ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN -...

10

Click here to load reader

Transcript of ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN -...

Page 1: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 1

ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN

A. LATAR BELAKANG

Keuangan Negara meliputi seluruh rangkaian kegiatan yang

berkaitan dengan pengelolaan semua hak dan kewajiban Negara. Dan

seluruh rangkaian kegiatan ini memiliki akibat-akibat keuangan sehingga

memerlukan adanya suatu perencanaan keuangan yang cermat

(budgeting atau penganggaran).

Anggaran ini memiliki fungsi diantaranya sebagai pedoman dalam

mengelola Negara dalam periode tertentu, sebagai alat pengawasan dan

pengendalian masyarakat terhadap kebijakan yang telah dipilih oleh

pemerintah dan sebagai alat pengawasan masyarakat terhadap

kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan yang telah

dipilih.

Di Indonesia pada awalnya secara resmi digunakan istilah

begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak

Proklamasi Kemerdekaan, digunakan istilah Anggaran Pendapatan dan

Belanja sebagaimana terdapat dalam Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan

dalam perkembangannya ditambahkan kata Negara menjadi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

APBN ini merupakan perwujudan dari pengelolaan keuangan

Negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab sehingga

penyelenggara Negara (Pemerintah) setiap tahun mengajukan

Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN untuk dibahas bersama DPR.

Jika disetujui maka RUU tersebut ditetapkan menjadi Undang-Undang

(UU) APBN yang berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.

Secara garis besar, APBN memiliki komponen Pendapatan Negara

dan Hibah, Belanja Negara, dan Pembiayaan. Anggaran belanja pada

tahun ini, melalui UU Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2010, ditetapkan sebesar

Rp1.047.666.042.990.000,00 (satu kuadriliun empat puluh tujuh triliun

enam ratus enam puluh enam miliar empat puluh dua juta sembilan

ratus sembilan puluh ribu rupiah).

Karena merupakan bagian dari keuangan Negara, maka dalam

kegiatan pengelolaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban belanja

telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan.

Page 2: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 2

B. DEFINISI

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Pasal 1 angka 14 :

Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih.

PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode

tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah.

C. KLASIFIKASI BELANJA

1. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

a. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Dalam Pasal 15 ayat (5) dan Pasal 20 ayat (5) UU No. 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa APBN

yang telah disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit

organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.

b. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Belanja diklasifikasikan menurut ekonomi (jenis belanja),

organisasi dan fungsi.

Klasifikasi ekonomi untuk Pemerintah Pusat meliputi belanja

operasi (belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah,

bantuan sosial), belanja modal, belanja lain-lain.

Klasifikasi belanja menurut fungsi dibagi menjadi pelayanan

umum, pertahanan, ketertiban dan ketentraman, ekonomi,

perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman,

kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan, dan

perlindungan sosial.

2. Menurut fungsi artinya klasifikasi ini digunakan sebagai dasar untuk

penyusunan anggaran berbasis kinerja guna memperoleh manfaat

sebesar-besarnya. Rincian belanja Negara menurut fungsi1 antara lain

terdiri dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,

ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,

kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan

sosial, disesuaikan dengan tugas masing-masing Kementerian

Negara/Lembaga. Oleh karena itu program kementerian

1 Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka

mencapai tujuan pembangunan nasional.

Page 3: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 3

negara/lembaga harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran

yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana kerja pemerintah.

3. Menurut jenis belanja

Pasal 11 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa

belanja negara dalam APBN digunakan untuk keperluan

penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan

perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan

daerah :

a. Belanja Pemerintah Pusat 1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang

3. Belanja Modal

4. Pembayaran Bunga Utang

5. Subsidi

6. Hibah

7. Bantuan Sosial

8. Belanja Lain-Lain

b. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan (dana bagi hasil, dana

alokasi umum dan dana alokasi khusus)

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi baik dalam bentuk

uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, PNS

dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum

berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah

dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan

modal. Contoh : gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi

sosial dan lain-lain yang berhubungan dengan pegawai.

Belanja barang adalah pembelian barang dan jasa yang habis

pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun

yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan

untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja

perjalanan. Belanja barang ini terdiri dari belanja pengadaan barang

dan jasa2, belanja pemeliharaan3, dan belanja perjalanan4.

2 Merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti Alat Tulis Kantor (ATK), pengadaan/penggantian peralatan

kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok fungsi Kementerian/Lembaga, pengadaan kantor yang nilainya

tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur Pemerintah Pusat dan pengeluaran jasa non-fisik (contoh biaya pelatihan dan penelitian). 3 Adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan asset tetap atau asset lainnya yang sudah

ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Contoh : pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain

sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan. 4 Merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan

tugas, fungsi dan jabatan.

Page 4: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 4

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan

dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset

lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta

melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya

yang ditetapkan pemerintah. Suatu belanja dikategorikan sebagai

belanja modal apabila :

a. pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset

tetap atau asset lainnya yang menambah masa umur, manfaat,

dan kapasitas.

b. pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi asset tetap

atau asset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

c. perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

d. pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan asset tetap

atau asset lainnya dengan syarat pengeluaran mengakibatkan

masa manfaat5, kapasitas6, kualitas7 dan volume8 asset yang

dimiliki bertambah serta pengeluaran tersebut memenuhi batasan

minimum nilai kapitalisasi asset tetap/asset lainnya.

Ada 5 (lima) kategori utama belanja modal yaitu :

1. belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan

untuk pengadaan/pembelian/pembebasan penyelesaian, balik

nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan,

pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah, serta lain-lain

yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak atas

tanah dan sampai tanah tersebut siap pakai.

2. belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran yang

diperlukan untuk pengadaaan alat-alat dan mesin-mesin yang

dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal termasuk biaya

untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kualitas

peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan

mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran yang

digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan

pembentukan modal untuk pembangunan gedung dan bangunan

yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan

5 Pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya umur ekonomis yang diharapkan dari asset tetap yang

sudah ada. Misalnya gedung direnovasi sehingga menambah umur ekonomis gedung tersebut. 6 Peningkatan kapasitas adalah bertambahnya kapasitas atau kemampuan asset tetap yang sudah ada

misalnya peningkatan kapasitas generator listrik. 7 Peningkatan kualitas asset adalah bertambahnya kualitas dari asset tetap yang sudah ada, misalnya jalan

tanah menjadi jalan aspal. 8 Peningkatan volume asset adalah bertambahnya jumlah atau satuan ukuran asset yang sudah ada,

misalnya penambahan luas bangunan suatu gedung.

Page 5: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 5

dimaksud dalam kondisi siap pakai termasuk di dalamnya

pengadaan berbagai barang kebutuhan pembangunan gedung dan

bangunan.

4. belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran yang

digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian,

peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan

prasarana dan sarana termasuk pengeluaran untuk perencanaan,

pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang

menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dalam

kondisi siap pakai.

5. belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran yang digunakan

untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan

pembangunan, pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya

yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal

tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi

dan jaringan, misalnya belanja modal kontrak sewa beli,

pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang

untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal

ilmiah.

Pembayaran bunga utang adalah pengeluaran pemerintah

yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal

outstanding), baik utang dalam negeri maupun luar negeri yang

dihitung berdasarkan posisi pinjaman.

Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan pemerintah

kepada perusahaan Negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga

lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor

barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak agar

harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Terdiri dari Belanja

Subsidi Lembaga Keuangan, Belanja Subsidi BBM, Belanja Subsidi

Non BBM-Harga/Biaya, Belanja Subsidi Non BBM–Bunga Kredit,

Belanja Subsidi Non BBM – Pajak, Belanja Subsidi Non Pajak-Lainnya,

dan Belanja Subsidi PSO.

Hibah adalah pengeluaran pemerintah berupa transfer

dalam bentuk uang, barang atau jasa, bersifat tidak wajib yang

secara spesifik yang telah ditetapkan peruntukannya dan tidak

mengikat serta tidak terus menerus kepada pemerintahan Negara

lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan

serta organisasi internasional.

Bantuan sosial adalah transfer uang atau barang yang

diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan

Page 6: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 6

terjadinya resiko sosial. Pengeluaran ini bertujuan untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.

Belanja lain-lain adalah pengeluaran yang sifat

pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos

pengeluaran diatas. Sifatnya tidak biasa dan tidak berulang seperti

penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak

terduga lainnya.

D. PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA

Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja Negara

merupakan batas tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran, baik pimpinan

dan atau pejabat departemen/lembaga/pemerintah daerah tidak

diperkenankan melakukan pengeluaran belanja Negara apabila dana

tidak tersedia atau tidak cukup tersedia serta tidak diperkenankan untuk

melakukan pengeluaran belanja Negara untuk tujuan lain dari yang

ditetapkan dalam anggaran belanja Negara.

Setelah APBN ditetapkan, Menkeu memberitahukan semua

menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan

anggaran untuk masing-masing kementerian negara/lembaga. DIPA9

atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya10 yang dipersamakan

dengan DIPA yang telah mendapat pengesahan dari Dirjen

Perbendaharaan atas nama Menkeu menjadi dasar untuk penerbitan

SPM11. Sebelum SPM diterbitkan, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran berhak untuk melakukan :

a. pengujian kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak

penagih;

b. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan

sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;

c. meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;

d. membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran

pengeluaran yang bersangkutan;

e. memerintahkan pembayaran atas beban APBN.

Dalam rangka pelaksanaan pembayaran tersebut, Bendahara

Umum Negara kemudian meneliti kelengkapan perintah pembayaran,

menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang

9 DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menkeu dan

berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah. 10 Adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dipersamakan dengan DIPA dan disahkan oleh Dirjen

Perbendaharaan atas nama Menkeu sebagai Bendahara Umum Negara (BUN). 11 Adalah dokumen yang diterbitkan/digunakan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk

mencairkan alokasi dana yang sumber dananya dari DIPA.

Page 7: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 7

tercantum dalam perintah pembayaran, menguji ketersediaan dana yang

bersangkutan, dan memerintahkan pencairan dana sebagai dasar

pengeluaran negara bilamana perintah pembayaran dari Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang

ditetapkan.

Pengguna Anggaran/ Menteri Keuangan

Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara (BUN)

Pengujian Pengujian

(Pasal 18 (2) UU No.1 Th.2004) (Pasal 19 (2) UU No. 1 Th. 2004)

SPM

SPM (Surat Perintah Membayar) SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana)

Mekanisme pembayaran APBN tersebut diatur lebih teknis dalam

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005

tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

Pada setiap awal tahun anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga

selaku Pengguna Anggaran (PA) menunjuk Pejabat Kuasa PA untuk

satuan kerja di lingkungan instansinya dan dapat juga mendelegasikan

kewenangan kepada Kuasa PA untuk menunjuk pejabat yang diberi

kewenangan melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/pembuat komitmen,

pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara

dan menandatangani SPM, serta Bendahara Pengeluaran untuk

melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan

anggaran belanja. Khusus untuk pelaksanaan anggaran dekonsentrasi

dan tugas pembantuan, kewenangan yang dimiliki oleh Menteri/Pimpinan

Lembaga selaku PA didelegasikan kepada

Gubernur/Bupati/Walikota/Kepala Desa.

Berdasarkan DIPA yang telah disahkan oleh Dirjen

Perbendaharaan atau oleh Kepala Kantor Wilayah Dirjen

Perbendaharaan, PA/Kuasa PA kemudian menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan sesuai rencana kerja dan anggaran.

Kemudian SPP dibuat dengan menggunakan format yang ada

disertai kelengkapan-kelengkapan yang dipersyaratkan SPP terdiri dari

Page 8: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 8

SPP-UP (Uang Persediaan), SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan), SPP-

GUP (Penggantian Uang Persediaan), SPP untuk Pengadaan Tanah, SPP-

LS, SPP-LS non belanja pegawai, SPP untuk PNBP. Setelah menerima

SPP, pejabat penerbit SPM menerbitkan SPM dengan mekanisme :

1. petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi

cek-list kelengkapan berkas SPP, mencatat dalam buku pengawasan

penerimaan SPP, membuat/menandatangani tanda terima SPP, dan

menyampaikan SPP dimaksud kepada pejabat penerbit SPM.

2. pejabat penerbit SPM kemudian melakukan pengujian dengan

memeriksa dokumen pendukung SPP, memeriksa ketersediaan pagu

anggaran dalam DIPA, memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau

kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator keluaran,

memeriksa kebenaran atas hak tagih menyangkut pihak yang

ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan, dan jadwal

pembayaran, memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran

kegiatan.

3. setelah pengujian, pejabat penguji SPP dan penandatangan SPM

menerbitkan SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-LS dalam rangkap 3

(tiga).

SPM kemudian disampaikan oleh PA/Kuasa PA atau pejabat yang

ditunjuk beserta dokumen pendukung dilengkapi dengan Arsip Data

Komputer (bilamana ada) melalui loket penerimaan SPM pada KPPN atau

melalui kantor pos. Setelah diterima, petugas KPPN akan memeriksa

kelengkapan, membuat check-list, mencatat dalam Daftar Pengawasan

Penyelesaian SPM dan meneruskannya ke Seksi Perbendaharan untuk

diproses lebih lanjut.

SPM yang telah diterima ini, kemudian diuji secara substansif dan

formal. Pengujian substansif dilakukan untuk menguji kebenaran

perhitungan tagihan dalam SPM, menguji ketersediaan dana pada

kegiatan/sub kegiatan/MAK dalam DIPA, menguji dokumen dasar

penagihan, menguji surat pernyataan tanggung jawab dari kepala

kantor/satker, serta menguji faktur pajak beserta SSP-nya. Pengujian

formal dilakukan untuk mencocokkan tanda tangan pejabat

penandatangan SPM dengan spesimen, memeriksa cara

penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf, serta

memeriksa kebenaran dalam penulisan termasuk tidak boleh terdapat

cacat penulisan. Apabila seluruh syarat telah terpenuhi maka dilakukan

penerbitan SP2D dan apabila tidakan memenuhi syarat-syarat maka SPM

dikembalikan.

Page 9: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 9

Sementara untuk pelaksanaan belanja yang dipergunakan untuk

anggaran transfer ke daerah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

No 04/PMK.07/2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban

Anggaran Transfer ke Daerah. Dalam rangka pelaksanaan anggaran

tersebut, Dirjen Perimbangan Keuangan menerbitkan Surat Perintah

Membayar (SPM) sebagai perintah pemindahbukuan dari Rekening Kas

Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah yang disampaikan kepada

Dirjen Perbendaharaan c.q. Direktur Pengelolaan Kas Negara.

Berdasarkan SPM tersebut, Dirjen Perbendaharaan atas nama Menkeu

menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Pemerintah Daerah

kemudian menyampaikan konfirmasi tanda terima Transfer ke Daerah

kepada Dirjen Perimbangan Keuangan paling lambat 5 (lima) hari kerja

setelah Transfer ke Daerah tersebut diterima.

E. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN BELANJA

Menurut Pasal 36 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 Keuangan

Negara, pengakuan dan pengukuran belanja berbasis akrual12

diberlakukan selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) tahun.

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran belanja berbasis akrual

juga dicantumkan pada Pasal 70 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara yang menyebutkan bahwa ketentuan ini

dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008.

Selama ketentuan tersebut belum dilaksanakan, pengakuan dan

pengukuran belanja berbasis kas. Artinya belanja diakui pada saat

terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara atau entitas

pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,

pengakuan terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran

tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai tugas perbendaharaan.

F. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN BELANJA

Penggunaan anggaran belanja sebagai bagian dari keuangan

negara harus dipertanggungjawabkan dalam Laporan Keuangan.

Penyajian dan pengungkapan klasifikasi belanja dalam laporan keuangan

dikelompokkan sebagai berikut :

- disajikan sebagai pengeluaran belanja pada Laporan Realisasi

Anggaran (LRA) pada lembar muka laporan keuangan yaitu belanja

dengan klasifikasi menurut jenis belanja yaitu Belanja Operasi,

12 Artinya belanja diakui pada saat timbulnya kewajiban atau pada saat diperoleh manfaat.

Page 10: ANGGARAN BELANJA NEGARA DALAM APBN - …jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Anggaran_Belanja.pdf · ... UUD 1945 dan dalam perkembangannya ... Belanja diklasifikasikan menurut

Sie Infokum - Ditama Binbangkum 10

Belanja Modal, dan Belanja Lain-Lain/Tak Terduga (berdasarkan PSAP

Nomor 02);

- disajikan sebagai kelompok Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi

dan Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan pada Laporan Arus Kas;

dan

- diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) antara lain

rincian belanja menurut organisasi, rincian belanja menurut fungsi

dan klasifikasi belanja, rincian belanja menurut program dan kegiatan

yang disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah, rincian belanja menurut urusan pilihan dan

rincian belanja menurut belanja langsung dan belanja tidak langsung

dengan dilengkapi narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau

bentuk lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi

dan posisi keuangan entitas pelaporan.

Referensi :

- UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

- UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

- PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

- Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah.

- Peraturan Menteri Keuangan No 04/PMK.07/2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban

Anggaran Transfer ke Daerah.

- Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan

Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.