ANDI MUH. ARIF RAHMAN D111 14 024 DEPARTEMEN...
Transcript of ANDI MUH. ARIF RAHMAN D111 14 024 DEPARTEMEN...
TUGAS AKHIR
STUDI VOLUME OVERTOPPING PADA PEMECAH GELOMBANG
KEMIRINGAN GANDA (30° DAN 60°)
OLEH :
ANDI MUH. ARIF RAHMAN
D111 14 024
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
i
TUGAS AKHIR
STUDI VOLUME OVERTOPPING PADA PEMECAH GELOMBANG
KEMIRINGAN GANDA (30° DAN 60°)
OLEH :
ANDI MUH. ARIF RAHMAN
D111 14 024
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
ii
iii
1)Andi Muh. Arif Rahman 2)Muhammad Arsyad Thaha, 3)Rita Tahir Lopa
Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Abstract
Sea waves, besides inflict damage to the shore, also have energy that can be
developed as power plant. This research examines the ability of the sloping wall of
a breakwater building to capture wave energy through an overtopping mechanism.
In this research, used a building with a double slope which is 30° at the base and
60° at the top section. This research purpose is to determine parameters that affect
overtopping volume in period variation : (T) 1.1 seconds to 1.5 seconds and at depth
variation (d) 25 cm, 27.5 cm and 30.0 cm. The research was conduct in wave flume
with variations of wave height (H) is 4 to 6 cm. The results showed that overtopping
volume that will determine the amount of electrical power produced is significantly
affected by wave steepness (Hi / L) and freeboard height (Fb) and wave period (T).
Overtopping volume increases with the smaller freeboard and increasing in wave
steepness (Hi / L). Keywords: Seawaves , Breakwater, Double Slope, Freeboard,
Overtopping Volume
Abstrak
Gelombang laut selain memberikan dampak kerusakan pada pantai, gelombang juga
memiliki energi yang bisa dikembangkan menjadi pembangkit listrik. Penelitian ini
mengkaji kemampuan dinding miring bangunan pelindung pantai untuk menangkap
energi gelombang melalui mekanisme overtopping. Pada penelitian ini di gunakan
bangunan dengan kemiringan ganda yaitu 30° pada bagian dasar dan 60° pada
bagian atas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter yang
mempengaruhi volume overtopping pada variasi periode (T) 1,1 detik s.d. 1,5 detik
dan pada variasi kedalaman (d) 25 cm s.d. 30,0 cm. Pengujian dilakukan pada wave
flume dengan variasi tinggi gelombang (H) yaitu 4 s.d. 6 cm. Hasil penelitian
menunjukkan volume overtopping yang akan menentukan besarnya daya listrik
yang dihasilkan cukup signifikan dipengaruhi oleh kecuraman gelombang (Hi/L)
dan tinggi freeboard (Fb) serta periode gelombang (T). Volume overtopping
meningkat dengan semakin kecilnya freeboard dan membesarnya nilai kecuraman
gelombang (Hi/L).
Kata Kunci : Gelombang Pantai, Breakwater, Kemiringan Ganda, Freeboard,
Volume Overtopping
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan yang telah dilakukan selama penyusunan laporan tugas
akhir ini, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis menyadari
bahwa selama penyusunan laporan tugas akhir ini tidak jauh dari segala hambatan
dan rintangan. Namun hal tersebut dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1 Bapak Dr. Ir. H. Muhammad Arsyad Thaha, MT. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin.
2 Bapak Ir. H. Achmad Bakri Muhiddin, MSc, Ph.D. selaku Sekretaris Jurusan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3 Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, MT. sebagai Dosen Pembimbing
I dalam penyusunan tugas akhir ini.
4 Ibu Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, MT. sebagai Kepala Laboratorium
Hidrolika dan Dosen Pembimbing II dalam penyusunan tugas akhir ini.
5 Bapak-Ibu staff dosen dan administrasi pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
6 Kanda Ildha Dwi Puspita ST. MT. yang menjadi rekan dalam penelitian ini.
7 Pak Ahmad Yani selaku Laboran di Laboratorium Hidraulika Jurusan Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
8 Terkhusus penulis persembahkan rasa sujud dan terima kasih kepada kedua
orang tua Ayahanda Andi Bahri. dan Ibunda Nurpanca atas doa, kasih
sayang dan segala dukungan selama ini serta selalu memberi dukungan
secara moril maupun materil serta doanya demi kesuksesan penulis.
9 Kepada adik Uji, Dilla, Afifah atas doa dan bantuannya kepada penulis.
v
10 Spesial untuk kak Hasbullah, kak Bahrul, kak Cica, selaku kakak sepupu
yang selalu memberi dukungan dan bantuan secara moril maupun materil
selama masa studi penulis.
11 Terspesial rekan sesama Asisten Hidrolika Departemen Sipil, Nabilah dan
Wahid yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan bantuan
baik secara moril maupun materil dalam kelancaran penulis selama masa
penyusunan Tugas Akhir.
12 Rekan Konsentrasi Keairan, Sri, Nabilah, Anjaz, Abi, Dadang, Eka,
Ocang, Richard, Arafat, Fadel, Wiry yang membantu selama melakukan
penelitian di Laboratorium.
13 Saudara Sipil 2014, terutama Alvin, Ikki, Arif S, Iccang S, Arif R, Rifdah,
Fenty, Renald, Fuah, Utta, Iqra, Diana, dan teman-teman Rantau
Kampung.
14 Serta seluruh pihak lain yang turut membantu penyusunan tugas akhir ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, dengan bantuan dan doa
kalian akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini, tidak luput dari
segala kesalahan dan kekurangan sehingga tidak menutup kemngkinan dalam tugas
akhir ini terdapat kekeliruan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis akan
menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun. Tiada imbalan yang
dapat diberikan penulis selain do’a kepada Allah SWT, yang melimpahkan karunia
Nya kepada kita semua, Aaamiin. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia
Teknik Sipil dan bagi kita semua.
Gowa, April 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL.................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
BAB I ...................................................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
I.2 Rumusan dan Batasan Masalah.......................................................................... 3
I.2.1 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
I.2.2 Batasan Masalah ............................................................................................ 3
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
I.3.1 Maksud Penelitian .......................................................................................... 4
I.3.2 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
I.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
I.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 6
II.1 Pemecah Gelombang (Breakwater).................................................................... 6
II.2 Teori Dasar Gelombang ...................................................................................... 9
II.3 Klasifikasi Teori Gelombang ............................................................................. 10
II.4 Parameter Gelombang ..................................................................................... 11
II.5 Teori Redaman Gelombang .............................................................................. 13
II.6 Gelombang Berdiri Parsial ................................................................................ 14
II.8 Overtopping ..................................................................................................... 17
II.9 Kemiringan Lereng ........................................................................................... 18
II.10 Hukum Dasar Model ......................................................................................... 19
II.10.1 Sebangun Geometrik ................................................................................ 19
II.10.2 Sebangun Kinematik ................................................................................. 20
II.10.3 Sebangun Dinamik .................................................................................... 20
vii
BAB III.................................................................................................................. 22
III.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 22
III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 22
III.3 Pra penelitian ................................................................................................... 22
III.3.1 Kalibrasi Alat ............................................................................................. 22
III.3.2 Saluran gelombang (Wave Flume) ............................................................ 23
III.4 Karateristik gelombang .................................................................................... 25
III.5 Sumber Data..................................................................................................... 26
III.6 Alat dan Bahan ................................................................................................. 26
III.7 Parameter Yang Diteliti .................................................................................... 28
III.8 Prosedur dan Rancangan Penelitian ................................................................. 29
III.8.1 Prosedur ................................................................................................... 29
III.8.2 Perancangan Penelitian ............................................................................ 31
III.9 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 35
III.10 Pengambilan Data Tinggi Air Pada Reservoir .................................................... 36
BAB IV ................................................................................................................. 37
IV.1 Hasil Penelitian ................................................................................................. 37
IV.1.1 Data Tinggi Gelombang ............................................................................ 37
IV.1.2 Hubungan Periode Gelombang (T) dengan Volume Limpasan (V) ............ 39
IV.1.3 Hubungan Tinggi Gelombang Datang (Hi) dengan Volume Limpasan (V) . 41
IV.1.4 Hubungan Tinggi Freeboard (Fb) dengan Volume Limpasan (V) .............. 42
IV.1.5 Hubungan Kecuraman Gelombang (Hi/L) dengan Volume Limpasan (V) . 43
IV.1.6 Hubungan Tinggi Freeboard dan Gelombang Datang (Fb/Hi) dengan Debit
Limpasan (Q) ............................................................................................................ 47
IV.1.7 Hubungan Freeboard dan Panjang Gelombang (Fb/L) dengan Koefisien
Refleksi (Kr) .............................................................................................................. 50
IV.1.8 Hubungan Freeboard dan Panjang Gelombang (Fb/L) dengan Koefisien
Dissipasi (Kd) ............................................................................................................ 50
IV.1.9 Hubungan Volume Limpasan dan V0 (V/V0) dengan (d.Hi) dan (Fb.L) . 51
IV.2 Volume Overtopping Gelombang Pada Tiap Variasi ......................................... 52
IV.3 Dokumentasi Selama Proses Penelitian ........................................................... 55
BAB V ................................................................................................................... 57
V.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 57
viii
V.2 Saran ................................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Ketiga Tipe Pemecah
Gelombang ........................................................................ 7
Tabel 2.2 Batasan Gelombang Air Dangkal, Air Transisi, dan
Air Dalam .......................................................................... 10
Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Proses
Penelitian ........................................................................... 27
Tabel 3.2 Nilai Variasi Parameter Model .......................................... 32
Tabel 3.3 Nilai Variasi Parameter Gelombang .................................. 32
Tabel 3.4 Dimensi Model .................................................................. 33
Tabel 3.5 Variasi Simulasi ................................................................. 34
Tabel 3.6 Volume Overtopping Gelombang Pada Tiap Variasi ........ 35
Tabel 4.1 Tinggi gelombang pada model kemiringan ganda (30˚
dan 60˚) T = 1.1 - 1.5 detik ............................................... 38
Tabel 4.2 Data Kecuraman Gelombang (Hi/L ) dan Volume
Limpasan (V) pada model kemiringan ganda ( 30˚ dan
60˚ ) , Fb/d = 0.167 - 0.4 ................................................... 45
Tabel 4.3 Nilai Fb/Hi dengan Q pada model kemiringan ganda
(30˚ dan 60˚), Hi = 2.72 – 9.47 cm ................................. 48
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ilustrasi Pelindung Pantai pada Areal Pelabuhan ............. 6
Gambar 2.2 Profil Melintang Struktur Breakwater Sisi Miring ............ 8
Gambar 2.3 Parameter Fungsi Kedalaman Relatif ................................ 10
Gambar 2.4 Partikel Air Dalam Gelombang ......................................... 11
Gambar 2.5 Profil Gelombang Berdiri Parsial ...................................... 14
Gambar 2.6 Runup Gelombang ............................................................. 16
Gambar 2.7 Skema dari proses Overtopping ......................................... 17
Gambar 3.1 Wave Flume yang Digunakan Untuk Uji Model. .............. 23
Gambar 3.2 Pembangkit Gelombang Tipe Flap ................................... 24
Gambar 3.3 Ilustrasi Gerakan Flap Pembangkit Gelombang .............. 25
Gambar 3.4 Sketsa Pengaturan Tinggi dan Periode Gelombang
(H & T) melalui Pengaturan Stroke dan Variator .............. 26
Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian ..................................................... 30
Gambar 3.6 Sketsa Model Pelindung Pantai Sebagai Penangkap
Energi Gelombang ............................................................. 31
Gambar 3.7 Foto Model Pelindung Pantai Sebagai Penangkap
xi
Energi Gelombang Pada Wave Flume .............................. 31
Gambar 3.8 Tampak Samping Wave Flume dan Posisi Model Uji ...... 34
Gambar 4.1 Hubungan antara Periode (T) dengan Volume Limpasan
(V) untuk Hi = 2.72 cm s.d. 4.92 cm ................................. 41
Gambar 4.2 Hubungan antara Periode (T) dengan Volume Limpasan
(V) untuk Hi = 5.02 cm s.d. 6.65 cm ................................. 41
Gambar 4.3 Hubungan antara Periode (T) dengan Volume Limpasan
(V) untuk Hi = 7.02 cm s.d. 9.47 cm ................................. 42
Gambar 4.4 Hubungan antara V dan Hi dengan Fb = 5 cm s.d. 10 cm
pada Model Kemiringan Ganda ( 30˚ dan 60˚) ................. 43
Gambar 4.5 Hubungan antara Fb dan Hi dengan Variasi T (Periode)
= 1.1 detik s.d. 1.5 detik ................................................... 44
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Antara Hi/L dengan V Pada Model
Kemiringan Ganda ( 30˚ dan 60˚) ..................................... 47
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Antara Fb/Hi dengan Q ....................... 50
Gambar 4.8 Hubungan Antara Fb/L dengan Kr Pada Model
Kemiringan Ganda ( 30˚ dan 60˚) ..................................... 51
Gambar 4.9 Hubungan Antara Fb/L dengan Kd Pada Model
xii
Kemiringan Ganda ( 30˚ dan 60˚) ..................................... 52
Gambar 4.10 Hubungan Antara V/V0 dengan d.Hi/Fb.L Pada Model
Kemiringan Ganda ( 30˚ dan 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia yang tiga perempat wilayahnya berupa laut (5,8 juta km²),
mempunyai 17,504 pulau besar dan kecil, serta garis pantai sepanjang 81.000 km
yang merupakan garis pantai tropis terpanjang atau terpanjang ke dua (setelah
Kanada) di dunia. Negara Kepulauan ini merupakan daerah yang kebanyakan
tumbuh dan berkembangnya dimulai dari tepian pantai. Wilayah pantai merupakan
daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan dan aktifitas manusia.
Adanya berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan
akan lahan serta sarana dan prasarana yang selanjutnya akan menimbulkan masalah
masalah seperti erosi pantai yang dapat merusak kawasan pemukiman dan
prasarana kota yang berupa mundurnya garis pantai. Erosi pantai dapat terjadi
secara alami oleh serangan gelombang atau adanya kegiatan manusia tanpa
memperhatikan wilayah sempadan pantai oleh karena itu kita harus melakukan
langkah dalam hal penanggulangan masalah erosi pantai dengan membuat
bangunan bangunan pantai
Besarnya gelombang yang dapat merusak daerah pantai adalah bersumber
dari gelombang yang datangnya dari perairan laut dalam dan tergantung pada besar
atau tingginya gelombang. Gelombang yang tiba di pantai tergantung pada arah atau
besarnya tiupan angin. Rambatan gelombang yang menuju pantai dari laut dalam
akan mengalami perubahan bentuk struktur gelombang, akibatnya akan terbentuk
tinggi gelombang yang besar dan akhirnya menjadi pecah (Triatmodjo, 1999).
Tinggi gelombang saat akan pecah tersebut mempunyai tinggi atau energi
yang lebih besar dari tinggi atau energi gelombang di laut dalam. Letak gelombang
saat pecah tersebut bila terlalu dekat dengan pantai maka yang tidak mempunyai
perlindungan alami atau buatan akan dengan mudah rusak. Kerusakan pantai ini
dapat berupa abrasi (berkurangnya atau hilangnya garis pantai) atau erosi
(terkikisnya daratan dan pindah ke daerah laut dekat pantai). Kerusakan pantai
2
akibat pengaruh gelombang pada umumnya terjadi pada daerah yang mempunyai
struktur tanah lunak atau berpasir halus. Oleh sebab itu, pembangunan struktur
pantai merupakan alternatif untuk menjaga garis pantai dari gempuran ombak atau
dengan mereduksi energi gelombang agar tidak sampai ke daerah pantai. Salah satu
struktur pantai yang dapat mereduksi energi gelombang adalah struktur pemecah
gelombang.
Selain gelombang memberikan dampak kerusakan pada pantai, gelombang
juga memiliki energi yang bisa dikembangkan menjadi pembangkit listrik.. Energi
gelombang laut adalah satu potensi laut dan samudra yang belum banyak diketahui
masyarakat umum adalah potensi energi laut dan samudra untuk menghasilkan
listrik. Negara yang melakukan penelitian dan pengembangan potensi energi
samudra untuk menghasilkan listrik adalah Inggris,Prancis dan Jepang.
Secara umum, potensi energi samudera yang dapat menghasilkan listrik
dapat dibagi kedalam 3 jenis potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power),
energi gelombang laut (wave energy) dan energi panas laut (ocean thermal energy)..
Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan gelombang
laut menuju daratan dan sebaliknya. Meskipun pemanfaatan energi jenis ini di
Indonesia masih memerlukan berbagai penelitian mendalam, tetapi secara
sederhana dapat dilihat bahwa probabilitas menemukan dan memanfaatkan potensi
energi gelombang laut dan energi panas laut lebih besar dari energi pasang surut.
Metode yang digunakan untuk memanfaatkan energi gelombang laut
sampai saat ini ada beberapa dan masih terus dikembangkan, diantaranya adalah
dengan mengunakan overtopping yang dihasilkan dari gelombang laut kemudian
ditampung pada sebuah reservoir yang akan menghasilkan energi potensial yang
mampu menggerakkan turbin. Penelitian sebelumnya yang mendalami mengenai
overtopping ada beberapa, seperti Thaha(2015), H, Desman (2017) serta A, Isra
(2017) dengan berfokus pada rekayasa gometrik untuk melihat pengaruh dari
perubahan kemiringan lereng terhadap besaran volume overtopping yang
dihasilkan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh H, Desman menunjukkan
pada variasi kemiringan lereng 45° dan 60° pengaruh tinggi Freeboard (Fb), tinggi
3
dan periode gelombang dating (T) terhadap besarnya volume overtopping
gelombang adalah semakin besar nilai parameter tak berdimensi pada tinggi
gelombang datang terhadap periode (Hi/gT²) maka semakin besar secara linear
volume overtopping pada semua nilai tinggi Freeboard (Fb) yang ditentukan.
Untuk Isra, A pada penelitian yang dilakukan dengan kemiringan lereng tunggal
yakni 45° menunjukkan nilai volume overtopping yang dihasilkan semakin
meningkat dengan menurunnya nilai Fb yang ditentukan.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut maka judul ini diangkat dalam
bentuk penulisan tugas akhir atau skripsi dengan judul : “STUDI VOLUME
OVERTOPPING PADA PEMECAH GELOMBANG KEMIRINGAN GANDA
(30° DAN 60°)”
I.2 Rumusan dan Batasan Masalah
I.2.1 Rumusan Masalah
Bagaimana cara untuk mengetahui parameter-parameter apa saja yang
mempengaruhi besarnya volume overtopping pada pemecah gelombang sisi miring
lereng ganda dengan sudut kemiringan lereng tetap ( 30⁰ dan 60°) ?
I.2.2 Batasan Masalah
Berdasarkan fasilitas dan kondisi yang ada, maka batasan penelitian
ditetapkan sebagai berikut :
1. Arah datang gelombang tegak lurus terhadap struktur.
2. Gelombang yang dibangkitkan adalah gelombang dengan kondisi belum
pecah.
3. Gaya gelombang terhadap stabilitas model uji tidak dikaji.
4. Air yang terdapat pada flum merupakan air tawar.
5. Dasar perairan model berupa rata dan kedap.
6. Struktur model dianggap kokoh/tidak bergeser.
7. Model yang digunakan adalah struktur yang kedap air dengan sisi miring
dan terbuat dari bahan akrilik.
4
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
I.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian adalah melakukan percobaan terhadap besarnya
volume overtopping yang bisa tertampung pada reservoir yang dipasang pada
puncak bangunan pemecah gelombang sisi miring.
I.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mempelajari parameter-parameter yang berpengaruh terhadap
besarnya volume overtopping pada pemecah gelombang sisi miring
lereng ganda.
2. Untuk mendapatkan besaran pengaruh tinggi freeboard (Fb), tinggi dan
periode gelombang datang (Hi & T) terhadap besarnya volume
overtopping gelombang pada pemecah gelombang dengan kemiringan
ganda.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini yaitu :
1. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan struktur penangkap
energi gelombang.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
I.5 Sistematika Penulisan
Guna memudahkan penyusunan skripsi serta untuk memudahkan pembaca
memahami uraian dan makna secara sistematis, maka skripsi disusun berpedoman
pada pola sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri atas latar belakang, penelitian, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian.
5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dijelaskan mengenai kerangka acuan yang memuat
berisi tentang teori singkat yang digunakan dalam menyelesaikan
dan membahas permasalahan penitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam hal ini dijelaskan langkah-langkah sistematis penelitian
terdiri atas lokasi dan waktu penelitian, langkah-langkah kegiatan
penelitian, jenis penelitian, perolehan data, hokum dasar model,
variable yang diteliti, perancangan model, perancangan simulasi,
bahan dan alat penelitian, dan simulasi model.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan
pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan penutup dari keseluruhan isi penelitian berupa
kesimpulan dan saran atas permasalahan yang telah dibahas pada
bab sebelumnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pemecah Gelombang (Breakwater)
Pemecah gelombang (Breakwater) adalah prasarana yang dibangun untuk
memecah gelombang dengan menyerap sebagian gelombang. Pemecah gelombang
digunakan utuk mengendalikan abrasi yang menggerus pantai. Serta berfungsi juga
sebagai penenang gelombang sehingga kapal dapat bersandar di pelabuhan dengan
lebih mudah dan cepat. Belakangan ini breakwater dikembangkan lebih lanjut tidak
hanya sebagai pelindung pantai, namun sebagai penghasil energi listrik yang
dihasilkan oleh gerakan gelombang. Overtopping adalah saah satu metodenya,
dengan memfokuskan penangkapan gelombang pada sebuah reservoir dibelakang
lereng breakwater air yang melimpas ditampung hingga dapat menghasilkan head
yang dapat memutar turbin dengan kapasitas kecil. Penelitian difokuskan kepada
rekayasa geometrik pada lereng breakwater agar dapat mengefisienkan overtopping
dan kehilangan energi pada lereng dapat berkurang. Penelitian sebelumnya
mengenai overtopping gelombang dengan rekayasa geometrik pada lereng telah
dilakukan oleh A. Isra (2017) dan H, Desman (2017) dengan variasi kemiringan
yang berbeda.
Overtopping gelombang telah menjadi sebuah topik hangat penelitian dalam
rekayasa pesisir (Chini dan Stansby, 2012). Studi eksperimental baru-baru ini
fokus pada aspek yang berbeda seperti efek gelombang dengan puncak rendah dan
kecuraman gelombang yang rendah pada volume overtopping (Norgaard et al.,
2013), gelombang soliter pada seawall (Lin, 2012). Selain itu, beberapa model
numerik berdasarkan metode yang berbeda dikembangkan untuk simulasi gerakan
gelombang terkait dengan overtopping seperti run-up gelombang, focus dan break
selama proses overtopping Selain itu, ketidakpastian dalam tes eksperimental dan
numerik juga dianalisis untuk prediksi debit overtopping.
7
Gambar 2.1. Ilustrasi Overtopping Gelombang pada Breakwater dengan
Reservoir
Berdasarkan bentuknya, pemecah gelombang terdiri dari pemecah
gelombang sisi miring, pemecah gelombang sisi tegak dan pemecah gelombang
campuran (Triatmodjo, 1999). Keuntungan dan kerugian ketiga tipe tersebut
disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Keuntungan dan Kerugian Ketiga Tipe Pemecah Gelombang
No Tipe Keuntungan Kerugian
1 Pemecah Gelombang
Sisi Miring
Elevasi puncak
bangunan rendah.
Gelombang refleksi
kecil.
Kerusakan berangsur-
angsur.
Perbaikan mudah.
Murah.
Dibutuhkan jumlah
material besar.
Pelaksanaan
pekerjaan lama.
Kemungkinan
kerusakan pada waktu
pelaksanaan besar.
Lebar dasar besar.
2 Pemecah Gelombang
Sisi Tegak
Pelaksanaan
pekerjaan cepat.
Kemungkinan
kerusakan pada waktu
pelaksanaan kecil.
Mahal.
Elevasi puncak
bangunan tinggi.
Tekanan gelombang
besar.
8
Lanjutan Tabel 2.1.
No Tipe Keuntungan Kerugian
2 Pemecah Gelombang
Sisi Tegak
Luas perairan
pelabuhan lebih
besar.
Sisi dalamnya
dapat digunakan
sebagai dermaga.
Biaya perawatan.
kecil.
Kesulitan saat
perbaikan.
Diperlukan peralatan
berat.
Erosi pada kaki
pondasi
3 Pemecah Gelombang
Campuran
Pelaksanaan
pekerjaan cepat.
Kemungkinan
kerusakan pada
waktu pelaksanaan
kecil.
Luas perairan
pelabuhan besar
Mahal.
Diperlukan peralatan
berat.
(Sumber : Triatmodjo, 1999)
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas
pantai bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk
sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya
membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu,
Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.
9
Gambar 2.2. Profil Melintang Struktur Breakwater Sisi Miring
Dari Gambar 2.2 dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa
lapisan yaitu:
1. Inti (core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa
partikel-partikel halus dari debu dan pasir.
2. Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan
penyaring(filter layer) yang melindungi bagian inti(core) terhadap
penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal
batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
3. Lapisan pelindung utama (main armorstone layer) seperti namanya,
merupakan pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap
serangan gelombang pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran
besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga menggunakan batu
buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran yang sangat besar
seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, dan xbloc accropode.
II.2 Teori Dasar Gelombang
Gelombang di alam memiliki bentuk sangat kompleks dan sulit
digambarkan secara matematis karena ketidak-linieran, tiga dimensi dan
mempunyai bentuk yang random. Adapun beberapa teori gelombang yang ada
hanya menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan
pendekatan gelombang alam.
10
Terdapat beberapa teori untuk menjelaskan fenomena gelombang yang
terjadi di alam, antara lain sebagai berikut :
1. Teori gelombang linier (Airy Wave, Small Amplitude Wave Theory).
2. Teori gelombang non linier (Finite-Amplitude Wave Theories),
diantaranya :
a. Gelombang Stokes orde 2, orde 3, orde 4 dan seterusnya.
b. Gelombang Cnoidal.
c. Gelombang Solitary.
Masing-masing teori tersebut mempunyai batasan keberlakuan yang
berbeda. Teori gelombang Airy merupakan gelombang amplitude kecil, teori yang
lain adalah gelombang amplitude terbatas (finite amplitude waves).
II.3 Klasifikasi Teori Gelombang
Jika ditinjau dari kedalaman relatif dimana gelombang menjalar, maka
gelombang dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu, gelombang laut dangkal,
gelombang laut transisi, dan gelombang laut dalam. Batasan dari ketiga kategori
tersebut didasarkan pada rasio antara kedalaman dan panjang gelombang (d/L).
Batasan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2. Batasan Gelombang Air Dangkal, Air Transisi, dan Air Dalam
Kategori Gelombang d/L 2πd/L Tan h(2πd/L)
Laut Dalam ˃ 0,5 ˃ π ≈ 1
Laut Transisi 0,05 – 0,5 0,25 - π Tan h(2πd/L)
Laut Dangkal ˂ 0,05 ˂ 0,25 2πd/L
(Sumber : Triatmodjo, 1999)
Klasifikasi ini dilakukan untuk menyederhanakan rumus rumus
gelombang.Penyederhanaan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2.3
yang menunjukkan berbagai parameter sebagai fungsi dari kedalaman relatif.
11
Gambar 2.3. Parameter fungsi kedalaman relatif
Dalam gelombang terdapat partikel-partikel air yang berubah selama
penjalaran gelombang dari laut dalam sampai laut dangkal. Bentuk partikel yang
terdapat dalam gelombang yang bergerak menuju laut dangkal digambarkan pada
Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Partikel Air Dalam Gelombang
II.4 Parameter Gelombang
Berdasarkan teori Airy maka gerak gelombang dianggap sebagai kurva sinus
harmonis (sinusoidal progressive wave), gelombang dapat dijelaskan secara
geometris (Triatmodjo, 1999) berdasarkan :
12
1. Tinggi gelombang (H), yaitu jarak antara puncak gelombang dan lembah
gelombang dalam satu periode gelombang.
2. Panjang gelombang (L), jarak antara dua puncak gelombang yang
berurutan.
𝐿 =𝑔𝑇2
2𝜋tanh (
2𝜋
𝐿0)……………………………………………….(2.1.)
Keterangan : L : Panjang Gelombang (meter)
g : Percepatan Gravitasi (9,81 m/s2)
L0 : Panjang Gelombang pada Laut Dalam (meter)
Dengan menggunakan cara literasi maka persamaan (2.1) dapat
diselesaikan untuk menetukan panjang gelombang (L). Pada persamaan
(2.1) diperlukan panjang gelombang awal (𝐿0) dengan menggunakan
persamaan berikut:
𝐿0 = 1,56 × 𝑇2………………………………...………………………...(2.2.)
Keterangan : L0 : Panjang Gelombang Laut Dalam (meter)
T : Periode (detik)
3. Jarak antara muka air rata-rata dan dasar laut (d) atau kedalaman laut.
Ketiga parameter tersebut diatas digunakan untuk menentukan parameter
gelombang lainnya, seperti :
1. Kemiringan gelombang (wave steepness) = H/L
2. Ketinggian relatif (relative height) = H/d
3. Kedalaman relatif (relative depth) = d/L
Parameter penting lainnya seperti :
1 Amplitudo gelombang (A), biasanya diambil setengah tinggi gelombang
( 𝐻
2 )
13
2 Periode gelombang (T), yaitu interval waktu yang dibutuhkan antara 2
puncak gelombang (wave crest),
3 Frekuensi (f), yaitu jumlah puncak gelombang yang melewati titik tetap
perdetik. Frekuensi berbanding terbalik dengan periode, f = 1
𝑇. Satu
periode gelombang dapat juga dinyatakan dalam ukuran sudut (Ѳ) = 2π.
II.5 Teori Redaman Gelombang
Gelombang yang menjalar melalui suatu rintangan, sebagian dari energi
gelombang akan dihancurkan melalui proses gesekan, turbulensi dan gelombang
pecah, dan sisanya akan dipantulkan (refleksi), dihancurkan (disipasi) dan yang
diteruskan (transmisi) tergantung dari karateristik gelombang datang (periode,
tinggi gelombang dan panjang gelombang), tipe perlindungan pantai (permukaan
halus atau kasar) dan dimensi serta geometeri perlindungan (kemiringan, elevasi
dan lebar halangan) serta kondisi lingkungan setempat (kedalaman air dan kontur
dasar pantai) (CERC, 1984). Parameter refleksi gelombang biasanya dinyatakan
dalam bentuk koefisien refleksi (Kr) yang didefinisikan sebagai berikut :
iH
rH
rK =√
𝐸𝑟
𝐸𝑖..................................................................................................(2.3)
Keterangan : Kr : Koefisien Refleksi
Hr : Tinggi Gelombang Refleksi (meter)
Hi : Tinggi Gelombang Datang (meter)
Er : Energi Gelombang Refleksi
Ei : Energi Gelombang Datang
Dimana energi refleksi Er = 1
8𝜌𝑔𝐻𝑟² energi gelombang datang adalah Ei =
1
8𝜌𝑔𝐻𝑖²
dengan ρ adalah rapat massa zat cair dan g adalah percepatan gravitasi. Nilai Kr
berkisar dari 1,0 untuk refleksi total dan 0 untuk tidak ada refleksi.
14
II.6 Gelombang Berdiri Parsial
Apabila gelombang yang merambat melewati suatu penghalang, maka
gelombang tersebut akan dipantulkan kembali oleh penghalang tersebut. Apabila
pemantulannya sempurna atau gelombang datang dipantulkan seluruhnya, maka
tinggi gelombang di depan penghalang menjadi dua kali tinggi gelombang datang
dan disebut gelombang berdiri (standing wave). Akan tetapi jika penghalang
memiliki porositas atau tidak dapat memantulkan secara sempurna, maka tinggi
gelombang di depan penghalang akan kurang dari dua kali tinggi gelombang datang
dan pada kondisi ini disebut gelombang berdiri parsial (sebagian). Contoh kejadian
gelombang parsial adalah gelombang yang membentur pantai atau pemecah
gelombang (breakwater) mengalami pemantulan energi yang tidak sempurna.
Jika suatu gelombang yang mengalami pemantulan yang tidak sempurna
membentur suatu penghalang, maka tinggi gelombang datang Hi akan lebih besar
dari tinggi gelombang yang direfleksikan Hr. Periode gelombang datang dan yang
dipantulkan adalah sama, sehingga panjang gelombangnya juga sama (Dean dan
Dalrymple, 2000).
Karena pemantulan yang tidak sempurna, menyebabkan tidak ada node
yang sebenarnya dari profil gelombang tersebut. Profil gelombang untuk
gelombang berdiri parsial ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Profil Gelombang Berdiri Parsial
Untuk memisahkan tinggi gelombang datang dan tinggi gelombang yang
direfleksikan, maka persamaan (2.5) ditulis dalam bentuk lain seperti berikut:
15
ℎ𝑡 =𝐻𝑖
2(cos 𝑘𝑥 cos 𝑆𝑡 + sin 𝑘𝑥 . sin 𝑆𝑡) +
𝐻𝑟
2(cos(𝑘𝑥 + 𝑒) . cos 𝑆𝑡 − sin 𝑘𝑥/𝑒) . sin 𝑆𝑡)…....(2.4)
ℎ𝑡 = (𝐻𝑖
2cos 𝑘𝑥 +
𝐻𝑟
2cos(𝑘𝑥 + 𝑒)) cos 𝑆𝑡 + (
𝐻𝑖
2sin 𝑘𝑥 −
𝐻𝑟
2sin(𝑘𝑥 + 𝑒)) sin 𝑆𝑡 …………....(2.5)
Dengan menguraikan persamaan (2.4) dan (2.5) diperoleh elevasi muka air
maksimum dan minimum untuk gelombang berdiri sebagian seperti berikut
(Paotonan.C, 2006) :
𝐻𝑖 =𝐻𝑚𝑎𝑥+𝐻𝑚𝑖𝑛
2…………………………………….…………………………(2.6)
Keterangan : Hmax : Tinggi gelombang maksimum (meter)
Hmin : Tinggi gelombang minimum (meter)
𝐻𝑟 =𝐻𝑚𝑎𝑥−𝐻𝑚𝑖𝑛
2……………………………………………….………………(2.7)
Keterangan : Hmax : Tinggi gelombang maksimum (meter)
Hmin : Tinggi gelombang minimum (meter)
Jika gelombang datang menghantam penghalang sebagian ditransmisikan,
maka gelombang yang lewatpun akan mengalami hal yang sama seperti ketika
membentur penghalang. Apabila gelombang yang ditransmisikan terhalang oleh
suatu penghalang, maka tinggi gelombang transmisi Ht dapat dihitung dengan
rumus:
ℎ𝑡𝑚𝑎𝑥 =𝐻𝑖+𝐻𝑟
2…………………………………………...…………………….(2.8)
Keterangan : htmax : Tinggi gelombang transmisi maksimum (meter)
Hi : Tinggi gelombang datang (meter)
Hr : Tinggi gelombang refleksi (meter)
ℎ𝑡𝑚𝑖𝑛 =𝐻𝑖−𝐻𝑟
2………………………………………….............................…..(2.9)
Keterangan : htmin : Tinggi gelombang transmisi minimum (meter)
16
Hi : Tinggi gelombang datang (meter)
Hr : Tinggi gelombang refleksi (meter)
𝐻𝑡 =(𝐻𝑚𝑎𝑥)𝑡+(𝐻𝑚𝑖𝑛)𝑡
2…………………………………………………………(2.10)
Keterangan : Ht : Tinggi gelombang transmisi (meter)
Htmax : Tinggi gelombang transmisi maksimum (meter)
Htmin : Tinggi gelombang transmisi minimum (meter)
Dengan demikian untuk eksperimen di laboratorium, dilakukan pengukuran
pada beberapa titik baik di depan model maupun di belakang model guna
menentukan tinggi gelombang maksimum dan minimum. Selanjutnya dengan
menggunakan persamaan (2.8) sampai (2.10) tinggi gelombang datang, refleksi dan
transmisi dapat dihitung.
II.7 Run Up Gelombang
Pada waktu gelombang menghantam suatu bangunan , gelombang tersebut
akan naik (runup) pada permukaan bangunan (Gambar 2.6 ). Elevasi bangunan yang
direncanakan tergantung pada runup dan limpasan yang diijinkan. Runup
tergantung pada bentuk dan kekasaran bangunan, kedalaman air pada kaki
bangunan, kemiringan dasar laut di depan bangunan, dan karakteristik gelombang.
Karena banyaknya variable yang berpengaruh, maka besarnya runup sangat sulit
ditentukan secara analitik.(Triatmodjo, 1999). Berdasarkan Hukum Konservasi
Energi, teori deformasi gelombang dan tipe-tipe pecahnya gelombang serta
mengacu ke penelitian-penelitian terdahulu seperti yang dilakukan di antaranya oleh
Van Der Meer & Jansen (1995), Samuel (2010), Lee & Lea (2013) dan
Dwipuspita (2014) serta Thaha (2015), maka potensi meninggikan run-up
gelombang pada dinding dapat dilakukan dengan rekayasa profil lereng dan
pemasangan dinding pemusat energi. Diperkirakan bahwa perbaikan geometrik
profil lereng bangunan dapat meningkatkan besarnya volume overtopping.
17
Gambar 2.6. Runup gelombang (Bambang T, 1999)
II.8 Overtopping
Overtopping gelombang merupakan suatu kondisi dimana ketika gelombang
menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut terlebih dahulu akan naik (run-
up) pada permukaan bangunan, dan kemudian akan melimpas melewati puncak
bangunan tersebut yang disebut dengan overtopping.
Debit overtopping gelombang bervariasi hingga beberapa kali lipat dari satu
gelombang ke yang lain dalam kondisi gelombang acak. Overtopping gelombang
tidak hanya tergantung pada parameter gelombang seperti tinggi gelombang,
periode gelombang, panjang gelombang, permukaan air tetapi juga pada geometris
tata letak dan bahan sifat struktur (SDC-R-90163, 2009 dan Mozahedy, 2010).
Namun banyak peneliti telah berusaha untuk mengembangkan metode dan formula
untuk memprediksi debit overtopping struktur pantai pada kondisi tertentu. Rumus
prediksi ini sangat beragam dan dalam variasi hasil yang luas. Adapun sketsa dan
gambar mengenai overtopping gelombang dapat dilihat pada Gambar 2.7. Pada
proses overtopping gelombang, selain dipengaruhi oleh karakteristik gelombang
seperti tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T), juga dipengaruhi oleh
karakteristik struktur seperti tinggi freeboard (yaitu ketinggian puncak
bangunan/struktur terhadap muka air) dan kemiringan struktur.
18
Gambar 2.7. Skema dari proses overtopping (Brito, 2010)
Secara umum, debit overtopping rata-rata diekspresikan oleh dua tipe
formula dibawah, dimana a dan b adalah koefisien yang berubah berdasarkan
geometry struktur. Q dan R adalah parameter tak berdimensi dari debit overtopping
dan tinggi freeboard.
𝑄 = 𝑎 𝑒𝑥𝑝(−𝑏𝑅)..............................................................................................(2.11)
II.9 Kemiringan Lereng
Lereng adalah kenampakan permukan alam disebabkan adanya beda tinggi
apabila beda tinggi dua tempat tesebut di bandingkan dengan jarak lurus mendatar
sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan. Lereng juga biasa disebut medan
atau daerah yang permukaan tanahnya atau letaknya miring. Bentuk lereng
bergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Lereng merupakan
parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan
beda tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap
penilaian suatu bahan kritis. Kestabilan lereng dipengaruhi oleh geometri lereng,
struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya luar yang bekerja pada
lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng
adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya
penahan yang membuat lereng tetap stabil..
19
II.10 Hukum Dasar Model
Konsep dasar pemodelan dengan bantuan skala model adalah membentuk
kembali masalah atau fenomena yang ada di prototipe dalam skala yang lebih kecil,
sehingga fenomena yang terjadi di model akan sebangun (mirip) dengan yang ada
di prototipe. Kesebangunan yang dimaksud adalah berupa sebangun geometrik,
sehingga kinematik (Nur Yuwono, 1996).
Hubungan antara model dan prototipe diturunkan dengan skala, untuk
masing-masing parameter mempunyai skala tersendiri dan besarnya tidak sama.
Skala dapat didefinisikan sebagai rasio antara nilai yang ada di prototipe dengan
nilai parameter tersebut pada model.
II.10.1 Sebangun Geometrik
Sebangun geometrik adalah suatu kesebangunan dimana bentuk yang ada
dimodel sama dengan bentuk prototipe tetapi ukurannya yang berbeda.
Perbandingan antara model dan prototipe adalah sama. Ada dua macam
kesebangunan geometrik, yaitu sebangun geometrik sempurna (tanpa distorsi) dan
sebangun geometrik dengan distorsi (distorted). Pada sebangun geometrik
sempurna skala panjang arah horizontal (skala panjang) dan skala arah vertikal
(skala tinggi) adalah sama. Sebangun geometrik dapat dinyatakan dalam bentuk:
𝑛𝐿 =
𝐿𝑝
𝐿𝑚
........................................................................................................... (2.12)
𝑛ℎ= ℎ𝑝
ℎ𝑚
............................................................................................................ (2.13)
Dengan :
𝑛𝐿 = skala panjang
𝑛ℎ = skala tinggi
𝐿𝑝 = ukuran panjang prototipe
𝐿𝑚 = ukuran panjang model
ℎ𝑝 = ukuran tinggi pada prototype
ℎ𝑚 = ukuran tinggi pada model
20
II.10.2 Sebangun Kinematik
Sebangun kinematik adalah kesebangunan yang memenuhi kriteria
sebangun geometrik dan perbandingan kecepatan dan percepatan aliran di dua titik
pada model dan prototipe pada arah yang sama adalah sama besar. Pada model tanpa
distorsi, perbandingan kecepatan dan percepatan pada semua arah adalah sama,
sedangkan pada model dengan distorsi perbandingan yang sama hanya pada arah
tertentu saja, yaitu pada arah vertikal atau horizontal. Oleh sebab itu pada
permasalahan yang menyangkut tiga dimensi sebaiknya tidak menggunakan
distorted model.
𝑛𝑢 =𝑢𝑝
𝑢𝑚=
𝑛𝐿
𝑛𝑇…………………………………………………………………(2.14)
𝑛𝑎 =𝑎𝑝
𝑎𝑚=
𝑛𝐿
𝑛𝑇2………………………………………………………………...(2.15)
𝑛𝑄 =𝑄𝑝
𝑄𝑚=
𝑛𝐿2
𝑛𝑇………………………………………………………………...(2.16)
𝑛𝑇 =𝑇𝑝
𝑇𝑚……………………………………………………………………….(2.17)
Dengan :
𝑛𝑢 = skala kecepatan
𝑛𝑎 = skala tinggi
𝑛𝑄 = skala debit
𝑛𝑇 = skala waktu
II.10.3 Sebangun Dinamik
Sebangun dinamik adalah kesebangunan yang memenuhi kriteria sebangun
geometrik dan kinematik, serta perbandingan gaya-gaya yang bekerja pada model
dan prototipe untuk seluruh pengaliran pada arah yang sama adalah sama besar.
Gaya-gaya yang dimaksud adalah gaya inersia, gaya tekanan, gaya berat, gaya
gesek, gaya kenyal dan tegangan permukaan.
Beberapa sebangun dinamik yaitu sebangun dinamik Reynold (Reynold
number) yang diekspresikan sebagai perbandingan gaya inersia terhadap gaya
21
gesek, sebangun dinamik froude (froude number) yaitu perbandingan gaya inersia
dan gaya gravitasi, bilangan Cauchy (Cauchy Number) yaitu perbandingan gaya
inersia dan gaya elastik serta bilangan Weiber (Weiber Number) yaitu perbandingan
antara gaya inersia dan gaya tegangan permukaan.
Untuk penelitian refleksi dan overtopping gelombang terhadap gelombang
yang merambat melalui pemecah gelombang ini banyak dipengaruhi gaya gravitasi
sehingga digunakan kesebangunan Froud. Dengan pertimbangan fasilitas yang ada
di laboratorium, maka pada penelitian ini, akan menggunakan skala panjang yang
sama dengan skala tinggi (undistorted models) dan menggunakan kesebangunan
Froude.
𝐹𝑟 =(𝑟𝐿3)(
𝑈2
𝐿)
𝑟𝑔𝐿3 =𝑈2
𝑔𝐿…………………………………………………………... (2.18)
Dengan demikian bila gaya gravitasi memegang peranan penting dalam
permasalahan, maka perbandingan gaya inersia dan gaya gravitasi pada model dan
prototipe harus sama.
𝑛𝐹𝑟 =𝑛𝑣
𝑛𝐿0.5…………………………………………………………………….(2.19)
𝑛𝐹𝑟 = 𝐹𝑓𝑝
𝐹𝑡𝑚= 1 ................................................................................................. (2.20)
Oleh karena digunakan model tanpa distorsi, maka skala panjang gelombang nL,
skala panjang struktur nB, skala kedalaman nd dan skala sarat ns adalah sama seperti
berikut :
𝜂𝑇 = 𝜂𝐿1
2 ......................................................................................................... (2,21)
𝜂𝑔 = 1 .............................................................................................................. (2,22)
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pemodelan fisik secara experimental
di laboratorium. Adapun definisi eksperimen yaitu observasi dibawah kondisi
buatan (artificial condition). Dengan demikian penelitian model fisik adalah
penelitian yang dilakukan dengan membuat replika sistem dalam ukuran lebih kecil
sehingga dapat dilakukan simulasi/perlakuan tertentu secara terkontrol dengan
tujuan untuk menyelidiki pengaruh beberapa parameter serta hubungan antar
parameter penelitian.
III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hidrolika Departemen
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Kampus Gowa, dengan waktu
penelitian selama kurang lebih dua bulan terhitung dari tanggal 04 Februari sampai
dengan 01 April 2018.
III.3 Pra penelitian
Pra penelitian dilakukan untuk mengetahui kapasitas saluran gelombang
(wave flume), jenis mesin pembangkit gelombang (wave generator). Karakteristik
gelombang yang dihasilkan, mengetahui metode pengambilan data dan mengetahui
output data yang dihasilkan dari laboratorium. Informasi tersebut berguna dalam
merancang dimensi model yang akan digunakan.
III.3.1 Kalibrasi Alat
Kalibrasi peralatan meliputi 2 macam yaitu, pertama: kalibrasi pembangkit
gelombang yang bertujuan mengetahui korelasi antara tinggi gelombang yang
dihasilkan dengan variasi kedalaman air (d). Kedua: kalibrasi rutin setiap kali
melakukan running untuk variasi periode (T) , dengan mengatur ulang posisi mistar
(skala) pembacaan pada flume sesuai dengan panjang gelombang yang terjadi.
23
Dharma (1994) dan Surendro (1995) dalam Dirgayusa (1997) melakukan
kalibrasi pada saluran dengan periode gelombang tetap (reguler) dan medapatkan
hasil bahwa nilai perbandingan antara tinggi gelombang terukur dan tinggi
gelombang hasil perhitungan menunjukkan nilai yang tidak tetap. Berkenaan
dengan hal tersebut, maka tinggi gelombang yang dipakai dalam analisis adalah
tinggi gelombang hasil pencatatan (pengukuran).
Pada kegiatan ini telah dilakukan percobaan pendahuluan untuk
mendapatkan kisaran tinggi gelombang yang dapat dibangkitkan dengan
melakukan variasi pada variator (kisaran periode gelombang) dan tinggi
gelombang.
III.3.2 Saluran gelombang (Wave Flume)
Penelitian gelombang ini dilakukan pada saluran gelombang (wave flume)
yang berukuran panjang 15 m dan lebar 30 cm. kedalaman efektif adalah 45 cm,
seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Wave Flume Yang Digunakan Untuk Uji Model.
24
Mesin pembangkit gelombang (wave generator) adalah tipe flap. Gerakan
gelombang diciptakan oleh (wave making flap), bagian bawah flap merupakan
engsel dan bagian atas flap dihubungkan dengan piringan penggerak menggunakan
stroke seperti yang dapat terlihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Pembangkit Gelombang Tipe Flap.
Pulley
Mesin Utama
Stroke
Panel Kontrol
Flap
25
Gerakan flap adalah gerakan rotasi yang dikontrol melalu gerak putar
piringan penggerak. Gerakan/kepakan bolak-balik flap inilah yang membangkitkan
gelombang. Ilustrasi gerakan flap dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Ilustrasi Gerakan Flap Pembangkit Gelombang (Alegre, 2011).
III.4 Karateristik gelombang
Karateristik gelombang yang biasa dibangkitkan oleh wave generator pada
saluran gelombang adalah berkisar 2-12 cm dengan periode berkisar 0,6-6 detik.
Sedangkan jenis gelombang yang dibangkitkan adalah gelombang regular. Tinggi
gelombang dapat divariasikan dengan melakukan penyetelan pada stroke atau
piringan dalam beberapa variasi untuk merubah besaran simpangan flap. Demikian
juga periode gelombang (T) dapat divariasikan dengan menyetel kecepatan putar
piringan. Sebagai contoh ditunjukkan pada Gambar 3.4., jika panjang stroke
divariasi dalam 3 macam (S1, S2, S3) maka akan menghasilkan tinggi gelombang
3 macam yaitu, (H1, H2, H3). Demikian juga kecepatan variator v1, v2, v3 akan
menghasilkan periode gelombang T1, T2, T3, seperti pada Gambar 3.4.
26
Gambar 3.4. Sketsa Pengaturan Tinggi dan Periode Gelombang (H & T) Melalui
Pengaturan Stroke dan Variator.
III.5 Sumber Data
Pada penelitian ini akan menggunakan 2 sumber data yaitu :
1 Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari simulasi model
fisik di laboratorium.
2 Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literature dan hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian konversi energi
gelombang.
III.6 Alat dan Bahan
Untuk melaksanakan proses pemodelan fisik, alat-alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.1
27
Tabel 3.1. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses penelitian.
No Alat dan Bahan
1
Peralatan laboratorium, terdiri dari
wave flume dilengkapi dengan
penggerak gelombang
2
Mistar untuk mengukur tinggi
gelombang dan stopwatch untuk
mengukur periode gelombang.
3
Formulir pencatatan dan alat tulis
serta kamera untuk dokumentasi.
4
Peralatan mekanik untuk
mengganti putaran piringan, serta
peralatan workshop untuk
membuat model.
28
Lanjutan Tabel 3.1
III.7 Parameter Yang Diteliti
Sesuai dengan tujuan penelitian dan untuk membuktikan hipotesa yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka variabel yang diteliti adalah Volume
Overtopping gelombang (V) yang diperkirakan dipengaruhi oleh periode
gelombang (T), tinggi gelombang datang (Hi), tinggi freeboard (Fb), dan
kemiringan sisi depan struktur (tan Ѳ).
No Alat dan Bahan
5
Akrilik sebagai bahan dasar model.
6
Bahan perekat.
29
III.8 Prosedur dan Rancangan Penelitian
III.8.1 Prosedur
Secara garis besar prosedur penelitian ini digambarkan pada
flowchart berikut :
Persiapan Alat dan Bahan,
Pembuatan Model
Simulasi Model
Mulai
Studi literatur,
parameter, dan variabel
Perancangan Model
Pra penelitian
Kalibrasi Alat
A
30
Gambar 3.5. Diagram Alir Penelitian
Ya
Tidak
1. Parameter yang berpengaruh terhadap
besarnya overtopping gelombang pada
pemecah gelombang kemiringan ganda
2. Pengaruh tinggi freeboard, tinggi dan
periode gelombang datang (Hi & T)
terhadap besarnya volume overtopping
gelombang.
Analisa Teori Gelombang Airy
Selesai
Pengambilan data Hmax, Hmin,
dan Volume Overtopping
Data memenuhi
Tinggi Hi
Range 2,717 – 9,467 cm
A
31
III.8.2 Perancangan Penelitian
1. Perancangan Model
Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi bentuk bangunan
pelindung pantai sisi miring dengan melengkapinya dengan reservoir yang terletak
pada puncak bangunan. Fungsi reservoir adalah untuk menangkap overtopping
gelombang pada sisi depan model tersebut. Gelombang yang tertangkap ke dalam
reservoir tersebut dalam bentuk volume overtopping akan menghasilkan beda tinggi
muka air antara reservoir dengan muka air laut yang selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan daya. Namun kajian dari penelitian ini dibatasi
hanya pada kajian kemampuan model dalam menangkap gelombang yang melimpas
pada puncak struktur melalui mekanisme overtopping dalam hal ini volume
overtopping, yang dipengaruhi oleh karakteristik gelombang dan karakteristik
struktur, dan tidak membahas mengenai turbin dan sisi ke-listrikan-nya. Sketsa dan
foto model pelindung pantai sebagai penangkap energi gelombang dengan beberapa
parameter yang terlibat disajikan pada Gambar 3.6. dan 3.7.
Gambar 3.6. Sketsa Model Pelindung Pantai Sebagai Penangkap Energi
Gelombang (Syahril, 2015).
Fb
32
Gambar 3.7. Foto Model Pelindung Pantai Sebagai Penangkap Energi
Gelombang Pada Wave Flume.
2. Variasi Parameter Model dan Parameter Gelombang
Penelitian ini mengkaji mengenai kemampuan model pelindung pantai
dalam menangkap gelombang yang dipengaruhi oleh parameter model/struktur dan
parameter gelombang. Parameter modelnya adalah ketinggian muka air pada model
(d) dan kemiringan sisi depan model (tan θ), sedangkan parameter gelombangnya
adalah tinggi gelombang datang di depan model (Hi), dan periode gelombang (T).
Adapun variasi parameter model yaitu nilai ketinggian freeboard (Fb) dan
kemiringan sisi depan struktur (tan θ) yang dipakai ditunjukkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2. Nilai Variasi Parameter Model.
No. Jenis Variasi Nilai Variasi
1. Tinggi freeboard (Fb) 25, 27.5, dan 30 cm
2. Kemiringan model (tan θ) 0,57 dan 1,73
33
Untuk variasi parameter gelombang yaitu periode gelombang (T) dan
ketinggian gelombang (H) yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada
Tabel 3.3
Tabel 3.3. Nilai Variasi Parameter Gelombang.
No. Jenis Variasi Nilai Variasi
1. Tinggi gelombang (H) 4, 5, 6 (cm)
2. Periode gelombang (T) 1,1-1,2-1,3-1,4-1,5 (s)
Variasi parameter model/struktur akan divariasi terhadap variasi parameter
gelombang, begitupun sebaliknya. Serta pada masing-masing jenis variasi dalam
variasi parameter model dan parameter gelombang juga akan divariasi satu sama
lainnya.
3. Penentuan Skala, Dimensi Model, dan Rancangan Simulasi
Penentuan skala geometri disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas
flume tank di laboratorium yang dibandingkan dengan ukuran prototipe.
Pada penelitian ini akan digunakan model tak terdistorsi (undistorted
models). Pada model tak terdistorsi bentuk geometri antara model dan prototipe
adalah sama tetapi berbeda ukuran dengan suatu perbandingan ukuran atau skala
tertentu.
Pada penelitian ini direncanakan kedalaman perairan diasumsikan yaitu 6 m
dan kedalaman yang dioperasikan didalam wave flume yaitu 30 cm, sehingga skala
percobaan yaitu :
𝑛𝐿₌ 𝐿𝑝
𝐿𝑚 ₌
600
30 ₌ 20
Skala panjang (nL) diatas berlaku untuk semua penskalaan jarak (panjang
dan tinggi) pada penelitian ini, termasuk tinggi gelombang (H), sehingga :
𝑛𝐿 ₌ 𝑛𝐻₌ 𝑛𝐺 ₌ 𝑛𝑆 ₌ 20
34
Skala panjang (nL) dipakai dalam penentuan dimensi model yang dibuat.
Untuk penentuan periode gelombang (T) digunakan penskalaan waktu
menggunakan keserupaan Froude.
𝑛𝑡 ₌ √𝑛𝐿 ₌ √20 ₌ 4,47
Adapun dimensi model yang akan digunakan pada penelitian ini disajikan
pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Dimensi Model
No. Dimensi Simbol Model (cm)
A Struktur
1. Tinggi H 35,5
2. Panjang L 70
B. Reservoir
1. Panjang L 27,5
2. Tinggi H 35.5
C. Tinggi Muka Air - Slope
1. Tinggi Freeboard Fb 10
7,5
5
2. Slope Tan ɵ 30 & 60 0,57 & 1,73
Posisi penempatan model dalam wave flume serta peralatan ukur
diperlihatkan pada Gambar 3.8. Model diletakkan di tengah wave flume, pada
bagian depan model terdapat mesin pembangkit gelombang yang menyuplai
gelombang datang dengan tinggi dan periode tertentu,. Pada bagian belakang model
terdapat wave absorber untuk mereduksi pengaruh gelombang refleksi pada wave
flume.
Gambar 3.8. Tampak Samping Wave Flume dan Posisi Model Uji.
35
Rancangan simulasi model disajikan pada Tabel 3.5
Tabel 3.5. Variasi Simulasi.
No. Fb (cm) Stroke/Tinggi
Gelombang (H0) T(s)
1 10 4,5,6 5 Variasi
2 7.5 4,5,6 5 Variasi
3 5 4,5,6 5 Variasi
III.9 Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian yang dilakukan di laboratorium ini dalam rangka
pengambilan data, dilakukan prosedur-prosedur pengambilan data. Secara garis
besar prosedur pengambilan data diantaranya sebagai berikut :
1. Atur tinggi muka air diam yang direncanakan (h ₌ 30 cm) dengan
menggunakan mesin pompa pada flume hingga tercapai kedalaman yang
ditentukan dan atur jarak pukulan pada flap menjadi stroke 4 serta
mengatur variasi periode gelombang (T ₌ 1,1 detik).
2. Pasang tripod pada posisi yang tepat sehingga alat recorder dapat
merekam fluktuasi muka air pada 9 titik yang telah ditentukan
sebelumnya.
3. Nyalakan alat perekam yang terpasang pada masing masing tripod, atur
agar fokus lensa nya jelas dan tidak ada gangguan di depannya.
4. Setelah semua komponen siap,running dimulai dengan membangkitkan
gelombang dengan menyalakan mesin pada unit pembangkit gelombang.
5. Setelah 30 detik, matikan mesin pembangkit gelombang, lalu matikan
juga alat perekam nya. Kemudian hitung volume overtopping yang
masuk pada reservoir untuk variasi ini. Lalu hasil rekaman diputar ulang
kemudian diamati dan dicatat tinggi muka airnya pada 9 titik didepan
36
6. model. Kemudian didapatkan nilai pembacaan muka air maksimum dan
minimum di depan model untuk variasi ini.
7. Setelah selesai, periode kemudian diubah menjadi T2 = 1.2, T3 = 1.3, T4
= 1.4, dan T5 = 1.5.
8. Prosedur ke-2 sampai ke-6 dilakukan kembali untuk variasi kedalaman
h2 ₌ 27,5 cm, h3 ₌ 25 cm.
III.10 Pengambilan Data Tinggi Air Pada Reservoir
Pada penelitian yang dilakukan di laboratorium dilakukan pengambilan data
volume overtopping, yaitu menghitung volume air yang melimpas masuk dalam
reservoir.
Gambar 3.9. Ilustrasi Breakwater dengan Kemiringan Ganda (30° dan 60°)
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Adapun uraian dari keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan akan
dipaparkan sebagai berikut :
IV.1.1 Data Tinggi Gelombang
Data utama yang diamati dan dicatat selama pengujian di laboratorium
adalah tinggi gelombang di depan model. Dari hasil eksperimen dan pencatatan
tinggi gelombang di 9 titik didepan model pada lokasi pengamatan diambil nilai
maksimum Hmax dan tinggi gelombang minimum Hmin. Pencatatan mengunakan
metode pembacaan manual pada mistar yang ditempelkan pada kaca flume. Untuk
rekapitulasi tinggi gelombang dan volume overtopping berdasarkan periode dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Tinggi gelombang pada model kemiringan ganda (30˚ dan 60˚),
T = 1.1 - 1.5 detik
No Fb
(cm) Stroke
T
(detik)
Hmax
(cm)
Hmin
(cm)
Hi
(cm)
Volume
(cm3)
1 10 4 1.1 7.367 2.467 4.917 0.0
2 10 4 1.2 6.583 1.733 4.158 0.0
3 10 4 1.3 5.600 1.167 3.383 0.0
4 10 4 1.4 4.833 0.600 2.717 0.0
5 10 4 1.5 4.933 1.067 3.000 0.0
6 10 5 1.1 11.333 3.167 7.250 1462.7
7 10 5 1.2 8.100 1.567 4.833 0.0
8 10 5 1.3 6.167 1.833 4.000 0.0
9 10 5 1.4 6.367 1.367 3.867 1346.9
38
Lanjutan Tabel 4.1.
No Fb
(cm) Stroke
T
(detik)
Hmax
(cm)
Hmin
(cm)
Hi
(cm)
Volume
(cm3)
10 10 5 1.5 5.800 1.000 3.400 0.0
11 10 6 1.1 9.933 1.967 5.950 2232.6
12 10 6 1.2 8.633 2.267 5.450 0.0
13 10 6 1.3 8.033 3.000 5.517 0.0
14 10 6 1.4 9.300 2.100 5.700 3723.8
15 10 6 1.5 9.100 2.467 5.783 0.0
16 7.5 4 1.1 9.300 1.467 5.383 713.1
17 7.5 4 1.2 6.567 1.833 4.200 3327.7
18 7.5 4 1.3 12.600 1.433 7.017 648.3
19 7.5 4 1.4 5.767 1.433 3.600 0.0
20 7.5 4 1.5 7.133 2.033 4.583 0.0
21 7.5 5 1.1 10.267 2.133 6.200 8319.2
22 7.5 5 1.2 8.167 1.867 5.017 7526.9
23 7.5 5 1.3 10.967 3.567 7.267 2218.4
24 7.5 5 1.4 6.767 2.367 4.567 1188.5
25 7.5 5 1.5 10.700 2.600 6.650 554.6
26 7.5 6 1.1 12.167 2.533 7.350 16638.3
27 7.5 6 1.2 9.200 3.433 6.317 14657.6
28 7.5 6 1.3 13.633 5.300 9.467 10696.1
29 7.5 6 1.4 7.833 1.967 4.900 396.2
39
Lanjutan Tabel 4.1.
No Fb
(cm) Stroke
T
(detik)
Hmax
(cm)
Hmin
(cm)
Hi
(cm)
Volume
(cm3)
30 7.5 6 1.5 12.100 3.800 7.950 6417.6
31 5 4 1.1 8.467 1.667 5.067 6259.2
32 5 4 1.2 7.100 1.300 4.200 5150.0
33 5 4 1.3 7.067 1.400 4.233 3169.2
34 5 4 1.4 6.700 0.333 3.517 3010.7
35 5 4 1.5 8.467 2.067 5.267 2773.1
36 5 5 1.1 10.300 2.600 6.450 13865.3
37 5 5 1.2 8.300 2.333 5.317 3723.8
38 5 5 1.3 8.733 1.433 5.083 9903.8
39 5 5 1.4 7.400 1.567 4.483 10458.4
40 5 5 1.5 8.967 1.933 5.450 7368.4
41 5 6 1.1 12.833 2.100 7.467 25184.6
42 5 6 1.2 9.567 2.933 6.250 19807.5
43 5 6 1.3 11.500 3.500 7.500 19294.6
44 5 6 1.4 8.733 2.333 5.533 17752.8
45 5 6 1.5 11.600 2.633 7.116667 13469.1
IV.1.2 Hubungan Periode Gelombang (T) dengan Volume Limpasan (V)
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh perbandingan periode
gelombang (T) dengan volume limpasan (V), jika digambarkan dalam bentuk grafik
dengan mengambil T sebagai variabel sumbu X dan V sebagai variabel Y untuk
40
interval Hi = 2.72 cm s.d. 4.92 cm ; 5.02 cm s.d.6.65 cm ; dan 7.02 cm s.d. 9.47 cm
dan disajikan dalam grafik seperti pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3.
Gambar 4.1. Hubungan antara Periode (T) dengan Volume Limpasan (V) untuk
Hi = 2.72 cm s.d. 4.92 cm.
Gambar 4.2. Hubungan antara Periode (T) dengan Volume Limpasan (V) untuk
Hi = 5.02 cm s.d. 6.65 cm.
0
1500
3000
4500
6000
7500
9000
10500
12000
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
V (
cm3)
T (detik)
Hi = 5.02cm - 6.65cm
Fb=5 Fb=7.5 Fb=10
0
1500
3000
4500
6000
7500
9000
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
V (
cmᵌ)
T (detik)
Hi = 2.72cm - 4.92cm
Fb=5 Fb=7.5 Fb=10
41
Gambar 4.3. Hubungan antara Periode (T) dengan Volume Limpasan (V) untuk
Hi = 7.02 cm s.d. 9.47 cm.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.1, 4.2, 4.3, dapat kita lihat bahwa
hubungan antara T dengan V adalah semakin kecil nilai T maka semakin besar
volume limpasan yang dihasikan.. Dilihat dari grafik hubungan antara T dengan
volume limpasan (V) diatas, dapat disimpulkan bahwa periode sangat berperan
penting dalam mempengaruhi besarnya volume limpasan yang dihasilkan. Adapun
interval sebaran data pada suatu variasi periode yang besar disebabkan karena
pengaruh dari refleksi gelombang yang terjadi sehingga dalam periode yang sama
dapat terjadi perbedaan yang cukup besar pada volume limpasannya, walaupun
freeboard sama. Pada grafik ini juga tak menunjukkan adanya garis trendline untuk
Fb=10 dikarenakan tidak ada data yang terekam mencapai interval 7.02 - 9.47 cm
pada variasi Freeboard tersebut.
IV.1.3 Hubungan Tinggi Gelombang Datang (Hi) dengan Volume Limpasan
(V)
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh perbandingan tinggi
gelombang dating (Hi) dengan volume limpasan (V), jika digambarkan dalam
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
V (
cm3)
T (detik)
Hi = 7.02cm - 9.47cm
Fb=5 Fb=7.5 Fb=10
42
bentuk grafik dengan mengambil Hi sebagai variabel sumbu X dan V sebagai
variabel Y dan disajikan dalam grafik seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Hubungan antara V dan Hi dengan Fb = 5 cm s.d. 10 cm pada
Model Kemiringan Ganda ( 30˚ dan 60˚)
Dari gambar diatas dapat dilihat hubungan antara tinggi gelombang datang
dan volume limpasan adalah berbanding lurus. Besarnya volume limpasan yang
masuk kedalam reservoir selain dipengaruhi oleh Hi juga dipengaruhi oleh besaran
nilai Freeboard. Nilai V yang terbesar pada grafik dihasilkan oleh Freeboard 5 cm
(garis abu-abu), walaupun nilai Hi terbesar tidak dihasilkan oleh variasi ini. Sebaran
data yang terlihat pada Gambar 4.4 dipengaruhi oleh refleksi gelombang yang
terjadi sehingga interval tiap datanya tinggi.
IV.1.4 Hubungan Tinggi Freeboard (Fb) dengan Volume Limpasan (V)
Selain parameter Hi dengan V, perlu diketahui juga pengaruh parameter Fb
dengan Volume Limpasan (V). Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh
variabel gelombang dan struktur (Fb & T) dengan Volume Limpasan (V), jika
digambarkan dalam bentuk grafik dengan mengambil Fb sebagai variabel sumbu X
R² = 0.2177
R² = 0.2586
R² = 0.6428
0.0
5000.0
10000.0
15000.0
20000.0
25000.0
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00
Vo
lum
e (c
m3)
Hi (cm)
Fb=10
Fb=7.5
Fb=5
43
dan V sebagai variabel sumbu Y dan disajikan dalam grafik seperti pada Gambar
4.5.
Gambar 4.5. Hubungan antara Fb dan Hi dengan Variasi T (Periode) = 1.1 detik
s.d. 1.5 detik.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.5. dapat kita lihat bahwa hubungan
antara Fb dengan V adalah semakin besar nilai Fb maka semakin kecil volume
limpasan yang dihasikan. Hal ini berbanding terbalik dengan hubungan antara Hi
dengan V. Dapat dilihat juga pada Gambar 4.5, ada pengaruh dari periode (T) pada
volume limpasan tiap variasi freeboard. Semakin kecil nilai periode gelombang
maka nilai volume limpasannya semakin tinggi. Periode gelombang yang
menghasilkan volume limpasan terbesar adalah T = 1.1 detik (garis biru pada
grafik).
IV.1.5 Hubungan Kecuraman Gelombang (Hi/L) dengan Volume Limpasan
(V)
Untuk menganalisis hubungan antara model dengan parameter tinggi
gelombang (Hi), panjang gelombang (L) dan volume limpasan (V) terhadap
freeboard dan kedalaman air (Fb/d) digunakan parameter (Hi/L ) dengan Volume
Limpasan (V) sebagai parameter yang mempersentasikan karakteristik gelombang
yang digunakan. Data Hi/L dan V disajikan pada Tabel 4.2.
0
2500
5000
7500
10000
12500
15000
17500
20000
22500
25000
4.50 5.50 6.50 7.50 8.50 9.50
Vo
lum
e (c
m3)
Fb (cm)
T=1.1 T=1.2 T=1.3 T=1.4 T=1.5
44
Tabel 4.2. Data Kecuraman Gelombang (Hi/L ) dan Volume Limpasan (V) pada
model kemiringan ganda ( 30˚ dan 60˚ ) , Fb/d = 0.167 - 0.4
No Fb/d Hi/L Volume
(cm3)
1 0.4 0.0332 0.00
2 0.4 0.0297 0.00
3 0.4 0.0267 0.00
4 0.4 0.0245 0.00
5 0.4 0.0227 0.00
6 0.4 0.0332 1462.73
7 0.4 0.0297 0.00
8 0.4 0.0267 0.00
9 0.4 0.0245 1346.91
10 0.4 0.0227 0.00
11 0.4 0.0332 2232.59
12 0.4 0.0297 0.00
13 0.4 0.0267 0.00
14 0.4 0.0245 3723.81
15 0.4 0.0227 0.00
16 0.27 0.0321 713.07
17 0.27 0.0270 3327.66
18 0.27 0.0259 648.32
45
Lanjutan Tabel 4.2.
No Fb/d Hi/L Volume
(cm3)
19 0.27 0.0222 0.00
20 0.27 0.0218 0.00
21 0.27 0.0321 8319.15
22 0.27 0.0270 7526.85
23 0.27 0.0259 2218.44
24 0.27 0.0222 1188.45
25 0.27 0.0218 554.61
26 0.27 0.0321 16638.30
27 0.27 0.0270 14657.55
28 0.27 0.0259 10696.05
29 0.27 0.0222 396.15
30 0.27 0.0218 6417.63
31 0.167 0.0311 6259.17
32 0.167 0.0248 5149.95
33 0.167 0.0250 3169.20
34 0.167 0.0204 3010.74
35 0.167 0.0210 2773.05
36 0.167 0.0311 13865.25
37 0.167 0.0248 3723.81
46
Lanjutan Tabel 4.2.
No Fb/d Hi/L Volume
(cm3)
38 0.167 0.0250 9903.75
39 0.167 0.0204 10458.36
40 0.167 0.0210 7368.39
41 0.167 0.0311 25184.60
42 0.167 0.0248 19807.50
43 0.167 0.0250 19294.64
44 0.167 0.0204 17752.80
45 0.167 0.0210 13469.10
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh perbandingan kecuraman
gelombang (Hi/L) dengan volume limpasan (V), jika digambarkan dalam bentuk
grafik dengan mengambil Hi/L sebagai variabel sumbu X dan V sebagai variabel Y
maka dihasilkan grafik seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Grafik Hubungan Antara Hi/L (Kecuraman Gelombang) dengan V
Pada Model Kemiringan Ganda ( 30˚ dan 60˚)
R² = 0.011
R² = 0.1252
R² = 0.0872
0.0
5000.0
10000.0
15000.0
20000.0
25000.0
30000.0
0.0000 0.0100 0.0200 0.0300 0.0400
Vo
lum
e (c
m3)
Hi/L
Fb/d = 0.4
Fb/d = 0.27
Fb/d=0.167
47
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.6 diatas, dapat kita lihat bahwa hubungan
antara kecuraman gelombang (Hi/L) terhadap V adalah semakin besar nilai Hi/L
maka semakin tinggi secara linier V yang dihasilkan pada rentang Hi/L 0.02 – 0.04.
IV.1.6 Hubungan Tinggi Freeboard dan Gelombang Datang (Fb/Hi) dengan
Debit Limpasan (Q)
Untuk menganalisis hubungan antara model dengan parameter tinggi
freeboard (Fb), tinggi gelombang datang (Hi) terhadap debit limpasan (Q)
digunakan parameter (Fb/Hi ) dengan debit limpasan (Q) sebagai parameter yang
mempersentasikan karakteristik gelombang yang digunakan. Data Fb/Hi dan Q
disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Nilai Fb/Hi dengan Q pada model kemiringan ganda (30˚ dan 60˚),
Hi = 2.72 – 9.47 cm
No Fb
(cm) Fb/Hi
Debit
(cm3/dt)
1 10 2.03 0.0
2 10 2.40 0.0
3 10 2.96 0.0
4 10 3.68 0.0
5 10 3.33 0.0
6 10 1.38 0.0
7 10 2.07 0.0
8 10 2.50 0.0
9 10 2.59 0.0
10 10 2.94 0.0
11 10 1.68 0.0
12 10 1.83 0.0
48
Lanjutan Tabel 4.3.
No Fb
(cm) Fb/Hi
Debit
(cm3/dt)
13 10 1.81 0.0
14 10 1.75 13.205
15 10 1.73 18.5
16 7.5 1.39 21.6
17 7.5 1.79 23.8
18 7.5 1.07 39.6
19 7.5 2.08 44.9
20 7.5 1.64 48.8
21 7.5 1.21 73.9
22 7.5 1.50 74.4
23 7.5 1.03 92.435
24 7.5 1.64 100.358
25 7.5 1.13 105.64
26 7.5 1.02 110.9
27 7.5 1.19 124.1
28 7.5 0.79 124.127
29 7.5 1.53 171.665
30 7.5 0.94 208.639
31 5 0.99 213.921
32 5 1.19 245.613
49
Lanjutan Tabel 4.3.
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hubungan Fb/Hi dengan Q, dan
disajikan seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Grafik Hubungan Antara Fb/Hi dengan Q
No Fb
(cm) Fb/Hi
Debit
(cm3/dt)
33 5 1.18 250.9
34 5 1.00 277.3
35 5 0.95 308.997
36 5 0.78 330.125
37 5 0.94 348.612
38 5 0.98 356.535
39 5 1.12 448.97
40 5 0.92 462.175
41 5 0.67 488.6
42 5 0.80 554.6
43 5 0.67 591.76
44 5 0.90 643.15475
45 5 0.70 839.4865
R² = 0.6337
0.0
200.0
400.0
600.0
800.0
1000.0
- 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
Deb
it (
cm3 /
det
ik)
Fb/Hi
50
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.7. diatas, dapat kita lihat bahwa
hubungan antara Fb/Hi dengan Q pada rentang Fb/Hi 0,50 - 2,00 menghasilkan
debit limpasan diatas nilai 0. Artinya untuk model kemiringan ganda ( 30˚ dan 60˚)
menghasilkan debit limpasan pada rentang nilai Fb/Hi tersebut, berkisar 0.50 – 2.00.
IV.1.7 Hubungan Freeboard dan Panjang Gelombang (Fb/L) dengan
Koefisien Refleksi (Kr)
Setelah mengetahui hubungan antara Fb/Hi dan Q kemudian harus diketahui
pula hubungan antara Fb/L dengan koefisien refleksi (Kr) Berdasarkan hasil
pengolahan data diperoleh Fb/L dengan Kr, jika disajikan dalam bentuk grafik
dengan mengambil Fb/L sebagai variabel sumbu X dan Kr sebagai variabel Y maka
dihasilkan grafik seperti pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Hubungan antara Fb/L dengan Kr pada model kemiringan ganda
( 30˚ dan 60˚)
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.8, dapat kita lihat bahwa hubungan antara
Fb/L dengan Kr adalah semakin besar nilai Fb/L maka semakin kecil nilai koefisien
refleksi yang terjadi.
IV.1.8 Hubungan Freeboard dan Panjang Gelombang (Fb/L) dengan
Koefisien Dissipasi (Kd)
Setelah mengetahui hubungan antara Fb/L dan Kr kemudian harus diketahui
pula hubungan antara Fb/L dengan koefisien dissipasi (Kd) Berdasarkan hasil
pengolahan data diperoleh hubungan Fb/L dengan Kd, dan disajikan seperti pada
Gambar 4.9.
0.400
0.500
0.600
0.700
0.800
0.900
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000
Kr
Fb/L
51
Gambar 4.9. Hubungan antara Fb/L dengan Kd pada model kemiringan ganda
( 30˚ dan 60˚)
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.9. dapat kita lihat bahwa hubungan antara
Fb/L dengan Kd adalah semakin besar nilai Fb/L maka semakin besar nilai koefisien
dissipasi yang terjadi. Dapat dilihat juga pada Gambar 4.9 sebaran data yang
memiliki interval yang sebar dan tidak rapat disebabkan karena pengaruh dari
gelombang refleksi yang terjadi.
IV.1.9 Hubungan Volume Limpasan dan V0 (V/V0) dengan (d.Hi) dan
(Fb.L)
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hubungan V/V0 dengan
d.Hi/Fb.L, dan disajikan dalam grafik seperti pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Hubungan antara V/V0 dengan d.Hi/Fb.L pada model kemiringan
ganda ( 30˚ dan 60˚)
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.450
0.500
0.550
0.600
0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000
Kd
Fb/L
R² = 0.1039
R² = 0.296
R² = 0.51620.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
V/V
0
d.Hi/Fb.L
d/Fb = 2.5
d/Fb = 3.67
d/Fb = 6
52
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.10, dapat kita lihat bahwa hubungan
antara V/V0 dengan d.Hi/Fb.L adalah semakin besar nilai d.Hi/Fb.L maka semakin
tinggi secara linier nilai V/V0 yang dihasilkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh variasi
d/Fb yang ada, dapat dilihat bahwa d/Fb = 6 menghasilkan hubungan yang lebih
tinggi dibanding dua variasi lainnya. Sejalan dengan teori yang ada bahwa semakin
kecil jarak antara Freeboard dan muka air maka volume limpasan yang dihasilkan
juga semakin besar. Adapun V0 didefinisikan sebagai volume gelombang yang
melimpas jika mercu bangunan sama rata dengan permukaan air normal.
IV.2 Volume Overtopping Gelombang Pada Tiap Variasi
Pada penelitian yang dilakukan di laboratorium dilakukan pengambilan data
volume overtopping, yaitu menghitung volume air yang melimpas masuk dalam
reservoir. Data ditunjukkan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4. Volume Overtopping Gelombang Pada Tiap Variasi
No Stroke Tinggi Muka Air
(cm)
Periode
(detik)
Volume Overtopping
(cm3 )
1 4 25.5
1.1 0.0
1.2 0.0
1.3 0.0
1.4 0.0
1.5 0.0
2 5 25.5
1.1 1462.7
1.2 0.0
1.3 0.0
1.4 1346.9
1.5 0.0
3 6 25.5
1.1 2232.6
1.2 0.0
53
Lanjutan Tabel 4.4.
No Stroke Tinggi Muka Air
(cm)
Periode
(detik)
Volume Overtopping
(cm3 )
3 6 25.5
1.3 0.0
1.4 3723.8
1.5 0.0
4 4 27.5
1.1 713.1
1.2 3327.7
1.3 648.3
1.4 0.0
1.5 0.0
5 5 27.5
1.1 8319.2
1.2 7526.9
1.3 2218.4
1.4 1188.5
1.5 554.6
6 6 27.5
1.1 16638.3
1.2 14657.6
1.3 10696.1
1.4 396.2
1.5 6417.6
7 4 30
1.1 6259.2
1.2 5150.0
54
Lanjutan Tabel 4.4.
No Stroke Tinggi Muka Air
(cm)
Periode
(detik)
Volume Overtopping
(cm3 )
7 4 30
1.3 3169.2
1.4 3010.7
1.5 2773.1
8 5 30
1.1 13865.3
1.2 3723.8
1.3 9903.8
1.4 10458.4
1.5 7368.4
9 6 30
1.1 25184.6
1.2 19807.5
1.3 19294.6
1.4 17752.8
1.5 13469.1
55
IV.3 Dokumentasi Selama Proses Penelitian
Gambar 4. 11. Proses perekaman tinggi gelombang dan pengukuran volume
overtopping
Gambar 4.12. Pembacaan tinggi volume overtopping yang ditampung pada
reservoir
56
Gambar 4.13. Model pemecah gelombang dengan kemiringan ganda pada
lerengnya serta dilengkapi dengan reservoir
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Parameter parameter yang berpengaruh terhadap besarnya overtopping
pada pemecah gelombang kemiringan ganda adalah periode gelombang
(T), tinggi gelombang (Hi), tinggi freeboard (Fb).
2. Nilai volume overtopping pada bangunan pemecah gelombang
kemiringan ganda yang dihasilkan berdasarkan pengaruh tinggi
Freeboard (Fb), tinggi dan periode gelombang datang (Hi & T) adalah
semakin besar nilai parameter tak berdimensi pada kecuraman
gelombang (Hi/L), maka semakin besar secara linear volume overtopping
pada semua variasi nilai tinggi Freeboard, (5 cm , 7.5cm, dan 10cm).
Pada freeboard 5cm, dihasilkan besaran volume overtopping tertinggi
sebanyak 25184,6 cm3, untuk freeboard 7.5cm sebesar 16638.3 cm3,
freeboard 10cm menghasilkan volume overtopping sebesar 3723,8 cm3.
V.2 Saran
Penelitian ini jauh dari sempurna, oleh karena itu disarankan penelitian
ini masih perlu dikaji untuk beberapa kondisi sebagai berikut:
1. Variasi kemiringan sisi bangunan, hanya satu jenis variasi yaitu
kemiringan ganda 30° dan 60°, sehingga diharapkan ada penelitian lain
yang mengkaji lebih lanjut untuk kemiringan ganda dengan sudut yang
berbeda
2. Pembacaan gelombang dilakukan di sembilan titik depan model dengan
metode manual, sebaiknya dilakukan pembacaan dengan menggunakan
alat sensor gelombang dengan jumlah titik pengamatan yang sama, agar
dapat mengefisienkan waktu penelitian.
58
DAFTAR PUSTAKA
A, Isra. (2017). Studi volume overtopping pada pemecah gelombang lereng tunggal,
Skripsi, S.1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Brito, S. F. (2010). Study of Overtopping at Coastal Structure. unknown: unknown.
CERC, 1984, Shore Protection Manual Volume I, US Army Coastal Engineering.
Research Center, Washington.
Dean, R.G. Dalrymple, R.A. 2000. Water Wave Mechanics For Engineer and
Scienties. Singapore : World Scientific.
J.Q.H. Norgaard, T.L. Andersen, H.F. Burcharth, et al.(2013).Analysis of
overtopping flow on sea dikes in oblique and short-crested waves
Coast. Eng, 43-54.
Lee, B., & Lee, C. (2013). Development Of wave Power Generation Device With
Resonance Channels. 7th International Conference on Asianand
Pacific Coasts (APAC) (pp. 533-537). Bali: 7th International
Conference on Asian and Pacific Coasts (APAC) Press.
Mozahedy, A.B.M.K. (2010).Composite Seawall For Wave Energi Conversion.
Master Thesis. Netherlands: Delft University of Technology.
MD, Hawari. (2017). Studi volume gelombang pada pemecah gelombang lereng
ganda. Skripsi. S.1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin
N. Chini, P.K. Stansby. (2012). Extreme values of coastal wave overtopping
accounting for climate change and sea level rise. Coast. Eng., 27-37
Paotonan C., (2006), Unjuk Kerja Susunan Bambu Sebagai Pemecah Gelombang
Terapung, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Samuel. (2010). Analisa Gelombang Overtopping Untuk Pemodelan Seawave
Slot-Cone Generator (SSG).Surabaya: ITS Library
SDC-R-90163, (2009), Manual Design Bangunan Pengaman Pantai, Sea
Defence Consultants, Universitas Hasanuddin, Makassar.
59
Syahril, M. (2015),Studi Hubungan Dispasi Gelombang Dengan Besarnya
Volume Overtopping, Indonesia.
T.C. Lin, K.S. Hwang. (2012). An experimental observation of a solitary wave
impingement run-up and overtopping on a sea wall. J. Hydrodyn., 76
- 85
Thaha, A., Maricar, F., Aboe, A., & Dwipuspita, A. (2015). The breakwater, from
wave breaker to wave catcher. Procedia Engineering Elsevier, 691-
698.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Beta Offset.
Triatmodjo, B. 1999. Pelabuhan. Yogyakarta : Beta Offset.
V.D. Meer. (2002). Wave Run-up and Wave Overtopping At Dikes Technical
Report, Road and Hydraulic Engineering Institute, Delft
Yuwono, Nur. 1996. Perencanaan Model Hidraulik. Yogyakarta : Laboratorium
Hidraulik dan Hidrologi Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik
Universitas Gadjah Mada.
60