ANGGARAN PARTISIPATIF

download ANGGARAN PARTISIPATIF

of 30

Transcript of ANGGARAN PARTISIPATIF

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran merupakan unsur penting dari perencanaan keuangan untuk masa depan dalam mencapai tujuan perusahaan. Dalam perencanaan strategis perusahaan penyusunan anggaran merupakan hal yang paling penting. Oleh karena itu, bawahan sebaiknya diikutsertakan dalam proses penyusunan anggaran tersebut. Hal ini disebut sebagai partisipasi anggaran, partisipasi anggaran dilakukan karena bawahan lebih mengetahui kondisi langsung yang terjadi pada bagiannya. Dengan penyusunan anggaran secara partisipatif diharapkan dapat menciptakan anggaran yang sebaik-baiknya sesuai dengan standar atau kondisi perusahaan yang diharaokan di masa yang akan dating. Anggaran merupakan kata benda yakni hasil yang diperoleh setelah menyeleseikan suatu tugas perencanaan, sedsngkan penganggaran (budgeting) merupakan suatu proses, sejak tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana, implementasi rencana, sampai pada thap pengawasan dan evaluasi dari hasil melaksanakan rencana tersebut (Adi Saputro dan Asri 2003).

2

Atau dengan kata lain, penganggaran peruasahaan merupakan hasil proses menyusun anggaran, sedangkan anggaran perusahaan merupakan haasil penganggaran perusahaan (Nafarin, 2004:5) Anggaran (budget) merupakan rencana terinci yang disajikan secara kuantitatif yang menentukan bagaimana sumber daya yang akan diperoleh dan digunakan selama periode waktu tertentu, anggaran sering kali digunakan sebagai alat untuk perencanaan, koordinasi, alokasi sumber daya dan juga digunakan untuk mengukur kinerja yang pada akhirnya digunakan untuk mengontrol dan mempengaruhi prilaku pihak-pihak yang terkait dengan penetapan dan pelaksanaan anggaran (Adi Saputro dan Asri, 2003). Proses penyusunan anggaran terbagi menjadi dua yaitu, penyusunan anggaran secara bottom-up (partisipatif) dan penyusunan anggaran secara top-down. pada penyusunan anggaran partisipatif, proses penyusunan anggaran mengijinkan manajer den gan level lebih rendah untuk berpartisifasi secara signifikan dalam pembentukan anggaran, sementara dalam penganggaran top-down penyusunan anggaran tidak melibatkan bawahan secara signifikan ( Alim, 2002). Merchant (1981) serta Nasri dan Parker (1998) dalam mulyasari dan Sugiri (2005)menyatakn bahwa apabila bawahan sebagai pelaksana anggaran berpartisipatif dalam penyusunan anggaran, maka menghasilkan pengungkapan informasi privat yang mereka miliki. Disamping itu, atasan sebagai pemegang

3

kkuasa anggaran akan menerima informasi yang belum diketahui sebelumnya. Penyusunan anggaaran secara partisipatif akan meninggkatkan akurasi

pemahaman dalam hubungan dengan atasan sebagai pemegang kuasa anggarandan bawahan sebagai pelaksana anggaran. Baiman (1982) dalam Kren(1992) engidentifikaasikan dua jenis informasi utama dalam organisasi yaitu decision influencing dan job relevan pembuatan keputusn

information(JRI), yakni informasi yang memfasilitasi

yang berhubungan dengan tugas. Job relevan information meningkatkan kinerja melalui pemberian perkiraan yang lebih akurat mengenai lingkungan sehinggadapat dipilih rangkaian tindakan efektif yang terbaik (Kren,1992) Bila bawahan sebbagai pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk memberikan masukan berupa informasi yang dimiliknya kepada atasan sebagi pemegang kuasa anggaran, sehingga atasan akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan yang relevan dengan tugas (Yusfaningrum dan Ghozali, 2005) Peneliti melihat bila partisipasi anggaran meningkat maka job relevan information menyebabkan berkurangnya informasi asimetri.

4

1.2

Rumusan Masalah a. Apakah anggaran partisipatif berpengaruh terhadap pembuatan APBD? b. Apakah decision influencing berpengaruh terhadap pembuatan APBD? c. Apakah job relevant information berpengaruh terhadap pembuatan APBD? d. Apakah informasi asimetri berpengaruh terhadapa pembuatan APBD?

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris : a. Pengaruh anggaran partisipatif terhadap pembuatan APBD b. Pengaruh decision influencing terhadap pembuatan APBD

5

c. Pengaruh job relevant information terhadap pembuatan APBD

d. Pengaruh informasi asimetri terhadap pembuatan APBD

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara akademik merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi Strata I (SI) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mataram. 2. Secara teoritis ilmiah menjadi sarana untuk melatih diri mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan dan sebagai informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang masalah yang sama. 3. Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan sebagai tambahan SIMDA dan pertimbangan sarana bagi Pemda dalam Laporan

pengimplementasian

sebagai

penyusunan

Pertanggungjawaban Keuangan terkait dengan beberapa variabel anteseden yang mempengaruhinya.

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penelitian Terdahulu Yusfaningrum dan Ghozali (2005) dengan judul Analisis Pengaruh Partisipasi

Anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran dan job relevan information sebagai variabel intervening (peneltian terhadap perusahaan manufaktur indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk partisipasi anggaranterhadap

7

kinerja manajerial melalui komitmen pada tujuan anggaran dan job hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja manajerial, partisipasi anggaran berpengaruh positif (tidak signifikan) terhadap job relevant information. Serta job relevant information berpengaruh positif (tidak signifikan) terhadap kinerja manajerial. Peneliti menduga hasil yang tidak signifikan pada beberapa pengujian hipotesis dalam penelitian ini karena adanya penerapan dimensi budaya organisasi power distance yang lebar pada perusahaan manufaktur di indonesia dan otoritas atasan adalah mutlak, sehingga tujuan yang ditetapkan cendetung subjektif serta menekan bawahan. Ompusungo dan Bonowo (2006), dengan judul pengaruh partisipasi anggaran dan job relevant information terhadap informasi asimetri studi pada Badan Layanan Umum di Universitas Negeri kota Purwokerto Jawa Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh partisipasi anggaran dan job relevant information pada organisasi sektor publik. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian terdahulu, seperti Yusfaningrum dan Ghozali dalam hal kemampuan partisipasi anggaran mempengaruhi di dalam organisasi bisnis. Hal ini dapat dimengerti sebagai perbedaan kondisi yang terjadi dalam organisasi bisnisdengan organisasi sektor publik khususnya dalam hal prilaku. Partisipasi anggaran sektor publik memang memberikan kesempatan antara atasan /pemegang kuasa anggaran dan

bawahan/pelaksana anggaranuntuk mengkomunikasikan rencana kegiatan selama beberapa periode ke depan, namun keterbukaan bawahan/pelaksana anggaran kepada

8

atasan/pemegang kuasa anggaran tentang seberapa dalam informasi yang dimiliki belum tentu menjadi proses partisipasi. Penelitian ini mengacu pada penelitian Ompusungo dan Bonowo (2006) dengan beberapa perbedaan diantaranya dengan menambahkan pengaruh decision influencing sehingga menjadi pengaruh partisipasi anggaran, job relevant information, decision influencing, dan informasi asimetri terhadap pembuatan APBD Provinsi NTB.

2.2

Pengertian Anggaran Menurut Mulyadi (1993, h488) pengertian anggaran adalah suatu rencana kerja

yang dinyatakan secara kuantitif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Menurut Hanson (1996) dalam Riyadi (2000, h 137) anggaran adalah: Suatu pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen tentang rencanarencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu, dimana rencana tersebut akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut.

9

Alat penting untuk perencanaan dan pengendalian dalam suatu organisasi adalah anggaran. Anggaran juga merupakan rencana keuangan perusahaan yang digunakan sebagai pedoman untuk menilai kinerja (Schiff dan Lewin, 1970), alat untuk memotivasi kinerja para anggota organisasi (Chow dkk, 1988), alat koordinasi dan komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dalam organisasi (Kenis, 1979), dan alat untuk mendelegasikan wewenang pimpinan kepada bawahan (Hofstede, 1968). Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diperoleh makna bahwa anggaran berisi rencanarencana kerja, rencana keuangan yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

2.3

Kegunaan Anggaran Penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan utama, yaitu: (1) untuk

menyesuaikan rencana strategis; (2) untuk membantu mengkoordinasikan aktivitas dari beberapa bagian organisasi; (3) untuk menugaskan tanggung jawab kepada manajer, untuk mengotorisasi jumlah yang berwenang untuk mereka gunakan, dan untuk menginformasikan kepada mereka mengenai kinerja yang diharapkan dari mereka, dan; (4) untuk memperoleh komitmen yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja aktual manajer. Anggaran sebaiknya menjadi cetak biru keuangan mengenai bagaimana perusahaan diharapkan untuk

10

beroperasi. Dan menurut Ikhsan dan Ishak (2005), ada beberapa fungsi anggaran : 1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan. Sebagai hasil negosiasi antara anggota organisasi yang dominan, anggaran mencerminkan konsensus organisasional mengenai tujuan operasi untuk masa depan. 2. Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang

mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi. 3. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang

menghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi antara yang satu dengan yang lainnya dan dengan manajemen puncak. 4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur anggaran berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi actual dapat dibandingkan. 5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan. 6. Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi. Anggaran telah menjadi alat manajemen yang diterima untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas organisasi. Anggaran diterapkan dengan berbagai tingkatan kerumitan dan keberhasilan oleh banyak organisasi bisnis dan nirlaba.

2.4

Karakteristik Anggaran

11

Anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk satu tahun itu. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), anggaran mempunyai karakteristikkarakteristik sebagai berikut: 1. Anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit bisnis tersebut. 2. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan jumlah nonmoneter (contoh: unit yang terjual ataudiproduksi) 3. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis-bisnis yangsangat dipengaruhi faktor-faktor musiman, mungkin ada dua anggaran pertahun-misalnya, perusahaan busana biasanya memiliki anggaran musimgugur dan anggaran musim semi. 4. Merupakan komitmen manajemen, yang berarti manajer setuju untuk menerima tanggung jawab atas pencapaian tujuan-tujuan anggaran. 5. Usulan anggaran disetujui dan ditinjau oleh pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran. 6. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu.7. Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran,dan

varians dianalisi serta dijelaskan. Suatu anggaran harus dapat memotivasi manajer dan karyawan untuk memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran sehingga meningkatkan efektifitas anggaran. Oleh karena itu anggaran harus memperhatikan aspek perilaku manusia.

12

Kenis (1979) mengembangkan lima karakteristik anggaranyang memperhatikan perilaku manusia. Karakteristik tersebut adalah: 1. Budgetary Participation (partisipasi anggaran) Mengacu pada sejauh mana manajer berpartisipasi dalam menyusun anggaran dan mempengaruhi sasaran anggaran untuk pencapaian prestasinya. 2. Budget ary Goal Clarity (kejelasan sasaran anggaran) Mengacu pada sejauh mana sasaran anggaran dinyatakan secara jelas dan spesifik, juga dimengerti oleh para manajer yang bertugas mencapai sasaran anggaran. 3. Budgetary Feedback (umpan balik anggaran) Umpan balik tentang tingkat pencapaian sasaran anggaran adalah variable motivasi yang sangat penting. 4. Budgetary Evaluation (evaluasi anggaran) Evaluasi anggaran mengacu pada selisih anggaran yang ditelusuri ke manajer pusat pertanggung jawaban dan dipakai untuk mengevaluasi kinerja. 5. Budget Goal Difficulty (tingkat kesulitan sasaran anggaran) Sasaran anggaran yang sangat mudah dicapai tidak mencerminkan tantangan dan memiliki pengaruh motivasional yang rendah. Di lain sisi, sasaran yang sangat sulit untuk dicapai mengakibatkan perasaan gagal, frustasi, penolakan dan aspirasi yang rendah.

2.5

Jenis Anggaran

13

Terdapat

beberapa

jenis

anggaran

yang

diungkapkan

Anthony

dan

Govindarajan (2005), meliputi: a. Anggaran Operasi Adalah anggaran yang berisi pendapatan dan biaya-biaya dalam satu periode. b. Anggaran Modal Anggaran modal menyatakan proyek-proyek modal yang telah disetujui, ditambah jumlah sekaligus untuk proyek-proyek kecil yang tidak memerlukan persetujuan tingkat yang lebih tinggi. c. Anggaran Neraca Anggaran neraca menunjukkan implikasi neraca dari keputusan-keputusan yang tercakup dalam anggaran opersi maupun anggaran modal. d. Anggaran Laporan Arus Kas Anggaran laporan arus kas menunjukkan berapa banyak uang yang dibutuhkan selama tahun tersebut yang akan dipasok oleh laba ditahan dan berapa banyak, jika ada, yang harus diperoleh dari pinjaman atau dari sumber-sumber luar lainnya.

2.6

Proses Penyusunan Anggaran Penyusunan anggaran dalam suatu organisasi biasanya dilakukan oleh

departemen anggaran dan komite anggaran. Departemen anggaran menangani arus informasi dari sistem pengendalian anggaran. Komite anggaran yang terdiri dari anggota-anggota manajemen senior, meninjau dan menyetujui atau menyesuaikan

14

masing-masing anggaran. Komite anggaran juga harus menyetujui revisi anggaran besar yang dibuat selama satu tahun. Menurut Siegel dan Marcony dalam Asnawi (1997), ada tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran, yaitu: 1. Penetapan Tujuan Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan prganisasi yang luas ke dalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus.

2. Implementasi Pada tahap implementasi, rencana formal tersebut digunakan untuk

mengkomunikasikan tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam organisasi. 3. Pengendalian dan Evaluasi Kinerja Setelah anggaran diimplementasikan, maka anggaran tersebut berfungsi sebagai elemen kunci dalam sistem pengendalian. Anggaran menjadi tolak ukur terhadap mana kinerja aktual dibandingkan dan berfungsi sebagai suatu dasar untuk melakukan manajemen berdasarkan pengecualian.

2.6 2.6.1

Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran Pengertian

15

Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dianggap sebagian orang sebagai obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi dari para anggota organisasi. Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Dengan kata lain, pekerja dan manajer tingkat bawah memiliki suara dalam proses manajemen. Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, di mana para individual terlibat dan mempunyai pengaruh dalam pembuatan keputusan yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap para individu tersebut (Supomo dan Indriantoro, 1998). Dalam pengertian yang lebih luas, partisipasi merupakan inti dari proses demokratis dan oleh karena itu idaklah alamiah jika diterapkan dalam struktur organisasi yang otoriter. Dalam konteks yang lebih spesifik, partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses di mana para individu, yang kinerjanyya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 1982). 2.6.2 Partisipasi dalam Proses Penyusunan Anggaran Hampir semua studi mengenai partisipasi dalam proses manajemen menyimpulkan bahwa partisipasi menguntungkan organisasi. Namun, Backer dan Green menemukan bahwa ketika hal tersebut diterapkan dalam situasi yang salah, partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Secara garis besar, penyusunan anggaran dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Top down approach (bersifat dari atas-ke-bawah)

16

Dalam penyusunan anggaran ini, manajemen senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih rendah sehingga pelaksana anggaran hanya melakukan apa saja yang telah disusun. Tapi pendekatan ini jarang berhasil karena mengarah kepada kurangnya komitmen dari sisi pembuat anggaran dan hal ini membahayakan keberhasilan rencana anggaran. 2. Bottom up approach (bersifat dari bawah-ke-atas) Pada bottom up approach, anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan dan selanjutnya diserahkan atasan untuk mendapatkan pengesahan. Dalam pendekatan ini, manajer tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran. Pendekatan dari bawah ke atas dapat menciptakan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran, tetapi apabila tidak dikendalikan dengan hati-hati dapat menghasilkan jumlah yang sangat mudah atau yang tidak sesuai dengan tujuan keseluruhan perusahaan. 3. Kombinasi top down dan bottom up Kombinasi antara kedua pendekatan inilah yang paking efektif. Pendekatan ini menekankan perlunya interaksi antara atasan dan bawahan secara bersama sama menetapkan anggaran yang terbaik bagi perusahaan. Partisipasi anggaran ini mempunyai dampak positif terhadap motivasi manajerial karena dua alasan: a. Mengarah pada komitmen pribadi yang lebih besar untuk mencapai cita-cita anggaran. b. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informs yang lebih efektif. Pembuat anggaran mempunyai pemahaman yang lebih jelas mengenai pekerjaan mereka melalui interaksi dengan atasan selama fase peninjauan dan persetujuan.

17

2.6.3

Manfaat Partisipasi Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipasi

menjadi terlibat secara emosi dan bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan. Partisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada semua tingkatan manajemen. Rosidi (2000) dalam Wijayanti dan Solichatun (2005) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran memiliki dua manfaat, yaitu : 1. Mengurangi ketimpangan informasi dalam organisasi 2. Menimbulkan komitmen yang lebih besar kepada para manajer untuk melaksanakan dan memenuhi anggaran. 2.6.3 Batasan dan Permasalahan dalam Partisipasi Dalam kondisi paling ideal sekalipun, partisipasi mempunyai

keterbatasanketerbatasan sendiri. (1) Proses partisipasi memberikan kekuasaan kepada para manajer untuk menetapkan isi dari anggaran mereka. Kekuasaan ini bisa disalah gunakan untuk hal-hal yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. (2) Adanya beberapa perusahaan yang mengakui menggunakan penyusunan anggaran partisipatif tetapi pada kenyataan tidak. Hal ini disebut dengan partisipasi semu

(pseudoparticipation). Kepura-puraan ini dapat membuat karyawan memandang proses tersebut sebagai tipuan manajemn. (3) Status dan pengaruh dalam suatu organisasi juga dapat menghambat partisipasi yang efektif. Top manajer yang lebih dominan atau memiliki status sosial yang lebih besar, akan merasa lebih mampu menyusun anggaran dibandingkan dengan tingkatan.

18

2.7

Informasi Asimetri Asimetri informasi (information asymmetry)Yaitu suatu kondisi di mana ada

ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user).

Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam

lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara

principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)

19

manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.

2.7.1

Job relevant information Literature-literatur akuntansi ( Baiman 1982, Baiman Damski 1980, Teasen dan

Waterhouse 1985 dalam Kren 1992) mngidentifikasi dua tipe informasi dalam organisasi yaitu pengaruh keputusan (decision influencing) dan job relevant information. Job relevant information berhubungan dengan penilaian seberapa luas kemampuan manajer untuk menerima informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan efektif yang juga digunakan digunakan untuk mengevaluasi alternative-alternatif keputusan yang penting (Locke et al, 1986 dalam Mulyasari dan Sugiri, 2005). Kemampuan manajer untuk menerima informasi adalah kemampuan untuk mendapatkan , mengubah, dan membagikan informasi kepada orang lain. Kren (1992) dalam penelitiannya tentang job relevant information (JRI), memahami job relevant information sebagai informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubunga dengan tugas, Baiman (1982) dalam yusfaningrum (2005) menambahkan bahwa job relevant information membantu bawahan/pelaksan anggaran dalam meningkatkan pilihan tindakannya melalui informasi usaha yang berhasil denga

20

baik. Kondisi ini memberikan pemahaman yang lebih baik pada bawahan mengenai alternative keputusan dan tindakan yang perlu dilakukandalam mencapai tujuan. Early dalam Sumadiyah dan Susanta (2004)bahwa perencanaan dipengaruhi oleh informasi yang tersedia untuk individu. Tersedianya informasi yang berhubungan dengan tugas akan meningkatkan perencanaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Job relevant information akan mendorong aktifitas perencanaan dan cara pendekatan yang digunakan terhadap tugas, serta membuat individu akan lebih terus berusaha dan lebih bersemangat mengerjakan tugas dibandingkan individu yang tidak memiliki job relevant information.

21

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Pada penelitian asosiatif minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan, jadi penelitian asosiatif merupakan suatu penelitian yan gmencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Sugiyono,2004) 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah DPRD Provinsi NTB, dengan alas an sebagai berikut; 1. 2. Kemampuan peneliti yang dikaitkan dengan bidang ilmu yang diteliti. Lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mudah memperoleh data yang dibutuhkan.

22

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi (population) adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. (Indriantono dan supomo, 2002:115). Populasi dalam penelitian ini sejumlah 116 orang. 3.3.2 Sampel Sampel (sample) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilliki oleh populasi (Sugiyono, 2004). Metode penellitian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2006:78) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (judgement sampling). Sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang, Keterangan Pimpinan dan badan anggaran Jumlah 26 Sampel 5

23

Badan musyawarah Badan legislasi Badan kehormatan Komisi 1 Komisi 2 Komisi 3 Komisi 4

19 15 5 11 13 13 14

5 5 5 5 5 5 35

Total

116

Criteria pemilihan sampel Anggota DPR yang berperan ketua dan sekertaris komisi atau bagian Anggota DPR yang telah menjabat lebih dari dua tahun

3.4 Metode Pengumpulan Data

24

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mail survey yaitu melalui penyebaran kuesioner dan mendatangi langsung wilayah sampel dalam penelitian yang dapat dijangkau (Personally Administered Questionare). Bentuk kuesioner terdiri dari kuesioner dengan pertanyaan terkait (angket tersruktur).

3.5 Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini; 1. Data kualitatif yaitu berupa informasi penting mengenai variabel-variabel terkait yang mempengaruhi dan dipengaruhi yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar2. Data kuantitatif yaitu skor jawaban kuesioner dari responden yang dinyatakan

dalam bentuk angka dan dapat diukur dengan satuan hitung 3.5.Sumber Data

25

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari jawaban responden atas beberapa jumlah pertanyaan tentang anggaran partisipatif, decision influencing, job relevant information, informasi asimetri. 3.6 Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi variable-variabel sebagai berikut a.Partisipasi anggaran b.Job relevant information c.Informasi asimetri d.Decision influencing

3.7 Klasifikasi Variabel

Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan, maka variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah:1. Variabel

bebas

(independent

variabel)

merupakan

variabel

yang

memepengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010:4). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah anggaran partisipatif, decision influencing, job relevant information, dan informasi asimetri

26

2. Variabel terikat (dependent variabel) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2010:4). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi NTB. 3.8 Definisi opresional variabel1. Anggaran partisipatif merupakan pendekatan anggaran yang berfokus

pada upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variable ini diadopsi dari Fitri (2004) yang banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Instrument penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 dengan skor 1; sangat sedikit, 2; sedikit , 3 : netral , 4 : banyak, 5: sangat banyak.2. Job relevant information merupakan salah satu informasi yang

membantu atasan untuk memperbaiki pemilihan tindakannya melalui upaya yang diinformasikan dengan baik, baik yang bersumber dari lingkungan eksternal maupun internal perusahaan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variable ini diadopsi dari Kren (1992) yang banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Instrument penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 dengan skor 1; sangat sedikit, 2; sedikit , 3 : netral , 4 : banyak, 5: sangat banyak.3. Informasi asimetri adalah keadaan yang terjadi jika bawahan memiliki

informasi

yang

lebih

banyak

mengenai

aktivitas

organisasinya

dibandingkan dengan atasannya. Instrumen yang digunakan untuk

27

mengukur variable ini diadopsi dari Dunk (1993) yang banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Instrument penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 dengan skor 1; sangat sedikit, 2; sedikit , 3 : netral , 4 : banyak, 5: sangat banyak

3.8

PROSEDUR DAN ANALISIS DATA Setelah kuesioner disebarkan dan terkumpul kembali, tahap selanjutnya adalah

mengolah data yang diperoleh dan dianalisis dengan menggunakan beberapa metode berikut ini :i.

Uji Non Response Bias Pengujian non respon bias dilakukan dengan melihat apakah ada perbedaan

karakteristik sampel antara responden yang menjawab dan yang tidak memberikan jawaban (Indriantoro dan Supomo, 1999). Metode yang diterapkan penelitian ini adalah dengan mengelompokkan jawaban yang diterima ke dalam dua kelompok, yaitu : (1) kelompok awal (early response), dan (2) kelompok akhir (last response). Kelompok awal (early response) untuk kuesioner yang diterima kembali sejak awal hingga satu minggu setelah batas pengembalian. Sedangkan kelompok akhir (last response) untuk kuesioner yang diterima lebih dari satu minggu setelah batas pengembalian. Batas waktu (cut off) pengembalian kuesioner yang ditentukan oleh peneliti adalah satu minggu. Pengujian respon bias ini menggunakan t-test, dengan Pvalue > 0.05 yang artinya sampel penelitian ini memenuhi syarat representasi populasi.

28

ii.

Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005: 45). Teknik pengujiannya menggunakan korelasi Product Moment dan Pearson dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%, untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas dengan veriabel terikat. Caranya dengan mengkorelasikan antara skor item pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan bantuan melalui program SPSS. Dengan kriteria apabila probabilitas kurang dari 0.05 atau apabila nilai total pearson correlation > 0.6 maka item tersebut valid.

iii.

Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2005: 41) reliabilitas sebenarnya adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan ini dikatakan reliable jika masing-masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama. Teknik pengujiannya menggunakan koefisien alpha cronbach, dengan taraf nyata 5%, hal ini perhitungannya juga menggunakan bantuan program SPSS.

29

Dengan kriteria jika koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis atau apabila nilai alpha cronbach > 0.6 maka item tersebut dinyatakan reliabel.

iv.

Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang dibuat dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah :

a.

Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

terikat, variabel bebas, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Ghozali (2005: 110), uji normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik Kolmogrof-Sminov. Kriteria pengujiannya adalah apabila angka signifikansi (SIG) > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka signifikansi (SIG) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

b.

Uji Heteroskedastisitas

30

Menurut Ghozali (2005:105), analisis heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Diagnosa adanya gejala heteroskedastisitas secara statistik dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Gletser dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil regresi nilai absolut residual sebagai variabel terikat dengan variabel karakteristiknya. Analisis ini dilakukan melalui bantuan program SPSS.