun

berpori, dinding sel tidak selektif

permeabel dan akan membiarkan

apapun yang ukurannya sesuai

dengan celahnya lewat (University of

Texas, 1995).

KESIMPULAN

Ekstrak etanol daun pepaya

dapat menghambat pertumbuhan

Salmonella Typhi secara in vitro.

Dosis efektif ekstrak etanol daun

pepaya yang dapat menghentikan

pertumbuhan Salmonella Typhi

secara in vitro adalah 18% (KBM)

dan semakin besar konsentrasi

ekstrak etanol daun pepaya maka

Page 19: Anggyan Putriananda

semakin kecil pertumbuhan bakteri

Salmonella Typhi.

DAFTAR PUSTAKA

Benka Farma. 2009. Prospek Obat Herbal (Online). http://benkafarma.blogspot.com/2009_06_01_archive.html. Diakses tanggal 16 Oktober 2009 pukul 10.42 WIB.

Duke, J. A. 2009. Dr. Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Databases (Online). http://www.ars-grin.gov/duke/. Diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 20.20 WIB.

Goldman, Lee, Dennis A. 2002. Cecil Textbook Of Medicine 22nd Vol 2, Elseiver Inc., Philadelphia, p. 1728-1851.

Hanafi, Muchtar. 2009. Memburuknya Penyakit Infeksi Akibatnya Lemahnya Sistem Imun (Online). http://inspiration.blog.uns.ac.id/2009/06/11/memburuknya-penyakit-infeksi-akibatnya-lemahnya-sistem-imun/. Diakses tanggal 16 Oktober 2009 pukul 09.30 WIB.

McKane, Larry, J. Kandel. 1986. Microbiology: Essentials And Applications. Singapore: McGraw-Hill. p. 61-88.

Medical Tribune. 2001. Strain Salmonella typhi di Indonesia Bukan Berasal Dari Klon Tunggal. (Online). http://www.medicaltribune.net/dispserchcontent.demam+tifoid. Diakses tanggal 20 Januari 2010 pukul 20.05 WIB.

Olarte, Jorge, Emma G. 1973. Salmonella typhi resistant to Chloramphenicol, Ampicillin,

and Other Antimicrobial Agents: Strains Isolated During an Extensive Typhoid Epidemic in Mexico (Online). http://www.pubmed.com. Diakses tanggal 23 Maret 2010 pukul 18.19 WIB.

Tjaniadi, Periska, Murad L., Decy S., Nunung M., Shinta K., Wasis S., Cyrus H. S., Narain P., James R. C., William K. A., James B., Andrew C., Buhari A. O. 2003. Antimicrobial Resistance of Bacterial Pathogens Associated with Diarrheal Patients in Indonesia. (Online). The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. Diakses 25 Maret 2010 pukul 21.22 WIB.

University of Texas - Houston Medical School. 1995. The Bacterial Cell Wall. (Online). (http://DPALM Medic/00001438.htm, diakses 1 Mei 2007).

WHO. 2002. Use of antimicrobials outside human medicine and resultant antimicrobial resistance in humans (Online). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs268/en/. Diakses tanggal 16 Oktober 2009 pukul 10.16 WIB.

WHO. 2002. Antimicrobial Resistance (Online). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs268/en/. Diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 16.47 WIB.

WHO. 2004. Rising Drug Resistance

(Online). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs194/en/. Diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 17.00 WIB.

Page 20: Anggyan Putriananda

WHO. 2004. WHO Calls for Urgent Action on Antimicrobial Resistance (Online). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs197/en/. Diakses tanggal 22 Maret 2010 pukul 18.35 WIB.

Menyetujui,

Pembimbing I

Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, SpMK

NIP. 19480706 198002 1 001