Anggota Gymnospermae_misna.docx
description
Transcript of Anggota Gymnospermae_misna.docx
SUKU Gymnospermae
Tumbuhan Berbiji Terbuka
Pengertian Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)
Secara harfiah Gymnospermae berarti gym = telanjang dan spermae = tumbuhan yang
menghasilkan biji. Jadi, Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka.Tumbuhan
kelompok Gymnospermae mempunyai ciri, yaitu :
1.Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
2.Berakar tunggang.
3.Umumnya berupa pohon.
4.Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
Gymnospermae terdiri dari beberapa suku diantaranya adalah Cycadaceae, Pinaceae, dan
Gnetaceae.
1. Cycadaceae
Ciri-Ciri Umum
a) Berupa pohon, seperti kelapa sawit dengan pertulangan daun sejajar. Batang tidak bercabang,
daunnya majemuk, tersusun sebagai tajuk di puncak pohon.
b) Berumah dua, artinya ada tanaman jantan yang menghasilkan strobilus jantan dan tanaman
betina yang menghasilkan strobilus betina pada tanaman yang berbeda. Anggota ini
menghasilkan strobilus yang besar. Meskipun demikian, rata – rata reproduksinya rendah.
Dari 15 – 20 strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas jantan, hanya satu atau dua saja
yang siap melepaskan serbuk sarinya. Strobilus jantan ini menghasilkan aroma yang
membuat serangga tertarik untuk datang. Setelah datang, serangga tersebut akan memakan
strobilus dan berkembang biak. Pada saat yang sama, strobilus betina menghasilkan bau
yang dapat mengusir serangga yang datang kepadanya. Setelah beberapa waktu, strobilus
betina menghasilkan aroma yang justru menarik serangga yang berasal dari strobilus jantan.
Sambil membawa mikrospora dari strobilus jantan, serangga tersebut menuju strobilus
betina dan terjadilah polinasi.
c) Daun berbagi menyirip, tersusun roset batang, daun muda menggulung.
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
d) Mirip palma berkayu berbentuk pohon atau semak.
e) Strobilus terminalis, uniseksualis, dioecious.
f) Strobilus jantan mengandung banyak sekali mikrosporofil yang tersusun spiral dengan
mikrosporangia pada permukaan bawah.
g) Gamet jantan (spermatozoid) motil, di lingkungan air, penting untuk penyerbukan.
h) Jumlah ovuli dua atau lebih pada tiap megasporofil.
i) Megasporofil mirip bulu ayam, tersusun longgar di ujung batang atau tersusun rapat dan
kompak.
Ciri-Ciri Khusus
Ciri khas kelas ini adalah batang tidak bercabang, daunnya majemuk, tersusun sebagai tajuk
di puncak pohon. Merupakan tumbuhan berumah dua, artinya memiliki strobilus jantan saja atau
strobilus betina saja. Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi
30 m dengan diameter 60 – 80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m dengan diameter 140 cm.
Tajuk pohon muda berbentuk pyramid, setelah tua menjadi lebih rata dan tersebar. Kulit pohon
muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan,
panjang 16 – 25 cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tungal. Bunga jantan dan betina
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2 – 4 cm, terutama di bagian bawah
tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.
Contoh Kelas Cycadaceae
Contoh jenis dari suku Cycadaceae adalah : Cycas rumphii (Pakis Haji), Cycas revolute,
Dioon sp. (Hidup di Amerika), Zamia furfuracea, Zamia floridiana, Encephalartos altenteinii
Spesies
Salah satu contoh species dari family Cycadaceae yang paling umum adalah Cycas rumphii
Miq. (Pakis Haji)
Local Name
Penawar jambe (Indonesia), Cycad, Sago palm (Inggris), Oliba (Filipina).
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Division : Cycadophyta
Class : Cycadopsida
Order : Cycadales
Family : Cycadaceae
Genus : Cycas
Species : Cycas rumphii
Deskripsi Pakis Haji
Habitus : Tanaman Pakis Haji (Cycas rumphii) termasuk tanaman berbentuk perdu.
Akar : Tanaman Pakis Haji (Cycas rumphii) mempunyai sistem perakaran tunggang.
Batang : Tanaman Pakis Haji (Cycas rumphii) tidak bercabang (monopodial) dan
berbentuk bulat (teres) dengan permukaan batang kasar. Pangkal tangkai daun
tetap ada pada batang. Pada kulit batang terdapat lendir.
Daun : Bentuk dan ukuran daun pada Cycas rumphii baik jantan maupun betina sama.
Daun berupa daun tunggal. Terdiri dari tangkai daun (petioles) dan helaian daun
(lamina) berbentuk pita (ligulatus) dan susunan tulang daun dan torehannya
berbagi menyirip (pinnatipartitus), tepi daun integer, warna daun hijau tua, pada
tangkai daun terdapat duri.
Bunga : Tanaman Cycas rumphii merupakan tumbuhan berkelamin satu (uniseksualis)
dan berumah dua (dioecus). Bunga terdiri dari dua sporofil yaitu mikrosporofil
(jantan) dan megasporofil (betina) yang terkumpul dalam strobilus. Strobilus
jantan berbentuk silinder dan tumbuh pada ujung batang. Strobilus betina
berbentuk bulat tumbuh dari sela-sela ketiak. Ovulum terdapat pada pinggir
carpelum. Strobilus jantan terminalis dengan mikrosporofil berbentuk seperti sisik
yang berkayu, dipermukaannya terdapat mikrosporangium.
Biji : Biji Cycas rumphii terdapat pada permukaan carpelum, bentuknya bulat dengan
ukuran sebesar telur bebek.
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
Ciri-Ciri Pakis Haji
Adapun ciri-ciri dari pakis haji, adalah (Memey, 2008) :
1. Berupa pohon, seperti kelapa sawit dengan pertulangan daun sejajar. Batang tidak
bercabang, daunnya majemuk, tersusun sebagai tajuk di puncak pohon.
2. Berumah dua, artinya ada tanaman jantan yang menghasilkan strobilus jantan dan
tanaman betina yang menghasilkan strobilus betina pada tanaman yang berbeda. Anggota
ini menghasilkan strobilus yang besar. Meskipun demikian, rata – rata reproduksinya
rendah. Dari 15 – 20 strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas jantan, hanya satu atau
dua saja yang siap melepaskan serbuk sarinya. Strobilus jantan ini menghasilkan aroma
yang membuat serangga tertarik untuk datang. Setelah datang, serangga tersebut akan
memakan strobilus dan berkembang biak. Pada saat yang sama, strobilus betina
menghasilkan bau yang dapat mengusir serangga yang datang kepadanya. Setelah
beberapa waktu, strobilus betina menghasilkan aroma yang justru menarik serangga yang
berasal dari strobilus jantan. Sambil membawa mikrospora dari strobilus jantan, serangga
tersebut menuju strobilus betina dan terjadilah polinasi.
3. Daun berbagi menyirip, tersusun roset batang, daun muda menggulung.
4. Mirip palma berkayu berbentuk pohon atau semak.
5. Strobilus terminalis, uniseksualis, dioecious.
6. Strobilus jantan mengandung banyak sekali mikrosporofil yang tersusun spiral dengan
mikrosporangia pada permukaan bawah.
7. Gamet jantan (spermatozoid) motil, di lingkungan air, penting untuk penyerbukan.
8. Jumlah ovuli dua atau lebih pada tiap megasporofil.
9. Megasporofil mirip bulu ayam, tersusun longgar di ujung batang atau tersusun rapat dan
kompak.
Perkembangan Pakis Haji
Semua Gymnospermae adalah heterostrop, artinya mempunyai dua macam spora, yaitu
mikrospora dan megaspore. Mikrospora atau polen menghasilkan gametofit jantan, sedang
megaspore yang tunggal menghasilkan gametofit betina, dan pada gametofit ini terbentuk
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
arkegonia. Kedua macam spora yang dihasilkan di dalam sporangia yang terdapat pada sporofil
yang tersusun spiral pada aksis strobilus (Kimball, 1987).
Tumbuhan berbiji membetuk struktur megasporangia dan mikrosporangia yang berkumpul
pada suatu sumbuh pendek. Misalnya struktur seperti konus atau strobilus pada konifer dan
bunga pada tumbuhan berbunga. Seperti halnya pada tumbuhan lain, spora pada tumbuhan
berbiji dihasilkan melalui meiosis di dalam sporangia. Akan tetapi, pada tumbuhan berbiji,
megaspora tidak dilepaskan melainkan dipertahankan. Megasporangia mendukung
perkembangan gametofit betina dan menyediakan makanan serta air. Gametofit betina akan tetap
berada dalam sporangium, menjadi matang dan memlihara generasi sporofit berikutnya setelah
terjadi pembuahan. Pada mikrosporangium, produk meiosis berupa mikrospora. Mikrospora yang
mencapai sporofit akan berkecambah membentuk serbuk sari yang tumbuh menuju kearah bakal
biji untuk membuahi gametofit betina. Pada tumbuhan berbiji, istilah mikrospora merupakan
serbuk sari, mikrosporangium merupakan kantung serbuk sari, dan mikrosporofil merupakan
benagsari. Istilah megaspora merupakan kandung lembaga (kantung embrio), megasporangium
merupakan bakal biji, dan megasporofil merupakan daun buah (karpela) (Kimball, 1987).
Sporofit yang menghasilkan mikrosporofil dengan mikrospongia disebut mikrosporangiat
atau strobilus jantan (staminate cones), sedangkan yang menghasilkan megasprofil dengan
ovulum (bersama mengasporangia) disebut mengasporangiat atau strobili betina (pistillate
cones). Mokrospora dan megaspore bersifat haploid, dan berkembang sebagai sebagai hasil
pembelahan miosis sel induk spora. Ukuran dan letak strobili pada tanaman bervarasi (Kimball,
1987).
Strobilus jantan susun atas mikrosporofil. Setiap mikrosporofil mengandung dua mikrospora
yang masing-masing akan mengahasilkan 4 mikrospora haploid (n). mikrospora ini akan menjadi
setelah menjantan atau serbuk sari atau pollen (Kimball, 1987).
Strobilus betina tersusun atas daun buah (makrosporofil). Setiap makrosporofil tersebut
berbentuk sisik dan mengandung dua ovolum. Makrosporofil tersebut dilindungi oleh
makrosporangium yang didalamnya mengandung sel induk makrospora. Sel induk membela
secara miosis mengahasilkan empat maskropora. Tiga makrospora akakn tereduksi. Akibatnya,
hanya satu makrospora yang akan berkembang menjadi sel telur (Kimball, 1987).
Reproduksi Pakis Haji
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
Organ reproduksi pada gymnospermae disebut konus atau strobilus. Tumbuhan berbiji
terbuka tidak memiliki bunga, sporofil terpisah-pisah atau membentuk srobilus jantan dan betina.
Makrosporofil dan makrosporangium yang tampak menempel pada strobilus betina. Letak
makrosporofil dan mikrosporofil terpisah. Sel kelamin jantan berupa spermatozoid yang masih
bergerak aktif. Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel
induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang
bersayap. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat
satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan
satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium
(Sukmawati, 2008).
Pada Gymnospermae sering terjadi poliembrioni, walaupun hanya ada satu embrio yang terus
berkembang karena adanya pembelahan beberapa arkegonia. Air sudah tidak digunakan sebagai
media fertilisasi karena adanya pembentukan buluh serbuk pada serbuk sari yang berkecambah
(Sukmawati, 2008).
Pada Coniferophyta dan Gnetophyta spermanya tidak mempunyai flagel, sehingga buluh
serbuk menghantarkannya langsung ke mulut arkegonia. Serta pada Cycas dan Gingko
fertilisasinya merupakan bentuk antara kondisi pada paku-pakuan dan tumbuhan tanpa biji
lainnya, yaitu spermanya mampu berenang bebas dan bentuk pada tumbuhan berbiji yaitu
spermanya tidak mampu bergerak bebas (Sukmawati, 2008).
Gametofit jantan umumnya bersifat haustorial, yaitu menyerap makanan dari ovulum ketika
tumbuh, walaupun dibutuhkan buluh serbuk tetapi tidak langsung masuk ke arkegonium. Buluh
serbuk tersebut tumbuh dan menetap di dalam nuselus selama berbulan-bulan sebelum menuju
gametofit betina. Setelah sampai di mulut gametofit betina, buluh serbuk robek dan melepaskan
sel sperma yang berflagel banyak. Sperma tersebut kemudian menuju ke arkegonium dan
membuahi telur. Dengan adanya buluh sperma tersebut maka tumbuhan berbiji tidak ada lagi
yang bergantung pada ketersediaan air pada fertilisasinya (Sukmawati, 2008).
Proses Penyerbukan dan Pembuahan
Penyerbukan yang terjadi pada tumbuhan berbiji terbuka selalu dengan cara anemogami
(penyerbukan dengan bantuan angin). Serbuk sari jatuh langsung pada bakal biji. Selang waktu
antara penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang. Pembuahan yang terjadi pada
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
gymnospermae disebut pembuahan tunggal (setiap inti generatif melebur dengan inti sel telur).
Mikropil terdedah ke udara bebas. Pembuahan pada gymnospermae disebut pembuahan tunggal,
karena tiap-tiap inti sperma membuahi satu sel telur (Sukmawati, 2008).
Strobilus jantan Þ serbuk sari Þ jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) Þ buluh serbuk Þ
membelah Þ inti tabung dan inti spermatogen Þ inti spermatogen Þ membelah Þ dua inti sperma
Þ membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium Þ zigot Þ lembaga di dalam biji Þ tumbuhan
baru
Habitat Dan Penyebaran
Cycas rumphii adalah salah satu jenis pakis haji (Cycas) yang umum ditemukan
di Nusantara. Tumbuhan ini asli berasal dari kepulauan ini dan apabila orang menyebut "pakis
haji", maka yang dimaksud biasanya adalah C. rumphii ini. Tumbuhan ini biasa ditanam orang
sebagai penghias pekarangan rumah dan batangnya mengandung pati yang dapat dimakan
(Wikipedia, 2010). Nama "rumphii" diambil dari nama seorang peneliti
berkebangsaan Jerman dari abad ke-18 yang pernah meneliti tumbuhan di Kepulauan
Maluku, Georg Eberhard Rumpf (Rumphius) (Wikipedia, 2010).
Manfaat
Daunnya berkhasiat untuk obat sakit perut, batuk dan mencret. Untuk obat mencret dipakai +
15 gram daun segar Cycas rumphii, dicuci, direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih selama
15 menit, dinginkan dan disaring. Hasil saringan diminum dua kali sama banyak pagi dan sore.
Selain itu, daunnya mengandung kandungan kimia seperti saponin, flavonoida, dan tanin. Bijinya
dapat dimakan, diolah menjadi tepung. Biji mentah beracun. Daun yang paling muda dimakan
sebagai sayur. Batangnya dapat menghasilkan semacam sagu. Tapal dari biji dan pepagan
dipakai untuk menyembuhkan pegal-pegal dan gangguan kulit. jenis ini juga penting sebagai
tanaman hias. Getah Cycas rumphii berkhasiat sebagai obat disentri, rambut batangnya untuk
mengobati luka baru dan daunnya untuk pembersih darah sehabis melahirkan.
2. PINACEAE
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
Ciri-Ciri Umum
Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m dengan
diameter 60 – 80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m dengan diameter 140 cm. Tajuk pohon
muda berbentuk pyramid, setelah tua menjadi lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu,
sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan, panjang 16 – 25
cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tungal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas.
Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2 – 4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili
betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.
Ciri-Ciri Khusus
a) Pohon berkayu (woods), strobilus bentuk conus.
b) Daun bentuk jarum dan berkelompok atau serupa sisik.
Daun Pinus merkusii
c) Daun dan sisik tersusun spiral.
d) Buah : berbentuk kerucut, silindris, panjang 5 – 10 cm, lebar 2 – 4 cm. Lebar setelah terbuka
lebih dari 10 cm.
e) Benih : bersayap, dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik menghasilkan benih.
Panjang sayap 22 – 30 mm, lebar 5 – 8 mm.
f) Strobilus jantan dan strobilus betina dalam satu pohon, ukuran strobilus jantan lebih kecil
dibandingkan dengan strobilus betina (berkayu), terletak aksilaris.
g) Penyerbukan dan penyebaran biji dengan bantuan angin.
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
h) Serbuk sari dengan dua gelembung udara.
i) Cotyledon banyak.
Species
Contoh jenis suku Pinaceae adalah : Pinus merkusii, Pinus insularis Endl., Pinus
montezomae Lamb., Pinus strobes L. Pinus silvestris L., Pinus balsamea Miller. Salah satu
contoh species dari family Pinaceae yang paling umum adalah Pinus merkusii.
Local Name
Tusam (Indonesia), Uyam (aceh), Son Song Bai (Thai), Merkus Pine (Perdagangan), Mindoro
Pine (Philipina), Tenasserim Pine (Inggris).
Klasifikasi Ilmiah
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
Kingdom : Plantae
Division : Coniferophyta
Class : Pinopsida
Order : Pinales
Family : Pinaceae
Genus : Pinus
Species : Pinus merkusii
Penyebaran Dan Habitat
Satu-satunya pinus yang penyebaran alaminya sampai di selatan khatulistiwa. Di Asia
Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan
Filipina (P. Luzon dan Mindoro). Tersebar 23OLU-2OLS. Di Pulau Hainan (China) diperkirakan
terdapat hasil penanaman. Di Jawa dan Sulawesi Selatan (Indonesia) juga merupakan hasil
penanaman. Tumbuh pada ketinggian 30-1.800 m dpl, pada berbagai tipe tanah dan iklim.
Manfaat
Kayunya untuk berbagai keperluan, konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api, dan
sumpit. Sering disadap getahnya. Pohon tua dapat menghasilkan 30-60 kg getah, 20-40 kg resin
murni dan 7-14 kg terpenting per tahun. Cocok untuk rehabilitasi lahan kritis, tahan kebakaran
dan tanah tidak subur.
3. Gnetaceae
Ciri-Ciri Umum
Pohon berumah dua yang selalu hijau dan berbatang lurus, tinggi dapat mencapai 5-10 m.
Daun berhadapan, berbentuk jorong, panjang 7.5-20 cm dan lebar 2.5-10 cm; urat daun sekunder
saling bersambungan. Perbungaan majemuk soliter dan aksiler, melingkar di tiap nodus, panjang
bunga 3-6 cm. Terdapat 5 - 8 bunga betina di tiap nodus, berbentuk bola. Buah seperti buah keras
(nutlike), berbentuk jorong , panjang buah 1-3.5 cm, bagian ujungnya runcing pendek, ketika
masak warna buah berangsur-angsur akan berubah dari kuning, merah hingga keunguan. Satu
biji dalam satu buah, buah besar dan kulit tengahnya keras berkayu.
Ciri-Ciri Khusus
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
a) Liana berkayu, beberapa tegak.
b) Percabangan bersendi dan menebal.
c) Daun sederhana, berhadapan, menyirip.
d) Strobilus uniseksual atau biseksual tidak sempurna, memanjang dan ber-buku-buku.
e) Bunga jantan: berkelompok aksilaris, berkarang, tiap bunga dengan brakteola bersatu.
f) Bunga betina: berkelompok aksilaris, berkarang, tiap bunga memiliki tiga (3) lapisan
pelindung.
g) Biji dilindungi perianth yang berdaging.
h) Berumah dua (Dioceus).
Species
Contoh jenis yang termasuk suku Gnetaceae adalah Gnetum gnemon L. Gnetum latifolium BI.,
Gnetum tenuifolium Ridl., Gnetum indicum Merr. Salah satu contoh species dari family
Gnetaceae yang paling umum adalah Gnetum gnemon.
Gnetum gnemon
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
Local Name
Melinjo, belinjo, bagoe (Indonesia), Ki tangkil, Maninjo, Tangkil sake (Sunda), Bagu (Jawa
Timur), Batang baguak (Minangkabau).
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Division : Gnetophyta
Class : Gnetopsida
Order : Gnetales
Family : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Species : Gnetum gnemon
Habitat Dan Penyebaran
Tumbuh liar di hutan-hutan hujan pada ketinggian hingga 1200 m. Tempat-tempat beriklim
kering umumnya membudidayakan tanaman ini. Tidak ada syarat tertentu terhadap faktor
kualitas dan kedalaman tanah, namun kadar ikat air pada tanah atau irigasi perlu dilakukan
selama musim kering. Spesies ini telah direkomendasikan sebagai tanaman penghijauan. Melinjo
ditemukan di seluruh kawasan Asia Tenggara (meskipun merupakan tumbuhan asli dari Jawa
dan Sumatra) dan tersebar hingga mencapai sebelah utara Assam dan sebelah timur Fiji.
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
Manfaat
Daun muda, perbungaan, buah muda, dan buah tua melinjo dimasak sebagai sayur (terutama
sayur asem). Bijinya merupakan bagian yang terpenting; buahnya tidak lain dari biji yang
terbungkus oleh kulit dalam yang kaku (kulit biji) dan kulit luar yang tipis dan dapat dimakan.
Suatu macam serat yang berkualitas tinggi dihasilkan dari kulit batang bagian dalam; kulit ini
dimanfaatkan sebagai tali panah yang terkenal di pulau Sumba, juga untuk tali pancing atau
jaring, berkat ketahanannya terhadap air laut. Kayu melinjo tak ada manfaatnya yang khusus,
mungkin alasannya ialah karena kambium sekundernya membentuk struktur batang yang tidak
normal.
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE
DAFTAR PUSTAKA
__ ____________. 2001. Pinus merkusii. Bandung : Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan.
A armstrong, Billie. 2008. Cycadaceae. Geneva : Darwin Fails Publisher Incorporated.
Graffin, Greg. 2002. Pinaceae, Cycadaceae and Gnetaceae. Geneva : Darwin Fails Publisher
Incorporated.
__ ____________. 2012. Melinjo. Downloaded from http://id.wikipedia.org/ , April 2, 2013.
_ ___________. 2011. Tumbuhan Biji. Downloaded from http://e-dukasi.net/ , April 2, 2013.
Edward, rubbpert dan Robert, pattinson, 2009. The gymnosperm. http://www.thebiologyplant.com. Diakses tanggal 02 April 2013.
Kimball, W. John. 1987. Biologi Jilid 2. erlangga. Jakarta.
Meymey, 2008. Gymnospermae. www.wordpress.com. Diakses tanggal 02 April 2013.
Sukmawati, 2008. Biologi. www.bloger.com. Diakses tanggal 02 April 2013.
Wikipedia, 2011. Spermatophyta. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 02 April 2013.
SUKU - SUKU GYMNOSPERMAE