Anestesi Umum Dan Lokal

46
1

Transcript of Anestesi Umum Dan Lokal

Page 1: Anestesi Umum Dan Lokal

1

Page 2: Anestesi Umum Dan Lokal

2

Sebelum tahun 1844, gas eter maupun nitrogen-oksida banyak digunakan untuk pesta

mabuk-mabukan. Mereka menamai zat tersebut "gas tertawa", karena efek dari

menghirup gas ini membuat orang tertawa dan lupa segalanya.

Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia

kedokteran sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter

gigi, ia bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada

pasiennya saat dicabut giginya. Sayangnya usahanya mempertontonkan di depan

mahasiswa kedokteran John C. Warren di Rumah Sakit Umum Massachusetts,

Boston gagal, bahkan mendapat cemoohan. Usahanya diteruskan William Thomas

Green Morton.

Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace

Wells pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada

tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk

berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran gigi di

Baltimore College of Dental Surgery. Morton meneruskan kuliah di Harvard pada

tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan biaya, tidak ia

teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali

membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi

Page 3: Anestesi Umum Dan Lokal

3

palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa

sakit.

Morton berpikir untuk menggunakan gas nitrogen-oksida dalam praktiknya

sebagaimana yang dilakukan Wells. Kemudian ia meminta gas nitrogen-oksida

kepada Charles Jackson, seorang ahli kimia ternama di sekolah kedokteran Harvard.

Namun Jackson justru menyarankan eter sebagai pengganti gas nitrogen-oksida.

Morton menemukan efek bius eter lebih kuat dibanding gas nitrogen-oksida.

Bahkan pada tahun 1846 Morton mendemonstrasikan penggunaan eter dalam

pembedahan di rumah sakit umum Massachusetts. Saat pasien dokter Warren telah

siap, Morton mengeluarkan gas eter (atau disebutnya gas letheon) yang telah dikemas

dalam suatu kantong gas yang dipasang suatu alat seperti masker. Sesaat pasien yang

mengidap tumor tersebut hilang kesadaran dan tertidur. Dokter Warren dengan sigap

mengoperasi tumor dan mengeluarkannya dari leher pasien hingga operasi selesai

tanpa hambatan berarti.

Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran.

Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai

anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi

dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia,

namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton

Page 4: Anestesi Umum Dan Lokal

4

masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang

ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.

Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan

penggagas zat anestesi telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan

mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di

seluruh bagian dunia.

Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing

mengklaim zat anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter

bernama Crawford W. Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun

1842, empat tahun sebelum Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah

menggunakan eter di setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya,

hanya mempraktikkan untuk pasien-pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan

yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala, dokter Long tetap

menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.

Wells, Morton, dan Jackson menghabiskan hidupnya demi pengakuan dari

dunia bahwa zat anestesi merupakan hasil temuannya. Morton selama dua puluh

tahun menghabiskan waktu dan uangnya untuk mempromosikan hasil temuannya. Ia

mengalami masalah meskipun ia telah mendaftarkan hak patennya di lembaga paten

Amerika Serikat (U.S. Patent No. 4848, November 12, 1846). Ketika tahun 1847

dunia kedokteran mengetahui, zat yang digunakan adalah eter yang telah digunakan

Page 5: Anestesi Umum Dan Lokal

5

sejak abad 16, Morton tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendapat

keuntungan dari patennya. Jackson juga mengklaim, dirinya juga berhak atas

penemuan tersebut.

Ketika Akademi Kedokteran Prancis menganugerahkan penghargaan Monthyon

yang bernilai 5.000 frank di tahun 1846, Morton menolak untuk membaginya dengan

Jackson. Ia mengklaim, penemuan tersebut adalah miliknya pribadi. Sementara itu,

Wells mencoba eksperimen dengan zat lain (kloroform) sebagai bahan anestesi.

Selama bertahun-tahun Morton menghabiskan waktu dan materi untuk

mengklaim patennya. Ia mulai stres dan tidak memedulikan lagi klinik giginya.

Morton meninggal tanggal 15 Juli 1868 di usia 49 tahun di Rumah Sakit St. Luke's,

New York. Begitu juga dengan Jackson yang meninggal dalam keadaan gila dan

Wells yang meninggal secara mengenaskan dengan cara bunuh diri.(Dewi

Marthaningtyas:"Terbius Memburu Paten Gas Tertawa", Cakrawala, 2005).

1.1. Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui definisi anestesi.

1.2.2 Untuk mengetahui kelompok – kelompok anestesi.

1.2.3 Untuk mengetahui klasifikasi anestesi.

1.2.4 Untuk mengetahui taraf – taraf Narkosa.

1.2.5 Untuk mengetahui tujuan pemberian Anestesi.

Page 6: Anestesi Umum Dan Lokal

6

1.2.6 Untuk Mengetahui obat – obatan yang dipakai dalam anestesi umun.

1.2.7 Untuk mengetahui obat – obatan yang dipakai dalam anestesi lokal.

Page 7: Anestesi Umum Dan Lokal

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Anestesi

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan

aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur

lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama

kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.

Dua kelompok anestesi

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu

analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya

perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam

keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu

meringankan rasa nyeri.

Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis

yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya

tetap sadar.

Page 8: Anestesi Umum Dan Lokal

8

Tipe anestesi

Beberapa tipe anestesi adalah:

Pembiusan total — hilangnya kesadaran total

Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan

(pada sebagian kecil daerah tubuh).

Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh

oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan

dengannya

Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya

melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan

kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka

setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.

Anestesiologis dengan empat rangkaian kegiatan

Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter

spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital

pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan

secepatnya.

Page 9: Anestesi Umum Dan Lokal

9

Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi

adalah:

Mempertahankan jalan napas

Memberi napas bantu

Membantu kompresi jantung bila berhenti

Membantu peredaran darah

Mempertahankan kerja otak pasien.

4 Stadium Anestesi :

1. Stadium I (analgesia)

2. Stadium II (delirium/eksitasi)

3. Stadium III (pembedahan), terbagi atas 4 plane _ plane 2 merupakan stadium

plane untuk pembedahan

4. Stadium IV (paralisis medulla oblongata).

5.

Klasifikasi

A. Anestesi iinhalasi

Onset llambat

Tidak menyenangkan untuk pasien

Menggunakan sungkup (masker)

Gas : nitros oksida (N2O)

Page 10: Anestesi Umum Dan Lokal

10

Cair : dietileter, halotan,enfluran, isofluran & metoksifluran

B. Anestesii IIntravena

Onset llebiih cepat

Lebih menyenangkan untuk pasien

Diberikan iintravena

Golongan barbiiturat (tiopental), ketamin, fentanil, etoidat, propofol &

benzodiiazepin (diazepam, midazolam).

Anestesi Inhalasi

Metabolisme di hati

Eksresi di paru-paru

Potensi anestesi inhalasi yaitu MAC 50%; semakin kecil MAC, semakin

poten

MAC lebih tinggi pada orang dewasa : bayi

MAC menurun jika diberikan bersama obat depresan napas

ES : muntah, depresi pusat napas (hati-hati pemberian bersama analgetik

opioid)

Menurunkan kontraksi jantung (efek paling ringan yaitu nitros oksida, paling

berat adalah halotan)

Gangguan fungsi hati (tu halotan)

Toksik ke ginjal (metoksifluran > enfluran)

Hipertermi maligna (halotan tu dengan kombinasi suksinilkolin) yaittu terapi

pendinginan + dantrolen

Page 11: Anestesi Umum Dan Lokal

11

Anemia megaloblastik (nitros oksida)

Anestesi Intravena

Onset ditentukan oleh perfusi

– Propofol & etomidat yaitu detik

– Benzodiazepin yaitu menit

Durasi ditentukan kecepatan redistribusi

Tidak memiliki efek relaksasi otot & analgetik (kecuali ketamin)

ES :

– Ketamin => mimpi buruk (dikurangi diberikan bersama benzodiazepin

dosis rendah), amnesia, analgetik.

– Tiopental => depresi napas, menurunkan ambang nyeri

– Diazepam => depresi napas (KI: PPOM)

– Midazolam => depresi KV, amnesia

– Etomidat => nyeri lokal daerah injeksi, mual, muntah, HT,

laringospasme, aritmia

– Propofol => depresi napas & KV (KI: obstetri _ keamanan janin?)

– Opioid => depresi napas, mual, muntah, hipotensi pada pemberian

cepat, kekakuan otot napas (diperlukan pelemas otot sebelum

pembedahan).

2.2. Taraf – Taraf Narkosa

Page 12: Anestesi Umum Dan Lokal

12

Anestesi Umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturut – turut

menghentikan aktivitasnya, ada 4 taraf narkosa yaitu :

1. Analgesia adallah kesadaran berkurang, nyeri hilang dan terjadi eurofia (rasa

nyaman) yang di sertai mimpi yang mirip halusinasi (Eter,

Nitrogenmonoksida, Halotan dan Tiopental).

2. Eksitasi adalah kesadaran hilang dan timbul kegelisaan kedua taraf ini di

sebut taraf induksi.

3. Anestesia yaitu pernapasan jadi dangkal, cepat dan teratur seperti keadaan

tidur, gerakan mata dan refleks mata hilang dan otot lemas.

4. Kelumpuhan sumsum tulang yaitu kegitan jantung dan pernapasan terhenti

taraf ini sedapat mungkin di hindari.

2.3. tujuan pemberian Anestesi pada pembedahan

Memblokir rangsangan nyeri yaitu analgesia

Memblokir reaksi – reaksi terhadap manipulasi pembedahan.

Pelemasan otot – otot (relaksasi)

Pada penggunaannya sering timbul permasalahan / efek samping dan dan reaksi yang

merugikan :

Masalah kardiovaskuler

Kemungkinan timbul mual, muntah pasca anestesi (pos medika)

Gangguan fungsi organ

Lambat pemulihan dari anestesi (recovery)

Pendarahan kapiler semakin besar.

Page 13: Anestesi Umum Dan Lokal

13

Untuk mengatasi permasalahan diatas adalah anestesi seimbang dengan

menggunakan kombinasi obat – obat yang sering digunakan dalam anestesi umum

dengan cara memberikan jumlah kecil.

2.4. General Anesthesia (Anestesi Umum)

Tindakananestesi dilakukan dengan menghilangkan nyeri secara sentral disertai

hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.

Triasane stesi (anestesi seimbang) :

1. Hipnotik

2. Analgesik

3. Relaksasi

4. Stabilisasi otonom

Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor terjadinya

kecelakaan dalam anestesia. Sebelum pasien dibedah sebaiknya dilakukan kunjungan

pasien terlebih dahulu sehingga pada waktu pasien dibedah pasien dalam keadaan

bugar. Tujuan kunjungan praanestesi adalah untuk mengurangi angka kesakitan

operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Sebelum pasien diberi obatanestesi, langkah selanjutnya adalah dilakukan

premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksian estesi diberi dengan tujuan

untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dariane stesi diantranya :

Page 14: Anestesi Umum Dan Lokal

14

1. Meredakan kecemasan dan ketakutan

2. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

3. Mengurangi mual dan muntah pasca bedah

4. Mengurangi isi cairan lambung

5. Membuat amnesia

6. Memperlancar induksiane stesi

7. Meminimalkan jumlah obatane stesi

8. Mengurangi reflek yang membahayakan

OBAT PREMEDIKASI

a. Sulfas atropin 0,25 mg : Antikolinergik

Atropin dapat mengurangi sekresi dan merupakan obat pilihan utama untuk

mengurangi efek bronchial dan kardial yang berasal dari perangsangan parasimpatis,

baik akibat obat atau anestesikum maupun tindakan lain dalam operasi. Disamping itu

efek lainnya adalah melemaskan tonus otot polos organ-organ dan menurunkan

spasme gastrointestinal. Perlu diingat bahwa obat ini tidak mencegah timbulnya

laringospame yang berkaitan denganane stesi umum.

Setelah penggunaan obat ini (golongan baladona) dalam dosis terapeutik ada

perasaan kering dirongga mulut dan penglihatan jadi kabur. Karena itu sebaiknya

Page 15: Anestesi Umum Dan Lokal

15

obat ini tidak digunakan untukanestesi regional atau lokal. Pemberiannya harus hati-

hati pada penderita dengan suhu diatas normal dan pada penderita dengan penyakit

jantung khususnya fibrilasi aurikuler.

Atropin tersedia dalam bentuk atropin sulfat dalam ampul 0,25 mg dan 0,50

mg. Diberikan secara suntikan subkutis, intramuscular atau intravena dengan dosis

0,5-1 mg untuk dewasa dan 0,015 mg/kgBB untuk anak-anak.

b. Hipnoz 2 mg (Midazolam) : obat penenang(transquilaizer)

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi,

induksi dan pemeliharaananestesi. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam

bekerja cepat karena transformasi metabolitnya cepat dan lama kerjanya singkat. Pada

pasien orang tua dengan perubahan organik otak atau gangguan fungsi jantung dan

pernafasan, dosis harus ditentukan secara hati-hati. Efek obat timbul dalam 2 menit

setelah penyuntikan.

Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan

keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. pada orang tua dan pasien lemah dosisnya

0,025-0,05 mg/kgBB.

Page 16: Anestesi Umum Dan Lokal

16

Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan

pernafasan, umumnya hanya sedikit

c. Cedantron 4 mg (Ondansentrone)

Suatu antagonis reseptor serotonin 5 – HT 3 selektif. Baik untuk pencegahan

dan pengobatan mual, muntah pasca bedah. Efek samping berupa ipotensi,

bronkospasme, konstipasi dan sesak nafas. Dosis dewas 2-4 mg.

OBAT INDUKSI

a. Tracrium 20 mg (Atracurium) : nondepolarisasi

Pelumpuh otot nondepolarisasi (inhibitor kompetitif, takikurare) berikatan

dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak menyebabkan depolarisasi, hanya

menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.

Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg/kgBB, durasinya selama

20-45 menit dan dapat meningkat menjadi 2 kali lipat pada suhu 250 C, kecepatan

efek kerjanya 1-2 menit.

Penawar pelumpuh otot atau antikolinesterase bekerja pada sambungan saraf-

otot mencegah asetilkolin-esterase bekerja, sehingga asetilkolin dapat bekerja.

Antikolinesterase yang paling sring digunakan ialah neostigmin dengan dosis (0,04-

0,08 mg/kgBB) atau obat antikolinergik lainnya. Penawar pelumpuh otot bersifat

muskarinik menyebabkan hipersalivasi, keringatan, bradikardia, kejang bronkus,

Page 17: Anestesi Umum Dan Lokal

17

hipermotilitas usus dan pandangan kabur, sehingga pemberiannya harus disertai obat

vagolitik seperti atropin dosis 0,01-0,02 mg/kgBB atau glikopirolat 0,005-0,01

mg/kgBB sampai 0,2-0,3 mg/kgBB pada dewasa.

b. Recofol 80 mg (Profofol)

Propofol adalah obatanestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter

recoveryan estesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Profofol merupakan

cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik dengan

kepekatan 1% (1ml=10 mg) dan mudah larut dalam lemak. Profopol menghambat

transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA. Propofol adalah obatanestesi umum

yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai dalam waktu 30 detik.

Dosis induksi 1-2 mg/kgBB. Dosis rumatan 500ug/kgBB/menit infuse.

Dosis sedasi 25-100ug/kgBB/menit infuse. Pada pasien yang berumur diatas 55 tahun

dosis untuk induksi maupun maintanance

anestesi itu lebih kecil dari dosis yang diberikan untuk pasien dewasa

dibawah umur 55 tahun. Cara pemberian bisa secara suntikan bolus intravena atau

secara kontinu melalui infus, namun kecepatan pemberian harus lebih lambat

daripada cara pemberian pada oranag dewasa di bawah umur 55 tahun. Pada pasien

dengan ASA III-IV dosisnya lebih rendah dan kecepatan tetesan juga lebih lambat

Page 18: Anestesi Umum Dan Lokal

18

MAINTAINANCE

a. N2ON2O (gas gelak, laughling gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida)

diperoleh dengan memanaskan ammonium nitrat sampai 240°C (NH4 NO3

2H2O + N2O) N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis,

tak iritasi, tak terbakar, dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anestesi

dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestesik lemah,

tetapi analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri

menjelang persalinan. Padaan estesi inhalasi jarang digunakan sendirian,

tetapi dikombinasi dengan salah satu anestesi lain seperti halotan dan

sebaagainya. Pada akhir anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan

cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran O2 dan terjadilah

hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan O2

100% selama 5-10 menit.Penggunaan dalamane stesi umumnya dipakai dalam

kombinasi N2O : O2 yaitu 60% : 40%, 70% : 30%. Dosis untuk mendapatkan

efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi

80% : 20%, dan pemeliharaan 70% : 30%. N2O sangat berbahaya bila

digunakan pada pasien pneumothorak, pneumomediastinum, obstruksi,

emboli udara dan timpanoplasti.

b. Halothane (Fluothane)

Halothane adalah obatanestesi inhalasi berbentuk cairan bening tak berwarana

yang mudah menguap dan berbau harum. Pemberian halothane sebaiknya

Page 19: Anestesi Umum Dan Lokal

19

bersama dengan oksigen atau nitrous okside 70%-oksigen dan sebaiknya

menggunakan vaporizer yang khusus dikalibrasi untuk halothane agar

konsentrasi uap dihasilkan itu akurat dan mudah dikendalikan. Pada nafas

spontan rumatanane stesi sekitar 1-2 vol% dan pada nafas kendali sekitar 0,5-

1 vol % yang tentunya disesuaikan dengan respon klinis pasien. Kelebihan

dosis menyebabkan depresi pernafasan, menurunnya tonus simpatis, terjadi

hipotensi, bradikardia, vasodilatasi perifer, depresi vasomotor, depresi

miokard dan inhibisi refleks baroreseptor. Paska pemberian halothane sering

menyebabkan pasien menggigil.

INTUBASI

Setelah dilakukan induksi anestesia yaitu tindakan untuk membuat pasien dari

sadar menjadi tidak sadar, maka memungkinkan dimulainya anestesia dan

pembedahan. Induksi dapat dilakukan secara intrvena, intramuskular, inhalasi dan

rektal. Sebelum dilakukan induksi sebaiknya disiapkan terlebih dahulu peralatan dan

obat-obatan yang diperlukan. Untuk persiapan induksi sebaiknya kita ingat:

S = Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.

Laringo-Scope.

T = Tubes Pipa trakea. Usia 5 tahun dengan balon (cuffed).

Page 20: Anestesi Umum Dan Lokal

20

A = Airway Pipa mulut faring (orofaring) dan pipa hidung faring

(nasofaring) yang digunakan untuk menahan lidah saat pasien tidak

sadar agar lidah tidak menymbat jalan napas.

T = Tape Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau tercabut.

I = Intro Stilet atau mandrin untuk pemandu agar pipa trakea mudah

dimasukkan.

C = Connec Penyambung pipa dan perlatan anesthesia.

S = Suction Penyedot lendir dan ludah.

Tujuan dilakukannya tindakan intubasi endotrakhea adalah untuk

membersihkan saluran trakheobronchial, mempertahankan jalan nafas agar tetap

paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi

bagi pasien operasi. Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakheal (Anonim, 1986) :

a. Mempermudah pemberian anestesia.

b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan

kelancaran pernafasan.

c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan

tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).

d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.

e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

Page 21: Anestesi Umum Dan Lokal

21

f. Mengatasi obstruksi laring akut.

g. Obat.

Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele tahun 2002 antara

lain :

a. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan

oksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian

suplai oksigen melalui masker nasal.

b. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan

karbondioksida di arteri.

c. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau

sebagai bronchial toilet.

d. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat

atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.

Menurut Gisele, 2002 ada beberapa kontra indikasi bagi dilakukannya intubasi

endotrakheal antara lain :

a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak

memungkinkan untuk dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan

adalah cricothyrotomy pada beberapa kasus.

b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra

servical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.

Page 22: Anestesi Umum Dan Lokal

22

Kesukaran yang sering dijumpai dalam intubasi endotrakheal (Mansjoer Arif et.al.,

2000) biasanya dijumpai pada pasien-pasien dengan :

a. Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap.

b. Recoding lower jaw dengan angulus mandibula yang tumpul. Jarak antara

mental symphisis dengan lower alveolar margin yang melebar memerlukan

depresi rahang bawah yang lebih lebar selama intubasi.

c. Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi. Gigi

incisium atas yang menonjol (rabbit teeth).

d. Kesukaran membuka rahang, seperti multiple arthritis yang menyerang sendi

temporomandibuler, spondilitis servical spine.

e. Abnormalitas pada servical spine termasuk achondroplasia karena fleksi

kepala pada leher di sendi atlantooccipital.

f. Kontraktur jaringan leher sebagai akibat combusio yang menyebabkan fleksi

leher.

Dalam melakukan suatu tindakan intubasi, perlu diikuti beberapa prosedur yang telah

ditetapkan antara lain :

a. Persiapan. Pasien sebaiknya diposisikan dalam posisi tidur terlentang, oksiput

diganjal dengan menggunakan alas kepala (bisa menggunakan bantal yang

cukup keras atau botol infus 1 gram), sehingga kepala dalam keadaan ekstensi

serta trakhea dan laringoskop berada dalam satu garis lurus.

Page 23: Anestesi Umum Dan Lokal

23

b. Oksigenasi. Setelah dilakukananestesi dan diberikan pelumpuh otot, lakukan

oksigenasi dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan selama 2

menit. Sungkup muka dipegang dengan tangan kiri dan balon dengan tangan

kanan.

c. Laringoskop. Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang

laringoskop dipegang dengan tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari

sudut kiri dan lapangan pandang akan terbuka. Daun laringoskop didorong ke

dalam rongga mulut. Gagang diangkat dengan lengan kiri dan akan terlihat

uvula, faring serta epiglotis. Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangan

kanan. Epiglotis diangkat sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang

tampak keputihan berbentuk huruf V.

d. Pemasangan pipa endotrakheal. Pipa dimasukkan dengan tangan kanan

melalui sudut kanan mulut sampai balon pipa tepat melewati pita suara. Bila

perlu, sebelum memasukkan pipa asisten diminta untuk menekan laring ke

posterior sehingga pita suara akan dapat tampak dengan jelas. Bila

mengganggu, stilet dapat dicabut. Ventilasi atau oksigenasi diberikan dengan

tangan kanan memompa balon dan tangan kiri memfiksasi. Balon pipa

dikembangkan dan daun laringoskop dikeluarkan selanjutnya pipa difiksasi

dengan plester.

Mengontrol letak pipa. Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi.

Sewaktu ventilasi, dilakukan auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan suara

nafas kanan dan kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa

Page 24: Anestesi Umum Dan Lokal

24

endotrakheal. Bila terjadi intubasi endotrakheal akan terdapat tanda-tanda berupa

suara nafas kanan berbeda dengan suara nafas kiri, kadang-kadang timbul suara

wheezing, sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada

ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru sama.

Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrum atau

gaster akan mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadang-

kadang keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin

membiru. Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali setelah

diberikan oksigenasi yang cukup.

2.5. Anestesi Lokal

Anestesi lokal adalah Obat yang mampu menghambat hantaran saraf secara

reversibel pada bagian tubuh tertentu (Reversible blocade of nerve conduction and

e.c. reversible blocade of sodium channels by LA.

Menghambat secara reversibel penerusan impuls – impuls (rangsangan) ke

SSP

Menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri/ sakit pada tempat dimana obat

diberikan dan kesadaran tetap di ertahankan.

SSP => setelah diresorpsi akan menstimulasi SSP => eksitasi, tremor,

konvulsi dan dfresi pernapasan.

Page 25: Anestesi Umum Dan Lokal

25

Kardiovaskuler => dalam kadar tinggi dalam peredaran sistemi

mempengaruhi kerja otot jamtung => depresi jantung.

Vasodilatasi => dalam kadar tinggi jika mencapai perearan darah, vasodilatasi

=> kecepatan absorbsi dipercepat => toksisitas meningkat.

Mengatasi vasodilatasi dengan memberikan bersama vasokontriktor sehingga :

Waktu kontrak aktiv syaraf diperpanjang sehingga anestesi semakin lama dan

mulai kerja cepat dan kerja semakin kuat.

Memperlambat penyerapan yaitu reaksi toksin diperkecil.

Mengurangi perdrahan.

Vasokontraktor yang digabung dengan anestesi lokal dengan konsentrasi sebagai

berikut :

– Adrenalin 1: 2.400.000

– Epineprin 1: 200.000

– Nerepineprin 1: 100.000

Contoh anestesi lokal adalah Benzokain, prokain, lidokain.

Syarat dan kreteria jenis obat anestesi lokal yaitu harus memenuhi sebagai berikut :

1. Tidak merangsang jaringan

2. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap SS

3. Toksisitas sistemis yang rendah

4. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir

5. Mulai kerjanya singkat tapi bertahan lama

Page 26: Anestesi Umum Dan Lokal

26

6. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap

pemasangan / juga tetap pemanasan /sterelisasi.

Anestesi lokal digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu :

a) Senyawa eter => kokain dan ester PABA => benzokain, prokain,

oksiboprokain, tetrakain.

b) Senyawa amida => Lidokain, prilokain, mepivakainbupivakain, cinchokain.

c) Senyaea lainya => fenol, benzilalkohol dan etiklorida.

Efek sampingnya adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek kardio-

depresif menekan fungsi jantung dengan gejala penghambtan pernapasan dan

sirkulasi darah.

Anestesi lokal juga dapat berkaitan dengan reaksi hipersensitasi berupa : exantema,

urticaria, dan bronchospasme alergis sampai shock anafilaksis yang dapat mematikan

yaitu zat-zat kelompok ester prokain dan tetrakain.

Reaksi hipersensitasi diakibatkan oleh PABA yaitu para amino benzoic acid yang

terbentuk melalui hidrolisa.

OBAT ANESTESI LOKAL

Struktur Kimia yaitu Cincin aromatis (Lipopilik) & kelompok Amino

(Hidropilik) yg dihubungkan oleh gugus ester / amida.

a) Golongan Ester (Amino Ester)

– Cokain

– Klorprokain

Page 27: Anestesi Umum Dan Lokal

27

– Benzokain

– Prokain

– Tetrakain

b) Golongan Amida (Amino Amide)

– Lidokain

– Bupivakain

– Etidokain

– Prilokain

– Mepivakain

– Ropivakain

POTENSI OBAT

SHORT

ACTING

MEDIUM

ACTING

LONG ACTING

Prototipe Prokain Lidokain Bupirokain

Gol Ester Amida Amida

Onset 2’ 5’ 15’

Durasi 30-45’ 60-90’ 2-4jam

Potensi 1 3 15

Page 28: Anestesi Umum Dan Lokal

28

Toksisitas 1 2 10

Dosis max 12 Mg/KgBB 6 mg/KgBB 2 Mg/KgBB

Metabolisme Plasma Liver Liver

Gejala siuman (awareness)

Sering terjadi pasien ternyata dapat merasa dan sadar dari pengaruh bius

akibat obat pembius yang tidak bekerja dengan efektif. Secara statistik, Dr. Peter

Sebel, ahli anestesi dari Universitas Emory yang dikutip Time terbitan 3 November

1997 mengungkapkan bahwa dari 20 juta pasien yang dioperasi setiap tahunnya di

Amerika Serikat, 40.000 orang mengalami gejala siuman tersebut. Untuk mengatasi

masalah ini, dalam pertemuan tahunan sekitar bulan Oktober 1997, Persatuan Dokter

Ahli Anestesi Amerika ditawari suatu alat yang disebut Bispectral Index Monitor

yang akan memberi peringatan bahwa pasien yang sedang dioperasi mengalami

gejala siuman atau menjelang "bangun dari tidurnya".Penemu alat tersebut adalah Dr.

Page 29: Anestesi Umum Dan Lokal

29

Nassib Chamoun, seorang dokter ahli saraf (neurologist) asal Yordania. Dengan

menggunakan prinsip kerja dari alat yang sudah ada, yaitu piranti yang disebut EEG

(Electroencephalography). Alat yang ditemukan Dr. Chamoun itu mampu memonitor

potensi listrik yang ditimbulkan oleh aktivitas "jaringan otak manusia".

Alat ini dapat menunjukkan derajat kondisi siuman pasien yang sedang

menjalani suatu pembedahan. Angka "100" menunjukkan pasien dalam keadaan

"siuman sepenuhnya". Bila jarum menunjukkan angka "60" berarti pasien dalam

kondisi "siap untuk dioperasi". Angka "0" menandakan pasien mengalami "koma

yang dalam".

Dengan mengamati derajat siuman dari alat ini, dokter anestesi dapat

menambahkan obat pembiusan apabila diperlukan, atau memberikan dosis perawatan

kepada pasien yang telah mengalami kondisi ideal untuk dilakukan operasi. Di

samping itu, dokter bedah dapat dengan tenang menyelesaikan operasinya sesuai

rencana yang telah ditetapkan.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Page 30: Anestesi Umum Dan Lokal

30

A. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan

aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu

tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan

berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

B. Beberapa tipe anestesi adalah:

– Pembiusan total — hilangnya kesadaran total

– Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang

diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).

– Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari

tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang

berhubungan dengannya

1.2. Saran

Diharapkan para medis dapat mengerti dan memahami tentang anestesi umum

dan anestesi lokal itu sendiri sehingga resiko untuk mengalami resiko overdosis

obat – obatan untuk anestesi dapat di hindari dan bagi yang belum pernah

mengalaminya dapat memulai aksi pencegahannya serta penerapannya dari

sekarang agar terhindar dari kesalahan atau mal praktek

DAFTAR PUSTAKA

DRA.Hj.Kisdaryeti APT MARS.2011.Bahan Ajar Farmakologi.PS ilmu keperawatan

dan PS kesehatan masyarakat STIK Bina Husada Palembang.

Page 31: Anestesi Umum Dan Lokal

31

Martaningtyas, Tsemol (2005): "Terbius memburu paten gas tertawa"

Suryanto,dr (1998): "Trauma selama dan setelah operasi

Wikipedia/didownload di :http://www.wikipedia.com. anestesi. /pada 17 oktober

2011/jam 08.30 WIB.

Dr. Sugeng Budi Santosa, SpAn SMF/Lab. Anestesiologi & Reanimasi RSUD Dr.

Moewardi Surakarta / FK UNS.

dr H M Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed.Bagian Farmakologi.FK UNLAM

BANJARBARU