Anemia Baru

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Sebuah survey yang dilakukan fakultas kedokteran di beberapa universitas di Indonesia pada 2012 menemukan 50%-63% ibu hamil menderita anemia. Selain itu 40% wanita usia subur mengalami anemia. Asian Development Bank (ADB) mencatat pada 2012 sebanyak 22 juta anak Indonesia menderita anemia sehingga menyebabkan penurunan IQ. Penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan kematian hingga 300 jiwa per hari. Lalu Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementrian Kesehatan pada 2012 mencatat 1 dari 2 wanita bekerja di Indonesia beresiko anemia. Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Penyebabnya adalah jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat- obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, sulfonamide, obat 21

description

anemia adalah menurunnya hb di dalam tubuh

Transcript of Anemia Baru

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangAnemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Sebuah survey yang dilakukan fakultas kedokteran di beberapa universitas di Indonesia pada 2012 menemukan 50%-63% ibu hamil menderita anemia. Selain itu 40% wanita usia subur mengalami anemia. Asian Development Bank (ADB) mencatat pada 2012 sebanyak 22 juta anak Indonesia menderita anemia sehingga menyebabkan penurunan IQ. Penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan kematian hingga 300 jiwa per hari. Lalu Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementrian Kesehatan pada 2012 mencatat 1 dari 2 wanita bekerja di Indonesia beresiko anemia. Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Penyebabnya adalah jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, sulfonamide, obat malaria, kebiasaan merokok, kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan), luka bakar, diare, dan gangguan fungsi ginjal (Bakta, 2006).Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin yaitu sebagai alat transport oksigen. Besi merupakan trace element vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Besi di alam terdapat dalam jumlah yang begitu berlimpah. Dilihat dari segi evolusi alat penyerapan besi di usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi. Dampak lain anemia defisiensi besi adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya sistem imunitas tubuh, morbiditas, dll (Bakta, 2006).Remaja beresiko tinggi menderita anemia, khususnya anemia defisiensi besi. Remaja putri beresiko lebih tinggi daripada remaja putra oleh karena remaja setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi). Haid merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) dinding endometrium. Banyaknya darah yang dikeluarkan saat haid adalah rata-rata 15-60 ml dan berlangsung selama 3-5 hari. Siklus haid normal rata-rata 28 hari dan diatur oleh hipothalamus, hipofisis, dan ovarium. Selain itu remaja khususnya mahasiswa memiliki kesibukan yang tinggi baik dalam aktivitas perkuliahan maupun organisasi yang nanti akan mempengaruhi pola makan sehingga tidak teratur. Selain itu seringnya kebiasaan mahasiswa dalam mengonsumsi minuman yang dapat menghambat absorpsi zat besi sehingga nantinya akan mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang (Hanafiah, 2009).

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari anemia?2. Bagaimana klasifikasi anemia?3. Bagaimana etiologi dari anemia?4. Bagaimana patofisiologi anemia?5. Bagaimana manifestasi klinis pada anemia?6. Komplikasi apa yang akan ditimbulkan oleh anemia?7. Bagaimana pemeriksaan pada anemia?8. Bagaimana penatalaksaan anemia?9. Bagaimana WOC/PATHWAY dari anemia?10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anemia?1.3 Tujuan Penulisan1. Mampu mengetahui dan memahami definisi anemia2. Mampu mengetahui dan memahami klasifikasi anemia3. Mampu mengetahui dan memahami etiologi anemia4. Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari anemia5. Mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis anemia6. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi anemia7. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan pada anemia8. Mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan anemia9. Mampu mengetahui dan memahami WOC/PATHWAY dari anemia10. Mampu mengetahui, memahami dan melakukan asuhan keperawatan dari anemiaBAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi AnemiaAnemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008).Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006).Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hemoglobin rendah karena kondisi patologis.Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.Anemia secara umum didefinisikan sebagai keadaan dimana kekurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.2.2 Klasifikasia. Anemia berdasarkan ukuran sel1. Anemia mikrositik: penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb).2. Anemia normositik: contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.3. Anemia makrositik: penyebab utama yaitu anemia akibat konsumsi alkohol dan anemia megaloblastik.

b. Anemia berdasarkan pendekatan fisiologis1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:a. Anemia AplasticAnemia aplastic adalah suatu gangguan sel-sel induk disumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang dihasilkan tidak memadai. Klien mengalami pansitopenia, yaitu: kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulangKelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)Hambatan humoral/selulerGangguan sel induk di sumsum tulangJumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadaiPansitopeniaAnemia aplastic

b. Anemia pada Penyakit Ginjal KronisDerajat anemia yang terjadi pada klien dengan penyakit ginjal tahap akhir sangat bervariasi, tetapi secara umum terjadi pada klien dengan radar nitrogen urea darah (BUN) yang lebih dari 10 md/dl. Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun difesiensi eritropoetin. Beberapa eritropoetin terbukti diproduksi di luar ginjal, karena terdapat eritropoesis yang masih terus berlangsung, bahkan pada klien yang ginjalnya telah diangkat.Klien yang menjalani hemodialysis jangka panjang akan kehilangan darah ke dalam dialiser (ginjal artifisial) sehingga dapat mengalami defesiensi besi. Defesiensi asam folat terjadi karena vitamin dapat terbuang ke dalam dialisat. Klien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.c. Anemia Defisiensi BesiAnemia defesiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal. Secara morfologis, keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia paling sering pada semua kelompok umur.Gangguan eritropoesisAbsorbsi besi dari usus kurangSel darah merah sedikit (jumlah kurang)Sel darah merah miskin hemoglobinAnemia defisiensi besi

d. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai anemia makrisitik normokrom. Anemia ini sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu.Defesiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsorbsi, kekurangan faktor intrinsik, infestasi parasite, penyakit usus dan keganasan, serta agen kemoterapi. Individu dengan infeksi cacing pita akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompentasi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B12 dari makanan yang mengakibatkan anemia megaloblastik.

Sintesis DNA tergangguGangguan maturasi inti sel darah merahMegaloblas (eritroblas yang besar)Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia HemolitikaPada anemia hemolitik, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibanding kecepatan normal.Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai gambaran laboratoris yang sama meliputi:1. Jumlah retikulosit meningkat2. Fraksi bilirubin indirek meningkat3. Haptoglobin (protein yang mengikat hemoglobin bebes) biasanya rendah4. Sumsum tulang menjadi hiperseluler akibat proliferasi eritosit.

2.3 EtiologiBerkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritopoesis, seperti : asam folat, vitamin B12, dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena kekurangan eritopoetin, seperti yang terjadi pada penyakit ginjal kronis. Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan (misal hiperspelenisme) atau akibat sumsum tulang yang menghasilkan sel darah merah abnormal. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

2.4 PatofisiologiTimbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

2.5 Manifestasi klinisMenurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda anemia meliputi: Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat. Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai berikut:1. Gejala Umum anemiaGejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:a). Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.b). Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.c). Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun. d). Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.2. Gejala khas masing-masing anemiaGejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut: a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi. 3. Gejala Akibat Penyakit DasarGejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :a.Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilangb. Glositis : iritasi lidahc. Keilosis : bibir pecah-pecahd. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

2.6 KomplikasiKomplikasi anemia pada umumnya yang ringan dapat berupa : kurangnya konsentrasi, daya tahan tubuh yang berkurang, sampai yang berat bisa menyebabkan gagal jantung, Anemia pada kehamilan dapat memberikan komplikasi :a. Pada ibu berupa : abortus, kelahiran prematur, waktu bersalin yang berkepanjangan /lama, pendarahan persalinan, shock, gagal jantungb. Pada anak berupa : prematur, kematian janin, cacat bawaan, cadangan besi yang kurangKomplikasi anemia pada anak dapat berupa penurunan kecerdasan, terganggunya perkembangan koordinasi mental maupun motorik serta mempengaruhi emosi bayi sehingga lebih penakut dan ragu- ragu. Apapbila tidak diindahkan kelainan ini bisa bersifat irreversible.

2.7 Pemeriksaan pada anemia1. Pemeriksaan fisik anemiaa. Anemia defisiensi zat besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularisb. Anemia defisiensi asam folat : lidah merahc. Anemia hemolitik : ikterus, hepatosplenomegalid. Anemia anaplastik : perdarahan kulit atau mukosam dan tanda-tanda infeksiSelain itu pula didapatkana. Warna kulit : pucatb. Purpura : pthechie dan echymosisc. Kuku : koilonychias (kuku sendok)d. Mata : ikterus, konjungtiva pucat, perubahan funduse. Mulut : ulserasif. Limfadenopatig. Hepatomegalih. Splenomegali, dll.2. Pemeriksaan penunjang :Pada pemeriksaan laboratorium ditemui : a. Kadar porfirin eritrosit bebas ---- meningkatb. Konsentrasi besi serum ------- menurunc. Saturasi transferin ------ menurund. Konsentrasi feritin serum ---- menurune. Hemoglobin menurunf. Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ---- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic untuk defisiensi besig. Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin concentration ( MCHC ) ---- menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil dan pucat.h. Selama pengobatan jumlah retikulosit ---- meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang positif.i. Dengan pengobatan, hemoglobin------- kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat. 2.8 Penatalaksanaa MedisTindakan umum: Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :1. Anemia defisiensi besiPenatalaksanaan :Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makanPeroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B123. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

WOC ANEMIA

BAB IIITINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan AnemiaKasusNy.K 35 tahun datang ke RS Raden, dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri, sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas, dan klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak pucat, pada sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan, kuku pasien tampak melengkung seperti sendok.Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD : 110/70 mmHg, Suhu : 350 C, HR : 89x/i, RR : 25x/i, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.

A. PENGKAJIAN1. Identitas Diri Klien:Nama: Ny.KUmur: 35 TahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: CirebonAgama: IslamSuku: SundaPendidikan: SLTAPekerjaan: SwastaLama Bekerja: 3 TahunSumber Informasi: Klien dan KeluargaTanggal masuk RS: 8 September 2014S. Perkawinan: MenikahTanggal Pengkajian: 10 September 20142. Riwayat Penyakita. Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit:Klien mengatakan dadanya nyeri, sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas.b. Riwayat Penyakit Sekarang:Tidak ada riwayat penyakit sekarangc. Riwayat Penyakit Dahulu:Klien tidak ada menderita Penyakit sebelumnya.

3. Pemeriksaan FisikDilakukan secara: Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, dan Perkusi.a. Inspeksi1. Sistem Penglihatan posisi Mata: simetris, konjungtiva tampak pucat, pada sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan,2. Sistem Pendengaran daun telinga: normal, serumen (-), cairan dalam telinga (-)3. Sistem Pernafasan: RR: 25x/i abnormal4. Sistem Pencernaan: keadaan mulut mukosa bibir tampak pucat, mual, nafsu makan kurang.5. Sistem integumen: turgor kulit lambat, klien tampak pucat, kuku pasien tampak melengkung seperti sendok.

b. Palpasi1. Sistem pencernaan abdomen: tidak ada pembesaran, nyeri tekan di daerah abdomen (-)2. Sistem Kardiovaskuler: TD: 110/70 mmHg (normal), nadi: 89x/i (takikardi)

c. AuskultasiPada fase lanjut bising usus dan peristaltik normal.

d. PerkusiHipertimpani

B. KLASIFIKASI DATA

Data SubjektifData Objektif

1. Klien mengatakan dadanya nyeri, sesak nafas.2. Klien mengatakan mual3. Klien mengatakan sesak napas dan lemas, cepat lelah pada saat beraktivitas.4. Klien mengatakan nafsu makan berkurang5. Klien mengatakan berat badan sebelum sakit 50 Kg1. Klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva tampak pucat, pada sudut tampak bercak berwarna keputihan, kuku pasien tampak melengkung seperti sendok2. Tanda tanda vital:TD: 110/70mmHgSH: 350 CHR: 89x/iRR: 25x/i3. Pemeriksaan Fisik:TB: 158CmBB: 45Kg4. Hasil lab penunjang:Hb: 9 g/dlKadar zat besi: 3mg

C. ANALISA DATAData Subjektif/ObjektifMasalahKemungkinan Penyebab

1. DS: Klien mengatakan Dada NyeriDO: Klien tampak meringis TD: 110/70mmHg HR: 89x/i SH: 350 C RR: 25x/i Hb: 9g/dl, Kadar zat besi: 3mgGangguan kebutuhan oksigenisasiPenurunan suplai O2 ke Organ

2. DS: Klien mengatakan nafsu makan berkurang dan mual Klien mengatakan sebelum sakit BB: 50KgDO: TB: 158cm BB: 45Kg

Analisa: Index Masa Tubuh (IMT) klien batas normal IMT 20-25 (Underweight)Gangguan pemenuhan Nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuhIntake yang tidak adekuat

3. DS:Klien Mengatakan lemas, cepat lelah pada Saat beraktifitas.DO: Klien tampak pucat, Mukosa bibir dan tangan tampak pucat Konjungtiva tampak pucat, sudut tampak bercak berwarna pucat keputihanIntoleransi AktivitasKetidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ke jaringan

D. DAFTAR MASALAH

Nama Klien: Ny.KNo.Registrasi:050505

NoDiagnosa Keperawatan

1.Gangguan kebutuhan oksigenisasi b.d Penurunan suplai O2ke Organ. Yang ditandai oleh:DS:a. Klien mengatakan Dada NyeriDO:a. Klien tampak meringis kesakitanb. TD:110/70mmHgc. HR: 89x/id. SH: 35o Ce. RR: 25x/i Hb: 9g/dl, Kadar zat besi: 3mg

2.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Intake yang tidak adekuat. Yang ditandai oleh:DS:a. Klien mengatakan nafsu makan berkurang dan mualb. Klien mengatakan BB sebelum sakit 50KgDO:a. TB: 158cmb. BB: 45Kgc. *Analisa index IMT (Indeks Massa Tubuh) klien IMT Normal 20-25 (Underweight)

3. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. Yang ditandai oleh:DS:a. Klien Mengatakan sesak nafas dan lemas, cepat lelah pada Saat beraktifitas.DO:a. Klien tampak pucat, Mukosa bibir dan tangan tampak pucatb. Konjungtiva tampak pucat, sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan

40

E. PERENCANAAN

TglDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilRencana TindakanRasional

15/09/2014Gangguan kebutuhan oksigenasi b.d Penurunan Suplai O2 ke Organ, yang ditandai dengan:DS:a. Klien mengatakan dada nyeri dan sesak nafas.DO:a. Klien tampak meringisb. TD: 110/70mmHgc. HR: 89x/id. SH: 350 Ce. RR: 25x/if. Hb: 9g/dlg. Kadar zat besi: 3mgSetelah dilakukan intervensi 3x24 Jam klien menunjukan kebutuhan O2mulai tercukupi, yang ditandai dengan:Kriteria Hasil:a. Menunjukan postur badan yang rileks, dan bisa bergerak ringanb. Mampu istirahat dengan cukup1. Kaji lokasi dan lamanya nyeri (skala 0-10)

2. Anjurkan klien mengambil posisi yang nyaman (mis: tinggikan kepala sedikit pada tempat tidur tanpa menggunakan bantal)

3. Kolaborasi pemberian transfusi darah jenis PRC (Packed Red Cell)500cc1. Nyeri pada anemia membuat hipoksia dan dapat menimbulkan infark2. Meningkatkan ekspansi dada, sirkulasi O2yang masuk ke dalam paru-paru berjalan normal, meningkatkan kenyamanan& resiko terjadi cedera, serta menurunkan nyeri3. Mencegah bahaya decom curdis yang berakibat menurun.

PERENCANAANTglDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilRencana TindakanRasional

15/09/2014Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Intake yang tidak adekuat. Yang ditandai oleh:DS:a. Klien mengatakan nafsu makan berkurang dan mualb. Klien mengatakan BB sebelum sakit 50KgDO:a. TB: 158cmb. BB: 45Kgc.*Analisa index IMT (Indeks Massa Tubuh) klien IMT Normal 20-25 (Underweight)Setelah dilakukan intervensi 3x24 Jam klien menunjukan kebutuhan Nutrisimulai tercukupi, yang ditandai dengan:Kriteria Hasil:a. Nafsu makan membaikb. BB mulai naik 0,5 Kgc. Keadaan umum membaika. Kajipola makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.b. Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet TKTPc. Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tambahan yang tidak bertentangan dengan penyakitnya.d. Lakukan & ajarkan perawatan mulut sebelum & sesudah intervensi atau pemeriksaan perorale. Beri motivasi & dukungan psikologisf. Kolaborasi pemberian preparat zat besi peroral (ferrous glukonat, fumarat dan suksinat) dan parenteral (dekstran besi)a. Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturanb. Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat perbaikan nutrisi, serta mengurangi beban kerja jantungc. Dengan bantuan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola diet akan meningkatkan pemenuhan nutrisi.d. Hygine oral yang baik akan meningkatkan nafsu makan klien e. Meningkatkan secara psikologis.f. Koreksi anemi defisiensi besi absolute dan fungsional, sampai status besi cukup.

TglDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilRencana TindakanRasional

15/09/2014Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. Yang ditandai oleh:DS:c. Klien Mengatakan sesak nafas dan lemas, cepat lelah pada Saat beraktifitas.DO:a. Klien tampak pucat, Mukosa bibir dan tangan tampak pucatd. Konjungtiva tampak pucat, sudut tampak bercak berwarna pucat keputihanSetelah dilakukan intervensi 2x24 Jam klien menunjukan aktivitas klien sehari-harimulai tercukupi, yang ditandai dengan:Kriteria Hasil:a. Klien mulai dapat melakukan aktivitas secara ringanb. Keadaan umum membaika. Kaji tingkat aktivitas klien

b. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas ringan yang tidak berat.c. Pertahankan klien tirah baring sementara sakit, pertahankan gerak pasif selama sakit kritis.d. Evaluasi tanda-tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.

e. Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas

f. Kolaborasi pemberian O2 Nasal Kanul 6 liter/hari

a. Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan O2 pada miokardiumb. Menurunkan kerja miokardium atau konsumsi O2

c. Untuk mengurangi beban kerja jantung

d. Untuk observasi kedadaan umum klien

e. Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran vena balik untuk mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan aktivitasf. Pengiriman suplai O2 ke jaringan perifer terpenuhi, mengurangi sesak nafas

F. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien: Ny.KNo. Register: 060606NoTgl/JamNo. Dx Kep.Catatan Tindakan(Respon Subjektif/Objektif/Hasil)TandaTangan

1. 16/09/141 Mengobservasi tanda-tanda vital:R/H: TD: 110/70mmhg, Sh: 35,6C N: 80x/menit RR: 22x/menit. Kolaborasi pemberian transfusi darah jenis PRC (Packed Red Cell) 500ccR/H: tidak ada tanda-tanda alergi, dan demam

2 Memberikan makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet TKTP:R/H: Klien mulai makan sedikit tapi sering. Dihabiskan porsi, tidak ada tanda-tanda mual dan muntah. Memberikan preparat zat besi peroral (ferrous glukonat, fumarat dan suksinat) dan parenteral (dekstran besi):R/H: tidak ada riwayat dan tanda-tanda alergi.

3 Memberikan O2 Nasal Kanul 6 liter/hari:R/H: tampak klien sesak nafas berkurang, tanda-tanda sianosis dan hipoksia berkurang. Mengkaji tingkat aktivitas klien:R/H: tidak ada indikasi penurunan O2 pada miokardium.

BAB IIIPENUTUP

1.1 KesimpulanAnemia secara umum didefinisikan sebagai keadaan dimana kekurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Ada beberapa jenis anemia diantaranya adalah anemia mikrositik yang disebabkan karena defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb), anemia normositik, contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal, anemia makrositikyang disebabkan akibat konsumsi alkohol dan anemia megaloblastik.

1.2 Saran Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda tanda anemia dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

Daftar Pustaka

Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002 . Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGCBrunner, Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Engram, Barbara. 1998 .Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGCGuyton, Arthur C. 1997. Fisiologi Kedokteran (Edisi 9). Jakarta: EGC

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC

3