ANDI RISKI-FDIKOM.pdf

113
ANALISIS WACANA SYAIR PUISI “BEGITU ENGKAU BERSUJUD” KARYA EMHA AINUN NADJIB DALAM MENANAMKAN AJARAN ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Andi Riski NIM : 1110051000142 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2015 M.

Transcript of ANDI RISKI-FDIKOM.pdf

ANALISIS WACANA SYAIR PUISI

“BEGITU ENGKAU BERSUJUD” KARYA EMHA AINUN NADJIB

DALAM MENANAMKAN AJARAN ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Andi Riski

NIM : 1110051000142

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H./2015 M.

ANALISIS WACANA SYAIR PUISI "BEGITU ENGKAU BERSUJUD''

KARYA EMIIA AINUN NADJIB DALAM MENAN,A.MKAT{ AJARAN

ISLAM

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komruriksi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Andi Riski

1110051000142

Dibawatr Bimbingan:

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PET\IYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAII DAi\[ ILMU KOMTINIKASI

T]NIYERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H./2015 M.

Dr. Hj. Roudhonah, Ag

NIP: 195809101

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjurdul ANALISIS WACANA SYAIn PUISI "BEGITU ENGKAU

BIIRSUJUD'' I(ARYA EMHA AINUN NADJII} DALAM MENANAMKAN AJARAN

ISLAM telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwal-r dan Ihnu Kornunikasi

[.Jniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada l6 April 2015. Skripsi ini telah

cliterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I.)

pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Isldm.

Jakarta, i6 April20l5

Sidang Munaqasyah

Kctua Scl<ertaris

Drs. .Iumroni. M. Si

NI P. I 963 0 5t 5t992203 I 006 NIP. 1 983 0 6 102009 1220 0 1

Anggota,

, NIP.197506062007101001

Pembimbing,

Pcnguji I

NIP.l9710 6t997032002

NrP.195809101

\

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sastra I (S.Kom.I) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

l6 April2Q

i

ABSTRAK

Andi Riski

Analisis Wacana Syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” (karya Emha Ainun Nadjib)

Dalam Menanamkan Ajaran-ajaran Islam

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan sastra

yang paling kuat dibanding jenis sastra yang lain, kata-kata yang dimunculkan

mengandung pengertian yang bermakna dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi

merupakan sebuah kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam

pernyataan-pernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya,

puisi juga merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,

serta penyusunan lirik dan bait. Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dari novel, drama

atau cerita pendek. Perbedaannya terletak pada kepadatan komposisi kata yang ketat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana

teks dan wacana yang disampaikan kepada pembaca dalam syair puisi Begitu Engkau

Bersujud karya Emha Ainun Nadjib? Untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan

sebelumnya, maka dilakukan penelitian. Penulis dalam mewacanakan tulisannya

disesuaikan dengan struktur teks dan berdasarkan sesuatu yang melatarbelakanginya.

Adapun subjek penelitiannya adalah Emha Ainun Nadjib. Objek penelitiannya adalah

wacana syair puisi Begitu Engkau Bersujud. Penelitian dilakukan dengan

mengumpulkan data melalui observasi, wawancara kemudian dianalisa dengan metode

analisis wacana Teun A. Van Dijk.

Analisis wacana Teun A. Van Dijk yang membaginya kedalam tiga tingkatan,

yaitu: teks (bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk

menegaskan suatu tema). Kognisi sosial (dipelajari proses produksi teks melibatkan

kognisi individu). Konteks sosial (mempelajari bangunan wacana yang berkembang

dalam masyarakat). Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis

wacana merupakan bagian dari metode interperatif yang mengandalkan interpretasi dan

penafsiran peneliti dan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Teks dan

wacana yang disampaikan kepada pembaca dalam syair puisi Begitu Engkau Bersujud,

menampilkan bagaimana keyakinan dalam diri seseorang terhadap Allah SWT bisa

diwujudkan melalui ibadah, bersujud dengan tujuan mendapat ridha Allah SWT.

Ibadah atau sujud yang dilakukan sehari-hari harus didasari rasa ikhlas, karena ikhlas

merupakan kunci keimanan terhadap Allah SWT.

Kesimpulannya adalah sujud merupakan wadah bagi setiap individu untuk

memanjatkan doa-doa terhadap Allah SWT. Namun dalam hal tersebut ada tata cara

ataupun aturan-aturan yang diajarkan agar doa-doa yang dipanjatkan bisa tersampaikan.

Oleh karena itu Emha Ainun Nadjib menciptakan puisi begitu engkau bersujud agar

para pembaca bisa memahami arti dari bersujud dan juga agar para pembaca bisa

mengaplikasikan tata cara bersujud yang benar pada kehidupan sehari-hari.

ii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya bagi kita semua, Shalawat

teriring salam semoga sesantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi Besar

Muhammad SAW.

Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya

Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam. Skripsi ini diajukan

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis nmenyadari kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri

penulis, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun, Alhamdulillah dengan

keterbatasan dan kekurangan yang ada, akhirnya penulis bisa menyelesaikan

penelitian ini. Hal ini tidak terwujud dengan sendirinya, melainkan karena adanya

dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Baik dari lingkungan keluarga, sahabat,

teman, akademik kampus dan lain-lain. Dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H. Arief

Subhan, MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik Bapak H Suparto, M.Ed,

Ph.d, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak, Drs. Jumroni,

M.si, serta Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Bapak Dr. H. Sunandar,

MA.

iii

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat

Baihaky, MA, yang selalu bersedia membantu penulisan memberikan

informasi serta waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi mengenai

kegiatan kuliah.

3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita

Fathurakhmah M.Si. yang telah banyak membantu penulis dalam

kelancaran kuliah dan penulisan skripsi ini.

4. Dr. Hj. Roudhonah, M. Ag, selaku dosen pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan

tentang skripsi yang penulis buat.

5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.

6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah menyediakan buku dan fasilitas untuk mendapatkan referensi

dan memperkaya isi skripsi ini.

7. Dosen pembimbing akademik Bapak Azwar Chatib yang telah banyak

membantu membantu penulis dalam kelancaran kuliah dan penulisan

skripsi ini.

8. Ayah dan Mamah tersayang, Bapak Sholeh dan Ibu Rusmiati. Karena

doa yang kalian berikan akhirnya dengan ini penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir yaitu skripsi.

iv

9. Bpk Helmi Mustofa dan keluarga dan seluruh jajaran Staf Redaksi

CakNun.com, selaku narasumber yang juga telah membantu penulis

dalam menyempurnakan tugas akhir ini yaitu berupa skripsi.

10. Widya Larassaty S. Far, Apt, yang telah banyak membantu penulis dari

mulai memberikan arahan dan motivasi agar tugas akhir yang berupa

skripsi bisa cepat selesai.

11. Sahabat seperjuangan keluarga besar KPI E 2010 Muhammad Imron,

Muhammad Iman, Robi Hakiardy, Firda Apriyani, Naziah, Siti Sudusiah,

Zahrotunisa, Kemal Pasha, Taufik Nurrahman, Ahmad Fadhilah Rosyadi,

Asep Syahroni, Tanto Fadly, Azan Leonardo, Astuti, Malik Saefudin,

Ahmad Fadly, Ababil yang telah sama-sama memberikan dukungan

moril terhadap penulis.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam

meyusun skripsi ini, dan penulis sangat terbuka sekali tentang saran dan

kritikannya yang membangun. Akhir sebuah kata dengan segala kerendahan hati,

penulis persembahkan skripsi ini yang berjudul “Analisis Wacana Syair Puisi

“Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan

Ajaran Islam”. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya penulis mohon maaf,

semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Jakarta 16 April 2015

penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7

D. Metodelogi Penelitian ............................................................. 8

E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 13

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Analisis Wacana ....................................................................... 15

B. Syair………………………………………………………….. 25

C. Puisi .......................................................................................... 27

D. Ajaran-ajaran Islam ................................................................. 39

BAB III BIOGRAFI EMHA AINUN NADJIB

Biografi Emha Ainun Nadjib ................................................... 43

A. Latar Belakang Keluarga……………………………………... 43

B. Latar Belakang Pendidikan Emha Ainun Najib……………… 49

C. Karya-karya Emha………………………………………......... 54

vi

BAB IV HASIL ANALISIS WACANA PADA PUISI “BEGITU ENGKAU

BERSUJUD”

A. Teks Puisi “Begitu Engkau Bersujud” ..................................... 56

B. Kognisi Sosial .......................................................................... 78

C. Konteks Sosial………………………………………………... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 85

B. Saran-saran .............................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 .................................................................................................. 21

Tabel 2.2 .................................................................................................. 21

Tabel 4.1 ................................................................................................. 60

Tabel 4.2 .................................................................................................. 66

Tabel 4.3 .................................................................................................. 67

Tabel 4.4 .................................................................................................. 70

Tabel 4.5 .................................................................................................. 73

Tabel 4.6 .................................................................................................. 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di antara berbagai kekayaan seni dan budaya, syair merupakan ekspresi

kebudayaan yang sangat menonjol setelah pantun. Syair dilihat dari sudut

kebudayaan adalah termasuk salah satu seni dari hasil cipta oleh akal budi

manusia. Sastra ini dapat dipakai sebagai sarana komunikasi dan berfungsi sebagai

alat untuk menuangkan emosi jiwa, cita-cita ataupun keinginan dan nilai-nilai

dalam masyarakat. Sebagai cetusan kejiwaan terutama sebagai media dakwah

Islam pada kalangan masyarakat. Menilik pada sejarah kesasastraan syair telah

muncul dan berkembang pada saat masuknya Hindu/Budha dalam masyarakat.

Namun, hal itu semakin berkembang pesat setelah masuknya Islam di wilayah ini.

Maka tidak mengherankan, jika sebagian besar tradisi tulisan seperti halnya syair

merupakan peninggalan periode Islam.

Dakwah yang dilakukan dengan metode pendekatan budaya ini, menjadi

salah satu penyebab orang terdahulu banyak yang memeluk agama Islam. Sehingga

tanpa disadari, bahwa kebudayaan yang didalamnya terdapat ajaran Islam membuat

sendi adat istiadat itu sendiri mengacu pada aturan Islam. Nilai-nilai luhur budaya

tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam, karena Islam adalah sumber dan puncak

dari keseluruhan nilai-nilai luhur yang dimaksud. Dalam hal ini, pesan-pesan yang

terkandung di dalam syair dakwah juga harus mengikuti aturan-aturan ajaran

Islam.

Karya seni, khususnya puisi dipandang oleh para filsuf muslim terutama

Ibnu Sina dan Al Jurjani, sebagai persembahan yaitu ekspresi perasaan dan pikiran

2

seorang penyair yang mencoba mengungkapkan perasaan dengan menggunakan

pikiran dan imajinasi.1 Menciptakan karya seni digolongkan sebagai kegiatan

intelektual yang berhubungan dengan hikmah, informasi dan komunikasi.2 Puisi

ialah jenis karya sastra yang memiliki sifat puitis.3 Pada dasarnya puisi adalah

wujud representasi keadaan jiwa dalam bentuk lambang (kebahasaan). Kata-kata

yang dimunculkan dalam puisi mengandung pengertian yang mendalam dan penuh

simbol-simbol.

Pada hakikatnya puisi merupakan bentuk dari curahan pengalaman batin

sang penyair, dimana curahan tersebut mampu menunjukkan keadaan atau situasi

yang sedang dialami olehnya dan pada akhirnya dapat memberikan kesan yang

mendalam kepada pembaca. Meskipun demikian, banyak puisi yang ditulis tanpa

ada pesan moral yang akan disampaikan kepada pembaca. Dewasa ini, salah

seorang penyair yang dikenal banyak menyisipkan pesan moral dalam puisinya

adalah Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Selain sebagai seorang ulama terkenal

Emha juga seorang musisi, budayawan, sastrawan dan seorang penyair yang tidak

hanya bermain dengan kata-kata. Namun, banyak di antara coretan penanya yang

berbentuk puisi mempunyai makna religius, berisi pesan moral, dan nilai-nilai

pendidikan Islam, khususnya sebagai bentuk penghambaan sang penyair kepada

Allah SWT.

Bukan hanya dari segi religius saja, dari segi berbangsa dan bernegaraan

banyak karya-karya Emha yang menjadi kritikan-kritikan untuk bangsa ataupun

pemerintahan yang sedang berjalan. Dalam karya-karyanya Emha memiliki gaya

1 Abdul Hadi W.M, Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik dan

Seni Rupa, (Yogyakarta: Matahari, 2004), h. 36. 2 Abdul Hadi W.M, Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik dan

Seni Rupa, h. 36. 3 Soedjarwo, Bunga-Bunga Puisi dan Taman Sastra Kita, (Yogyakarta: Duta Wacana

University Press., 1993), h. 3.

3

bahasa yang sangat bagus, sehingga sangat menarik banyak perhatian, selain itu

juga Emha banyak mengisi acara-acara seperti pengajian, yang banyak diminati

oleh masyarakat contohnya seperti kenduri cinta, padangmbhulan dan mocopat

syafaat. Dengan banyaknya kegiatan keagamaan tersebut membuat Emha jauh

lebih dikenal oleh masyarakat. Bukan hanya itu saja, bahkan kegiatan Emha diluar

negeripun cukup banyak. Selain itu, faktor istri yaitu Novia Kolopaking dan

anaknya Noe yang mempunyai profesi sebagai publik figur membuat Emha Ainun

Najib semakin banyak penggemarnya. Di antara beberapa karyanya yang sangat

terkenal yaitu karya yang terangkum dalam kumpulan puisi “seribu masjid satu

jumlahnya” karya Emha Ainun Nadjib, ada salah satu karya puisi Emha yang

merupakan karya terbaik dari beliau yaitu puisi “Begitu Engkau Bersujud”.

Secara istilah puisi adalah karya sastra yang bersifat imajinatif, bahasa

sastra yang bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna

lambang (majas).4 Syair “Begitu Engkau Bersujud” merupakan kumpulan puisi

karya Emha Ainun Nadjib yang diterbitkan pada tahun 1990; melalui judul

bukunya yaitu kumpulan puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya. Puisi ini banyak

mengandung pesan moral dan pesan religi didalamnya. Menurut Helmi Mustopa

selaku ketua redaksi Caknun.Com, banyak masyarakat yang memberikan

testimoninya ataupun komentar-komentar terhadap puisi ini, sehingga puisi ini

banyak digemari oleh masyarakat, selain itu puisi ini memiliki kata-kata yang

sangat bagus dan mudah dipahami dibanding dengan puisi-puisi karya Emha yang

lainnya.5

4 Herman J. Waluyo, Teori & Apresiasi Puisi, (Jakarta : Erlangga, t.th.), h. 22. 5 Hasil wawancara dengan redaksi caknun, bpk Helmi Mustopa, tanggal 22 Desember 2014.

4

Muhammad Ainun Najib berasal dari daerah Jombang, nama Muhammad

disingkat menjadi M.H tetapi pada akhirnya sering disebut Emha.6 Emha adalah

anak desa, tepatnya desa santri, dari desa tersebutlah Emha banyak belajar

kesederhanaan, kebersahajaan, kewajaran dan kearifan hidup. Karena semua itulah

Emha mendapatkan pelajaran bahwa peran sosial bukan sebagai acuan

keberhasilan seseorang dalam menjalankan hidupnya, melainkan sebagai

kewajiban dan fungsi sosial yang mampu memberikan contoh kepada masyarakat,

karena pelajaran itu pulalah Emha bertahan untuk tetap berada dalam keadaan

sederhana. Sesungguhnya Emha bisa saja menjadi pribadi yang berada di posisi

kelas menengah keatas. Namun, semua itu tak Emha hiraukan Emha tetap berada

dikesederhanaan hidup, bahkan setiap hari Emha sering makan di warung di

pinggiran jalan, sampai Emha sakit karena kekurangan gizi.

Peraih bintang Medali of Islamic Excellence 2005 dari The Moslem News

(Inggris)7 yang juga sangat dikenal dengan nama sapaan Cak Nun ini lahir pada

Rabu Legi 27 Mei 1953 di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Menturo

adalah pusat budaya dan tradisi yang cukup penting bagi penggambaran perjalanan

Emha, baik dari dimensi sosial, intelektual, kultural dan sepiritual.8

Anak ke-4 dari 15 bersaudara ini Pendidikan formalnya hanya berakhir di

semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Sebelum itu Emha pernah menjadi santri di Pondok Modern Gontor Ponorogo,

akan tetapi Emha dikeluarkan karena demo melawan Departemen Keamanan.

Kemudian Emha pindah ke Yogyakarta dan bisa tamat SMA Muhammadiyah I.

Setelah itu Emha lima tahun hidup menggelandang di Malioboro Yogyakarta

6 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006), h. 1

7 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 10

8 Emha Ainun Nadjib (Muhammad Ainun Nadjib), Repleksi Sepanjang Jalan, (Yogyakarta :

SIPRESS Januari 1995), cet ke, -3 h. 305

5

antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya yaitu Umbu

Landu paranggi yang juga seorang sufi di Jogjakarta yang hidupnya misterius dan

sangat mempengaruhi perjalanan Emha. Berikut ini beberapa karya-karya puisinya

Emha Ainun Nadjib antara lain:

“M” Frustasi (1976),· Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978), Sajak-Sajak

Cinta (1978), Nyanyian Gelandangan (1982), 99 Untuk Allah SWTku (1983), Suluk

Pesisiran (1989),· Lautan Jilbab (1989), Begitu engkau bersujud ( 1990), Cahaya

Maha Cahaya (1991), Sesobek Buku Harian Indonesia (1993), Abacadabra

(1994), Syair Amaul Husna (1994), dll.9

Dari semua hal tersebut dapat di artikan bahwa menanamkan ajaran-ajaran

Islam dapat menggunakan berbagai macam cara, bahkan lewat syair puisi pun

dapat dilakukan, asalkan yang dituangkan dalam sajak puisi itu beralaskan akidah

Islam, dimana hal tersebut semakin membuat puisi di minati oleh masyarakat luas

khususnya umat Islam, bukan hanya itu saja dengan cara inovatif seperti ini,

diharapkan agar para pembaca maupun pendengar lebih tertarik lagi dengan puisi

religius, apa lagi seperti saat ini sangat dibutuhkan inovasi-inovasi yang menarik,

untuk mengajak dan menanamkan ajaran-ajaran Islam di kalangan para remaja

khususnya.

Salah satu ajaran Islam yaitu bersyukur dan bersujud, dimana hal tersebut

merupakan bagian dari syariah Islam yang merupakan ajaran pokok Islam, ajaran

pokok Islam dibagi menjadi dua yaitu akidah dan syariah, Akidah dengan syariah

itu tidak dapat dipisahkan, bisa dibedakan akan tetapi tidak bisa dipisahkan, akidah

sebagai akarnya dan syariah sebagai batang dan dahan-dahannya, maka dari itu

sebagai mahkluk ciptaan Allah SWT diwajibkan untuk selalu memiliki rasa syukur

9 Di akses dari www.CakNun.com pada tanggal 24 Oktober 2014

6

terhadap apa yang telah diberikan Allah SWT.10

Orang yang terlahir dalam kondisi

sempurna seharusnya lebih mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan. Sudah

diberi sepasang mata, apakah sudah digunakan untuk melihat hal-hal yang baik?

atau justru sebaliknya digunakan untuk berbuat maksiat. Diberi sepasang telingga.

apakah sudah digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik? Sudahkah

menjadi orang yang pandai untuk bersyukur?

Dari puisi “Begitu Engkau Bersujud”, menggambarkan ungkapan syukur

yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dengan berbagai cara. Semua

dapat mengungkapkan rasa syukur sesaat setelah menerima nikmat, setiap selesai

shalat, ketika bangun tidur, setelah makan, setelah selesai buang hajat, dan

sebagainya. Dapat juga mengungkapkan rasa syukur ketika berada di rumah, di

jalan, di sekolah, bahkan ketika berada di lapangan sepak bola pun dapat

mengungkapkan rasa syukur. Cara mengungkapkan rasa syukur juga bermacam-

macam, seperti dengan mengucapkan alhamdulillah, melakukkan sujud syukur,

memberi sedekah, atau memperbanyak ibadah.

Puisi Begitu Engkau Bersujud menanamkan salah satu ajaran-ajaran Islam

yaitu mengenai sujud, dalam puisi ini ajakan ataupun informasi mengenai bersujud

kepada Allah SWT sangat jelas adanya, sehingga informasi yang ingin

disampaikan dalam puisi ini bisa dapat dipahami.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba mengkaji atas

permasalahan-permasalahan tersebut, dengan bentuk skripsi yang berjudul

Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha

Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam.

10

Abdullah al-Muslih, Pokok-Pokok Ajaran Islam Yang Wajib Diketahui Setiap Muslim,

(Riyadh: Islamic Foundation of America), 1998, h. 26.

7

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan masalah

Puisi-puisi yang di tulis Emha begitu banyak, maka penulis membatasi

pada masalah hanya pada puisi “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun

Najib yang terdiri dari 25 bait puisi, setiap baitnya terdiri dari 3 sampai 11 kata.

Hal ini dengan alasan bahwa syair tersebut banyak mengandung pesan dakwah

dalam isi syairnya dan juga lebih memfokuskan kepada pembaca atau

pendengar puisi tersebut sebagai sebuah objek

2. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

a. Bagaimanakah kontruksi wacana yang disajikan pada syair puisi “Begitu

Engkau Bersujud”?

b. Bagaimanakah kognisi sosial yang ada dalam puisi “Begitu Engkau

Bersujud”?

c. Bagaimanakah konteks sosial yang ada dalam puisi “Begitu Engkau

Bersujud”?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konstruksi wacana yang disajikan oleh Emha Ainun

Nadjib.

2. Untuk mengetahui kognisi sosial dari puisi Begitu Engkau Bersujud.

3. Untuk mengetahui konteks sosial dari puisi Begitu Engkau Bersujud.

Sedangkan hasil penelitian pada intinya diharapkan dapat memberi manfaat

antara lain:

8

1. Memberikan wacana pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya

pendidikan Islam bahwa media pembelajaran pun dapat berupa karya sastra,

termasuk karya sastra puisi.

2. Membantu pembaca karya sastra, dalam menemukan dan mengapresiasi

keindahan dari kumpulan puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun

Nadjib.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Dalam penelitian ini bukan hanya ingin mengetahui bagaimana isi teks,

tapi juga bagaimana pesan tersebut disampaikan. Maka penelitian ini lebih pada

pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya: prilaku,

motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistic dan dengan cara deskriptif

dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.11

Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang berfungsi untuk mendata atau mengelompokan sederet

unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang ada.12

Dengan mengunakan analisis wacana yang merupakan salah satu alternatif

lain akibat keterbatasan pada analisis isi. Jika analisis isi konvensional pada

umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah isi teks komunikasi yang

bersifat nyata, sedangkan analisis wacana lebih memfokuskan pada pesan-pesan

yang tersembunyi didalam setiap teks. Yang menjadi titik perhatian bukan

11

Meleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), hal. 6. 12

Dean J Champion, Metode dan Masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998), hal.

6.

9

hanya pada pesan tetapi juga pada makna yang terkandung didalamnya.13

Jika

analisis isi hanya dapat mempertimbangkan isi semata. Namun, tidak dapat

menyelidiki bagaimana seseorang menyampaikannya. Dalam konteks ini, yang

penting bukan hanya yang diucapkan atau dianggap penting oleh komunikator,

melainkan bagaimana cara komunikator mengungkapkannya.14

Analisis wacana secara teoritis memiliki prinsip yang hampir sama

dengan beberapa pendekatan metodologis, seperti analisis struktural. Dapat

dilihat dari beberapa ciri analisis struktural yang ada kesamaan tujuan dengan

analisis wacana.15

Dasar analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis

wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengendalikan

interpretasi dan penafsiran peneliti. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya,

analisis wacana tidak memerlukan lembar koding yang mengambil beberapa

item atau turunan dari konsep tertentu.16

Metode penelitian analisis wacana yang akan dipakai dalam penelitian ini

adalah model teun A van Dijk. Sebenarnya ada beberapa model analisis wacana

yang diperkenalkan oleh para ahli, seperti model Theo van Leeuwen yang

mengemukakan bahwa teori wacana bertujuan untuk mendeteksi dan meneliti

bagaimana suatu kelompok atau seseorang dianalisa posisinya dalam suatu

wacana. Misalnya kelompok tani, buruh, nelayan, dan wanita. Sering kali

mereka dideskripsikan secara buruk, tidak berpendidikan, liar, mengganggu

ketentaraman dan kenyamanan, serta bertindak anarkis.

13

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis Printing

Cemerlang), 2001, h. 20-21 14

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis

ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), h. 151-152 15

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis

ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, h. 151-153 16

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006, h. 70

10

Dan juga Sara Mils yang lebih memusatkan perhatiannya pada wacana

tentang perempuan. Bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, dalam

novel, gambar, foto ataupun berita. Tetapi pada penelitian ini lebih memilih

model Teun A van Dijk karena model van Dijk paling banyak dipakai. Model

ini mengolaborasi elemen-elemen wacana sehingga dapat diaplikasikan secara

praktis. Modelnya kerap disebut sebagai kognisi sosial. istilah ini sebenarnya

diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk

menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks. Menurutnya, penelitian atas

wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks

hanya hasil dari suatu praktek produksi yang harus diamati. Ia melihat suatu

wacana terdiri dari berbagai struktur atau tingkatan, yang masing-masing bagian

saling mendukung. Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan, yakni:

Pertama struktur makro merupakan gambaran umum dari suatu teks, atau

biasa disebut gagasan inti, dan ringkasan yang utama dari suatu teks. Elemen ini

disebut dengan tematik, yaitu tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.

Kedua superstruktur yaitu alur dari bagian-bagian dalam teks disusun dan

diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan arti.

Ketiga struktur mikro. Menurut Van Dijk makna lokal dari suatu teks

yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu

teks. Yaitu makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar

proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks.

2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah subyek darimana data bisa diperoleh. Ada dua macam

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

11

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang menjadi rujukan pokok dalam menyusun

skripsi. Data yang termasuk dalam kategori primer dalam ini adalah kumpulan

puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian. Data ini diperoleh dari

dokumen-dokumen atau laporan yang telah tersedia.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Teknik pengumpulan data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu

sebagai berikut:

1) Observasi / Pengamatan

Sebagai metode ilmiah, observasi adalah salah satu cara penelitian untuk

memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis sebuah permasalahan yang akan diselidiki.17

Metode ini digunakan untuk mengamati isi makna pesan yang terdapat

di dalam syair puisi Emha Ainun Nadjib, kemudian dilakukan pengamatan

dengan sistematis fenomena yang terdapat dalam teks tersebut sebagai objek

penelitian yaitu syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” pada buku kumpulan

puisi karya Emha Ainun Najib.

2) Interview (wawancara)

Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi

dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapat data

17

Sutrisno, Metodologi Researche, (Yogyakarta: Andi Offset 1989), h. 192

12

yang lengkap dan mendalam. Pada wawancara ini, pewawancara relatif tidak

mempunyai tugas menuntut waktu dan tenaga agar informan bersedia

memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, bila perlu tidak ada

yang disembunyikan. Wawancara seperti ini berlangsung secara informal,

seperti orang sedang mengobrol, tidak dibatasi adanya perbandingan antara

pewawancara dengan informan. 18

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara dengan Cak

nun, nama yang kita ketahui sebagai panggilan dari Emha Ainun Najib

tentang syair puisi begitu engkau bersujud dalam kumpulan puisi.

3) Dokumentasi

Yaitu pemberian bukti-bukti dan keterangan-keterangan (seperti

kutipan-kutipan) transkrip, sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini adalah dokumen tertulis, metode ini digunakan untuk mengumpulkan

data yang ada hubungannya dengan permasalahan.

b. Teknik pengolahan data

Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana

merupakan bagian dari metode interpretative yang mengandalkan interpretasi

dan penafsiran peneliti.

Dalam tahap ini penulis akan memperlihatkan data-data yang terdapat

dalam data utama yaitu puisi Begitu Engkau Bersujud, kemudian akan

ditafsirkan peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisis wacana.

18

Rahmat Kriyanto, M.Si. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi, edisi ke-1, cet ke-3 (Jakarta

Kencana 2008), H 100.

13

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti telah

terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka yang ada di perpustakaan utama UIN

Jakarta, ternyata judul ini belum ada yang membahasnya

Namun, ada beberapa skripsi yang masih berkaitan dengan judul tersebut, di

antaranya:

1. Analisis Wacana Kritik Sosial Pada Album Efek Rumah Kaca Karya Group

Band Efek Rumah Kaca” karya Fahmi Mubarok (10805100007) mahasiswa

Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) pada penelitian ini lebih fokus

terhadap sebuah album.

2. Analisis Wacana Terhadap Album Musik Anti Korupsi Group Band Slank”

karya Erdi Yulian (207051000225) Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN)

penelitian ini juga lebih di fokuskan ke album dari sebuah band.

3. Analisi wacana berbakti kepada Ibu dalam lagu keramat karya roma irama”

karya Sutrisno Sugiono (109051000171) Universitas Islam Negeri Jakarta

(UIN) penelitian ini lebih di arahkan kepada lirik sebuah lagu.

4. Analisis unsur intrinsik dalam kumpulan puisi tirani dan benteng karya Tauik

Ismail”. Karya Syaiul Anwar (809018300082) Universitas Islam Negeri

Jakarta (UIN) penelitian ini meneliti sekumpulan puisi.

14

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran secara menyeluruh dari sisi skripsi ini yang akan

memudahkan bagi pembaca untuk memahami, penulis memberikan sistematika

beserta penjelasan secara garis besarnya bahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima

bab yang mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Merupakan bab pendahuluan yang meliputi beberapa sub bab yang menguraikan

tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan skripsi, metode

penelitian skripsi yang meliputi jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode

analisis data dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Merupakan landasan teori dari syair puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun

Najib dan dakwah islamiyah, berisikan tentang syair puisi sebagai media dakah

mencakup pengertian dakwah dan puisi secara garis besar.

Bab III Gambaran Umum

Berisikan profil pengarang puisi Emha Ainun Najib dan gambaran umum dari

kumpulan puisi tersebut.

Bab IV Temuan Hasil Penelitian

Merupakan hasil analisis puisi begitu engkau bersujud.

Bab V Penutup

Berisikan kesimpulan dan saran-saran yang membangun demi perkembangan dakwah

islam.

15

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Analisis wacana adalah suatu metode kajian terhadap teks, memiliki fungsi

untuk mengetahui struktur pesan dalam komunikasi suatu teks. Analisis wacana

menekankan pada, bagaimana pentingnya ideologi berita merupakan bagian paket

dari metode yang digunakan untuk memproses berita “ how the ideological

significance of news is part of parcel of the methods used to process news”.1

Analisis wacana menitik-beratkan pada penggambaran teks dan konteks

secara bersama-sama dalam suatu proses kognisi dalam komunikasi. Sebuah

produksi tulisan yang digunakan dalam sajak syair puisi ketika engkau bersujud,

sarat akan makna yang tidak hanya terdapat dalam serangkaian struktur kalimat.

Akan tetapi terdapat di seluruh badan teks. Serangkaian makna ini yang menjadi

tujuan analisis wacana, karena makna yang terdapat dalam suatu teks tidak

menutup kemungkinan menyimpan makna tersembunyi yang kerap menimbulkan

bias. Dalam makna tersembunyi inilah kemungkinan pergulatan idiologi.

Eryanto, mengungkapkan bahwa teks sendiri adalah sebuah praktek idiologi

atau paling tidak cerminan dari idiologi tertentu.2 Teks tidak akan terlepas dari

suatu idiologi-idiologi tertentu.

1 Tuchman dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, (bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h.

48 2 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta. PT: Lkis Printing

Cemerlang, 2001) , hal. 6.

16

2. Macam-macam analisis

a. Analisis Isi Pesan (content analisis)

Analisis isi pesan adalah suatu tahap dari pemrosesan informasi yang

menyangkut isi-isi komunikasi yang di transformasikan melalui aplikasi yang

sistematik dan objektif menurut ketentuan katagoris kedalam data yang dapat

diinterpretasi dan di bandingkan.3

Teknik ini merupakan strategi verifikasi kulitatif, teknik analisis data ini

dianggap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Artinya teknik ini

adalah yang paling abstrak untuk analisis data-data kualitatif. Secara teknik,

analisis isi mencakup upaya-upaya, klasifikasi lambang-lambang yang dipakai

dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan

teknik analisis tertentu dalam membuat produksi. Analisis ini sering digunakan

dalam analisis-analisis verifikasi.

Cara kerja atau logika analisis ini sesungguhnya sama dengan kebayakan

analisis data kualitatif. Peneliti memulai analisis dengan menggunakan lambang-

lambang tertentu, mengklasifikasi data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu

serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula.

b. Analisis Domain

Digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum

atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut.

Analisis domain ini amat tekenal sebagai teknik yang dipakai dalam penelitian

yang bertujuan eksplorasi. Maksudnya adalah analisis hasil penelitian ini hanya

ditargetkan untuk memperoleh gambaran sutuhnya dari objek yang diteliti tanpa

3 Andi Bulaeng. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta:Andi,

Yogyakarta), 2004 h. 64

17

harus diperinci secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek

penelitian tersebut.4

Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis domain,

ada enam langkah yang saling berhubungan, antara lain:

1. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta

yang tersedia dalam catatan harian peneliti dilapangan.

2. Menyiapkan kerja analisis domain.

3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti

dilapangan.

4. Mencari konsep-konsep induk dan katagori-katagori simbolis dari

domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik.

5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing

domain.

6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada.5

jadi pada intinya, analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk

memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti, tanpa harus

diperincikan secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek penelitian

tersebut. Misalnya seorang peneliti menganalisa lembaga sosial sosial, maka

domain atau kategori simbolik dari lembaga sosial antara lain: keluarga,

perguruan tinggi, rumah sakit. Sehubungan dengan kemungkinan bervariasinya

domain, maka disarankan menggunakan hubungan semantik (semantik

relationship) yang bersifat unversal dalam analisis domain.

4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kualitatif dan Kuantitatif.

(Surabaya: AUP), 2001, h. 293. 5 Sanipah Faisal, Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang), 1990, h. 97

18

c. Analisis Taksonomik

Secara keseluruhan, teknik taksonomik menggunakan “pendekatan non

kontras antara elemen”. Teknik ini terfokus pada domain-domain tertentu,

kemudian memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian

yang lebih khusus dan terperinci yang pada umumnya merupakan rumpun yang

memiliki kesamaan.6

Hal yang perlu dikethui pula bahwa banyak sedikit pecahan-pecahan

domain menjadi sub domain dan seterusnya, tergantung pada kompleksnya

domain itu sendiri atau tergantung pada peneliti mengembangkan kompleksitas

domain tertentu.

d. Analisis Komponensial

Analisis ini berbeda dengan analisis taksonomi yang menggunakan

“pendekatan non kontras antara elemen”. Analisis komponensial adalah teknik

yang cukup menarik dan mudah dilakukan karena menggunakan pendekatan

“kontras antar elemen”.

Analisis komponenensial digunakan dalam analisis kualitatif untuk

menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang kontras satu

sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk dianalisis secara

lebih terperinci.7

Teknik analisis komponensial secara keseluruhan memiliki kesamaan kerja

dengan teknik analisis taksonomik, hal yang membedakan kedua teknik analisis

ini hanyalah pada pendekatan yang dipakai oleh masing-masing teknik analisis.

6Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis

kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 90 7Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis

kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 95

19

e. Analisis Koperatif Konstan

Analisis ini adalah analisis yang paling ekstrim menetapkan strategi analisis

deskriptif. Dikatakan ekstrim karena teknik ini betul-betul menerapkan logika

induktif dalam analisisnya, hal tersebut jarang kita jumpai dalam penelitian-

penelitian sosial. esensinya bahwa analisis komperatif adalah teknik yang

digunakan untuk membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi disaat peneliti

menganalisa kejadian tersebut dan dilakukakan secara terus menerus sepanjang

penelitian itu dilakukan.8

3. Wacana Menurut Teun A. Van Dijk

Model van Dijk paling banyak dijadikan sebagai perangkat analisis terhadap

wacana. Model wacana ini disebut juga model kognisis sosisal karena banyak

terpengaruh oleh ilmu psikologi sosial. Teun A. van Dijk menganalisis wacana

melalui struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Dalam hal ini van Dijk

mengembangkan analisis wacana tidak hanya pada ranah teks,9 tetapi juga pada

tingkat kognisi sossial dan konteks sosial. secara singkat van Dijk membagi

struktur kedalam tiga tingkatan yaitu:

a. Struktur marko. Merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang

dapat diamati, dipahami dengan melihat tipe dari suatu teks. Tema wacana

bukan hanya isi tetapi juga kondisi tertentu dari suatu peristiwa.

b. Superstruktur . adalah kerangka suatu teks. Bagaimana sstruktur elemen

wacana itu disusun dalam teks secara utuh

c. Struktur mikro. Makna wacana dapat diamati dengan menganalisis kata,

kalimat, proposisi, anak kalimat prafase yang dipakai.

8Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis

kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 100-101 9Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h 221

20

Idiologi kemudian yang akan mementukan suatu wacana. Karena

idiologilah yang menentukan mengapa sebuah wacana diproduksi. Penilaian

pembacapun akan lahir setelah mengetahui apa idiologi, setelah idiologi dapat

dibaca, maka akan diketahui untuk apa suatu wacana dibangun atau diproduksi.10

4. Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk

Model analisis wacana van Dijk seringkali disebut dengan “kognisi sosial”

karena analisis ini diadopsi dengan pendekatan lapangan psikologi sosial.

terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks, sebagaimana

dikutip dalam bukunya Eriyanto, penelitian atas wacana tidak didasarkan hanya

pada teks semata, karena teks hanyalah hasil dari praktik produksi yang juga

harus diamati dan harus dilihat juga bagai mana teks itu diproduksi, sehingga kita

memperoleh pengetahuan kenapa teks semacam itu terbentuk,11

berikut ini adalah

penjabaran dari kerangka analisis wacana van Dijk:

a. Teks

Teun A. van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur tingkatan

yang masing-masing bagian saling mendukung, van Dijk membagi kedalam tiga

tingkatan;

Pertama, struktur mikro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks

yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam

suatu berita (tulisan). Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang

berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun

ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Ini adalah makna wacana

yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kita, kalimat, proposisi,

anak kalimat, paraphrase dan gambar.

10

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 13 11

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 221

21

Tabel 2.1

Struktur teks Teun A. van Dijk

Struktur makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topic

atau tema yang diangkat oleh suatu teks

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,

penutup, dan kesimpulan

Struktur mikro

Makna lokal suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,

kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks

Menurut van Dijk, semua elemen merupakan satu kesatuan yang saling

berhubungan satu sama lain. Makna global suatu teks didukung oleh kerangka

teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Untuk elemen

wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.2

Struktur wacana Teun A van Dijk

Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur makro TEMATIK

(Apa yang dikatakan?)

Topik

Superstruktur SKEMATIK

(Bagaimana pendapat

disusun dan dirangkai?)

Skema

Struktur Mikro SEMANTIK

(Makna yang ingin

ditekankan dalam teks?)

Latar, Detil,

Maksud,

peranggapan

Struktur Mikro SINTEKSIS

(Bagaimana pendapat

disampaikan?)

Bentuk

kalimat,

kohrensi,

kata ganti

Struktur Mikro STALASTIK

(Bagaimana pilihan kata

yang dipakai dalam teks

berita/buku?

Leksikon

Struktur Mikro RETORIS

(Bagaimana dan dengen

cara apa penekanan

dilakukan?)

Grafis,

Metafora,

Ekspresi

22

1. Struktur Makro

a) Tematik

Teun A. van Dijk mendefinisikan topik sebagai struktur makro dari suatu

wacana, topik memainkan peranan penting sebagai informasi sebuah wacana, dan

dapat mengetahui masalah atau tindakan yang diambil komunikator dalam

mengatasi suatu masalah, keputusan, atau pendapat dapat diamati pada struktur

makro dari suatu wacana.12

Gagasan utama dari van Dijk, wacana pada umumnya dibentuk dalam tata

aturan umum dan teks tidak hanya mencerminkan suatu pandangan tertentu, tetapi

merupakan suatu pandangan umum yang koheren. Jadi van Dijk memandang

suatu masalah didasari oleh mental atau pikiran tertentu, mental dan kognisi

tulisan tersebutlah yang akan dimunculkan kedalam sebuah tulisan dan kita

namakan sebuah topik.

b) Suprastruktur

Jika topik dapat menunujukan makna umum dari suatu wacana, maka

struktur skematis atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu

teks. Skematik merupakan strategi dari komunikator untuk mendukung makna

umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung.13

Dalam hal ini,

peletakan informasi disesuaikan dengan otoritas penulis.

Dalam suprastruktur, hal yang perlu diamati adalah skematik, karena setiap

wacana memiliki alur atau jalan cerita yang sistematis, sebuah tulisan ilmiah

harus teratur dan mempunyai kaidah-kaidah tertentu biasanya dimulai dari

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik dan Analisis Framing, 2006, h. 75 13

Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik dan Analisis Framing, 2006, h. 76

23

abstrak, latarbelakang masalah, tujuan, hipotesis, isi dan yang terakhir adalah

kesimpulan.

Menurut van Dijk suprastruktur merupakan suatu kesatuan yang

mendukung gagasan utama dalam berita, meskipun suprastruktur tidak ditemukan

secara utuh didalam sebuah tulisan, namun dalam hal ini membantu penulis untuk

memberikan pemaknaan peristiwa apa yang harus di tonjolkan dan apa yang harus

ditutup-tutupi.14

Selanjutnya van Dijk menganggap bahwa skematik adalah strategi

wartawan (penulis) untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan

dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan

tekanan mana yang didahulukan dan mana yang bisa dijadikan sebagai strategi

untuk menyembunyikan informasi penting.

2. Struktur Mikro

Semantik merupakan studi tentang makna yang dimiliki objek bagi orang

yang berfikir dan menanggapi, dan bukan pencarian definisi kata yang intrinsik

dan universal, seperti studi linguistik konvensional, makna kata dihubungkan

dengan arti yang terdapat dalam kamus. Semantik dalam skema van Dijk

dikategorikan makna lokal, yakni makna yang muncul dari hubungan antar

kalimat, hubungan antar proposisis yang membangun makna dalam suatu

bangunan teks. Tetapi semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang

penting dalam struktur wacana, lebih dari itu menggiring kearah sisi tertentu dari

suatu peristiwa.

14

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 227

24

b. Kognisi Sosial

Model analisis wacana van Dijk tidak hanya dibatasi pada penelitian teks

semata, tetapi juga pada tingkat kognisis sosial pengarang, yaitu kesadaran mental

seorang pengarang dalam memahami sesuatu masalah dan menuangkannya ke

dalam suatu teks.

Dalam hal ini, bagaimana suatu teks diproduksi dan bagaimana cara penulis

memandang suatu reliatas sosial, sehingga dituangkan ke dalam sebuah tulisan

tertentu. Dimensi kognisi sosial memiliki hubungan erat dengan proses

pembuatan teks, di mana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan,

ditutup-tutupi, waktu, kejadian dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat

tindakan yang dibentuk dalam struktur teks.

Banyak proses dan strategi yang terjadi seperti seleksi, reproduksi,

penyimpulan, dan transformasi. Di sini keputusan dan strategi tersebut menurut

van Dijk terjadi dan berlangsung dalam mental dan kognisi sosial seseorang.15

c. Konteks Sosial

Dimensi konteks sosial melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih

jauh dengan struktur sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat atas suatu

wacana, dalam artian melihat bagaimana wacana yang berkembang dalam

masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang

digambarkan. Dalam kerangka van Dijk, penelitian mengenai bagaimana wacana

diproduksi dalam masyarakat sangat diperlukan, karena dapat dijadikan acuan

dalam mengkaji teks yang dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan

pengetahuan yang berkembang atas suatu peristiwa.

15

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h 262

25

B. Syair

Syair adalah salah satu jenis puisi lama, syair berasal dari Persia (sekarang Iran)

dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam, kata

syair berasal dari bahasa Arab syu‟ur yang berarti perasaan, kata syu‟ur berkembang

menjadi kata syi‟ru yang berarti puisi dalam pengertian umum.16

Syair dalam

kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam

perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga

menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab.

Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah

Fansuri dengan karyanya antara lain:

1. Syair Perahu

2. Syair Burung Pingai

3. Syair Dagang

4. Syair Sidang Fakir

Adapun jenis-jenis syair sebagai berikut:

1. Syair Panji

Syair panji menceritakan tentang keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-

orang yang berada atau berasal dari dalam istana. Contoh Syair panji adalah Syair Ken

Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang

dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan.

16

http://nawwafcom./2013/05/pengertian-syair-dan-jenis-jenis-syair.html di akses pada

tanggal 16 April 2015.

26

2. Syair Romantis

Syair romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita pelipur lara,

hikayat, maupun cerita rakyat. Contoh Syair romantik yakni Syair Bidasari yang

menceritakan tentang seorang putri raja yang telah dibuang ibunya. Setelah beberapa

lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya. Pertemuan

pun terjadi dan akhirnya Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya.

3. Syair Kiasan

Syair kiasan berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buahbuahan. Percintaan

tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh Syair

kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang

gagal akibat perbedaan pangkat, atau seperti perumpamaan "seperti pungguk

merindukan bulan".

4. Syair Sejarah

Syair sejarah adalah Syair yang berdasarkan peristiwa sejarah. Sebagian besar Syair

sejarah berisi tentang peperangan. Contoh Syair sejarah adalah Syair Perang Mengkasar

(dahulu bernama Syair Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar

dengan Belanda.

5. Syair Agama

Syair agama merupakan Syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi empat yaitu: (a)

Syair sufi, (b) Syair tentang ajaran Islam, (c) Syair riwayat cerita nabi, dan (d) Syair

nasihat.

27

C. Puisi

1. Pengertian Puisi

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan

sastra yang paling dalam. Kata-kata yang dimunculkan mengandung pengertian

yang mendalam dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi merupakan sebuah

kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam pernyataan-

pernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa puisi adalah ragam sastra yang

bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.17

Keterbatasan puisi tersebut berdasarkan keterikatan atas (1) Banyak baris

dalam tiap bait, (2) Banyak kata dalam tiap baris, (3)Banyak suku kata dalam tiap

baris, (4) Rima, dan (5) Irama.18

Apabila dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian tersebut sudah tidak

cocok lagi dengan wujud puisi zaman sekarang. Keterikatan puisi sudah tidak

tervisualisasikan pada bentuk puisi-puisi modern pada saat ini.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani "poeima"

membuat atau " pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry.

Puisi diartikan "membuat" dan "pembuatan", karena lewat puisi pada dasarnya

seseorang telah menciptakan sesuatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan

atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.19

Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Shelley yang mengatakan

bahwa puisi merupakan rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup.

Misalkan saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan

17

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya), 1984 h. 74 18

Abdul Razak Zaidan, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta : Balai Pustaka, 2004), h. 26 & 36 19

Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press),

1987, h. 13

28

keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak,

percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.20

Menurut sejarahnya poeisis, yaitu penciptaan puisi dan seni (tetapi perhatikan

bahwa kata poeisis secara etimologi tidak lain artinya daripada hanya

“pembuatan” saja, tidak khas untuk seni) dapat pula diberikan sebagai

perwujudan gagasan manusia selaku pencipta, yang berkembang secara

berangsur-angsur. Baik dalam dunia klasik dengan karya seni sebagai bentuk

tekhnik yang tertinggi, tetapi masih dalam rangka peneladanan alam.21

Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dari novel, drama atau cerita pendek.

Perbedaannya terletak pada kepadatan komposisi dengan konvensi yang ketat,

sehingga puisi tidak memberi ruang gerak yang longgar pada penyair dalam

berkreasi secara bebas. Wajar kalau puisi dikatakan sebagai the most condensed

and concentrated from of literature yang maksudnya adalah puisi merupakan

bentuk sastra yang paling padat dan terkonsentrasi. Kepadatan komposisi tersebut

ditandai dengan pemakaian sedikit kata, namun mengungkap lebih banyak hal.

Sebab itu, puisi dapat didefinifikan sebagai berikut:

Puisi dapat didefinisikan sebagai sejenis bahasa yang mengatakan lebih

banyak dan lebih intensif daripada apa yang dikatakan oleh bahasa harian.

Definisi di atas menyatakan secara implisit bahwa puisi sebagai bentuk

sastra menggunakan bahasa sebagai media pengungkapnya. Hanya saja bahasa

puisi memiliki ciri tersendiri yakni kemampuannya mengungkap lebih intensif

dan lebih banyak ketimbang kemampuan yang dimiliki oleh bahasa biasa yang

cenderung bersifat informatif praktis. Oleh sebab itu, pesan yang disampaikan

bersifat jelas dan tidak mengandung dimensi ambigu.

20

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, 1984 h.76-77 21

Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, h. 10

29

Hari ini Jakarta berawan; harga kebutuhan pokok menjelang puasa naik;

kereta Argo Lawu jurusan Solo-Jakarta anjlok di Cirebon, adalah sederet contoh

bahasa harian.22

Terlepas dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sifat yang

terpenting dari puisi adalah puitis. Sesuatu disebut puitis bila hal itu

membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas.

Secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis. Dalam hal

ini puitik bukanlah referensi, acuan di luar ungkapan bahasa itu yang penting,

tetapi kata-kata, pemakaian bahasa itu sendiri yang menjadi pusat perhatian itu

walaupun fungsi-fungsi lain bukan tak ada dalam puisi.23

Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya

dengan bentuk visual, tipografi, susunan bait, dengan bunyi persajakan, asonansi,

aliterasi,24

kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi, dengan pemilihan kata

(diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa

dan sebagainya.25

Di antara kemungkinan cara yang disediakan oleh sistem bahasa, dalam

bahasa puitik dipilih kemungkinan yang dari segi tertentu menonjolkan

ekuivalensi, ekuivalensi itu dapat terwujud dalam gejala yang sangat

beranekaragam: ekuivalensi bunyi, dalam bentuk rima, aliterasi, asonansi,; tetapi

pula dalam skema mantra seperti dalam kidung dan kakawin, yang mempunyai

kesejajaran, antara larik dengan larik, antara pupuh dengan pupuh dan di dalam

larik ada macam-macam kesejajaran; seluruhnya disebut sistem mantra ini juga

22

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, 1984 h. 8 23

Aminuddin, Pengantar Sastra dan Budaya, h. 197 24

Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 106 25

Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h. 121

30

merupakan sesuatu yang jarang dipahami oleh masyarakat luas.26

Dari beberapa

penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pemakaian bahasa yang tepat sangat

dibutuhkan dalam puisi, sehingga dapat menggetarkan jiwa, dengan keindahan

bahasa yang ada dalam puisi.

Karena puisi itu ialah keindahan yang terdapat dalam karya seni, keindahan

itu dirasakan sebagai rasa senang, gembira, bahagia, terharu, kagum dan takjub.

Dalam keindahan terkandung kebenaran. Kebenaran di sini ialah kebenaran

tentang arti kehidupan, kebenaran yang belum dispesialisasikan dalam bidang-

bidang ilmu tertentu. Kebenaran dalam puisi irepresentasikan melalui rangkaian

kejadian yang dialami oleh pelaku-pelakunya. Kebenaran yang sekaligus diserap

oleh cipta, rasa dan karsa ini dekat pengertiannya dengan kebijaksanaan, kearifan,

atau kelapangan dada (broad mindedness).27

Puisi dianggap lebih berhasil bila mampu memberikan manfaat dan hiburan.

Bermanfaat dapat diartikan mampu memberikan nilai-nilai yang mengarah pada

tujuan manusia hidup di dunia. Demikian pula dengan penelitian jenis sastra

seperti puisi misalnya, pokoknya diambil dari teori yang dikembangkan dalam

poetika tulisan Aristoteles. Sifat bermanfaat dan nikmat (utile dan dulce) sebagai

tujuan dari fungsi karya sastra, tetap merupakan tolak ukur sastra.28

Nilai-nilai itu

memunculkan hikmah-hikmah yang dalam dari suatu peristiwa maupun kisah-

kisah yang muncul dalam pernyataan-pernyataan puisi. Nilai puisi tersebut juga

mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka membentuk pandangan

hidupnya, karena puisi sangat erat hubungannya dengan falsafah dan agama.29

26

S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-Percetakan

Arnoldus, Cet.II 1974), h. 88 27

S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, h. 89 28

Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi , h.125 29

Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h. 130

31

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa puisi sebagai salah satu karya seni

memberikan gambaran kepada para pendengar, pembaca dan penikmat akan

maksud dan nilai yang ada pada bait yang diungkapkan oleh penyair.

Lalu dari beberapa definisi mengenai puisi oleh beberapa tokoh dapat

ditarik benang merah bahwa garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya

merupakan unsur-unsur yang berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada,

irama, kesan panca indera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan

yang bercampur-campur yang dituangkan pengarang (penyair) dalam prosesnya.

2. Hakikat Puisi

Struktur fisik puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang

hendak disampaikan penyair. I.A. Richard menyebut makna atau struktur batin itu

dengan istilah hakikat puisi, ada empat unsur hakikat puisi, yakni: tema (sense),

perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan

amanat (intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa

penyair.

a. Tema

Merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang di kemukakan

penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam

jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan

kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Allah SWT, maka puisinya

bertema ke Allah SWT an.

Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka

puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotres

ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan

cinta atau hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta, atau tema kedukaan

32

hati karena cinta. Latar pengetahuan mempengaruhi penafsir-penafsir puisi

untuk memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi

bersifat lugas, obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan

penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu

tema bersifat khusus (penyair), tetapi obyektif (bagi semua penafsir), dan lugas

(tidak dibuat-buat).

b. Perasaan (feeling)

Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan ikut

dihayati pembaca. Tema yang sama akan dituturkan perasaan penyair secara

berbeda, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Menghadapi tema

keadilan sosial atau kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan

pengemis atau orang gelandangan.

c. Nada dan Suasana

Nada adalah apabila ada seseorang berbicara, pendengar menagkap apa

yang dibicarakan dan suara bicara kadang-kadang meninggi-merendah

(nadanya), mengeras-melembut (takanannya) atau mempercepat-memperlambat

(temponya).

Selain itu jiga pendengar menangkap bagaimana sikap pembicara terhadap

apa yang dibicarakannya.30

Penyair mempunyai sikap tertentu dalam

menuliskan puisi, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek,

menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi.

Jika nada merupakan sikap penyair kepada pembaca, maka suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

30

Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Nusa Indah, 1991 ) h.

69

33

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Sikap pencipta yang dapat

ditangkap dari sajak, cerita atau drama disebut nada.31

Jika berbicara tentang sikap penyair, maka berbicara tentang nada, jika

berbicara tentang suasana jiwa pembaca yang timbul setelah membaca puisi,

maka berbicara tentang suasana. Nada dan suasana puisi saling berhubungan

karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Nada duka yang

diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik

yang diberikan penyair, dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi

pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk.32

d. Amanat (pesan)

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah

memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal

yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat dibalik kata-

kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan.33

Ahmadun Yosi Herfanda berpendapat bahwa karya sastra yang bagus

memang tidak hanya memancarkan pesona estetik (keindahan) tetapi juga

mampu memberikan pencerahan batin dan intelektual kepada para pembacanya.

Dalam bahasa pers karya sastra mampu membangun semacam opini publik. Jika

bangunan publik itu menguat dan meluas, maka dari situlah proses perubahan

social-budaya dapat digerakkan.34

Berdasarkan tujuan penciptaannya karya sastra dapat dikelompokkan ke

dalam empat orientasi. Pertama, karya sastra sebagai tiruan alam atau

31

Zainuddin Fanani, Telaah Sastra, (Yogyakarta: Muhammadiyah University Press, 2000) H.

77 32

Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, 1991, h. 69 33

Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, (Solo: Universitas Sebelas Maret Press, 1994)

H. 56-60 34

S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, 1974, h. 25

34

penggambaran alam. Kedua, karya sastra sebagai media untuk mencapai tujuan

tertentu pada pembacanya. Ketiga, karya sastra sebagai pancaran perasaan,

pikiran, ataupun pengalaman sastrawannya dan Keempat, karya sastra sebagai

sesuatu yang otonom, mandiri, lepas dari sekelilingnya, pembaca maupun

pengarangnya.

Sebenarnya apapun orientasi penciptaan karya sastra, karena merupakan

suatu sistem tanda yang menyimpan makna, maka ia akan memiliki kemampuan

yang tersembunyi (subversif) untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran

pembacanya. Banyak orang misalnya, meyakini bahwa karya-karya besar

seperti Max Havelar (Multatuli), Uncle tom Cabin (Beecher Stower), dan sajak-

sajak Rabindranat Tagore telah menginspirasi perubahan sosial di lingkungan

masyarakat pembacanya masing-masing.

Max havelar menginspirasi gerakan politik etis di Hindia Belanda, sajak-

sajak Tagore mendorong gerakan pembebasan bangsa India dari penjajahan

Inggris, dan Uncle Tom Cabin menginspirasi gerakan anti perbudakan di

Amerika Serikat. Dapat disebut juga sajak-sajak cinta tanah air Mohammad

Yamin dan Ki Hajar Dewantara yang ikut memupuk rasa kebangsaan anak-anak

muda generasi 1920-an dan 1930-an, serta sangatlah mungkin menjadi sumber

inspirasi lahirnya Sumpah pemuda.35

Dari pandangan bahwa sastra sebagai sumber inspirasi untuk perubahan

sosial-budaya, maka dapat dipahami bahwa sastra sebenarnya mempunyai

orientasi pada kebermanfaatan, yaitu sebagai media pencerahan dan

pencerdasan masyarakat.

3. Struktur Puisi

35

Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: Bina Cipta), 1969, h. 13

35

Struktur karya sastra khususnya puisi mencakup struktur intrinsic dan

struktur ekstrinsik .

a. Struktur Intrinsik

Intrinsik berarti unsur dalam. Dalam karya sastra berarti unsurunsur

yang secara langsung membangun karya sastra itu.36

Hal-hal yang

berhubungan dengan struktur ini seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan

dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan

pengungkapan tema dan amanat.juga termasuk ke dalam hal-hal yang

berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Sedangkan unsur intrinsik sebuah

puisi meliputi: diksi, rima, ritme, bait, baris, dan tipografi.

b. Struktur Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi

penciptaan karya sastra. Hal tersebut merupakan milik subjektif pengarang

yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan

mempengaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat

meliputi: (1) tradisi dan nilai-nilai, (2) struktur kehidupan social, (3)

keyakinan dan pandangan hidup, (4) suasana politik, (5) lingkungan hidup, (6)

agama dan sebagainya

Nyoman Thusthi Eddy menyatakan faktor-faktor ekstrinsik juga

meliputi: (1) sejarah, (2) sosiologi, (3) psikologi, (4) politik, ekonomi, dan

ideology.37

Sejalan dengan dua pendapat di atas Wellek dan Warren menyatakan di

dalam unsur ekstrinsik ini juga terdapat faktor seperti: 1) biografi pengarang,

36

Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik, dan Penerapannya,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. III, h. 40 37

Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, h. 70

36

2) psikologi (proses kreatif), 3) sosiologis (kemasyarakatan) sosial budaya

masyarakat, dan 4) filosofis (aliran filsafat pengarang).38

Kemudian yang

termasuk ke dalam faktor sosiologis seperti, aspek-aspek profesi/institusi,

problem hubungan sosial, adat-istiadat dan antar hubungan masyarakat. Untuk

faktor hubungan historis, yaitu hubungan sastra dengan faktor sosial, yakni

menganggap sastra sebagai dokumen sosial.

4. Mencari Makna dalam Puisi

Kata-kata, frasa, dan kalimat dalam puisi biasanya mengandung makna

tambahan atau makna konotatif. Bahasa figuratif yang digunakan

menyebabkan makna dalam baris-baris puisi itu tersembunyi dan harus di

tafsirkan. Proses mencari makna dalam puisi merupakan proses pergulatan

penyair dan pendengar terus menerus. Bahasa puisi adalah bahasa figurative

yang bersusun-susun.

Sebuah kata memiliki kemungkinan makna ganda. Kata yang

nampaknya tidak bermakna diberi makna oleh penyair. Makna kata mungkin

diberi makna baru. Nilai rasa diberi nilai rasa baru. tidak semua kata, frasa,

dan kalimat bermakna tambahan. Kalau keadaannya demikian, puisi akan

menjadi sangat gelap. Sebaliknya, puisi tidak mungkin tanpa makna tambahan

(transparan), sehingga kehilangan kodrat bahasa puisi. Kata-kata dalam puisi

tidak tunduk pada aturan logis sebuah kalimat, namun tunduk pada rima larik

puisi. Hal ini disebabkan oleh kesatuan kata-kata itu bukanlah kalimat akan

tetapi larik-larik puisi itu. Kata-kata tidak terikat oleh struktur kalimat dan

lebih terikat pada larik-larik puisi.

Pertalian antara larik dengan larik, atau antar kata dalam sebuah larik,

akan lebih mudah terlihat apabila seseorang memunculkan penanda-penanda

38

Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, 1994, h. 62

37

pertaliannya. Penanda-penanda tersebut bisa berupa tanda kurung ( ) dalam

setiap kata dalam larik dengan memunculkan kata penghubung seperti, adalah,

di, dan, dalam, dan sebagainya. Dari cara di atas tentu akan memudahkan

seseorang dalam memahami pertalian makna dalam sebuah puisi serta

menyimpulkan makna dari puisi tersebut.

5. Macam-Macam Puisi

Ditinjau dari zamannya, puisi di Indonesia dikelompokkan menjadi:

a. Masa kelahiran atau masa penjadian (± 1900 – 1945), yang dapat dibagi

lagi menjadi beberapa periode, yaitu :

1) Periode awal hingga 1933

2) Periode 1933 – 1942

3) Periode 1942 – 1945.

b. Masa perkembangan (1945 hingga sekarang) yang lebih lanjut dapat

pula dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :

1) Periode 1945 – 11953

2) Periode 1953 – 1961

3) Periode 1961 – sekarang.

Sedangkan menurut Rahmat Djoko Pradopo, berdasarkan ciri-ciri tiap

periode, pembabakan waktu puisi Indonesia modern dapat disusun sebagai

berikut.

1) Periode Pra-Pujangga Baru : 1920 – 1933 - Periode Pujangga Baru :

1933 – 1942

2) Periode Angkatan 45 : 1942 – 1955

3) Periode 50 – 60an : 1955 – 1970, dan

4) Periode 70 – 80an : 1970 – 1990.

Ditinjau dari bentuk maupun isinya, ragam puisi ada bermacam-macam:

38

1) Puisi epik, yaitu puisi yang di dalamnya mengandung cerita

kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda,

kepercayaan, maupun sejarah.

2) Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita,

dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu

yang menjalin cerita.

3) Puisi lirik, yakni puisi yang berarti luapan batin individual penyairnya

dengan segala macam endapan pengalaman, sikap maupun suasana batin

yang melingkupinya.

4) Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif

menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun

monolog, sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.

5) Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan

yang umumnya tertampil eksplisit.

6) Puisi satirik, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang

kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun

suatu masyarakat.

7) Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap

sang kekasih.

8) Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang,

9) Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki

jasa atau sikap kepahlawanan.

10) Himne, adalah puisi yang berisi pujian kepada Allah SWT, maupun

ungkapan rasa, cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.

39

D. Ajaran-ajaran Islam

1. Pokok-pokok Ajaran Islam

Ajaran Islam terdiri dari 2 (dua) bagian pokok:

a) Akidah

Akidah/iman/faith terdiri dari 6 (enam) rukun iman, akidah Islamiah itu

berdasarkan atas landasan yang kuat (dalil qoth‟i: Quran dan Hadist Mutawatir).

Di luar rukun iman yang enam tersebut, orang Islam tidak wajib mempercayai,

akidah islamiah itu merupakan pokok dasar Islam dan pemersatu seluruh umat

Islam di dunia. Seseorang yang mempunyai kepercayaan yang bertentangan

dengan akidah islamiah yang berupa rukun iman tersebut adalah bukan orang

islam/keluar dari agama Islam.39

Kata “„aqidah” diambil dari kata dasar “al-„aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan),

al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,

kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk

(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-

yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). “Al-„Aqdu” (ikatan) lawan kata

dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: ”

„Aqadahu” “Ya‟qiduhu” (mengikatnya), ” „Aqdan” (ikatan sumpah), bahkan bisa

juga ” „Uqdatun Nikah” (ikatan menikah).

Dengan demikian Aqidah berarti ketetapan yang tidak ada keraguan pada

orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama

maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti, aqidah

dengan adanya Allah SWT dan diutusnya pada Rasullah SAW, bentuk jamak

39

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993) h. 6.

40

dari aqidah adalah aqa-id. Dan pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram

karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak

tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan

apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya;

yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai

pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan

aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

b) Syariah

Syariah, mengatur 2 (dua) aspek kehidupan manusia yang pokok, ialah:

1) Mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, disebut “Ibadah”.

2) Mengatur human relation dan human activity di dalam masyarakat,

disebut “Muamalah”.

Akidah Islamiah di dalam Quran dirumuskan dengan kata-kata “Iman”.

sedangkan Syariah dirumuskan dengan kata-kata “Amal Saleh”.

Pada dasarnya, pemaknaan kata syarii‟ah harus dikembalikan kepada

waadli‟al-lughah (pembuat bahasa) kata tersebut, yakni orang Arab. Sebab, kata

al-syarii‟ah adalah lafadz bahasa Arab yang digunakan oleh orang Arab untuk

menunjukkan makna tertentu. Pemaknaan atas lafadz tersebut tidak menerima

ijtihad atau istinbath. Namun, cukup merujuk kepada makna yang disasar oleh

orang Arab, sebagaimana kaedah bahasa menyatakan, “La mahalla li „aql” (tidak

ada tempat bagi akal).

41

“Lafadz al-Syarii‟ah bermakna masyra‟at al-maa‟ (maurid al-syaaribah:

sumber air). Kata al-syarii‟ah juga bermakna: agama yang disyariatkan Allah

SWT kepada hamba-hambaNya. Jika dinyatakan Allah SWT telah

mensyariatkan kepada mereka, maksudnya adalah sanna (menetapkan aturan

untuk mereka). Lafadz ini termasuk dalam wazan “qatha‟a”…Kata al-syir‟ah

bisa bermakna al-syarii‟ah. Pengarang Kitab al-„Ain mengatakan:

“al-Syarii‟ah wa al-syir‟ah: perkara agama yang Allah swt telah

menetapkannya, dan memerintahkan untuk selalu berpegang teguh dengannya,

seperti sholat, puasa, haji.40

Dan Allah swt telah mensyariatkan perkara tersebut,

maksudnya adalah Allah swt telah menetapkan perkara tersebut secara syar‟iy

(menurut hukum)”.

2. Hubungan Antara Akidah dan Syariah

Akidah dengan syariah itu tidak dapat dipisahkan (bisa dibedakan tetapi

tidak bisa dipisahkan), akidah sebagai akarnya dan syariah sebagai batang dan

dahan-dahannya, seseorang yang beriman tanpan menjalankan syariah adalah

fasik, sedangkan bersyariah akan tetapi berakidah yang bertentangan dengan

akidah islamiah adalah munafik, dan seseorang yang tidak berakidah dan

bersyariah islamiah adalah kafir.41

Ibadah berasal dari bahasa Arab, dari akar kata “abd” yang artinya

“hamba”, dan ini berarti penyeraahan dan ketaatan seseorang hamba kepada

Tuhannya, ibadah menurut Islam mempunya pengertian yang luas, tidak hanya

terbatas kepada shalat, puasa, akat dan haji saja, tetepi semua kegiatan manusia

40

Di akses pada 21 oktober 2014 dari https://zbrownie.zahlaa /2013/01/08/aqidah-dan-syariah-

dalam-islam/ pada pukul 22:30 WIB. 41

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, h. 7.

42

yang tidak bertentangan dengan hukum Allah SWT dan dilakukan dengan niat

yang baik (untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT) adalah ibadah.42

Hukum Islam yang mengatur human relation dan human activity di

masyarakat disebut muamalah, konsepsi Islam tentang muamalah cukup

lengakap, sebab di dalam Quran dan Hadis yang merupakan sumber hukum

Islam yang pokok terdapat aturan hukum mengenai keluarga, perdata, pidana,

arisan, pemerintahan sosial, ekonomi, pendidikan, hukum internasional dan

sebagainya.

Al-Quran sudah tentu tidak mengatur segala sesuatu secara mendetail,

sebab al-Quran itu untuk seluruh umat manusia sepanjang masa, sedangkan

masyarakat adalah dinamis. Tetapi di dalam al-Quran terdapat cukup banyak

pentunjuk berupa prinsip-prinsip umum yang dapat dijadikan landasan untuk

mengahalau problema-problema yang mungkin dihadapi oleh umat manusia.

42

Abul A‟la Maududi, Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967), h. 1.

43

BAB III

BIOGRAFI EMHA AINUN NADJIB

A. Latar Belakang Keluarga

Muhammad Ainun Najib nama Muhammad disingkat menjadi M.H, tetapi

pada akhirnya sering disebut Emha.1 Emha adalah anak desa, tepatnya desa santri,

dari desa tersebutlah Emha banyak belajar kesederhanaan, kebersahajaan,

kewajaran dan kearifan hidup. Karena semua itulah Emha mendapatkan pelajaran

bahwa peran sosial bukan sebagai karir, melainkan sebagai kewajiban dan fungsi

sosial yang mampu memberikan contoh kepada masyarakat, karena pelajaran itu

pulalah Emha bertahan untuk tetap berada dalam keadaan sederhana, karena

sesungguhnya Emha mampu untuk menjadi pribadi yang berada di posisi kelas

menengah ke atas. Namun, semua itu tak Emha hiraukan Emha tetap berada pada

kesederhanaan hidup, bahkan setiap hari Emha sering makan di warung di

pinggiran jalan, sampai Emha sakit karena kekurangan gizi.2

Emha juga sangat dikenal dengan nama sapaan Cak Nun, Emha lahir pada

Rabu legi 27 Mei 1953 di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Menturo

adalah pusat budaya dan tradisi yang cukup penting bagi penggambaran perjalanan

Emha, baik dari dimensi sosial, intelektual, kultural dan spiritual.3

1 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006), h. 1. 2 http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emha-ainun-nadjib/ di akses pada tanggal 24Oktober

2014. 3 Emha Ainun Nadjib (Muhammad Ainun Nadjib), Repleksi Sepanjang Jalan, (Yogyakarta :

SIPRESS Januari 1995), cet ke-3 h. 305.

44

Emha adalah anak keempat dari lima belas bersaudara.4 Ayahnya bernama

Muhammad Abdul Latif, seorang kiai terpandang di desa Menturo, Sumobito,

Jombang, Jawa Timur. Sedang ibunya bernama Chalimah.5 Dari karakter kedua

orangtuanya inilah yang mempengaruhi terciptanya pembentukan watak intelektual

maupun perilaku kehidupan kesehariannya, terutama dalam bidang kesantrian

Emha kecil.

Keperibadiaan Emha yang sangat kritis terhadap ketimpangan-ketimpangan

sosial yang terjadi pada masyarakat sekitarnya sudah terlihat sejak Emha masih

anak-anak, Guru SD-nya pun pernah merasakan kekritisan seorang Emha ketika

Emha masih duduk di sekolah SD.

‟‟suatu ketika, Emha terlambat datang kesekolah. Kemudian Emha dihukum

gurunya: berdiri di depan kelas selama pelajaran berlangsung, Emha sangat

konsekuen dan sangat menjunjung tinggi peraturan yang ada, baginya aturan itu

harus dijunjung tinggi oleh siapa pun, maka ketika suatu saat gurunya terlambat

mengajar Emha pun tetap dengan pendiriannya yaitu konsekuen maka Emha

menghukum gurunya, dengan berkeliling lapangan memikul sepedanya, sang

gurupun merasa dilecehkan, sang guru marah dan kesal, pada akhirnya Emha

dikeluarkan dari SD tersebut yang dianggap telah menerapkan aturan yang tidak

adil”.6

Potongan kisah tersebut hanya sebagian kecil dari kritis dan kenakalan sikap

dari Emha yang mendorongnya untuk berlaku selalu adil dimanapun dan kepada

siapapun dan selalu menghindari ketidak adilan, termasuk terhadap ayah dan

4 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 1.

5 Emha Ainun Nadjib, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 303. 6 Emha Ainun Nadjib, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 303.

45

ibunya. Bisa dikatakan patokan pemahaman tentang Islam yang ada pada diri

Emha itu berasal dari kedua orangtuanya.

Dari kisah tersebut dapat ditelusuri mengenai pembentukan kepribadian

Emha, ketika Emha tumbuh dan berkembang dalam asuhan kasih sayang kedua

orangtuanya, tentang sosok kedua orang tuanya Emha mengungkapkan:

‟‟Ayah saya adalah seorang petani dan kiai yang memiliki sebuah surau,

tetapi Ayah adalah pemimpin masyarakat tempat bertanya dan mengadu para

penduduk desa dalam permasalahan yang mereka alami, begitu pula ibu saya.

Setiap permasalahan yang tidak dapat mereka pecahkan mereka ajukan ke orangtua

saya untuk dipecahkan, bahkan ketika saya masih dalam buaian dan kemudian

menjadi anak kecil, saya seringkali dibawa ibu untuk mengunjungi para tetangga

untuk menanyakan apa yang mereka masak, apakah mereka menyekolahkan anak-

anak mereka untuk bersekolah dan banyak masalah lain. Pengalaman ini

menumbuhkan kesadaran dan sikap sosial saya, dan nilai-nilai keluarga kami

didasarkan agama, karena ajaran Islam merupakan kunci untuk menolong sesama

manusia dari kemiskinan dan membuat mereka berfungsi sebagai manusia

seutuhnya‟‟.7

Berbagai macam peristiwa dan pengalaman yang Emha dapatkan dalam

keluarga ikut memproses sikap sosial Emha. Apalagi jika Emha melihat bagaimana

ibunya berusaha menangani permasalahan yang dialami ibu-ibu lain di desanya,

terutama masalah perekonomian. Melihat pengorbanan ibunya itu Emha

menuliskan:

‟‟ Ibu saya menjual barang-barang seperti TV, mebel, sepeda motor dan lain-

lain secara kredit karena Ibu kasihan kepada mereka. Padahal sebenarnya Ibu juga

7 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 7.

46

dalam keadaan kekurangan, Ibu hanya mempunyai sepasang pakaian, kain batik

dan kerudung. Jangan heran kalau Ibu terbelit hutang, akan tetapi kenaifanya

dalam pengelolaan merupakan suatu yang luhur bagi kami anak-anaknya‟‟.8

Keadilan menjadi titik kunci baginya. Artinya, keadilan menjadi titik pusat

dalam setiap aktualisasi peran sosial Emha. Atas nama keadilan pula, Emha merasa

wajib berperan dalam kehidupan sosial.‟‟ Saya tidak bisa asik sendiri dikamar,

tekun beribadah merayu Allah SWT agar masuk syurga sendirian, sementara

ketidak adilan bagai hujan lebat menikam bumi.9

Kalau mau, sebenarnya Emha mempunyai kemampuan untuk memasuki

wilayah kekuasaan. Tetapi Emha tetap bertahan sebagai orang pinggiran. Emha

tetap bertahan di kemah Jogja yang jauh dari hiruk pikuk perebutan kekuasaan

lokal, nasional maupun global.

Emha Ainun Najib mempunyai istri yang bernama Novia Kolopaking, Novia

Sanganingrum Saptarea Kolopaking, yang dikenal dengan nama Novia Kolopaking

(lahir di Bandung Jawa Barat 9 November 1972; umur 42 tahun) adalah seorang

seniman Indonesia keturunan Sunda-Minang. Novia banyak berkiprah di bidang

sastra, terutama puisi, sebagai pemain drama dan film, serta penyanyi.10

Sejak masih kanak-kanak nama Novia telah dikenal melalui sejumlah

majalah anak-anak dan penampilan di panggung, baik sebagai penyanyi atau

pemain sandiwara. Namun, namanya benar-benar naik ke pentas seni nasional di

saat Novia bermain sebagai "Emak" dalam film serial televisi Keluarga Cemara

dan berperan sebagai "Siti Nurbaya" dalam film televisi Siti Nurbaya. Walaupun

8 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h.7.

9 Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 304.

10 http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24 oktober

2014.

47

banyak yang tidak menyadari, Novia juga pernah mengisi suara tokoh "Dewi

Anjani" dalam sandiwara radio Saur Sepuh.11

Dalam bidang tarik suara ia dikenal melalui sejumlah hit populer seperti

Kembali, Untukmu Segalanya, Dengan Menyebut Nama Allah, serta lagu "daur

ulang" Bunga Mawar.

Setelah vakum bermain sientron selama delapan tahun, ibu tiri vokalis Letto,

Noe ini kembali main sinetron bertemakan religi, Rinduku Cintamu (2008).

Emha Ainun Nadjib menikah dengan Novia pada tanggal 22 Maret 1997 dan

dikaruniai 4 orang anak. Walaupun tidak banyak muncul dalam pentas nasional,

Novia kerap mendampingi perjalanan kelompok Kiai Kanjeng mengunjungi

berbagai tempat di Indonesia dan juga dunia.

Salah satu anak Emha dari istri pertamanya Neneng Suryaningsih yaitu

bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh lebih dikenal sebagai Noe (lahir di

Yogyakarta, 10 Juni 1979; umur 35 tahun) adalah vokalis band Letto. Noe

merupakan anak pertama budayawan, Emha Ainun Nadjib dan anak tiri bintang

sinetron dan penyanyi, Novia Kolopaking.

Noe lahir sebagai anak pertama dari budayawan, Emha Ainun Nadjib atau

Cak Nun dari istri pertamanya, Neneng Suryaningsih. Sayangnya saat dirinya

menginjak umur 6 tahun, orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Noe

menghabiskan masa SD di SD 1 Yosomulyo, Lampung kemudian melanjutkan ke

SMP Xaverius Metro, Lampung.12

11

http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24 oktober

2014. 12

http://plettonicskendha.blogspot.com/2010/10/biografi-noe.html di akses pada tanggal 25

oktober 2014.

48

Saat Noe masih SMP, Noe mempunyai kumpulan lagu-lagu Queen. Setelah

mendengarkan berulang kali, akhirnya dia mempunyai pikiran bagaimana

membuat musik yang bisa menggerakkan rasa dan menggerakkan perasaan orang

lain. Mulailah Noe bersentuhan dengan keyboard, alat musik yang pertama Noe

sentuh.

Setelah lulus SMP, Noe kembali ke Yogyakarta dan meneruskan sekolah di

SMU 7 Yogyakarta. Noe bergabung dengan ayahnya dan bergaul bersama

komunitas ayahnya.

SMU 7 Yogyakarta-lah yang mempertemukan Noe dengan Ari, Dedy dan

Patub. Pada waktu itu mereka belum membentuk band. Pada tahun 1998 Noe

memutuskan untuk melanjutkan kuliah di University of Alberta, Kanada. Noe

mengambil dua jurusan sekaligus, yaitu matematika dan fisika. Lima tahun

kemudian, Noe pulang ke Yogya dengan membawa gelar Bachelor of Mathematic

dan Bachelor of Physics.

Setelah kembali ke tanah air dan bertemu kembali dengan kawan-kawan

karibnya, Noe sering bermain musik di studio Kiai Kanjeng, grup musik pimpinan

Novi Budianto yang selalu menjadi partner dan sahabat Cak Nun, ayahnya. Dari

studio Kiai Kanjeng, Noe bisa mengerti bagaimana mixing, mastering

memproduksi dan menulis musik. Noe mulai menulis lirik lagu, yang akhirnya

banyak tertuang dalam album perdana Letto, Truth, Cry, and Lie.

Pada tahun 2004, Musica tertarik pada lagu yang ditawarkan Noe dan kawan-

kawannya. Barulah mereka membentuk band yang diberi nama Letto. Pada tahun

2006, Letto mengeluarkan debut album berjudul Truth, Cry, and Lie. Keseriusan

bermusik membuahkan double platinum bagi Letto. Kesuksesan itu memacu Letto

untuk membuat album kedua, "Don't Make Me Sad" (2007).

49

Sejak 10 Juni 2008 mendirikan Production House Pick Lock Productions

bersama Dewi Umaya Rachman. Film perdananya Minggu Pagi di Victoria Park

dirilis 10 Juni 2010. Kini sedang mempersiapkan film keduanya; RAYYA, Cahaya

Di Atas Cahaya yang ditulis oleh bapaknya sendiri Emha Ainun Nadjib dan Viva

Westi.

B. Latar Belakang Pendidikan Emha Ainun Najib

Riwayat pendidikan Emha bisa dikatakan kurang mulus. Sepintas, Emha

menempuh jenjang pendidikan formal akademiknya dengan langkah

sempoyongan, bahkan bisa dikatakan agak kacau. Emha mengeyam pendidikan

SD di Jombang (1965) dan SMP Muhammadiyah di Jogjakarta (1968).13

Sempat masuk pondok modern (p.m) Darussalam Gontor Ponorogo. Jawa

Timur, tapi kemudian dikeluarkan karena melakukan demo atas ketidakadilan

qismul amn pada awal 1968 atau pertengahan tahun ketiga studinya. Tapi Emha

tidak merasa dendam atas kejadian tersebut, Emha bahkan menulis:

“Saya mensyukuri hikmah dari pengadilan subyektif itu, bahkan

penghormatan saya terhadap Gontorpun tidak pernah menurun, sejak itu saya

sangat rakus dengan metode bersikap, sangat keras bahkan kejam terhadap diri

sendiri dan menyeleksi cita-cita menjadi hanya sebiji, bekerja keras sampai titik

akhir hidup saya”.14

Selama di P.M Darussalam Gontor, Emha di didik bagaimana caranya hidup

sederhana. Baju hanya satu, tidak punya kasur apa lagi selimut. Dalam soal

kepemimpinan dan pergaulan, memang sejak di Gontor telah terlihat pada dirinya

13

http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-di-

jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014. 14

Emha (Muhammad) Ainun Nadjib, Melihat Dunia Secangkir The (Ponorogo: Warta

Minguan Darussalam Pos 2002), h. 36.

50

bakat-bakat tersebut. Mas Kardi (salah seorang staf redaksi harian surya yang

menjadi teman dekat sewaktu di P.M Darussalam Gontor, berkomentar: “mas

Emha memang sejak dulu memiliki kepribadian menarik dan ngangenin baik itu di

kamar, di kelas, dan di kelompok olahraga khususnya, sepak bola)15

Drop-out dari pondok pesantren modern Darussalam Gontor Jawa Timur,

Emha melanjutkan studinya di SMA 1 Muhammadiyah Jogjakarta, setelah menjadi

alumni SMA 1 Muhammadiyah tersebut, Emha mencoba menambah ilmu

pengetahuan dan memilih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada

(UGM) Jogjakarta, tetapi Emha tidak suka berlama-lama di sana.16

Salah satu hal yang menarik disini Emha tumbuh di keluarga Nahdatul

Ulama (NU), akan tetapi Emha selalu saja mengenyam pendidikan di sekolah-

sekolah Muhammadiyah. Dari sini dapat diketahui mengenai pembentukan

pemikiran Emha yang menerima kedua perbedaan tersebut sebagai suatu kekuatan

umat Islam di Indonesia.

Setelah menempuh pendidikan formal, Emha lebih memilih belajar

nonformal di Malioboro, Malioboro adalah jalan induk Jogjakarta yang sekarang

merupakan pusat industri turisme di sana.17

Emha langsung jatuh cinta pada kota

gudeg ini, bahkan Jogja menjadi ibukota hati dan ibukota budayanya yang kedua

sesudah Jombang. Emha pun membiasakan dirinya dalam realitas yang

sesungguhnya di Jogja, Emha pantang menyerah menghadapi kesusahan-

kesusahan hidup yang Emha alami pada periode ini.18

15

Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 306. 16

Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 307. 17

Ian Leonard Betts,. Jalan Sunyi Emha, h. 1. 18

Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 306-

307.

51

Semua pengalaman itulah yang kemudian membantu memacu Emha untuk

menegakan tekad berguru pada alam: gurunya siapa saja, kampusnya dimana saja,

kurikulum atau mata kuliahnya apa saja, singkatnya, situasi dan kondisi darurat

yang Emha alami dalam kehidupannya telah mengantarkan Emha kedalam

kehidupan seperti sekarang ini.

Selama kurang lebih lima tahun (1970-1975) Emha belajar sastra. Emha

hidup luntang-lantung menggelandang hidup di Malioboro Yogyakarta, semenjak

akhir tahun 60-an Emha bergabung dengan kelompok penulis muda Persada Studi

Klub (PSK), di bawah asuhan guru yang sangat Emha kagumi yaitu Umbu Landu

Paranggi, beliau seorang sufi yang hidupnya sangat misterius yang popular dengan

sebutan Presiden Penyair Malioboro Yogyakarta dan sangat mempengaruhi

perjalanan Emha.19

Emha sendiri memberi gelar gurunya tersebut dengan istilah

Raja Penyair Malioboro, Emha makin menyadari potensi kepenyairan dan

kepenulisannya dari sini pula pengembaraan sosial, intelektual, kultural dan

spiritual Emha berlanjut.

Pada tahun 1970-an Emha, Persada Studi Klub (psk) dan teman-temannya

mengisi kehidupan sastra. Pada awalnya di sekitar lingkungannya sendiri, diskusi

antara sesama penyair, cerpenis, penulis atau wartawan yang hampir setiap minggu

diadakan di kantor surat kabar Pelopor Yogya. Sesekali kegiatan melebar dan

menjelajah kampung dan kampus. Beberapa nama berkibar bersama Emha seperti

Linus, Yuditira Adi Nugraha, Imam Budi Santosa, Suwarno Pragolapati, Bambang

Indra Basuki (alm), Bambang Darto dan Saiff Bakham.20

19

Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 1 20

http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-di-

jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.

52

Kegelisahan senantiasa menawarkan alternatif nilai, menjadikan Emha

seseorang manusia yang selalu tidak kerasan untuk menetap dalam setiap

kemapanan institusi. Emha singgah dari suatu institusi untuk kemudian

ditinggalkannya. Emha pernah menjadi pengasuh ruang sastra di harian masa kini,

Yogyakarta. Kemudian menjadi wartawan / redaktur di harian masa kini,

Yogyakarta (1973-1976), sebelum menjadi pemimpin theater Dinasti

(Yogyakarta), Emha pernah menjadi sekertaris dewan kesenian Yogyakarta.

Pernah dinobatkan sebagai fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia

(ICMI) dan pemimpin grup musik kiai kanjeng hingga saat ini. Penulis puisi dan

kolomnis di beberapa media. 21

Bagai udara, ayah dari vokalis grup band letto (NEO) ini terus beredar.

Singgah diberbagai ruang dan peristiwa, mengikuti berbagai festival dan lokakarya

puisi dan juga teater. Di antaranya mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980),

International Writing Program di Universitas Lowa, Amerika Serikat (1984),

festival penyair internasional (International Poetry Festival) di Rotterdam, Belanda

(1984) dan Festival Horizonte II di Berlin Barat, Jerman.22

Untuk menumbuhkan

potensi rakyat, bersama grup musik kiai kanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali

tampil perbulan berkeliling keberbagai wilayah nusantara, dengan acara yang

biasanya dilakukan diluar gedung.23

Bulan Maret 2011, Emha memperoleh Penghargaan Satyalancana

Kebudayaan 2010 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, penghargaan diberikan berdasarkan

pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang

21

Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 307. 22

Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 9. 23

Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 3.

53

telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya

berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Aktivitas dakwah Emha adalah aktifitas bergumulan dengan masyarakat

bawah, melalui forum-forum silaturahmi seperti:

1) Padhang Mbulan

Pengajian Padhang Mbulan (disebut demikian karena dilaksanakan sebulan

sekali setiap bulan purnama) dilaksanakan pertama kali pada tahun 1992 di desa

Menturo, kecamatan Sumobito, kabupaten Jombang.24

Kegiatan umat Muslim ini

pada awalnya diikuti hanya oleh penduduk sekitar desa Menturo. Namun, tiap

tahun jamaah yang hadir kian bertambah banyak. Konon saat ini umat Muslim

yang menghadiri pengajian Padang Mbulan berasal dari seluruh Indonesia.

Mengapa jamaah bertambah banyak? Salah satu alasannya adalah karena

pengajian ini tidak dibuat khusus untuk golongan umat Islam tertentu. Penggagas

kegiatan ini, Emha Ainun Najib, atau yang sering disapa Cak Nun,

mendedikasikan kegiatan pengajian sebagai bentuk kompilasi hati umat Islam dan

penyegar iman tanpa sekat-sekat golongan seperti NU, Muhamadiyah, Wachidiyah

dan lain-lain.

Secara bertahap jamaah bertambah dan para pengisi acara bukan hanya dari

dalam negeri. Sesekali juga mengundang tokoh luar negeri. Kebetulan Cak Nun

beristri Novia Kolopaking yang berasal dari kalangan publik figur sehingga tak

jarang pengajian ini melibatkan sejumlah artis ibukota. Inilah salah satu daya tarik

kegiatan yang dijadikan salah satu ikon kota Jombang ini.

24

http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-di-

jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.

54

Kegiatan pengajian Padang Mbulan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan

pengajian pada umumnya, yaitu berisi sholawat, hadrah dan tausiyah dari ulama.

Namun, ada yang istimewa disini yaitu kelompok gamelan Kyai Kanjeng yang

mengiringi musik selama acara berlangsung.25

Sebagai budayawan, sepertinya Cak

Nun tidak sepaham dengan kebanyakan kyai yang kalau ceramah diiringi orkes

santriawan santriwati yang modern dengan petikan gitar, bass, tabuhan drum dan

lain-lain.

Pengajian Padang Mbulan bukan sekedar ajang rekreasi jiwa, tapi juga jadi

sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar. Setiap perhelatan berlangsung, aneka

bentuk cinderamata mata khas Jombang dijual oleh para pengrajin lokal. Mulai

dari hiasan dari kuningan, besi, kayu, hingga aneka wisata kuliner lokal seperti

nasi pecel, nasi lodeh, nasi rawon, nasi soto jombang dan lain-lain.

2) Mocopat syafaat

3) Kenduri cinta

4) Gambang syafaat

C. Karya-karya Emha

Apapun yang pernah Emha capai di massa silam adalah sesuatu yang harus

kita capai di masa yang akan datang, meskipun tentu saja membutuhkan

reformulasi - reformulasi karya - karyanya menggambarkan Indonesia lewat mata

orang jawa timur, adapun karya-karyanya seperti:

1) Buku dan berbagai tulisan

1. 99 untuk Allah SWT

2. Melihat Dunia dari Secangkir Teh

25

http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-di-

jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.

55

3. Cahaya Maha Cahaya

4. Hikmah puasa, Mudik Dunia Akhirat

5. Kafir Liberal

6. Kiai Kocar-kocir

7. Mati Ketawa Cara Repotnasi, Menyorong Rembulan

8. Sedang Allah SWT pun Cemburu, Refleksi Sepanjang Jalan

9. Kumpulan cerpen BH

2) Album Kaset Maupun VCD/DVD

1. Konser Keduri Cinta vol 1 dan 2

2. Menyorong Rembulan

3. Perahu Nuh

4. Allah Merasa Heran

5. Wirid Padang Bulan

56

BAB IV

HASIL ANALISIS WACANA PADA PUISI BEGITU ENGKAU BERSUJUD

A. Teks Puisi Begitu Engkau Bersujud

Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan

umum. Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu,

tetapi suatu pandangan yang mempunyai makna. Van Dijk menyebut hal ini

sebagai koheren global, yakni bagian-bagian dalam teks kalau diurutkan merujuk

pada suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama

lain untuk menggambarkan topik umum tersebut.

Topik menggambarkan tema dari suatu berita, topik ini akan di dukung oleh

subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum.

Subtopik ini juga di dukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang

menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling

mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan

membentuk teks yang koheren dan utuh.

Berikut teks puisi Begitu Engkau Bersujud:

“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”

“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid”

“Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid

telah kau bangun selama hidupmu?

“Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

57

meninggi, menembus langit, memasuki

alam makrifat”

“Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika

bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud”

“Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada

ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan”

“Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan

ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang”

Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk

cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara

adzan”

“Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid”

“Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang

Allah, engkaulah kiblat”

“Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang

didengar Allah, engkaulah tilawah suci”

“Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai

Allah, engkaulah ayatollah”

“Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,

karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi

dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud

menjadilah engkau masjid”

58

1. Struktur Makro/Tematik

Struktur makro yaitu gambaran umum dari suatu teks, atau biasa disebut

gagasan inti, dan ringkasan yang utama dari suatu teks. Elemen ini disebut dengan

tematik, yaitu tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.1 Dalam syair

puisi “Begitu Engkau Bersujud”, menggambarkan “sebuah keyakinan terhadap

Allah SWT”. Puisi bukan wadah atau seni yang hanya bisa digunakan atau hanya

bermanfaat untuk menuangkan isi hati saja, tetapi pada saat ini kegunaan puisi

dapat lebih ditingkatkan, terutama seperti sekarang ini yang membutuhkan inovasi.

Saat ini, puisi dapat dijadikan inovasi untuk dapat lebih menarik perhatian

khalayak, terutama dalam bidang dakwah karena belum banyak dakwah yang

dilakukan dengan menggunakan puisi sebagai medianya.

Dalam hal ini tema tersebut diperkuat dengan berbagai teks syair yang

mengarah ke tema tersebut misalkan:

“Begitu Engkau Bersujud”

Dalam hal ini, umat muslim diperintahkan untuk selalu beribadah bersujud

kepada Allah SWT dan menanamkan keyakinan pada diri pribadi, bahwa Allah

SWT selalu ada kapanpun dan dimanapun, bahkan terdapat hadist yang

mengatakan Allah SWT itu lebih dekat dengan diri hambaNya dibanding urat nadi

hambaNya itu sendiri, hal tersebut seharusnya dijadikan sebagai pedoman hidup

agar selalu berada dijalan yang benar. Saat bersujud niscaya Allah SWT berada

dekat pada hambaNya, oleh sebab itu sering-seringlah bersujud, bersembah,

berpasrah diri hanya kepada Allah SWT, dan jangan pernah kau bersujud kepada

selain Allah SWT karena itu akan menyebabkan murkanya Allah SWT, karena

1 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis Printing

Cemerlang), 2001, h. 229

59

Allah SWT sangat membenci hamba-hambaNya yang menyembah selain Allah

SWT.

Begitu bersujud panjatkan doa-doa dan ceritakan semua yang ada hanya

kepada-Nya, maka Allah SWT akan senantiasa memberikan rahmat serta hidayah-

Nya kepada orang-orang yang mau bersujud, berdoa, dan beribadah dengan hati

yang ikhlas. Melalui sebuah puisi, yang berjudul Begitu Engkau Bersujud ciptaan

Emha Ainun Nadjib ini, manusia diajak agar selalu bersujud hanya kepada Allah

SWT dalam menjalankan kehidupan, agar semua yang dilakukan di dunia ini dapat

diridhai oleh Allah SWT, sehingga manusia dapat selalu mengingat Allah SWT

dan selalu berada dijalan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam puisi ini

Emha pun mengajak masyarakat agar selalu berbuat baik terhadap sesama, yaitu

dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT.

Keyakinan diri bahwa Allah SWT itu ada dan hanya satu dapat di wujudkan

dengan hal-hal seperti: selalu beribadah dengan ikhlas, berpasrah diri, berdoa

setiap waktu kepada-Nya, beramal saleh, bertakwa menjalankan perintah-Nya serta

menjauhi segala larangan-Nya. Semua itu merupakan bukti bahwa seseorang yakin

Allah SWT itu ada.

60

Tabel 4.1

Hal Yang Diamati Temuan Data

Tema atau topik yang

dikedepankan dalam suatu teks pada

syair puisi “Begitu Engkau

Bersujud” karya Emha Ainun

Nadjib.

Tema yang diambil dari judul puisi

tersebut adalah “sebuah keyakinan terhadap

Allah SWT”. Dalam hal ini, sebagai umat

muslim diperintahkan untuk selalu beribadah

bersujud kepada Allah SWT dan menanamkan

keyakinan pada diri, bahwa Allah SWT selalu

ada kapanpun dan dimanapun.

“Katakanlah olehmu (hai Muhammad):

Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung

segala makhluk dan tempat memohon segala

hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan

tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau

sesuatu yang sebanding dengan Dia.” (QS. Al

Ikhlash (112): 1-4)

Inilah pokok pangkal akidah, puncak

dari kepercayaan. Mengakui bahwa yang

dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu

adalah nama dari Satu saja. Tidak ada Tuhan

selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa,

tunggal, tidak bersekutu yang lain dengan Dia.

Pengakuan atas Kesatuan, atau

Keesaan, atau tunggal-Nya Tuhan dan nama-

Nya ialah Allah, kepercayaan itulah yang

dinamai Tauhid. Berarti menyusun fikiran

yang suci murni, tulus ikhlas bahwa tidak

mungkin Tuhan itu lebih dari satu. Sebab

Pusat Kepercayaan di dalam pertimbangan

akal yang sehat dan berfikir teratur hanya

sampai kepada Satu.

Tidak ada yang menyamai-Nya, tidak

ada yang menyerupai-Nya dan tidak pula ada

teman hidup-Nya. Karena mustahillah kalau

Allah lebih dari satu. Karena kalau Allah

berbilang, terbahagilah kekuasaan-Nya.

Kekuasaan yang terbagi, artinya sama-sama

kurang berkuasa.

61

2. Superstruktur/Skematik

Tingkat kedua yaitu superstruktur, alur dari bagian-bagian dalam teks

disusun dan diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan arti.2 Dalam syair puisi

“Begitu Engkau Bersujud”, skema teks dibuat dengan alur cerita kisah yang ada

dalam Islam, dalam puisi ini Emha Ainun Nadjib memberi pelengkap hadist-hadist

dan Al-quran yang ada dalam Islam. Adapun alur dari puisi “Begitu Engkau

Bersujud” yaitu, pertama harus memahami arti syair dari puisi tersebut, kedua

masuk kedalam syair melewati konflik syair puisi, dan ketiga masuk ke penutup

atau resolusi.

Syair-syair yang ada dalam puisi ini ditarik ke jalur pengertian kronologis

dan konsistensi dalam membentuk kesatuan arti syair-syair tersebut dengan

gagasan inti.

Analisis teks dan temuan data dalam tingkat superstruktur dalam syair puisi

“Begitu Engkau Bersujud” sebagai berikut:

a. Awal syair puisi begitu engkau bersujud

Awal syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Najib,

mempunyai makna yang menarik yaitu Emha Ainun Nadjib menuliskan:

“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid

Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid

Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid

telah kau bangun selama hidupmu?

2 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 232

62

Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

meninggi, menembus langit, memasuki

alam makrifat”

Dalam hal ini Emha Ainun Nadjib ingin memberitahukan kepada pembaca

ataupun masyarakat, bahwa ketika bersujud ataupun beribadah kepada Allah SWT

selain di masjid, tetap bisa menjadi tempat yang suci. Pada umumnya umat muslim

dianjurkan beribadah di masjid. Namun, agama Islam tidak pernah mempersulit

pemeluknya, karena dimanapun tempatnya tetap dapat beribadah, berdoa dan

bersujud kepada Allah SWT asalkan tempat tersebut bukan tempat yang terdapat

najis. Ketika seseorang dengan ikhlas bersujud dan beribadah kepada Allah SWT,

niscaya Allah SWT akan mempermudah segala urusan-urusannya dan keikhlasan

sesesorang dalam beribadah kepada-Nya sangat diharuskan, sebab jika seseorang

tidak mempunyai rasa ikhlas dalam bersujud dan beribadah, maka Allah SWT pun

enggan menurunkan rahmat dan hidayah-Nya terhadap hamba-Nya. Rasulullah

Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba

dari rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di

dalamnya).” (HR. Muslim).3

Dari hadist tersebut bisa dipahami bahwa sujud merupakan suatu yang

istimewa yang bisa dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semakin

seseorang perbanyak sujud maka semakin besar pula kemungkinan doa akan di

kabulkan oleh Allah SWT.

b. Konflik/isi syair puisi begitu engkau bersujud

Di bagian kedua terdapat konflik ketika seseorang melakukan hal baik

dimanapun dan kapanpun atas dasar beribadah kepada Allah SWT. Puisi yang

3 https://moslemsunnah.com/2012/01/06/perbaiki-sujud-anda-karena-itulah-keadaan-paling-

dekat-dengan-allah/ Di akses pada tanggal 2 november 2014.

63

berjudul Begitu Engkau Bersujud, seolah-olah Emha menggambarkan bahwa,

ibadah pada dasarnya dapat dilakukan dimanapun asalkan tempat tersebut

terhindar dari najis dan di dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa Allah tidak

pernah mempersulit hamba-Nya, jika hamba-Nya mau beribadah dan berusaha.

Dalam bait syair puisi tersebut dikatakan setiap gedung, rumah, bilik atau tanah,

seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud, berikut sepenggal

puisi Begitu Engkau Bersujud yang menjadi konflik dari puisi:

“Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika

bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud”

“Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada

ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan”

“Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan

ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang”

Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk

cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara

adzan”

“Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid”

“Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang

Allah, engkaulah kiblat”

“Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang

didengar Allah, engkaulah tilawah suci”

Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai

Allah, engkaulah ayatollah”

64

jadi betapa Maha Besarnya Allah SWT, dengan segala keagungan-Nya

memberikan kemudahan hamba-Nya untuk selalu bertakwa kepada-Nya. Dalam

Al-Quran surat An-Nahl ayat 49:

yang artinya "Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang ada di

langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan juga para malaikat, sedang

mereka tidak menyombongkan diri."

Dalam ayat tersebut, jelas bahwa segala apapun yang ada di dunia ini, segala

apapun ciptaan Allah SWT, mereka semua hanya bersujud kepada Allah SWT

bahkan Malaikatpun tunduk patuh dan bersujud hanya kepada Allah.

c. Akhir/Penutup (resolusi)

Emha Ainun Nadjib menulis puisi “Begitu Engkau Bersujud” seakan

menggambarkan keadaan sekitar dan kondisi masyarakat. Emha Ainun Nadjib

bersajak dan berusaha mengingatkan pembacanya, bahwa keyakinan kepada Allah

SWT terutama umat muslim itu hukumnya mutlak. Emha menyuarakan seruan

moral melalui puisi, agar para pembaca terutama kaum muda, bisa menjalankan

syariat agama sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan Allah SWT.

Emha Ainun Nadjib membantu para da‟i melalui sajak-sajak atau bait-bait

puisi kepada para pencinta sastra, akan tetapi di saat seperti sekarang ini, tidak

hanya pecinta sastra yang sukar akan membaca puisi, masyarakat umum sekarang

65

mulai terbiasa dengan puisi-puisi. Maka dari itu Emha menyelipkan sebuah

dakwah di dalam puisinya, dengan tujuan para pembaca yang terdiri dari berbagai

kalangan tersebut, bisa memahami setidaknya bisa mengetahui hakikat-hakikat

Islam, mana yang baik, mana yang buruk, mana yang musti dilakukan dan mana

yang musti dijauhi, semua itu dilakukannya hanya karena Allah SWT semata,

Emha tidak pernah ingin dirinya dikenal masyarakat luas, tapi Emha ingin dikenal

melalui karya-karyanya yang bisa bermanfaat untuk masyarakat luas.

“Kalau engkau bawa badan mu bersujud, engkaulah masjid.”

Sepenggal syair tersebut membuktikan atau memberitahukan bahwa jika

seseorang melakukan hal baik kepada Allah maka bisa di katakan orang tersebut

telah melakukan ibadah dan itu mendapatkan pahala dari Allah SWT, maka

perbanyaklah kebaikan-kebaikan diri, agar di yaumil-akhir nanti mendapatkan

syafaat dari Allah SWT. Berikut sepenggal akhir syair puisi Begitu Engkau

Bersujud:

“Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,

karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi

dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud

menjadilah engkau masjid”

66

Tabel 4.2

Hal Yang Diamati Temuan Data

Elemen ini menunjukan

bagaimana bagian-bagian dari

pendahuluan sampai akhir, dalam

teks disusun dan di urutkan

menjadi satu kesatuan arti

Dan apakah mereka tidak

memperhatikan, segala sesuatu yang Telah

diciptakan Allah, yang bayangannya berbolak-

balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud

kepada Allah, sedang mereka berendah diri?

(QS. An-Nahl, 16: 48)

Ayat ini menyamakan bayangan sesuatu

yang jatuh ke tanah dan tertunduk dengan

kondisi sujud. Allah berfirman, tidak hanya

seluruh makhluk-Nya yang bersujud kepada-

Nya, tapi juga bayangan mereka tunduk dan

sujud di hadapan-Nya. Jelas, seluruh ciptaan

Allah mengikuti undang-undang dan aturan

ilahi dan tidak mungkin terjadi kesalahan

padanya. Dengan kata lain, mereka taat mutlak

kepada Sang Pencipta dan tidak mungkin

menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan.

Itulah mengapa bayangan segala sesuatu

mengikuti zat aslinya yang mengikuti sunnah

ilahi.

67

3. Struktur Mikro

Struktur yang terakhir dalam kajian teks Teun Van Dijk adalah struktur

mikro. Menurut Van Dijk makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari

pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.4 Yaitu makna yang

muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membangun

makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Elemen-elemen dari strukur mikro

adalah semantik, sintaksis, stalitik dan retoris.

a. Semantik, merupakan studi linguistik yang mempelajari makna atau arti

bahasa. Secara singkat adalah studi tentang makna, dalam semantik makna

yang dicari adalah sesuatu yang ditetapkan dalam teks dan terlihat dari

hubungan antar kalimat, presepsi yang membangun makna tertentu dalam

suatu bentuk teks.

Tabel 4.3

Hal Yang Diamati Temuan Data

Semantik makna yang ingin

ditekankan dalam syair puisi

Begitu Engkau Bersujud karya

Emha Ainun Nadjib.

Dalam hal ini syair puisi Begitu Engkau

Berujud menekankan sebuah pola pikir dari

penulis untuk memberikan informasi,

bimbingan, arahan ataupun ajakan kepada

masyarakat luas untuk selalu bersujud kepada

Allah SWT. Ada beberapa pengulangan kata

bersujud dalam puisi tersebut, hal itu

menunjukan adanya penekanan terhadap kata

bersujud yang berarti sebuah makna yang jelas

ingin disampaikan kepada khalayak.

4 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006, h. 80.

68

“Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada

Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah

Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat

Aku.” (QS. Thaha (20): 14)

Elemen-elemen dari semantik adalah latar, detail dan maksud. Berikut ini

kajian semantik dari syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” :

1) Latar, merupakan bagian teks yang mempengaruhi arti yang ingin

ditampilkan, biasanya mencerminkan idiologis sang penulis. Latar yang

menunjukan idiologis penulisnya dalam secarik syair puisi “Begitu Engkau

Bersujud” :

Judul puisi---------- “Begitu Engkau Bersujud”

“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”

“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid”

“Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid

telah kau bangun selama hidupmu?

„Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

meninggi, menembus langit, memasuki

alam makrifat”

69

2) Detail, detail adalah suatu unsur elemen semantik yang mengemukakan

strategi penulis dalam mengekspresikan sikapnya dengan cara implicit atau

tersamar.

Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh penulis atau pengarang

tidak selalu diungkapkan secara terbuka, akan tetapi seseorang bisa membaca

bagian mana yang diuraikan penulis dengan detail yang sedikit dan yang

diuraikan panjang lebar, detail yang diuraikan tersebut negatif dan positif.

Setiap bait syair puisi “Begitu Engkau Bersujud‟ sangat menyentuh sekali

karena betapa Allah SWT maha pemurah, memberikan kemudahan bagi

hambaNya yang mau bersujud hanya kepadanya, setiap kata ada

pengartiannya dan setiap makna ada kenyataanya.

3) Maksud, dalam detail penulis menuliskan sikap secara implicit, tetapi pada

eleman maksud ini, sikap penulis diekspresikan secara eksplisit. Informasi

yang ingin disampaikan diuraikan secara jelas, dengan kata-kata yang tegas

dan langsung menunjuk pada fakta.

Contoh elemen maksud pada syair puisi Begitu Engkau Bersujud antara lain:

“Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid”

Dari secarik syair di atas sangat jelas bahwa informasi yang terdapat

dalam teks syair tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu pembaca

akan mudah dan cepat mengerti akan maksud dari teks syair tersebut.

b. Sintaksis, merupakan elemen struktur mikro yang kedua, berupa pembicaraan

mengenai bahasa dalam suatu kalimat. Sintaksis adalah bagian ilmu bahasa

yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Sintaksis

menerangkan bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun sebagai sebuah

70

satuan arti. Elemen-elemen sintaksis adalah koherensi bentuk kalimat dan kata

ganti.

Tabel 4.4

Hal Yang Diamati Temuan Data

Bagaimana pendapat

disampaikan dalam suatu berita

ataupun wacana, sintaksis dibagi

menjadi tiga bagian yaitu:

koherensi, bentuk kalimat dan

kata ganti.

Dalam puisi ini, cara penyampaian, pemilihan

kata demi kata dan penggabungan kalimat dapat

mempengaruhi minat masyarakat untuk

membaca ataupun mengaplikasikan apa yang

diperintahkan atau diinformasikan puisi

tersebut. Penggabungan kata yang mudah

dimengerti dan pemilihan bahasa yang tinggi

membuat puisi tersebut semakin menarik.

1) Koherensi, merupakan pertalian antar kalimat, biasanya diamati dengan kata

memakai dan kata penghubung (konjungsi) : dan, akibat, tetapi, lalu, karena,

meskipun dan lain sebagainya. Hal ini terdapat pada sajak syair puisi “Begitu

Engkau Bersujud” :

“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”

“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid”

Koherensi pada teks diatas ditunjukan pada kata “ yang“. Kata yang,

menghubungkan kalimat begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau

tempati itu menjadi sebuah masjid. Koherensi pada teks setiap kali engkau

bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid. Sehingga kalimat tersebut

menjadi koheren.

71

Kemudian koheren pada bait syair selanjutnya terhadap syair puisi Begitu

Engkau Bersujud.

“Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang

didengar Allah, engkaulah tilawah suci

Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai

Allah, engkaulah ayatollah”

Koherensi pada teks syair diatas ditunjukan pada kata “yang” dan “dan”

dalam kalimat tersebut kata yang disitu menunjukan kata penegasan kalimat

“mendengar yang didengar. Kemudian koherensi pada kalimat dan disitu

ditunjukan karena adanya kata penghubung antara kalimat yang satu dan kalimat

yang lain dengan menggunakan kata dan.

2) Bentuk kalimat, adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berikir logis,

yaitu prinsip kualitas, di mana Emha menanyakan apakah A menjelaskan B atau

kah B menjelaskan A. jika diterjemahkan kedalam bahasa menjadi susunan subjek

(yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam ilmu bahasa bentuk

kalimat ini terbagi menjadi dua yaitu bentuk kalimat pasif dan bentuk kalimat

aktif. Dalam kalimat aktif seseorang merupakan subyek dari sebuah pernyataan.

Sedangkan dalam kalimat pasif seseorang merupakan sebuah obyek dari sebuah

pernyataan. Berikut mengenai bentuk kalimat dalam syair puisi “Begitu Engkau

Bersujud”:

“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”

kalimat di atas di tulis dalam bentuk kalimat aktif, dalam hal ini sangat jelas

bahwa kata engkau menunjukan seseorang yang melakukan pekerjaan, dalam

72

kalimat engkau disitu menerangkan bahwa seseorang sedang melakukan

pekerjaan bersujud.

Syair puisi selanjutnya:

“Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

meninggi, menembus langit, memasuki

alam makrifat”

dari kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat pasif

dalam hal ini kata menara berada dalam posisi objek dari pernyataan, dan dalam

kalimat diatas terlihat jelas bahwa tak terbilang jumlahnya itu kalimat pelengkap

dari objek yaitu menara.

3) Kata ganti, menerangkan kekuatan karakter tokoh dalam suatu teks. Dalam

syair puisi Emha Ainun Nadjib yang berjudul “Begitu Engkau Bersujud” pada

cuplikan teks tersebut:

“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”

“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid”

pada cuplikan syair di atas penulis memposisikan “engkau” sebagai tokoh

orang yang bersujud dan bersembah kepada Allah SWT, begitupun di bait

berikutnya, penulis mengulang kata “engkau” sehingga hal tersebut

mempertegas bahwa kata “engkau” lah yang jadi kata ganti disisni.

c. Stalistik

Stalistik adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyatakan

maksud melalui pilihan kalimat syair yang digunakan. Dalam menyajikan

syair, pengarang menggunakan bahasa yang sederhana.

73

Tabel 4.5

Hal Yang Diamati Temuan Data

Stalistik

Cara komunikator dalam

menyampaikan maksudnya

dengan menggunakan gaya

bahasa yang diinginkan oleh

komunikator

Hal ini sangat penting diperhatikan, karena

tutur bicara, gaya bahasa sang pengarang sangat

mempengaruhi keberlangsungan dakwah itu

sendiri, dalam puisi ini pengarang

memperhatikan betul secara detail pemakaian

kata-kata yang mudah dimengerti dan diingat.

Sehingga hal tersebut, dapat memberikan

sugesti yang positif bagi pembacanya dan

memberikan manfaat bagi pembacanya, atau

pun sekedar menambah pengetahuan, itu semua

tergantung dari pembaca menyikapinya.

Pilihan sajak syair yang dipakai pengarang dalam puisi “Begitu ngkau

Bersujud” menunjukan kesederhanaan dan ajakan ataupun pemberitahuan.

Seperti pada syair berikut:

“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid”

“Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid

telah kau bangun selama hidupmu?

“Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

meninggi, menembus langit, memasuki

alam makrifat”

itulah sebuah sajak syair puisi “Begitu Engkau Bersujud “ dari kalimat-

kalimat diatas menunjukan bahwa Emha Ainun Nadjib, ingin memberitahukan

kepada khalayak umum, bahwa betapa maha pemurahnya Allah SWT kepada

hamba-hambanya yang mau bersujud dan bersembah hanya kepada-Nya, maka

akan selalu ada balasan dari Allah SWT, berupa pahala yang kelak akan

74

membantu seseorang di akhirat nanti, sebesar kacang kebaikan yang dilakukan

maka sebesar kacang pula balasan yang di dapat, maka dari itu penulis

memberitahukan kepada khalayak apabila setiap sujud yang dilakukan secara

ikhlas maka setiap itu pula pahala yang di dapat, betapa besar dan banyaknya

pahala, apabila seseorang sering melakukan sujud secara ikhlas.

d. Retoris

Elemen yang terakhir diamati dalam teks adalah retoris, yang mempunyai

fungsi persuasive atau mempengaruhi.

Dalam hal ini, Van Djik membagi retoris dalam tiga elemen, yaitu:

1) Grafis

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa, apa yang ditekankan

atau ditonjolkan oleh seorang, yang dapat diamati dari teks. Eleman grafis ini

biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain atau berbeda,

dibandingkan tulisan lainnya. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,

pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar,

termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau

table untuk mendukung arti penting suatu pesan.

Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, atau table

untuk mendukung gagasan, serta pemakaian angka-angka yang diantaranya

digunakan untuk mensugestikan kebenaran dan ketelitian.

Pada teks syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” tidak ditemukan

adanya grafis semua tulisan teks berukuran sama tidak ada yang berbeda dari

tulisan lain di dalam teks tersebut.

75

2) Metafora

Metafora adalah kiasan atau ungkapan yang dapat dijadikan sebagai

landasan berfikir alasan pembenar atau pendapat kepada publik. Metafora

yang terdapat pada syair puisi begitu engkau bersujud yaitu:

1. “Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”

Pada hakikatnya dimanapun tempat yang orang-orang pergunakan untuk

bersujud akan menjadi “masjid” (tempat sujud). Ilustrasi “terbangunlah ruang

yang kau tempati menjadi sebuah masjid” ini hanya penggambaran kepada

suatu yang tidak tampak yang masih bersifat abstrak seperti “tempat sujud”

menjadi terasa nyata yaitu kata “masjid”. Dari ilustrasi ini maka diperoleh

keterangan bahwa, setiap kali seseorang bersujud maka setiap itulah

membangun kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Bisa juga mengandung

arti pahala dari satu kali sujud itu sebanding dengan nilai pahala ketika

seseorang bersedekah membangun masjid. Masjid itulah yang nantinya akan

menjadi aset pahala.

2. “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid”

“Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid

telah kau bengun selama hidupmu?”

Dari Gambaran yang Emha sampaikan jika seseorang mau menyempatkan

sekali saja, untuk bersujud maka itu sama saja dengan membangun satu buah

masjid. Bayangkan jika berkali-kali melakukan sujud, berapa banyak rumah

Allah yang dibangun.

76

3. “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

meninggi, menembus langit, memasuki

alam makrifat.”

Tak terhitung jumlahnya, sampai-sampai mendekati kepada kursi Allah.

Memasuki alam makrifat berupa menjadi kekasih Allah. Seperti yang

digambarkan pada bait pertama baris terakhir sajak ini “memasuki alam

makrifat”. Dalam konsep maqam Islam, istilah makrifat berada satu tingkat

dalam ilmu tarikat berposisi tingkatannya diatas syariat. Dengan kata lain, dia

mengetahui apa yang orang lain tidak mengetahuinya atau tidak menyadarinya.

Dalam tingkatan ini, orang akan mencondongkan segala jiwa, hatinya, fikirnya,

kepada dzatullah.

4. “Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada

ridha Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan”

Metafora “sajadah kemuliaan” mengiaskan jalan menuju Allah SWT. Ini

akan menjadi petunjuk jika seseorang mau bersedekah, membagi harta kepada

sesama dengan mengharap ridho Allah SWT. ”Harta” disini meliputi kekayaan

yang berbentuk harta dan ilmu. Karena sesungguhnya “terdapat harta orang

fakir dalam kekayaan yang kita miliki” dan dalam hal ilmu, Emha mengajak

pembaca membagi ilmu kepada orang lain. Ini sejalan dengan hadist Nabi

“Barang siapa yang menyembunyikan ilmu, maka pada hari kiamat, akan

dibelenggu tagannya dengan api neraka”.

5. “Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan

ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang”

“Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk

77

cinta kasih ke-Allah SWT-an, lahir menjadi kumandang suara

adzan.”

Emha menggambarkan dari simbol “setiap butir beras” yang diberikan

kepada orang yang membutuhkan “piring ke-ilahi-an” imbalan atau pahala

sebesar orang yang bersembahyang. Begitu juga dengan symbol “air”

kebaikan-kebaikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain akan mengajak

orang lain kepada kebaikan seperti hal nya “lahir menjadi kumandang adzan”.

6. “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid”

“Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah,

engkaulah kiblat”

“Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang

didengar Allah, engkaulah tilawah suci”

“Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai

Allah, engkaulah ayatollah”

Dari untaian bait diatas, Emha menuturkan jika seseorang mau

menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk Allah. Maka itu sama artinya

kita telah melebur dengan Allah. Menjalankan semua yang diperintahkan/yang

disukai Allah dan menjauhi segala larangan Allah/ yang dibenci Allah.

Istilahnya adalah bertaqwa kepada Allah. Dengan taqwa maka seseorang akan

mencapai apa yang digambarkan Emha melalui bait sajak diatas.

7. “Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,

karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu

bersujud, duka deritamu bersujud

menjadilah engkau masjid”

78

Bait terakhir dalam sajak ini merupakan kesimpulan dari ide bait-bait

sebelumnya tentang bagaimana berprilaku kepada Allah. Dalam bait ini

digambarkan bahwa “menjadilah Engkau masjid”.

3) Ekspresi

Elemen ekspresi merupakan bagian untuk meriksa apa yang ditekankan

atau ditonjolkan oleh seseorang yang diamati dari teks, contohnya ekspresi

senang, sedih, marah, kesal, kecewa, tertawa, tersenyum dan gembira.

Tabel 4.6

Hal Yang Diamati Temuan Data

Retoris

Bagamana cara pengarang

menyampaikan pesan melalui

penekanan pada kalimat yang di

perkuat oleh kiasan, ungkapan

sehari-hari.

Dalam hal ini, pengarang sengaja memberikan

beberapa kiasan pada syair puisi tersebut,

seperti metafora yang dapat dijadikan sebagai

landasan berfikir pada masyarakat pembaca.

B. Kognisi Sosial

Analisis konteks sosial adalah kognisi sosial merupakan kesadaran mental

penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan kognitif didasarkan pada

asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi pemaknaan itu diberikan

kepada pemakai bahasa sehingga disini diperlukan sebuah analisa guna mengetahui

bagaimana representasi penulis dalam memproduksi sebuah teks. Kognisi sosial

didasarkan pada anggapan umum yang tertanam akan digunakan untuk

memandang peristiwa

Pada puisi “Begitu Engkau Bersujud” yang di ciptakan Emha Ainun Nadjib

dijadikan sebagai wadah, untuk menyampaikan sebuah pesan dan juga nasihat

79

kepada masyarakat luas, untuk selalu bersujud kepada Allah SWT agar semua yang

dilakukan didunia ini tidak melenceng atau keluar jalur dari arah yang sudah

ditentukan Allah SWT, Sujud itu umum dilakukan. Dalam Islam, sujud dapat

dilakukan dimana saja dan kapan saja. Sujud adalah lambang “kerendahan qalbu”.

Sujud adalah indikasi “tawadhu”. Tawadhu inilah yang sangat disukai oleh Allah.

Allah berfirman dalam ayatnya: “Fasjud waqtarib”, maka hendaklah kamu

bersujud dan mendekatkan diri (kepada-Nya)

Sujud itu merupakan bukti ibadah yang ikhlas untuk Allah SWT. Karena

jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Itulah yang diinginkan

Allah SWT dari orang-orang yang beriman. Bahkan secara khusus Allah SWT

menyuruh Maryam al-batul untuk sujud kepada-Nya (QS. Ali Imron(3): 43).

Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang

yang ruku' shalatlah dengan berjama'ah.

Sujud itu memuji dan mengagungkan Allah SWT, dengan sangat „„mesra”

Allah meminta hal itu dari kekasihnya, habibullah Muhammad SAW.

”maka bertasbihlah dengan memuji Allah SWTmu dan jadilah kamu di

antara orang-orang yang bersujud” (QS. Al-Hijr (15): 98).

Sebenarnya sujud adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan umat. Karena

kesempurnaan seorang hamba terletak pada sujudnya. Kenikmatan itu sudah

80

dirasakan oleh nabi muhammad SAW. Makanya beliau menganjurkan kepada

umatnya, “Hendaklah engkau memperbanyak sujud. Karena tidaklah engkau sujud

satu kali untuk Allah, melainkan diangkat derajatmu satu tingkat, dan dihapuskan

satu kesalahanmu.” (HR. Muslim). Nabi Muhammad SAW, menganjurkan bahwa

kemuliaan dapat diraih lewat ketundukan jiwa, ketawadhu‟an qalbu, yakni

“sujud”.

Sujud merupakan suatu jembatan antara manusia dengan Allah SWT, melalui

sujud rasa lebih dekat kepada Allah SWT itu tercipta, maka dari itu disaat bersujud

berpasrah diri, semua yang bersujud dianjurkan berdoa dalam sujud itu. Sujud juga

merupakan rasa syukur terhadap sang pencipta yang sudah memberikan beribu-

ribu nikmat yang tidak ternilai harganya, dengan bersujud itu berarti telah

mensyukuri dan berterimakasih kepada Allah SWT.5 Sesuai dengan hadist yang

diriwayatkan oleh abu hurairah rhadiyallahu anhu bahwa rasulallah shallallahu

alaihi wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba dari rabbnya

adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).”

Berdasarkan hasil temuan peneliti syair puisi yang diciptakan Emha Ainun

Nadjib bertemakan keyakinan kepada Allah SWT, syair tersebut diartikan sebagai

pembangun sebuah wacana untuk menginformasikan pengetahuan tentang sujud

kepada Allah SWT disemua lapisan masyarakat, dan tentunya hal tersebut tidak

terlepas dari pola pikir Emha Ainun Nadjib, yang selalu mengikuti firman-firman

Allah SWT dan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW, untuk mengajak semua

manusia agar selalu bersujud kepada Allah SWT setulus hati.

Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT begitu banyak, terkadang dalam

kehidupan nyata nikmat tersebut sangat mudah diabaikan dan dilupakan begitu

5Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014

81

saja, sehingga terkesan bahwa manusia sekarang tidak mau berterimakasih kepada

sang pencipta, maka dari itu dengan adanya puisi ini, Emha Ainun Nadjib mencoba

mengingatkan masyarakat, untuk selalu bersyukur dan berterimakasih atas apa

yang sudah Allah SWT berikan terhadap hambaNya, baik itu kebahagiaan ataupun

cobaan sekalipun.6

Memang begitu banyak hambatan-hambatan untuk mengingatkan manusia

ataupun masyarakat dalam hal bersujud melalui puisi, tapi dengan upaya yang

diridhai Allah SWT, pesan yang ingin Emha Ainun Nadjib sampaikan sudah semua

tertuang dalam setiap kata-kata pada syair puisi ini dan semoga puisi ini membawa

banyak manfaat bagi para pembacanya.

C. Konteks Sosial

Analisis konteks sosial dimaksudkan untuk melihat konteks atau latar

belakang terbentuknya teks tersebut. Jadi ini berkaitan pula dengan keadaan

situasional yang terjadi pada tulisan atau sebuah teks dibuat.

Salah satu karya Emha Ainun Nadjib yaitu “Begitu Engkau Bersujud” yang

mengungkapkan tema tentang “Keyakinan kepada Allah SWT”. Hal ini dapat

dirasakan dari beberapa bukti. Pertama, Kalau engkau bawa badanmu bersujud,

engkaulah masjid. Dari sepenggal puisi tersebut, penyair seolah-olah ingin

merangkul masyarakat dengan tujuan bersujud/beribadah kepada Allah SWT.

Kedua, Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Allah SWT,

menjelma jadi sajadah kemuliaan. Penyair mengajak masyarakat untuk berbuat

baik pada sesama yaitu dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah

diberikan oleh Allah SWT.

6 Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014

82

Sebuah puisi pasti mempunyai amanat yang terkandung didalamnya.

Gambaran amanat dari puisi ini adalah, pertama, Kalau engkau bawa badanmu

bersujud, engkaulah masjid. Penyair mengungkapkan jika seseorang bersujud maka

orang tersebut akan suci seperti masjid. Kedua, Tak terbilang jumlahnya, menara

masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat, penyair mengajak

pembaca untuk terus menerus bersujud/beribadah kepada Allah SWT sampai ajal

menjemput.

Banyak masyarakat yang sering melakukan hal yang dilarang oleh agama

Islam, misalkan masih banyak masyarakat yang datang jauh-jauh ke gunung atau

goa untuk meminta pertolongan kepada jin atau dukun, datang ke laut untuk

memuja, memuja yang mereka anggap dapat mengabulkan segala permintaan

didunia, sehingga semua itu dapat menyebabkan kegelapan jiwa dan menipisnya

kadar keimanan seseorang, bahkan banyak manusia atau masyarakat yang tidak

segan untuk mendatangi kuburan-kuburan, berharap agar petuah dari kuburan

tersebut bisa mengabulkan keinginan-keinginannya, semua itu akan celaka akan

sia-sia belaka, karena tidak ada yang mampu menyaingi kesempurnaan Allah

SWT.

Dari semua peristiwa itu jelas bahwa manusia ataupun masyarakat jaman

sekarang, masih banyak yang enggan bahkan tidak mau bersyukur kepada Allah

SWT, sehingga Allah murka dan kemurkaan Allah tersebut berimbas kepada

orang-orang yang berada disekitar, masyaallah betapa piciknya orang-orang yang

menduakan Allah SWT, mereka tidak memikirkan bagaimana perasaan orang-

orang yang baik yang terkena murka Allah karena perbuatan tercelanya itu,

sungguh sangat disayangkan pada saat seperti sekarang ini masih banyak orang-

orang yang seperti itu.

83

Sebagai umat muslim harus saling mengingatkan dalam hal-hal kebaikan,

entah bagaimanapun caranya sebisa mungkin mengajak masyarakat luas, untuk

selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan bersujud kepada-Nya dan menjauhi

semua larangan-larangan-Nya, begitupun juga Emha Ainun Nadjib menciptakan

puisi ini dengan tujuan mengajak, memberitahukan dan mengingatkan kepada

masyarakat luas untuk selalu beryukur kepada Allah SWT dan hanya bersujud

kepada Allah SWT. Dengan demikian kemudahan-kemudahan hidup di dunia

ataupun akhirat nanti akan di dapatkan.

Pada saat ini, permasalahaan yang timbul dalam kehidupan masyarakat

terkadang disikapi sebagai beban hidup yang sangat sulit untuk dipikul, bahkan

tidak jarang yang frustasi, yang merasa jenuh akan kehidupan dan cobaan yang

mereka hadapi sehari-hari yang begitu tidak memihak kepada mereka, yang pada

akhirnya menimbulkan perilaku yang menyimpang.

Dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” ini, ditemukan beberapa gejala-

gejala kehidupan sosial, gejala-gejala kehidupan sosial yang terjadi pada saat ini.

Seperti misalkan, sikap atau pengalaman seseorang dalam menghadapi cobaan,

kerinduan seorang hamba dan kecintaannya kepada Allah SWT begitu pun dengan

keyakinan seorang hamba terhadap Allah SWT, juga bagaimana menjadi pribadi

yang selalu bersyukur kepada Allah SWT.

Pesan yang ingin disampaikan adalah upaya peningkatan iman dan

pendekatan diri kepada Allah SWT. Sehingga tidak merasa jauh dari Allah SWT

dan dengan hal tersebut membuat perasaan selalu di awasi Allah SWT muncul dan

pada akhirnya selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Kemudian juga bagaimana menghadapi dan menyikapi hikmah dari setiap kejadian

84

yang terjadi dimasyarakat, karena pada dasarnya setiap kejadian apapun pasti ada

hikmahnya.

Seseorang manusia harus memiliki rasa keyakinan yang kuat, yakni yakin

terhadap keberadaan Allah SWT dan tidak berikir negatif. Harus selalu berusaha

tawakal dalam menghadapi problema hidup sehari-hari sebab disetiap kesulitan

pasti ada kemudahan.7

Dalam setiap menghadapi permasalahan harus ada dukungan dari sekitar,

dengan saling bahu-membahu setiap permasalahan akan terasa lebih mudah dan

selalu mengingatkan satu sama lain bahwa Allah SWT selalu bersama seseorang

yang menyembah-Nya.

Jadi intinya, dalam menghadapi problematika keyakinan diri dan dalam

mencapai keimanan yang baik, harus didasari niat yang tulus dan ikhlas, serta

bertawakal kepada Allah SWT. Selain itu juga harus ada faktor interen dari dalam

diri (kemauan) dan dari faktor eksternal dari lingkungan sekitar.

Tema dari puisi “Begitu Engkau Bersujud” dapat disimpukan berisi ajakan

penyair kepada masyarakat/pembaca untuk selalu di jalan-Nya yaitu dengan

beribadah, beramal shaleh dan bertaqwa kepada Allah SWT merupakan keyakinan

bahwa Allah itu ada, Allah Maha Besar, Allah Maha Pengasih, Allah Maha

Penyayang dan Allah Maha Adil serta bisa diambil kesimpulan pula bahwa amanat

yang terkandung dalam puisi “Begitu Engkau Bersujud” adalah selalu beribadah

kepada Allah SWT kapan pun dan dimana pun berada akan membawa kebahagian

dunia dan akhirat.

7 Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014

85

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan penelitian serta menganalisis berdasarkan data

yang penulis dapat dan juga berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

yang telah penulis uraikan tentang “ Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau

Bersujud” Karya Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam”.

Maka dapat di ambil kesimpulan yang mengarah pada suatu pencapaian dari

hasil penelitian mengenai struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Serta

bagaimana wacana dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial:

1. Pada teks syair puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib

ingin menyampaikan wacana informasi nasihat yang penting yaitu ingin

mengajak masyarakat untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT

dengan cara bersujud, serta berpasrah diri hanya kepada Allah SWT

memanjatkan doa-doa memohon pertolongan-Nya. Dan puisi ini juga

memberitahukan kepada masyarakat bahwa Allah SWT tidak akan

mempersulit hamba-hambanya yang ingin bersujud memohon ampunan

kepada-Nya, sekaligus menerangkan bahwa Allah SWT sangat

menyayangi hamba-hambanya, yang yakin bahwa Allah SWT maha

segala-galanya.

Bait pertama mengungkapkan bahwa begitu kita bersujud, yang

dimaksud bersujud di sini adalah shalat, maka kita telah mendirikan

sebuah masjid. Jadi jika kita berkali-kali melakukan shalat berarti sudah

86

berapa banyak kita mendirikan masjid? Tentu sangat banyak dan tak

terbilang jumlahnya. Sehingga kita mencapai alam makrifat. Jika kita telah

mencapai alam makrifat berarti kita telah menjadi kekasih Allah SWT.

Bait ke dua Tidak hanya dalam masjid saja kita melakukan

shalat, akan tetapi di manapun kita melakukan shalat berarti tempat yang

kita gunakan untuk shalat seketika menjadi sebuah masjid. Pada bait ke

dua ini pengarang mengajak kita untuk menyalurkan harta kita kepada

orang yang membutuhkan. Karena sesungguhnya sebagian dari harta kita

merupkan harta hak mereka.

Jika kita mau menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk

Allah maka, itu sama artinya kita telah melebur dengan Allah.

Menjalankan semua yang diperintahkan/ yang disukai Allah dan menjauhi

segala larangan Allah/ yang dibenci Allah. Istilahnya adalah bertaqwa

kepada Allah. Dengan taqwa maka kita akan mencapai apa yang

digambarkan Emha melalui bait ke tiga. Bait terakhir sebenarnya hanya

kesimpulan bait-bait sebelumnya yaitu bagaimana seharusnya sikap kita

terhadap Allah SWT.

Imajinasi kita ketika membaca dan menikmati sajak “Begitu

Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Najib mampu membawa kita

menuju ke sebuah bayangan ketika kita melakukan ibadah yaitu

sembahyang (shalat). Dengan sembahyang tersebut kita melakukannya

salah satu rukunnya yaitu bersujud.

Simbol kata “sujud” menurut KBBI berarti berlutut serta

meletakkan dahi ke lantai (missal ketika shalat. secara harfiah kata “sujud”

berarti kita merendahkan kepala kita sampai menyentuh tanah. Selanjutnya

87

symbol “kepala” pada tubuh kita merupakan bagian yang terhormat dan

sangat terjaga. Maka dengan bersujud berarti kita benar-benar meletakkan

keakuan dan harga diri kita di depan sang pencipta. Dengan begitu kita

meninggikan derajad Allah SWT. Yang memang Maha tinggi. Pada puisi

Ainun Najib ini sujud dihubungkan dengan masjid,seperti pada kutipan

berikut ini.

Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang

yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid

Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa sesungguhnya tidak

hanya masjid yang sesungguhnya (tempat ibadah orang islam) disebut

sebagai masjid namun setiap tempat yang digunakan untuk bersujud oleh

orang islam dinamakan sebagai “masjid”. terbangunlah ruang yang kau

tempati itu menjadi sebuah masjid, menggambarkan suatu yang abstrak

pada awalnya namun menjadi jelas ketika tempat sujud di perjelas dengan

kata masjid. Setiap kali kita bersujud maka kita membangunn kebaikan

untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Masjid nantinya akan

menjadi sumber untuk kita mendapatkan pahala sekaligus tempat untuk

berteduh dan untuk berlindung.

Setiap kali engkau bersujud, setiap kali

pula telah engkau dirikan masjid

Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid

telah kau bengun selama hidupmu?

Maksudnya jika kita menyempatkan sekali saja bersujud kepada

Allah SWT. Maka sama saja kita telah membangun sebuah rumah Allah.

Maka dapat dibayangkan jika kita melakukan berkali-kali betapa banyak

88

masjid yang telah kita bangun. Masjid yang dapat meneduhkan rumah kita

sekaligus pahala kita yang berlipat ganda.

Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu

meninggi, menembus langit, memasuki

alam makrifat

Memasuki alam makrifat adalah symbol bahwa memasuki alam

yang berarti menjadi kekasih Allah SWT. Dia mengetahui apa yang tidak

diketahui orang lain dan menyadari apa yang orang lain tak menyadari.

Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada

ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan

Symbol “harta” meliputi kekayaan dan ilmu. Karena sesungguhnya

terdapat harta orang fakir dalam kekayaann yang kita miliki, dengan

demikian dalam puisi tersebut pengarang mengajak kita untuk membagi

harta yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan.

Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan

ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang

Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk

cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara

adzan

Symbol “setiap butir beras” yang diberikan kepada orang

membutuhkan, maka akan menjadi pahala sebesar satu rekaat orang yang

melakukan sembahyang shalat. Symbol “air” menandakan bahwa suatu

kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat yang dialirkan kepada orang lain

maka orang pun akan terbawa kepada kebaikan tersebut. seperti halnya

lahir menjadi kumandang adzan.

89

Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid

Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang

Allah, engkaulah kiblat

Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang

didengar Allah, engkaulah tilawah suci

Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai

Allah, engkaulah ayatullah

Dari untaian bait diatas, Ainun Najib menuturkan jika kita mau

menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk Allah maka, itu sama

artinya kita telah melebur dengan Allah. Menjalankan semua yang

diperintahkan/ yang disukai Allah dan menjauhi segala larangan Allah/

yang dibenci Allah. Istilahnya adalah bertaqwa kepada Allah. Dengan

taqwa maka kita akan mencapai apa yang digambarkan Emha melalui bait

sajak diatas.

Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,

karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi

dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud

menjadilah engkau masjid

Bait terakhir dalam sajak ini merupakan kesimpulan dari ide bait-

bait sebelumnya tentang bagaimana berprilaku kepada Allah. Dalam bait

ini digambarkan bahwa “menjadilah Engkau masjid”.

Dalam puisinya yang lain, seperti sajak “Seribu Masjid Satu

Jumlahnya” Emha pun mengatakan bahwa, jasad dan ruh manusia adalah

masjid. Mari cermati penggalan sajak “Seribu Masjid Satu Jumlahnya”

berikut ini:

90

Masjid itu dua macamnya

Satu ruh, lainnya badan

Satu di atas tanah berdiri

Lainnya bersemayam di hati

Tak boleh hilang salah satunya

Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu

Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu

Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu

Sajak di atas semakin mengimplisitkan bahwa manusia yang di

dalamnya terdapat unsur ruh dan jasad, pada hakikatnya adalah sebuah

masjid. Maka disini kita menjadi masjid “menjadilah engkau masjid”

berarti jiwa dan raga kita dengan bersama-sama telah bersujud dan tunduk

kepada Allah SWT.

2. Dari segi kognisi syair puisi Begitu Engkau Bersujud ini, Emha Ainun

Nadjib menjadikan puisi sebagai wadah untuk menyampaikan sebuah pesan

dan juga nasihat kepada masyarakat luas untuk selalu bersujud kepada Allah

SWT agar semua yang kita lakukan didunia ini tidak melenceng atau keluar

jalur dari arah yang sudah ditentukan Allah, Sujud itu umum dilakukan, ia

tidak “khusus” ada dalam shalat. Sujud itu merupakan bukti ibadah yang

ikhlas untuk Allah. Karena jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah.

Itulah yang diinginkan Allah dari orang-orang yang beriman.

Adanya puisi ini Emha Ainun Nadjib mencoba mengingatkan kita

masyarakat untuk selalu bersyukur dan berterimakasih atas apa yang sudah

91

Allah berikan terhadap kita baik itu kebahagiaan ataupun cobaan sekalipun.

Memang begitu banyak hambatan-hambatan untuk mengingatkan manusia

ataupun masyarakat dalam hal bersujud. Tapi dengan upaya yang diridhai

Allah SWT, pesan yang ingin Emha Ainun Nadjib sampaikan sudah semua

tertuang dalam setiap kata-kata pada syair puisi ini dan semoga puisi ini

membawa banyak manfaat bagi para pembacanya.

3. Di lihat dari segi konteks sosial syair puisi Begitu Engkau Bersujud ini,

mengungkapkan tema tentang “Keyakinan kepada Allah SWT”. Hal ini dapat

kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, Kalau engkau bawa badanmu

bersujud, engkaulah masjid. Dari sepenggal puisi tersebut, penyair seolah-

olah ingin merangkul masyarakat dengan tujuan bersujud/beribadah kepada

Allah SWT. Kedua, Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha

Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan. Penyair mengajak masyarakat

untuk berbuat baik pada sesama yaitu dengan beramal serta selalu

mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebuah puisi pasti

mempunyai amanat yang terkandung didalamnya.

Gambaran amanat dari puisi ini adalah, pertama, Kalau engkau bawa

badanmu bersujud, engkaulah masjid. Penyair mengungkapkan jika kita

bersujud maka kita akan suci seperti masjid. Dari kesucian ini kita bisa

bahagia. Kedua, Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi,

menembus langit, memasuki alam makrifat, penyair mengajak kita untuk

terus menerus bersujud/beribadah kepada Allah sampai ajal menemui.

92

B. SARAN

1. Kepada H. Emha Ainun Nadjib diharapkan agar terus menciptakan karya-

karya indah, yang di dalamnya terdapat pesan-pesan religius ataupun pesan

moral, yang bisa membuat mata hati para pembaca atau pendengar bisa

merasakan makna dari sebuah karya tersebut, sehingga dapat dituangkan

kedalam kehidupan sehari-hari, agar kehidupan tersebut bisa menjadi jauh

lebih baik lagi sesuai dengan perintah Allah SWT.

2. Kepada para pendengar ataupun pembaca, semoga puisi Begitu Engkau

Bersujud karya Emha Ainun Nadjib ini, bisa meresap kerelung-relung hati

yang terdalam dan bisa menjadikan diri pribadi kita menjadi satu sosok yang

jauh lebih baik dari sebelumnya dan apa yang menjadi arti dari puisi tersebut

bisa kita aplikasikan dengan benar di kehidupan sehari-hari.

93

DAFTAR PUSTAKA

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu, , (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya 1984).

Ainun Nadjib, Emha. Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan,

(Yogyakarta : SIPRESS Januari 1995).

Aminuddin. Pengantar Sastra dan Budaya, (Bandung : Bina Cipta 1969).

Bulaeng, Andi. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta:Andi,

Yogyakarta), 2004.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 2006).

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kualitatif dan

Kuantitatif. (Surabaya: AUP), 2001.

Data diakses pada 24 oktober 2014 dari www.Padhangmbulan.com

Djoko Pradopo, Rachmat. Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik, dan Penerapannya,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis

Printing Cemerlang), 2001.

Faisal, Sanipah. Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang), 1990.

Fanani, Zainuddin. Telaah Sastra, (Yogyakarta: Muhammadiyah University Press,

2000).

Hadi W.M, Abdul. Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik

dan Seni Rupa, (Yogyakarta: Matahari, 2004).

Hasil wawancara pribadi dengan Redaksi Caknun.com

J. Waluyo, Herman. Pengkajian Cerita Fiksi, (Solo: Universitas Sebelas Maret Press,

1994).

Leonard Betts, Ian. Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006).

Maududi, Abul A‟la. Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967).

94

Rosidi, Ajip. Ikhisar Sejarah Sastra Indonesia. (Bandung: Bina Cipta), 1969.

S. Effendi. Bimbingan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-Percetakan

Arnoldus, Cet.II 1974).

Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006.

Soedjarwo. Bunga-Bunga Puisi dan Taman Sastra Kita, (Yogyakarta: Duta Wacana

University Press., 1993).

Thusthi Eddy, Nyoman. Kamus Istilah Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Nusa Indah,

1991 ).

Tuchman dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, (bandung: Remaja Rosda Karya,

2004).

Waluyo, Herman J. Teori & Apresiasi Puisi, (Jakarta : Erlangga, t.th.).

Zuhdi, Masjfuk. Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993)

Hasil wawancara dengan redaksi caknun, bpk helmi mustopa, tanggal 22 desember

2014.

Di akses dari www.CakNun.com pada tanggal 24 oktober 2014

Di akses pada 21 oktober 2014 dari https://zbrownie.zahlaa /2013/01/08/aqidah-dan-

syariah-dalam-islam/ pada pukul 22:30 WIB.

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993)

h. 6.

Abul A‟la Maududi, Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967),

h. 1.

http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emha-ainun-nadjib/ di akses pada tanggal 24

oktober 2014.

http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24

oktober 2014.

http://plettonicskendha.blogspot.com/2010/10/biografi-noe.html di akses pada tanggal

25 oktober 2014.

http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-

di-jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.

https://moslemsunnah.com/2012/01/06/perbaiki-sujud-anda-karena-itulah-keadaan-

paling-dekat-dengan-allah/ Di akses pada tanggal 2 november 2014.

Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember

2014

TRANSKIP WAWANCARA

Wawancara 1

Judul Skripsi : Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha

Ainun Najib Dalam Menanamkan Ajran Islam

Nama Narasumber : Emha Ainun Nadjib

Tanggal Wawancara : 22 Desember 2014

Jenis wawancara : via email

Keterangan : T: Tanya

J: Jawab

A. Segi Teks

T: , apa si yang melatarbelakangi pengambilan tema begitu engkau bersujud ini?

J: yang melatarbelakangi terciptanya puisi ini sesungguhnya karena saya melihat

banyak masyarakat di luaran sana yang tak paham hakikat sujud dan masjid itu

menurut pribadi saya ya, ketika kita bersujud energi negatif yang ada dalam diri kita,

ditarik oleh energi bumi. Ini hakikat lain dari bersujud, . pelajaran seperti ini, memang

agak susah dicari dari para kiai atau ustaz yang hanya mengajari soal syariat dan tak

masuk ke ranah hakikat, maka dari itu terlintas dipikiran saya untuk membuat sebuah

karya dengan kata kunci sujud.

T: seinget cak nun, puisi ini dibuat dimana ya cak?

J: saya membuat puisi ini di Bantul Jogjakarta bersama kyai kanjeng

T: apa cak, masih sering membacakan puisi ini kalau lagi mengisi acara?

J: terkadang kalau saya memberikan nasihat kepada penonton dengan tema yang

mirip-mirip saya suka membaca puisi ini, hanya sekedar untuk mengingatkan kepada

penonton bahwasannya puisi juga bisa dijadikan alat untuk berdakwah.

T: kalau membicarakan soal aspek, aspek apa saja si cak yang dipertimbangankan

waktu pembuatan puisi ini?

J: owalah ya jelas banyak, bahkan sangat banyak yang harus dipertimbangkan untuk

pembuatan puisi ini, dari mulai pemilihan kata sampai koherensi kalimat yang harus

tepat agar tidak ada mis antara kata yang satu dengan kata selanjutnya, keadaan

sekitar juga menjadi aspek yang mempengaruhi sangat mempengaruhi, keadaan jiwa

juga sangat besar pengaruhnya begitu pula fenomena-fenomena yang muncul di

masyarakat.

B. Segi Kognisi Sosial

T: kalau pandangan cak sendiri tentang puisi begitu engkau bersujud ini itu

bagaimana ya cak?

J: kalau menurut pandangan saya puisi begitu engkau bersujud ini adalah sebuah

perwujudan dari apa yang seharusnya dilakukan oleh umat muslim agar meraka tetap

berada sesuai alur yang sudah ditentukan. Informasi-informasi bahkan ajakan yang

terselip didalam puisi ini merupakan hal yang seharusnya dilakukan umat muslim

sejak ia dini.

Sujud itu merupakan bukti ibadah yang ikhlas untuk Allah SWT. Karena jiwa dan

raganya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Itulah yang diinginkan Allah SWT dari

orang-orang yang beriman

Sujud juga merupakan suatu jembatan antara manusia dengan Allah SWT, melalui

sujud rasa lebih dekat kepada Allah SWT itu tercipta, maka dari itu disaat bersujud

berpasrah diri, semua yang bersujud dianjurkan berdoa dalam sujud itu. Sujud juga

merupakan rasa syukur terhadap sang pencipta yang sudah memberikan beribu-ribu

nikmat yang tidak ternilai harganya, dengan bersujud itu berarti telah mensyukuri dan

berterimakasih kepada Allah SWT.

T: saat cak menulis puisi ini apa saja si cak yang menjadi hambatan-hambatan?

J: didalam menciptakan sebuah puisi, untuk sampai kehati masyarakat. Pertama dia

harus enak di dengar, kedua maknanya harus bisa benar-benar menyentuh dan

memotivasi, untuk bisa menyentuh dan memotivasi para pendengar ataupun pembaca

maka antara teks atau lirik dan gaya bahasa itu harus kawin, harus benar-benar

menyatu. Sehingga lirik atau syair itu memiliki daya sentuh yang kuat untuk

masyarakat, yang jadi permasalahan bukan hanya yang tua saja atau yang muda saja

yang bisa membaca puisi ini, tetapi seluruh lapisan bisa dan boleh membaca puisi ini

sehingga pemilihan gaya bahasa harus benar-benar di sama ratakan di pilah dan di

pilih agar sesuai dengan apa yang ingin disampaikan puisi ini.

T: karena adanya hambatan-hambatan tersebut berapa lama cak sendiri

menyelesaikan puisi ini?

J: saya tidak ingat dengan pasti, proses penciptaan puisi itu relative ada yang sejam,

ada yang sehari, ada yang seminggu bahkan ada yang setahun, semua itu tergantung

mood, tergantung situasi dan kondisi, jadi saya lupa berapa tepatnya puisi ini selesai,

seingat saya pada saat pembuatan isi atau pertengahan puisi itu sempat terhenti karena

saya musti menyelesaikan karya saya yang sebelumnya.

T: apa si harapan cak sendiri terhadap puisi ini baik terhadap diri cak sendiri maupun

masyarakat?

J: harapan saya ya semoga saya bisa terus menjalankan apa yang sudah saya

tuangkan dalam karya ini, tidak hanya menbuat to saja sudah tetapi tetap melanjutkan

syariat-syariat yang tertuang pada puisi ini, kalau untuk masyarakat harapan saya

masyarakat tidak hanya menilai sebuah karya tetapi juga mengambil sebuah hikmah

dibalik karya tersebut agar ada manfaat yang bisa dipetik dan di bagikan ke orang

lain.

C. Segi Konteks Sosial

T: menurut cak bagaimana tanggapan masyarakat terhadap puisi ini?

J: tanggapan masyarakat cukup meyakinkan saya bahwa perlu ada lagi puisi-puisi

semacam ini, sekitar 15 tahun belakangan ini cukup banyak masyarakat ataupun

pelajar yang mencoba bertanya kepada saya mengenai puisi ini, itu artinya puisi ini

cukup menarik bagi masyarakat, walaupun saya akui puisi ini tidak sesempurna puisi

karya-karya seniman lainnya.

T: ada kah pengalaman menarik mengenai puisi ini cak yang orang lain belum tahu?

J: sebenarnya tidak terbesit sedikitpun niat untuk membuat puisi ini, pada awalnya

saya sedang bertakarub, dalam keadaan yang cukup lelah karena habis ada kegiatan

sampai jam 3 pagi di Bantul, sesaat setelah saya tahajjud saya teringat anak muda

yang bercerita bahwa ia seorang pemabuk dan penjudi tetapi suatu saat ia melihat

ibunya yang meninggal dalam keadaan sujud, sejak saat itu ia merubah dirinya kearah

yang lebih baik, dengan adanya cerita tersebut terlintas tentang penghambaan seorang

hamba terhadap tuhannya, lalu dengan begitu saja mengalir sedikit demi sedikit kata

yang akhirnya saya jadikan puisi.

Jakarta, 22 Desember 2014

Pewawancara Narasumber

(Andi Riski) (H. Emha Ainun Nadjib)

Redaksi CakNun.com

(Bpk Helmi Mustofa)

%We

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

Website: w

NomorLampiranHal

Jl Ir H. JuandaNo 95 Ciputat l54l2Indonesia

: Un.01/FS/PP.00.9/: 1(satu) Berkas Sk: Ujian Skripsi

Kepada Yth. :

1. Drs. Jumroni, M.Si2. Fita Fathurokhmah, M.Si3. Umi Musyarrofah, MA4. Ade Masturi, MA5. Dr. Hj. Roudhonah, MAdiJakarta

Assal am u' ala i ku m Wr. Wb.

Dekan Fakultas llmu Dakwah danJakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai TimDakwah dan llmu Komunikasi,

Telepon/Fax '. (021)7432728 / 74'103580E-mail :

Jakarta April 2015

Ketua/PengujiSekretarisPengujiPengujlPembimbing

llmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahPenguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu

NamaTempat Tanggal lahirNIMJurusanJudul Skripsi

Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :

Hari/TanggalWaktuTempat

Andi RiskiTangerang, 24 Oklober 19921110051000142Komunikasi dan Penyiaran lslam (KPl)Analisis Wacana Syair Puisi "Begitu Engkau Bersujud"

Karya Emha Ainun Najib dalam Menanamkan Ajaran lslam.

: Kamis, 16 April2015: Pk. 09.00 s.d. 10.00 WIB: Ruang Munaqasah (Lantai 78)

Untuk menunjang kelancaran.ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskahskripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya.

Demikian penunjukan ini di sampaikan. Atas perhatian Bapak/lbu, kami ucapkanterima kasih

Wassalam,

an. Dekan,Wakil Dekan Bidang Akademik

Tembusan1. Dekan2. Kasubbag. UmumFakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi

Ajkd/Mr

Ph.D199803 I 004

Telepon/Fax : (02 l) 7 432728 / 747035 80

Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2Indonesia website: wuu ldkrriniakarta.ac.id, E-nrail :dakrvahii4llk.uinirkrrta.ac.id

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

$ nor+NomorLampiranHal

Un.01/F5/PP.00.9 Jakarta. November 2014

Izin Penelitian (Skripsi)

Kepada Yth,Emha Ainun Najibdi

Tempat

As s alamu' al aikum Wr. Wb.

Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa :

NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan"/KonsentrasiAlamat

Telp.

Tembusan :

1. Wakil Dekan Bidang Akadernik2. Ketua Jurusan/Prodi. Komunikasi dan Penviaran Islam

Andi Riski1i10051000142Tangerang, 24 Oktober 1991

IX (Sembilan)Komunikasi dan Penyiaran IslamJl. H. Poleng RT 002/01 Jurang Mangu Barat Pd.Aren tangsel08919970842

adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UINSyarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitiarVmencari data dalamrangka penulisan skripsi.

Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapatmenerima./mengizinkan mahasiswa kan-ri tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.

Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.

Was s a lamu' al a ikum Wr. Wb.

lrief Subhan, MA.a196601 t0 199303 1r004

KEMENTE,RIAN ACAMAUNIVITRSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF I{IDAYATIJLLAH JAKAIITA

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

Telp. : (62-021) 7432128 / 74703-580

at 15412 lndonesia Website-:w\vw...... Ernail. . .,..

SLJRAT I(E,TERANGANNornor : LIn. 01/F 5. 1/l(M 0lJl/lDDll 5't

Dekar.r Fakr-rltas Dakwah dan lln'rr-r Komunikasi UIN Syarif HidayatLrllah Jakarta

dengan ini nreneratrgkatr bahr.l'a.

: Andi Riski

: 1 1 10051000142

: I(omunil<asi dan Penyiarran Islam

adalal-r mahasiswa/i yang telah mernenuhi scnrua persy'aratan adrninistrasi untuk mengikr.rti

r.rjiar-r sltripsi dan yang bersangkutan dapat n'ienga.jLtl<an permohonan bebas SPP. SLtrat

Keterangan Bebas SPP ini han1,a berlakr-r pada Semester Genap TahLtn Akadernik 201412015.

Demikian surat keteraltgan ini harni buat agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinva.

.Takarta. 7 April 2015

a.n. DekanKa Tata Usaha.

Dra.NIP.

Mah ah Tasyrifatunl 9600 r e8701 2 00r

Tembusan :

Dekan Fakr-rltas Ih-rru Dakwah dan llntu Komr-rnikasi

I

Nama

NIM

.lurusan / Konsentrasi